Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK, ILMU AKHLAK, DAN SULUK

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf


Dosen pengampu : Asrul Faruq, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 3 :

Latiful Azis NIM 13230006


M Rozan Tsakif NIM 13230007
Muhammad arofiq R NIM XXXXXX
Amar Ma’ruf NIM XXXXXX

INSTITUT AGAMA ISLAM PEMALANG (INSIP)


Jl. D. I. Panjaitan Km. 3 Paduraksa Pemalang 52319,
Telp.(0284) 323741, Email : stitpemalang@yahoo.co.id,
Website : stitpemalang.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas limpahan karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, terimakasih kami ucapkan kepada
dosen pengampu bapak Asrul Faruq, M.Pd.I., sehingga makalah yang berjudul“Akhlak,
Ilmu Akhlak, dan Suluk” dapat terselesaikan. makalah ini disusun sebagai tugas
kelompok matakuliah Ilmu Tasawuf, kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala
kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangunkan, kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para
pembacanya, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini
kami ucapkan terimakasih.

Pemalang, 8 februari 2024

penyususn
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pengertian Akhlak?
2. Apa Itu Pengertian Ilmu Akhlak?
3. Apa Itu Pengertian Suluk?
4. Apa Perbedaan Akhlak Dan Tasawuf ?
5. Apa Perbedaan Ilmu Akhlak Dan Suluk?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Peengertian Akhlak
2. Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Akhlak
3. Untuk Mengetahui Pengertian Suluk
4. Untuk Mengetahui Perbedaan Akhlak Dan Tasawuf
5. Untuk Mengetahui Perbedaan Ilmu Akhlak Dan Suluk
BAB II PEMBAHASAN

A. Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut juga bersesuaian
dengan kata khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq
yang berarti pencipta. Demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.1
Selanjutnya definisi akhlak yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai atau
tingkah laku dan tabiaat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang
sehingga menjadi biasa.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR, Tirmidzi)

Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Sedangkan menurut para ahli dasar akhlak itu adalah adat kebiasaan, yang harus
dinilai dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur an dan Sunah Rasul kalau sesuai
dikembangkan kalau tidak harus ditinggalkan. Sedangkan tujuan dari akhlak itu sendiri
adalah menanam tumbuhkan rasa keimanan yang kuat, menanam kembangkan kebiasaan
dalam melakukan amal ibadah, amal soleh, dan akhlak yang mulia. Menumbuh
kembangkan semangat untuk mengolah dan sekitar sebagai anugrah Allah SWT kepada
manusia.2

Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang


mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran (terlebih dahulu). Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam di dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

1
Muhajir Muhammad,”akhlak tasawuf”(JAKARTA: Direktorat KSKK Madrasah, 2020), Hlm.7
2
Mudhor Ahmad, “Etika dalam Islam”, t.t hlm. 15
Sementara Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak memberikan definisi bahwa
akhlak adalah adatul iradah atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam
suatu tulisan yang berbunyi: “Sementara orang membuat definisi akhlak bahwa yang
disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.”
Yang dimaksud dengan kehendak dan kebiasaan di atas adalah bahwa kehendak
merupakan ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang
kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-
masing dari kehendak dan kebiasaan itu mempunyai kekuatan, dan gabungan dari
kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar, dan kekuatan yang besar itulah
yang disebut dengan akhlak.
Dari beberapa pengertian di atas, akhlak dapat didefinisikan sebagai sifat yang
telah tertanam dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan perbuatan tanpa perlu
adanya pemikiran dan pertimbangan karena perbuatan tersebut telah dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga telah menjadi sebuah kebiasaan. Jadi
akhlak bukanlah perbuatan, melainkan gambaran jiwa yang tersembunyi. Akhlak adalah
tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi. Dengan demikian,
ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang tabiat atau sifat seseorang.

B. Ilmu akhlak
Apakah kriteria untuk menetapkan sesuatu masuk dalam lingkup Ilmu
Pengetahuan? Menurut filsafat ilmu, kriteria untuk menetapkan suatu masuk dalam
kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan (science) ada 3 yaitu :

1. Ontologi. Pengetahuan tersebut memiliki Objek kajian yang tertentu. Istilah yang
diapakai bahwa pengetahuan itu harus memiliki objek kajian yang jelas.
2. Epistemologi. Pengetahuan itu memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari
cabang pengetahuan yang lain. Istilah lain disebut epistemologi Ilmu
Pengetahuan.
3. Aksiologi. Pengetahuan itu harus memiliki kegunaaan atau manfaat yang tertentu.
Istilah lain disebut aksiologi Pengetahuan.
Jika bertitik tolak dari kriteria pengetahuan yang dikemukakan di atas, kita dapat
mengajukan pertanyaan sebagai berikut :

Berdasarkan tiga kriteria disebutkan maka apakah Ilmu Akhlak memiliki atau
memenuhi ketiga kriteria tersebut. Jika ilmu akhlak itu memenuhi kriteria yang
dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu akhlak itu adalah suatu
cabang ilmu Pengetahuan.3

