Anda di halaman 1dari 23

D.

Metode Penelitian
1. Peneliti Sebagai Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1995 : 177) instrument penelitian
merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dapat disimpulkan
bahwa instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan baik.Instrumen penelitian
merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
penelitian dengan cara melakukan pengukuran.1 Ada juga yang menyatakan
bahwa instrument penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara, atau
pengamatan, atau daftar pertanyaan yang disiapkan untuk mendapatkan informasi
dari responden.2
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun social yang diamati.3 Dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan instrumen pertama dari penelitian. Dimana peneliti sekaligus sebagai
perencana yang menetapkan fokus, memilih informasi, sebagai pelaksana
pengumpulan data, menafsirkan data, menarik kesimpulan data dilapangan
sekaligus menganalisis data di lapangan yang alami tanpa dibuat-buat. Peneliti
sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti
melakukan kerja lapangan secara langsung dan bersama beraktivitas dengan orang
orang yang diteliti untuk mengumpulkan data. Konsekuensi peneliti sebagai
instrumen penelitian adalah peneliti harus memahami masalah yang akan diteliti,
memahami teknik pengumpulan data penelitian tersirat dari apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan oleh karena itu dibutuhkan kepandaian dalam memahami
masalah. Peneliti harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan
diteliti. Untuk itu dibutuhkan sikap yang toleran, sabar, serta menjadi
pendengaryang baik.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu dengan teori,
tetapi di pandu oleh fakta-fakta yang ditemukan dilapangan pada saat penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama penelitian, di
1
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2015)
2
Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo,2005)
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta,2010)
mana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan fokus, memilih
informan, sebagai pelaksana pengumpulan data, menafsirkan data, menarik
kesimpulan sementara di lapang dan menganalisis data di lapangan yang alami
tanpa dibuat-buat.
Peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif mengandung arti
bahwa peneliti melakukan kerja lapangan secara langsung dan bersama
beraktivitas dengan orang-orang yang diteliti untuk mengumpulkan data.4
Instrument sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data yang empiris sebagaimana
adanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris dapat
menyesatkan peneliti sehingga kesimpulan peneliti yang ditarik atau dibuat
peneliti bisa keliru.5 Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang
objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif
pula. Selain diperoleh data yang objektif, dengan menggunakan instrument dalam
pengumpulan data, maka pekerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah untuk diolah.6
Objektivitas data hasil pengukuran dapat dicapai karena pengumpulan data
dengan alat ukur yang baik dapat menutup kesempatan peneliti memasukkan
unsur-unsur subjektivitas dalam pengumpulan data. Alat indera manusia
mempunyai kemampuan yang terbatas dalam memahami berbagai gejala maupun
fenomena sehingga memerlukan alat bantu pengukuran agar pemahaman terhadap
gejala maupun fenomena yang ada tidak didasarkan atas subjektivitasnya. Namun
dalam suatu penelitian manusia atau alat indera manusia menjadi instrument
penelitian yang wajib, salah satunya pada penelitian naturalistik. Dalam penelitian
naturalistik/ Kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrument peneliti utama.7 Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum
mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian,

4
Sudarwin, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Penerbit Pustaka,2002)
5
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara,2009)
6
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2015)
7
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito bandung,2002)
data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
Dalam keadaan yang serba tak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya
peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya.
Menurut Nasution Peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk
penelitian serupa ini karena mempunyai ciri-ciri yang berikut.8
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beeaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
Tidak ada instrument lain yang dapat bereaksi terhadap demikian banyak
factor dalam situasi yang senantiasa berubah-ubah.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Tidak ada alat
penelitian lain, seperti yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang
dapat menyesuaikan diri dengan bermacam-maca situasi serupa itu.
3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa
tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya perlu merasakannya,
menyelaminya berdasarkan penghanyatan.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
Peneliti dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan, untuk mentes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan.
Dalam penelitian menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif
yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat dioalh secara
sttistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia
sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian,

8
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito bandung,2002)
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.
2. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian.9 Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa
saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada
hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara
mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah
diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Ada bermacam-macam cara pembagian jenis wawancara yang
dikemukakan dalam kepustakaan. Dua diantaranya dikemukakan disini.10 Cara
pembagian pertama dikemukakan oleh Patton sebagai berikut: (a) wawancara
pembicaraan informal, (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara,
dan (c) wawancara baku terbuka. Pembagian wawancara yang dilakukan oleh
Patton didasarkan atas perencanaan pertanyaannya. Ketiganya dijelaskan secara
singkat dibawah ini.11
1) Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung
pada pewanwancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara
dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan
pertanyaannya dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka
dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara
9
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2010)
10
Moleong, L. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2012)
11
Quin Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1991)
berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk
wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya.
3) Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk
setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing)
terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan
pewawancara.
Pembagian lain dikemukakan oleh Guba dan Lincoln . Pembagian mereka
adalah (a) wawancara oleh tim atau panel, (b) wawancara tertutup dan wawancara
terbuka, (c) wawancara riwayat secara lisan, (d) wawancara tersrtuktur dan tak
terstruktur. Berturut-turut hal itu diurakan berikut ini.12
1) Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya satu
orang, tetapi oleh duaa orang atau lebih terhadap seseorang yang
diwawancarai. Jika cara ini digunakan, hendaknya pada awalnya sudah
dimintakan kesepakatan dan persetujuan dari terwawancara, apakah ia tidak
keberatan diwawancarai oleh dua orang. Dipihak lain, seorang pewawancara
dapat saja memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai
sekaligus, yang dalam hal ini dinamakan panel.
2) Wawancara tertutup dan wawancara terbuka (covert and overt interview)
Pada wawancara ini tertutup biasanya yang diwawancarai tidak
mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak
mengetahui tujuan wawancara. Cara demikian tidak sesuai dengan penelitian
kualitatif yang biasanya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian
kualitatif sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu
bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan
tujuan wawancara itu.
3) Wawancara Riwayat secara Lisan
Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah
membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial,
12
Brinkmann, S. Qualitative Interviewing, (United States of America: Oxford University
Press,2013), Hlm. 20
pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini adalah
untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya,
ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain.
4) Wawancara Terstruktur dan Wawancara Tak Terstruktur Wawancara
Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban
terhadap hipotesis kerja. Jenis wawancara ini tampaknya bersamaan dengan
apa yang dinamakan wawancara baku terbuka menurut Patton seperti yang
dijelaskan diatas. Biasanya dalam wawancara terstruktur, survei didasarkan
pada logika penelitian yang sama seperti kuesioner (cara standar mengajukan
pertanyaan yang dipikirkan untuk menghasilkan jawaban yang dapat
dibandingkan di antara peserta dan mungkin kuantitatif).
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda
dengan yang terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer. Pertanyaan
biasanya tidak disusun terlebih dahulu malah disesuaikan dengan keadaan dan
ciri yang unik dari responden. Menurut Moleong Pelaksanaan tanya jawab
mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara tak terstruktur
dilakukan pada keadaan-keadaan berikut 13:
a) Bila pewawancara berhubungan dengan orang penting.
b) Jika pewawancara ingin menayaakan sesuatu secara lebih mendalam
lagi pada seorang subyek tertentu.
c) Apabila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat
penemuan.
d) Jika ia tertarik untuk mempersoalkan bagian –bagian tertentu yang tak
normal.
e) Jika ia tertarik untuk berhubungan langsung dengan salah seorang
responder.
f) Apabila ia tertarik untuk mengukapkaan motivasi, maksud ,atau
penjelasan dari responden.

Moleong, J. L, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya


13

Offset,2014)
g) Apabila ia mau mencoba mengukapkaan pengertian suatu peristiwa,
situasi, atau keadaan tertentu.
b. Langkah-langkah Wawancara
Pelaksanaan wawancara terjadi ketika pewawancara dengan terwawancara
saling berhubungan mengadakan percakapan. Tata aturan dan kesopanan harus
dipenuhi pewawancara antara lain:
1) Pewawancara hendaknya berpakaian sepantasnya
2) Pewawancara senantiasa menepati janji waktu yang telah disepakati
3) Setelah bertemu, pertama kali memperkenalkan diri dulu
4) Persiapan tempat dan lingkungan sekitar pelaksanaan wawancara
senyaman mungkin dan menyenangkan.
Moleong menyatakan bahwa untuk melakukan wawancara melalui empat
langkah sebagai berikut 14:
1) Menetapkan tujuan wawancara
Sebelum wawancara dilakukan, perlu ditetapkan tujuan wawancara.
Penetapan tujuan ini dilakukan agar pertanyaan yang kalian ajukan kepada
narasumber bisa terarah pada informasi yang kita butuhkan sehingga
wawancara akan berhasil.
2) Menyiapkan daftar pertanyaan
Wawancara adalah proses dialog antara orang yang mencari
informasi dengan orang yang memberikan informasi. Dalam dialog terjadi
karena adanya pertanyaan dari pewawancara dan jawaban dari narasumber.
Berikut adalah petunjuk penyusunan daftar pertanyaan dalam wawancara.
a) Pertanyaan disusun berdasarkan tujuan wawancara.
b) Upayakan satu pertanyaan untuk menggali satu informasi.
c) Kalimat tanya disusun dengan singkat dan jelas.
d) Daftar pertanyaan dibicarakan dulu dengan orang yang lebih
mengerti.
3) Melakukan wawancara
Proses melakukan wawancara dilakukan dengan beberapa tahapan.
Meskipun tahapan itu bukan merupakan tahapan baku, paling tidak tahapan-
14
Moleong, L.J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-26), (Bandung:
Remaja Rosdakarya,2009)
tahapan itu bisa menjadi pemandu kalian dalam berwawancara agar bisa
berhasil.
a) Pendahuluan
Pewawancara membuat janji dulu dengan narasumber, kapan
dan dimana narasumber bersedia diwawancarai. Jangan lupa
sampaikan tujuan wawancara kepada narasumber.
b) Pembukaan
Awalilah dengan pembicaraan ringan, seperti menanyakan
kabardan kondisi narasumberserta tunjukkan sikap yang ramah dan
bersahabat.
c) Tahap inti
Ajukan pertanyaan secara urut, singkat, dan jelas. Lakukan
perekaman selain pencatatan. Hindarilah pertanyaan yang memojokkan
atau menginterogasi.
d) Penutup
Akhiri wawancara dengan kesan yang baik dan menyenangkan.
Jangan lupa ucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan
narasumberdiwawancarai.
4) Melaporkan hasil wawancara
Hasil wawancara dituliskan sebagai bentuk laporan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan hasil wawancara.
a) Perhatikan kaidah penulisan laporan.
b) Jangan mencampuri hasil wawancara dengan pendapat sendiri.
c) Pilihlah data yang relevan dengan permasalahan.
d) Jaga nama baik narasumber dan bila perlu jaga kerahasiaan
identitas narasumber.
Agar bisa dipersiapkan dengan baik selama wawancara, peneliti harus
waspada dengan beberapa hal yang harus diperhatikan selama setiap tahap
wawancara yang terdiri dari: pra wawancara, wawancara, dan post-wawancara.
Berikut ini adalah tahapan dalam wawancara15:
a. Pra-wawancara
15
Sari Wahyuni, Qualitative Research Method: Theory and Practice, (Jakarta:
Salemba Empat,2012)
1) Menganalisis masalah penelitian dan fokus pada pertanyaan Anda
(pertanyaan penelitian). Ini adalah isu penting yang harus diputuskan
sebelumnya sehingga wawancaranya tidakakan ke mana-mana.
2) Mengerti informasi apa yang anda butuhkan. Ini termasuk mengetahui
tentang apa yang ingin Anda pelajari dari orang yang Anda ajak bicara,
seberapa banyak Anda sudah tahu tentang pertanyaan Anda, dan
bagaimana mengelola pengetahuan ini.
3) Lihatlah siapa yang bisa memberikannya. Kebenaran wawancara
kualitatif Anda tergantung pada siapa Anda diwawancarai dan
mengapa, apakah dia tetap fokus dan jika Anda mempercayai ceritanya.
4) Pilot study sebagian besar waktu diperlukan karena alasan berikut: (1)
menilai pertanyaan dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara; (2)
mendapatkan wawasan tentang variabel yang mungkin tidak diketahui
pada awal penelitian; (3) menarik perhatian dan meyakinkan kandidat
responden untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam penelitian Anda.
5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutupi keseluruhan
variabel penelitian Anda harus menjadi aset sejak awal sehingga kita
tidak akan kehilangan momentum. Saat kita wawancara, mintalah
peserta tentang batasan waktu yang mereka miliki.
6) Sosial konvensi. Ini termasuk bagaimana Anda berperilaku dalam
wawancara, jenis kain apa yang harus Anda pakai dan sebagainya.
Kuncinya di sini adalah untuk mengetahui siapa yang akan
diwawancarai. Kita harus sadar bahwa presentasi diri akan
mempengaruhi hubungan lapangan sampai tingkat tertentu. Kode
berpakaian yang berbeda mungkin diperlukan untuk tipe responden
yang berbeda misalnya, ketika kita mewawancarai seorang eksekutif
kita harus berdandan dengan baik untuk menghormatinya, tapi ketika
mewawancarai seorang pedagang kaki lima maka sebaiknya kita
berpakaian santai sehingga tidak ada celah besarantara pewawancara.
dan orang yang diwawancarai.
7) Buat alasan atau imbalan bagi responden. Reward tidak selalu
berhubungan dengan hal materi, kado, cinderamata, dll., Tapi bisa juga
menjadi insentif bagi responden untuk berpartisipasi dalam penelitian
Anda. Orang yang diwawancarai harus termotivasi. Mengapa mereka
menjawab pertanyaan Anda? Apa keuntungan bagi mereka? Anda dapat
menyebutkan bahwa hasil penelitian ini akan membantu perusahaan
mereka untuk melihat posisi kompetitif mereka di antara kompetisi lain
atau akan membantu pembuat kebijakan mengembangkan kebijakan
yang tepat untuk memperkuat industri ini.
8) Siapkan semua sumber daya yang terkait dengan wawancara, ini
termasuk menyiapkan metode untuk merekam data, tempat wawancara
(dalam hal ini Anda harus memilih setting dengan sedikit gangguan),
biaya perjalanan wawancara secara keseluruhan, dll.
b. Wawancara
Selama proses wawancara, ada beberapa variabel yang harus diketahui
oleh peneliti.
1) Mengorientasikan responden. Pada awal wawancara, kami harus
memberikan pengenalan yang baik kepada responden dengan
memberikan informasi yang diperlukan yang mencakup:
a) Sebuah tujuan wawancara dan keuntungan responden untuk
disertakan dalam penelitian,
b) alamat kerahasiaan,
c) jelaskan format wawancara,
d) menunjukkan berapa lama wawancaranya biasanya
berlangsung,
e) berikan informasi kontak pewawancara, dan
f) izinkan orang yang diwawancarai untuk memperjelas keraguan
tentang wawancara tersebut.
2) Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Penting untuk
diketahui bahwa pewawancara harus menjadi pendengar yang baik, dan
yang terbaik adalah apa yang responsif - pada saat ini - terhadap apa
yang orang yang diwawancarai katakan. Contohnya: “Adakah kendala
dalam recruitment pendidik ketika TK ini baru didirikan?”.16

16
W.KS.10 Koding Wawancara TK Negeri Pembina 3
3) Harus menunda informan sepenuhnya untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan. Dengan kata lain, pertanyaan tidak boleh diajukan dengan
cara yang terdepan atau direktif, karena ini menekan responden untuk
menjawab dengan satu cara atau acara tertentu untuk memberikan
jawaban yang menurut Anda ingin Anda dengar. Misalnya, jangan
mengajukan pertanyaan seperti: "Anda pasti sudah menyadari itu ...,"
atau "Bagaimana Anda bisa ...".
4) Kembangkan hubungan dengan orang yang diwawancarai. Bukan hanya
pada awal wawancara tetapi juga sampai akhir pelajaran Anda karena
Anda tidak pernah tahu bahwa suatu hari Anda mungkin perlu memiliki
izin untuk publikasi Anda (catatan: beberapa perusahaan meminta izin
untuk setiap publikasi yang terkait dengan perusahaan mereka dan
beberapa jurnal juga meminta bukti kesepakatan persetujuan dari
perusahaan untuk publikasi studi kasus).
5) Hati-hati soal pertanyaan sensitif. Sering kali, ini hanya pertanyaan
ungkapan atau penggunaan bahasa yang tepat untuk membuat
pertanyaan menjadi kurang sensitif. Terkadang, pertanyaannya bersifat
sensitif, tapi tetap harus ditanyakan. Di sini, orang yang diwawancarai
tidak boleh tertekan untuk memberikan pertanyaan jawaban ya atau
tidak pasti mengapa strategi atau rencana tertentu gagal, tentang konflik
dalam organisasinya dapat menjadi sensitif bagi orang yang
diwawancarai.
6) Gesturing. Menggunakan tangan Anda dengan cara yang positif selama
wawancara menunjukkan bahwa Anda dinamis dan bersemangat
dengan apa yang Anda katakan. Hati-hati dengan beberapa sinyal
negatif yang bisa memberi isyarat sekalipun. Juga, waspadalah terhadap
perilaku berulang yang dapat menarik perhatian terlalu banyak, seperti
memutar-mutar rambut, menggaruk, menyentuh wajah Anda terlalu
banyak, bermain dengan telinga Anda, dan lain-lain.
7) Kontak Mata. Sebuah studi yang sangat menarik baru-baru ini
membandingkan orang yang diwawancarai yang memberi banyak
kontak mata dengan mereka yang kurang memberi kontak mata.
8) Rekaman wawancara. Cobalah untuk merekam setiap wawancara yang
Anda buat, tentu saja, dengan izin dari orang yang diwawancarai.
c. Post Wawancara
Pada akhir wawancara, tugas peneliti belum selesai, setidaknya ada tiga
kewajiban yang harus kita lakukan, seperti di bawah ini.
1) Tuliskan poin penting yang harus dilakukan segera setelah kita kembali
dari wawancara untuk menghindari hilangnya ingatan dari peneliti.
Contohnya: “ Semua ketetapan yang bersifat umum untuk kemajuan
sebuah sekolah negeri berasal dari pemerinta”.17
2) Kirimkan surat terima kasih dan pertahankan hubungan. Beberapa hari
setelah wawancara pastikan untuk mengirim pewawancara Anda sebuah
surat yang mengekspresikan antusiasme dan kesan positif Anda
terhadap perusahaan.
3) Lewati catatan wawancara Anda dengan benar. Tuliskan hasil
wawancara dan terus menerus periksa apakah ada kontradiksi atau
kemiripan kutipan dan lihat apakah semua informasi yang diperlukan
sudah terisi. Anda juga dapat mengirimkan draf wawancara dan
meminta masukan dari orang yang diwawancarai. Ini juga tergantung
pada hubungan Anda dengan orang yang diwawancarai, mereka
mungkin ingin melihat apa yang mereka katakan, dan seringkali,
mereka memberikan informasi tambahan atau mengklarifikasi pesan
mereka secara sukarela.

c. Jenis-Jenis Perntanyaan dalam Wawancara


Menyiapkan daftar pertanyaan sangatlah penting saat ingin melakukan
wawancara, karena daftar pertanyaan tersebut merupakan pedoman dalam
melakukan wawancara. Selain itu peneliti atau orang yang akan melakukan
wawancara hendaknya membawa buku catatan, tape recorder, kamera, atau alat
lainnya untuk membantu lancarnya saat wawancara.
Jika pewawancara telah menyiapkan daftar pertanyaan berarti telah
membuat keputusan berkenaan dengan pertanyaan apa yang perlu ditanyakan,

17
W.KS.12a Koding Wawancara TK Negeri Pembina 3
bagaimana mengurutkannya, sejauh mana kekhususan pertanyaan itu, berapa lama
waktu yang dibutuhkan, dan bagaimana memformulasikan pertanyaan itu. Patton
memberikan enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara akan terkait dengan satu pertanyaan lainnya.18
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku
Pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat
seseorang. Pertanyaan demikian ditujukan untuk medeskripsikan pengalaman,
perilaku, tindakan, dan kegiatan yang dapat diamati pada waktu kehadiran
pewawancara. Contohnya: “Adakah kendala dalam memenuhi fasilitas ketika
TK ini baru didirikan?”.19
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
Pertanyaan jenis ini ditujukan untuk memahami proses kognitif dan
interpretatif dari subjek. Jawaban terhadap pertanyaan ini memberikan
gambaran kepada kita mengenai apa yang dipikirkan tentang dunia atau
tentang suatu program khusus. Pertanyaan itu menceriterakan tujuan,
keinginan, harapan, dan nilai . Contohnya: “Apa yang membedakan lembaga
ini dengan lembaga-lembaga TK lain?”.20
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Pertanyaan demikian ditujukan untuk dapat memahami respon
emosional seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya. Ada
seperangkat asumsi tentang spontanitas respon emosional itu. Perasaan terjadi
dalam diri orang; perasaan itu adalah respon alamiah atau emosional tentang
apa yang terjadi disekitarnya. Perasaan menjaring dimensi afektif dari
kehidupan manusia.
Sewaktu pewawancara mengajukan pertanyaan, pada dasarnya ia
hendak mencari respons afektif. Misalnya: “Apakah saudara merasa khawatir,
senang, takut, terancam percaya diri...?". Biasanya pertanyaan demikian
memperoleh jawaban yang tidak langsung, dan setelah dianalisis dapat
dipastikan.

18
Quin Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1991)
19
W.KS.8 Koding Wawancara TK Negeri Pembina 3
20
W.KS.16 Koding Wawancara TK Negeri Pembina 3
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan tentang pengetahuan diajukan untuk memperoleh
pengetahuan faktual yang dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal
dipandang dapat diketahui. Hal-hal itu bukan pendapat atau perasaan, atau
merupakan hal-hal yang diketahui seseorang, melainkan fakta dari kasus itu.
Pengetahuan tentang suatu program terdiri dari laporan tentang
pelayanan yang tersedia, siapa yang pantas, ciri-ciri langganan, siapa yang
dilayani oleh program itu, berapa lama tenaga kerjanya bekerja, apa peraturan
dan ketentuan program itu, bagaimana cara mendaftar sebagai tenaga
kerjadalam program tersebut. Contohnya : “Lembaga ini bernama TK Negeri
pembina 3, Apakah dulunya TK ini mengalami perubahan nama?”.21
5) Pertanyaan yang berkaitan dengan indera
Pertanyaan ini berkenaan dengan apa yang dilihat, didengar,diraba,
dirasakan, dan dicium. Maksud pertanyaan ini ialah memberikan kesempatan
kepada pewawancara untuk memasuki perangkat indera responden. “Jika
Saudara berjalan melalui pintu suatu program, apa yang Saudara lihat?”
“Uraikanlah kepada saya apa yang akan saya lihat jika saya berjalan melalui
pintu itu ke dalam program” “Apa yang ditanyakan oleh konselor jika
Saudara menemuinya? "Apa yang sesungguhnya dikatakannya?"
6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini berusaha menemukan ciri-ciri yang diwawancarai.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu membantu pewawancara
menemukan hubungan responden dengan orang lain. Pertanyaan-pertanyaan
baku berkaitan dengan usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal atau
mobilitas, dan sebagainya.
d. Membuat Daftar Pertanyaan
Nasution dalam bukunya menyebutkan bahwa sebenarnya tidak ada urutan
yang pasti mengenai urutan pertanyaan atau topik yang akan kita bicarakan.
Namun dapat diberi beberapa saran. 22
1) Jangan mulai dengan hal-hal yang kontroversial atau sensitif yang dapat
menimbulkan pertentangan.
21
W.KS.1 Koding Wawancara TK Negeri Pembina 3
22
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito,2003)
2) Mulailah dengan hal-hal masa sekarang seperti pekerjaan, pengalaman
atau tindakan.
3) Langsung menanyakan hal-hal mengenai pengetahuan atas
keterampilan dapat dipandang sebagai ujian dan merusak kesantaian
suasana. Pengetahuan dan keterampilan sebaiknya ditanyakan dalam
konteks tertentu yang telah dibicarakan sebelumnya.
4) Jangan segera ditanya mengenai masa lampau responden. Sebagian
orang tidak suka bila masa lalunya dibngkar orang dan karena itu harus
dibatasi dan hanya diselipkan di antara peranyaan lain dalam
kontekstopik yang dibicarakan
e. Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan
wawancara. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur,
maka peniliti harus mampu membuat rangkuman yang sistematis terhadap hasil
wawancara.23 Untuk dapat mengolah data dari hasil wawancara, peneliti harus
mengorganisasikannya sehingga mudah untuk digunakan.24 Setelah mendapatkan
sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, dan data yang tidak
penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang
lan perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data
yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data lama atau
yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.
Dalam mencatat hasil wawancara dapat digunakan alat-alat sebagai
berikut.
1. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
sumber data.
2. Tape recorder berfungsi sebagai alat perekam suara saat
berlangsungnya wawancara.

23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif , R dan
D, (Bandung. Alfabeta,2012)
24
Seidman Irving, Interviewing as Qualitative Reseacrh. (New York: Teachers
College Press,2006)
3. Kamera berfungsi sebagai alat dokumentasi saat peneliti melakukan
wawancara. Dengan adanya foto, dapat menguatkan bukti bahwa
peneliti telah melakukan penelitian dengan wawancara.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam berbagai


bahan, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga memungkinkan
bagi peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi sebagai penguat
data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data, interpretasi,
kesimpulan.25 Hal ini sejalan dengan Sudaryono yang menyatakan bahwa dengan
adanya dokumentasi maka hasil penelitian akan semakin kredibel.26

Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.


Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,
film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.27

Sementara itu, studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data


melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti untuk ditelaah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah. Menurut
Irawan studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan
kepada subjek penelitian.28 Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat
pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara
25
Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif, (Majalah
Ilmiah Pawiyatan,2013), hlm 82-92
26
Gaguk Margono Sudaryono dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrumen
Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu,2013)
27
Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi (Bandung : CV. Alfabeta, 2005)
28
Irawan, S, Metode Penelitian Sosial. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000)
logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum-hukum yang diterima, baik
mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut. Cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori,
pendapat, dalil atau hokum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian.29 Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau
informasi dari berbagai sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada
informan. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung
teknik observasi dan wawancara.30

Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan


data. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpulan data
yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan
rasional melalui pendapat, teori, hukum-hukum yang dapat diterima, baik
mendukung maupun menolong hipotesis tersebut.31 Dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan. Sejalan dengan pernyataan Bell yang menyatakan bahwa dokumen
merupakan objek atau hal yang berbentuk fisk dan dapat disimpan oleh manusia
mencakup analisis fotografi,film, video, slide, sumber tidak tertulis, yang dapat
dikelompokkan sebagai dokumen.32

Menurut Fathoni studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan


mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang
dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti perkembangan seorang klien
melalui catatan pribadinya.33 Sedangkan menurut Arikunto dokumentasi yaitu

29
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009)
30
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada (GP Press), 2009)
31
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009)
32
Judith Bell, Doing Your Research Project (Jakarta: Indeks,2006)
33
Ahmad Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta,2006)
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.34

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa
dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian,
baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental,
yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Prior mengungkapkan kunci atau hal penting yang harus diperhatikan pada
penggunaan dokumen dalam penelitian adalah:
1) dokumen membentuk suatu bidang untuk penelitian dalam hak mereka
sendiri dan tidak boleh dianggap hanya sebagai alat peraga untuk tindakan
manusia,
2) dokumen harus dianggap sebagai produk yang dinamis bukan sebagai
hal tetap dan stabil di dunia,
3) dokumen diproduksi dalam pengaturan sosial dan selalu dianggap
sebagai produk sosial kolektif,
4) menentukan bagaimana dokumen dikonsumsi dan digunakan dalam
setting yang terorganisir adalah bagaimana mereka berfungsi harus
membentuk dan bagian penting dari setiap penelitian sosial, dan
5) dalam penggunaan dokumen di bidang penelitian, kita harus selalu
mengingat dinamika yang terlibat dalam hubungan antara produksi,
pemakaian, dan konten.

1. Jenis-Jenis Dokumen
Dalam penelitian kualitatif pada umumnya diperoleh dari sumber manusia
atau human resources melalui observasi atau wawancara.disamping itu, ada pula
sumber data bukan manusia atau nonhuman resources, antara lain berupa
dokumen, foto, dan bahan statistik.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka


34

Cipta,2002)
Menurut Bogdan (1982) dalam Buku Metodelogi Penelitian Kualitatif
berkenaan dengan studi dokumentasi ini mengklasifikasikan sebagaimana
diringkas sebagai berikut.35

1. Dokumen Pribadi dan Buku Harian


Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis berisi perasaan, tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
Dokumen pribadi menarasikan tindakan-tindakan, pengalaman-pengalaman,
dan kepercayaan-kepercayaan dari waktu ke waktu. Dokumen pribadi tidak
hanya dalam bentuk buku harian, tetapi dalam bentuk lain misalnya foto-
foto pribadi, dokumen-dokumen akta keluarga, dan sebagainnya. Dokumen
bisa dibuat oleh sumber atas permintaan pemonitor, misalnya siswa yang
diminta menuliskan pengalaman hidup yang berkesan, atau guru yang
diminta menuliskan harapn-harapannya terhadap bangsa, buku harian paaraa
guru yang merekam pengajaran pertama secara detail, mengalamami
permasalahan dengan parra siswa.

2. Surat Pribadi
Surat pribadi bisa menjadi dokumen penting untuk menyelami
perasaan yang berkembang di dalamnya, untuk mengetahui gaya bahasa,
untuk mengetahui pikiran-pikiran. Surat pribadi antara para anggota
pertemanan dan keluarga menyediakan sumber lain dari data kualitatif yang
kaya. Bahan bahan ini terutama sangat berguna dalam menyatakan
hubungan. hubungan antara orang-orang.

3. Autobiografi
Authobiografi merupakan karya tulisnya sendiri mengenai
kehidupan seseorang dengan maksud-maksud tertentu. Yang dimaksud
dengan maksud tertentu ialah karena penulisnya memiliki salah satu atau
beberapa tujuan seperti membukukan pengalaman hidupnya yang berharga
35
Aan, dan Djaman, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta c.v, 2011),
halaman 153-156
untuk diwariskan kebijaksanaannya ke anak cucu untuk prestice, untuk
menyebarkan keahliannya ke orang lain,dan sebagainya.

4. Dokumen Resmi
Banyak sekali komunikasi tertulis dan file-file pada sekolah atau
organisasi birokrasi yang dapat dijadikan dokumen. Dokumen sekolah atau
organisasi ini sifatnya resmi. Dokumen resmi mencakup hal-hal seperti
memo-memo, notula rapat, laporan berkala, dokumen kebijakan, proposal-
proposal, kode etik kumpulan dokumen penting (tentang seseorang),
catatan-catatan para siswa, dan semacamnya. Dokumen resmi ini bisa
dikelompokan pada dokumen internal organisasi dan dokumen eksternal.

5. Fotografi
Foto mempunyai keuntungan tersendiri. Foto dapat menangkap
"membekukan" suatu situasi pada detik tertentu dan denga demikian
memberikan bahan deskriptif yang berlaku bagi saat itu Foto bukan sekedar
gambar. Banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu bila kita berusaha
untuk memperhatikannya dengan cermat dalam usaha untuk memahaminya
lebih mendalam. Foto dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena
foto dapat menggambarkan situasi sebenarnya.
Nasution (2003: 87) menyebutkan foto sebagai salah satu macam
dari dokumen. Foto dapat menangkap, “membekukan” suatu situasi pada
detik tertentu dan dengan demikian memberikan bahan deskriptif yang
berlaku bagi saat itu. Foto dibuat dengan maksud tertentu, misalnya untuk
melukiskan kegembiraan pada waktu pesta perkawinan, perayaan nasional,
upacara wisuda, dan sebagainya. Foto dapat menggambarkan berbagai
situasi social seperti kemiskinan daerah kumuh, kemegahan kehidupan
kelurga golongan atas, adat istirahat suatu suku di pedalaman, penderitaan
pengungsi akibat peperangan, malapetaka gempa bumi, dan sebagainya.
Foto memberi keterangan tentang masa lampau, misalnya cara orang dulu
berpakaian, bersekolah, mengadakan upacara perkawinan, menghukum
anak, memperlakukan wanita, dan sebagainya.
6. Data Statistik dan Data Kuantitatif Lain
Data kuantitatif berupa data statistik dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian. Misalnya data statistik yang memuat jumlah guru,
jumlah siswa, tenaga administratif menurut jenis kelamin, pendidikan, usia,
pangkat, golongan, dan sebagai nya statistik dapat memberikan informasi
deskriptif bila Data dianalisis. Ketersediaan data ini dapat dimanfaatkan
peneliti untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian atau untuk
mengumpul kan data yang beragam.

2. Contoh Dokumentasi

Peneliti bersama kepala sekolah TK Negeri Pembina 3

DAFTAR PUSTAKA
Brinkmann, S. 2013. Qualitative Interviewing. United States of America: Oxford
University Press.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.


Irving Seidman. 2006. Interviewing as Qualitative Reseacrh. New York. Teachers
College Press

Moleong, L.J., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-26). Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja


Rosdakarya

Moleong, J. L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito


bandung.

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Patton, Quin Michael. 1991. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan


Kuantitatif,Kualitatif , R dan D. Bandung. Alfabeta.

Wahyuni, Sari. 2012. Qualitative Research Method: Theory and Practice. Jakarta:
Salemba Empat

Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Aan, dan Djaman. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung. Alfabeta


c.v. halaman 153-156
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bell, Judith. 2006. Doing Your Research Project. Jakarta: Indeks.

Bogdan, Robert C & Sari Knopp Biklen. 1992. Qualitative Research for
Education: an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon.
Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian.
Terjemahan A. Ghozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional.
Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian
Kualitatif. Majalah Ilmiah Pawiyatan, Volume XX Nomor 1. 82-92.

Fathoni, A. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Irawan, S. 2000. Metode Penelitian Sosial. Banung: PT Remaja Rosdakarya.


Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP
Press).
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Sudaryono, Gaguk Margono, Wardani Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen


Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2005. Metodologi Penelitian Administrasi . Bandung : CV. Alfabeta.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai