Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAUHID DAN AKHLAK

TASAWUF ARTI AKHLAK DAN


PERBANDINGANNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tauhid dan Akhlak
Tasawuf Dosen Pengampu : Dr. Kasmuri, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Hikmatiar Abdullah (2201036084)

2. Amelia (2201036099)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO SEMARANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridhonnya
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan
salam selalu tercurah kepada baginda rasulullah Muhammad Saw. Tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih kepada bapak Kasmuri, M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah Tauhid dan
Akhlak Tasawuf yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah yang berjudul “ Arti Ahlak dan Perbandingannya”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, namun kami menyadari bahwa makalah
ini masih sangat terbatas, baik dari segi meteodologi penulisan dan literatur penulisan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini dan untuk penulisan makalah berikutnya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Waalaikumsalam Wr. Wb

Semarang, 07 Mei 2023

Penyusun

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan


menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang
dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan
yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk
tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan


yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau 3atrio adalah pola
3atrioti yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup 3atrio dan tiap-tiap perbuatan
3atrio adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak. Sebaliknya hidup yang tidak
bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia
melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil. Boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan, itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan
tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia
berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.
Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian akhlak, etika, dan moral ?


2. Apa persamaan akhlak, etika, dan moral ?

3. Apa perbedaan akhlak, etika, dan moral ?


4. Apa yang dimaksud Pendidikan moral?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak, etika, dan moral.

2. Untuk mengetahui persamaan akhlak, etika, dan moral.

3. Untuk mengetahui perbedaan akhlak, etika, dan moral.

4. Untuk mengetahui tentang Pendidikan moral.

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Etika, Dan Moral

A. Pengertian Akhlak

Akhlak secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai,
tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlak adalah kondisi jiwa yang merupakan
sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran.
Akhlak terbentuk dari Latihan dan praktek berulang (pembiasaan). Sehingga jika
sudah menjadi akhlak tidak mudah dihapus. Akhlak memiliki kedudukan utama,
bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia. Imam Al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Ada juga yang mengartikan akhlak dengan agama, hal ini berpedoman
pada firmah Allah surah 68 ; 4,

‫عظي ٍ م‬
‫و ِإن ك لَ خل‬
‫َعلَى ق‬

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Akhlak memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup hubungan kepada Sang
Pencipta (Allah), atrio manusia, terhadap diri sendiri, maupun dengan lingkungan
atau sesame makhluk Tuhan yang lain. Akhlak dalam Islam tidak lepas dan terkait
erat dengan Aqidah dan syariah, ia merupakan buah dan sekaligus puncak dari
keduanya. Akhlak menekankan keutamaan, nilai-nilai, kemuliaan dan kesucian (hati
dan perilaku), Akhlak Islami harus diupayakan agar menjadi system nilai
(etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat. Selain itu akhlak yang baik
merupakan manifestasi dari kemampuan menahan hawa nafsu dan adanya rasa malu.
Salah satu tanda atau ciri akhlak yang baik yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan

5
kebahagiaan pelakunya. Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami
adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah.Akhlak islami ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator
seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah
dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya
dengan kejadian manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ).

6
B. Pengertian etika

Secara etimologi, etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas
akhlak (moral). Secara terminology, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli.

Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal


kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan
perasaan sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Austin Fogothey
(seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan
dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagi
antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan hukum. Frankena (seperti
juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa etika sebagai cabang filsafat,
yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan
pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat
moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsep nilai baik,
buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan 6atriotis:

1. Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahas


perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya adalah manusia.

2. Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai
hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan universal. Akan tetapi
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.

3. Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakah perbuatan itu akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika
lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan
manusia.

7
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.

C. Pengertian Moral

Dalam buku-buku ilmiah sering ditemukan pemakaian kata moral untuk


menggambarkan hal yang sama dengan akhlak. Penilaian atas perilaku seseorang
sering diidentikkan dengan moral baik dan moral tidak baik atau dengan kata
bermoral, tidak bermoral (immoral). Selain dijadikan sebagai kata untuk
menggambarkan perilaku, kata moral juga lazim dipakai untuk sebuah tulisan atau
judul buku yang isinya berhubungan dengan Tindakan manusia. Beberapa buku
diantaranya “Pendidikan Moral yang ditulis oleh,” “Moral Dasar karya Frans Magnis
Suseno”

Kata moral berasal dari Bahasa Latin mores jamak dari kata mos. Secara Bahasa
kata moral memiliki arti adat kebiasaan. Definisi-definisi yang dikemukakan oleh
para ahlinya tentang moral meliputi :

a. Menurut Hamzah Ya‘qub bahwa sesungguhnya banyak kata dalam Bahasa


Indonesia yang dapat dipergunakan untuk memberikan arti atas kata moral, seperti
susila, budi pekerti, sopan santun, adab, perangai dan perilaku.

b. WJS Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa


arti moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.

c. Franz Magnis-Suseno menyebutkan bahwa moral adalah ajaranajaran, wejangan-


wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan
entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia
menjadi manusia yang baik.

8
B. Persamaan akhlak, etika, dan moral

Antara akhlak, etika, dan moral, ketiganya memiliki sasaran yang sama yaitu hati nurani
manusia. Hati nurani itu ibarat seorang sopir mobil, manakala mobil disetir oleh orang yang
bukan ahlinya, maka akan terjadi tabrakan, masuk jurang, atau peristiwa tragis lainnya. Begitu
pula hati nurani bagi seseorang, jika didalamnya akhlak, etika, dan moral luhur, niscaya orang
tersebut akan melahirkan perilaku yang santun, tumakninah dalam bertutur kata, sopan dalam
pergaulan, dan pandai mengendalikan diri. Jika hati nurani kita tertanam ketiga sifat tersebut,
insya Allah damai, aman dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.

Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang terbaik di antara kamu adalah
orang-orang yang terbaik akhlaknya“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada beberapa persamaan antara akhlak, moral dan etika yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:

1) Akhlak, moral dan etika mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.

2) Akhlak, moral dan etika merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika dan
moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.

3) Akhlak, moral dan etika seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata
merupakan factor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut
diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan.

C. Perbedaan akhlak, etika, dan moral

Selain ada persamaan antara akhlak, moral dan etika sebagaimana diuraikan di atas
terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari ketiga istilah
tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang dimaksud: Akhlak
merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan alSunnah. Nilai-nilai yang menentukan
baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam

9
akhlak bersifat universal dan

1
bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang
nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang
mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani.
Etika bersifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-
orang yang menganutnya.

Perbedaan antara akhlak, etika, dan moral adalah terletak pada sumber yang dijadikan
patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum
dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu
adalah berdasarkan al-Qur’an dan al Hadits.

Akhlak berbeda dengan etika dan moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental
karena berasal dan bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan
nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya
terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan
hidup di akhirat. Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan moral senantiasa bersifat
dinamis, berobah- obah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia.
Etika sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan. Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan
kepada tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk
terciptanya keselarasan hidup manusia. Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk
menciptakan keharmonisan dalam hubungan antara sesama manusia (habl minannas) dan
hubungan vertikal dengan Khaliq (habl minallah).

D. Pendidikan Moral

Pendidikan moral adalah penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak yang


mulia dalam diri seseorang. Pendidikan moral merupakan keutamaan tingkah laku yang wajib
dilakukan oleh seseorang, diusahakan dan dibiasakan sejak kecil hingga dewasa. Moral
seseorang dapat dipupuk dan dikembangkan menuju tingkat perkembangan yang sempurna
dalam suatu proses Pendidikan.

1
Pendidikan moral menurut (Zuriah, 2011)merupakan suatuprogram Pendidikan baik di
sekolah maupun di luar sekolah yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber
moral dan disajikan dengan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan moral
mengarah agar individu dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup bermasyarakat.

Tujuan pendidikan moral menurut Zuriah antara lain:

1) Mampu memahami nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal, nasional dan
internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-undang dan tatanan antar bangsa.

2) Mampu mengembangkan watak atau tabiat secara konsisten dalam mengambil keputusan
yang bijak atau berbudi pekerti ditengah-tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.

3) Mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional bagi pengambilan
keputusan yang terbaik setelah mempertimbangkan dengan norma budi pekerti.

4) Mampu menggunakan budi pekerti yang baik bagi pola perilaku yang berguna dan
bertanggung jawab.

Menurut Daroeso dalam (Syaparuddin, 2020) Pendidikan moral mempunyai tujuan dan
sasaran yaitu:

(1) perkembangan individu seutuhnya.

(2) membina warga negara yang bertanggungjawab.

(3) mengembangkan sikap saling menghormati martabat individu dan kesucian hak asasi manusia.

(4) menanamkan atriotism dan integrasi nasional.

(5) mengembangkan cara hidup dan berpikir yang demokratis.

(6) mengembangkan sikap toleransi.

(7) mengembangkan persaudaraan.

(8) mendorong tumbuhnya iman.

(9) menanamkan prinsip moral.

1
PENUTUP

Kesimpulan

Akhlak secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai,
tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlak adalah kemampuan /kondisi jiwa yang
merupakan sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan tanpa
pemikiran. Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asasasas
akhlak (moral). Kata moral berasal dari bahasa Latin mores jamak dari kata mos. Secara
bahasa kata moral memiliki arti adat kebiasaan.

Persamaan antara akhlak, moral dan etika mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik. Akhlak, moral dan etika
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat
kemanusiaannya. Akhlak, moral dan etika seseorang atau sekelompok orang tidak
sematamata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi
merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Dan perbedaan antara akhlak, etika,
dan moral terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada
moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum dimasyarakat, maka pada akhlak
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah berdasarkan al-
Qur’an dan al Hadits.

Pendidikan moral adalah penanaman, pengembangan dan pembentukan akhlak


yang mulia dalam diri seseorang. Menurut Daroesodalam pendidikan moral mempunyai
tujuan dan sasaran yaitu: (1) perkembangan individu seutuhnya. (2) membina warga
negara yang bertanggungjawab. (3) mengembangkan sikap saling menghormati martabat
individu dan kesucian hak asasi manusia. (4) menanamkan patriotisme dan integrasi
nasional. (5) mengembangkan cara hidup dan berpikir yang demokratis. (6)
mengembangkan sikap toleransi dan lain sebagainya.

1
DAFTAR PUSTAKA

EL-Adabi, Stai Nida. Makalah Akhlak Tasawwuf Ruang Lingkup Seputar Akhlak, Etika,
Moral dan Kesusilaan.

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996 Mawardi, Al. "Etika, Moral, dan Akhlak." Agama Islam (2012)

Rokayah. 2015. "Penerapan Etika dan Akhlak dalam Kehidupan sehari-hari". Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar.

Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengatar Studi Akhlak. PT Raja Grafmdo
Persada: Jakarta

Suhayib. 2016. Studi Akhlak. Yogyakarta. Kalimedia

Syaparuddin, S. (2020). Peranan Pendidikan Nonformal Dan Sarana Pendidikan Moral.


Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1), 173–186.

Zuriah, N. 2011. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: PT Bumi Aksra.

Anda mungkin juga menyukai