BAB IV
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
B. MORAL
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bawa moral adalah
penentuan baik buruk terhada perbuatan dan kelakuan.
Secara istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat,
peringai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.
Selanjutnya pengertian moral dijumpai juga dalam The Anvenced Leaner’s Dictionary of
Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dangan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar
atau salah.
Jika etika dan moral tersebut dihubungkan satu dan yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa
antara etika dan moral memiliki obyek yang sama, yaitu sama-sama membahas perbutan
manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam
beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu:
1. Kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau
buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran
moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan berfungsi
di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada
dalam dataran konsep-konsep.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang obyektif dan dapat
berlaku secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orangyang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan, atas kesadaran moralnya
seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas dalam menentukan prilakunya dan di dalam
penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu sendiri.
C. SUSILA
Susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik dan
sila berarti dasar.
Kata susila kemudian digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang
susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang
berkelakuan buruk. Para pelacur misalnya diberi gelar tuna susila.
Kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
BAB VI
BAIK DAN BURUK
B. Tanggung Jawab
Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung
jawab tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan kebebasan dan tanggung jawab.
Dalam kerangka tanggung jawab, kebebasan mengandung arti:
1. Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri
2. Kemampuan untuk bertnaggung jawab
3. Kedewasaan manusia
4. Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuana hidupnya
Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya
itu baik. Uraian tersebut menunjukan bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan kesenjangan
atau perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran.
C. Hati Nurani
Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham
dari Tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada
keburukan. Karena sifat yang demikian itu, maka hati nurani harus dijadikan salah satu
pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu kebebasan
yang tidak menyalahi hati nuraninya.
B. KEWAJIBAN
Kareana hak merupakan wewenang dan bukan kekuatan, maka ia merupakan tuntutan, dan
terhadap orang lain kewajiban itu menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban menghormati
terlaksananya hak-hak orang lain.
C. KEADILAN
Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban itu maka timbul pula keadilan. Poedjawijatna
mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan hak (yang sah). Sedangkan
menurut Islam keadilan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan pada persamaan atau
bersikap tengah-tengah atas dua perkara.
Demikian pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban ini Alloh
SWT berfirman:
)ان ا هلل يأ مر با لعد ل واالحسان وا يتائ ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي (النحل
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl : 90)
B. Sumber Tawawuf
1. Unsur Islam
Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan jasadiah, dan
kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur batiniah itulah kemudian lahirlah tasawuf. Unsur
kehidupan tasawuf ini mendapar perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-
Qur’an dan Al-Hadits serta prkatek kehidupan nabi dan para sahabatnya.
2. Unsur Luas Islam
a. Unsur Masehi
b. Unsur Yunani
c. Unsur Hindu/Budha
d. Unsur Persia