Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDEKATAN PRAGMATIK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sastra Klasik
Dosen Pengampu : H. Mawardi, M.A.

Disusun oleh :
Rifdi Fauzi 1195020126
Rosyidah Khirul Bariyyah 1195020133
Sulis Samrotul Fuadah 1195020145
Siti Nuriah 1195020143
Syafaatul Uzma Aulia 1195020147

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik
mungkin.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad saw tak
lupa kepada keluarganya sahabatnya dan mudah mudahan sampai kepada kita selaku umatnya
aamiin yaa robbal ‘alamin.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Kami juga
menyadari bahwa makalah mengenai pendekatan Pragmatik ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 7 Juni 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2


A. Pengertian PendekatanPragmatik......................................................................... 2
B. Sejarah Pendekatan Pragmatik............................................................................. 2
C. Metode Pendekatan Pragmatik.......................................................................... 3
D. Prinsip-Prinsip Dasar Pendekatan Pragmatik...................................................... 3
E. Karakteristik Pendekatan Pragmatik.................................................................... 3

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 7


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada mas sekarang
ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah
disebut oleh para ahli linguis. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa
upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari
pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi.
Kehadiran pragmatik hanyalah tahap terakhir dari perkembangan linguistik yang berangsur-
angsur, mulai dari disiplin ilmu yang menangani data fisik tuturan menjadi disiplin ilmu
yang sangat luas bersangkutan dengan bantuk, makna, dan konteks. Firth mengemukakan
bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang
meliputi partisipan, tindakan partisipan (baik tindak verval maupun nonverbal), ciri-ciri
situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindak
tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan
partisipan (Leech dalam Wijana, 2004: 39).
Menurut Levinson (dalam Nadar, 2009: 5) pragmatik merupakan suatu istilah yang
mengesankan bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek
pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas. Sedangkan menurut
Gazdar (dalam Nadar, 2009: 5) pragmatik adalah kajian antara lain mengenai deiksis,
implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pendekatan Pragmatik ?
2. Bagaimana Sejarah Pendekatan Pragmatik?
3. Bagaimana Metode Pendekatan Pragmatik?
4. Bagaimana prinsip Pendekatan Pragmatik?
5. Bagaimana karakteristik Pendekatan Pragmatik?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Pendekatan Pragmatik ?
2. Mengetahui Sejarah Pendekatan Pragmatik?
3. Mengetahui Metode Pendekatan Pragmatik?
4. Mengetahui prinsip Pendekatan Pragmatik?
5. Mengetahui karakteristik Pendekatan Pragmatik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Pragmatik
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin
memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Munculnya
pendekatan pragmatik bertolak dari teori resepsi sastra dalam khasanah pemahaman karya
sastra yang merupakan reaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
pendekatan struktural. Sebab pendekatan struktural ternyata tidak mampu berbuat banyak
dalam upaya membantu seseorang dalam menangkap dan memberi makna karya sastra.
Pendekatan struktural hanya dapat menjelaskan lapis permukaan dari teks sastra karena
hanya berbicara tentang struktur atau interalasi unsur-unsur dalam karya sastra. Banyak segi
lain yang diperlukan untuk lebih menjelaskan makna karya sastra. Untuk dapat menangkap
segi-segi lain itu para pakar mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu pendekatan
pragmatik.
Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan,
moral agama atau tujuan yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra
berdasarkan fungsinya untuk memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya. Semakin
banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka semakin baik karya
sastra tersebut.
Definisi lain mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra
yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami,
dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan sebuah karya yang merupakan karya sastra atau bukan. Horatius dalam art
poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau memberi nikmat, ataupun
sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan
pragmatic, (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).
Pendekatan Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap perananan pembaca, dalam
kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori
resepsi, pendekatan Pragmatik dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek
pragmatik dan subjek ekspresif sebagai pembaca dan pengarang berbagai objek yang sama,
yaitu karya sastra. Perbedaanya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-
menerus, fungsi-fungsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang ditiadakan.
Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas
diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis.
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan
fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara histories (Abrams, 1976:16) pendekatan
pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Hoatius). Meskipun
demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi
srukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca
(Mukarovsky).
Tahap tertentu pada pendekatan pragmatik memilik hubungan yang cukup dekat dengan
sosiologi, yaitu dalam pembicaraan mengenai masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatik
memliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyrakat, perkembangan dan
penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator
pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap
pembaca. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori
resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat karya sastra tanpa batas.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan impilkasi pembaca melalui berbagai
kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka
masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya
berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca
eksplisit, maupun implicit, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis. Teori-teori
postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca sebab samata-semata
pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayaan khazanah kultural bangsa.
Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama pada peran pembaca. Pendekatan
pragmatik adalah pendekatan yang memandang puisi sebagai sesuatu yang dibangun untuk
mencapai efek-efek tertentu pada audience (pembaca atau pendengar), baik berupa efek
kesenangan estetik ataupun ajaran atau pendidikan maupun efek-efek yang lain. Pendekatan
ini cenderung menilai puisi berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan tersebut.
Selain itu, pendekatan ini menekankan strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi
tanggaan-tanggapan pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam puisi. Dua
pembaca yang sama akan menerima pesan yang berbeda walaupun mereka dihadapkan pada
puisi yang sama (Damono, 1983).
Sebagai suatu pendekatan untuk mencari kebenaran dalam teks sastra, pendekatan
pragmatik memiliki relevansi dengan sistem kefilsafatan pragmatik Heraklitus dalam Graff
et.al. (1996:167) mengembangankan teori kefilsafatan yang mirip dengan pragmatik
modern. Konsep Heraklitus yang terkenal adalah “Tidak ada realitas yang bersifat absolut,
demikian juga halnya dengan kebenaran nilai-nilai. Realitas, kebenaran, dan nilai-nilai
merupakan sesuatu yang selalu berubah, sehingga itu sendirilah yang bersifat permanen”.
Dengan kata lain, hanya dengan indre penyerapan (the sense pf perception) itulah yang
memiliki pengetahuan yang menyadari karakter perubahan pengetahuan.
Lavinson yang dirujuk Nababan (1987:2) mengartikan pragmatik sebagai kajian hubungan
antarbahasa dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di dalam
pengertian ini terlihat bahwa pemahaman bahasa merujukpada fakta bahwa untuk mengerti
suatu ungkapan bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata
bahasanya, yaitu hubungan dengan konteksnya.
Berdasarkan beberapa literatur yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik, ada pula yang
menekankan kepada struktur bahasa, aspek makna tertentu, dan hakikat ketergantungan
dengan konteks sebagai berikut.
1. Pragmatik adalah studi tentang hubungan-hubungan antarbahasa dengan konteks
yang gramatikalisasi atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa.
2. Pragmatik adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori
semantik.
3. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang
merupakan dasar untuk uraian pemahaman bahasa.
4. Pragmatik adalah studi tentang kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan
kaliamat dengan kontek yang tepat.
5. Pragmatik adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tidak ujar, dan aspek
struktur wacana.
Berdasarkan informasi tersebut, pendekatan pragmatik yang dimaksud adalah cara
mengkaitkan hubungan bahasa sebagai median ekspresif karya satra dengan interperator
atau penafsir sebagaimana pengertian pragmatik yang dirumuskan oleh Morris dalam
Tarigan dan van Dijk terdahulu.
 Pengertian Pendekatan Pragmatik Menurut para Ahli
Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin
memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun
sepanjang
1. Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai
berikut: Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian
ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi
pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya satra.
2. Relix Vedika (Polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak
ubahnya artefak (benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses
konkritasi.
3. Dawse dan User 1960, pendekatan pragmatik merupakan interpensi pembaca
terhadap karya sastra ditentukan oleh apa yang disebut “horizon penerimaan” yang
mempengaruhi kesan tanggapan dan penerimaan karya sastra.
Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat
memberi kesenangan dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini
menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus
berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. Setiap genersai,
setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa
interprestasi hanya subjektif belaka.

