Anda di halaman 1dari 148

KONSTRUKSI REALITAS MEDIA MASSA

(Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin


di Harian Republika)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Kom.I)

Di Susun Oleh:

Ahmad Fauzi
108051000099

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukanuntuk memenuhi salah satu

persyaratan meraih gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia nemerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 September 2013

AHMAD FAUZI

108051000099

i
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap Harian Umum
Republika dalam mengkonstruksi pembertiaan terhadap sebuah isu korupsi yang
belum memiliki status yang jelas di mata hukum. Kasus Nazaruddin dalam
keterlibatannya dalam korupsi Wisma Atlet di Pamlembang menjadi alasan yang
tepat bagi peneliti untuk meneliti ini lebih dalam.
Penelitian ini merupakan penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan
menggunakan analisis framing sebagai metodenya. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research. Observasi
teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data
sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat
dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model framing Robert
N. Entman. Dalam model framing ini memiliki empat elemen untuk mengetahui
bagaimana sebuah media massa membingkai berita. Yakni define problem, dainose
causes, make moral judgment, dan treatment recommendation.
Pemilihan berita berdasarkan unsur kebaharuan. Karena kebaharuan di sini
bukan hanya fakta yang baru saja terjadi, melainkan juga fakta yang telah lama terjadi
namun terus terungkap kebenarannya. Pemberitaan ini menarik karena status
Nazaruddin yang belum menjadi tersangka dan juga dalam posisi sakit.
Penelitian ini menemukan titik lemah pada diri Harian Umum Republika. Ini dapat
terlihat dari bagaimana Republika memilih narasumber untuk dijadikan rujukan
dalam pemberitaan mengenai kasus Nazaruddin. Republika hanya mengedepankan
pendapat dari elit Partai Demokrat dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam
membingkai berita ini. Mereka tidak bermain dari pendapat para pengamat maupun
ICW (Indonesian Corruption Watch) yang selalu menyuarakan ke kritisannya
terhadap isu ini. Alhasil, Republika memframe pemberitaan ini hanya datar saja tanpa
mampu membawa pemikiran pembaca ke ruang yang lebih dalam.
Harian Republika juga mengesampingkan proses eksternalisasi dan
objektifikasi dalam proses pembentukan sebuah berita. Proses tersebut dibatasi oleh
internalisasi yang dilakukan oleh Republika yang menganggap bahwa pemberitaan
korupsi ini jangan sampai menimbulkan polemik baru karena menyampaikan
informasi yang belum terkonfirmasi baik dari pelaku maupun pemberi informasi
tersebut. Pembentukan berita seperti ini berbenturan dengan kebebasan pekerja
medianya dalam mengkonstruk sebuah pemberitaan. Ini juga menempatkan mereka
kepada satu keberpihakan semu. Mereka mengajak pembaca untuk menganggap
korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan, namun dilain sisi mereka juga
bermain aman dalam memberitakan sebuah informasi kourpsi.
Keyword: Framing, Konstruksi Berita, dan Korupsi

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji

dan syukur tercurah hanya kepada-Nya Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam tercurahkan

kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing kita pada derajat kemanusiaan yang lebih

baik.

Alhamdulillah atas hidayah-Nya, penulis berhasil menyelesaikan tugas skripsi. Skripsi

yang diberi judul “Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi

M Nazaruddin di Harian Republika)” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

penulis untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam pada

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini telah mendapat bantuan, dukungan dan

dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Jumroni M.Si dan Drs. Umi Musyarofah M.A. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Gun Gun Heryanto M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih penulis

ucapkan karena telah bersabar dapat meluangkan waktunya untuk memberikan

iii
bimbingan, pengarahan, dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga terus

menjadi dosen yang istimewa di hati mahasiswa. Selalu sederhana dan tetap membumi

walaupun terbang ke angkasa. Selalu mengajarkan kami (mahasiswa) untuk selalu

berproses menjadi orang hebat.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak memberikan keilmuan serta berbagai wawasan dan

pengalamannya kepada penulis selama menuntut ilmu di jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan, Amin.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama

perkuliahan danpenelitian skripsi ini.

7. Syahruddin El-Fikri (Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika) selaku

narasumber yang telah meluangkan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

Kebesaran hati beliau untuk selalu membantu orang lain semoga selalu di ridhai oleh

Allah SWT.

8. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda SUAD dan Ibunda Hasanah yang

selalu mendukung langkah anak-anaknya dengan cara mereka sendiri untuk berproses

menjadi lebih baik lagi. Dengan kesederhanan kami diajarkan kehidupan.

9. Kakak-kakakku yang tersayang. Mulyati, M. Sidik, M. Idris SH, Umayyati, Nur Seha,

mereka luar biasa. Dengan pribadinya saya belajar kehidupan.

10. Keponakanku Habibi, Haidar, Nia yang selalu menjadi penghilang duka dan selalu

memberikan keceriaan.

v
11. Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2008, khususnya KPI C yang telah

memberikan banyak cerita, pengalaman, dan inspirasi untuk penulis. Ferdian, Saiful

Bahri, Nurul Iman, Ika Kurnia Utami, Gana Buana, Anisaturohmah, Aimatunisa, Herdina

Rosidi, Aris Budi Sismansyah, Ade Irfan Abdurrahman, Lala. Kita menjadi hebat dengan

saling memberikan kelengkapan diantara kekurangan masing-masing. Kita luar biasa.

12. Semua pihak yang telah memberikan konstribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan

ucapan terimakasih kepada semua pihak.

Ciputat, 16 Juli 2013

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6

D. Kajian Pustaka ...................................................................... 7

E. Metdeologi Penelitian ........................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Konseptualisasi Konstruksi Realitas Sosial ......................... 14

B. Konseptualisasi Analisis Framing ........................................ 22

C. Konseptualisasi Berita ......................................................... 28

1. Pengertian Berita ............................................................. 28

2. Syarat-syarat Berita ........................................................ 30

3. Nilai-nilai Berita ............................................................. 31

4. Jenis-jenis Berita ............................................................ 34

5. Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalam Berita ...... 36

D. Konseptualisasi Media Massa .............................................. 37

1. Fungsi-fungsi Media Massa ........................................... 39

vi
BAB III PROFIL MEDIA

A. Harian Republika .................................................................. 43

1. Sejarah Perusahaan ......................................................... 43

2. Visi dan Misi Harian Republika .................................... 47

3. Konsep Produk ............................................................... 49

4. Struktur Redaksi ............................................................. 51

5. Segmentasi Pembaca ....................................................... 53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Konteks Kasus ...................................................................... 54

1. Paparan Singkat Objek Penelitian Republika ................ 57

B. Analisis Framing Pemberitaan Kasus M Nazaruddin di

Harian Umum Republika ..................................................... 58

1. Frame Harian Republika dengan Judul “KPK

Pastikan Panggil Nazaruddi” yang Terbit pada

Tanggal 3 Juni 2011 .................................................... 58

2. Frame Harian Republika dengan Judul “Langkah

Jemput Paksa Bergantung Status Nazaruddin” yang

Terbit pada Tanggal 6 Juni 2011 ................................. 62

3. Frame Harian Republika dengan Judul “Demokrat

Gagal Bawa Pulang Nazaruddin” yang Terbit pada

Tanggal 7 Juni 2011 .................................................... 65

4. Frame Harian Republika dengan Judul “KPK Resmi

Panggil Nazaruddin” yang Terbit pada Tanggal 9 Juni

2011 ............................................................................. 69

vii
5. Frame Harian Republika dengan Judul “Nazaruddin

Diduga Disembunyikan” yang Terbit pada Tanggal 10

Juni 2011 ...................................................................... 73

6. Frame Harian Republika dengan Judul “Nazaruddin

Mangkir” yang Terbit pada Tanggal 11 Juni 2011 ...... 76

7. Frame Harian Republika dengan Judul “Pemerintah

dan KPK Lamban” yang Terbit pada Tanggal 12 Juni

2011 ............................................................................. 80

8. Frame Harian Republika dengan Judul “KPK

Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin” yang Terbit pada

Tanggal 16 Juni 2011 .................................................. 82

9. Frame Harian Republika dengan Judul “Demokrat

Respons Tudingan Nazar” yang Terbit pada Tanggal

18 Juni 2011 ................................................................. 85

10. Frame Harian Republika dengan Judul “KPK Segera

Panggil TPF Demokrat” yang Terbit pada Tanggal 21

Juni 2011 ...................................................................... 88

C. Pembahasan .......................................................................... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 99

B. Saran ...................................................................................... 100

1. Saran Akademisi ...................................................... 100

2. Saran Praktisi ........................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ......................................................................................... 61

Tabel 2 ......................................................................................... 64

Tabel 3 ......................................................................................... 68

Tabel 4 ......................................................................................... 72

Tabel 5 ......................................................................................... 75

Tabel 6 ......................................................................................... 79

Tabel 7 ......................................................................................... 82

Tabel 8 ......................................................................................... 85

Tabel 9 ......................................................................................... 88

Tabel 10 ......................................................................................... 91

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isi media merupakan sebuah informasi yang dapat merubah sebuah persepsi

masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh media tersebut. Apalagi isu yang di

sampaikan mengenai sebuah pemberitaan mengenai pemerintahan. Ini merupakan isu

sangat sensitive bagi khalayak. Semakin gencarnya media dalam memberitakan isu

tentang boroknya pemerintahan kita maka akan semakin gencar juga focus khalayak

terhadap isu tersebut.

Selama ini berita yang disampaikan oleh media elektronik maupun media

cetak hanya dianggap sebagai sebuah representasi dari kenyataan. Kenyataan itu

ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita. Ia bisa mengesampingkan

keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan

penilaian individu.

Biasanya kita menilai berita hanya melihat, mendengar dan membacanya saja

tanpa adanya sebuah pengaruh yang memasuki benak kita dalam menilai sebuah fakta

yang di sampaikan oleh media tersebut. Dalam buku Jumroni (2006) Alex Sobur

mendefinisikan media massa sebagai “suatu alat untuk menyampaikan berita,

penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan

untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini public, antara lain,

karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau

1
2

gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk

diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris”.1

Dari penjelasan diatas, dapat kita mengerti memang saat kita membaca,

mendengar, dan melihat sebuah informasi yang terjadi kita tidak hanya melakukan

kegiatan tersebut saja, tetapi kita telah terkonstruksi pemikiran kita terhadap isi

pemberitaan tersebut.

Dalam pandangan konstruksionis media bukanlah saluran yang bebas, ia juga

subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan

pemihakannya. Di sini media di pandang sebagai agen konstruksi social yang

mendefinisikan realitas.

Setelah mereka memahami bahwa media bukan hanya menyampaikan berita

saja, lalu mereka menafsirkan isi berita tersebut melalui penafsiran mereka sendiri.

Setiap orang memiliki pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu akan menafsirkan

realitas itu dengan konstruksinya masing-masing.2 Jadi, seseorang akan menafsirkan

isi berita sesuai dengan apa yang melekat pada dirinya, bisa berupa pengalaman,

pendidikan, dan preferensi yang pernah mereka alami sendiri.

Dalam pandangan konstruktivis wartawan tidak bisa menyembunyikan

keberpihakannya, karena ia merupakan bagian intrinsic dalam pembentukan berita. Di

sini wartawan bukan sebagai palapor yang hanya memindahkan realitas ke dalam

sebuah berita. Di dalam pemberitaan wartawan memang tidak hanya memindahkan

1
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 85
2
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,( Yogyakarta: Lkis,
2002), h. 18
3

realitas yang terjadi di dalam masyarakat ke dalam sebuah berita, tetapi wartawan

juga menafsirkan realitas yang terjadi sesuai penafsiran mereka sendiri baru mereka

masukkan ke dalam berita. Hal ini terjadi karena pemberitaan berimbang sulit

bersaing dengan pemberitaan memihak, karena pembaca cenderung membaca apa

yang memang ingin dibacanya, bukan apa yang seharusnya dibaca.3

Kepemilikan media menjadi hal yang sangat dilematis dalam dinamika

industry media. Dalam hal ini, siapapun yang memiliki modal besar dan mempunyai

kepentingan akan berusaha menguasai media. Karena era perpolitikan Indonesia saat

ini telah memasuki fase politik pencitraan. Di mana media sebagai mediator paling

ampuh sebagai media pencitraan kepentingan mereka. Walaupun apa yang mereka

sampaikan hanya berupa pesan-pesan simbolik saja.4

Hal ini terjadi ketika sekarang banyak pengusaha yang memiliki kepentingan

di dunia politik menjadi pemilik sebuah media untuk alat pencitraan dirinya. Tentu

hal ini sangatlah menarik untuk lebih di teliti terhadap pemberitaan yang di

sampaikan oleh Koran Harian Republika. Dalam melihat konteks ini perlu kita teliti

bagaimana Republika memposisikan dirinya dalam menyampaikan pemberitaan.

Tentunya pengaruh yang diberikan oleh pemilik media dalam menyampaikan

berita dan juga perspektif wartawan yang dimasukkan dalam isi berita pun akan

sangat mempengaruhi para pembaca menafsirkan pemberitaan yang di sampaikan

Harian Republika. Atas dasar itulah penilitian ini sangat penting untuk dilaksanan.

3
Rivers, L. William. Jensen, W Jay & Peterson, Theodore, Media Massa dan Masyarakat
Modern, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 12
4
Merujuk pada tulisan Gun Gun Heryanto ( SINAR HARAPAN, 9 February 2011 ) mengutip
pada tulisan Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese dalam bukunya Mediating the Message:
Theories of Influence on Mass Media Content
4

Kasus korupsi Nazaruddin ini sangat mengejutkan banyak pihak. Dan untuk

menyelesaikan kasus ini pun sesungguhnya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Pernah muncul dipermukaan bahwa untuk menyelesaikan kasus yang melibatkan

mantan bendahara umum Partai Demokrat ini membutuhkan waktu seratus tahun.

Awal mula kasus ini adalah dari tertangkapnya Sesmenpora (Sekretaris

Menteri Pemuda dan Olahraga) Wafid Muaharram, bos PT Duta Graha Indah M El

Idris, dan seorang perantara Mindo Rosalina. Ketiganya ditangkap atas dugaan

penyuapan terkait proyek Wisma Atlet SEA Games 2011. Pengacara Rosalina,

Kamarudin Simanjuntak menyatakan kliennya sebagai bawahan Nazarudin.

Pernyatann ini terus bergulir di media massa dan menimbulkan dugaan keterlibatan

beberapa elit partai tersebut.

Tentu saja Nazarudin menolak pernyataan dari pengacara Rosalina tersebut.

Nazarudin membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan Partai

Demokrat. Pemberitaan yang tersu bergulir di media massa tentang kerterkaitannya

Nazarudin dengan kasus penyuapan tersebut memaksa Dewan Kehormatan Partai

Demokrat memecat Nazarudin dari jabatan Bendahar Umum. Pada tanggal 24 Mei

2011 KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menerbitkan surat bepergian ke luar

negeri terhadap Nazarudin. Namun, Nazarudin telah terbang ke Singapura dengan

alasan berobat, bersamaan waktunya dengan pengumuman pemecatan dirinya dari

Demokrat.

Inilah awal mula pelarian Nazarudin di luar negeri. Pada 10 Juni 2011 Partai

Demokrat membentuk tim yang terdiri atas Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah dan
5

Jhonny Allen Marbun. Tim berhasil menemui Nazarudin di Singapura, namun gagal

membawa pulang Nazarudin ke tanah air. Keberadaan Nazarudin di Singapura karena

sedang berobat dan dalam keadaan sakit berdasarkan keterangan pers yang dilakukan

Partai Demokrat.

Selama pelariannya di luar negeri, Nazarudin selalu membeberkan informasi

tentang beberapa kader Partai Demokrat kepada para wartawan melalui blackberry

messanger. Sampai pada akhirnya tanggal 14 Agustus 2011 Nazarudin berhasil

dibawa pulang dari persembunyiannya di Cartagena, Kolombia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih focus dan terarah serta tidak

terjebak pada pembahasan yang terlalu luas, peneliti membatasi masalah hanya dilihat

dari berita-berita yang berkaitan dengan kasus M. Nazaruddin Bendahara Partai

Demokrat yang disampaikan oleh Harian Republika. Lebih tepatnya lagi, pembatasan

masalah pada penelitian ini adalah pemilihan berita yang diterbitkan oleh Harian

Republika pada tanggal 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 16, 18, 21 Juni 2011.

2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan di dalam latar belakang masalah, fokus penelitian ini

mengarah lebih kepada untuk menguji apa yang dikatakan dalam pandangan

konstruksionis yang menyatakan bahwa media bukanlah saluran yang bebas, ia juga

subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan


6

pemihakannya. Di sini media di pandang sebagai agen konstruksi sosial yang

mendefinisikan realitas.

Jika dilihat dari pandangan konstruksionis, sebenarnya pada saat ini media

yang sudah mengutamakan keuntungan dan pemilik media yang sudah memiliki

kepentingan di dunia perpolitikan. Peneliti ingin mengetahui apakah media dalam

mengkonstruksi realitas benar-benar berasal dari pandangan wartawan bukan dari

pemilik media. Apakah di harian ini sudah terdapat kebebasan jurnalistik dalam

mengkonstruk berita.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara Harian Umum Republika

membingkai pemberitaan menengenai kasus M Nazaruddin.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari adanya penelitian ini antara

lain sebagai berikut:

a. Secara akademisi dapat menjadi bahan rujukan dan menambah

khazanah ilmu pengetahuan untuk para aktivis dan para akademisi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


7

b. Secara praktisi dapat dijadikan contoh dan menambah pengetahuan,

wawasan serta pedoman terhadap bagaimana media cetak mampu

mengkonstruksi pemikiran pembacanya.

D. Kajian Pustaka

Setelah peneliti malakukan pengamatan di perpustakaan Faklultas Dakwah

dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta. Peneliti mendapatkan penelitian yang sama,

hanya saja penelitian yang sudah ada kebanyakan tentang pemberitaan keagamaan

saja jarang yang menyinggung politik.

Sedangkan penelitian tentang analisis framing terhadap pemberitaan di media

massa hanya ada satu penelitian yang dilakukan oleh Donie Kadewandana.

Donie Kadewandan melakukan penelitian dengan judul “ Konstruksi Realitas

di Media Massa (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia

PDI-P di Harian Kompas dan Republika)”.

Perbedaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian saudara

Donie Kadewandana. Kalau peneliti sendiri meneliti tentang pemberitaan kasus

korupsi yang dilakukan oleh M. Nazzaruddin di harian Republika, sedangkan

penelitian yang dilakuakan oleh Donie adalah analisis framing pada kasus Baitul

Muslimin yang merupakan sayap islam dari PDI-P pada pemberitaan Harian Kompas

dan Republika. Disini terlihat jelas perbedaan antara peneliti dengan penelitian

terdahulu, yakni penelitian sekarang lebih berfokus terhadap kasus politik yang

melibatkan mantan bendahara Partai Demokrat sedangkan yang terdahu lebih


8

berfokus terhadap peranan organisasi sayap yang didirikan oleh Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan yaitu Baitul Muslimin.

Dari tinjauan pustaka ini, peneliti yakin apa yang akan di teliti belum pernah

ada sebelumnya. Maka dengan itulah peneliti yakin mengajukan penelitian teersebut

sebagai langkah awal untuk mengajukan skripsi.

E. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-

prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di

dalam masyarakat. Obyek analisis dalam pendektatan kualitatif adalah makna dari

gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat

bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai katagorisasi tertentu.5

Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu

pertama, peneliti kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Kedua, peneliti

kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat

utama dalam menumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun

langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan. Keempat, peneliti

kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi

data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.6

5
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi massa: ( teori, paradigma dan diskursus teknologi
komunikasi di masyarakat ) (Jakarta: Kencana, 2007) h. 306
6
Ibid, h. 307
9

2. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing. Analisis

framing adalah analisis yang di gunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor,

kelompok, atau apa saja) di konstruksi oleh media.7 Yang menjadi titik perhatian

bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai

yang dikembangkan oleh media. Sikap mendukung, positif, atau negatif hanyalah

efek dari bingkai yang dikembangkan oleh media.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi

teks/document research. Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran

utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam

analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.

a. Data primer (primary-sources), yaitu teks berita dari harian Republika.

b. Data sekunder (secondary-sources), yaitu berupa buku-buku, website,

literature-literatur lain yang ada relevansinya dengan materi penelitian untuk

selanjutnya dijadikan bahan argumentasi, untuk kemudian menjadi bahan

penelitian skripsi ini.

4. Unit Analisis

Unit analisis dari penelitian ini adalah teks berita yang dipakai dalam kasus

korupsi yang melibatkan bendahara umum Partai Demokrat M. Nazarudin pada

harian Republika.
7
Eriyanto, Analisis Framing,
10

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang dipakai untuk menganalisis, mempelajari,

serta mengoolaha kelompok data tertentu sehingga dapat diambil suatu kesimpulan

yang kongkrit tentang persoalan yang diteliti dan dibahas. Oleh karena yang digali

berupa data kualitatif, maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif.

Mengikuti Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan

pola menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan oleh orang lain.8

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model framing Robert N.

Entman. Konsep framing, oleh Entman, digunakan untuk “menggambarkan proses

seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media”.9 Framing dapat

dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu

tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan

dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks.10 Kata

penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas,

lebih bermakna, atau lebih mudah diingat khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam

memori dibandingkan dengan yang disajikan secara biasa.

8
Lexy. J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006) h. 248
9
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 220
10
Ibid, h. 220
11

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan

atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses

membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat

oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam

memahami suatu realitas.11

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian

definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk

menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap wacana yang diwacanakan.12

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang

digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakterisitik dari teks berita.

Kedua, perangkat spesifik ari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian

mengenai persitiwa. Frame berita dibentuk dari kata kuci, metafora, konsep, symbol,

citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki

dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita.

Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol

dibandingkan bagian lain dalam teks.13

Dalam model Entman, mem frame sebuah berita memiliki empat elemen:

1. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali

dapat kita lihat mengenai framing. Ini merupakan master frame/bingkai yang

paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan.

11
Ibid, h, 221
12
Ibid, h. 222
13
Ibid, h. 224
12

Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut

dipahami. Peristiwa yang sama bisa dipahami secara berbeda. Dan bingkai

yang berbeda ini menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.14

2. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalaha), merupakan elemen

framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu

peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti

siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan

siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang

dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan

dipahami secara berbeda pula.15

3. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang

dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian

masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab

masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk

mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan

sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.16

4. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini

digunakan untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang

dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat

14
Ibid, h. 225
15
Ibid, h. 225
16
Ibid, h. 226
13

tergantung bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai

penyebab masalah.17

Selanjutnya data diolah dengan penjelasan table-tabel yang merujuk pada

model Robert N. Entman, sehingga penyajian table serta teori itu akan tampak

bagaiamana Harian Republika mengangkat pemberitaan seputar korupsi yang

dilakukan M. Nazarudin.

17
Ibid, h. 227
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konseptualisasi Konstruksi Realitas Sosial

Bagi banyak orang media merupakan sumber untuk mengetahui suatu

kenyataan atau realitas yang terjadi, bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah media

akan dinilai apa adanya. Apa kata media dan bagaimana penggambaran mengenai

sesuatu, begitulah realitas yang mereka tangkap.1

Berita dari sebuah media bagi masyarakat umum dipandang sebagai barang

suci yang penuh obyektifitas. Namun berbeda dengan kalangan tertentu yang

memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan,

yaitu dalam setiap penulisan berita ternyata menyimpan subjektivitas seorang penulis.

Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis data-data

yang diperoleh di lapangan.

Kenyataan ini seperti mengamini bahwa media berhasil dalam tugasnya

merekonstruksi realitas dari peristiwa itu sendiri, sehingga pembaca terpengaruh dan

memiliki pandangan seperti yang diinginkan media dalam menilai suatu peristiwa.

Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan ideologi, kepentingan,

keberpihakan media dalam memandang sebuah berita, apalagi bila berita tersebut

memiliki akibat yang mungkin menguntungkan atau merugikan media berkaitan

dengan pihak-pihak berpengaruh terhadap pemberitaan peristiwa itu.

1
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 10

14
15

Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya,

sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan

relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya

media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan

gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya.2

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi

terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui

bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the

Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan

dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas

yang dimilki dan dialami bersama secara subyektif.3

Konstruksi realitas sosial adalah sebuah teori yang diciptakan oleh Peter L.

Berger dan Thomas Luckmann. Dalam teori ini berpandangan bahwa realitas

memiliki dimensi subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam

menciptakan realitas yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia

memengaruhinya melalui proses internalisasi yang mencerminkan realitas yang

subjektif. Dengan demikian, masyarakat sebagai produk manusia, dan manusia

sebagai produk masyarakat, yang keduanya berlangsug secara dialektis: tesis,

antitesis dan sintesis. Kedialektisan itu sekaligus menandakan bahwa masyarakat

tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi sebagai proses yang sedang terbentuk.

2
Ibnu Hamad, dkk., Kabar-kabar Kebencian. (Jakarta: Institute Studi Arus Informasi. PT.
sembrani Aksara Nusantara, 2001) h. 74-74.
3
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008) h. 13
16

Manusia sebagai individu sosial pun tidak pernah stagnan selama ia hidup ditengah

masyarakatnya.

Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari

gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut von Glasersfeld, pengertian

konstruktif kognitif muncul pada abad ini.4

Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme:5

1. Konstruktivisme radikal; konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui

apa yang dapat dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk ini tidak selalu

representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal

mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai

suatu kriteria kebenaran. Pengetahaun bagi mereka tidak merefleksi suatu

realitas ontologis obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh

pengalaman seseorang.

Bentuk ini biasanya hanya mengakui apa yang dihasilkan oleh pikiran

kita. Mereka tidak menganggap pengetahuan sebagai sebuah realitas.

Karena realitas adalah sesuatu yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.

Misalnya adalah, orang Barat akan menilai Islam sebagai sebuah agama

yang mengajarkan kekerasan. Ini karena mereka melihat realitas yang

terjadi selama ini dalam sisi islam begitu banyaknya aksi-aksi kekerasan

yang melibatkan umat islam dalam menegakan amar ma’ruf nahi

mungkar.

4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta: Kencana 2006), h. 193
5
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 14
17

2. Realisme hipotesis; dalam pandangan realisme hipotesis, pengetahuan

adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan

menuju kepada pengetahuan yang hakiki.

Dalam bentuk ini mereka mengakui pengetahuan sebagai sebuah

hipotesis, lalu mereka membandingkannya dengan segala hipotesis yang

melibatkan sebuah relaitas sehingga meneguhkan diri mereka menuju

pengetahuan yang hakiki. Misalnya islam belum tentu benar walaupun Al-

Qur‟an menuliskan keagungang kebenarannya, selama realitas dari umat

islam itu sendiri tidak menunjukkan kebenaran dalam Al-Qur‟an. Bentuk

ini akan terus melakukan dugaan-dugaan terkait kebenaran pengetahuan

dan juga realitas yang terjadi dalam lingkungan social.

3. Konstruktivisme biasa; konstruktivisme biasa mengambil semua

konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai sebuah

gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang

sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya

sendiri.

Antara pengetahuan dan pengalaman seseorang mampu menjadi sebuah

realitas dari seseorang. Lebih tepatnya pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh pengalaman seseorang dalam realitas tersebut yang mamou

membentuk dirinya dalam sebuah lingkungan.

Menurut Mufid (2007), Berger dan Luckmann menilai proses mengkonstruksi

melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni symbolic reality,

objective reality, dan subjective reality yang berlangsung dalam suatu proses dalam
18

tiga momen simultan: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. 6 Objective reality,

merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan)

serta rutinitas tindakan dan tingkahlaku yang telah mapan terpola (tercakup di

dalamnya adalah berbagai institusi sosial dalam pasar), yang kesemuanya dihayati

oleh individu secara umum sebagai fakta. Symbolic reality, merupakan semua

ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai „objectiver reality‟, termasuk di

dalamnya teks industry media, representasi pasar, kapitalisme dan sebagainya dalam

media. Sedangkan objective reality merupakan konstruksi definisi realitas (dalam hal

ini misalnya media, pasar, dan seterusnya) yang dimiliki individu dan di konstruksi

melalui proses internalisasi.

Adapun dalam pandangan Peter L. Berger tiga tahapan yang dimaksud di sini

adalah7:

1. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke

dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi

sifat dasar manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana dia

berada.

Proses ini berawal dari latar belakang seseorang dalam melakukan

pencurahan dirinya kedalam sebuah realitas. Proses ini dapat dilihat dari

latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Latar

belakang akan mempengaruhi seseorang dalam melihat realitas.

6
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi penyiaran,( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), h. 92
7
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS,
2002), h. 16
19

2. Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari

kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas

objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai

suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang

menghasilkannya.

Setelah manusia mencurahkan dirinya ke dalam sebuah realitas, maka

mereka akan menghasilkan sebuah pemaknaan pada dirinya terkait dengan

realitas sekitarnya. Seorang yang berlatar belakang Muslim radikal

misalnya akan melihat perjuangan Front Pembela Islam (FPI) sebagai

tindakan yang wajar dalam melakukan kekerasan untuk menegekan amar

ma’ruf nahi mungkar. Sedangkan bagi seorang Muslim Moderat

perbuatan tersebut dinilai sebagai sebuah tindakan yang melanggar

hukum. Karena akan mengganggu kerukunan umat beragama, selain itu

mereka juga akan menganggap FPI sebagai sebuah organisasi liar yang

melakukan penertiban iman. Latar belakang seseorang akan menghasilkan

realitas yang berbeda dalam melihat kondisi social.

3. Internalisasi, proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia

objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu

dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia

yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di

luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran.

Malalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.


20

Dalam tahap ini adalah bagaimana manusia kembali merefleksikan apa

yang telah ia hasilkan melalui pencurahan dirinya ke dalam sebuah realitas

dan melihat apa yang dipersepsikan oleh lingkungan sekitar terhadap

realitas yang sama. Misalnya, sebagai pekerja media, seorang wartawan

tidak akan mungkin menuliskan hasil pencurahan dirinya dalam sebuah

realitas untuk dijadikan sebuah berita. Biasanya mereka dibatasi oleh

pengertian-pengertian yang dihasilkan oleh rapat redaksi dalam membuat

realitas dalam sebuah pemberitaan. Dan ini terjadi pada tubuh media

manapun.

Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang

diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.8 Dari

pernyataan seperti itu, berarti realitas tidak pernah memiliki wajah aslinya, akan

selalu ada perbedaan. Setiap orang akan memiliki tafsiran sendiri dalam menghadapi

realitas. Pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan pergaulan akan

menafsirkan sebuah realitas sosial dengan konstruksinya masing-masing.

Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu:9

1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui

saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh

kapitalis. Dengan demikian, media massa tidak bedanya dengan super

market. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa

8
Ibid, h. 18
9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 209-210
21

berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka adalah membuat

media massa yang laku di masyarakat.

2. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini

adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada

masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah untuk “menjual berita” dan

menaikan rating untuk kepentingan kapitalis.

3. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada

kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap

media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tidak pernah

menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap

terdengar.

Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa memosisikan diri

pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya keberpihakan kepada

kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin

produksi kapitalis yang mau apaupun tidak harus menghasilkan keuntungan.

Tidak jarang dalam menyiapkan sebuah materi pemberitaan, terjadi

pertukaran kepentingan di antara pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pihak-

pihak yang berkepentingan dengan sebuah kepentingan pemberitaan, membeli

halaman-halaman tertentu atau jam-jam siaran tertentu dengan imbalan pertukaran,

bukan saja uang dan materi lain, akan tetapi bisa menjadi blow up terhadap pencitraan

terhadap pihak-pihak yang membeli pemberitaan itu.


22

a. Media dan Berita dilihat Dari Paradigma Konstruksionis

Pendekatan konstruksionis memiliki penilaian sendiri bagaimana media,

wartawan, dan berita dilihat. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum

konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif.10 Realitas itu hadir, karena dihadirkan

oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta atas konstruksi, sudut pandang

tertentu dari pandangan wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif,

karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.

Pertanyaan utama dalam pandangan konstruksionis adalah fakta berupa

kenyataan itu sendiri bukan suatu yang terberi melainkan ada dalam benak kita yang

melihat fakta tersebut. Kitalah yang memberi definisi dan menentukan fakta tersebut

sebagai kenyataan. Fakta ada dalam konsepsi pemikiran orang. Kitalah yang secara

aktif mendefinisikan peristiwa tersebut sebagai peristiwa kriminalitas politik.

B. Konseptualisasi Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam

kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan

social bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya,

konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana

peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.

Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai

paradigm produksi dan pertukaran makna.11

10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 22
11
Ibid, h. 43
23

Pada dasarnya, analisis framing adalah versi terbaru dari pendekatan analisis

wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan menegani framing,

pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995. Mulanya, frame dimaknai sebagai

struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan

politik, kebijkan dan wacana saerta menyediakan kategori-kategori standar untuk

mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman

pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku

(strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.12

Dalam konsep komunikasi, framing digunakan untuk membedah sebuah

berita yang ditampilkan oleh media massa dengan melihat isu-isu apa saja yang

ditonjolkan dan isu-isu yang dibuang. Dengan cara itu, kita dapat mengetahui

keberpihakan media massa dalam menyampaikan berita.

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk mebedah cara-

cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati stategi

seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih

menarik, lebih berarti atau diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai

perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita.13

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan

dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil

12
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2006), h. 162
13
Ibid, h. 162
24

akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih

mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu

yang disajikan secara menonjol oleh media. aspek-aspek yang tidak disajikan secara

menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak

diperhatikan oleh khalayak.14

Analisis framing adalah salah satu metode analisa media. Seperti halnya

analisis isi dan semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah

peristiwa. Sobur mengatakan bahwa analisis framing digunakan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi

isu dan menulis berita.15 Cara pandang dan perspektif itu pada akhirnya menentukan

fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak

dibawa kemana berita tersebut.

Framing adalah metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu

realitas tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan

memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-

istilah yang mempunyai koneksi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat

ilustrasi lainnya, dengan kata lain dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media.16

Framing juga dapat dimaknai sebagai tindakan penyeleksi aspek-aspek realitas yang

tergambar dalam teks komunikasinya dan membuatnya lebih menonjol dari aspek-

aspek yang lain, sambil memperkenalkan definisi problem tertentu, interpretasi

kausal, dan rekomendasi penanganan terhadap masalah yang dibicarakan.

14
Eriyanto, Analisis Framing. h. 76-77
15
Rachmat Kriyanto, “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”, (Jakarta : Kencana, 2006), h. 253
16
Ibid, h. 253
25

Penonjolan merupakan proses agar membuat informasi lebih bermakna.

Sebuah realitas yang disajikan secara menonjol akan membuat pembaca memiliki

sebuah perhatian yang lebih terhadap informasi tersebut. Dalam praktiknya, framing

dijalankan oleh sebuah media massa dengan menyeleksi isu tertentu dan

mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan

pelbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di headline,

halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk

mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika

menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.17

Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi

lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan

mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna

lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan, bagian informasi

dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan

atau mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal.18

Analisis framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa

peristiwa yang lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak terlibat?

Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu

ditonjolkan sedangkan yang lain tidak? Mengapa fakta tertentu ditonjolkan sedangkan

17
Alex Sobur, Analisis Teks Media. h. 164
18
Ibid, h. 164
26

yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber X dan mengapa bukan sumber berita

yang lain yang diwawancarai?.19

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses

memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa

tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa

yang dipilh (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang

ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang tidak diberitakan?

Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta

tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan

aspek lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan

konstruksi atau suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.

Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan melahirkan

berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau perisitwa yang

lain.20

Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta

yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata,

kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan

sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekan-kan dengan

pemakaian perangkat tertentu: penempatan yang mencolok (menempatkan di

headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk

mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika meng-

19
Rachmat Kriyanto, “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”, h. 252
20
Eriyanto, Analisis Framing. h. 81
27

gambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya,

generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan

sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.

Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih aspek

tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol,

lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua

aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi

bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau

mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan

mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Framing ini pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di

hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya

tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan

pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Framing dapat

mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara

radikal berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pendangannya

dalam berita. Apa yang dilaporkan oleh media seringkali merupakan hasil dari

pandangan mereka (prediposisi perseptuil) wartawan ketika melihat dan meliput

peristiwa.21

21
Ibid, h. 97
28

C. Konseptualisasi Berita

1. Pengertian Berita

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ada beberapa pengertian

berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan atau pengumuman. Di

antara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks

pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau

persitiwa yang hangat. Satu kata terakhir dalam pengertian itu member tekanan

bahwa berita itu sebuah peristiwa yang hangat. Hagat dalam artian tentu saja sesuatu

yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak.22

Kadangkala, feeling seorang wartawan harus main, harus jeli, di dalam

menangkap setiap fakta atau peristiwa yang mengandung nilai berita. Bisa saja, fakta

dan peristiwanya biasa-biasa saja, namun karena kepiawaian wartawan, maka fakta

atau persitiwa yang diangkatnya mengandung peristiwa.23

Namun sebuah berita tidak selalu menyampaikan sebuah fakta atau informasi

yang baru saja terjadi. Bisa saja fakta atau informasi yang terjadi dalam beberapa

bulan yang lalu bisa kita jadikan sebuah berita saat ini.

Sebuah berita selalu menyampaikan fakta dan tidak semua fakta bisa

dijadikan sebuah berita karena tidak mampu menarik perhatian pembaca. Tugas

seorang reporter adalah bagaimana mencari sebuah fakta yang dapat dijadikan sebuah

22
Suhaemi dan Ruli, Nasrullah, Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta: 2009). h. 27
23
R Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: INDEKS Kelompok
Gramedia: 2006) h. 33
29

berita dan mampu menarik perhatian pembaca. Jika sebuah fakta yang ada diberita

mampu menarik perhatian pembaca biasanya fakta yang terdapat di dalam berita

tersebut memiliki arti penting bagi kehidupan si pembaca.

Fakta dalam sebuah berita harus disertai dengan keakuratan nama, tanggal,

lokasi, dan kejadian yang terjadi tentang fakta tersebut. Reporter harus berhati-hati

apabila ingin menyampaikan sebuah fakta yang ingin dijadikan berita. Keakuratan

sebuah berita menjadi pertaruhan sendiri untuk reporter kepada media massa di

tempat dia bekerja dan pihak media massa kepada pembaca.

Di dalam menggali informasi reporter juga harus berani memberikan

pertanyaan kepada informan. Terkadang informan pun salah dalam menyampaikan

informasi. Agar wawancara yang dilakukan tetap terjaga fokus beritanya, seorang

reporter terlebih dahulu melakukan diskusi dengan editor berita untuk menemukan

pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam menjaga focus berita. Selain itu reporter

juga harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi masalah dalam mencari

informasi.

Berita semestinya berimbang. Keseimbangan isi berita adalah soal penekanan

dan kelengkapan. Reporter memberikan penekanan yang tepat untuk setiap fakta,

meletakkannya dalam hubungan yang tepat dengan fakta lain dan menunjukkan arti

penting relatifnya bagi ide utama atau focus berita. Berita biasanya dianggap

berimbang dan lengkap apabila reporter memberi informasi kepada pembacanya,

pendengarnya, atau pemirsanya tentang semua detail penting dari suatu kejadian

dengan cara yang tepat. Keseimbangan adalah pemilihan detail signifikan

berdasarkan penilaian yang didasarkan pada informasi yang relative lengkap. Tujuan
30

berita berimbang adalah memberi kepada pembaca, pendengar atau pemirsa

pemahaman yang adil (fair) atas suatu peristiwa bukan untuk menjelaskan setiap

detail dari fakta.24

2. Syarat-Syarat Berita

Menurut Harahap, ada beberapa syarat dalam suatu berita yaitu sebagai berikut:25

a. Akurat, singkat, padat, jelas dan sesuai dengan kenyataan.

b. Tepat waktu dan actual.

c. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis yang

dibuat-buat.

d. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata-kata dan kalimat yang khas,

segar dan enak dibaca.

e. Baru/belum diberitakan sebelumnya atau merupakan ulangan “baru”. Ini

sangat penting yang bisa menarik perhatian.

Demikinalah beberapa criteria mengenai pemilihan atau penetapan suatu

peristiwa yang dapat diangkat menjadi berita. Dengan memperhatikan hal itu, berarti

sebagian dari persyaratan suatu berita yang baik sudah terpenuhi.

Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya

mengacu kepada struktur piramida terbalik yakni memulai penulisan berita dengan

mengemukakan fakta yang dianggap penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang

dianggap agak penting, kurang penting dan seterusnya. Struktur berita selengkapnya:

24
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, Edisi kesebelas (Jakarta: Kencana
2008) h. 5
25
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, “Dasar-dasar Public Realation: Teori dan Praktik”,
(Jakarta:Grasindo 2002), h. 130
31

a. Judul

b. Date line yaitu tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun.

c. teras berita yaitu bagian berita yang terletak dibagian pertama.

d. Isi berita.

3. Nilai-nilai Berita

a. Kebaharuan

Kebaharuan dalam menyampaikan sebuah berita bagi media massa sangatlah

penting.26 Bahkan dalam menyampaikan berita atau fakta yang telah lama terjadi.

Dalam menyampaikan berita yang seperti ini sering kali menggunakan kata “hari ini”

dalam sebuah berita untuk menyampaikan kebahruan fakta terbaru dari berita yang

telah lama terjadi dan diberitakan. Biasanya fakta terbaru seperti ini adalah dampak

dari sebuah fakta lama yang terus terungkap.

b. Kedekatan

Kedekatan dari sebuah berita atau fakta bukan hanya tentang jarak geografis

saja.27 Kedekatan dari sebuah isi berita bisa dilihat juga dari aspek minat dari para

pembacanya. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya kedekatan geografis saja yang

membuat pembaca tertarik kepada sebuah berita, melainkan juga kepada kedekatan

minat pun ikut mempengaruhi.

26
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 8
27
Ibid, h. 10
32

c. Konsekuensi

Konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti

penting dan dengan efek berita pada pembaca.28 Misalnya berita tentang

direncanakannya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akan dianggap lebih

penting oleh pembaca ketimbang berita tentang ditangkapnya bandar narkoba yang

mempunyai jaringan internasional dalam peredaran narkoba. Kenapa kasus diatas

dianggap lebih penting oleh pembaca, karena berita mengenai direncanakannya

kenaikan harga BBM mempunya konsekuensi atau dampak yang lebih besar.

d. Kemenonjolan

Kemenonjolan sebagai satu unsur berita, biasanya mencakup orang, tempat

sesuatu dan yang dikenal oleh publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya,

prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positif atau negatif.29 Ketenaran

seseoarang akan selalu menjadi berita apabila yang bersangkutan melakukan sebuah

kegiatan ataupun terlibat dalam sebuah kejadian yang positif ataupun negative.

e. Drama

Sebuah berita bisa mendapat nilai lebih dari pembacanya apabila sang reporter

mampu menyajikan berita diiringi dengan sebuah latar belakang yang dramatis.30

Akan tetapi apa yang disajikan disini harus bersesuaian dengan fakta. Berita yang

didaramatisir akan bersesuaian dengan fakta dan mampu memberikan warna dalam

berita tersebut maka akan menarik perhatian pembaca.

28
Ibid, h. 11
29
Ibid, h. 11
30
Ibid, h. 12
33

f. Frekuensi

Ini berkaitan dengan jangka waktu sebuah peristiwa.31 Jangka waktu disini

sangat mempengaruhi kemenarikan sebuah peristiwa. Sebuah peristiwa yang

memiliki jangka waktu pendek memiliki nilai berita lebih daripada sebuah peristiwa

yang memiliki jangka waktu panjang. Jangka waktu disini dilihat dari seberapa

menariknya peristiwa tersebut sehingga tidak akan terjadi dalam beberapa waktu ke

depan.

g. Negatif

Bad news is a good news ( berita buruk adalah berita yang bagus).32 Istilah ini

sangat familiar dengan banyak wartawan. Yang buruk disini adalah suatu peristiwa

yang kebanyakan orang tidak senang mengalami peristiwa tersebut, sehingga

membuat sang wartawan tertarik memberitakan peristiwa tersebut. Karena sesuatu

yang buruk sering kali dianggap mempunyai nilai berita oleh seorang wartawan.

h. Konflik

Konflik disini berarti sedikitnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih yang

bertikai atau bersaing. Bisa konflik fisik, urat syaraf, atau perang dan bisa juga

persaingan untuk menjadi penguasa di wilayahnya. Pertikaian yang kerap kali terjadi

antar Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di DKI Jakarta sangat menarik untuk

diberitakan. Dan juga persaingan antar pasangan calon gubernur dan calon wakil

gubernur yang sedang terjadi juga di DKI Jakarta sangat menarik untuk diberitakan.

31
Nurudin, “Jurnalisme Masa Kini”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 52
32
Ibid, h. 53
34

i. Prediksi

Prediksi yang dimaksud adalah ulasan yang berkaitan dengan kemungkinan

dan ketidak mungkinan. Prediksi biasanya sering kali dipakai untuk mengulas sebuah

pertandingan olahraga dan juga tentang kemungkinan kejadian selanjutnya setelah

terjadi gempa bumi atau letusan gunung berapi.

4. Jenis – jenis Berita

Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa

yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum seperti dicatat Tuchman,

wartawan memakai lima kategori berita: hard news, spot news, developing news, dan

continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan

subjek peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:33

a. Hard News

Berita mengenai peristiwa yang tejadi saat itu. Kecepatan informasi adalah

kekuatan utama kategori berita ini. Ukuran keberhasilan dari kategori ini adalah

kecepatan menyampaikan sebuah informasi. Kategori berita ini dipakai untuk melihat

apakah informasi itu diberikan kepada khalayak dan sejauh mana berita tersebut

diterima oleh khalayak. Kejadian yang termasuk kedalam berita hard news adalah

biasanya peristiwa yang telah direncanakan (misalnya: aksi demo mahasiswa

terhadap sebuah kebijakan pemerintah) dan juga peristiwa yang tidak direncanakan

(misalnya: kerusuhan di sampit).

33
Eriyanto, Analisis Framing. h. 126-130
35

b. Soft News

Kategori berita ini berkaitan dengan kisah manusiawi (human interest). Kalau

hard news peristiwa itu yang sedang terjadi dan harus dilaporkan pada saat itu juga,

maka pada soft news tidak. Kategori ini bisa disampaikan pada kapan saja. Hard news

titik kuatnya harus dilaporkan pada saat itu juga, sedangkan soft news bisa kapan saja

yang penting peristiwa itu memiliki kedekatan emosi dengan khalayak. Soft news

berkaitan dengan peristiwa yang menarik untuk khalayak, sedangkan soft news ialah

peristiwa yang memiliki hubungan emosional dengan khalayak.

c. Spot News

Spot news adalah subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news.

Peliputan dalam peristiwa ini tidak bisa direncanakan. Peristiwa kebakaran,

pembunuhan, kecelakaan, gempa bumi adalah jenis peristiwa yang tidak

direncanakan.

d. Developing News

Developing news adalah subklasifikasi lain dari hard news. Kategori ini

masuk kedalam sebuah berita yang tidak terduga. Dimensi lain dari kategori ini

adalah peristiwa yang diberitakan adalah rangkaian lain dari berita yang akan

dilanjutkan pada berita selanjutnya atau bahkan keesokan harinya. Misalnya dalam

peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi kemarin yang belum lama terjadi di kawasan

Gunung Salak. Berita yang pertama disajikan adalah mengenai lokasi jatuhnya

pesawat tersebut, lalu dilanjutkan pada berita mengenai siapa saja korbannya dan

seterusnya. Berita dipertama diteruskan oleh berita-berita selanjutnya.


36

e. Continuing News

Continuing news adalah subklasifikasi dari kategori hard news. Dalam

kategori ini berita yang disampaikan merupakan sebuah peristiwa yang bisa

direncakan.

5. Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalam Pemberitaan34

Di dalam penulisan berita, wartawan tidak hanya menuliskan apa-apa saja

yang terjadi di lapangan. Untuk memperdalam atau memperjelas sebuah berita,

wartawan harus mencari pendapat seorang yang terlibat lansung kedalam kejadian

maupun seorang pengamat yang memahami berita tersebut.

Misalnya, dalam menuliskan berita tentang korupsi M. Nazaruddin, wartawan

tidak hanya harus menjadikan M. Nazaruddin sebagai sumber pemberitaan,

malainkan wartawan bisa juga menjadikan pengacara, pengamat hukum, pengamat

politik sebagai sumber untuk dimintai pendapatnya untuk memperdalam penulisan

berita sang wartawan.

Lalu apa itu yang disebut dengan sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah saksi mata suatu persitiwa, atau tokoh pelaku utamanya.

Dalam penjelasan di atas kita dapat mengetahui siapa saja yang termasuk ke dalam

sumber primer di dalam kasus yang melibatkan M. Nazaruddin. Sedangkan sumber

sekunder adalah orang yang memiliki beberapa pengetahuan namun tidak terlibat

secara pribadi. Pengacara, isteri Nazaruddin, ketua KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi), ialah sebagian dari sumber sekunder yang perlu dimintai keterangannya

oleh wartawan untuk dijadikan ke dalam berita.

34
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 19
37

Kualitas sumber primer dan sekunder juga berpengaruh. Kredibilitas dan

tingkat keterlibatan saksi mata perlu diperhatikan. Apakah mereka adalah orang yang

paling ahli? Apakah mereka benar-benar aktif dalam suatu kejadian yang akan

diberitakan atau mereka hanya melihat saja kejadian itu? Apakah usia atau beberapa

ciri fisik bisa mempengaruhi kesaksian mereka? Ada banyak cara untuk

mengkategorisasikan dan mengurutkan kredibilitas potensial dari sumber primer, dan

wartawan harus memilih sumber terbaik berdasarkan penilaiannya. Ide, opini, dan

property intelektual lainnya dapat menjadi sumber yang bagus jika dikutip dari karya

orisinal.35

D. Konseptualisasi Media Massa

Kita sangat membutuhkan sebuah media (komunikator) untuk mendapatkan

informasi. Informasi ini dapar membantu kita sebagai manusia dalam lingkungan

sosialnya memiliki peranan yang penting dalam bertukar informasi. Media

(komunikator) disini ialah media massa yang mampu melayani kebutuhan manusia

untuk memiliki informasi.

Media terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi, dapat pula

dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses-proses perubahan

sosial-budaya dan politik.36 Bahkan dalam beberapa pendapat tokoh komunikasi,

media massa dianggap sebagai pilar keempat dalam demokrasi setelah eksekutif,

yudikatif, dan legislatif.

35
Ibid, h. 20
36
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006) h. 85
38

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal

pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat

secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi.37 Tetapi

terkadang pada saat ini media massa dalam menyampaikan pemberitaan tidak lagi

menyadari bahwa frekuensi yang digunakan oleh media massa adalah milik publik.

Mereka mengabaikan hal ini dengan hanya menyampaikan informasi yang memihak

kepentingan salah satu tokoh atau golongan tertentu saja.

Alex Sobur mendefinisikan media massa sebagai, “suatu alat untuk

menyampaikan barita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia

mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk

opini publik antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompk

penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia

representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.”38

Dari penjelasan di atas, kita dapat pahami bahwasanya media massa bukan

saja menyampaikan informasi yang murni dari lapangan sesuai dengan fakta yang

terjadi, namun media massa juga mampu membentuk opini publik sesuai dengan

kepentingannya. Media massa di sini dijelaskan bukan sebagai institusi yang

memberikan fakta apa adanya.

37
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 72
38
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, h. 85
39

1. Fungsi Media Massa

a. Fungsi Mediator

Netral, menjadi kata kunci dari penjelasan fungsi media massa sebagai

mediator.39 Netralitas pekerja media massa memang selalu menjadi perbincangan

hangat. Dalam pandangan konstruktivis bahkan menyatakan wartawan itu tidak dapat

menyembunyikan keberpihakannya dalam membuat berita. Namun, bukan ini yang

akan menjadi pembahasan ke “netralan” media massa. Bukan netral dalam

pembentukan berita, netral di sini adalah sikap dari kenetralan media massa dalam

melakukakan funsinya sebagai mediator.

Media massa diminta netral ketika fungsinya sebagai mediator antara

masyarakat dan pemerintah sedang malakukan pertukaran pesan. Kenetralan media

massa di sinilah baru ditekankan. Kedua belah pihak yakni masyarakat dan

pemerintah selalu meminta kepada media massa dalam menyampaikan pesan

keduanya bersifat apa adanya.

Misalnya, ketika pemerintah menayampaikan kebijakannya kepada

masyarakat, meraka berdua (masyarakat dan pemerintah) meminta media massa

dalam menyampaikannya secara apa adanya. Pemerintah meminta kepada media

massa agar kebijakan-kebijakan yang telah direncanakan untuk kepentingan

masyarakat disampaikan secara apa adanya tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan

agar masyarakat dalam menerima informasi tersebut masih secara utuh. Begitupun

39
Ana Nadhya Abrar, Analisis Pers (Teori dan Praktik), (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
2011), h. 21
40

sebaliknya, masyarakat juga menginginkan kenetralan pihak media massa dalam

menyampaikan suaranya ke pemerintah.

b. Fungsi Mengawasi

Fungsi mengawasi itu bermula dari tugas media massa sebagai public servant.

Tuga ini akan membawa media massa pada sendirinya akan membela kepentingan

masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, banyak yang menyebut media massa dengan

the function of the watchdog.

Lalu apakah semua media massa telah menjalankan fungsi ini? Masalah

tebesarnya adalah berbenturan dengan aturan main yang ada di dalam media massa

tersebut untuk dapat menjalankan fungsi ini oleh media massa itu sendiri.

Dalam konteks dunia kerja media massa, aturan main itu menyangkut

kebebasan pers, yaitu semacam kebebasan yang diberikan lingkungan media massa

itu. Kebebasan untuk merefleksikan segala dinamika yang ada dalam masyarakat.

Berpedoman kepada pengalaman empiris, tidak ada kebebasan pers yang bersifat

absolut. Ia merupakan tarik menarik antara keinginan berbagai macam institusi yang

ada di luar pers untuk menyetel daya tahan personal media massa untuk menjaga

otonomi dan integritasnya. Misalnya, institusi politik, birokrasi, ekonomi dan

sebagainya.40

Cara yang bisa ditempuh oleh media massa untuk menjalankan fungsi

mengawasi adalah menjadikan berita sebagai alat kontrol sosial. Maksud berita

sebagai kontrol sosial adalah memberitakan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak

pada tempatnya, dan ihwal yang menyalahi aturan; supaya peristiwa buruk tidak

40
Ibid, h. 22
41

terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta menaati peraturan makin tinggi. Maka,

berita sebagai alat kontrol sosial bisa disebut “berita buruk”.41

c. Fungsi Menyediakan Informasi

Fungsi utama bagi media massa di belahan dunia manapun ialah menyediakan

informasi. Informasi yang disampaikan berkaitan dengan kepentingan orang banyak

dan memiliki manfaat untuk orang banyak. Untuk mempermudah kinerjanya ini

dalam menyediakan informasi kepada khalayak media massa membutuhkan sebuah

kebebasan.

Menayadari hal tersebut, khalayak meminjamkan kebebasannya kepada pers.

Kebebasan inilah yang dikenal sebagai kebebasan pers. Sekalipun namanya

kebebasan pers, namun kebebasan ini berasal dari khalayak. Disebut kebebasan pers

karena untuk memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi. Pers disini harus

memahami, bahwa kebebasan yang ia miliki adalah dari khalayak, maka dari itu

dalam menyampaikan informasi harus sesuai dengan norma yang berlaku

dikhalayak.

Meski begitu kebebasan pers tidak mutlak. Terdapat berbagai batasan yang

membatasi kebebasan pers. Batasan itu meliputi KUHP, UU No. 40 Tahun 1999,

Kode Etik Jurnalistik, hingga Code of Conduct atau Code of Practice yang dimiliki

pers. Semua batasan ini bukan ditujukan untuk menghalangi pers menyediakan

informasi, melainkan untuk menjaga agar pers tidak terjerumus kepada tindakan

sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Lebih dari itu, batasan ini juga

41
ibid, h. 23
42

dimaksudkan untuk melindungi khalayak dari kerugian yang mungkin saja mereka

alami.42

d. Fungsi Menghibur

Banyak yang bisa ditampilkan oleh media massa untuk menghibur khalayak.

Namun di sini, sesuatu yang menghibur itu bukan dalam bentuk berita. Maka banyak

pekerja media yang berpaling kepada fiksi untuk dapat menghibur khalayak. Selain

itu, media massa juga menyediakan iklan untuk menghibur khalayaknya agar dapat

keluar sejenak dari rutinitas kehidupan yang begitu sulit.

Yang perlu di garis bawahi, ialah bagaimana iklan dapat menciptakan

kebutuhan semu kepada khalayak. Jangan sampai kita mudah terpesona oleh

kecanggihan sebuah iklan. Begitu canggihnya sehingga khalayak menjadi terpesona

dan menerima begitu saja informasi yang disebarkan.

Kebutuhan semu, menurut Herbert Marcuse, adalah “segala kebutuhan yang

ditanamkan ke dalam masing-masing individu demi kepentingan sosial tertentu dalam

represinya. Dalam konteks iklan, yang menanamkan kebutuhan semu adalah kaum

kapitalis melalui media massa. Secara praktis, kaum kapitalis bersama-sama dengan

media massa memanipulasi kebutuhan semu menjadi kebutuhan yang perlu atau

malah harus dipenuhi oleh khalayak. Kaum kapitalis dan media massa menciptakan

suasana yang membuat khalayak tidak lagi sadar apakah yang ditawarkan iklan

memang benar-benar dibutuhkan atau tidak.43

42
Ibid, h. 25
43
Ibid, h. 28
BAB III

PROFIL MEDIA

A. Harian Republika

1. Sejarah Perusahaan

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas

muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya

panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang

dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai

langkah.1 Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media

massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa

yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai

spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah

gerak seperti digariskan UUD 1945.2

Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita

dan program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5

Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia,

antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu:

Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir.3

1
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 55
2
Dokementasi Harian Umum Republika, (Buncit Raya: PT. HU Republika) tanggal 19
Oktober 2012
3
Ibid

43
44

Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa

tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada

pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam, menyusun

Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga

program utamanya:4

1. Pengembangan Islamic Center

2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies)

3. Penerbitan Harian Umum Republika.

Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri, pejabat

tinggi Negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka antara lain,

Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu

Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lainnya. Sedangkan Haji

Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai pelindung Yayasan. Sementara

Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat Ketua Umum ICMI, dipercaya

sebagai Keua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa.5

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah Koran harian, pada 28

November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses,

Yayasan kemudian memperroleh SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari

Departemen Penerangan Republik Indonesia., sebagai modal awal penerbitan Harian

4
Ibid
5
Ibid
45

Umum Republika. SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992

tertanggal 19 Desember 1992.6

Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang

disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap padanya untuk

menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, Koran ini

akan diberi nama, antara lain, “Republik.”7

Harian Umum Republika mulai terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993.

Pada masa izin untuk menerbitkan harian umum atau Koran terbilang sangat sulit,

hasil dari ICMI se-Indonesia yang dapat menembus ketatnya pemerintahan untuk izin

penerbitan. Harian Umum Republika menjadi suatu berkah dengan dapat

keterwakilannya aspirasi umat Islam di dalam wacana nasional sehingga

menumbuhkan pulralisme informasi kepada masyarakat dan merupakan perusahaan

media pertama yang menjadi perusahaan publik.8

Harian Umum Republika juga menjadi “media pertama” yang melakukan

Cetak jarak Jauh (CJJ) pada tanggal 17 Mei 1997, di Solo. Bidang teknologi

Republika terbukti menjadi media pertama di Indonesia yang mengembangkan media

Online (www.republika.co.id) yakni pada 17 Agustus 1995. Beberapa hari menjelang

kemunculan Microsoft sendiri meluncurkan Internet Explorer (IE).9

6
Ibid
7
Ibid
8
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 55
9
Ibid, h. 55
46

Ideologi Republika adalah ideology pemiliknya, PT Abdi Bangsa, yaitu:

Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keislaman; dengan tujuan mempercepat terbentuknya

civil society. Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam bentuk

informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan islam dengan wajah moderat.10

a. PT Abdi Bangsa

PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirakan pada 28

November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini

bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan

dilakukan oleh Direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh

Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam mengelola perseroan, dibantu oleh

Pembina Manajemen.11

PT. Abdi Bangsa, dalam upaya penggallan dana untuk pengembangan

usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Tampaknya, PT. Abdi

Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia, dalam arti jumlah pemilikan

sahamnya.12

Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya

boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2,9 juta lembar saham

10
Mengutip dari Skripsi Ririn Restu Utami Mahasiswi Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Framing Pemberitaan Kasus Gayus Tambunan
di Republika dan Media Indonesia Periode November 2010, h. 53
11
Dokementasi Harian Umum Republika, (Buncit Raya: PT. HU Republika) tanggal 19
Oktober 2012
12
Ibid
47

kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2,9 juta kepada

keluarga/pemegang saham.13

2. Visi dan Misi Harian Republika

a. Visi Harian Republika

Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang

berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek

kehidupan ini - politik, ekonomi, Iptek, social, budaya – “keterbukaan” menjadi kata

kunci. Republika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat

Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang

telah dimilikinya.14

Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat

mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keterbukaan dan perubahan telah

dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang kita bersepakat mencapai

kemajuan. Meski demikian, mengupayakan perubahan yang juga pembaharuan tidak

mesti mengganggu stabilitas yang telah susah payah dibangun.15

Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri ini,

yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media Massa,

dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar langkah itu

bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. 16

13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
16
Ibid
48

b. Misi Harian Republika

Misi Republika dibebagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut:

Politik. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan

optimalisasi lembaga-lembaga Negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat,

and pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.17

Ekonomi. Keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian

Republika, mempromosikan profesionalisasi yang mengindahkan nilai-nilai

kemanusiaan dalam menajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber

daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam

bisnis.18

Budaya. Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap

bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari

manapun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang

sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani, serta

bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung merduksi

manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.19

Agama. Dalam bidang ini, Republika mendorong sikap beragama yang

terbuka sekaligus kritis terhadap realitas social-ekonomi kontemporer,

mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-

17
Ibid
18
Ibid
19
Ibid
49

ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam,

serta mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.20

3. Konsep Produk

Banyak pendapat yang muncul mengenai Koran ini. Ada yang bilang

“beritanya berani”, sebagian lagi menyebutnya “sebagai Koran masa depan”. Lainnya

melihatnya sebagai Koran yang menyajikan gaya jurnalistik baru.21

Semua pendapat ini sah-sah saja, sebenarnya, apa yang kami antarkan adalah

fakta yang memang semestinya di tampilkan. Perbedaannya ada dalam pengemasan,

pendalaman dan penyajian. Republika cenderung menyajikannya lebih atraktif, jelas

dan tuntas sehingga tidak perlu mengernyitkan dahi untuk memahaminya.22

a. Jurnalisme yang Khas

Corak jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan informasi

yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan

corak Jurnalisme yang “enek dibaca” (readable). Bahasa dan gaya penuturannya

diupayakan populer, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.23

Visualisasi dan disain menarik dalam bentuk penonjolan unsur grafis yang

informatif, (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna juga

merupakan kekuatan surat kabar ini. Hal ini ditunjang oleh sajian berita yang tuntas

pada satu halaman, tanpa bersambung ke halaman lain. Dengan demikian, pembaca

20
Ibid
21
Ibid
22
Ibid
23
Ibid
50

memiliki waktu lebih banyak untuk melacak berita maupun informasi di halaman-

halaman lain.24

Tak terlalu berlebihan kiranya bila Republika pernah menyandang predika

sebagai Juara I dalam tata wajah terbaik media cetak nasional pada tahun pertama

penerbitannya.25

b. Topik-topik yang Akrab

Pilihan topik Republika tidak mengandung potensi untuk menjadi terlalu

filosofis. Yang lebih memperoleh perhatian adalah topik-topik yang dekat dengan dan

berdampak langsung dengan masyarakat pembaca. Ini tidak dengan sendirinya berarti

Republika mengabaikan kedalaman dan keseriusan. Republika justru berupaya

mengembangkan semacam surat kabar “semi magazine”. Artinya, akan banyak berita

yang ditulis dengan gaya features.26

Dalam hal ini apa yang berlangsung sehari-hari sebisa mungkin dibingkai,

ditefsirkan, diberi kedalaman. Malahan beberapa topik terbukti menjadi cirri khas

yang kental dalam ingatan sebagian besar pembaca. Ambilah contoh: Resonansi,

Hikmah, Solilokul, Wacana, Tajuk; ataupun yang disajian dalam lembar khusus,

seperti suplemen Tekad, Rekor, Manajer, Trend Teknologi, Dialog Jumat, Koran

Kecil dan Selasar.27

24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid
51

c. Republika dan Pembaharuan

Bila diamati, sejak kelahirannya telah banyak penyempurnaan yang dilakukan

Republika. Tak hanya dalam disain penampilan korannya, melainkan juga isi. Kini

porsi berita maupun artikel yang berkaitan dengan bisnis akan lebih banyak dijumpai

da;am setiap halaman.28

Semua ini merupakan upaya pemenuhan tuntutan khalayak pembaca yang

semakin menigkat, baik dalam hal gaya hidup maupun status sosial ekonominya.29

4. Struktur Redaksi

Pemimpin redaksi : Nasihin Masha

Wakil pemimpin redaksi : Arys Hilman Nugraha

Redaktur pelaksana koran : Elba Damhuri

Redaktur pelaksana newsroom : Maman Sudiaman

Redaktur pelaksana online : M Irwan Ariefyanto

Redaktur senior : Anif Punto Utomo

Wakil redaktur pelaksana : Irfan Junaidi, Syahrudin el-

Fikri, Kumara Dewatasari

Asisten redaktur pelaksana : Firkah Fansuri, Heri Ruslan,

Johar Arief, Joko Sadewo, Nur

Hasan Murtiaji, Subroto

Sekretaris redaksi : Hamidah Sagaf

Kepala quality control dan bahasa : Rakhmat Hadi Sucipto

28
Ibid
29
Ibid
52

Kepala perwakilan Jawa Barat : Rachmat Santosa Basarah

Kepala perwakilan DIY, Jateng & Jatim : Haryadi B Susanto

Reporter senior : Harun Husein, Muhammad

Subarkah, Nurul S Hamami,

Selamat Ginting, Siwi Tri Puji

Budiwiyati, Teguh Setiawan

Kepala desain : Sarjono

Staf redaksi :

Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Anjar

Famiarto, Asep K Nurzaman, Budi Raharjo, Burhanuddin Bella, Darmawan

Septiyosa, Dewi Mardiani, Didi Purwadi, Hendro Yuwanto, EH Ismail, Feri

Kisihandi, Fitrian Zamzami, Heri Purwaka, Indira Rezki Sari, Irwan Kelana,

Israr, Khairul Azwar, M Ikhsan Shiddieqy, Nashih Nasrullah, Natalia Endah

Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Riyantono Oemar, Rahmat

Budiharto, Ratna Puspita, Reny Dwi Nanda, R Hiru Muhammad, Stevy

Maradona, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Firmansyah, Wahidach

Handasah, Wulan Tunjung Palupi, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi,

Yusuf Asidiq, Zaky Alhamzah, Erwin Dwi Putranto, Abdullah Sammy, Agus

Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Ahmad Reza Safitri, Amri Amrullah, Ani

Nursalikah, A Syalaby Ikhsan, Bilal Ramadhan, Bowo Pribadi, Citra Ristia

Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desi Susilawati, Devi Angraini Oktavika,

Djoko Sucheno, Dito Papilanda, Dwi Murdaningsih, Diyah Ratna Meta


53

Novia, Edi Setyoko, Eko Widiyatno, Herdy Nasrul, Eri Purnama Putra, Esthi

Maharani, Fernan Rahadi, Fitria Handayani, Riska Yolandha, Ichsan Emrald

Alamsyah, Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Lingga

Permesti, Mansyur Faqih, Meiliyani Fauziah, Muhammad Akbar, Muhammad

Akbar Wijaya, Muhammad Fakhruddin, Mutia Ramadhani, M Hafil, Neni

Ridarineni, Nur Aini, Rosita Budi Suryaningsih, Rusdy Nurdiansyah, Satya

Festiani, Sefti Oktarianisa, Setyanavidita Livikacansera, Susie Evidia

Yuvidianti, Youbal Ganesha Rasyid, Yulianingsih, Tahta Aidillah, Aditya

Pradana Putra, Agung Suprianto, Wihdan Hidayat, Nian Poloan (Medan),

Mastril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali).30

5. Segmentasi Pembaca

Harian Umum Republika juga memilik target pembaca antara lain adalah

beragama Islam dan agama lain, memiliki golongan professional, manajer, ekskutif,

pelajar, dan pengusaha, dengan mengambil pasar berskala nasional. Pembaca Harian

Umum Republika untuk golongan muda pria umur 20-29 tahun kisaran 31% dan

untuk umur 30-39 tahun sekitar 39%. Kemudian untuk golongan muda wanita umur

20-39 tahun sekitar 21% dan untuk umur 30-39 tahun 22%.31

30
Republika, 19 November 2012, h. 4
31
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 62
BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Konteks Kasus

Kasus korupsi Nazaruddin ini sangat mengejutkan banyak pihak. Dan untuk

menyelesaikan kasus ini pun sesungguhnya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Pernah muncul dipermukaan bahwa untuk menyelesaikan kasus yang melibatkan

mantan bendahara umum Partai Demokrat ini membutuhkan waktu seratus tahun.

Awal mula kasus ini adalah dari tertangkapnya Sesmenpora (Sekretaris

Menteri Pemuda dan Olahraga) Wafid Muaharram, bos PT Duta Graha Indah M El

Idris, dan seorang perantara Mindo Rosalina. Ketiganya ditangkap atas dugaan

penyuapan terkait proyek Wisma Atlet SEA Games 2011. Pengacara Rosalina,

Kamarudin Simanjuntak menyatakan kliennya sebagai bawahan Nazarudin.

Pernyataan ini terus bergulir di media massa dan menimbulkan dugaan keterlibatan

beberapa elit partai tersebut.

Tentu saja Nazaruddin menolak pernyataan dari pengacara Rosalina tersebut.

Nazaruddin membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan Partai

Demokrat. Pemberitaan tersebut bergulir di media massa tentang kerterkaitannya

Nazarudin dengan kasus penyuapan tersebut memaksa Dewan Kehormatan Partai

Demokrat memecat Nazaruddin dari jabatan Bendahara Umum. Pada tanggal 24 Mei

2011 KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menerbitkan surat larangan bepergian ke

luar negeri terhadap Nazaruddin. Namun, Nazaruddin telah terbang ke Singapura

dengan alasan berobat, bersamaan waktunya dengan pengumuman pemecatan dirinya

dari Demokrat.

54
55

Inilah awal mula pelarian Nazaruddin di luar negeri. Pada 10 Juni 2011 Partai

Demokrat membentuk tim yang terdiri atas Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah dan

Jhonny Allen Marbun. Tim berhasil menemui Nazaruddin di Singapura, namun gagal

membawa pulang Nazaruddin ke tanah air. Keberadaan Nazaruddin di Singapura

karena sedang berobat dan dalam keadaan sakit berdasarkan keterangan pers yang

dilakukan Partai Demokrat.

Selama pelariannya di luar negeri, Nazaruddin selalu membeberkan

keterlibatan beberapa kader Partai Demokrat kepada para wartawan melalui

blackberry messanger. Sampai pada akhirnya tanggal 14 Agustus 2011 Nazarudin

berhasil dibawa pulang dari persembunyiannya di Cartagena, Kolombia.

Bagi Harian Republika korupsi sudah mendarah daging di negeri ini. Disetiap

instansi pemerintahan di negeri ini sudah ada dugaan kasus korupsinya. Maka dari itu

Republika ingin bergerak bersama masyarakat untuk melawan tindak pidana korupsi.

Dalam kasus korupsi ini Republika mengedepankan dirinya sebagai musuh bersama

terhadap korupsi. Seperti apa yng diungkapkan oleh Wakil Redaktur Pelaksana

Harian Umum Republika, Syahrudin El-Fikri:

Karena kita melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini di setiap
instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau maka kita
ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai musuh bersama
bagi korupsi apapun bentuknya.1

1
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
56

Bagi Harian Republika korupsi merupakan salah satu kejahatan luar biasa

yang dapat mengakibatkan kepada Negara dan masyarakat. Masa depan anak

bangsa pun akan terganggu dengan semakin merebaknya kasus korupsi.

Republika berharap agar setiap Undang-undang yang mengatur tentang kasus


korupsi dapat berlaku bagi siapapun yang melakukannya. Republika juga mendorong
agar lembaga pemerintahan seperti eksekutif, yudikatif, dan legislatif mendorong
bersama-sama agar korupsi itu segera diberantas.2

Kasus dugaan korupsi yang melibatkan Mantan Bendahara Umum Partai

Demokrat M Nazaruddin, dipandang Republika sebagai bagian dari efek mahalnya

demokrasi langsung yang ada di negeri ini.

Siapapun calon yang berhasil lolos dalam pemilihan umum maka dia akan segera
memikirkan bagaimana cara mengembalikkan modalnya selama kampanye kembali
utuh. Kasus ini sudah seperti gunung es di negeri ini. Hal ini dipandang Republika
karena memang ada sistem yang membuat mereka melakukan tindakan yang tidak
jujur. 3

Republika dalam mengembangkan kasus Nazaruddin ini yang hampir

selalu ada “nyanyian-nyanyian” dari Nazaruddin yang mengatakan bahwa dalam

kasusnya ini tidak hanya dia yang terlibat, masih ada sejumlah kader Partai

Demokrat yang ikut terlibat dalam kasus ini. Republika dalam menanggapi hal

tersebut mau tidak mau mencari sumber yang valid dalam membuat berita. Bagi

Republika jika ada informasi yang berkembang dalam kasus ini, maka Republika

harus mengkrosceknya kepada oknum-oknum yang bersangkutan.4

2
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
3
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
4
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
57

Dalam memandang betapa lamanya Nazaruddin berhasil kabur dari kejaran

KPK dan Kepolisian, Republika memandangnya sebagai ada titik lemah dari

lembaga penegakan hukum. Kita sudah banyak melihat, orang-orang yang telah

terindikasi kasus korupsi, dia masih bisa saja keluar dari negeri ini dengan alasan

berobat. Inilah yang mejadi titik lemah dalam pemberantasan suatu kasus korupsi

menurut Republika.

Seharusnya jika seseorang sudah terindikasi terlibat dalam suatu kasus korupsi, ada
pencegahan lebih awal agar yang bersangkutan tidak kabur ke luar negeri.
Kelemahan-kelemahan seperti inilah yang harus cepat diperhatikan oleh para aparat
pemerintah dan KPK.5
1. Paparan Singkat Objek Penelitian Republika

Dalam penelitian ini ada 10 berita yang menjadi objek penelitian peneliti.

Kesepuluh berita tersebut adalah berita pada tanggal 3 Juni 2011 “KPK Pastikan

Panggil Nazaruddin”, tanggal 6 Juni 2011 “Langkah Jemput Paksa Bergantung

Status Nazaruddin”, tanggal 7 Juni 2011 “Demokrat Gagal Bawa Pulang

Nazaruddin”, tanggal 9 Juni 2011 “KPK Resmi Panggil Nazaruddin”, tanggal 10

Juni 2011 “Nazaruddin Diduga Disembunyikan”, tanggal 11 Juni 2011

“Nazaruddin Mangkir”, tanggal 12 Juni 2011 “Pemerintah dan KPK Lamban”,

tanggal 16 Juni 2011 “KPK Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin”, tanggal 18 Juni

2011 “Demokrta Respons Tudingan Nazar” dan pada tanggal 21 Juni 2011 “KPK

Segera Panggil TPF Demokrat”.

Dari kesemua berita tersebut yang terbit pada bulan Juni 2011, peneliti

mengambil kesemuanya untuk dijadikan objek penelitian.

5
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
58

B. Analisis Framing Pemberitaan Kasus M Nazaruddin di Harian

Umum Republika

1. Republika Tanggal 3 Juni 2011

Judul : KPK Pastikan Panggil Nazaruddin

Problem identification. Harian Republika mengidentifikasi berita ini sebagai

Nazaruddin tidak bisa dibawa pulang oleh tim pencari fakta yang dibentuk oleh Partai

Demokrat. Tim hanya mampu mengajak Nazaruddin agar pulang ke Indonesia,

namun tim tidak bisa memaksa Nazaruddin. Ini dilakukan demi menghormati

keputusan Nazaruddin yang merasa sakit dan memutuskan untuk berobat di sana.

Sutan menegaskan, tim yang dipimpinnya ke Singapura


bukan merupakan tim penjemputan. Tim ini berangkat ke
Singapura pada Rabu (1/6) malam. Ketua Fraksi Partai
Demokrat Jafar Hafsah mengatakan, tim akan berupaya
mengajak Nazaruddin pulang ke tanah air.

Causal interpretation. Dalam keseluruhan berita ini, faktor kesehatan dan

status hukum Nazaruddin sebagai penyebab masalah. Selama kedua faktor ini belum

memiliki kejelasan maka Nazaruddin akan terus berada di sana. Hal ini terlihat dari

apa yang disampaikan oleh Juru Bicara KPK Johan Budi yang menyatakan sampai

saat ini belum menentukan jadwal pemanggilan Nazaruddin. Seperti yang dituliskan

dalam berita tersebut:

“Meskipun sudah memiliki rencana memanggil dan


memeriksa mantan bendahara umum Partai Demokrat, M
Nazaruddin, KPK belum menentukan jadwal pemanggilan.
Hingga kini, penyidik KPK belum mengajukan jadwal
pemanggilan terhadap Nazaruddin kepada pimpinan KPK.
“Itu masalah waktu saja. Penyidik hingga hari ini belum
menjadwalkannya. Tapi kalau dipanggil, iya,” kata Juru
59

Bicara KPK Johan Budi SP kepada Republika, kamis


(2/6).”

Sedangkan tim pencari fakta dari Partai Demokrat menegaskan, tim ini

dibentuk bukan untuk menjemput Nazaruddin pulang ke Indonesia. Seperti yang

diungkapkan oleh ketua tim tersebut Sutan Bhatoegana. Hal ini pun diperkuat oleh

pendapat kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul seperti yang dituliskan dalam berita

tersebut:

“Kalau Nazaruddin sudah selesai check up, ngapain lama-


lama di sana. Ngapain kita jemput, kayak orang antar atau
jemput orang haji saja. Dia bisa datang sendiri,” tegas
Ruhut.”

Berita ini menegaskan bahwa untuk saat ini status kesehatan dan status

hukumlah yang menjadi penyebab masalah dalam berita ini sehingga sulit untuk

memaksa dia untuk kembali ke tanah air.

Moral evaluation. Penilaian atas status hukum dan status kesehatannya

Nazaruddin sebagai sumber permasalahan datang dari pendapat petinggi Partai

Demokrat dan pimpinan KPK. Penilaian moral terhadap tindakan Nazaruddin yang

belum juga kembali ke tanah air merupakan sebuah tindakan yang wajar. Ini

dijelaskan oleh Republika yang lebih ingin menuliskan pendapat para petinggi Partai

Demokrat dan pimpinan KPK yang merasa belum memiliki alasan cukup untuk

memaksa pulang Nazaruddin. Seperti apa yang diungkapkan oleh Edhie Baskoro

Sekjen Partai Demokrat, “Hari ini Pak Nazaruddin sedang berobat ke Singapura.

Tentunya kita berharap segera sembuh dan kembali mengerjakan tugas-tugasnya.”

Kutipan ini menandakan kepergian Nazaruddin ke Singapura adalah bukan untuk


60

menghindari panggilan pihak berwenang, melainkan karena alasan sakit. Keberadaan

Nazaruddin di Singapura bukan sebagai tindakan yang salah di mata Republika.

Sekretaris Jenderal partai Demokrat Edhie Baskoro


Yudhoyono alias Ibas mengharapkan Nazaruddin segera
sembuh. Saat ditemui wartawan usai peringatan Hari
Kesatian Pancasila di gedung MPR, Rabu (1/6), dia
mengatakan, hubungan Partai dengan Nazaruddin tetap
baik. “Hari ini Pak Nazaruddin sedang berobat ke
Singapura. Tentunya kita berharap segera sembuh dan
kembali mengerjakan tugas-tugasnya,”katanya.
Treatment recommendation. Secara tidak langsung Harian Republika

mengajak pembaca untuk tidak perlu tergesa-gesa dalam memberantas korupsi.

Penegak hukum dalam hal ini KPK dianggap harus menghormati kesehatan dan status

hukum Nazaruddin yang masih sebagai saksi agar tidak memaksa pulang Nazaruddin

ke tanah air.

Sementara itu, Ketua Departemen Komunikasi DPP Partai


Demokrat Ruhut Sitompul menambahkan, partainya masih
menunggu keputusan dokter untuk benar-benar bisa
membawa Nazaruddin kembali ke Indonesia.
61

Tabel 4. 1: Framing Edisi 3 Juni 2011

“KPK Pastikan Panggil Nazaruddin”

Problem Identification Nazaruddin gagal dibawa Sutan menegaskan, tim yang


pulang oleh tim pencari fakta dipimpinnya ke Singapura bukan
bentukan Partai Demokrat merupakan tim penjemputan

Causal interpretation Status kesehatan dan status “Meskipun sudah memiliki rencana
hukum yang membuat gagal memanggil dan memeriksa mantan
kepulangan Nazaruddin bendahara umum Partai Demokrat, M
Nazaruddin, KPK belum menentukan
jadwal pemanggilan

“Kalau Nazaruddin sudah selesai


check up, ngapain lama-lama di
sana. Ngapain kita jemput, kayak
orang antar atau jemput orang haji
saja. Dia bisa datang sendiri,” tegas
Ruhut.”

Moral evaluation Belum kembalinya Nazaruddin “Hari ini Pak Nazaruddin sedang
ke tanah air adalah sebuah berobat ke Singapura. Tentunya
tindakan yang wajar kita berharap segera sembuh dan
kembali mengerjakan tugas-
tugasnya,”katanya.

Treatment Republika mengajak pembaca Sementara itu, Ketua


recommendation untuk tidak tergesa-gesa dalam Departemen Komunikasi DPP
memberantas korupsi Partai Demokrat Ruhut Sitompul
menambahkan, partainya masih
menunggu keputusan dokter
untuk benar-benar bisa
membawa Nazaruddin kembali
ke Indonesia.
62

2. Republika Tanggal 6 Juni 2011

Judul : Langkah Jemput Paksa Bergantung Status

Nazaruddin

Problem identification. Harian Republika pada berita ini mengidentifikasi

dengan melihat tindakan gegabah jika KPK memaksakan kepulangan Nazaruddin ke

tanah air. Mengingat status Nazaruddin masih sebagai saksi dan penyidikan kasus ini

masih berjalan panjang menyebabkan KPK tidak akan memaksa Nazaruddin untuk

segera kembali ke dari Singapura. KPK akan baru mengambil tindakan tegas jika

semua bukti menunjukkan keterlibatan Nazaruddin.

Busyro menjelaskan, pihaknya tidak ingin bertindak


gegabah. Kasus dugaan suap terhadap Sekretaris Menteri
Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Wafid Muaharram,
kata Busyro masih memerlukan pendalaman penyidikan.
Ketika semua bukti kuat mengarah ke Nazaruddin, lanjut
Busyro, barulah pihaknya mengambil tindakan.

Causal interpretation. Status Nazaruddin yang masih sebagai saksi

merupakan penyebab masalah dalam pemberitaan ini sehingga KPK tidak akan

gegabah untuk memaksanya pulang ke Indonesia. Berita yang dituliskan oleh Harian

Republika menolak anggapan yang menyatakan KPK lambat dalam menangani kasus

korupsi. Ini terlihat bagaimana Republika yang hanya mencatumkan pendapat yang

diberikan oleh pimpinan KPK. Seperti dalam teks berita tersebut yang dituliskan oleh

Republika, mengutip dari pendapat Ketua KPK Busyro Muqoddas:

“Dia pun menampik penilaian KPK lambat dalam


penanganan kasus suap terhadap Sesmenpora. Dia
mengatakan, untuk mengungkap suatu kasus korupsi
membutuhkan waktu. Kegiatan penyidikan, tegas Busyro,
tidak bisa dibatasi karena perkara Nazaruddin bukan
63

persoalan sepele, sementara kasus lain yang ditangani KPK


juga banyak.”

Hal ini semakin jelas bahwa penyebab masalah dalam berita ini adalah

bukanlah pergerakan KPK yang lambat dalam menangani masalah korupsi, tetapi

karena perjalanan panjang yang harus ditempuh KPK untuk mengungkap kasus

korupsi yang menyebabkan status Nazaruddin masih sebagai saksi sehingga sulit

untuk memulangkan kembali ke tanah air.

Moral evaluation. Status hukum Nazaruddin yang masih sebagai saksi

dianggap sebagai sumber masalah sehingga sulit untuk memaksanya pulang ke tanah

air ini didukung oleh pendapat-pendapat dari pihak KPK. Pihak KPK dalam berita ini

dibingkai dalam posisi yang tidak bersalah. Ini terlihat dari apa yang disampaikan

oleh Busyro Muqoddas dan Haryono Umar sebagai pimpinan KPK. Klaim moral

yang diungkapkan Busyor Muqoddas dalam berita ini dengan kalimat berikut: “Dia

mengatakan untuk menyelesaikan kasus korupsi membutuhkan waktu.” Klaim seperti

ini sangat menunjukkan bagaimana KPK bekerja sesuai dengan prosedur yang ada

dan tidak akan mengambil tindakan gegabah.

Wakil ketua KPK Haryono Umar menambahkan, saat ini


KPK tidak berkepentingan menjemput Nazaruddin ke
Singapura. Haryono menambahkan, dengan status
Nazaruddin hanya sebagai saksi, KPK tidak melakukan
upaya penjemputan ke Singapura. “(Nazaruddin) masih
sebagai saksi. Kalau sudah terjadi tersangka, baru
dijemput,” kata Haryono, kemarin (5/6).
Treatment recommendation. Dalam melihat pemberitaan ini, Republika

merekomendasikan agar kasus seperti ini diikuti dengan prosedur yang ada. Jangan

mengambil tindakan di luar hukum dalam menegakkan keadilan. Pemberantasan


64

korupsi membutuhkan waktu, sehingga pembaca harus bersabar dalam menanti

langkah selanjutnya dari KPK, apalagi untuk membongkar kasus sebesar Wisma Atlit

ini.

Dia pun menampik penilaian KPK lambat dalam


penanganan kasus suap terhadap Sesmenpora. Dia
mengatakan, untuk mengungkap suatu kasus korupsi
membutuhkan waktu. Kegiatan penyidikan, tegas Busyro,
tidak bisa dibatasi karena perkara Nazaruddin bukan
persoalan sepele, sementara kasus lain yang ditangani KPK
juga banyak.
Tabel 4.2: Framing Edisi 6 Juni 2011

“Langkah Jemput Paksa Bergantung Status Nazaruddin”

Problem identification Tindakan gegabah jika KPK Busyro menjelaskan, pihaknya


menjemput paksa Nazaruddin tidak ingin bertindak gegabah

Causal interpretation Status Nazaruddin yang masih Dia pun menampik penilaian
sebagai saksi KPK lambat dalam penanganan
kasus suap terhadap
Sesmenpora. Dia mengatakan,
untuk mengungkap suatu kasus
korupsi membutuhkan waktu

Moral evaluation Tindakan KPK yang tidak Wakil ketua KPK Haryono
menjemput paksa Nazaruddin Umar menambahkan, saat ini
dinilai sudah tepat KPK tidak berkepentingan
menjemput Nazaruddin ke
Singapura. Haryono
menambahkan, dengan status
Nazaruddin hanya sebagai
saksi, KPK tidak melakukan
upaya penjemputan ke
Singapura.

Treatment recommendation Penanganan kasus korupsi Dia mengatakan, untuk


seharusnya mengikuti prosedur mengungkap suatu kasus
yang ada korupsi membutuhkan waktu
65

3. Republika Tanggal 7 Juni 2011

Judul : Deomkrat Gagal Bawa Pulang Nazaruddin

Problem identification. Dalam berita ini Harian Rapublika mengidentifikasi

berita ini pertama-tama dengan menilai tim pencari fakta yang dibentuk oleh Partai

Demokrat tidak berwenang memakasa Nazaruddin untuk pulang ke tanah air. Tim

Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat (Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah, dan

Jhonny Allen Marbun) hanya bertugas untuk bertemu dan berkomunikasi dengan

Nazaruddin dan mengajaknya bukan memaksanya agar mau kembali ke tanah air.

Tim khusus yang dibentuk Partai Demokrat telah bertemu


mantan bendahara umum Partai Demokrat M Nazaruddin
di Singapura. Namun tim itu gagal mengajak pulang
Nazaruddin pulang ke Indonesia. “Tim sudah bekerja dan
berhasil berkomunikasi dan bertemu langsung dengan
yang bersangkutan di Singapura”, ujar Ketua Umum
Partai Demokrat Anas Urbaningrum di kantor DPP Partai
Demokrat, Senin (6/6).

Causal interpretation. Kepulangan Nazaruddin msih terkendala status hukum

dan status kesehatannya. Letak awal dan masalah bukan pada tim pencari fakta Partai

Demokrat yang tidak bisa membawa pulang Nazaruddin dari Singapura. Hal ini dapat

dibaca dari isi berita yang berasal dari wawancara dengan Anas Urbaningrum Ketua

Umum Partai Demokrat pada alinea pertama.

“Tim sudah bekerja dan berhasil berkomunikasi dan


bertemu langsung dengan yang bersangkutan di
Singapura.”

Atau dapat dilihat juga dari isi berita yang memuat hasil kesimpulan yang

dibuat oleh tim pencari fakta Partai Demokrat.


66

“Dari hasil komunikasi dengan Nazaruddin, Demokrat


menyimpulkan tiga hal. Pertama, Nazaruddin sedang sakit
dan berobat di Singapura. Kedua, sudah selesai berobat,
Nazaruddin akan kemabli ke tanah air. Ketiga, Nazaruddin
siap memberikan klarifikasi mengenai informasi yang kini
tengah didiskusikan publik.”
Pemuatan hasil wawancara dengan mereka seperti di atas, ini sangat

menunjukkan bahwa Harian Republika mengidentifikasi penyebab masalah dalam

berita ini adalah dengan melihat status hukum Nazaruddin dan status

kesehatannyalah yang menyebabkan dirinya belum dibawa kembali atau bahkan

mengembalikan dirinya sendiri ke tanah air. Republika tidak melihat tim pencari

fakta yang dibentuk Partai Demokrat sebagai penyebab masalah dari lamanya

Nazaruddin kembali ke tanah air.

Moral evaluation. Penilaian atas status hukum dan status kesehatan

Nazaruddin sebagai penyebab masalah datang dari beberepa pendapat elit yang sama-

sama menganggap keberadaan Nazaruddin di Singapura bukan sebagai pelarian dia

dari penegakan hukum. Penilaian moral yang diberikan kepada Nazaruddin

menekankan bahwa keberadaannya di Singapura adalah sebagai tindakan yang tepat.

Pertama, keberadaan dia disana adalah karena kondisi kesehatannya yang buruk, dan

diberikan kesempatan untuk berobat. Kedua, belum kembalinya Nazaruddin ke tanah

air ini karena status hukumnya belum sampai menunjukkan keterlibatannya dalam

kasus suap proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang.

Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, mengatakan hingga saat


ini pihaknya belum membuat surat panggilan untuk
Nazaruddin. Menurut Haryono, KPK belum membutuhkan
keterangan Nazaruddin terkait kasus suap dalam proyek
pembangunan wisma Atlet SEA Games 2011, Palembang.
“Surat pemanggilan belum disampaikan oleh penyidik dan
67

belum ada di meja pimpinan,” kata Haryono di kantornya,


Senin (6/6).
Treatment recommendation. Atas semua identifikasi tersebut, Harian

Republika menekankan kepada KPK agar lebih cepat bergerak dalam melakukan

proses hukum yang sedang terjadi kepada Nazaruddin. Penuntasan kasus ini sangat

penting demi mengklarifikasi berbagai tuduhan yang menuju pada dirinya dan Partai

Demokrat.

Menurut Nazaruddin, segala macam tuduhan padanya


hanyalah tuduhan imajinasi tanpa bukti. “Semakin cepat
dituntaskan maka berbagai isu akan cepat berakhir.
Tudingan itu bisa menjadi jelas dengan pembuktian lewat
jalur hukum,” ujar Nazaruddin. Nazaruddin menegaskan,
siap dimintai keterangan oleh KPK bila diperlukan. “Saya
siap diperiksa,” kata Nazaruddin menegaskan.
68

Tabel 4.3: Framing Edisi 7 Juni 2011

“Demokrat Gagal Bawa Pulang Nazaruddin”

Problem indentification Tim pencari fakta bentukan “Tim sudah bekerja dan
Partai Demokrat tidak berhak berhasil berkomunikasi dan
membawa pulang Nazaruddin bertemu langsung dengan yang
bersangkutan di Singapura”

Causal interpretation Kepulangan Nazaruddin masih “Dari hasil komunikasi dengan


terhalang status hukum dan Nazaruddin, Demokrat
kesehatannya menyimpulkan tiga hal.
Pertama, Nazaruddin sedang
sakit dan berobat di Singapura.
Kedua, sudah selesai berobat,
Nazaruddin akan kemabli ke
tanah air. Ketiga, Nazaruddin
siap memberikan klarifikasi
mengenai informasi yang kini
tengah didiskusikan publik.”

Moral evaluation Keberadaan Nazaruddin di Wakil Ketua KPK, Haryono


Singapura bukan sebagai bentuk Umar, mengatakan hingga saat
pelarian dari hukum ini pihaknya belum membuat
surat panggilan untuk
Nazaruddin. Menurut Haryono,
KPK belum membutuhkan
keterangan Nazaruddin terkait
kasus suap dalam proyek
pembangunan wisma Atlet SEA
Games 2011, Palembang

Treatment recommendation KPK agar bertindak lebih cepat “Semakin cepat dituntaskan
dalam memproses kasus maka berbagai isu akan cepat
Nazaruddin berakhir. Tudingan itu bisa
menjadi jelas dengan
pembuktian lewat jalur hukum
69

4. Republika Tanggal 9 Juni 2011

Judul : KPK Resmi Panggil Nazaruddin

Problem identification. Harian Umum Republika mengidentifikasi berita ini

sebagai pemanggilan Nazaruddin ke KPK. Pemanggilan dalam hal ini masih sebagai

saksi dalam kasus dugaan korupsi Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan di

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPMTK)

pada tahun 2007. Pemanggilan Nazaruddin pada kasus yang berbeda ini, seperti yang

sering dibincangkan oleh publik tentang kasus Wisma Atlet yang Nazaruddin juga

sering disebut-sebut terlibat, dikemas Republika secara biasa-biasa saja. Ini terlihat

dari apa yang dituangkan dalam berita ini, Republika tidak sama sekali menuliskan

tekanan-tekanan yang menyudutkan KPK karena tidak sanggup membuka kasus besar

yang melibatkan Manta Bandahara Umum Partai Demokrat tersebut.

Wakil ketua KPK, Chandra M Hamzah, menyatakan


pihaknya telah mengirimkan surat surat pemanggilan
terhadap mantan bendahara umum Partai Demokrat M
Nazaruddin. KPK menjadwalkan pemeriksaan terhadap
Nazaruddin pada Jum’at (10/6). “(Surat pemanggilan
sudah ke semua, termasuk ke Komisi VII,” ujar Chandra
saat menghadiri rapat Tim Pengawas Kasus Bank Century,
di gedung DPR, Rabu (8/6).

Causal interpretation. Dalam berita yang diterbitkan Republika ini, dugaan

keterlibatan Nazaruddinlah yang dijadikan sebagai penyebab masalah dalam berita

ini. Dalam banyak teksnya Republika memuat pendapat para petinggi KPK yang

menyatakan keterlibatan Nazaruddin. Seperti apa yang diungkapkan Wakil Ketua

KPK, Chandra M Hamzah, menyatakan pihaknya telah mengirimkan surat panggilan

terhadap mantan bendahara umum Partai Demokrat, M Nazaruddin. KPK


70

menjadwalkan pemerikasaan terhadap Nazaruddin pada jumt (10/6). Atau dalam

berita tersebut juga dituliskan pendapat lainnya yang disampaikan oleh Chandra

dalam berita tersebut:

“Chandra menyatakan, Jumat (10/6), KPK memeriksa


Nazaruddin sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi di
Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Padahal
selama ini, ramai diberitakan Nazaruddin akan dipanggil
KPK terkait kasus dugaan suap dalam proyek Wisma Atlet
SEA Games 2011, Palembang.”
Atau pendapat yang diungkapkan oleh Juru Bicara KPK, Johan Budi, yang

dikonfirmasi soal kasus ini menerangkan:

“Nazaruddin akan diperiksa dalam kasus dugaan korupsi


program Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan di
Direktora Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPMTK) pada 2007.”

Selain kedua pendapat itu, dalam berita ini juga masih memuat pendapat

Wakil Ketua KPK, M Jasin. Dalam berita ini dituliskan pendaoat M Jasin seperti

berikut:

“Pemanggilan terhadap Nazaruddin bisa saja untuk kedua


kasus yang membelitnya pada saat ini, yakni dugaan
keterlibatannya dalam kasus suap proyek Wisma Atlet dan
kasus di Kemendiknas. Pemanggilan terhadap Nazaruddin,
lanjut Jasin, baru diputuskan pada Selasa (7/6) sore. “Yang
jelas, dipanggil sebagai saksi. Tentang apanya, nanti saja
pada waktu diluncurkan suratnya taua pada saat dia
memenuhi panggilan,” kata Jasin.”

Dari keseluruhan teks wawancara yang dilakukan oleh Harian Republika, ini

sangat menunjukkan bahwa dalam berita ini, dugaan keterlibatan Nazaruddin di

berbagai kasus korupsilah yang dianggap sebagai penyebab masalah.


71

Moral evaluation. Penilaian atas dugaan keterlibatan Nazaruddin pada kasus

korupsi berasal dari beberapa pendapat petinggi KPK yang menyatakan pemanggilan

pada dirinya pada Jumat (10/6). Penilaian moral yang dikenakan pada KPK adalah

agar dalam tahap pemanggilan ini KPK memberikan kesempatan terlebih dahulu

kepada Nazaruddin untuk menyembuhkan penyakitnya.

Namun, kata Ruhut KPK harus membiarkan Nazaruddin


berobat di Singapura sampai sembuh. Ruhut mengakui, dua
hari lalu menghubungi Nazaruddin,. Dari hasil
percakapannya, yang bersangkutan masih sakit.
Treatment recommendation. Atas semua isi teks berita tersebut, Harian

Republikan merekomendasikan dalam pemberitaan ini agar Partai Demokrat

menjemput Nazaruddin ke Singapura. Hal ini untuk membuktikan bahwa partai

pemenang pemilu tersebut mendukung kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi.

Untuk membuktikan partainya mendukung kinerja KPK,


Ruhut menyatakan, akan ada tim dari partainya yang
menjemput Nazaruddin ke Singapura. Soal kapan dan siapa
yang berangkat menjemput Nazaruddin, kata Ruhut, masih
dibicarakan di internal partai. “Pasti ada tim yang akan
berangkat lagi ke Singapura.”
72

Tabel 4.4: Framing Edisi 9 Juni 2011

“KPK Resmi Panggil Nazaruddin”

Problem identification Pemanggilan Nazaruddin ke Wakil ketua KPK, Chandra M


KPK sebagai saksi Hamzah, menyatakan pihaknya
telah mengirimkan surat surat
pemanggilan terhadap mantan
bendahara umum Partai
Demokrat M Nazaruddin

Causal interpretation Dugaan keterlibatan korupsi KPK memeriksa Nazaruddin


Nazaruddin di berbagai kasus sebagai saksi dalam kasus
dugaan korupsi di Kementrian
Pendidikan Nasional
(Kemendiknas)

“Nazaruddin akan diperiksa


dalam kasus dugaan korupsi
program Revitalisasi Sarana
dan Prasarana Pendidikan di
Direktora Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan
(PPMTK) pada 2007.”

“Pemanggilan terhadap
Nazaruddin bisa saja untuk
kedua kasus yang membelitnya
pada saat ini, yakni dugaan
keterlibatannya dalam kasus
suap proyek Wisma Atlet dan
kasus di Kemendiknas

Moral evaluation KPK agar lebih terdahulu Namun, kata Ruhut KPK harus
memberikan kesempatan kepada membiarkan Nazaruddin
Nazaruddin menyembuhkan berobat di Singapura sampai
penyakitnya sembuh

Treatment recommendation Partai Demokrat diharapkan Untuk membuktikan partainya


melakukan penjemputan kepada mendukung kinerja KPK, Ruhut
Nazaruddin di Singapura menyatakan, akan ada tim dari
partainya yang menjemput
Nazaruddin ke Singapura
73

5. Republika Tanggal 10 Juni 2011

Judul : Nazaruddin Diduga Disembunyikan

Problem identification. Harian Umum Republika mengidentifikasi berita ini

sebagai sebuah kesalahan Partai Demokrat jika Nazaruddin tidak mengindahkan

panggilan KPK. Ini terlihat dari bagaimana Republika menempatkan pendapat yang

diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris. Walaupun

di dalam berita ini dituliskan pula pendapat-pendapat dari tokoh politik seperti Wakil

Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah yang

membela Nazaruddin untuk tidak menghadiri panggilan KPK karena alasan sakit,

namun pendapat kedua tokoh poltik ini ditempatkan ditengah-tengah berita.

Jika panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


terhadap mantan bendahara umum Partai Demokrat (PD)
M Nazaruddin tak diindahkan yang bersangkutan, yang
harus bertanggung jawab adalah PD. Kepala Pusat
Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris mengatakan,
dalam kasus Nazaruddin, terlihat jelas PD sengaja
membiarkan Nazaruddin berada di Singapura dengan alasan
berobat.

Causal interpretation. Dalam berita ini, Harian Republika menganggap alasan

sakitnya Nazaruddinlah yang menyebabkan segala permasalahan tersebut.

Keberadaannya di Singapura dengan alasan berobat karena sakit menyebabkan

pemanggilan oleh KPK kepada dirinya untuk dimintai keterangan pada kasus

Pengadaan dan Revitalisasi Sarana dan Prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) tahun 2007 sedikit terhambat. Hal ini terlihat

dari banyaknya pendapat para elit politik yang dimuat oleh Harian Republika pada

berita ini. Seperti yang diungkapkan oleh Priyo Budi Santoso Wakil Ketua DPR RI:
74

“Berbeda Pendapat, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso


menilai, belum berhasilnya PD memulangkan Nazaruddin
disebabkan oleh aspek kemanusiaan. “Kalau memang yang
bersangkutan sakit, apalagi berat badannya sampai turun
18 kilogram, bisa dimaklumi. Saya yakin, pada saatnya,
Nazaruddin akan bisa dibawa pulang. Kami melihat sudah
ada ikhtiar dan komitmen PD untuk mengupayakannya
pulang,” ujarnya di DPR.”

Kutipan hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh politik itu

menandakan bahwa Rapublika menganggap bahwa segala permasalahan muncul dari

alasan berobatnya Nazaruddin di Singapura karena sakit yang yang menjadi penyebab

permasalah di berita ini.

Moral evaluation. Penilaian atas Nazaruddin Mantan Bendahara Umum Partai

Demokrat sebagai sumber masalah. Penilaian moral yang dikenakan kepada

Nazaruddin menekankan bahwa keberadaannya di Singapura untuk berobat dan

belum ingin pulang waluapun mendapatkan panggilan dari KPK merupakan tindakan

yang tepat karena dinilai dari sisi kemanusiaannya. Kita dapat melihat bagaimana

Republika menuliskan pendapat dari Priyo Budi Santoso yang mengatakan “kalau

memang yang bersangkutan sakit, apalagi berat badannya turun sampai 18 kilogram,

bisa dimaklumi”. Ini sangat menenkankan bahwa tindakan Nazaruddin itu benar, dan

sebaiknya KPK menunggunya sampai dia benar-benar sembuh.

“Berbeda Pendapat, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso


menilai, belum berhasilnya PD memulangkan Nazaruddin
disebabkan oleh aspek kemanusiaan. “Kalau memang yang
bersangkutan sakit, apalagi berat badannya sampai turun
18 kilogram, bisa dimaklumi. Saya yakin, pada saatnya,
Nazaruddin akan bisa dibawa pulang. Kami melihat sudah
ada ikhtiar dan komitmen PD untuk mengupayakannya
pulang,” ujarnya di DPR.”
75

Treatment recommendation. Secara tidak langsung, Republika

merekomendasikan masalah berita ini agar KPK tetap menunggu sampai sembuhnya

Nazaruddin dari penyakit yang dideritanya. Berobatnya Nazaruddin di Singapura

harus ditunggu dengan sabar oleh KPK. Selain itu, Republika juga menuliskan dalam

beritanya mengutip dari pernyataan Jafah Hafsah yang menyatakan “katanya, ia

(Nazaruddin) akan kembali setelah sembuh”.

Jafar mengaku tetap berkomunikasi dengan Nazaruddin.


Katanya, ia akan kembali setelah sembuh. Tetapi, kalau ada
proses hukum, dia pasti akan kembali. Jafar menyatakan,
kondisi terakhir Nazar tampaknya memungkinkan dia untuk
datang.

Tabel 4.5: Framing Edisi 10 Juni 2011

“Nazaruddin Diduga Disembunyikan”

Problem identification Kesalahan Partai Demokrat jika Jika panggilan Komisi


Nazaruddin tidak memenuhi Pemberantasan Korupsi (KPK)
panggilan KPK terhadap mantan bendahara
umum Partai Demokrat (PD) M
Nazaruddin tak diindahkan
yang bersangkutan, yang harus
bertanggung jawab adalah PD

Causal interpretation Alasan sakit Nazaruddin yang Kalau memang yang


mengahmbat kepulangannya bersangkutan sakit, apalagi
berat badannya sampai turun
18 kilogram, bisa dimaklumi

Moral evaluation Dinilai dari sisi kemanusiaan, Kalau memang yang


tindakan Nazaruddin itu hal bersangkutan sakit, apalagi
tepat karena ingin berobat berat badannya sampai turun
18 kilogram, bisa dimaklumi

Treatment recommendation KPK harus tetap menunggu Jafar mengaku tetap


sampai Nazaruddin sembuh berkomunikasi dengan
Nazaruddin. Katanya, ia akan
kembali setelah sembuh. Tetapi,
kalau ada proses hukum, dia
pasti akan kembali
76

6. Republika Tanggal 11 Juni 2011

Judul : Nazaruddin Mangkir

Problem identification. Harian Umum Republika melihat berita ini sebagai

respon dari pihak KPK dan Partai Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin pada

pemanggilan KPK sebagai saksi. Ini terlihat jelas dari keseluruhan berita ini

Republika menuliskan komentar-komentar dari para petinggi KPK dan Partai

Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK pada hari Jumat (10/6),

sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan

prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK),

Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2007.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jum’at (10/6) sore,


memastikan mantan bendahara umum Partai Demokrat M.
Nazaruddin dan isterinya, Neneng Sri Wahyuni, mangkir
dari panggilan penyidik. Ketidakhadiran keduanya di KPK
tanpe keteranganyang jelas. “Pak Nazaruddin dan Ibu
Neneng Sri Wahyuni sebagai saksi tidak hadir tanpa
keterangan yang jelas,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi di
kantornya, Jum’at (10/6).

Causal interpretation. Dalam keseluruhan berita, Republika mengidentifikasi

penyebab masalah dalam kasus ini adalah ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK

setelah dimintai keterangannya sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan

dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PMPTK), Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2007. Hal ini

menimbulkan berbagai reaksi dari para petinggi KPK dan Partai Demokrat dalam

menyikapinya. Dari keseluruhan berita ini, Republika memenuhinya dengan berbagai


77

komentar dari pihak KPK dan Partai Demokrat. Seperti kata Juru Bicara KPK, Johan

Budi:

“KPK akan menjadwalkan pemanggilan ulang kepada


Nazaruddin dan Neneng. Namun, Johan belum mengetahui
kapan penyidik akan kembali memanggil keduanya.
“Belum tahu saya kapan mereka akan dipanggil lagi,”
katanya.”

Selain itu adapula komentar dari Ketua KPK, Busyro Muqoddas, beliau

berkomentar:

“Ketua KPK Busyro Muqoddas sejak Jumat (10/6) siang


telah mengisyaratkan ketidakhadiran Nazaruddin. Hingga
pukul 11.45 WIB, Nazaruddin tidak terlihat mendatangi
gedung KPK untuk memenuhi panggilan penyidik.
Padahal, biasanya jadwal pemeriksaan di KPK dimulai
pukul 09.30 WIB. “Sepertinya tidak ada indikasi untuk
datang,” kata Busyro. Kemarin Busyro mengtakan, jika
Nazaruddin dan isterinya tidak datang pada pemanggilan
pertama, KPK akan melakukan panggilan untuk kedua
kalinya.”

Moral evaluation. Penilaian atas tindakan Nazaruddin sebagai sumber

masalah berasal dari begitu banyaknya respon yang diungkapkan oleh para petinggi

KPK dan Partai Demokrat baik yang membela maupun yang mencercanya. Namun

Republika kali ingin menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Nazaruddin

merupakan sebuah perbuatan yang salah. Ini terlihat dari bagaimana Republika

menempatkan komentar-komentar tersebut dalam berita ini. Seperti komentar

Denny Kailimang yang mencerca sikap Nazaruddin ditempatkan lebih awal

daripada komentar koleganya di Partai Demokrat seperti Andi Nurpati dan Ruhut

Sitompul.

Denny melanjutkan, partainya akan menganggap


Nazaruddin melakukan pelanggaran jika tidak juga
78

memenuhi panggilan KPK hingga kali ketiga. “Panggilan


KPK itu panggilan hukum, sah di mata hukum, jadi harus
dipenuhi oleh setiap warga. Kalau Nazaruddin tidak
memenuhi, pasti kita lihat sebagai pelanggaran.”

Treatment recommendation. Atas semua kesalahan yang dibuat oleh

Nazaruddin, namun disisi lain Republika menegaskan pendapat Andi Nurpati Ketua

Divisi Informasi dan Komunikasi DPP Partai Demokrat pada bagian penutup. Dia

mengatakan seharusnya KPK mengirim surat panggilan ke tempat tinggal

Nazaruddin di Singapura. Ini dianggapnya wajar jika Nazaruddin tidak hadir dalam

panggilan tersebut.

Menurut Andi, seharusnya KPK mengirim surat panggilan


ke alamat tempat tinggal Nazaruddin di Singapura. Karena
itu, dia menilai, wajar Nazaruddin tak datang memenuhi
panggilan KPK. Partai Demokrat, kata Andi, hanya bisa
membantu semaksimal mungkin melalui komunikasi untuk
mengajak Nazaruddin pulang ke Indonesia.
79

Tabel 4.6: Framing Edisi 11 Juni 2011

“Nazaruddin Mangkir”

Problem identification Respon KPK dan Partai Komisi Pemberantasan


Demokrat atas ketidakhadiran Korupsi (KPK), Jum’at (10/6)
Nazaruddin sore, memastikan mantan
bendahara umum Partai
Demokrat M. Nazaruddin dan
isterinya, Neneng Sri
Wahyuni, mangkir dari
panggilan penyidik.
Ketidakhadiran keduanya di
KPK tanpe keteranganyang
jelas

Causal interpretation Ketidakhadiran Nazaruddin “KPK akan menjadwalkan


pada pemanggilan pertama pemanggilan ulang kepada
KPK Nazaruddin dan Neneng.
Namun, Johan belum
mengetahui kapan penyidik
akan kembali memanggil
keduanya

Sepertinya tidak ada indikasi


untuk datang,” kata Busyro.
Kemarin Busyro mengtakan,
jika Nazaruddin dan isterinya
tidak datang pada
pemanggilan pertama, KPK
akan melakukan panggilan
untuk kedua kalinya.

Moral evaluation Perbuatan Nazaruddin Denny melanjutkan, partainya


diposisikan sebagai perbuatan akan menganggap
yang salah dalam berita ini Nazaruddin melakukan
pelanggaran jika tidak juga
memenuhi panggilan KPK
hingga kali ketiga

Treatment recommendation KPK seharusnya seharusnya KPK mengirim


menyampaikan surat surat panggilan ke alamat
pemanggilan ke alamat tempat tinggal Nazaruddin di
tinggal Nazaruddin di Singapura. Karena itu, dia
Singapura menilai, wajar Nazaruddin
tak datang memenuhi
panggilan KPK
80

7. Republika Tanggal 12 Juni 2011

Judul : Pemerintah dan KPK Lamban

Problem identification. Dalam berita ini, Republika menilai Pemerintah dan

KPK lamban dalam menangani kasus korupsi. Dapat dilihat dalam berita ini

dituliskan oleh Republika mengenai data-data dari Indonesia Corruption Watch

(ICW) yang melaporkan bahwa dalam 10 tahun terakhir ada 45 koruptor yang

melanggeng ke luar negeri, dan dari jumlah itu terindikasi ada 25 koruptor kabur ke

Singapura.

Pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


dinilai lamban dalam memberantas praktik korupsi di
Indonesia. Hal itu diungkapkan Wakil Koordinator
Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho, di
Jakarta, Sabtu (11/6).

Causal interpretation. Harian Umum Republika melihat penyebab masalah

dalam berita ini ialah karena lemahnya sistem hukum negeri ini dalam menangani

kasus korupsi. Pemerintah dan KPK dinilai tidak memiliki niatan baik untuk

memperbaiki sistem hukum yang dianggap lemah tersebut. Ini terlihat dari isi berita

yang dituliskan oleh Republika pada kasus ini. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho:

“Sistem hukum kita sangat lemah dalam upaya


pembernatasan korupsi. Semestinya dalam kasus korupsi,
penegak hukum bisa bertindak keras, ujarnya.”

Hal inipun didukung oleh pendapat Guru Besar Ekonomi Universitas

Indonesia Rhenald Kasali, beliau mengatakan:

“Guru besar Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald


Kasali mengatakan, lambannya pemberantasan korupsi
81

karena tidak ada niat yang tulus dan komitmen dari


seluruh aparatur negara. Komitmen hanya sebatas ucapan,
tetapi tak ada dalam praktiknya.”
Kedua pendapat tersebut sangat menguatkan bahwa yang menjadi penyebab

masalah dalam kasus ini adalah lemahnya sistem hukum di negeri ini.

Moral evaluation. Penilaian atas lemahnya sistem hukum yang dimiliki oleh

Pemerintah dan KPK dalam menangani kasus korupsi ini datang dari banyaknya

tersangka korupsi yang yang masih bisa ke luar negeri dengan alasan berobat.

Penilaian moral yang dikenakan kepada Pemerintah dan KPK menekankan bahwa

belum ada niatan baik dari keduanya dalam melakukan pemberantasan korupsi dan

ini merupakan sebuah tindakan yang salah. Dilihat dari banyaknya koruptor yang

melanggang ke luar negeri menekankan bahwa pemerintah dan KPK benar-benar

buruk dalam penanganan kasus korupsi.

Idealnya saat memasuki proses penyelidikan setiap


tersangka harus diberi cekal keluar negeri. Berdasarkan
pengamatan ICW, kata dia, banyak orang berstatus
tersangka masih bisa keluar negeri dengan alasan berobat.
Treatment recommendation. Atas semua yang terjadi dalam berita tersebut,

Republika merekomendasikan agar permasalah ini cepat selesai ialah dengan

memperbaiki sistem hukum yang menjadi titik lemahnya pemerintah dan KPK

dalam menangani kasus korupsi.

Kasali mendesak pemerintah segera melakukan perjanjian


ekstradisi dengan Singapura. Negeri singa itu, kata dia,
membutuhkan Indonesia. Ia mencontohkan, keberadaan
anak perusahaan Pertamina (PT Pertamina Energy Trading
Ltd atau Petral) di Singapura. Jika pemerintah menarik PT
Pertal menarik agar beroperasi di dalam negeri, kata dia,
ekonomi Singapura pasti akan goyah. Sayangnya, lanjut
82

Kasali, diplomasi Indonesia di kancah internasional terlihat


“memlbe.”
Tabel 4.7: Framing Edisi 12 Juni 2011

“Pemerintah dan KPK Lamban”

Problem idnetification Pemerintah dan KPK lamban Pemerintah dan Komisi


dalam menangani kasus korupsi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dinilai lamban dalam
memberantas praktik korupsi di
Indonesia

Causal interpretation Lemahnya sistem hukum di Sistem hukum kita sangat lemah
negeri ini dalam upaya pembernatasan
korupsi

Lambannya pemberantasan
korupsi karena tidak ada niat
yang tulus dan komitmen dari
seluruh aparatur negara

Moral evaluation Belum ada niatan baik dari Berdasarkan pengamatan ICW,
pemerintah dan KPK dalam kata dia, banyak orang
memperbaiki lemahnya sistem berstatus tersangka masih bisa
hukum keluar negeri dengan alasan
berobat

Treatment recommendation Memperbaiki sistem hukum Kasali mendesak pemerintah


yang menjadi kelemahan segera melakukan perjanjian
pemerintah dan KPK dalam ekstradisi dengan Singapura
menangani korupsi

8. Republika Tanggal 16 Juni 2011

Judul : KPK Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin

Problem identification. Harian Umum Republika pada berita ini

mengidentifikasi kepada KPK yang akan memanggil paksa kepada Nazaruddin pada

pemanggilan ketiga apabila pada pemanggilan kedua ini tidak diindahkan oleh

Nazaruddin. Republika membingkai berita ini sebagai masalah langkah penjemputan


83

paksa kepada Nazaruddin karena pada pemanggilan kedua dari KPK Nazaruddin

telah mangonfirmasi bahwa dia tidak akan hadir.

Ketua KPK Busyro Muqoddas memastikan penyidiknya


akan melakukan upaya pemanggilan paksa terhadap kader
Partai Demokrat M Nazaruddin pada pemanggilan ketiga.
Nazaruddin sendiri pada pesan singkat yang disampaikan
kepada wartawan, Selasa (14/6), memastikan tidak akan
memenuhi pemanggilan kedua KPK.

Causal interpretation. Dalam berita ini, pembangkangan Nazaruddin terhadap

pemanggilan pertama dan kedua oleh KPK diidentifikasi sebagai sumber masalah.

Sampai berita ini diterbitkan panggilan kedua KPK kepada Nazaruddin untuk hadir

sebagai saksi tidak dipenuhi olehnya. Dalam berita ini, Nazaruddinlah yang dianggap

sebagai penyebab masalah. Berita ini secara keseluruhan menilai tindakan

Nazaruddin adalah tindakan yang salah. Hal ini terlihat dari isi berita yang dituliskan

oleh Harian Republika. Jelas terlihat dari penempatan hasil wawancara dengan Ketua

KPK Busyro Muqoddas diawal berita:

“Ketua KPK Busyro Muqoddas memastikan penyidiknya


akan melakukan upaya pemanggilan paksa terhadap kader
Partai Demokrat M Nazaruddin pada pemanggilan ketiga.
Nazaruddin sendiri lewat pesan singkat kepada wartawan,
Selasa (14/6), memastikan tidak akan memenuhi panggilan
kedua KPK. “Pemanggilan tidak datang. Pada
pemanggilan ketiga akan dipanggil paksa,” kata Busyro,
kepada wartawan di gedung DPR, Rabu (15/6).”

Berita tersebut juga mengonfirmasi tentang surat sakit yang akan diantar

pengacar Nazaruddin. Dalam hal ini Republika pun mengutip hasil wawancara

dengan Busyro Muqoddas:

“Soal rencana Nazaruddin mengutus pengacaranya untuk


mengantar surat keterangan sakit, menurut Busyro, KPK
akan menelitinya terlebih dahulu. Menurut Busyro,
84

penyidik akan meneliti keabsahan surat keterangan sakit


Nazaruddin itu terlebih dahulu. “Kami lihat dulu. Kan
(penyerahan surat sakit) itu baru berita. KPK itu berbasis
fakta,” tegas Busyro.”

Secara keseluruhan berita ini membingkai tingkah Nazaruddin lah yang

dianggap sebagai penyebab masalah.

Moral evaluation. Penilaian atas Nazaruddin sebagai masalah ini berasal dari

hal yang sama-sama negatif terhadap Nazaruddin. Pembangkangannya terhadap

pemanggilan KPK membuat dirinya dalam nilai yang negatif. Apalagi jika sampai

dua kali mangkir dalam pemanggilan.

Nazaruddin sendiri memang telah memastikan


ketidakhadirannya di kantor KPK hari ini (16/6). Artinya,
Nazaruddin telah dua kali tidak memenuhi panggilan
penyidik untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap
dalam proyek Wisma Atlet SEA Games 2011, Palembang.

Treatment recommendation. Atas semua permasalahan yang dibuat oleh

Nazaruddin yang tidak mau menghadiri panggilan KPK karena alasan sakit,

Republika dalam berita ini “merekomendasikan” kepada Nazaruddin agar

mengirimkan surat keterangan sakit dari Singapura. ini terlihat dari penutup berita

yang disajikan oleh Republika dengan menuliskan hasil wawancara dengan Anggota

Tim Komunikasi DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana. Ini menunjukkan betapa

Republika menyetujui apa yang diajukan oleh Sutan ke Nazaruddin.

“Saya katakan kepada Nazar, kalau anda bisa kirim surat


dokter ke KPK, itu jauh lebih baik. Dengan syarat,
alamatnya harus dirahasiakan,” kata Sutan, di Gedung DPR,
kemarin.
85

Tabel 4.8: Framing Edisi 16 Juni 2011

“KPK Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin”

Problem identification KPK akan menjemput paksa Ketua KPK Busyro Muqoddas
Nazaruddin pada pemanggilan memastikan penyidiknya akan
ketiga nanti melakukan upaya pemanggilan
paksa terhadap kader Partai
Demokrat M Nazaruddin pada
pemanggilan ketiga

Causal interpretation Pembangkangan Nazaruddin Pemanggilan tidak datang.


pada pemanggilan pertama dan Pada pemanggilan ketiga akan
kedua oleh KPK dipanggil paksa

Kami lihat dulu. Kan


(penyerahan surat sakit) itu
baru berita. KPK itu berbasis
fakta

Moral evaluation Pembangkangannya pada Nazaruddin sendiri memang


pemanggilan ini memberikan telah memastikan
nilai negatif pada Nazaruddin ketidakhadirannya di kantor
KPK hari ini (16/6). Artinya,
Nazaruddin telah dua kali tidak
memenuhi panggilan penyidik

Treatment recommendation Nazar disarankan untuk Saya katakan kepada Nazar,


memngirimkan surat keterangan kalau anda bisa kirim surat
sakit ke KPK dokter ke KPK, itu jauh lebih
baik

9. Republika Tanggal 18 Juni 2011

Judul : Demokrat Respon Tudingan Nazar

Problem identification. Harian Umum Republika pada berita ini melihat

sebagai pembelaan Partai Demokrat atas segala tudingan yang disampaikan oleh

Nazaruddin. Partai Demokrat tidak mau tudingan itu bergulir begitu saja dengan

memperburuk citra Partai di dalam masyarakat. Secara keseluruhan berita ini

menampilkan pihak Partai Demokrat segera melakukan klarifikasi dengan memanggil

orang-orang yang disebutkan Nazaruddin yang terlibat juga di dalam kasusnya.


86

Atas tudingan Nazaruddin ini, Fraksi Partai Demokrat


menegaskan akan memanggil Angelina dan Mirwan. “Tentu
kita akan memanggil Angelina Sondakh, Mirwan Amir dan
semua yang disebutkan Nazaruddin. Kita tidak ingin
menjadi rumor. Partai akan menyampaikan pendalaman
kepada yang bersangkutan ke partai,” kata Saan, di gedung
DPR, Jumat (17/6).

Causal interpretation. Dalam berita ini, tudingan-tudingan Nazaruddinlah

yang dianggap sebagai penyebab masalah. Tudingan Nazaruddin yang menyebutkan

koleganya di Partai Demokrat ikut terlibat di dalam kasusnya membuat Partai

Demokrat gerah. Ini terlihat dari banyaknya isi berita yang berasal dari para petinggi

Partai Demokrat yang merespons tudingan Nazaruddin tersebut. Seperti apa yang

diungkapkan oleh Saan Mustofa:

Dari Singapura, mantan bendahara umum Partai


Demokrat M Nazaruddin melemparkan “bola panas”. Dia
menyebut dua koleganya di Partai Demokrat dan anggota
Fraksi PDIP terlibat dalam permainan anggaran terkait
proyek pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011,
Palembang. Pihak yang “diserang” Nazaruddin adalah
Angelina Sondakh, Mirwan Amir, dan Wayan Koster.

Moral evaluation. Penilaian atas Nazaruddin sebagai sumber masalah ini

datang dari “nyanyian” Nazaruddin yang menuding keterlibatan koleganya di Partai

Demokrat ikut terlibat di dalam kasusnya. Penilaian moral yang dikenakakan pada

berita ini adalah Partai Demokrat harus cepat berbenah dalam menaggapi hal tersebut.

Agar tidak terlalu terjerumus dalam keburukan di mata masyarakat. Belum masuknya

laporan dari TPF bentukan Partai Demokrat ke DPP membuat belum diketahui secara

pasti masalah yang terjadi.

Saan mengatakan, tim investigasi yang dulu dibentuk DPP


Partai Demokrat tidak melaporkan hasilnya ke fraksi.
Artinya, belum diketahui secara pasti masalah yang terjadi.
87

Namun, Saan belum bisa memastikan kapan fraksi akan


memanggil Angelina dan Mirwan.

Treatment recommendation. Atas semua tudingan yang disampaikan oleh

Nazaruddin, Republika merekomendasikan agar Partai Demokrat mengklarifikasi

tudingan tersebut dengan memanggil orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus

Nazaruddin.

Saan mengatakan, tim investigasi yang dulu dibentuk DPP


Partai Demokrat tidak melaporkan hasilnya ke fraksi.
Artinya, belum diketahui secara pasti masalah yang terjadi.
Namun, Saan belum bisa memastikan kapan fraksi akan
memanggil Angelina dan Mirwan.
88

Table 4.9: Framing Edisi 18 Juni 2011

“Demokrat Respons Tudingan Nazar”

Problem identification Pembelaaan Partai Demokrat Atas tudingan Nazaruddin ini,


atas tuduhan Nazaruddin Fraksi Partai Demokrat
menegaskan akan memanggil
Angelina dan Mirwan

Causal interpretation Tudingan Nazaruddin terhadap Dari Singapura, mantan


Partai Demokrat yang dianggap bendahara umum Partai
sebagai masalah Demokrat M Nazaruddin
melemparkan “bola panas”.
Dia menyebut dua koleganya di
Partai Demokrat dan anggota
Fraksi PDIP terlibat dalam
permainan anggaran terkait
proyek pembangunan Wisma
Atlet SEA Games 2011,
Palembang

Moral evaluation Partai Demokrat harus cepat Saan mengatakan, tim


berbenah agar tidak semakin investigasi yang dulu dibentuk
buruk citranya DPP Partai Demokrat tidak
melaporkan hasilnya ke fraksi.
Artinya, belum diketahui secara
pasti masalah yang terjadi

Treatment recommencation Partai Demokrat seharusnya Namun, Saan belum bisa


segera memanggil kader yang memastikan kapan fraksi akan
diduga terlibat kasus memanggil Angelina dan
Nazaruddin Mirwan

10. Republika Tanggal 21 Juni 2011

Judul : KPK Segera Panggil TPF Demokrat

Problem identification. Dalam berita ini, Republika melihatnya sebagai

sebuah tindakan KPK yang labil dalam menanggapi informasi dari Nazaruddin yang

disampaikan kepada wartawan mengenai keterlibatan koleganya di Partai Demokrat

dan anggota komisi X DPR. Awalnya ini tidak ditindaklanjuti oleh KPK, namun

belakangan KPK justru ikut menindaklanjuti informasi tersebut karena mendapat


89

tekanan dari publik yang mengatakan bahwa KPK mendapatkan intervensi dari pihak

Partai Demokrat karena tidak menindaklanjuti laporan tersebut.

Sebelumnya, KPK membantah adanya intervensi dari PD


dalam menangani kasus suap Sesmenpora. Meski begitu,
Busyro mengaku, ada salah satu petinggi PD yang
menghubunginya. Orang itu mengatakan, agar KPK bisa
menangani kasus tersebut secara transparan dan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor lain.

Causal interpretation. Harian umum Republika dalam berita ini melihat

informasi yang disebarkan Nazaruddin kepada wartawan melalui BBM (blackberry

messanger) adalah penyebab masalah. Informasi tersebut membuat KPK menjadi

sasaran empuk para pengamat dan masyarakat karena awalnya informasi tersebut

tidak ditindaklanjuti oleh KPK. Ini menyebabkan pengamat politik dan hukum

menilai KPK mendapatkan intervensi dari pihak Partai Demokrat. Sehingga pada

akhirnya KPK mau menindaklanjuti informasi tersebut dengan memanggil pihak-

pihak yang terkait yang ikut terlibat di dalam kasusnya. Ini terlihat jelas dari yang

dituliskan oleh Republika pada alinea pertama berita tersebut:

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera memanggil


tim pencari fakta (TPF) Partai Demokrat (PD), juga
Angelina Sondakh, Mirwan Amir, dan I Wayan Koster
terkait informasi yang disampaikan mantan bendahara PD
M Nazaruddin. Informasi itu disampaikannya pekan lalu,
malalui layanan pesan blackberry kepada sejumlah
wartawan. Ketiga orang tersbut dikatakannya terkait
dengan kasus pembangunan wisma atlet Sea Games, di
Palembang.”

Selain itu Republika juga menuliskan pembantahan pihak KPK terkait isu

yang beredar mengenai intervensi yang diberikan oleh Partai Demokrat dalam

penganan kasus Sesmenpora.


90

“Sebelumnya KPK membantah adanya intervensi dari PD


dalam menangani kasus suap Sesemenpora. Meski begitu,
Busyro mengaku, ada salah satu petinggi PD yang
menghubunginya. Orang itu mengatakan, agar KPK bisa
menangani kasus tersebut secara transparan dan tidak
mempertimbangkan faktor-faktor lain.”
Moral evaluation. Penilaian atas informasi yang dibeberkan oleh

Nazaruddin kepada wartawan sebagai sumber masalah datang dari labilnya sikap

KPK dalam menanggapi informasi tersebut. Penilaian moral yang dikenakan

kepada Nazaruddin menekankan bahwa tindakan itu sebenarnya salah. KPK tidak

akan mendasarkan penyidikan dari layanan pesan blackberry messanger (BBM)

atau surat kaleng. Seharusnya Nazar melaporkan langsung kepada penyidik KPK

jika hal itu memang benar adanya.

Busyro beralasan, para penyidik tak melakukan


penyelidikan kasusnya berdasarkan informasi yang belum
jelas, termasuk pesan melalui layanan Blackberry (BBM).

Treatment recommendation. Atas semua peran Nazaruddin dalam kasus ini,

Republika merekomendasikan agar apa informasi yang dipegang oleh Nazaruddin

sebaiknya dia melaporkannya langsung kepada penyidik KPK jangan malah

melaporkannya kepada wartawan. Hal ini harus dilakukan karena mengingat kinerja

KPK yang bekerja berdasarkan penyidikan berdasrkan bukti yang kuat bukan

sekedar informasi lewat layanan blackberry messanger (BBM) saja.

“Kita tidak mendasarkan penyelidikan dari BBM atau surat


kaleng,” ujarnya.
91

Tabel 4.10: Framing Edisi 21 Juni 2011

“KPK Segera Panggil TPF Demokrat”

Problem identification KPK labil dalam menanggapi KPK membantah adanya


informasi yang disebarkan intervensi dari PD dalam
oleh Nazaruddin kepada menangani kasus suap
wartawan Sesmenpora. Meski begitu,
Busyro mengaku, ada salah
satu petinggi PD yang
menghubunginya

Causal interpretation Informasi Nazaruddin kepada Komisi Pemberantasan


wartawan Korupsi (KPK) segera
memanggil tim pencari fakta
(TPF) Partai Demokrat (PD),
juga Angelina Sondakh,
Mirwan Amir, dan I Wayan
Koster terkait informasi yang
disampaikan mantan
bendahara PD M
Nazaruddin. Informasi itu
disampaikannya pekan lalu,
malalui layanan pesan
blackberry kepada sejumlah
wartawan

Moral evaluation Tindakan Nazaruddin salah Busyro beralasan, para


alamat dalam menyampaikan penyidik tak melakukan
informasi kasus korupsi penyelidikan kasusnya
berdasarkan informasi yang
belum jelas, termasuk pesan
melalui layanan Blackberry
(BBM)

Treatment recommendation Informasi yang dimiliki “Kita tidak mendasarkan


Nazaruddin sebaiknya penyelidikan dari BBM atau
disampaikan ke KPK surat kaleng,” ujarnya

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini Harian Republika membangun berita korupsi melalui

persepsi bahwa dengan melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini, di

setiap instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau kita

ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai musuh bersama
92

bagi korupsi apapun bentuknya. Makanya Harian Republika memandang korupsi itu

sebagai harga mati dan berharap masyarakat terus memperhatikan permasalahan yang

sudah mendarah daging ini melalui pemberitaan yang di sampaikan oleh Harian

Republika.

Pengertian yang diambil dari Harian Republika akan mempengaruhi isi dalam

pemberitaan yang akan disampaikannya tersebut. Harian Republika dalam beritanya

ingin menyampaikan kepada masyarakat besar bahwa korupsi merupakan musuh

bersama bagi masyarakat semua dan media. Dan masyarakat harus membangun

sinergi yang positif dalam melawan hal tersebut. Dengan pemberitaan mengenai

korupsi yang terus menerus disampaikan oleh Harian Republika, mereka (Harian

Republika) ingin menciptakan pandangan tersebut secara subyektif.

Proses pembentukan Harian Republika tentang korupsi diawali oleh persepsi

seperti diawal sub bab ini. Persepsi ini dapat dinilai sebagai proses eksternalisasi bagi

wartawan Harian Republika dalam menyampaikan pemberitaan korupsi.

Eksternalisasi ialah bagaimana Harian Republika mencurahkan dirinya ke dalam

sebuah realitas pemberitaan. Karena ini adalah sudah menjadi sifat dasar sebuah

media cetak dalam membuat berita. Dari proses eksternalisasi tersebut akan

selanjutnya akan mempengaruhi objektivasi sang wartawan dalam menciptakan

realitas dalam sebuah pemberitaan. Objektivasi ini adalah hasil dari kegiatan

eksternalisasi dan akan mempengaruhi isi pemberitaan. Bagaimanapun berita itu

diciptakan oleh media tersebut bukan tercipta secara alamiah dan apa adanya. Ini
93

berarti Harian Republika dalam menciptakan realitas sesuai dengan apa yang

diungkapkan oleh Peter L. Berger dalam teorinya yakni Konstruksi Realitas Sosial.

Dalam menyampaikan berita tentang korupsi pun Harian Republika selalu

mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Harian Republika selalu

mengkroscek terlebih dahulu fakta yang terjadi di lapangan kepada si pelaku atau si

korban. Harian Republika tidak ingin jika fakta yang disampaikan dalam

pemberitaanya menuju pada fitnah belaka. Maka dari itu Harian Republika selain

mengedepankan korupsi sebagai musuh bersama yang harus dilawan secara bersama

pula, mereka juga selalu mengkroscek fakta di lapangan kepada para pelaku ataupun

korban yang bersangkutan. Akhirnya dari fakta tersebut wartawan dapat

menajadikannya sebagai sebuah berita yang dapat menarik perhatian masyarakat.

Republika dalam mengkonstruk pemberitaan kasus M. Nazaruddin terlihat

sangat hati-hati dalam membuat naskah pemberitaannya. Ini terlihat dari begitu

banyaknya berita yang peneliti telaah dalam harian tersebut yang mengedepankan

sumber-sumber orang dalam KPK maupun Partai Demokrat sendiri. Dari sepuluh

pemeberitaan di harian Republika yang peneliti telaah hampir kesemuanya selalu

mengedepankan fakta hukum yang disampaikan oleh pihak KPK, Republika tidak

ingin bermain dengan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pengamat yang

hanya mengedepankan unsur spekulasi dan prediksi.

Pada akhirnya Republika selalu menganggap kepulangan dan pelarian

Nazaruddin ke luar negeri dianggapnya sebagai tindakan yang wajar. Di setiap moral

evaluation yang peneliti temukan dalam penelitian ini, Republika selalu


94

mengedepankan unsur hukum dan unsur kemanusiaan dalam melihat kepergian

Nazaruddin ke luar negeri. Unsur hukumnya adalah bahwa Nazaruddin pergi ke luar

negeri dan kepulangannya bukan sebagai sebuah tuntutan hukum karena memang

Nazaruddin belum menjadi tersangka dalam kasus yang melibatkannya. Jadinya

Republika menilai ini sebagai tindakan yang wajar dalam unsur hukumnya. Selain itu

Nazaruddin juga pergi ke luar negeri dinilai Republika dengan sesuatu yang wajar

demi menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Inilah yang menjadi alasan

Republika dalam mengedepankan unsur kemanusiaan.

Yang menjadi pembeda dalam penelitian ini adalah, peneliti hanya

menemukan satu pemberitaan yang disampaikan oleh Republika dalam berita-berita

yang peneliti pilih. Yakni berita dengan judul Pemerintah dan KPK Lamban. Dalam

pemberitaan ini Republika menuliskan naskah pemberitaan seolah keluar dari tradisi

yang mereka bangun dalam menuliskan pemberitaan. Berita ini Nampak beda sendiri,

dalam menentukan problem identification, causal interpretation, moral evaluation,

dan treatment recommendation. Republika tampak keras, mengambil nara sumber di

luar dari pihak KPK dan Partai Demokrat, dan dengan berani menyatakan bahwa

KPK dan Pemerintah selalu lamban dalam melakukan penanganan kasus korupsi di

negeri ini. Selebihnya pemberitaan yang peneliti telaah sama semua temuannya.

Republika menganggap status hukum Nazaruddin yang belum menjadi tersangka dan

kesehatannya yang memburuk sehingga Republika menganggap wajar Nazaruddin

berada di luar negeri.


95

Sebuah kesepahaman bersama yang dibangun dalam tubuh Harian Republika

tentang korupsi dapat bermanfaat juga oleh para wartawan dalam mengambil

informasi yang diberikan dari informan. Biasanya dalam sebuah media massa jika

ingin memberitakan sebuah fakta kepada masyarakat mereka terlebih dahulu

melakukan rapat redaksi untuk membangun kesepahaman bersama agar dalam

menguak informasi wartawan tetap fokus. Karena biasanya dalam memberikan

informasi si informan bisa saja melakukan kebohongan kepada para wartawan.

Tentu hal ini membawa Harian Republika kepada pandangan bahwa mereka

dalam menciptakan sebuah berita berpihak kepada kepentingan semu. Republika

mengedepankan bahwa korupsi adalah musuh bersama dari masyarakat dan juga

media, namun mereka dalam memberitakan sebuah fakta masih mengedepankan

kepentingan mereka yang hanya bermain aman dalam menguak informasi. Tidak

memiliki kedalaman dan juga tidak membawa pemikiran masyarakat pada tingkat ke

kritisan.

Kabaharuan informasi dan fakta-fakta yang terjadi di dalam kasus korupsi pun

Harian Republika secara konsisten selalu memberikannya kepada masyarakat.

Disetiap penerbitan beritanya Harian Republika selalu menyajikan informasi dan

perkembangan terbaru dalam sebuah kasus korupsi. Harian Republika tidak

mengulang informasi yang lama dan dikemas dalam bahasa yang baru dalam

menyampaikan sebuah berita korupsi.

Penonjolan isu korupsi pun Harian Republika secara konsisten

menempatkannya pada rubrik nasional. Penempatan ini sangat tepat, karena pembaca
96

akan selalu teringat bahwa korupsi masih merajarela dan bahkan sudah sangat

mendarah daging di negeri ini. Beda jika ditempatkan dalam rubrik hukum. Jika

ditempatkan dalam rubrik hukum pembaca akan semakin acuh terhadap kasus

korupsi. Persepsi yang sudah terbangun dalam pembaca tentang hukum sudah sangat

negatif. Isu hukum yang berkembang dalam masyarakat kini dianggap sebagai sebuah

ketidakadilan karena selalu berpihak kepada yang punya uang dan kuasa. Penempatan

yang cerdas oleh Harian Republika dalam memberitakan kasus korupsi pada rubrik

nasional. Ini akan menonjolkan isu korupsi dalam benak pembaca.

Pemberitaan kasus korupsi yang disampaikan dalam Harian Republika

tergolong dalam kategori hard news. Isu-isu mengenai korupsi yang terus

berkembang ke permukaan selalu disampaikan oleh Harian Republika tepat pada

keesokan harinya. Selain itu juga karena isu-isu mengenai kasus korupsi selalu

membuat masyarakat atau pembaca tertarik pada isu terebut.

Dalam ihwal menjalankan fungsinya, Harian Republika menjalankan dengan

baik apa yang disebut sebagai fungsi mengawasi. Dengan penekanannya pada kasus

korupsi yang selalu ditempatkan pada rubrik nasional membuat pembaca semakin

fokus terhadap permasalahan korupsi. Akan hal tersebut semakin membuat kesan

bahwa dalam memberikan pengawasan terhadap penguasa Harian Republika

menjalankannya dengan sangat baik. Media sebagai kontrol sosial adalah dengan

memberitakan hal yang buruk, yang menyalahi aturan seperti kasus korupsi agar hal

tersbut tidak terjadi lagi dan pembaca memberikan perhatian yang besar dalam hal

tersebut. Republika menjalankan ini dengan sangat baik.


97

Dalam hal menyediakan informasi kepada masyarakat dan pembaca pun

Harian Republika menjalankannya dengan baik. Harian Republika dengan kinerjanya

yang selalu mengedepankan konfirmasi terlebih dahulu kepada pelaku dan korban

ataupun “pelempar isu” dalam sebuah pemberitaan membuat kesan bahwa harian ini

tidak sewenang-wenang dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Artinya,

tidak ada informasi yang memberatkan salah satu pihak, dan ini menjadi komitmen

bagi Harian Republika dalam menyampaikan pemberitaan.

Namun, jika dilihat dari perspektif framing sikap yang diberikan oleh Harian

Republika dalam menyampaikan pemberitaan korupsi sangat lemah. Harian ini terlalu

banyak membuang isu-isu yang disampaikan oleh pihak luar yang menanggapi

sebuah isu tersebut. Harian Republika terlihat bermain aman dalam pemberitaan

kasus korupsi. Penggiringan opini ke masyarakat dan pembaca seolah terkesan

memberikan ruang kepada pembaca agar bersikap sabar dalam menuntaskan sebuah

kasus korupsi yang sedang diungkap oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Padahal dalam pandangan pengamat, keterlambatan KPK dalam mengusut sebuah

kasus korupsi disebabkan adanya tekanan yang diberikan oleh penguasa. Namun,

Harian Republika membuang hal ini, dan lebih menonjolkan isu-isu yang

disampaikan oleh koruptor, kerabatnya, pengacaranya, dan juga KPK sebagai instansi

pemberantas korupsi.

Dalam membingkai pemberitaan, wartawan Harian Republika selalu

menekankan apa yang telah menjadi kesepahaman bersama bahwa jika dalam

menyampaikan sebuah kasus mereka lebih mengedepankan aspek yang berkembang


98

dikalangan pelaku saja. Harian Republika tidak ingin bermain dalam isu-isu yang

disampaikan oleh para pengamat. Ini menjadi sebuah kelemahan Harian Republika

dalam menyampaikan sebuah berita. Terlihat kurang kritis dan berani dalam

mengawasi kinerja pemerintah.

Di sini terlihat bagaimana kelemahan Harian Republika dalam menciptakan

sebuah realitas atau pemberitaan. Menurut peneliti Harian Republika telah

membatasi dirinya dan para pekerjanya dalam menafsirkan sebuah pemberitaan

korupsi. Ini akan terlihat seperti bermain aman dalam menciptakan sebuah

pemberitaan korupsi.

Indikasi di atas dapat terlihat bagaimana Republika memilih tokoh untuk

dimintai pendapatnya dalam isu yang terjadi. Biasanya mereka hanya memilih

tokoh-tokoh yang pendapatnya terkesan datar dan hanya berbicara fakta saja, tidak

mengedepankan sebuah wacana ataupun opini yang lebih mengedepankan

pandangan keritis bukan yang hanya apa adanya. Ini akan membatasi kualitas

pemberitaan Republika dalam memainkan sebuah isu dan menggerakkan pemikiran

yang lebih maju dari masyarakat dalam menilai kasus korupsi. Tidak apa adanya

dan hanya sesuai dengan fakta hukum saja.

Dari kesepuluh berita yang peneliti pilih, hanya satu pemberitaan yang

diterbitkan Republika yang sangat maju penulisan pemberitaannya. Selebihnya

Republika hanya membuat berita hanya mengutip pendapat dan mewawancaarai

toloh dari Partai Demokrat dan KPK saja. Tidak dari kalangan pengamat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pandangan konstruksionis berita merupakan bukan saluran yang apa

adanya, media merupakan saluran yang bias, yang berpihak dalam menyampaikan

sebuah pemberitaan. Media tidak menyampaikan sebuah berita secara apa adanya,

dalam sebuah berita biasanya terdapat pandangan-pandangan dari wartawan dalam

menuliskan berita. Media bukanlah tempat yang netral apa adanya dalam

menyampaikan sebuah berita.

Republika dalam menyampaikan berita tentang kasus dugaan korupsi

mengikuti sesuai dengan apa yang dilakukan oleh KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi). Artinya Republika lebih mengedepankan dalam memberitakan kasus ini

sesuai dengan proses hukum yang sedang berjalan. Republika tidak mengikuti

perkembangan yang terjadi dikalangan pengamat dan masyarakat yang lebih

mengedepankan pendapat yang masih sekedar dugaan-dugaan saja.

Harian Umum Republika dalam membingkai pemberitaan dalam penilitian ini

dengan melihat bagaimana KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) melakukan

prosedur hukum yang berlaku di negeri ini. Republika mengabaikan opini yang

berkembang di masyarakat bahwa dalam menangani kasus ini KPK dan pemerintah

dianggap lambat dan setengah hati karena akan berbenturan dengan kekuasaan

presiden yang merupakan Pembina Partai Demokrat tempat Nazaruddin berkarir

politik. Bingkai yang dimainkan oleh Republika seperti ini merupakan sebuah

99
100

pembentukan realitas terhadap masyarakat dengan menggunakan kaca mata hukum

bukan dari kaca mata opini. Posisi yang dilematis setiap media dalam mengkonstruk

pemikiran masyarakat dalam berita Nazaruddin ini. Antara opini yang berkembang di

masyarakat dan proses hukum yang harus dijalani oleh KPK membuat pemberitaan

ini sangat mencolok perbedaannya. Dan Republika memilih untuk bermain aman

dalam membingkai pemberitaan ini, dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh KPK

dalam melihat kasus ini dengan cara mengikuti prosedur hukum yang berlaku.

B. Saran

1. Saran Akademisi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Harian Umum Republika dalam

mengbingkai sebuah pemberitaan terutama dalam kasus Nazaruddin ini mengikuti

apa yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Koruspi (KPK). Artinya, Republika

lebih cenderung dengan sebuah prosedur hukum yang berlaku dalam membingkai

sebuah isu korupsi, Republika tidak ingin membingkai isu korupsi dengan cara

memberitakan opini yang berkembang di masyarakat tanpa dasar hukum yang tepat

demi menjaga nama baik Republika. Adanya informasi yang berharga dari penelitian

ini, diharapkan kepada para mahasiswa yang akan melakukan penelitian ke Harian

Umum Republika dengan isu korupsi dapat melihat hasil penelitian ini untuk menjadi

acuan berjalannya penelitian yang akan datang.


101

2. Saran Praktisi

Kepada para masyarakat dan pembaca Harian Umum Republika dalam

memahami teks berita yang disajikan oleh media tersebut sungguh harus benar-benar

kembali mengingat opini yang sedang rerjadi di masyarakat. Republika

mengembangkan pemberitaan hukum atau kasus korupsi sesuai dengan proses yang

berlaku di lembaga huku pemerintahan seperti KPK dan Kejaksaan Agung. Jika

hanya mengikuti pemberitaan yang disajikan oleh Harian Umum Republika maka

pembaca akan hanya memahami proses hukum yang berlaku di pemerintahan, ini

ditakutkan pembaca akan kembali ke jaman orde baru yakni hanya mendapatkan

pemberitaan yang tidak seimbang hanya dari sisi pemerintah saja. Ini diharapkan agar

pembaca bisa mencari sumber lain dalam mencari pemberitaan terkait isu korupsi ke

media lainnya.
Laporan Hasil Wawancara

Wawancara ini dilakukan oleh:

1. Mahasiswa

Nama : Ahmad Fauzi

Tempat tanggal lahir : Bekasi, 10 Maret 1990

Jabatan : Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam

NIM : 108051000099

2. Narasumber

Nama : Syahrudin El-Fikri

Jabatan : Wakil Redaktur Pelaksana

Tanggal Wawancara : 19 Oktober 2012

Tempat : Kantor Harian Umum Republika, Jakarta.

Dengan laporan ini saya memohon kepada pihak Bagian Sekretariat Redaksi Harian

Umum Republika meminta surat lembar pernyataan bahwa saya telah melakukan

wawancara dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Sayahrudin

El-Fikri untuk memenuhi tugas skripsi saya yang berjudul “Konstruksi Realitas

Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M Nazaruddin di Harian

Republika).
Hasil Wawancara

1. Apa pandangan Republika tentang suap dan kourpsi?

Kalau kami (red: Republika) memandang korupsi itu menjadi harga mati,

kami ingin semua elemen masyarakat ikut memperhatikan tindak korupsi,

sehingga kami berharap negeri ini bisa berjalan lebih baik bagi masa depan.

Karena kita melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini di setiap

instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau maka

kita ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai

musuh bersama bagi korupsi apapun bentuknya. Kita ingin negeri ini bersih,

negeri ini bebas dari tindak korupsi, kita mau menciptakan Indonesia yang

bersih terutama dari korupsi, dari orang-orang yang gak bener, yang

memanfaatkan uang perusahaan, uang Negara untuk kepentingan pribadi

prang per orang.

2. Termasuk ke dalam kejahatan luar biasakah korupsi?

Korupsi itu memang kejahatan yang luar biasa, karena tidak hanya merugikan

Negara tapi juga merugikan generasi masa depan. Orang akan mengikuti

praktek-praktek yang berkaitan dengan praktek korupsi apabila mereka tidak

ditindak dengan tegas. Karena itu kita berharap bahwa undang-undang atau

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tindak pemberantasan korupsi itu

benar-benar berlaku bagi siapapun itu pelakunya. Dan kita berharap dari

seluruh elemen masyarakat mulai dari eksektutif, yudikatif sampai legislatif

bersama-sama mendorong bahwa korupsi itu musuh yang harus segera


diberantas. Mungkin sangat sesuatu yang mustahil untuk kita memberantas

korupsi, tapi kita akan berusaha terus perlahan-lahan sedikit demi sedikit,

karena tujuan kita jelas bahwa kita ingin menciptakan Indonesia yang bersih.

Bagi kami tiada maaf bagi korupsi, jadi semuanya harus ditindak

berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Kalau memang baru sebatas

dugaan, sekarang bagaimana dugaan itu bisa dibuktikan. Kalau hanya masih

sebatas tuduhan-tuduhan atau dugaan-dugaan itu kita tidak ingin nama orang

itu ikut tercemar tapi kita harus koreksi juga kalau memang ada yang salah.

Nah ini yang terpenting juga, media bagi kami yang turut melawan korupsi

ini, dia juga harus melakukan kroscek kepada sumber-sumber yang diduga

terlibat dalam tindak korupsi.

3. Sudah separah apa korupsi di negeri ini?

Korupsi ini sudah sangat parah, dibilang seberapa parah pasti parah banget,

karena lagi-lagi itu sudah terjadi diseluruh sendi kehidupan. Bahkan yang kita

sesalkan aparat penegak hukum sudah terlibat dalam tindak korupsi. Kalau

aparat penegak hukum saja sudah terlibat dalam tindak korupsi maka siapa

lagi yang bisa kita harapkan termasuk pejabat di legislatif. Di eksukutif kita

berharap pejabatnya bersih, tapi faktanya tetap ada saja. Lagi-lagi mungkin

memang oknum, tapi tidak hanya soal oknum tapi ada sistem yang memang

bisa terjadinya tindak korupsi. Saya ingin cerita, ada seorang teman saya yang

bekerja di salah satu instansi yang untuk mengaudit hasil laporan keuangan

dari berbagai macam perusahaan baik BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

dan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah). Ternyata setelah diaudit itu
ditemukan dugaan korupsi oleh salah satu oknum. Ketika itu dilaporkan oleh

salah satu pimpinanya, tapi pimpinannya bukan malah menindaklanjuti

laporan tersebut tapi sebaliknya malah pimpinannya mengancam kepada

teman saya yang bekerja di instansi itu untuk menentukan sikap apakah dia

mau bertahan atau dia mau keluar dari pekerjaannya itu. Artinya di sini

korupsi itu bekerjanya sudah sangat sistematis di semua lini. Apakah itu di

depertemen yang mengurusi masalah politik, hukum maupun ke masalah-

masalah keagamaan ada dugaan tindak korupsi. Kita berharap kedepannya ini

sudah tidak terjadi lagi karena ini kondisinya sudah sangat parah. Bahkan

kalau kita melihat data-data sudah berapa banyak dugaan korupsi yang terjadi

di negeri ini. Bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam satu tahun

terakhir saja sudah berapa banyak melakukan pemberantasan korupsi, sudah

ada berapa keberhasilan menyelamatkan uang Negara dari tindakan korupsi.

Ada tindakan korupsi yang dilakukan oleh oknum yang kecil tapi yang di atas

tetap tenang-tenang saja. Kita berharap lembaga pemberantasan korupsi,

lembaga penegakan hukum lebih pro aktif dalam melakukan pemberantasan

korupsi agar tidak terjadi lagi.

4. Kasus korupsi yang dilakukan oleh Nazaruddin apakah merupakan efek dari

biaya demokrasi yang terlalu mahal dalam menjalankan pemilu?

Selama ini memang sudah menjadi rahasia umum, pelaksanaan pemilihan

umum di negeri ini menghabiskan begitu besar banyak biaya. Akibatnya

seorang calon yang maju untuk menjadi calon wakil rakyat maka mereka

setidak-tidaknya mereka harus menghabiskan dana yang sekian besar.


Akibatnya jika mereka suatu saat terpilih maka mereka berupaya agar

bagaimana dana yang sudah dikeluarkan itu bisa kembali. Kita sudah melihat

betapa banyak calon-calon anggota dewan yang tidak terpilih ada yang bisa

sampai stress karena harus mengeluarkan sekian milyar ketika mereka tidak

terpilih bahkan ada yang stress bahkan ada yang ingin bunuh diri. Ini

merupakan persoalan-persoalan yang sangat mengerikan, begitu juga ketika

ada sebagian anggota dewan, mereka yang sudah terpilih mereka melakukan

hal-hal yang sama, mereka berpikir bagaimana biaya yang dikeluarkan

mereka ingin kembalikan. Secara logika sajalah, mereka tidak ingin biaya

yang telah mereka keluarkan dananya habis hanya untuk biaya pemenangan

mereka saja tanpa mereka berupaya berpikir mengembalikan itu seperti apa.

Jadi mereka ingin dana itu bisa kembali sehingga uang yang telah mereka

keluarkan, mereka ketika terpilih benar-benar tidak merasa dirugikan. Kasus

Nazaruddin kalau kita melihat bahwa itu sudah menunjukkan fakta bahwa ada

orang-orang tertentu yang telah memenangkan suatu pemilihan ketika mereka

menjabat ada hal-hal tertentu yang coba dia ingin mainkan melakukan money

politic. Akhirnya setelah memenangkan hal itu, mereka mencoba menginjak

instansi-instansi terkait agar dana itu bisa mereka dapatkan, akhirnya itu juga

berlaku disejumlah tempat di instansi itu juga turut mendukung maka

akibatnya uang Negara pun ikut dirugikan, jadi seperti itu.

5. Bagaimana posisi Republika dalam melihat kasus ini?

Memang karena biaya ya, terutama ketika kasus ini sudah terjadi, bahwa ini

hanya ibarat menara gunung es, karena sebenarnya banyak hal-hal yang
serupa yang terjadi di semua lini. Ketika orang ikut pemilihan umum mereka

mengeluarkan uang yang begitu besar maka setelah mereka menjabat pun

muncul perasaan ingin mengembalikan modal yang besar itu, nah ini efek dari

salah satunya apa namanya pemilu. Tapi di luar itupun ada juga memang

ketika mereka melihat sebuah celah sehingga mereka ingin melakukan hal-hal

yang tidak baik terutama dalam hal korupsi ini. Maka kita melihat persoalan-

persoalan ini karena memang ada sistem yang memungkinkan mereka

melakukan perlakuan yang tidak jujur. Ketika sistem itu menimbulkan sebuah

perlakuan yang tidak jujur ini seharusnya yang diperbaiki. Tapi semuanya

lagi-lagi kembali kepada oknum, ketika melihat ini memang ada persoalan

pada sistemnya kenapa mereka tidak ingin berupaya memperbaiki sistem

tersebut dan kejujuran dari masing-masing pribadi juga untuk tidak

melakukan hal serupa. Ketika sudah ada di sini jelas-jelas ini bukan hak

miliknya, ini adalah hak rakyat, uang rakyat sudah selayaknya mereka tidak

mengambil hak orang lain bahwa itu bukan hak milik dia, otomatis jika

mereka terbukti memakai hak rakyat mereka harus berani

mempertanggungjwabkan itu.

6. Bagaimana media Republika mengembangkan kasus ini sehingga menjadi

berita yang layak untuk disampaikan kepada publik?

Kami melihat ketika ini sudah ada dugaan maka sejumlah nyanyian yang

disuarakan oleh Nazaruddin harusnya bisa ditindaklanjuti. Siapapun yang

terlibat, termasuk kepada orang-orang yang muncul dalam BAP. Artinya itu

sudah mengindikasikan bahwa memang ini benar-benar terjadi. Tapi ketika


melihat hasil dari persidangan dan Nazaruddin sudah dihukum walaupun

hanya sebatas dalam satu kasus, itu menunjukkan bahwa kasus ini besar

bahwa masih ada oknum-oknum lain yang masih diduga terlibat. Kalau

Nazaruddin sudah dihukum maka itu menunjukkan bahwa dia bersalah, dia

mamanfaatkan jabatannya, wewenangnya, sebagai anggota dewan untuk

kepentingan perusahaan untuk kepentingan pribadinya dia. Kami melihat

untuk mengembangkan ini juga maka Republika juga mau tidak mau mencari

sumber-sumber yang valid yang bisa dipertanggungjawabkan, bagaimana

sebenarnya kasus ini terjadi. Praktek-praktek yang sudah dilakukan

Nazaruddin di satu kasus itu bagaimana ditindak lanjuti.

7. Pandangan awal yang keliru dari Partai Demokrat terhadap keterlibatan

Nazarudin dalam kasus ini! Apakah ada niatan sebelumnya dari partai ini

untuk melindungi Nazarudin?

Kalau kami melihat, bagaiamanapun ketika ada kader partai yang terlibat

dalam satu kasus maka partai itu berusaha untuk paling tidak membela

semaksimal mungkin kader-kadernya itu apapun itu. Tapi ketika nanti sudah

terbukti terjerat akhirnya pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh partai

politik termasuk Demokrat dalam hal ini bisa terbantahkan ketika nanti

Nazaruddin terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Apa yang dilakukan

oleh Demokrat mungkin itu hanya satu kasus, tapi hampir di semua lini partai

politik itu melakukan ingin menyelamatkan kader-kader mereka yang terlibat

dalam praktek-praktek korupsi itu. Kita justru bertanya-tanya, kalau memang

partai ini punya komitmen, punya ketegasan sikap menentukan bahwa korupsi
itu sudah menjadi musuh bersama mereka juga harus komitmen menjalankan

pemberantasan korupsi itu. Kita justru kaget, ketika orang yang sudah masuk

dalam iklan (saya tidak ingin menyebutkan namanya, nanti silahkan saja

dicari) dia menyatakan tidak pada korupsi ternyata dia terbukti melakukan

praktek-praktek korupsi bahakan yang terbaru dia ingin melakukan “tsunami”

bagi gedung DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dia ingin menunjukkan itu.

Artinya ini fakta bahwa partai politik pun terlibat, sekarang kita ingin tahu

darimana sih partai politik ketika dia bisa hidup, apakah dari sumbangan

kader, apakah dari perolehan suara mereka yang setiap suara rakyat dihargai

seribu rupiah, lalu atau juga dari usaha-usaha lain. Kalau memang dari usaha

seberapa besar si pendapatan dari semua partai politik dalam menggalang

dana. Nah, itukan akhirnya mau tidak mau ketika ada kepentingan yang lebih

besar mereka ingin mencari jalan keluar bagaimana mendapatkan dana itu,

nah ketika jalan keluar yang benar tidak bisa dilakukan maka jalan yang

illegal pun mereka berusaha untuk menempuhnya. Ini bisa saja dihampir

semua partai politik bisa seperti itu.

8. Pertualangan Nazaruddin yang begitu lama apakah merupakan kelemahan

KPK dan Kepolisian dalam menangani korupsi?

Jadi ketika Nazaruddin berhasil pergi keluar negeri, menyebunyikan dirinya di

luar negeri sampai akhirnya tertangkap di Cartagena, Kolombia, itu

menunjukkan bahwa memang ada yang lemah dari aparat penegak hukum,

bisa dari KPK maupun kepolisian ataupun bisa dari sisi manapun, dari

Imigrasi pun mungkin bisa lalai. Artinya orang-orang yang sudah terindikasi,
yang sudah diduga semestinya bisa dilakukan pencegahan awal. Bahkan yang

kita sesalkan dari Nazaruddin sendiri dia pergi keluar negeri itu atas

rekomendasi pimpinan partai. Nah, ini kan berarti oknum di partai, atau

oknum pimpinan partai tersebut ini pun merestui apa yang dilakukan oleh

Nazaruddin dalam hal dia harus menyelamatkan diri, dia supaya tidak

mencemarkan nama baik partai politik. Tapi faktanya orang sudah tahu bahwa

partai politik terlalu banyak bermain kotor, itulah yang kita sesalkan

sebenarnya dari partai politik. Tapi kita tetap berupaya mudah-mudahan ke

depan partai politik bisa lebih baik lagi dalam menjalankan amanah dan tujuan

dari pendirian partai politik itu. Kepada KPK, kepada kepolisian, kepada

aparat penegak hukum semuanya kita berharap lebih kencang lagi, lebih tegas

lagi dalam menegakkan aturan hukum. Ada kelemahan ya itu wajar, tetapi

kelemahan itu jangan selalu menjadi alasan untuk menyepelekan perosoalan-

persoalan yang terjadi.

9. Apakah “nyanyian” Nazarudin layak untuk media sebarkan kepada khalayak

luas padahal suara itu belum tentu benar ataupun salah?

Media itu akan memberitakan sebuah informasi berdasarkan konfirmasi. Ada

informasi yang berkembang itu kemudian kita kroscek kepada oknum-oknum

yang bersangkutan. Nazaruddin pernah menyebut nama Angie misalnya, dia

juga ikut menikmati itu, ternyata setelah hasil pemeriksaan Angie pun

dijadikan tersangka oleh KPK. Artinya itu menyimpulkan indikasi

keterlibatan Angie dalam kasus Nazaruddin itu benar termasuk sejumlah

nana-nama yang disebutkan Nazaruddin. Artinya ini mengindikasikan bahwa


“nyanyian” Nazaruddin tidak sebatas “nyanyian” palsu tapi memang ada

benarnya. Tapi, jangan lantas semua “nyanyian” Nazaruddin kita lantas

percaya 100 %. Artinya apa yang dia “nyanyikan” itu, apa yang dia sebutkan,

oknum-oknum yang dia sebutkan ya sebagai media kita harus melakukan

kroscek lagi kepada nama-nama yang disebutkan itu soal keterlibatannya.

Tapi nama-nama itu harusnya menjadi bola bagi, atau menjadi jalan bagi

aparat penegak hukum atau KPK untuk menelusuri dugaan-dugaan itu,

jangan-jangan apa yang disebutkan Nazaruddin benar, nah, kalau yang

sebanarnya apa yang disebutkan Nazaruddin benar, dan kemudian aparat

penegak hukum tidak menindaklanjutinya atau menganggap “nyanyian” itu

sebatas omong kosong ya kebenaran yang disampaikan Nazaruddin akhirnya

tidak bisa terungkap. Jadi, di sinilah pentingnya, media juga, aparat penegak

hukum juga untuk melakukan kroscek nama-nama yang telah di “nyanyikan”

Nazaruddin itu.

10. Siapa yang dianggap salah dalam kasus ini! Nazarudin atau Demokrat?

Yang pasti yang malakukan praktek tersebut yang bersalah, baik

Nazaruddinya. Yang pasti Demokrat tidak terlibat, dalam artian maksud saya

begini, Demokrat itu hanya sebuah nama, tapi lagi-lagi oknum-oknumnya itu,

saya percaya partai Demokrat itu bagus, PKS (Partai Keadilan Sejahtera) itu

bagus, PAN (Partai Amanat Nasional) itu bagus, semua partai politik itu

bagus. Tapi orang-orang yang ada di dalamnya yang belum tentu bagus. Lalu

siapa yang salah, dalam hal ini pasti oknum yang bersalah, hanya memang

pengurus-pengurus partai ini yang ketika mereka mebiarkan ada kader-kader


yang bermain itu (kotupsi) itu yang kita sesalkan, artinya partai politik harus

bisa meredamnya. Pengurus-pengurus partai, pimpinan-pimpinan partai,

termasuk dewan pembinanya harus mendorong atau punya komitmen untuk

mencegah korupsi itu. Tidak sebatas nama saja, tapi tujuan pendirian partai itu

pun ada, untuk mesejahterakan masyarakat, untuk meramaikan demokrasi,

yang itu pasti dijalankan oleh para pengurusnya, oleh para oknum-oknumnya.

Nah, ketika ada praktek-praktek korupsi itu harusnya itulah yang dialihkan

dalam artian harus dibenahi. Jangan sampai praktek-praktek korupsi itu bisa

terjadi. Siapa yang salah! Ya yang salah yang berbuat. Nazaruddin dia salah

karena sudah terbukti, tapi nama-nama yang dia sebutkan itu harusnya bisa

ditindaklanjuti. Nah, jika mereka betul-betul bersalah atau benar-benar terlibat

dalam “nyanyian”nya Nazaruddin ya itu dalam satu kasus, karena Nazaruddin

tidak hanya ber”nyanyi” dalam satu kasus, tapi dia “nyanyian”nya banyak,

ada beberapa kasus, ada kasus Wisma Atlet, ada kasus Hambalang, dan kasus-

kasus yang lain juga. Bahkan isteri Nazaruddin juga diduga terlibat dalam

proyek PLTS.
PAPARAN SINGKAT ISI BERITA DAN NARASUMBER

Judul Isi Berita Narasumber


KPK Pastikan Panggil Meskipun sudah Johan Budi SP (Juru
Nazaruddin memiliki keinginan Bicara KPK), Sutan
untuk segera Bhatoegana (Ketua
memanggil Nazaruddin, Departemen
namun KPK sendiri Perekonomian DPP
belum menentukan Partai Demokrat),
tanggal pemanggilan Edhie Baskoro
tersebut. Yudhoyono (sekretaris
Jenderal Partai
Demokrat), Ruhut
Sitompul (Ketua
Departemen
Komunikasi DPP Partai
Demokrat) .

Langkah Jemput Paksa Penjemputan paksa Busyro Muqoddas


Bergantung Status kepada kepulangan (Ketua KPK), Haryono
Nazaruddin Nazaruddin yang Umar (Wakil Ketua
dilakukan oleh KPK KPK), Ahmad Mubarok
akan dilaksanakan (Anggota Dewan
apabila statusnya sudah Pembina Partai
menjadi tersangka. Demokrat).

Demokrat Gagal bawa Tim Pencari Fakta Anas Urabningrum


Pulang Nazaruddin Partai Demokrat gagal (Ketua Umum Partai
membawa pulang Demokrat), Sutan
Nazaruddin Bhatoegana (Anggota
dikarenakan melihat Tim Pencari Fakta
kondisi kesehatan Partai Demokrat), Jafar
beliau yang kurang Hafsah (Ketua Fraksi
sehat. Partai Demokrat,
Haroyono Umar (Wakil
Ketua KPK).

KPK Resmi Panggil KPK telah mengirimkan Chandra M Hamzah


Nazaruddin surat ke instansi- (Wakil Ketua KPK),
instansi yang terkait Johan Budi (Juru Bicara
dengan Nazaruddin KPK), M Jasin (Wakil
untuk segera hadir pada Ketua KPK), Busyro
pemanggilan hari Muqoddas (Ketua
Jum’at 10 Juni 2011 KPK), Pusat Pelaporan
sebagai saksi. Transaksi Analisis
Keuangan (PPATK),
Sutan Bhatoegana
(Ketua Tim Komunikasi
TPF Partai Demokrat),
Ruhut Sitompul
(Anggota DPP Partai
Demokrat).

Nazaruddin Diduga Pemanggilan oleh KPK Syamsuddin Haris


Disembunyikan terhadap Nazaruddin (Kepala Pusat
jika tidak diindahkan Penelitian Politik LIPI),
oleh yang bersangkutan, Priyo Budi Santoso
maka yang bertanggung (Wakil Ketua DPR RI),
jawab atas hal ini Jafar Hafsah (Ketua
adalah Partai Demokrat. Fraksi Partai
Demokrat), Ruhut
Sitompul (Anggota DPP
Partai Demokrat)

Nazaruddin Mangkir KPK memastikan Johan Budi (Juru Bicara


Nazaruddin dan KPK), Busyro
isterinya Neneng Sri Muqoddas (Ketua
Wahyuni mangkir KPK), Denny
dalam pemanggilan Kailimang (Ketua
pertama. Divisi Advokasi dan
Ketidakhadiran Bantuan Hukum DPP
keduanya di KPK tanpa Partai Demokrat), Andi
keterangan yang jelas. Nurpati (Ketua Divisi
Informasi dan
Komunikasi DPP Partai
Demokrat), Ruhut
Sitompul (Ketua
Departemen
Komunikasi dan
Informasi DPP Partai
Demokrat)

Pemerintah dan KPK Pemerintah dan KPK Emerson Yuntho


Lamban lamban dalam (Wakil Koordinator
melakukan pemulangan Indonesia Corruption
para tersangka kasus Watch), Rhenald Kasali
korupsi yang pergi ke (Guru Besar Ekonomi
luar negeri. Universitas Indonesia),
Denny Indrayana (Staf
Khusus Presiden
Bidang Hukum dan
HAM)

KPK Pastikan Panggil KPK akan mengerahkan Busyro Muqoddas


Paksa Nazaruddin penyidiknya pada (Ketua KPK),
pemanggilan ketiga Nazaruddin, Sutan
nanti jika Nazaruddin Bhatoegana (Anggota
juga tidak hadir pada Tim Komunikasi DPP
pemanggilan kedua. Partai Demokrat)

Demokrat Respons Nazaruddin Saan Mustofa, Sutan


Tudingan Nazar melemparkan bola Bhatoegana (Anggota
panas dari Singapura Tim Komunikasi DPP
setelah mengatakan Partai Demokrat),
bahwa dua koleganya di Nazaruddin, OC Kaligis
DPR dari Partai (Pengacara Nazaruddin)
Demokrat dan PDIP
terlibat juga dalam
kasus yang sedang
melilitnya.

KPK Segera Panggil Pemanggilan yang Busyro Muqoddas


TPF Demokrat dilakukan oleh KPK (Ketua KPK),
terhadap Tim Pencari
Fakta Partai Demokrat
merupakan respons
terhadap tudingan yang
disebarkan Nazaruddin
lewat SMS kepada
wartawan.

Anda mungkin juga menyukai