TASAWUF
Disusun Oleh :
Arsy
Kasmirah 21.1.2209
2024
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh
masukan untuk penulis untuk yang lebih baik lagi. Dan semoga Makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan teman-teman lainya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakangg......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman yang lebih menekankan
pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.Tasawuf adalah ilmu yang mulia
karena berkaitan dengan ma`rifah kepada Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya.
Dan tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak.Lahirnya tasawuf
bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka dari itu ilmu tasawuf
tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk mencapai tasawuf
adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya, mengamalkan
amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua larangan-larangan
Allah.
Kajian Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur tasawuf
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini nuansa
tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengamalan
keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan semakin
meraknya kajian Islam dan juga melalui gerakan Tarekat Muktabarah yang masih
berpengaruh dimasyarakat. Oleh sebab itu, bukanlah suatu hal yang
mengherankan, jika hingga sekarang,.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
iv
Untuk mengetahui apa itu Epistimonologi, akhlak, tasawuf, serta tujuan
mempelajarinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistimologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang penting disamping
ontologi dan juga aksiologi. Ontologi berurusan dengan semua sifat dasar objek
termasuk definisi ilmiahnya. Aksiologi menjelaskan tujuan dan penggunaan
pengetahuan. Asal mula, cara, langkah dan tata cara yang memungkinkan perolehan
pengetahuan adalah bagian dari epistemologi1.
Dalam hal lain, epistemologi yang merupakan bidang akademik, penulis tertarik
pada karakteristik mendasar dan berbagai asumsi pada bidang ilmiah. Subjek formal
penelitian ini memiliki tiga klaim utama: sumber, sifat, dan validitas informasi.
Epistemologi dengan demikian berbicara tentang bagaimana pengetahuan ini
muncul, apa sumber atau subjek dari pemahaman ini, dan bagaimana pengetahuan ini
diperoleh. Keberadaan epistemologi tentu tidak lepas dari pemikiran intelektual para
filosof Yunani yang menjadi cikal bakal filsafat. Pada tahap perkembangan tertentu,
epistemologi mewujudkan paradigma teoritis sains.3 Dalam pemikiran dialektis,
gerakan pertama menjauh dari skeptisisme sofistis (keraguan) mengarah pada
pemahaman tentang relativitas legitimasi dan kemudian, seperti yang ditunjukkan
oleh Protagoras sofis terkenal pada penyajian manusia sebagai sumber kebenaran.
B. Pengertian akhlak
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur
1
Ahmad Zainal Abidin, “Epistemologi Tafsir al-Quran Farid Esack.” Jurnal Teologia, Hal. 2. 2013.
v
sedetail-detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga
menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan
bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah
dan Rasulnya. Islam sendiri berarti istislam penyerahan diri kepada yang pemberi
selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti keselamatan. Keselamatan yang
diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya sekedar keselamatan di dunia
semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga Allah berikan kepada umat
Islam, yaitu keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan
tunduksaja, tapi Islam juga memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh
pemeluknya.
3
Ramli, At Tafsir, jurnal pendidikan hukum dan sosial keagamaan (Juni 2021 ), hlm 24
vi
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan etimoligi (kebahasaan), dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari
sudut pandang etimologi (kebahasaan), akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah
(perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maruah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya
kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq.
Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
Linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian
adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya
sama dengan arti akhlaq. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai
pemakaiannya baik dalam al-Qur’an, maupun al-Hadis. Seperti yang terdapat dalam
QS. al-Qalam ayat 4.
Adapun akhlak secara terminologi adalah:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Dengan demikian, ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1. Perbuatan akhlak, adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi lepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang di lakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan
yang bersangkutan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang di lakukan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara.
vii
5. Sejalan dengan ciri yang ke empat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang
baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas karena semata-mata
karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
suatu pujian.
Kata tasawuf diambil dari ahl al-Suffah, yaitu golongan Muhajirin yang ikut
Nabi hijarah ke Madinah. Golongan tersebut tidur di atas batu pelana ) (الصفةyang
tinggal disamping masjid Nabi di Madinah sebagai pejuang fisabilillah sebagai
tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi sebagian lagi berpendapat bahwa
tasawuf dihubungkan dengan perilaku sufi yang selalu berperilaku terpuji dan
berusah meninggalkan sifat tercela (Atjeh, 1977, hal. 67-68).
Definis di atas dikemukakan oleh al Juned. Aspek yang dinilai dari definis
tersebut ialah perilaku individual seseorang dalam menjaga hati dari sifat duniawi.
Adapun beberapa definisi lain yang ditawarkan oleh beberapa tokoh cendrung
melihat dunia sebagai musibah yang harus ditinggalkan, seperti yang
dikemukakan Ma'ruf al Karkhi dan Sahl ibn Abdullah.
viii
Tasawuf adalah mengurangi makan, selalu berada di sisi Allah dan
menjauhi manusia.4T asawuf merupakan salah satu cabang ilmu keislaman
yang lebih menekankan pada dimensi atau aspek spiritual dalam Islam.
Tasawuf adalah ilmu yang mulia karena berkaitan dengan ma`rifah kepada
Allah Ta`ala dan mahabbah kepada-Nya. Dan tasawuf adalah ilmu yang paling
utama secara mutlak.
Lahirnya tasawuf bersamaan dengan timbulnya agama Islam itu sendiri, maka
dari itu ilmu tasawuf tidak lepas dari pengaruh Al-Qur`an dan hadits. Inti untuk
mencapai tasawuf adalah beriman kepada Allah, menyerahkan diri kepada-Nya,
mengamalkan amalan yang sholeh dan menjauhi serta meninggalkan semua
larangan-larangan Allah.
4
Moh. Muhtador, Jurnal akhlak dan tasawuf (Yogyakarta, 2017), hlm 35
ix
2. Ruang Lingkup Tasawuf
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari
Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran,
bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju
kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui
cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat
dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini
menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam”
adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat
mudah berada di hadirat Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh
dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu
menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang
mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan
tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada
perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa
ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan
karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu
adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu
hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
Kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia
baik sebagai individu perorangan atau kelompok.5
Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada sedekat mungkin
dengan Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum
5
Asri Wahyuningsih, pengertian dan ruang lingkup akhlak tasawuf (23 november 2016)
x
yaitu :
xi
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah ilmu jalan menuju Allah. Tasawuf adalah ilmu yang
sesuai dengan jalur Islam melalui pengalaman langsung sang Nyata dan
bukan melalui lidah atau belajar dari buku. Ini menyiratkan ditinggalkannya
teologi apapun. Tauhid tidak logis. Dalam hal ini Tasawwuf adalah pelindung
Tauhid: La ilaha illallah. Muslim menegaskan: La hawla wa la quwwata illa
billah. Ini menyiratkan bahwa tidak ada dua kekuatan di alam semesta. La
hawla wa la quwwata illa billah juga berarti ada satu sumber kekuatan. Allah
memberi kita kuasa-Nya dan membimbing kita dengan keterbatasan kita.
Oleh karena itu kita adalah sumber kesengsaraan kita sendiri. Semua sarana
tersedia bagi kita. Dari sinilah datang tawakkul: hasbunullahu wa ni’mal
wakil, “Allah sudah cukup bagi kita dan Dia adalah wali terbaik” seperti
hakikat tasawuf falsafi. Tasawuf tidak menjadi konsumen pasif dan jinak
dalam masyarakat ini dengan malam yang tercerahkan. Tasawuf adalah
transformasi hati Anda sehingga Anda menyadari bahwa Anda bertanggung
jawab atas dunia, dan dunia tidak bertanggung jawab atas Anda. Hal ini
memungkinkan kita untuk memahami bahwa apa yang Allah perintahkan
adalah mungkin, dan ini menunjukkan jalan kita untuk mencapai tujuan
tertinggi kita fisabilillah. Tasawuf memungkinkan kita untuk memahami
bahwa perbuatan hati lebih kuat daripada perbuatan anggota badan.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bisa menjadi
bahan penunjang pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Jika ada
xii
kesalahan dalam penyampaian makalah ini kami mohon maaf. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan dari teman-teman semua
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, At Tafsir, jurnal pendidikan hukum dan sosial keagamaan (Juni 2021 ),
hlm 24
Asri Wahyuningsih, pengertian dan ruang lingkup akhlak tasawuf (23 november
2016)
xiii