INSTRUMEN
A. Jenis-jenis Instrumen
1. Tes
Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan tes yang berarti ujian atau percobaan. Tes dapat berupa
serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek
penelitian.
Menurut Margono(2005) tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Sehingga, tes juga dapat berupa
serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek
penelitian.
Menurut Margono (2005), terdapat dua jenis tes yang sering dipergunakan sebagai
alat ukur yaitu:
a. Tes tulis
Tes tulis adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang
aspek – aspek yang ingin diketahui keadaanya dari jawaban yang diberikan
secara tertulis pula.
b. Tes lisan
Tes lisan adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek
– aspek yang ingin diketahui keadaanya dari jawaban yang diberikan secara
lisan pula.
Keunggulan:
Penilaian objektif dan cepat, materi yang ditanyakan bisa lebih luas dan
menyeluruh, dan pertanyaannya dapat mendetail sehingga dapat digunakan
untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa.
Kelemahan: Tipe soal ini dapat mengecoh.
2. Nontes
a. Interview (Wawancara)
Metode wawancara menurut Silalahi (2012) merupakan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan secara lisan dari
seseorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang
berlangsung secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti
sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai
responden atau yang diwawancarai (interviewee) untuk mendapatkan
sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2012), wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Selanjutnya, berdasarkan Silalahi (2012) wawancara dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur (structured interview), kadang-kadang disebut
wawancara distandarisasi (standarized interview), memerlukan
administrasi dari suatu jadwal wawancara oleh seorang pewawancara.
Wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti apabila peneliti
mengetahui secara jelas dan terperinci informasi yang dibutuhkan dan
memiliki suatu daftar pertanyaan yang sudah ditentukan atau disusun
sebelumnya yang akan disampaikan kepada responden. Oleh karena itu,
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan
alternatif jawabannya. Responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pewawancara mencatatnya.
Contoh:
Wawancara tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
diskusi kelompok. Yang diwawancarai adalah 10 siswa yang dipilih
secara random. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang
diberikan responden.
1. Bagaimana tanggapan anda dengan model pembelajaran diskusi?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
2. Bagaimana proses belajarnya?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus, dst.
3. Observasi
Berdasarkan Sugiyono dalam Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Menurut Sugiyono dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahua Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Selain itu, Sugiyono dalam Marshall (1995) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and meaning attached
to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulakn bahwa observasi
adalah pengamatan terhadap suatu objek, gejala, peristiwa atau proses yang terjadi
dalam suatu situasi baik yang terjadi pada manusia dan lingkungannya.
Sugiyono dalam Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi
sebagai berikut:
1) Observasi Berpartisipasi (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sugiyono dalam Susan Stainback (1988) menyatakan “In participant
observation, the reseacher observes what people do, listent to what they say,
and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Contohnya, peneliti
berperan sebagai guru di suatu kelas yang diteliti, peneliti dapat mengamati
bagaimana proses pembelajaran dikelas, semangat belajar, dsb.
2) Observasi terfokus
Pada tahap ini, peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu
observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.
Observasi ini juga dinamakan observasi taksonomi sehingga dapat menemukan
fokus.
3) Observasi terseleksi
Pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga
datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus,
maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-
kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan
antara suatu kategori dengan kategori yang lain.
4. Kuesioner (Angket)
Arikunto (2006) mendefinisikan angket sebagai pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Soendari (2010), angket
adalah perangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh
responden secara tertulis pula. Sejalan dengan itu Sugiyono (2012) menyatakan
bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan
angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu prinsip penulisan, pengukuran, dan
penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan Angket
Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor, yaitu:
a. Isi dan tujuan pertanyaa.
Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukuran atau bukan. Jika berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, sebab pertanyaan harus dalam bentuk
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan
dengan kemampuan berbahasa responden. Bahasa yang digunakan pun
harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial
budaya, dan ‘frame of reference’ dari responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka (pertanyaan yang
mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya dalam bentuk
uraian) atau tertutup (pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat
atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan) dan dapat pula menggunakan kalimat
positif ataupun negatif.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket sebisa mungkin jelas dan tidak mendua
(double-barrelled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan
jawaban.
e. Tidak menanyakan pertanyaan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket juga sebaiknya tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau
pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berpikir berat.
Contoh : Bagaimana menurut Anda pendapat siswa SMA tentang
pelaksanaan SIPENMARU 30 tahun yang lalu? Jikalau responden yang
bersangkutan baru berumur 30an tahun, pastilah akan sulit memberikan
jawaban.
Gay&Diehl. 1992. Research Methods for Business and Management. Singapore: Prentice
Hall International, Inc.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: GP Press.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.