Anda di halaman 1dari 14

TUGAS STATISTIK

DATA

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. DEMSA SIMBOLON, SKM, MKM

Disusun oleh:
AZZAHRA NUR FADHILAH
P0 5130217 007

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU


JURUSAN GIZI PRODI DIV
2018
A. PENGERTIAN DATA
Menurut Pendit (1992), data adalah hasil observasi langsung terhadap
suatu kejadian, yang merupakan perlambangan yang mewakili objek atau konsep
dalam dunia nyata. Hal ini dilengkapi dengan nilai tertentu. Menurut Ralston
dan Reilly (Chamidi, 2004: 314), data didefinisikan sebagai fakta atau apa yang
dikatakan sebagai hasil dari suatu observasi terhadap fenomena alam. Sebagai
hasil observasi langsung terhadap kejadian atau fakta dari fenomena di alam
nyata, data bisa berupa tulisan atau gambar yang dilengkapi dengan nilai
tertentu. Contohnya, daftar hadir siswa semester 1 Ilmu Perpustakaan dan
kearsipan adalah data. Daftar tersebut masih merupakan bentuk mentah karena
belum memberikan informasi apa-apa. Sebagian besar orang awam sering
memiliki pengertian yang agak rancu terhadap data dan informasi. Sering terjadi
pengertian data digunakan untuk menyebut informasi. Demikian pula
sebaliknya.
Data adalah fakta-fakta dan gambar mentah yang akan di proses menjadi
informasi (Williams dan Sawyer, 2007, p39). Connolly dan Begg (2010,p70),
mendefinisikan data adalah komponen yang paling penting dalam database
management system(DBMS), berasal dari sudut pandang end-user. Data
berperan sebagai penghubung antara mesin dengan pengguna. Sedangkan
menurut Romney (2009,p27), data adalah fakta-fakta yang dikumpulkan,
dicatat, disimpan dan diproses oleh system informasi. Data biasanya mewakili
observasi atau pengukuran aktifitas bisnis yang penting bagi pengguna system
informasi. Jadi, data adalah fakta mentah yang belum mempunyai arti yang nanti
akan dikumpulkan dan diolah menjadi informasi
.
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUANTITATIF
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer
dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2012: 193-194)
a. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang
oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner
adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si
peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,


dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.

a) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan
material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan
lancar.
b) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-
kebijakan Rektor terhadap UKM-UKM yang ada di poltekkes kemenkes
bengkulu?dan bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa!”.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008:
77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip
penulisan angket yaitu sebagai berikut:
- Prinsip penulisan angket

1. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan
tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk
pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap
pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya
mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan
angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat
berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan
tidak terstruktur),  dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif
dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak
menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu
panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari
yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah
menuju hal yang sulit.

c. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman
diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi
penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai
reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang
dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA KUALITATIF


Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2).
observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion).
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-
kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut
diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting  yang
harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing
teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus
masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan
teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik
sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
a. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau
subjek penelitian (Emzir, 2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi
seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni
melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu
atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat
teknik yang lain sebelumnya.
Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai
metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan
penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai
partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu
proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang
sebenarnya untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan
data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara,
serta biaya yang dibutuhkan.
b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di
dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat
pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan
pendekatan.
c) The events, menyusun protokol wawancara.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam
(in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam
dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya
jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya
sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali. 2). wawancara
terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan
hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara
mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak
hidup, karena peneliti terikat  dengan pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan
daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan,
sehingga suasana terasa kaku.

b. Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:
1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi
kelompok. Berikut penjelasannya:

a. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode


pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam
keseharian informan.
b. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok
tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

c. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto,
hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa
dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di
masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai
semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77).
d. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat
(Focus Group Discussion), yaitu upaya  menemukan makna sebuah isu oleh
sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang
salah oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan
hasil UN 2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa
Indonesia rendah. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh
seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa
orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan
diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.

D. JENIS INSTRUMEN PENELITIAN KUANTITATF DAN KUALITATIF


Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen
sebagi alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket ,perangkat tes,
pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.
Menurut Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument yang namanya
sama dengan metodenya,antarlain adalah:
1) Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
2) Instrument untuk metode angaket atau kuesioner adalah angket atau
kuesioner
3) Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4) Instrument untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau dapat
juga chek – list

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pengumpulan data


dan instrumen penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap
berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai
cara dan metode  agar proses ini berjalan secara sisitematis dan lebih dapat
dipertanggung jawabkan kevaliditasnya.

E. CARA MEMBUAT KUESIONER


Cara penyusunan kuesioner dapat mengikuti beberapa saran berikut:
a. Kesesuaian antara isi dan tujuan yang ingin dicapai kuesioner Indikator
variabel sebaiknya dimanfaatkan secara tepat, jangan sampai terjadi
kesalahan dalam pengukuran variabel Jogiyanto (2005), Sekaran (2000).
Setiap indikator minimal terdapat satu pernyataan tetapi bila memungkinkan
lebih dari satu pernyataan,Suharsimi (1996)
b. Jumlah indikator atau dimensi cukup untuk mengukur variabel.Misalnya,
Sekaran (2000) memberikan contoh bahwa variabel motivasi berprestasi
(achievement motivation) dapat diobservasi dan diukur berdasarkan lima
dimensi.
c. Skala pada kuesioner Penggunaan skala pengukuran yang tepat, dalam hal
datanya nominal, ordinal, interval dan ratio lebih disarankan menggunakan
pertanyaan tertutup.Skala dapat berjumlah genap atau ganjil Untuk
penelitian di Indonesia disarankan menggunakan skala Likert genap
misalnya dengan 4 tingkat (berarti skala genap) yaitu:
1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (kurang setuju) dan 4 (tidak setuju).Sebab
terdapat kecenderungan bahwa individu di Indonesia cenderung bersikap
netral,apabila demikian responden lebih mempunyai sikap kepada setuju
atau tidak setuju.Namun apabila menggunakan skala Likert ganjil, misalnya
lima tingkat skala Likert maka individu di Indonesia dikhawatirkan akan
cenderung memilih tiga (yang mencerminkan sikap netral). Lima tingkatan
skala Likert tersebut adalah: 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (netral), 4
(kurang setuju) dan 5 (tidak setuju).
d. Jumlah pertanyaan memadai,tidak terlalu banyak Jumlah pertanyaan yang
terlalu banyak menimbulkan keenggan responden namun apabila terlalu
sedikit dikhawatirkan kurang mencerminkan opini responden. Jogianto
(2005) menyarankan waktu untuk menyelesaikan kuesioner tidak melebihi
10 menit.
e. Jenis dan bentuk kuesioner: tertutup dan terbuka, disesuaikan dengan
karakteristik sampelnya Cooper dan Emory (1995) menyatakan terdapat lima
faktor yang yang mempengaruhinnya, yaitu: pertama, dari sisi tujuannya
antara sekedar klarifikasi atau 50
f. CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol.2 No. 1
Desember 2010 menggali informasi. Kedua, tingkat informasi responden
(degree of knowledge)
g. terkait topik penelitian. Ketiga, derajad pemikiran responden terkait dengan
derajad intensitas ekspresi responden. Keempat, kemudahan komunikasi dan
motivasi responden. Kelima, derajad pemahaman peneliti sehingga semakin
kurang paham semakin diperlukan pertanyaan terbuka.
h. Bahasa yang dipakai disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
Kondisi responden terkait dengan: tingkat pendidikan, budaya, kerangka
referensi Kalau responden kurang memahami kuesioner, selayaknya (apabila
memungkinkan) peneliti bisa membagikannya secara langsung kepada
responden.Bila demikian peneliti dapat memberikan penjelasan langsung
apabila terjadi ketidakpahaman responden.
i. Untuk melihat keseriusan responden perlu dinyatakan dalam
pertanyaan(pernyataan) yang positif maupun negatif sehingga informasi bias
dapat diminimalisir
j. Misalnya :pertanyaan no 6 adalah: “saya sangat menikmati kegiatan lomba
karya ilmiah di kampus saya”. Responden sekali waktu perlu dicek
konsistensinya misalnya pada pernyataan berikutnya(dibuat lagi) “saya
merasa jenuh dengan kegiatan lomba karya ilmiah di kampus saya”.
k. Pertanyaan tidak mendua supaya tidak membingungkan responden.Misalnya
l. pernyataan: “saya yakin bahwa kegiatan ini mudah dan dapat segera
diselesaikan dalamwaktu singkat” sebaiknya dipecah menjadi dua
pernyataan berikut:pertama, ”Saya yakin bahwa kegiatan ini mudah untuk
dilaksanakan”dan yang kedua “Saya yakin bahwa kegiatan ini dapat segera
diselesaikan dalam waktu singkat”
m. Pernyataan sebaiknya tidak memungkinkan jawaban ya atau tidak,
disarankan untuk membuat dalam beberapa gradasi, misalnya dalam suatu
kontinuum yang memungkinkan munculnya variasi nilai
n. Pernyataan bukan hal yang sudah lama, masa lalu cenderung bias dan sudah
dilupakan.
o. Pernyataan tidak bersifat mengarahkan, tidak bersifat menggiring.
Misalnya“para pimpinan di tempat kerja saya cenderung bersikap bijaksana,
apakah anda setuju? 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (kurang setuju) dan 4
(tidak setuju)”. Responden seolah digiring untuk bersikap menyetujui
pernyataan yang menjadi subyektivitas peneliti.
p. Pernyataan tidak membingungkan responden. Misalnya pernyataan: ”saya
merasa bahagia”,mungkin perlu diperjelas dengan:“saya merasa bahagia
dalam kehidupan 51 CEFARS : Jurnal Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah Vol. 2 No. 1 Desember 2010 perkawinan saya”.Ada kemungkinan
responden bingung karena dia merasa bahagia dalam kehidupan
perkawinannya namun tidak bahagia dalam pekerjaannya.
q. Pernyataan tidak terlalu memberatkan responden. Seandainya berupa
pernyataan ataupun pertanyaan terbuka, perlu kronologi yang baik artinya
diawali dengan hal-hal ringandan umum dan seterusnya sampai kepada hal-
hal yang bersifat spesi

F. JENIS INSTRUMEN PENILAIAN STATUS GIZI DAN CARA


MENGUMPULKANNYA
a. Metode Recall 24 jam

24 hour Food Recall (recall 24 jam) merupakan metode yang


paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan meminta responden
untuk mengingat seluruh makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
sebelumnya. Hal penting yang perlu diketahui bahwa dengan recall 24
jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat Ukuran
Rumah Tangga (URT) seperti sendok, gelas, piring dan lain-lain atau
ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa,  2012).
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat
(gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram)
pewawancara menggunakan alat bantu seperti contoh URT atau dengan
menggunakan model dari makanan (food model). Setelah itu
menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).Selanjutnya
membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang diAnjurkan
(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Sebelum melakukan perhitungan Tingkat Konsumsi Energi
(TKE) individu, dilakukan perhitungan BB ideal dan AKG individu
(energi).
Perhitungan tersebut sebagai berikut:
 BB ideal (untuk anak 1-5 tahun) = (Umur dalam tahun x 2) + 8
 AKG individu (energi)    x Energi Standar

 TKE individu  x 100%


Kriteria :
 Baik               : > 130% AKG
 Sedang          : 100 -  <130% AKG
 Kurang          : 70 - < 100% AKG
 Defisit           : < 70% AKG                                 
Perhitungan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) juga didahului dengan
perhitungan AKG individu (protein). Perhitunan tersebut sebagai berikut:
 AKG individu (protein)    x   Protein Standar
 TKP individu    x 100%

Kriteria:
 Lebih                         : > 120% AKG
 Baik                           : 100 - <120% AKG
 Kurang                      : 80 - <100% AKG
 Sangat Kurang          : < 80% AKG
b. Metode Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Food Frequency Methode adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan dan tahun. Frekuensi
konsumsi bahan pangan dapat digunakan untuk melihat kebiasaan makan
seseorang. Metode ini dapat dilakukan dengan cepat baik diisi sendiri
oleh responden atau dengan wawancara.Disamping itu tidak merepotkan
responden disbanding metode lainnya (Supariasa,  2012).
Langkah-langkah pelaksanaan metode frekuensi makanan yaitu:
1. Responden diminta member tanda pada daftar makanan yang tersedia
pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran
proporsinya.
2. Melakukan rekapitulasi tentang penggunaan jenis bahan makanan
terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi
tertentu selama periode tertentu pula (Supariasa, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan


Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Group

Sanafiah Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: ALFABETA. 2012 (cet. 15)

Sarwano, Jonathan. 2006.  Metode Penelitian Kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Buku Pengantar Konsep Informasi, Data, dan Pengetahuan oleh Dra. Sri Ati, M.Si.,
Prof. Dr. Nurdien, H. Kistanto, M.A., dan Amin Taufik,S.Sos.

Anda mungkin juga menyukai