Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT ILMU

AKSIOLOGI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu :

Tedhi Setiadhi, M.Sos

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Chusnul Khotimah

Irwina Rahma Putri Elfira

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

2022/2023

Jl. Gegerkalong Girang No. 67 Bandung


Telp : 022 200 3238 Website : http//www.stai-dt.ac.id
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok dalam mata kuliah Filsafat Ilmu. Shalawat beserta salam kami sampaikan kepada
junjungan kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang selalu kita nantikan syafa’atnya
kelak di hari kiamat.

Alhamdulillah wa syukurillah. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik


dan tepat waktu, meskipun dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman kami yang masih
terbatas. Semoga pembahasan mengenai Aksiologi dapat menambah wawasan dan
memberikan manfaat bagi semua pihak. Kami mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik dari pembaca kami harap dapat membangun
makalah ini lebih baik. Terima kasih.

Bandung, 11 Desember 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………......................
2

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………......................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..............


4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………............ 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...................
4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aksiologi………………………………………………….......... 6

2.2 Aksiologi dalam Islam………………………………………………......... 7

2.3 Teori Nilai…………………………………………………………….................


9

2.4 Nilai dan Fakta……………………………………………………….............


10

2.5 Aliran-aliran Aksiologi………………………………………………......... 11

2.6 Pembagian Aksiologi…………………………………………………....... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..............
15

3.2 Saran………………………………………………………………...................
15

3
REFERENSI…………………………………………………………………........................
16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengkaji filsafat tidak lepas dari ruang lingkup manusia. Karena pada
dasarnya manusialah yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik,
benar atau salah, netral atau tidak netral. Karena pada hakekatnya ilmu itu netral
dan bebas nilai. Menurut Einstin, bahwa ilmu tanpa agama adalah buta dan agama
tanpa ilmu adalah lumpuh. Oleh karena itu, aksiologi dalam ilmu pengetahuan
adalah produk dari ilmu yakni etika, nilai, estitika dan moral.
Aksiologi lebih menghasilkan produk yaitu untuk apa ilmu pengetahuan
dipergunakan? Bagaimana kaitannya ilmu pengetahuan dipergunakan dengan
aspek moral. Bagaimana procedural penggunaan ilmu pengetahuan berkaitan
dengan moral. Bagaimana penentuan obyek pengetahuan dikaitkan dengan moral
atau etika dalam kehidupan. Sementara Aksiolgi dalam pandangan islam berbeda
dengan ilmuwan barat. Islam menyatakan bahwa Agama yang melahirkan ilmu
pengetahuan. Ilmua bagian dari agama itu sendiri, karena itu Rasulullah Saw
mewajibkan manusia untuk mencari Ilmu. Sementara tujuan dari agama adalah
mencari ridha Allah dan datangnya kebenaran itu dari Allah SWT.
Ilmu adalah bagian dari islam karena fungsi ilmu adalah memberikan
petunjuk,solusi, pikiran ilmiah dan pembebas dari kebodohan. Ilmu pengetahuan
adalah melahirkan nilai, etika dan estetika, sementara agama islam sebagai payung
untuk kelahiran ontologi, epistimologi dan aksiologi ilmu. Ibu Arabi mengatakan,
ilmu itu berguna untuk mendekatkan diri manusia kepada Allah Swt. Dengan

4
dekat kepada Allah Swt, maka manusia akan mendapatkan anugerah ilmu. Al-
ilmu nurun (ilmu itu cahaya).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Aksiologi?

2. Bagaimana Aksiologi dalam Islam?

3. Apa itu teori nilai?

4. Apa kaitan antara nilai dan fakta?

5. Apa saja aliran-aliran dalam Aksiologi?

6. Apa saja bagian-bagian yang ada dalam Aksiologi?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dari Aksiologi

2. Memahami peran Aksiologi dalam Islam

3. Mengetahui teori nilai

4. Memahami kaitan antara nilai dan fakta

5. Mengetahui aliran-aliran dalam Aksiologi

6. Mengetahui bagian-bagian dalam Aksiologi

5
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aksiologi

Aksiologi mungkin bagi beberapa orang masih terdengar asing di telinga. Kata
atau istilah ini sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata axios yang berarti
“nilai” dan kata logos yang berarti “ilmu”.

Aksiologi kemudian dikenal sebagai salah satu cabang ilmu dari ilmu filsafat.
Arah filsafat atau aspek kehidupan yang dibahas di cabang ilmu ini adalah mengenai
pemanfaatan atau penggunaan dari ilmu pengetahuan.

Secara umum, aksiologi bisa diartikan sebagai cabang ilmu filsafat yang
mempelajari tentang tujuan ilmu pengetahuan dan bagaimana manusia menggunakan
ilmu tersebut. Sehingga mendalami dulu dasar-dasar dari ilmu pengetahuan.

 Pengertian Aksiologi Menurut Para Ahli


 KBBI

Bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, terdapat definisi
aksiologi secara mendasar. Dijelaskan bahwa aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.

Sehingga secara mendasar, aksiologi merupakan sebuah penjelasan tentang


kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia. Sekaligus bisa menjelaskan mengenai
nilai-nilai dalam kehidupan, khususnya adalah mengenai etika.

 Sumantri

Sumantri melalui salah satu bukunya menjelaskan tentang definisi dari


aksiologi. Menurutnya, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dan pengetahuan yang diperoleh.

6
Sehingga Sumantri disini berpendapat bahwa aksiologi sejatinya adalah
sebuah teori nilai yakni sebuah ilmu yang membahas mengenai nilai. Nilai-nilai yang
dibahas kemudian berkaitan dengan pengetahuan yang didapatkan dan digunakan oleh
manusia.

 Kattsoff

Pendapat berikutnya datang dari Kattsoff, dijelaskan bahwa aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.

Sehingga membahas mengenai definisi nilai-nilai dalam kehidupan menggunakan


dasar ilmu filsafat. Dasar ini kemudian membantu memahami nilai secara mendalam dan
dikaitkan dengan unsur yang lebih murni dan mendasar.

 Wibisono

Berikutnya ada pendapat dari Wibisono, menjelaskan bahwa aksiologi adalah nilai-
nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normatif penelitian dan
juga penggalian, dan juga penerapan ilmu.

 Jujun S. Suriasumantri

Terakhir adalah pendapat dari Jujun S. Suriasumantri, menurutnya aksiologi adalah


teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sehingga
segala nilai yang berhubungan dengan manfaat pengetahuan akan dikaji atau dibahas di
dalam cabang ilmu filsafat satu ini.

Melalui beberapa pendapat tersebut maka bisa disimpulkan bahwa aksiologi


merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai kehidupan yang
mengarah pada manfaat atau kegunaan dari pengetahuan bagi hidup manusia.

2.2 Aksiologi dalam Islam

Aksiologi dalam islam adalah ilmu yang mempelajari entang nilai atau etika. Dan
etika (ahklak) merupakan tujuan pokok bagi orang yang mempelajari ilmu itu sendiri.
Sebagian lain berpendapat, bahwa ilmu adalah sebagai jalan, atau sarana untuk memperoleh

7
etika, kemudahan-kemudahan dalam hidupnya di dunia. Sedangkan Kontowijoyo
menyebutkan aksiologi dalam paradigm islam yaitu ilmu tidak ada yang benar-benar netral.
Ilmu pada dasarnya tidak ada yang bebas nilai, ia syarat dengan bias-bias kepentingan
perumusnya dan pembuatnya. Ilmu modern yang selama ini sering diklaim sebagai bebas
nilai, sehingga dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, ternyata tidak lepas dari nilai-nilai yang
dianut oleh penganutnya, seperti filsafat barat. Dalam konstruksi keilmuan islam, ilmu
bekerja dalam bingkai paradigmislam itu sendiri, dimana ilmu bersumber langsung dari teks
wahyu Al-quran. Maka, nilai etis yang terkandung dalam ilmu keislaman berada dalam
bingkai etika-moral yang sangat erat. Karena misi kenabian Muhammad Saw adalah
membangun etika-moral (akhlak). Kontowiyowo menyebut Etika –Moral dengan etika
Profetik. Nilai etika profetik itu sendiri berasal dari ahklak Nabi Muhammad Saw dan
sumbernya adalah wahyu Allah Swt. Oleh karena itu, ada perbedaan pendapat tentang
aksiologi dalam pandangan Barat dan Islam.
Pertama, menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini, ilmuwan Barat adalah menemukan
pengetahuan dan terserah pada orang lain untuk mempergunakannya, apakanh ilmu tersebut
digunakan untuk tujuan baik atau untuk tujuan buruk. Kedua berpendapat bahwa netralitas
ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisika keilmuan, sedangkan dalam
penggunaannya ilmu terletak pada objek penelitian harus dilandaskan pada asas-asas moral.
Oleh karena itu, bahwa ilmu tidak ada yang benar-benar bebas nilai, tetapi sangat tergantung
kepada siapa dan dokma yang diyakini. Sedangkan aksiologi Islam, memandang bahwa ilmu
itu berasal dari Allah Swt, sang maha pencipta (pemberi Nilai). Karena nilai kebaikan dan
keburukan itu sejatinya adalah dari tuhan untuk manusia. Dan manusia yang akan
memberikan nilai terhadap perilaku dan perbuatan.

2.3 Teori Nilai

Apa sebenarnya nilai itu? nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi seseorang, sesuatu
yang menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesuatu yang disukai dan diinginkan. Pendeknya,
nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai adalah non-nilai atau disvalue. Ada yang
mengatakan disvalue sebagai nilai negatif. Sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai positif.
Hans Jonas, seorang filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai sebagai the addresse of a yes.
Sesuatu yang ditujukan dengan ya.

8
Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai
logika. Teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika.Teori nilai dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika memiliki dua arti yaitu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan predikat yang dipakai
untuk membedakan perbuatan,tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang, bersifat subjektif. Dikatakan objektif, jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan,berada pada objeknya, bukan
pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran, tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada,
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti
perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

2.4 Nilai dan Fakta

Fakta adalah suatu kebenaran yang berbentuk kenyataan, biasa ditangkap


dengan panca indera. Sedangkan nilai adalah patokan dalam menakar atau
mempertimbangkan sesuatu hal yang baik, dan akan diterima dengan proses dihayati.
Antara fakta dan nilai tidak dapat dipisahkan, karena pengertian keduanya saling
memengaruhi. Jika fakta dalam pengamatan berubah, maka penilaian terhadap
pengamatan pun akan berubah.

Sesungguhnya suatu fakta memiliki sifat asli netral, namun akan berbeda nilai
ketika manusia turut memberikan penilaian terhadapnya. Nilai sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu nilai etika dan nilai estetika. Nilai etika menjadi ukuran baik dan buruk
suatu perbuatan manusia untuk memberikan ganjaran atau hukuman, dan tidak
termasuk binatang, benda, ataupun alam. Nilai estetika sesuai dengan maknanya, yaitu
membahas pengalaman terkait seni ataupun kesenian. Estetika diibaratkan sebagai
sebuah filsafat seni, dan prinsip estetika disebut sebagai keindahan. Nilai estetika dan
nilai etika saling mengikat dan menguntungkan, karena jika keduanya berdiri sendiri
akan berakibat mudarat juga merusak suatu estetika .

2.5 Aliran-Aliran Aksiologi

9
Ada 4 aliran yang sama di antara filsafat terhadap aksiologi dan aksiologi
terhadap filsafat. Yang akan dibahas disini adalah aliran aksiologi terhadap filsafat,
yaitu:

1. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Pragma yang artinya
tindakan atau perbuatan dan Isme yang artinya aliran.
Sehingga pragmatisme bisa diartikan sebagai:
a) Suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah yang kita anggap
benar berdasarkan pengalaman dan akibat-akibat bermanfaat yang muncul
secara praktis;
b) Suatu aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kebenaran adalah
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan nyata;
c) Suatu aliran yang paling mudah dan dinilai sebagai aliran modern sebab
lahir di tengah perkembangan teknologi zaman modern saat ini.
2. Idealisme
Idealisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas terdiri
dari akal dan jiwa, bukan material dan kekuatan. Aliran idealisme adalah aliran yang
menilai baik dan buruknya perbuatan manusia dengan berprinsip pada
kerohanian/idea
3. Hedonisme
Hedonisme ialah suatu pandangan hidup manusia yang menganggap kalau
kesenangan ataupun kenikmatan adalah tujuan dari hidup mereka. Dengan konsep
moral bahwa menyampaikan kebaikan dan kesenangan secara fisik selalu membawa
kebaikan. Hedonisme disebut juga sebagai paham kesenangan yang berawal dari
konsep filsafat etika.
4. Intuisionisme
Intuisionisme secara istilah berarti kemampuan melewati pemikiran perkataan
akar rasional dan intelektualitas, atau simpelnya disebut spontanitas.
Secara bahasa, intuisionisme dapat diartikan sebagai getaran jiwa. Suatu
pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman langsung secara naluri dan
pengalaman batin yang tiba-tiba, dapat tergolong sebagai pengetahuan intuisi bersifat
subjektif.

10
2.6 Pembagian Aksiologi

Menurut Bramel, Aksiologi dibagi menjadi 3 bagian:

1) Moral Conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan disiplin khusus yaitu etika
Moral atau etika ini disebut sebagai filsafat moral. Moral berasal dari bahasa
Yunani yaitu mos atau mores yang berarti kebiasaan, kelakuan, atau tabiat. Etika
berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya watak. Dalam Bahasa
Indonesia, etika dan moral diartikan sebagai kesusilaan.

Dalam KBBI etika memiliki 3 pengertian, yaitu:

a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
b. Suatu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
c. Tentang benar dan salah menurut suatu golongan atau masyarakat.

Dalam KBBI moral memiliki pengertian tentang baik dan buruk yang diterima
umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti, kondisi mental yang memengaruhi
seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya. Moral selalu
mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.

Dapat disederhanakan, hubungan etika dan moral ialah sebagai teori tingkah laku
manusia, dimana moral memunculkan ide baik dan buruk tingkah laku, sedangkan
etika mencari ukuran penilaian baik dan buruk tingkah laku tersebut. Etika seringnya
terjadi secara relatif (berubah-ubah). Syarat suatu tingkah laku dapat dinilai oleh etika
yaitu :

a. Perbuatan manusia ini dikerjakan dengan penuh pengertian;


b. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja;
c. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri;
d. Perbuatan mnusia yang dilakukan dengan paksaan.

2) Estetic Expression/Etika Normatif sering disebut sebagai etika filsafat yang


memiliki dua teori. Pertama, yaitu teori-teori nilai (theory of value) yang membahas
sifat kebaikan dan memiliki sifat monistis dan pluralistis. Kedua, teori-teori keharusan
(theory of obligation) yang memiliki aliran egoisme dan formalisme.

11
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang
berasal dari kata Yunani yaitu aisthetika atau aisthesis. Kata tersebut berarti halhal
yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika sebagai bagian dari
aksiologi selalu membicarakan permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang
keindahanPada zaman Yunani Kuno, filsafat keindahan yang saat ini lebih banyak
dianggap sebagai bagian dari aksiologi, lebih banyak dibicarakan dalam metafisika
karena sifatnya yang abstrak. Tokoh yang membicarakan estetika di masa itu adalah
Sokrates dan Plato.35 Plato berpendapat bahwa seni (art) adalah keterampilan untuk
memproduksi sesuatu. Hasil seni adalah sebuah tiruan (imitasi). Seni bagi Plato
tidaklah penting karena tidak memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia
2) Social Politic Life/Filsafat Sosial, adalah kehidupan politik yang melahirkan
filsafat sosial. Berdasarkan susunan kodrat, manusia tidak hanya sekedar makhluk
jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah dan makhluk sosial, yang memiliki daya
cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (konatif). Aktivitas gerak manusia
berlangsung begitu saja secara alamiah dan otomatis, tanpa adanya kendali.
Namun sebagai makhluk yang lebih luhur, manusia dapat melakukan kegiatan
yang lebih dari makhluk lain. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan khas
manusia, yang didasarkan pada kemampuan rohani manusia. Aktivitas yang
dilakukan manusia tersebut berlangsung atas dasar perasaan dan pemikiran. Tidak
hanya berlangsung secara otomatis, kegiatan manusia juga dapat berlangsung
secara efektif.

Menurut Covey, manusia diharapkan mampu mengembangkan daya rohaniahnya


tersebut, sehingga manusia tidak menjadi korban keadaan, dan tidak bersifat reaktif
terhadap keadaan, tetapi mampu berperanan sebagai subyek dalam menghadapi
keadaan, dan mampu merasakan, memikirkan, mempertimbangkan, dan akhirnya
menghasilkan keputusan kehendak untuk menghadapi dan menangani keadaan
tersebut untuk mewujudkan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik dan lebih luhur.
Menurut frans Magnes Suseno, manusia perlu mendobrak kesadaran moral
hedronom dan beralih kepada moral otonom. Kesadaran moral heteronom adalah
sikap orang yang memenuhi kewajiban moralnya bukan karena ia insaf bahwa
kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena ia tertekan, takut berdosa, takut
dikutuk Tuhan dan sebagainya. Kesadaran moral heteronom berarti bahwa orang
tersebut mentaati peraturan, tetapi tanpa melihat nilai atau maknanya.

12
Dalam islam, AlMaududi (1967:37-38) dalam bukunya Islamic Way of life
menejelaskan,' kehidupan manusia harus bersinergi antara hidup di dunia dan akhirat.
Dimana dalam way of Lift, bahwa sistem normal Islam itu kehidupan di dunia
manusia harus berkaitan dengan agama. Manusia memiliki ciri-ciri yang
komprehensif, yang senantiasa mengabdikan diri kepada Allah sebagai hamba-Nya
untuk memperoleh ridha untuk kebahagiaan kelak. Oleh sebab itu, ilmu harus
memandang, bahwa tujuan ilmu sama dengan tujuan agama, yaitu untuk kesejahteraan
umat manusia.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tidak bisa dipungkiri bagi manusia bahwa kegunaan ilmu terhadap kehidupan
manusia sangat penting dan memberikan pencerahan. Aksiologi sebagai produk dari ilmu
pengetahuan telah banyak mengubah kehidupan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan tidak
ada yang bebas nilai, karena sesungguhnya yang pelajari dari dari ilmu pengetahuan berasal
dari tatanilai dan etika manusia. Penerapan ilmu pengetahuan sangat terkait dengan aspek
moral, dan etika, nilai. Islam memandang ilmu pengetahuan tanpa etika dan moral laksana
orang yang berjalan tanpa arah. Karena kehadiran islam itu sendiri untuk menyempurnakan
ahlak manusia yan awalnya tidak bermoral, menjadi orang yang bermoral, manusia yang
sempurna dari sifat dan pikirannya.

Moral atau nilai berasal dari Agama, sementara ilmu pengetahuan mempelajari alam
semesta dengan konotasi fisik. Relasi antara ilmu pengetahuan dan agama sangat terkait
karena terciptanya alam semesta dari Allah Swt yang disebut transcendental atau metafisik
(ghaib). Tuhan itu nyata meskipun tidak bisa diraba dan dilihat, tetapi adanya alam semesta
ini bukti oadanya tuhan. Oleh karena itu, filsafat barat dan filsafat islam sangat berbeda.
Karena objek kajiannya berbeda, filsafat islam mengenal fisik, sistematis, metafisik,

13
sementara filsafat barat bersumber kepada fisik dan sismtematis semata. Sehingga filsafat
islam lebih kaya dalam khazanah ilmu penetahuan dari pada filsafat barat.

3.2 Saran
Pembahasan mengenai aksiologi sebenarnya masih sangat luas. Tidak hanya terbatas
yang kami uraikan di atas. Kami harap yang telah disampaikan dalam makalah ini bisa
menjawab sedikit tentang apa yang belum kita ketahui tentang aksiologi. Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap
kepada pembaca untuk memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan makalah ini.

Referensi
https://id.scribd.com/document/495206364/Aliran-Filsaft-Dalam-Aksiologi,
diakses tanggal 5 Desember 2022 pukul 20.00 WIB

https://ejournal.stital.ac.id, diakses tanggal 5 Desember 2022 pukul 20.00 WIB

80-ArticleText-204-3-10-20200730.pdf. diakses tanggal 5 Desember 2022


pukul 20.00 WIB

https://www.researchgate.net/publication/
326653111_Aksiologi_Antara_Etika_Moral_dan_Estetika, diakses tanggal 5
Desember 2022 pukul 20.00 WIB

https://deepublishshore.com/materi/pengertian-aksiologi, diakses tanggal 5


Desember 2022 pukul 20.00 WIB

https://osf.io/cwb2p/download, diakses tanggal 5 Desember 2022 pukul 20.00


WIB

14

Anda mungkin juga menyukai