Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Supriati (2012:5) adalah sebagai berikut “ Metode
penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.” Menurut Sugiyono
(2009:2) menyatakan bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Sedangkan menurut Juliansyah
Noor (2011:254) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian adalah anggapan dasar tentang
suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.”
Dengan demikian dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data terhadap suatu
permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu tanpa harus membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan objek yang lain.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural seting), pada laboratorium atau didalam kelas dengan metode eksperimen, di rumah
dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview,
kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)
Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan 4).
diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik
tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus
dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai,
untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan
teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya
dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Jadi penelitian deskriptif adalah
penelitan yang mempergunakan data serta dengan teknik analisis berdasarkan kajian pustaka.
Instrumen yang dipergunakan pada metode deskriptif ini lebih pada mendekati bentuk
penelitian kualitatif dengan kesimpulan yang sempit, oleh karena itu tidak sedikit yang orang
yang memberi nama penelitian ini dengan istilah kualitatif deskriptif.
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti
dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
dengan tatap muka maupun lewat telepon.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan
lancar.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:
1. The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu
diketahui untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat
pengambilan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
2. The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan
pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
3. The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
a. Pendahuluan,
b. Pertanyaan pembuka,
c. Pertanyaan kunci, dan
4. Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk
membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan
pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.
5. The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka
disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup
seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan
bagaimana pengambilan data dilakukan.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang
akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka
peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu
tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka pewawancara harus memperhatikan tentang situasi dan
kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan
wawancara.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar,
2008: 77).
“Apakah buku-buku yang ada di perpustakaan sudah cukup memenuhi kebutuhan belajar
Anda?”
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket
yaitu sebagai berikut:
Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti. Oleh karena itu
instrumen angket tersebut harus daapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan
reliabel variabel yang diukur.
Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
3. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada
skala bertingkat. Misalanya memperhatikan respon peserta didik dalam menerima
pembelajaran, bukan hanya mencatat respon tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut
apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
Banyak sekali peneliti yang menggunakan teknik ini agar didapatkan data yang lebih valid.
Jika hanya mengamati dari jauh tanpa mau merasakan kehidupan yang dialami subjek, bisa
saja seorang peneliti salah mengartikan apa yang dilihatnya, terkadang apa yang dilihat
memang tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya.
Berikut contoh lembar observasi respon peserta didik saat didalam kelas :
4. Teknik pengumpulan data studi pustaka
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77).
Pengumpulan data selanjutnya yaitu dengan melakukan studi pustaka. Studi beberapa
pustaka ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap topik permasalahan yang ingin
diteliti. Pengumpulan data seperti ini sangat cocok untuk jenis penelitian studi pustaka. Jadi
data dalam penelitian studi pustaka tersebut diambil dari dokumen, arsip, atau buku-buku.
Tetapi bukan berarti jenis penelitian yang bukan studi pustaka tidak memerlukan pustaka.
Tetap perlu, tetapi kadarnya tidak sedetail penelitian studi pustaka. Tanpa studi pustaka,
Anda tidak mungkin bisa menganalisis sebuah data dengan benar. Semua pasti perlu patokan,
jadi analisis dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk membaca data dan fenomena yang
akan diteliti.
Studi pustaka sendiri terbagi menjadi 2 kategori, yaitu dokumen primer dan dokumen
sekunder. Penjelasan lebih lanjutnya akan kami uraikan dalam pembahasan berikut ini!
1. Dokumen primer
Yaitu dukumen yang ditulis langsung pelaku kejadian atau seseorang yang mengalami
suatu peristiwa secara langsung, contohnya yaitu buku autobigorafi.
2. Dokumen sekunder
Yaitu dokumen yang ditulis berdasarkan laporan, peristiwa, atau cerita orang lain,
contohnya yaitu buku biografi.
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group
Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat
diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya,
sekelompok peneliti mendiskusikan penghapusan Ujian Nasional 2020 yang disebabkan oleh
COVID-19. Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka
dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang
mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif.