Skripsi
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Jurnalistik
Fakultas Dakwah
Oleh :
DEDY SUHENDRA
UJ.110943
i
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat : 6)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, (Semarang : Toha
Putra, 2002), 195.
v
ABSTRAK
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Tetes peluh dan perjuangan selama ini seolah terbayar saat dapat
menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.
Hanya ini lah secercah kebahagiaan yang baru dapat ku persembahkan untuk
mu ayah dan ibuku
Nasehat dan do’a mu ibunda ku (Siti Jaleha), yang telah menuntunku untuk
selalu berusaha agar ku dapat mencapai kesuksesan seperti yang ku
impikan selama ini.
Yang telah menuangkan pikiran untuk penyelesaian skripsi ku ini yang tak
bisa ku sebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan Illahi.
Dengan penuh kesadaran penyeliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Seperti juga perjalanan study yang peneliti
lalui dari awal hingga akhir, rasanya tidaklah mungkin jika peneliti melaluinya
sendirian. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti
sampaikan kepada orang-orang yang selalu dikasihi oleh Allah SWT. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. H. Zikwan, M.Ag Selaku pembimbing I dan Bapak Usrial Husein,
S.Ag., MM Selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan
yang positif kepada penulis, dengan sabar dan teliti mengajarkan dan
membimbing penulis untuk menghasilkan skripsi yang jauh lebih baik dari
sebelumnya
2. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd Selaku Ketua Prodi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik
dan Ibu Mardelina, S.Ag., M.Pd yang selalu berusaha memberikan yang terbaik
untuk Konsentrasi Ilmu Jurnalistik dan Mahasiswa Ilmu Jurnalistik.
3. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd selaku pembimbing Akademik yang
membimbing dari semester satu sampai semester delapan.
4. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor, Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi MA.,
Ph.D selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga,
Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd selaku Wakil Rektor II Bagian Administrasi
umum, perencanaan dan keuangan, Ibu Dr. Hj. Fadhilah, M. Pd Selaku Wakil
Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Universitas Islam Negri
(UIN) Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi.
5. Bapak Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D selaku Dekan, dan Bapak Dr. Ruslan
Abdul Gani, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengabdikan diri dan telah memberikan
ilmunya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah UIN
STS Jambi.
8. Pimpinan Perpustakaan UIN STS Jambi beserta stafnya.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalasnya.
Akhirnya penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
viii
Jambi, Oktober 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... .. 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... .. 4
C. Batasan Masalah ....................................................................... .. 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………..... 4
E. Kerangka Teori……………………………………………….... 5
F. Metode Penelitian…………………………………………….... 15
G. Studi Relevan............................................................................ .. 20
ix
BAB III PEMAHAMAN DAN PENERAPAN JURNALIS RRI PRO 1
JAMBI PADA SEMBILAN ELEMEN JURNALISME DAN
KODE ETIK JURNALISTIK
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 70
B. Implikasi Penelitian...................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapai era globalisali dan sistem informasi yang semakin
berkembang dengan pesat, manusia dituntut untuk proaktif dalam berbagai
dimensi kehidupan. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat membuat
manusia mudah untuk mencari informasi.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti perantara atau pengantar, yaitu perantara sumber pesan (a source)
dengan penerima pesan (a receiver).Jadi, dalam pengertian yang lain, media
adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Banyak ahli dan juga organisasi yang memberikan
batasan mengenai pengertian media, Menurut Miarso Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar 1.
Bentuk dan pengelolaannya Jurnalistik di bagi kedalam 3 bagian besar,
yakni Jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik, jurnalistik media audio
visual. Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik
surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan dan
jurnalistik majalah. Jurnalistik media elektronik adalah jurnalistik radio siaran,
jurnalistik media elektronik audio visualal adalah jurnalistik televise siaran dan
jurnalistik media online (internet). Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan
kekhasannya masing-masing. Ciri dan kekhasannya itu antara lain terletak pada
aspek filosovi penerbitan, dinamika teknis persiapan dan pengelolaan serta asumsi
dampak yang di timbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 59
1
2
2
Haris Sumadiria, “Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional”, (Bandung:Simbiosa Rekatam Media, 2005). 4
3
Ibid 5
3
4
Effendy Onong Ucjana, “Ilmu Komunikasi teori dan Praktek” ,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2011,) 23
5
Ignatius Haryanto, “Jurnalisme Era Digital” ,(Jakarta:PT Kompas Media Nusantara,
2014) . 212
4
6
Ibid 213
5
8
Sumber Belajar “Internet Sebagai Sumber Belajar’’, Di Akses Melalui Alamat
Http://Internetsebagaisumberbelajar.Blogspot.Com.Di Akses Pada 15 Mei 2015
9
KBBI Daring Diakses Melalui Alamat Http:Kbbi.Web.Id/Jurnalisme Pada Tanggal 15 Mei
2015
7
fakta dan realita begitu juga media ia tidak akan berarti apa-apa tanpa jurnalistik
di dalamnya, ia seperti wadah kosong. Keinginan untuk melayani publik dengan
informasi yang berkembang merupakan hasrat dari semua manusia, semua
manusia bisa menjadi jurnalis, namun tidak semuanya bisa menjadi jurnalis yang
baik, jurnalisme yang hadir di tengah-tengah masyarakat menjadi sebuah motivasi
untuk membangun sebuah masyarakat. Jurnalisme hadir juga untuk memenuhi
hak-hak warga Negara yang demokratis serta menjadi tonggak ke empat dalam
sebuah Negara yang demokratis setelah lembaga-lembaga tinggi Negara, seperti
lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif. Jurnalisme juga ada untuk sebuah
demokrasi. Tetapi, tujuan yang paling penting dari jurnalisme adalah
menyediakan informasi untuk masyarakat agar masyarakat dapat hidup bebas dan
mengatur dirinya sendiri.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme,
yang didapat setelah Committee of Concerned Journalists mengadakan banyak
diskusi dan wawancara dengan 1.200 wartawan dalam periode tiga tahun.
Dalam upaya mempertahankan tujuan itu, mereka membuat sembilan elemen
yang seharusnya diketahui wartawan dan yang diharapkan warga.
Sembilan elemen jurnalisme seperti yang diungkap Kovach dan Rosenstiel
adalah semacam pegangan bagi wartawan. Apa yang seharusnya dilakukan
wartawan dan apa yang diharapkan publik. Ada nilai dalam sembilan elemen
jurnalisme mengkoridori prilaku dan moral wartawan sebagai pemberi informasi,
fakta, dan data sebenarnya (bukan yang ideal). Seperti kita tahu, sembilan elemen
jurnalisme meliputi; wajib menyampaikan kebenaran, loyalitas kepada
masyarakat, disiplin verifikasi, independensi terhadap sumber berita, pemantau
kekuasaan, menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat, berusaha
keras membuat hal yang penting, menarik dan relevan, kompherensif dan
proporsional, serta diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Tujuan mereka
dengan buku ini bukanlah menawarkan sebuah argumen bagaimana seharusnya
wujud jurnalisme, melainkan meringkas pijakan bersama yang selama ini sudah
menjadi dasar wartawan untuk bersikap.
8
Pada penelitian skripsi ini peneliti menggunakan teori yang ditemukan oleh
Bill Kovach dan Tom Risenstiel, yaitu sembilan elemen jurnalisme. [B]ill Kovach
adalah ketua Committee of Concerned Journalist.Sedangkan Tom Rosenstiel
adalah direktur Project for Excellent in Journalist.Mereka meneliti dan berhasil
menyajikan teori tentang sembilan elemen jurnalisme.Sembilan elemen jurnalisme
ini adalah prinsip-prinsip yang diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk
mewujudkan tujuan utama jurnalisme tersebut. Sembilan elemen tersebut adalah:
a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.
c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
d. Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi terhadap sumber berita.
e. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan.
f. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat.
g. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik
dan relevan.
h. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional.
i. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti naruni mereka. 10
a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kepada kebenaran
Kebenaran jurnalistik adalah kebenaran yang berproses. Upaya
jurnalisme untuk sampai pada kebenaran adalah dengan memilah sedari awal
informasi yang keliru, ketiadaan informasi, atau bahkan kepentingan-kepentingan
yang masuk dari sumber berita. Selanjutnya, media akan membiarkan komunitas
bereaksi dan penyeleksian informasi pun berlanjut. Pencarian kebenaran dalam
jurnalisme pada hakikatnya adalah komunikasi dua arah: antara para jurnalis dan
pembacanya.
b. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
Jurnalis bekerja bukan untuk medianya, pemegang saham terbesar,
ataupun pemasang iklan. Jurnalis meliput dan menulis laporan agar warga tahu
10
Ibid 116.
9
apa yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, media tempat para jurnalis
bekerja memperoleh kepercayaan warga, kepercayaan bahwa jurnalis memang
menyediakan informasi hanya untuk melayani mereka.Kepercayaan inilah, yang
kemudian “disewakan” media kepada para pemasang iklan.
c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Jurnalis mencari sekian banyak saksi untuk sebuah peristiwa, membuka
sekian lembar dokumen, dan meminta komentar dari banyak pihak, tidak lain
dengan tujuan menceritakan peristiwa setepat-tepatnya. Ada lima prinsip yang
mendasari disiplin verifikasi: jangan pernah menambahi, jangan pernah menipu,
berlaku transparan dalam metode dan motivasi reportase, andalkan reportase
sendiri, dan bersikap rendah hati. 11
d. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis boleh bersikap, tapi tidak boleh berpihak dalam
pekerjaannya.Peran jurnalis terletak dalam dedikasinya untuk memberi informasi
kepada12 publik, tanpa memainkan peran langsung sebagai aktivis. Subyektivitas
seorang jurnalis dengan segenap nilai dan norma pribadinya memang tidak perlu
dimatikan. Namun, jika ada sebuah masalah yang menurutnya sedang
membutuhkan pemecahan dan sedang dibicarakan oleh lembaga-lembaga
masyarakat, maka ia mempunyai komitmen untuk melaporkan proses ini dalam
jangka panjang sebagai seorang pengamat, bukan aktivis.
e. Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap
kekuasaan
Jurnalis membina kewargaan dengan membuat proses pemerintahan
setransparan mungkin. Lembaga pers harus memahami kapan pemerintahan
berjalan efektif, dan kapan tidak. Dalam keadaan efektif ataupun tidak, pers harus
bercerita apa adanya, sehingga warga paham sejauh mana pemerintahan telah
berjalan efektif.
11
Ibid 117
12
Ibid 118
10
warga bisa menerima perbedaan itu jika mereka percaya jurnalis13 tidak sedang
memberitakan apa yang laku dijual semata, dan bahwa mereka tidak sedang
mengumbar sensasi. 14
i. Jurnalis punya kewajiban terhadap nurani
Seorang jurnalis harus dibiarkan menyuarakan kata hatinya, mengikuti
pilihan-pilihan nilai dan moralnya. Prinsip terakhir inilah yang menganyam setiap
elemen jurnalisme yang lain. Subyektivitas harus diberi ruang oleh redaksi dan
warga. Sebab, pada akhirnya sebuah karya jurnalistik adalah tanggung jawab
pribadi sang jurnalis.
4. Jurnalis/Wartawan
Menurut KBBI [W]artawan/war·ta·wan/n adalah orang yg pekerjaannya
mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio, dan
televisi; juru warta; jurnalis15
16
Istilah Jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan. wartawan
berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis, di antaranya mencari data (riset,
liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. ada empat kualitas yang perlu
dimiliki oleh seorang wartawan yaitu, pengalaman, rasa ingin tahu,daya hayal dan
pengetahuan.17 wartawan dituntut objektif, berbeda dengan penulis atau kolomnis.
menurut AJI, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya
berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis
lepas, fotografer, dan desain grafis editorial.tapi pada kenyataan referensi
penggunaannya. pada awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis
untuk jurnal. dalam abad terakhir ini arti jurnalis telah menjadi seorang penulis
untuk koran dan majalah. 18
13
Ibid 119
15
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga
(Jakarta; Balai Pustaka, 2003).1269
16
Romel, wartawan/ jurnalis Diakses melalui alamat http://romeltea.com/wartawan-
jurnalis/pada tanggal 15 Mei 2015.
17
Ibid 120
18
Ibid 125
12
19
Detik.com Diakses melalui alamat http://maknahidup.blogdetik.com/2009/11/01/makna-
ungkapan-pengalaman-adalah-guru-terbaik/ diakses pada tanggal 15 Mei 2016
14
tahu.20 Perasaan ingin tahu seorang wartawan akan memicu timbulnya pertanyaan,
mengapa, dimana, kapan, kata siapa, apa, dalam diri wartawan ketika ia
menghadapi suatu peristiwa atau keadaan.
Sebagai contoh ketika wartawan meliput sebuah peristiwa musibah, rasa
ingin tahu wartawan segera saja memberondong pertanyaan-pertanyaan, mengapa
musibah itu terjadi?bagaimana terjadi? berapakah jumlah korban? kata siapa
korban yang jatuh itu sepuluh orang? dengan pertanyaan-pertanyaan yang dipicu
oleh rasa ingin tahunya itu akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang
peristiwa tersebut yang diperlukannya untuk dipublikasikan.
Daya khayalsering disebut imajinasi. menurut Charnley,
[W]artawan juga menggunakan daya khayalnya tetapi dengan caranya sendiri.
daya khayal dan perasaan ingin tahunya ia tunjukkan dalam bentuk
pertanyaan,”seberapa besar peristiwa ini akan mempengaruhi keluarga dan
mempengaruhi masyarakatnya, jika jawabannya “tidak banyak” bagaimana
saya dapat memberitahukannya agar bisa lebih dipahami”. 21
Pemberitaan seperti ini bukanlah meramalkan, melainkan menarik
kesimpulan yang cerdas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
imajinatif.Pengetahuan, dalam masyarakat yang semakin kompleks, mengenai
peristiwa yang memiliki nilai berita membutuhkan pengetahuan agar dapat
merangsang perasaan ingin tahu dan menyalakan imajinasi, apabila seorang
wartawan tidak menguasai paling sedikitnya ilmu pengetahuan kemasyarakatan ,
akan sulit mempersepsikan dinamika yang dialami masyarakat.
