SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Kom.I)
Di Susun Oleh:
Ahmad Fauzi
108051000099
1) Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukanuntuk memenuhi salah satu
persyaratan meraih gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia nemerima sanksi yang berlaku di
AHMAD FAUZI
108051000099
i
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap Harian Umum
Republika dalam mengkonstruksi pembertiaan terhadap sebuah isu korupsi yang
belum memiliki status yang jelas di mata hukum. Kasus Nazaruddin dalam
keterlibatannya dalam korupsi Wisma Atlet di Pamlembang menjadi alasan yang
tepat bagi peneliti untuk meneliti ini lebih dalam.
Penelitian ini merupakan penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan
menggunakan analisis framing sebagai metodenya. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research. Observasi
teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data
sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat
dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model framing Robert
N. Entman. Dalam model framing ini memiliki empat elemen untuk mengetahui
bagaimana sebuah media massa membingkai berita. Yakni define problem, dainose
causes, make moral judgment, dan treatment recommendation.
Pemilihan berita berdasarkan unsur kebaharuan. Karena kebaharuan di sini
bukan hanya fakta yang baru saja terjadi, melainkan juga fakta yang telah lama terjadi
namun terus terungkap kebenarannya. Pemberitaan ini menarik karena status
Nazaruddin yang belum menjadi tersangka dan juga dalam posisi sakit.
Penelitian ini menemukan titik lemah pada diri Harian Umum Republika. Ini dapat
terlihat dari bagaimana Republika memilih narasumber untuk dijadikan rujukan
dalam pemberitaan mengenai kasus Nazaruddin. Republika hanya mengedepankan
pendapat dari elit Partai Demokrat dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam
membingkai berita ini. Mereka tidak bermain dari pendapat para pengamat maupun
ICW (Indonesian Corruption Watch) yang selalu menyuarakan ke kritisannya
terhadap isu ini. Alhasil, Republika memframe pemberitaan ini hanya datar saja tanpa
mampu membawa pemikiran pembaca ke ruang yang lebih dalam.
Harian Republika juga mengesampingkan proses eksternalisasi dan
objektifikasi dalam proses pembentukan sebuah berita. Proses tersebut dibatasi oleh
internalisasi yang dilakukan oleh Republika yang menganggap bahwa pemberitaan
korupsi ini jangan sampai menimbulkan polemik baru karena menyampaikan
informasi yang belum terkonfirmasi baik dari pelaku maupun pemberi informasi
tersebut. Pembentukan berita seperti ini berbenturan dengan kebebasan pekerja
medianya dalam mengkonstruk sebuah pemberitaan. Ini juga menempatkan mereka
kepada satu keberpihakan semu. Mereka mengajak pembaca untuk menganggap
korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan, namun dilain sisi mereka juga
bermain aman dalam memberitakan sebuah informasi kourpsi.
Keyword: Framing, Konstruksi Berita, dan Korupsi
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur tercurah hanya kepada-Nya Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam tercurahkan
kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing kita pada derajat kemanusiaan yang lebih
baik.
yang diberi judul “Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi
M Nazaruddin di Harian Republika)” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
penulis untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam pada
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini telah mendapat bantuan, dukungan dan
dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
3. Drs. Jumroni M.Si dan Drs. Umi Musyarofah M.A. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
4. Dr. Gun Gun Heryanto M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih penulis
iii
bimbingan, pengarahan, dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga terus
menjadi dosen yang istimewa di hati mahasiswa. Selalu sederhana dan tetap membumi
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan keilmuan serta berbagai wawasan dan
Penyiaran Islam. Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan, Amin.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama
narasumber yang telah meluangkan waktu kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
Kebesaran hati beliau untuk selalu membantu orang lain semoga selalu di ridhai oleh
Allah SWT.
8. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda SUAD dan Ibunda Hasanah yang
selalu mendukung langkah anak-anaknya dengan cara mereka sendiri untuk berproses
9. Kakak-kakakku yang tersayang. Mulyati, M. Sidik, M. Idris SH, Umayyati, Nur Seha,
10. Keponakanku Habibi, Haidar, Nia yang selalu menjadi penghilang duka dan selalu
memberikan keceriaan.
v
11. Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2008, khususnya KPI C yang telah
memberikan banyak cerita, pengalaman, dan inspirasi untuk penulis. Ferdian, Saiful
Bahri, Nurul Iman, Ika Kurnia Utami, Gana Buana, Anisaturohmah, Aimatunisa, Herdina
Rosidi, Aris Budi Sismansyah, Ade Irfan Abdurrahman, Lala. Kita menjadi hebat dengan
12. Semua pihak yang telah memberikan konstribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
vi
BAB III PROFIL MEDIA
2011 ............................................................................. 69
vii
5. Frame Harian Republika dengan Judul “Nazaruddin
2011 ............................................................................. 80
C. Pembahasan .......................................................................... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 99
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ......................................................................................... 61
Tabel 2 ......................................................................................... 64
Tabel 3 ......................................................................................... 68
Tabel 4 ......................................................................................... 72
Tabel 5 ......................................................................................... 75
Tabel 6 ......................................................................................... 79
Tabel 7 ......................................................................................... 82
Tabel 8 ......................................................................................... 85
Tabel 9 ......................................................................................... 88
Tabel 10 ......................................................................................... 91
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Isi media merupakan sebuah informasi yang dapat merubah sebuah persepsi
masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh media tersebut. Apalagi isu yang di
sangat sensitive bagi khalayak. Semakin gencarnya media dalam memberitakan isu
tentang boroknya pemerintahan kita maka akan semakin gencar juga focus khalayak
Selama ini berita yang disampaikan oleh media elektronik maupun media
cetak hanya dianggap sebagai sebuah representasi dari kenyataan. Kenyataan itu
keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan
penilaian individu.
Biasanya kita menilai berita hanya melihat, mendengar dan membacanya saja
tanpa adanya sebuah pengaruh yang memasuki benak kita dalam menilai sebuah fakta
yang di sampaikan oleh media tersebut. Dalam buku Jumroni (2006) Alex Sobur
untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini public, antara lain,
karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau
1
2
gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk
Dari penjelasan diatas, dapat kita mengerti memang saat kita membaca,
mendengar, dan melihat sebuah informasi yang terjadi kita tidak hanya melakukan
kegiatan tersebut saja, tetapi kita telah terkonstruksi pemikiran kita terhadap isi
pemberitaan tersebut.
mendefinisikan realitas.
saja, lalu mereka menafsirkan isi berita tersebut melalui penafsiran mereka sendiri.
isi berita sesuai dengan apa yang melekat pada dirinya, bisa berupa pengalaman,
sini wartawan bukan sebagai palapor yang hanya memindahkan realitas ke dalam
1
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h. 85
2
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,( Yogyakarta: Lkis,
2002), h. 18
3
realitas yang terjadi di dalam masyarakat ke dalam sebuah berita, tetapi wartawan
juga menafsirkan realitas yang terjadi sesuai penafsiran mereka sendiri baru mereka
masukkan ke dalam berita. Hal ini terjadi karena pemberitaan berimbang sulit
industry media. Dalam hal ini, siapapun yang memiliki modal besar dan mempunyai
kepentingan akan berusaha menguasai media. Karena era perpolitikan Indonesia saat
ini telah memasuki fase politik pencitraan. Di mana media sebagai mediator paling
ampuh sebagai media pencitraan kepentingan mereka. Walaupun apa yang mereka
Hal ini terjadi ketika sekarang banyak pengusaha yang memiliki kepentingan
di dunia politik menjadi pemilik sebuah media untuk alat pencitraan dirinya. Tentu
hal ini sangatlah menarik untuk lebih di teliti terhadap pemberitaan yang di
sampaikan oleh Koran Harian Republika. Dalam melihat konteks ini perlu kita teliti
berita dan juga perspektif wartawan yang dimasukkan dalam isi berita pun akan
Harian Republika. Atas dasar itulah penilitian ini sangat penting untuk dilaksanan.
3
Rivers, L. William. Jensen, W Jay & Peterson, Theodore, Media Massa dan Masyarakat
Modern, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 12
4
Merujuk pada tulisan Gun Gun Heryanto ( SINAR HARAPAN, 9 February 2011 ) mengutip
pada tulisan Pamela J Shoemaker dan Stephen D Reese dalam bukunya Mediating the Message:
Theories of Influence on Mass Media Content
4
Kasus korupsi Nazaruddin ini sangat mengejutkan banyak pihak. Dan untuk
menyelesaikan kasus ini pun sesungguhnya membutuhkan waktu yang sangat lama.
mantan bendahara umum Partai Demokrat ini membutuhkan waktu seratus tahun.
Menteri Pemuda dan Olahraga) Wafid Muaharram, bos PT Duta Graha Indah M El
Idris, dan seorang perantara Mindo Rosalina. Ketiganya ditangkap atas dugaan
penyuapan terkait proyek Wisma Atlet SEA Games 2011. Pengacara Rosalina,
Pernyatann ini terus bergulir di media massa dan menimbulkan dugaan keterlibatan
Demokrat memecat Nazarudin dari jabatan Bendahar Umum. Pada tanggal 24 Mei
Demokrat.
Inilah awal mula pelarian Nazarudin di luar negeri. Pada 10 Juni 2011 Partai
Demokrat membentuk tim yang terdiri atas Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah dan
5
Jhonny Allen Marbun. Tim berhasil menemui Nazarudin di Singapura, namun gagal
sedang berobat dan dalam keadaan sakit berdasarkan keterangan pers yang dilakukan
Partai Demokrat.
tentang beberapa kader Partai Demokrat kepada para wartawan melalui blackberry
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih focus dan terarah serta tidak
terjebak pada pembahasan yang terlalu luas, peneliti membatasi masalah hanya dilihat
Demokrat yang disampaikan oleh Harian Republika. Lebih tepatnya lagi, pembatasan
masalah pada penelitian ini adalah pemilihan berita yang diterbitkan oleh Harian
Republika pada tanggal 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 16, 18, 21 Juni 2011.
2. Perumusan Masalah
mengarah lebih kepada untuk menguji apa yang dikatakan dalam pandangan
konstruksionis yang menyatakan bahwa media bukanlah saluran yang bebas, ia juga
mendefinisikan realitas.
Jika dilihat dari pandangan konstruksionis, sebenarnya pada saat ini media
yang sudah mengutamakan keuntungan dan pemilik media yang sudah memiliki
pemilik media. Apakah di harian ini sudah terdapat kebebasan jurnalistik dalam
mengkonstruk berita.
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari adanya penelitian ini antara
D. Kajian Pustaka
dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta. Peneliti mendapatkan penelitian yang sama,
hanya saja penelitian yang sudah ada kebanyakan tentang pemberitaan keagamaan
massa hanya ada satu penelitian yang dilakukan oleh Donie Kadewandana.
penelitian yang dilakuakan oleh Donie adalah analisis framing pada kasus Baitul
Muslimin yang merupakan sayap islam dari PDI-P pada pemberitaan Harian Kompas
dan Republika. Disini terlihat jelas perbedaan antara peneliti dengan penelitian
terdahulu, yakni penelitian sekarang lebih berfokus terhadap kasus politik yang
berfokus terhadap peranan organisasi sayap yang didirikan oleh Partai Demokrasi
Dari tinjauan pustaka ini, peneliti yakin apa yang akan di teliti belum pernah
ada sebelumnya. Maka dengan itulah peneliti yakin mengajukan penelitian teersebut
E. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di
dalam masyarakat. Obyek analisis dalam pendektatan kualitatif adalah makna dari
pertama, peneliti kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Kedua, peneliti
utama dalam menumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun
5
Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi massa: ( teori, paradigma dan diskursus teknologi
komunikasi di masyarakat ) (Jakarta: Kencana, 2007) h. 306
6
Ibid, h. 307
9
2. Metode Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing. Analisis
framing adalah analisis yang di gunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor,
kelompok, atau apa saja) di konstruksi oleh media.7 Yang menjadi titik perhatian
bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai
yang dikembangkan oleh media. Sikap mendukung, positif, atau negatif hanyalah
teks/document research. Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran
analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.
4. Unit Analisis
Unit analisis dari penelitian ini adalah teks berita yang dipakai dalam kasus
harian Republika.
7
Eriyanto, Analisis Framing,
10
serta mengoolaha kelompok data tertentu sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
yang kongkrit tentang persoalan yang diteliti dan dibahas. Oleh karena yang digali
berupa data kualitatif, maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif.
Mengikuti Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
pola menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media”.9 Framing dapat
dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu
dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks.10 Kata
penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas,
lebih bermakna, atau lebih mudah diingat khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam
8
Lexy. J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006) h. 248
9
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 220
10
Ibid, h. 220
11
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan
membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat
Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang
digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakterisitik dari teks berita.
Kedua, perangkat spesifik ari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian
mengenai persitiwa. Frame berita dibentuk dari kata kuci, metafora, konsep, symbol,
citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki
dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita.
Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol
Dalam model Entman, mem frame sebuah berita memiliki empat elemen:
dapat kita lihat mengenai framing. Ini merupakan master frame/bingkai yang
11
Ibid, h, 221
12
Ibid, h. 222
13
Ibid, h. 224
12
Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut
dipahami. Peristiwa yang sama bisa dipahami secara berbeda. Dan bingkai
framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu
peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti
siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan
siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang
dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan
3. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang
digunakan untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang
14
Ibid, h. 225
15
Ibid, h. 225
16
Ibid, h. 226
13
tergantung bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai
penyebab masalah.17
model Robert N. Entman, sehingga penyajian table serta teori itu akan tampak
dilakukan M. Nazarudin.
17
Ibid, h. 227
BAB II
KAJIAN TEORI
kenyataan atau realitas yang terjadi, bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah media
akan dinilai apa adanya. Apa kata media dan bagaimana penggambaran mengenai
Berita dari sebuah media bagi masyarakat umum dipandang sebagai barang
suci yang penuh obyektifitas. Namun berbeda dengan kalangan tertentu yang
memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan,
yaitu dalam setiap penulisan berita ternyata menyimpan subjektivitas seorang penulis.
Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis data-data
merekonstruksi realitas dari peristiwa itu sendiri, sehingga pembaca terpengaruh dan
memiliki pandangan seperti yang diinginkan media dalam menilai suatu peristiwa.
keberpihakan media dalam memandang sebuah berita, apalagi bila berita tersebut
1
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 10
14
15
Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya,
sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan
relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya
media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui
dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas
Konstruksi realitas sosial adalah sebuah teori yang diciptakan oleh Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann. Dalam teori ini berpandangan bahwa realitas
tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi sebagai proses yang sedang terbentuk.
2
Ibnu Hamad, dkk., Kabar-kabar Kebencian. (Jakarta: Institute Studi Arus Informasi. PT.
sembrani Aksara Nusantara, 2001) h. 74-74.
3
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008) h. 13
16
Manusia sebagai individu sosial pun tidak pernah stagnan selama ia hidup ditengah
masyarakatnya.
Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari
apa yang dapat dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk ini tidak selalu
pengalaman seseorang.
Bentuk ini biasanya hanya mengakui apa yang dihasilkan oleh pikiran
Misalnya adalah, orang Barat akan menilai Islam sebagai sebuah agama
terjadi selama ini dalam sisi islam begitu banyaknya aksi-aksi kekerasan
mungkar.
4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta: Kencana 2006), h. 193
5
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 14
17
adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan
pengetahuan yang hakiki. Misalnya islam belum tentu benar walaupun Al-
sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya
sendiri.
melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni symbolic reality,
objective reality, dan subjective reality yang berlangsung dalam suatu proses dalam
18
serta rutinitas tindakan dan tingkahlaku yang telah mapan terpola (tercakup di
dalamnya adalah berbagai institusi sosial dalam pasar), yang kesemuanya dihayati
oleh individu secara umum sebagai fakta. Symbolic reality, merupakan semua
ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai „objectiver reality‟, termasuk di
dalamnya teks industry media, representasi pasar, kapitalisme dan sebagainya dalam
media. Sedangkan objective reality merupakan konstruksi definisi realitas (dalam hal
ini misalnya media, pasar, dan seterusnya) yang dimiliki individu dan di konstruksi
Adapun dalam pandangan Peter L. Berger tiga tahapan yang dimaksud di sini
adalah7:
dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi
sifat dasar manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana dia
berada.
pencurahan dirinya kedalam sebuah realitas. Proses ini dapat dilihat dari
6
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi penyiaran,( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), h. 92
7
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS,
2002), h. 16
19
2. Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari
objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai
suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang
menghasilkannya.
mereka juga akan menganggap FPI sebagai sebuah organisasi liar yang
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia
realitas dalam sebuah pemberitaan. Dan ini terjadi pada tubuh media
manapun.
Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang
pernyataan seperti itu, berarti realitas tidak pernah memiliki wajah aslinya, akan
selalu ada perbedaan. Setiap orang akan memiliki tafsiran sendiri dalam menghadapi
Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu:9
saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh
8
Ibid, h. 18
9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 209-210
21
terdengar.
pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya keberpihakan kepada
kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin
bukan saja uang dan materi lain, akan tetapi bisa menjadi blow up terhadap pencitraan
wartawan, dan berita dilihat. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum
konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif.10 Realitas itu hadir, karena dihadirkan
oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta atas konstruksi, sudut pandang
tertentu dari pandangan wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif,
kenyataan itu sendiri bukan suatu yang terberi melainkan ada dalam benak kita yang
melihat fakta tersebut. Kitalah yang memberi definisi dan menentukan fakta tersebut
sebagai kenyataan. Fakta ada dalam konsepsi pemikiran orang. Kitalah yang secara
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam
social bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya,
peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 22
11
Ibid, h. 43
23
Pada dasarnya, analisis framing adalah versi terbaru dari pendekatan analisis
pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995. Mulanya, frame dimaknai sebagai
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman
berita yang ditampilkan oleh media massa dengan melihat isu-isu apa saja yang
ditonjolkan dan isu-isu yang dibuang. Dengan cara itu, kita dapat mengetahui
cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati stategi
seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan
dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2006), h. 162
13
Ibid, h. 162
24
akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih
yang disajikan secara menonjol oleh media. aspek-aspek yang tidak disajikan secara
menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak
Analisis framing adalah salah satu metode analisa media. Seperti halnya
analisis isi dan semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi
isu dan menulis berita.15 Cara pandang dan perspektif itu pada akhirnya menentukan
fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak
realitas tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan
istilah yang mempunyai koneksi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat
ilustrasi lainnya, dengan kata lain dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media.16
Framing juga dapat dimaknai sebagai tindakan penyeleksi aspek-aspek realitas yang
tergambar dalam teks komunikasinya dan membuatnya lebih menonjol dari aspek-
14
Eriyanto, Analisis Framing. h. 76-77
15
Rachmat Kriyanto, “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”, (Jakarta : Kencana, 2006), h. 253
16
Ibid, h. 253
25
Sebuah realitas yang disajikan secara menonjol akan membuat pembaca memiliki
sebuah perhatian yang lebih terhadap informasi tersebut. Dalam praktiknya, framing
dijalankan oleh sebuah media massa dengan menyeleksi isu tertentu dan
mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan
lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan, bagian informasi
dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan
peristiwa yang lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak terlibat?
Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu
ditonjolkan sedangkan yang lain tidak? Mengapa fakta tertentu ditonjolkan sedangkan
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media. h. 164
18
Ibid, h. 164
26
yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber X dan mengapa bukan sumber berita
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa
tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa
yang dipilh (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang
ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang tidak diberitakan?
Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta
tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan
aspek lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan
konstruksi atau suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.
Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan melahirkan
berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau perisitwa yang
lain.20
yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata,
kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan
19
Rachmat Kriyanto, “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”, h. 252
20
Eriyanto, Analisis Framing. h. 81
27
Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih aspek
tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol,
lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua
aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi
bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau
hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya
tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan
mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara
dalam berita. Apa yang dilaporkan oleh media seringkali merupakan hasil dari
peristiwa.21
21
Ibid, h. 97
28
C. Konseptualisasi Berita
1. Pengertian Berita
berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan atau pengumuman. Di
antara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks
persitiwa yang hangat. Satu kata terakhir dalam pengertian itu member tekanan
bahwa berita itu sebuah peristiwa yang hangat. Hagat dalam artian tentu saja sesuatu
yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak.22
menangkap setiap fakta atau peristiwa yang mengandung nilai berita. Bisa saja, fakta
dan peristiwanya biasa-biasa saja, namun karena kepiawaian wartawan, maka fakta
Namun sebuah berita tidak selalu menyampaikan sebuah fakta atau informasi
yang baru saja terjadi. Bisa saja fakta atau informasi yang terjadi dalam beberapa
bulan yang lalu bisa kita jadikan sebuah berita saat ini.
Sebuah berita selalu menyampaikan fakta dan tidak semua fakta bisa
dijadikan sebuah berita karena tidak mampu menarik perhatian pembaca. Tugas
seorang reporter adalah bagaimana mencari sebuah fakta yang dapat dijadikan sebuah
22
Suhaemi dan Ruli, Nasrullah, Bahasa Jurnalistik. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta: 2009). h. 27
23
R Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature (Jakarta: INDEKS Kelompok
Gramedia: 2006) h. 33
29
berita dan mampu menarik perhatian pembaca. Jika sebuah fakta yang ada diberita
mampu menarik perhatian pembaca biasanya fakta yang terdapat di dalam berita
Fakta dalam sebuah berita harus disertai dengan keakuratan nama, tanggal,
lokasi, dan kejadian yang terjadi tentang fakta tersebut. Reporter harus berhati-hati
apabila ingin menyampaikan sebuah fakta yang ingin dijadikan berita. Keakuratan
sebuah berita menjadi pertaruhan sendiri untuk reporter kepada media massa di
informasi. Agar wawancara yang dilakukan tetap terjaga fokus beritanya, seorang
reporter terlebih dahulu melakukan diskusi dengan editor berita untuk menemukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dalam menjaga focus berita. Selain itu reporter
juga harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi masalah dalam mencari
informasi.
dan kelengkapan. Reporter memberikan penekanan yang tepat untuk setiap fakta,
meletakkannya dalam hubungan yang tepat dengan fakta lain dan menunjukkan arti
penting relatifnya bagi ide utama atau focus berita. Berita biasanya dianggap
pendengarnya, atau pemirsanya tentang semua detail penting dari suatu kejadian
berdasarkan penilaian yang didasarkan pada informasi yang relative lengkap. Tujuan
30
pemahaman yang adil (fair) atas suatu peristiwa bukan untuk menjelaskan setiap
2. Syarat-Syarat Berita
Menurut Harahap, ada beberapa syarat dalam suatu berita yaitu sebagai berikut:25
c. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis yang
dibuat-buat.
d. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata-kata dan kalimat yang khas,
peristiwa yang dapat diangkat menjadi berita. Dengan memperhatikan hal itu, berarti
mengacu kepada struktur piramida terbalik yakni memulai penulisan berita dengan
dianggap agak penting, kurang penting dan seterusnya. Struktur berita selengkapnya:
24
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, Edisi kesebelas (Jakarta: Kencana
2008) h. 5
25
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, “Dasar-dasar Public Realation: Teori dan Praktik”,
(Jakarta:Grasindo 2002), h. 130
31
a. Judul
b. Date line yaitu tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun.
d. Isi berita.
3. Nilai-nilai Berita
a. Kebaharuan
penting.26 Bahkan dalam menyampaikan berita atau fakta yang telah lama terjadi.
Dalam menyampaikan berita yang seperti ini sering kali menggunakan kata “hari ini”
dalam sebuah berita untuk menyampaikan kebahruan fakta terbaru dari berita yang
telah lama terjadi dan diberitakan. Biasanya fakta terbaru seperti ini adalah dampak
b. Kedekatan
Kedekatan dari sebuah berita atau fakta bukan hanya tentang jarak geografis
saja.27 Kedekatan dari sebuah isi berita bisa dilihat juga dari aspek minat dari para
pembacanya. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya kedekatan geografis saja yang
membuat pembaca tertarik kepada sebuah berita, melainkan juga kepada kedekatan
26
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 8
27
Ibid, h. 10
32
c. Konsekuensi
Konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti
penting dan dengan efek berita pada pembaca.28 Misalnya berita tentang
direncanakannya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akan dianggap lebih
penting oleh pembaca ketimbang berita tentang ditangkapnya bandar narkoba yang
kenaikan harga BBM mempunya konsekuensi atau dampak yang lebih besar.
d. Kemenonjolan
sesuatu dan yang dikenal oleh publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya,
seseoarang akan selalu menjadi berita apabila yang bersangkutan melakukan sebuah
kegiatan ataupun terlibat dalam sebuah kejadian yang positif ataupun negative.
e. Drama
Sebuah berita bisa mendapat nilai lebih dari pembacanya apabila sang reporter
mampu menyajikan berita diiringi dengan sebuah latar belakang yang dramatis.30
Akan tetapi apa yang disajikan disini harus bersesuaian dengan fakta. Berita yang
didaramatisir akan bersesuaian dengan fakta dan mampu memberikan warna dalam
28
Ibid, h. 11
29
Ibid, h. 11
30
Ibid, h. 12
33
f. Frekuensi
Ini berkaitan dengan jangka waktu sebuah peristiwa.31 Jangka waktu disini
memiliki jangka waktu pendek memiliki nilai berita lebih daripada sebuah peristiwa
yang memiliki jangka waktu panjang. Jangka waktu disini dilihat dari seberapa
menariknya peristiwa tersebut sehingga tidak akan terjadi dalam beberapa waktu ke
depan.
g. Negatif
Bad news is a good news ( berita buruk adalah berita yang bagus).32 Istilah ini
sangat familiar dengan banyak wartawan. Yang buruk disini adalah suatu peristiwa
yang buruk sering kali dianggap mempunyai nilai berita oleh seorang wartawan.
h. Konflik
Konflik disini berarti sedikitnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih yang
bertikai atau bersaing. Bisa konflik fisik, urat syaraf, atau perang dan bisa juga
persaingan untuk menjadi penguasa di wilayahnya. Pertikaian yang kerap kali terjadi
diberitakan. Dan juga persaingan antar pasangan calon gubernur dan calon wakil
gubernur yang sedang terjadi juga di DKI Jakarta sangat menarik untuk diberitakan.
31
Nurudin, “Jurnalisme Masa Kini”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 52
32
Ibid, h. 53
34
i. Prediksi
dan ketidak mungkinan. Prediksi biasanya sering kali dipakai untuk mengulas sebuah
Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa
yang disebut sebagai kategori berita. Secara umum seperti dicatat Tuchman,
wartawan memakai lima kategori berita: hard news, spot news, developing news, dan
continuing news. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan
subjek peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:33
a. Hard News
Berita mengenai peristiwa yang tejadi saat itu. Kecepatan informasi adalah
kekuatan utama kategori berita ini. Ukuran keberhasilan dari kategori ini adalah
kecepatan menyampaikan sebuah informasi. Kategori berita ini dipakai untuk melihat
apakah informasi itu diberikan kepada khalayak dan sejauh mana berita tersebut
diterima oleh khalayak. Kejadian yang termasuk kedalam berita hard news adalah
terhadap sebuah kebijakan pemerintah) dan juga peristiwa yang tidak direncanakan
33
Eriyanto, Analisis Framing. h. 126-130
35
b. Soft News
Kategori berita ini berkaitan dengan kisah manusiawi (human interest). Kalau
hard news peristiwa itu yang sedang terjadi dan harus dilaporkan pada saat itu juga,
maka pada soft news tidak. Kategori ini bisa disampaikan pada kapan saja. Hard news
titik kuatnya harus dilaporkan pada saat itu juga, sedangkan soft news bisa kapan saja
yang penting peristiwa itu memiliki kedekatan emosi dengan khalayak. Soft news
berkaitan dengan peristiwa yang menarik untuk khalayak, sedangkan soft news ialah
c. Spot News
Spot news adalah subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news.
direncanakan.
d. Developing News
Developing news adalah subklasifikasi lain dari hard news. Kategori ini
masuk kedalam sebuah berita yang tidak terduga. Dimensi lain dari kategori ini
adalah peristiwa yang diberitakan adalah rangkaian lain dari berita yang akan
dilanjutkan pada berita selanjutnya atau bahkan keesokan harinya. Misalnya dalam
peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi kemarin yang belum lama terjadi di kawasan
Gunung Salak. Berita yang pertama disajikan adalah mengenai lokasi jatuhnya
pesawat tersebut, lalu dilanjutkan pada berita mengenai siapa saja korbannya dan
e. Continuing News
kategori ini berita yang disampaikan merupakan sebuah peristiwa yang bisa
direncakan.
wartawan harus mencari pendapat seorang yang terlibat lansung kedalam kejadian
Lalu apa itu yang disebut dengan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah saksi mata suatu persitiwa, atau tokoh pelaku utamanya.
Dalam penjelasan di atas kita dapat mengetahui siapa saja yang termasuk ke dalam
sekunder adalah orang yang memiliki beberapa pengetahuan namun tidak terlibat
Korupsi), ialah sebagian dari sumber sekunder yang perlu dimintai keterangannya
34
Tom E. Rolnicki, dkk., ”Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 19
37
tingkat keterlibatan saksi mata perlu diperhatikan. Apakah mereka adalah orang yang
paling ahli? Apakah mereka benar-benar aktif dalam suatu kejadian yang akan
diberitakan atau mereka hanya melihat saja kejadian itu? Apakah usia atau beberapa
ciri fisik bisa mempengaruhi kesaksian mereka? Ada banyak cara untuk
wartawan harus memilih sumber terbaik berdasarkan penilaiannya. Ide, opini, dan
property intelektual lainnya dapat menjadi sumber yang bagus jika dikutip dari karya
orisinal.35
informasi. Informasi ini dapar membantu kita sebagai manusia dalam lingkungan
(komunikator) disini ialah media massa yang mampu melayani kebutuhan manusia
Media terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi, dapat pula
media massa dianggap sebagai pilar keempat dalam demokrasi setelah eksekutif,
35
Ibid, h. 20
36
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006) h. 85
38
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal
secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi.37 Tetapi
terkadang pada saat ini media massa dalam menyampaikan pemberitaan tidak lagi
menyadari bahwa frekuensi yang digunakan oleh media massa adalah milik publik.
Mereka mengabaikan hal ini dengan hanya menyampaikan informasi yang memihak
opini publik antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompk
penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia
Dari penjelasan di atas, kita dapat pahami bahwasanya media massa bukan
saja menyampaikan informasi yang murni dari lapangan sesuai dengan fakta yang
terjadi, namun media massa juga mampu membentuk opini publik sesuai dengan
37
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 72
38
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, h. 85
39
a. Fungsi Mediator
Netral, menjadi kata kunci dari penjelasan fungsi media massa sebagai
hangat. Dalam pandangan konstruktivis bahkan menyatakan wartawan itu tidak dapat
pembentukan berita, netral di sini adalah sikap dari kenetralan media massa dalam
massa di sinilah baru ditekankan. Kedua belah pihak yakni masyarakat dan
masyarakat disampaikan secara apa adanya tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan
agar masyarakat dalam menerima informasi tersebut masih secara utuh. Begitupun
39
Ana Nadhya Abrar, Analisis Pers (Teori dan Praktik), (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
2011), h. 21
40
b. Fungsi Mengawasi
Fungsi mengawasi itu bermula dari tugas media massa sebagai public servant.
