Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN FILSAFAT, PSIKOLOGI

(ILMU JIWA), SOSIOLOGI DAN ILMU PEDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU

MUSYAFA’,S.H.I.,M. Ag.

DISUSUN OLEH :

1. Dwi Setyowati (221110003177)


2. Muhammad Naufal Muhajir (221110003187)
3. Chindy Aulia Rahma Wakhidah (221110003191)

MANAJEMEN R2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh.

Segala puji kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas diberikannya kemampuan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas Aqidah Akhlak
yang diberikan oleh Bpk. Musyafa’,S.H.I., M.Ag. kepada mahasiswa/i Manajemen kelas MG.
semoga makalah kami bermanfaat kedepannya. Amin.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh.

Jepara, 26 Maret 2023

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 2

2.1 Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak.............................................. 2

2.2 Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Filsafat.............................. 3


2.3 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Psikologi (Ilmu Jiwa) ..................4
2.4 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Sosiologi..................................... 5
2.5 Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan...........................6

BAB III PENUTUPAN...................................................................... 8

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 8

3.2 Saran............................................................................................... 8

Daftar Pustaka.....................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya. Diantara ilmu-ilmu itu ada yang
memberikan manfaat dengan segera dan ada pula yang dipetik buahnya setelah agak
lama dimalkan dengan segala ketekunan.
Pada hakikatnya setiap ilmu pengetahuan antara yang satu dengan yang
lainnya itu saling berhubungan. Akan tetapi hubungan tersebut ada yang sifatnya
berdekatan, pertengahan, bahkan ada pula yang jauh. Pada pembahasan kali ini kita
akan mengkaji bersama tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak,
yaitu diantaranya ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu pendidikan, filsafat.
Konsep akhlakul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya
mengatur hubungan antara  manusia dengan alam sekitarnya, tetapi juga terhadap
penciptanya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an. Namun
tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu yang ada dalam Alqur’an itu sendiri.
Oleh karena itu penting sekali permasalahan hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmu lainnya ini diangkat. Dalam uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan
dibatasi pada ilmu-ilmu yang memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana
tersebut di atas. Ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu Akhlak tersebut dapat
dikemukakan pada bab selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan kami ambil sebagai acuan pada
makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian akhlak dan ilmu akhlak?
2. Bagaimana hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Filsafat?
3. Bagaimana hubungan  Ilmu akhlak  dengan ilmu Psikologi (Ilmu Jiwa)?
4. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu Sosiologi?
5. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak


Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab  jama’ dari khuluqun, yang menurut
bahasa diartikan budi pekerti, perangai, tindak laku atau tabi’at, adab, atau tingkah
laku. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti pencipta dan makhluk, yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah, terdapat pengertian menurut
para ahli:
1. Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini dibagi dua, ada yang berasal dari tabiat
aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi,
pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudia dilakukan
terus-menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
2. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah daya
kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan
yang sontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan
sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku dan perbuatan.
3. Menurut Prof Dr. Ahmad Amin dalam bukunya  al akhlak merumuskan
pengertian akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada
lainnya menyetakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu


yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

2
Ilmu akhlak bisa juga diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan tentang baik
dan buruk, mempelajari tentang sifat-sifat terpuji dan cara-cara untuk memilikinya,
serta meempelajari tentang sifat-sifat tercela dan cara-cara untuk menghindarinya.

Dalam bahasa Indonesia selain menerima perkataan akhlak, etika dan moral
yang masing-masing berasal dari bahasa arab, yunani, dan latin, juga dipergunakan
beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama dengan
perkataan akhlak ialah, susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan
santun, adab, perangai, tingkah laku, perilaku dan kelakuan.

2.2 Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan akal sampai pada
hakikatnya. Objek kajian filsafat meliputi alam dengan segala isinya; manusia,
perilaku, dan sikapnya; serta mengenal eksistensi Allah. Adapun objek kajian ilmu
akhlak adalah perilaku manusia tersebut dapat diketahui sebagai perbuatan baik atau
buruk melalui kajian ilmu filsafat, dengan dasar-dasar ajaran agama.
Filsafat bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari
adalah hakikat dari fenomena. Bagian-bagiannya meliputi:
a. Metafisika: penyelidikan di balik alam yang nyata
b. Kosmologia: penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c.  Logika: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d. Etika: pembahasan tentang tingkah laku manusia
e. Theodicea: ketuhanan tentang ketuhanan
f. Antropologia: pembahasan tentang manusia

Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu
tersebut kian meluas dan berkembang dan akhir membentuk rumah tangganya sediri
dan terlepas dari filsafat. Demikian juga dalam etika dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah
merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.

Etika dianggap sebagai bagian dari filsafat  atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral. Di dalamnya etika mau mengerti mengapa kita
harus  mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap

3
yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Melalui filsafat
ini, etika berusaha untuk mengerti mengapa, atau dasar apa kita harus hidup menurut
norma-norma tertentu.

2.3 Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Psikologi (Ilmu Jiwa)


Akhlak dengan ilmu psikologi memiliki hubungan yang sangat kuat, dimana
objek sasaran penyidikan psikologi adalah terletak pada domain perasaan, khayal,
paham, kamauan, dan ingatan. Sedangkan akhlak sangat diperlukan oleh ilmu jiwa,
bahkan ilmu jiwa adalah pendahuluan tertentu bagi akhlak.
Akhlak akan mempersoalkan apakah jiwa mereka termasuk jiwa yang baik
atau buruk. Dengan demikian, jelas bahwa ahlak mempunyai hubungan dengan ilmu
jiwa. Dimana ilmu ahlak melihat dari segi apa yang sepatutnya dikerjakan manusia,
sedangkan ilmu jiwa melihat dari segi apakah yang menyebabkan terjadi perbuatan
itu.
Pada masa akhir-akhir ini terdapat dalam ilmu jiwa suatu cabang yang disebut
ilmu jiwa masyarakat. Ilmu ini menyelidiki akal manusia dari jurusan masyarakat.
Yakni menyelidiki soal bahasa dan bagaimana bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan
suatu bangsa yang mundur dan bagaimana perkembangan susunan masyarakat. Dan
bagaimana cabang ini memberi bekas yang langsung pada etika, melebihi dari ilmu
jiwa perseorangan. Menurut para sufi, akhlak seseorang bergantung  pada jenis jiwa
yang berkuasa dalam dirinya.
Ilmu Jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui psikologis yang dimiliki seseorang.
Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan, misalnya akan
melahirkan perbuatan sikap yang senang pula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak
berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat
dan menyesatkan orang lain.
Dengan demikian ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin
manusia dengan cara penginterpretasikan perilakunya yang tampak. Melalui bantuan
informasi yang diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan al-Qur’an,
maka secara teoritis ilmu Akhlak dapat dibangun dengan kokoh.
Hal ini lebih lanjut dapat kita jumpai dalam uraian mengenai akhlak yang
diberikan Quraish Shihab, dalam buku terbarunnya, Wawasan al-Qur’an. Ia

4
mengatakan bahwa: “Kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita
akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada
dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang
sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat tentang apa
yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku.

2.4 Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi


Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi
Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata “socious” yang berarti kawan,
dan “logos”yang berarti ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana manusia berkawan, atau dalam arti luas merupakan ilmu pengetahuan
yang berobjek pada kehidupan bermasyarakat.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perbuatan manusia dalam
masyarakat, dimana hal ini juga merupakan objek kajian dalam ilmu akhlak. Manusia
tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat.
Ilmu akhlak memberikan gambaran mengetahui bentuk masyarakat yang ideal,
menyangkut perilaku, manusia yang baik dan sesuai dengan ajaran agama dalam
masyarakat. Sosiologi berkontribusi pada ilmu akhlak, dalam merumuskan pengertian
tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
Ilmu akhlak adalah bagian tidak terpisahkan dengan ilmu sosiologi mengingat
keduanya saling berhubungan. Dengan mempelajarai ilmu akhlak seseorang akan
mudah dalam bergaul di masyarakat karena pada dasarnya sosiologi adalah cara hidup
bermasyarakat, maka antara ilmu sosiologi saling membutuhkan dan keberadaannya
saling melengkapi.
Manusia adalah makhluk sosial, karena itu diperlukan sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari masalah - masalah sosial manusia. Adapun ilmu akhlak,
mempelajari bagaimana seseorang bisa diterima dengan baik dalam komunitasnya,
melalui tingkah laku dan perbuatan yang baik.
Ahmad Amin mengemukakan bahwa antara ilmu akhlak dan ilmu sosiologi
memiliki kaitan yang sangat erat. Ilmu akhlak mempelajari tentang perilaku (suluk),
artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, dimana
tidak akan bisa lepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian
sosiologi.

5
Manusia dalam hidupnya tidak akan mungkin bisa melepaskan diri dari
kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, dalam membahas akhlak tentang kehidupan
individu, perlu menelusuri dan membahas kehidupan dalam bermasyarakat juga.
Manusia adalah makhluk bersyarikat dan bermasyarakat, saling membutuhkan
diantara sesamanya.
Hal ini jelas sekali bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat : 13 :
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

2.5 Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan


Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari akhlak, karena pada dasarnya tujuan
pendidikan dalam islam adalah membentuk perilaku anak didik menjadi baik dan
mulia. Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi seseorang agar
memperoleh kemajuan dan kesempurnaan.
Ilmu pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan islam, dan sangat erat
kaitannya dengan ilmu akhlak. Menurut Asy-Syaibani, tujuan pendidikan islam
sebagai berikut:
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan
yang harus dimiliki untuk hidup didunia dan akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat,
tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, dan
memperkaya pengalaman masyarakat. Tujuan professional yang berkaitan dengan
pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan
sebagai kegiatan masyarakat.

Sehingga, ilmu pendidikan Islam berjalan searah dengan ilmu akhlak. Hal ini
karena keduanya sama-sama bertujuan membentuk pribadi sebagai insan kamil, yang
menjalankan ajaran islam sesuai dengan tuntunan yang di ajarkan Rasulullah.

lmu pendidikan dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai


aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Ahmad

6
D.Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup
seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan
dan penyerahan diri kepada-Nya. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan
dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah serta pimpinan tokoh masyarakat di
lingkungan. Semua lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan
pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak untuk
meciptakan akhlak yang baik bagi generasi bangsa
Ilmu pendidikan sering dijumpai dalam berbagai literatur dan banyak
berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan dalam pandangan Islam banyak berhubungan dengan
kualitas manusia yang berakhlak. Sementara itu, Muhammad Athiyah al-abrasyi
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan
Islam telah menyimpilkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan.
Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendapingi seseorang agar
memperoleh kemajuan dalam menjalani kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap
pendidikan beragama seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Ia
membutuhkan pendidikan fisik untuk menjaga keseharan fisiknya, ia membutuhkan
pendidikan akal agar jalan pikirnya sehat, ia membutuhkan pendidikan sosial agar
membawanya mampu bersosialisasi, ia membutuhkan pendidikan agama untuk
membimbing rohnya menuju Allah, ia membutuhkan pula pendidikan akhlak agar
perilakunya seirama dengan akhlak yang baik.
Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis
pendidikan di atas dengan kata lain, semua jenis pendidikan di atas harus tunduk pada
kaidah-kaidah akhlak.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu
akhlak adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan
ilmu akhlak jiwa kita lebih tenang damai, dan menjadi manusia yang lebih baik.
Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu tasawuf, tauhid, psikologi, sosiologi,
pendidikan, filsafat dan hukum adalah untuk mengetahui apakah keadaaan rohani
dan jasmani baik individu ataupun masyarakat tertentu baik atau buruk.

3.2 Saran
Demikian makalah ini penulis tulus, untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aqidah Akhlak tentang hubungan ilmu akhlak denga ilmu-ilmu lainnya. penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari harapan dan sempurna. Karena itu, saran
dan masukan dari pembaca sangat Penulis harapkan dalam penyempuranaan
makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 2013.  Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang.

Anwar, Rosihon. 2010.  Akhlak Tasawuf,. Bandung: CV Pustaka Setia

Suhayib 2016. Studi Akhlak. Jogjakarta: Kalimedia

Riyadi, Hendar 2008 Tauhid Ilmu. Bandung: Nuansa

Atkinson ,Rita L. dkk. Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara.

Pontjosoetirto, Soelardja. Asas – Asas Sosiologis. Yogyakarta: Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai