Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS RETORIKA DALAM PIDATO CINTA LAURA DI

ACARA AKSI MODERASI BERAGAMA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika
Dosen Pengampu: Lusi Komala Sari, S.Pd, M.Pd.

Oleh:
Nama : Mivthorina Ulfa
NIM :
Kelas : V (Lima) C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberi
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun Penelitian yang berjudul
“Analisis Retorika Dalam Pidato Cinta Laura di Acara Aksi Moderasi Beragama.”

Penyusunan penelitian ini sebagai salah satu tugas untuk memenuhi


persyaratan mata kuliah Retorika Program Studi Pendidikan Bahasa Indoensia
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam penyusunan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang


tak terhingga kepada:

1. Ibu Lusi Komala sari, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Retorika.
2. Keluarga tercinta yang telah mendukung.
3. Rekan-rekan yang mengikuti mata kuliah Retorika.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


dalam teknik penulisan dan materi yang disampaikan. Mengingat kelemahan yang
dimiliki penulis, maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, 09 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Muhasabah...................................................................... 3
B. Pengertian Pendekatan Sufistik.................................................... 4
C. Karakteristik Pendekatan Sufistik................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Simpulan...................................................................................... 15
B. Saran ........................................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................

BAB V SIMPULAN..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbicara ialah salah satu keterampilan berbahasa secara lisan


yang bersifat produktif. Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan ketika
seseorang sedang berbicara didepan umum, acara formal maupun berkomunikasi.
Berbicara merupakan salah satu jenis komunikasi, selain komunikasi tertulis.
Dalam komunikasi lisan syarat mutlak yang harus ada adalah adanya komunikator
(pembicara) dan komunikan (lawan bicara). Antara komunikator dan komunikan
akan terbangun komunikasi efektif apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator bisa dipahami oleh komunikan sehingga akan terjadi imbal wicara
ketika sudah terjadi interaksi komunikasi.
Salah satu yang memiliki ilmu keterampilan berbicara ialah retorika. Abidin
(2013:7) retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan, yang dilakukan oleh
seseorang kepada sejumlah orang secara langsung dengan bertatap muka. Setiap
orang tentu memanfaatkan retorika menurut kemampuannya masing-masing. Ada
berbagai cara memanfaatkan retorika ini dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
sangat ditentukan oleh lingkungan, masalah, profesi, dan lain-lain. Dalam
kehidupan sehari-hari orang memanfaatkan retorika ini secara spontan. Pembicara
tidak begitu perlu memilih materi bahasa, memakai ulasan, dan memakai gaya
tutur yang terencana. Untuk menunjang keberhasilan berbicara perlunya sarana
retorika. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat
pikiran. Dengan muslihat itu para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran,
hingga pembaca berkontemplasi atas apa yang dikemukakan oleh penyair. Pada
umumnya sarana retorika ini menimbulkan ketegangan puitis karena pembaca
harus memikirkan efek yang ditimbulkan atau yang dimaksudkan oleh penyairnya
(Pradopo, 2005: 93-94).

B. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan rumusan
masalah penelitian, yaitu
1. Bagaimana retorika yang disampaikan oleh Cinta Laura?
2. Bagaimana pola pesan dari pidato Cinta laura ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk:
1. Untuk mengetahui retorika yang disampaikan Cinta Laura.
2. Untuk mengetahui pola pesan dari pidato Cinta Laura.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sehubungan dengan penulisan artikel tentang “Analisis Retorika Ceramah


Gus Miftah”, perlu adanya tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian ini. Di antara penelitian sejenis telah penulis
temukan dalam hasil penelusuran: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lizza
Rnifa C dalam skripsinya yang berjudul “Retorika Dalam Program Islam Itu
Indah Studi Komparatif Oki Setiana Dewi dan Nur Maulana)”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui retorika yang disampaikan


Oki Setiana Dewi dan Nur Maulana dalam acara Islam Itu Indah di Trans Tv.
Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan model analisis
komparatif. Sample yang diambil adalah tayangan dari Oki Setiana Dewi dan Nur
Maulana adalah tayangan televisi Islam Itu Indah pada tanggal 21 Januari 2017
yang berjudul “Allah ada Dimana-mana” pada Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam acara Islam Itu Indah di Trans Tv, Oki Setiana Dewi dan Nur
Maulana memiliki karakter yang berbeda dalam menyampaikan ceramahnya, baik
dari segi penguasaan retorika, materi, pengetahuan, latar belakang pendidikan,
pemilihan kata/diksi serta karakter yang berbeda ketika menyampaikan ceramah.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan artikel penulis adalah, skripsi Lizza


Rnifa C adalah sampel yang digunakan oleh Lizza Rnifa C merupakan tayangan
dari salah satu channel TV Swasta, sedangkan penulis mengambil sampel dari
internet yaitu melalui Youtube. Perbedaan lainnya adalah objek yang diteliti oleh
skripsi Lizza Rnifa C adalah para tokoh agama yang tampil di TV sedangkan
penulis mengambil tokoh agama yang menyampaikan dakwah yang disiarkan di
youtube melalui kanal youtube Kajian Rutin sebagai objek meneliti retorika.

Retorika lebih menitikberatkan pada upaya penemuan dan pengumpulan


pengetahuan teoritik, kadangkala bersifat normatif, mengenai aktivitas
berkomunikasi, teristimewa komunikasi verbal yang disampaikan oleh seseorang

3
(rhetor) yang bertindak sebagai komunikator (sekaligus orator-per-suader) kepada
sekumpulan orang yang bertindak sebagai komunikan (audience) sebagaimana
lazim dijumpai pada penyampaian pidato. Komunikasi dalam hal hubungan ini
lebih dipandang sebagai suatu keterampilan praktis, yakni penyampaian pesan
untuk meyakinkan atau mempengaruhi orang lain. Fokus dari pengetahuan yang
dipelajari dalam retorika adalah bagaimana komunikator mengembangkan
startegi-strategi tertentu dalam menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan
(audience).

Salah satu aliran retorika yang terkenal adalah karya Aristoteles yang
menjelaskan bahwa retorika pada dasarnya merupakan bagian dari cara-cara
persuasi. Menurutnya, terdapat tiga hal penting dalam melakukan retorika, yaitu:
ethos, pathos, dan logos. Ethos merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik
yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukan melalui
pidatonya. Eugene Ryan (1984) menyatakan bahwa ethos merupakan istilah yang
luas yang merujuk pada pengaruh timbal balik yang dimiliki oleh pembicara dan
pendengar terhadap satu sama lain. Logos adalah bukti-bukti logis yang
digunakan oleh pembicara–argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana. Bagi
Aristoteles, logos mencakup penggunaan beberapa praktik termasuk
menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas. Menggunakan frase-frase puitis
berakibat pada kurangnya kejelasan dan kealamian. (West dan Turner, 2014:6).
Sedangkan pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para
pendengar.

Aristoteles berargumen bahwa para pendengar menjadi alat pembuktian


ketika emosi mereka digugah; para pendengar menilai dengan cara berbeda ketika
mereka dipengaruhi oleh rasa bahagia, sakit, benci, atau takut. (West dan Turner,
2014:6) Hingga saat ini, kebanyakan penulis public speaking dalam komunikasi
mengukuti kanon-kanon Aristoteles untuk menghasilkan pidato yang efektif
(West & Turner, 2008: 11). Beberapa kanon tersebut adalah kanon penemuan
(sekelompok informasi dan pengetahuan yang dibawa oleh seorang pembicara di
dalam situasi berbicara), kanon pengaturan (kemampuan mengorganisasikan
pidato), kanon gaya (pemilihan kata, penggunaan perumpamaan, dan kepantasan),

4
kanon penyampaian (presentasi non-verbal dari ide-ide seorang pembicara) dan
ingatan (menyimpan penemuan, pengaturan, dan gaya di dalam benak pembicara).

A. Teori Realitas Media

Substansi teori dan pendekatan konstruksi realitas media adalah teori


konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckmann yang melihat proses simultan
yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada
sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini
adalah masyarakat transisi modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an,
dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik
untukdibicarakan.

Dengan demikian teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan
Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang
berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas (Bungin, 2014:207).Ketika
masyarakat semakinmodern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas
Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau
dengan kata lain tak mampu menjawab perubahan zaman. Sehingga posisi
“konstruksi sosial media massa” adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan
melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh
kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media
massa” atas konstruksi sosial atas realitas” (Bungin, 2014:207).

Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua
model:Pertamaadalah model peta analog, dimana realitas sosial dikonstruksi oleh
media berdasarkan sebuah model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi
secara rasional. Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas dibangun
berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi kejadian yang
seharusnya terjadi, bersifat rasional dan dramatis. Kedua,model refleksi realitas.
Model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan
suatu kehidupan yang pernah terjadi dalam masyarakat.Substansi “teori konstruksi
sosial media massa” adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga

5
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata.
Realitas terkonstruksi yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa
cenderung aprirori dan opini massa cenderung sinis.Posisi “konstruksi sosial
media massa” adalah mengkoreksi substansi kelemahan dan melengkapi
“konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media
massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas
“konstruksi sosial atas realitas”. Namun proses simultan yang digambarkan di atas
tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui
beberapa tahap penting. (Bungin, 2017:183)

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif.


Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6).

Melalui pendekatan ini, peneliti berusaha menjelaskan dan menganalisis


suatu hal (fenomena atau peristiwa yang ingin diteliti). Sedangkan unit analisis
dari penelitian ini adalah konten ceramah yang diunngah oleh kanal Youtube
Kajian Rutin edisi ceramah Gus Miftah di salah satu Gereja yang diunggah pada
06 Mei 2021. Program tersebut berdurasi 10 menit 42 detik.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Apeldoorn, L.J. van. 2000. Pengantar Ilmu Hukum.diterjemahkan oleh Oetarid


Sadino. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Djamali, R. Abdoel. 2010. Pengantar Hukum Indonesia: Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Fuady, Munir. 2009. Teori Negara Hukum Modern (rechtsstaat). Bandung:


Refika Aditama.

Ismaya, Samun. 2011. Pengantar Hukum Agraria.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Khakim, Abdul. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia:


berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Bandung: PT Citra
Aditya.

Kusumaatmadja, Mochtar. & B. Arief Sidharta. 2009. Pengantar Ilmu Hukum:


Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum.
Bandung; PT. Alumni.

Lubis, Solly. 2009. Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan. Bandung: Mandar


Maju.

Mahfud M.D., Moh. 2009. Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu. Jakarta:
Rajawali Pers.

8
Saleh, Roeslan. 1998. Perbuatan dan Pertanggung Jawaban Pidana. Jakarta:
Centra

Sianturi, S.R. 1983. Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya. Jakarta: Alumni

Soetami, A. Siti. 2007. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: Refika


Aditama.

Anda mungkin juga menyukai