Dalam pembahasan ini akan disebutkan bahwa akhlak juga merupakan ilmu yang
sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya. Hal ini perlu dijelaskan untuk menghindari anggapan
yang menyebutkan bahwa akhlak hanyalah sebuah aturan atau pedoman berperilaku yang
dengan mudah dapat dicontohkan dalam bentuk perilaku. Setiap orang akan dengan
mudah mengetahui lalu memperaktekkan perbuatan baik atau buruk melalui contoh yang
telah didapatkan, sehingga tidak memerlukan pembelajaran secara serius dengan
mengalokasikan waktu untuk mata pelajaran akhlak.

Anggapan seperti di atas tidak selalu benar karena akhlak tidak hanya sebuah
aturan bagaiman seseorang harus bertindak dan menentukan tindakan baik atau buruk.
Akhlak sesungguhnya memiliki cakupan bangunan kerangka sebuah keilmuan yang
menempatkannya sejajar secara keilmuan dengan ilmu lainya dan bahkan memiliki
kedekatan dengan berbagai ilmu seperti ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, psikologi,
antropologi dan lainnya.4

Beberapa defines ilmu akhlak:

a. Al Mas‘udi
Ilmu akhlak ialah qaidah-qaidah yang dipergunakan untuk mengetahui kebaikan
hati dan panca indra.
b. Al Bustamy
Ilmu akhlak ialah ilmu mengenai keutamaan dan cara memperolehnya serta
mencelupkannya kedalam pribadi, dan ilmu tentang kenistaan serta cara-cara
menghindarinya.
c. Ahmad Amin
Ilmu Akhlak ialah llmu yang; “menjelaskan arti baik dan buruk”, “menerangkan
apa yang sepatutnya diperbuat sebagian orang kepada lainnya dalam pergaulan”,

3
Suhayib, “studi akhlak”, (YOGYAKARTA: Kalimedia, 2016), hlm 11
4
Ib.id hlm 12
“menjelaskan tujuan yang sepatutnya dituju manusia” dan “menunjukkan jalan
apa yang selayaknya diperbuat”.
d. Asmaran AS
Ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia lalu
memberi hukum atau nilai kepada perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk sesuai
dengan norma akhlak.
e. Abd. Hamid Yunus
Ilmu akhlak ialah ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya
hingga jiwa terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya
hingga jiwa kosong daripadanya.
f. Hamzah Ya‘qub
1) Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin.
2) Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang
baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan dan menyatakan tujuan
mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
g. HAR Gibb
It is the sciene of veirtues and the way how to acquire them, of vices and the way
how to quard against them (ilmu tentang kebaikan dan bagaimana cara mengikuti
kebaikan itu, tentang kejahatan dan bagaimana cara menghindari kejahatan itu).

C. Suluk
Secara bahasa kata suluk berasal dari kata Arab yaitu “salaka” yang berarti
memasuki, melalui jalan dan bertindak.6 Jadi yang dimaksud dengan suluk ini adalah
metode perjalanan melalui berbagai keadaan dan kedudukan, di bawah bimbingan
seorang guru spritual.

Suluk meupakan metode pembinaan spritual untuk para pengikutnya, yang teknis
pelaksanaannya sangat filosofis sekaligus cukup berat, karena itu, membutuhkan
kesabaran dan ketekunan yang cukup serius.5

Adapun suluk secara istilah, menurut para ahli adalah sebagai berikut:

5
Sy. Dt. Parpatih, Suluk dan Kesehatan Mental, (Padang: Hayfa Press, 2011), h. 6
1. Annemarie Schemmel menyebut Suluk adalah pengembaraan seorang melalui
berbagai maqam, cepat atau lambat akhirnya ia mencapai tujuannya yaitu tauhid
sempurna yakni pengakuan berdasarkan pengalaman bahwa Tuhan adalah satu.6
2. Djalaluddin, dalam buku Suluk dan Kesehatan Mental menjelaskan bahwa suluk
adalah perjalanan yang ditentukan bagi orang yang berjalan kepada Allah,
melalui beberapa maqam dan naik ke martabat yang tinggi.7
3. Imron Abu Amar, dalam buku Suluk dan Kesehatan Mental berpendapat bahwa
suluk ialah mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat
batin) dan mengisinya dengan sifatsifat yang terpuji.8

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa suluk merupakan suatu praktek atau
latihan yang dilaksanakan pada waktu tertentu dalam bentuk dzikir dan ibadah lainnya
yang dibimbing oleh mursyid. Penganut tarekat Naqsyabandiyah melakukan suluk atau
khalwat dengan mengasingkan diri ke sebuah tempat di bawah bimbingan seorang
mursyid.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an surat al-Ma‟idah:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan.”(Q.S al-Ma’idah: 35)

Beberapa ahli tasawuf memberi tafsiran lain terhadap ayat di atas. Di antaranya ada
yang memberi arti “maka bersuluklah kamu....” dan menjadikannya sebagai salah satu
dasar bagi ajaran tasawuf.

Kemudian hakikat suluk itu sendiri dalam ilmu tasawuf adalah mengosongkan diri
dari sifat mazmumah (buruk) yaitu dari maksiat lahir dan batin, dan mengisinya dengan
sifat-sifat yang mahmudah (terpuji). Dalam bersuluk disyari‟atkan untuk melakukan
sebuah perjalanan spritual yang panjang dengan berbagai maqamnya, yang akhirnya akan
memperoleh tujuan yang dikehendaki, yakni kesempurnaan iman.

Suluk berarti perjalanan ruhani seorang hamba dengan tujuan untuk mendekatkan
diri. memohon ampunan dan berkehendak mendapat ridho Allah SWT. dengan melalui
6
Annemarie Schimeel, Dimensi Mistik dalam Islam, “Suluk dan Kesehatan Mental” (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1986), h. 27.
7
Djalaluddin, Sinar Keemasan, “Suluk dan Kesehatan Mental” (Ujung Pandang: Ppti, 1987), h. 27.
8
0Imron Abu Amar, Di Sekitar Masalah Tarekat Naqsyabandiyah, “dalam buku Suluk dan
Kesehatan Mental”, (Kudus: Menara, 1980), h. 27.
tahapan-tahapan penyucian jiwa yang dipraktekan ke dalam latihan-latihan ruhani
(riyadhah ruhaniah) secara istiqamah dan mudawamah.9

Orang yang melaksanakan suluk itu wajib di bawah pimpinan seorang yang telah
ma‟rifat, dalam hal ini adalah Syekh Mursyid. Mursyid adalah seorang laki-laki yang
memimpin tarekat dan persulukan di daerah tertentu. Tugas mursyid selain mengajar,
membimbing, mendidik mereka supaya senantiasa berkekalan mengingat Allah dan
mempunyai akhlakul karimah.10

Setiap orang yang suluk meyakini, bahwa dirinya akan menjadi bersih dan tobatnya
akan diterima oleh Allah SWT. Sehingga ia menjadi taqarrub, dekat diri kepada-Nya.
Menurut Syekh Amin al-Kurdi dalam bukunya Tanwir al-Qulub fi Muamalati „Allam al-
Guyuub mengatakan:

“tidak mungkin seseorang itu sampai kepada makrifatullah dan hatinya bersih serta
bercahaya, sehingga dapat musyahadah kepada yang mahbub, yang dicintai yaitu Allah
SWT. kecuali dengan jalan suluk atau berkhalwat”. Dengan cara inilah seorang salik yang
menghambakan dirinya kepada Allah SWT. semata-mata, bisa sampai kepada yang
dimaksud.11

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa suluk merupakan suatu
praktek atau latihan yang dilaksanakan pada waktu tertentu dalam bentuk dzikir dan
ibadah lainnya yang dibimbing oleh mursyid. Penganut tarekat Naqsyabandiyah
melakukan suluk atau khalwat dengan mengasingkan diri ke sebuah tempat, di bawah
bimbingan seorang mursyid. Adapun lama waktunya ada yang 10 hari, 20 hari, dan 40
hari. Menurut Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwir al-Qulub fi Muamalati
„Allam al-Guyuub, sekurang-kurangnya suluk 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan
sesuai dengan perbuatan Nabi dan sempurnanya 40 hari, berdasarkan sabda Rasulullah
SAW.

9
Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Uraian tentang Mistik, (Solo: Ramadhani 1996), h.
276.
10
A. Fuad Said, Hakikat Naqsyabandiyah, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2005), h. 95.
11
Najamuddin Amin Al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Muamalati „Allam al-Guyuub, (Beirut: Dar al-
Fikr), h. 79.
D. Perbedaan Akhlak Dan Tasawuf ?
E. Perbedaan Ilmu Akhlak Dan Suluk?
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Tidak ada yang sempurna, itulah kata yang patut kami ucapkan sehingga kami
sebagai tim penulis sangat mengharapkan agar para pembaca turut memberi masukan
demi kebaikan makalah ini. Demikian semoga makalah mengenai teks akademik dan teks
non akademik ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Annemarie Schimeel, 1986, Dimensi Mistik dalam Islam, “dalam buku Suluk dan
Kesehatan Mental”, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Djalaluddin, 1987, “dalam buku Suluk dan Kesehatan Mental” Ujung Pandang: Ppti.

Muhajir Muhammad, 2020,”akhlak tasawuf”, JAKARTA: Direktorat KSKK Madrasah,


Najamuddin Amin Al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Muamalati „Allam al-Guyuub, Beirut:
Dar al-Fikr..
Suhayib, 2016, “studi akhlak”, YOGYAKARTA: Kalimedia.

Anda mungkin juga menyukai