Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sebelum melangkah lebih jauh membahas materi, seyogyanya perlu
dimengerti bahwa ahlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus
diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
yang lurus yang harus diperbuat. Ilmu Akhlak sering disamakan dengan ethika,
namun diantara keduanya memiliki perbedaan yaitu etika menentukan baik dan
buruk perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, sedangkan ilmu
akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama. Dengan demikian
objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kaitannya dengan akhlak seseorang, itu tidak terlepas dari tingkah laku
(sikap) dengan sesama dan penciptanya (Tuhannya). Maka dalam hal ini ilmu
akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan ilmu-
ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi ilmu akhlak terhadap
ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap
ilmu akhlak.
B.     Rumusan masalah
1. Pengertian ilmu ahlak
2. Pengertian ilmu pendidikan
3. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan?

C.     Tujuan
Untuk mengetahui hubungan ilmu ahlak dengan ilmu pendidikan
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Ahlak


Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin
 Akhlak secara bahasa yaitu kebiasaan atau kehendak atau keinginan.
 Akhlak secara istilah yaitu menangnya keinginan dari beberapa keinginan
manusia yang langsung berturut-turut.
Pengertian Akhlak.
Menurut Drs. Barwarie Umarie, Akhlak yaitu baik dan buruk, terpuji dan
tercela, perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Pengertian Akhlak (Akhlak Tasauf).
Menurut Tiswarni, M. Ag.
Akhlak Yukliqu Ikhlaqan jama’nya : Khuluqun yang berarti perangai, adat
kebiasaan, budi pekerti dan tingkah laku atau tabi’at.
Adapun secara terminologi, para ahli berbeda pendapat yaitu:
a. Ibnu Muskawaih, menyebuthan bahwa akhlak berarti :
Khuluq (akhlak), merupakan keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak
melakukan suatu perbuatan tanpa melalui proses berfikir dan pertimbangan
terlebih dahulu. Perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan
dan pemikiran terlebih dahulu, hakikatnya merupakan tindakan yang telah
tertanam sebagai suatu kebiasaan. Pernyataan ini digambarkan oleh Allah
dalam Al-qur’an Surat Alam Nasyrah (94) : 6. Yang artinya “ Sesungguhnya
beriring dengan kesukaran itu adalah kemudahan "
Secara Empirik masalah pembiasaan diri ini telah di buktikan lewat percobaan
secara ilmiah oleh ahli psikologi yaitu Thorndike yang menyimpulkan, bahwa
sesuatu yang tampaknya sukar dilakukan, akan tetapi bilamana diulang
berkali-kali akhirnya akan menjadi mudah dilakukanya juga. Teori ini
terkenal dengan teori “Trial and Error”.
b. Prof. Dr. Ahmad Amin, menyebutkan bahwa akhlak yaitu :
Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan,
menyatakan tujuan yang harus di tuju dan menunjukkan apa yang harus
diperbuat.
c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, menyebutkan bahwa akhlak :
Kumpulan sifat-sifat yang berurat, berakar dalam diri manusia serta
berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa
perbuatan itu baik atau buruk dalam pandangan manusia.
Penbagian akhlak itu ada dua yaitu akhlak Mahmudah dan akhlak
Madzmumah. Akhlak mahmudah yaitu akhlak yang terpuji atau mulia
(karimah). Akhlak ini sangat besar artinya bagi kehidupan seorang muslim,
baik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri , keluarga, masyarakat
dengan profesinya,dalam hubungannya dengan rasulullah dan yang terpuncak
dalam hubungannya dengan Allah SWT. Sesungguhnya dengan akhlak terpuji
inilah manusia dapat mempertahankan martabatnya selaku makluk yang
termulia, sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya tersebut dalam
surat at-Tin ayat 4, yang artinya “Niscaya sungguh KAMI ciptakan manusia
itu sebagus-bagusnya ciptaan”. Sedangkan akhlak madzmumah (tercela) atau
akhlak yang menjijikkan (radzilah) adalah akhlak yang bila disandang
oleh seseorang menjadikan dirinya akan dijauhi dalam berbagai macam
pergaulan yang terhormat.
Pada umumnya berbagai macam sifat yang dikatagorikan sebagai akhlak
tercela biasanya disandang oleh seseorang yang hatinya belum tersentuh oleh
ajaran-ajaran Allah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan
dan proses berfikir terlebih dahulu tanpa ada unsur keterpaksaan.
B. Pengertian Ilmu Pendidikan
Pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang dipadukan
yaitu ilmu dan pendidikan. Pengertian ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia – Balai Pustaka). Sedangkan pengertian
pendidikan yaitu usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang
paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukannya
menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. (Mahmud Yunus)
Dengan demikian Pengertian Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan
ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memiliki metode-
metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, merenungkan tentang gejala-
gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa”
kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya dalam
rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi dirinya,
masyarakat dan Pencipta-Nya.

C. Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu pendidikan


Ibn Maskawih Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbamgan. Imam Al-Ghazali Bahwa
akhlak atau perilaku adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya
lahir sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu kepada
pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan
yang baik atau terpuji, baik dari segi akal syara, maka ia disebut
akhlak yang baik. Dan jika dia lahir darinya perbuatan tercel, maka
sikap tersebut disebut akhlak buruk. Dari kedua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa
yang Nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran lagi yang tertanam sudah menjadi
kebiasaan.
Sedangkan ilmu pendidikann adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
pembuatan mendidik. Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan
mendampingi seseorang agar memperoleh kemajuan dalam menjalani
kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan beragam
seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Ia membutuhkan
pedidikan fisik untuk menjaga kesehatan fisiknya; ia butuh pendidikan
akal agar jalan pikirannnya sehat; ia membutuhkan pendidikan ilmu
agar memperoleh ilmu-ilmu yang bermanfaat; ia membutuhkan
pendidikan disiplin ilmu tertentu agar dapat mengenal alam; ia
membutuhkan pendidikan sosial agar membawanya mampu
bersosialisasi; ia membutuhkan pendidikan agama untuk membimbing
rohnya menuju Allah SWT; ia membutuhkan pula pendidikan akhlak
agar perilakunya seirama dengan akhlak yang baik. Pendidikan akhlak
merupakan benang perekat yang merajut semua jenis pendidikan di
atas.
Dengan kata lain, semua jenis pendidikan di atas harus tunduk
pada kaidah-kaidah akhlak. Ilmu pendidikan dijumpai dalam berbagai
literatur banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada
hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini
antara lain dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi
pelajaran (kurikulum), guru, metode, sarana dan prasarana,
lingkungan, bimbingan, proses belajar-mengajar, dan lain sebagainya.
Ahmad D.Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi
hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan
diri kepada-Nya. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan
dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah serta pimpinan tokoh
masyarakat di lingkungan. Semua lingkungan ini merupakan bagian
integral dari pelaksanaan pendidikan, yang berarti pula tempat
dilaksanakannya pendidikan akhlak untuk meciptakan akhlak yang
baik bagi generasi bangsa. Semua aspek pendidikan ditujukan pada
tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam
pandangan Islam banyak berhubungan dengan kualitas manusia yang
berakhlak.
Sementara itu Mohd. Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti adalah adalah jiwa dari pendidikan islam, dan
islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak
adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Selanjutnya al-Attas
mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik.
Kemudian Abdul fatah jalal mengatakan bahwa tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.
Jika rumusan dari tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan antara satu
dengan yang lainnya. Maka dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang patut dan tunduk
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya
serta memiliki sifat-sifat dan akhlak yang mulia. Rumusan ini
menggambarkan bahwa antara Pendidikan Islam dan Ilmu Akhlak
ternyata sangat berkaitan erat. Pendidikan Islam merupakan sarana
yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak..
Contoh penerapan ilmu akhlak dalam pendidikan Akhlak
kepada guru ketika belajar sangatlah harus diperhatikan, karena
sesunggunhnya guru adalah orang yang harus senantiasa kita
muliakan. Bahkan guru adalah orang tua kita di kampus. Sebagai
seorang anak maka sudah sepantasnyalah kita berlaku baik,
menyayanginya dan memuliakan nya. Sebagaimana dalam sabda
Rasulullah SAW Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah
orang yang kamu belajar darinya”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi),
“Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama), karena barang siapa yang
memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul Hasan Al-
Mawardi) Akhlak juga penting untuk mewujudkan keharmonian
hubungan antara pelajar dengan pengajar. Hubungan yang baik di
antara guru dengan murid bukan saja akan mempercepat tetapi juga
memudahkan proses penimbaan ilmu pengetahuan. Jadi sudah nampak
jelas bahwa akhlak sangatlah penting dalam pendidikan , dan akhlak
sangat berhubungan dengan pendidikan.
lalu adam durhaka kepada Tuhan. Sebelum digoda iblis, Adam
tidak durhaka artinya ia tidak melakukan sesuatu yang buruk akibat
godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian bertobat kepada tuhan
sehingga kembali kepada kesuciannya. Adapun sasaran Ahlak. Dalam
Islam, secara garis besar akhlak manusia mencakup tiga sasaran, yaitu
terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dan terhadap
lingkungannya. Tujuan akhlak sendiri adalah menghasilkan nilai yang
mampu menghadirkan kemanfaatan bagi manusia, bukan nilai materi.
karena Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian
individu. Tentu saja secara pasti, akhlak sebagai salah satu dasar
pembentuk masyarakat tidak akan diabaikan begitu saja. Suatu
masyarakat tidak akan baik kecuali ketika akhlaknya baik.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Antara ahlak dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat
mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. sebab, dunia
pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, ahlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat
melakukan suatu perubahan pada dirinya.  Apabila siswa diberi pelajaran
“Ahlak”, pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah
laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).
Dengan demikian, posisi ilmu pendidikan strategis sekali jika dijadikan
pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju perilaku
yang baik. oleh karena itu, dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk
bisa dijadikan agen perubahan sikap dan perilaku manusia. Dari tenaga pendidik
(pengajar) misalnya, perlu memiliki kemampuan profesionalitas dalam
bidangnya. 

B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan
pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat
bagi kita semua

Anda mungkin juga menyukai