Anda di halaman 1dari 87

PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME

PADA JURNALIS RRI PRO 1 JAMBI

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Jurnalistik
Fakultas Dakwah

Oleh :
DEDY SUHENDRA
UJ.110943

KONSENTRASI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


PRODI ILMU JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018

i
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
MOTTO

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat : 6)1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, (Semarang : Toha
Putra, 2002), 195.

v
ABSTRAK

Media mempunyai peran sebagai kebutuhan informasi atau sekedar menjadi


wadah untuk mengklaim pihak-pihak yang mengerti atau tidak mengerti sama
sekali tentang sembilan elemen, penerapan pada wartawan terebut. Selain itu
wartawan mempunyai efek tersendiri didalam pemberitaan. Sembilan elemen bisa
semakin memuncak dan mereda tergantung dari sikap wartawan dalam penerapan
dan pemahaman sembilan wartawan dalam media. Apakah ingin menjadi media
provokator atau media yang memproklamirkan perdamaian dengan menerapkan
sembilan elemen.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kualitatif dengan
metode deskriptif. Peneliti ini melihat bagaimana penerapan sembilan elemen
jurnalisme tentang pemahaman pewartawa serta bagaimana mengetahui
karekteristik jurnalisme dalam sembilan elemen. Kemudian, penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, dengan
menerapkan dua teknik analisis data yakni analisis domain dan taksonomi.
Dengan demikian penerapan sembilan elemen di LPP RRI Jambi sesuai
dengan kode etik jurnalistiknya. Dan RRI Jambi pro 1 bisa menjalankan fungsinya
sebagai media massa yakni menyampaikan informasi. Sehingga pesan-pesan dapat
di dengar, di terima dan di kritisi oleh pendengarnya. Sehingga pendengarnya
paham betul apa yang sedang di laksanakan oleh pemerintah daerah untuk
kesejukan pemerintah.

vi
PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Almamater ku tercinta Jurusan Ilmu Jurnalitik Fakultas Dakwah Universitas


Islam Negeri Sultan Thaha Saifudin Jambi

Tetes peluh dan perjuangan selama ini seolah terbayar saat dapat
menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.

Hanya ini lah secercah kebahagiaan yang baru dapat ku persembahkan untuk
mu ayah dan ibuku

Terima kasih ku ucapkan kepada ayahandaku ku (Alm. M. Suud), yang telah

berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada anak mu ini, semangat mu


lah yang telah membuatku bertahan hingga dapat menyelesaikan kuliah ku
ini.

Nasehat dan do’a mu ibunda ku (Siti Jaleha), yang telah menuntunku untuk
selalu berusaha agar ku dapat mencapai kesuksesan seperti yang ku
impikan selama ini.

Serta teman2 semuanya terlebih khusus seperjuangan Ilmu Jurnalistik

Yang telah menuangkan pikiran untuk penyelesaian skripsi ku ini yang tak
bisa ku sebutkan satu persatu.

vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan Illahi.
Dengan penuh kesadaran penyeliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Seperti juga perjalanan study yang peneliti
lalui dari awal hingga akhir, rasanya tidaklah mungkin jika peneliti melaluinya
sendirian. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti
sampaikan kepada orang-orang yang selalu dikasihi oleh Allah SWT. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Drs. H. Zikwan, M.Ag Selaku pembimbing I dan Bapak Usrial Husein,
S.Ag., MM Selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan
yang positif kepada penulis, dengan sabar dan teliti mengajarkan dan
membimbing penulis untuk menghasilkan skripsi yang jauh lebih baik dari
sebelumnya
2. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd Selaku Ketua Prodi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik
dan Ibu Mardelina, S.Ag., M.Pd yang selalu berusaha memberikan yang terbaik
untuk Konsentrasi Ilmu Jurnalistik dan Mahasiswa Ilmu Jurnalistik.
3. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd selaku pembimbing Akademik yang
membimbing dari semester satu sampai semester delapan.
4. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor, Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi MA.,
Ph.D selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga,
Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd selaku Wakil Rektor II Bagian Administrasi
umum, perencanaan dan keuangan, Ibu Dr. Hj. Fadhilah, M. Pd Selaku Wakil
Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Universitas Islam Negri
(UIN) Sultan Thaha Saifuddin (STS) Jambi.
5. Bapak Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D selaku Dekan, dan Bapak Dr. Ruslan
Abdul Gani, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengabdikan diri dan telah memberikan
ilmunya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Dakwah UIN
STS Jambi.
8. Pimpinan Perpustakaan UIN STS Jambi beserta stafnya.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalasnya.
Akhirnya penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

viii
Jambi, Oktober 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ... i


NOTA DINAS ................................................................................................. ... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI.................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. ... iv
MOTTO .......................................................................................................... ... v
ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………...... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..…. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..… xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... .. 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... .. 4
C. Batasan Masalah ....................................................................... .. 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………..... 4
E. Kerangka Teori……………………………………………….... 5
F. Metode Penelitian…………………………………………….... 15
G. Studi Relevan............................................................................ .. 20

BAB II PROFIL RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) JAMBI


A. Sejarah Perkembangan Radio Siaran di Indonesia ................... .. 23
B. Visi dan Misi RRI Jambi .......................................................... .. 26
C. Keberadaan LPP RRI Jambi ..................................................... .. 27
D. Kebijakan Penyiaran LPP RRI ................................................. .. 30
E. Pendengar LPP RRI Jambi ....................................................... .. 31

ix
BAB III PEMAHAMAN DAN PENERAPAN JURNALIS RRI PRO 1
JAMBI PADA SEMBILAN ELEMEN JURNALISME DAN
KODE ETIK JURNALISTIK

A. Pemahaman Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme....................... 33


B. Kode Etik Jurnalistik.................................................................... 46

BAB IV KENDALA DAN UPAYA JURNALIS LPP RRI PRO I JAMBI


DALAM MENERAPKAN SEMBILAN ELEMEN JURNALISME
DAN KODE ETIK JURNALISTIK

A. Kendala dalam Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme


Wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi.................................................. 62
B. Penerapan Jurnalis tentang sembilan Elmen Jurnalisme,
Kode Etik Jurnaistik dan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 1999 Tentang Pers............................................................. 65

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 70
B. Implikasi Penelitian...................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapai era globalisali dan sistem informasi yang semakin
berkembang dengan pesat, manusia dituntut untuk proaktif dalam berbagai
dimensi kehidupan. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat membuat
manusia mudah untuk mencari informasi.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti perantara atau pengantar, yaitu perantara sumber pesan (a source)
dengan penerima pesan (a receiver).Jadi, dalam pengertian yang lain, media
adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Banyak ahli dan juga organisasi yang memberikan
batasan mengenai pengertian media, Menurut Miarso Media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar 1.
Bentuk dan pengelolaannya Jurnalistik di bagi kedalam 3 bagian besar,
yakni Jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik, jurnalistik media audio
visual. Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar harian, jurnalistik
surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan dan
jurnalistik majalah. Jurnalistik media elektronik adalah jurnalistik radio siaran,
jurnalistik media elektronik audio visualal adalah jurnalistik televise siaran dan
jurnalistik media online (internet). Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan
kekhasannya masing-masing. Ciri dan kekhasannya itu antara lain terletak pada
aspek filosovi penerbitan, dinamika teknis persiapan dan pengelolaan serta asumsi
dampak yang di timbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.

1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 59

1
2

Jurnalistik media elektronik auditif (radio) lebih banyak di pengaruhi


2
dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Verbal berhubungan dengan
kemampuan menyusun kata, kalimat, dan paragraf secara efektif dan komuniktif.
Teknologikal berkaitan dengan teknologi yang memungkinkan daya pancar radio
dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima sedangkan
fisikal, erat kaitannya dengan tingkat kesehatan fisik dan kemampuan
pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap pesan kata atau
kalimat yang disampaikan.
Radio merupakan salah satu media komunikasi sebagai unsur dari proses
komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio mempunyai sifat yang khas
yang dapat menjadi kelebihan dan keunggulan dalam menyampaikan pesan
kepada masyarakat. Radio bersifat auditif terbatas pada suara atau bunyi yang
menerpa pada indra pendengaran. Karenanya tidak menuntut khalayak untuk
memiliki kemampuan membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan
hanya kemampuan untuk mendengarkan.
Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih
3
banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Verbal
berhubungan dengan kemampuan menyusun kata, kalimat, dan paragraf secara
efektif dan komunikatif. Teknologikal yang berkaitan dengan teknologi yang
memungkinkan daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh
pesawat radio penerima sementara fisikal erat kaitannya dengan tingkat kesehatan
fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna
setiap pesan kata atau kalimat yang disampaikan.
Melihat kemampuan radio hanya dapat didengar, berita radio harus lebih
jelas karena pendengar hanya punya satu kali kesempatan untuk memahami
sebuah berita, pendengar tidak bisa kembali dan membaca ulang berita seperti
halnya pada media surat kabar. Naskah berita radio harus bergaya percakapan dan

2
Haris Sumadiria, “Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional”, (Bandung:Simbiosa Rekatam Media, 2005). 4
3
Ibid 5
3

mudah dipahami pendengar, namun tetap menggunakan kaidah bahasa jurnalistik


dengan karakteristik hemat kata, lugas, logis dan mudah dipahami serta tidak
meninggalkan unsur dari berita tersebut yakni 5W+1H.
Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Salah satu elemen penting
dalam jurnalisme adalah wartawan harus menjaga berita agar tetap proporsional
dan menjadikannya komprehensif. Prinsip ini menjelaskan agar suatu berita tetap
memenuhi proporsinya dan tidak menambahkan atau menghilangkan poin-poin
penting, informasi berita berdasar atas kebenaran. Mendramatisasi suatu kejadian
demi sensasi, memberikan pandangan negatif secara tidak imbang, dan
nantinya akan membuat berita menjadi sumber perluasan konflik.4
Berbicara tentang berita tidak lepas dengan jurnalis, tujuan utama jurnalis
adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup
bebas dan mengatur diri sendiri. Pada era saat ini semua industri media yang ada,
berlomba-lomba untuk menghasilkan informasi terbaru, terkini, sebisa mungkin
makin dekat dengan waktu ketika suatu peristiwa terjadi. Definisi berita yang dulu
disebut memberitakan terjadinya suatu peristiwa yang telah terjadi, kini berganti
menjadi memberitakan terjadi suatu peristiwa yang sedang terjadi. 5
Meskipun demikian seorang jurnalis dituntut mampu menyampaikan hasil
berita sesuai dengan apa yang terjadi tanpa menambah atau mengurangi nilai
sebuah berita. Idealnya, tentu saja berita harus melaporkan sesuatu yang penting,
berharga dan aktual dengan penyajian yang layak dan menarik.
Sikap keingintahuan seorang jurnalis menjadi dasar atau awal terbentuknya
sebuah berita. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dengan dukungan dan bantuan
dari para ahli media yang tergabung dalam Committee of Concerned Journalist
melakukan riset yang ekstensif terhadap apa yang sesungguhnya harus dikerjakan
oleh para wartawan. Hasil riset tersebut kemudian ditulis dalam buku The
Elements of Journalism.

4
Effendy Onong Ucjana, “Ilmu Komunikasi teori dan Praktek” ,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2011,) 23
5
Ignatius Haryanto, “Jurnalisme Era Digital” ,(Jakarta:PT Kompas Media Nusantara,
2014) . 212
4

Di tengah banyaknya persaingan di industri radio yang lebih banyak


menyajikan hiburan. RRI Pro 1 Jambi menyajikan siaran yang berbentuk radio
berita, maka dari itu tertarik meneliti RRI Pro 1 Jambi. RRI Pro 1 Jambi memiliki
Jurnalis yang berperan penting pada program berita-berita yang disiarkan RRI Pro
1 Jambi yang meliputi program berita diantaranya, Lintas Jambi, Warta Berita dan
sebagainya. Hal ini menjadi daya tarik peneliti untuk mengetahui secara lebih
detail bagaimana RRI Pro 1 Jambi menerapkan prinsip sembilan elemen
jurnalisme dalam pemberitaannya. 6 Maka dari itu, penelitian ini tertuang dalam
judul “Penerapan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme pada Jurnalis LPP
RRI Pro 1 Jambi”.
B. Rumusan masalahan
Berdasaran latar belakang di atas, maka penulisan dapat merumuskan
permasalahan yang menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Bagaimana Pemahaman Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme Pada Jurnalis
LPP RRI Pro 1 Jambi.
2. Bagaimana Penerapan Jurnalis Tentang Sembilan Elemen Jurnalisme di
LPP RRI Pro 1 Jambi
3. Apa kendala-kendala dalam menerapkan prinsip Sembilan Elemen
Jurnalisme di LPP RRI Pro 1 Jambi
C. Batasan Masalah
Mengingat luas nya permasalahan yang ingin di bahas, agar penelitian ini
tidak keluar dari pokok permasalahan maka perlu adanya batasan masalah. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini penulisan fokus pada Penerapan Prinsip Sembilan
Elemen Jurnalisme pada wartawan RRI Pro 1 Jambi.
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, pasti terdapat suatu tujuan penelitian yang jelas.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

6
Ibid 213
5

a. Mengetahui gambaran secara jelas Penerapan Sembilan Elemen


Jurnalisme di LPP RRI Pro 1 Jambi
b. Mengetahui pemahaman Jurnalis Tentang Sembilan Elemen Jurnalisme
di LPP RRI Pro 1 Jambi
c. Untuk mengetahui kendala Jurnalis LPP RRI Pro 1 Jambi dalam
Menerapkan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat ini terdiri dari dua, yaitu kegunaan akademis dan kegunaan
praktis yakni:
a. Kegunaan Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam
dunia pendidikan dan penelitian berikutnya mengenai penerapan prinsip sembilan
elemen jurnalisme pada jurnalis di RRI Pro 1 Jambi.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri
media penyiaran berita radio untuk tetap mempertahankan eksistensinya ditengah
persaingan radio yang semakin ketat. Peneliti juga berharap hasil penelitian ini
dapatdi manfaatkan untuk kemajuan pemberitaan media massaIndonesia sekaligus
mampu memberikan masukan dan pertimbangan berupa prinsip-prinsip yang
seharusnya dimiliki oleh jurnalis RRI Pro 1 Jambi agar mampu meningkatkan dan
mempertahankan kualitas berita. 7
E. Kerangka Teori
1. Penerapan
Penerapan adalah perbuatan menerapkan. Atau secara umum memiliki
pengertian mempraktekan, atau memasangkan. Dapat di katakan penerapan adalah
perbuatan mempraktekan suatu teori, metode dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang di inginkan oleh suatu kelompok atau

Hikmat Kusumaningrat, dan Purnama Kusumaningrat, “ Jurnalistik Teori dan Praktek”,


7

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).115


6

suatu golongan yang telah terancam atau tersusun sebelum nya. 8


2. Jurnalisme
[J]urnalisme/jur·na·lis·me/n adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis,
mengedit, dan menerbitkan berita dl surat kabar dsb; kewartawanan. Jurnalisme
terkait dengan apa yang diistilahkan oleh Edmund Husserl sebagai “pengalaman”
yang objektif. kita tahu, bahwa kerja jurnalisme dikonstitusi oleh kerja reporting
yaitu melaporkan suatu hal peristiwa, kejadian, atau figur ke dalam suatu bentuk
representasi pemberitaan tertentu.9
3. Prinsip Jurnalisme Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel
Bill Kovach dan Tom Roseinstel adalah wartawan yang nyaris tanpa cacat
merekalah yang menulis buku The Elements of Journalism. Kovach memulai
karirnya sebagai wartawan pada 1959 di sebuah suratkabar kecil sebelum
bergabung dengan The New York Times, salah satu suratkabar terbaik di Amerika
Serikat, dan membangun karirnya selama 18 tahun di sana. Kovach mundur ketika
ditawari jadi pemimpin redaksi harian Atlanta Journal-Constitution. Di bawah
kepemimpinannya, harian ini berubah jadi surat kabar yang bermutu. Hanya
dalam dua tahun, Kovach membuat harian ini mendapatkan dua Pulitzer Prize,
penghargaan bergengsi dalam jurnalisme Amerika. Total dalam karirnya, Kovach
menugaskan dan menyunting lima laporan yang mendapatkan Pulitzer Prize. Pada
1989-2000 Kovach jadi kurator Nieman Foundation for Journalism di Universitas
Harvard yang tujuannya meningkatkan mutu jurnalisme.
Sedangkan Tom Rosentiel adalah mantan wartawan harian The Los Angeles
Times spesialis media dan jurnalisme. Kini sehari-harinya Rosenstiel menjalankan
Committeeof Concerned Journalistssebuah organisasi di Washington D.C. yang
kerjanya melakukan riset dan diskusi tentang media.
Jurnalistik dan media, ada benang merah yang mengikat keduanya agar
berjalan beriringan, jurnalistik sendiri memerlukan media untuk mengungkap

8
Sumber Belajar “Internet Sebagai Sumber Belajar’’, Di Akses Melalui Alamat
Http://Internetsebagaisumberbelajar.Blogspot.Com.Di Akses Pada 15 Mei 2015
9
KBBI Daring Diakses Melalui Alamat Http:Kbbi.Web.Id/Jurnalisme Pada Tanggal 15 Mei
2015
7

fakta dan realita begitu juga media ia tidak akan berarti apa-apa tanpa jurnalistik
di dalamnya, ia seperti wadah kosong. Keinginan untuk melayani publik dengan
informasi yang berkembang merupakan hasrat dari semua manusia, semua
manusia bisa menjadi jurnalis, namun tidak semuanya bisa menjadi jurnalis yang
baik, jurnalisme yang hadir di tengah-tengah masyarakat menjadi sebuah motivasi
untuk membangun sebuah masyarakat. Jurnalisme hadir juga untuk memenuhi
hak-hak warga Negara yang demokratis serta menjadi tonggak ke empat dalam
sebuah Negara yang demokratis setelah lembaga-lembaga tinggi Negara, seperti
lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif. Jurnalisme juga ada untuk sebuah
demokrasi. Tetapi, tujuan yang paling penting dari jurnalisme adalah
menyediakan informasi untuk masyarakat agar masyarakat dapat hidup bebas dan
mengatur dirinya sendiri.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merumuskan sembilan elemen jurnalisme,
yang didapat setelah Committee of Concerned Journalists mengadakan banyak
diskusi dan wawancara dengan 1.200 wartawan dalam periode tiga tahun.
Dalam upaya mempertahankan tujuan itu, mereka membuat sembilan elemen
yang seharusnya diketahui wartawan dan yang diharapkan warga.
Sembilan elemen jurnalisme seperti yang diungkap Kovach dan Rosenstiel
adalah semacam pegangan bagi wartawan. Apa yang seharusnya dilakukan
wartawan dan apa yang diharapkan publik. Ada nilai dalam sembilan elemen
jurnalisme mengkoridori prilaku dan moral wartawan sebagai pemberi informasi,
fakta, dan data sebenarnya (bukan yang ideal). Seperti kita tahu, sembilan elemen
jurnalisme meliputi; wajib menyampaikan kebenaran, loyalitas kepada
masyarakat, disiplin verifikasi, independensi terhadap sumber berita, pemantau
kekuasaan, menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat, berusaha
keras membuat hal yang penting, menarik dan relevan, kompherensif dan
proporsional, serta diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Tujuan mereka
dengan buku ini bukanlah menawarkan sebuah argumen bagaimana seharusnya
wujud jurnalisme, melainkan meringkas pijakan bersama yang selama ini sudah
menjadi dasar wartawan untuk bersikap.
8

Pada penelitian skripsi ini peneliti menggunakan teori yang ditemukan oleh
Bill Kovach dan Tom Risenstiel, yaitu sembilan elemen jurnalisme. [B]ill Kovach
adalah ketua Committee of Concerned Journalist.Sedangkan Tom Rosenstiel
adalah direktur Project for Excellent in Journalist.Mereka meneliti dan berhasil
menyajikan teori tentang sembilan elemen jurnalisme.Sembilan elemen jurnalisme
ini adalah prinsip-prinsip yang diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk
mewujudkan tujuan utama jurnalisme tersebut. Sembilan elemen tersebut adalah:
a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
b. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.
c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
d. Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi terhadap sumber berita.
e. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan.
f. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat.
g. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik
dan relevan.
h. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional.
i. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti naruni mereka. 10
a. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kepada kebenaran
Kebenaran jurnalistik adalah kebenaran yang berproses. Upaya
jurnalisme untuk sampai pada kebenaran adalah dengan memilah sedari awal
informasi yang keliru, ketiadaan informasi, atau bahkan kepentingan-kepentingan
yang masuk dari sumber berita. Selanjutnya, media akan membiarkan komunitas
bereaksi dan penyeleksian informasi pun berlanjut. Pencarian kebenaran dalam
jurnalisme pada hakikatnya adalah komunikasi dua arah: antara para jurnalis dan
pembacanya.
b. Loyalitas utama jurnalisme adalah kepada warga
Jurnalis bekerja bukan untuk medianya, pemegang saham terbesar,
ataupun pemasang iklan. Jurnalis meliput dan menulis laporan agar warga tahu

10
Ibid 116.
9

apa yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, media tempat para jurnalis
bekerja memperoleh kepercayaan warga, kepercayaan bahwa jurnalis memang
menyediakan informasi hanya untuk melayani mereka.Kepercayaan inilah, yang
kemudian “disewakan” media kepada para pemasang iklan.
c. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Jurnalis mencari sekian banyak saksi untuk sebuah peristiwa, membuka
sekian lembar dokumen, dan meminta komentar dari banyak pihak, tidak lain
dengan tujuan menceritakan peristiwa setepat-tepatnya. Ada lima prinsip yang
mendasari disiplin verifikasi: jangan pernah menambahi, jangan pernah menipu,
berlaku transparan dalam metode dan motivasi reportase, andalkan reportase
sendiri, dan bersikap rendah hati. 11
d. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis boleh bersikap, tapi tidak boleh berpihak dalam
pekerjaannya.Peran jurnalis terletak dalam dedikasinya untuk memberi informasi
kepada12 publik, tanpa memainkan peran langsung sebagai aktivis. Subyektivitas
seorang jurnalis dengan segenap nilai dan norma pribadinya memang tidak perlu
dimatikan. Namun, jika ada sebuah masalah yang menurutnya sedang
membutuhkan pemecahan dan sedang dibicarakan oleh lembaga-lembaga
masyarakat, maka ia mempunyai komitmen untuk melaporkan proses ini dalam
jangka panjang sebagai seorang pengamat, bukan aktivis.
e. Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap
kekuasaan
Jurnalis membina kewargaan dengan membuat proses pemerintahan
setransparan mungkin. Lembaga pers harus memahami kapan pemerintahan
berjalan efektif, dan kapan tidak. Dalam keadaan efektif ataupun tidak, pers harus
bercerita apa adanya, sehingga warga paham sejauh mana pemerintahan telah
berjalan efektif.

11
Ibid 117
12
Ibid 118
10

f. Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan


komentar publik
Sebagaimana telah disinggung di atas, pencarian kebenaran dalam
jurnalisme adalah komunikasi dua arah.Forum publik sejatinya adalah seluruh
komunikasi dua arah yang dimuat dalam berbagai medium yang dipakai para
jurnalis.Akan tetapi, forum ini perlu dijaga fungsinya, yaitu agar warga dapat
membuat penilaian dan mengambil sikap atas masalah-masalah mereka.Untuk itu,
para jurnalis harus menjaga agar forum-forum seperti ini tetap berlandaskan pada
fakta, kejujuran, dan verifikasi, bukannya tuduhan, prasangka atau asumsi.
Forum publik juga harus selalu menyertakan kesepakatan dalam banyak hal, yang
diyakini sebagian besar publik sebagai jalan keluar dari masalah masyarakat.
g. Jurnalis harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan
relevan
Mendongeng dan informasi bukanlah dua hal yang berlawanan, malah
sebaliknya dapat dikawinkan.Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah
tujuan.Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam
memahami dunia.Tantangan pertama adalah menemukan informasi yang
dibutuhkan orang untuk menjalani hidup mereka.Kedua adalah membuatnya
bermakna, relevan, dan enak disimak.Jurnalis perlu senantiasa berusaha membuat
hal yang penting menjadi menarik, disamping membuat yang menarik menjadi
penting.
h. Jurnalis harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya
komprehensif
Jurnalisme adalah kartografi sosial modern.Ia menghasilkan peta bagi
warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Seperti
halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan
proporsionalitasnya.Sebagai sebuah peta sosial, karya jurnalistik harus meliput
berita dari semua komunitas kita, bukan hanya dengan mereka yang secara
demografik menarik bagi para pengiklan. Memang, lagi-lagi ada masalah
subyektivitas tentang seperti apa peta sosial yang proporsional itu. Akan tetapi,
11

warga bisa menerima perbedaan itu jika mereka percaya jurnalis13 tidak sedang
memberitakan apa yang laku dijual semata, dan bahwa mereka tidak sedang
mengumbar sensasi. 14
i. Jurnalis punya kewajiban terhadap nurani
Seorang jurnalis harus dibiarkan menyuarakan kata hatinya, mengikuti
pilihan-pilihan nilai dan moralnya. Prinsip terakhir inilah yang menganyam setiap
elemen jurnalisme yang lain. Subyektivitas harus diberi ruang oleh redaksi dan
warga. Sebab, pada akhirnya sebuah karya jurnalistik adalah tanggung jawab
pribadi sang jurnalis.
4. Jurnalis/Wartawan
Menurut KBBI [W]artawan/war·ta·wan/n adalah orang yg pekerjaannya
mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio, dan
televisi; juru warta; jurnalis15
16
Istilah Jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan. wartawan
berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis, di antaranya mencari data (riset,
liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. ada empat kualitas yang perlu
dimiliki oleh seorang wartawan yaitu, pengalaman, rasa ingin tahu,daya hayal dan
pengetahuan.17 wartawan dituntut objektif, berbeda dengan penulis atau kolomnis.
menurut AJI, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya
berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis
lepas, fotografer, dan desain grafis editorial.tapi pada kenyataan referensi
penggunaannya. pada awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis
untuk jurnal. dalam abad terakhir ini arti jurnalis telah menjadi seorang penulis
untuk koran dan majalah. 18

13
Ibid 119
15
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga
(Jakarta; Balai Pustaka, 2003).1269
16
Romel, wartawan/ jurnalis Diakses melalui alamat http://romeltea.com/wartawan-
jurnalis/pada tanggal 15 Mei 2015.
17
Ibid 120
18
Ibid 125
12

Secara umum wartawan adalah orang-orang yang pekerjaannya mencari


berita atau informasi untuk disebarluaskan pada khalayak. ada istilah untuk
pekerjaan wartawan yaitu wartawan profesional dan wartawan lepas, wartawan
profesional adalah wartawan yang menjadikan kegiatan kewartawanannya sebagai
profesi, sedangkan wartawan lepas adalah wartawan yang tidak bergantung pada
satu surat kabar saja, mereka melakukan kegiatan kewartawanan, tetapi karyanya
bisa dikirimkan ke berbagai media, jadi pada intinya wartawan lepas tidak terikat
pada satu surat kabar saja.
Beberapa tugas jurnalis / wartawan yang patut menjadi perhatian dalam
menjalankan tugas jurnalistik antara lain :
1. Menyajikan fakta.
2. Menafsirkan fakta.
3. Mempromosikan fakta.
Sebagai ujung tombak jurnalistik, wartawan harus menjadikan peranan pers
nasional sebagai inspirasinya dalam menjalankan tugas, pers nasional maupun
wartawan dituntut untuk memenuhi aspek-aspek sebagai berikut, yaitu berupaya
memenuhi hak masyarakat untuk tahu, komitmen dalam menegakkan nilai-nilai
demokrasi, supermasi hukum, hak asasi manusia, dan nilai keagamaan, bersedia
mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan
benar, sanggup melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kepentingan umum, konsisten dalam memperjuangkan
keadilan dan kebenaran.
Profesi wartawan menuntut tanggung jawab yang memerlukan kesadaran
tinggi dari pribadi-pribadi wartawan sendiri. Inilah yang disebut dalam dunia
Jurnalistik sebagai self-perception wartawan atau persepsi diri wartawan.
kesadaran tinggi ini hanya dapat dicapai apabila ia memiliki kecakapan dan
keterampilan serta pengetahuan jurnalistik yang memadai dalam menjalankan
profesinya, baik yang diperoleh nya melalui pelatihan atau pendidikan khusus
maupun hasil bacaannya.
13

Wartawan tak ubahnya sebagai juru cerita tentang kehidupan. mereka


berhadapan dengan unsur-unsur dasar yang penting bagi kehidupan masyarakat.
wartawan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, memberitahukan kepada masyarakat mengenai apa yang di lakukan
orang lain dalam masyarakat. Wartawan menceritakan kepada khalayak
pembacanya apa yang sedang terjadi antara mereka dengan orang-orang yang
berkedudukan didalam pemerintahan, dalam lembaga legislatif, bisnis dan
institusi-institusi sosial lainnya. Pesan yang disampaikan wartawan melalui media
dimana mereka bekerja sering merupakan perekat yang mempersatukan
masyarakat.
Sebuah informasi atau fakta belum menjadi sebuah berita sampai informasi
atau fakta tersebut ditulis dalam bentuk berita. Jika daya penciuman wartawan
terhadap berita kurang tajam, maka proses tersebut tidak akan terjadi. Ada
beberapa kualitas yang diperlukan pada diri seorang wartawan untuk
menghasilkan kemampuan mencium keadaan yang berpotensi menjadi berita,
yaitu pengalaman, rasa ingin tahu, daya khayal dan pengetahuan.
Pengalamanadalah hal-hal atau kejadian yang dialami seseorang, kata
pengalaman dapat diartikan sebagai bagian dari kejadian atau peristiwa dalam
perjalanan hidup yang terjadi pada waktu yang telah lewat. 19 pengalamanadalah
guru terbaik dapat diartikan suatu kejadian atau peristiwa yang menimpa
perjalanan hidup kita pada masa yang telah lewat baik peristiwa menyenangkan
maupun tidak menyenangkan, kemudian atas kejadian atau peristiwa tersebut kita
jadikan sebagai suatu pelajaran, peringatan dan motivasi yang berharga dalam
menyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup berikutnya. oleh karena itu
dari pengalaman tersebut wartawan akan banyak belajar menulis berita yang baik
dengan mengalami sendiri bagaimana caranya membuat berita.
Perasaan ingin tahu.Wakil Presiden Indonesia pertama, Moh.Hatta, pernah
mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dimulai dengan adanya perasaan ingin

19
Detik.com Diakses melalui alamat http://maknahidup.blogdetik.com/2009/11/01/makna-
ungkapan-pengalaman-adalah-guru-terbaik/ diakses pada tanggal 15 Mei 2016
14

tahu.20 Perasaan ingin tahu seorang wartawan akan memicu timbulnya pertanyaan,
mengapa, dimana, kapan, kata siapa, apa, dalam diri wartawan ketika ia
menghadapi suatu peristiwa atau keadaan.
Sebagai contoh ketika wartawan meliput sebuah peristiwa musibah, rasa
ingin tahu wartawan segera saja memberondong pertanyaan-pertanyaan, mengapa
musibah itu terjadi?bagaimana terjadi? berapakah jumlah korban? kata siapa
korban yang jatuh itu sepuluh orang? dengan pertanyaan-pertanyaan yang dipicu
oleh rasa ingin tahunya itu akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang
peristiwa tersebut yang diperlukannya untuk dipublikasikan.
Daya khayalsering disebut imajinasi. menurut Charnley,
[W]artawan juga menggunakan daya khayalnya tetapi dengan caranya sendiri.
daya khayal dan perasaan ingin tahunya ia tunjukkan dalam bentuk
pertanyaan,”seberapa besar peristiwa ini akan mempengaruhi keluarga dan
mempengaruhi masyarakatnya, jika jawabannya “tidak banyak” bagaimana
saya dapat memberitahukannya agar bisa lebih dipahami”. 21
Pemberitaan seperti ini bukanlah meramalkan, melainkan menarik
kesimpulan yang cerdas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
imajinatif.Pengetahuan, dalam masyarakat yang semakin kompleks, mengenai
peristiwa yang memiliki nilai berita membutuhkan pengetahuan agar dapat
merangsang perasaan ingin tahu dan menyalakan imajinasi, apabila seorang
wartawan tidak menguasai paling sedikitnya ilmu pengetahuan kemasyarakatan ,
akan sulit mempersepsikan dinamika yang dialami masyarakat.
Seorang wartawan tidak dapat hanya memberitakan berdasarkan fakta yang
terlihat dipermukaan saja, tetapi memerlukan pertimbangan bijaksana yang
didasarkan pada pengetahuan wartawan mengenai hal-hal yang akan
diberitakan.Wartawan indonesia juga memiliki kepribadian, yaitu bertakwa
kepada tuhan yang maha esa, berjiwa pancasila, taat pada UUD 1945, bersipat
kesatria, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan berjuang untuk emansipasi

20
Ibid 79
21
Ibid 80
15

bangsa dalam segala lapangan, sehingga dengan demikian turut bekerja kearah
keselamatan masyarakat indonesia sebagai anggota masyarakat yang
berbangsa.Seorang wartawan harus mempunyai rasa tanggung jawab dan
bijaksana dalam mempertimbangkan perlu atau patut tidaknya suatu berita,
tulisan, gambar, karikatur dan sebagainya diterbitkan atau disiarkan.Pertanggung
jawaban dalam hal ini dapat pula terkait dengan keberpihakan seorang wartawan
terhadap seseorang maupun golongan tertentu.
5. Tantangan Wartawan
Seorang wartawan atau jurnalis harus memiliki berbagai kemampuan dan
keterampilan agar bisa bersaing dan tetap menjalankan profesinya sesuai dengan
kode etik jurnalistik. Jika seorang wartawan tidak mempunyai keinginan untuk
mengembangkan dirinya, dia akan tersingkir dari kelompoknya.salah satu
tantangan yang harus dihadapi yakni kesadaran hukum dan keberanian masyarakat
yang mulai muncul. Mereka meminta hak jawab, berbagai pihak yang dirugikan
dengan pemberitaan wartawan bisa melakukan Somasi dan tuntutan hukum. Jika
seorang jurnalis menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik jurnalistik, maka
dia akan dihargai oleh masyarakat, narasumber dan rekan seprofesinya.
Tantangan dalam melakukan tugas sebagai pencari berita antara lain :
Pertama, Jurnalis yang memihak, profesi jurnalis terkadang menimbulkan
dilema sendiri bagi Jurnalis tersebut, karena dalam melakukan peliputan, rentan
sekali melakukan keberpihakan, sehingga dinilai tidak independen dalam mencari
dan menulis berita. contoh keberpihakan jurnalis yaitu ketika satu daerah
melakukan pemilihan kepala daerah langsung, jurnalis menulis berita tersebut
sesuai dengan pesanan tim sukses calon kepala daerah yang cenderung
memperlihatkan kebaikan dari calon kepala daerah tanpa memperhatikan
keinginan pembaca.
Kedua, Jurnalis masyarakat (Civil Journalist), sejak dibukanya kebebasan
pers tahun 1998 lalu, banyak bermunculan perusahaan media, disamping itu
jurnalis dengan kemajuan teknologi, masyarakat secara tidak langsung menjadi
jurnalis yaitu dengan munculnya berbagai blog masyarakat. para blogger muncul
16

tanpa perlu berlatar belakang pendidikan jurnalistik, mereka menulis berita, fakta
yang mereka temukan dan opini-opini yang mereka kembangkan dari masyarakat,
berbagai tulisan tersebut tentunya tanpa melewati proses penyensoran.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif.Menurut Bodgan dan Taylor metode kualitatif itu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 22
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Lokasi Penelitian ini berada di LPP RRI Pro 1 Jambi, adapun hal-hal
yang menjadi pertimbangan peneliti mengambil media tersebut sebagai lokasi
penelitian karena penerapan sembilan elemen jurnalisme sudah cukup baik pada
RRI Pro 1 Jambi
b. Subjek penelitian
Subjek yang diteliti adalah kasi pemberitaan dan wartawan yang ada di
media tersebut.Subjek dalam penelitian ini didatangi dan diwawancarai, dan
sebagian lagi dilakukan observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau
informasi yang didapat menjadi lebih akurat.
3. Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Dalam penelitian ini data yang di gunakan adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang dikumpulkan dan
diolah suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.data primer dari

22
Moleog.Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2011), 5.
17

penelitian ini adalah RRI Pro 1 Jambi bagian jurnalistik atau wartawan. Data
primer bersumber dari informan yang berasal dari hasil wawancara. 23
b. Data sekunder.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain.data sekunder
dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan study literatur untuk mencari
dan mengumpulkan data yang digunakan.24
4. Metode Pengumpulan Data
a. Obsevasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
Memperhatikan. 25 istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat ,mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi disini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan langsung
penulis terhadap kinerja wartawan dalam mencari berita. hasil observasi dapat
digunakan untuk melengkapi data yang berasal dari wawancara dan sangat
bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan untuk menjelaskan
permasalahan didalam penelitian ini.
b. Wawancara.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
pewawancara dan narasumber. Pewancara sebagai orang yang mengajukan
pertanyaan kepada yang diwawancarai untuk mendapatkan hasil dari penelitian.
c. Dokumentasi

23
Tim Penyusun, “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin” (Jambi :Ushuluddin
Press, 2018), 13.
24
Ibid 102.
25
Iin Tri rahayu dan Triastiadi Ardi Ardani, observasi & wawancara ( jatim: Bayumedia
Publishing,2004),1
18

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. dokumentasi


bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 26
Dokumentasi juga merupakan pengumpulan data melalui cara peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip, teori, dan buku-buku yang menjadi acuan dalam
penelitian lebih lanjut.
5. Metode atau Tehnik Analisis Data
Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan.data itu kemudian dicek
kembali secara berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh data
tersebut disistematiskan dan diinterprestasikan secara logis, sehingga memperoleh
data yang memiliki keabsahan dan kredibilitas.27
Setelah semua data terkumpul peneliti menganalisis data kedalam kata-kata
dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan kaidah bahasa
jurnalistik.Peneliti juga mengkonstruksi teks berita, kemudian memasukkan data
tersebut kedalam tabel beserta analisisnya. tabel dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa banyak ketidaksesuaian dengan kaidah bahasa jurnalistik. dalam
penelitian ini menggunakan beberapa tehnik analisis data yakni :
a. Analisis Domain
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek
penelitian data yang diperoleh dari grand tour dan minitour question. hasilnya
berupa gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum
pernah diketahui. dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam,
masih dipermukaan, namun menemukan domain-domain atau kategori-kategori
dari situasi sosial yang diteliti. 28 Analisis ini dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari pengamatan dan wawancara yang dilakukan.dananalisis ini penulis
mengamati penerapan wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam meliput berita.

26
Ibid 240.
27
Ibid 37.
28
Ibid 349
19

b. Analisis Taksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-
domain atau kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang
dipilih oleh peneliti dan selanjutnya ditetapkan sebagai fokus penelitian, perlu
diperdalam lagi melalui pengumpulan data dilapangan, pengumpulan data
dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, waancara mendalam dan
dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak, oleh karena itu pada
tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisis taksonomi.
c. Analisis Komponensial
Analisis kompensional adalah analisis yang dilakukan oleh peneliti per
komponen.data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang
terseleksi.hal ini dilakukan supaya peneliti dapat memperoleh dan mengusahakan
penelitian yang komprehensif, menyeluruh, rinci dan mendalam mengenai suatu
domain. pada bagian ini akan ditemukan sebuah gambaran data yang telah
kongkrit secara menyeluruh dan menjurus sehingga data yang didapatkan sudah
dapat dikategorikan sebagai data yang valid dan siap diolah menjadi sebuah karya
ilmiah.
6. Pemeriksaan keabsahan data
Adapun tingkat kepercayan data (trustworthiness) dalam penelitian
dilakukan suatu teknik pemeriksaan data antara lain: melakukan perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat, 29 berikut
penjelasannya :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan yang dikumpulkan, melalui teknik ini peneliti akan berusaha
meningkatkan frekuensi kehadiran dilokasi penelitian agar peneliti dapat
menyelami bagaimana pemahaman wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam
meliput berita.

29
Lexi J.moleong, “Metodelogi Penelitian Kualitatif” (Bandung: Remaja Rosdakarya
2004),175
20

b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara rinci, teliti, dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol
dalam penelitian. faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti
dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam
upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada
objek penelitian.
c. Triangulasi data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yaung
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. 30 Jadi dalam hal ini mengecek sumber
data yang diperoleh dilapangan berkenaan dengan penelitian ini. penelitian ini
menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek
balik informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif,yaitu dengan cara-cara sebagai berikut: membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; membandingkan apa yang
dikatakan informan diruang umum (publik) dengan apa yang dikatakan di ruang
pribadi (Privat) ; membandingkan apa yang dikatakan sepanjang waktu penelitian;
membandingkan keadaan dan perspektif seorang informan dengan berbagai
pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti dosen, mahasiswa, atau
pimpinan prodi ; membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.
Triangulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data
dengan meneliti hasil konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh
melalui metode pengumpulan data tertentu.terdapat dua cara yang dapat dilakukan
dalam triangulasi dengan metode, yaitu: pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; Pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 31

30
Ibid 175.
31
Ibid 67.
21

Triangulasi dengan penyidik, yaitu pengecekan data melalui perbandingan


hasil daya yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil penyelidikan pengamat
lainnya.cara ini dapat dilakukan bila penelitian dilakukan dalam suatu kelompok,
di mana masing-masing peneliti kemudian membandingkan hasil penelitiannya.
Triangulasi dengan teori, yaitu pengecekan keabsahan data melalui
perbandingan dua atau lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama,
dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang suatu hak yang
diteliti. penerapan teknik tersebut, dapat dilakukan dengan memasukkan teori-
teori pembanding untuk memperkaya dan membandingkan penjelasan pada teori
utama yang digunakan dalam penelitian.
d. Diskusi teman sejawat
Tehnik ini juga digunakan untuk membangun kepercayaan atau keabsahan
yang merupakan suatu proses dimana peneliti mengekspos serta
mengkonsultasikan hasil penelitian yg diperolehnya kepada teman sejawat,
dengan melakukan suatu diskusi dan konsultasi secara analitis dengan tujuan
untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin masih bersifat implisit.
melalui teknik tersebut, peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran
konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
G. Studi Relevan
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terhadap beberapa literature
terdahulu, penulis menemukan adanya beberapa referensi yang dapat menunjang
penelitian ini untuk dapat ditindak lanjuti, dari literatur penulis temukan terdapat
titik persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan,
literaratur-literatur tersebut adalah sebagai berikut:
Skripsi Oemar Madri Bafadhal yang judul nya adalah “ Penerapan
Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Resentiel pada berita Citizen
Jurnalism Online’’. Persamaan penelitian ini terletak pada objek kajian mengenai
Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme akan tetapi dalam penelitian Oemar
menguraikan tentang penerapan sembilan elemen jurnalisme pada berita di situs
cityzen jurnalism kompasiana. Sedangkan penulis melakukan penelitian di radio
22

yang memiliki perbedaan dalam gaya penulisan berita di situs internet (online),
karena di radio menggunakan bahasa tutur atau bercerita tetapi tetap tidak
meninggalkan kaidah bahasa jurnalistik.
Artikel Ardi“ menjadi jurnalis handal dan Profesional” karya ini
membahas mengenai menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional,
penelitian ini lebih menekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan
oleh seorang wartawan sebelum kelapangan dan bagaimana menjadi pribadi
wartawan yang bersifat profesional, bukan fokus pada penerapan elemen
jurnalisme pada jurnalis di LPP RRI Pro 1 Jambi
Artikel Ermanto “ menjadi wartawan handal dan Profesional” karya ini
membahas mengenai menjadi seorang wartawan yang handal dan profesional,
namun lebih menekankan kepada persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh
seorang wartawan sebelum kelapangan dan bagaimana menjadi pribadi wartawan
yang bersifat profesional.
Sebagaimana terlihat dari study relevan ini bahwa karya-karya diatas
berbeda dengan karya yang penulis lakukan. Melihat adanya perbedaan setting
dan subjek penelitian, tentu saja penelitian yang dihasilkan akan berbeda.
23

BAB II
PROFIL RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) JAMBI
A. Sejarah Perkembangan Radio Siaran di Indonesia
Radio siaran Radio Republik Indonesia (RRI) lahir 25 hari setelah
dikumandangkan kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya RRI merupakan alat
propaganda dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tentunya
pada saat itu keberadaan RRI masih sangat sederhana, yang penting bisa
mengudara untuk membantu para pejuang dalam upaya mempersatukan rakyat
Indonesia. 32
Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11
September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan
beberapa sistem radio Jepang di enam kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang
Kadarusman Jalan Menteng Dalam Jakarta menghasilkan keputusan mendirikan
Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagi
pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu
deklarasi yang terkenal dengan sebutan piagam 11 September 1945, yang berisi 3
butir komitmen dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetyo RRI.
Butir Tri Prasetyo yang ketiga merefleksikan, komitmen RRI untuk bersikap
netral tidak memihak kepada salah satu aliran/ keyakinan partai atau golongan.
Pada zaman Orde Baru keberadaan RRI merupakan media siaran
penyampaian program pemerintah kepada msyarakat atau bisa dikenal sebagai
“seorang pemerintah” karena RRI di bawah Departemen Penerangan sepenuhnya
di bawah kendali pemerintah.33
Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurrahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan goverment owned
radio ke arah Public Service Bradcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah
Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000.

32
Dokumentasi, Selayang Pandang RRI Jambi, 23 April 2017 Jambi, 1
33
Ibid 2

23
24

Status RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik ditegaskan melalui Peraturan


Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut
dari Undang-undang Nomor 32/2002.
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik selama hampir 5 tahun sejak
tahun 2000, RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) yaitu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status
Perusahaan Jawatan, RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio republik yang
independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari
Lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa
reformasi. 34
Pembenahan organisasi dan manajemen dilakukan seiring dengan upaya
penyamaan visi (shared vision) dikalangan pegawai RRI yang berjumlah sekitar
8500 orang yang semula berorientasi sebagai alat pemerintah yang melaksanakan
tugas-tugas cenderung birokratis.
Status Radio Republik Indonesia yang semula sebagai Perusahaan Jawatan
(perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 11 Tahun 2005 sebagi
Lembaga Penyiaran Publik. Dewasa ini RRI mempunyai XII service area wilayah
angkasa dengan 61 wilayah layanan siaran dengan rincian 12 wilayah siaran tipe
B, 49 wilayah siaran tipe C ditambah dengan wilayah siaran tipe A khusus ibu
kota yang batas wilayah negara Republik Indonesia kemudan cabang khusus
Siaran Luar Negeri yang ditujukan ke Luar Negeri dengan nama suara (Voice Of
Indonesia). Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya
menyelenggarakan siaran dalam 3 program, yaitu :
1. Programa Daerah (Pro 1) yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai
pedesaan.
2. Programa Kota (Pro 2) yang melayani mesyarakat di perkotaan, dan
3. Programa 3 (Pro 3) yang menyajikan berita dan informasi (News Channel)
kepada masyarakat luas.

34
Ibid 3
25

Khusus untuk stasiun cabang utama Jakarta terdapat Empat Program siaran
yaitu :
a. Programa 1 untuk pendengar di Provinsi DKI Jakarta Usia Dewasa,
b. Programa 2 untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta
c. Programa 3 khusus berita dan informasi
d. Programa 4 kebudayaan.
Sedangkan “Suara Indonesia” (Voice Of Indonesia) menyelenggarakan
siarannya sendiri. Dalam melaksanakan kegiatannya RRI berpedoman pada
Keputusan Direktur Utama LPP RRI Nomor: 506/KEP/DU/2006, tanggal 14
Desember 2006 tentang Pembentukan Dewan Redaksi nasional, Daerah, dan
Suara Indonesia LPP RRI mewajibkan Pusat Pemberitaan, Suara Indonesia,
Stasiun Tipe A, B, dan C se-Indonesia menyusun dan melaksanakan agenda
setting penyiaran informasi berskala Nasional, Internasional, wilayah dan Lokal
sesuai perkembangan isu, keadaan darurat, atau kalender setiap
bulan/minggu/hari. Sedangkan sumber agenda setting yaitu:
1) Daftar Acara Siaran (DAC) yang berhubungan dengan Pusat/Bidang
Pemberitaan : Buletin Berita, Dialog Interaktif, Ulasan, Komentar, Gelar
Wicara, Siarann Langsung,
2) Materi di Lapangan : Hunting, Undangan, Press Release, Informasi
masyarakat, Informasi Media,
3) Keputusan Penyiaran : prioritas pada berita paling berbobot dan memiliki
actualitas tinggi, persaingan antar media, waktu penyiaran terbatas
(sehingga berita yang memiliki aktualitas lebih lama bisa disiarkan pada
jam berikutnya),
4) Bnetuk/Format informasi berita : dipilih mana untuk Straight News, berita
Insert, voice report, ros, laporan dan seterusnya 35.
B. Visi dan Misi LPP RRI Pro 1 Jambi

35
Tim Penyusun, Eksistensi Radio Republik Indonesia Jambi dalam KehidupanMasyarakat
Jambi, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), 29-33.
26

Lembaga Penyiaran Publik RRI adalah lembaga penyiaran publik yang


mnyelenggarakan kegiatan penyiaran radio, bersifat independen, netral, tidak
komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan untuk
masyarakat.
1. Visi LPP RRI Pro 1 Jambi
Mewujudkan Lembaga Penyiaran Publik Radio republik Indonesia sebagai
radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa, berkelas dunia.
2. Misi LPP RRI Pro 1 Jambi
Adapun misi LPP RRI sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan informasi terpercaya yang dapat menjadi acuan
dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik
jurnalistik/kode etik penyiaran.
b. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan,
dan memberdayakan serta menggiring kreatifitas masyarakat dalam
kerangka membangun karakter bangsa.
c. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan
mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi
keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah arus
globalisasi.
d. Menyelenggarakan program siaran berspektif gender yang sesuai dengan
budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.
e. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk mnjaga
kedaulatan NKRI.
f. Meningkatkan kualitas siaran lua negeri dengan program siaran yang
mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.
g. Meningkatkan pertisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.
h. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jaringan siaran secara
nasional dan internasioanal dengan mengoptimalkan sumberdaya
teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran
27

serta mengefesienkan pengelolaan oprasional maupun pemeliharaan


perangkat teknik.36
i. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efesien dengan
sistem manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, Asset,
Informasi dan Operasioanal berbasis teknologi informasi dalam rangka
mewujudkan tata kelola lembaga yang baik good corporate governance).
j. Memperluas jejaring dan kerjasama dengan berbagai lembaga di dalam
dan luar negeri yang saling memperkuat dan menguntungkan.
k. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan
pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta
menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional
siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai. 37
C. Keberadaan LPP RRI Jambi
1. Sejarah dan Perkembangan LPP RRI Jambi
Seiring dengan terbentuknya provinsi Jambi tanggal 6 Januari 1957
terbentuk pula cikal bakal berdirinya RRI sebagai bagian dari kegiatan Badan
Kongres Rakyat Jambi dengan penanggung jawab R. Sumardi,PS. Secara resmi
RRI Jambi ditetapkan berdasarkan SK menteri Penerangan Nomor: 17/SK/AD/59
tanggal 24 Agustus 1959, yang ditindak lanjuti oleh tim dari Jakarta pada tahun
1960. Dengan berdirinya RRI Jambi maka berahir pula kegiatan Radio Jambi38.
2. Struktur Organisasi dan Pembidangan Tugas
Secara organisatoris LPP RRI Jambi merupakan stasiun cabang Jakarta
dengan penyiaran Tipe-C yang sekarang naik menjadi Tipe B, didasarkan pada
instruksi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
(LPP RRI) Nomor: 708/INSTR/DU/2011 tanggal 22 November 2011 tentang

36
Dokumentasi, Visi dan Misi RRI Jambi, 23 April 2017, Kota Jambi. 5
37
Ibid 6
38
Ibid 7
28

Pemberlakuan Peta Wilayah Layanan Siaran LPP RRI dengan wilayah


siarannya meliputi seluruh Kabupaten dan Kota dalam Provinsi Jambi 39.
Khusus Kepala Seksi Pemberitaan yang terkait langsung dengan
pendengar sebagai pengguna siaran LPP RRI Jambi sebagai objek penelitian,
sesuai dengan job deskription yang diatur dalam Peraturan Dewan Direksi No.
02/PER/Direksi/2006 pasal 55 Seksi Pemberitaan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan di bidang pemberitaan dengan rincian:
a. Kepala seksi pemberitaan LPP RRI Jambi dengan ikhtisiar jabatan:
Melaksanakan pembinaan/pengawasan dan pelaksanaan Liputan Berita
dan Dokumentasi. Olaharaga serta Pengembangan Berita LPP RRI yang
dibantu oleh tiga Kepala Sub Seksi, yaitu :
1) Kepala sub seksi Liputan Berita dan Dokumentasi dengan ikhtisiar
jabatan: melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan dan
evaluasi kegiatan liputan, siaran langsung, redaksional, dan
dokumentasi untuk programa stasiun penyiaran tipe C dan
konstribusi untuk pusat pemberitaan.
2) Kepala Sub Seksi Olahraga dengan ikhtisiar jabatan: melakukan
penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi kegiatan
siaran olahraga untuk program stasiun penyiaran tipe C dan
kontribusi untuk Pusat Pemberitaan.
3) Kepala Sub Seksi pengembangan Berita dengan ikhtisiar jabatan:
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pengelolaan, dan
evaluasi kegiatan pengembangan berita untuk program stasiun
penyiaran tipe C dan kontribusi untuk Pusat Pemberitaan.

39
Ibid 9
29
30

Berdasarkan bagan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa keadaan struktur


organisasi LPP RRI Jambi dipimpin oleh Kepala Stasiun RRI yang bertugas
menentukan usaha sebagai pimpinan dalam mengelola perusahaan, memegang
kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan
perusahaan secara keseluruhan dan menentukan kebijakan yang dilaksanakan
perusahaan melakukan penjadwalan seluruh kegiatan. Agar tugas-tugas Kepala
Stasiun LPP RRI Jambi berjalan dengan lancar maka dibantu oleh Kepala Sub
Bagian Tata Usaha, kemudian Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam
melaksanakan kinerjanya dibantu oleh kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kepala Urusan Umum.40
Selain itu untuk mempermudah dan memperlancar kinerja perusahaan juga
dibantu dengan seksi-seksi, yaitu Seksi Siaran, Seksi Pemberitaan, Seksi
Teknologi dan Media Baru serta Seksi Layanan Pengembangan Usaha.
Selanjutnya setiap seksi diketuai oleh Kepala Seksi dan dibantu oleh kasubsi-
kasubsi. Untuk Kepala Seksi Siaran dibantu dengan Kasubsi Perencanaandan
Evaluasi Program, Kasubsi Programa 1 dan Kasubsi Programa 2. Kepala seksi
Pemberitaan dibantu dengan Kasubsi Pengembangan Berita, Kasubsi Liputan dan
Olahraga serta Kasubsi Berita Ulasan dan Dokumentasi. Kepala Seksi Teknologi
dan Media baru dibantu oleh Kasubsi Transmisi dan Distribusi, Kasubsi Sarana
dan Prasarana Penyiaran, serta Kasubsi Teknik Studio dan Media Baru. Terakhir
Kepala Seksi Layanan Pengembangan Usaha dibantu oleh Kasubsi Layanan
Publik, Kasubsi Pengembangan Usaha, dan Kasubsi Komunikasi Publik.Adapun
Pejabat Fungsional LPP RRI Jambi saat ini berjumlah 84 orang yang terdiri dari
61 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ada 23 orang Pegawai Bukan Pegawai
Negeri Sipil (PBNS) 41.
D. Kebijakan Penyiaran LPP RRI
Adapun kebijakan penyiaran LPP RRI adalah:

40
Ibid 9
41
Ibid 10
31

1. Kegiatan penyiaran ditujukan untuk memberikan informasi, pendidikan dan


hiburan melalui berbagai program siaran yang diharapkan memperkaya
wawasan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta menjadi wahana kontrol sosial.
2. Kegiatan siaran berita, herus menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.
3. Kegiatan penyiaran harus memberikan ruang kepada kelompok minoritas,
kelompok khusus, perempuan dan anak.
4. Kegiatan penyiaran harus dilakukan dnegan kreatif dan berkualitas tinggi.
5. Kegiatan penyiaran harus memberikan peluang bagi pengembangan
kreativitas dan inovasi msyarakat serta nilai-nilai kearifan lokal.
6. Kegiatan penyiaran harus menjadi wahana pelestarian dan pengembangan
kebudayaan nasional.
7. Kegiatan penyiaran harus mendukung integrasi nasional, kedaulatan NKRI,
dan menjaga citra positif bangsa di dunia internasional.
8. Kegiatan penyiaran berpedoman pada Pedoman Perilaku Penyiaran/Standar
Program Siaran (P3SPS) Komisi Penyiaran Indonesia.
9. Kegiatan Pengembangan siaran diarahkan untuk melayani seluruh lapisan
masyarakat, demi penguatan karakter bangsa. 42
E. Pendengar RRI Jambi
Sasaran pendengar RRI sebagian besar terdiri masyarakat dengan usia 16-
56 tahun keatas. Pendengar RRI sebagian besar didominasi oleh kalangan anak
muda (usia 16-25 tahun). Usia tersebut merupakan kelompok usia yang belum
banyak kesibukan dan masih dominan terhadap hiburan. sedangkan usia produktif
yaitu kelompok 26-55 tahun terholong kelompok usia yang disibukkan dengan
pekerjaan. Sehingga dapat dimaklumi kalau mereka tidak sempat menikmati
siaran maupun hiburan melalui radio kecuali pada saat-saat mereka tidak
disibukkan oleh pekerjaan.

42
Tim Penyusun, Eksistensi Radio Republik Indonesia Jambi dalam Kehidupan Masyarakat
Jambi, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2012), 35-38.
32

Selanjutnya pendengar RRI lebih didomiasi oleh anak-anak SLTA


dibanding dengan SD, SMP, D3, S1, S2, S3. Kemudian yang mendengarkan RRI
berasal dari kalangan wiraswasta, tetapi juga dari kalangan PNS,
Pelajar/mahasiswa, TNI/POLRI, Petani, Buruh dan Ibu Rumah Tangga.
Biasanya pendengar mendengarkan RRI sesuai dengan acara yang
disuguhkan, jika menarik bisa 1-2 jam, namun jika membosankan hanya mampu
bertahan sebentar saja. Khalayak pendengar mayoritas mendengarkan radio pada
saat pagi hari dan sore hari. Karena yng sifatnya auditif bukan audiovisual, maka
radio dapat didengarkan disela-sela aktivitas kita ketika di rumah, mobil, antor,
warung, kebun/sawah. Tak heran jika radio dijadikan teman setia yang tidak
membutuhkan konsentrasi tinggi pada saat melakukan aktivitas. 43

43
Dokumen Rencana Program Siaran Rutin LPP RRI Pro 1 Jambi
BAB III

PEMAHAMAN DAN PENERAPAN JURNALIS RRI PRO 1 JAMBI PADA


SEMBILAN ELEMEN JURNALISME DAN KODE ETIK JURNALISTIK

A. Pemahaman dan Penerapan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme


Pemahaman memberikan sebuah tawaran baru yang menghubungkan para
jurnalis dengan sumber-sumber berita dan informasi, liputan yang dikerjakan, dan
berbagai konsekuensi dari liputan dimaksud. Pergeseran nilai, kesadaran dan
pengetahuan dari audience, menjadikan perkembangan konsekuensi menjadi lebih
luas, tidak hanya pada konsekuensi etis jurnalis saja, melainkan dampak hukum
dan dampak hak asasi manusia.
Jurnalis yang memahami prinsip sembilan elemen jurnalisme dan kode etik
tidak akan mencampur adukan fakta dan opini dalam menulis berita,tidak akan
membuat berita fitnah, sadis dan cabul, tidak memihak pada satu pihak yang
bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang mendorong bagi
penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang diangkat adalah hal-hal
yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian. Pemahaman yang sangat penting
bagi seorang reporter atau wartawan dalam menjabarkan sembilan elemen
jurnalisme dalam berita untuk di siarkan oleh penyiar dan paham bagaimana
teknis penulisan yang baik. Dikatakan Kepala seksi pemberitaan Ir. Mahfud di
RRI Jambi mengatakan:
[D]alam teknis penulisan berita tidak bersifat vulgar tidak bersifat menghasut
tetapi lebih pada berita yang benar, ril yang menyejukan bagi wartawan. 43
Ada sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya di pahami dan
menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip-prinsip ini telah melalui masa pasang
dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap
bertahan. [B]ill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya The Elements of

43
Kepala Seksi Pemberitaan, Ir. Mahfud, Wawancara, 25 November 2017

33
34

Journalism, What News people Should Know and the Public Should
Expect merumuskan prinsip-prinsip itu dalam sembilan Elemen Jurnalisme. 44
1. Menyampaikan kebenaran
Kebenaran merupakan prinsip pertama dan paling membingungkan dalam
sembilan elemen jurnalisme ini. Kebenaran dapat menciptakan rasa aman yang
tumbuh dari kesadaran seseorang dan kebenaran inilah yang menjadi intisari
sebuah berita. Namun seseorang sudah pasti bisa mengejar akurasi, kejujuran,
maupun kebenaran. Bagi jurnalisme, kebenaran diterjemahkan menjadi
memberitakan fakta tanpa melenceng dan membuat fakta itu masuk akal.
Prinsip pertama jurnalisme adalah mengejara kebenaran, yang tanpa
dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth) adalah yang paling
membedakannya dari bentuk komunikasi lain. 45 Contoh kebenaran fungsional,
misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh.
Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah proses
pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah. Apakah
tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah ?
Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat
kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses pengadilan serta vonis
bersalah atau tidak bersalah tersebut, karena memang hal itu diperlukan dan bisa
dipraktikkan.
Kebenaran jurnalistik adalah suatu proses yang dimulai dengan
mengumpulkan dan memverifikasikan fakta. Perlu disadari oleh semua pihak
bahwa “kebenaran jurnalistik” bukanlah kebenaran hukum. Kebenaran jurnalistik
adalah kebenaran pada saat fakta itu disampaikan ke hadapan jurnalis. Ketika
sebuah kecelakaan maut terjadi, laporan jurnalis soal korban tewas bisa berubah
dari waktu ke waktu bergantung kepada informasi pihak yang berwenang (siapa
44
Satrio Arismunandar, Elemen Jurnalisme Diakses Melalui Alamat
http://www.academia.edu/5142169/Sembilan_Elemen_Jurnalisme_Plus_Elemen_ke-10 , Pada 26
November 2017
45
Satrio Arismunandar, Elemen Jurnalisme Diakses Melalui Alamat
http://www.academia.edu/5142169/Sembilan_Elemen_Jurnalisme_Plus_Elemen_ke-10 pada 26
November 2017
35

yang berwenang?) Jurnalis terus menggali dan mengikuti perkembangan berita


untuk melaporkan selengkap dan seakurat mungkin kepada khalayaknya. Ini
proses menyajikan kebenaran kepada publik.
Jurnalis berusaha menyampaikan fakta atau kebenaran dalam sebuah
laporan yang adil dan terpercaya, serta dapat menjadi bahan untuk investigasi
selanjutnya. sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka
butuhkan untuk berdaulat. Bentuk kebenaran jurnalistik yang ingin dicapai ini
bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan
fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu
proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi
antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu.
Jurnalis juga harus bersikap transparan dalam pemakaian narasumber dan
metode yang dipakai, sehingga audiens dapat menilai sendiri informasi yang
disajikan. Kebenaran dalam konteks penelitian tentang bagaimana cara jurnalis di
RRI Pro 1 Jambi dapat dilihat dari faktualitas dan keakuratan berita. Wartawan
berusaha mendapatkan kebenaran tersebut dengan berbagai cara, misalnya
wawancara langsung ke narasumber, bertanya kepada warga yang terlibat
langsung, atau mengutip dari sumber lain.
Penerapan kebenaran jurnalistik membutuhkan kejujuran dan kreatifitas
wartawan. Di satu sisi, mereka tetap mengungkap kebenaran fakta sebagaimana
adanya dan tidak memihak pada satu pihak serta tidak saling memojokan, namun
disisi lain wartawan dituntut arif dalam memberikan bingkai pada fakta bahwa
kebenaran akan menghasilkan kepercayaan bagi pembaca dan pendengar. Seperti
Yang di jelaskan Kasubsi Liputan, Nono Wahyu Nugroho Mengatakan;
[K]ebenaran berita jurnalistik adalah berita yang menyejukan baik pembaca dan
pendengar, berita yang tidak memihak pada satu pihak dan tidak saling
memojokan, selalu berusaha dan selalu berkonfirmasi terhadap narasumber. 46

46
Kasubsi Liputan, Nono Nugroho, Wawancara Dengan Penulis, 26 November 2017
36

Melalui kebenaran sebuah berita diharapkan Wartawan menyampaikan fakta


yang sebenarnya dalam pemberitaan dan tidak ada lagi berita yang memihak pada
satu pihak, memahami bahwa sejatinya pekerjaan seorang jurnalis adalah
mengutamakan kepentingan masyarakat, karena masyarakat berhak mendapatkan
informasi yang benar dan berimbang, mengesampingkan kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan masyarakat.
2. Loyalitas pada Masyarakat
Kritik kepada media dan jurnalis belakangan ini adalah soal independensi.
Tudingan ini kian marak di tengah beragam isu bernuansa politik yang menjadi
sajian media. Media dianggap terkooptasi oleh kepentingan pemiliknya, baik
kepentingan bisnis, apalagi politik. Pertanyaan yang paling sering dilontarkan
kepada media adalah terkait sikap independen terhadap kekuasaan pemilik.
selain pemiliknya, media harus melayani beragam pemangku kepentingan,
mulai dari masyarakat/komunitas sekitar, pengiklan, pemerintah/regulator
terutama bagi media penyiaran, pemegang saham publik. Esensi jurnalisme
mewajibkan media menempatkan kepentingan publik/warga (citizen) di atas
semua kepentingan lain , Seringkali sulit, tetapi bukan tidak bisa dilakukan,
terutama di era industri media. Kuncinya adalah kemauan membangun persepsi
yang sama atas pentingnya menerapkan kode etik jurnalistik atas semua produk
jurnalistik, justru untuk kelangsungan bisnis media itu sendiri. Komitmen kepada
warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari
independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban,
kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik.
Kesetiaan utama kepada masyarakat bisa diartikan jurnalis harus memahami
keinginan masyarakat. Satu aspek dari industri, yakni pentingnya memahami
keinginan pasar, dalam arti positif bisa ditujukan untuk semaksimal mungkin
melayani kepentingan warga. Jadi, memenuhi “selera pasar’’ itu bisa diartikan
sebagai memahami siapa konsumen media kita. Pemahaman bisnis telah menjadi
bagian dari kompetensi yang perlu dimiliki oleh jurnalis di abad ke-21.
37

Kesetiaan kepada masyarakat didasari atas kemampuan bersikap independen


dalam melaksanakan kebijakan editorial peliputan. Jika jurnalis dan organisasi
medianya berhasil menjalin hubungan (engagement) dengan warga, maka
keuntungan bisnis dengan sendirinya akan datang. Keuntungan finansial sebuah
organisasi media, biasanya mendukung independensi media atas pemangku
kepentingan terutama pemilik saham.
Menjadi seorang wartawan bukanlah perkara mudah, ada aturan-aturan yang
harus diikuti oleh wartawan agar dalam melaksanakan tugasnya tidak melakukan
penyimpangan dan memberikan informasi yang salah dan menyesatkan kepada
masyarakat. Seperti halnya dokter, pengacara, dan guru yang mempunyai kode
etik dalam menjalankan profesinya, wartawan juga mempunyai pedoman-
pedoman dalam menjalankan tugasnya, selain kode etik jurnalistik, trilogi
jurnalisme merupakan hal penting yang harus di ketahui, di pahami dan tertanam
dalam diri seorang wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistik mereka.
Memahami bahwa sejatinya pekerjaan seorang wartawan adalah
mengutamakan kepentingan masyarakat, karena masyarakat berhak mendapatkan
informasi yang benar dan berimbang. Mengesampinkan kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan masyarakat. Terkait dengan ini, wartawan LPP RRI
Pro 1 Jambi mengatakan:
[M]emberikan informasi kepada masyarakat merupakan tanggung jawab
wartawan, butuh ketelitian dalam mencari dan membuat berita karna apa yang
di tulis oleh media, bisa mengiring opini masyarakat, oleh karna itu saya
berusaha profesional dalam membuat berita dan tidak mencampur adukan fakta
dan opini. 47
Dari wawancara tersebut dapat dipahami bahwa wartawan LPP RRI Pro 1
Jambi berusaha menulis berita dengan kehati-hatian dan tidak mencampur adukan
antara kepentingan masyarakat dan kepentingan pihak-pihak tertentu.
3. Disiplin verifikasi.
Disiplin verifikasi menjadi kunci kualitas jurnalis dan karyanya, di siplin
mampu membuat wartawan menyaring desas-desus,gosip,ingatan yang

47
Wartawan RRI Pro 1 Jambi, 26 November 2017, LPP RRI Pro 1 Jambi, Rekaman Audio,
38

keliru,manipulasi, guna mendapatkn informsi yang akurat. Pada akhirnya disiplin


verifikasi adalah cara membedakan jurnalisme dengan gosip hiburan, propaganda,
fiksi atau seni. Jurnalisme harus fokus menggali lebih dalam apa yang terjadi.
Disiplin verifikasi itu sendiri sering dikatakan bersifat personal, sering
disalahpahami dan menimbulkan kebingungan atas salah satu nilai penting dalam
jurnalisme yaitu objektivitas.
Kovach dan Rosenstiel menjelaskan, [K]etika konsep obyektivitas muncul,
itu tidak hanya mensyaratkan bahwa jurnalis harus bebas dari bias. "Objektivitas
adalah keharusan jurnalis membangun metode pemeriksaan kebenaran atas
informasi yang diperolehnya secara konsisten. Jika metode dilakukan dengan
baik, maka bias personal maupun kultural tidak menafikan aspek penting,
misalnya dalam hal akurasi. Dalam konsep orisinalnya, objektif adalah
transparansi metode yang digunakan, bukan si jurnalis. Kuncinya disiplin
verifikasi, bukan tujuannya. Di era digital, salah satu hal penting yang berubah
adalah cara keja jurnalis dan ruang redaksi yang dituntut lebih transparan.
Kovach dan Rosenstiel mengatakan ada sejumlah prinsip disiplin verifikasi
yang perlu diperhatikan dalam peliputan :
a. Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada

b. Jangan mengecoh audiens

c. Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda

d. Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri

e. Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.

Terkait dengan hal ini Kasubsi berita ulasan dan dokumentasi LPP RRI Pro
1 Jambi, Mirza Isa, S.Pt mengatakan :

[D]alam menulis berita Saya harus benar-benar disiplin dan teliti, yang harus di
perhatikan adalah lead berita harus didukung dengan data-data penunjang yang
cukup, semua kutipan akurat dan mencerminkan pendapat yang bersangkutan,
39

kemudian diberi keterangan dari sumber yang benar-benar resmi, menyunting


berita harus dilakukan baris demi baris, kalimat demi kalimat.48
Dalam wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa wartawan RRI Pro 1
Jambi memang harus benar-benar teliti apakah ada yang kurang dalam penulisan
berita, dan dapat membedakan kemudian jangan sampai ada kesalahan yang
mengakibatkan ada pihak-pihak yang di rugikan. Wartawan harus objektif, tapi
objektifitas ini bukanlah tujuan, objektifitas adalah disiplin dalam melakukan
verifikasi.

4. Independen
Seringkali jurnalis dikritik karena meliput kegiatan sang
pemilik. Pertanyaannya apakah boleh meliput kegiatan sang
pemilik? Jawabannya terletak pada hati nurani jurnalis dan sidang
redaksi. Apakah kegiatan yang diliput memiliki nilai berita, memenuhi kriteria
layak berita yang diterapkan oleh redaksi, apakah peliputan dilakukan secara
proporsional, apakah orang lain mendapatkan perhatian yang sama dalam ruang
berita. Independensi tidak berarti netral. Sah saja berpihak, sepanjang dilandasi
kesetiaan pada profesi, yakni kepentingan publik. Pada saat menentukan mana
berita yang akan disiarkan dari ratusan berita yang masuk ke ruang redaksi,
jurnalis sudah melakukan pemihakan, pemilahan. Ada yang diberitakan, ada yang
tidak. Pada saat menentukan siapa yang diwawancarai untuk sebuah berita,
jurnalis memilih. Memihak, Pemihakan didasari atas kriteria berita, penyajian
berita dilakukan dengan memperhatikan kode etik jurnalistik. Kuncinya lagi-lagi:
transparansi, akurasi, verifikasi. Semua berita mendapatkan perlakuan yang sama.
Independensi bukan perkara gampang. Bukan cuma tekanan dari luar yang
bisa mempengaruhi. Pengalaman dan latar belakang kehidupan jurnalis pun bisa
mempengaruhi sudut pandang si jurnalis, mulai dari agama, gender, pendidikan,
status sosial ekonomi. Jurnalis adalah manusia, dalam situasi seperti ini penting

48
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt, Wawancara Dengan Penulis 26
November 2017
40

untuk menjadikan kehormatan profesi dan etikanya sebagai pegangan dalam


menghasilkan karya.
Selanjutnya dalam memahami pengertian independen, wartawan sering
menyamakan pengertian independen dan netral. Seperti wawancara penulis
dengan Kasubsi berita ulasan dan dokumentasi LPP RRI Pro 1 Jambi, Mirza Isa,
S.Pt LPP RRI Pro 1 Jambi berikut ini: [I]ndependen berarti tidak memihak,
artinya wartawan tidak memihak siapapun dalam melakukan tugas peliputan
berita, wartawan hanya memihak kepada publik. 49
Menurut penulis pengertian yang disebutkan di atas lebih mengacu pada
pengertian netral, terdapat perbedaan pengertian antara netral dan independen,
independen yaitu merdeka menjalankan idiologi jurnalismenya, independen juga
berarti ketidakterikatan pada pihak manapun dan hanya berpihak pada kebenaran,
sementara netral adalah sikap ketidak berpihakan kepada kelompok manapun
walaupun salah satu diantara keduanya ada kebenaran, menurut penulis bukan
berpihak kepada publik melainkan bertanggung jawab dan mengutamakan
kepentingan publik.
Memang independen dan netral jika dilihat memiliki pengertian yang
hampir sama, yaitu sama-sama tidak memihak, namun terdapat titik perbedaan
antara keduanya karena netral sama sekali tidak memihak sesuatu apapun, walau
terdapat kebenaran diantara salahsatunya, sementara independen memihak
kebenaran dan mengutamakan kepentingan publik.
5. Pemantau Kekuasaan
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di
masyarakat. Lembaga-lembaga yang menamakan dirinyas sebagai lembaga publik
atau bekerja untuk kepentingan publik. Pers percaya dapat mengawasi dan
mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-
hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang

49
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt LPP RRI Pro 1 Jambi,
wawancara dengan penulis, 26 November 2017, Rekam Audio
41

menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang


lemah, yang tak mampu bersuara sendiri.
Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting
sebuah jenis reportase dimana si wartawan berhasil menunjukan siapa yang salah,
siapa yang melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam
suatu kejahatan publik yang sebelumnya di rahasiakan. Di indonesia, label
investigasi sering di jadikan barang dagangan, kovach dan Rosenstiel
menceritakan bagaimana radio-radio di sana menyiarkan rumor dan seenaknya
mengatakan mereka melakukan investigasi. Susahnya para pendengar, pemirsa,
dan pembaca juga tak tahu apa investigasi itu.
Salah satu konsekuensi dari investigasi adalah kencendrungan media
bersangkutan mengambil sikap terhadap isu di mana mereka melakukan
investigasi. Ada yang memakai istilah advocacy reporting untuk mengganti
istilah investigasi reporting karna adanya kecendrungan ini padahal hasil
investigsi bisa salah, dan dampak yang di timbulkan besar sekali, bukan saja
orang-orang yang di dakwa dibuat menderita tapi juga reputasi media
bersangkutan bisa tercemar serius, karena resiko ini banyak media besar banyak
tanggung dalam melakukan investigasi.
Prinsip pemantauan ini sering disalah pahami, bahkan oleh kalangan jurnalis
sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati
kenyamanan. Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang
berlebihan, atau pengawasan yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat
audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani kepentingan umum.
Kasubsi berita ulasan dan dokumentasi LPP RRI Pro 1 Jambi, Mirza Isa,
S.Pt mengatakan:
[M]emantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas,
memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidup nyaman.
Mungkin kalau dalam istilah “jangan cari gara-gara juga.” Memantau
kekuasaan dilakukan dalam kerangka ikut menegakan demokrasi. 50

50
Kasubsi Berita Ulasan Dan Dokumentasi Mirza Isa, S.Pt, Wawancara dengan penulis, 26
November 2017, Audio
42

Dalam wawancara di atas dapat di ketahui bahwa memantau kekuasan di


lakukan agar dapat ikut menegakan demokrasi, sebagai penyambung lidah rakyat.
6. Penyedia forum bagi kritik dan komentar publik.
Kovach dan Rosenstiel menerangkan zaman dahulu banyak suratkabar yang
menjadikan ruang tamu mereka sebagai forum publik dimana orang-orang bisa
datang, menyampaikan pendapat,kritik, dan sebagainya. Logikanya manusia itu
punya rasa ingin tahu yang alamiah, bila media melaporkan jadwal-jadwal acara
hingga berita kejahatan publik hingga timbul suatu trend sosial, jurnalisme ini
mendorong rasa ingin tahu orang banyak, ketika mereka bereaksi terhadap
laporan-laporan itu maka masyarakat pun akan berkomentar melalui program-
program acara yang di sediakan oleh media, seperti telepon radio, lewat talk show
televisi, surat pembaca, ruang tamu suratkabar dan sebagainya. Dengan demikian
kometar-komentar ini didengar oleh para politisi dan birokrat yang menjalankan
roda pemerintahan, memang tugas merekalah untuk menagkap aspirasi
masyarakat, dengan demikian fungsi jurnalisme sebagai forum publik salangat lah
pentinting karna lewat forum inilah demokrasi ditegakan.
Sekarang teknologi modern membuat forum ini lebih bertenaga, sekarang
ada siaran langsung televisi, chat room di internet. Tapi kecepatan yang menyertai
teknologi baru ini juga meningkatkan terjadinya distorsi maupun informasi yang
menyesatkan yang berpotensi merusak reputasi jurnalisme. Kovach dan Rosenstiel
berpendapat jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus dibedakan
dengan “jurnalis semu,” yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujun
menghibur atau melakukan provokasi. Munculnya jurnalisme semu itu terjadi
karena debatnya tidak di buat berdasarkan fakta-fakta secara memadai.
Dalam wawancara, Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud
menjelaskan:
[P]rogram acara RRI Pro 1 Jambi juga menyediakan forum bagi keritik dan
komentar publik, dan memberikan kesempatan masyarakat untuk berkomentar,
seperti dalam program siaran Jambi hari ini, Dialok interaktif pukul (08.00-
43

08.55) yang membicarakan tentang rencana, pelaksanaan, perkembangan dan


hasil-hasil pembangunan jambi. 51

Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan


forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar
penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil
sikap. Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan
kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini
dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam
jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan
pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik. Sebuah perdebatan yang
melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya akan mengipas kemarahan dan
emosi warga.
7. Penyedia Informasi yang menarik dan relevan.
Seorang wartawan dalam menyajikan sebuah berita harus membuat hal
yang penting menjadi menarik dan relevan, yang di maksud dengan menarik dan
relevan disini adalah ketika seorng wartawan dalam menyajikan berita mampu
membuat pendengar tertarik dengan berita tersebut, dan berita tersebut bersifat
penting, memberikan manfaat terhadap pembaca secara umum. Terkadang berita
tersebut bersifat penting tetapi karena dalam hal pengemasan ataupun penyajian
berita kurang tepat, maka pendengar kurang tertarik dengan berita tersebut,
terkadang juga berita tersebut bersifat menarik pembaca tetapi di lihat dari segi
informasi berita tersebut tidak penting, memang menyajikan berita dalam bentuk
yang menarik dan relevan tidaklah mudah.
Menarik sekaligus relevan, ironisnya dua faktor ini justru di anggap dua hal
yang bertolak belakang. Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu,
sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas, tapi laporan yang relevan
dianggap kering, angka-angka, dan membosankan. Padahal bukti-bukti cukup

51
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
44

banyak, bahwa masyarakat mau keduanya, orang mendengarkan berita olah raga
tapi juga berita ekonomi.
Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud menjelaskan:
[M]enarik dan relevan merupakan elemen penting dalam jurnalisme yang harus
di perhatikan, elemen ini berhubungan dengan penilaian pendengar terhadap
suatu berita, yang menarik dan relevan tentunya ada beberapa hal yang harus
saya perhatikan, seperti dalam penulisn atau penyajian berita, tentu saya harus
membuat berita semenarik mungkin. 52
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting
menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap
naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius
dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Jurnalis harus
memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang
untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat.
Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.
8. Berita yang komprehensif dan proporsional.
Di era digital, jurnalis diharapkan menjadi trusted guide, yang membantu
publik memilah mana informasi yang benar diantara jutaan informasi yang
bersliweran di dunia maya. Banyak media mencari jalan pintas dengan
menggunakan percakapan di media sosial dan menjadikannya bahan berita tanpa
melakukan verifikasi. prinsip lebih cepat lebih baik jadi panutan. Akurasi dan
Keberimbangan dikesampingkan. Dewan Pers pada tanggal 3 Februari 2012
menerbitkan Pedoman Pemberitaan Media Siber bagi pengelola media
siber. Pakar pers Atmakusumah Astraatmadja mengatakan, pedoman ini juga
bermanfaat bagi publik yang memiliki akun media sosial.
jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi
bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus
menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif. Tidak ada cara
lain untuk menyajikan berita yang proporsional dan komperehensif sesuai esensi

52
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
45

jurnalisme, selain memenuhi semua kaidah dalam etika jurnalistik. Proporsional


dan konperhensif dalam jurnlisme memeang tak seilmiah pembuatan peta, berita
mana yang di angkat, mana yang penting, mana yang di jadikan berita utama,
penilaian nya berbeda antara wartawan dan si pendengar atau pembaca, pemilihan
berita juga sangat subjektif, karna subjektif ini lah wartawan harus senantiasa
ingat agar proporsional dalam menyajikan berita.
Banyak hal yang harus di perhatikan dalam menerapkan berita yang
konperhensif dan proporsional seperti yang di katakan Kasubsi pengembangan
berita RRI Pro 1 Jambi Budhi Rianto:
[D]engan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuat peta, kita melihat
bahwa proporsional dan komprehensifitas adalah kunci akurasi. Kita juga
terbantu dalam memahami lebih baik keanekaragaman dalam berita.Untuk
membuat berita yang komperhensif dan proporsional, wartawan tidak bisa
hanya melaporkan laporan yang “ecek-ecek,” perlu banyak hal yang harus di
lakukan oleh seorang wartawan untuk mendapatkan berita yang seperti ini. 53

yang artinya berita yang di buat oleh jurnalis harus dapat dipertanggung
jawabkan isinya terutama pada fakta-fakta yang dia dapat, dan tentunya semua
berita yang di rangkum harus di susun dengan teratur, selain orang mudah
memahami berita, itu menambah minat orang mendengarkan atau membaca berita
yang di sajikan, dengan begitu wartawan sudah memenuhi elemen ke delapan
yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis.
9. Mengikuti hati nurani.
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika
dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka
punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan
membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa. Agar hal ini bisa terwujud,
keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip
jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui
adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik,

53
Kasubsi Pengembangan Berita Budhi Rianto, Sh, Wawancara Dengan Penulis, 26
November 2017
46

pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan
akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.
Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang
sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang
terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun
budaya yang memupuk tanggung jawab individual. Para manajer juga harus
bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para
jurnalisnya. Menjalankan prinsip itu tidak mudah karena di perlukan suasana kerja
yang nyaman, bebas, dimana setiap orang dirangsang utuk bersuara. Menciptakan
suasana ini juga tidak mudah karena berdasrkan kebutuhannya, ruang redaksi
bukanlah tempat dimana demokrasi di jalankan. Ruang dedaksi bahkan punya
kecendrungan menciptakan kediktatoran, seseorang dipuncak organisasi media
harus bisa mengambil keputusan menerbitkan atau tidak menerbitkan sebuah
laporan, membiarkan atau mencabut sebuh kutipan yang panas agar media
bersangkutan bisa menepati deadline.
Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi, Ir. Mahfud mengatakan:
[S]etiap individu wartawan harus punya pertibangan pribadi tentang etika dan
tanggung jawab sosial, menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri dan
berdasarkan model itulah dia membangun karirnya.54
Membolehkan setiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada
dasarnya membuat urusan menjadi kompleks. Tapi tugas redaktur untuk
memahami persoalan ini, mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka
harus senantiasa membuka diri agar tiap orang yang hendak memberikan keritik
atau komentar bisa datang langsung pada mereka. Jurnalis yang baik adalah
jurnalis yang menggunakan hati nurani mereka dalam menyajikan berita.
B. Kode Etik Jurnalistik
Kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers terdiri atas 11
pasal dan diawali dengan pembukaan, yang antara lain menyatakan bahwa

54
Kepala Seksi Pemberitaan, Ir. Mahfud, Wawancara Dengan Penulis, 26 November 2017
47

kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Juga dinyatakan bahwa
kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. 55
1. Sejarah Kode Etik Jurnalistik di Indonesia
Sejarah perkembangan kode etik jurnalistik di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari sejarah perkembangan pers di Indonesia. Jika diurutkan, maka
sejarah pembentukan, pelaksanaan, dan pengawasan kode etik urnalistik di
Indonesia terbagi dalam lima periode, berikut kelima periode tersebut:
a. Periode Tanpa Kode Etik Jurnalistik
Periode ini terjadi ketika Indonesia baru lahir sebagai bangsa yang
merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Meski baru merdeka, di Indonesia telah lahir
beberapa penerbitan pers baru. Berhubung masih baru, pers pada saat itu masih
bergulat dengan persoalan bagaimana dapat menerbitkan atau memberikan
informasi kepada masyarakat di era kemerdekaan, maka belum terpikir soal
pembuatan Kode Etik Jurnalistik. Akibatnya, pada periode ini pers berjalan tanpa
kode etik .56
b. Kode Etik Jurnalistik PWI Tahap 1
Pada tahun 1946, Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) dibentuk di
Solo, tapi ketika organisasi ini lahir pun belum memiliki kode etik. Saat itu baru
ada semacam konvensi yang ditungakan dalam satu kalimat, inti kalimat tersebut
adalah PWI mengutamakan prinsip kebangsaan. Setahun kemudian pada 1947
lahirlah Kode Etik PWI yang pertama.

55
Muhammad Budyana, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005) , 303
56
Erik Utomo, “Kode Etik Jurnalistik PWI,” Internet, diakses melalui alamat
http://erickpangeran.blogspot.com/2013/06/fotografi-jurnalistik_18.htm, diakses pada tanggal 6
Juni 2017
48

c. Periode Dualisme Kode Etik Jurnalistik PWI dan Non PWI


Setelah PWI lahir, kemudian muncul berbagai organisasi wartawan
lainnya. Walaupun dijadikan sebagai pedoman etik oleh organisasi lain, Kode Etik
Jurnalistik PWI hanya berlaku bagi anggota PWI sendiri, padahal organisasi
wartawan lain juga memerlukan Kode Etik Jurnalistik. Berdasarkan pemikiran
itulah Dewan Pers membuat dan mengeluarkan pula Kode Etik Jurnalistik. Waktu
itu Dewan Pers membentuk sebuah panitia yang terdiri dari tujuh orang, yaitu
Mochtar Lubis, Nurhadi Kartaatmadja, H.G Rorimpandey, Soendoro, Wonohito,
L.E Manuhua dan A. Aziz. Setelah selesai, Kode Etik Jurnalistik tersebut
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pers masing-masing Boediarjo
dan T. Sjahril, dan disahkan pada 30 September 1968. Dengan demikian, waktu
itu terjadi dualisme Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik PWI berlaku
untuk wartawan yang menjadi anggota PWI, sedangkan Kode Etik Jurnalistik
Dewan Pers berlaku untuk non PWI .57
d. Periode Kode Etik Jurnalistik PWI Tahap 2
Pada tahun 1969, keluar peraturan pemerintah mengenai wartawan.
Menurut pasal 4 Peraturan Menteri Penerangan No.02/ Pers/ MENPEN/ 1969
mengenai wartawan, ditegaskan, wartawan Indonesia diwajibkan menjadi anggota
organisasi wartawan Indonesia yang telah disahkan pemerintah. Namun, waktu itu
belum ada organisasi wartawan yang disahkan oleh pemerintah. Baru pada tanggal
20 Mei 1975 pemerintah mengesahkan PWI sebagai satu-satunya organisasi
wartawan Indonesia. Sebagai konsekuensi dari pengukuhan PWI tersebut, maka
secara otomatis Kode Etik Jurnalistik yang berlaku bagi seluruh wartawan
Indonesia adalah milik PWI.
e. Periode Banyak Kode Etik Jurnalistik

57
Erik Utomo, “Kode Etik Jurnalistik PWI,” Internet, diakses melalui alamat
http://erickpangeran.blogspot.com/2013/06/fotografi-jurnalistik_18.htm, diakses pada tanggal 6
Juni 2017
49

Seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru, dan berganti dengan era
Reformasi, paradigma dan tatanan dunia pers pun ikut berubah. Pada tahun 1999,
lahir undang-undang No 40 tahun 1999 tentang Pers yaitu Pasal 7 ayat 1, undang-
undang ini membebaskan wartawan dalam memilih organisasinya. dengan
undang-undang ini, munculah berbagai organisasi wartawan baru. Akibatnya,
dengan berlakunya ketentuan ini maka Kode Etik Jurnalistik pun menjadi banyak.
Pada tanggal 6 Agustus 1999, sebanyak 25 organisasi wartawan di Bandung
melahirkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI), yang disahkan Dewan Pers
pada 20 Juni 2000. Kemudian pada 14 Maret 2006, sebanyak 29 organisasi pers
membuat Kode Etik Jurnalistik baru, yang disahkan pada 24 Maret 2006.
2. Fungsi Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan,
bahkan dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi
fisik sekalipun, Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa
bagi wartawan. M. Alwi Dahlan sangat menekankan betapa pentingnya Kode Etik
Jurnalistik bagi wartawan. Menurutnya, Kode Etik setidak-tidaknya memiliki lima
fungsi, yaitu:58
a. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di
bidangnya;
b. Melindungi masyarakat dari malpraktek oleh praktisi yang kurang
profesional;
c. Mendorong persaingan sehat antar praktisi dan mencegah kecurangan
antar rekan profesi;
d. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.
3. Asas Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan
organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku

58
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru , (Jakarta: Kalam Indonesia 2005) , 97
50

secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/ III/2006 tanggal 24
Maret 2006, misalnya, sedikitnya mengandung empat asas, yaitu: 59
a. Asas Demokratis
Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan
independen, selain itu, pers wajib melayani hak jawab dan hak koreksi, dan pers
harus mengutamakan kepentingan publik asas demokratis ini juga tercermin dari
pasal 11 yang mengharuskan, wartawan Indoensia melayani hak jawab dan hak
koreksi secara proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan hak koreksi ini,
pers tidak boleh menzalimi pihak manapun. Semua pihak yang terlibat harus
diberikan kesempatan untuk menyatakan pandangan dan pendapatnya, tentu
secara proposional. 60
b. Asas Profesionalitas
Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia harus
menguasai profesinya, baik dari segi teknis maupun filosofinya. Misalnya Pers
harus membuat, menyiarkan, dan menghasilkan berita yang akurat dan faktual.
Dengan demikian, wartawan indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai
norma yang berlaku, dan paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya. Hal lain
yang ditekankan kepada wartawan dan pers dalam asas ini adalah harus
menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak
mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record, serta pers harus
segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan
permohonan maaf.
c. Asas Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat memberikan
dampak sosial yang sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan
masyarakat luas yang mengandalkan kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik
menyadari pentingnya sebuah moral dalam menjalankan kegiatan profesi

59
Ibid 98
60
Ibid, 100
51

wartawan. Untuk itu, wartawan yang tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara
langsung sudah melanggar asas Kode Etik Jurnalistik. Hal-hal yang berkaitan
dengan asas moralitas antara lain wartawan tidak menerima suap, wartawan tidak
menyalahgunakan profesi, tidak merendahkan orang miskin dan orang cacat (jiwa
maupun fisik), tidak menulis dan menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi
SARA dan gender, tidak menyebut identitas korban kesusilaan, tidak menyebut
identitas korban dan pelaku kejahatan anak-anak, dan segera meminta maaf
terhadap pembuatan dan penyiaran berita yang tidak akurat atau keliru.
d. Asas Supremasi Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang
berlaku. Untuk itu, wartawan dituntut untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang
berlaku. Dalam memberitakan sesuatu wartawan juga diwajibkan menghormati
asas praduga tak bersalah. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan
Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi,
hak dan kewajiban serta peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang
oleh karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.61
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan
Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Surat Keputusan Dewan
Pers No.03/SK-DP/III/2006, tanggal 24 Maret 2006 tentang Kode Etik Jurnalistik:
Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

61
Iwan Awaluddin Yusuf.”Sekelumit tentang Etika, Kode Etik, Kebijakan, dan
Hukum Media,”Internet,diakses ,melalui alamat
https://bincangmedia.wordpress.com/2010/06/01/tentang-etika-kode-etik-kebijakan-dan-
hukum-media/ , diakses pada tanggal 25 November 2017
52

Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam


melaksanakan tugas jurnalistik.
Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul.
Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan.
Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan "off the record"
sesuai dengan kesepakatan.
Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki
berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional. 62

62
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta), 253
53

Kode etik merupakan prinsip yang keluar dari hati nurani setiap profesi,
sehingga tiap tindakanya seseorang yang berprofesi akan membutuhkan tolak ukur
dalam profesinya. Seperti pada profesi jurnalistik memliki kebebasan pers sendiri
tentunya memiliki batasanya sendiri, dimana batsan yang paling utama dan tak
pernah salah adalah apa yang keluar dari hati nurani, namun kebebasan pers bukan
hanya dibatai oleh kode etik jurnalistik akan tetapi ada batasan yang kuat yang
tercantum pada undang-undang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia
Menimbang:
a. Bahwa kemerdekaan pers merupakan salahsatu wujud kedaulatan rakyat dan
menjadi unsur yang sangat
b. Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan
hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia
yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran, memajukan kesejateraan umum, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa;
c. Bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar
informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan
kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan
perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari
manapun;
d. Bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia
yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
e. Bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman;f. bahwa
54

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d,


dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers; Mengingat: 1) Pasal 5
ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-undang Dasar
1945; 2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Dengan persetujuan
bersama. 63
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dan Presiden Republik
Indonesia Memutuskan, Menetapkan: Undang-Undang Tentang Pers
a. Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan
usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan
kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus
menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.
3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media
elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam
memperoleh informasi.
4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan
jurnalistik.
5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan
pers.

63
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta) 259
55

6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers


Indonesia.
7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing.
8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh
materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan
teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun,
dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari pihak berwajib,
dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan
dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.
10.Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak
mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang
harus dirahasiakannya.
11.Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan
tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang
merugikan nama baiknya.
12.Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau
membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik
tentang dirinya maupun tentang orang lain.
13.Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat
terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar
yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.
64
14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.
b. Bab II Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban dan Peranan Pers
Pasal 2
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
Pasal 3

64
Zaenuddin, The Journalist Buku Basic Wartawan, (Prestasi Pustakarya, Jakarta) 260
56

1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,


hiburan, dan kontrol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi
sebagai lembaga ekonomi.
Pasal 4
1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.
2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau
pelarangan penyiaran.
3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak
mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
4. Dalam mempertanggung jawabkan pemberitaan di depan hukum,
wartawan mempunyai Hak Tolak.
Pasal 5
1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta
asas praduga tak bersalah.
2. Pers wajib melayani Hak Jawab.
3. Pers wajib melayani Hak Tolak.
Pasal 6
Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :
a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat
kebhinekaan;
c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar;
d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum;
e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran;
c. Bab III Wartawan
57

Pasal 7
1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.
2. Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.
d.Bab IV Perusahaan Pers
Pasal 9
1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan
pers.
2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.
Pasal 10
Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan
pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta
bentuk kesejahteraan lainnya.
Pasal 11
Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar
modal.
Pasal 12
Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamt dan penanggung jawab
secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers
ditambah nama dan alamat percetakan.
Pasal 13
Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:
a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau
mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan
dengan rasa kesusilaan masyarakat;
b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.
Pasal 14
58

Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap


warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.
e. Bab V Dewan Pers
Pasal 15
1. Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan
kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.
2. Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian
pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan
pemberitaan pers;
e. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan
pemerintah;
f. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-
peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi
kewartawanan;
g. Mendata perusahaan pers;
3. Anggota Dewan Pers terdiri dari :
a. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan
pers;
c. Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan
bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi
perusahaan pers;
4. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.
5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
59

6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu
hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari :
a. Organisasi pers;
b. Perusahaan pers;
c. Bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.
f. Bab VI Pers Asing
Pasal 16
Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di
Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
g. Bab VII Peran Serta Masyarakat
Pasal 17
1.Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan
kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang
diperlukan.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :
a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum,
dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;
b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.
i. Bab VIII Ketentuan Pidana
Pasal 18
1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan
ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
60

2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat
(2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal
12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(Seratus juta rupiah).
j. Bab IX Ketentuan Peralihan
Pasal 19
1. Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-
undangan di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang
ada tetap berlaku atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan
undang-undang ini.
2. Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-
undang ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang
ini dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak
diundangkannya undang-undang ini.
k. Bab X Ketentuan Penutup
Pasal 20
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku :
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2815) yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21
Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4
Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia);
61

2. Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan


Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu
Ketertiban Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2533), Pasal
2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-buletin,
surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan
berkala; Dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Selain kode etik jurnalistik undang-undang republik Indonesia Nomor 40
tahun 1999 tentang pers juga mengatur bagaimana foto yang layak, tidak
melanggar norma-norma hukum yang berlaku. Dari peraturan perundang-
undangan dan kode etik jurnalistik ini lah yang menjadi acuan dalam media dan
wartawan dalam mempublikasikan karya dan pemahaman pengambilan foto
dalam berita kriminal. 65

65
Ibid 61-66
BAB IV

KENDALA DAN UPAYA JURNALIS LPP RRI PRO I JAMBI DALAM


MENERAPKAN SEMBILAN ELEMEN JURNALISME DAN KODE ETIK
JURNALISTIK
A. Kendala dalam Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme Wartawan LPP
RRI Pro 1 Jambi
Penerapan adalah perbuatan menerapkan. 63 atau secara umum memiliki
pengertian mempraktekkan atau memasangkan. Sedangkan kendala adalah
penghambat suatu pekerjaan. memang tidak bisa dipungkiri sulitnya medan yang
dilalui wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam meliput berita, meskipun RRI pro 1
Jambi merupakan salah satu media yang cukup besar yang berada di propinsi
Jambi namun tidak menutup kemungkinan dapat terhindar dari kendala–kendala
yang ada ketika meliput berita.
Wartawan RRI Pro 1 Jambi berusaha tetap profesional dalam melakukan
peliputan, namun berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, masih saja
terdapat beberapa kendala yang dihadapi wartawan RRI Pro 1 Jambi dalam
menerapakan Prinsip Sembilan Elemen Jurnalisme, yaitu :
1. Adanya berita Pesanan dan pemberian uang atau hadiah terhadap
wartawan
Profesi jurnalis terkadang menimbulkan dilema sendiri bagi seorang
wartawan, karena dalam melakukan peliputan, rentan sekali melakukan
keberpihakan, sehingga dinilai tidak independen dalam mencari dan menulis
berita. contoh keberpihakan jurnalis yaitu ketika satu daerah melakukan pemilihan
kepala daerah langsung, jurnalis menulis berita tersebut sesuai dengan pesanan
tim sukses calon kepala daerah yang cenderung memperlihatkan kebaikan dari
calon kepala daerah tanpa memperhatikan keinginan pembaca.64

63
Kamus besar bahasa indonesia
64
Observasi.

62
63

Sering kita mendengar ada sebutan bagi wartawan yang menerima uang
untuk kepentingan tertentu bernada mengejek yang tidak sedap didengar telinga,
yaitu wartawan amplop, yang dimaksud dengan amplop adalah pemberian dari
sumber berita kepada wartawan yang mewawancarainya berupa amplop berisi
uang. pemberian ini ada yang menganggap sebagai balas jasa atas kesediaan sang
wartawan melakukan wawancara dengan narasumber. tetapi, ada pula yang
menafsirkan sebagai uang suap kepada wartawan agar beritanya benar-benar
dimuat dan berita itu memuat hal-hal yang baik-baik saja tentang si sumber berita.
Pemberian lainnya oleh pers barat disebut sebagai Frebies yang
diterjemahkan sebagai gratisan atau orang sunda memberikan istilah yang lebih
tepat Ci atah. istilah Ci atah berasal dari frasa Cai atah, yang berarti air mentah.
Di daerah pasundan, air mentah tidak pernah dijual tetapi selalu diberikan secara
gratis kepada siapa saja yang memintanya. “[D]ikalangan wartawan kepolisian
diberi istilah “delapan enam” yang diambil dari sandi kepolisian yang berarti
“dimengerti” jadi sumber berita ”mengerti” aspirasi sang wartawan yang
mewawancarai atau datang ke jumpa pers.” 65
Masalah amplop kerap kali menimpa wartawan. dimana integritas dari
seorang wartawan tersebut dipertanyakan. Kepala seksi pemberitaan, Ir. Mahfud,
mengatakan; [S]elagi pemberian tanda terima kasih tersebut tidak bermaksud
mempengaruhi isi berita, pemberian uang oleh narasumber itu sah-sah saja. 66
Banyak kalangan wartawan yang beranggapan Frebies bisa diterima,
asalkan jangan sampai karena hadiah gratisan tersebut, wartawan mempunyai
beban moral untuk membuat beritanya menguntungkan atau memuji-muji si
pemberi hadiah. 67 Menurut penulis, pemberian uang, hadiah atau makan siang
tersebut akan mempengaruhi isi berita yang tulis untuk kepentingan tertentu, hal
ini bertentangan dengan beberapa prinsip elemen jurnalisme, seperti wajib
menyampaikan kebenaran, disiplin verifikasi, independensi terhadap sumber

65
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama kusumaningrat, Jurnalistik teori dan Praktik. 10.
66
Wawancara dengan Penulis pada 25 November 2017,rekaman Audio.
67
Hikmat kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik teori dan Praktik. 101.
64

berita, serta diperbolehkan mengikuti nurani mereka. secara logika penulis,


seorang narasumber memberikan uang kepada wartawan tentu mempunyai
maksud untuk mempengaruhi isi dari beritanya. apalagi di tengah budaya kita
yang serba nggak enakan dan kekeluargaan. logikanya bagaimana mungkin kalian
yang periuk nasinya diisi oleh si A akan tega menghantam si A.
Dalam kode etik yang menegaskan agar wartawan tidak menerima sesuatu
apapun (uang dan barang) namun hal itu hanya dianggap sebuah aturan normatif
oleh wartawan karena dalam prakteknya perusahaan tidak mengetahui perilaku
wartawannya di lapangan. sedangkan dalam diri wartawan sendiri terdapat dua
kepentingan yaitu kepentingan idealisme pers dan kebutuhan ekonomi. hal
tersebut sulit dibedakan. amplop masih dipandang sebagai palanggaran terbanyak,
alasannya pertama adalah karena adanya kebiasaan dari narasumber dan
wartawan untuk memberi dan menerima sejumlah uang. hal ini sudah menjadi
budaya dan disadari oleh wartawan sebagai sebuah kepatutan yang pantas
diterima wartawan misalnya karena lokasi yang jauh, durasi liputan yang panjang
dan sebagai ucapan terima kasih. amplop dianggap sebagai rejeki yang tidak
dapat ditolak. Kedua, karena adanya kedekatan dengan narasumber yang dianggap
sebagai pemberian atas dasar pertemanan. wartawan merasa sungkan apabila
tidak menerima karena rekan-rekan wartawan yang lain menerima.68
Kepala seksi pemberitaan RRI, Ir. Mahfud mengatakan;
[M]eskipun dalam Pelaksanaannya masih terdapat kesalahan, namun ia selalu
berharap wartawan RRI Pro 1 Jambi menjunjung tinggi kode etik jurnalistik
dan selalu bekerja secara Profesional dan mempunyai integritas terhadap
profesinya.”69

Meski para jurnalis profesional tak semuanya bersih dari praktik kotor, tentu
masih banyak jurnalis yang tidak menggadaikan idealismenya, karena semakin
tingginya derajat profesional, independen dan integritas seorang wartawan, tentu
semakin disukai masyarakat dan media yang menaungi para Jurnalis tersebut

68
Observasi.
69
Kepala seksi pemberitaan Ir. Mahfud, Wawancara dengan penulis pada 25 November
2017, Rekaman Audio.
65

dapat dipercaya integritasnya sebagai media yang mendahulukan kepentingan


publik. Untuk menjadi seorang jurnalis dan media yang baik, trilogi jurnalisme
harus ditegakkan, bila tidak media tersebut akan tenggelam dan ditinggal oleh
pembacanya.
2. Kurang nya dedikasi dan tanggung jawab pada profesi
Mengabaikan kode etik dari profesi menjadi salah satu pemicu minimnya
sikap Profesional dan perlu dipertanyakan integritas yang dimiliki oleh seorang
wartawan. dedikasi dicerminkan dengan menggunakan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki. keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. sikap ini merupakan ekspresi
dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan, totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan
setelah itu baru materi. namun karena kurang nya kesadaran yang dimiliki oleh
wartawan berimbas kepada citra dari perusahaan itu sendiri. Namun karena
kurang nya kesadaran yang dimiliki oleh Wartawan berimbas kepada citra dari
perusahaan itu sendiri. Salah seorang wartawan RRI PRO 1 Jambi
mengungkapkan:
[W]artawan pernah ditegur karena dinilai mengabaikan tanggung jawab dan
tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya serta melanggar kode etik
Jurnalistik dengan memeras Narasumber.Wartawan tersebut diberikan sanksi
yang tegas dari pihak perusahaan.70
Tindakan tegas tersebut tentu menjadi Cambuk bagi Wartawan untuk tidak
melanggar etika Profesi yang ada, semakin tegas nya suatu media terhadap
Wartawan nya tentu semakin kecil kemungkinan pelanggaran yang terjadi.
B. Penerapan sembilan Elmen Jurnalisme, Kode Etik Jurnaistik dan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers
Sembilan elemen jurnalisme diperlukan agar membantu para jurnalis
menentukan apa yang benar dan yang salah, baik dan buruk, serta bertanggung
jawab atau tidak dalam proses kerja kewartawanan. Sedangkan menurut

70
Wawancara dengan penulis pada 25 november 2017, Audio
66

Pandjaitan kode etik jurnalistik adalah hati nurani jurnalis yang digunakan sebagai
“pagar hidup” yang baik dalam mengingatkan dan dasar berpijak melakukan tugas
jurnalistik secara benar, baik, jujur dan profesional. wartawan profesional
memiliki beberapa karakteristik :
Pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Seorang wartawan mesti
memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Ia
harus menguasai teknik menulis berita, juga feature dan artikel. Untuk itu, seorang
wartawan mestilah orang yang setidaknya pernah mengikuti pelatihan dasar
jurnalistik. Ia harus terlatih dengan baik. Keterampilan jurnalistik meliputi antara
lain teknik pencarian berita dan penulisannya, di samping pemahaman yang baik
tentang makna sebuah berita. Ia harus memahami apa itu berita, nilai berita,
macam-macam berita, bagaimana mencarinya,dan kaidah umum penulisan berita
Kedua, menguasai bidang liputan (beat). Idealnya, wartawan menjadi
seorang “generalis”, memahami dan menguasai segala hal, sehingga mampu
menulis dengan baik dan cermat apa saja. Namun, yang terpenting ia harus
menguasai bidang liputan dengan baik. Wartawan olahraga harus menguasai
istilah-istilah atau bahasa dunia olahraga.Wartawan ekonomi harus memahami
teori-teori dan istilah ekonomi. Demikian seterusnya.
.Ketiga, memahami serta mematuhi etika jurnalistik. Wartawan yang
profesional memegang teguh etika jurnalistik. Untuk wartawan Indonesia, etika
itu terangkum dalam Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah
ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik Jurnalistik bagi para wartawan di
Indonesia. Kepatuhan pada kode etik merupakan salah satu ciri profesionalisme,
di samping keahlian, keterikatan, dan kebebasan. Dengan pedoman kode etik itu,
seorang wartawan tidak akan mencampuradukkan antara fakta dan opini dalam
menulis berita; tidak akan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan
menggadaikan kebenaran dengan menerima amplop.71

71
Mulyadi Saputra S.sos M.Si, Penerapan kode etik jurnalistik, di akses melalui alamat
http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com/2015/02/penerapan-kode-etik-jurnalistik-
dalam_16.html, di akses pada tanggal 25 November 2017
67

Adapun secara umum kita seringkali mendefinisikan wartawan profesional


sebagai wartawan yang memegang teguh 9 elemen jurnalisme Bill Kovach dan
kode etik jurnalisti. Jika disimpulkan maka wartawan profesional adalah
wartawan yang memahami tugasnya, dengan kata lain wartawan profeional adalah
wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan reportase dan mengolah
karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang berlaku, memiliki independensi
dari objek liputan dan kekuasaan, memiliki hati nurani serta memegang teguh
kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi profesi yang diikutinya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan selalu ingin berkomunikasi kepada
manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus
taat kepada aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya ada norma dan etika yang harus
ditaati agar tidak saling melanggar hak asasi. Dalam berkomunikasi telah dibuat
aturan untuk ditaati oleh pers, yaitu Kode Etik Jurnalistik.
Walaupun telah ada Kode Etik Jurnalistik yang berfungsi mengatur etika
dalam dunia jurnalistik, berbagai tindak pelanggaran etika masih terus terjadi. Hal
ini tentu terkait dengan kepentingan pers untuk mewujudkan tujuannya. Berbagai
peristiwa muncul di ruang publik. Perkembangan teknologi komunikasi membuat
peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia bisa dengan mudah menerpa
khalayak. Peristiwa inilah yang disampaikan oleh manusia kepada manusia lain
sebagai konsekuensi naluri komunikasi dan naluri ingin tahu.
Dalam menyampaikan isi pernyataan melalui berita harus berdasarkan etika.
Untuk penulisan berita harus mengikuti kaidah berikut ini, yaitu:
1.Berita harus benar terjadi,
2. Berita menginformasikan dari dua sisi,
3. Berita harus seimbang,
4. Memberikan hak jawab. Ketika ada narasumber yang merasa dirugikan, media
harus memberikan hak jawab untuk meralat informasi pada halaman yang sama
ketika berita itu dimuat.
68

5. Memberikan hak koreksi. Jika narasumber perlu memperbaiki isi informasi


didalam berita tersebut.
Wartawan harus mengikutsertakan dan mengindahkan Kode Etik Jurnalistik
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik
terdiri dari 11 pasal. Contohnya pada pasal 1 yang terdiri dari 4 ayat, yakni ayat
(a) wartawan harus bersikap independen, ayat (b) wartawan Indonesia harus
menghasilkan berita akurat, ayat (c) wartawan Indonesia harus menghasilkan
berita yang berimbang, dan ayat (d) wartawan Indonesia tidak beritikad buruk.
Dikatakan Kepala seksi pemberitaan RRI Pro 1 Jambi, Ir. Mahfud dalam
wawancara menjelaskan:
[D]engan adanya Kode Etik Jurnalistik, diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan pembekalan kepada generasi muda khususnya mahasiswa
mengenai dunia jurnalistik agar mereka mampu memahami penerapan kaidah
kaidah jurnalistik terutama dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik. Sehingga
dunia jurnalistik kita di masa yang akan datang menjadi jurnalistik yang benar-
benar beretika dan menjunjung kaidah-kaidah moral. 72
Demikian sehingga pengetahuan seorang jurnalis mengenai kode etik
jurnalistik sangat penting, karena agar setiap berita yang dibuat tidak melanggar
kode etik jurnalistik dan mematuhi landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan
integritas serta profesionalisme. dalam wawancaranya Kepala seksi pemberitaan
RRI Pro 1 Jambi Ir. Mahfud mengatakan :
[K]ode etik itu merupakan landasan pokok wartawan dalam bertindak, seorang
wartawan harus memahami dan mematuhi kode etik yang berlaku guna
menjadi wartawan yang profesional, independen dan mempunyai integritas
yang tinggi.”
Pedoman yang ada dalam kode etik jurnalistik harus ditegakkan dan
diutamakan bagi media massa dan para wartawan dalam memberikan informasi
kepada publik. dalam wawancaranya juga mengatakan :
[K]ita mengharapkan agar setiap informasi dapat disampaikan dengan akurat,
karena media massa juga merupakan corong pembangunan di daerah. sebab,
tanpa media massa orang tidak mengetahui bagaimana perkembangan

72
Kepala Seksi Pemberitaan RRI Pro 1 Jambi, Wawancara Dengan Penulis 25
November2017, Rekaman Audio
69

pembangunan di republik ini. Selain itu, media massa dan para wartawan
Indonesia harus memberitakan informasi mencerminkan hal yang positif
kepada publik sehingga publik tentunya masyarakat dapat menerima dengan
baik.
Mematuhi kode etik jurnalistik dan menerapkannya merupakan wujud
profesional seorang wartawan, kode etik jurnalistik dinilai sangat penting karena
dapat menuntun wartawan dalam melakukan tugasnya dan dengan menjalankan
kegiatan jurnalistik sesuai dengan kode etik jurnalistik berarti seorang wartawan
telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun masyarakat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Penerapan Prinsip Sembilan Elemen
Jurnalisme pada Jurnalis LPP RRI Pro 1 Jambi, maka dapat di ambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jurnalis yang memahami prinsip sembilan elemen jurnalisme dan kode
etik tidak akan mencampur adukan fakta dan opini dalam menulis
berita,tidak akan membuat berita fitnah, sadis dan cabul, tidak memihak
pada satu pihak yang bertikai, tetapi lebih menyorot aspek-aspek apa yang
mendorong bagi penyelesaian konflik. Dari tujuan tersebut, maka yang
diangkat adalah hal-hal yang sifatnya mendukung ke arah perdamaian.
2. Penerapan Jurnalis Tentang Sembilan Elemen Jurnalisme di LPP RRI Pro
1 Jambi Penerapan kebenaran jurnalistik membutuhkan kejujuran dan
kreativitas wartawan. Setelah melihat, meneliti dari ketentuan-ketentuan
dan penerapan dari sembilan elemen untuk ketentuan bagi seorang
wartawan masih terdapat beberapa pelanggaran. Dari berbagai banyak
pelanggaran yang dilanggar ada yang mengerti dengan sembilan elemen
tapi tidak mengikuti ketentua-ketentuan yang berlaku dan ada pula yang
tidak mengerti dan tidak mematuhi dari sembilan elemen tersebut.
3. kendala-kendala dalam menerapkan prinsip Sembilan elemen jurnalisme di
LPP RRI Pro 1 Jambi. Sedangkan kendala adalah penghambat suatu
pekerjaan, memang tidak bisa dipungkiri sulitnya medan yang dilalui
wartawan LPP RRI Pro 1 Jambi dalam meliput berita, meskipun RRI pro 1
Jambi merupakan salah satu media yang cukup besar yang berada di
Propinsi Jambi namun tidak menutup kemungkinan dapat terhindar dari
kendala–kendala yang ada ketika meliput berita. Penerapan sembilan
elemen pada LPP RRI Pro 1 Jambi masih terdapat beberapa wartawan
yang masih menerima uang dan hadiah dari sumber berita.

70
71

B. Implikasi Penelitian
Untuk penerapan jurnalistik damai setidaknya media massa nasional
mengedapankan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Tidak mencampurkan antara fakta dan opini yang berasal dari
wartawan, yang diindikasi dengan kata-kata: tampaknya, diperkirakan,
seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diramalkan,
kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan kata-kata
opinionatif lainnya.
2. Adanya keseimbangan pemberitaan, artinya ketidak berpihakan
pemberitaan
3. Tidak membesar-besarkan berita (konflik), ditempatkan sebagai berita
utama.
4. Tidak menggunakan bahasa yang bersifatkekerasan.
5. Berita yang disampaikan lebih memperhatikan akibat (implikasi) yang
ditimbulkan oleh pertikaian.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RRI Pro 1 Jambi, ada


beberapa masuka, sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya di pahami
dan menjadi pegangan setiap jurnalis. Jurnalis juga harus bersikap transparan
dalam pemakaian narasumber dan metode yang dipakai, sehingga audiens dapat
menilai sendiri informasi yang disajikan. Kebenaran dalam konteks penelitian
tentang bagaimana cara jurnalis di RRI Pro 1 Jambi dapat dilihat dari faktualitas
dan keakuratan berita. Wartawan berusaha mendapatkan kebenaran tersebut
dengan berbagai cara, misalnya wawancara langsung ke narasumber, bertanya
kepada warga yang terlibat langsung, atau mengutip dari sumber lain.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

PENERAPAN PRINSIP SEMBILAN ELEMEN JURNALISME PADA JURNALIS RRI


PRO 1 JAMBI

No Jenis Data Metode Sumber Data

1 Sejarah berdirinya LPP RRI Dokumentasi Dokumentasi Sejarah


Jambi

2 Visi dan Misi di LPP RRI Dokumentasi Dokumen Visi dan Misi
Jambi

3 Keadaan tenaga di LPP RRI Dokumentasi Dokumen LPP RRI


Jambi Observasi Situasi di LPP RRI

4 Implementasi Penerapan Wawancara Dokumen siaran LPP RRI


Prinsip Sembilan Elemen Dokumentasi Kepala Pemberitaan
Jurnalisme Pada Jurnalis Observasi Kasubsi Pengembangan Berita
Kasubsi Berita Ulasan
Kasubsi Liputan Olahraga
Desh Redaksional dan Reporter

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi


1 Keadaan Tenaga di LPP RRI Situasi Kedisiplinan Kerja tenaga di LPP RRI
Jambi Jambi

2 Implementasi Prinsip Proses Pembuata Berita di LPP RRI Jambi


Sembilan Elemen Jurnalisme
pada Program Berita
B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumentasi


1 Sejarah Berdirinya LPP RRI Jambi Dokumen Sejarah LPP RRI
Jambi

2 Visi dan Misi LPP RRI Jambi Dokumen Visi dan Misi LPP
RRI Jambi

3 Jumlah Tenaga Kerja di LPP RRI Jambi Dokumen Keadaan Tenaga


Kerja di LPP RRI jambi

4 Implementasi Prinsip Sembilan Elemen Dokumen Berita Layak Siar


Jurnalisme pada Program Berita Program Warta Berita Daerah

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Sumber data dan Substansi


Wawancara
1 Implementasi Sembilan Elemen Jurnalisme Kasubsi Pengembangan Berita
pada Jurnalis Kasubsi Berita Ulasan dan
Kasubsi Liputan dan Olah Raga:
Desh redaksi dan Reporter
-Bagaimana Pemahaman Prinsip
Sembilan Elemen Jurnalisme di
RRI Jambi?
-Bagaimana Penerapan Prinsip
Sembilan Elemen Jurnalisme di
RRI Jambi?
- Bagaimana Kebijakan
Redaksional terhadap Jurnalis
tentang penerapan Sembilan
Elemen Jurnalisme di RRI jambi?
DAPTAR PUSTAKA

A. Karya Ilmiah
Arikuntoro, suharsimi. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka cipta, 2010
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan, (Semarang :
Toha Putra, 2002), 195
Djuroto, Totok. teknik mencari dan menulis berita, semarang : Dahara Prize,
2005.
Ghony, Djuanidi. Dasar-dasar penelitian kualitatif: prosedur, tehnik dan
teori Grounded, Surabaya: bina ilmu, 2007.
Haryanto, Ignatius. jurnalisme era digital, jakarta: Pt Kompas Media
nusantara, 2014.
Hendshall, Peter dan David ingram. Menjadi jurnalis, yogyakarta:Lkis.2010.
Iskandar, metodologi penelitian kualitatif, Jakarta: gaung persada,2009.
Kriyanto, Rachmat. metodologi Riset, Komunikasi pemasaran Jakarta;
Kencana prenada Media Group,2006.
Kusumaningrat, Hikmat dan purnama ningrat. jurnalistik : teori dan praktik,
Bandung : Pt.Remaja Rosdakarya, 2012.
Moloeng, Lexi J.metodologi penelitian kualitatif, bandung : Pt remaja rosda
karya. 2010
Mondry. Pemahaman dan teori Jurnalistik.Bogor: ghalia Indonesia,2008.
Pendidikan, Departemen dan kebudayaan. Kamus besar bahasa indonesia
edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka,2003.
Rahayu, Iin Tri dan Triastiadi Ardi Ardani. observasi & wawancara Jatim:
Bayumedia Publishing, 2004
Romli, Asep Samsul, Jurnalistik terapan, Bandung: batik press, 2005.
Romli, Asep Samsul. jurnalistik dan praktis untuk pemula, Bandung : Remaja
Rosda karya, 2009.
Sugiyono. metode penelitian pendidikan “ pendekatan kuantitatif, kualitatif,
bandung : Alfabeta, 2007
Tebba, Sudirman. Jurnalistik baru, Jakarta : Penerbit kalam indonesia.2005.
Tim penyusun, panduan penulisan karya ilmiah mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN Sts Jambi, 2014
Yumanasudican, Setna. penuntun penyusunan karya ilmiah. Semarang :
Aneka ilmu,1998
Zein, M.Fadhliah, kezamilan media massa terhadap umat islam, jakarta
:Pustaka Al-kautsar
B. Website

Detik.com Diakses melalui alamat http://maknahidup.blogdetik.com/


2009/11/01/makna-ungkapan-pengalaman-adalah-guru-terbaik/
Daring, KBBI. diakses melalui alamat http://kbbi.web.id/jurnalisme pada 10
mei 2015
Faizah, Nurjanah. Diakses melalui alamat http://www.academia.edu/
9459678/KODE_ETIK_JURNALISTIK pada 10 mei 2015
Romel, wartawan dan jurnalistik Diakses melalui alamat
http://romeltea.com/wartawan-jurnalis/ pada tanggal 28 november 2014
pukul 20:21 Wib
Randyantini,Vely. “integritas dalam etika profesi,” Diakses melalui alamat
http://velyrandyantini.blogspot.com/2012/12/integritas-dalam-etika-
profesi.html pada 15 maret 2015

Arismunandar, Satrio. elemen jurnalisme diakses melalui alamat http://


www.academia.edu/5142169/Sembilan_Elemen_Jurnalisme_Plus_Ele
men_ke-10 pada 15 mei 2015

News, Tribun. Diakses melalui alamat http://www.tribunnews.com/nasional


/2013/12/09/aji-pemberian-amplop-kepada-wartawan-melunturkan-
independensi
Velyranddyantini diakses melalui alamat http://velyrandyantini.blogspot.com
/2012/12/integritas-dalam-etika-profesi.html pada tanggal 15 mei 2015
CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Dedy Suhendra
Tempat dan Tanggal Lahir : Bangun Karya, 19 Desember 1992
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Pasar Pelita, Desa Bangun Karya, Kec.
Rantau Rasau, Kab. Tanjung Jabung
Timur

B. Riwayat Pendidikan
UIN STS Jambi : 2011- sekarang
MAN Bandar Jaya : 2008- 2011
MTSN Bandar Jaya : 2005- 2008
SDN 135/X Bangun Karya : 1999- 2005

C. Riwayat Organisasi/ Pekerjaan


1. Wartawan Tabloid Kampus (Lokomotif) pada tahun 2013- 2014
2. Pengurus BEM Fakultas Ushuluddin bidang olahragaan tahun 2014-
2015

Anda mungkin juga menyukai