Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya akhlak, etika dan moral. Ketiganya adalah hal yang sangat penting karena telah
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt atau dengan sesama makhluk. Hingga saat ini
masih ada kesan seolah-olah istilah akhlak sama dengan etika, moral dan susila.

Timbulnya kesadaran serta pendirian Akhlak, etika, moral, dan susila merupakan pola
tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup yang selalu berpegang teguh pada
akhlak, etika, moral dan susila adalah tindakan yang tepat dalam mewujudkan terhadap kesadaran
akhlak, sebaliknya hidup yang tidak sesuai dengan akhlak, etika, moral dan susila yang baik
merupakan tindakan yang menentang kesadaran tersebut. Sebagai generasi penerus, kita harus
selalu berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya kehidupan yang rukun
dan damai. Untuk itu pada makalah ini akan sedikit kami paparkan mengenai pengertian,
persamaan dan hubungan akhlak, etika, moral, dan susila.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian etika, moral dan susila?

2. Apa persamaan dan perbedaan akhlak dengan etika, moral, dan susila?

3. Apa hubungan antara akhlak dengan etika, moral, dan susila?

4. Hubungan akhlak tasawuf dengan keilmuan lain

5. Kedudukan aklak tasawuf dalam ranah keilmuan islam

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian etika, moral, dan susila.
2. Mengetahui persamaan dan perbedaan akhlak dengan etika, dan susila.
3. Mengetahui hubungan antara akhlak dengan etika, moral, dan moral
4. Mengetahui hubungan akhlak tasawuf dengan keilmuan lain
5. Mengetahui kedudukan akhlak tasawuf dalam ranah keilmuan islam

1
Bab II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Etika, Moral dan Susila

1. Akhlak

Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk


mufrodnya khulqun yang menurut logat diartikan budi pekerti. Sedangkan secara istilah
akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam
kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan itu sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan
tindakannya itu dengan mudah, tidak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran. Oleh
karena itu, tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan dengan kepribadian lantaran
kehendak dan tindakannya itu sudah menjadi bagian dari kepribadiannya.

Sebagai salah satu contoh: seseorang tidak bisa dikatakan sebagai berakhlak
dermawan, apabila dalam menyerahkan hartanya hanya dimotivasi oleh kebutuhan yang
mendadak bukan oleh keadaan yang sudah menancap dan melekat di dalam jiwanya.
Demikian juga orang yang dalam melakukan perbuatan dengan terpaksa maka perbuatannya
itu tidak bisa dikatakan sebagai akhlak.

2. Etika

Secara Bahasa, dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu


pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku. Sedangkan secara istilah, etika adalah
suatu ilmu yang membahas perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat
sebagai penilai, penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
tuntunan zaman

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan
bahwa etika sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang
moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam  Encyclopedia Britanica , etika

2
dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan
konsep-konsepnilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dari beberapa definisi
tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal.

Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal sebagai berikut :

- Dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.

- Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal fikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas,
dapat berubah, memilki kekurangan dan kelebihan. Selain itu etika juga memanfaatkan
berbagai ilmu yang membahas prilaku manusia seperti ilmu
antropologi,psikologi,sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Hal ini
dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu sama-sama memiliki obyek
pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan manusia.

- Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah prilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit atau hakim, dan bukan sebagai pemain.
Ia merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam
menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian system nilai-nilai yang ada.

- Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntunan zaman.

Dengan demikian, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan


dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau
buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang
baik atau buruk dapat dikelompokan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil
berpikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan anthropocentris, yakni berdasar pada
pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau
pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Sebagai Contoh: ketika masuk kerumah
orang lain, harus mengetuk pintu rumah dan memberikan salam

3
3. Moral

Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari


bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Dari segi bahasa, moral
berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari katamos yang berarti adat kebiasaan. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.

Menurut istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-
batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk.

Sebagai contoh dari moral adalah kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen
penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki
moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu kepada pemiliknya atau kalau tidak pada
yang berwajib.

 Macam- macam moral

a. Moral keagamaan

Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.

b. Moral sekuler
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi
semata-mata.

4. Susila

Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran
an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta , yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan
sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Kata susila selanjutnya digunakan
untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang
berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berlakuan buruk,
contohnya para pelaku zina (pelacur) sering diberi gelar sebagai tuna asusila.

4
Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan
sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya
membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang
berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkaan keadaan dimana orang selalu
menerapkaan nilai-nilai yang di pandang baik

B. Persamaan dan perbedaan Akhlak, Etika, Moral dan Susila

1. Persamaan

Akhlaq, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang berbeda,
namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni sama-sama berkaitan
dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering kali berkelakuan baik kita sebut
sebagai orang yan berakhlaq, beretika, bermoral, dan sekaligus orang yang mengerti susila.
Sebaliknya, orang yang perilakunya buruk di sebut orang yang tidak berakhlaq, tidak
bermoral, tidak tahu etika atau orang yang tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam
hal ini sangat bergantung pada sifat positif atau negative dari suatu perbuatan manusia sebagai
makhluk individual dalam komunitas sosialnya.

Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua pilihan yaitu
baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus yang sesuai dengan petunjuk
ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya, yakni jalan menyimpang atau jalan setan,
kebenaran atau kesesatan. Itu sebuah logika binner yang tidak pernah bertemu dan tidak
pernah ada kompromi. Artinya, tidak boleh ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara
keduanya. 

Keempat istilah tersebut sama-sama mengacu pada perbuatan manusia yang


selanjutnya ia diberikan kebebasan untuk menentukan apakah mau memilih jalan yang berniai
baik atau buruk, benar atau salah berdasarkan kepeutusannya. Tentu saja, masing-masing
pilihan mempunyai konsekuensi berbeda.

Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan suatu
proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus terus-menerus di
dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –manusia yang memiliki karakter
yang baik dan mulia, yang kemudian terefleksikan ke dalam bentuk perilaku pada tataran
fakta empiric di lapangan sosial dimana manusia tinggal. Kesadaran terhadap arah yang
positif ini menjadi penting ditanamkan, agar supaya tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-
ardi menjadi kenyataan sesuai titah Allah swt. Bukankah Allah telah membekali manusia

5
berupa sebuah potensi fitri, jika manusia mampu memeliharanya, maka ia akan mencapai
drajad yang lebih mulia dari pada malaikat. Sebaliknya, jika tidak mampu, maka ia akan jatuh
ke posisi drajad binatang  dan bahkan lebih sesat lagi. Inilah di antara argumentasinya, bahwa
betapa perilaku manusia itu harus senatiasa dibina, di bImbing, di arahkan bahkan harus di
control melalui regulasi-regulasi, agar supaya manusia selalu berada di jalan yang benar dan
lurus. Untuk mewujudkan cita-cita luhur itu, memang dibutuhkan suatu proses yang panjang
sekaligus dengan cost yang tidak sedikit.

2. Perbedaan

Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat istilah tersebut
adalahantara lain sebagai berikut:

1)      Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.

2)      Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.

3)      Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau teoritis.

4)      Pada aras aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus, dengan
demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal juga dengan
adab/tatakrama/tatasusila.

5)      Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang dalam masyarakat.

6)      Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

7)      Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai suatu
perbuatan.

8)      Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan bersifat umum,
namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi, etika islam (termasuk salah satu
dari berbagai etika relegius yang ada) itu tidak lain adalah akhlaq itu sendiri.

9)      Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat, baik dalam
tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan kearifan-kearifan local.

6
10)  Akhlaq juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan individual/
komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab mencari ilmu, adab pergaulan
keluarga dan lain-lain.

C. Hubungan antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila

Dilihat dari fungsi dan perannya, secara substansial dapat dikatakan bahwa etika, moral,
susila dan akhlak adalah identik, yaitu sama-sama mengacu kepada manusia baik dari aspek
perilaku ataupun pemikiran khususnya pada penentuan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-
sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai
dantenteram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah. Peranan Etika, Moral, Susila, dan
Akhlak sangat penting bagi pembentukan karakter individu maupun masyarakat.

Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan
baik dan buruk itu adalahal-qur’an dan al-hadis.

Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka moral dan susila lebih banyak
bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan
susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral
dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian diatas menunjukanengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasal
dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berasal petunjuk al-qur’an dan hadis. Dengan kata lain, jika etika, moral dan
susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak dari Tuhan. 

Dengan demikian keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan dalam rangka
menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang berada di dalam agama
khususnya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Disinlah letak peranan dari etika, moral dan susila
terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batasan-batasan
umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak

7
bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat (tetap
pada koridor humanis).

D.Hubungan akhlak tasawuf dengan keilmuan lain


1.Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Kalam
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan kalam membahas secara
mendalam dengan mengemukakan argumentasi, baik secara aqli maupun naqli.
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam pemahaan kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu
tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam
perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat
dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid.
Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam
perdebatan ilmu kalam.
2. Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Filsafat
Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan dari sumbangan
pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang
jiwa. Ilmu tasawuf sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat menurut Tiswani dalam
bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan :

a.Ilmu filsafat memberikan penjelasan terhadap terminologi-terminologi yang digunakan


dalam tasawuf.
b.Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran
sejati atau kebenaran tertinggi.
c.Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu tasawuf pada aplikasi.

3. Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Fiqih


Ilmu tasawuf dan ilmu fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap
orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap
kedua disiplin ilmu sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya.
Keterkaitan antara ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf :

8
a.Ilmu tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-
hukum fiqih.
b.Ilmu fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin
mendalami ajaran tasawuf.
4. Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Psikologi
Tasawuf selalu membicarakan persoalan yang berkaisar pada jiwa manusia. Hanya saja
jiwa yang dimaksud adalah jiwa muslim, yang tentunya tidak lepas dari sentuhan-sentuhan
keislaman.Keterkaitan antara ilmu psikologi dengan ilmu tasawuf :

a.Ilmu tasawuf dalam pembahasannya menekankan unsur jiwa atau bathin manusia,
begitu juga ilmu psikologi.
b.Ilmu psikologi membahas masalah kesehatan mental, dan hal-hal apa saja yang
membuat kerusakan pada mental sedangkan ilmu tasawuf memberikan langkah-langkah
praktis agar orang senantiasa dapat memiliki mental yang sehat dan bathin yang suci.

E.Kedudukan akhlak tasawuf dalam ranah keilmuan islam

a. metode atau jalan untuk mendapatkan kelezatan dalam beribadah

b. sebagai metode untuk mencapai derajat ihsan

c.tasawuf sebagai sarana memperkuat mental, ketabahan dalam beribadah.

d.tasawuf sebagai landasan dalam mengaplikasikan rasa syukur baik syukur secara lisan, tingkah laku
atau kemantapan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain. Etika dan moral memiliki
perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan
berfungsi di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada
dalam dataran konsep-konsep. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif,
yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga
sejahtera batiniah dan lahiriahnya

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun, apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian saran yang membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abror, H. Robby, Tasawuf Sosial, Yogyakata: Fajar Pustaka Buku, 2002.

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Drs. Zahruddin AR, M,M.Si.2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarata: PT Raja Grafindo Persada.

http://bloginfo.heck.in/hubungan-etika-moral-susila-dan-akhlak.xhtml.

10
Nasiruddin, M.Ag.,Mohammad.2010. Pendidikan Tasawuf. Semarang: RaSAIL Media Group.

Nata, M.A.,Prof. Dr. H. Abuddin.2012.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT RAJA GRAFINDO PERSADA.

Tiswarni, M.Ag, Buku Daras Akhlak Tasawuf,Jakarta:Bina pratama , 2007.

11

Anda mungkin juga menyukai