Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DESSY PURWANDARI

NIM : J410161002

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2016) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada
saat seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi, dan gabungan atau
triangulasi (Sugiyono, 2016).
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan (participant observation), wawancara mendalam
(in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2016).
B. Macam-Macam Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut Sutopo (2006) wawancara adalah usaha mengumpulkan
informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-
dijawab secara lisan pula. Wawancara merupakan alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-
depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,
2016).
Menurut Esterbeg (2002) dalam Sugiyono (2016) mengemukakan
beberapa jenis wawancara, yaitu:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, apabila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya telah disiapkan.
b. Wawancara semi terstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in
dept-interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.
Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2016), mengemukakan
ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk
mengumpulkan data penelitian kualitatif yaitu :
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
c. Mengawali atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan alur wawancara
e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
Keberhasilan wawancara sangat tergantung pada
keterampilan yang dimiliki peneliti dalam mendapat kepercayaan
orang yang diwawancarai. Keterampilan itu antara lain, cara
mengajukan pertanyaan seperti sensitifitas pertanyaan dan urutan
pertanyaan, cara mendengarkan dengan serius, cara berekspresi
secara verbal seperti intonasi dan kecepatan suara, maupun
berekpresi secara nonverbal seperti kontak mata, sabar dan
perhatian dalam mengikuti jawaban serta mengkondisikan situasi
yang nyaman (Djaelani, 2013).
2. Observasi
Menurut Djaelani (2013) observasi berasal dari kata observation
yang berarti pengamatan. Metode observasi dilakukan dengan cara
mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok
orang yang diteliti. Kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut
untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan
peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang diamati
mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian
subyek dan obyek yang diteliti.
Menurut Rahmat (2009) beberapa informasi yang diperoleh dari
hasil observasi adalah ruang (tempat), perilaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan.
Menurut Ratcliff, D (2001) dalam Rahmat (2009) ada beberapa
bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif,
yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.
a. Observasi partisipasi
Observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-
benar terlibat dalam keseharian responden.
b. Observasi tidak berstruktur
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang
dilakukan tanpa menggunakan guide atau pedoman observasi. Pada
observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu
mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
c. Observasi kelompok
Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan
secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam observasi
adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan
respon, stimulus control (kondisi dimana perilaku muncul), dan
kualitas perilaku.
3. Dokumentasi
Menurut Djaelani (2013) dokumen diartikan sebagai suatu catatan
tertulis atau gambar yang tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi.
Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam berbagai bahan
yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian, biografi,
simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainya yang tersimpan. Dokumen
tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat
data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data,
membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan.
Kajian dokumen atau dokumentasi dilakukan dengan cara
menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal
lain yang sudah didokumentasikan. Metode ini relative mudah
dilaksanakan dan apabila ada kekeliruan mudah diganti karena sumber
datanya tetap. Dengan membuat panduan atau pedoman dokumentasi
yang memuat garis-garis besar data yang akan dicari akan
mempermudah kerja di lapangan dalam melacak data dari dokumen
satu ke dokumen berikutnya .
4. Focus Group Discusion (FGD)
Menurut Burhan (2006) FGD adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah
kelompok.
Teknik pengumpulan data dengan FGD atau diskusi kelompok
terarah dapat digunakan untuk mengungkap data dan pemaknaannya
dari sekelompok orang berdasarkan hasil diskusi yang terfokus atau
terarah pada suatu permasalahan yang akan diteliti. Kebenaran data
bukan lagi subyektif individual, tetapi menjadi kebenaran kelompok,
karena selama diskusi berlangsung, masing-masing orang
mengemukakan pendapatnya. FGD menjadi penting untuk
menghindari pemaknaan yang salah oleh peneliti terhadap wawancara
secara perseorangan terhadap masalah yang sedang diteliti (Djaelani,
2013).
Melalui FGD peneliti dapat; memfokuskan penelitian; menentukan
topik-topik diskusi; melengkapi hasil dari wawancara, observasi dan
dokumen, mengembangkan teori dan mendapatkan istilah-istilah
khusus dalam kelompok. Diskusi dapat dipimpin oleh moderator /
fasilitator yang biasanya peneliti dengan dibantu oleh beberapa asisten,
yang bertugas mencatat, mengamati jalannya diskusi dan
mengingatkan jalanya diskusi. Moderator diskusi harus dapat
membangun suasana dengan pembukaan, kemudian memberi
gambaran umum topik hari itu, tujuan dan aturan diskusi, setelah itu
baru mengajukan pertanyaan sebagai pembuka diskusi. Diupayakan
diskusi berjalan spontan dan bebas dengan fokus tertentu sesuai
masalah yang akan diungkap dan setiap peserta diberi kesempatan
untuk mengungkap pendapatnya.
Jumlah kelompok diskusi sebaiknya kecil antara 8-12 orang yang
dipilih berdasarkan kewenanganya, kemampuanya dalam memberikan
data, pengalamannya, keterlibatanya dalam masalah yang akan diteliti.
Proses FGD dicatat atau direkam oleh asisten dalam catatan yang
lengkap dan kronologis sebagai suatu catatan proses yang lebih
lengkap dari sekedar notulensi, karena mencatat semua pembicaraan
dan argumentasi yang muncul serta seluruh kejadian yang terjadi
selama diskusi.
Daftar Pustaka

Bungin. Burhan. (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman


Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Djelani, Aunu Rofiq. (2013). Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian


Kualitatif. Semarang : Majalah Ilmiah Pawiyatan

H.B. Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar teori dan


Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Rahmat, Pupu Saeful. (2009). Penelitian Kualitatif. Malang : Universitas


Brawijaya

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai