Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DAN EPISTIMOLOGI AKHLAK TASAWUF

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

TASAWUF

Dosen Pengampuh : Masduki A.Sayuti,M.Pd

Disusun Oleh :

Abdul Latif 21.1.2324

Arsy

Diaz Saryani 21.1.2183

Kasmirah 21.1.2209

INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK AL KARIMIYAHJL. H. MA’SUM


KEL. SAWANGAN KEC. SAWANGAN

2024
KATA PENGANTAR

Allahamdulillahirobbil A’laamiin, Puji dan syukur marilah kita panjatkan


kehadirat Allah Azza Wajalla karena berkat izin dan karunia Nya penulis diberi
kekuatan dan kesanggupan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penangan gangguan kepribadian berdasarkan al-quran dan hadits” dengan
sebaik-baik nya. Tujuan dibuat nya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Kurikulun.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak,


penyusuunan makalah ini mungkin tidak dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
orang tua yang telah mmendukung dan mendoakan, dan penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kritik dan
saran. Tidak lupa penulis mengucaapkan terima kasih kepada Bapak Masduki
A.Sayuti,M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh
masukan untuk penulis untuk yang lebih baik lagi. Dan semoga Makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan teman-teman lainya.

Depok, 12 Maret 2024


Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... II

DAFTAR ISI ....................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakangg......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etimologis, ………………………………................................2


B. Pengertian akhlak …………………………………………………………3
C. Pengertian Etimologis, akhlak dan tasawuf……………………………….4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan
pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.Tasawuf adalah ilmu yang mulia
karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya.
Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak.Lahirnya tasawuf
bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf
tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf
adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan
amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan
Allah.

Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan
keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin
meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih
berpengaruh dimasyarakat. Oleh sebab itu, bukanlah suatu hal yang
mengherankan, jika hingga sekarang,.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian epistimologi ?

2. Apa yang dimaksud akhlak?

3.apa yang dimaksud dengan epistimologi akhlak tasawuf ?

C. Tujuan

iv
Untuk mengetahui apa itu Epistimonologi, akhlak, tasawuf, serta tujuan
mempelajarinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistimologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang penting disamping
ontologi dan juga aksiologi. Ontologi berurusan dengan semua sifat dasar objek
termasuk definisi ilmiahnya. Aksiologi menjelaskan tujuan dan penggunaan
pengetahuan. Asal mula, cara, langkah dan tata cara yang memungkinkan perolehan
pengetahuan adalah bagian dari epistemologi1.
Dalam hal lain, epistemologi yang merupakan bidang akademik, penulis tertarik
pada karakteristik mendasar dan berbagai asumsi pada bidang ilmiah. Subjek formal
penelitian ini memiliki tiga klaim utama: sumber, sifat, dan validitas informasi.
Epistemologi dengan demikian berbicara tentang bagaimana pengetahuan ini
muncul, apa sumber atau subjek dari pemahaman ini, dan bagaimana pengetahuan ini
diperoleh. Keberadaan epistemologi tentu tidak lepas dari pemikiran intelektual para
filosof Yunani yang menjadi cikal bakal filsafat. Pada tahap perkembangan tertentu,
epistemologi mewujudkan paradigma teoritis sains.3 Dalam pemikiran dialektis,
gerakan pertama menjauh dari skeptisisme sofistis (keraguan) mengarah pada
pemahaman tentang relativitas legitimasi dan kemudian, seperti yang ditunjukkan
oleh Protagoras sofis terkenal pada penyajian manusia sebagai sumber kebenaran.

B. Pengertian akhlak

Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur
1
Ahmad Zainal Abidin, “Epistemologi Tafsir al-Quran Farid Esack.” Jurnal Teologia, Hal. 2. 2013.

v
sedetail-detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga
menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan
bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah
dan Rasulnya. Islam sendiri berarti istislam penyerahan diri kepada yang pemberi
selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti keselamatan. Keselamatan yang
diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar keselamatan di dunia
semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga Allah berikan kepada umat
Islam, yaitu keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan
tunduksaja, tapi Islam juga memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh
pemeluknya.

C. Pengertian epistimologi akhlak tasawuf


Epistimologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar, sebab
didalamnya terdapat pembahsan mengenai bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan, dalam hal ini adalah tentang ilmu-ilmu tasawuf2
Epistemologi adalah bidang filsafat yang membahas berkenaan dengan teoriteori
pengetauan (theory of knowledge). Epistemologi berasal dari bahasa Yunani
episteme dan logos. Episteme artinya “pengetahuan”, sedangkan logos artinya
“teori” atau “ilmu”. Pada mulanya, epistemologi merupakan istilah tekhnis filsafat.
Lalu kemudian menjadi istilah tekhnis bagi ilmu pengetahuan lainnya. Seiring
dengan upaya saintifikasi ilmu sufi, istilah epistemologi juga masuk dalam
khazanah peneliti tasawuf. Epistemologi ketika masuk dalam “teori tasawuf” maka
ia menjadi sama dengan epistemologi ilmu-ilmu lainnya yaitu upaya untuk
membentuk diskursus yang tepat dan justifikasi yang benar atas ilmu-ilmu sufi.
Adapun ketika Epistemologi masuk dalam ranah “tasawuf yang diteorikan” maka
ia menjadi semacam diskursus yang dibuat oleh kaum sufi untuk menjelaskan
tangga-tangga spiritual bagaimana prosedur yang tepat dalam menjalani tasawuf
hingga mencapai ma‘rifah.3

3
Ramli, At Tafsir, jurnal pendidikan hukum dan sosial keagamaan (Juni 2021 ), hlm 24

vi
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan etimoligi (kebahasaan), dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari
sudut pandang etimologi (kebahasaan), akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah
(perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maruah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya
kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq.
Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
Linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian
adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya
sama dengan arti akhlaq. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai
pemakaiannya baik dalam al-Qur’an, maupun al-Hadis. Seperti yang terdapat dalam
QS. al-Qalam ayat 4.
Adapun akhlak secara terminologi adalah:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Dengan demikian, ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1. Perbuatan akhlak, adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi lepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang di lakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan
yang bersangkutan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang di lakukan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara.

vii
5. Sejalan dengan ciri yang ke empat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang
baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas karena semata-mata
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
suatu pujian.

Kata tasawuf diambil dari ahl al-Suffah, yaitu golongan Muhajirin yang ikut
Nabi hijarah ke Madinah. Golongan tersebut tidur di atas batu pelana )‫ (الصفة‬yang
tinggal disamping masjid Nabi di Madinah sebagai pejuang fisabilillah sebagai
tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi sebagian lagi berpendapat bahwa
tasawuf dihubungkan dengan perilaku sufi yang selalu berperilaku terpuji dan
berusah meninggalkan sifat tercela (Atjeh, 1977, hal. 67-68).

Secara istilah kata tasawuf mempunyai beberapa arti yang berimplikasi


batiniyah, seperti beberapa definis tasawuf yang dikutip oleh Ibrahim Basuni
(Basuni, 1919, hal. 19).

Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan,


menjauhi akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan, dan menjauhi
segala keinginan nafsu.

Definis di atas dikemukakan oleh al Juned. Aspek yang dinilai dari definis
tersebut ialah perilaku individual seseorang dalam menjaga hati dari sifat duniawi.
Adapun beberapa definisi lain yang ditawarkan oleh beberapa tokoh cendrung
melihat dunia sebagai musibah yang harus ditinggalkan, seperti yang
dikemukakan Ma'ruf al Karkhi dan Sahl ibn Abdullah.

Tasawuf adalah hanya menerima kebenaran dan tidak mengharapkan apa


dari tangan para makhluk, barangsiapa yang tidak sanggup menerima
kefakiran berarti tidak berhasil mencapai derajat tasawuf.

viii
Tasawuf adalah mengurangi makan, selalu berada di sisi Allah dan
menjauhi manusia.4T asawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman
yang lebih menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.

Tasawuf adalah ilmu yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada
Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling
utama secara mutlak.
Lahirnya tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka
dari itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk
mencapai tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua
larangan-larangan Allah.

D. Akhlak dan tasawuf


1. Ruang lingkup akhlak dan tasawuf
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur
hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan
komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari
pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Dr. Abdulah dalam buku dustur al-khalaq fi al-islam, membagi akhlaq dalam 5
aspek kehidupan, yaitu:
a. Akhlak perorangan : Semua hal yang di perintahkan, segala yang di
larang, hal-hal yang diperbolehkan dan akhlak dalam keadaan darurat.
b. Akhlak keluarga : kewajiban timbal balik orang tua dan anak, kewajiban
suami istri, dan kewajiban terhadap kerabat dekat.
c. Akhlak bermasyarakat : hal-hal yang dilarang, hal-hal yang di perintahka,
kaidah-kaidah adab.
d. Akhlak bernegara, akhlak ini meliputi : hubungan antar pemimoin dan
rakyat, hubungan luar negeri.
e. Akhlak beragama : meliputi kewajiban terhadap Allah SWT.

4
Moh. Muhtador, Jurnal akhlak dan tasawuf (Yogyakarta, 2017), hlm 35

ix
2. Ruang Lingkup Tasawuf
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari
Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran,
bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju
kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui
cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat
dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini
menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam”
adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat
mudah berada di hadirat Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh
dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu
menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang
mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan
tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada
perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa
ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan
karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu
adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu
hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
Kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia
baik sebagai individu perorangan atau kelompok.5

Tujuan mempelajari akhlak tasawuf

Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada sedekat mungkin
dengan Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum

5
Asri Wahyuningsih, pengertian dan ruang lingkup akhlak tasawuf (23 november 2016)

x
yaitu :

a. Untuk pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan


jiwa yang berkesinambungan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu
sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral.
Tasawuf yang bertujuan moralitas ini, pada umumnya bersifat praktis.
b. Untuk makrifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyf
al-hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat
ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistematis analisis.
c. Untuk membahas bagaimana system pengenalan dan pendekatan diri
kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara
Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan yaitu
dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat
dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia
dengan Tuhan dan makna dekat yang ketiga adalah penyatuan manusia
dengan Tuhan sehingga yang terjadi adalah monolog antara manusia yang
telah menyatu dalam iradat Tuhan.

xi
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Tasawuf adalah ilmu jalan menuju Allah. Tasawuf adalah ilmu yang
sesuai dengan jalur Islam melalui pengalaman langsung sang Nyata dan
bukan melalui lidah atau belajar dari buku. Ini menyiratkan ditinggalkannya
teologi apapun. Tauhid tidak logis. Dalam hal ini Tasawwuf adalah pelindung
Tauhid: La ilaha illallah. Muslim menegaskan: La hawla wa la quwwata illa
billah. Ini menyiratkan bahwa tidak ada dua kekuatan di alam semesta. La
hawla wa la quwwata illa billah juga berarti ada satu sumber kekuatan. Allah
memberi kita kuasa-Nya dan membimbing kita dengan keterbatasan kita.
Oleh karena itu kita adalah sumber kesengsaraan kita sendiri. Semua sarana
tersedia bagi kita. Dari sinilah datang tawakkul: hasbunullahu wa ni’mal
wakil, “Allah sudah cukup bagi kita dan Dia adalah wali terbaik” seperti
hakikat tasawuf falsafi. Tasawuf tidak menjadi konsumen pasif dan jinak
dalam masyarakat ini dengan malam yang tercerahkan. Tasawuf adalah
transformasi hati Anda sehingga Anda menyadari bahwa Anda bertanggung
jawab atas dunia, dan dunia tidak bertanggung jawab atas Anda. Hal ini
memungkinkan kita untuk memahami bahwa apa yang Allah perintahkan
adalah mungkin, dan ini menunjukkan jalan kita untuk mencapai tujuan
tertinggi kita fisabilillah. Tasawuf memungkinkan kita untuk memahami
bahwa perbuatan hati lebih kuat daripada perbuatan anggota badan.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi
bahan penunjang pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Jika ada

xii
kesalahan dalam penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan dari teman-teman semua

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zainal Abidin, “Epistemologi Tafsir al-Quran Farid Esack.” Jurnal


Teologia, Hal. 2. 2013.

Ramli, At Tafsir, jurnal pendidikan hukum dan sosial keagamaan (Juni 2021 ),
hlm 24

Moh. Muhtador, Jurnal akhlak dan tasawuf (Yogyakarta, 2017), hlm 35

Asri Wahyuningsih, pengertian dan ruang lingkup akhlak tasawuf (23 november
2016)

xiii

Anda mungkin juga menyukai