Tuga ini akan membawa media massa pada sendirinya akan membela kepentingan
masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, banyak yang menyebut media massa dengan
Lalu apakah semua media massa telah menjalankan fungsi ini? Masalah
tebesarnya adalah berbenturan dengan aturan main yang ada di dalam media massa
tersebut untuk dapat menjalankan fungsi ini oleh media massa itu sendiri.
Dalam konteks dunia kerja media massa, aturan main itu menyangkut
kebebasan pers, yaitu semacam kebebasan yang diberikan lingkungan media massa
itu. Kebebasan untuk merefleksikan segala dinamika yang ada dalam masyarakat.
Berpedoman kepada pengalaman empiris, tidak ada kebebasan pers yang bersifat
absolut. Ia merupakan tarik menarik antara keinginan berbagai macam institusi yang
ada di luar pers untuk menyetel daya tahan personal media massa untuk menjaga
sebagainya.40
Cara yang bisa ditempuh oleh media massa untuk menjalankan fungsi
mengawasi adalah menjadikan berita sebagai alat kontrol sosial. Maksud berita
sebagai kontrol sosial adalah memberitakan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak
pada tempatnya, dan ihwal yang menyalahi aturan; supaya peristiwa buruk tidak
40
Ibid, h. 22
41
terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta menaati peraturan makin tinggi. Maka,
Fungsi utama bagi media massa di belahan dunia manapun ialah menyediakan
dan memiliki manfaat untuk orang banyak. Untuk mempermudah kinerjanya ini
kebebasan.
kebebasan pers, namun kebebasan ini berasal dari khalayak. Disebut kebebasan pers
karena untuk memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi. Pers disini harus
memahami, bahwa kebebasan yang ia miliki adalah dari khalayak, maka dari itu
dikhalayak.
Meski begitu kebebasan pers tidak mutlak. Terdapat berbagai batasan yang
membatasi kebebasan pers. Batasan itu meliputi KUHP, UU No. 40 Tahun 1999,
Kode Etik Jurnalistik, hingga Code of Conduct atau Code of Practice yang dimiliki
pers. Semua batasan ini bukan ditujukan untuk menghalangi pers menyediakan
informasi, melainkan untuk menjaga agar pers tidak terjerumus kepada tindakan
sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Lebih dari itu, batasan ini juga
41
ibid, h. 23
42
dimaksudkan untuk melindungi khalayak dari kerugian yang mungkin saja mereka
alami.42
d. Fungsi Menghibur
Banyak yang bisa ditampilkan oleh media massa untuk menghibur khalayak.
Namun di sini, sesuatu yang menghibur itu bukan dalam bentuk berita. Maka banyak
pekerja media yang berpaling kepada fiksi untuk dapat menghibur khalayak. Selain
itu, media massa juga menyediakan iklan untuk menghibur khalayaknya agar dapat
kebutuhan semu kepada khalayak. Jangan sampai kita mudah terpesona oleh
represinya. Dalam konteks iklan, yang menanamkan kebutuhan semu adalah kaum
kapitalis melalui media massa. Secara praktis, kaum kapitalis bersama-sama dengan
media massa memanipulasi kebutuhan semu menjadi kebutuhan yang perlu atau
malah harus dipenuhi oleh khalayak. Kaum kapitalis dan media massa menciptakan
suasana yang membuat khalayak tidak lagi sadar apakah yang ditawarkan iklan
42
Ibid, h. 25
43
Ibid, h. 28
BAB III
PROFIL MEDIA
A. Harian Republika
1. Sejarah Perusahaan
muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya
panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang
dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai
massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa
yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai
spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah
dan program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5
Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia,
antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu:
Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir.3
1
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 55
2
Dokementasi Harian Umum Republika, (Buncit Raya: PT. HU Republika) tanggal 19
Oktober 2012
3
Ibid
43
44
Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga
program utamanya:4
Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri, pejabat
tinggi Negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Mereka antara lain,
Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu
Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lainnya. Sedangkan Haji
Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat Ketua Umum ICMI, dipercaya
November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses,
Yayasan kemudian memperroleh SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) dari
4
Ibid
5
Ibid
45
Harian Umum Republika mulai terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993.
Pada masa izin untuk menerbitkan harian umum atau Koran terbilang sangat sulit,
hasil dari ICMI se-Indonesia yang dapat menembus ketatnya pemerintahan untuk izin
Cetak jarak Jauh (CJJ) pada tanggal 17 Mei 1997, di Solo. Bidang teknologi
6
Ibid
7
Ibid
8
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 55
9
Ibid, h. 55
46
civil society. Orientasi inilah yang sehari-hari dituangkan Republika dalam bentuk
informasi dan sajian lainnya. Republika menampilkan islam dengan wajah moderat.10
a. PT Abdi Bangsa
November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini
bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan
dilakukan oleh Direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya dipilih oleh
Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam mengelola perseroan, dibantu oleh
Pembina Manajemen.11
Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia, dalam arti jumlah pemilikan
sahamnya.12
Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya
boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2,9 juta lembar saham
10
Mengutip dari Skripsi Ririn Restu Utami Mahasiswi Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Framing Pemberitaan Kasus Gayus Tambunan
di Republika dan Media Indonesia Periode November 2010, h. 53
11
Dokementasi Harian Umum Republika, (Buncit Raya: PT. HU Republika) tanggal 19
Oktober 2012
12
Ibid
47
kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2,9 juta kepada
keluarga/pemegang saham.13
Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang
berubah secara cepat. Dalam perubahan yang melanda hampir semua aspek
kehidupan ini - politik, ekonomi, Iptek, social, budaya – “keterbukaan” menjadi kata
Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang
telah dimilikinya.14
mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keterbukaan dan perubahan telah
dimulai dan tak ada langkah kembali, bila kita memang kita bersepakat mencapai
yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media Massa,
dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar langkah itu
13
Ibid
14
Ibid
15
Ibid
16
Ibid
48
bisnis.18
17
Ibid
18
Ibid
19
Ibid
49
ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam,
3. Konsep Produk
Banyak pendapat yang muncul mengenai Koran ini. Ada yang bilang
“beritanya berani”, sebagian lagi menyebutnya “sebagai Koran masa depan”. Lainnya
Semua pendapat ini sah-sah saja, sebenarnya, apa yang kami antarkan adalah
corak Jurnalisme yang “enek dibaca” (readable). Bahasa dan gaya penuturannya
diupayakan populer, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.23
Visualisasi dan disain menarik dalam bentuk penonjolan unsur grafis yang
informatif, (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna juga
merupakan kekuatan surat kabar ini. Hal ini ditunjang oleh sajian berita yang tuntas
pada satu halaman, tanpa bersambung ke halaman lain. Dengan demikian, pembaca
20
Ibid
21
Ibid
22
Ibid
23
Ibid
50
memiliki waktu lebih banyak untuk melacak berita maupun informasi di halaman-
halaman lain.24
sebagai Juara I dalam tata wajah terbaik media cetak nasional pada tahun pertama
penerbitannya.25
filosofis. Yang lebih memperoleh perhatian adalah topik-topik yang dekat dengan dan
berdampak langsung dengan masyarakat pembaca. Ini tidak dengan sendirinya berarti
mengembangkan semacam surat kabar “semi magazine”. Artinya, akan banyak berita
Dalam hal ini apa yang berlangsung sehari-hari sebisa mungkin dibingkai,
ditefsirkan, diberi kedalaman. Malahan beberapa topik terbukti menjadi cirri khas
yang kental dalam ingatan sebagian besar pembaca. Ambilah contoh: Resonansi,
Hikmah, Solilokul, Wacana, Tajuk; ataupun yang disajian dalam lembar khusus,
seperti suplemen Tekad, Rekor, Manajer, Trend Teknologi, Dialog Jumat, Koran
24
Ibid
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid
51
Republika. Tak hanya dalam disain penampilan korannya, melainkan juga isi. Kini
porsi berita maupun artikel yang berkaitan dengan bisnis akan lebih banyak dijumpai
semakin menigkat, baik dalam hal gaya hidup maupun status sosial ekonominya.29
4. Struktur Redaksi
28
Ibid
29
Ibid
52
Staf redaksi :
Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Anjar
Kisihandi, Fitrian Zamzami, Heri Purwaka, Indira Rezki Sari, Irwan Kelana,
Yusuf Asidiq, Zaky Alhamzah, Erwin Dwi Putranto, Abdullah Sammy, Agus
Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Ahmad Reza Safitri, Amri Amrullah, Ani
Novia, Edi Setyoko, Eko Widiyatno, Herdy Nasrul, Eri Purnama Putra, Esthi
Alamsyah, Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Lingga
5. Segmentasi Pembaca
Harian Umum Republika juga memilik target pembaca antara lain adalah
beragama Islam dan agama lain, memiliki golongan professional, manajer, ekskutif,
pelajar, dan pengusaha, dengan mengambil pasar berskala nasional. Pembaca Harian
Umum Republika untuk golongan muda pria umur 20-29 tahun kisaran 31% dan
untuk umur 30-39 tahun sekitar 39%. Kemudian untuk golongan muda wanita umur
20-39 tahun sekitar 21% dan untuk umur 30-39 tahun 22%.31
30
Republika, 19 November 2012, h. 4
31
Mengutip dari Skripsi Fauziah Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, “Analisis Wacana Pemberitaan Kekerasan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Harian Umum Republika (Edisis 22 November-25 November
2010), h. 62
BAB IV
A. Konteks Kasus
Kasus korupsi Nazaruddin ini sangat mengejutkan banyak pihak. Dan untuk
menyelesaikan kasus ini pun sesungguhnya membutuhkan waktu yang sangat lama.
mantan bendahara umum Partai Demokrat ini membutuhkan waktu seratus tahun.
Menteri Pemuda dan Olahraga) Wafid Muaharram, bos PT Duta Graha Indah M El
Idris, dan seorang perantara Mindo Rosalina. Ketiganya ditangkap atas dugaan
penyuapan terkait proyek Wisma Atlet SEA Games 2011. Pengacara Rosalina,
Pernyataan ini terus bergulir di media massa dan menimbulkan dugaan keterlibatan
Demokrat memecat Nazaruddin dari jabatan Bendahara Umum. Pada tanggal 24 Mei
dari Demokrat.
54
55
Inilah awal mula pelarian Nazaruddin di luar negeri. Pada 10 Juni 2011 Partai
Demokrat membentuk tim yang terdiri atas Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah dan
Jhonny Allen Marbun. Tim berhasil menemui Nazaruddin di Singapura, namun gagal
karena sedang berobat dan dalam keadaan sakit berdasarkan keterangan pers yang
Bagi Harian Republika korupsi sudah mendarah daging di negeri ini. Disetiap
instansi pemerintahan di negeri ini sudah ada dugaan kasus korupsinya. Maka dari itu
Republika ingin bergerak bersama masyarakat untuk melawan tindak pidana korupsi.
Dalam kasus korupsi ini Republika mengedepankan dirinya sebagai musuh bersama
terhadap korupsi. Seperti apa yng diungkapkan oleh Wakil Redaktur Pelaksana
Karena kita melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini di setiap
instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau maka kita
ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai musuh bersama
bagi korupsi apapun bentuknya.1
1
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
56
Bagi Harian Republika korupsi merupakan salah satu kejahatan luar biasa
yang dapat mengakibatkan kepada Negara dan masyarakat. Masa depan anak
Siapapun calon yang berhasil lolos dalam pemilihan umum maka dia akan segera
memikirkan bagaimana cara mengembalikkan modalnya selama kampanye kembali
utuh. Kasus ini sudah seperti gunung es di negeri ini. Hal ini dipandang Republika
karena memang ada sistem yang membuat mereka melakukan tindakan yang tidak
jujur. 3
kasusnya ini tidak hanya dia yang terlibat, masih ada sejumlah kader Partai
Demokrat yang ikut terlibat dalam kasus ini. Republika dalam menanggapi hal
tersebut mau tidak mau mencari sumber yang valid dalam membuat berita. Bagi
Republika jika ada informasi yang berkembang dalam kasus ini, maka Republika
2
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
3
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
4
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
57
KPK dan Kepolisian, Republika memandangnya sebagai ada titik lemah dari
lembaga penegakan hukum. Kita sudah banyak melihat, orang-orang yang telah
terindikasi kasus korupsi, dia masih bisa saja keluar dari negeri ini dengan alasan
berobat. Inilah yang mejadi titik lemah dalam pemberantasan suatu kasus korupsi
menurut Republika.
Seharusnya jika seseorang sudah terindikasi terlibat dalam suatu kasus korupsi, ada
pencegahan lebih awal agar yang bersangkutan tidak kabur ke luar negeri.
Kelemahan-kelemahan seperti inilah yang harus cepat diperhatikan oleh para aparat
pemerintah dan KPK.5
1. Paparan Singkat Objek Penelitian Republika
Dalam penelitian ini ada 10 berita yang menjadi objek penelitian peneliti.
Kesepuluh berita tersebut adalah berita pada tanggal 3 Juni 2011 “KPK Pastikan
tanggal 16 Juni 2011 “KPK Pastikan Panggil Paksa Nazaruddin”, tanggal 18 Juni
2011 “Demokrta Respons Tudingan Nazar” dan pada tanggal 21 Juni 2011 “KPK
Dari kesemua berita tersebut yang terbit pada bulan Juni 2011, peneliti
5
Wawancara pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika Syahrudin
El-Fikri, Jakarta, 19 Oktober 2012
58
Umum Republika
Nazaruddin tidak bisa dibawa pulang oleh tim pencari fakta yang dibentuk oleh Partai
namun tim tidak bisa memaksa Nazaruddin. Ini dilakukan demi menghormati
keputusan Nazaruddin yang merasa sakit dan memutuskan untuk berobat di sana.
status hukum Nazaruddin sebagai penyebab masalah. Selama kedua faktor ini belum
memiliki kejelasan maka Nazaruddin akan terus berada di sana. Hal ini terlihat dari
apa yang disampaikan oleh Juru Bicara KPK Johan Budi yang menyatakan sampai
saat ini belum menentukan jadwal pemanggilan Nazaruddin. Seperti yang dituliskan
Sedangkan tim pencari fakta dari Partai Demokrat menegaskan, tim ini
diungkapkan oleh ketua tim tersebut Sutan Bhatoegana. Hal ini pun diperkuat oleh
pendapat kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul seperti yang dituliskan dalam berita
tersebut:
Berita ini menegaskan bahwa untuk saat ini status kesehatan dan status
hukumlah yang menjadi penyebab masalah dalam berita ini sehingga sulit untuk
Demokrat dan pimpinan KPK. Penilaian moral terhadap tindakan Nazaruddin yang
belum juga kembali ke tanah air merupakan sebuah tindakan yang wajar. Ini
dijelaskan oleh Republika yang lebih ingin menuliskan pendapat para petinggi Partai
Demokrat dan pimpinan KPK yang merasa belum memiliki alasan cukup untuk
memaksa pulang Nazaruddin. Seperti apa yang diungkapkan oleh Edhie Baskoro
Sekjen Partai Demokrat, “Hari ini Pak Nazaruddin sedang berobat ke Singapura.
Penegak hukum dalam hal ini KPK dianggap harus menghormati kesehatan dan status
hukum Nazaruddin yang masih sebagai saksi agar tidak memaksa pulang Nazaruddin
ke tanah air.
Causal interpretation Status kesehatan dan status “Meskipun sudah memiliki rencana
hukum yang membuat gagal memanggil dan memeriksa mantan
kepulangan Nazaruddin bendahara umum Partai Demokrat, M
Nazaruddin, KPK belum menentukan
jadwal pemanggilan
Moral evaluation Belum kembalinya Nazaruddin “Hari ini Pak Nazaruddin sedang
ke tanah air adalah sebuah berobat ke Singapura. Tentunya
tindakan yang wajar kita berharap segera sembuh dan
kembali mengerjakan tugas-
tugasnya,”katanya.
Nazaruddin
tanah air. Mengingat status Nazaruddin masih sebagai saksi dan penyidikan kasus ini
masih berjalan panjang menyebabkan KPK tidak akan memaksa Nazaruddin untuk
segera kembali ke dari Singapura. KPK akan baru mengambil tindakan tegas jika
merupakan penyebab masalah dalam pemberitaan ini sehingga KPK tidak akan
gegabah untuk memaksanya pulang ke Indonesia. Berita yang dituliskan oleh Harian
Republika menolak anggapan yang menyatakan KPK lambat dalam menangani kasus
korupsi. Ini terlihat bagaimana Republika yang hanya mencatumkan pendapat yang
diberikan oleh pimpinan KPK. Seperti dalam teks berita tersebut yang dituliskan oleh
Hal ini semakin jelas bahwa penyebab masalah dalam berita ini adalah
bukanlah pergerakan KPK yang lambat dalam menangani masalah korupsi, tetapi
karena perjalanan panjang yang harus ditempuh KPK untuk mengungkap kasus
korupsi yang menyebabkan status Nazaruddin masih sebagai saksi sehingga sulit
dianggap sebagai sumber masalah sehingga sulit untuk memaksanya pulang ke tanah
air ini didukung oleh pendapat-pendapat dari pihak KPK. Pihak KPK dalam berita ini
dibingkai dalam posisi yang tidak bersalah. Ini terlihat dari apa yang disampaikan
oleh Busyro Muqoddas dan Haryono Umar sebagai pimpinan KPK. Klaim moral
yang diungkapkan Busyor Muqoddas dalam berita ini dengan kalimat berikut: “Dia
ini sangat menunjukkan bagaimana KPK bekerja sesuai dengan prosedur yang ada
merekomendasikan agar kasus seperti ini diikuti dengan prosedur yang ada. Jangan
langkah selanjutnya dari KPK, apalagi untuk membongkar kasus sebesar Wisma Atlit
ini.
Causal interpretation Status Nazaruddin yang masih Dia pun menampik penilaian
sebagai saksi KPK lambat dalam penanganan
kasus suap terhadap
Sesmenpora. Dia mengatakan,
untuk mengungkap suatu kasus
korupsi membutuhkan waktu
Moral evaluation Tindakan KPK yang tidak Wakil ketua KPK Haryono
menjemput paksa Nazaruddin Umar menambahkan, saat ini
dinilai sudah tepat KPK tidak berkepentingan
menjemput Nazaruddin ke
Singapura. Haryono
menambahkan, dengan status
Nazaruddin hanya sebagai
saksi, KPK tidak melakukan
upaya penjemputan ke
Singapura.
berita ini pertama-tama dengan menilai tim pencari fakta yang dibentuk oleh Partai
Demokrat tidak berwenang memakasa Nazaruddin untuk pulang ke tanah air. Tim
Pencari Fakta yang dibentuk Partai Demokrat (Sutan Bhatoegana, Jafar Hafsah, dan
Jhonny Allen Marbun) hanya bertugas untuk bertemu dan berkomunikasi dengan
Nazaruddin dan mengajaknya bukan memaksanya agar mau kembali ke tanah air.
dan status kesehatannya. Letak awal dan masalah bukan pada tim pencari fakta Partai
Demokrat yang tidak bisa membawa pulang Nazaruddin dari Singapura. Hal ini dapat
dibaca dari isi berita yang berasal dari wawancara dengan Anas Urbaningrum Ketua
Atau dapat dilihat juga dari isi berita yang memuat hasil kesimpulan yang
berita ini adalah dengan melihat status hukum Nazaruddin dan status
mengembalikan dirinya sendiri ke tanah air. Republika tidak melihat tim pencari
fakta yang dibentuk Partai Demokrat sebagai penyebab masalah dari lamanya
Nazaruddin sebagai penyebab masalah datang dari beberepa pendapat elit yang sama-
Pertama, keberadaan dia disana adalah karena kondisi kesehatannya yang buruk, dan
air ini karena status hukumnya belum sampai menunjukkan keterlibatannya dalam
Republika menekankan kepada KPK agar lebih cepat bergerak dalam melakukan
proses hukum yang sedang terjadi kepada Nazaruddin. Penuntasan kasus ini sangat
penting demi mengklarifikasi berbagai tuduhan yang menuju pada dirinya dan Partai
Demokrat.
Problem indentification Tim pencari fakta bentukan “Tim sudah bekerja dan
Partai Demokrat tidak berhak berhasil berkomunikasi dan
membawa pulang Nazaruddin bertemu langsung dengan yang
bersangkutan di Singapura”
Treatment recommendation KPK agar bertindak lebih cepat “Semakin cepat dituntaskan
dalam memproses kasus maka berbagai isu akan cepat
Nazaruddin berakhir. Tudingan itu bisa
menjadi jelas dengan
pembuktian lewat jalur hukum
69
sebagai pemanggilan Nazaruddin ke KPK. Pemanggilan dalam hal ini masih sebagai
saksi dalam kasus dugaan korupsi Revitalisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan di
pada tahun 2007. Pemanggilan Nazaruddin pada kasus yang berbeda ini, seperti yang
sering dibincangkan oleh publik tentang kasus Wisma Atlet yang Nazaruddin juga
sering disebut-sebut terlibat, dikemas Republika secara biasa-biasa saja. Ini terlihat
dari apa yang dituangkan dalam berita ini, Republika tidak sama sekali menuliskan
tekanan-tekanan yang menyudutkan KPK karena tidak sanggup membuka kasus besar
ini. Dalam banyak teksnya Republika memuat pendapat para petinggi KPK yang
berita tersebut juga dituliskan pendapat lainnya yang disampaikan oleh Chandra
Selain kedua pendapat itu, dalam berita ini juga masih memuat pendapat
Wakil Ketua KPK, M Jasin. Dalam berita ini dituliskan pendaoat M Jasin seperti
berikut:
Dari keseluruhan teks wawancara yang dilakukan oleh Harian Republika, ini
korupsi berasal dari beberapa pendapat petinggi KPK yang menyatakan pemanggilan
pada dirinya pada Jumat (10/6). Penilaian moral yang dikenakan pada KPK adalah
agar dalam tahap pemanggilan ini KPK memberikan kesempatan terlebih dahulu
“Pemanggilan terhadap
Nazaruddin bisa saja untuk
kedua kasus yang membelitnya
pada saat ini, yakni dugaan
keterlibatannya dalam kasus
suap proyek Wisma Atlet dan
kasus di Kemendiknas
Moral evaluation KPK agar lebih terdahulu Namun, kata Ruhut KPK harus
memberikan kesempatan kepada membiarkan Nazaruddin
Nazaruddin menyembuhkan berobat di Singapura sampai
penyakitnya sembuh
panggilan KPK. Ini terlihat dari bagaimana Republika menempatkan pendapat yang
diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris. Walaupun
di dalam berita ini dituliskan pula pendapat-pendapat dari tokoh politik seperti Wakil
Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah yang
membela Nazaruddin untuk tidak menghadiri panggilan KPK karena alasan sakit,
pemanggilan oleh KPK kepada dirinya untuk dimintai keterangan pada kasus
Pengadaan dan Revitalisasi Sarana dan Prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) tahun 2007 sedikit terhambat. Hal ini terlihat
dari banyaknya pendapat para elit politik yang dimuat oleh Harian Republika pada
berita ini. Seperti yang diungkapkan oleh Priyo Budi Santoso Wakil Ketua DPR RI:
74
alasan berobatnya Nazaruddin di Singapura karena sakit yang yang menjadi penyebab
belum ingin pulang waluapun mendapatkan panggilan dari KPK merupakan tindakan
yang tepat karena dinilai dari sisi kemanusiaannya. Kita dapat melihat bagaimana
Republika menuliskan pendapat dari Priyo Budi Santoso yang mengatakan “kalau
memang yang bersangkutan sakit, apalagi berat badannya turun sampai 18 kilogram,
bisa dimaklumi”. Ini sangat menenkankan bahwa tindakan Nazaruddin itu benar, dan
merekomendasikan masalah berita ini agar KPK tetap menunggu sampai sembuhnya
harus ditunggu dengan sabar oleh KPK. Selain itu, Republika juga menuliskan dalam
respon dari pihak KPK dan Partai Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin pada
pemanggilan KPK sebagai saksi. Ini terlihat jelas dari keseluruhan berita ini
Demokrat atas ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK pada hari Jumat (10/6),
sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan dan revitalisasi sarana dan
penyebab masalah dalam kasus ini adalah ketidakhadiran Nazaruddin ke gedung KPK
setelah dimintai keterangannya sebagai saksi pada kasus dugaan korupsi pengadaan
dan revitalisasi sarana dan prasarana di Ditjen Penigkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK), Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2007. Hal ini
menimbulkan berbagai reaksi dari para petinggi KPK dan Partai Demokrat dalam
komentar dari pihak KPK dan Partai Demokrat. Seperti kata Juru Bicara KPK, Johan
Budi:
Selain itu adapula komentar dari Ketua KPK, Busyro Muqoddas, beliau
berkomentar:
masalah berasal dari begitu banyaknya respon yang diungkapkan oleh para petinggi
KPK dan Partai Demokrat baik yang membela maupun yang mencercanya. Namun
Republika kali ingin menekankan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Nazaruddin
merupakan sebuah perbuatan yang salah. Ini terlihat dari bagaimana Republika
daripada komentar koleganya di Partai Demokrat seperti Andi Nurpati dan Ruhut
Sitompul.
Nazaruddin, namun disisi lain Republika menegaskan pendapat Andi Nurpati Ketua
Divisi Informasi dan Komunikasi DPP Partai Demokrat pada bagian penutup. Dia
Nazaruddin di Singapura. Ini dianggapnya wajar jika Nazaruddin tidak hadir dalam
panggilan tersebut.
“Nazaruddin Mangkir”
KPK lamban dalam menangani kasus korupsi. Dapat dilihat dalam berita ini
(ICW) yang melaporkan bahwa dalam 10 tahun terakhir ada 45 koruptor yang
melanggeng ke luar negeri, dan dari jumlah itu terindikasi ada 25 koruptor kabur ke
Singapura.
dalam berita ini ialah karena lemahnya sistem hukum negeri ini dalam menangani
kasus korupsi. Pemerintah dan KPK dinilai tidak memiliki niatan baik untuk
memperbaiki sistem hukum yang dianggap lemah tersebut. Ini terlihat dari isi berita
yang dituliskan oleh Republika pada kasus ini. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil
masalah dalam kasus ini adalah lemahnya sistem hukum di negeri ini.
Moral evaluation. Penilaian atas lemahnya sistem hukum yang dimiliki oleh
Pemerintah dan KPK dalam menangani kasus korupsi ini datang dari banyaknya
tersangka korupsi yang yang masih bisa ke luar negeri dengan alasan berobat.
Penilaian moral yang dikenakan kepada Pemerintah dan KPK menekankan bahwa
belum ada niatan baik dari keduanya dalam melakukan pemberantasan korupsi dan
ini merupakan sebuah tindakan yang salah. Dilihat dari banyaknya koruptor yang
memperbaiki sistem hukum yang menjadi titik lemahnya pemerintah dan KPK
Causal interpretation Lemahnya sistem hukum di Sistem hukum kita sangat lemah
negeri ini dalam upaya pembernatasan
korupsi
Lambannya pemberantasan
korupsi karena tidak ada niat
yang tulus dan komitmen dari
seluruh aparatur negara
Moral evaluation Belum ada niatan baik dari Berdasarkan pengamatan ICW,
pemerintah dan KPK dalam kata dia, banyak orang
memperbaiki lemahnya sistem berstatus tersangka masih bisa
hukum keluar negeri dengan alasan
berobat
mengidentifikasi kepada KPK yang akan memanggil paksa kepada Nazaruddin pada
pemanggilan ketiga apabila pada pemanggilan kedua ini tidak diindahkan oleh
paksa kepada Nazaruddin karena pada pemanggilan kedua dari KPK Nazaruddin
pemanggilan pertama dan kedua oleh KPK diidentifikasi sebagai sumber masalah.
Sampai berita ini diterbitkan panggilan kedua KPK kepada Nazaruddin untuk hadir
sebagai saksi tidak dipenuhi olehnya. Dalam berita ini, Nazaruddinlah yang dianggap
Nazaruddin adalah tindakan yang salah. Hal ini terlihat dari isi berita yang dituliskan
oleh Harian Republika. Jelas terlihat dari penempatan hasil wawancara dengan Ketua
Berita tersebut juga mengonfirmasi tentang surat sakit yang akan diantar
pengacar Nazaruddin. Dalam hal ini Republika pun mengutip hasil wawancara
Moral evaluation. Penilaian atas Nazaruddin sebagai masalah ini berasal dari
pemanggilan KPK membuat dirinya dalam nilai yang negatif. Apalagi jika sampai
Nazaruddin yang tidak mau menghadiri panggilan KPK karena alasan sakit,
mengirimkan surat keterangan sakit dari Singapura. ini terlihat dari penutup berita
yang disajikan oleh Republika dengan menuliskan hasil wawancara dengan Anggota
Tim Komunikasi DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana. Ini menunjukkan betapa
Problem identification KPK akan menjemput paksa Ketua KPK Busyro Muqoddas
Nazaruddin pada pemanggilan memastikan penyidiknya akan
ketiga nanti melakukan upaya pemanggilan
paksa terhadap kader Partai
Demokrat M Nazaruddin pada
pemanggilan ketiga
sebagai pembelaan Partai Demokrat atas segala tudingan yang disampaikan oleh
Nazaruddin. Partai Demokrat tidak mau tudingan itu bergulir begitu saja dengan
Demokrat gerah. Ini terlihat dari banyaknya isi berita yang berasal dari para petinggi
Partai Demokrat yang merespons tudingan Nazaruddin tersebut. Seperti apa yang
Demokrat ikut terlibat di dalam kasusnya. Penilaian moral yang dikenakakan pada
berita ini adalah Partai Demokrat harus cepat berbenah dalam menaggapi hal tersebut.
Agar tidak terlalu terjerumus dalam keburukan di mata masyarakat. Belum masuknya
laporan dari TPF bentukan Partai Demokrat ke DPP membuat belum diketahui secara
tudingan tersebut dengan memanggil orang-orang yang diduga terlibat dalam kasus
Nazaruddin.
sebuah tindakan KPK yang labil dalam menanggapi informasi dari Nazaruddin yang
dan anggota komisi X DPR. Awalnya ini tidak ditindaklanjuti oleh KPK, namun
tekanan dari publik yang mengatakan bahwa KPK mendapatkan intervensi dari pihak
sasaran empuk para pengamat dan masyarakat karena awalnya informasi tersebut
tidak ditindaklanjuti oleh KPK. Ini menyebabkan pengamat politik dan hukum
menilai KPK mendapatkan intervensi dari pihak Partai Demokrat. Sehingga pada
pihak yang terkait yang ikut terlibat di dalam kasusnya. Ini terlihat jelas dari yang
Selain itu Republika juga menuliskan pembantahan pihak KPK terkait isu
yang beredar mengenai intervensi yang diberikan oleh Partai Demokrat dalam
Nazaruddin kepada wartawan sebagai sumber masalah datang dari labilnya sikap
kepada Nazaruddin menekankan bahwa tindakan itu sebenarnya salah. KPK tidak
atau surat kaleng. Seharusnya Nazar melaporkan langsung kepada penyidik KPK
melaporkannya kepada wartawan. Hal ini harus dilakukan karena mengingat kinerja
KPK yang bekerja berdasarkan penyidikan berdasrkan bukti yang kuat bukan
C. Pembahasan
persepsi bahwa dengan melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini, di
setiap instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau kita
ingin bersama semua elemen masyarakat untuk menyatakan sebagai musuh bersama
92
bagi korupsi apapun bentuknya. Makanya Harian Republika memandang korupsi itu
sebagai harga mati dan berharap masyarakat terus memperhatikan permasalahan yang
sudah mendarah daging ini melalui pemberitaan yang di sampaikan oleh Harian
Republika.
Pengertian yang diambil dari Harian Republika akan mempengaruhi isi dalam
bersama bagi masyarakat semua dan media. Dan masyarakat harus membangun
sinergi yang positif dalam melawan hal tersebut. Dengan pemberitaan mengenai
korupsi yang terus menerus disampaikan oleh Harian Republika, mereka (Harian
seperti diawal sub bab ini. Persepsi ini dapat dinilai sebagai proses eksternalisasi bagi
sebuah realitas pemberitaan. Karena ini adalah sudah menjadi sifat dasar sebuah
media cetak dalam membuat berita. Dari proses eksternalisasi tersebut akan
realitas dalam sebuah pemberitaan. Objektivasi ini adalah hasil dari kegiatan
diciptakan oleh media tersebut bukan tercipta secara alamiah dan apa adanya. Ini
93
berarti Harian Republika dalam menciptakan realitas sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Peter L. Berger dalam teorinya yakni Konstruksi Realitas Sosial.
mengkroscek terlebih dahulu fakta yang terjadi di lapangan kepada si pelaku atau si
korban. Harian Republika tidak ingin jika fakta yang disampaikan dalam
pemberitaanya menuju pada fitnah belaka. Maka dari itu Harian Republika selain
mengedepankan korupsi sebagai musuh bersama yang harus dilawan secara bersama
pula, mereka juga selalu mengkroscek fakta di lapangan kepada para pelaku ataupun
sangat hati-hati dalam membuat naskah pemberitaannya. Ini terlihat dari begitu
banyaknya berita yang peneliti telaah dalam harian tersebut yang mengedepankan
sumber-sumber orang dalam KPK maupun Partai Demokrat sendiri. Dari sepuluh
mengedepankan fakta hukum yang disampaikan oleh pihak KPK, Republika tidak
Nazaruddin ke luar negeri dianggapnya sebagai tindakan yang wajar. Di setiap moral
Nazaruddin ke luar negeri. Unsur hukumnya adalah bahwa Nazaruddin pergi ke luar
negeri dan kepulangannya bukan sebagai sebuah tuntutan hukum karena memang
Republika menilai ini sebagai tindakan yang wajar dalam unsur hukumnya. Selain itu
Nazaruddin juga pergi ke luar negeri dinilai Republika dengan sesuatu yang wajar
yang peneliti pilih. Yakni berita dengan judul Pemerintah dan KPK Lamban. Dalam
pemberitaan ini Republika menuliskan naskah pemberitaan seolah keluar dari tradisi
yang mereka bangun dalam menuliskan pemberitaan. Berita ini Nampak beda sendiri,
luar dari pihak KPK dan Partai Demokrat, dan dengan berani menyatakan bahwa
KPK dan Pemerintah selalu lamban dalam melakukan penanganan kasus korupsi di
negeri ini. Selebihnya pemberitaan yang peneliti telaah sama semua temuannya.
Republika menganggap status hukum Nazaruddin yang belum menjadi tersangka dan
tentang korupsi dapat bermanfaat juga oleh para wartawan dalam mengambil
informasi yang diberikan dari informan. Biasanya dalam sebuah media massa jika
Tentu hal ini membawa Harian Republika kepada pandangan bahwa mereka
mengedepankan bahwa korupsi adalah musuh bersama dari masyarakat dan juga
kepentingan mereka yang hanya bermain aman dalam menguak informasi. Tidak
memiliki kedalaman dan juga tidak membawa pemikiran masyarakat pada tingkat ke
kritisan.
Kabaharuan informasi dan fakta-fakta yang terjadi di dalam kasus korupsi pun
mengulang informasi yang lama dan dikemas dalam bahasa yang baru dalam
menempatkannya pada rubrik nasional. Penempatan ini sangat tepat, karena pembaca
96
akan selalu teringat bahwa korupsi masih merajarela dan bahkan sudah sangat
mendarah daging di negeri ini. Beda jika ditempatkan dalam rubrik hukum. Jika
ditempatkan dalam rubrik hukum pembaca akan semakin acuh terhadap kasus
korupsi. Persepsi yang sudah terbangun dalam pembaca tentang hukum sudah sangat
negatif. Isu hukum yang berkembang dalam masyarakat kini dianggap sebagai sebuah
ketidakadilan karena selalu berpihak kepada yang punya uang dan kuasa. Penempatan
yang cerdas oleh Harian Republika dalam memberitakan kasus korupsi pada rubrik
tergolong dalam kategori hard news. Isu-isu mengenai korupsi yang terus
keesokan harinya. Selain itu juga karena isu-isu mengenai kasus korupsi selalu
baik apa yang disebut sebagai fungsi mengawasi. Dengan penekanannya pada kasus
korupsi yang selalu ditempatkan pada rubrik nasional membuat pembaca semakin
fokus terhadap permasalahan korupsi. Akan hal tersebut semakin membuat kesan
menjalankannya dengan sangat baik. Media sebagai kontrol sosial adalah dengan
memberitakan hal yang buruk, yang menyalahi aturan seperti kasus korupsi agar hal
tersbut tidak terjadi lagi dan pembaca memberikan perhatian yang besar dalam hal
yang selalu mengedepankan konfirmasi terlebih dahulu kepada pelaku dan korban
ataupun “pelempar isu” dalam sebuah pemberitaan membuat kesan bahwa harian ini
tidak ada informasi yang memberatkan salah satu pihak, dan ini menjadi komitmen
Namun, jika dilihat dari perspektif framing sikap yang diberikan oleh Harian
Republika dalam menyampaikan pemberitaan korupsi sangat lemah. Harian ini terlalu
banyak membuang isu-isu yang disampaikan oleh pihak luar yang menanggapi
sebuah isu tersebut. Harian Republika terlihat bermain aman dalam pemberitaan
memberikan ruang kepada pembaca agar bersikap sabar dalam menuntaskan sebuah
kasus korupsi yang sedang diungkap oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
kasus korupsi disebabkan adanya tekanan yang diberikan oleh penguasa. Namun,
Harian Republika membuang hal ini, dan lebih menonjolkan isu-isu yang
disampaikan oleh koruptor, kerabatnya, pengacaranya, dan juga KPK sebagai instansi
pemberantas korupsi.
menekankan apa yang telah menjadi kesepahaman bersama bahwa jika dalam
dikalangan pelaku saja. Harian Republika tidak ingin bermain dalam isu-isu yang
disampaikan oleh para pengamat. Ini menjadi sebuah kelemahan Harian Republika
dalam menyampaikan sebuah berita. Terlihat kurang kritis dan berani dalam
korupsi. Ini akan terlihat seperti bermain aman dalam menciptakan sebuah
pemberitaan korupsi.
dimintai pendapatnya dalam isu yang terjadi. Biasanya mereka hanya memilih
tokoh-tokoh yang pendapatnya terkesan datar dan hanya berbicara fakta saja, tidak
pandangan keritis bukan yang hanya apa adanya. Ini akan membatasi kualitas
yang lebih maju dari masyarakat dalam menilai kasus korupsi. Tidak apa adanya
Dari kesepuluh berita yang peneliti pilih, hanya satu pemberitaan yang
toloh dari Partai Demokrat dan KPK saja. Tidak dari kalangan pengamat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya, media merupakan saluran yang bias, yang berpihak dalam menyampaikan
sebuah pemberitaan. Media tidak menyampaikan sebuah berita secara apa adanya,
menuliskan berita. Media bukanlah tempat yang netral apa adanya dalam
mengikuti sesuai dengan apa yang dilakukan oleh KPK (Komisi Pemberantasan
sesuai dengan proses hukum yang sedang berjalan. Republika tidak mengikuti
prosedur hukum yang berlaku di negeri ini. Republika mengabaikan opini yang
berkembang di masyarakat bahwa dalam menangani kasus ini KPK dan pemerintah
dianggap lambat dan setengah hati karena akan berbenturan dengan kekuasaan
politik. Bingkai yang dimainkan oleh Republika seperti ini merupakan sebuah
99
100
bukan dari kaca mata opini. Posisi yang dilematis setiap media dalam mengkonstruk
pemikiran masyarakat dalam berita Nazaruddin ini. Antara opini yang berkembang di
masyarakat dan proses hukum yang harus dijalani oleh KPK membuat pemberitaan
ini sangat mencolok perbedaannya. Dan Republika memilih untuk bermain aman
dalam membingkai pemberitaan ini, dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh KPK
dalam melihat kasus ini dengan cara mengikuti prosedur hukum yang berlaku.
B. Saran
1. Saran Akademisi
apa yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Koruspi (KPK). Artinya, Republika
lebih cenderung dengan sebuah prosedur hukum yang berlaku dalam membingkai
sebuah isu korupsi, Republika tidak ingin membingkai isu korupsi dengan cara
memberitakan opini yang berkembang di masyarakat tanpa dasar hukum yang tepat
demi menjaga nama baik Republika. Adanya informasi yang berharga dari penelitian
ini, diharapkan kepada para mahasiswa yang akan melakukan penelitian ke Harian
Umum Republika dengan isu korupsi dapat melihat hasil penelitian ini untuk menjadi
2. Saran Praktisi
memahami teks berita yang disajikan oleh media tersebut sungguh harus benar-benar
mengembangkan pemberitaan hukum atau kasus korupsi sesuai dengan proses yang
berlaku di lembaga huku pemerintahan seperti KPK dan Kejaksaan Agung. Jika
hanya mengikuti pemberitaan yang disajikan oleh Harian Umum Republika maka
pembaca akan hanya memahami proses hukum yang berlaku di pemerintahan, ini
ditakutkan pembaca akan kembali ke jaman orde baru yakni hanya mendapatkan
pemberitaan yang tidak seimbang hanya dari sisi pemerintah saja. Ini diharapkan agar
pembaca bisa mencari sumber lain dalam mencari pemberitaan terkait isu korupsi ke
media lainnya.
Laporan Hasil Wawancara
1. Mahasiswa
NIM : 108051000099
2. Narasumber
Dengan laporan ini saya memohon kepada pihak Bagian Sekretariat Redaksi Harian
Umum Republika meminta surat lembar pernyataan bahwa saya telah melakukan
El-Fikri untuk memenuhi tugas skripsi saya yang berjudul “Konstruksi Realitas
Republika).
Hasil Wawancara
Kalau kami (red: Republika) memandang korupsi itu menjadi harga mati,
sehingga kami berharap negeri ini bisa berjalan lebih baik bagi masa depan.
Karena kita melihat korupsi ini sudah mendarah daging di negeri ini di setiap
instansi di setiap tempat sudah ada tindak korupsi, maka mau tidak mau maka
musuh bersama bagi korupsi apapun bentuknya. Kita ingin negeri ini bersih,
negeri ini bebas dari tindak korupsi, kita mau menciptakan Indonesia yang
bersih terutama dari korupsi, dari orang-orang yang gak bener, yang
Korupsi itu memang kejahatan yang luar biasa, karena tidak hanya merugikan
Negara tapi juga merugikan generasi masa depan. Orang akan mengikuti
ditindak dengan tegas. Karena itu kita berharap bahwa undang-undang atau
benar-benar berlaku bagi siapapun itu pelakunya. Dan kita berharap dari
korupsi, tapi kita akan berusaha terus perlahan-lahan sedikit demi sedikit,
karena tujuan kita jelas bahwa kita ingin menciptakan Indonesia yang bersih.
Bagi kami tiada maaf bagi korupsi, jadi semuanya harus ditindak
dugaan, sekarang bagaimana dugaan itu bisa dibuktikan. Kalau hanya masih
sebatas tuduhan-tuduhan atau dugaan-dugaan itu kita tidak ingin nama orang
itu ikut tercemar tapi kita harus koreksi juga kalau memang ada yang salah.
Nah ini yang terpenting juga, media bagi kami yang turut melawan korupsi
ini, dia juga harus melakukan kroscek kepada sumber-sumber yang diduga
Korupsi ini sudah sangat parah, dibilang seberapa parah pasti parah banget,
karena lagi-lagi itu sudah terjadi diseluruh sendi kehidupan. Bahkan yang kita
sesalkan aparat penegak hukum sudah terlibat dalam tindak korupsi. Kalau
aparat penegak hukum saja sudah terlibat dalam tindak korupsi maka siapa
lagi yang bisa kita harapkan termasuk pejabat di legislatif. Di eksukutif kita
berharap pejabatnya bersih, tapi faktanya tetap ada saja. Lagi-lagi mungkin
memang oknum, tapi tidak hanya soal oknum tapi ada sistem yang memang
bisa terjadinya tindak korupsi. Saya ingin cerita, ada seorang teman saya yang
bekerja di salah satu instansi yang untuk mengaudit hasil laporan keuangan
dari berbagai macam perusahaan baik BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
dan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah). Ternyata setelah diaudit itu
ditemukan dugaan korupsi oleh salah satu oknum. Ketika itu dilaporkan oleh
teman saya yang bekerja di instansi itu untuk menentukan sikap apakah dia
mau bertahan atau dia mau keluar dari pekerjaannya itu. Artinya di sini
korupsi itu bekerjanya sudah sangat sistematis di semua lini. Apakah itu di
masalah keagamaan ada dugaan tindak korupsi. Kita berharap kedepannya ini
sudah tidak terjadi lagi karena ini kondisinya sudah sangat parah. Bahkan
kalau kita melihat data-data sudah berapa banyak dugaan korupsi yang terjadi
di negeri ini. Bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam satu tahun
Ada tindakan korupsi yang dilakukan oleh oknum yang kecil tapi yang di atas
4. Kasus korupsi yang dilakukan oleh Nazaruddin apakah merupakan efek dari
seorang calon yang maju untuk menjadi calon wakil rakyat maka mereka
bagaimana dana yang sudah dikeluarkan itu bisa kembali. Kita sudah melihat
betapa banyak calon-calon anggota dewan yang tidak terpilih ada yang bisa
sampai stress karena harus mengeluarkan sekian milyar ketika mereka tidak
terpilih bahkan ada yang stress bahkan ada yang ingin bunuh diri. Ini
ada sebagian anggota dewan, mereka yang sudah terpilih mereka melakukan
mereka ingin kembalikan. Secara logika sajalah, mereka tidak ingin biaya
yang telah mereka keluarkan dananya habis hanya untuk biaya pemenangan
mereka saja tanpa mereka berupaya berpikir mengembalikan itu seperti apa.
Jadi mereka ingin dana itu bisa kembali sehingga uang yang telah mereka
Nazaruddin kalau kita melihat bahwa itu sudah menunjukkan fakta bahwa ada
menjabat ada hal-hal tertentu yang coba dia ingin mainkan melakukan money
instansi-instansi terkait agar dana itu bisa mereka dapatkan, akhirnya itu juga
Memang karena biaya ya, terutama ketika kasus ini sudah terjadi, bahwa ini
hanya ibarat menara gunung es, karena sebenarnya banyak hal-hal yang
serupa yang terjadi di semua lini. Ketika orang ikut pemilihan umum mereka
mengeluarkan uang yang begitu besar maka setelah mereka menjabat pun
muncul perasaan ingin mengembalikan modal yang besar itu, nah ini efek dari
salah satunya apa namanya pemilu. Tapi di luar itupun ada juga memang
ketika mereka melihat sebuah celah sehingga mereka ingin melakukan hal-hal
yang tidak baik terutama dalam hal korupsi ini. Maka kita melihat persoalan-
melakukan perlakuan yang tidak jujur. Ketika sistem itu menimbulkan sebuah
perlakuan yang tidak jujur ini seharusnya yang diperbaiki. Tapi semuanya
lagi-lagi kembali kepada oknum, ketika melihat ini memang ada persoalan
melakukan hal serupa. Ketika sudah ada di sini jelas-jelas ini bukan hak
miliknya, ini adalah hak rakyat, uang rakyat sudah selayaknya mereka tidak
mengambil hak orang lain bahwa itu bukan hak milik dia, otomatis jika
mempertanggungjwabkan itu.
Kami melihat ketika ini sudah ada dugaan maka sejumlah nyanyian yang
terlibat, termasuk kepada orang-orang yang muncul dalam BAP. Artinya itu
hanya sebatas dalam satu kasus, itu menunjukkan bahwa kasus ini besar
bahwa masih ada oknum-oknum lain yang masih diduga terlibat. Kalau
Nazaruddin sudah dihukum maka itu menunjukkan bahwa dia bersalah, dia
untuk mengembangkan ini juga maka Republika juga mau tidak mau mencari
Nazarudin dalam kasus ini! Apakah ada niatan sebelumnya dari partai ini
Kalau kami melihat, bagaiamanapun ketika ada kader partai yang terlibat
dalam satu kasus maka partai itu berusaha untuk paling tidak membela
semaksimal mungkin kader-kadernya itu apapun itu. Tapi ketika nanti sudah
politik termasuk Demokrat dalam hal ini bisa terbantahkan ketika nanti
oleh Demokrat mungkin itu hanya satu kasus, tapi hampir di semua lini partai
partai ini punya komitmen, punya ketegasan sikap menentukan bahwa korupsi
itu sudah menjadi musuh bersama mereka juga harus komitmen menjalankan
pemberantasan korupsi itu. Kita justru kaget, ketika orang yang sudah masuk
dalam iklan (saya tidak ingin menyebutkan namanya, nanti silahkan saja
dicari) dia menyatakan tidak pada korupsi ternyata dia terbukti melakukan
bagi gedung DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dia ingin menunjukkan itu.
Artinya ini fakta bahwa partai politik pun terlibat, sekarang kita ingin tahu
darimana sih partai politik ketika dia bisa hidup, apakah dari sumbangan
kader, apakah dari perolehan suara mereka yang setiap suara rakyat dihargai
seribu rupiah, lalu atau juga dari usaha-usaha lain. Kalau memang dari usaha
dana. Nah, itukan akhirnya mau tidak mau ketika ada kepentingan yang lebih
besar mereka ingin mencari jalan keluar bagaimana mendapatkan dana itu,
nah ketika jalan keluar yang benar tidak bisa dilakukan maka jalan yang
illegal pun mereka berusaha untuk menempuhnya. Ini bisa saja dihampir
menunjukkan bahwa memang ada yang lemah dari aparat penegak hukum,
bisa dari KPK maupun kepolisian ataupun bisa dari sisi manapun, dari
Imigrasi pun mungkin bisa lalai. Artinya orang-orang yang sudah terindikasi,
yang sudah diduga semestinya bisa dilakukan pencegahan awal. Bahkan yang
kita sesalkan dari Nazaruddin sendiri dia pergi keluar negeri itu atas
rekomendasi pimpinan partai. Nah, ini kan berarti oknum di partai, atau
oknum pimpinan partai tersebut ini pun merestui apa yang dilakukan oleh
Nazaruddin dalam hal dia harus menyelamatkan diri, dia supaya tidak
mencemarkan nama baik partai politik. Tapi faktanya orang sudah tahu bahwa
partai politik terlalu banyak bermain kotor, itulah yang kita sesalkan
depan partai politik bisa lebih baik lagi dalam menjalankan amanah dan tujuan
dari pendirian partai politik itu. Kepada KPK, kepada kepolisian, kepada
aparat penegak hukum semuanya kita berharap lebih kencang lagi, lebih tegas
lagi dalam menegakkan aturan hukum. Ada kelemahan ya itu wajar, tetapi
juga ikut menikmati itu, ternyata setelah hasil pemeriksaan Angie pun
percaya 100 %. Artinya apa yang dia “nyanyikan” itu, apa yang dia sebutkan,
Tapi nama-nama itu harusnya menjadi bola bagi, atau menjadi jalan bagi
tidak bisa terungkap. Jadi, di sinilah pentingnya, media juga, aparat penegak
Nazaruddin itu.
10. Siapa yang dianggap salah dalam kasus ini! Nazarudin atau Demokrat?
Nazaruddinya. Yang pasti Demokrat tidak terlibat, dalam artian maksud saya
begini, Demokrat itu hanya sebuah nama, tapi lagi-lagi oknum-oknumnya itu,
saya percaya partai Demokrat itu bagus, PKS (Partai Keadilan Sejahtera) itu
bagus, PAN (Partai Amanat Nasional) itu bagus, semua partai politik itu
bagus. Tapi orang-orang yang ada di dalamnya yang belum tentu bagus. Lalu
siapa yang salah, dalam hal ini pasti oknum yang bersalah, hanya memang
mencegah korupsi itu. Tidak sebatas nama saja, tapi tujuan pendirian partai itu
yang itu pasti dijalankan oleh para pengurusnya, oleh para oknum-oknumnya.
Nah, ketika ada praktek-praktek korupsi itu harusnya itulah yang dialihkan
dalam artian harus dibenahi. Jangan sampai praktek-praktek korupsi itu bisa
terjadi. Siapa yang salah! Ya yang salah yang berbuat. Nazaruddin dia salah
karena sudah terbukti, tapi nama-nama yang dia sebutkan itu harusnya bisa
tidak hanya ber”nyanyi” dalam satu kasus, tapi dia “nyanyian”nya banyak,
ada beberapa kasus, ada kasus Wisma Atlet, ada kasus Hambalang, dan kasus-
kasus yang lain juga. Bahkan isteri Nazaruddin juga diduga terlibat dalam
proyek PLTS.
PAPARAN SINGKAT ISI BERITA DAN NARASUMBER