Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA MORAL DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Nanda Amilia Putri 170441100094


2. Fitriyah 170441100007
3. Moch Irfan Setiawan 170441100048
4. Achmad Amsori 170441100109
5. Robert Fuady 170471100007
6. Nur Muhammad Adi S 170451100005

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SISTEM INFORMASI


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Etika Moral Dalam Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Universitas Trunojoyo Madura

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Kamal, 6 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
2. Perbedaan ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
3. Karakteristik Akhlak dalam Islam
4. Tasawwuf dan Akhlak karimah
5. Pengertian dan Prokontra Tasawwuf
6. Tasawwuf Modern

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan
adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan
tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas
belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam
kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya
kebahagiaan tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.
Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan
tiaptiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan
dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan
bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah
hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan
buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya
sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia
berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan
itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia
bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
2. Perbedaan ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
3. Karakteristik Akhlak dalam Islam
4. Tasawwuf dan Akhlak karimah
5. Pengertian dan Prokontra Tasawwuf
6. Tasawwuf Modern
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika
2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak
4. Tasawwuf dan Akhlak karimah
5. Pengertian dan Prokontra Tasawwuf
6. Tasawwuf Modern
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK


A. ETIKA

 Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya
yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari
pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli
dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya.
Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.

 Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:


1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan
penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau
kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai
mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral
yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan
dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam
masyarakat.

B. MORAL
 Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik
atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek
yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran
atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-
norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam
konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul
dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya
yang berlaku di masyarakat.

C. AKHLAK

 Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan
terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah
(perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak,
tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan
bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair
mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut
memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat
merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih
(w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak
terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

 Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:


1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan
atau tekanan dari luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

2. Perbedaan ETIKA, MORAL DAN AKHLAK


Etika,moral dan akhlak sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-
hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Sedangkan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.

3. Karakteristik Akhlak dalam Islam


Yang dimaksud karakteristik akhlak dalam islam adalah ciri-ciri khusus
yang ada dalam akhlak islam. Menurut Ahmad Azhar Basyir merinci melalui
lima karakteristik dalam islam dengan 5 istilah: 

a. Akhlak Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)


Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu
bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan as-
sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para rasul
Allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu
masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai ridha
allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.
Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan
“berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan
bertakwa”. Maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang bernilai bagi
perwujudan dari iman maupun takwa. 
b. Akhlak Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)
Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu akhlak manusia
yang memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering
pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya.
Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak
kepada kebenaran “semu”, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati
nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa
manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan
selalu membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki.
Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah,
berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan
fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri.

c. Akhlak Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)


Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa
akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang
melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat
Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak
Islam, mislanya tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut,
tidak menyakiti hati orang lain, senang membantu orang lain yang terkena
musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng didapat dengan
cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak
mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah universalisme
akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia,
tanpa membedakan etnis, ras dan suku.

d. Akhlak Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)


  Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak
islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan
manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah,
selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang
menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak
mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan
nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya,
yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa
nafsunya.

e. Akhlak Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqi’iyyah)


Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam
memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang
makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
makhluk ciptaan Allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan-
kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang
sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada
kelemahan. Kerja sama, tolong menolong adalah suatu bentuk kesadaran
manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan.
4. Tasawwuf dan Akhlak karimah
 Menurut Zakaria al-Ansari, penulis tasawuf (852H/1448Masehi-
925Hijriyah/1519Masehi)
Definisi tasawuf yaitu mengajarkan cara untuk mensucikan diri,
meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan
rohani untuk mencapai kebahagian abadi. Unsur utama tasawuf
adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya kebahagaian dan
keselamatan abadi.
 akhlaqul karimah yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan
tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT.

Keduanya saling berkaitan, Akhlak dalam pelaksanaannya


mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan
tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga
dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Hubungan akhlak dan
tasawuf  tidak bisa terpisashkan karena kesucian hati akan membentuk
akhlak yang baik pula .Pada intinya seseorang yang masuk kedalamn
dunia tasawuf harus munundukan jasmani dan rohani dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga akhlak yang baik.

5. Pengertian dan Prokontra Tasawwuf

 Pengertian Tasawwuf
a. Menurut Zakaria al-Ansari, penulis tasawuf
(852H/1448Masehi-925Hijriyah/1519Masehi)
Definisi tasawuf yaitu mengajarkan cara untuk mensucikan diri,
meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan rohani
untuk mencapai kebahagian abadi. Unsur utama tasawuf adalah
penyucian diri dan tujuan akhirnya kebahagaian dan keselamatan abadi.
b. Menurut Ahmad Amin peneliti tasawuf berdasarkan realitas
kehidupan para sufi
Definisi tasawuf yaitu bertekun dalam beribadah, berhubungan langsung
dengan Allah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud
terhadap yang diburu oleh orang banyak (seperti kelezatan dan harta
benda), dan menghindarkan diri dari makhluk didalam khalwat
(persaingan diri) untuk beribadah

 Prokontra Tasawwuf
Sayyidina Ali bin Abi thalib
Tokoh besar yang juga khlifah keempat (dari tahun 35-40 H /
656/-661 M), dikenal sebagai seorang yang gagah berani serta
memiliki kehidupan kerohanian yang subur. Pekerjaan, dedikasi,
serta cita-cita yang besar menyebabkan beliau tidak mempedulikan
lagi bahwa pakaian yang di kenakan telah robek karena mumuk.
Kalau pakaiannya robek, dijahitnya sendiri. Pernah ada orang yang
bertanya, “ mengapa sampai begini ya Amir al-Mu’minin?” beliau
menjawab, “ untuk mengkhusyukkan hati dan untuk menjadi teladan
bagi orang yang beriman” (Hamka, Tasawwuf perkembangan
hal.31). wajar bila disamping sebagai khalifah, beliau juga dijadikan
sebagai imam (pemimpin sepiritual) bagi umat, dan kewafatannya
mengakhiri masa-masa al-Rasyidun , pemimpin yang berdasarkan
atau mendapatkan petunjuk lurus (Hugh Kennedy, 1986:75-81).[2]
Dalam tasawwuf tariqot, nama Ali menjadi otoritas dibawah
nabi saw. Dari hampir semua silsilah tarekat. Selain itu,
kehidupannya yang bersahajaa, berbasis pada sikap wira’i dan
qanaah, membuat beliau sangat dicintai oleh orang-orang sufi. Dia
juga terkenal dengan kezuhudannya, pengasih serta suka bekerja
keras dalam mewujudkan cita-citanya (1984:245-250). Demikian
pula halnya dengan keluarga serta anak-anaknya, tumbuh menjadi
tokoh-tokoh sufi awal yang terkemuka.
 Syaikh Abdur Rahim Al-Wakil
Berpendapat bahwasanya tasawuf itu hina. Setan telah
membuatnya untuk memerangi Allah dan Rasulullah serta menipu
para hambanya. Tasawuf adalah topenng kaum majusi agar terlihat
seperti orang yang ta’at kepada tuhannya bahkan juga topeng semua
musuh islam.

6. Tasawwuf Modern

 Pemikiran Tasawwuf Modern Buya Hamka

Sebagaimna ilmu Tasawuf yang kita pahami selama ini, suatu ilmu yang
mengkaji tentang cara mensucikan diri dari dosa dan dunia untuk
mendekatkan diri kepada tuhan. Tasawuf lahir akibat gaya hidup orang
semakin hedonis dan glamor yang semakin jauh dari tuhan. Dan gaya hidup
yang penuh dengan kecintaan terhadap dunia dan kering akan rohaniah.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah para ahli sufi memiliki cara
dan metode masing masing seperti: mengawali dengan tobat dari dosa
dengan tobat nasuha, lalu melepaskan kecintaan pada dunia atau (zuhud) dan
latihan rohani yang lain yang pada puncaknya mencapai ma’rifat. Dalam
Tasawuf ini banyak hal yang tidak bisa dicerna dengan akal karena semua
berhubungan dengan rasa cinta yang sangat tinggi pada tuhan. Tasawuf juga
tidak mengikatkan diri pada aturan baku syari’ah. Oleh karena itu banyak
ahli Fiqih yang kadang tidak paham dengan para sufi dan menganggap
mereka musyrik dan sesat.
Pada Tasawuf Modern, Hamka memberikan perspektif baru dalam
bertasawuf, menurut Hamka kebahagiaan itu adalah agama,dan agama itu
adalah aqidah. Aqidah yang baik melahirkan akhlakul karimah. Hamka
dalam bertasawuf tidak sama seperti sufi pada aliran Tasawuf yang lain.
Tasawufnya Hamka tetap berpegang pada sumber pokok ajaran Islam yaitu
Alquran dan Hadist, sebagaimana yang dijalankan dan di contohkan
Rasulullah SAW.
Tasawuf Modern lebih mememurnikan aqidah yang terlepas dari
praktek bid’ah, syirik dan kurafat. Hamka juga tidak melakukan tingkatan-
tingkatan rohaniyah yang dilakukan para sufi yang dahulu. Dan juga tidak
pernah mengalami peristiwa mistik dan lainnya. Tasawuf menurut Hamka
bisa menjadi positif dan negatif.

1. Tasawuf jadi negatif jika:


o  Dilaksanakan dalam kegiatan yang tidak digariskan Alquran
dan Hadist.
o Dilaksanakan pada kegiatan yang berlandaskan pada
pandangan “dunia harus dibenci”.
2. Tasawuf bisa positif jika :
o Dijalankan berdasarkan tuntunan Alquran dan Hadist.
o Dilaksanakan atas kepedulian yang tinggi. Mengangkat
kembali tasawuf dengan zuhud. Zuhud yang dimaksud adalah gaya hidup
yang tidak berorentasi pada dunia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah
penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral
biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan,
kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau
tidak layak,patut maupun tidak patut.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia
yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau
dengan sesama makhluk.

Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling
penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan
manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas
bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik
budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2013/07/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT
Raja Grafmdo Persada, 2004
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988 (artikel ini
disadur dari persentasi pada mata kuliah akhlak tasawuf)
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam.
Lentera: Jakarta.
Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung
Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.
Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam.
Lentera. Jakarta.
Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika
dengan Ajaran Islam. Kalam Mulia. Jakarta.
Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.
Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai