Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Ruang Lingkup Dan Manfaat Mempelajari Etika

Moral Dan Akhlak Landasan-Landasan Alquran Dan Sunnah


Terhadap Etika Moral Dan Akhlak Serta Hubungannya
Dengan Etika Akademik

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Akademik)

Disusun Oleh:
Syahril sofyan Ritonga ( 0403233294)
Adil Nazla Sipa Sinaga ( 040321058)
Dosen Pengampu: Syamsul Amri M. Sos

PROGRAM STUDI ILMU AHLI TAFSIR QURAN


FAKULTAS USHULUDDIN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2024

-1-
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Akhlak, Etika, Moral, dan
susila serta Ruang Lingkupnya” tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Medan, 23 April 2024

Penyusun

-2-
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak.1 Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang
yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan
semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu
seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dengan demikian memahami
akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya
aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah
memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni
pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar). 2
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan
moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana
yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana
yang buruk. 3

1
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 62
2
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996, hlm.27
3
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo

-3-
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang dimaksud manfaat mempelajari etika moral?
2. Apa yang dimaksud etika?
3. Apa yang dimaksud Moral
4. Apa yang dimaksud akhlak landasan-landasan Alquran dan Sunnah?
5. Bagaimana ruang lingkupnya?

C. Tujuan
1. Untuk memahami Apa Yang dimaksud akhlak
2. Untuk memahami Apa yang dimaksud etika
3. Untuk memahami Apa yang dimaksud Moral
4. Untuk memahami Apa yang dimaksud Susila
5. Untuk memahami Bagaimana ruang lingkupnya

-4-
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya
"Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan
"khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti
Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.4
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al
Qur'an, sebagai berikut:Yang Artinya : “
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang Agung.” (Q.S. Al-Qalam, 68:4).5
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini
beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dahulu.6
2. Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang
darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu
kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia

4
Zahruddin AR.Pengantar Ilmu Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
5
Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra
Semarang, 1989), h. 960
6
Zahruddin AR, h. 4

-5-
disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka
sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.7
3. Prof. Dr. Ahmad Amin Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya
kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga
mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan
kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak. 8
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi
akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan,
melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang
nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan
kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami
diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang
bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam
menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebernya
berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal,
maka akhlak Islami juga bersifat universal. 9
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
menjabarkan akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

7
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29
8
Zahruddin AR, h. 4-5.
9
Prof. Dr. H.Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-5, h.
147

-6-
Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak
dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng
tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia. Jadi, akhlak
islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta
tujuan berakhlak .
Hadits sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi
informasi kepada umat, apa yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat.Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara
tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang
cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain
sebagainya. Dengan cara demikian, masing masing makhluk merasakan fungsi
dan eksistensinya di dunia ini.

B. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari
pengertian kebahsaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah
dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandangnya. Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju
oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat.10

10
Ahmad Amin, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),Cet ke-2, h. 7

-7-
Berikutnya, dalam Encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat
moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai
baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.11
Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan
sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu
ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat,
hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu
kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan
demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran
manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau
pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia.

C. Moral
11
.Encyclopedia Britanica, hal 9

-8-
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa
Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan
moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa
antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki
perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh
dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih
bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.12
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di
masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

12
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Pustaka Setia, 2003, h. 11

-9-
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama,
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua,
kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan
yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap
waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga,
kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa
moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau
diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib,
rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa
harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

D. Susila
Dari segi bahasa, berasal dari bahasa Sanskerta, Su: artinya baik, dan sila:
artinya prinsip, dasar, atau aturan
Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan hidup yang lebih sopan,baik
dan beradab.
Kesusilaan merupakan upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang
sesuai dengan norma/nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.Kesusilaan
menggambarkan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu
kepada makna membimbing, memandu, mengarahkan, dan membiasakan seseorang

- 10 -
atau sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.13

E. Ruang Lingkup
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, akhlak, etika, moral dan susila mengacu kepada ajaran atau
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin
rendah kualitas akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang,
maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Ketiga, akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan,
tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan
dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan
dan konsistensi yang tinggi.
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila sebagaimana
diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas
masing-masing dari keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai
segi-segi perbedaan yang dimaksud:
Pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-
Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan
bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika
13
http://www.fachrifaul.net/2011/07/etika-moral-dan-susila-akhlak-tasawuf.html

- 11 -
bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya
bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung
kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
Berbeda dengan etika filsafat, etika Islam memiliki ruang lingkup sebagai berikut:
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang
baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan
buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al- Hadits
yang sohih.
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka
berada.
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang
luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya
mmemanusiakan manusia (Hamzah Ya’kub, 1996:11). 14
Ruang lingkup Akhlak dalam Ajaran Islam Islam memiliki dasar-dasar
konseptual tentang ahklak yang komprehensif dan menjadi karakteristik yang
khas. Di antara ruang lingkup tersebut adalah:
1. Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperinci. Di dalam Al-Qur’an
ada ajaran akhlak yang dijelaskan secara umum, tetapi ada juga yang diterangkan
secara mendetail. Sebagai contoh, ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara
umum adalah Q.S. An-Nahl (16):90 yang menyuruh perintah untuk berakhlak
secara umum: Untuk berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji,
mungkar, dan permusuhan. Sedangkan contoh ayat yang menjelaskan masalah
akhlak secara terperinci adalah Q.S. Al-Huujurat (49): 12 yang menunjukkan
larangan untuk saling mencela, serta memanggil dengan gelar yang buruk.
2. Akhlak bersifat menyeluruh

14
www. media.diknas.go.id/media/document/965.pdf. diakses tanggal 27 maret 2010

- 12 -
Dalam konsep Islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan muslim, baik beribadah
secara khusus kepada Allah maupun dalam hubungannya dengan sesama makhluk
seperti akhlak dalam mengelola sumber daya alam, menata ekonomi, menata
politik, kehidupan bernegara, kehidupan berkeluarga, dan bermasyarakat.
3. Akhlak sebagai buah iman
Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan.
Jika iman dapat diibaratkan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan
batang, ranting dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya. Iman yang kuat akan
termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhlakul karimah.
Lemahnya iman dapat terdeteksi melalui indikator tidak tertibnya ibadah dan sulit
membuahkan akhlakul karimah.
4. Akhlak menjaga konsistensi dengan tujuan
Akhlak tidak membenarkan cara-cara mencapai tujuan yang bertentangan dengan
syariat sekalipun dengan maksud untuk mencapai tujuan yang baik. Hal tersebut
dipandang bertentangan dengan prinsip-prinsip ahklakul karimah yang senantiasa
menjaga konsistensi cara mencapai tujuan tertentu dengan tujuan itu tersendiri. 15

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan
susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada
15
http://one.indoskripsi.com/node/8884, diakses tanggal 27 maret 2010

- 13 -
akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur'an
dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada
moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku
manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual.
Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika,
moral dan susila berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara
selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup
manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan
petunjuk Al-Qur'an dan Hadis.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003Zahruddin
AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975
Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996
Ardani Moh., Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005)
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997)

- 14 -
www. media.diknas.go.id/media/document/965.pdf. diakses tanggal 19 maret 2011
http://one.indoskripsi.com/node/8884, diakses tanggal 19 maret 2012

- 15 -

Anda mungkin juga menyukai