B. Sejarah Pendekatan Pragmatik


Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu
adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang
memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa sejak
lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra tidak
berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham Nasionalisme,
maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah nasional, dan
pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus, entah pada suatu
bangsa, suatu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.
Hal yang diterima dan dipahami oleh pembaca berpengaruh besar pada perkembangan karya
sastra selanjutnya, baik dari segi estentik maupun dari segi sejarah, dari segi estentik karya
sastra sebagai seni, pembaca akan menentukan apakah estentik yang mendasari karya sastra
diterima atau ditolak. Oleh sebab itu yang dipentingkan dalam pendekatan yang
menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna bukanlah atau keindahan abadi suatu
karya sastra, melainkan penerimaan karya sastra pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Tokoh utama dalam karya sastra yang menekankan peranan pembaca ialah Hans Robert
Jousz dalam makalahnya yang bejudul literature alas provocation (sejarah sastra sebagai
tantangan). Ia melancarkan gagasan-gagasan baru yang sempat menggoncangkan dunia.
Ilmu sastra tradisional setelah memberi ringkasan mengenai sejarah sastra antara lain dari
aliran marsisme dan formalisme. Menghilangkan faktor yang terpenting dalam proses
semiotik yang disebut kesusastraan sastra, dan sikap komunikasinya yang mrnggambarkan
hubungan dialog dan proses antara karya sastra dan pembaca. Yaitu pembacalah yang
menilai, menafsirkan, memahami dan menikmati karya sastra untuk menentukan nasib dan
peranannya dari segi sejarah dan estetis.
Peneliti sejarah sastra bertugas menelusuri resepsi karya sastra sepanjang zaman, keindahan
dalam pengertian yang bergantung pada situasi dan latar belakang sosio budaya sipembaca
dan ilmu sastra harus meneliti hal itu.

C. Metode Pendekatan Pragmatik


Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa meatode
pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya sastra yang
mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan masyarakat
tertentu.
1. Kepada pembaca, perorangan atau kelompok disajikan atau diminta pembaca karya
sastra, sejumlah pertanyaan dalam teks atau angket yang berisi tentang permintaan,
tanggapan, kesan, penerimaan terhadap karya yang dibaca tersebut.untuk diisi
jawaban-jawaban itu nanti ditabulasi dan dianalisis.
2. Kepada pembaca perorangan atau kelompok, diminta pembaca karya sastra, kemudian
ia diminta untuk menginterpretasikan karya sastra tersebut. Interpretasi-interpretasi
yang dibuat tersebut dianalisis secara kualitatif untuk meliha bagaimana penerimaan
atau tanggapan terhadap karya sastra.
3. Kepada masyarakat tertentu diberikan angket untuk melihat prestasi mereka terhadap
karya sastra, misalnya melihat prestasi sekelompok kritikus terhadap kontenporer
persepsi masyarakat tertentu terhadap karya sastra daerahnya sendiri.

D. Prinsip-prinsip Pendekatan Pragmatik


1. Otonomi karya sastra dianggap tidak relevan dalam kajian karya sastra, karena terlalu
menganggap karya sastra sebagai struktur yang otonom. Padahal karya sastra tersebut
tidak mempunyai kewujudannya sendiri sampai dibaca. Karena itu untuk dapat
memahami sebuah karya sastra, pendekatan pragmatik tidak terlalu terikat pada
struktur sastra semata, melainkan juga kepada faktor yang ada pada diri pembaca
secara kontekstual. Oleh karena itu, bentuk telaahnya kompleks daripada pendekatan
struktural yang hanya tertuju pada struktur teks saja.
2. Pendekatan pragmatik membuktikan bahwa  karya sastra sebagai artefak, pembacalah
yang menghidupkannya melalui proses yang konkrit. Karya sastra hanya
menyediakan etita atau kode makna, sedangkan makna itu sendiri diberikan oleh
pembaca. Karya sastra tidak mengikat pembaca, tetapi menyediakan tempat yang
kosong untuk diisi oleh pembaca. Maksudnya adalah bahwa teks sastra seperti puisi
tidak pernah mempunyai makna yang terumus dengan sendirinya, sehingga
diperlukan tindakan pembaca untuk merumuskannya.
3. Pembaca bukanlah pribadi yang tetap dan sama, melainkan selalu berubah dan
berbeda. Oleh karena itu,  pembaca dalam melakukan proses pemahaman dipengaruhi
oleh horison penerimaannya, maka subjektivitas pembaca mungkin berbeda antara
satu dengan lainnya. Itulah sebabnya teknik telaahnya pragmatis dan dialektik.
4. Teks sastra selalu menyajikan ketidak pastiaan makna, sehingga memungkinkan
pembaca untuk memaknai dan memahaminya secara terbuka lebar (Teeuw 1984;
Junus 1985; Salden 1986; dan Jefferson & Robey 1988). Ketidakpastiaan itulah
mengapa pangkal tolak telaah pendekatan pragmatik ini dalam mengapresiasi karya
sastra pada persepsi pembaca.

E. Karakteristik Pendekatan Pragmatik dalam Menelaah Karya Sastra


Bertolak dari hakikat dan prinsip dasar pendekatan pragmatik di atas, dapat dirumuskan
bahwa pendekatan pragmatik dalam menelaah karya sastra adalah sebagai berikut.
1. Asumsi dasar pendekatan pragmatik adalah bahwa karya sastra merupakan sesuatu
yang bersifat artefak. Ia merupakan suatu benda yang belum mempunyai jiwa, dan
baru mempunyai jiwa bila dinikmati atau dipahami.
2. Bentuk telaah kompleks, karena dalam menentukan makna atau unsur intrinsik,
melainkan juga unsur ekstrinsik seperti pengarang, pembaca dan genetik karya
sastra.
3. Dalam menelaah, unsur yang menjadi objek telaah mencakup seluruh unsur, baik
fisik maupun unsur batin dan unsur-unsur lain yang dapat dijadikan acuan untuk
mengkongkretisasikan makna yang abstrak.
4. Proses telaah dimulai dari resepsi personal pembaca keseluruhan bagian dan mencari
hubungan struktur bagian kemudian menempatkan struktur keseluruhan menjadi
struktur bagian dalam struktur yang lebih besar untuk dapat dikonkretisasikan
melalui proses redeskripsi
5. Teknik telaah pragmatis dan dialektik, yaitu dengan melibatkan pengalaman
pembaca, pengarang, di samping unsur intrinsik yang menjadi acuan telaah.
6. Dasar pertimbangan dalam penentuan makna adalah perpaduan unsur intrinsik
dengan unsur ekstrinsik serta faktor genetik dan pengalaman yang dipunyai
pembaca.
7. Pangkal tolak telaah dari resepsi pembaca terhadap unsur bangun karya sastra.
8. Esensi karya sastra adalah makna setiap unsur, hubungan antara unsur dan
keterpaduannya dihubungkan dengan konteks kesemestaan dan sistem kognisi
pembaca.
9. Unsur pengarang dan pembaca dipertimbangakan dalam menelaah sebagai bagian
dari genetik untuk kesempurnaan makna
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan,
moral agama atau tujuan yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra
berdasarkan fungsinya untuk memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya.
Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka
semakin baik karya sastra tersebut.
2. Pada tahun 1960 muncul dua orang tokoh ilmu sastra di Jerman Barat kedua tokoh itu
adalah Hans Robert dan Wolfgangler. Keduanya mengembangkan ilmu sastra yang
memberikan penekanan terhadap pembaca sabagai pemberi makna karya satra.
Pada tahun 1967 (Teeuw, 1984: 5) ia mengatakan bahwa penelitian sejarah di Eropa
sejak lama telah melalui jalan buntu. Hal ini karena pendekatan penulisan sejarah sastra
tidak berdasarkan situasi zaman sejak zaman Romantik, dengan adanya paham
Nasionalisme, maka pendekatan penulis sejarah sastra disejajarkan dengan sejarah
nasional, dan pendekatan lain yang tidak menghiraukan dinamika sastra terus menerus,
entah pada suatu bangsa, suatu periode, suatu angkatan dan suatu zaman.
3. Penelitian resepsi pembaca terhadap karya sastra dapat menggunakan beberapa meatode
pendekatan,antara lain pendekatan yang bersifat eksperimental, melalui karya sastra
yang mementingkan karya sastra yang terikat pada masa tertentu ada pada golongan
masyarakat tertentu
4. Dalam perinsip-prinsip dasar pendekatan pragmatik memiliki empat point
5. Dan dalam karakteristik pendekatan pragmatik memiliki sembilan point
DAFTAR PUSTAKA

http://dhanisusilowati.blogspot.com/2016/09/pendekatan-pragmatik.html

http://eprints.ums.ac.id/23301/3/04._BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai