Anda di halaman 1dari 37

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL DUA GARIS BIRU KARYA LUCIA PRIANDARINI


(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

NAMA : NORA AZURA


NPM : 191025377001
JURUSAN : BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MUHAMMADIYAH SUNGAI PENUH
LLDIKTI WILAYAH X
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing penulis proposal penelitian menyetujui bahwa proposal ini


ditulis oleh:

Nama : Nora Azura

NPM : 191025377001

Jurusan : Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Judul : Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Dua


Garis Biru Karya Lucia Priandarini (Kajian Psikologi Sastra)

Telah memenuhi prosedur dan persyaratan ilmiah sehingga dapat disetujui


untuk diseminarkan.

Sungai Penuh, Februari 2023

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Nelvia Susmita, S.Pd., M.Pd. Adli Sumantri, S.Pd., M.Pd.


NIDN 1010039002 NIDN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kesempatan dan kemudahan
untuk menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama
Dalam Novel Dua Garis Biru Karya Lucia Priandarini”. Shalawat beserta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan
sahabatnya.

Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia di STKIP
Muhammadiyah Sungai Penuh.

Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan,


bimbingan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Nofyta Arlianti, S.Pd., M.Pd. Selaku ketua STKIP Muhammadiyah


Sungai Penuh.
2. Bapak Rodiyal Ihsan, S.Pd., M.Pd. Selaku wakil ketua I STKIP
Muhammadiyah Sungai Penuh.
3. Bapak Khaidirman, S.Pd., M.Si. Selaku wakil ketua II STKIP
Muhammadiyah Sungai Penuh.
4. Bapak Satya Anggi Permana, M.Pd. Selaku wakil ketua III STKIP
Muhammadiyah Sungai Penuh.
5. Ibu Nelvia Susmita, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia STKIP Muhammadiyah Sungai Penuh sekaligus selaku
Dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, masukan, petunjuk,
dan ilmu yang sangat bermanfaat untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan propsal ini serta waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

ii
6. Bapak Adli Sumantri, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan arahan, masukan, petunjuk dan ilmu yang sangat
bermanfaat serta waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
7. Kepada kedua orang tua dan saudara yang tak henti-hentinya memberi doa
dan dukungan kepada penulis.
8. Rekan- rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan doa
untuk menyelesaikan proposal penelitian ini, serta semua pihak yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga
persahabatan kita tetap terjaga.

Sudah diungkapkan sebelumnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan


rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara moral maupun material yang tidak dapat penulis
sebutkan satu- persatu, semoga Allah membalas dengan sebaik-baiknya balasan
dunia dan akhirat. Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna karena itu
saran dan kritik dari semua pihak tetap terbuka guna penyempurnaan dan
perbaikan tindak lanjut. Semoga pelaksanaan dan hasil penelitian ini nantinya
dapat memberikan manfaat.

Sungai Penuh, Maret 2023

Penulis

Nora Azura

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................4
1.3 Batasan Masalah.........................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian......................................................................................6
1.7 Defenisi Operasional..................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8
2.1 Karya Sastra ...............................................................................................8
2.2 Novel...........................................................................................................9
2.2.1 Pengertian Novel..............................................................................9
2.2.2 Unsur Pembangun Novel..................................................................10
2.3 Hakikat Konflik Batin.................................................................................15
2.3.1 Pengertian Konflik............................................................................15
2.3.2 Pengertian Konflik Batin..................................................................15
2.3.3 Jenis Konflik.....................................................................................16
2.3.4 Bentuk Konflik Internal....................................................................17
2.3.5 Faktor Penyebab Konflik Internal (Batin) .......................................18
2.4 Hakikat Psikologi Sastra.............................................................................19
2.4.1 Pengertian Psikologi Sastra..............................................................19
2.4.2 Pendekatan Psikologi Sastra.............................................................19

iv
2.4.3 Psikoanalisis Sigmund Freud............................................................20
2.5 Penelitian yang Relevan.............................................................................22
2.6 Kerangka Konseptual..................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................26
3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................26
3.2 Sumber Data...............................................................................................27
3.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................27
3.4 Instrumen Penelitian...................................................................................27
3.5 Teknik Analisis Data..................................................................................28
3.6 Teknik Keabsahan Data.............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai sastra tidak akan lepas dari karya yang membahas
persoalan dalam kehidupan bermasyarakat. Karya sastra diciptakan untuk dibaca
dan dinikmati oleh pembaca, dengan menikmati karya sastra, pembaca dapat
menerima beberapa manfaat berupa pengetahuan dan pengalaman yang mendalam
tentang kehidupan masyarakat. Sastra harus mampu melahirkan sesuatu yang
bermanfaat dan berguna sesuai dengan tujuan penulisannya. Karya sastra tidak
lepas dari seorang pengarang, di mana seorang pengarang juga hidup di tengah
masyarakat dengan mewujudkan ide-ide kreatifnya dalam menghasilkan sebuah
karya yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Pengaruh tersebut merupakan realitas objektif yang dituangkan ke dalam


bentuk karya sastra (Sari, dkk., 2014:1). Karya sastra bukan hanya alat untuk
menyampaikan pesan, melainkan suatu refleksi kehidupan nyata bagi pembaca
dalam menafsirkan nilai-nilai kebenaran yang sukar untuk dipahami. Karya sastra
menjadi bahan untuk menjelaskan, memberi contoh, menyindir masyrakatnya
dengan bahasa yang lebih puitis, dengan mendorong karangan yang memiliki
makna kehidupan yang baik dalam tingkah lakunya. Seorang pengarang akan
menggambarkan tokoh dalam karyanya dengan karakter yang berbeda-beda pula
sesuai dengan pendapat (Poni, 2018:32), perbedaan karakter setiap manusia
seringkali menimbulkan permasalahan kehidupan. Perbedaan karakter antar
manusia menyebabkan terjadinya pertentangan dalam kehidupan. Pertentangan
tersebut menyebabkan terjadinya konflik.

Konflik dapat terjadi antar manusia ataupun dalam diri manusia. Konflik
yang terjadi dalam satu diri manusia saja atau diri sendiri disebut dengan konflik
batin. Konflik merupakan proses dinamika psikologi dalam kehidupan individu.
Konflik dapat diketahui dari cara bersikap, raut wajah, perasaan, dan bahkan
menimbulkan rasa cemas yang membuat manusia tidak tenang. Konflik yang

1
2

dialami seseorang juga akan menimbulkan frustrasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai atau karena adanya tekanan. Konflik batin merupakan sesuatu yang
tidak menyenangkan yang terjadi atau yang dialami oleh tokoh cerita.
Permasalahan yang sering dialami oleh manusia dalam cerita fiksi seperti novel
dapat menimbulkan konflik batin pada si tokoh. Terkadang sebagai manusia,
dalam menyikapi permasalahan yang terjadi sangat menonjolkan emosi atau
perasaan sehingga permasalahan yang sederhana menjadi masalah yang besar.

Hal ini dilakukan agar dikemudian hari pembaca mampu dan memahami
sebuah karya sastra, karya sastra juga merupakan salah satu bentuk dari prosa
fiksi. Prosa fiksi adalah bagian dari ilmu sastra yang berbentuk karangan fiksi
imajinatif yang berangkat dari kenyataan yang ada. Prosa disebut juga karangan
fiksi, dunia imajinasi dan cerita rekaan. Setiap teks dalam prosa pada dasarnya
adalah pesan tersirat yang disajikan secara implisit dan eksplisit oleh pengarang,
tetapi kebanyakan pengarang menyampaikan pesan dalam bentuk implist atau
pesan tersirat pengarang.

Tokoh merupakan pelaku yang mendukung peristiwa yang terjadi dalam


karya sastra, sehingga mampu terbentuk suatu cerita. Tokoh-tokoh dalam cerita
fiksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh
utama merupakan tokoh yang mempunyai peran penting yang mendominasi
sebagian besar cerita. Dalam penelitian ini menganalisis tentang ‘Konflik Batin
Tokoh Utama dalam Novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini dengan
menggunakan Kajian Psikologi Sastra’. Dalam karya sastra, tokoh dan penokohan
sangat berhubungan erat, karena jika tokoh adalah pelaku dalam cerita maka
penokohan adalah karakter yang terbentuk dalam setiap tokoh.

Salah satu tokoh yang dipandang sebagai pencetus ide psikologi sastra
adalah Sigmund Freud. Selain mencetuskan psikologi sastra, di dalam kajian
psikologi sastra Sigmund Freud juga memunculkan teori tentang struktur
kepribadian yang terdiri dari tiga macam, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Novel Dua
Garis Biru salah satu novel yang begitu kuat menonjolkan sisi psikologis
3

tokohnya. Novel Dua Garis Biru ditulis oleh Lucia Priandarini yang diadaptasi
dari skenario film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer. Lucia Priandini adalah
seorang penulis sekaligus reporter.

Novel ini menceritakan tentang Dara, gadis pintar kesayangan guru, dan
Bima, murid santai yang cenderung masa bodoh, menyadari bahwa mereka bukan
pasangan sempurna. Namun perbedaan itu justru membuat keduanya bahagia
menciptakan dunia mereka sendiri. Dunia tak sempurna tempat mereka biasa
saling menertawakan kebodohan dan menerbangkan mimpi mereka. Namun suatu
waktu kenyamanan membuat mereka melanggar batas. Satu kesalahan dengan
konsekuensi besar yang baru disadari kemudian, kesalahan yang selamanya akan
mengubah hidup mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Di usia 17,
mereka dihadapkan dengan pilihan berat, antara memperjuangkan masa depan
atau menjadi orang tua. Ternyata cinta sederhana saja tidak cukup, kenyataan dan
harapan keluarga membuat Dara dan Bima semakin terdesak ke persimpangan,
siap menjalani hidup bersama atau melangkah pergi ke dua arah berbeda.

Pemilihan novel Dua Garis Biru sebagai sumber penelitian ini karena
sangat menarik untuk dikaji yaitu, aspek kepribadian dalam novel Dua Garis Biru
berhubungan dengan tingkah laku atau sikap tokoh utama, yaitu Bima dan Dara.
Dara memiliki kepribadian tidak sabar, ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
dan sensitif. Sedangkan, Bima mudah kecewa, suka melakukan sesuatu tanpa
memikirkan risiko dan mudah terpengaruh lingkungan. Pada penelitian ini
membahas mengenai kepribadian seorang remaja dalam menanggung beban yang
sangat berat karena kurangnya edukasi tentang pergaulan bebas, seks, reproduksi
dan kurangnya komunikasi dengan keluarga.

Tokoh utama yaitu Dara mempunyai kepribadian tidak sabar dan ragu-
ragu dalam mengambil keputusan terlihat pada saat Dara mengetahui bahwa
dirinya hamil, pada saat itu juga Dara ingin menggugurkan kehamilannya, tetapi
ia tidak melakukannya karena ia ragu dengan keputusan yang ia ambil. Sedangkan
Bima, memiliki kepribadian yang mudah kecewa, suka melakukan sesuatu tanpa
4

memikirkan risiko dan mudah terpengaruh lingkungan, sehingga ia menghamili


Dara.

Beberapa alasan tersebut yang membuat novel ini sangat menarik untuk
diteliti dari segi struktur kepribadian tokoh utamanya, karena dalam penelitian ini
peneliti menganalisis mengenai kepribadian remaja yang sedang menanggung
beban yang dapat merenggut masa depan mereka. Sementara itu pemerintah juga
gencar memberi sosialisasi terhadap masyarakat khususnya para remaja tentang
kenakalan remaja dan penikahan dini yang dapat merusak mental dan masa depan
remaja. Alasan peneliti memilih novel ini dikarenakan permasalahan yang
disajikan oleh pengarang sangat berkaitan dengan pemasalahan yang sedang
marak terjadi dalam masyarakat saat ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan identifikasi


masalah adalah sebagai berikut.

1. Unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
2. Aspek Id tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
3. Aspek Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
4. Aspek Super Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priadarini.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah agar penelitian


ini tidak meluas pemahamannya sehingga penelitian ini bisa lebih fokus untuk
dilakukan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
5

2. Aspek Id tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
3. Aspek Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini.
4. Aspek Super Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priadarini.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah penelitian, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Dua Garis Biru
karya Lucia Priandarini?
2. Bagaimana aspek Id tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini?
3. Bagaimana aspek Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya
Lucia Priandarini?
4. Bagaimana aspek Super Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru
karya Lucia Priadarini?

1.5 Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan


penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan Unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Dua Garis


Biru karya Lucia Priandarini.
2. Mendeskripsikan aspek Id tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru karya
Lucia Priandarini.
3. Mendeskripsikan aspek Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis Biru
karya Lucia Priandarini.
4. Mendeskripsikan aspek Super Ego tokoh utama dalam novel Dua Garis
Biru karya Lucia Priadarini.
6

1.6 Manfaat Penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini memiliki manfaat teoritis


dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu memberikan pemahaman dan berguna dalam penerapan


ilmu sastra, khususnya psikologi sastra dengan focus representasi dan
penggunaannya dalam menganalisis karya sastra. Penelitian ini juga diharapkan
mampu menambah sumbangan dalam khazanah ilmu sastra terutama yang
bergenre novel di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan kritik sastra Indonesia, terutama dalam pengkajian
novel menggunakan pendekatan psikologi sastra.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti, pembaca, guru, dan peneliti lainnya.

1) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah wawasan tentang


cara meneliti novel menggunakan kajian psikologi sastra khususnya novel Dua
Garis Biru karya Lucia Priandarini.

2) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini berguna bagi pembaca untuk menambah kemampuan dan
minat dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya novel.

3) Bagi Guru

Melalui penelitian ini diharapkan kepada guru khususnya guru bahasa


Indonesia, agar penelitian ini digunakan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran
yang berhubungan dengan karya sastra novel.
7

4) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan


bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra dengan permasalahan
yang sejenis.

1.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang


diamati. Peneliti bebas merumuskan dan menentukan defenisi yang sesuai dengan
judul penelitian yang akan diteliti. Maka defenisi operasional dalam penelitian ini
sebagai berikut.

1. Konflik adalah percecokan, perselisihan, pertentangan.


2. Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan
atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri
sehingga memengaruhi tingkah laku.
3. Tokoh utama adalah peran utama dalam cerita rekaan atau drama.
4. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sastra
sebagai aktivitas kejiwaan.
5. Id adalah sistem kepribadian manusia paling dasar.
6. Ego adalah kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia
luar.
7. Super Ego adalah system kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan
yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karya Sastra

Karya sastra merupakan hasil imajinasi dari pengarang sebagai bentuk


pengungkapan dari pikiran yang menggunakan bahasa dan bersifat fiktif. Pada
dasarnya, hal-hal yang terdapat dalam karya sastra merupakan gabungan dari
imajinasi pengarang dan realitas kehidupan manusia. Penciptaan karya sastra juga
dapat bersumber dari kondisi masyarakat yang melandasi terciptanya karya
tersebut. Manusia bebas mengekspresikan pendapatnya dalam bentuk tulisan
maupun lisan baik mengapresiasi maupun mengkritik karya sastra.

Karya sastra dan manusia tidak dapat dipisahkan karena sebagai manusia
sebagai individu yang melakukan penciptaan karya sastra dan juga sebagai pelaku
fenomena dalam bermasyarakat. Banyak masalah-masalah tentang kemanusiaan
yang mengisi konflik sebuah karya sastra Waluyo, (dalam Navira, Resdianto, dan
Titik 2022:3). Permasalahan itu dapat terjadi akibat penyimpangan norma-norma
masyarakat, keacuhan masyarakat terhadap peraturan yang ditetapkan dan konflik
batin yang timbul karena perbedaan tujuan manusia satu dengan manusia lain.
Akhirnya terjadi kritik sosial yang dimunculkan pengarang pada karya sastranya.
Kritik sosial yang muncul bisa dengan jelas tersurat ataupun bisa juga tersirat
sesuai keinginan pengarang.

Sebuah karya sastra tidak lepas dari penggambaran suatu realitas sosial
dalam masyarakat. Segala peristiwa dan fenomena yang terjadi dapat
memunculkan suatu ide bagi penulis untuk menuangkan imajinasinya dalam
bentuk tulisan. Karya sastra yang terinspirasi dari kehidupan nyata bersifat
imajinatif yang dapat dinikmati, dikritik dan diapresiasi oleh orang lain Imam,
(dalam Navira, Resdianto dan Titik, 2022:3).

Dapat disimpulkan karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang


dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Pengembangan ide-ide oleh pengarang untuk

8
9

menghasilkan sebuah karangan yang menampilkan pemikirannya dalam bentuk


tulisan maupun lisan. Karya sastra dihasilkan dari tuangan-tuangan endapan
realitas yang terjadi disusun sedemikian rupa dalam penyampaiannya ke bentuk
baru. Salah satu bentuk dari karya sastra tersebut adalah novel.

2.2 Novel

2.2.1 Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang secara harfiah berarti
sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam
bentuk prosa. Novel juga berasal dari bahasa latin novellus yang diturunkan pula
dari kata novie yang berarti baru. Dikatakan baru karena novel dibandingkan
dengan jenis-jenis sastra lain seperti puisi, drama, dan lain sebagainya maka jenis
novel ini muncul kemudian.

Maiza dan Nidde, (2020: 9) mengatakan bahwa novel juga diartikan


sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat pelaku. Persoalan yang terdapat di dalam novel diambil dari pola-
pola kehidupan dalam suatu waktu dan tempat yang eksotik dan imajinasi.
Pengarang menghayati berbagai permasalahan yang ada kemudian
mengungkapkan kembali melalui novel sesuai dengan pandanganya.

Muhardi dan Hassanuddin WS, (2021:9) mengatakan bahwa novel


mengutamakan kesempurnaan penyajian peristiwa untuk menyajikan
permasalahan sejelas mungkin, sehingga peristiwa dalam novel terkesan utuh.
Dengan kata lain, novel memiliki karakteristik permasalahan yang lebih luas serta
mengutarakan permasalahan yang lebih banyak. Berdasarkan pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu karya sastra tertulis dalam
bentuk buku yang menceritakan tentang berbagai konflik dan permasalahan di
dalamnya.
10

2.2.2 Unsur Pembangun Novel

Secara garis besar karya sastra dibangun oleh dua unsur yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang banyak digunakan dalam
mengkaji novel atau karya sastra pada umumnya.

1. Unsur Intrinsik

Nurgiyantoro, (2013:30) menyatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-


unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan
struktur karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dibagi menjadi tubuh bagian yang
terdiri dari tema, penokohan, alur atau plot, latar, sudut pandang dan amanat.
Keperpaduan dari unsur-unsur Intrinsik ini lah yang membuat keperpaduan cerita
dalam novel.

Unsur intrinsik dibedakan atas dua macam, yaitu unsur utama dan unsur
penunjang. Unsur utama adalah semua yang berkaitan dengan pemberian makna
yang disampaikan melalui bahasa. Unsur penunjang adalah segala upaya yang
digunakan dalam memanfaatkan bahasa. Dapat disampaikan bahwa unsur intrinsik
adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, tanpa adanya unsur
intrinsik maka akan sulit untuk membangun keterpaduan antar cerita di dalam
karya sastra karena keterpaduan antar unsur ilmiah yang membuat sebuah novel
terwujud.

Unsur intrinsik tersebut antara lain:

1) Tema

Nurgiyantoro, (2013:68) menyatakan tema adalah gagasan-gagasan dasar


umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung di dalam teks sebagai
struktur sistematis dan menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan. Menentukan tema adalah salah satu cara untuk mendeskripsikan apa
yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita. Adanya tema akan membantu
pembaca dalam menafsirkan dan mendeskripsikan apa saja yang menjadi pokok
permasalahan cerita dalam novel.
11

Dalam tema mencakup persoalan dan tujuan atau amanat dari pengarang.
Tema akan menjadi dasar dari pengembangan cerita di dalam novel dan akan
menjiwai seluruh bagian cerita. Kehadiran tema dalam cerita tidak dilukiskan
secara khusus, melainkan pembaca yang akan menemukanya sendiri di dalam
cerita. Jadi dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel merupakan suatu inti bagi
peneliti dalam menganalisis karya sastra.

2) Penokohan

Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:34) menyatakan bahwa bagian-


bagian penokohan saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan
fiksi. Dalam hal ini penokohan termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan
fisik, keadaan psikis, dan karakter. Bagian-bagian penokohan akan saling
berhubungan dalam membangun fiksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan
artinya siapa tokoh dalam cerita, bagaimana perilaku atau perwatakanya dalam
sebuah cerita yang diperankanya sehingga dapat digambarkan secara jelas
terhadap pembaca.

3) Alur atau Plot

Nurgiyantoro, (2013:13) mengatakan bahwa plot adalah sebagai peristiwa-


peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena
pengarang menyusun peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur dapat
juga dikatakan sebagai jalan cerita yang diatur oleh pengarang berdasarkan
keinginanya. Dikatakan demikian karena hanya pengarang itu sendiri yang akan
menentukan bagaimana bagusnya alur dalam cerita yang disajikan, sehingga dapat
menambah daya tarik pembaca bahkan membuat pembaca penasaran dengan
cerita yang mereka baca.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:40), alur tersebut memiliki


kausalitas karena hubungan yang satu dengan yang lainya menunjukan hubungan
sebab akibat. Jika hubungan kausalitas peristiwa terputus dengan peristiwa yang
lain maka dapat dikatakan bahwa alur tersebut kurang baik. Alur yang baik adalah
alur yang memiliki hubungan antar sesama peristiwa yang ada dalam sebuah
12

cerita. Jadi dapat disimpulkan bahwa alur atau plot dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian berjalanya suatu cerita yang berusaha memecahkan konflik-konflik
yang ada dalam cerita, yang disajikan oleh pengarang secara runtut dan menarik
berdasarkan sebab akibat yang ada dalam cerita.

4) Latar

Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:41) mengatakan bahwa latar


merupakan penanda identitas permasalahan fiksi yag dimulai secara samar
diperlihatkan alur atau penokohan, maka latar memperjelas suasana, tempat, dan
waktu peristiwa itu berlaku. Latar terbagi dari tiga bagian yaitu latar tempat,
waktu dan sosial. Latar tempat mengacu kepada dimana terjadinya peristiwa.
Latar waktu mengacu pada masalah kapan terjadinya peristiwa danlatar sosial
mengacu pada hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat disuatu tempat. Jadi dapat disimpulkan bahwa latar dalam cerita
mengkaji tentang tempat dan waktu kemudian suasana yang ada dalam cerita yang
akan memberikan pijakan cerita secara jelas dang kongret, sehingga menciptakan
suasana tertentu.

5) Sudut Pandang

Nurgiyantoro, (2013:246) mengemukakan bahwa sudut pandang


merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana
cerita. Walaupun demikian hal itu bukan berarti bahwa peranya dalam karya fiksi
tidak penting. Sudut pandang haruslah dipertimbangkan kehadiranya, sebab
pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Menurut
Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:44), sudut pandang merupakan unsur
penunjang fiksi, lain halnya dengan alur, penokohan dan latar yang sebagai unsur
utama. Dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yaitu cara pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita. Sudut pandang terbagi tiga yaitu, orang
pertama, orang kedua dan campuran.
13

6) Gaya Bahasa

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:48), gaya bahasa cenderung


dikelompokan menjadi empat jenis yaitu: penegasan, pertentangan, perbandingan
dan sindiran. Masing-masing jenis tersebut dapat pula rinci lebih lanjut, misalnya
metafora, personifikasi, asosiasi, parallel, dan lain-lain. Agar gaya bahasa dalam
karya sastra itu menarik maka pengungkapanya harus diperhatikan secermat
mungkin, usahakan tidak ambigu ataupun membingungkan pembaca. Jadi dapat
disimpulkan bahwa gaya bahasa dalam suatu cerita merupakan ciri khas seseorang
pengarang dalam menempatkan bahasa dalam karyanya, bahasa yang disuguhkan
harus menarik dan tidak berbelit-belit.

7) Amanat

Nurgiyantoro, (2013:321) menjelaskan bahwa amanat sama halnya dengan


tema, merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang
disarankan dalam sebuah cerita. Amanat dapat juga disebut sebagai nilai-nilai
moral yang bisa diambil oleh pembaca setelah pembaca cerita tersebut. Amanat
dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup yang bersangkutan,
pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan pengarang ingin menyampaikan hal
tersebut terhadap pembaca.

Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS, (2021:50), amanat merupakan


opini, kecenderungan dan visi pengarang terhadap tema yang ditemukanya.
Amanat dalam sebuah fiksi dapat terjadi lebih dari satu, asal semua itu berkait
dengan tema. Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan
pencarian tem. Jadi dapat disimpulkan bahwa amanat dalam karya sastra berisi
tentang nilai moral yang dapat diambil oleh pembaca, amanat dapat dipetik
berdasarkan persoalan hidup manusia pada dasarnya yang diceritakan dalam karya
tersebut.

2. Unsur Ekstrinsik
14

Menurut Nurgiyantoro, (2013:23), unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur


yang berada di luar karya sastra tidak langsung mempengaruhi hubungan atau
sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra,
namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur
ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan.
Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah dipandang sesuatu yang
penting.

Menurut Wellek dan Werren, (dalam Nurgiyantoro 2013:24), unsur


ekstrinsik masih dipandang sebagai sesuatu yang kurang penting. Keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memilki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya sastra yang ditulisnya.
Unsur biografi pengarang turut menentukan corak karya yang dihasilkanya. Unsur
ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang,
psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi karya sastra. Keadaan
lingkungan pengarang seperti, ekonomi, politik, dan sosial juga akan berpengaruh
terhadap karya sastra. Dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik merupakan
keadaan subjektivitas individu pengarang yang memilki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya sastra yang
ditulisnya.

2.3 Hakikat Konflik Batin

Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berhubungan dengan
konflik. Dalam teori ini terdiri dari dua bagian penting. Adapun teori-teori
tersebut adalah sebagai berikut.

2.3.1 Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata latin “Configere” yang berarti “saling


memukul”. Secara sosiologi konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana suatu pihak berusaha
menyingkirkan pihak yang lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya
15

menjadi tidak berdaya. Agustina, (2015:254-255) mengatakan bahwa konflik lahir


dari adanya perbedaan-perbedaan baik dari ciri batiniah, emosi, kebudayaan,
kebutuhan, kepentingan, maupun pola-pola perilaku antar individu, atau
kelompok dalam masyarakat. Konflik adalah suatu proses kelompok-kelompok
yang saling menantang dengan ancaman kekerasan.

Emzir, (2015:189) menyatakan bahwa konflik juga dapat terjadi jika tidak
adanya kesepakatan antara ego satu dan ego yang lain. Sementara itu Wellek dan
Warren, (dalam Emzir 2015:189) mengatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang yang
menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan dua pertarungan
antara diri seseorang dengan kata hatinya yang saling bertolak belakang sehingga
mengakibatkan terjadinya suatu konflik.

2.3.2 Pengertian Konflik Batin

Menurut Diana, (2016:44), konflik batin timbul dalam diri individu,


terutama ketika seseorang menghadapi alternatif atau memilih di antara dua atau
beberapa kemungkinan yang mengandung motif atau sebab-sebab yang menjadi
dorongan tindakan seseorang atau dasar pikiran seseorang. Konflik batin
berhubungan erat dengan kejiwaan seseorang. Konflik batin terjadi dalam hati
atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik batin adalah konflik yang dialami manusia
dengan dirinya sendiri atau biasa disebut dengan permasalahan intern seorang
individu.

Konflik batin merupakan pertentangan dalam diri suatu tokoh cerita


rekaan (fiksi) yang merupakan unsur esensial atau merupakan hakikat dalam
mengembangkan alur cerita. Konflik merupakan sesuatu yang bersifat tidak
menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh cerita. Jika tokoh itu memiliki
kebebasan untuk memilih, ia tidak akan memilih peristiwa/ konflik yang menimpa
dirinya. Batin merupakan salah satu unsur pembentuk cerita di mana batin akan
melekat pada diri tokoh. Batin sebagai bagian dari tokoh, sering dipermainkan
16

oleh pengarang untuk membentuk seri cerita yang menarik untuk dibahas.
Pergejolakan batin yang digambarkan dalam cerita seakan-akan kita merasakan
apa yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita tersebut.

2.3.3 Jenis-jenis Konflik

Emzir, (2015:189-190) menjelaskan bahwa konflik terbagi menjadi tiga


jenis, yaitu:

1) Konflik dalam diri seorang (tokoh), konflik tersebut sering disebut juga
dengan psychological conflict atau konflik kejiwaan. Konflik jenis ini
biasanya terjadi musabab suatu pertarungan individual atau perjuangan
seorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, sampai pada akhirnya ia
dapat mengatasi dan menentukan apa yang mesti dilakukannya.
2) Konflik antara orang-orang atau seseorang dan masyarakat. Konflik
tersebut disebut dengan istilah social conflict atau konflik sosial. Konflik
seperti ini biasanya terjadi antara tokoh dengan lingkungan sekitarnya.
Konflik tersebut timbul dari sikap individu terhadap lingkungan sosial dan
menyangkut pada masalah yang terjadi di masyarakat.
3) Konflik antara manusia dan alam. konflik seperti ini sering disebut sebagai
physical or element conflict atau konflik alamiah. Konflik ini tidak bisa
memanfaatkan dan membudayakan alam sekitar. Apabila hubungan
manusia dengan alamnya tidak serasi, maka akan terjadi disharmoni yang
dapat menyebabkan terjadinya konflik tersebut.

Ketiga jenis konflik tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok


jenis konflik, yakni konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal
(external conflict) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sesuatu yang di luar dirinya. Konflik internal (internal conflict) adalah konflik
yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini
biasanya dialami oleh manusia dengan dirinya sendiri.
17

2.3.4. Bentuk-Bentuk Konflik Internal

Sobur, (dalam Tara, dkk 2019:105-106), mengatakan bahwa konflik


mempunyai beberapa bentuk, antara lain:

1) Konflik mendekat-mendekat. Konflik ini timbul jika suatu terdapat dua


motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan),
sehinnga muncul keseimbangan untuk memilih satu di antaranya.
2) Konflik mendekat-menjauh. Konflik ini timbul jika dalam waktu yang
sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai suatu objek, motif yang
satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak
menyenangkan). Karena itu ada keseimbangan, apakan mendekati atau
menjauh objek itu.
3) Konflik menjauh-menjauh. Konflik ini terjadi apabila pada saat yang
bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan
kerena menjauhi. Motif yang satu bearti harus memenuhi motif yang lain
juga negatif.

Berdasarkan permasalah di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik internal


(batin) merupakan perjuangan seorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, yang
menentang keinginan, harapan, masalah-masalah yang melawan jiwa dan hatinya
sendiri karena sesuatu yang belum tercapai atau terselesaikan.

2.3.5 Faktor Penyebab Konflik Internal (Batin)

Sutarjo, (2007:41-42) menyatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab


yang memengaruhi konflik internal (batin), yaitu sebagai berikut. Pertama,
penyebab primer (primary Causes) sebagai suatu kondisi atau situasi yang harus
ada seandainya suatu gangguan terjadi. Suatu primer biasanya hal yang mutlak,
tetapi tidak selalu mencakupi untuk melahirkan prilaku abnormal. Kedua,
Penyebab Predisposisi (Predisposising Causes) penyebab yang bersifat disposisi
atau kecendrungan, yaitu suatu kondisi yang datang sebelum terjadinya gangguan
pada suatu kondisi tertentu. Misalnya, penolakan orang tua yang dapat menjadi
faktor predisposisi seorang anak yang menghadapi kesukaran dalam membangun
18

relasi dengan orang tuanya dikemudian hari atau keterkaitan pada ibu merupakan
penyebab predisposisi terjadinya gangguan pada seseorang.

Ketiga, penyebab Aktual (precipitating Causes) suatu kondisi yang secara


langsung memberikan efek pada terjadinya gangguan dan bertindak sebagai
pemicu. Penyebab ini sering lebih dilihat atau tampil sebagai penyebab-penyebab
yang dilihat secara langsung. Keempat, penyebab penguat (Reinforcing Causes)
Suatu penyebab berupa kondisi yang cenderung untuk memelihara perilaku yang
telah atau sedang terjadi. Misalnya, pemberian perhatian yang berlebihan (bisa
simpati) atau dilepaskannya tanggung jawab seseorang dari perbuatan salahnya
dengan alasan sakit, maka penyakit itu akan terus tetap dan bahkan berkembang.

2.4 Hakikat Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang mencerminkan proses dan
aktivitas kejiwaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan (a)
pengertian psikologi sastra, (b) pendekatan psikologi sastra, dan (c) psikoanalisis
Sigmund Freud.

2.4.1 Pengertian Psikologi Sastra

Menurut Endraswara, (2013:96), psikologi sastra adalah kajian satra yang


memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang menggunakan cipta, rasa
dan karya dalam berkarya. Sebagai sosiologi refleksi, psikologi sastra mengenai
karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa
kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaanya. Proyeksi
pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi
secara imajiner kedalam teks sastra. Minderop (2011:59) menyatakan Psikologi
sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra.

Mempelajari psikologi sastra sama halnya dengan mempelajari manusia di


sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra adalah masalah manusia yang melukiskan
potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi bisa juga
mewakili orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat
19

disimpulkan bahwa psikologi sastra adalah kajian yang mengundang karya sastra
sebagai aktivitas kejiwaan serta kreativitas pengarang yang dipengaruhi dengan
menggunakan cipta, rasa dalam berkarya dengan mempelajari aspek-aspek
kejiwaan orang lain yang berkaitan dengan pegarang, karya dan pembaca.

2.4.2 Pendekatan Psikologi Sastra

Minderop, (2011:98) menyatakan bahwa telaah karya sastra yang


mencerminkan konsep-konsep psikologi disajikan dengan cara, Pertama
disuguhkan ringkasan cerita tiap-tiap karya sastra yang ditelaah. Kedua, diberikan
perwatakan para tokoh yang relevan dengan tujuan analisis ini. Hal yang menjadi
alasanya ialah agar dapat ditelusuri secara komprehensif apa yang menjadi latar
belakang timbulnya masalah-masalah psikologis dari masing-masing tokoh serta
dapat mahami proses dan akibat dari kondisi-kondisi yang mendorong
pencerminan konsep-konsep perwatakan.

Menurut Wellek dan Werren, (dalam Endraswara, 2013:98-99), psikologi


sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian. Pertama, penelitian psikologi
pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, penelitian proses kreatif
dalam kaitanya dengan kejiwaanya. Ketiga, penelitian hukum-hukum psikologi
yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, penelitian dampak psikologi teks
sastra kepada pembaca. Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra tidak
hanya mengkaji karya sastra itu sendiri, melainkan juga dapat mengkaji dampak
psikologi sastra kepada pembaca.

2.4.3 Psikoanalisis Sigmund Freud

Teori Sigmund Freud Teori perkembangan (psikoanalisis) Sigmund Freud


mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar atau conscious, prasadar atau preconscious dan tak sadar atau unconscious.
Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati
(awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai
dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga
unsur kesadaran tersebut. Tingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik
20

dari ketiga struktur kepribadian, dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
psikoanalisis dari Sigmund Freud untuk meneliti lebih dalam tentang konflik batin
pada tokoh utama. Menurut Suryabrata, (2013:124-125), Freud mengenalkan tiga
model struktur kepribadian, yakni Id, Ego serta Super Ego. Berikut ini penjelasan
mengenai komponen struktural tingkat kesadaran yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud adalah sebagai berikut.

1. Id

Menurut Suryabrata, (2013:125), aspek Id adalah aspek biologis. Id adalah


sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Saat dilahirkan, Id berisi semua
aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada
dan beroperasi dalam mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang
usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis
yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah
keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah
tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi id adalah
naluri bawaan sejak lahir yang menjadi dasar pembentukan kepribadian.

2. Ego

Menurut Suryabrata, (2013:125), aspek Ego adalah aspek psikologis. Ego


berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego
beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh
kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau
menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat
memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder
(secondary process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji
apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian itu
disebut uji realita (reality test) melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah difikirkan secara realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian
21

besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego
beroperasi di daerah prasadar dan daerah tak sadar. Ego adalah eksekutif
(pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih
stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan
sesuai dengan prioritas kebutuhan. Jadi ego adalah tindakan yang di timbulkan
oleh id.

3. Superego

Menurut Suryabrata, (2013:125), aspek Super Ego adalah aspek sosiologi.


Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip
kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego. Superego berkembang dari ego, dan
seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego
beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak
mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan
kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam
memperjuangkan kenikmatan). Jadi super ego adalah aspek moral yang dapat di
terima secara sosial dan terdapat nilai-nilai yang memberi batasan baik dan buruk.

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan
acuan serta referensi adalah sebagai berikut:

Pertama Diana, (2016) dengan judul penelitian “Konflik Batin Tokoh Utama
dalam Novel Wanita Di Lautan Sunyi karya Nurul Asmayani”. Hasil
penelitiannya adalah berbagai persoalan dan masalah kehidupan cukup banyak
dilewatinya, yaitu: banyak konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yang
masuk dalam kategori id, ego, dan super ego pada novel Wanita di Lautan Sunyi
karya Nurul Asmayani. Berawal dari perpisahan tokoh utama dengan putra
tercinta sehingga persoalan tokoh utama mengalami konflik batin yang luar biasa.
Perbedaannya terletak pada sumber data dan objek kajiannya. Sedangkan
22

persamaannya sama-sama membahas tentang konflik batin id, ego, dan super ego
tokoh utama.

Kedua Nuryati dan Sobari, (2019) dengan judul penelitian “Analisis Kajian
Psiikologi Sastra Pada Novel Pulang Karya Leila S. Chudori. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa tokoh Dimas Suryo yang mengalami berbagai konflik batin
akibat memikirkan kejadian demi kejadian yang terjadi di tanah airnya dan juga
keinginannya yang kuat untuk pulang ke tanah air walaupun beberapa kali gagal
dalam usaha tersebut.

Ketiga Setyorini, (2017) dengan judul penelitian “Analisis Kepribadian Tokoh


Marni Kajian Psikologi Sigmund Freud Dalam Novel Entrok Karya Okky
Madasari”. Penelitian ini memaparkan konflik batin dan lika-liku kehidupan
seorang tokoh yang bernama Marni. Tokoh Marni tersebut memiliki aspek
kepribadian yang mengacu pada teori Sigmund Freud yaitu Id, Ego, dan Super
Ego.

Perbedaan dan persamaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya


yaitu persamaannya terletak pada masalah yang akan diteliti. Sedangkan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dari sumber data
yang digunakaan, pada penelitian ini penulis mendapatkan sumber dari novel Dua
Garis Biru karya Lucia Priandarini.

2.6 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian terhadap novel ‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia Priandarini
ini digunakan pendekatan strukturan, pendekatan sosiologi sastra dan pendekatan
mimetik. Kerangka berpikir yang digunakan dalam menganalisis novel ‘Dua Garis
Biru’ Karya Lucia Priandarini adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal peneliti menentukan objek penelitian, yaitu novel


‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia Priandarini. Kemudian dilakukan
pembacaan novel ‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia Priandarini untuk
memahami maksud yang terdapat di dalamnya.
23

2. Peneliti melakukan pembacaan ulang untuk menganalisis strukturtural


yang meliputi unsur intrinsik pada novel ‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia
Priandarini.
3. Setelah unsur struktural novel dianalisis, tahap selanjutnya adalah
menemukan permasalahan-permasalahan yang diteliti, yakni konflik
batin pada novel ‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia Priandarini
menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan munggunakan
analisis Id, Ego, dan Super Ego untuk mengkaji hubungan kehidupan
sosial dalam karya sastra dengan realitas sosial yang ada.
4. Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Menyimpulkan hasil
analisis realitas sosial dalam novel ‘Dua Garis Biru’ Karya Lucia
Priandarini dari penelitian ini.
24

Berikut bagan kerangka koseptual.

Novel 'Dua Garis Biru Karya Lucia Priandarini’

Novel yang mengangkat permasalahan yang terjadi dalam


sosial

Studi Pustaka

Pendekatan Struktural
Kajian Psikologi Sastra
Unsur Intrinsik dan Unsur
Ekstrinsik Id, Ego, dan Super Ego

Kajian Psikologi Sastra dalam mengkaji konflik batin tokoh utama dalam
novel ‘Dua Garis Biru’ karya Lucia Priandarini

Kesimpulan

Konflik batin dalam novel ‘Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Dua
Garis Biru Karya Lucia Priandarini
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitan kualitatif deskriptif. Sugiyono, (2018:24)


mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka. Sedangkan Ratna, (2010:46) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran
dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Penelitian ini memperkenankan
hakikat nilai-nilai yang mana objek penelitiannya bukan gejala sosial secara
substantive, melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan, yang
justru menimbulkan gejala sosial tersebut. Maka penelitian ini adalah
mendeskripsikan dan menganalisis konflik batin tokoh dalam novel Dua Garis
Biru karya Lucia Priandarini.

Penelitian yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Dua
Garis Biru Karya Lucia Priandarini” merupakan sebuah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari eksplorasi ini dikumpulkan
dan biasanya berupa sebuah data deskriptif (berbentuk teks). Penelitian jenis
deskriptif merupakan penelitan yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan
suatu fakta dan wilayah tertentu secara sistematis, faktual, dan akurat. Kunci
sumber data dari suatu penelitian bisa didapatkan dari mana saja. Pertanyaan
penelitian deskriptif didasarkan pada “bagaimana” karena, berusaha melukiskan
gejala yang dijumpai dalam masyarakat. Menurut Anggito, (2018:8), penelitian
kualitatif mengemban tradisi post positivisme, cenderung sebagai proses
penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu
dengan cara menyelidiki masalah/fenomena sosial pada manusia dengan segala
perilakunya.

Jadi penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang bersifat analisis


data yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan kata-kata dengan sistematis.

25
26

Penelitian ini membutuhkan pendalamaan dalam menelaah karena menyangkut


memahami dan menginterpretasikan teks atau masalah yang berarti data yang
dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan.

3.2 Data dan Sumber Data

Ratna, (2010:47) menyatakan bahwa data penelitian, sebagai data formal


adalah teks yang berupa kata, kalimat, dan wacana. Data dalam penelitian ini
adalah data yang berwujud kata, frase, ungkapan dan kalimat yang ada kaitannya
dengan Konflik Batin Tokoh yang terdapat dalam novel Dua Garis Biru Karya
Lucia Priandarini. Sumber data primer penelitian ini adalah novel Dua Garis Biru
Karya Lucia Priandarini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama tahun
2019. Novel ini setebal 206 halaman. Sumber data sekunder penelitian ini adalah
mengumpulkan buku dan artikel jurnal dari internet.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah novel dan peneliti sendiri, peneliti


membaca, menandai objek yang diteliti, mencatat data, mengklasifikasikan data
yang sesuai dengan novel. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti dibantu
oleh instrumen berupa pedoman analisis struktur instrinsik novel, pedoman
analisis konflik sosial, alat tulis, dan buku catatan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menemukan dan


mengumpulkan bahan pembahasan yang dijadikan data dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu: Teknik studi kepustakaan
digunakan untuk mengumpulkan informasi awal terkait kebutuhan yang
mendasari penelitian ini seperti studi terhadap hasil penelitian terdahulu, buku
referensi, artikel jurnal dan lain-lain.

Teknik baca merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca


secara teliti bahkan berulang kali sumber data untuk menemukan pemahaman
mendalam guna memperoleh data yang efektif, kemudian memberi tanda pada
27

setiap bagian atau kutipan yang dianggap terkait dengan kebutuhan data
penelitian. Teknik terakhir yaitu teknik mencatat yang merupakan lanjutan dari
teknik membaca, artinya setelah peneliti membaca, menganalisis, dan memberi
tanda pada sumber data, langkah selanjutnya adalah memindahkan data tersebut
ke media atau buku lain untuk dijadikan sebuah teks hasil penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles and


Huberman. Menurut Miles and Huberman, (dalam Sugiyono, 2018:321-330)
Menggambarkan proses analisis data penelitian kualitatif sebagai pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Adapun keterangannya adalah sebagai berikut.

1. Pengumpulan data

Dari penelitian ini, data dikumpulkan dari beberapa sumber. Antara lain
data berupa novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini, buku, dan jurnal.

2. Reduksi data.

Data yang telah dikumpulkan diseleksi, dikategorikan, pemfokusan, serta


penyerdehanan data mengenai data mana yang akan diambil. Hasil penelitian yang
dikumpulkan berupa unsur intrinsik dalam novel dan konflik batin yang terdapat
dalam novel dengan kajian psikologi sastra dengan menganalisis aspek id, ego dan
super ego tokoh utamanya.

3. Penyajian data.

Kegaiatan penyajian data dilakukan dengan menganalisis data primer


berupa novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini dengan kajian pustaka.
Selanjutnya menganalisis data primer dengan mengaitkan data sekunder setelah
menelaah struktur, dan konflik batin dalam novel Dua Garis Biru karya Lucia
Priandarini. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah.
28

Tabel 3.1 bentuk analisis Id, Ego, dan Super Ego dalam novel “Dua
Garis Biru”.

No Tokoh Teks Struktur Kepribadian Halaman

Id Ego Super Ego

1.

2.

4. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Pada tahap ini penarikan kesimpulain dan verifikasi diperoleh dari hasil
analisis data. Data yang telah dianalisis mengunakan teori sastra yaitu melihat
konflik batin yang terdapat pada novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini,
kemudian ditarik kesimpulannya.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid


apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan dengan apa sesungguhnya
yang terjadi pada objek penelitian. Keabsahan hasil penelitian data dapat diuji
dengan teknik triangulasi. Sidiq dan Choiri (2019:94) mengatakan bahwa
triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, dengan penjelasan sebagai
berikut.

1. Triangulasi sumber, untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan


cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan
cara berbeda.
29

3. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Untuk


itu dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rini. 2015. Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Malam
Terakhir Karya Firdya Taufiqurrahman. Jurnal Pendidikan Bahasa. Vol.4.
No.2. https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/bahasa/article/view/94.
Diakses 12 Februari 2023.

Anggito, dkk. 2018. Meteodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: Jejak Publiser.

Diana, Ani. 2016. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Wanita Di
Lautan Sunyi Karya Nurul Asmayani. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu.
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/pesona/article/view/139. Diakses 1
Februari 2023.

Emzir, dan Saifur Rohman. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Maiza, Suci dan Nidde Puspita. 2021. Telaah Dan Apresiasi Prosa Fiksi.
Surabaya: Pustaka Media Guru.

Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra Metode, Teori dan
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Muhardi dan Hasanuddin WS. 2021. Prosedur Analisis Fiksi. Bandung: Subha
Mandiri Jaya.

Navira, dkk. 2020. Kritik Sosial dan Nilai Moral Individu Tokoh Utama dalam
Novel Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori. Jurnal Pendidikan Bahasa,
Sastra, Seni, dan Budaya. https://doi.org./10.37.7832. Diakses 4 Februari.

Nuryati, Melia dan Teti Sobari.2019. Analisis Kajian Psikologi Sastra Pada Novel
Pulang Karya Leila S. Chudori. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol 2. Nomor 4.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/download/2877/
pdf. Diakses 8 Februari 2023

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

30
31

Poni Ernis. 2018. Perbandingan Karakter Tokoh Utama Novel Salah Asuhan
Karya Abdoel Moeis Dan Belenggu Karya Armin Pane. STKIP Yayasan
Abdi Pendidikan Payakumbuh. Pena Literasi Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Volume 1 No 1 April 2018.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/penaliterasi/article/view/2439. Diakses 2
Februari 2023.

Priandarini, Lucia dan Gina S. Noer. 2019. Dua Garis Biru. Jakarta: Pustaka
Utama.

Ratna, Nyoman Kuta. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sari, Siska Darma, dkk. 2014.“Dinamika Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat


Minangkabau Dalam Novel Gerhana Karya A.A Navis”. Jurnal Program
Studi Sastra Indonesia. Vol 2, No 2.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ibs/article/view/3361/2784. Diakses 4
Februari 2023.

Setyorini, Ririn. 2017. Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi


Sigmund Freud Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari. Kajian
Linguistik dan Sastra. Vol.2. Nol.1.
https://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/view/5348. Diakses 9
Februari 2023.

Sidiq, Umar dan Miftacul Choiri. 2019. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang
Pendidikan. Ponoroga: Cv Nata Karya.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Sutarjo, Wiramihardja. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika


Aditama.

Tara, dkk. 2019. Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Karya Ruwi Meita
Tinjauan Psikologi Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra
Indonesia Di SMA. BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.
Vol.7. No.1. https://jurnal.uns.ac.id/Basastra/article/view/35521. Diakses 12
Februari 2023.

Anda mungkin juga menyukai