Oleh:
Siti Ufi Nurlutfiyah
NIM 1110051100103
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Segala puji bagi Allah SWT, Sang Khalik yang telah memberikan saya
pengalaman hidup yang begitu berharga dan karena sedikit ilmu-Nya lah saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam mengerjakan skripsi ini, terkadang saya
menemukan kesulitan, namun saya selalu yakin bahwa Allah SWT selalu bersama
saya dan hanya kepada-Nya lah saya berharap demi kelancaran skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah
sebesar-besarnya kepada:
skripsi ini.
v
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D. yang telah
4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Siti Adlah Fadillah, terimakasih atas doa, kasih sayang, dan semangat
akhir waktu.
Yang sudah memberikan motivasi serta berbagi baik canda, tawa serta
10. Teman-teman KKN SUPER 2013: Agis, Ilut, Diana, Fanny, Karina,
Kaafah, Egis, Ali, Heru, Denny, Arfian, Redho, Legra, Ari, Azom,
vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai
Dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Batasan Masalah.................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8
G. Metodologi Penelitian ........................................................... 11
H. Sistematika Penulisan ........................................................... 18
viii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan dan Analisis Data Berita Kasus Kekerasan
Seksual di Dunia Pendidikan Pada Harian
Republika ............................................................................. 64
B. Frame Harian Republika dalam Kasus Kekerasan
Seksual di Dunia Pendidikan ................................................ 66
1. Frame Harian Republika Edisi 17 April 2013 ................ 69
2. Frame Harian Republika Edisi 19 April 2013 ................ 74
3. Frame Harian Republika Edisi 22 April 2013 ................ 77
4. Frame Harian Republika Edisi 22 April 2013 ................ 81
5. Frame Harian Republika Edisi 22 April 2013 ................ 85
6. Frame Harian Republika Edisi 23 April 2013 ................ 88
C. Interpretasi Kasus Kekerasan Seksual di Dunia
Pendidikan pada Harian Republika ....................................... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 97
B. Saran ...................................................................................... 99
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak
kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde baru serta orde lama.1
informasi, misalnya terbukti dengan adanya surat kabar yang sudah beredar
hingga ke desa. Oleh karena itu surat kabar sudah bukan barang konsumsi yang
mahal, tetapi lebih pada kebutuhan masyarakat sekarang ini. Jhon Tebbel
berpendapat bahwa surat kabar sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia
akan informasi baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan untuk usaha bisnisnya.
sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan lingkungan dunia usaha.
Karena media massa mempunyai tujuan komersial, maka media massa dijadikan
1
Suryawati Indah, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h. 40.
1
Selain mempunyai tujuan yang komersial, surat kabar juga bertujuan
menangkap
pesan yang dikomunikasikan oleh media tersebut. Pesan yang
disampaikan terlepas dari baik atau buruk dimata khalayak. Hal ini dapat
mengubah mental, sikap, perilaku dan gaya hidup mereka. Onong Uchjana
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat
atau perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media.2
Peristiwa tersebut dituliskan dalam bentuk berita. Berita merupakan laporan dari
peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas atau fakta yang diliputi oleh wartawan,
dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka oleh media massa. Dengan
demikian dapat pula dikatakan secara sederhana bahwa dalam suatu proses kerja
jurnalistik, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan, orang, dan benda
bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk
mengkonstruksi realitas.
institusi yang dapat membentuk opini publik, karena media juga dapat
2
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1986), h. 15.
2
Media massa berfungsi sebagai sarana menyampaikan pesan yang idealnya
dialami oleh seorang murid yang dilakukan oleh oknum guru, tentu hal ini sangat
menjelaskan tentang oknum guru yang menjadi pelaku pelecehan seksual kepada
siswanya. Ini membuat gelar guru sebagai pahlawan tanpa jasa luntur. Dalam
kurun waktu terakhir, kasus pelecehan seksual oknum pendidik sangat menonjol.
Dan sebagaian besar kekerasan anak juga terjadi dalam bentuk kekerasan seksual.
pada 2011, 59 persen diantaranya adalah kekerasan seksual. Sementara pada 2012,
Dilihat dari berbagai kasus yang terjadi dan dimuat di media massa, kasus
ini menjadi menarik perhatian khalayak. Seperti kasus yang terjadi pada salah satu
SMP di Batam yang melibatkan seorang kepala sekolah yang diduga melakukan
pencabulan terhadap 15 orang siswanya. kasus lainnya yaitu pada maret 2013,
kasus seorang guru pada salah satu sekolah Negeri Kecamatan Kebonpedes,
muridnya. Dalam kasus ini diduga sang guru memaksa muridnya berbuat tidak
3
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak, April tahun 2013.
3
senonoh dengan imbalan nilai pelajaran. Pada 9 Februari 2013 kasus lain juga
terjadi pada mantan wakil Kepala Sekolah SMAN 22 Matraman yang diduga
melakukan
pencabulan terhadap siswanya. kasus tersebut juga terkait dengan
dugaan perbuatan pencabulan wakil kepala sekolah pada periode Juni hingga Juli
2012. Dilihat dari kasus-kasus diatas, sebagian besar kasus kekerasan yang terjadi
berhenti pada kasus diatas. Namun kembali terjadi di tahun 2014, diantaranya
adalah kasus pelecehan seksual yang menimpa siswa Taman Kanak-kanak (TK) di
khalayak dan ramai diberitakan di media massa baik itu media cetak maupun
media online.4
Setelah maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di JIS, kini dunia
pendidikan menambah daftar kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum
guru. Yaitu kasus guru perempuan yang dituding melakukan tindak kekerasan
seksual terhadap murid laki-lakinya yang berumur 3,5 tahun dan masih duduk di
bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kasus ini terjadi di salah satu
4
Raffreds Northman, “Salah Kaprah Tentang Sekolah Internasional,” artikel diakses pada
9 Mei 2014 dari http://m.kompasiana.com/post/read/650806/3/salah-kaprah-tentang-sekolah-
internasional.html
4
sekolah elite PAUD Saint Monica yang berlokasi di kawasan Sunter, Jakarta
Utara.5
Yang berbeda pada kasus ini dengan kasus yang terjadi pada tahun 2013
adalah kejadian itu terjadi di sekolah yang berpredikat internasional atau sekolah
yang berkelas internasional. Kasus kekerasan seksual yang terjadi di JIS dan di
PAUD Saint Monica merupakan kejahatan yang dilakukan oleh oknum yang
berada atau menjadi staf dan tenaga pengajar di instansi pendidikan tersebut. Jadi
tak dapat dipungkiri bahwa kasus kekerasan seksual yang di alami anak di dunia
pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bahkan, tahun ini lebih
dapat dipungkiri bahwa baik media cetak maupun media elektronik seperti televisi
maupun radio juga menjadi headline news yang disampaikan kepada masyarakat.
Hingga masyarakat pun mengetahui situasi dan kondisi sosial saat ini.
tentang isu-isu apa saja yang menyangkut kekerasan seksual terutama terhadap
anak dibawah umur yang seharusnya dilindungi kini tak lagi memiliki tempat
sekolah.
5
Helmi Syarif, “Siswa TK St Monica Sunter Alami Pelecehan Asusila,” artikel di akses
pada 29 Mei 2014 dari http://www.sindonews.com/read/2014/05/13/31/863149/siswa-tk-st-
monica-sunter-alami-pelecehan-asusila
6
Data Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2014.
5
Oleh karena itu, untuk mengetahui pandangan serta ideologi dari media
tersebut dilakukan analisis. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk
melihat
bagaimana media mengkontruksikan realitas. Analisis framing juga
dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.
suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainlan di belokkan secara halus
foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya. Dengan kata lain bagaimana realitas
B. Batasan Masalah
membatasi masalah penelitian ini pada berita yang terkait dengan isu kekerasan
dalam jangka waktu seminggu, mulai dari Rabu 17 April - Rabu 24 April 2013.
Alasan penulis mengambil edisi tersebut adalah karena pada edisi tersebut
7
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKis,
2002), h. 68-69.
6
diperbincangkan publik, baik dari kalangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM),
(KNPAI)
sampai masyarakat umum berkenaan dengan kasus kekerasan seksual di
dunia pendidikan.
C. Rumusan Masalah
b. Wacana apa yang ingin ditonjolkan oleh Harian Republika terkait isu
D. Tujuan Penelitian
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai
konstruksi realitas sosial yang dilakukan oleh para aktor media massa khususnya
media cetak dalam membingkai wacana pemberitaan yang erat kaitannya dengan
karya jurnalistik.
2. Manfaat Praktis
bidang jurnalistik untuk melakukan kerja jurnalistik sesuai dengan kode etik yang
F. Tinjauan Pustaka
Perpustakan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, terdapat
skripsi yang menggunakan analisis yang sama, yaitu analisis framing model
Robert N. Entman, namun berbeda subjek dan objek penelitiannya. Penulis juga
meninjau beberapa skripsi yang sangat berguna sebagai bahan referensi. Adapun
8
berisikan mengenai pemberitaan-pemberitaan kekerasan wartawan SUN
tidak mencantumkan secara jelas apa itu kekerasan dan tidak ada dalil dan
1-2 juli 2012, serta untuk mengetahui perbedaan bingkai antara surat kabar
9
menggunakan teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald
sama sekali mengenai realitas isu pemberitaan pemilukada DKI 2012 yang
9
Desi Mauliza, “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Terbuka Pemilukada DKI
2012 Pada Harian Seputar Indonesia Dan Republika,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 11.
10
Heri Mulyono, “Analisis Framing Berita Terbunuhnya Muamar Qaddafi Pada
Republika Online Periode Oktober 2011,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 9.
10
realitas isu yang terkait dengan penelitian yaitu mengenai realitas isu
Perbandingan skripsi-skripsi di atas dengan skripsi yang penulis susun
ialah terletak pada berita yang diteliti serta pisau analisis yang digunakan. Penulis
metode penelitian. Disini yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma penelitian
Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan
teks berita yang dihasilkan. Rancangan kontruktivis melihat media dan teks berita
11
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004),
cet. Ketiga, h. 204.
11
Paradigma kontruktivisme digunakan untuk menjelaskan suatu teori yang
muncul
begitu saja dalam bentuknya yang mentah, tetapi ia harus disaring
melalui cara orang lain itu memandang setiap hal yang ada.12
2. Pendekatan Penelitian
(sesuatu yang khusus) yang diharapkan menghasilkan teori baru (secara umum).13
Hasil penelitian suatu penelitian kualitatif hanya dapat berlaku pada situasi
dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan di mana penelitian serupa
dilakukan. Itu sebabnya sangat penting untuk menguraikan secara jelas situasi dan
jelas apakah suatu situasi sama dengan situasi ketika penelitian dilakukan.15
12
Stephen W Littlejohn, Theory of Human communication, 5th edition (Calofornia:
Wadswort Publishing Company, 1999), h. 15.
13
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, cetakan ke 2
(Jakarta: Percetakan Buana Printing, 2009), h. 19.
14
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h. 16-17.
15
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h. 29.
12
3. Metode Penelitian
dialami oleh subjek penelitian, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
Harian Republika dan menyimpulkan hasil temuan dari analisis tersebut. Hasil
Untuk melakukan penelitian yang akurat serta mendapat data yang valid
maka subjek penelitian adalah Harian Republika. Objek yang dimaksud adalah
berita isu kekerasan seksual. Peneliti memilih berita tersebut karena penulis
Data yang diambil untuk dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah:
16
Lexy, J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 6.
13
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan peneliti yaitu data
primer dan sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis,
a. Data Primer
b. Data Sekunder
2. Wawancara
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
dibagi dua, yakni wawancara tak restruktur dan wawancara restruktur. Wawancara
17
Moh. Nazin, Metode Penelitian (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h. 234.
14
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-
Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam atau kualitatif.
Wawancara dilakukan dengan wartawan serta editor Harian Republika Andi Nur
Aminah, terkait peristiwa kekerasan seksual dalam upaya menghimpun data yang
akurat sesuai dengan penelitian ini, sedangkan data-data yang diperoleh adalah
3. Dokumentasi
pendukung, peneliti juga akan mencari data subjek penelitian ini, yaitu Harian
Republika.
18
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 180.
15
mengenai isu kekerasan seksual yang berpengaruh pada dunia pendidikan
Indonesia.
Teknik framing model Robert N. Ethman ini memiliki empat konsep,
Tabel 1
Framing Model Robert N. Entman19
Setelah menganalisis data, penulis mengolah data yang terdapat pada edisi
17-24 April 2013, sesuai tabel daftar berita isu kekerasan seksual di dunia
pendidikan:
19
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKis,
2002), h. 188-189.
16
Tabel 2
Berita Kasus Kekerasan Seksual
Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510 Telp. (021) 7803747 Fax. (021) 7800649,
8. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, batasan
17
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini akan menguaraikan kajian teoritis mengenai berita sebagai
hasil konstruksi media. Dimana banyak orang yang menganggap bahwa berita
adalah hasil konstruksi realitas sosial. Kemudian menguraikan media framing, apa
Republika, visi dan misi Harian Republika, jajaran redaksi dan struktur organisasi
Harian Republika, serta paparan singkat tentang realitas peristiwa isu kekerasan
seksual.
Bab ini berisikan tentang temuan dan analisis mengenai framing Harian
pendidikan.
BAB V PENUTUP
Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran
penulis.
18
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Luckman
Realitas yang kita lihat di media bukan terjadi secara apa adanya, tetapi ia
pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isi yang terdapat pada
komunikasi dengan orang lain. realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari
sosial. Berita dianggap sebagai fakta dari suatu peristiwa atau kejadian yang ada
disekitar. Padahal berita yang disajikan kepada masyarakat adalah hasil dari
konstruksi media massa. “Berita yang ada di media dapat memberikan realitas
yang sama sekali baru dan berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan
20
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan, Pengaruh Media Massa,
Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman
(Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2008).
21
M. Antonious Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, Teori, dan Aplikasi (Jakarta:
Gitanyali, 2004), h. 168-169.
19
Menurutnya, berita adalah sumber daya sosial yang konstruksinya membatasi
Berita adalah laporan tentang fakta apa adanya (das sein), dan bukan
merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh wartawan dalam
menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat
pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang
factual apa adnaya, sehingga kebenaran isi berita yang disampaikan tidak
Teori konstruksi realitas sosial ini dikemukakan oleh Peter L. Berger dan
Luckmann (1965) adalah bagian dari konstruksi sosial media massa. Konstruksi
sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga
Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa dan opini
Menurut Berger realitas sosial eksis dengan sendirinya dan dalam mode
22
Werner J. Severin – James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 401.
23
Drs. AS HarisSumaridia, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2006), h. 73.
24
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), h. 288.
25
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, cet. ke 6 (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 299.
20
Selain itu, Berger berpendapat bahwa realitas sosial secara objektif memang ada
(ingat Durkheim dan perspektif fungsionalis) tetapi maknanya berasal dari dan
oleh hubungan subjektif (individu) dengan dunia objektif (suatu perspektif yang
tidak mewakili pihak-pihak lain. Makna suatu peristiwa yang diproduksi surat
kabar sebenarnya adalah suatu konstruksi makna yang temporer, rentan dan jelas
siapa dalam suatu kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, siapa
yang ditindas dan penindas, tindakan politik mana yang konstitusional dan
didukung.27
26
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 299.
27
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT
LkiS PelangiAksara, 2008), h. xv.
21
bersama pada saat itu, maka tindakan tersebut akan diulang-ulang.28 Manusia
tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya.
Gambar 1.1
Proses Konstruksi Sosial Media Massa29
Eksternalisasi M Realitas
E Terkonstruksi:
D
Lebih cepat
I Lebih luas
Objektif
A Subjektif Sebaran merata
Objektivasi
Inter Membentuk opini
M Subjektif massa
A Massa cenderung
S terkonstruksi
S Opini massa
Internalisasi cenderung apriori
A Opini massa
terpenting dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari dunia sosio-
kulturalnya dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat
mendasar, dalam suatu pola perilaku interaksi antara individu dengan produk-
produk sosial masyarakatnya. Proses ini dimaksudkan ketika sebuah produk sosial
28
Geger Riyanto, Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2009), h. 110.
29
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h.100.
22
telah menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap
saatdibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting
30
dalam
kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar.
masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial pada proses
tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur
dari dunia bersama. Objektifitas ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap
masyarakat baru, agar institusi tersebut tetap dapat dipertahankan dari waktu ke
dilakukan, yaitu:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi, ada tiga hal yang penting dalam
30
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), h. 15.
31
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), h. 197-198.
23
a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Media massa
step flow (satu arah), dimana media massa berperan penting terhadap
adanya penolakan.
24
B. Analisis Framing
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.
Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story
telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat”
terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil
akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk
Bingkai (frame) dapat didefinisikan sebagai “gagasan pengaturan pusat untuk isi
berita yang memberikan konteks dan mengajukan isu melalui penggunaan pilihan,
32
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara, 2008), h. 10.
33
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 10.
25
pendekatan yang digunakan wartawan untuk mengetahui bagaimana perspektif
atau cara pandang ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Ada dua aspek dalam
framing.
Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini
Tabel 3
Definisi Framing Menurut Para Ahli
34
Robert N. Entman, “Framing: Towards Clarification of a Fractured Paradigm,” In:
Journal of Communication (43) 4, 1993, h. 52.
35
Drs Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 162.
26
dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi
aspek tertentu dari realitas.36
David E. Snow and Pemberitaan makna untuk menafsirkan peristiwa dan
Robert Benford kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem
kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,
anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan
kalimat tertentu.37
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk
menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan
melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung.
Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke
dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan
membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.38
Zhongdang Pan and Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat
Gerald M. Kosicki kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,
menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan
rutinitas dan konvensi pembentukan berita.39
pengertian, ada titik singgung utama dari definisi framing tersebut. Framing
yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara
pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,
bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak di bawa kemana
berita tersebut.
36
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, h. 163.
37
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara, 2008), h. 68.
38
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.68.
39
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to News
Discouse,” In: Political Communication, 1991, vol 10.
27
C. Konsep Framing
analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran
manusia yang di desak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah
lokasi seperti pidato, ucapan atau ungkapa, news report, atau novel.
dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat
sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
Tabel 4
Dimensi Besar Framing40
40
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana Semiotik,
dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 222.
28
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas.
Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin
melihat
peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded).41
Bagian mana yang ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang
diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu
dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan
fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya.
Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi
atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.
yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata,
kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan
menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan. Elemen menulis fakta ini
41
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: PT
LkiS PelangiAksara, 2008), h. 69.
42
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 70.
29
D. Analisis Framing Model Robert N. Entman
bagi analisis framing untuk studi isi media, yang salah satunya ditulis dalam
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan
adalah proses membuat informasi menajdi lebih bermakna, lebih menarik, berarti,
mendesakan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan
Tabel 5
Framing Model Robert N. Entman44
Define Problems/ Problem Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat dan
Identification didefinisikan? Sebagai apa atau sebagai masalah
(Pendefinisian masalah) apa?
Diagnose Causes/ Causal Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa
Interpretation yang dianggap sebagai penyebab masalah? Siapa
(Memperkirakan penyebab/ yang dianggap sebagai penyebab masalah?
sumber masalah
Make Moral Judgement/ Nilai moral apa yang disajikan untuk
43
Drs Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 164.
44
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, danPolitik Media (Yogyakarta: PT
LkiS PelangiAksara, 2008), h. 188-189.
30
Moral Evaluation menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
(Membuat keputusan moral/ dipakai untuk melegitimasi suatu tindakan?
penilaian atas penyebab Penilaian apa yang disajikan terhadap penyebab
masalah) masalah?
Treatment
Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
(Menekankan penyelesaian) mengatasi masalah/ isu? Jalan apa yang
ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi
masalah?
Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan
untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.45 Kedua,
perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun, pengertian
mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep,
Identification (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita
lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang
Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan bingkai yang berbeda ini
45
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKis,
2002), h.189.
31
Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah), merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu
peristiwa.
Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga berarti siapa (who).
Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang
dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara
berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara
berbeda pula.
gagasan tersebut.
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih
tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai
penyebab masalah.
Apa yang diuraikan oleh Entman menggambarkan secara jelas apa itu
framing. Peristiwa yang sama bisa dimaknai secara berbeda oleh media. Ada
46
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 141.
32
1. Bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak tertentu
mengarahkan berita pada aspek tertentu, akibatnya ada aspek lain yang
4. Menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi lain. Dalam membuat berita
wartawan hanya melihat dari satu sisi saja, sehingga sisi lain yang
memadai.
tersembunyi.
6. Mobilisasi massa yang berkaitan dengan opini publik yang dibentuk oleh
33
E. Surat Kabar
karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang “melek huruf”, serta lebih
banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan anak-anak.
Salah satu kelebihan surat kabar ialah mampu memberi informasi yang
harinya.48
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan
47
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 127.
48
Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktik (Bandung: Bina Cipta, 1998),
h. 28.
49
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1993), h. 241.
34
2. Karakteristik Surat Kabar
antara lain:50
a. Publisitas
berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk diketahui umum atau
b. Periodesitas
50
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2004), h. 112-114.
35
sama halnya dengan kebutuhan manusian akan makan, minum, dan
surat kabar, selama ada dana dan tenaga yang terampil, tidaklah sulit untuk
fakta serta peristiwa yang dapat dijadikan berita dalam surat kabar. Selama
c. Universalitas
ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian, isi surat kabar meliputi
hanya memuat satu aspek saja, maka penerbitan tersebut tidak dapat
d. Aktualitas
yang penting atau menarik minat, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar
orang. Laporan tercepat menunjuk pada “kekinian” atau terbaru dan masih
hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan
36
paling baru. Hal ini dilakukan oleh surat kabar, karena surat kabar
e. Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita
atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-
Pada zaman modern saat ini, surat kabar tidak hanya mengelola
berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi
a. Menyiarkan Informasi
karena mengenai berbagai hal peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran
orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain
dan sebagainya.
b. Mendidik
implisit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk
51
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknik Menulis Berita (Jakarta: Erlangga,
2010), h. 16-18.
37
artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita
c. Menghibur
Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita
jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-
d. Mempengaruhi
surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedangkan secara eksplisit
perusahaan.52
52
Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Karya, 1986), h. 122-
123.
38
F. Berita
1. Pengertian Berita
Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco Associate
menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik
pemberitahuan; pengumuman.54
ordinary). Jika yang diberitakan adalah hal yang lumrah dan sudah biasa, maka itu
bukanlah berita. Namun jika yang diberitakan adalah hal yang tidak biasa, maka
itu dapat dikatakan berita. Sebagai contoh jika dikabarkan adalah mengenai
jalanan yang mulus, itu bukanlah berita, namun jika yang dikabarkan adalah
kondisi jalan yang berlubang, itu barulah merupakan berita. Kondisi ini sejalan
dengan keinginan dan hasrat manusia terhadap hal yang tidak biasa dan bukan
pada sesuatu yang rutin terjadi. Itulah sebabnya pembaca menyukai berita-berita
Berita dalam bahasa Inggris adalah news, berasal dari kata new (baru)
dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala yang baru
53
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Featur (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 64.
54
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), h. 140.
55
Koesworo Magantoro, Ronnie S. Viko, Di Balik Tugas Kuli Tinta (Yogyakarta: Sebelas
Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusantara), h. 75.
39
merupakan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain,
semua hal baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang
lain dalam
bentuk berita (news). Oleh karena itu berita sebagai laporan tentang
apa yang terjadi paling mutakhir, baik peristiwanya maupun faktanya. 56 Berita
adalah laporan tentang fakta apa adanya (das sein), dan bukan laporan tentang
fakta yang seharusnya (das sollen).57 Maka yang diterima orang bukan peristiwa
Berita sulit didefinisikan karena menyangkut banyak variabel. Berita lebih mudah
dikenali daripada diberi batasannya, yaitu adanya unsur yang menarik perhatian.58
acuan para jurnalis. Menurut Charnley, berita adalah laporan tercepat dari suatu
peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar
Dari pengertian tersebut, terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh
sebuah berita, sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita yang layak
56
Kustadi Sushandang, Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik (Bandung: NUANSA, 2010), h. 102-103.
57
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.
51.
58
Asep Syamsul, M. Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), h. 1.
59
Asep Syamsul, M. Romli, Jurnalistik Praktis, h. 2.
60
Asep Syamsul, M. Romli, Jurnalistik Praktis, h. 3.
40
1) Cepat, yakni aktual atau ketetapan waktu. Dalam unsur ini terkandung
makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). Tulisan
2) Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi
atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata
seseorang atau suatu golongan. Yang paling penting adalah sumber dapat
dipercaya.
4) Menarik, artinya mengandung orang untuk membaca berita yang kita tulis.
dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang
41
massa, dan bahkan masyarakat. Karena konsep berita itu akan menghasilkan
berita yang berbobot dan berkualitas. Penyusunannya pun harus disusun dengan
informasi yang dapat menarik perhatian dan dianggap penting oleh publik.
berita harus menjadi fokus. Lebih cepat berita disiarkan, maka nilai berita
dokumentasi dari suatu peristiwa atau masalah yang sedang terjadi. Berita
massa.
tentang fakta apa adanya, sebagai suatu realitas. Berita harus terbebas dari
61
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 49-51.
42
fakta yang akan diambil, aspek apa yang ditonjolkan dan aspek apa yang
perlu dihilangkan.
tetap berorientasi pada fakta yang ada. Sensasi harus atensi, ekspektasi,
motivasi, dan memori. Sensasi tetap harus berdasar pada pendekatan yang
rasional.
f. Berita sebagai media insani, yang menjadikan berita sebagai alat untuk
dengan akal sehat, berita pun terkadang dapat membuat orang hanyut
pengaruh dari suatu peristiwa atau masalah yang menjadi berita. Berita
berita yang disajikan. Penempatan dan kombinasi gambar atau foto yang
43
baik dalam berita akan lebih efektif dalam menimbulkan kesan pada
artinya gambar atau foto akan lebih memiliki pengaruh daripada kata-kata
yang digunakan.
2. Nilai Berita
nilai berita (news values). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, yaitu
worthiness dibutuhkan untuk menentukan apa yang dianggap menarik dan penting
bagi audiens, dan pada praktiknya membantu gatekeepers (penjaga gawang) untuk
Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah:
Prominence, Suspense, dan Progress.64 Di dalam sebuah kisah berita, bisa jadi
terdapat beberapa elemen yang saling mengisi terkait dengan peristiwa yang
Tabel 6
Elemen Nilai Berita65
62
Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, cet- 3 (Jakarta: Kompas, 2007), h. 53
63
Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik, h. 41.
64
Septian, Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
h. 18-20.
65
Septian, Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 18-20.
44
beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur
waktu amat penting disini.
Proximity Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa
yang terjadi didekatnya, disekitar kehidupan sehari-
harinya. Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan
pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka.
orang-orang akan tertarik dengan berita-berita yang
menyangkut kehidupan mereka, seperti keluarga atau
kawan-kawan mereka, atau kota mereka beserta klub-
klub olahraga, stasiun, terminal, dan tempat-tempat
yang mereka kenali setiap hari. melalui unsure ini pula
tergambarkan keberhasilan koran-koran lokal yang
dikelola dengan baik. Mereka mencari perkembangan
kota atau provinsi yang menjadi lahan kehidupan
terdekat mereka.
Consequence Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah
berita yang mengandung nilai konsekuensi. Lewat
berita kenaikan gaji pegawai negeri atau kenaikan harga
BBM (bahan bakar minyak), masyarakat dengan segera
akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi
kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka
hadapi. Putusan parlemen yang mengesahkan Banten
menjadi sebuah provinsi dan lepas dari kewilayahan
Jawa Barat, akan diperhatikan masyarakat dikarenakan
konsekuensi (bagi para penduduk Banten dan
sekitarnya) yang akan dihadapi.
Conflict Peristiwa-peristiwa perang, demostrasi, atau kriminal,
merupakan contoh elemen konflik di dalam
pemberitaan. Perseteruan antarindividu, antartim, atau
antarkelompok, sampai antarnegara, merupakan
elemen-elemen natural dari berita-berita yang
mengandung konflik.
Oddity Peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang
akan diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran
bayi kembar lima, goyang gempa berskala Richter
tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat calon
gubernur, dan sebagainya, mmerupakan hal-hal yang
akan jadi perhatian masyarakat.
Sex Kerap seks menjadi satu elemen utama dari sebuah
pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi tambahan
bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports,
selebritis, atau kriminal. Berbagai berita artis hiburan
banyak dibumbui dengan elemen seks. Berita politik
impeachment Presiden AS, Bill Clinton, banyak terkait
dengan unsur seksnya.
Emotion Elemen emotion ini kadang dinamakan dengan elemen
45
human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah
yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati,
ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau humor.
Elemen emotion sama dengan kondisi atau tragedi.
Prominence
Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah
“names make news”, nama membuat berita. Ketika
seseorang menjadi terkenal, maka ia akan selalu diburu
oleh pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak
dibatasi atau hanya ditujukan kepada status VIP semata.
Beberapa tempat, pendapat, dan peristiwa termasuk ke
dalam elemen ini. Bali, petuah-petuah hidup, dan hari
raya memiliki elemen keterkenalan yang diperhatikan
banyak orang.
Suspense Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-
tunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyarakat.
Adanya ketegangan menunggu pecahnya perang
(invasi) AS ke Irak, adalah salah satu contohnya.
Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan
paparan kisah berita yang berujung pada klimaks
kemisterian. Kisah berita yang menyampaikan fakta-
fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta
dituntut masyarakat. Penantian masyarakat pada pelaku
“Bom Bali” tetap mengandung kejelasan fakta. Namun,
ketegangan masyarakat tetap terjadi selama kasus
tersebut dilaporkan media, khususnya kepada rincian
fakta kejadiannya beserta wacana politik yang
membayanginya.
Progress Elemen ini merupakan elemen “perkembangan”
peristiwa yang ditunggu masyarakat. Kesudahan invasi
militer AS ke Irak, misalnya, tetap ditunggu
masyarakat. Bagaimana masyarakat Irak seusai perang
tersebut membangun pemerintahannya adalah elemen
berita yang ditunggu masyarakat. Bagaimana upaya
negara-negara yang terkena wabah SARS,
pemberitaannya masih diminati masyarakat.
3. Kategori Berita
Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Kenapa sebuah
peristiwa dapat dibilang sebagai berita sementara peristiwa yang lain tidak, ini
46
dianggap berita mana yang tidak, mana yang penting dan yang tidak penting.
Selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang
disebut
kategori berita.66 Ada beberapa kategori pemberitaan, yaitu hard news,
Tabel 7
Kategori Berita68
Hard News Kisah berita ini merupakan desain utama dari sebuah
pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang
langsung terkait dengan kehidupan pembaca,
pendengar, atau pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya
adalah hal-hal yang dianggap penting, dan karena itu
segera dilaporkan oleh koran, radio, atau televisi dari
semenjak peristiwanya terjadi. Pada koran, beritanya
diletakkan di halaman depan. Pada televisi dan radio,
beritanya disiarkan di jam-jam prime time. Pada situs-
situs berita internet, laporan langsung di-up load, pada
up dating informasi yang mesti segera diketahui
masyarakat.
Feature News Berita feature ialah kisah peristiwa atau situasi yang
menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji
(pencitraan). Peristiwanya bisa jadi bukan termasuk
yang teramat penting harus diketahui masyarakat,
bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi
beberapa waktu lalu. Kisahnya memang didesain untuk
menghibur. Namun, tetap terkait dengan hal-hal yang
menjadi perhatian, atau mengandung informasi, bagi
khalayak berita. Subjek beritanya mungkin hanya
mengisahkan kegemaran orang-orang, tempat-tempat di
kota yang telah dilupakan padahal masih menyimpan
nilai sejarah atau kultur, atau kehidupan seorang sukses
yang layak diteladani, dan bisa juga orang-orang kelas
bawah yang bertahan di sudut-sudut kota yang kumuh.
Sports News Berita-berita olahraga bisa masuk ke kategori hard
66
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (LKis: Yogyakarta,
2005), h. 126.
67
Septian, Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
h. 20.
68
Septian, Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 20-22.
47
news atau feature. Selain dari, hasil-hasil pertandingan
atau perlombaan atau rangkaian kompetisi musiman,
pemberitaan juga meliputi berbagai bidang lain yang
terkait sports, seperti tokoh-tokoh olahragawan,
kehidupan para pemain olahraga yang hendak
bertanding, kesiapan-kesiapan kelompok olahraga di
dalam masa pelatihan, sampai para penggemar olahraga
tertentu yang fanatik.
Social News Kisah-kisah kehidupan sosial, seperti sport, bisa masuk
ke dalam pemberitaan hard atau feature news.
Umumnya, meliputi pemberitaan yang terkait dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari, dari soal-soal
keluarga sampai ke soal perkawinan anak-anak.
Interpretive Di kisah berita interpretive ini, wartawan berupaya
untuk memberi kedalaman analisis, dan melakukan
survei terhadap berbagai hal yang terkait dengan
peristiwa yang hendak dilaporkan.
Science Dalam kisah berita ini, para wartawan berupaya untuk
menjelaskan, dalam bahasa berita, ikhwal kemajuan
perkembangan keilmuan dan teknologi.
Consumer Para penulis a consumer story ialah para pembantu
khalayak yang hendak membeli barang-barang
kebutuhan sehari-hari, baik yang bersifat kebutuhan
primer dan sekunder, seperti peralatan rumah tangga
sampai aksesoris pakaian.
Financial Para penulis financial news memfokus perhatiannya
pada bidang-bidang bisnis, komersial, atau investasi.
Para penulisnya umumnya mempunyai referensi
akademis atau kepakaran terhadap subjek-subjek yang
dibahasnya.
Sedangkan jenis berita diketahui terdapat lima jenis, yaitu Straight News,
Deep News, Investigation News, Interpretative News, dan Opinion News. Berikut
48
Tabel 8
Jenis-jenis Berita69
Straight News Berita yang langsung pada sasaran secara singkat dan
lugas. Diberitakan dengan tanpa mencampurbaurkan
opini penulis, disiarkan secara cepat biasanya menjadi
berita utama.
Deep News Berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman
hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
Investigation News Berita yang dihasilkan lewat sebuah proses
penyelidikan atau investigasi yang biasanya diangkat
dari kasus penting yang diketahui oleh masyarakat luas.
Serta berdasarkan penelitian dari berbagai sumber.
Interpretative News Berita yang dikembangkan dari pendapat wartawan
berdasarkan fakta yang ditemukan.
Opinion News Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat
pakar cendekiawan mengenai suatu hal.
sebagai peristiwa pelukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya dilakukan
yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap
kesehatan dan kesejahteraan anak.70 Adapun kekerasan itu sendiri dapat diartikan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang
69
Asep Syamsul Ramli, Jurnalistik Untuk Pemula (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999), h. 23.
70
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003),
cet. 1, h. 28.
71
Maria Advianti, “Lindungi Anak Indonesia dari Kekerasan Seksual,” artikel diakses
pada 5 Juni 2014 dari http://www.kpai.go.id/artikel/lindungi-anak-indonesia-dari-kekerasan-
seksual/
49
Kekerasan terhadap anak dalam dunia pendidikan bisa berbentuk
kekerasan
ekonomi.72 Kekerasan fisik merupakan tindakan yang mudah dikenali,
dengan fisik.
Kekerasan psikis ini tidak mudah untuk dikenali, karena kekerasan jenis
ini hanya berpengaruh atau berdampak pada situasi perasaan tidak aman dan
kekerasan seksual, segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau
ekonomi, kekerasan jenis ini sering terjadi di lingkungan keluarga. Pada anak-
anak, kekerasan jenis ini sering terjadi ketika orang tua memaksa anak yang masih
kekerasan seksual terhadap anak telah banyak mendapatkan perhatian publik dan
telah menjadi salah satu profil kejahatan yang paling tinggi. Hampir setiap mass
maupun kekerasan seksual dan yang banyak menjadi korban adalah anak-anak.
72
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003),
cet. 1, h. 29-30.
73
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 30.
50
Segala perilaku yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual terhadap anak-
tinggal
anak juga termasuk dalam kekerasan atau pelanggaran terhadap hak anak.
Pada kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum guru terhadap
muridnya merupakan tindakan yang merusak moral. Tindakan seperti ini tidak
tugas pendidik juga memberikan contoh teladan yang baik dan menjadi sosok
pelindung bagi muridnya. Dalam Islam pun dijelaskan bahwa sikap seorang guru
atau pendidik itu diantaranya murah hati, penyayang dan lemah lembut.74
penyayang dan lemah lembut, santun dna berakhlak mulia kepada anak didiknya
Kahf/18: 66 berikut:
74
Syamsul, “Dalil al-Qur‟an Tentang Pendidikan,” artikel diakses pada 16 Agustus 2014
dari http://syamsul14.wordpress.com/2012/11/29/dalil-al-quran-tentang-pendidikan/
51
“Musa berkata kepada Khidir “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu.”
Dari ayat ini dapat diambil beberapa pokok pemikiran yang kaitannya
didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai
fasilitator, tutor, pendamping dan lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak
tentang perlindungan anak, Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang
Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat,
martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi
anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hak-Hak
Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan
bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas
perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan
kebebasan.75
75
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, h. 1.
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
Harian umum Republika yang terbit pada tahun 1993 merupakan koran
melalui Yayasan Abdi Bangsa yang dipimpin oleh mantan Menristek BJ Habibie.
Nama Republika berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikan saat
peluncuran harian umum tersebut. Pada awalnya, harian ini akan diberi nama
Republik.
Desember 1992, melalui dukungan ICMI. Perolehan SIUPP Republika ini sangat
mudah bila dibandingkan dengan media lain karena lima tahun terakhir menjelang
harian umum. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Menteri Penerangan Harmoko
bahwa SIUPP baru untuk harian umum tidak akan dikeluarkan karena
53
Motto yang dicanangkan Republika adalah “Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa.”76 Maksud dari motto tersebut adalah untuk mewujudkan media massa
yang mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Tujuan Republika searah
dengan tujuan ICMI yang berdiri pada tanggal 7 Desember 1990, yaitu
yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Karya, Kualitas Kerja, dan Kualitas
Pilar (Republika, 1994: 1). Kehadiran harian ini membawa konsep baru dalam
oleh para jurnalis yang handal dan intelektual muslim modernis yang ingin
untuk menyalurkan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia yang belum terwakili
pernah menjadi mesin politik BJ. Habibie, sebagai sponsor lainnya Republika.
Republika tetap eksis sampai saat ini. Kini, oplah Republika mencapai 120.000
eksemplar.
76
Data Resmi Harian Republika yang diberikan pada tanggal 7 April 2014.
54
Sejak mulai terbit pada tanggal 4 Januari 1993, oplah penjualan Republika
terus meningkat. Sepuluh hari sejak terbit, oplah Republika sudah mencapai
100.000
eksemplar. Padahal rencana awal terbit hanya diperkirakan sekitar 40.000
eksemplar per hari pada semester pertama tahun 1993, berarti oplah Republika
meningkat 2,5 kali lipat dari rencana awal. Pada semester kedua, oplah Republika
naik menjadi 130.000 eksemplar dan memasuki tahun kedua sudah meningkat
Melihat proposisi sebaran wilayah DKI Jakarta menempati urutan pertama, yaitu
50,31%, kemudian sebesar Jawa Barat 17,30%, Jawa Tengah 6,90%, Jawa Timur
4,36%, sisanya tersebar di daerah-daerah lain.78 Dari data ini menunjukkan bahwa
Indonesia.
Grafika Pers.
77
Data Resmi Harian Republika yang diberikan pada tanggal 7 April 2014.
78
Data Resmi Harian Republika yang diberikan pada tanggal 7 April 2014.
55
Sebagai upaya pemenuhan tuntutan khalayak, Republika telah melakukan
desain
penampilan koran, dan meningkatkan porsi berita maupun artikel yang
pembaca yang semakin lama semakin meningkat, baik dalam hal gaya hidup
bentuk grafis yang informatif (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi
cetakan warna. Hal inilah yang membuat Republika pernah menyandang predikat
sebagai juara I dalam tata wajah terbaik media cetak nasional pada tahun pertama
penerbitannya.
untuk menjadi filosofis. Topik yang memperoleh perhatian lebih adalah topik-
topik yang dekat dengan dan berdampak langsung terhadap pembaca. Republika
kabar yang “semi magazine” artinya akan banyak berita yang ditulis dengan gaya
56
Resonansi, Hikmah, Solilokui, Wacana, Tajuk, Tekad, Rekor, Manajer, Trend,
B. Visi dan Misi Harian Republika
5) Berwawasan kebangsaan
1) Politik
a) Mengembangkan demokrasi
2) Ekonomi
pengaruh globalisasi
c) Mempromosikan profesionalisme
79
Data Resmi Harian Republika yang diberikan pada tanggal 7 April 2014.
57
3) Agama
a) Mensyiarkan Islam
ilmu
4) Budaya
kemanusiaan
mana menjelaskan secara rinci mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang
kerja sama antara masing-masing jabatan dapat terjalin secara harmonis dan
58
Tabel 9
Struktur Redaksi Harian Republika80
59
Staf Redaksi
Susilawati, Djoko Suceno, Dwi Murdaningsih, Dyah Ratna Meta Novia, Edi
Setyoko, Eko Widiyanto, Erdy Nasrul, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani,
Fernan Rahadi, Fitria Andayani, Friska Yolandha, Ichsan Emrald Alamsyah,
Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Mansyur Faqih,
Meiliana Fauziah, Mohammad Akbar, Muhammad Akbar Wijaya, Muhammad
Fakhruddin, Mutia Ramadhani, M Hafil, Neni Ridarineni, Nur Aini, Qomarria
Rostanti, Rosita Budi Suryaningsih, Rusdy Nurdiansyah, Satya Festiani,
Setyanavidita Livikacansera, Yoebal Ganesha Rasyid, Yulianingsih, Tahta
Aidilla, Aditya Pradana Putra, Agung Supriyanto, Wihdan Hidayat, Bambang
Noroyono, Gita Amanda Jatnikawati, Adi Wicaksono, Angga Indrawan, M Iqbal,
Satria Kartika Yudha, Ira Sasmita, Rizky Jaramaya, AldianWahyu Ramadhan,
Gilang Akbar Prambadi, Alicia Saqina, Rr Laeny Sulistyawati, Nora Azizah,
Aghia Khusmaesi, M irwan Ariefyanto, Ikhwanul Kiram Manshuri, Maspril Aries
(Palembang), Ahmad Barass (Bali).
Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510.
Tlp. 0217803747 (Hunting), 02179184744 (Iklan).
Fax. 0217800649, 7983623 (Redaksi), 0217981169 (Iklan)
02179198441 (Sirkulasi dan Berlangganan).
Email Redaksi Republika: sekretariat@republika.co.id.
nama baik dunia pendidikan. Tak hanya menodai nama baik dunia pendidikan, ini
juga menodai nama baik guru yang merupakan pendidik serta contoh bagi murid-
muridnya. Hal Ini terjadi karena dilakukan oleh pendidik yang tidak bertanggang
jawab.
mengenai kasus kekerasan seksual yang dialami peserta didik di sekolah. Deretan
60
ironi yang akhir-akhir ini kerap melanda dunia pendidikan dan harus disikapi
kepercayaan
publik terhadap pendidik dan lembaga atau instansi pendidikan.
kasus kekerasan seksual yang terjadi di instansi pendidikan, terlihat bahwa kasus
ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Yang dikutip dari data Komnas
kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pejabat publik dan
mengancam anak usia remaja, tapi anak-anak pada umumnya, terdapat 2.509
seksual.81
Anak Daerah (KPPAD) Kepulauan Riau. Menurut laporan KPPAD, belasan siswa
kelas VIII dan IX di SMP 28 Kota Batam mengadukan pelecehan seksual oleh
81
“Sebagian Besar Kekerasan Anak Terjadi dalam Bentuk Kekerasan Seksual,”
Republika, 24 April 2013, h. 1.
61
kepala sekolah di SMP tersebut dengan korban mencapai 15 orang. Dari hasil
Setelah maraknya kasus kekerasan seksual pada anak di tahun 2013,
ternyata kasus kekerasan seksual dan pencabulan kembali terjadi di tahun 2014.
School (JIS). Selain kasus JIS, ternyata kasus kekerasan seksual pada anak juga
terjadi di sekolah elite Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Saint Monica, Jakarta.
Dan yang tak kalah menghebohkan dari kasus kekerasan seksual terhadap anak,
yaitu kasus emon yang melakukan pencabulan terhadap lebih dari ratusan anak di
kekerasan seksual itu terjadi tidak hanya pada anak perempuan saja, melainkan
anak laki-laki pun bisa menjadi korban kekerasan seksual seperti yang dijelaskan
kasus-kasus diatas.
Komnas Anak, Samsul Ridwan, mengatakan peningkatan itu terjadi hampir setiap
tahunnya. Komnas Anak mencatat, sebanyak 342 kasus kekerasan pada anak
terjadi di Jakarta pada Januari-April 2014. Sebanyak 52 persen atau sekitar 175
kasus merupakan kejahatan seksual. Sedangkan sepanjang 2013 tercatat ada 666
82
“Pelecehan di Sekolah Mengkhawatirkan,” Republika, 17 April 2013, h. 3.
62
kasus kekerasan anak terjadi di Jakarta, dengan 68 persennya merupakan
kekerasan seksual.83
Data tersebut merupakan fakta bahwa sekolah menjadi tempat yang cukup
rawan bagi anak-anak. Dari 175 kasus tersebut, kekerasan seksual 40 persennya
dari total kejadian. Jika persentase dijumlah, maka 70 persen kekerasan seksual
Dari data yang diterima Komnas PA hingga April 2014 lalu tidak terjadi
seluruhnya tahun ini. Menurutnya, kekerasan seksual itu juga ada yang terjadi
pada tahun sebelumnya, namun baru dilaporkan saat ini. Jadi laporannya baru
83
Dimas Siregar, “Komnas Anak: Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat,” artikel
ini diakses pada 26 Mei 2014 dari
http://www.tempo.com/read/news/2014/05/11/064576850/Komnas-Anak-Kekerasan-Seksual-
Terhadap-Anak-Meningkat
84
Siregar, “Komnas Anak: Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat.”
63
BAB IV
murid terjadi, banyak media massa yang menulis atau menyajikan beritanya.
Kasus ini, mendapat perhatian lebih dikarenakan kasus ini terjadi di lembaga
pendidikan. Kasus kekerasan seksual ini dianggap penting dan menarik karena
melibatkan oknum guru yang menjadi pelaku dalam kasus kekerasan seksual ini.
Hal ini tentu sangat mencoreng dunia pendidikan, terutama citra seorang guru.
pusat perhatian banyak media, termasuk Harian Republika. Perilaku oknum guru
dilakukan oleh oknum guru. Kasus ini dianggap sebagai kasus yang menarik
media cetak maupun di media online. Setiap media massa mempunyai cara yang
berbeda dalam memberitakan kasus ini. Hal ini tergantung dari sudut pandang
64
Dari sekian banyak media massa yang memberitakan kasus kekerasan
seksual yang dilakukan oleh oknum guru kepada muridnya antara lain adalah
internal dan eksternal sehingga pada akhirnya sumber berita dan arah
pemberitaannya pun akan ditentukan berbeda oleh setiap media massa tak
terkecuali Harian Republika. Oleh karena itu penulis ingin melihat kecenderungan
memiliki kecenderungan untuk kasus ini, apalagi kasus ini menyangkut moral dan
di dunia pendidikan.
pendidikan pada edisi 17-23 April 2013 dalam jangka waktu seminggu sebanyak
enam berita. Berikut ini adalah berita mengenai kasus kekerasan seksual di dunia
65
Tabel 10
Berita Terkait Kasus Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan Pada
Harian Republika Periode April 2013
No Edisi Judul Hal Rubrik
1. 17 April 2013 Pelecehan di Sekolah Mengkhawatirkan 3 Nasional
Pelecehan Seksual kepada Anak
2. 19 April 2013 1 Headline
Meresahkan
3. 22 April 2013 Pencabulan Nodai Pendidikan 1 Headline
4. 22 April 2013 Pencabul Berlindung Dibalik Profesi Pro-
10
Kontra
5. 22 April 2013 Kekerasan Anak Akibat Aturan Lemah 11 Publik
6. 23 April 2013 Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan 1 Headline
Pendidikan
Dalam penelitian ini, berita yang penulis teliti adalah delapan berita yang
adalah berita pada tanggal 17 April 2013 yang berjudul “Pelecehan di Sekolah
Anak Meresahkan (1)”, “Pro-Kontra Pencabulan Anak (2)”, tanggal 22 April 2013
“Kekerasan Anak Akibat Aturan Lemah (4)”, tanggal 23 April 2013 berjudul
“Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan”. Paparan singkat dari berta tersebut adalah
sebagai berikut.
66
Tabel 11
Paparan Singkat Pemberitaan Kasus Kekerasan Seksual di Dunia
Pendidikan pada Harian Republika
No. Judul Berita Isi Berita Narasumber Berita
1. Pelecehan di Sejumlah kasus Muhammad Ihsan
Sekolah pelecehan seksual yang (Ketua Divisi
Mengkhawatirkan dialami anak-anak di Pengawasan Komisi
instansi sekolah Perlindungan Anak
Indonesia)
kembali mengemuka.
Dedi Gumelar
Salah satu kasus (Anggota Komisi X
pelecehan seksual yang DPR)
tengah jadi sorotan Putu Elvina Gani
terjadi di Pulau Batam, (Ketua Komisi
Kepulauan Riau. Pengawasan dan
Perlindungan Anak
Daerah Kepulauan
Riau)
Ery Sahrial
(Komisioner KPPAD
Kepri)
Rudi (Wakil Wali
Kota Batam)
Herlin Amran
(Anggota Komisi X
DPR dari Fraksi PKS)
2. Pelecehan Seksual Kasus kekerasan atau Dimas Ariyanto
kepada Anak pelecehan seksual (Lembaga
Meresahkan terhadap anak-anak Perlindungan Anak
semakin meresahkan. Indonesia Yogyakarta)
Arist Merdeka Sirait
Sejumlah kasus bahkan
(Ketua Komisi
terjadi di lingkungan Nasional Perlindungan
terdekat yang Anak)
seharusnya memberi Munif Chatib (Praktisi
keamanan bagi anak- Pendidikan)
anak, yaitu rumah dan Bambang Mulyadi
sekolah. (Direktur
Kesejahteraan Sosial
Anak Kementerian
Sosial)
67
No. Judul Berita Isi Berita Narasumber Berita
Sumarna Surapranata
(Direktur Pembinaan
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Dikdas
Kemdikbud)
3. Pencabulan Nodai Sejumlah oknum guru Mohammad Nuh
Pendidikan menjadi pelaku (Menteri Pendidikan
pelecehan seksual dan Kebudayaan)
kepada siswanya. Ahmad Chusaini
(Pakar Psikologi
pembenahan moral dan
Sosial UIN Sunan
sanksi tegas sangat Kalijaga, Yogyakarta)
penting dalam menekan Darmaningtyas
aksi memalukan oknum (Pengamat
guru ini. Pendidikan)
4. Pencabul Pencabulan guru Devi Fitriyana
Berlindung Dibalik terhadap siswa sekolah (Aktivis Komite Aksi
Profesi menunjukkan tak ada Perempuan)
lagi sosok pelindung Nurjannah
(Koordinator Forum
bagi siswa. Siswa tak
Peduli Anak Aceh)
lagi memiliki tempat
aman untuk
menghindari praktik
pencabulan.
5. Kekerasan Anak Peningkatan kasus Ninik A Sabatini
Akibat Aturan kekerasan terhadap (Ketua Bidang
Lemah perempuan dan anak Pemberdayaan
membutuhkan Perempuan dan
Perlindungan Anak
perubahan aturan. Dan
Kesatuan Perempuan
nilai aturan tentang Komite Nasional
kekerasan anak harus Pemuda Indonesia)
dioptimalkan. Devi Fitriyana
(Aktivis komite Aksi
Perempuan)
Andy Yentriyani
(Ketua Subkomisi
Partisipasi Masyarakat
Komnas Perempuan)
68
No. Judul Berita Isi Berita Narasumber Berita
6. Pembinaan Guru Pembinaan guru yang Sulistyo (Ketua
Perlu Ditingkatkan lemah menjadi salah Umum Persatuan Guru
satu faktor terjadinya Republik Indonesia)
pelecehan oknum guru
terhadap siswanya. ini
merupakan dampak dari
pendidikan di Indonesia
yang salah urus.
terhadap anak di sekolah telah menjadi trend dan terus meningkat. Menurut data
yang dihimpun KPAI, pada tahun 2011 ada sekitar 252 kasus kekerasan seksual
dan pencabulan terhadap anak. Jumlah ini meningkat menjadi 459 pada tahun
2012. Sementara untuk data dua bulan pertama pada tahun 2013, tercatat sekitar
75 kasus terjadi. Sebagian besar kasus pelecehan dan pencabulan terhadap anak-
Kasus ini melibatkan oknum guru sekolah tersebut. Pada 26 Februari 2013, kasus
69
pelecehan sekksual terjadi di SDN Tasik Serai, Mandau Duri, Riau. Yang
kasus pelecehan seksual terjadi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Garut, Jawa Barat.
Yang melibatkan oknum guru sekolah tersebut. Dan pada 16 April 2013, kasus
kesalahan terjadi pada sistem pendidikan yang kerap kali mengabaikan moral
Tabel 12
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define Problems Pada tahun 2012 kasus pelecehan
seksual anak di sekolah meningkat
(Pendefinisian Masalah)
menjadi 459 kasus
Diagnoses Causes Sistem pendidikan dan kurikulum
pendidikan yang salah terkait kapasitas
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
moral calon pejabat
Make Moral Judgement Kurikulum pendidikan dan sistem
pendidikan lebih mengutamakan
70
(Membuat Keputusan Moral) intelegensia dibandingkan pendidikan
moral, dan kerap kali mengabaikan
moral calon pendidik, serta proses
perekrutan guru yang salah
Treatment Recommendation Dibutuhkannya pembenahan bagi
sistem dan kurikulum pendidikan. Dan
(Menekankan Penyelesaian)
menegaskan hukuman bagi pelaku
kasus kekerasan seksual dan kasus pencabulan yang dari tahun ke tahun terus
berikut:
sebagian besar terjadi di lingkungan sekolah. Pada bagian lain, Republika juga
1
Irfan Fitrat, “Pelecehan di Sekolah Mengkhawatirkan,” Republika, 17 April 2013, h. 3.
71
Dari sini terlihat bahwa Republika melihat kasus kekerasan seksual ini
keterangan dari Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS, Herlini Amran.
kesalahan terjadi pada sistem pendidikan, “ ungkap Herlini. Menurut dia, jabatan
penilaian akademis.
2
Irfan Fitrat, “Pelecehan di Sekolah Mengkhawatirkan,” Republika, 17 April 2013, h. 3.
72
Make Moral Judgement. Republika menilai bahwa kasus kekerasan
perekrutan guru yang harus dibenahi terkait maraknya kasus pelecehan seksual di
sekolah. “Bisa jadi ada yang salah dalam prosesnya,” ungkap Dedi Gumelar,
Menurut Dedi, bisa saja guru itu memiliki nilai akademis yang baik. Akan
tetapi, belum tentu secara psikologis siap. Karena itu, metode psikotes harus
diterapkan dalam proses perekrutan guru. Sehingga, orang yang terpilih untuk
bahwa dinas pendidikan harus lebih membenahi lagi sistem dan kurikulum
Jika dilihat dari segi hukum, pelaku oknum guru yang telah menjadi
tersangka harus dihukum berat. Herlini mengatakan, selain hukum pidana dijalani,
73
2. Frame Harian Republika Edisi 19 April 2013
Penempatan
: Halaman 1 (Headline)
(Komnas PA) Arist Merdeka Sirait, kekerasan seksual tidak hanya mengancam
anak usia remaja, tapi anak-anak pada umumnya. Bahkan, kekerasan seksual
Berdasarkan data Komnas PA, pada 2012, ada 2.637 kekerasan terhadap
anak, yang 62 persennya merupakan kekerasan seksual. Pada tahun 2013 saja, ada
87 kasus dari total 127 pengaduan. Maraknya kasus kekerasan seksual yang
terjadi di sekolah membuat citra sekolah menjadi buruk. Bahkan sekolah sudah
lokusnya berada di institusi pendidikan. Menurut Arist, melihat kondisi saat ini
peran Komite Sekolah perlu ditingkatkan. Selain itu, menurut praktisi pendidikan
pembekalan bagi guru yang akan mengajar. Sebab, proses seleksi calon guru
74
Tabel 13
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define
Problems Tahun 2012 kasus kekerasan seksual
terhadap anak meningkat 62%
(Pendefinisian Masalah)
Diagnoses Causes Sistem pendidikan yang salah terkait
sistem perekrutan calon pendidik
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
Make Moral Judgement Proses seleksi calon guru lebih
mengedepankan kecerdasan otak
(Membuat Keputusan Moral)
dibandingkan akhlak
Treatment Recommendation Pemerintah harus memperbaiki proses
rekrutmen dan pembekalan bagi guru
(Menekankan Penyelesaian)
semakin meningkat. Ini dibuktikan oleh frame Republika terkait kasus kekerasan
sekolah. Hal tersebut disajikan oleh Republika di paragraf satu sebagai berikut:
memberikan rasa aman dan nyaman kini sudah berubah. Baik di rumah maupun di
sekolah rasa aman itu sudah tidak ada. “Lingkungan di rumah dan sekolah sudah
3
Neni Ridarineni dan Irfan Fitrat, “Pelecehan Seksual kepada Anak Meresahkan,”
Republika, 19 April 2013, h. 1.
75
menjadi tempat yang tidak aman bagi anak-anak,” ungkap Arist. Karena sebagian
Pada bagian lain, yang meresahkan adalah kasus kekerasan seksual
terhadap anak mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Hal tersebut disajikan
kekerasan seksual yang dilakukan oknum guru karena sistem pendidikan yang
seksual di institusi pendidikan, yaitu sekolah, yang dilakukan oleh oknum guru
merupakan bukti bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih ada kesalahan dan
perlu dibenahi. Seperti halnya sistem perekrutan guru yang harus dibenahi terkait
4
Neni Ridarineni dan Irfan Fitrat, “Pelecehan Seksual kepada Anak Meresahkan,”
Republika, 19 April 2013, h. 1.
5
Neni Ridarineni dan Irfan Fitrat, “Pelecehan Seksual kepada Anak Meresahkan,”
Republika, 19 April 2013, h. 1.
76
maraknya kasus kekerasan seksual di sekolah. Pemerintah pun harus memperbaiki
rekrutmen hingga pembekalan bagi guru yang akan mengajar di sekolah. “Proses
seleksi
calon guru selama ini terlalu mengedepankan kecerdasan otak
pendidikan saat ini, terutama perekrutan calon guru. Sehingga guru yang terpilih
Apabila ada oknum guru yang memang terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap muridnya, maka harus diberikan sanksi yang tegas. “Kalau terbukti
Gelar guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa kian luntur. Sejumlah
moral dan sanksi tegas sangat penting dalam menekan aksi memalukan oknum
guru ini.
77
pada tahun 2012, terdapat 2.637 laporan, 62 persen di antaranya adalah kekerasan
seksual.
Melihat maraknya kasus kekerasan seksual di institusi pendidikan yang
dilakukan oleh oknum guru merupakan hal yang sangat memalukan. Dan
Tabel 14
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define Problems Dari kasus kekerasan anak, 62%
diantaranya kekerasan seksual
(Pendefinisian Masalah)
Diagnoses Causes Oknum guru adalah aktor penyebab.
Karena guru adalah pihak yang lebih
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
berkuasa dibandingkan muridnya
Make Moral Judgement Perilaku bejat oknum guru merupakan
gambaran kemunduran moral dunia
(Membuat Keputusan Moral)
pendidikan
Treatment Recommendation Pembenahan moral dan sanksi tegas
bagi oknum guru
(Menekankan Penyelesaian)
adalah mengenai kasus kekerasan anak yang terjadi dalam bentuk kekerasan
78
“Sebagian besar kekerasan anak juga terjadi dalam bentuk kekerasan
seksual. Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, terdapat
2.509 laporan pada 2011, 59 persen di antaranya adalah kekerasan seksual.
Sementara pada 2012, terdapat 2.637 laporan, 62 persen di antaranya adalah
kekerasan
seksual”.6
peningkatan.
yang menjadi penyebab masalah adalah oknum guru. Karena maraknya kasus
Oknum guru inilah yang menjadi pelaku tindak kekerasan seksual. Hal tersebut
“Gelar guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa kian luntur. Sejumlah
oknum guru menjadi pelaku pelecehan seksual kepada siswanya”.7
Pada tahun 2013 juga kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum
pendidik sangat menonjol. Seperti dalam kutipan berita Republika di paragraf dua
sebagai berikut:
6
Ani Nursalikah, “Pencabulan Nodai Pendidikan,” Republika, 22 April 2013, h. 1.
7
Ani Nursalikah, “Pencabulan Nodai Pendidikan,” Republika, 22 April 2013, h. 1.
8
Ani Nursalikah, “Pencabulan Nodai Pendidikan,” Republika, 22 April 2013, h. 1.
79
Dari sini terlihat bahwa pelaku tindak kekerasan seksual di instansi
Make Moral Judgement. Republika menilai bahwa kasus kekerasan
seksual di institusi pendidikan yang dilakukan oleh oknum guru merupakan bukti
bahwa moral para pendidik di Indonesia sudah rusak. Guru sebagai pendidik dan
Republika melihat ada kasus kekerasan yang menjelaskan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh oknum guru ini dengan memberikan imbalan berupa nilai. Hal
bahwa pada kasus kekerasan seksual yang terjadi di institusi pendidikan bahwa
harus ada pembenahan moral dan sanksi tegas bagi oknum guru yang melakukan
tindak kekerasan seksual tersebut. Karena kasus ini akan membuat gelar guru
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa kian luntur. Hal tersebut dijelaskan oleh Harian
9
Ani Nursalikah, “Pencabulan Nodai Pendidikan,” Republika, 22 April 2013, h. 1.
80
“Sejumlah oknum guru menjadi pelaku pelecehan seksual kepada
siswanya. Pembenahan moral dan sanksi tegas sangat penting dalam menekan
aksi memalukan oknum guru ini”.10
4. Frame
Harian Republika Edisi 22 April 2013
Pencabulan guru terhadap siswa sekolah menunjukkan tidak ada lagi sosok
pelindung bagi siswa. Siswa tidak lagi memiliki tempat aman untuk menghindari
praktik pencabulan. Rumah dan sekolah yang selama ini dianggap tempat paling
pencabulan terhadap anak ini berlindung dibalik profesi dan statusnya masing-
pun tak berdaya untuk menolak atau memberontak. Pelaku kejahatan seksual
Perempuan saat ini menjadi tidak memiliki tempat atau ruang yang aman
dan bebas dari tindakan seksual. Devi menegaskan, ruang public telah menjadi
arena tindak kekerasan seksual. “Angkutan umum, pasar, sekolah marak terjadi
mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai orang terdekatnya serta gerak-
10
Ani Nursalikah, “Pencabulan Nodai Pendidikan,” Republika, 22 April 2013, h. 1.
81
gerik anaknya. Sebab, kebanyakan pelaku adalah orang terdekat,” kata Nurjanah,
Tabel 15
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define Problems Tak ada sosok pelindung bagi siswa
ketika berada di sekolah
(Pendefinisian Masalah)
Diagnoses Causes Pelaku pencabulan merupakan orang
terdekat
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
Make Moral Judgement Siswa tidak memiliki tempat atau ruang
yang aman dari tindakan seksual
(Membuat Keputusan Moral)
Treatment Recommendation Menegakan hukum pada setiap tindak
kekerasan dan pelecehan terhadap anak
(Menekankan Penyelesaian)
kekerasan seksual yang terjadi di institusi pendidikan yang dilakukan oleh oknum
guru mengakibatkan tidak adanya sosok pelindung bagi siswa ketika mereka
bahwa kasus kekerasan seksual yang terjadi di sekolah mengakibatkan tidak ada
lagi sosok pelindung bagi siswa ketika berada di sekolah. Dan sekolah yang
menjadi rumah kedua bagi siswa kini tidak lagi aman, tak hanya sekolah, rumah
pun tak luput dari tindak kekerasan seksual terhadap anak. Hal tersebut disajikan
82
“Pencabulan guru terhadap siswa sekolah menunjukkan tak ada lagi
sosok pelindung bagi siswa. Siswa tak lagi memiliki tempat aman untuk
menghindari praktik pencabulan. Rumah dan sekolah yang selama dianggap
tempat paling aman juga kerap menjadi sumber tindakan pencabulan”.11
Diagnoses Causes. Dalam berita ini Republika mengungkapkan bahwa
kekerasan seksual dapat muncul dalam bentuk apa pun. Hal tersebut disajikan
Karena pelaku kejahatan seksual bisa muncul dalam bentuk apa pun dan
pelakunya pun bisa siapa pun. Dan tak dapat dipungkiri bahwa para pelaku
kekerasan seksual terhadap anak ini bisa berlindung di balik profesinya, sehingga
bisa melakukan tindak kekerasan seksual dengan leluasa. Karena dinilai orang
yang berkuasa.
seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat merupakan bukti bahwa tidak
adanya tempat yang aman untuk menghindari tindak kekerasan seksual, rumah,
11
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
12
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
13
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
83
sekolah maupun tempat-tempat publik pun tak luput dari praktek pencabulan.
Anak-anak terutama perempuan saat ini menjadi tidak memiliki tempat atau ruang
yang aman dan bebas dari tindakan seksual. Devi menegaskan, ruang publik telah
bahwa kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak harus ditegakkan.
Selain itu, menurut Aktivis Forum Peduli Anak Aceh (FPPA) Nurjannah
mengawasi dan mendukung upaya penegakan hukum setiap tindak kekerasan dan
pelecehan anak.
14
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
15
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
16
M. Ihsan Shiddieqy, “Pencabul Berlindung di Balik Profesi,” Republika, 22 April 2013,
h. 10.
84
5. Frame Harian Republika Edisi 22 April 2013
Penempatan
: Halaman 11 (Rubrik Publik)
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tindak pidana kejahatan terhadap
perlu ditambahkan pasal-pasal khusus yang mengatur hak perempuan dan anak
korban tindak pidana kejahatan dalam membuat laporan polisi. selama ini korban
harus terpaksa pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan, padahal kondisi
baik pemerkosaan maupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai aib
Tabel 16
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define Problems Peningkatan kasus kekerasan terhadap
anak membutuhkan perubahan aturan
(Pendefinisian Masalah)
85
Diagnoses Causes Lemahnya aturan yang mengatur hak
dan tindak pidana kejahatan terhadap
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
perempuan dan anak
Make
Moral Judgement Nilai aturan tentang kekerasan anak
harus dioptimalkan
(Membuat Keputusan Moral)
Treatment Recommendation Hukuman bagi pelaku tidak hanya
penjara, tetapi juga ditambah dengan
(Menekankan Penyelesaian)
denda
undang dalam aspek sosial sebagai penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual
hukum pidana (KUHP) dan undang-undang hukum acara pidana (KUHAP) yang
mengatur tentang tindak pidana dan hak terkait kekerasan seksual terhadap anak.
undang yang mengatur tentang hak dan tindak pidana terkait kasus kekerasan
seksual harus dioptimalkan. Dalam kasus ini Republika melihat bahwa peran
86
pemerintah sangat diperlukan terkait lemahnya aturan undang-undang mengenai
Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) terkait hukuman bagi pelaku tindak
Selain pada KUHP, Republika juga menilai bahwa pada Kitab Undang-
yang mengatur hak perempuan dan korban kejahatan dalam membuat laporan
polisi. Karena selama ini, korban harus terpaksa pergi ke kantor polisi untuk
Republika adalah bahwa hukuman bagi pelaku tindak kekerasan seksual harus
mendapatkan sanksi berupa denda, selain sanksi pidana yaitu penjara. Selain itu,
17
Rusdy Nurdiansyah, “Kekerasan Anak Akibat Aturan Lemah,” Republika, 22 April
2013, h. 11.
18
“Kekerasan Anak Akibat Aturan Lemah.” Republika, 22 April 2013.
87
mengoptimalkan aturan-aturan mengenai pelaku tindak kekerasan seksual. Serta
6. Frame Harian Republika Edisi 23 April 2013
pelecehan oknum guru terhadap siswanya. Ini merupakan dampak dari pendidikan
di Indonesia yang salah urus. Munculnya kasus pencabulan oleh oknum guru
mengatakan, ada yang salah dengan cara pemerintah mengelola pendidikan saat
ini. Hal itu terlihat dari lemahnya pembinaan kompetensi kepribadian dan sosial
guru. Kedua hal ini penting untuk membentuk guru-guru yang berkarakter.
otonomi daerah, rekrutmen guru kental dengan nuansa korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN).
Di samping itu, kode etik guru juga tidak pernah ditegakkan dengan benar.
etik tersebut. Serta dibentuknya dewan kehormatan guru di tiap-tiap kota atau
maksimal.
88
Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Dikdas
Sumarna, syarat untuk menjadi calon guru menurut UU 14 2005, yaitu lulus S1
Apabila seorang guru melakukan tindak asusila, harus ada sanksinya yang sesuai
Tabel 17
Perangkat Framing Robert N Entman
Elemen Framing Frame Harian Republika
Define Problems Pembinaan guru yang lemah menjadi
salah satu faktor terjadinya tindak
(Pendefinisian Masalah)
kekerasan seksual
Diagnoses Causes Pemerintah salah dalam mengelola
pendidikan saat ini terkait kode etik
(Memperkirakan Penyebab Masalah)
guru
Make Moral Judgement Pemerintah harus memfungsikan kode
etik guru
(Membuat Keputusan Moral)
Treatment Recommendation Melakukan pengawasan dengan pihak
internal sekolah
(Menekankan Penyelesaian)
guru yang lemah. Frame Republika mengenai kasus kekerasan seksual ini yang
89
“Ini merupakan dampak dari pendidikan di Indonesia yang salah
urus. Munculnya kasus pencabulan oleh oknum guru punya rentetan yang
panjang”.19
pemerintahlah yang salah dalam mengelola pendidikan saat ini. Ada yang salah
dengan cara pemerintah mengelola pendidikan saat ini. Hal itu terlihat dari
lemahnya pembinaan kompetensi kepribadian dan sosial guru. Kedua hal ini
penting untuk membentuk guru-guru yang berkarakter. Hal ini diungkapkan oleh
terhadap karakter guru tidak saja terjadi di tingkat pusat, tetapi merambah hingga
bahwa pemerintah belum optimal dalam mengurus sistem pendidikan saat ini.
Seperti pada sistem organisasi profesi guru dan kode etik guru yang masih
19
Ahmad Islamy Jamil dan Fenny Melisa, “Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan,”
Republika, 23 April 2013, h. 1.
20
Ahmad Islamy Jamil dan Fenny Melisa, “Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan,”
Republika, 23 April 2013, h. 1.
90
“Di samping itu, kode etik guru juga tidak pernah ditegakkan
dengan benar. Mulai tahun ini, kode etik guru harus diberlakukan secara
ketat”.21
Hal lain juga dijelaskan bahwa tidak ada jaminan seorang guru tidak akan
melakukan tindakan asusila, seperti pelecehan seksual. “Seorang yang ahli hukum
sekali pun, tidak ada jaminan mereka tidak melakukan tindakan hukum,” ujar
(PTK). Untuk menjadi calon guru harus mempunyai persyaratan yang sesuai
kompetensi profesional. “Meski memiliki keempat syarat itu, tidak ada jaminan
bahwa kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum guru terhadap anak
Seperti guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Hal ini dilakukan untuk
melindungi siswanya dari ancaman pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum
guru.
21
Ahmad Islamy Jamil dan Fenny Melisa, “Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan,”
Republika, 23 April 2013, h. 1.
22
Ahmad Islamy Jamil dan Fenny Melisa, “Pembinaan Guru Perlu Ditingkatkan,”
Republika, 23 April 2013, h. 1.
91
C. Interpretasi Kasus Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan pada
Harian Republika
Harian Republika merupakan koran nasional yang berideologi Islam.
Maka cara pandang Harian Republika ketika mencari dan menuliskan fakta pasti
akan berbeda dari media-media lain. Pada kasus kekerasan seksual yang terjadi di
both side dan berusaha memantau terus kasus tersebut. Mengenai kasus kekerasan
di dunia pendidikan pada edisi 17-24 April 2013 Republika melihat bahwa kasus
ini bukan hanya masalah moral saja. Tetapi kasus ini juga merupakan masalah
yang terjadi di instansi pendidikan itu akibat dari sistem dan kurikulum
pendidikan yang salah. Maka, di sini pemerintah pun ikut terlibat dalam kasus ini.
Selain itu, Republika memandang bahwa media pun merupakan salah satu
fakta yang ada di lapangan. Termasuk mengenai kasus kekerasan seksual yang
terjadi di dunia pendidikan. Republika melihat fakta, bahwa memang media ikut
92
andil, tidak bisa dinafikan. Dan Republika menilai bahwa pemerintah tentu saja
(televisi)
seronok, menunjukkan aksi tidak sopan, tidak mendidik, dan sebagainya.
Karena salah satu tugas media adalah sebagai sumber informasi dan pendidikan.
Jika isinya berupa tayangan atau berita yang tidak mendidik, tak ada salahnya
berusaha memaparkan fakta yang ada di lapangan terkait kasus kekerasan seksual,
tidak menutupi fakta, menuliskan berita harus sesuai atau berdasarkan fakta yang
ada.
93
ke tahun, Republika menilai itu merupakan bukti bahwa sistem pendidikan dan
badan yang mengatur sistem pendidikan maupun hukum terkait kasus kekerasan
seksual, belum optimal dalam menjalankan sistem pendidikan saat ini. Yang
berdampak pada perekrutan calon para pendidik yang tidak sesuai dengan aturan
yang ada. Sehingga tak bisa dipungkiri bahwa para pendidik menjadi oknum
Republika juga terkait pada penanganan moral para calon pendidik. Yaitu dengan
cara membenahi sistem dan kurikulum pendidikan saat ini. Sehingga, pendidik
yang terpilih untuk mengajar di lingkungan pendidikan menjadi figur yang benar-
benar berkompeten.
meningkat 62%
seksual
94
4. Tak ada sosok pelindung bagi siswa ketika berada di
sekolah
perubahan aturan
calon pendidik
95
2. Proses seleksi calon guru lebih mengedepankan kecerdasan
tindakan seksual
antara lain:
96
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka cara pandang Harian Republika ketika mencari dan menuliskan fakta pasti
akan berbeda dari media-media lain. Pada kasus kekerasan seksual yang terjadi di
both side dan berusaha memantau terus kasus tersebut. Mengenai kasus kekerasan
di dunia pendidikan pada edisi 17-24 April 2013 Republika melihat bahwa kasus
ini bukan hanya masalah moral saja. Tetapi kasus ini juga merupakan masalah
yang terjadi di instansi pendidikan itu akibat dari sistem dan kurikulum
pendidikan yang salah. Maka, di sini pemerintah pun ikut terlibat dalam kasus ini.
Selain itu, Republika memandang bahwa media pun merupakan salah satu
97
Dalam memberitakan sebuah berita Harian Republika berpegang pada
fakta yang ada di lapangan. Termasuk mengenai kasus kekerasan seksual yang
terjadi
di dunia pendidikan. Republika melihat fakta, bahwa memang media ikut
andil, tidak bisa dinafikan. Dan Republika menilai bahwa pemerintah tentu saja
(televisi) seronok, menunjukkan aksi tidak sopan, tidak mendidik, dan sebagainya.
Karena salah satu tugas media adalah sebagai sumber informasi dan pendidikan.
Jika isinya berupa tayangan atau berita yang tidak mendidik, tak ada salahnya
yaitu masalah moral, hukum, dan sistem. Dalam kasus ini Republika memandang
bahwa yang menjadi penyebab masalah adalah sistem pendidikan dan kurikulum
masalah.
dalam kasus ini adalah pemerintah terkait sistem pendidikan dan kurikulum
pendidikan. Dan solusi yang diberikan Harian Republika terkait kasus ini adalah
perekrutan calon guru yang baik. Maka akan mendapatkan guru-guru yang layak
98
untuk mengajar, tidak hanya intelegensianya saja, tetapi moralitas calon pendidik
B. Saran
nilai keislaman.
agar berita yang disampaikan jelas dan berimbang karena hingga saat
99
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
100
Riyanto, Geger. Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.
Sobur, Alex. “Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.” Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Syukur, Asamsi. “Dasar-dasar Strategi Dakwah.” Surabaya: Al:Ikhlas, 1983.
Lyn H. Tower. “Pengantar Teori Komunikasi dan Aplikasi.” Jakarta: Penerbit
Salemba Romantika, 2008.
Andrianto, Elvarino dan Lukiati Komala Erdinaya. “Komunikasi Massa Suatu
Pengantar.” Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Koesworo Magantoro, Ronnie S. Viko, Di Balik Tugas Kuli Tinta. Yogyakarta:
Sebelas Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusantara.
Sushandang, Kustadi. “Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan
Kode Etik.” Bandung: NUANSA, 2010.
Asep Syamsul, M. Romli. “Jurnalistik Praktis.” Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999.
Iswara, Luwi. “Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, cet- 3.” Jakarta: Kompas, 2007.
Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik.
Septian, Santana K. “Jurnalisme Kontemporer.” Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005.
Asep Syamsul Ramli. “Jurnalistik Untuk Pemula.” Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1999.
Lopa, Baharuddin. “Al-Qur’an dan Hak-Hak Asasi Manusia.” Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Suyanto, Bagong. “Masalah Sosial Anak.” Jakarta: Kencana Prenada Group,
2010.
Data Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2014
Robert N. Entman, “Framing: Towards Clarification of a Fractured Paradigm,”
In: Journal of Communication (43) 4, 1993, h. 52.
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, “Framing Analysis: An Approach to
News Discouse,” In: Political Communication, 1991, vol 10.
101
B. Referensi Internet
Raffreds Northman, “Salah Kaprah Tentang Sekolah Internasional,” artikel diakses pada
9 Mei 2014 dari http://m.kompasiana.com/post/read/650806/3/salah-kaprah-
tentang-sekolah-internasional.html
Helmi Syarif, “Siswa TK St Monica Sunter Alami Pelecehan Asusila,” artikel di akses
pada 29 Mei 2014 dari
http://www.sindonews.com/read/2014/05/13/31/863149/siswa-tk-st-monica-sunter-
alami-pelecehan-asusila
Maria Advianti, “Lindungi Anak Indonesia dari Kekerasan Seksual,” artikel diakses pada
5 Juni 2014 dari http://www.kpai.go.id/artikel/lindungi-anak-indonesia-dari-
kekerasan-seksual/
Dimas Siregar, “Komnas Anak: Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat,” artikel
ini diakses pada 26 Mei 2014 dari
http://www.tempo.com/read/news/2014/05/11/064576850/Komnas-Anak-
Kekerasan-Seksual-Terhadap-Anak-Meningkat
C. Referensi Koran
Ratna Sari Dewi. “Analisis Framing Berita Kekerasan Terhadap Wartawan SUN TV di
Okezone.com.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Desi Mauliza. “Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Terbuka Pemilukada DKI 2012
Pada Harian Seputar Indonesia dan Republika.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Heri Mulyono. “Analisis Framing Berita Terbunuhnya Muamar Qaddafi Pada Republika
Online Periode Oktober 2011.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
102
103
Transkrip Wawancara
Tempat : Kantor Harian Republika Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan
12510 Telp. (021) 7803747 Fax. (021) 7800649, email: sekretariat@republika.co.id,
newsroom@rool.republika.co.id