Seorang wartawan tidak dapat hanya memberitakan berdasarkan fakta yang
terlihat dipermukaan saja, tetapi memerlukan pertimbangan bijaksana yang
didasarkan pada pengetahuan wartawan mengenai hal-hal yang akan
diberitakan.Wartawan indonesia juga memiliki kepribadian, yaitu bertakwa
kepada tuhan yang maha esa, berjiwa pancasila, taat pada UUD 1945, bersipat
kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi
20
Ibid 79
21
Ibid 80
15
bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja kearah
keselamatan masyarakat indonesia sebagai anggota masyarakat yang
berbangsa.Seorang wartawan harus mempunyai rasa tanggung jawab dan
bijaksana dalam mempertimbangkan perlu atau patut tidaknya suatu berita,
tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya diterbitkan atau disiarkan.Pertanggung
jawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan
terhadap seseorang maupun golongan tertentu.
5. Tantangan Wartawan
Seorang wartawan atau jurnalis harus memiliki berbagai kemampuan dan
keterampilan agar bisa bersaing dan tetap menjalankan profesinya sesuai dengan
kode etik jurnalistik. Jika seorang wartawan tidak mempunyai keinginan untuk
mengembangkan dirinya, dia akan tersingkir dari kelompoknya.salah satu
tantangan yang harus dihadapi yakni kesadaran hukum dan keberanian masyarakat
yang mulai muncul. Mereka meminta hak jawab, berbagai pihak yang dirugikan
dengan pemberitaan wartawan bisa melakukan Somasi dan tuntutan hukum. Jika
seorang jurnalis menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik jurnalistik, maka
dia akan dihargai oleh masyarakat, narasumber dan rekan seprofesinya.
Tantangan dalam melakukan tugas sebagai pencari berita antara lain :
Pertama, Jurnalis yang memihak, profesi jurnalis terkadang menimbulkan
dilema sendiri bagi Jurnalis tersebut, karena dalam melakukan peliputan, rentan
sekali melakukan keberpihakan, sehingga dinilai tidak independen dalam mencari
dan menulis berita. contoh keberpihakan jurnalis yaitu ketika satu daerah
melakukan pemilihan kepala daerah langsung, jurnalis menulis berita tersebut
sesuai dengan pesanan tim sukses calon kepala daerah yang cenderung
memperlihatkan kebaikan dari calon kepala daerah tanpa memperhatikan
keinginan pembaca.
Kedua, Jurnalis masyarakat (Civil Journalist), sejak dibukanya kebebasan
pers tahun 1998 lalu, banyak bermunculan perusahaan media, disamping itu
jurnalis dengan kemajuan teknologi, masyarakat secara tidak langsung menjadi
jurnalis yaitu dengan munculnya berbagai blog masyarakat. para blogger muncul
16
tanpa perlu berlatar belakang pendidikan jurnalistik, mereka menulis berita, fakta
yang mereka temukan dan opini-opini yang mereka kembangkan dari masyarakat,
berbagai tulisan tersebut tentunya tanpa melewati proses penyensoran.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif.Menurut Bodgan dan Taylor metode kualitatif itu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 22
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Lokasi Penelitian ini berada di LPP RRI Pro 1 Jambi, adapun hal-hal
yang menjadi pertimbangan peneliti mengambil media tersebut sebagai lokasi
penelitian karena penerapan sembilan elemen jurnalisme sudah cukup baik pada
RRI Pro 1 Jambi
b. Subjek penelitian
Subjek yang diteliti adalah kasi pemberitaan dan wartawan yang ada di
media tersebut.Subjek dalam penelitian ini didatangi dan diwawancarai, dan
sebagian lagi dilakukan observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau
informasi yang didapat menjadi lebih akurat.
3. Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Dalam penelitian ini data yang di gunakan adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang dikumpulkan dan
diolah suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.data primer dari
22
Moleog.Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2011), 5.
17
penelitian ini adalah RRI Pro 1 Jambi bagian jurnalistik atau wartawan. Data
primer bersumber dari informan yang berasal dari hasil wawancara. 23
b. Data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain.data sekunder
dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan study literatur untuk mencari
dan mengumpulkan data yang digunakan.24
4. Metode Pengumpulan Data
a. Obsevasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
Memperhatikan. 25 istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat ,mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi disini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan langsung
penulis terhadap kinerja wartawan dalam mencari berita. hasil observasi dapat
digunakan untuk melengkapi data yang berasal dari wawancara dan sangat
bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan untuk menjelaskan
permasalahan didalam penelitian ini.
b. Wawancara.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
pewawancara dan narasumber. Pewancara sebagai orang yang mengajukan
pertanyaan kepada yang diwawancarai untuk mendapatkan hasil dari penelitian.
c. Dokumentasi
23
Tim Penyusun, “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin” (Jambi :Ushuluddin
Press, 2018), 13.
24
Ibid 102.
25
Iin Tri rahayu dan Triastiadi Ardi Ardani, observasi & wawancara ( jatim: Bayumedia
Publishing,2004),1
18
26
Ibid 240.
27
Ibid 37.
28
Ibid 349
19
b. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-
domain atau kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang
dipilih oleh peneliti dan selanjutnya ditetapkan sebagai fokus penelitian, perlu
diperdalam lagi melalui pengumpulan data dilapangan, pengumpulan data
dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, waancara mendalam dan
dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak, oleh karena itu pada
tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisis taksonomi.
c. Analisis Komponensial
Analisis kompensional adalah analisis yang dilakukan oleh peneliti per
komponen.data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang
terseleksi.hal ini dilakukan supaya peneliti dapat memperoleh dan mengusahakan
penelitian yang komprehensif, menyeluruh, rinci dan mendalam mengenai suatu
domain. pada bagian ini akan ditemukan sebuah gambaran data yang telah
kongkrit secara menyeluruh dan menjurus sehingga data yang didapatkan sudah
dapat dikategorikan sebagai data yang valid dan siap diolah menjadi sebuah karya
ilmiah.
6. Pemeriksaan keabsahan data
Adapun tingkat kepercayan data (trustworthiness) dalam penelitian
dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain: melakukan perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat, 29 berikut
penjelasannya :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan yang dikumpulkan, melalui teknik ini peneliti akan berusaha
meningkatkan frekuensi kehadiran dilokasi penelitian agar peneliti dapat
menyelami bagaimana pemahaman wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam
meliput berita.
29
Lexi J.moleong, “Metodelogi Penelitian Kualitatif” (Bandung: Remaja Rosdakarya
2004),175
20
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara rinci, teliti, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian. faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam
upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada
objek penelitian.
c. Triangulasi data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yaung
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. 30 Jadi dalam hal ini mengecek sumber
data yang diperoleh dilapangan berkenaan dengan penelitian ini. penelitian ini
menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek
balik informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif,yaitu dengan cara-cara sebagai berikut: membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; membandingkan apa yang
dikatakan informan diruang umum (publik) dengan apa yang dikatakan di ruang
pribadi (Privat) ; membandingkan apa yang dikatakan sepanjang waktu penelitian;
membandingkan keadaan dan perspektif seorang informan dengan berbagai
pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti dosen, mahasiswa, atau
pimpinan prodi ; membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.
Triangulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data
dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh
melalui metode pengumpulan data tertentu.terdapat dua cara yang dapat dilakukan
dalam triangulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; Pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 31
30
Ibid 175.
31
Ibid 67.
21
yang memiliki perbedaan dalam gaya penulisan berita di situs internet (online),
karena di radio menggunakan bahasa tutur atau bercerita tetapi tetap tidak
meninggalkan kaidah bahasa jurnalistik.
Artikel Ardi“ menjadi jurnalis handal dan Profesional” karya ini
membahas mengenai menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional,
penelitian ini lebih menekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan
oleh seorang wartawan sebelum kelapangan dan bagaimana menjadi pribadi
wartawan yang bersifat profesional, bukan fokus pada penerapan elemen
jurnalisme pada jurnalis di LPP RRI Pro 1 Jambi
Artikel Ermanto “ menjadi wartawan handal dan Profesional” karya ini
membahas mengenai menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional,
namun lebih menekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh
seorang wartawan sebelum kelapangan dan bagaimana menjadi pribadi wartawan
yang bersifat profesional.
Sebagaimana terlihat dari study relevan ini bahwa karya-karya diatas
berbeda dengan karya yang penulis lakukan. Melihat adanya perbedaan setting
dan subjek penelitian, tentu saja penelitian yang dihasilkan akan berbeda.
23
BAB II
PROFIL RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) JAMBI
A. Sejarah Perkembangan Radio Siaran di Indonesia
Radio siaran Radio Republik Indonesia (RRI) lahir 25 hari setelah
dikumandangkan kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya RRI merupakan alat
propaganda dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tentunya
pada saat itu keberadaan RRI masih sangat sederhana, yang penting bisa
mengudara untuk membantu para pejuang dalam upaya mempersatukan rakyat
Indonesia. 32
Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11
September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan
beberapa sistem radio Jepang di enam kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang
Kadarusman Jalan Menteng Dalam Jakarta menghasilkan keputusan mendirikan
Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagi
pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu
deklarasi yang terkenal dengan sebutan piagam 11 September 1945, yang berisi 3
butir komitmen dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetyo RRI.
Butir Tri Prasetyo yang ketiga merefleksikan, komitmen RRI untuk bersikap
netral tidak memihak kepada salah satu aliran/ keyakinan partai atau golongan.
Pada zaman Orde Baru keberadaan RRI merupakan media siaran
penyampaian program pemerintah kepada msyarakat atau bisa dikenal sebagai
“seorang pemerintah” karena RRI di bawah Departemen Penerangan sepenuhnya
di bawah kendali pemerintah.33
Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurrahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan goverment owned
radio ke arah Public Service Bradcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah
Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000.
32
Dokumentasi, Selayang Pandang RRI Jambi, 23 April 2017 Jambi, 1
33
Ibid 2
23
24
34
Ibid 3
25
Khusus untuk stasiun cabang utama Jakarta terdapat Empat Program siaran
yaitu :
a. Programa 1 untuk pendengar di Provinsi DKI Jakarta Usia Dewasa,
b. Programa 2 untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta
c. Programa 3 khusus berita dan informasi
d. Programa 4 kebudayaan.
Sedangkan “Suara Indonesia” (Voice Of Indonesia) menyelenggarakan
siarannya sendiri. Dalam melaksanakan kegiatannya RRI berpedoman pada
Keputusan Direktur Utama LPP RRI Nomor: 506/KEP/DU/2006, tanggal 14
Desember 2006 tentang Pembentukan Dewan Redaksi nasional, Daerah, dan
Suara Indonesia LPP RRI mewajibkan Pusat Pemberitaan, Suara Indonesia,
Stasiun Tipe A, B, dan C se-Indonesia menyusun dan melaksanakan agenda
setting penyiaran informasi berskala Nasional, Internasional, wilayah dan Lokal
sesuai perkembangan isu, keadaan darurat, atau kalender setiap
bulan/minggu/hari. Sedangkan sumber agenda setting yaitu:
1) Daftar Acara Siaran (DAC) yang berhubungan dengan Pusat/Bidang
Pemberitaan : Buletin Berita, Dialog Interaktif, Ulasan, Komentar, Gelar
Wicara, Siarann Langsung,
2) Materi di Lapangan : Hunting, Undangan, Press Release, Informasi
masyarakat, Informasi Media,
3) Keputusan Penyiaran : prioritas pada berita paling berbobot dan memiliki
actualitas tinggi, persaingan antar media, waktu penyiaran terbatas
(sehingga berita yang memiliki aktualitas lebih lama bisa disiarkan pada
jam berikutnya),
4) Bnetuk/Format informasi berita : dipilih mana untuk Straight News, berita
Insert, voice report, ros, laporan dan seterusnya 35.
B. Visi dan Misi LPP RRI Pro 1 Jambi
35
Tim Penyusun, Eksistensi Radio Republik Indonesia Jambi dalam KehidupanMasyarakat
Jambi, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), 29-33.
26
36
Dokumentasi, Visi dan Misi RRI Jambi, 23 April 2017, Kota Jambi. 5
37
Ibid 6
38
Ibid 7
28
39
Ibid 9
29
30
40
Ibid 9
41
Ibid 10
31
42
Tim Penyusun, Eksistensi Radio Republik Indonesia Jambi dalam Kehidupan Masyarakat
Jambi, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), 35-38.
32
43
Dokumen Rencana Program Siaran Rutin LPP RRI Pro 1 Jambi
BAB III
43
Kepala Seksi Pemberitaan, Ir. Mahfud, Wawancara, 25 November 2017
33
34
Journalism, What News people Should Know and the Public Should
Expect merumuskan prinsip-prinsip itu dalam sembilan Elemen Jurnalisme. 44
1. Menyampaikan kebenaran
Kebenaran merupakan prinsip pertama dan paling membingungkan dalam
sembilan elemen jurnalisme ini. Kebenaran dapat menciptakan rasa aman yang
tumbuh dari kesadaran seseorang dan kebenaran inilah yang menjadi intisari
sebuah berita. Namun seseorang sudah pasti bisa mengejar akurasi, kejujuran,
maupun kebenaran. Bagi jurnalisme, kebenaran diterjemahkan menjadi
memberitakan fakta tanpa melenceng dan membuat fakta itu masuk akal.
Prinsip pertama jurnalisme adalah mengejara kebenaran, yang tanpa
dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth) adalah yang paling
membedakannya dari bentuk komunikasi lain. 45 Contoh kebenaran fungsional,
misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh.
Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah proses
pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah. Apakah
tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah ?
Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat
kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses pengadilan serta vonis
bersalah atau tidak bersalah tersebut, karena memang hal itu diperlukan dan bisa
dipraktikkan.
Kebenaran jurnalistik adalah suatu proses yang dimulai dengan
mengumpulkan dan memverifikasikan fakta. Perlu disadari oleh semua pihak
bahwa “kebenaran jurnalistik” bukanlah kebenaran hukum. Kebenaran jurnalistik
adalah kebenaran pada saat fakta itu disampaikan ke hadapan jurnalis. Ketika
sebuah kecelakaan maut terjadi, laporan jurnalis soal korban tewas bisa berubah
dari waktu ke waktu bergantung kepada informasi pihak yang berwenang (siapa
44
Satrio Arismunandar, Elemen Jurnalisme Diakses Melalui Alamat
http://www.academia.edu/5142169/Sembilan_Elemen_Jurnalisme_Plus_Elemen_ke-10 , Pada 26
November 2017
45
Satrio Arismunandar, Elemen Jurnalisme Diakses Melalui Alamat
http://www.academia.edu/5142169/Sembilan_Elemen_Jurnalisme_Plus_Elemen_ke-10 pada 26
November 2017
35
46
Kasubsi Liputan, Nono Nugroho, Wawancara Dengan Penulis, 26 November 2017
36
47
Wartawan RRI Pro 1 Jambi, 26 November 2017, LPP RRI Pro 1 Jambi, Rekaman Audio,
38
Terkait dengan hal ini Kasubsi berita ulasan dan dokumentasi LPP RRI Pro
1 Jambi, Mirza Isa, S.Pt mengatakan :
[D]alam menulis berita Saya harus benar-benar disiplin dan teliti, yang harus di
perhatikan adalah lead berita harus didukung dengan data-data penunjang yang
cukup, semua kutipan akurat dan mencerminkan pendapat yang bersangkutan,
39
4. Independen
Seringkali jurnalis dikritik karena meliput kegiatan sang
pemilik. Pertanyaannya apakah boleh meliput kegiatan sang
pemilik? Jawabannya terletak pada hati nurani jurnalis dan sidang
redaksi. Apakah kegiatan yang diliput memiliki nilai berita, memenuhi kriteria
layak berita yang diterapkan oleh redaksi, apakah peliputan dilakukan secara
proporsional, apakah orang lain mendapatkan perhatian yang sama dalam ruang
berita. Independensi tidak berarti netral. Sah saja berpihak, sepanjang dilandasi
kesetiaan pada profesi, yakni kepentingan publik. Pada saat menentukan mana
berita yang akan disiarkan dari ratusan berita yang masuk ke ruang redaksi,
jurnalis sudah melakukan pemihakan, pemilahan. Ada yang diberitakan, ada yang
tidak. Pada saat menentukan siapa yang diwawancarai untuk sebuah berita,
jurnalis memilih. Memihak, Pemihakan didasari atas kriteria berita, penyajian
berita dilakukan dengan memperhatikan kode etik jurnalistik. Kuncinya lagi-lagi:
transparansi, akurasi, verifikasi. Semua berita mendapatkan perlakuan yang sama.
Independensi bukan perkara gampang. Bukan cuma tekanan dari luar yang
bisa mempengaruhi. Pengalaman dan latar belakang kehidupan jurnalis pun bisa
mempengaruhi sudut pandang si jurnalis, mulai dari agama, gender, pendidikan,
status sosial ekonomi. Jurnalis adalah manusia, dalam situasi seperti ini penting
48
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt, Wawancara Dengan Penulis 26
November 2017
40
49
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt LPP RRI Pro 1 Jambi,
wawancara dengan penulis, 26 November 2017, Rekam Audio
41
50
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt, Wawancara dengan penulis, 26
November 2017, Audio
42
51
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
44
banyak, bahwa masyarakat mau keduanya, orang mendengarkan berita olah raga
tapi juga berita ekonomi.
Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud menjelaskan:
[M]enarik dan relevan merupakan elemen penting dalam jurnalisme yang harus
di perhatikan, elemen ini berhubungan dengan penilaian pendengar terhadap
suatu berita, yang menarik dan relevan tentunya ada beberapa hal yang harus
saya perhatikan, seperti dalam penulisn atau penyajian berita, tentu saya harus
membuat berita semenarik mungkin. 52
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting
menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap
naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius
dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Jurnalis harus
memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang
untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat.
Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.
8. Berita yang komprehensif dan proporsional.
Di era digital, jurnalis diharapkan menjadi trusted guide, yang membantu
publik memilah mana informasi yang benar diantara jutaan informasi yang
bersliweran di dunia maya. Banyak media mencari jalan pintas dengan
menggunakan percakapan di media sosial dan menjadikannya bahan berita tanpa
melakukan verifikasi. prinsip lebih cepat lebih baik jadi panutan. Akurasi dan
Keberimbangan dikesampingkan. Dewan Pers pada tanggal 3 Februari 2012
menerbitkan Pedoman Pemberitaan Media Siber bagi pengelola media
siber. Pakar pers Atmakusumah Astraatmadja mengatakan, pedoman ini juga
bermanfaat bagi publik yang memiliki akun media sosial.
jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi
bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus
menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Tidak ada cara
lain untuk menyajikan berita yang proporsional dan komperehensif sesuai esensi
52
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
45
yang artinya berita yang di buat oleh jurnalis harus dapat dipertanggung
jawabkan isinya terutama pada fakta-fakta yang dia dapat, dan tentunya semua
berita yang di rangkum harus di susun dengan teratur, selain orang mudah
memahami berita, itu menambah minat orang mendengarkan atau membaca berita
yang di sajikan, dengan begitu wartawan sudah memenuhi elemen ke delapan
yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis.
9. Mengikuti hati nurani.
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika
dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka
punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan
membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud,
keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip
jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui
adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik,
53
Kasubsi Pengembangan Berita Budhi Rianto, Sh, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
46
pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan
akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.
Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang
sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang
terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun
budaya yang memupuk tanggung jawab individual. Para manajer juga harus
bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para
jurnalisnya. Menjalankan prinsip itu tidak mudah karena di perlukan suasana kerja
yang nyaman, bebas, dimana setiap orang dirangsang utuk bersuara. Menciptakan
suasana ini juga tidak mudah karena berdasrkan kebutuhannya, ruang redaksi
bukanlah tempat dimana demokrasi di jalankan. Ruang dedaksi bahkan punya
kecendrungan menciptakan kediktatoran, seseorang dipuncak organisasi media
harus bisa mengambil keputusan menerbitkan atau tidak menerbitkan sebuah
laporan, membiarkan atau mencabut sebuh kutipan yang panas agar media
bersangkutan bisa menepati deadline.
Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi, Ir. Mahfud mengatakan:
[S]etiap individu wartawan harus punya pertibangan pribadi tentang etika dan
tanggung jawab sosial, menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri dan
berdasarkan model itulah dia membangun karirnya.54
Membolehkan setiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada
dasarnya membuat urusan menjadi kompleks. Tapi tugas redaktur untuk
memahami persoalan ini, mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka
harus senantiasa membuka diri agar tiap orang yang hendak memberikan keritik
atau komentar bisa datang langsung pada mereka. Jurnalis yang baik adalah
jurnalis yang menggunakan hati nurani mereka dalam menyajikan berita.
B. Kode Etik Jurnalistik
Kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers terdiri atas 11
pasal dan diawali dengan pembukaan, yang antara lain menyatakan bahwa
54
Kepala Seksi Pemberitaan, Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26 November 2017
47
kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Juga dinyatakan bahwa
kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. 55
1. Sejarah Kode Etik Jurnalistik di Indonesia
Sejarah perkembangan kode etik jurnalistik di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari sejarah perkembangan pers di Indonesia. Jika diurutkan, maka
sejarah pembentukan, pelaksanaan, dan pengawasan kode etik urnalistik di
Indonesia terbagi dalam lima periode, berikut kelima periode tersebut:
a. Periode Tanpa Kode Etik Jurnalistik
Periode ini terjadi ketika Indonesia baru lahir sebagai bangsa yang
merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Meski baru merdeka, di Indonesia telah lahir
beberapa penerbitan pers baru. Berhubung masih baru, pers pada saat itu masih
bergulat dengan persoalan bagaimana dapat menerbitkan atau memberikan
informasi kepada masyarakat di era kemerdekaan, maka belum terpikir soal
pembuatan Kode Etik Jurnalistik. Akibatnya, pada periode ini pers berjalan tanpa
kode etik .56
b. Kode Etik Jurnalistik PWI Tahap 1
Pada tahun 1946, Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) dibentuk di
Solo, tapi ketika organisasi ini lahir pun belum memiliki kode etik. Saat itu baru
ada semacam konvensi yang ditungakan dalam satu kalimat, inti kalimat tersebut
adalah PWI mengutamakan prinsip kebangsaan. Setahun kemudian pada 1947
lahirlah Kode Etik PWI yang pertama.
55
Muhammad Budyana, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005) , 303
56
Erik Utomo, “Kode Etik Jurnalistik PWI,” Internet, diakses melalui alamat
http://erickpangeran.blogspot.com/2013/06/fotografi-jurnalistik_18.htm, diakses pada tanggal 6
Juni 2017
48
57
Erik Utomo, “Kode Etik Jurnalistik PWI,” Internet, diakses melalui alamat
http://erickpangeran.blogspot.com/2013/06/fotografi-jurnalistik_18.htm, diakses pada tanggal 6
Juni 2017
49
Seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru, dan berganti dengan era
Reformasi, paradigma dan tatanan dunia pers pun ikut berubah. Pada tahun 1999,
lahir undang-undang No 40 tahun 1999 tentang Pers yaitu Pasal 7 ayat 1, undang-
undang ini membebaskan wartawan dalam memilih organisasinya. dengan
undang-undang ini, munculah berbagai organisasi wartawan baru. Akibatnya,
dengan berlakunya ketentuan ini maka Kode Etik Jurnalistik pun menjadi banyak.
Pada tanggal 6 Agustus 1999, sebanyak 25 organisasi wartawan di Bandung
melahirkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI), yang disahkan Dewan Pers
pada 20 Juni 2000. Kemudian pada 14 Maret 2006, sebanyak 29 organisasi pers
membuat Kode Etik Jurnalistik baru, yang disahkan pada 24 Maret 2006.
2. Fungsi Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan,
bahkan dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi
fisik sekalipun, Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa
bagi wartawan. M. Alwi Dahlan sangat menekankan betapa pentingnya Kode Etik
Jurnalistik bagi wartawan. Menurutnya, Kode Etik setidak-tidaknya memiliki lima
fungsi, yaitu:58
a. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di
bidangnya;
b. Melindungi masyarakat dari malpraktek oleh praktisi yang kurang
profesional;
c. Mendorong persaingan sehat antar praktisi dan mencegah kecurangan
antar rekan profesi;
d. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.
3. Asas Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan
organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku
58
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru , (Jakarta: Kalam Indonesia 2005) , 97
50
secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/ III/2006 tanggal 24
Maret 2006, misalnya, sedikitnya mengandung empat asas, yaitu: 59
a. Asas Demokratis
Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan
independen, selain itu, pers wajib melayani hak jawab dan hak koreksi, dan pers
harus mengutamakan kepentingan publik asas demokratis ini juga tercermin dari
pasal 11 yang mengharuskan, wartawan Indoensia melayani hak jawab dan hak
koreksi secara proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan hak koreksi ini,
pers tidak boleh menzalimi pihak manapun. Semua pihak yang terlibat harus
diberikan kesempatan untuk menyatakan pandangan dan pendapatnya, tentu
secara proposional. 60
b. Asas Profesionalitas
Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia harus
menguasai profesinya, baik dari segi teknis maupun filosofinya. Misalnya Pers
harus membuat, menyiarkan, dan menghasilkan berita yang akurat dan faktual.
Dengan demikian, wartawan indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai
norma yang berlaku, dan paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya. Hal lain
yang ditekankan kepada wartawan dan pers dalam asas ini adalah harus
menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak
mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record, serta pers harus
segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan
permohonan maaf.
c. Asas Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat memberikan
dampak sosial yang sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan
masyarakat luas yang mengandalkan kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik
menyadari pentingnya sebuah moral dalam menjalankan kegiatan profesi
59
Ibid 98
60
Ibid, 100
51
wartawan. Untuk itu, wartawan yang tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara
langsung sudah melanggar asas Kode Etik Jurnalistik. Hal-hal yang berkaitan
dengan asas moralitas antara lain wartawan tidak menerima suap, wartawan tidak
menyalahgunakan profesi, tidak merendahkan orang miskin dan orang cacat (jiwa
maupun fisik), tidak menulis dan menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi
SARA dan gender, tidak menyebut identitas korban kesusilaan, tidak menyebut
identitas korban dan pelaku kejahatan anak-anak, dan segera meminta maaf
terhadap pembuatan dan penyiaran berita yang tidak akurat atau keliru.
d. Asas Supremasi Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang
berlaku. Untuk itu, wartawan dituntut untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang
berlaku. Dalam memberitakan sesuatu wartawan juga diwajibkan menghormati
asas praduga tak bersalah. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan
Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi,
hak dan kewajiban serta peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang
oleh karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.61
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan
Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Surat Keputusan Dewan
Pers No.03/SK-DP/III/2006, tanggal 24 Maret 2006 tentang Kode Etik Jurnalistik:
Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
61
Iwan Awaluddin Yusuf.”Sekelumit tentang Etika, Kode Etik, Kebijakan, dan
Hukum Media,”Internet,diakses ,melalui alamat
https://bincangmedia.wordpress.com/2010/06/01/tentang-etika-kode-etik-kebijakan-dan-
hukum-media/ , diakses pada tanggal 25 November 2017
52
62
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta), 253
53
Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi,
sehingga tiap tindakanya seseorang yang berprofesi akan membutuhkan tolak ukur
dalam profesinya. Seperti pada profesi jurnalistik memliki kebebasan pers sendiri
tentunya memiliki batasanya sendiri, dimana batsan yang paling utama dan tak
pernah salah adalah apa yang keluar dari hati nurani, namun kebebasan pers bukan
hanya dibatai oleh kode etik jurnalistik akan tetapi ada batasan yang kuat yang
tercantum pada undang-undang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia
Menimbang:
a. Bahwa kemerdekaan pers merupakan salahsatu wujud kedaulatan rakyat dan
menjadi unsur yang sangat
b. Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan
hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia
yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, memajukan kesejateraan umum, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa;
c. Bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar
informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan
kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan
perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari
manapun;
d. Bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia
yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
e. Bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman;f. bahwa
54
63
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta) 259
55
64
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta) 260
56
Pasal 7
1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.
2. Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.
d.Bab IV Perusahaan Pers
Pasal 9
1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan
pers.
2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.
Pasal 10
Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan
pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta
bentuk kesejahteraan lainnya.
Pasal 11
Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar
modal.
Pasal 12
Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamt dan penanggung jawab
secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers
ditambah nama dan alamat percetakan.
Pasal 13
Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:
a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau
mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan
dengan rasa kesusilaan masyarakat;
b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.
Pasal 14
58
6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu
hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari :
a. Organisasi pers;
b. Perusahaan pers;
c. Bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.
f. Bab VI Pers Asing
Pasal 16
Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di
Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
g. Bab VII Peran Serta Masyarakat
Pasal 17
1.Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan
kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang
diperlukan.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :
a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum,
dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;
b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.
i. Bab VIII Ketentuan Pidana
Pasal 18
1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan
ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
60
2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat
(2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal
12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(Seratus juta rupiah).
j. Bab IX Ketentuan Peralihan
Pasal 19
1. Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-
undangan di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang
ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan
undang-undang ini.
2. Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-
undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang
ini dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak
diundangkannya undang-undang ini.
k. Bab X Ketentuan Penutup
Pasal 20
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku :
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2815) yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21
Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia);
61
65
Ibid 61-66
BAB IV
63
Kamus besar bahasa indonesia
64
Observasi.
62
63
Sering kita mendengar ada sebutan bagi wartawan yang menerima uang
untuk kepentingan tertentu bernada mengejek yang tidak sedap didengar telinga,
yaitu wartawan amplop, yang dimaksud dengan amplop adalah pemberian dari
sumber berita kepada wartawan yang mewawancarainya berupa amplop berisi
uang. pemberian ini ada yang menganggap sebagai balas jasa atas kesediaan sang
wartawan melakukan wawancara dengan narasumber. tetapi, ada pula yang
menafsirkan sebagai uang suap kepada wartawan agar beritanya benar-benar
dimuat dan berita itu memuat hal-hal yang baik-baik saja tentang si sumber berita.
Pemberian lainnya oleh pers barat disebut sebagai Frebies yang
diterjemahkan sebagai gratisan atau orang sunda memberikan istilah yang lebih
tepat Ci atah. istilah Ci atah berasal dari frasa Cai atah, yang berarti air mentah.
Di daerah pasundan, air mentah tidak pernah dijual tetapi selalu diberikan secara
gratis kepada siapa saja yang memintanya. “[D]ikalangan wartawan kepolisian
diberi istilah “delapan enam” yang diambil dari sandi kepolisian yang berarti
“dimengerti” jadi sumber berita ”mengerti” aspirasi sang wartawan yang
mewawancarai atau datang ke jumpa pers.” 65
Masalah amplop kerap kali menimpa wartawan. dimana integritas dari
seorang wartawan tersebut dipertanyakan. Kepala seksi pemberitaan, Ir. Mahfud,
mengatakan; [S]elagi pemberian tanda terima kasih tersebut tidak bermaksud
mempengaruhi isi berita, pemberian uang oleh narasumber itu sah-sah saja. 66
Banyak kalangan wartawan yang beranggapan Frebies bisa diterima,
asalkan jangan sampai karena hadiah gratisan tersebut, wartawan mempunyai
beban moral untuk membuat beritanya menguntungkan atau memuji-muji si
pemberi hadiah. 67 Menurut penulis, pemberian uang, hadiah atau makan siang
tersebut akan mempengaruhi isi berita yang tulis untuk kepentingan tertentu, hal
ini bertentangan dengan beberapa prinsip elemen jurnalisme, seperti wajib
menyampaikan kebenaran, disiplin verifikasi, independensi terhadap sumber
65
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama kusumaningrat, Jurnalistik teori dan Praktik. 10.
66
Wawancara dengan Penulis pada 25 November 2017,rekaman Audio.
67
Hikmat kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik teori dan Praktik. 101.
64
Meski para jurnalis profesional tak semuanya bersih dari praktik kotor, tentu
masih banyak jurnalis yang tidak menggadaikan idealismenya, karena semakin
tingginya derajat profesional, independen dan integritas seorang wartawan, tentu
semakin disukai masyarakat dan media yang menaungi para Jurnalis tersebut
68
Observasi.
69
Kepala seksi pemberitaan Ir. Mahfud, Wawancara dengan penulis pada 25 November
2017, Rekaman Audio.
65
70
Wawancara dengan penulis pada 25 november 2017, Audio
66
Pandjaitan kode etik jurnalistik adalah hati nurani jurnalis yang digunakan sebagai
“pagar hidup” yang baik dalam mengingatkan dan dasar berpijak melakukan tugas
jurnalistik secara benar, baik, jujur dan profesional. wartawan profesional
memiliki beberapa karakteristik :
Pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Seorang wartawan mesti
memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Ia
harus menguasai teknik menulis berita, juga feature dan artikel. Untuk itu, seorang
wartawan mestilah orang yang setidaknya pernah mengikuti pelatihan dasar
jurnalistik. Ia harus terlatih dengan baik. Keterampilan jurnalistik meliputi antara
lain teknik pencarian berita dan penulisannya, di samping pemahaman yang baik
tentang makna sebuah berita. Ia harus memahami apa itu berita, nilai berita,
macam-macam berita, bagaimana mencarinya,dan kaidah umum penulisan berita
Kedua, menguasai bidang liputan (beat). Idealnya, wartawan menjadi
seorang “generalis”, memahami dan menguasai segala hal, sehingga mampu
menulis dengan baik dan cermat apa saja. Namun, yang terpenting ia harus
menguasai bidang liputan dengan baik. Wartawan olahraga harus menguasai
istilah-istilah atau bahasa dunia olahraga.Wartawan ekonomi harus memahami
teori-teori dan istilah ekonomi. Demikian seterusnya.
.Ketiga, memahami serta mematuhi etika jurnalistik. Wartawan yang
profesional memegang teguh etika jurnalistik. Untuk wartawan Indonesia, etika
itu terangkum dalam Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah
ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik Jurnalistik bagi para wartawan di
Indonesia. Kepatuhan pada kode etik merupakan salah satu ciri profesionalisme,
di samping keahlian, keterikatan, dan kebebasan. Dengan pedoman kode etik itu,
seorang wartawan tidak akan mencampuradukkan antara fakta dan opini dalam
menulis berita; tidak akan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan
menggadaikan kebenaran dengan menerima amplop.71
71
Mulyadi Saputra S.sos M.Si, Penerapan kode etik jurnalistik, di akses melalui alamat
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2015/02/penerapan-kode-etik-jurnalistik-
dalam_16.html, di akses pada tanggal 25 November 2017
67
72
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi, Wawancara Dengan Penulis 25
November2017, Rekaman Audio
69
pembangunan di republik ini. Selain itu, media massa dan para wartawan
Indonesia harus memberitakan informasi mencerminkan hal yang positif
kepada publik sehingga publik tentunya masyarakat dapat menerima dengan
baik.
Mematuhi kode etik jurnalistik dan menerapkannya merupakan wujud
profesional seorang wartawan, kode etik jurnalistik dinilai sangat penting karena
dapat menuntun wartawan dalam melakukan tugasnya dan dengan menjalankan
kegiatan jurnalistik sesuai dengan kode etik jurnalistik berarti seorang wartawan
telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Penerapan Prinsip Sembilan Elemen
Jurnalisme pada Jurnalis LPP RRI Pro 1 Jambi, maka dapat di ambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jurnalis yang memahami prinsip sembilan elemen jurnalisme dan kode
etik tidak akan mencampur adukan fakta dan opini dalam menulis
berita,tidak akan membuat berita fitnah, sadis dan cabul, tidak memihak
pada satu pihak yang bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang
mendorong bagi penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang
diangkat adalah hal-hal yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian.
2. Penerapan Jurnalis Tentang Sembilan Elemen Jurnalisme di LPP RRI Pro
1 Jambi Penerapan kebenaran jurnalistik membutuhkan kejujuran dan
kreativitas wartawan. Setelah melihat, meneliti dari ketentuan-ketentuan
dan penerapan dari sembilan elemen untuk ketentuan bagi seorang
wartawan masih terdapat beberapa pelanggaran. Dari berbagai banyak
pelanggaran yang dilanggar ada yang mengerti dengan sembilan elemen
tapi tidak mengikuti ketentua-ketentuan yang berlaku dan ada pula yang
tidak mengerti dan tidak mematuhi dari sembilan elemen tersebut.
3. kendala-kendala dalam menerapkan prinsip Sembilan elemen jurnalisme di
LPP RRI Pro 1 Jambi. Sedangkan kendala adalah penghambat suatu
pekerjaan, memang tidak bisa dipungkiri sulitnya medan yang dilalui
wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam meliput berita, meskipun RRI pro 1
Jambi merupakan salah satu media yang cukup besar yang berada di
Propinsi Jambi namun tidak menutup kemungkinan dapat terhindar dari
kendala–kendala yang ada ketika meliput berita. Penerapan sembilan
elemen pada LPP RRI Pro 1 Jambi masih terdapat beberapa wartawan
yang masih menerima uang dan hadiah dari sumber berita.
70
71
B. Implikasi Penelitian
Untuk penerapan jurnalistik damai setidaknya media massa nasional
mengedapankan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tidak mencampurkan antara fakta dan opini yang berasal dari
wartawan, yang diindikasi dengan kata-kata: tampaknya, diperkirakan,
seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diramalkan,
kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata
opinionatif lainnya.
2. Adanya keseimbangan pemberitaan, artinya ketidak berpihakan
pemberitaan
3. Tidak membesar-besarkan berita (konflik), ditempatkan sebagai berita
utama.
4. Tidak menggunakan bahasa yang bersifatkekerasan.
5. Berita yang disampaikan lebih memperhatikan akibat (implikasi) yang
ditimbulkan oleh pertikaian.
Skripsi
2 Visi dan Misi di LPP RRI Dokumentasi Dokumen Visi dan Misi
Jambi
A. Panduan Observasi
2 Visi dan Misi LPP RRI Jambi Dokumen Visi dan Misi LPP
RRI Jambi
C. Butir-butir Wawancara
A. Karya Ilmiah
Arikuntoro, suharsimi. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka cipta, 2010
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, (Semarang :
Toha Putra, 2002), 195
Djuroto, Totok. teknik mencari dan menulis berita, semarang : Dahara Prize,
2005.
Ghony, Djuanidi. Dasar-dasar penelitian kualitatif: prosedur, tehnik dan
teori Grounded, Surabaya: bina ilmu, 2007.
Haryanto, Ignatius. jurnalisme era digital, jakarta: Pt Kompas Media
nusantara, 2014.
Hendshall, Peter dan David ingram. Menjadi jurnalis, yogyakarta:Lkis.2010.
Iskandar, metodologi penelitian kualitatif, Jakarta: gaung persada,2009.
Kriyanto, Rachmat. metodologi Riset, Komunikasi pemasaran Jakarta;
Kencana prenada Media Group,2006.
Kusumaningrat, Hikmat dan purnama ningrat. jurnalistik : teori dan praktik,
Bandung : Pt.Remaja Rosdakarya, 2012.
Moloeng, Lexi J.metodologi penelitian kualitatif, bandung : Pt remaja rosda
karya. 2010
Mondry. Pemahaman dan teori Jurnalistik.Bogor: ghalia Indonesia,2008.
Pendidikan, Departemen dan kebudayaan. Kamus besar bahasa indonesia
edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka,2003.
Rahayu, Iin Tri dan Triastiadi Ardi Ardani. observasi & wawancara Jatim:
Bayumedia Publishing, 2004
Romli, Asep Samsul, Jurnalistik terapan, Bandung: batik press, 2005.
Romli, Asep Samsul. jurnalistik dan praktis untuk pemula, Bandung : Remaja
Rosda karya, 2009.
Sugiyono. metode penelitian pendidikan “ pendekatan kuantitatif, kualitatif,
bandung : Alfabeta, 2007
Tebba, Sudirman. Jurnalistik baru, Jakarta : Penerbit kalam indonesia.2005.
Tim penyusun, panduan penulisan karya ilmiah mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN Sts Jambi, 2014
Yumanasudican, Setna. penuntun penyusunan karya ilmiah. Semarang :
Aneka ilmu,1998
Zein, M.Fadhliah, kezamilan media massa terhadap umat islam, jakarta
:Pustaka Al-kautsar
B. Website
A. Informasi Diri
Nama : Dedy Suhendra
Tempat dan Tanggal Lahir : Bangun Karya, 19 Desember 1992
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Pasar Pelita, Desa Bangun Karya, Kec.
Rantau Rasau, Kab. Tanjung Jabung
Timur
B. Riwayat Pendidikan
UIN STS Jambi : 2011- sekarang
MAN Bandar Jaya : 2008- 2011
MTSN Bandar Jaya : 2005- 2008
SDN 135/X Bangun Karya : 1999- 2005