Anda di halaman 1dari 28

PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

Dosen pengampu : Tri Ari P, S.S.T.M.,Kes

Nama : Maya Nilam Cahya

Nim : 201801013

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI TAHUN


AJARAN 2020
1. Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen.
Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Macam-macam teknik pengumpulan data
antara lain: (1) interview (wawancara) (2) kuesioner (angket) (3) observasi
(pengamatan) (4) dokumentasi (5) tes
a. Interview (Wawancara)
Wawancara menurut Satori & Komariah (2011: 130) adalah suatu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Sugiyono (2010:
194) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Teknik
pengumpulan data mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Dalam Sugiyono (2010: 194), wawancara dibedakan menjadi
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
1) Wawancara Terstruktur
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden diberi
pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu
seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
Contoh:
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebijakan pemerintah
terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang
masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu?

Jenis wawancara ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau


penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Dalam penelitian
pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai
isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat
menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan ceritera
responden.

b. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka. Kuesioner dapat
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
pengembangan. Kuesioner lebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif
dan pengembangan. Tetapi ada juga penelitian kualitatif yang menggunakan
bantuan angket sebagai teknik pengumpulan datanya.
Dalam Arikunto (2006: 152) ,
kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut
pandangan :
1) Dipandang dari cara menjawab
Dibedakan menjadi kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
terbuka memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan
kalimatnya sendiri. Sedangkan kuesioner tertutup sudah disediakan
jawabannya, sehingga responden tinggal memilih.
2) Dipandang dari jawaban yang diberikan
Ada dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak
langsung. Kuesioner langsung yaitu reponden menjawab tentang dirinya.
Sedangkan kuesioner tidak langsung yiatu jika reponden menjawab
tentang orang lain
3) Dipandang dari bentuknya
Menurut bentuknya, kuesioner dibedakan menjadi kuesioner pilihan ganda,
kuesioner isian, check list, dan rating-scale
c. Observasi (pengamatan)
Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah
pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam
penelitian. Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan melibatkan
seluruh pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan dibantu
mediavisual/audiovisual. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. Teknik observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan
bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dapat digunakan
pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan. Observasi untuk
penelitian kualitatif menurut Satori dan Komariah (2011: 105) adalah
pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek,
situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif biasanya menggunakan observasi terstruktur.
Sedangkan pada penelitian kualitatif, observasi yang sering dilakukan adalah
observasi berperanserta, dengan instrumen observasi tidak terstruktur.
Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mempersiapkan
terlebih dahulu blanko/lembar observasi yang berisi perilaku yang dapat
diamati oleh peneliti, yang sebelumnya dirancang/disusun dalam sebuah kisi-
kisi. Peneliti dapat meminta bantuan orang lain sebagai observer untuk dapat
membantu peneliti dalam melakukan observasi.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi :
1) Observasi Berperan serta
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut
melakukan apa uang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan,
mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana
semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan
karyawan lainnya, dan lain-lain.
2) Observasi Nonpartisipan
Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan
tidak mendalam, tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai
dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Dalam proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana mesin-mesin
bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih
bagus dan yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang
dihasilkan, dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator
mesinnya
d. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk gambar misalnya
foto, sketsa, dll. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dll. Dalam penelitian kualitatif studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika
didukung sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja,
di masyarakat dan autobiografi. Penelitian juga semakin kredibel jika didukung
oleh foto-foto atau karya tulis akademik.
Dokumetasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan
pengembangan. Dokumentasi sering digunakan pada penelitian kualitatif
sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Akan
tetapi, dokumentasi juga digunakan dalam penelitian kuantitatif dan
pengembangan, dalam hal mengumpulkan data awal yang dapat menunjang
latar belakang dan pentingnya penelitian.
e. Tes
Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya
kemampuan obyek yang diteliti (Arikunto, 2006: 223).  Sumber yang dikenai
tes bukan hanya manusia. Misalnya binatang, mesin mobil, dll. Contoh: Jika
seekor anjing pelacak akan digunakan sebagai pembantu polisi untuk
mendeteksi narkoba, dia dites dulu apakah kiranya memiliki kecerdasan dan
penciuman yang tajam, sehingga ada kemungkinan untuk dilatih. Selama dan
sesudah latihan berlangsung, anjing tersebut dites lagi berkali-kali untuk
diketahui seberapa tinggi peningkatan kemampuannya. Untuk manusia,
instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar yang biasa
digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan
tes terstandar. Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur
tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui
ciri-ciri dan kebaikannya. Tes terstandar biasanya sudah tersedia di lembaga
testing, yang sudah terjamin keampuhannya.

2. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada
umumya dikelompokkan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks
(textular), penyajian dalam bentuk biasanya digunakan untuk penelitian atau data
kualintatif, penyajian dengan tabel digunakan untuk data yang sudah
diklasifikasikan dan ditabulasi. Tetapi data akan diperlihatkan atau dibandingkan
secara kuantitatif, maka lebih baik disajikan dalam bentuk grafik. Penyajian cara
textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam uraian kalimat. Penyajian
data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian yang sistematik daripada data
system numerik, yang tersusun dalam kolom atau jajaran. Penyajian dalam grafik
adalah suatu penyajian data visual. Penyajian hasil penelitian kuantitatif yang
sering menggunakan grafik atau tabel.
a. Penyajian dalam bentuk Tabel
Tabel dalam statistic dibedakan menjadi dua. Yakni tabel umum dan tabel
khusus.
1) Tabel umum
Yang dimaksud tabel umum disini adalah suatu label yang berisi seluruh
data atau variabel hasil penelitian, pentingnya tabel ini adalah:
- Menyajikan data aslinya, sehingga dapat dipakai untuk rujukan
- Menjadi sumber keterangan untuk data asl
- Sebagai penyusunan tabel khusus.

Pada saat ini, dengan adanya komputerisasi pengolahan dan analisis data,
maka tabel umum ini jarang bahkan hampir sudah tidak digunakan lagi.
Namun untuk penelitian dalam skala kecil, dimana sarana untuk komputerisasi
belum ada, penggunaan tabel induk ini masih di perlukan. Contoh

a) Tabel khusus
Penjabaran atau Sebagian dari tabel. Tabel umum ciri dari tabel khusus
ialah angka-angka dapat dibulatkan. Gunanya tabel khusus ini antara lain
untuk menggambarkan penjabaran atau distibrusi suatu variable dan juga
adanya hubungan atau asosiasi khusus, dan menyajikan data yang terpilih
dalam bentuk sederhana tabel ini bentuknya bermacam-macam
b) Tabel univariate
Suatu tabel yang mengambarkan penyajian data dalam bentuk distrbusi
frekuensi untuk satu variable saja.Contoh

c) Tabel Bevariate
Suatu tabel yang menyampaikan data dari dua variable secara silang.
Karena itu tabel ini sering disebut tabel silang. (cross tabulation)
b. Penyajian data secara tekstular
Penyajian data secara tekstular umunya diperlukan untuk mengawali
penulisan hasil. Penyajian tektular yang baik adalah sebagai berikut:
1) Kata-kata yang digunakan tepat, tidak mempunyai arti ganda
2) Penulisan baku,sesuai kaidah Bahasa Indonesia
3) Uraian harus lengkap mencakup kapan, apa, dimana dan oleh siapa
pengumpulan data yang dilakukan

Contoh:

Penelitian oleh Malapetaka tahun 2007, tentang diare dirumah sakit palang
biru, menemukan bahwa dari 200 penderita diare, terdapat 60% daire yang
disebabkan oleh bacterial 30% diare karena intoleransi dan 10% tidak
diketahui penyebabnya.

c. Penyajian dalam Bentuk Grafis


Penyajian data visual dilakukan melalui bentuk grafik, gambar, atau diagram.
Modifikasi bentuk penyajian data dengan grafik ini beranekaragam, antara lain
1) Grafik atau diagram garis dan kurva
2) Diagram barbar diagram atau diagram balok
3) Diagram area atau diagram ranah
4) Piktogram (diagram gambar)
5) Histogram dan frekuensi poligon

Contoh:

SUMBER: Prof. Dr. Notoatmodjosoekidjo 2010. MetodePenelitian Kesehatan. PT


RINEKA CIPTA, Jakarta
3. Pengolahan data
Setelah teknik pengumpulan data dilakukan, selanjutnya adalah melakukan
pengolahan data ,pentingnya pengolahan data adalah:
a. Data yang sudah terkumpul perlu diolah dahulu
b. Tujuannya menyederhanakan seluruh data yang terkumpul
c. Menyajikan dalam susunan yang baikdan rapi kemudian dianalisis.
Dalam tahap pengolahan data ini, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1) Penyuntingan (editing)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang
dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan
b) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan
c) Keajegan (consistency) jawaban responden
Dalam menyunting, penyunting harus diberitahu agar tidak mengganti
atau menafsirkan jawaban responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga
2) Pengkodean (coding)
a) Pengkodean dapat dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang
berupa angka pada jawaban responden yang diterima.
b) Tujuan pengkodean adalah untuk penyederhanaan jawaban responden
c) Harus diperhatikan pemberian pada jenis pertanyaan yang diajukan
(pertanyaan terbuka atau pertanyaan tetutup)
d) Untuk pertanyaan tetutup, kode ditentukan dengan mudah, misalnya: 1
untuk jawaban ya/setuju dan kode 0 untuk tidak/tidak setuju; atau
ditambah kode 99 untuk jawaban yang kosong (responden tidak meberi
jawaban)
e) Untuk pertanyaan terbuka dilakukan dengan tahapan tertentu
- jawaban responden diperiksa untuk dibuat kategori jawaban tertentu.
- Apabila ternyata jawaban perlu dikategorikan, dibuat kategori yang
sesuai.
- Setelah itu tiap kategori diberi kode
Seluruh kode yang ditentukan untuk tiap jawaban, disusun dalam buku
kode. Buku kode ini selain diperlukan dalam pengkodean juga
digunakan sebagai pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan
3) Tabulasi (tabulating)
Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung
data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel
dapat berupa tabel frekuensi, tabel korelasi, atau tabel silang.
Pada dasarnya ada 2 cara pelaksanaan tabulasi, yaitu:
a) Tabulasi manual. Semua kegiatan dari perhitungan sampai penyajian
tabel dilakukan dengan tangan.
b) Tabulasi mekanis. Pelaksanaan dengan cara ini dibantu dengan
peralatan tertentu, yaitu: komputer. Semua kegiatan dilakukan dengan
bantuan alat yang telah dipilih.

Perhitungan dalam pengolahan data menggunakan perhitungan


statistik sederhana

a) Rate
perbandingan antar jumlah suatu kejadian atau event terhadap jumlah
penduduk yang mempunyai resiko terhadap kejadian tersebut yang
menyangkut interval waktu.
Kegunaan : untuk menyatakan dinamika / kecepatan kejadian tertentu
dalam suatu masyarakat tertentu pula .
Rumus : (x/y) k

Keterangan : X : Angka kejadian

Y : populasi berisiko

K: Konstanta

b) Ratio
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling
tergantung,Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian

Rumus: Ratio: (x/y) k

c) Porposi
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian
dari penyebut, Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel
dalam populasi.
Rumus: Proporsi : x / (x+y) x k

Interpretasi data deskriptif analitik

Deskriptif analitik dapat dikatakan sebagai suatu cara bagaimana suatu


data ditampilkan agar informasi yang ditampilkan dapat secara jelas diterima
oleh orang lain. Pada deskriptif analitik, suatu data biasanya ditampilkan dalam
bentuk tabel dan grafik.  Pemilihan penyajian data dalam bentuk tabel atau grafik
disesuaikan dengan jenis data dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Penentuan masalah
Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan
dan Schumacher (Hadjar, 1996: 40-42), masalah dapat bersumber dari
observasi, dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang
terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi. Masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan sumber yang kaya masalah penelitian. Kebanyakan
Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum
yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris.
Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk
mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori.
b. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan
penelitian ulang (replikasi) baik dengan ataukeputusan praktis didasarkan atas
praduga tanpa didukung oleh data empiris. Masalah penelitian dapat diangkat
dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum mempunyai
dasar penjelasan yang memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan
suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. Penyelidikan mungkin
menghasilkan teori baru, rekomendasi pemecahan masalah praktis dan
mengidentifikasi variabel yang belum ada dalam bahasan litelatur.
c. Dedukasi dari teori
tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan
kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga
menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu
diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah
yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti.
d. Masalah sosial
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya:
seringnya menjadi perkelahian siswa antar sekolah dapat memunculkan
pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan moral dan agama
serta pembinaan sikap disiplin. Banyaknya pengangguran lulusan perguruan
tinggi menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian kurikulum dengan
kebutuhan masyarakat.
e. Situasi praktis 
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan
penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan
keputusan lebih lanjut.
f. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban
empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.(Purwanto,
M.pd:109-111)
Supaya masalah peneliti yang dipilih benar-benar tepat,biasanya masalah
perlu dievaluasi. Evaluasi masalah penelitian biasanya berdasarkan beberapa
parameter di bawah ini:
1) Menarik.
Masalah yang menarik membuat kita termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan serius.
2) Bermanfaat.
Penelitian harus membawa manfaat baik untuk ilmu pengetahuan maupun
peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia. Penelitian
juga diharapakan membawa manfaat bagi masyarakat dalam skala besar
(secara nasional maupun internasional), maupun secara khusus di
komunitas kita (kampus, sekolah, kelurahan, dsb). Hindari penelitian yang
tidak membawa manfaat kepada masyarakat.
3) Hal Yang Baru.
Ini hal yang cukup penting dalam penelitian, bahwa penelitian yang kita
lakukan adalah hal baru, solusi yang kita berikan adalah solusi baru yang
apabila kita komparasi dengan solusi lain, bisa dikatakan lebih efektif,
murah, cepat, dsb. Bisa juga pembaharuan ini diwujudkan dengan
perbaikan dari sistem dan mekanisme kerja yang sudah ada. Hindari
redundant research, meneliti hal yang sama persis dengan yang dilakukan
oleh orang lain. Karena hal tersebut termasuk plagiasi skripsi.
4) Dapat Diuji (Diukur).
Ini biasanya hal yang terlupakan, supaya proses penelitian kita sempurna,
masalah penelitian beserta variabel-variablenya harus merupakan sesuatu
yang bisa diuji dan diukur secara empiris. Kalau kita melakukan penelitian
korelasi, maka korelasi antara beberapa variabel yang kita teliti juga harus
diuji secara ilmiah dengan beberapa parameter.
5) Dapat Dilaksanakan.
Hal ini juga merupakan faktor penting. Masalah yang bagus dan
berkualitas,menjadi lucu dan naif kalau akhirnya secara teknik penelitian
tidak bisa dilakukan. Dapat dilakukan ini berkaitan erat dengan keahlian,
ketersediaan data, kecukupan waktu dan dana.
6) Merupakan Masalah Yang Penting.
Hal ini sedikit sulit mengukurnya, tapi paling tidak ada gambaran di kita
bahwa jangan sampai melakukan penelitian terhadap suatu masalah yang
tidak penting.
7) Tidak Melanggar Etika.
Yang terakhir adalah masalah etika. Penelitian harus dilakukan dengan
kejujuran metodologi, prosedur harus dijelaskan kepada obyek penelitian,
tidak melanggar privacy, publikasi harus dengan persetujuan obyek
penelitian, tidak boleh melakukan penipuan dalam pengambilan data
maupun pengolahan data
5. Penentuan prioritas masalah
a. Metode Delphi
Menurut Nanang Fattah  metode Delphi bertujuan untuk menentukan
sejumlah alternative program. Mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang
melandasi “Judgments” tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan
untuk mencapai suatu consensus. Biasa metode ini dimulai dengan
melontarkan suatu masalah yang bersifat umum untuk diidentifikasi menjadi
masalah yang lebih spesifik. Partisipan dalam metode ini biasanya orang yang
dianggap ahli dalam disiplin ilmu tertentu.
Sedangkan menurut Sudjana, metode Delphi digunakan untuk
menghimpun keputusan-keputusan tertulis yang diajukan oleh calon peserta
didik atau para pakar yang tempat tinggalnya tersebar dan mereka tidak dapat
berkumpul atau bertemu muka dalam menentukan keputusan iti. Metode ini
pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan
jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar
terhadap rancangan keputusan yang diajukan secara tertulis kepada mereka.
Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan calon peserta didik atau pakar dalam
membuat keputusan, sehingga keputusan itu lebih berbobot dan menjadi milik
bersama.
Digunakan untuk menentukan sejumlah alternatif program,
mendapatkan asumsi atau fakta yang melandasi pertimbangan tertentu
dengan mencari informasi yang di butuhkan untuk mencapai konsensus.
Dimulai dengan mengemukakan suatu masalah umum kemudian dijabarkan
secara khusus untuk dipecahkan masing masing ahlinya.

1) Pengertian Metode Delphi


Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan
pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana
ada mekanisme feedbackmelalui ‘putaran’/round pertanyaan yang
diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden (para ahli).
(Foley, 1972)
Metode Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya
dikembangkan sebagai metode peramalan interaktif yang bergantung pada
sejumlah expert. (Harold A. Linstone, 1975) Metode Delphi adalah
modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel
digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang
tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun
1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk
memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik
ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan,
analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan
lain – lain.
2) Langkah- Langkah Metode Delphi
a) Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah (Dermawan,
2004):
Para pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan identifikasi isu
dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
b) Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli,
mulai dipilih.
c) Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik didalam
maupun luar organisasi, yang di anggap mengetahui dan menguasai
dengan baik permasalahan yang dihadapi.
d) Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan
ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan
kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat
keputusan akhir.
e) Sebuah tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipasi teknik ini.
f) Pada tahap ini, partisipan diminta untuk  menelaah ulang hasil
rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memperingkat alternatif
solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil
rangkuman beserta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu.
Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah
mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan
untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik.
Sedangkan menurut Mansoer (1989:72) Ciri khas langkah-langkah
proses teknik Delphi adalah sebagai berikut:
a) Masalah diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang
disusun cermat anggota kelompok diminta menyampaikan
kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
b) Kuesioner pertama diisi oleh anggota secara terpisah dan bebas
tanpa mencantumkan nama.
c) Hasil kuesioner pertama dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat
(sekretariat kelompok).
d) Setiap anggota dikirimi tembusan hasil rekaman.
e) Setelah meninjau hasil, para anggota ditanyai lagi tentang
kesimpulan-kesimpulan mereka. Hasil yang baru biasanya
menggugah para anggota untuk memberi kesimpulan baru, malah
ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan pertama
mereka
Langkah ke-4 dan ke-5 ini diulangi sesering ia diperlukan,sampai
tercapai satu konsensus.
b. metode Delbeg
Metode Delbeg dengan pembobotan :
1) Menentukan kriteria untuk menentukan tinggi/ rendahnya nilai masalah,
misalnya besarnya masalah, kegawatan masalah, kecenderungan
meningkat, akibat masalah terhadap produktivitas kerja, dan luasnya
masalah.
2) Mengkaji apakah kriteria dapat dipakai untuk menilai permasalahan
3) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.

Missal :

Kegawatan masalah (A) bobot 6

Kecendurungan meningkat (B) bobot 7

Akibat masalah terhadap produktivitas kerja (C) bobot 8

Luasnya masalah (D) bobot 9

4) Menentukan skala nilai untuk kriteria tersebut ( mis.,1-10)


5) Menetapkan prioritas

Kriteria Masalah A (6) B (7) C (8) D (9) Jumlah Urutan


Masalah gizi balita 4x6 5x7 5 X 8 4 X 9 135 II
Masalahpertolonga 5x6 9x7 7x8 5x9 194 I
n
Masalah KB 3x6 5x7 5x8 4x9 129 III

c. Metode Hanlon Kuantitatif


Tujuan metode ini adalah :
1) Mengidentifikasi factor-faktor yang dapat di ikut sertakan dalam proses
penentuan masalah
2) Mengelompokkan factor-faktor yang ada dan memberikan bobot kepada
kelompok factor tersebut
3) Memungkinkan anggota untuk mengubah factor dan nilai sesuai dengan
kebutuhan

Metode ini menggunakan 4 kelompok kriteria :

1) Kelompok kriteria A (besarnya masalah)


2) Kelompok kriteria B (kegawatan masalah)
3) Kelompok kriteria C (kemudahan dalam penanggulangan)
4) Kelompok kriteria D (PEARL factor)

Kriteria A (Besarnya Masalah)

Kriteria A diukur dari besarnya penduduk yang terkena efek langsung


(insiden/prevalensi)

Kriteria B (Kegawatan masalah)

Kriteria B ditetapkan dengan skor 1-5

Kriteria C

Untuk menilai kriteria C (kemudahan dalam penanggulangan),


pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah sumber dan teknologi yang
tersedia mampu menyelesaikan masalah.Semakin sulit penanggulangan
masalah, semakin kecil skor yang diberikan.

1 2 3 4 5
Sangat sulit sangat mudah
Contoh :

Hasil konsesus yang dicapai pada langkah ini memberi nilai rata-rata sebagai
berikut (kelompok terdiri dari 7 orang):

Masalah X = 3+4+3+2+4+3+2 = 21 = 3

7 7

Masalah Y = 4+4+3+4+3+4+3 = 20 = 3,6

7 7

Masalah Z = 2+3+3+2+3+4+3 = 20 = 2,8

7 7

Kriteria D (PEARL factor)

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan dapat
atau tidaknya suatu program dilaksanakan.

Factor-faktor tersebut :

1) Property (kesesuaian)
2) Ecpnomic (biaya murah)
3) Acceptability (dapat diterima)
4) Resources availability (tersedia sumber)
5) Legality (legalitas terjamin)
Penetapan nilai

Setelah nilai kriteria A,B,C, dan D di dapatkan, kemudian nilai tersebut


dimasukkan kedalam formula berikut,

Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) C

Nilai prioritas total = (A+B) C x D

Masalah X = NPD =(4 + 8) x 3 = 36

Masalah Y = NPD = (6 + 7) x 3,6 = 46,8

Masalah Z = NPD = (4 + 10) x 2,8 = 39,2

Dengan mengalikan NPD dengan komponen kriteria D dari masing-masing masalah


akan didapat angka NPS berikut

d. Metode Hanlon Kualitatif


Hanlon kualitatif membandingkan masalah satu dengan yang lainnya
dengan kriteria USG. Urgency (U) atau mendesak, yaitu apabila masalah
tersebut mendesak dalam aspek waktu dan perlu segera ditangani sehingga
masalah tersebut merupakan masalah prioritas. Seriousness (S) atau
kegawatan, yaitu apabila masalah tersebut gawat dapat menyebabkan
kematian fatalitas. Growth (G) atau perkembangan , dilihat dari prevalensi
dan insidens semakin besar masalahnya semakin diprioritaskan. Langkah-
langkah penetapan :
1) Buat matriks (contoh : tiga masalah, ISPA (A), gondok (B), diare (C)
2) Tulis semua masalah pada sumbu vertikal dan horizontal
3) Bandingkan (match) masalah yang ada dan lakukan penelian dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Bila masalah pada kolom kiri lebih penting dari atasnya nyeri tanda (+)
pada kotaknya dan apabila kalah penting berikan tanda (-) pada
kotaknya
b) Kerjakan hanya bagian yang sebelah kanan dari garis horizontal
c) Jumlah tanda (+) secara horizontal dan masukan pada kotak total (+)
horizontal
d) Jumlahnya tanda (-) secara vertikal dan masukan ke dalam kotak
tanda (-) vertikal
e) Pindahkan hasil penjumlahan pada kotak total (+) horizontal dibawah
kotak (-) vertikal. Jumlahkan hasil vertikal dan horizontal dan masukan
pada kotak total
f) Nilai total tidak boleh sama
g) Hasil hasil penjumlahan pada kotak total pindahkan pada hasil
rekapitulasi dengan tiga kriteria (USG) mempunyai nilai tertinggi
adalah urutan prioritas masalah

Penetapan priritas dengan kriteria urgency (U)

Penetapan prioritas dengan kriteria seriousness (S)

Penetapan prioritas dengan kriteria growth (G)


Rekapitulasi hasil prioritas masalah (USG)

6. Analisa Faktor Penyebab Masalah


Analisa faktor penyebab masalah dilakukan dengan diskusi untuk
menganalisis penyebab masalah masing-masing kelompok antara 3-7 orang.
Analisis penyebab mancakup proses manajemen (p1, p2, p3), sumber daya dan
lingkungan.

