Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Anzalia Silma Dzikron
NIM: 1113051000150
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
hadirat Allah SWT, karena berkat kehendak dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW atas segala keberkahan yang Ia berikan kepada umat-Nya.
Penulis menyadari dengan sangat bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Namun, berkat usaha, doa, dan support dari berbagai pihak,
akhirnya skripsi ini telah selesai. Pada kesempatan ini, penulis dengan hormat
1. Dr. Arief Subhan, M. A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Administrasi Umum; Dr. Suhaimi, M. Si., sebagai Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Kholis Ridho, M. Si., sebagai Ketua Konsentrasi Jurusan Jurnalistik dan Dra.
dan administrasi.
v
3. Artiarini Puspita Arwan, M. Psi, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
dengan baik.
7. Kepada kedua orang tua saya, Drs. Moch. Dikron dan Nini Ramyani atas
segala kasih sayang, perhatian, do’a, serta dukungan baik secara moral
8. Kepada Mbah Uti, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis untuk
9. Kepada Dini Zakiah, sahabat penulis sejak SMA hingga sekarang, yang
selalu jadi teman curhat baik masalah pribadi maupun masalah akademik,
vi
teman kolaborasi nyanyi dan teman ‘kulineran’ penulis, semoga
10. Kepada teman-teman di grup BIG; Lulu Mawaddah yang selalu setia dan
tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dari awal kuliah baik
penulisan skripsi; Iladiena Zulfa, Putri Husnul Aprilia dan Jasmine Nurfitri
11. Kepada sahabat-sahabat penulis di grup GENKGO; Sinta Dwi Kurnia dan
Puji Astuti, Mudrikah Sulistya Utami, dan Diah Mawardi yang telah
12. Kepada teman-teman satu bimbingan saya, Linda Fazria dan Syahidah
Azzahra yang telah memberi bantuan serta motivasi sehingga penulis dapat
13. All Crew RDKFM yang telah menjadi keluarga kedua bagi peneliti, sebagai
Muti, Putri, dan teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebut
satu persatu.
vii
14. Kepada teman-teman di KKN Himawari, Shandy dan Dita yang telah
15.
Kepada teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2013 yang telah banyak
membantu penulis baik dalam hal akademik maupun non akademik selama
Semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas kebaikan pihak-pihak yang
ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan para pembaca. Amin ya
Robbal ‘Alamin.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………....... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..... xv
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian………………………………………….. 8
D. Manfaat Penelitian………………………………………… 9
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 9
F. Sistematika Penulisan……………………………………... 12
A. Berita………………………………………………..……... 14
B. Media Massa……………………………………………..... 19
C. Media Sosial……………………………………………….. 23
ix
E. Revisi UU ITE…………………………………………….. 27
F. Sikap Kritis………………………………………………... 30
I. Kerangka Berpikir………………………………………..... 42
A. Paradigma Penelitian……………………………………..... 46
1. Lokasi Penelitian……………………………………..... 48
2. Waktu Penelitian……………………………………..... 49
1. Data Primer…………………………………………..... 49
2. Data Sekunder………………………………………..... 50
1. Populasi……………………………………………….. 50
2. Sampel………………………………………………… 51
F. Variabel Penelitian………………………………………… 54
G. Hipotesis Penelitian………………………………………... 55
H. Definisi Operasional………………………………………. 55
I. Uji Instrumen……………………………………………… 57
1. Uji Validitas…………………………………………… 57
x
2. Uji Reliabilitas………………………………………… 61
1. Sejarah Singkat………………………………………... 68
1. Usia…………………………………………………….. 75
2. Jenis Kelamin………………………………………….. 76
4. Tempat Tinggal………………………………………... 77
xi
4. Uji T…………………………………………………… 88
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………... 92
B. Saran……………………………………………………….. 93
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 94
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 101
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
xiii
Tabel 5.12 Jumlah Responden Menurut Tingkat Sikap Kritis……………… 85
Tabel
5.15 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana…………………………..... 88
xiv
DAFTAR GAMBAR
Terikat………………………………………………………… 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
2. Surat Bimbingan Skripsi
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
biasa. Jika dahulu aktivitas komunikasi massa hanya mengenal media cetak dan
media elektronik, kini telah dikenal beragam media massa berbasis internet. 1
(audience) yang pasif, tetapi juga sebagai kreator pesan yang aktif.2
Lewat internet, keakraban dengan sesuatu yang alami dan nyata (real) kini telah
diganti dengan keeratan sesuatu yang tidak nyata, virtual, dan semu. Ketika
tiba-tiba menjadi begitu bergairah dan sangat akrab saat berkomunikasi via e-mail.
3
Namun, kini bukan e-mail saja yang menjadi alat komunikasi chatting, ada
berbagai aplikasi chatting dengan banyak fitur-fitur baru yang ditambahkan. Hal
1
Masduki dan Muzayin Nazaruddin, ed., Media, Jurnalisme dan Budaya Popular
(Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia & UII Press,
2008), h. 102.
2
Idi Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi : Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI,
2007), h. 38 – 39.
3
Idi Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi : Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, h. 39.
1
2
Secara umum, media sosial diartikan sebagai wadah atau situs yang
menjalin hubungan dengan relasi bisnis dari berbagai kalangan.4 Interaksi yang
dilakukan
dalam media sosial dapat dilakukan tanpa dibatasi ruang dan waktu
media sosial, masyarakat di berbagai belahan dunia sudah terhubung satu sama
lain.
berkah bagi perwujudan partisipasi semua orang. Sehingga internet telah menjadi
ruang maya untuk membangun masyarakat yang dianggap demokratis atau sebuah
democracy.
masuk begitu saja tanpa adanya pemahaman akan verifikasi yang benar sehingga
4
Abdulloh Hamid, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren (Pelajar dan Santri
dalam era IT dan Cyber Culture) (Surabaya: Imtiyaz, 2017), h. 133.
5
James R. Situmorang, “Pemanfaatan Internet Sebagai New Media dalam Bidang
Politik, Bisnis, Pendidikan, dan Sosial Budaya,” Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 8, No. 1
2012): h. 86.
6
Idi Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi : Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, h. 39-40.
3
tersebar. Hal inilah yang menjadi latar belakang adanya revisi Undang-Undang
(UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang telah disahkan oleh DPR
pada 27 Oktober 2016 dan telah berlaku pada tanggal 28 November 2016.
dan Informatika, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menhukham) 7
elektronik.
b. Menurunkan ancaman pidana nama baik dari paling lama enam tahun
menjadi empat tahun dan denda dari Rp 1 Miliar menjadi Rp 750 juta.
lama 12 tahun penjara menjadi empat tahun dan denda dari Rp 2 Miliar
7
Mochamad Wahyu Hidayat, “Jokowi Sampaikan Naskah RUU tentang Perubahan
atas UU ITE ke DPR,” artikel diakses pada 17 Desember 2016 dari
http://m.liputan6.com/tekno/read/2396493/jokowi-sampaikan-naskah-ruu-tentang-
perubahan-atas-uu-ite-ke-dpr
4
bukti hukum.
pidana TIK.
Dari penjelasan salah satu poin revisi UU ITE di atas dapat diketahui bahwa
Herianto Batubara, “Ini 7 Poin Penting di Revisi UU ITE yang Disahkan DPR,”
8
mengemukakan bahwa masyarakat saat ini harus lebih hati-hati dalam membuat
meneliti kembali, apakah informasi yang didapat benar atau tidak, karena jika
sebagai tindak pidana dalam transaksi elektronik, seperti saat berkomentar atau
Di sinilah perlu adanya sikap kritis dalam memilah informasi mana yang
benar dan yang salah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dalam al-
Qur’an telah dijelaskan pada Surat al-Hujurat ayat enam (6), yang berbunyi:
10
Anonim, “Penyebar Pesan Bermuatan Terlarang Dijerat Hukum, Ini
Aturan Terbarunya,” diakses pada 20 Mei 2017 dari
https://m.tribunnews.com/nasional/2016/11/28/penyebar-pesan-bermuatan-
terlarang-dijerat-hukum-ini-aturan-terbarunya
11
Nurmulia Rekso Purnomo, “Rudiantara Minta Pengguna Media Sosial Hati-Hati
Menyebarkan Informasi,” artikel diakses pada 20 Mei 2017 dari
https://www.tribunnews.com/nasional/2016/12/06/rudiantara-minta-pengguna-media-
sosial-hati-hati-menyebarkan-informasi
6
ٰ
ص ْيب ُْوالقا ْو ًم لمل ِب اجل اَه لَا ٍل
ِ ُ تل ْ
ن ا االو ُ ني با ت
ْ َّ ِ ا اا فل با نبٌ مل
ل قس ا ف
ِ ْ ال مكُ ل ء لجآ ْ
ن ا االو ُ نم ل
لا يذَّ
ْ ُّ ا ِ ْنا اَلآ َهيا لأ
ي
informasi kepada kita, sebelum disebarkan, kita harus memeriksa berita dan
informasi itu terlebih dahulu. Apakah benar demikian atau hanya isu belaka? Hal
ini bertujuan agar tidak tersebarnya informasi yang salah yang bisa merugikan
Penjelasan pada ayat di atas berbanding lurus dengan definisi dari sikap
kritis itu sendiri. Sikap kritis merupakan sikap yang tidak mudah percaya, tidak
sumbernya. Seseorang yang mempunyai sikap kritis akan mencoba mencari tahu
ITE terhadap sikap kritis pengguna media sosial dalam penggunaan media sosial.
yaitu :
1. Untuk mengetahui seberapa besar terpaan pemberitaannya, peneliti
Anonim, “Top Sites in Indonesia,” artikel diakses pada 30 Januari 2017 dari
14
http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
15
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Profil Pengguna Internet
Indonesia 2014 (Jakarta: APJII, 2015), h. 3.
8
berada pada rentang usia 20-40 tahun 16 atau golongan yang telah
Sedangkan rumusan masalah yang akan memandu penelitian ini adalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
16
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda (Jakarta: Grasindo,
2008), h. 3-4.
17
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, h. 105.
9
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
memilih informasi.
E. Tinjauan Pustaka
Ilmu Komunikasi dan Internet lewat Google Scholar dan Portal Garuda. Adapun
beberapa kajian pustaka yang dijadikan referensi oleh peneliti dalam melakukan
penelitian, yaitu :
sebanyak 100 orang. Dari uji korelasi dan regresi yang dilakukan, hasil
digunakan.
metode survei dengan sampel sebanyak 277 orang dari dua fakultas
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang profil, visi dan misi, serta informasi
Bab ini berisi inti dari penelitian yaitu hasil data yang
BAB VI PENUTUP
A. Berita
1. Definisi Berita
mengemukakan bahwa berita adalah apa saja yang ingin dan diketahui
mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian
“news” yang berakar dari kata “new” (baru) dengan arti terhadap sesuatu
1
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya), h. 3.
2
A. S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 64.
14
15
tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar dan menarik bagi
sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio,
3
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik (Bandung: Penerbit Nuansa), h. 102 & 103.
4
A. S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional, h. 65.
16
immediate (segera).5
2. Sifat Berita
Berdasarkan sifatnya, berita terbagi menjadi :
dan pembunuhan.6
5
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik (Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia, 2011), h. 77.
6
Husnun N. Juraid, Panduan Menulis Berita Edisi Revisi (Malang: UMM Press,
2012), h. 48.
7
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, h. 76.
17
3. Nilai Berita
(1980:6-17), terdapat sembilan hal yang menjadi kriteria umum nilai berita.
dan seks (sex) termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita. Dari
b. Kebaruan; Segala perubahan penting yang terjadi dan baru saja terjadi,
d. Aktual; berita merupakan suatu peristiwa yang sedang atau baru saja
terjadi. Aktual sendiri menunjuk pada peristiwa yang baru saja terjadi.
h. Orang penting (public figure); kalangan public figure dimana saja dan
9
A. S. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature
Panduan Praktis Jurnalis Profesional, h. 80-92.
19
B. Media Massa
media saja yang bisa mempengaruhi masyarakat. Media massa juga kerap
Media massa memiliki dua bentuk, yaitu media cetak dan media
13
elektronik. Media cetak maupun elektronik mempunyai keunggulan
tersendiri, yaitu memberikan gambaran yang jelas dan rinci kepada para
10
Sudirman Tebba, dkk., Bisnis Media Massa di Indonesia (Tangerang: Pustaka
irVan, 2015), h. 43.
11
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan
Kita) Edisi 6 (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), h. 262.
12
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), h. 13
13
Sudirman Tebba, dkk., Bisnis Media Massa di Indonesia, h. 43-44.
20
bersamaan.14
World Wide Web (WWW). 16 Ciri khusus dari media ini terletak pada
14
Nanang Supriatna, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi) (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2007), h. 99
15
Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler, Media and Society: An Introduction
Third Edition (Australia: Oxford University Press, 2005), h. 103.
16
Fahrina Ilhami, dkk., “Pengaruh Terpaan Pemberitaan Politik di Media Online
dan Terpaan Pesan Iklan Kampanye Politik di Media Televisi Terhadap Elektabilitas
Partai Hanura”, Jurnal Ilmu Komunikasi, (2014): h. 4.
17
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, h. 46.
21
situs berita online yang kini menjadi portal informasi utama. Situs berita
diatas tahun 1990. Generasi ini sering disebut generasi digital natives,
lainnya.19
sehingga pengelola tidak hanya mengatur isi media, tetapi juga dapat
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, dan Teknik Sipil, Vol. 5
(2013): h. S-52.
19
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, h. 49.
20
Yusuf Amrozi, “Review Buku: Mencari Formulasi Komunikasi Islam di Tengah
Gelombang Media Online,” Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 02, No. 02 (2012): h. 330.
22
Di samping karakteristik media online di atas, media online
Media online bisa diakses di mana pun dan kapan pun dengan
website atau situs sehingga pengguna media online juga dapat mencari
21
Shirley Biagi, Media/Impact Pengantar Media Massa, h. 16
23
e. Media antarpribadi
dapat diterima dalam waktu yang sama tanpa dibatasi oleh jarak dan
ruang.22
C. Media Sosial
yang menantang aturan-aturan yang telah lama dianut oleh media massa
22
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik, h. 46-48.
23
Muhammad Hisyam dan Cahyo Pamungkas. Indonesia, Globalisasi, dan Global
Village (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), h. 455.
24
Abdulloh Hamid, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren (Pelajar dan Santri
dalam era IT dan Cyber Culture), h. 133.
24
pemancar media massa akan menghasilkan media baru yaitu, media sosial.
aktivitas kita. (Bohil, Owen, Jeong, Alicea dan Bocca, 2009; Potter,
2009).27
25
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan
Kita) Edisi 6, h. 262.
26
Muhammad Hisyam dan Cahyo Pamungkas. Indonesia, Globalisasi, dan Global
Village, h. 454.
27
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan
Kita) Edisi 6, h. 262.
25
di dunia maya.
dunia.30
28
Muhammad Hisyam dan Cahyo Pamungkas. Indonesia, Globalisasi, dan Global
Village, h. 454.
29
Abdulloh Hamid, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren (Pelajar dan Santri
dalam era IT dan Cyber Culture), h. 133.
30
James R. Situmorang, “Pemanfaatan Internet Sebagai New Media dalam Bidang
Politik, Bisnis, Pendidikan, dan Sosial Budaya,” Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 8, No. 1
(2012): h. 86.
26
mendengarkan, melihat, dan membaca suatu pesan media. Terpaan media bisa
terjadi pada tingkat individu maupun kelompok yang memiliki pengalaman atau
perhatian terhadap pesan media tersebut. Terpaan media dapat diketahui melalui
mengukur frekuensi, durasi, dan atensi pengguna saat mengakses media massa
Terpaan media adalah salah satu cara dalam mencari data pengguna
mengenai penggunaan media baik dari segi frekuensi, durasi, maupun atensi.32
menerus diterpa oleh pesan-pesan dari media yang dipercayainya, maka yang
banyak berita yang khalayak baca. Sedangkan durasi dapat diukur dengan berapa
dilihat dengan cara berapa lama pengguna mengakses atau mengikuti media
34
tersebut.
Sedangkan atensi atau perhatian diukur dengan seberapa tinggi
ini adalah dengan cara mengukur frekuensi (banyaknya berita yang dibaca), durasi
Revisi UU ITE.
E. Revisi UU ITE
Informatika, Semuel A. Pangerapan menjelaskan bahwa ada lima poin inti yang
1. Poin pertama, menurunkan pidana penjara dari enam tahun menjadi empat
terhadap siapa yang benar dan yang salah. 35 Henri Subiakto, Staf Ahli
bahwa di dalam UU ITE yang baru nanti, aparat hukum tidak bisa secara
34
Endang S. Sari, Audience Research; Pengantar Studi Penelitian Terhadap
Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa, h. 29.
35
Viska, “Lima Poin Utama Revisi UU ITE”, artikel di akses pada 03 Desember
2017 pada https://www.kominfo.go.id/content/detail/8437/lima-poin-utama-revisi-uu-
ite/0/berita_satker
28
dilupakan.
Dua cara yang akan dilakukan pembatasannya yaitu terdapat pada akses
5. Poin kelima, penegasan atas dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum
yang sah.37
Informasi dan Transaksi yang telah disusun dan dirundingkan dalam Panitia Kerja,
36
Rakhmat Nur Hakim, “Revisi UU ITE Bertujuan Melindungi Masyarakat di
Dunia Maya”, artikel diakses pada 18 April 2017 pada
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/14/22111631/revisi.uu.ite.bertujuan.melindungi
.masyarakat.di.dunia.maya
37
Viska, “Lima Poin Utama Revisi UU ITE”, artikel di akses pada 03 Desember
2017 pada https://www.kominfo.go.id/content/detail/8437/lima-poin-utama-revisi-uu-
ite/0/berita_satker
29
bisa dilakukan ketika sudah mendapat keputusan tetap dari pengadilan. Sehingga
dalam UU ITE yang baru nanti akan ada pasal yang mengatur tentang
Cyberbullying
atau menakut-nakuti dengan informasi elektronik sebagai ekstensi
enam tahun menjadi empat tahun, sehingga tidak ada potensi untuk
dilakukan penahanan.
delik aduan.
pada UU ITE adalah merujuk pada pasal 310 dan 311 KUHP.
secara pribadi pada pasal 29, dari 12 tahun menjadi sembilan tahun.
F. Sikap Kritis
secara umum dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu bentuk reaksi
38
Anonim, “Revisi UU ITE, Atur Soal Cyber Bullying”, artikel diakses pada 18
April 2017 pada https://kominfo.go.id/content/detail/7966/revisi-uu-ite-atur-soal-cyber-
bullying/0/berita_satker
39
Rakhmat Nur Hakim, “Revisi UU ITE Bertujuan Melindungi Masyarakat di
Dunia Maya”, artikel diakses pada 18 April 2017 pada
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/14/22111631/revisi.uu.ite.bertujuan.melindungi
.masyarakat.di.dunia.maya
40
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), h. 4-5.
41
Azizi Yahya, dkk., Psikologi Sosial Alam Remaja (Malaysia: PTS Professional
Publishing, 2006), h. 72.
31
42
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Namun, dalam
Socrates mengatakan, “Hidup yang tidak dikaji tidak layak
yang selalu meragukan segala hal dianggap sebagai metode utama yang
filsafat, sikap yang selalu muncul dengan sendirinya adalah sikap kritis,
yaitu sikap yang selalu mempertanyakan semua hal, tidak mudah puas
dengan jawaban yang ada, tidak mudah percaya, dan selalu ingin tahu.43
Secara konsep dasar, kritis diartikan sebagai sikap yang tidak serta
yang ia dapat, atau dengan kata lain, tidak mudah dipengaruhi informasi
kritik.45
42
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), h. 39.
43
A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis
(Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 17-18
44
Kiftiawati Sulistyo, Sukses Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA 2009 (Jakarta:
Media Pusindo, 2009), H. 81
45
Tim Mitra Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi untuk SMP dan MTs Kelas
XI, h. 64.
32
Yuni Wulandari, dan Yohanes Babari (2005), sikap kritis merupakan sikap
yang intelek tidak akan begitu saja mengikuti peraturan yang ditetapkan
jika tidak pantas untuk diikuti, melainkan mencari tahu terlebih dahulu.
Tetapi jika memang suatu peraturan atau informasi yang ternyata benar
dan pantas untuk diikuti, maka secara langsung mematuhi peraturan atau
dipahami bahwa dalam sikap terdapat hubungan antara subjek dan objek.
Ada manusia dan ada permasalahan. Kedua hal ini selalu berkaitan, karena
46
Antonius Atosokhi Gea, dkk., Character Building II Relasi dengan Sesama
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005) h. 158.
47
Antonius Atosokhi Gea, dkk., Character Building II Relasi dengan Sesama, h.
173.
48
A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis,
h. 15
33
macam sikap terhadap hal (objek sikap).50Objek sikap sendiri dapat berupa
Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan
untuk bertanya, ingin lebih tahu terhadap sesuatu, dan lain-lain. Maka dari
49
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h. 203
50
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 201
51
David O. Sears, dkk., Psikologi Sosial Sosial (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1988)
h. 138.
52
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, h. 202.
34
sikap tertentu terhadap objek sikap yang dihadapinya. Maka dari itu sikap
dapat dirubah dan dibentuk. Menurut Saifuddin Azwar, ada beberapa
Maka dari itu, sikap cenderung mudah terbentuk jika terdapat faktor
anggap penting seperti orang tua, saudara, sahabat, guru atau dosen,
penting.
dalamnya.
yang bermula dari kajian psikologi ini kemudian berubah menjadi teori
objek material dalam kajian psikologi dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia
53
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, h. 30-36.
54
Sayuti Melik, “Efek Tayangan Stand Up Comedy Metro TV Terhadap Perilaku
Penonton Usia Muda di Loa Janan Kutai Kartanegara,” eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 4
No. 3 (2016): h. 488.
55
Niemas Prabawati, “Hubungan Antara Terpaan Media Tayangan Bima Satria
Garuda dengan Perilaku Kekerasan yang dilakukan oleh Anak”, (Thesis S2 Jurusan
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, 2014), h. 5-6.
36
komunikan.
informasi baik berupa pesan lisan, tulisan, atau simbol-simbol tertentu dari
behavioral.
khusus, dengan demikian dapat diharapkan atau diduga berhubungan yang erat
merupakan reaksi dari penerima terhadap pesan atau stimulus, baik berupa lisan,
56
A. M. Hoeta Soehoet, Teori Komunikasi 2 (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta
IISIP Jakarta, 2002), h. 26.
57
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 3.24
37
Teori ini meyakini bahwa penyebab dari sikap yang dapat berubah
tergantung pada kualitas rangsang yang diterima. Pemahaman inti dari teori ini
adalah bahwa setiap proses suatu efek media terhadap individu, harus diawali
dengan
terpaan dari beberapa pesan media, sehingga hasilnya akan terlihat
2010: 467).58
Teori ini berasumsi bahwa efek yang ditimbulkan secara terarah dan
diberikan. 59 Perubahan sikap hanya dapat terjadi jika stimulus yang diberikan
melebihi semula.60
Teori ini menjelaskan bahwa pengaruh yang terjadi pada komunikan dari
dapat diketahui bahwa besar kecilnya pengaruh yang terjadi pada komunikan
58
Prasdianingrum Ayuningtyas, “Hubungan Antara Terpaan Media Mengenai
Penculikan Anak di Televisi dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di RT 23 Kelurahan
Sidomulyo Samarinda,” eJournal Komunikasi, Vol. 1, No. 2 (2013): h. 20.
59
Niemas Prabawati, “Hubungan Antara Terpaan Media Tayangan Bima Satria
Garuda dengan Perilaku Kekerasan yang dilakukan oleh Anak”, (Thesis S2 Jurusan
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, 2014), h. 5-6.
60
Sayuti Melik, “Efek Tayangan Stand Up Comedy Metro TV Terhadap Perilaku
Penonton Usia Muda di Loa Janan Kutai Kartanegara,” eJournal Ilmu Komunikasi, Vol. 4
No. 3 (2016): h. 488.
61
Niemas Prabawati, “Hubungan Antara Terpaan Media Tayangan Bima Satria
Garuda dengan Perilaku Kekerasan yang dilakukan oleh Anak”, (Thesis S2 Jurusan
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, 2014), h. 5-6.
38
bahwa dalam menelaah ada atau tidaknya perubahan sikap terdapat pada tiga
variabel
penting pada organisme, yaitu : perhatian, pengertian, penerimaan.
Organisme :
Perhatian
Stimulus Pengertian
Penerimaan
Response
(Perubahan Sikap)
bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang
62
kesediaan untuk mengubah sikap. Hal inilah yang menandakan bahwa
tertentu.
Teori penilaian sosial dalam ilmu psikologi sosial merupakan teori yang
yang diterima atau dibaca. Teori ini dibuat berdasarkan karya Muzfer Sherif dan
62
Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 255
63
Niemas Prabawati, “Hubungan Antara Terpaan Media Tayangan Bima Satria
Garuda dengan Perilaku Kekerasan yang dilakukan oleh Anak”, (Thesis S2 Jurusan
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, 2014), h. 6.
64
Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 7.
40
tertinggi.66
rejection) – pernyataan tidak setuju, dan pada data yang ketiga merupakan rentang
masalah itu kemungkinan tidak penting bagi dirinya, dan keterlibatan egonya pun
65
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication) (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 105-106.
66
Sarlito W. Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h. 188.
41
rendah. Sedangkan yang pernah terlibat dalam masalah tersebut, bisa dipastikan
dibalik semua itu, teori penilaian sosial juga mempunyai penyimpangan dalam
prakteknya.
Terdapat dua penyimpangan dalam teori penilaian sosial, yaitu sebagai berikut.
a. Efek kontras (contrast effect) terjadi pada saat seseorang menilai suatu
masalah atau pesan lebih jauh dari yang seharusnya (terlalu tidak
berpihak).
suatu masalah atau pesan lebih dekat dengan sudut pandang pribadi
Ketika sebuah pesan atau masalah relatif dekat dengan hubungan pribadi
seseorang, maka akan terjadi asimilasi. Namun, jika tidak ada keterlibatan
hubungan pribadi dengan masalah tersebut, maka akan terjadi efek kontras.
Semua pengaruh dari efek kontras dan efek asimilasi akan semakin dipertinggi
seseorang. Teori ini beranggapan bahwa semakin pesan atau pernyataan tersebut
berada pada rentang penerimaan dan rentang netral, maka semakin besar
perubahan sikap yang terjadi dan semakin pesan atau pernyataan tersebut berada
pada rentang penolakan, maka semakin besar juga tidak adanya perubahan sikap
42
Pada akhirnya, teori ini menjelaskan bahwa, semakin tinggi keterlibatan
ego terhadap suatu pesan atau isu, maka rentang penolakan semakin besar, rentang
netral semakin kecil dan terjadinya perubahan sikap diperkirakan lebih sedikit.
Intinya, keterlibatan ego merupakan hal inti dalam teori penilaian sosial.67
F. Kerangka Berfikir
Stimulus Organisme
Response
Sikap Kritis Pengguna
Media Sosial (Y)
1. Kognitif
2. Afektif
3. Behavioral
67
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi (Theories of Human
Communication), h. 105-108.
43
juga informasi atau berita yang disajikan. Selain itu, dengan berkembangnya
media sosial, berbagai macam informasi menyebar menjadi semakin luas tanpa
ada verifikasi
redaksi.
Tim Clydesdale (2009) mengungkapkan bahwa suatu fakta dan opini yang
tidak berdasar dapat muncul secara bersamaan dalam satu laporan utuh. Dosen
bahwa media massa saat ini lebih bebas dalam menyajikan suatu berita. Hal ini
terlihat adanya kebebasan dalam mempublikasi suatu berita online. Siapapun kini
bisa menyajikan berita online lewat media yang telah memberikan otoritasnya.
Saat ini, berita dengan ciri tersebut disebut sebagai berita hoax. Karena
yang ada. Mengetahui hal tersebut, sebagai pengguna media massa dan media
sosial harus semakin berpikir kritis dan skeptis terhadap suatu berita atau
informasi.68
Melihat banyaknya berita yang masuk tanpa ada verifikasi yang benar
68
Julia T. Wood, Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan
Kita) Edisi 6, h. 279-281.
44
Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian untuk mencari tahu, apakah
kritis para pengguna media sosial. Melihat ada keterkaitannya dengan teori respon,
peneliti
mengambil teori S-O-R atau Stimulasi-Organism-Respons yang
dikembangkan oleh Melvin De Fleur. Teori ini merupakan modifikasi dari teori S-
R (Stimulasi-Respons).
stimulus tertentu oleh komunikator akan menimbulkan reaksi khusus yang telah
akan terjadi jika stimulus yang diberikan lebih dari apa yang komunikan ketahui
sebelumnya.
Revisi UU ITE yang diukur dengan tiga hal untuk mengetahui adanya perubahan
sikap, yaitu frekuensi, durasi, dan atensi. Ketiga hal ini akan ditanyakan kepada
responden (pengguna media sosial di Kota Tangerang Selatan). Jika stimulus yang
dalam pengukurannya. Teori ini berfokus pada penilaian seseorang terhadap pesan
media yang ia terima atau ia baca. Teori yang dikembangkan oleh Muzfer Sherif
45
ini mencoba menjelaskan bahwa penilaian seseorang terhadap suatu stimulus akan
Menurut teori ini, perubahan sikap akan terjadi jika pesan media yang
diberikan adalah pesan media yang belum ia ketahui sebelumnya dibandingkan
pesan media yang berlawanan dengan pandangannya. Jika pesan media masuk ke
dalam rentang penerimaan atau rentang netral, maka semakin besar perubahan
sikap yang terjadi, namun jika pesan media masuk ke dalam rentang penolakan,
berdasarkan frekuensi, atensi, dan durasi terhadap sikap kritis pengguna media
sosial pada tiga aspek sikap, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Dari ketiga
aspek tersebut akan diketahui seberapa besar sikap kritis yang dipengaruhi
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
terukur dan teramati melalui kuesioner, inventori, sosiometri, dan lain-lain. Dalam
dugaan awal setelah membangun teori yang akan dihubungkan dengan realita di
lapangan.
Ciri-ciri paradigma positivistik yang dilihat dari tiga aspek keilmuan, yaitu:
dipelajari sendiri melalui objek-objek tertentu dan dapat dikontrol; (b) aspek
1
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2014), h. 39.
46
47
yang terjadi; (c) aspek aksiologis, menghendaki proses penelitian yang objektif
bertujuan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap hal lain dalam
Namun dari keempat bentuk tersebut, yang sesuai dengan penelitian ini
mempengaruhi variabel dependen, tidak ada variabel kontrol dan sampel tidak
2
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2012), h. 37-39.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 7.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, h. 73.
48
diberi stimulus lalu selanjutnya diberikan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk
Respon
1. Tempat Penelitian
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, h. 74-75.
49
Lintang Selatan dan 1060 14` - 1060 22` Bujur Timur dengan luas wilayah
147,19 kilometer persegi (km2) atau sebesar 1,63% dari luas wilayah
Provinsi Banten.
Sedangkan secara administratif, Kota Tangerang Selatan terdiri
Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta, sebelah selatan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Barat (Kab. Bogor) dan Kota Depok, dan sebelah
2. Waktu Penelitian
Adapun jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ada dua jenis,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung
diambil dari lapangan atau sumber data, sedangkan data sekunder merupakan data
yang diambil dari beberapa literatur tertentu yang terkait dengan penelitian.7
1. Data Primer
atau angket kepada 100 responden yang merupakan pengguna media sosial
6
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan Dalam Angka
2015 (Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2015), h. 3.
7
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan
Penghitungan Manual SPSS (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 16.
50
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
2. Data Sekunder
1. Populasi
8
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan
Penghitungan Manual SPSS, h. 21.
9
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 149.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, h. 215.
51
134.317 orang.
2. Sampel
sampling yang dimana setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak
11
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 30.
12
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 31.
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 159.
52
1995).16
rentang usia 20-24 tahun saja. Hal ini dikarenakan data yang didapat
Indonesia pada tahun 2014 sebesar hampir setengah dari total jumlah
14
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 31-34.
15
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 157.
16
Marchantia Andranita, “Perbedaan Fokus Karir Antara Pekerja Dewasa Muda
yang Pindah Kerja dan Tidak Pindah Kerja di Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia, 2008), h. 9.
53
natives adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980, ketika teknologi
jejaring sosial digital seperti Usenet dan Buletin Board System lahir
Selain usia, peneliti juga menetapkan beberapa kriteria tertentu,
seperti ber-KTP Kota Tangerang Selatan dan pengguna media sosial aktif.
kesalahan sampling.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
10% dengan jumlah populasi sebanyak 134.317 orang yang berusia 20-24
tahun.
134317
𝑛=
1 + 134317. (0.1)2
17
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Profil Pengguna Internet
Indonesia 2014, h. 3
18
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 162.
54
134317
=
1 + 1343.17
= 99,92 ≈ 100
F. Variabel Penelitian
ditetapkan oleh seorang peneliti untuk diteliti dan dipelajari dalam mencari
dalam penelitian ini adalah sikap kritis pengguna media sosial di Kota
Tangerang Selatan.
19
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 21
20
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 21
55
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Sikap Kritis
Terpaan Pemberitaan Pengguna Media
Revisi UU ITE Sosial di Kota
Tangerang Selatan
Gambar 3.2 Skema Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
G. Hipotesis Penelitian
H. Definisi Operasional
berisi teori konseptual, indikator dan subindikator yang digunakan, alat ukur dan
21
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 111.
56
Mengetahui tujuan
diberlakukannya Revisi UU
ITE
Mengetahui pasal UU ITE apa
saja yang diubah dalam Revisi
UU ITE
Memahami isi pasal UU ITE
yang diubah dalam UU ITE
Memahami perubahan isi pasal
pada revisi UU ITE
Kognitif Memahami ketentuan
tambahan dalam pasal 40
Memahami adanya
penambahan ketentuan dalam
pasal 26 1. Sangat
Memahami perubahan Setuju (SS)
Sikap Kritis
ketentuan tambahan dalam 2. Setuju (S)
Pengguna Media
pasal 5 ayat 1 dan 2 3. Tidak Setuju Likert
Sosial di Kota
(TS)
Tangerang Selatan Kejelasan istilah ‘pencemaran
4. Sangat Tidak
nama baik’dalam pasal 27
Setuju (STS)
I. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu cara untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur (kuesioner) mampu mengukur sesuai dengan apa yang ingin diukur. Setelah
peneliti membuat kuesioner sebagai alat ukur, maka langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh peneliti adalah menguji apakah kuesioner yang dibuat valid
58
atau tidak kepada responden bayangan. 22 Jika instrumen yang diujikan valid,
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.23
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua instrumen, yaitu instrumen
terpaan dan instrumen sikap kritis. Untuk uji validitas instrumen terpaan
dilakukan melalui uji validitas tampang (Face Validity) dan validitas isi (Content
Validity).
Face validity merupakan salah satu uji validitas yang mengutamakan sisi
format atau bentuk kuesioner. Validitas tampang melihat apakah format kuesioner
yang akan diberikan kepada responden sudah tepat untuk mengungkap apa yang
akan diukur atau belum.24 Validitas tampang tergantung pada penilaian dari para
elisitasi kepada lima orang responden dengan karakteristik yang sama. Peneliti
kemudian mengetahui kriteria frekuensi, durasi, dan atensi yang dibutuhkan oleh
melibatkan seorang ahli atau expert, yaitu ahli media. Validitas isi (content
validity) merupakan salah satu uji validitas yang melihat seberapa jauh suatu
22
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 46
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, h. 121.
24
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 133.
25
Suryani dan Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2015),
h. 146.
59
diambil.
keseluruhan tiap dimensi dan sesuai dengan sampel yang dituju. Maksudnya,
yang digunakan.
Penentuan tepat atau tidaknya isi tiap butir pernyataan pada suatu
instrumen dengan materi yang digunakan dapat dilakukan dengan cara meminta
dari itu diperlukan expert media untuk melihat isinya, sudah sesuai atau belum.
Validitas konstruk merupakan uji validitas yang melihat seberapa jauh tiap butir
pernyataan dalam instrument dapat mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan
tertentu.27
26
Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta:
Grasindo, 2008), h. 50-51.
27
Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, h. 51.
60
responden bayangan yang memiliki kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Setelah diujikan, hasilnya kemudian dihitung untuk mencari tahu apakah tiap butir
pernyataan
valid atau tidak.
Azwar (1992) dan Soegiyono (1999), dalam pengukuran validitas suatu instrumen,
ada beberapa cara dalam mengukur apakah suatu kuesioner valid atau tidak, yaitu:
1. Jika korelasi product moment sudah melebihi 0,3 maka instrumen tersebut
dianggap valid.
Instrumen penelitian dapat dikatakan valid jika r hitung lebih besar atau sama
dengan r tabel.
atau
menyebarkan
suatu
informasi
Perasaan 17,18,19 20,21 5
terhadap
adanya
Revisi UU
ITE
Behavioral Tindakan 22,23,24,25,26 27 6
terhadap
suatu
informasi
Pengalaman - 28,29,30 3
terkait media
sosial
Jumlah butir pernyataan sebelum uji validitas 30
2. Uji Reliabilitas
hasil pengukuran suatu alat ukur agar dapat digunakan berkali-kali terhadap gejala
yang sama.28 Reliabilitas memiliki arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan sesuai
dengan yang diukur, sehingga pengukurannya dapat dipercaya. Jika suatu alat
ukur yang digunakan berkali-kali memiliki hasil pengukuran yang sama, maka
Suatu alat ukur haruslah reliabel agar mendapatkan hasil pengukuran yang
28
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 55.
29
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran, h. 139.
62
reliabel suatu alat ukur. Sedangkan semakin besar kesalahan alat ukur, maka
ini umumnya digunakan untuk menghitung reliabilitas alat ukur yang mengukur
sikap atau perilaku. 31 Instrumen yang dibuat umumnya berbentuk skala likert,
instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel bila Cronbach Alpha > 0,6.32
sebelum sampai pada uji analisis. Tiga tahapan pengolahan data tersebut adalah:
1. Editing
data yang telah dikumpulkan terdapat data yang tidak sesuai kriteria. 34
30
Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 141-142.
31
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 56.
32
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 57.
33
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 86-88.
63
2. Codeting
pada kategori atau jenis yang sama. Kode merupakan suatu isyarat dalam
bentuk huruf, angka, atau lambang untuk membedakan antar kategori data
jawaban atau data pada item tertentu memiliki bobot atau frekuensi
tertentu. Cara yang kedua adalah pengkodean lambang digunakan ada saat
34
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 165.
35
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 86-88.
36
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 166.
37
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 86.
38
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 166.
64
3. Tabulasi
Tabulasi merupakan suatu kegiatan pemindahan data yang telah diedit dan
diberi kode ke dalam bentuk tabel.40 Dalam penelitian sosial, terdapat dua
jenis tabel yang digunakan, yaitu tabel data dan tabel kerja. Tabel data
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Dalam uji analisis ini, peneliti
menggunakan teknik analisis Uji Regresi Linear dan Uji Korelasi Koefisien
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Data yang diuji
39
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 168.
40
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 87.
41
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 168.
42
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan
Perbandingan Penghitungan Manual SPSS, h. 88.
65
𝑛 (∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟=
√{𝑛. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 } . {𝑛. ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
korelasi, dan r = 1 maka korelasinya sempurna positi atau sangat kuat. Berikut
KP = r2 x 100%
Keterangan :
r : Koefisien Korelasi43
Terdapat beberapa macam rumus dalam teknik dalam uji korelasi Pearson
Product Moment. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus asli.
43
Riduwan, Pengantar Statistika Sosial (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 217-218.
66
terlebih dahulu, menyusun tabel kerja, memasukkan data pada rumus yang
independen dan satu variabel dependent. Jika dalam suatu penelitian hanya ada
satu variabel bebas dan satu variabel tak bebas, maka yang digunakan adalah
regresi linear sederhana, sedangkan yang memiliki variabel bebas lebih dari satu,
maka menggunakan regresi linear berganda. 45 Tujuan dari pengujian ini adalah
Uji regresi linear sederhana dapat digunakan atas dasar hubungan sebab
terdapat perbedaan mendasar antara uji korelasi dan uji regresi. Kedua teknik
analisis ini memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Setiap ada uji regresi
sudah pasti ada uji korelasi sebelumnya, sedangkan setiap ada uji korelasi belum
tentu akan dilanjutkan uji regresi. Uji korelasi yang tidak dilanjutkan ke uji regresi
44
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 195.
45
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, h. 179.
46
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif Dilengkapi
dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.
379.
67
linear sederhana :
Y = a + b.X
Keterangan:
Y = Variabel dependen
X = Variabel independen
a = konstanta
b = koefisien regresi48
47
Riduwan, Pengantar Statistika Sosial, h. 269-270.
48
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, h. 179.
BAB IV
antara 6o 39’- 6o 47’ Lintang Selatan dan 106o 14’- 106o 22’ Bujur Timur
dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi (km2) atau sebesar 1,63
1
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan dalam
Angka 2015, h. 3.
68
69
ekonomi dan demografi yang pesat di tempat tersebut. Dua hal tersebut
otonomi baru yang menjadi bagian sah dari provinsi Banten pada tahun
2008.2
sebagai berikut:
Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan – Banten,” Sosio Konsepsia, Vol. 5, No.
03 (2016): h. 221.
3
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan dalam
Angka, h. 3.
70
bagian dari Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2001, kecamatan Ciputat
Terbuka.4
Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan – Banten,” Sosio Konsepsia, Vol. 5, No.
03 (2016): h. 220.
5
Kholis Ridho, “Adaptasi Masyarakat Urban Terhadap Sistem Mata Pencaharian
Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang Selatan – Banten,” Sosio Konsepsia, Vol. 5, No.
03 (2016): h. 221.
71
Tangerang Selatan:
6
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan dalam Angka,
h. 3.
72
Ciputat Timur
11%
Serpong
16%
Ciputat
13%
Pamulang
18%
Penduduk (orang)
Rasio Jenis
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Kelamin
sudah mencapai angka 1,5 juta jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-
laki (777.713 ribu jiwa) dan perempuan (765.469 ribu jiwa). Dengan total
7
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan dalam Angka,
h. 45 & 47.
74
Pamulang
21%
Ciputat Timur
13% Ciputat
15%
Penduduk
No. Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 0-4 73.822 71.420 145.242
2. 5-9 68.160 64.762 132.922
3. 10-14 57.065 54.671 111.736
4. 15-19 60.821 63.522 124.343
5. 20-24 66.132 68.185 134.317
6. 25-29 72.656 74.475 147.131
7. 30-34 74.668 75.924 150.592
8. 35-39 71.229 72.398 143.627
9. 40-44 65.111 63.340 128.451
10. 45-49 54.708 53.061 107.769
11. 50-54 42.448 39.637 82.085
12. 55-59 32.146 27.403 59.549
13. 60-64 17.977 14.070 32.047
75
Dalam tabel di atas, tertera rentang usia dari 0 tahun hingga 75+
penelitian ini, peneliti hanya membatasi usia pada golongan dewasa muda,
yaitu berada pada rentang usia 20-24 dikarenakan hasil riset Asosiasi
di Indonesia pada tahun 2014 sebesar hampir setengah dari total jumlah
1. Usia
8
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan dalam Angka,
h. 49.
9
Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Profil Pengguna Internet
Indonesia 2014, h. 3.
76
banyak berpartisipasi berada pada usia 22 tahun dan yang paling sedikit
2. Jenis Kelamin
4. Tempat Tinggal
kuesioner secara online dan offline menggunakan Google Form kepada responden
yang memenuhi kriteria, seperti ber-KTP Kota Tangerang Selatan, berusia 20-24
tahun, dan merupakan pengguna media sosial aktif sebanyak 100 orang.
dengan kriteria.
78
79
Dengan adanya
perubahan ketentuan
terkait penghinaan dan
Tidak Valid
5. pencemaran nama baik 0,361 0,273
(Revisi)
dapat mengurangi
terjadinya kasus
pencemaran nama baik
Dengan adanya blocking
negative content dari
pemerintah di media
6. 0,361 0,372 Valid
manapun dapat
melindungi kepentingan
umum
Dengan adanya
penambahan right to be
forgotten (hak untuk
7. dilupakan) dapat 0,361 0,388 Valid
melindungi seseorang
dari informasi yang tidak
sesuai dengan dirinya
Menjadikan dokumen
elektronik sebagai alat
8. bukti hukum yang kuat 0,361 0,578 Valid
dapat mengurangi kasus
kriminalisasi di internet
Penjelasan mengenai
pencemaran nama baik
Tidak Valid
9. dalam Pasal 27 Revisi 0,361 0,251
(Revisi)
UU ITE masih belum
jelas
Pasal tentang penghinaan
dan pencemaran nama
Tidak Valid
10. baik dalam Revisi UU 0,361 0,267
(Hapus)
ITE masih menjadi ‘pasal
karet’
Saya merasa aman saat
Tidak Valid
11. membuat/menyebarkan 0,361 0,246
(Hapus)
informasi di media sosial
Saya mudah terpengaruh
dengan informasi yang
12. 0,361 0,476 Valid
disebar melalui media
sosial tanpa mengetahui
80
kebenarannya
Saya harus hati-hati saat
13. menyebarkan informasi 0,361 0,536 Valid
di media sosial
Saya merasa bertanggung
jawab terhadap informasi
14. 0,361 0,520 Valid
yang saya sebar di media
sosial
Saya merasa takut saat
15. menyebarkan informasi 0,361 0,561 Valid
di media sosial
Saya berani memberikan
Tidak Valid
16. opini dan kritik terhadap 0,361 0,307
(Revisi)
suatu informasi
Saya merasa puas jika
mereka yang melanggar
17. 0,361 0,380 Valid
Revisi UU ITE mendapat
sanksi yang sesuai
Revisi UU ITE
memberikan
18. perlindungan hukum bagi 0,361 0,489 Valid
para pengguna media
sosial
Revisi UU ITE
memberikan perlakuan
19. 0,361 0,418 Valid
yang adil bagi para
pengguna media sosial
Revisi UU ITE
20. mengekang kebebasan 0,361 0,425 Valid
berpendapat
Revisi UU ITE
21. mengganggu hak pribadi 0,361 0,655 Valid
pengguna media sosial
Saya selalu mencari tahu
sumber dari informasi
22. 0,361 0,554 Valid
yang saya terima dari
media sosial
Saya selalu memeriksa
kebenaran informasi yang
23. 0,361 0,460 Valid
saya terima melalui
media sosial
81
lebih besar dari r tabel, yaitu 0,361 sehingga dinyatakan valid. Sedangkan
8 butir pernyataan lainnya tidak valid karena r hitung lebih kecil dari r
82
dengan pertimbangan:
Alpha, jika reliabilitas di atas 0,6, maka sudah dapat dikatakan reliabel,
reliabel.
a. Frekuensi
b. Atensi
c. Durasi
Revisi UU ITE.
Dari hasil uji deskriptif variabel sikap kritis di atas dapat diketahui
rata-rata sikap kritis responden dewasa muda berada pada angka 3.10, hal
Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat sikap kritis yang tinggi. Dengan
nilai minimum sebesar 2.62 dan nilai maksimum sebesar 3.73, artinya para
yang tinggi.
86
versi 23.0 for Windows, didapatkan hasil perhitungan pada tabel di atas.
Berikut analisanya.
a. Nilai korelasi antara variabel terpaan media (x) dan variabel sikap
kritis (y) sebesar 0,017. Jika dilihat pada tabel 3.3, nilai korelasi ini
terpaan media (x) tinggi, maka nilai variabel sikap kritis (y) akan
tinggi juga.
dari taraf signifikansi, 0,05. Jika 0,869 > 0,05, maka keputusannya
2. Uji Koefisien Determinasi
dari nilai tersebut masih belum dapat melihat secara detail berapa besar
pengguna Media Sosial di Kota Tangerang Selatan. Maka dari itu, peneliti
tabel di atas.
KD = (r)2 x 100%
KD = (0,017)2 x 100%
KD = 0,000289 x 100%
KD = 0,0289%
88
versi 23.0 for Windows, didapatkan hasil perhitungan pada tabel di atas.
Y = 80,098 + 0,085 X
4. Uji T (T-test)
versi 23.0 for Windows pada tabel 5.11, diketahui nilai t hitung sebesar
Ttabel = t(α/2)(n-2) = t(0,05/2)(100-2) = t(0,025)(98) = 1,98447
tabel two tail test, maka nilai α-nya dibagi 2, sehingga nilai α
Hasil analisis pada uji regresi menunjukkan tidak adanya pengaruh antara
terpaan pemberitaan Revisi UU ITE terhadap sikap kritis pengguna media sosial
di Kota Tangerang Selatan. Artinya, penelitian ini mendukung asumsi kedua teori
yang peneliti gunakan, yaitu teori S-O-R dan teori penilaian sosial.
Dalam teori S-O-R disebutkan bahwa besar kecilnya pengaruh dilihat dari
bagaimana isi dan penyampaian stimulus tersebut, bukan dari semakin seringnya
responden terkena paparan media atau berita. Hal ini terlihat dari banyaknya
responden yang membaca berita lebih dari satu media, namun tidak terpengaruh
Hal ini dapat terbukti dari masih adanya beberapa responden (dalam hal
ini penyebaran secara offline) yang menanyakan arti dari kata-kata khusus seperti
delik umum, delik aduan, dan sebagainya pada berita tersebut. Responden masih
belum
sepenuhnya memahami bahasa hukum yang terdapat pada berita yang
dari peneliti perihal penyebaran stimulus atau berita karena sebagian besar
tinggi, namun pemahaman akan isi dalam berita tersebut belum tentu tinggi
juga tidak akan berubah jika stimulus yang diterima (berita Revisi UU ITE) tidak
perkuliahan Strata Satu. Sehingga rata-rata mereka sudah memiliki sikap kritis
pada faktor kedua, budaya, sebanyak 98% responden tinggal di rumah. Artinya,
dalam satu lingkungan yang homogen dengan orang tuanya. Sehingga sikap kritis
Dalam teori kedua, teori penilaian sosial berasumsi bahwa semakin tinggi
keterlibatan ego atau pengalaman terhadap pesan tersebut, maka penolakan pesan
semakin besar dan terjadinya perubahan sikap diperkirakan lebih sedikit. Jika
dilihat
dari segi aspek frekuensi, sebelumnya mayoritas responden sudah
membaca pemberitaan Revisi UU ITE lebih dari satu media. Karena sering
ITE lebih dari satu media sehingga potensi untuk menolak atau peluang
PENUTUP
A. Kesimpulan
kritis mereka sudah tinggi sedari awal, hal ini terbukti dari nilai
92
93
B. Saran
berbeda.
2. Saran Praktis
BUKU
Pelajar, 2011.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan dalam
Selatan, 2015.
2010.
Group, 2014.
Grasindo, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Gea, Antonius Atosokhi. dkk. Character Building II Relasi dengan Sesama. Jakarta:
94
95
IKAPI, 2007.
Juraid, Husnun N. Panduan Menulis Berita Edisi Revisi. Malang: UMM Press,
2012.
Keraf, A. Sonny dan Dua, Mikhael. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Masduki dan Nazaruddin, Muzayin, ed. Media, Jurnalisme, dan Budaya Popular.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
2008.
Romli,
Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003.
2007.
dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
2011.
Sulistyo, Kiftiawati. Sukses Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA 2009. Jakarta:
Suryani dan Hendriyadi. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Group, 2015.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik. Bogor: Penerbit
Tebba, Sudirman. dkk. Bisnis Media Massa di Indonesia. Tangerang: Pustaka irVan,
2015.
Tim Mitra Guru. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi untuk SMP dan MTs Kelas XI.
Wood, Julia T. Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan Kita),
Yahya, Azizi. dkk. Psikologi Sosial Alam Remaja. Malaysia: PTS Professional
Publishing, 2006.
98
JURNAL
Gelombang Media Online.” Jurnal Komunikasi Islam Vol. 02, No. 02 (2012):
h. 330.
h. 17.
Ilhami, Fahrina. dkk. “Pengaruh Terpaan Pemberitaan Politik di Media Online dan
Andranita, Marchantia. “Perbedaan Fokus Karir Antara Pekerja Dewasa Muda yang
2014.
SITUS
Anonim. “Top Sites in Indonesia.” Artikel diakses pada 30 Januari 2017 dari
http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
Anonim. “Revisi UU ITE, Atur Soal Cyber Bullying.” Artikel diakses pada 18 April
cyber-bullying/0/berita_satker
https://m.tribunnews.com/nasional/2016/11/28/penyebar-pesan-bermuatan-
terlarang-dijerat-hukum-ini-aturan-terbarunya
100
Batubara, Herianto. “Ini 7 Poin Penting di Revisi UU ITE yang Disahkan DPR.”
https://m.detik.com/news/berita/3330752/ini-7-poin-penting-di-revisi-uu-
ite-yang-disahkan-dpr
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/14/22111631/revisi.uu.ite.bertujua
n.melindungi.masyarakat.di.dunia.maya
http://m.liputan6.com/tekno/read/2396493/jokowi-sampaikan-naskah-ruu-
tentang-perubahan-atas-uu-ite-ke-dpr
Nasrillah, Faiz. “Agar Jadi Netizen yang Bijak, Cermati 7 Poin Revisi UU ITE ini.”
https://news.idntimes.com/indonesia/faiz-nasrillah/tujuh-poin-revisi-uu-ite
Prasetyo, Budi. “Selektif Menerima Informasi (Tafsir Surat al-Hujurat ayat 6).”
http://www.muslimdaily.net/artikel/opini/selektif-menerima-informasi-
tafsir-surat-al-hujurat-ayat-6.html
https://www.tribunnews.com/nasional/2016/12/06/rudiantara-minta-
pengguna-media-sosial-hati-hati-menyebarkan-informasi
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 2
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
Lampiran 4
Surat Jawaban Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Lampiran 5
Data Populasi Penduduk Kota Tangerang Selatan 2015
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
Dalam
rangka memperoleh data skripsi dengan judul “Pengaruh Terpaan
Pemberitaan Revisi UU ITE Terhadap Sikap Kritis Pengguna Media
Sosial di Kota Tangerang Selatan” Saya memohon kesediaan Saudara/i
untuk menjadi responden penelitian saya dengan mengisi daftar pertanyaan
di bawah ini dengan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan data yang Anda berikan
akan saya jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Atas kesediaan Saudara/i, terima kasih.
1. Nama : ……………………………………….
2. Usia : ……… tahun
3. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Aktivitas saat ini :
a. Kuliah S1 c. Bekerja
b. Kuliah S2 d. Mencari Pekerjaan
5. Tempat Tinggal :
a. Rumah b. Asrama c. Kosan
B. Terpaan Media (Lingkari (○) jawaban sesuai pilihan Anda)
FREKUENSI
1. Saya pernah membaca pemberitaan Revisi UU Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) lebih dari 1 media.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
ATENSI
1. Saya membaca pemberitaan Revisi UU ITE secara keseluruhan dari
awal sampai akhir.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
DURASI
1. Saya membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk membaca
pemberitaan Revisi UU ITE.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
C. Sikap Kritis
Petunjuk:
Berikan jawaban Anda dengan memberikan tanda cek () pada kotak di
samping pernyataan berikut ini. Pilihlah kotak pada kolom SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Poin-poin Perubahannya
Kamis, 27 Oktober 2016 15:32 WIB
Nah lalu bagaimana soal medium sarana elektronik? Tidak ada yang berubah.
Semua sarana elektronik bisa dijadikan objek UU ITE, dari SMS, sosial media,
email hingga mailing-list.
Contoh kasus SMS yang berisi penghinaan terjadi di Desa Bara, Kecamatan
Woja, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Yaitu kala Siti Mardiah (45) SMS
Emi Hidayanti pada 2014. Siti mengirim SMS yang berisi penghinaan dan
mengata-ngatai Emi sebagai pelacur.
Kasus ini naik ke pengadilan dan Siti lalu dihukum pidana percobaan.
Majelis kasasi yang diketuai Djoko Sarwoko dengan hakim anggota Komariah
Emong
Sapardjaja dan Surya Jaya menjatuhkan hukuman 5 bulan kepada
Saiful. Kasus ini menjadi kasus pertama yang masuk MA terkait SMS cabul
yang dipidana.
Kasus UU ITE via mailing-list dan email yang paling heboh adalah kasus Prita
Mulyasari. Prita mengeluhkan layanan sebuah rumah sakit dalam bentuk
email. Pihak RS lalu mempolisikan Prita dan jaksa menuntut Prita selama 6
bulan penjara. Pada 29 Desember 2009, majelis hakim PN Tangerang
memutus bebas Prita Mulyasari. Alasan utama membebaskan Prita karena
unsur dakwaan pencemaran nama baik tidak terbukti.
Untuk kasus SARA, masyarakat tentu masih ingat kasus Florence Saulina
Sihombing. Mahasiswa S2 di Yogyakarta itu menuliskan kata negatif dalam
akun Path-nya karena kesal dengan antrean beli bensin. Florence nyaris
ditahan polisi dan akhirnya diadili.
Lampiran 11
Sikap Kritis (Kognitif)
Nomor Butir Pernyataan
Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 4 2 3 3 4 2 3 3 3 29
2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 28
3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 2 31
4 1 3 2 3 3 3 3 3 2 2 25
5 2 3 2 1 3 4 3 3 2 2 25
6 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 25
7 3 3 3 2 4 4 4 4 2 2 31
8 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 26
9 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 26
10 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 28
11 2 3 2 3 4 4 2 3 2 2 27
12 2 2 1 3 3 3 4 3 3 3 27
13 3 4 2 3 4 2 3 3 2 1 27
14 3 4 3 3 1 4 4 4 3 1 30
15 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 32
16 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 30
17 2 3 2 3 4 4 2 3 3 2 28
18 2 3 2 2 3 3 4 4 2 2 27
19 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28
20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 28
21 2 2 2 3 3 4 3 3 3 1 26
22 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 28
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
24 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 34
25 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 26
26 1 3 1 3 4 3 3 2 3 4 27
27 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26
28 2 3 2 3 4 3 3 4 2 2 28
29 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 29
30 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28
0.28483011 0.5513 0.39225 0.27381602 0.3722 0.38840 0.57812 0.25104822 0.26747360
r hitung 0.300288
8 6 3 4 7 5 2 3 7
TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
VALID VALID VALID VALID VALID
VALID VALID VALID VALID VALID
Lampiran 12
Sikap Kritis (Afektif)
Nomor Butir Pernyataan
Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 40
2 2 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 34
3 2 2 4 4 2 4 3 4 4 3 3 35
4 3 3 3 3 2 2 2 4 4 2 2 30
5 1 4 4 4 1 3 4 3 3 2 2 31
6 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 31
7 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 38
8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 32
9 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 35
10 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 31
11 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 33
12 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 29
13 3 4 4 4 3 4 4 3 3 1 2 35
14 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 40
15 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 36
16 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 35
17 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 32
18 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 33
19 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32
20 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 35
21 3 3 4 4 2 4 4 2 2 1 3 32
22 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 30
23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 32
24 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 32
25 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 28
26 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 30
27 2 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 34
28 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 34
29 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 33
30 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 35
0.24677494 0.47664 0.53612 0.52053 0.56193 0.30777560 0.38031 0.48974 0.41883 0.42550 0.65528
r hitung
8 7 6 1 2 2 3 2 1 8 3
TIDAK TIDAK
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
VALID VALID
Lampiran 13
Sikap Kritis (Behavioral)
Nomor Butir Pernyataan
Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 31
3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 33
4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 33
5 4 4 2 4 1 4 4 4 4 31
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
7 4 4 4 4 3 3 3 4 4 33
8 3 3 2 3 3 3 4 3 4 28
9 3 3 4 3 3 4 4 4 4 32
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
11 4 3 2 3 2 3 4 4 4 29
12 3 3 3 4 2 3 3 4 4 29
13 4 4 4 4 3 4 2 2 2 29
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
15 4 4 3 4 2 3 4 4 4 32
16 3 3 3 3 3 4 4 4 4 31
17 2 3 2 3 3 4 3 4 4 28
18 4 4 3 4 3 4 4 3 4 33
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
20 3 3 2 3 3 4 4 4 4 30
21 3 3 3 4 4 4 4 4 4 33
22 3 3 2 3 2 3 3 3 3 25
23 3 3 3 4 3 2 3 3 3 27
24 3 4 3 4 2 3 3 2 3 27
25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 26
26 3 3 3 3 3 1 3 3 2 24
27 3 3 2 3 3 3 3 3 3 26
28 4 3 3 4 3 4 4 4 4 33
29 3 3 2 3 3 4 4 4 3 29
30 3 3 3 3 3 2 3 3 4 27
r hitung 0.5548 0.460808 0.550776 0.613405 0.348657828 0.692997 0.662416 0.63647 0.684025
VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID
Lampiran 14
Hasil Uji Korelasi Pearson’s Product Moment
Lampiran 15
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana