Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT AKSIOLOGI DAN ALIRAN- ALIRANNYA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen : Dr. Hj. Yayan Rahtikawati, M.Ag.

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Rifdi Fauzi (1195020124)

Sholihu Ma’shum Dimyati (1195020138)

Siti Nuriah (1195020143)

Siti Saadah (1195020144)

Wan Tribuana Tungga Diva (1195020157)

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

JL. A.H. NASUTION NO.105 KEC. CIBIRU KOTA BANDUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/201


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik mungkin.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda kita, Nabi besar
Muhammad saw yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang,
dari zaman kebodohan, ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu pemngampu mata kuliah ini yang telah
membingbing kami. Dan tak lupa terimakasih pula kepada rekan-rekan yang telah
bekerjasama dalam menyusun makalah ini.

Kami meminta maaf bila terdapat kekuragan dalam penyusunan makalah ini. Semoga
apa yang tertulis didalamnya dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.

Bandung, 26 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Pengertian Aksiologi .......................................................................................... 2


B. Aliran – Aliran Filsafat Aksiologi ..................................................................... 3
1. Pragmatisme ................................................................................................. 3
2. Idealisme ...................................................................................................... 4
3. Hedonisme .................................................................................................... 5
4. Intuisionisme.................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aksiologi merupakan bagian dari  filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
bahasa Yunani  yaitu  axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi
aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.
Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan
bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut
dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukan sebaliknya menimbulkan bencana.
Dalam perkembangan sejarar etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah
padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan
kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan,
tujuan manusia adalah mendapatkan kebahagiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi?


2. Apa sajakah Aliran- Aliran Filsafat Aksiologi?
3. Apa saja pembagian dari masing- masing Aliran Filsafat Aksiologi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian filsafat Aksiologi


2. Mengetahui Aliran- Aliran dari Filsafat Aksiologi
3. Mengetahui Pembagian dari masing- masing Aliran Filsafat Aksiologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi

Aksilogi berasal dari bahasa Yunani axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti
teori tentang nilai.
Aksiologi merupakan cabang Filsafat Ilmu yang mempertanyakan bgaimana
manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan
manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Pengertian aksiologi menurut para ahli:
1. Jujun S. Suriasumantri
Dalam bukunya, aksiologi diartikan sebagai teori yang berhubungan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
2. Bramel
Menerut Bramel, aksiologi terbagi 3 bagian:
 Moral Conduct (tindakan moral), melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
 Esthetic expression (ekspresi keindahan), melahirkan suatu keindahan.
 Sosio-political life (kehidupan sosial politik), melahirkan atau memunculkan
filsafat sosio-politik.
3. Kattsoff (2004:319)
Mendefinisikan bahwa aksiologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Dalam aksiologi, ada dua komponen yang mendasar, yakni Etika (moralitas) dan
Estetika (keindahan).

 Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang masalah moral.
Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat yang berlaku.
Nilai etika yang dimaksud adalah nilai kebaikan dari tingkah laku yang penuh
tanggung jawab baik itu terhadap diri sendiri, masyarakat, alam, maupun
terhadap Tuhan Sang Pencipta.
 Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu
kesatuan hubungan yang menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang
indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus
jug mempunyai kepribadian.
Aksiologi ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara garis besar
aksiologi ini telah mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan, yang berfungsi
sebagai pengentrol sifat keilmuan manusia.
B. Aliran- Aliran Filsafat Aksiologi

Aliran aksiologi terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Pragmatisme

A. Pengertian Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memiliki pandangan bahwa


kriteria kebenaran sesuatu adalah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata. Pragmatism dalam perkembangannya memiliki perbedaan
kesimpulan walaupun dari gagasan yang sama. Pragmatism memiliki tiga
patokan yang disetujui yaitu : menolak segala intelektualisme, absolutism,
dan meremehkan logika formal. 
Corak yang kuat dari pragmatisme adalah kuatnya pemikiran tentang
konsep penggunaan makna keggunaan dalam pragatisme lebih ditetapkan
pada kebenaran sains, bahkan pada hal - hal bersifat metafisik, maka dalam
pragmatism pengetahuan tidak selalu diidentikkan dengan kenyataan, tetapi
menjadi dua hal yang sama sekali terpisah. Didalam aliran ini terdapat
kekeliruan yang dibuktikan dengan tiga tataran pemikiran yaitu : pertama,
kritik dari segi landasan ideologi pragmatism, kedua, kritik dari segi metode
pemikiran, ketiga, kririk dari pragmatism itu sendiri.

B. Tokoh- tokoh aliran pragmatisme.

1. Charles sandre peirce


Dalam konsepnya, peirce menyatakan bahwa sesuatu dikatakan
berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis, ia juga menyatakan
bahwa pragmatism sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan metafisika, dan
bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu manusia
dalam memecahkan masalah. Dari kedua pernyataan itu tampaknya peirce
ingin menegaskan bahwa pragmatism tidak hanya ilmu yang bersifat teori
dan dipelajari hanya untuk berfilsafat, serta mencari kebenaran, juga bukan
metafisika karna tidak pernah memikirkan hakikat dibalik realitas, tetapi
konsep pragmatism lebih cenderung pada tatanan ilmu pragtis untuk
membantu persoalan yang dihadapi manusia.

2. William james
Menurut William pragmatism adalah realitas sebagai mana yang kita
ketahui, dan menurut pendapatnya pragmatism adalah filsafat praktis,
karena ia memberikan kontrol untuk bertindak  bagi kebutuhan, harapan
dan keyakinan manusia untuk sebagian dari masa depannya.

3. John dewey
John dewey mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan bagi perbuatan nyata, dewey suka menyebut sistemnya dengan
istilah instrumentalisme, dalam teori intinya dewey mengembangkan
filsafat sebagai berikut : situasi dikeliling kita, itu sebagai pengalaman
pertama merupakan situasi indeterminate, maka dengan berfikir reflektif
situasi tersebut menjadi indeterminate atas refleksi kita. Karena filsafat
harus berpijak pada pengalaman dan pengelolahannya secara aktif, kritis,
dengan demikian filsafat akan dapat menyusun sistem norma – norma dan
nilai – nilai.

4. Heracleitos
Pemikiran heracleitos yang paling terkenal adalah mengenai
perubahan- perubahan mengenai alam semesta, ia terkenal dengan
ucapannya “ pantarenkay uden meney” yang berarti “ semuanya yang
mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal tetap” melalui ajaran tentang
hal – hal yang bertentangan tetapi disatukan dengan logos, heracleitos
disebut filsafat sebagai filsafat dialegtis melalui ajaran tentang hal – hal
yang bertentangan tetapi disatukan logos, heraclitos disebut filsafat
dialegtis yang pertama dalam sejarah filsafat.

2. Idealisme

A. Pengertian Idealisme

Idealisme dalam filsafat dikatakan bahwa realitas itu terdiri dari ide-ide
pikiran, jiwa, dan bukan benda material atau tenaga. Jiwa adalah riil dan
materi adalah produk sampingan. Alam tidak dapat berdiri sendiri. Kesatuan
organik dari alam ditekankan. Manusia harus hidup dalam keharmonisan
dengan alam. Alam mempunyai arti dan maksud atau dengan kata lain,
idealisme adalah aliran filsafat yang menekankan “idea” (dunia roh) sebagai
objek pengertian dan sumber pengetahuan.
Idealisme berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia tidaklah selalu harus berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah,
tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian (idea). Oleh sebab itu, idealisme
sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber
pengetahuan.
Tegasnya, idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap
pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan
dan dipahami.

B. Bagian- Bagian Aliran Idealisme

Menurut Ahmad Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja


(1987 : 38) ada beberapa jenis idealisme, diantaranya :

a. Idealisme subjektif
Idealisme subjektif atau juga disebut immaterialisme, mentalisme, dan
fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal,
jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang
ada. Objek pengalaman bukanlah benda material, objek pengalaman
adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan
pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang
mempersepsikannya.
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini
tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam
atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau
idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah
sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.

b. Idealisme objektif
Idealisme objektif, yakni dikatakan bahwa akal menemukan apa yang
sudah terdapat dalam susunan alam.Idealisme obyektif adalah suatu
aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan idealismenya itu bertitik
tolak dari ide universil (Absolute Idea- Hegel / LOGOS-nya Plato) ide
diluar ide manusia. Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam
alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil.
Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang
bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan
materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia
dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif
pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap
pohon, batu dsb-nya.

c. Idealisme individual
Idealisme individual atau idealisme personal, yaitu nilai-nilainya dan
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme ini muncul
sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

3. Hedonisme

A. Pengertian Tentang Hendonisme

Hedonisme dalam bahasa Yunani, hedone berarti kegembiraan,


kesenangan, atau kenikmatan. Secara sederhana, pengertian hedonisme adalah
paham atau etika yang diwujudkan dengan gaya hidup yang menjadikan
kenikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal ini
sesuai dengan falsafah etika hedonisme yang berpandangan, bahwa
kenikmatan atau kesenangan adalah realitas hidup yang tidak perlu
dihindarkan dan setiap orang suka merasakan kesenangan atau kenikmatan.
Orientasi hidup selalu diarahkan ke sana dengan sebisa mungkin menghindari
perasaan-perasaan yang tidak enak atau menyakitkan. Dalam filsafat Yunani
Hedonisme pertama kali ditemukan oleh Aristoppos dari Kyrene (433 - 355
SM).
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan
pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman
hedonis yang lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan
mengutamakan kenikmatan.Pengertian kenikmatan berbeda dari kebahagiaan.
Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi daripada rohani. Kenikmatan
hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa depan tidak lagi
terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa depan
atau masa lalu.
Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali. Karena itu,
isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan
diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia
karena setiap kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran
hedonis negatif yang berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok
dengan gaya hidup masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih
kenikmatan sangat kental mewarnai kehidupan kita.
Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau
(kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun,
kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian
Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya
kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah
manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan
seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada
umumnya dari seluruh masyarakat.

B. Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme

Gaya hidup hedonisme tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor


ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi
hamba hedonism, antara lain :

1. Orang tua dan kaum kerabat


Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama generasi mereka
menjadi hedonisme. Orang tua lalai untuk mewarisi anak dengan
norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak
banyak mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian
orang tua jarang yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan
sholat atau belum, apakah lidahnya masih terbata- bata membaca alif –
ba-ta, dan tidak sedih melihat remaja mereka kalau tidak mengerti
dengan nilai puasa.
2. Faktor Bacaan
Faktor bacaan memang dapat mencuci otak mahasiswa untuk
menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan
mahasiswa kalau pulang kampus pergi dulu ke tempat keramaian,
pasar, paling kurang mampir di kios penjualan majalah dan tabloid.
Mereka senang dengan bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru
dan entertainment sehingga timbul keinginan untuk mengikuti atau
menirunya.
3. Pengaruh tontonan
Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan
tokoh selebriti dan iklan) juga mengundang mahasiswa untuk
mengejar hedonisme. Majalah remaja popular dan kebanyakan tema
televisi sama saja. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran,
ciuman, pelukan, perceraian, pernikahan. hamil di luar nikah dan
bermesraan di muka publik sudah nggak apa-apa lagi, cobalah dan
lakukanlah! seolah-olah beginilah ajakan misi televisi dan majalah
yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak menghibur.
Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita
memang sedang menggiring mahasiswa menjadi generasi
konsumerisme bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi
produktif.
Tema iklannya adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata
semua mahasiswa dan mahasiswa melakukan hal yang demikian,
memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur
makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi
hitam. Pada hal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas
intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia
(kualitas fikiran dan keimanan).

C. Perilaku hendonisme di sekitar kita

Apabila paham ini sudah mulai mendominasi pemikiran seseorang,


maka bentuk perilakunyapun mengarah pada hedonis ini misalnya paham
intertaintment yang mendominasi aktifitas seseorang. Maka ketika seseorang
berpakaian berdasar kesenangan nafsu, mengikuti mode, berpakaian bukan
karena norma ajaran Allah, tanpa ia sadari telah masuk dalam hedonis ini.
Tidaklah penting apakah pakaiannya menutup aurat atau tidak, bahkan
telanjang sekalipun tidak menjadi masalah bila hal itu menyenangkan
dirinya.
Perilaku merusak tembok, mencorat-coretnya demi kesenangan atau
keisengan, ini juga bisa dikatakan akibat pengaruh hedonisme.Jalan-jalan ke
mal, shopping untuk barang-barang konsumtif semata bisa merupakan
indikasi bahwa seseorang mengidap hedonisme. Gaming sampai kecanduan
karena senangnya sehingga melupakan waktu-waktu emasnya untuk
meningkatkan kualitas dirinya atau untuk sesuatu yang berharga dalam
kehidupan ini, maka ini juga mengarah pada perilaku hedonis.
Relasi pria wanita yang dimata agama merupakan sesuatu yang sakral,
yang diperbolehkan dalam ikatan perkawinan yang sah, tetapi bagi kaum
hedonis, termasuk pornografi menjadi sesuatu yang dibebaskan karena
semata untuk kesenganan jasmaniyah.Maka yang semata diorentasikan untuk
kesengan jasmani dan tidak beranjak dari domain jasmani adalah perilaku
hedonis.
Keengganan untuk menanggung derita dan beratnya mencari ilmu,
menghapal dan mulazamah ustadz, juga merupakan perilaku hedonis, ia
mengindari derita (pain). Keengganan untuk berbagi makanan kepada yang
lain, keengganan untuk untuk merawat fasilitas publik misalnya kran wudhu,
kebersihan kelas dan kamar, juga cerminan dari perilaku hedonis. Karena
dianggap memberatkan dirinya.
Shalat yang dirasakan memberatkan, membaca al qur’an dianggap
membebani diri, mengikuti halaqah dianggap membosankan dan
menyakitkan, berakhlak dan beretika dianggap membatasi dan mengekang
diri, menyusahkan dan bila yang diinginkan adalah menginginkan sikap
semau gue,seenaknya sendiri, memperturutkan hawa nafsu, kesenangan dan
kepuasan nafsu, bisa jadi ia mengidap penyakit hedonis akut.
4. Intuisionisme

A. Pengertian Intuisionisme

Intuisionisme (berasal dari bahasa Latin: intuitio yang berarti


pemandangan) adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya satu
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi . Tokoh aliran
ini diantaranya dalah Henri Bergson. Intuisionisme selalu berdebat dengan
paham rasionalisme.

B. Teori Intuisionisme

Intuisionisme adalah sistem etika yang tidak mengukur baik atau buruk


sesuatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam
melaksanakan perbuatan tersebut. Dalam bahasa Inggris Intuisionisme berasal
kata Intuiton yang berarti manusia memliki gerak hati atau disebut hati nurani.
Gerak hati mampu membuat manusia melihat suatu perkara benar atau salah,
jahat atau baik. Intuisionisme juga merupakan suatu proses melihat dan
memahami secara spontan dan intelek. Organ fiskal yang berkaitan dengan
gerak hati atau intuisi tidak diketahui secara jelas. Namun, setengah
ahli filsafat menyebutkan jantung dan otak kanan sebagai organ fiskal yang
menggerakan intuisi.
Gerak hati yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu
pengalaman emosional dan spiritual. Menurut Immanuel Kant, akal tidak
pernah mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu
perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena)
tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan tidak terhalang oleh perkara
apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
Intuisionisme dikembangkan di Barat oleh Henri Bergson. Dalam
tradisi filsafat barat, pertentangan keras terjadi antara
aliran empirisme dan rasionalisme. Pada awal abad ke-20, empirisme masih
menguasai pemikiran positivisme dalam kalangan ilmuan barat . Dalam
filsafat pemikiran Islam, juga terjadi pertentangan kuat antara
aliran rasionalisme dan intuisionisme.

C. Tokoh- Tokoh Intuisionisme

Intuisionisme dikembangkan oleh Henri Bergson di Barat Namun, ia


dipelopori oleh Luitzen Egbartus Jan Brouwer (1881-1966) yang
berkebangsaaan Belanda. Aliran ini sejalan dengan falsafah umum yang
dicetuskan oleh Immanuel Kant.
1. Luitzen Egbartus Jan Brouwer (1881-1966)
Brouwer lahir pada tanggal 27 februari 1881 di kota
Overschie, Belanda. Selama berkuliah di Univeristy of Amsterdam,
Brouwer belajar tentang matematika dan fisika. Dalam berfilsafat,
Brouwer banyak terpengaruh oleh gurunya, Diederik
Korteweg dan Gerrit Mannoury. Karya pertama Brouwer adalah
"Perubahan Pada Ruang Empat Dimensi" dibawah bimbingan
Korteweg.
Menurut Brouwer, dasar dari Intuisionisme
adalah pikiran. Namun, pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya
banyak dipengaruhi oleh pandangan Immanuel Kant. Matematika
didefinisaikan oleh Brouwer sebagai aktivitas berpikir secara bebas,
namun matematika adalah suatu aktivitas yang ditemukan dari intusi
pada saat tertentu. Pandangan intuisionisme adalah tidak ada realisme
terhadap objek dan tidak ada bahasa yang menghubungi sehingga
boleh dikatakan tiak ada penentu kebenaran matematika di luar
aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku ketika subjek dapat
dibuktikan kebenarannya. Kesimpulannya, Brouwer mengungkapkan
bahwa tiada kebenaran tanpa dilakukan pembuktian.

2. Arend Heyting (1898-1980)
Arend Heyting lahir pada 9 Mei 1898
kota Amsterdam, Belanda. Arend Heyting dalah murid Brouwer yang
berpengaruh besar terhadap perkembangan
intuisionisme filsafat matematika. Heyting membangunkan sebuah
formula logika intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan
"Predikat Kalkulus Heyting". Heyting menegaskan
bahwa metafisika adalah pokok dalam kebenaran realisme logika
klasik.[2] Bahasa matematika klasik adalah pengertian faktor-faktor
objektif sebagai syarat-syarat kebenaran yang terbaik.
Heyting menemukan bukti dalam pandangan Brouwer tentang
kelaziman alat mental serta pemacu bahasa dan logika. Dalam bukunya
berjudul Intuitionism tahun 1956, Heyting mengungkankan bahwa
pendapat Bouwer yaitu bahasa adalah media tidak sempurna untuk
membincangkan matematika. Sistem utamanya adalah dirinya sendiri
sebagai peraturan pemacu matematika, tetapi tidak diyakini sistem
utama pemacu matematika menggambarkan secara kuat penguasaan
pemikiran matematika. Heyting menegaskan logika bergantung
pada matematika bukan yang lain.

3. Sir Michael Anthony Eardley Dummet (1925-2011)


Sir Michael Anthony Eardley Dummett lahir pada tanggal 27
Juni 1925 di kota London, Inggris, adalah seorang filsuf Inggris yang
sangat berpengaruh dalam filsafat bahasa, metafisika, logika,
filosofi matematika, dan sejarah filsafat analitik.
Brouwer dan Heyting mengatakan bahwa bahasa merupakan
media tidak sempurna untuk membicarakan pembinaan mental
matematika, dan logika berkaitan bentuk yang berlaku dalam
penyebaran media ini dan menjadi tumpuan langsung pada bahasa dan
logika. Sebaliknya, pendekatan utama Dummet adalah bahwa
matematika dan logika adalah bahasa dari awal.
Filsafat Dummett lebih mementingakn pada
logika intuisionik daripada matematika itu sendiri. Pendapatnya sama
dengan Brouwer tetapi tidak sama seperti Heyting. Dummett tidak
memiliki orientasi memilih. Dummett
mengeksplorasi matematika klasik dengan menggunakan pemikiran
yang tidak memperakui pada satu jalan peraturan penguraian
pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa pertimbangan
mengenai logika adalah benar yang pada akhirnya harus tergantung
pada arti pertanyaan. Ia juga mengambil pandangan yang diperoleh
secara luas, yang kemudian disebut sebagai terminologi logika.
BAB III
PENUTUP

Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis banyak kekeliruan yang


mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu, diharapkan kepada seluruh pembaca,
jika menemukan kekeliruan dalam makalah penulis buat ini, maka penulis berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, supaya penulis tidak
lagi melakukan masalah yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

https://deniviruss.blogspot.com/2018/02/makalah-hendonisme.html

Praja, J. S. (2020). Aliran-aliran filsafat & etika. Prenada Media.

https://www.kompasiana.com/ajeng123/5e9f069d097f361a83109394/aliran-filsafat-
pragmatisme-dan-pemikiran-tokoh-tokohnya

http://abdulwahid-punya.blogspot.com/2011/07/filsafat-ilmu-tentang-idealisme.html?m=1

https://danikhoiruddin1998.blogspot.com/2017/12/contoh-makalah-aksiologi-part-5.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme

Anda mungkin juga menyukai