Anggota :
1. Tyasneo Herdiatma P (230050018)
2. Khansa Dinah Aulia (230050219)
3. Devi Putri Berliana D (230050061)
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
laporan ini yang berjudul “Konsep Etika, Moral dan akhlak”.
Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan Tuhan YME dan
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun
menhanturkan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen……………., serta teman teman
yang membantu dalam makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini jauh dari kata sempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga menyelesaikan dengan baik dan oleh
karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.4 Aktualisasi etika, moral dan akhlak dalam kehidupan sehari hari
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
terpuji atau tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan,
pikiran, dan perbuatan manusia lahir batin. Akhlak secara substansial adalah sifat
hati, bisa baik bisa buruK yang tercermin dalam perilaku. Jika sifat hatinya baik
yang muncul adalah perilaku yang baik (akhlaq al-mahmudah) dan jika sifat
hatinya buruk, yang akan muncul
adalah perilaku buruk (al-akhlaq al-madzmumah).
Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri manusia ada tiga nafsu.
1) Nafsu Syahwaniyah, ialah nafsu yang ada pada manusia dan binatang. Nafsu
ini cenderung kepada kelezatan jaamaniyah, misalnya makan, minum dan
nafsu seksual.
2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan binatang, yaitu nafsu
yang cenderung pada amarah, merusak, dan senang menguasai serta
mengalahkan yang lain.
3) Nafsu Nathiqah, ialah nafsu yang membedakan manusia dan hewan. Dengan
nafsu ini manusia mampu berpikir dengan baik, berdzikir, mengambil
hikmah, dan memahami fenomena alam.
Apabila manusia dapat mengoptimalkan nafsu nathiqah untuk mengendalikan
nafsu syahwaniyah dan nafsu ghodlobiyah, manusia akan dapat menjadi lebih
unggul dan mulia. Pada akhirnya lahirlah manusia-manusia yang berakhlak al
karimah.
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل
َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم ۖ َفِإْن َتَناَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى
ۚ ِهَّللا َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر
َٰذ ِلَك َخ ْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.." (QS An-Nisaa 4:59).
Hal ini dapat diartikan bahwa dalam kehidupan kita dianjurkan untuk ikhlas
disaat dihadapkan dengan perbedaan pendapat dan melepaskan diri dari nafsu, serta
berpegah teguh pada etika berdialog dengan menghindari perdebatan, bantah
membantah dan kasar terhadap lawan bicara.
b) Etika Bercanda
1. Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan), "tentulah mereka menjawab:
َو َلِئْن َس َأْلَتُهْم َلَيُقوُلَّن ِإَّنَم ا ُكَّنا َنُخ وُض َو َنْلَع ُب ۚ ُقْل
َأِباِهَّلل َو آَياِتِه َو َر ُسوِلِه ُكْنُتْم َتْسَتْهِزُئوَن
Artinya: " Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman". (QS: At-Taubah:65).
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْد ُخ ُلوا ُبُيوًتا َغْيَر ُبُيوِتُك ْم َح َّتٰى
ُك َّل
ْم َع ْم َل َلُك ْيٌر َخ ُك َٰذ
َتْسَتْأِنُسوا َو ُتَس ِّلُم وا َع َلٰى َأْهِلَها ۚ ِل ْم
َتَذ َّك ُروَن
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-
rumah selain rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagi kalian, agar kalian (selalu) ingat."
(QS. An-Nuur:27).
4. Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya kecuali
memenuhi udzur. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang diundang kepada
walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya." (HR. Muslim).
5. Hendaknya memenuhi undangan walau sedang berpuasa sekalipun. Rasulullah
SAW bersabda, "Barangsiapa yang diundang untuk jamuan sedang ia berpuasa,
maka hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidak
mengapa. (HR. Ibnu Majah dan disohihkan oleh Al-Abani).
6. Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari kecuali jika tuan rumah memaksa
untuk tinggal lebih dari itu.
e) Etika Di Jalan
1. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong disaat berjalan
atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain
karena takabbur. Allah SWT berfirman (QS. Lukman:18).
ۖ َو اَل ُتَص ِّع ْر َخَّد َك ِللَّناِس َو اَل َتْم ِش ِفي اَأْلْر ِض َم َر ًحا
ِإَّن َهَّللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َتاٍل َفُخ وٍر
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri". (QS. Lukman:18).
2. Memelihara pandangan mata baik laki-laki ataupun perempuan. Allah SWT
berfirman An-Nur:30-31 dengan arti: "Katakanlah kepada orang laki-laki
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada
wanita beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya...." .
3. Perempuan sebaiknya berjalan di pimggir jalan. Pada suatu ketika Nabi pernah
melihat campur baur laki-laki dengan wanita di jalanan, maka ia bersabda kepada
wanita: "Meminggirlah kalian, kalian tidak layak memenuhi jalan, hendaklah
kalian menelusuri pinggir jalan. (HR.Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani)
f) Etika makan dan Minum
1. Hendaklah kamu merasa puas dan rela dengan makanan dan minuman yang
ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah RA di dalam haditsnya
menuturkan: "Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah mencela makanan,
apabila dia suka sesuatu ia makan, dan jika tidak, maka ia tinggalkan".
(Muttafaqallah).
2. Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits
anas disebutkan "Bahwa sesungguhnya Nabi SAW melarang minum sambil
berdiri". (HR. Muslim).
3. Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas disaat minum. Hadits
Ibnu Abbas menuturkan, "Bahwasannya Nabi SAW melarang bernafas pada
bejana minuman atau meniupnya". (HR. At-Tirmidzi dishahihkan oleh Al-
Albani)
4. Disunnatkan untuk mengambil makanan yang terjatuh dan membuang bagian
yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila
suapan makan seorang kamu jatuh hendaklah ia mengambilnya dan
membuang bagian yang kotor, lalu makannla ia dan jangan membiarkannya
untuk syetan." (HR. Muslim).
g) Etika Memberi Salam
1. Disunnatkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun rumah
itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya: "Dan apabila kalian
akan masuk ke suatu rumah maka ucapkanlah salam atas diri kalian" (An-
Nur:61) Dan karena ucapan Ibnu Umar RA: "Apabila seseorang akan
memasuki rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia mengucapkan:
"Assalamu'alaina wa'ala 'ibadillahis shalihin" (HR. Bukhari di dalam Al Adab
Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Abani)
2. Dimakruhkan untuk memberikan salam kepada orang yang sedang di WC
(buang hajat), karena Hadits Ibnu Umar RA yang menyebutkan
"Bahwasannya ada seorang yang lewat sedangkan Rasulullah SAW sedang
buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak
menjawabnya". (HR.Muslim).
3. Disunnatkan memberi salam kepada orang yang kamu kenal ataupun orang
yang kamu tidak kenal. Di dalam Hadits Abdulah Bin Umar RA disebutkan
bahwasannya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW: "Islam yang
manakah yang paling baik? Jawab Nabi: Engkau memberikan makanan dan
memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu
kenal". (Muttafaq'alaih).
h) Etika Pergaulan Menurut Islam
1. Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang
sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih
hidup di dunia ini.
2. Berdasarkan firman Allah SWT yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat 49:13).Tiga kunci
utama dalam pergaulan, antara lain :
• Ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita
akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama,
kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
• Tafahum yaitu memahami, setelah kita mengenal seseorang
pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia tidak sukai,
dengan memahami kita dapat memilih dan memilah siapa yang
dapat dijadikan teman adalah yang dapat memberikan kebaikan,
ibarat pepatah: ”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan
penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum
setiap kita bersama dengannya, sedang bergaul dengan tidak baik
diibaratkan bergaul dengan tukang pandai besi yang akan
memberikan bau asap bahkan terkena percikan api dari besi itu
sendiri”. Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan
orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju
kepada kesalihan, dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul
dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada
perilaku yang buruk.
• Ta’awun adalah sikap saling tolong-menolong. Islam sangat
menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam
kebaikan dan takwa. Rasullullah SAW telah mengatakan bahwa
“Bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan
umat Islam yang lain”.
i) Etika Tidur dan Bangun
1. Berdasarkan hadits yang bersumber dari Aisyah RA, "Bahwasannya
Rasulullah SAW tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam.
Lalu beliau melakukan shalat". (Muttafaq'alaih)
2. Disunnatkan berwudhu sebelum tidur, dan berbaring miring ke sebelah kanan,
Al-Bara Bin Azib menuturkan: "Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu
akan tidur , maka berwudhu lah sebagaimana wudhu akan shalat, kemudian
berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan..." Dan tidak mengapa berbalik
ke sebelah kiri nantinya.
3. Menutup pintu, jendela, dan memadamkan api dan lampu sebelum tidur. Dari
Jabir RA diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda:
"Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu,
tutuplah rapat-rapat bejana-bejana, dan tutuplah makanan dan minuman".
(Muttafaq'alaih).
j) Etika Berbicara
1. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Rasulullah SAW
bersabda: "Termasuk Islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang
tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
2. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah
menuturkan: Rasulullah SAW bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi
seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar".
(HR. Muslim).
3. Menghindari perbuatan menggunjing atau (ghibah) dan mengadu domba.
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian dari kamu
menggunjing sebagian yang lain". (QS. Al-Hujurat:12).
k) Etika Berkomunikasi Lewat Telepon
Hendaklah wanita tidak memperindah suara ketika berbicara (via telepon)
dan tidak berbicara melantur dengan laki-laki. Allah berfirman yang artinya:
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang
yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik". (Al-
Ahzab:32).
l) Etika Bertetangga
1. Menghormati tetangga dan berperilaku baik kepada mereka. Rasulullah SAW
bersabda: "....Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir,
maka hendaklah ia memuliakan tetangganya." Dan di dalam riwayat lain
disebutkan: "Hendaklah ia berperilaku baik terhadap tetangganya".
(Muttafaq'alaih)
2. Hendaknya kita berbagi makanan kepada tetangga kita. Rasulullah SAW
bersabda kepada Abu Dzarr: "Wahai Abu Dzarr, apabila kamu memasak sayur
(daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu". (HR.
Muslim).
3. Hendaknya kita sabar apabila memiliki tetangga yang berperilaku kurang baik
terhadap kita. Rasulullah SAW bersabda: "Ada tiga kelompok manusia yang
dicintai Allah.... –disebutkan diantaranya: seseorang yang mempunyai
tetangga, namun ia sabar atas gangguan itu hingga keduanya dipisah oleh
kematian atau keberangkatannya". (HR. Ahmad)