Masalah (out put) Penyebab Masalah


Proses Sumber daya Lingkungan
Stratafikasi
Cakupan imunisasi Tidak ada POA Tenaga kurang Adanya
kepercayaan yang
keliru terhadap
imunisasi

Kegiatan yang dilakukan untuk pemecahan masalah adalah penetapan


tujuan dan sasaran, serta mencari alternatif pemecahan masalah. Misalnya dari
factor tersebut yang akan diperbaiki adalah :
a. Sasaran terhadap faktor menejemen (proses) menyusun POA
b. Sasaran terhadap faktor sumber daya dengan mengusahakan tenaga
c. Sasaran terhadap faktor lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang imunisasi

Rujati. 2010. BukuAsuhanKebidananKomunitas. Jakarta :bukukedokteran EGC


7. Pemecahan Masalah
a. Penetapan tujuan
Penetapan tujuan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan
tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Semakin jelas
rumusan masalah kesehatan makaakan semakin mudah menentukan tujuan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tujuan :
1) Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan
2) Tujuan harus sesuai dengan masalah dan dapat diukur
3) Tujuan operasional biasanya ditetapkan dengan batasan waktu dan hasil
akhir yang ingin dicapai pada akhir kegiatan program
4) Berbagai macam kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan
5) Masalah, factor, penyebab masalah dan dampak masalah yang telah dan
akan mungkin terjadi dimasadepan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Tujuan : meningkatkan presenta sejumlah ibu yang memeberi ASI Eksklusif


dari 60% menjadi 90% dalam waktu 1 tahun

b. Penetapan sasaran
1) Sasaran terdapat faktor manajemen (proses)
Menyusunan POA
2) Sasaran terhadap factor sumberdaya
Mengusahakan tenaga
3) Sasaran terhadap factor lingkungan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif
c. Pengembangan alternative cara/langkah untuk mengatasi sasaran
1) Penyusunan POA ASI Eksklusif
a) Konsultasi dengan dinas kesehatan tingkat II
b) Mempelajari cara menyusun POA
c) Menyusun POA
2) Mengusahakan tenaga
a) Mengusulkan tenaga kedinas kesehatan tingkat II
b) Mengangkat tenaga honorer
c) Efisiensi tenaga yang ada
3) Peningkatan pengetahuan
a) Kerjasama dengan tokoh masyarakat
b) Kerjasama dengan lintas sektoral
c) Meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat

8. Pengambilan Keputusan
Langkah pertama;
Penyaringan kegiatan dengan kriteria mutlak

Masukkan kegiatan ke dalam kolom kegiatan kemudian disaring dengan


kriteria mutlak berkan nilai 1 apabila dapat dilaksanakan dan nilai 0 apabila
tidak dapat dilaksaakan.

Penyaringan kegiatan yang akann dilaksanakan dalam rangka peningkatan


cakupan asi ekslusif

Kriteria
Alternatif Kegiatan Hasil dpt di Biaya dpt Teknologi Hasil
No. dalam wkt ditanggungi yg dikuasai
4 bln Pusk

Konsultasi 1 1 1 1
1. penyusunan POA
dengan Dinkes TK II

2. Penyusunan POA 1 1 1 1
Bersama

3. Usulan tenaga ke 1 1 1 1
Tk II
4. Mengangkat `1 0 1 1
Tenaga Honor
5. Efisiensi tenaga 1 1 1 1
yang ada

6. Kerjasama dengan 1 1 1 1
tokoh masyrakat

7 Kerja sama dengan 1 0 1 1


Lintas Sektoral

8. Meningkatkan 1 1 1 1
Penyuluhan di Masy

Kegiatan yang memenuhi kriteria mutlak dari hasil penyaringan kegiatan


pada Langkah pertama adalah

a. Konsultasi penyusunan POA dengan Dinkes II


b. Penyusunan POA Bersama di Puskesmas
c. Mengusulkan tenaga jurim tambahan ke tingkat II
d. Efisensi tenaga yang ada
e. Kerjasama dengan tokoh masyarakat
f. Meningkatkan penyuluhan dimasyarakat

Selain kriteria mutlak output atau hasi (dan input atau sumber daya) ada
kriteria keinginan yang digunakan untuk memilih keputusan yang paling tepat

Contoh :
a. biaya murah
b. Mudah dilaksnakan oleh staf puskesmas
c. bersifat mendidik
Langkah ke 2
memberikan bobot pada kriteria keinginan
a. biaya murah bobot 10
b. mudah dilaksnakan oleh staf puskesmas bobot 8
3. bersifat mendidik bobot 0
Langkah ke 3
penilaian kegiatan dengan menggunakan kriteria keinginan

Kriteria kegiatan
Alternatif Biaya murah Mudah Besifat Jumlah
Kegiatan dilaksanakan mendidik (6)
Konsultasi 5x10 6x8 7x6 140
POA
Penyusunan 7x10 5x8 6x6 146
POA
Mengusulkan 7x10 6x8 6x8 136
tenaga
Efisiensi kerja 6x10 4x8 5x6 122
Kerjasama 5x10 5x8 6x6 126
dengan toma
Kerjasama 5x10 6x8 6x6 134
dengan LS

Dari hasil diatas maka keputusan yang diambil untuk kegiatan meningkatkan
cakupan imunisasi adalah :

a. penyusunan POA dipuskesmas


b. konsultasi penyusunan POA ditingkat II
c. mengusulkan tenaga
d. Kerjasama dengan linyas sectoral
e. Kerjasama dengan tokoh masyarakat
f. efisiensi tenaga

9. Rencana pelaksanaan (penyusunan POA)

Kegiata tujuan Sasaran Biaya waktu Penanggun Rencana Keterangan


n /sumbe g jawab penilai
r

Perencanaan adalah suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu
tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.
Bentuk perencanaan meliputi ;

a. Berdasarkan kurun waktu pelaksanaan


b. Berdasar wilayah
c. Berdasar progam

Proses penyusunan rencana dengan :


a. Menentukan tujuan
b. Menentukan strategi
c. Menentukan kegiatan
d. Menentukan sumber dana
e. Pelaksanaan
f. Evaluasi

Pelaksanaan rencana dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan


disamping melaksanakan program dalam pelaksanaan dapat dilakukan pengawasan,
pengendalian , supervisi, bimbingan

Evaluasi mencakup tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan dan alat pelaksanaan


Penilaian

Kotak isi indikator standar pengukuran Data Hasil

Kebidanan komunitas bekerja sesuai dengan pedoman yang ditetapkan


departemen kesehatan. Kebijaksanaan nasional dijabarkan ditingkat provinsi dan
kabupaten. Pelimpahan wewenang diatur dalam peraturan pemerintah. Unit
pelaksana pelayanan kebidanan komunitas meliputi puskesmas, puskesmas
pembantu, polindes dan posyandu.

Bidan tidak selalu dapat bekerja sendiri, tim kesehatan adalah kelompok
tenaga yang bekerja sama melakukan kegiatan sesuai fungsinya memberi pelayanan
individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Ciri tim kesehatan :

a. Terdiri lebih dari 1 orang anggota


b. Ada kerja sama
c. Adanya pembagian tugas
d. Kesamaan tujuan
e. Adanya pemimpin tim
f. Adanya kegiatan progam
g. Tim berhasil bila bergerak dinamis dan terjadi interaksi antar-anggota dan
lingkungan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap kegiatan dan evaluasi dicatat
sesuai dengan apa yang dilakukan, dilihat, dan didengar. Apa yang ditulis dibaca
kembali dan setiap ada koreksi diberi tanda tangan/ paraf

Anda mungkin juga menyukai