Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis
yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai
suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang
dikenal dengan istilah metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak
dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui:
angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat
menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi
atau yang diteliti.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka
kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu,
sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu
konsep tertentu.
Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan
bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian
karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat,
sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran
terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan kebenaran
atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
baik. Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung
validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi
karena dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti.
Oleh karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting
dalam prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang
lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data yang
dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian
terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam sumber data?
2. Bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif?
3. Apa saja jenis-jenis Instrumen penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan uji validitas dan uji Reabilitas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui macam-macam sumber data
2. Untuk memahami bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis instrument penelitian
4. Untuk memahami tentang uji validitas dan uji realibilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MACAM-MACAM SUMBER DATA
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari
majalah, dan lain sebagainya.
Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan kekayaan data
yang diperoleh. Imam Suprayogo mengemukakan bahwa Jenis sumber data terutama alam
penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Narasumber (informan)
Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang
sesuatu yang ingin kita ketahui. Seorang informan bisa saja menyembunyikan
informasi penting yang dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali
data dengan cara membangun kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek
yang dieteliti di samping tetap kritis dan analitis. Peneliti harus mengenal lebih
mendalam informannya, dan memilih informan yang benar-benar bisa diharapkan
memberikan informasi yang akurat.
2. Peristiwa Atau Aktivitas
Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau
aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian
ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena
menyaksikan sendiri secara langsung.Dengan mengamati sebuah peristiwa atau
aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang
diberikan oleh subyek yang diteliti.
3. Tempat Atau Lokasi
Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga
merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari lokasi peristiwa
atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau aktivitasyang
dilakukan bisadigali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun
tempat maupun lingkungnnya.
4. Dokumen atau Arsip
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa
atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip
data base surat-surat rekaman gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan
dengan suatu peristiwa. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan
dipahami atas dasar dukumen atau arsip.

Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data dalam penelitian, maka


diklasifiksikan menjadi tiga bagian yang disingkat dengan 3P yaitu : person, place, dan
paper. Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan
melelui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Palace adalah sumber data yang
menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan gerak. Palace yang diam misalnya ruangan,
kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain, sedangkan place yang bergerak
misalnya aktifitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, serta
kegiatan pembelajaran. Paper adalah data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dengan pengertian ini maka paper bukan terbatas
hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata paper dalam bahasa Inggris, tetapi
bisa berwujud batu, kayu, tulang, daun lontar serta yang lainnya, yang cocok untuk
dokumentasi.

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner (angket),
observasi.
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang
oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai
berikut:
a) Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
b) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
c) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.

1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur
ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur
tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan Kampus IAIN Syekh Nurjati
Cirebon:
1) Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan yang ada di PBA?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2) Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di IAIN
Syekh Nurjati?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun
contohnya adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap
kebijakan pemerintah tentang impor gula saat ini?dan bagaimana dampaknya
terhadap pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan
malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada
penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang
berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan
tentang situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana harus melakukan wawancara.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip
penulisan angket yaitu sebagai berikut:
a. Prinsip penulisan angket
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket
harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa
terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak
terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu
panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
1. Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan
instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti.
Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus daapat digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel yang diukur.
2. Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data
akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.

3. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian
format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan
reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai
reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
(Arikunto, 2006: 229).

C. JENIS-JENIS INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen adalah alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai
oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian
(berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar berpendapat bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif
Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1. Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder,
video kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat
tergantung pada peneliti itu sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus
“divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.[26]

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki


kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:

a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami"
makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata
(verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian
kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan
data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi
penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya,
melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun"
pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif,
peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi di dalam masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah:

a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.


Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-
hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data lapangan hasil
observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan
"insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang
tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya
sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya
dalam bentuk tertulis".
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah
diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap
dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga
sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa
dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin
dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.

Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya,


instrumen yang dapat digunakan antara lain:

1) Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat
mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau,
masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan
dariwawancara bersifat terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu
membentuk informasi yang utuh dan menyuluruh dalam mengungkap penelian
kualitatif.
2) Instrumen Observasi atau Pengamatan
Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari
teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis
digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian,
sehingga peneliti mampu mencatat dan menghimpun data yang diperlukan untuk
mengungkap penelitian yang dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif
peneliti harus memahami terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran
yang dilakukan peneliti.
3) Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data
wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian
kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang
diteliti.

2. Instrumen Penelitian Kuantitatif


Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri,
maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang
"independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus
mungkin, apapun instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua
yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi
serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek
tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa non tes,
seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang
menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk
peneliti yang menggunakan teknik interview atau wawancara, pedoman observasi
untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat dengan mudah
menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan
tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman wawancara berisi
sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan
pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang berupa:
a. Instrumen Tes dan Inventori
Tes dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian kuantitatif karena
instrumen tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, seperti
bakat matematika, bakat musik, kemampuan bahasa dan sebagainya. Sedangkan
inventori untuk mengetahui karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari
kedua instrumen ini data yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya akan
diuji dengan statistik untuk menentukan tujuan dari penelitian.
b. Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif, untuk menjaring data
yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data tentang tingkat pendidikan,
umur, penilaian terhadap kepribadian dan sebagainya. Jenis data untuk angket atau
kuesioner berupa angka-angka, kemudian akan diolah dengan bantuan software
statistik untuk mengetahui hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam pengambilan
data, sebelumnya harus sudah tentukan dan sudah diuji coba terlebih dahulu.
c. Instrumen Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif
haruslah disusun terlebih dahulu dan diuji coba, serta digunakan dalam
pengambilan data yang berupa angka-angka.
d. Instrumen Dokumen
Dokumen digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif sebagai
pengambilan data atau rekapan data yang terdiri dari data nilai yang berupa angka
dan bisa diseleksi dengan menggunakan statistik.

D. Validitas dan Realibitas Instrumen

Dalam hal ini perlu diberikan antara hasil penelitian yang valid dan realiabel dengan
instrumen yang valid reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data
yang terkumpuldengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam
obyek bewarna merah, sedangkan data yang terkumpul meberikan data bewarna putih maka
hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin bewarna merah maka sekarang
dan besok tetap bewarna merah.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Meteran yang valid fapat digunakan untuk mengukur panjang meteran
tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel
adlah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak
reliabel/konsisten.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,
maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid fan reliabel. Jadi instrumen yang valid
dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas
dan realiabitasnya, otomatis hasil (data) peneliti menjadivalid dan reliabel. Hal ini masih akan
dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan
instrumen untuk pengumpulan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan
onyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk
mengukur variable yang diteliti.

Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah ada yang beku (standard), karena telah
teruji validitas dan relaibilitasny, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk
itu maka peneliti peneliti harus mampu menyusun sendriri instrumen pada setiap peneliti fan
menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak teruji validitas dan realibilitasnya
bila digunakan untuk peneliti akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenaranya.

Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus bagian ujungnya, bila
digunakan berkali0kali akan mengahsilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid.
Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak. Penjual jamu berbicara di mana-
mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jamunya
tidak manjur. Relaibilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen.
Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian
reliabilitas instrumen perlu dilakukan.

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk mengukur sikap. Instrumen
yang berupa test jawabanyaa adaalah “salah atau benar”, sedangkan insturmen sikap
jawabaanya tidak ada yang “sala atau benar” tetai bersifat “positif dan negatif”. Skema tentang
instrumen yang baik dan cara pengujianya ditunjukan pada gamabar 6.3 dihalaman berikut.

Pada gambar tersebut ditunjukan bahwa instrumen yang baik, (yang berupa test maupun
nontest) harus valid dan relaibel. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal fan
eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada
dalam instrumen secara rasional(teoritis telah) mencerminkana apa yang diukur. Jadi
kriterianya ada di dalam instrumen itu. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila
kriteria didalam instrumen disuusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau
validitas internal instrumen dikebangkan menurut teori yang relevan, maka validitas eksternal
instrumen dikembangkan dari data empiris. Mislanya akan mengukur kinerja sekelompok
pegawai, maka tolak ukurnya yang digunakan didasarkan pada tolak ukur yang telah ditetapkan
di kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja.
Untuk itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori fakta di lapangan.

Penenlitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan
fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan
menghasilkan data kemimpinan, buka motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal
bila, hasil penelitian diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.
Gambar 6.3 Skema Tentang Instrumen dan Cara-cara Pengujian Validitas Reliabilitas
Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity
(validitas konstrak) dan content validity (validitsa isi). Sedangkan untuk instrumen yang
nontest yang digunakan mengukur sekap cukup memenuhi validitas konstrak Sutrisno Hadi
(1986) menyamankan construct validity sama dengan logical validity atau validity by
definition. Instrumen yang mempunyai validitas konstrak, jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yag didefinisikan. Misalnya akan mengukur
efektivitas organisasi, maka perlu didefinisikan terlbih dahulu apa itu efektivitas organisasi,
setelah itu dosiapakan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas oerganisasi yang
sesuai dengan defenisi yang telah dirumuskan itu. Untuk melahirkan defenisi, maka diperluka
teroi-teori. Dalam hal ini Sustrisno Hadi manytakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah
benar, maka hasil pengukuran dnegan alat ukur yang berbasis pada terori itu sudah dipandang
sebagai hasil yang valid.

Instrumen yang harus mempunyai validitas si (contetn validity) adlah instrumen yang
berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajr yang
mempunyai validitas isi, mak instrumen harus disuusn berdasarkan program yang telah
direncanakan . selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya
tujuan maka insturman harus disuusn berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.

E. Uji Validitas Instrumen


1. Pengujian Validitas Konstrak (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement
experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan
di ukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin
para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, dan mungkin dirombok total. Jumlah tenaga ahli yang digunka minmal tiga
orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan yang diteliti.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di
lapangan selasai, mak diteruskan dngan uji coba instrumen. Instrumen tersebut
dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil.(pengujian pengalaman empiris
ditunjukkan pada pengujian validitas (external) jumlah anggota sampel yang digunkaan
sekitar 30 0rang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan skor faktor dengan
skor total. Berikut ini diberikan contoh analisis faktor untuk menguji construct validity.
Misalnya akan dilakukan pengujian construct validity melalui analisis faktor
terhadap instrume untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini variabel
penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi ahli,
indikator prestasi kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu : kualitas hasil kerja dan
kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikemabnagkan
menjadi tiga pertanyaan. Instrumen yang terdiri 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya
diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. (dalam prakteknya
menggunakan sekitar 30 responden) jawaban 7 responden. Arti angka: 4 sangat tnggi,
3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.
Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut
positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat.
Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulakn bahwa instrumen tersebut
memiliki validitas konstruksi yang baik.
Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan
mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi
dan jawaban rendah. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang
rendah diambil 27% dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat
menggunakan t-test.

2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)


Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Seorang dosenyang memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan,
berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang
akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang
telah ditetapkan.
Secara teknis, pengujian validitas konstrak dan validitas isidapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-
kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir
(item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-
kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis.
Pada stiap instrumen, baik test maupun nontest, terdapat butir-butir (item)
pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut,
aka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis
dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skr butir instrumen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji
signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.

3. Pengujian Validitas Eksternal


Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang
terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai,
maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di
lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan
antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan
instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan
mengakibatkan hasil penelitian mempunya validitas eksternal yang tinggi pula.
Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian fapat digeneralisasikan
atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan
validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka
dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.

F. Uji Reliabilitas Instrumen


1. Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi, dalam hal ini
instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan
reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); Bberapa tahun pengalaman
kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen dengan pertanyaan
berikut, Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda.
Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen
yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

3. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan
pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian keua, dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis
enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan
signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang
paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode


dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara
sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data
ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan
kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dan instrumen penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mengungkap berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai
cara dan metode agar proses ini berjalan secara sisitematis dan lebih dapat dipertanggung
jawabkan kevaliditasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsismi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, cet. XII. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Group.
Imam Suprayogo dan Topbroni.2003. Methodologi Penelitian Sosial Agama, Cet. XII.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
20032012.https://achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/26/pengertian-sumber-data-
jenis-jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/ (Selasa, 8 Mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai