KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil a’lamin puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga senantiasa kami panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Kepada
keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan mudah-mudahan kita selaku umatnya.
Makalah ini sengaja saya susun untuk memenuhi tugas Terstruktur mata
kuliah Metodologi Penelitian PAI di program studi PAI-B pada semester V. Makalah ini di
dalamnya berisi tentang Teknik dan Alat Pengumpulan Data.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. H. Subur, M.Ag.Selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian PAI yang
telah memberikan tugas dan juga kepada semua pihak yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini .
Makalah ini tentu belum sempurna untuk pembaca. Meskipun penyusun makalah telah
mengarahkan segenap kemampuan dan daya. Oleh karena itu saya selaku penyusun makalah
sangat membutuhkan rekomendasi agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat tercapainya
kesempurnaan. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.
PENDAHULUAN
Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen
penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga
harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya
terjun ke lapangan.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti memegang peranan
yang sangat penting dalam proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang
akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang
diharapkan semuanya belum jelas Oleh karena itu peranan peneliti dalam penelitian kualitatif
merupakan instrument kunci atau bisa dikatakan “the researcher is the key instrument”.
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan
hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba
tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat
satu-satunya yang dapat mencapainya”.
PEMBAHASAN
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan dapat menggunakan sumber
primer dan sumber sekunder.Sumber primer disini maksudnya sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data, sedangkan sumber sekunder yakni sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan Interview (wawancara), Kuesioner (angket), Observasi
(pengamatan), Dokumentasi dan Tes. Pada bab ini hanya akan dikemukakan pengumpulan data
berdasarkan tekniknya, yaitu melalui cara yang di atas disebutkannya.
Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telpon.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpulan data telah mngetahui dengan pasti tentang informasi pa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Misalkan No. 1 :
Sangat Memuaskan
Memuaskan
Tidak Memuaskan
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakanhanya beberapa garis besar permaslahan yang
akan ditanyakan.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias sendiri yaitu menyimpang
dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat.1
Angket (Kuesioner)
Anket atau kuesioner juga bisa disebut pertanyaan, merupakan salah satu alat pengumpulan data.
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden. Sebagian besar penelitian sosial, termasuk pendidikan,
menggunakan kuesioner sebagai teknik yang dipilih untuk mengumpulkan data.
Dalam pengumpulan data melalui teknik angket, alat yang digunakan disebut angket atau
kuesioner. Oleh karena itu, langkah pertama dalam teknik angket adalah menyusun angket.
Menyusun angket tidak hanya mendaftarkan pertanyaan, melainkan harus menaati aturan-aturan
metodologis, berpijak pada landasan-landasan fungsinya, menggunakan bentuk dan bangunan
terpola, dan memenuhi persyaratan-persyaratn fungsional lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa secara teknis, langkah-langkah penyusunan angket dapat di uraikan
sebagai berikut :
Menyusun urutan pertanyaan. Selanjutnya disusun menurut urutan tertentu sehingga antara satu
dan lainnya ada kesinambungannya.
Membuat format. Format angket harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden
dalam mengisinya.
Membuat petunjuk pengisian. Petunjuk pengisian dibuat sesuai dengan format yang
mencerminkan cara mengisi.
Uji coba angket. Sebelum angket disebarkan, terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahuiletak
kelemahan serta hal yang mungkin menyulitkan responden dalam menjawab.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunujuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya, kita memperhatikan reaksi penonton
televisi, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai
reaksi tersebut misalnya sangat, kurang atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
proses belajar mengajar dikelas. Variabel yang akan diungkap didaftar, kemudian di tally
kemunculannya, dan jika perlu kualitas kejadian itu dijabarkan lebih lanjut
Variabel
Guru mengajukan pertanyaan kepada murid (observasi selama 15 menit pada awal jam
pelajaran). frekuensi
Latihan Pengamat
Mengamati adalah menatap kejadian, gerakan atau proses. Mengamati bukannlah pekerjaan
yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-kecenderungan
yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa
orang.
Dua-tiga orang pengamat memegang satu lembar format. Sambil mengamati kejadian mereka
berunding, yang muncul termasuk kategori mana, lalu dicatat bersama.
Langkah kedua, mereka terpisah dan memegang format serta mengadakan pencatatan. Sesudah
beberapa menit (kurang lebih 15 menit) hasil pencatatanya didiskusikan, untuk mencari
persamaan dan perbedaanya, Bagian-bagian yang berbeda didiskusikan. Langkah ini diulang-
ulang sampai diperoleh kesamaan hasil pengamatan.
Langkah kelima mengulangi lagi latihan dan diskusikan jika ternyata kedua koefisien tersebut
masih rendah.3
1. Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi
mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah,
hubungan antar guru, dsb.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku
catatan, kamera photo, dll.
3. Observasi kelompok
Ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.
• Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.
Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila
ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dekomentasi yang
di amati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Seperti telah dijelaskan, dalam menggunakan metode dekomentasi ini peneliti memegang chek-
list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari,
maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat sesuai. Untuk mencatat hal-
hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan
kalimat bebas.
Contoh :
Peneliti ingin memilih buku pelajaran mana yang paling tepat untuk digunakan sebagai acuan
dalam mengajar. Tentu saja buku yang akan dipilih tersebut harus berisi sesuatu yang dapat
menuntun guru dalam melaksanakan pembelajaran. Misalnya ada 5 buku, baik dan tidak nya
buku pelajaran dapat di ukur dari beberapa hal, antara lain :
Kelengkapan isi
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan,
gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan,
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD,
cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung
naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang
ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan dekomen-
dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam,
file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.6
Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain
adalah dokumen, foto dan bahan statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut
memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut:
1) Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi pemenuhan
kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Nilai evistemic
merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
2) Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi
konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data
pendukung empiris, atau metodologi.
3) Condotional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi
atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.
4) Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan
kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’,
atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh
sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya
tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang tinggi,
misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.7
Tes
Tes umunya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentu tes psikologis terutama tes kepribadian
banyak yang bersifat deskriftif, tetapi deskriptifnya mengarah kepada karakteristik atau
kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran.8
Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan di evaluasi, ada beberapa macam tes dan alat ukur
lainnya, yaitu sebagai berikut :
Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkapkan kepribadian seseorang. Hal
yang di ukur adalah kreativitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya.
Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat orang.
Tes intelegensi, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap
tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan
diukur intelegensinya.
Tes kiap, yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap
seseorang.
Teknik proyeksi, yaitu tes yang di mulai dipopulerkan oleh L.K. Frank Tahun 1939 didalam
BukunyaProjective Methods for the study of personality.
Tes minat, yaitu tes yang digunakan menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu.9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi, kita tidak hanya
dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam
kegiatan pengukuran dan penilaian.
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil
belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti
presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan
sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat
pengikutnya.
Saran-saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan kami sebagai
penulis baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari
itu kami akan berusaha lebih baik dengan selalu mengedepankan sumber-sumber yang lebih
layak sebagai referensi. Kami sangatlah mengharapkan masukan baik berupa kritik ataupun saran
sehingga dapat menjadi sebuah intropeksi dari karya kami juga sebagai semangat dan landasan
baru untuk terus berinovasi dalam berkarya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka Cipta
: Jakarta.
Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D).Alfabeta : Jakarta.
http://rofhiah.blogspot.com/2013/02/makalah-pengumpulan-data.html.
Sukmadi Nata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah.2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta. 2010) h. 272-274
4 http://rofhiah.blogspot.com/2013/02/makalah-pengumpulan-data.html
7 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992). Hlm. 85.