Anda di halaman 1dari 111

PESAN MORAL DALAM NOVEL REMBULAN

TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Ayu Amanahwati Pertiwi Suryadi
NIM: 1113051000220

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ABSTRAK
Ayu Amanahwati Pertiwi S
NIM: 1113051000220
Analisis Isi Pesan Moral dalam Novel “Rembulan Tenggelam di
Wajahmu”

Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu menceritakan tentang


5 pertanyaan hidup Raihan Raujana yang belum terjawab. Disaat ia
sakit, Rey diberikan sebuah kesempatan. Kesempatan itu seperti
memutar kembali semua kisah hidupnya sejak ia kecil sampai ia jatuh
sakit. Dalam kesempatan itu ia didampingi oleh seseorang yang disebut
dalam novel ini sebagai “orang berwajah-ramah”. Kesempatan itu
menjawab semua pertanyaan besar dalam hidupnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa pesan moral
yang terkandung dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu?
Apakah pesan moral yang paling mendominasi dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu? Serta bagaimana pesan moral yang
terkandung dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis) melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Weber,
analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan
seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks.
Teknik analisis data dilakukan setelah penelitimembuat tiga kategori
pesan moral; moral manusia kepada Tuhan, moral manusia kepada diri
sendiri, dan moral manusia kepada manusia lain dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu yang diuji oleh 3 orang juri yang berkompeten.
Penulis meneliti keseluruhan isi dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu. Setelah diteliti, dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu terdapat beberapa pesan moral, diantaranya
pesan moral manusia kepada Tuhan, moral manusia kepada diri sendiri,
dan moral manusia kepada manusia lain. Di dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu setelah dianalisis dan dilakukan perhitungan
data maka dapat diketahui pesan moral yang menunjukkan nilai yang
paling mendominasi yaitu moral manusia kepada manusia lain dengan
perolehan prosentase sebesar 62%, sedangkan pesan moral manusia
kepada diri sendiri sebesar 20%, dan pesan moral manusia kepada
Tuhan sebesar 18%. Pesan moral yang terkandung dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu dikemas sangat apik dan menarik
para pembaca, sehingga pembaca dengan mudah mendapatkan manfaat
dari novel tersebut.
Kata Kunci : Pesan Moral, Moral Manusia Kepada Tuhan, Moral
Manusia Kepada Diri Sendiri, Moral Manusia Kepada Manusia Lain

i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
memberikan banyak kenikmatan dan senantiasa memberikan
hidayah-Nyakepada makhluk-Nya dan berkat izin-Nya pula
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah Nabi Muhammad
SAW, yang merupakan penyelamat dan tauladan bagi seluruh
ummat di muka bumi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Khususnya kapada kedua orang tua tercinda, Ayahanda
Suryadi, dan Ibunda Siti Umronih yang selalu memberikan kasih
sayang dan perhatiannya, yang selalu memberikan dukungan,
semangat, motivasi, nasihat, serta doa hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, peneliti juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A
sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
Suparto, M. Ed, P.hD, Wakil Dekan Akademik Dr. Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW. Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.,

ii
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep
Castrawidjaya, M.A.
3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Bapak Dr. H. Edi
Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Ibu Nasichah, M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Dra. Rochimah Imawati, M.Psi, selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar telah banyak membantu
dan memberikan nasihat serta arahan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.
7. Adikku tersayang, Akbar Satrio Nugroho. Semoga Allah
selalu melimpahi keberkahan dan kasih sayang-Nya.
8. Para juri dalam penelitian ini, Ustad Muhammad Nur
Afif, S.Pd.I sebagai juri I, Ibu Neneng Juwita, S.Pd
sebagai juri II, Ustad Hariyanto fathi, M.Ag sebagai juri
III, yang telah meluangkan waktu untuk penulis dalam
meneliti dan menganalisis novel yang diteliti, serta
banyak memberi wawasan kepada penulis. Semoga
kebaikan mereka dibalas oleh Allah SWT.
9. Pustakawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasiserta pustakawan Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
10. Teman-teman, guru, serta staf Rainbows Playgroup and
Kindergarten. Terima kasih atas dukungan dan
semangatnya kepada penulis selama ini.
11. Teman-teman “Ciwi-ciwi Berkuda di Eropa”. Terima
kasih atas dukungan, doa, dan semangatnya kepada
penulis. Semoga selalu diberi keberkahan dan
keselamatan oleh Allah SWT.
12. Terima kasih Faisal dan Rahay, yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan siap membantu dalam pengerjaan
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa mebalas
kebaikan kalian.
13. Teman-teman KPI E angkatan 2013. Terima kasih atas
keceriaan yang diberikan. Semoga kebahagiaan dan
kesuksesan selalu menyertai kita semua.
14. Untuk semua pihak yang telah membantu langsung
maupun tidak langsung, terima kasih. Semoga Allah SW
senantiasa membalas kebaikan kalian semua.
Demikianlah rasa syukur dan terima kasih yang dapat
peneliti sampaikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Aamiin Yaa Rabbal „Alamiin...
Terima kasih
Jakarta, 26 Juni 2020

Penulis

iv
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... ix
BAB I ..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 15
BAB II.................................................................................................. 17
TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 17
A. Pengertian Analisis Isi ............................................................. 17
B. Pesan Moral ............................................................................. 20
C. Tinjauan Tentang Novel........................................................... 27
BAB III ................................................................................................ 31
GAMBARAN UMUM ........................................................................ 31
A. Sekilas Biografi Tere Liye ....................................................... 31
B. Pendidikan Tere Liye ............................................................... 32
C. Karya-karya Tere Liye ............................................................. 33
D. Penghargaan ............................................................................. 33
E. Deskripsi Isi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.......... 34
F. Profil Buku ............................................................................... 36
BAB IV ................................................................................................ 37

vi
TEMUAN DAN ANALISIS DATA.................................................... 37
A. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu 37
1. Moral Manusia kepada Tuhan.............................................. 37
2. Moral Manusia kepada Diri Sendiri ..................................... 41
3. Moral Manusia kepada Manusia Lain .................................. 45
B. Analisis Data dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
57
C. Pesan Moral Yang Paling Dominan ......................................... 68
D. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu 70
BAB V ................................................................................................. 73
PENUTUP ........................................................................................... 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran-saran............................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 75

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategorisasi Pesan Moral


Tabel 2 Kesepakatan Antar Juri Keseluruhan Isi Pesan Moral
Tabel 3 Sub Bab Cerita yang Diteliti
Tabel 4 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri Kategori
Moral Manusia Kepada Tuhan
Tabel 5 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri Kategori
Moral Manusia Kepada Diri Sendiri
Tabel 6 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri Kategori
Moral Manusia Kepada Manusia Lain
Tabel 7 Jumlah Isi Pesan Moral

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi


2. Sampul Depan Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
3. Sampul Belakang Novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu
4. Surat Pernyataan Juri I
5. Surat Pernyataan Juri II
6. Surat Pernyataan Juri III
7. Daftar Pernyataan Penjurian
8. Tabel Nilai Antar Juri

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dekadensi moral merupakan sebuah isu dan wacana yang
semakin kencang diperbincangkan dan membutuhkan perhatian
juga penanganan yang serius karena mempengaruhi seluruh
elemen masyarakat tidak hanya orang dewasa namun juga anak-
anak. Tidak sedikit anak-anak yang mulai terlibat sebagai pelaku
tindak kejahatan. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar
tentang efektivitas penanaman nilai-nilai moral yang telah
dipelajari individu sejak usia dini.1
Moral berasal dari kata latin yaitu mores yang berarti tata
cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral berarti yang sesuai
dengan kode moral kelompok social. Perilaku tak bermoral ialah
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Perilaku
demikian bukan disebabkan ketidakacuhan atau harapan
masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Perilaku
amoral lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan
kelompok social daripada pelanggaran sengaja terhadap standar
kelompok.2

1
Myrna Apriany Lestari dkk, “Efektivitas Penggunaan Media Buku Cerita
Brgambar dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Siswa SD Kelas Rendah” ,
Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan., Volume 04 Edisi 02 November 2017
2
Yosephine Priscilia Putri Rosari dkk, “Penerapan Metode Bercerita
Berbantuan Media Buku Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Perilaku
Moral” , Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha., Volume 2 N. 1 Tahun
2014

1
2

Ajaran moral dalam karya sastra seringkali tidak secara


langsung disampaikan, tetapi melalui hal-hal yang sifatnya
amoral dulu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikenal dengan
tahap katarnis pada pembaca karya sastra. Meskipun sebelum
mengalami katartis, pembaca atau penonton dipersilahkan untuk
menikmati dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sebetulnya
tidak dibenarkan secara moral, yaitu adegan semacam
pembunuhan atau banjir darah yang menyebabkan penonton atau
pembaca senang tetapi juga muak. Jadi untuk menuju moral,
seringkali penonton harus melalui proses menyaksikan adegan
yang tidak sejalan dengan kepentingan moral.3
Karya sastra merupakan salah satu media komunikasi dalam
bentuk tulisan. Menurut Amriyan Sukandi sastra berfungsi
mengkomunikasikan ide-ide dan penyaluran pikiran dan
perasaan. Dalam khazanah kasusastraan, karya fiksi berdasarkan
bentuknya dapat dibedakan menjadi roman atau sering disebut
juga novel, novelette dan cerpen.
Pada dasarnya, perbedaan tersebut terletak pada kadar
panjang-pendeknya isi cerita, kompleks isi cerita, serta jumlah
pelaku yang mendukung cerita. Unsur-unsur yang terkandung
dalam karya fiksi dan cara pengarang memaparkan isi cerita
memiliki kesamaan meski dalam unsusr-unsur tertentu
mengandung perbedaan. Dimana hasil telaah suatu roman,

3
Maguna Eliastuti, “Analisis Nilai-Nilai Moral dalam Novel Kembang
Turi Karya Budi Sardjono” , Genta Mulia : Jurnal Ilmiah Pendidikan., Volume
8 No. 1 Januari 2017
3

misalnya pemahaman ataupun keterampilan melalui telaah


tersebut dapat diterapkan dalam menelaah novel maupun cerpen.4
Novel merupakan hasil cipta atau karya yang dapat
dituangkan melalui ekspresi berupa tulisan yang menggunakan
bahasa sebagai medianya. Arti kata novel berasa dari bahasa
Italia yaitu „novella‟ yang berarti sebuah kisah atau cerita. Novel
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang
di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku. Selain itu isi novel juga panjang dan memiliki
permasalahan yang rumit atau kompleks.
Tarigan mengemukakan bahwa novel mempunyai ciri
bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi,
menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu
emosi. Berdasarkan cerita, novel dibagi menjadi berbagai jenis
yaitu romantis, misteri, komedi, horor, dan inspiratif.5
Menulis novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang
dimanfaatkan oleh para penulis buku dan tokoh agama maupun
lainnya sebagai sarana dakwa untuk mengajak manusia ke jalan
Allah SWT. Karena karya sastra yang berbentuk novel tidak
terlepas dari latar belakang pengarangnya, apalagi pengarang
tersebut seorang muslim, besar kemungkinan kelahiran karya
tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan

4
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra., Bandung: Sinar Baru,
1987, hlm. 66-67.
5
Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa., Bandung:
Angkasa, 1991, hlm. 165.
4

pesan moral yang terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu


peristiwa yang berlangsung atau dialaminya.6
Salah satu keunggulan dari karya sastra yaitu mampu
memberikan efek ruang fikir yang lebih luas bagi pembacanya
untuk sepakat atau tidak sepakat terhadap isi pesan yang
terkandung dalam karya sastra tersebut. Dalam hal mutu novel
tidak dapat diukur melalui nilai estetiknya yang terdapat di
dalamnya tetapi ia dapat diukur ketika novel dibaca dan dikaji
kemudian dijadikan bahan refleksi atas segala yang terjadi dalam
masyarakat.
Minat masyarakat terhadap buku nampak juga mengalami
peningkatan. Terlihat dari banyaknya buku bestseller yang
diserbu masyarakat. Salah satu buku bestseller yang banyak
diminati di kalangan masyarakat adalah Novel karya Tere Liye
yang berjudul Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu menjadi novel yang
banyak diminati hingga mencapai cetakan ke-36. Hal itu
membuktikan bahwa novel masih memiliki daya tarik di hati para
pembacanya. Dalam penelitian ini, peneliti akan membedah
sebuah novel best seller karya Tere Liye yang berjudul
“Rembulan Tenggelam di Wajahmu”. Novel ini bergenre drama
persahabatan dengan ditambah unsur action.
Novel ini menceritakan tentang Rehan Raujana, sebut saja
Ray, sejak kecil Ray tinggal di panti asuhan yang sangat
menyedihkan. Pengurus panti asuhan tersebut yang disebutkan

6
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 1995, hlm. 322.
5

sebagai „penjaga panti sok suci‟. Ray tumbuh menjadi


pemberontak, Ray sangat membenci penjaga panti sok suci yang
selalu menyuruh anak-anak panti asuhan untuk bekerja menjadi
penyemir sepatu dan pengamen, yang uangnya akan disetorkan
ke penjaga panti untuk pergi haji.
Ray termasuk orang yang terpilih. Tuhan memberikan dia
kesempatan agar dia mendapat jawaban-jawaban yang selalu dia
nantikan. Disitulah muncul seorang malaikat yang mengenakan
jubah putih dengan wajah yang sangat lembut. Dengan lembut
berkata “Lima pertanyaan, lima jawaban.” Akhirnya Ray pun
diajak kembali menyaksikan kisah-kisah masa lalunya, mengajak
Ray untuk mendengar jawaban atas pertanyaannya.
Ada banyak pesan moral yang disampaikan penulis melalui
karakter-karakter dalam novel ini. Novel ini mengajak
pembacanya untuk selalu bersyukur serta belajar untuk selalu
ikhlas dengan segala yang telah diberikan oleh Tuhan. Novel ini
menyadarkan para pembaca bahwa setiap hal yang terjadi dalam
hidup, dan apapun yang kita lakukan akan memberikan dampak
bagi diri sendiri dan orang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga banyak pesan moral yang dapat ambil
nilainya dari novel tersebut.
Apabila karya fiksi mengandung dan menawarkan moral
kepada pembaca, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran
moral yang dipesankan. Dalam karya fiksi yang panjang sering
terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal tersebut belum lagi
6

berdasarkan pertimbangan dan penafsiran pembaca yang juga


dapat berbeda dari segi jumlah maupun jenisnya.7
Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya
sastra akan bergantung kepada keyakinan, keinginan, dan interes
pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran moral itu sendiri dapt
mencakup masalah yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas.
Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu
dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan
diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam,
dan hubungan manusia dengan Tuhannya.8
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
menganalisis novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu dilihat dari
perspektif komunikasi sebagai salah satu karya novel yang juga
membawa nilai-nilai moral Islam sebagai bentuk dakwahnya.
Kajian ini akan diangkat ke dalam sebuah judul penelitian
“Analisis Isi Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam
di Wajahmu”.

B. Identifikasi Masalah
Banyak media komunikasi yang dimanfaatkan para penulis
untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada pembaca, salah
satunya dengan media cetak. Tere Liye adalah salah satu penulis
yang banyak mengajarkan nilai-nilai moral kepada pembaca

7
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 2009, hlm. 323.
8
Ibid
7

melalui tulisan-tulisannya yang dikemas dengan cerita-cerita


menarik, seperti tulisannya dalam novel Moga Bunda disayang
Allah, Hafalan Shalat Delisa, Ayahku (Bukan) Pembohong dan
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, dan masih banyak lagi. Salah
satu novel yang menjadi minat para pembaca adalah novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu yang telah mencapai cetakan
ke-36. Maka dengan ini peneliti tertarik untuk menemukan isi
pesan moral apa saja yang terkandung dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada isi novel Rembulan
Tenggalam di Wajahmu yang ditulis oleh Tere Liye.
Fokus yang akan diteliti adalah pesan moral yang terdapat
dalam novel, seperti: pesan moral hubungan manusia
dengan Tuhan, pesan moral hubungan manusia dengan
diri sendiri, dan pesan moral hubungan manusia dengan
manusia lain.
8

2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas penelitian
ini adalah:
a. Sejauh mana pesan moral yang terkdandung dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu?
b. Apakah pesan moral yang paling dominan dalam
novel Rembulan di Wajahmu?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahn di atas, maka ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pesan moral yang
ada dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
b. Untuk mengetahui pesan moral yang paling dominan
dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti
lain dan bisa menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan.
b. Manfaat Praktis
Menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi dan
pemikir dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam
9

menjadi kajian yang menarik. Selanjutnya


memberikan motivasi bagi para pelaksana dakwah
untuk lebih memanfaatkan media sebagai saluran
dakwah khususnya novel.

E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik
penelitian analisis isi (Content Analysist) yaitu teknik
penulisan yang mendeskripsikan secara objektif dan
sistematik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.9
Metode analisis isi yang digunakan dalam menyusun
skripsi ini dengan menggunakan rumus Holsty yaitu hasil
kesepakatan tim juri akan dijadikan koefisien reliabilitas
dengan minimum angka 0,7 atau 70%, yaitu dengan
membaca untuk menelaah isi dari novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dan unit
pengamatannya adalah per-paragraf yang mengandung
konteks pesan moral dalam buku tersebut.

2. Paradigma dan Pendekatan Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma
positivistik. Positivistik menempatkan teori sebagai titik

9
Farid Wajidi, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi., Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 1993, hlm. 16.
10

tolak utama dalam kegiatan penelitiannya. Teori menjadi


sumber jawaban utama atas rasa ingin tahu peneliti.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi
pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat
diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kasual
(sebab akibat).10 Dalam penelitian ini, metode yang
digunakan adalah metode analisis isi dengan melakukan
pengukuran terhadap variabel yaitu pesan moral dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.

3. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian adalah sumber untuk memperoleh
keterangan.11 Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah novel Tere Liye yang berjudul
Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Sedangkan objeknya adalah isi pesan atau konten pesan
moral yang terkandung dalam novel tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
adalah :
a. Observasi atau pengamatan berati setiap kegiatan
untuk melakukan pengukuran. Observasi atau
pengamatan diartikan lebih sempit, yaitu pengamatan

10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D., Bandung:
Alfabeta, 2004, hlm. 42.
11
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian., Jakarta: Rajawali
Press, 1995, hlm. 92.
11

dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti


tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.12
b. Coding Sheet, yaitu tabel yang berisikan pesan yang
dijadikan objek penelitian. Coding Sheet dibuat
berdasarkan kategorisasi yang telah ditetapkan sesuai
dengan isi novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data berupa
catatan, buku-buku penelitian, buku mengenai moral,
buku komunikasi serta data lain yang berkaitan
dengan novel tersebut.

5. Teknik Analisis Data


a. Kategorisasi Pesan
Untuk memudahkan memahami isi pesan moral pada
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, maka
peneliti membuat kategori pesan moral dalam bentuk
kategorisasi sebagai berikut:

12
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu lainnya., Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995, cet ke-1, hlm. 69.
12

Tabel 1
Kategorisasi Pesan Moral
No. Kategorisasi
1. Hubungan manusia dengan Tuhan
2. Hubungan manusia dengan diri sendiri

3. Hubungan manusia dengan manusia lain

Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi


operasionalnya sebagai berikut:
1) Hubungan Manusia dengan Tuhan
Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan
Tuhan. Persoalan manusia dengan manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari Sang
Pencipta. Sebagai manusia mengingat Tuhan dengan
melakukan ibadah sesuai ajaran yang dianutnya.
Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan
berdoa ataupun wujud lain yang menunjukkan adanya
hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa tersebut
guna meminta petunjuk dan pertolongan maupun
sebagai wujud syukur.
2) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri
Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan
diri sendiri. Nilai moral individual adalah nilai moral
yang menyangkut hubungan manusia dengan
kehidupan diri pribadi atau cara manusia
memperlakukan diri pribadi. Nilai moral dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri pada dasarnya
merupakan nilai kepribadian manusia. Nilai
13

kepribadian yang mendasari dan menjadi panduan


hidup pribadi manusia.
3) Hubungan Manusia dengan Manusia Lain
Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan
sesama dalam lingkup sosial maupun lingkungan
alam. Manusia pasti melakukan hubungan dengan
manusia lain dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara.
Mengingat bahwa manusia pada dasarnya adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama
lain. Hal ini menimbulkan berbagai macam hubungan
antara lain seperti kasih sayang, rasa hormat, suka
menolong, saling berbagi, dan lain-lain yang
melibatkan adanya interaksi dengan sesama
manusia.13

b. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penelitian dilakukan dengan
menganalisis isi novel dengan menggunakan juri.
Unit analisis merupakan langkah awal yang penting
dalam analisis isi, Krippendorff mendefinisikan unit
analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat, dan
dianggap sebagai data. Memisahkan menurut batas-
batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis
berikutnya, unit analisis secara sederhana dapat

13
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah
Mada University, 2009, hlm. 323-324.
14

digambarkan sebagai apa dari isi yang akan diteliti


dan dipakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks.14
Data yang sudah terkumpul yang diperoleh dari juri
akan diamati, dihitung atau diberikan nilai untuk
mengetahui distribusi frekuensi atau frekuensi
masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien
reliabilitas setiap juri, antar juri 1 dan 2, juri 1 dan 3,
juri 2 dan 3.
Kemudian menampilkan isi novel yang mengandung
muatan moral berdasarkan kategorisasi pesan moral,
dalam hal ini maka dibuat kategorisasi hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
diri sendiri, dan hubungan manusia dengan manusia
lain.
Ketiga kategori tersebut yang kemudian menjadi
landasan peneliti dalam menentukan bentuk-bentuk
pesan moral yang terdapat dalam novel Tere Liye
Rembulan Tenggelam di Wajahmu.

Adapun rumus yang digunakan:

Koefisien Reliabilitas

14
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, cet-1,
hlm. 59.
15

Keterangan:

2M = Nomor yang sama antar Juri


N1+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim
Juri
M = Kesepakatan antar Juri
N = Jumlah yang diteliti

Setelah itu diperoleh data-data nilai keputusan antar


Juri (komposit reliabilitas), dengan menggunakan
rumus:

Komposit Reliabilitas

Keterangan: N= Jumlah Juri


X= Rata-rata koefisien reliabilitas Juri

F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian yang telah
ada sebelumnya, maka penulis mengadakan peninjauan terhadap
penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian
tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang
peneliti buat. Berikut ini adalah penelitian yang peneliti jadikan
tinjauan pustaka, diantaranya:
1. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku LAA TAHZAN
FOR HIJABERS Karya Asma Nadia, Helvy Tina Rosa,
dkk ditulis oleh Ais Muflihah, 2014. Skripsi ini membahas
16

tentang buku Laa Tahzan For Hijabers karya Asma Nadia,


Helvy Tina Rosa, dkk. Ais membagi dalam 3 kategori
yaitu aqidah, akhlak dan syariah serta mencari pesan
dakwah yang paling dominan dalam buku tersebut.
Skripsi ini menggunakan metode kuantitatif. Perbedaan
dengan penelitian terkini ialah terfokus pada pesan moral
yang terkandung dalam novel dan pada subjek penelitian
yaitu novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
2. Analisis Isi Pesan Moral dalam Komik “9 Ciri Negatif
Manusia Indonesia” yang ditulis oleh Muhamad Rikza.
Isi dari skripsi ini penulis melihat pesan moral pada
Komik 9 Ciri Negatif Manusia Indonesia. Perbedaan
dengan skripsi terkini ialah pada subjek penelitan yang
menggunakan novel sebagai subjeknya.
3. Analisis Isi Pesan Dakawah dalam Novel Moga Bunda
disayang Allah yang ditulis oleh Robby Dwi Sanjaya.
Skripsi ini membahas isi pesan dakwah dalam novel Tere
Liye yang berjudul Moga Bunda Disayang Allah. Isi dari
skripsi ini Robby menuliskan pesan dakwah yang terdapat
dalam novel tersebut serta mencari pesan yang paling
dominan. Perbedaan dengan skripsi terkini ialah pada
subjek penelitian. Skripsi terkini menggunakan novel Tere
yang berjudul Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Analisis Isi


Analisis isi merupakan suatu teknik penelitian untuk
menguraikan isi komunikasi yang jelas secara objektif, sistematis,
dan kuantitatif. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau
isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap
komunikasi berisi pesan dalam sinyal komunikasi itu, baik berupa
verbal maupun non verbal.15
Analisis isi menurut R. Holsty adalah suatu metode anlisis isi
pesan suatu cara yang sistematis yang menjadi petunjuk untuk
mengamati dan menganalisa pesan tertentu yang dapat
disampaikan oleh komunikator. Analisis isi dalam buku Eriyanto,
adalah analisis isi kuantitatif (quantitative content anlysis).
Semua metode anlisis isi mempunyai tujuan yang sama, yakni
memahami isi (content), apa yang terkandung dalam isi
dokumen.16 Metode analisis isi juga dapat dipakai untuk
menganalisis semua bentuk dokumen baik cetak ataupun visual,
surat kabar, radio, televisi, grafiti, iklan, film, surat pribadi, buku,
kitab suci, dan selebaran.17
Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap suatu isi informasi tertulis atau cetak dalam
media massa. Pelopor analisis isi adalah Harlod D Laswell, yang

15
Abdul Syukr Ibrahim, Metode Analisis Teks & Wacana., Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009, hlm. 97.
16
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi danIlmu-ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 1.
17
W. Laurence Neuman, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif Edisi Ketujuh., Jakarta: PT.Indeks, 2013, hlm. 57.

17
18

mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang


secara sistematis untuk kemudian diberi interpretasi.18 Analisis isi
banyak dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi.
Analisis isi banyak dipakai dalam bidang ilmu komunikasi
dan merupakan metode utama yang dipakai dalam ilmu
komunikasi baik media cetak maupun media elektronik. Lewat
penelitian ini peneliti dapat mempelajari gambaran isi,
karakteristik pesan, dan perkembangan (tren) dari suatu isi.
Analisis isi digunakan oleh hampir semua disiplin ilmu sosial
sebagai metodologi penelitian komunikasi.19
Menurut Wazer dan Wiener, analisi isi adalah suatu prosedur
sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang
terekam.20 Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik
penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan
data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. R. Holsti
mendefinisikan, “Analisis isi sebagai teknik apapun yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan
karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.”21
Analisis isi adalah sebuah metode yang relatif mudah dalam
kajian-kajian yang sederhana, ia tidak lebih dari perhitungan dan

18
Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi.,
Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, hlm. 79.
19
Eryanto, Analisis Isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu – Ilmu Sosial lainnya., Jakarta: Kencana,2011, hlm. 10-
11.
20
Andi Buleang, Metodologi Penelitian Kontemporer., Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset,2004, hlm. 164.
21
Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian., Jakarta: PT. Rhineka Cipta,
1999, hlm. 68.
19

fenomena. Namun karya-karya terbaik menggunakan data


empiris analisis isi yang terpercaya dapat menghasilkan
kontribusi yang penting dan bernilai bagi pemahaman kita
terhadap teks-teks media. Analisis isi yang kuat meyediakan data
terpercaya untuk mendukung analisis interpretatif.22
Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi
secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti.
Penelitian ini menghilangkan bias, keberpihakan atau
kecenderungan tertentu dari peneliti.23
Ada dua aspek penting dari objektivitas, yakni validitas dan
reliabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis ini
mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara
reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan
menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang
dan waktu yang berbeda.24
Dilihat dari pendekatan dalam analisis isi, dapat dibagi
kedalam tiga bagian besar yaitu pendekatan analisis isi deskriptif,
eksplanatif dan prediktif. Analisis isi deskriptif sebatas
menggambarkan pesan, analisis eksplanatif berusaha untuk
menghubungkan antar variabel, dan penelitian prediktif ditujukan
untuk memprediksi variabel lain dengan menggunakan suatu
variabel.

22
Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies., Yogyakarta: PT
Bentang Pustaka 2006, cet ke 1
23
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 16.
24
Ibid, hlm. 16.
20

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan penelitian


analisis deskriptif, yaitu analisis yang dimaksudkan secara detail
suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis ini tidak
dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji
hubungan antar variabel. Analisis ini hanya semata untuk
deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu
pesan.25

B. Pesan Moral
1. Pengertian Pesan
Pesan adalah lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator. Deddy Mulyana mengatakan bahwa pesan
adalah seperangkat simbol verbal dan non verbal yang
mewakili perasaan, nilai dan gagasan. Pesan secara
bahasa diartikan sebagai nasihat, pelajaran, permintaan,
dan amanah yang dilakukan atau disampaikan kepada
orang lain.26
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau
propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information.27

25
Ibid, hlm. 45-47.
26
Harjani Hefni, Komunikasi Islam., Jakarta: Prena Media Grup, 2015,
hlm. 76.
27
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi.,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 15-16.
21

Pesan merupakan acuan dari berita atau peristiwa yang


disampaikan melalui media-media. Suatu pesan memiliki
dampak yang dapat mempengaruhi pemikiran khalayak
pembaca dan pemirsa, karenanya bisa bersifat bebas
dengan adanya suatu etika yang menjadi tanggung jawab
pesan itu sendiri, misalnya pesan yang bersifat edukatif.28
Era reformasi membuat terciptanya kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat sehingga makin maraknya media
massa.
Pada saat ini khalayak dihadapkan pada beraneka ragam
media dan isi media. Mulai dari pesan yang bersifat
informatif, edukatif, dan hiburan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, Pesan adalah perintah, nasihat,
permintaan, amanat yang harus dilakukan atau
disampaikan kepada orang lain. Menilik hal ini, bentuk
pesan dibagi menjadi tiga macam, menurut H.A Widjaja,
yaitu:
a. Informatif, yaitu pesan yang berisi keterangan-
keterangan dan kemudian komunikan dapat membuat
kesimpulan sendiri.
b. Persuasif, yaitu pesan yang berisi ajakan yang
bertujuan membangkitkan kesadaran seseorang. Pesan
ini memiliki tujuan untuk mengajak komunikan
melakukan sesuatu.

28
Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi., Jakarta: Kencana,
2012, hlm. 246.
22

c. Koersif, yaitu pesan yang berisi perintah yang jika


tidak dilakukan akan mendapatkan ganjaran berupa
sanksi-sanksi.Pesan jenis ini dapat membuat
komunikan merasa takut dan tertekan. Pesan jenis ini
bisa berupa perintah, instruksi, dan lain-lain.29
2. Pengertian Moral dan Perbedaannya dengan Etika
dan Akhlak
Pengertian moral dalam KBBI (2008: 929) adalah “ajaran
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, akhlak dan budi pekerti”. Moral
merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khutbah-
khutbah, patokan-patokan kumpulan peraturan dan
ketetapan lisan atau tertulis tentang bagaimana harus
hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik. Sumber
dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat,
ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.30
Kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak
dari mos yang berarti adat atau kebiasaan.31 Menurut
Gilligan dalam Lawrence A. Blum, moral memiliki
keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang
lainnya. Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah
laku, namun juga mengarahkan seseorang untuk dapat

29
H. A. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi., Jakarta: Rineka
Cipta, 2000, hlm. 32.
30
Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa., Jakarta: Pustaka Irvan,
2007, hlm. 45.
31
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf., Bandung: Pustaka Setia, 2010,
hlm. 17.
23

berbuat baik kepada orang lain. Moral juga melibatkan


jalinan emosi, kognisi dan tindakan yang tidak dapat
dipisahkan.32
Sedangkan Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata
khuluq yang bermakna adat kebiasaan, perangai, tabi‟at,
watak, adab atau sopan satun dan agama. Di dalam Al-
Qur‟an, penggunaan kata khuluq disebutkan sebanyak
satu kali, kata akhlak tidak pernah digunakan dalam Al-
Qur‟an kecuali untuk menunjukkan pengertian “Budi
pekerti”. Dalam memberikan makna atau arti akhlak
Rosihin Anwar mengutip perkataan Fauruzzabadi yaitu
“Ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang
siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanyapun
mulia. Agama diletakkan di atas empat landasan akhlak
utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian dan
keadilan.”33
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk
tunggal yang berarti kebiasaan. Etika merupakan
dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika
bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan
buruk. Pengertian ini menunjukan bahwa, etika ialah teori
tentang perbuatan manusia yang ditimbang menurut baik

32
Lawrence A. Blum, Gilligan and Kohlberg, Implications for Moral
Theory, Chicago Junal 2009, 474-476, (diakses pada tanggal 27 Maret 2017).
33
Reksiana. "KERACUNAN ISTILAH KARAKTER, AKHLAK,
MORAL DAN ETIKA". Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur'an
Jakarta. Vol. 19 No. 1, Juni 2018, hlm. 8.
24

dan buruknya, yang juga merupakan pada inti sari atau


sifat dasar manusia: baik dan buruk manusia.34
Kehidupan manusia di masyarakat tidak terlepas dari
tatanan kehidupan yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Tatanan kehidupan itu dapat berupa peraturan
maupun larangan tertentu yang telah disepakati bersama.
Agar tatanan itu dapat hidup dan berkesinambungan dari
generasi, maka setiap individu harus melaksanakan dan
melestarikannya. Usaha melestarikan tatanan tersebut
diharapkan sesuai dengan dinamika kehidupan di
masyarakat.
Menurut Zakiah Darajat, “moral adalah kelakuan sesuai
dengan ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari
hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh
rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Ajaran moral
membuat pandangan tentang nilai dan norma yang
terdapat di antara sekelompok manusia.”35 Norma moral
adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya
menjadi baik sebagai manusia.
Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga
macam:
a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.
b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.

34
Ibid., hlm. 11.
35
Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam dalam Kesehatan Mental.,
Jakarta: Haji Masagung, 1993, hlm. 63.
25

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain


dalam lingkungan sosial termasuk hubungan dengan
alam.36
Seseorang dikatakan tidak bermoral, dia melakukan hal-
hal buruk yang dapat merugikan masyarakat misalnya
melakukan pelecehan, pembunuhan, pencurian, tidak
menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
Kemudian yang akan menilai suatu tindakan itu bermoral
atau tidak adalah orang lain atau masyarakat. Sehingga
moral adalah suatu tindakan dan interaksi yang dilakukan
seseorang dimana tindakan tersebut akan dinilai apakah
dapat diterima atau tidak dengan norma dan budaya yang
berlaku di masyarakat.37
Moral pada kenyataannya membicarakan tentang
persoalan benar atau salah, apa yang perlu dilakukan dan
ditinggalkan atas sebab-sebab tertentu yang
mengakibatkan timbulnya “pengadilan” dari masyarakat
mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh seorang
individu. Pertimbangan moral tergantung kepada suasana
atau keadaan yang membentuk individu tersebut.
Misalnya, sistem sosial, kelas sosial, dan kepercayaan
yang dianut. Moralitas dalam diri manusia merupakan
keadaan tentang baik buruk, tentang larangan, tentang
yang harus dilakukan, dalam setiap tindakan manusia

36
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 1998, hlm. 323.
37
Purwadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya., Jogjakarta: Kanisius, 1990,
cet ke-9, hlm. 13.
26

secara tidak langsung dibebani oleh tanggung jawab


moral yang harus selalu dipatuhi.
Moral yang berlaku di masyarakat bersifat mengikat
terhadap setiap individu pada segala lapisan masyarakat
yang ada. Setiap individu dalam bersikap, bertingkah
laku, dan bergaul dalam masyarakat haruslah
memperhatikan tatanan yang ada. Selain melakukan apa
yang ditugaskan kepadanya oleh kehidupan sosial dan
oleh nasib pribadinya.
Moral merupakan tata laku atau perbuatan yang berasal
dari kesadaran individu atau diri sendiri dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
Moral selain berdampak pada individu, juga sangat
memungkinkan berdampak kepada orang lain. Moral yang
baik atau buruk, tergantung pada nurani dan budi pekerti
yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karna setiap
orang memiliki pemahaman dan penerapan budi pekerti
yang berbeda-beda, moral setiap orang juga berbeda-
beda.38
Moral Islami (akhlak) sebenarnya memuat dua segi yang
berbeda, yaitu segi batiniah dan lahiriah. Artinya orang
yang baik, akan memiliki sikap batin dan perbuatan yang
baik. Ajaran pesan moral memuat pandangan tentang nilai
dan norma yang terdapat diantara sekelompok manusia.

38
Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam., Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006, hlm. 353.
27

Adapun kategori pesan moral islami (akhlak) sebagai


berikut:
1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan
(habluminallah)
2. Kategori hubungan manusia dengan manusia
(habluminannas) dalam lingkungan sosial, termasuk
hubungan dengan alam.39
Moralitas Islam mempunyai tujuan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Dengan moralitas
Islam , manusia bisa mengetahui apa yang
diperbuatnya itu buruk atau apa yang diperbuatnya itu
baik. Tidak menutup kemungkinan dengan manusia
yang bermoralkan ajaran Islam akan terciptanya
kedamaian dan ketentraman.

C. Tinjauan Tentang Novel


1. Pengertian Novel
Dalam bahasa Jerman novel berasal dari kata latin
Novella. Secara harfiah Novella berarti sebuah barang
baru yang kecil kemudian diartikan sebagai cerita yang
pendek dalam bentuk prosa.40 Dikatakan baru karena jika
dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti
puisi, drama dan lain-lain, maka jenis novel ini baru
kemudian muncul.

39
Purwahdi Wardoyo, Moral dan Masalahnya, Jogjakarta: Kanisius, 1990,
cet. ke-9, h.13.
40
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000, hlm. 99.
28

Nurgiyantoro mengemukakan bahwa novel merupakan


karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun,
yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga
diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat pelaku.41
Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam
bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam
kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya. Biasanya
novel kerap disebut sebagai suatu karya yang hanya
menceritakan bagian kehidupan seseorang. Hal ini
didukung oleh pendapat Sumardjo, yaitu novel hanya
bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti
masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa
percintaan, atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh
mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya.42
Novel juga merupakan salah satu karya yang berbentuk
prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu
panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Prosa fiksi
adalah karya sastra yang khasnya mempunyai elemen-
elemen seperti: alur/plot, tokoh, latar/setting, sudut
pandang/Point of View, dan gaya bahasanya. Dalam

41
Ibid., hlm. 10.
42
Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan., Bandung: Alumni, 1984,
hlm. 65.
29

sebuah novel juga cenderung menitik beratkan munculnya


kompleksitas.

2. Jenis Novel
Jenis-jenis novel sangat beragam, beberapa ahli berbeda
pendapat, seperti Muchtar Lubis mengatakan bahwa
jenis-jenis novel itu terdiri dari:
a. Novel avontour, dipusatkan pada pelakon utama.
Pengalaman lakon dimulai pada pengalaman pertama,
dan diteruskan pada pengalaman-pengalaman
selanjutnya hingga akhir cerita. Jenis novel ini
mempunyai cerita yang kronologis dari awal sampai
akhir.
b. Novel psikologis, yaitu novel yang berisi kepuasan
tentang bakat, watak, karakter para pelakunya beserta
kemungkinan perkembangan jiwa.
c. Novel detektif, yaitu novel yang melukiskan cara
penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian, untuk
membongkar suatu peristiwa yang tersembunyi.
d. Novel sosial, yaitu pelaku pria dan wanita tenggelam
dalam masyarakat, kelas atau golongan. Dalam reaksi
setiap golongan terhadap masalah-masalah yang
timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai
pendukung jalan cerita.
e. Novel kolektif, yaitu novel yang melukiskan tentang
semua aspek-aspek kehidupan yang ada, atau semua
jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita.
30

Dan dalam novel ini, tidak hanya dimainkan oleh satu


pemeran saja, namun juga ada pemeran pendukung.
Sesuai dengan alur cerita pada setiap bab, yang
kesemua cerita merupakan gambaran fenomena
kehidupan nyata yang sering kita alami dan rasakan
dalam kehidupan sehari-hari.43
Sedangkan Jakob Sumardjo dan Saini K.M, memaparkan
bahwa jenis-jenis novel adalah sebagai berikut:
a. Novel Percintaan.
Novel jenis ini melibatkan peranan tokoh wanita dan
pria secara seimbang bahkan kadang-kadang peranan
wanita lebih dominan.
b. Novel Petualangan.
Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan
wanita. Jika wanita di sebut dalam novel ini maka
penggambarannnya kurang berkenan. Karena tokoh-
tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak
masalah untuk laki-laki yang tidak ada hubungannya
dengan wanita.
c. Novel Fantasi.
Novel jenis ini menggunakan karakter yang tidak
realistis, setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk
menyampaikan ide-ide penelitinya.44

43
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra., Bandung:
Angkasa, 1984, hlm. 165.
44
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Antologi Apresiasi Kesusastraan.,
Jakarta: Gramedia, 1986, hlm. 29.
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Biografi Tere Liye


Tere Liye merupakan nama pena seorang penulis tanah air
yang produktif dan berbakat. Nama pena Tere Liye sendiri
diambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu. Sebelum
nama pena Tere Liye terkenal, ia menggunakan nama pena
Darwis Darwis. Dan sampai sekarang, masyarakat umum bisa
berkomunikasi dengan Tere Liye melalui facebook dengan nama
“Darwis Tere Liye”.45
Meskipun Tere Liye dianggap salah satu penulis yang telah
banyak mengeluarkan karya-karya best seller. Tapi biodata atau
biografi Tere Liye yang bisa ditemukan sangat sedikit bahkan
hampir tidak ada informasi mengenai kehidupan serta
keluarganya. Bahkan di halaman belakang novel- novelnya pun
tidak ada biografi singkat penulisnya.
Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang
sepertinya tidak ingin dipublikasikan ke umum terkait kehidupan
pribadinya. Mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha
memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Namun
jika kita mencari di internet, biografi Tere Liye bisa kita temukan
secara singkat.
Tere Liye lahir dengan nama Darwis pada tanggal 21 Mei
1979 di Lahat, Sumatera Selatan. Ia berasal dari keluarga

45
Julia Anjarwati, “Biografi Singkat Tere Liye”,
https://bahasa.foresteract.com/biografi-singkat-tere-liye/, (diakses pada 20 Mei
2020)

31
32

sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa.


Tere Liye menikah dengan Riski Amelia dan telah dikaruniai
seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang puteri
bernama Faizah Azkia.46
Tere Liye merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara.
Saat ini Tere Liye telah menghasilkan 14 karya. Dari karya
tersebut beberapa karya Tere Liye bahkan telah diangkat ke layer
lebar, seperti: Hafalan Shalat Delisa, Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, Ayahku (Bukan) Pembohong,
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Bidadari-Bidadari Surga, dan
Moga Bunda Disayang Allah.

B. Pendidikan Tere Liye


Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP
di SDN 2 dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan.
Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah
selesai di Bandar lampung, ia meneruskan ke Universitas
Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi.47

46
Wink, “Biografi dan Profil Tere Liye-Penulis Novel Terkenal Asal
Indonesia”, https://www.biografiku.com/biografi-dan-profil-tere-liye-penulis-
novel-terkenal-asal-indonesia/, (diakses pada 20 Mei 2020)
47
Ibid
33

C. Karya-karya Tere Liye


Daftar 8 karya terbaik Tere Liye dalam Goodreads48:
1. Tentang Kamu (Republika, 2016), peringkat 4,51
2. Pulang (Republika, 2015), peringkat 4,33
3. Bintang (Gramedia Pustaka Utama, 2017), peringkat 4,32
4. Bidadari-Bidadari Surga (Penerbit Republika, 2008),
peringkat 4,3
5. Negeri Para Bedebah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012),
peringkat 4,27
6. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo 2006 &
Republika 2009), peringkat 4,26
7. Matahari (Gramedia Pustaka Utama, 2016), peringkat 4,3
8. Hujan (Gramedia Pustaka Utama, 2016), peringkat 4,29

D. Penghargaan
Banyaknya buku yang telah ditulis oleh Tere Liye, tentu saja
mendapat banyak apresiasi dari banyak pembaca. Berikut adalah
beberapa penghargaan yang didapat oleh Tere Liye:
1. Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta sebagai
Buku Puisi Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia
201449

48
Deepublish, “8 Novel Tere Liye Terbaik yang Menginspirasi”,
http://www.google.com/amp/s/penerbitbukudeepublish.com/novel-tere-liye-
terbaik/amp/, (diakses pada 20 Mei 2020)
49
Gramedia Pustaka Utama, “Buku-Buku Peraih Penghargaan Tahun
2014”, https://m.facebook.com/notes/gramedia-pustaka-utama/buku-buku-
peraih-penghargaan-tahun-2014/10153557134336982, (diakses pada 20 Mei
2020)
34

2. IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Award kategori Writer


of The Year 201650
3. Islamic Book Award 2017 sebagai Buku Islami Terbaik
Fiksi Dewasa51

E. Deskripsi Isi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu


Novel ini bukan tentang biografi seorang anak, namun
terlebih pada berbagai hikmah pembelajaran yang lebih dalam
untuk memaknai hidup itu sendiri. Dalam novel ini bukan hanya
menceritakan pemutaran ulang kisah hidup, namun Ray (tokoh
dalam novel) diberi kesempatan melihat dari sisi lain yang ia
tidak pernah tahu sebelumnya. Perjalanan inilah yang akhirnya
mampu menjawab lima besar pertanyaan yang mengetuk-ngetuk
hati dan kepalanya sepanjang hidupnya.
Masa kecil Ray yang masih dipanggil Rehan, tinggal di
sebuah panti asuhan dan tak tahu asal mula kehidupannya sendiri.
Ia tumbuh menjadi seorang anak lelaki nakal, dengan fisik yang
kuat, dan berotak amat cerdas. Ia menjadi nakal adalah semata-
mata karena dipicu lingkungan panti asuhan yang “tidak ideal”.
Penjaga panti mengeksploitasi anak-anak dengan mempekerjakan
mereka di jalanan. Ia pun menyalahgunakan sumbangan dari para
donator demi mencapai ambisinya untuk naik haji.

50
Andhika Prasetia, “Anies Baswedan, Dee Lestari dan Tere Liye Dapat
Anugerah IKAPI Award 2016”, https://m.detik.com/news/berita/d-
3308665/anies-baswedan-dee-lestari-dan-tere-liye-dapat-anugerah-ikapi-
award-2016, (diakses pada 20 Mei 2020)
51
Fuji Pratiwi, “Tere Liye Bersyukur Raih Apresiasi di Islamic Book
Fair”, http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/opdigl328,
(diakses pada 20 Mei 2020)
35

Rehan yang cerdas dapat menangkap peta politik si penjaga


panti, sehingga ia menjadi seorang yang skeptis. Termasuk
skeptis tehadap takdir hidupnya sendiri. Meski begitu, Rehan
memiliki seseorang yang amat menyayanginya. Ia adalah Diar
teman sekamar Rehan yang selalu peduli. Diar yang selalu
menyisakan setengah jatah makanannya ketika sahabatnya pulang
larut malam
Jika saat itu Rehan tidak peduli dan menerima kebaikan
dengan datar-datar saja, itu karena mata dan hatinya sudah
diliputi perasaan benci. Benci terhadap penjaga panti yang sok
suci di matanya, benci terhadap takdirnya hingga menggiringnya
memilih kabur dari panti asuhan itu dan memilih menjadi preman
di terminal, dan mulai belajar berjudi. Sedangkan Diar, sahabat
baiknya sebagaimana penghuni panti lainnya menjadi keseharian
dengan bekerja.
Dalam novel ini Tere Liye berusaha menuangkan segala
pemikiran dan pemahamannya tentang hidup dan berkehidupan.
Membangkitkan kesadaran pembaca bahwa banyak sisi hidup
yang tidak diketahui dan ternyata tidak seperti yang kita pikirkan.
Perjalanan dan kilas balik yang dialami Ray ibarat kepingan
puzzle yang pada akhirnya ia temukan sehingga terbentuklah
gambaran hidup yang utuh.
Menurut deskripsinya, novel ini termasuk ke dalam novel
fantasi. Seperti yang dipaparkan oleh Jakob Sumardjo dan Saini
K.M, bahwa novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak
realistis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-
36

hari.52 Novel ini terbilang unik, karena novel ini menggunakan


sudut pandang orang ketiga serba tahu.

F. Profil Buku
Judul Buku :Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Desainer Sampul : Eja-Creative14
Tahun Cetak ke-1 : Februari 2009
Tahun Cetak ke-36 : November 2018
Tebal : 426 hlm

52
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Antologi Apresiasi Kesusastraan.,
Jakarta: Gramedia, 1986, hlm. 29.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di


Wajahmu
Pesan moral dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
mencakup beberapa aspek. Di antaranya adalah moral manusia
kepada Tuhan, moral manusia kepada diri sendiri, dan moral
manusia kepada manusia lain. Ketiga aspek ini menjadi poin yang
dijadikan rujukan dalam penelitian.
Berikut ini merupakan analisis isi pesan moral dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu:
1. Moral Manusia kepada Tuhan
Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan
Tuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan
berdoa ataupun wujud lain yang menunjukkan adanya
hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa.
Dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
terkandung pesan dari kalimat sebagai berikut:
a. Malam kemenangan. Semua berlomba
menggemakan nama besar Tuhan. Semua muka
mengekspresikan kebahagiaan. Mulut-mulut
mendesah atau malah berteriak seperti anak-anak
di masjid ujung gang yang berebut mik.
Berguling-guling menyikut rekan sepantaran.
Meneriakkan takbir dengan suara fals bin
cempreng. Asyik sekali. Tidak penting keluh-

37
38

protes telinga-telinga yang mendengarkan. (Bab 1.


hlm. 2)
b. Maka kepalanya mendongak ke atas. Mencari
mukaMu yang konon katanya ada dimana-mana.
Menggetarkan sekali mendengar pertanyaan yang
tidak terucap itu. Menggetarkan sekali menyimak
percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu
menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu
jawaban untuk satu pertanyaan. Jawaban yang
sempurna. Tidak lebih, tidak kurang. Tetapi Rinai
tidak tahu itu, ia terlampau kecil untuk mengerti.
Rinai hanya tahu ia mau menangis. Hatinya sedih.
Teramat sedih malah. Maka matanya pun
membasah. Memeluk boneka beruang madunya
lebih erat.” (Bab 1. hlm. 5)
c. “Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan,
bagaimana mungkin urusan manusia yang lebih
besar luput dari ketentuan.... Bagi binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati,
kehidupan adalah sebab-akibat. Mereka hanya
menjalani hukum alam yang sudah ditentukan.”
(Bab 8. hlm. 56)
d. “Ray, penjaga Panti itu mendapatkan penjelasan
atas pertanyaan-pertanyaannya saat itu juga.... Dia
mendapatkannya secara langsung. Semua itu
karena Diar.... Diar telah membuka hati yang
membeku itu. Diar menjadi sebab sebuah
39

pertobatan, sebab Tuhan berkenan menemukan


penjaga Panti itu kembali.” (Bab 10. hlm. 77)
e. “Berdoalah, Ray. Hanya itu yang bisa kita
lakukan.” (Bab. 14. hlm.134)
f. “Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit
mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua
bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak
mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang
Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini
terlanjur sulit bagimu, karena kau selalu keras-
kepala.” (Bab 17. hlm. 172)
g. “Pembalasan di dunia hanya sepotong kecil dari
keadilan langit. Ada cara lain bagi Tuhan untuk
membuat timbangan keadilan itu berjalan baik.
Kau dan sebagian besar orang di muka bumi boleh
jadi mengingkarinya, tapi itu nyata, pembalasan
hari akhir itu nyata, senyata kau yang sekarang
tersungkur mengenang masa lalu ini.” (Bab 18.
hlm. 201)
h. Ya Tuhan, dia rindu sekali menatap wajah Ayah-
Bundanya. Rindu sekali mendengar suara mereka
memanggil namanya. Rindu sekali bersembunyi
dalam peluknya…. (Bab. 19. hlm. 204)
i. Apa maksud semua ini, Tuhan? Aku mohon,
jangan sampai. (Bab. 26. hlm. 292)
j. “Kau tahu, istrimu benar-benar ingin menjadi istri
yang baik untukmu, menjadi ibu yang baik untuk
40

anak-anakmu. Ia tak pandai ilmu agama, ia baru


belajar itu semua saat kalian menikah. Tapi dia
paham sebuah kalimat yang indah, nasihat
pernikahan kalian yang disampaikan penghulu:
Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha
padanya, maka pintu surga dibukakan lebar-lebar
baginya.” (Bab 28. hlm. 316)
k. Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski
hatinya mengutuk langit berkali-kali, Ray tetap
terpesona menatap rembulan di langit. Merasa
damai dengan sepotong ciptaan Tuhan yang
seolah-olah digantungkan begitu saja itu. (Bab. 31.
hlm. 343)
l. Malam-malam itu meski amat bencinya dengan
keputusan Tuhan, amat marahnya dengan segala
takdir, sepotong rembulan di atas selalu
membuatnya berterima-kasih. Mungkin itulah
gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat
indah dari bumi. Menjadi penghiburan bagi hati
yang resah saat menatapnya. (Bab. 31. hlm. 343)
m. “Kau benar, Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji
Tuhan yang sungguh hebat, yang nilainya beribu
kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan
ciptaanNya. Tahukah kau? Itulah janji menatap
wajahNya. Menatap wajah Tuhan. Tanpa tabir,
tanpa pembatas.... Saat itu terjadi maka sungguh
seluruh rembulan di semesta alam tenggelam tiada
41

artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu.


Percayalah selalu atas janji itu, Ray, maka hidup
kita setiap hari akan terasa indah....” (Bab 37. h.
425)

2. Moral Manusia kepada Diri Sendiri


Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan diri
sendiri. Nilai moral individual adalah nilai moral yang
menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan diri
pribadi atau cara manusia memperlakukan diri pribadi.
Dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
terkandung pesan dari kalimat sebagai berikut:
a. Dasar bodoh. Diar bisa saja mengambil jatah lebih
dari upahnya yang hanya tiga ribu perak perhari
dari kotak uang ini. Tidak ada yang tahu. Tetapi
Diar selalu saja jujur menyerahkan semuanya.
(Bab. 4. hlm. 22)
b. Pasien berumur enam puluh tahun itu tertunduk
dalam-dalam. Tubuhnya masih terduduk di aspal
terminal. Sementara di kejauhan, tubuh Diar sudah
dilarikan dengan salah-satu angkutan umum.
Melesat menuju rumah sakit terdekat. (Bab. 9.
hlm. 63)
c. “Aku... Akulah yang merusak tasbih itu....” (Bab.
9. hlm. 71)
d. “Maafkan aku, Bapak! Maafkan aku yang telah
merusak tasbih itu. Tidak mendengarkan,
42

padahal.... Bapak sudah melakukan banyak


kebaikan kepada kami. Semoga, semoga Tuhan
membalas segala kebaikan itu. Maafkan aku,
Bapak... maafkan Diar yang nakal....” (Bab. 9.
hlm. 75)
e. “Kau tahu, penjaga Panti tertegun lama saat
menerimanya. Menyesali betapa buruknya dia
berusaha menjelaskan berbagai pertanyaannya
dulu dengan caranya sendiri, mencari pembenaran
atas semua potongan kehidupannya.” (Bab. 10.
hlm. 78)
f. Yang dia tahu hatinya perlahan menuntun
tangannya. Tangan pasien itu terjulur ke depan.
Gemetar. Mencoba mengelus wajah Diar yang
membeku. Wajah lebam, wajah bengkak, wajah
yang.... Hei, wajah yang tersenyum amat
memesona. terlihat begitu menawan. (Bab. 11.
hlm. 84)
g. Di kelas itu hanya ada empat murid. Semuanya
anak jalanan. Melihat mereka Ray urung berkecil
hati, ternyata ketiga teman sekelasnya sumuran,
hanya satu yang sesuai dengan usia anak sekolah
menengah pertama kelas satu. Guru yang mengajar
tadi pagi adalah bapak-bapak setengah baya.
Biasa-biasa saja. Tidak ada Ibu Guru Nusi. (Bab
11. hlm. 92)
43

h. Dan Ray sejak malam itu benar-benar merasakan


janji kehidupan yang lebih baik. Rumah Singgah
ini memberikan sepotong kehidupan baru yang
indah baginya. Anak-anak lain menjadi keluarga
baginya. Mereka malah lebih dari sekedar
keluarga. (Bab. 11. hlm. 97)
i. Dia akhirnya bersekolah. Rutinitas harian yang
menyenangkan. Tidak ada yang memaksa. Dan dia
mulai menata masa depan yang lebih baik. Merasa
memiliki janji masa depan yang baik. Janji-janji
dari kisah Bang Ape setiap Sabtu-malam. Dia
bermimpi setelah lulus ujian persamaan minggu
depan akan meneruskan kuliah. (Bab. 14. hlm.
139)
j. “... Kau tidak tahu memang, karena Ilham selama
sepuluh tahun itu selain belajar bagaimana
membuat lukisan yang lebih baik, juga
mendapatkan bonus dari kegagalan sebelumnya:
belajar tentang kerendahan-hati. Ilham
memutuskan untuk tidak menuliskan nama di
setiap lukisannya.” (Bab. 17. hlm. 170)
k. Dimasa-masa menunggu itu, dia pernah memaksa
dirinya datang mengunjungi sel tahanan Plee.
Membujuk hatinya untuk terakhir kali menemui
Plee. Bertanya apa kabarnya? Meminta maaf atas
kekeliruan di lantai 40, memeluk Plee. (Bab. 20.
hlm. 219)
44

l. Ray menelan ludah. Mengusap rambut panjangnya


yang sebelum berangkat disisir rapi sepuluh kali.
Dia harus mencoba, bisik separuh hati Ray. Apa
salahnya? Sudah lama dia merencanakannya.
Kalau ia menolak? Setidaknya dia sudah pernah
mengajaknya. Ray meremas jemarinya. Gugup.”
(Bab 24. hlm. 260)
m. “Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang
mendengarnya. Amat senang. Tetapi aku tidak
membutuhkan itu, Yang. Rumah besar, mobil,
berlian, pakaian yang indah. Bagiku kau ikhlas
dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha
atas perlakuanku padamu. Itu sudah cukup.” (Bab.
25. hlm. 281)
n. “Aku menginginkan kau bahagia melihat anak-
anak kita. Kau bahagia melihat mereka tumbuh
besar. Kau ikhlas dengan semua apa yang
kulakukan untukmu. Kau menerima apa-adanya
semua yang kulakukan untukmu, kau ridha. Aku
takut kepergian anak itu membuat kau sedih. Aku
sungguh akan lebih sedih melihat kau sedih….”
(Bab. 26. hlm. 295)
o. Ray bergegas menuju penginapan terdekat. Ada
banyak hal yang harus dilakukan besok. Ada
banyak hal yang ingin direncanakannya besok.
Kesedihan ini harus dilalui dengan banyak
aktivitas. (Bab. 29. hlm. 328)
45

3. Moral Manusia kepada Manusia Lain


Wujud pesan moral dalam kehidupan manusia dengan
sesama dalam lingkup sosial maupun lingkungan alam.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Hal ini menimbulkan berbagai
macam hubungan antara lain seperti kasih sayang, rasa
hormat, suka menolong, saling berbagi, dan lain-lain yang
melibatkan adanya interaksi dengan sesama manusia.
Di dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
terkandung pesan dari kalimat sebagai berikut:
a. Diar, anak panti asuhan yang sekamar dengannya,
setengah jam kemudian berbaik hati menyelinap
ke halaman Panti, berusaha menyerahkan
sebungkus roti tawar dan segelas cendol melalui
balik pintu. Sayang, penjaga Panti keburu tahu.
Mendelik mengancam Diar dengan pecut rotan,
“Biarkan bangsat itu berbuka dengan air hujan!
Atau kau mau bersamanya di luar??” (Bab 2. hlm.
13)
b. “Pulanglah! Istirahat. Besok hari raya....” Dokter
senior, salah satu dari tiga dokter yang memeriksa
pasien di atas ranjang-pemilik kongsi bisnis
terbesar yang pernah ada- tersenyum ke arah suster
yang terlihat lelah. (Bab 3. hlm. 17)
c. “Kami rindu kau, Rehan.” Diar menggigit bibir,
memecah diam, mengatakan kalimat itu sambil
menatap Rehan seperti seorang adik yang menatap
46

kakaknya. Ya, anak-anak di Panti itu sudah bagai


keluarga. Apalagi dengan semua kesulitan yang
timbul dari penjaga Panti. Apalagi bagi Diar,
Rehan selalu penting. (Bab 4. hlm. 25)
d. “Jangan. Jangan lakukan....” Diar yang dari tadi
hanya mentap bingung buru-buru melangkah
masuk. Berusaha mencegah. (Bab 4. hlm. 26)
e. “Kau tahu, Ray, banyak mereka yang tidak
menyadari kalau penjelasan itu sudah datang....
Mungkin karena mereka terlalu dibutakan oleh
kehidupan itu sendiri. Mungkin karena mereka
tidak pernah memiliki kemampuan untuk
menggapai penjelasannya. Mungkin juga karena
mereka terlalu berharap penjelasan itu datang
dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak
kasus, penjelasan itu justru datang dengan
sederhana.” (Bab 7. hlm. 42)
f. “Ray, tidak ada kehidupan di dunia yang sia-
sia....” Orang dengan wajah menyenangkan itu
menyentuh lembut bahu pasien yang berdiri di
sebelahnya.” (Bab 8. hlm. 55)
g. “Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat, Ray.
Bedanya, bagi manusia sebab-akibat itu
membentuk peta dengan ukuran raksasa.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis
kehidupan orang lain, kehidupan orang lain
mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang
47

lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa,


kembali lagi ke garis kehidupanmu.... Saling
mempengaruhi, saling berinteraksi....” (Bab 8.
hlm. 57)
h. Diar ingat sekali, saat tubuh ringkihnya menjejak
bangunan Panti untuk pertama kalinya, saat dia
canggung mendekat meja makan, Rehan-lah yang
tersenyum-memberikan kursi. Saat dia takut-takut
berkenalan dengan anak Panti lainnya yang lebih
besar, Rehan-lah yang menerimanya pertama kali.
Menawarinya tinggal sekamar. (Bab 9. hlm. 74)
i. “Terlepas dari buat siapa uang tersebut,
sayangnya, tidak semua orang beruntung
mengetahui apa sebab-akibat dari setiap kejadian
yang dihadapinya seperti kau sekarang....” (Bab
10. hlm. 79)
j. “Tidak banyak yang tahu apa sebab-akibat dari
setiap keputusan hidup yang akan diambilnya. Apa
sebab-akibat dari kehidupannya yang mungkin dia
pikir selama ini biasa-biasa saja, tidak berguna,
atau menyakitkan malah.” (Bab 10. hlm. 79)
k. “Sejatinya, dengan mengerti bahwa setiap
potongan hidup ini penting, maka seseorang tidak
akan banyak bertanya seperti kau menghabiskan
masa enam belas tahun bertanya sesak di Panti....”
(Bab 10. hlm. 79)
48

l. “Ray, itulah mengapa tidak semua orang mengerti


apa sebab-akibat kehidupannya. Dengan tidak
tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak
ada yang sia-sia dalam kehidupan akan selalu
berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka
ambil, kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-
kejadian menyenangkan, itu semua akan mereka
sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang
indah, yang akan menjadi sebab-akibat bagi orang
lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya
berakibat baik ke orang lain.” (Bab. 10. hlm 81-
82)
m. “Kalau kau memahaminya dari sisi positif, maka
kau akan mengerti ada yang peduli atau bermiliar-
miliar bulir air yang membuat riak tersebut. Peduli
atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam,
sekecil atau sekejap apapun riak itu. Dan saat kau
menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu
memikirkan dengan baik semua keputusan yang
akan kau ambil. Sekecil apa pun itu, setiap
perbuatan kita memiliki sebab-akibat....” (Bab. 10.
hlm. 82)
n. “Siklus sebab-akibat sudah ditentukan. Tidak ada
yang bisa merubahnya, kecuali satu: yaitu
kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir....” (Bab
10. hlm. 83)
49

o. “Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat


itu, seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa
merubah siklusnya, maka dia akan selalu mengisi
kehidupannya dengan perbuatan baik. Mungkin
semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia,
mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada
harganya bagi orang lain, tapi dia tetap mengisinya
sebaik mungkin.” (Bab. 10. hlm 83)
p. Hari ini, sesuai pembicaraan dengan Bang Ape dua
hari lalu, Ray mendaftarkan dir ikut sekolah
informal. Kakak-kakak penanggung-jawab Rumah
Singgah itu yang menyarankan, “Setidakya kau
punya aktivitas, Ray. Mengisi waktu luang dengan
hal-hal positif. Siapa tahu kau akan lebih banyak
tersenyum setelah pergi sekolah. Kami bosan
melihat kau hanya melamun dan menyeringai.”
Bang Ape tertawa. Ray hanya pelan mengangguk.
Sukarela mendaftar.” (Bab 11. hlm. 89)
q. Bang Ape hanya sibuk mengingatkan soal masa
depan. Mereka selalu diingatkan untuk menyadari
masa depan ditentukan oleh mereka sendiri,
bantuan orang lain ada batasnya. (Bab. 11. hlm.
91)
r. “Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk,
tapi kalian memiliki kepal tangan untuk
mengubahnya. Kepal tangan yang akan
menentukan sendiri nasib kalian hari ini, kepal
50

tangan yang akan melukis sendiri masa depan


kalian.” (Bab 11. hlm. 96)
s. Malam itu Bang Ape mangatakan kalimat tersebut,
kemudian menambahkannya dengan kalimat:
“Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun
berada, kalian sungguh akan tetap menjadi
saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak
ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kalian
sungguh akan tetap menajdi saudara.” (Bab.11.
hlm. 97)
t. “Kau pasti menang,” Ray berkata pelan. (Bab.11.
hlm. 100)
u. “Berapa kali aku pernah bilang, Rumah Singgah
tidak mendidik kalian menjadi preman, Ray. Kau
tidak seharusnya melakukan tindakan bodoh-“
(Bab. 12. hlm. 109)
v. “Kau berbeda dengan mereka Ray. Kalian berbeda
dengan anak jalanan. Aku tidak membangun
Rumah Singgah untuk menjadikan kalian preman.
Aku ingin kalian berpendidikan, memiliki
kebanggan atas hidup, bertanggung-jawab. Suatu
saat kau akan mengerti, terkadang pukulan tidak
mesti dibalas pukulan. Luka tidak mesti dibalas
luka.” (Bab 12. hlm. 110)
w. “Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal
menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan
sesuatu yang lebih hakiki.... Rasa sakit yang
51

timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan


dari orang lain itu sementara, Ray. Pemahaman
dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan
itulah yang abadi....” (Bab. 12. hlm. 110)
x. “Meskipun dalam situasi tertentu apa yang kau
lakukan bisa saja dimengerti, mungkin malah
dibela dan dipuji. Tapi kalian berbeda. Kalian
anak-anak yang tahu menyikapi persoalan dengan
baik. Setidaknya aku berharap kalian akan seperti
itu suatu saat kelak, menyadari bahwa tidak semua
persoalan hanya bisa diselesaikan dengan
menyalahkan, lantas membalas.” (Bab. 12. hlm.
110-111)
y. “Berapa kali harus kubilang, aku tidak pernah
mendirikan Rumah Singgah untuk menjadikan
kalian anak-anak berandalan. Anak-anak yang
suka berkelahi. Aku mendirikan Rumah Singgah
itu karena ingin melihat kalian tumbuh menjadi
anak-anak yang berbeda. Yang mengerti ada
banyak pemecahan masalah baik untuk setiap
urusan. Yang memahami terkadang sebuah
penerimaan akan memberikan hikmah yang luar-
biasa. Yang selalu yakin, kalau semua orang
berpikiran itu bisa dibenarkan, bukan berarti itu
menjadi bisa dibenarkan. Kalian tetap meyakini
kalau itu sesungguhnya keliru karena kalian tahu
itu memang keliru.” Bang Ape berkata dengan
52

intonasi bertenaganya,terdengar amat kecewa.


(Bab. 13. hlm. 125)
z. “Aku tahu apa yang akan kau lakukan, Ray....
Jangan melakukan hal bodoh.” Bang Ape menelan
ludah. Mencengkeram lengan Ray. (Bab. 14. hlm.
135)
aa. “Kau mau segelas cokelat panas, Ray? Aku baru
tiba. Warga baru. Kau penghuni kampung sini?
Tempat yang menyenangkan, bukan.... Mau?
Mari!” (Bab. 16. hlm. 154)
bb. Plee rajin menawarinya berkunjung. Mampir. Dan
Ray seperti biasa tidak bisa menolak ajakan itu.
Apa salahnya? Plee dengan senang hati
menyiapkan segelas cokelat panas setiap kali dia
singgah. (Bab. 16. hlm. 157)
cc. “Masalahnya kau tidak seharusnya jahat, Ray. Kau
tidak seharusnya menjalani masa-masa gelapmu
dengan alasan karena hidup ini tidak adil. Kau
tidak seharusnya menyalahkan orang-orang yang
membuat kehidupanmu buruk, lantas mencari
pembenaran-pembenaran.” (Bab. 17. hlm. 166)
dd. “Kalau kau tidak boleh menyalahkan orang lain
dalam urusan ini, apalagi menyalahkan Tuhan,
Ray.... Itu tidak boleh terjadi, meski amat lazim
dilakukan orang-orang.” (Bab. 17. hlm. 167)
ee. Pukul 07.30, mushalla kecil dekat tower
mengumandangkan khotbah hari raya, “Bukan
53

sisa-sisa, tapi berikanlah yang terbaik. Karena


yang terbaik itu akan kembali kepada kalian.”
Pengkhotbah berkata lirih (Bab. 18. hlm. 196)
ff. “Waktu itu kau sering bertanya mengapa Tuhan
memudahkan jalan bagi orang-orang jahat?
Mengapa Tuhan justru mengambil kebahagiaan
dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan
langit yang tidak akan pernah kita pahami secara
sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya.
Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-
bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku tahu
kata-kata ini tetap saja sulit dimengerti. Aku
sederhanakan bagimu, Ray, maksudnya adalah
selalulah berharap sedikit. Ya, berharap sedikit,
memberi banyak. Maka kau akan siap menerima
segala bentuk keadilan Tuhan.” (Bab. 18. hlm.
201)
gg. “Jangan nangis, Sayang. Ayo, Rehan anak yang
kuat. Cup-cup-cup.” Ibunya membujuk lembut.
Mengusap pipi kemerah-merahan bayi dalam
rengkuhan mesranya. (Bab. 19. hlm. 204)
hh. “Dia teringat istrinya yang akan menjanda malam
ini. Anaknya yang akan yatim malam ini. Dan dia
melihat kau yang terkepung kobaran api. Terpental
di tengah-tengah bilah papan berjatuhan. Dia
merangkak dengan sisa-sisa tenaganya. Berusaha
menyelamatkan kau Ray, dia tidak tahu apakah itu
54

sebuah penebusan, tetapi di ujung semua kejadian


ini, dia menyesalinya….” (Bab. 19. hlm. 211)
ii. “Tahukah kau, orang-orang yang suka
menyalahkan orang lain atas kejadian buruk yang
menimpanya cenderung sepertimu. Membalas.
Ketika kau tidak mampu membalasnya ke orang
yang menjadi penyebabnya, tidak bisa
membalasnya ke Tuhan, maka kau membalasnya
dalam bentuk lain. Apa salahnya menjadi jahat.
Menjadi pembenaran.” (Bab 19. hlm. 213)
jj. “Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka
sebuah kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh
isi langit-bumi bersekutu menggagalkan.
Sebaliknya, kalua Tuhan tidak menginginkannya,
maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi,
tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu
melaksanakannya.” (Bab. 19. hlm. 213)
kk. “Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit.
Hanya ada satu hal yang bisa mencegahnya. Satu
hal, sama seperti siklus sebab-akibat sebelumnya,
yaitu: berbagi. Ya, berbagi apa saja dengan orang
lain. Tidak. Sebenarnya berbagi tidak bisa
mencegahnya secara langsung, tapi dengan berbagi
kau akan membuat hatimu damai.” (Bab. 19. hlm.
213)
ll. “Membiarkan pekerja bersenang-senang secara
proporsional justru membuat semangat kerja
55

mereka membaik. Tidak ada yang bisa


mengalahkan produktivitas pekerja yang semangat
kerjanya tinggi.” Itu penjelasan Ray dalam rapat
bulanan. (Bab. 23. hlm. 254)
mm. Ray menggeleng. Sebenarnya sudah. Tapi
seminggu lalu, saat malam-malam pulang, ditanya
hal serupa dan dia mengangguk, istrinya
menunduk kecewa. Ray merasa amat bersalah.
Makanya sejak malam itu, sekenyang apa pun dia
pulang dari lokasi konstruksi bandara, Ray
memaksakan diri makan malam bersama istrinya.
(Bab. 26. hlm. 287)
nn. “B-a-i-k. Kau akan baik-baik saja, Yang. Mereka
sedang menyiapkan operasi. Bayi kita akan
selamat.” Ray berbisik, mengelus lembut dahi
istrinya. (Bab. 26. hlm. 305)
oo. “Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara
terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi
yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan….”
(Bab. 28. hlm. 315)
pp. “Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka
baginya tidak akan ada pertanyaan tentang
mengapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang
menyenangkan darinya, kenapa dia harus
dilemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua
proses yang dialami, menyakitkan atau
menyenangkan, semuanya untuk menjemput
56

tujuan itu. Dan dia bertekad menjemput akhir


sambil tersenyum, seperti istrimu. Ia meninggal
dengan penghujung yang baik. Hanya inilah satu-
satunya penjelasan bagimu, dari sisi yang
ditinggalkan.” (Bab 28. hlm. 318)
qq. Ray tahu persis mengurus pekerja. Semakin baik
motivasi mereka, maka semakin baik produktivitas
dan kualitas kerja mereka. (Bab. 29. hlm. 329)
rr. “Kau terjebak keinginan-keinginan dunia. Kau
mencintai dunia persis seperti kerumunan orang-
orang lainnya yang amat keterlaluan mencintainya.
Dan lazimnya para pecinta dunia itu, maka
sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh
yang bisa disediakan dunia.” (Bab 33. hlm. 379)
ss. “Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan
merasa muak dengan semua penderitaan maka itu
saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar
baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan
sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu
menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan
semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus
melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak
beruntung darimu.” (Bab 36. hlm. 416-417)
tt. “Tentang nama anak perempuanmu, dan berbagai
bagian yang tidak terjelaskan, semoga langit
berbaik hati memberitahu. Kalau pun tidak,
begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu. Ada pula
57

yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-


tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat
kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja
melindungi kita dari kita tahu sendiri.” (Bab 37.
hlm. 425)

B. Analisis Data dalam Novel Rembulan Tenggelam di


Wajahmu
Hasil analisis isi pesan moral ini didapat dengan pengujian
kategorisasi pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dan
orang yang dianggap kredibel dan mampu memberikan penelitian
secara objektif. Juri yang telah memberikan nilai pada
kategorisasi tersebut adalah:
Juri I : Hariyanto Fathi, M.Ag. (Tokoh Agama dan Guru
Sekolah Dasar Islam Darul Falah Kedaung)
Juri II : Muhammad Nur Afif, S.Pd.I (Tokoh Agama)
Juri III : Neneng Juwita, S.Pd (Kepala Sekolah TK Rainbows
Playgroup and Kindergarten)
Data hasil kesepakatan juri yang telah didapatkan dalam
memperoleh validitas dan realibilitas isi pesan moral sesuai
kategori yang telah ditentukan, yaitu: moral kepada Allah, moral
kepada diri sendiri, dan moral kepada manusia lain. Berikut
adalah hasil nilai koefisien reliabilitas kesepakatan antar juri pada
keseluruhan isi pesan moral dalam novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu karya Tere Liye:
Tabel 2
Kesepakatan Antar Juri Keseluruhan Isi Pesan Moral
58

Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri

1 dan 2 74 66 8 0,89
1 dan 3 74 65 9 0,87

2 dan 3 74 67 7 0,90
Jumlah 2,66
Jumlah nilai tersebut didapat dari rumus:
Koefisien reliabilitas =

Nilai rata-rata (x) =

Komposit reliabilitas =

= 0,95
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 dan
2 sebesar 0,89 (hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat
baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar
0,89 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua
juri). Kesepakatan juri 2 dan 3 sebesar 0,90 (menunjukkan
kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).
Data tersebut dapat disebutkan bahwa hasil nilai komposit
reliabilitas yang didapat dari uraian keseluruhan isi pesan moral
dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye
dari kesepakatan juri ialah sebesar 0,95.
Hasil yang telahdihitung tersebut didapat dari perhitungan
unit analisis dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
59

karya Tere Liye yang di dalamnya terapat 38 sub bab cerita. Dari
38 sub bab cerita tersebut, peneliti tidak membatasi unit yang
akan dijadikan objek dan meneliti semua sub bab tersebut untuk
dijadikan sebagai unit anlisis. Berikut adalah sub bab yang
diteliti:
Tabel 3
Sub bab cerita yang diteliti dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye
No Sub Bab Cerita Halaman
1 Bab 1: Aku Rinai 1
2 Bab 2: Aku Rehan 11
3 Bab 3: Aku Pasien 17
4 Bab 4: Aku Diar 21
5 Bab 5: Aku Terminal Kota 29
6 Bab 6: Aku Bayi Yang Selamat 33
7 Bab 7: Aku Penjudi Ulung 41
8 Bab 8: Aku Pertanyaan Pertama 49
9 Bab 9: Aku Tasbih Yang Rusak 61
10 Bab 10: Aku Arab Tua Tidak Berguna 77
11 Bab 11: Aku Rumah Singgah 85
12 Bab 12: Aku Perkelahian-Perkelahian 103
13 Bab 13: Aku Kapak Bermata Satu 113
14 Bab 14: Aku Kereta Listrik 131
15 Bab 15: Aku Pertanyaan Kedua 145
16 Bab 16: Aku Berlian Seribu Karat 153
17 Bab 17: Aku Sepotong Koran Tua 165
60

18 Bab 18: Pencurian Yang Hebat 177


19 Bab 19: Aku Plee 193
20 Bab 20: Aku Ayah-Bunda 203
21 Bab 21: Aku Eksekusi Mati 215
22 Bab 22: Aku Gerbong Makan 223
23 Bab 23: Aku Cinta Pertama 233
24 Bab 24: Aku Puding Pisang 241
25 Bab 25: Aku Pesta Kembang Api 259
26 Bab 26: Aku Pernikahan 277
27 Bab 27: Aku Anak-Anak Surga 285
28 Bab 28: Aku Lomba Busana Oriental 297
29 Bab 29: Aku Pertanyaan Ketiga 311
30 Bab 30: Aku Seribu Rembulan 321
31 Bab 31: Aku Mister Liem 333
32 Bab 32: Aku Anggrek Putih Dari Timur 341
33 Bab 33: Aku Pertanyaan Keempat 361
34 Bab 34: Aku Dua Pemahat 375
35 Bab 35: Aku Suami-Istri Koh Cheu 385
36 Bab 36: Aku Enam Tahun Penghabisan 401
37 Bab 37: Aku Pertanyaan Kelima 411
Bab 38: Aku Rembulan Tenggelam Di
38 423
Wajahmu

Dari semua sub bab cerita yang dijadikan objek sebagai unit
analisis, diujikan kepada masing-masing juri berdasarkan
61

ketegori yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut uraian hasil


penilaian para juri bersadarkan masing-masing kategori:
1. Pesan Moral Manusia Kepada Tuhan
Hubungan manusia dengan Tuhan dilakukan dengan
berdoa ataupun wujud lain yang menunjukkan adanya
hubungan vertikal dengan Yang Maha Kuasa, misalnya
dengan cara memuji-Nya,yakni dengan cara menjadikan
Tuhan sebagai satu-satunya penolong ummat. Seperti
telah dijelaskan dalam surat AL-Ikhlas ayat 1-4, yang
berbunyi:
ۡ٤ۡ‫ۡۡ َولَنۡيَ ُكيۡل َ ۥۡه ُۡ ُكفُ ًىاۡأَ َح ُۢ ُد‬٣ۡ‫ۡۡلَنۡيَلِدۡ َولَنۡيُىلَد‬٢ۡ‫ص َو ُۡد‬ َۡ ۡۡ١ۡ‫ٱّللُۡأَ َح ٌد‬
َ ‫ٱّللُۡٱل‬ َۡ ۡ‫قُلۡۡهُ َى‬
Artinya:
“Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa (1); Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu (2); Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan (3); dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia (4)."

Berikut adalah tabel hasil kesepakatan antar juri kategori


moral manusia kepada Tuhan, yang dihitung
menggunakan rumus:
Koefisien reliabilitas =

Tabel 4
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Tuhan
62

Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri

1 dan 2 13 13 0 1,00
1 dan 3 13 12 1 0,92

2 dan 3 13 12 1 0,92
Jumlah 2,84
63

Nilai rata-rata (x) =

Komposit reliabilitas =

= 0,98
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 1,00 sedangkan antar juri 1 dan juri 3
serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai yang sama yakni
sebesar 0,92, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,84. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
reliabilitasnya. Maka dengan demikian, hasil nilai
komposit reliabilitas moral manusia kepada Tuhan sebesar
0,98.
Hasil yang didapat dari perhitungan kategori moral
manusia kepada Tuhan menunjukkan bahwa angka
reliabilitas yang terjadi atas kesepakatan antar juri cukup
tinggi, dan alat ukur ini bisa dikatakan benar-benar
reliabel.

2. Pesan Moral Manusia kepada Diri Sendiri


Moral terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
memperlakukan diri pribadinya baik itu sifatnya jasmani
atau rohani. Memperlakukan diri secara adil dengan tidak
melakukan sesuatu yang tidak baik atau merugikan diri
sendiri.
64

Berikut adalah tabel hasil kesepakatan antar juri kategori


moral manusia kepada diri sendiri, yang dihitung
menggunakan rumus:
Koefisien reliabilitas =

Tabel 5
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Diri Sendiri

Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri

1 dan 2 15 12 3 0,80
1 dan 3 15 13 2 0,87

2 dan 3 15 12 3 0,80
Jumlah 2,47

Nilai rata-rata (x) =

Komposit reliabilitas =

= 0,93
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 0,80, sedangkan antar juri 1 dan juri 3
sebesar 0,87, serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai
sebesar 0,80, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,47. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
65

reliabilitasnya. Maka dengan demikian, hasil nilai


komposit reliabilitas moral manusia kepada diri sendiri
sebesar 0,93.
Hasil yang didapat dari perhitungan kategori moral
manusia kepada diri sendiri menunjukkan bahwa angka
reliabilitas yang terjadi atas kesepakatan antar juri cukup
tinggi, dan alat ukur ini bisa dikatakan benar-benar
reliabel.

3. Pesan Moral Manusia kepada Manusia Lain


Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjalin
kehidupan yang rukun atas dasar rasa persaudaraan,
terlebih lagi bagi sesama muslim ataupun yang bukan
muslim. Tidak ada batasan untuk seseorang melakukan
kebaikan dan saling tolong-menolong asalkan dalam
konteks kebaikan. Seperti dijelaskan dalam Q.S Al-
Maidah ayat 2:
َٰٓ
َۡ ۡ ‫ىا ۡ َش ََٰٓعئِ َس‬
َۡ ‫ٱّللِ ۡ َو ََل ۡٱل َشه َسۡ ۡٱل َح َسا َمۡ ۡ َو ََل ۡٱلهَد‬
ۡ‫ٌ ۡ َو ََل ۡٱلقَلَئِ َۡد‬ ْ ٌُ‫يََٰٓأَيُّهَب ۡٱلَ ِرييَۡ ۡ َءا َه‬
ْ ُّ‫ىا ََۡل ۡتُ ِحل‬
ۡ‫َل ۡ َء َٰٓا ِّهييَ ۡٱلبَيتَۡ ۡٱل َح َسا َمۡ ۡيَبتَ ُغىىَ ۡفَض اٗل ۡ ِّهي ۡ َزبِّ ِهن ۡ َو ِزض َى اً ۚب ۡ َوإِ َذا ۡ َحلَلتُن‬ َٰٓ َ ‫َو‬
ْ ْۘ ‫ص ُّدو ُكنۡ َن ِيۡٱل َوس ِج ِۡدۡٱل َح َسا ِۡمۡأَىۡتَعتَد‬
ۡ‫ُوا‬ َ ۡ‫َلۡيَج ِس َهٌَ ُكنۡ َش ٌَۡبىُ ۡقَى ٍمۡأَى‬ ْۡ ۚ ‫ۡفَٱصطَبد‬
ۡ َ ۡ‫ُواۡ َو‬
َۡ ۡ‫ٱّللَۡإِ َى‬
َۡ‫ٱّلل‬ َۡ ۡ‫ىا‬ ْۡ ُ‫ٱۡلث ِۡنۡ َۡوٱلعُد َو ۚ ِىۡۡ َۡوٱتَق‬ ْ ًُ‫ىاۡ َنلًَۡٱلبِ ِّۡسۡ َوۡٱلتَق َىيۡۡ َو ََلۡتَ َعب َو‬
ِ ًَۡ‫ىاۡ َنل‬ ْ ًُ‫بو‬
َ ‫َوتَ َع‬
ِ ‫َش ِديدُۡٱل ِعقَب‬
ۡ٢ۡۡ‫ة‬
66

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-
id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”

Berikut adalah tabel hasil kesepakatan antar juri kategori


moral manusia kepada Tuhan, yang dihitung
menggunakan rumus:
Koefisien reliabilitas =

Tabel 6
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Manusia Lain
67

Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri

1 dan 2 46 41 5 0,89
1 dan 3 46 42 4 0,91

2 dan 3 46 43 3 0,93
Jumlah 2,73

Nilai rata-rata (x) =

Komposit reliabilitas =

= 0,97
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 0,89, sedangkan antar juri 1 dan juri 3
sebesar 0,91, serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai
sebesar 0,93, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,73. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
reliabilitasnya. Maka dengan demikian, hasil nilai
komposit reliabilitas moral manusia kepada manusia lain
sebesar 0,97.
Hasil yang didapat dari perhitungan kategori moral
manusia kepada manusia lain menunjukkan bahwa angka
reliabilitas yang terjadi atas kesepakatan antar juri cukup
68

tinggi, dan alat ukur ini bisa dikatakan benar-benar


reliabel.
C. Pesan Moral Yang Paling Dominan
Untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri tersebut, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas.
Dari hasil di atas ditemukan bahwa kesepakatan antar juri untuk
kategori-kategori yang dibuat sebesar 0,95. Hal ini menunjukkan
kesepakatan yang sangat baik diantara para juri. Setelah
melakukan perhitungan reliabilitas terhadap tiga juri, maka alat
ukur ini dianggap reliabel sebagai sebuah kategori penelitian.
Untuk mengetahui pesan yang paling dominan dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, maka peneliti melakukan
perhitungan prosentase dan frekuensi berdasarkan kategori yang
telah dibuat peneliti dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P=

Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah

a. Pesan Moral Manusia kepada Tuhan

P= = 18%
69

Berdasarkan keseluruhan pesan moral yang diteliti, pesan


moral manusia kepada Tuhan didapatkan prosentase
sebesar 18%.

b. Pesan Moral Manusia kepada Diri Sendiri

P= = 20%

Berdasarkan keseluruhan pesan moral yang diteliti, pesan


moral manusia kepada diri sendiri didapatkan prosentase
sebesar 20%.

c. Pesan Moral Manusia kepada Manusia Lain

P= = 62%

Berdasarkan keseluruhan pesan moral yang diteliti, pesan


moral manusia kepada manusia lain didapatkan
prosentase sebesar 62%.
Tabel 7
Jumlah Isi Pesan Moral
Kategori Isi Pesan
No Frekuensi
Moral Prosentase
1 Moral Manusia kepada 13 18%
Allah
2 Moral Manusia kepada 15 20%
Diri Sendiri
3 Moral Manusia kepada 46 62%
Manusia Lain
Jumlah 74 100%
70

Dengan demikian, pesan moral manusia kepada manusia lain


adalah yang paling dominan yang terdapat dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu, yaitu sebesar 62%.
D. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di
Wajahmu
Pesan moral yang disampaikan dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu dikemas dengan sangat apik dan menarik
para pembaca, hingga pembaca tidak bosan dalam membaca
novel tersebut. Dalam novel tersebut para pembaca diajak untuk
berimajinasi oleh penulis dengan menampilkan plot dan latar
yang unik. Menceritakan kejadian masa lalu seorang Rehan
Raujana yang diberi kesempatan untuk melihat sisi lain dari
kehidupan yang tidak pernah diketahuinya.
Novel ini memberikan banyak pembelajaran serta pesan
moral kepada para pembaca untuk dapat memaknai hidup. Dalam
novel ini bukan hanya menceritakan pemutaran ulang kisah
hidup, namun perjalanan inilah yang akhirnya mampu menjawab
lima besar pertanyaan yang mengetuk-ngetuk hati dan kepalanya
sepanjang hidupnya. Lima pertanyaan untuk lima jawaban.
Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini
mengungkapkan lika-liku pahit manisnya kehidupan yang sering
kali tak dapat di nalar oleh logika manusia. Potongan kehidupan
manusia sadar ataupun tidak merupakan suatu siklus sebab
akibat, ada kaitannya satu sama lain. Menjalin hubungan yang
pada akhirnya jika manusia diberi kesempatan untuk mengetahui,
maka semua akan tercengang dengan jalinan klip-klip hidupnya
selama ini yang saling berkaitan dan tak terduga.
71

Rehan Raujana atau Ray adalah seorang anak yang tumbuh


di sebuah Panti Asuhan dan tak tahu asal mula kehidupannya
sendiri. Ia tumbuh menjadi seorang anak lelaki nakal, dengan
fisik yang kuat, dan berotak amat cerdas. Ia menjadi nakal adalah
semata-mata karena dipicu lingkungan panti asuhan yang “tidak
ideal”. Penjaga panti mengeksploitasi anak-anak dengan
mempekerjakan mereka di jalanan.
Malam-malamnya dipenuhi dengan lima pertanyaan besar
dalam hidupnya. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti
makna hidup dan kehidupan. Pertama, Mengapa dia harus tinggal
di panti asuhan menyebalkan itu? Kedua, Apakah hidup ini adil?
Ketiga, Kenapa Tuhan mengambil yang dia cinta? Kenapa takdir
menyakitkan itu harus terjadi? Keempat, Mengapa setelah semua
yang dia miliki ternyata semuanya tetap terasa kosong dan
hampa? Dan yang terakhir, Mengapa dia harus mengalami sakit
yang berkepanjangan itu? Lima pertanyaan yang langsung ada
kesempatan untuk mendapat jawaban.
Orang tua Ray meninggal saat terjadi kebakaran, sehingga ia
tinggal di panti asuhan. Ketika Ray beranjak enam belas tahun, ia
memutuskan untuk mencuri uang di kantor penjaga panti dan
kabur. Tak sengaja ia menemukan potongan masa lalunya di
sana. Di luar panti, Ray menjalani kehidupan keras sebagai anak
jalanan, ia menemukan kebahagiaannya di tempat tersebut.
Di jalanan Ray menjalani hidupnya yang gelap (mencuri,
mabuk-mabukan hingga berjudi). Kemudian ia menemukan
kehidupan yang berbeda di Ibu Kota. Setelah kemenangan
besarnya berakhir ia terdampar disuatu Rumah Singgah. Bertemu
72

dengan anak-anak jalanan berjuta mimpi masa depan yang lebih


baik. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena lagi-lagi Ray
memutuskan keluar dari rumah singgah dan kembali hidup
gelandangan. Mengamen dari satu gerbong ke gerbong lain
dengan mengandalkan gitarnya.
Kehidupan Ray berubah drastis setelah nekat ikut seseorang
mencuri berlian di Bank Internasional. Namun pencurian itu
digagalkan oleh penjaga gedung Bank Internasional itu. Karena
ingin lari dari masalah mencurinya, Ray pulang ke kampung lalu
bertemu dan jatuh cinta kepada wanita yang disebutnya “Si Gigi
Kelinci”. Lalu mereka menikah dan hidup bahagia melebihi batas
kelayakan.
Sayang, kebahagiaannya tidak bertahan lama. Sang istri dan
calon bayinya meninggal dunia. Untuk melupakan rasa dukanya
itu, Ray kembali ke kota dan merintis usahanya hingga sukses
luar biasa. Namun dibalik kesuksesan itu semua, Ray masih tetap
merasa hampa meski hidup bergelimang harta.
Tahun demi tahun berlalu, tubuh Ray taklagi semuda dan
sekuat dulu. Kini rasa sakit mulai menggerogoti tubuhnya yang
tak lagi muda. Sisa masa hidupnya dihabiskan di lorong rumah
sakit. Namun Ray masih diberi kesempatan untuk mengenang
masa lalunya, menjawab semua pertanyaan dalam dirinya, serta
merenungkannya lalu memperbaikinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisis data yang
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere
Liye ini sarat dengan aspek moral. Pesan moral dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere
Liye meliputi Moral Manusia kepada Tuhan, Moral
Manusia kepada Diri Sendiri, serta Moral Manusia
kepada Manusia Lain. Pesan moral yang digambarkan
dalam novel ini bahwa setiap kehidupan adalah sebab-
akibat. Sebab-akibat itu membentuk peta dengan
ukuran raksasa. Kehidupan seseorang menyebabkan
garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain
mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang
lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa,
kembali lagi ke garis kehidupan orang tersebut. Segala
hal yang terjadi di hidup ini saling mempengaruhi,
saling berinteraksi.
2. Pesan moral yang paling dominan dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu yaitu: Pesan Moral
Manusia kepada Manusia Lain 62%, lalu Pesan Moral
Manusia kepada Diri Sendiri sebesar 20%, dan Pesan
Moral Manusia kepada Tuhan sebesar 18%.

73
74

B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis
ingin memberikan beberapa saran kepada
Mahasiswa,Pembaca, dan Penulis Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu:
1. Kepada Mahasiswa,diharapkanbanyak meneliti dan
mengkaji karya yang mengandung pesan moral untuk
memberikan kontribusi bagi orang lain, serta untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai moral sesuai
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada pembaca, diharapkan untuk tidak menjadikan
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu hanya
sebagai hiburan semata, namun benar-benar menyerap
pesan-pesan yang disampaikan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kepada penulis Tere Liye, telah berhasil dalam
menyampaikan pesan-pesan moral kepada pembaca
dengan alur dan cerita yang menarik khas Tere Liye
membuat pembaca enggan untuk mengakhiri bacaan.
Namun rumitnya cerita yang dimengerti membuat
sebagian pembaca sulit mencerna dan langsung
memahami maksud penulis. Diharapkan kepada
penulis untuk bisa memberikan cerita yang ringan dan
mudah dimengerti oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Abdurrahman, S. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.

Aminuddin. (1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar


Baru.

Arifin, T. M. (1995). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali


Press.

Buleang, A. (2004). Metodologi Penelitian Kontemporer. Yogyakarta:


Penerbit Andi Offset.

Cangara, H. (2014). Komunikasi Politik: Konsep, Teori,dan Strategi.


Jakarta: Rajawali Pers.

Darajat, Z. (1993). Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Haji Masagung.

Daud, M. (2006). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian


Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana.

Hefni, H. (2015). Komunikasi Islam. Jakarta: Prena Media Grup.

Ibrahim, A. S. (2009). Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

K.M, J. S. (1986). Antologi Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Mufid, M. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Neuman, W. L. (2013). Metode Penelitian Sosial: Pendekatan


Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Ketujuh. Jakarta: PT. Indeks.

Nurgiyantoro, B. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah


Mada University.

75
76

Nurgiyantoro, B. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah


Mada University.

Nurgiyantoro, B. (2000). Teori Pengkajian FIksi. Yogyakarta: Gajah


Mada University.

Setiawan, B. (1995). Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Soehartono, I. (1995). Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik


Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Stokes, J. (2006). How To Do Media And Cultural Studies. Yogyakarta:


PT Bentang Pustaka.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (1991). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung:


Angkasa.

Tebba, S. (2007). Etika dan Tasawuf Jawa. Jakarta: Pustaka Irvan.

Wajidi, F. (1993). Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Wardoyo, P. (1990). Moral dan Masalahnya. Jakarta: Kanisius.

Widjaja, H. A. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta:


Rineka Cipta.
77

JURNAL
dkk, M. A. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Buku Cerita
Bergambar dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Siswa SD
Kelas Rendah. Pendagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan.

dkk, Y. P. (2014). Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media


Buku Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Perilaku Moral. Jurnal
Pendidikan Anak Usia DIni Undiksha.
Eliastuti, M. (2017). Analisis Nilai-Nilai Moral dalam Novel Kembang
Turi Karya Budi Sardjono. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah
Pendidikan.

Al Mawardi. (2013). Etika, Moral dan Akhlak. Jurnal Fakultas


Pendidikan Agama Islam Politeknik Negeri Lhokseumawe

Lawrence A. Blum, Gilligan and Kohlberg. (2009). Implications for


Moral Theory. Chicago Junal.

Reksiana. (2018). KERACUNAN ISTILAH KARAKTER, AKHLAK,


MORAL DAN ETIKA. Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu
Al-Qur'an Jakarta.

INTERNET
Anjarwati, Julia. 2019. Biografi Singkat Tere Liye.
https://bahasa.foresteract.com/biografi-singkat-tere-liye/ (diakses pada
tanggal 20 Mei 2020)

Wink. 2018. Biografi dan Profil Tere Liye-Penulis Novel


Terkenal Asal Indonesia. https://www.biografiku.com/biografi-dan-
profil-tere-liye-penulis-novel-terkenal-asal-indonesia/ (diakses pada
tanggal 20 Mei 2020)
LAMPIRAN
Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Karya Tere Liye

A. Apakah ada pesan moral tentang moral kepada Tuhan, moral kepada diri sendiri, dan
moral kepada manusia lain dalam kutipan novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
tersebut?
1. Malam kemenangan. Semua berlomba menggemakan nama besar Tuhan. Semua
muka mengekspresikan kebahagiaan. Mulut-mulut mendesah atau malah berteriak
seperti anak-anak di masjid ujung gang yang berebut mik. Berguling-guling menyikut
rekan sepantaran. Meneriakkan takbir dengan suara fals bin cempreng. Asyik sekali.
Tidak penting keluh-protes telinga-telinga yang mendengarkan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
2. Maka kepalanya mendongak ke atas. Mencari mukaMu yang konon katanya ada
dimana-mana. Menggetarkan sekali mendengar pertanyaan yang tidak terucap itu.
Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu
menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu jawaban untuk satu pertanyaan. Jawaban
yang sempurna. Tidak lebih, tidak kurang. Tetapi Rinai tidak tahu itu, ia terlampau
kecil untuk mengerti. Rinai hanya tahu ia mau menangis. Hatinya sedih. Teramat
sedih malah. Maka matanya pun membasah. Memeluk boneka beruang madunya lebih
erat.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
3. “Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan, bagaimana mungkin urusan manusia
yang lebih besar luput dari ketentuan.... Bagi binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-
benda mati, kehidupan adalah sebab-akibat. Mereka hanya menjalani hukum alam
yang sudah ditentukan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
4. “Ray, penjaga Panti itu mendapatkan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaannya saat
itu juga.... Dia mendapatkannya secara langsung. Semua itu karena Diar.... Diar telah
membuka hati yang membeku itu. Diar menjadi sebab sebuah pertobatan, sebab
Tuhan berkenan menemukan penjaga Panti itu kembali.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
5. “Berdoalah, Ray. Hanya itu yang bisa kita lakukan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
6. “Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski
tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa
berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlanjur
sulit bagimu, karena kau selalu keras-kepala.”

1
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
7. “Pembalasan di dunia hanya sepotong kecil dari keadilan langit. Ada cara lain bagi
Tuhan untuk membuat timbangan keadilan itu berjalan baik. Kau dan sebagian besar
orang di muka bumi boleh jadi mengingkarinya, tapi itu nyata, pembalasan hari akhir
itu nyata, senyata kau yang sekarang tersungkur mengenang masa lalu ini.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
8. Ya Tuhan, dia rindu sekali menatap wajah Ayah-Bundanya. Rindu sekali mendengar
suara mereka memanggil namanya. Rindu sekali bersembunyi dalam peluknya….
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
9. Apa maksud semua ini, Tuhan? Aku mohon, jangan sampai.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
10. “Kau tahu, istrimu benar-benar ingin menjadi istri yang baik untukmu, menjadi ibu
yang baik untuk anak-anakmu. Ia tak pandai ilmu agama, ia baru belajar itu semua
saat kalian menikah. Tapi dia paham sebuah kalimat yang indah, nasihat pernikahan
kalian yang disampaikan penghulu: Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha
padanya, maka pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
11. Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski hatinya mengutuk langit berkali-kali,
Ray tetap terpesona menatap rembulan di langit. Merasa damai dengan sepotong
ciptaan Tuhan yang seolah-olah digantungkan begitu saja itu.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
12. Malam-malam itu meski amat bencinya dengan keputusan Tuhan, amat marahnya
dengan segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu membuatnya berterima-kasih.
Mungkin itulah gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat indah dari bumi.
Menjadi penghiburan bagi hati yang resah saat menatapnya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
13. “Kau benar, Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat, yang
nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaanNya.
Tahukah kau? Itulah janji menatap wajahNya. Menatap wajah Tuhan. Tanpa tabir,
tanpa pembatas.... Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam
tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu. Percayalah selalu
atas janji itu, Ray, maka hidup kita setiap hari akan terasa indah....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain

2
14. Dasar bodoh. Diar bisa saja mengambil jatah lebih dari upahnya yang hanya tiga ribu
perak perhari dari kotak uang ini. Tidak ada yang tahu. Tetapi Diar selalu saja jujur
menyerahkan semuanya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
15. Pasien berumur enam puluh tahun itu tertunduk dalam-dalam. Tubuhnya masih
terduduk di aspal terminal. Sementara di kejauhan, tubuh Diar sudah dilarikan dengan
salah-satu angkutan umum. Melesat menuju rumah sakit terdekat.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
16. “Aku... Akulah yang merusak tasbih itu....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
17. “Maafkan aku, Bapak! Maafkan aku yang telah merusak tasbih itu. Tidak
mendengarkan, padahal.... Bapak sudah melakukan banyak kebaikan kepada kami.
Semoga, semoga Tuhan membalas segala kebaikan itu. Maafkan aku, Bapak...
maafkan Diar yang nakal....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
18. “Kau tahu, penjaga Panti tertegun lama saat menerimanya. Menyesali betapa
buruknya dia berusaha menjelaskan berbagai pertanyaannya dulu dengan caranya
sendiri, mencari pembenaran atas semua potongan kehidupannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
19. Yang dia tahu hatinya perlahan menuntun tangannya. Tangan pasien itu terjulur ke
depan. Gemetar. Mencoba mengelus wajah Diar yang membeku. Wajah lebam, wajah
bengkak, wajah yang.... Hei, wajah yang tersenyum amat memesona. terlihat begitu
menawan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
20. Di kelas itu hanya ada empat murid. Semuanya anak jalanan. Melihat mereka Ray
urung berkecil hati, ternyata ketiga teman sekelasnya sumuran, hanya satu yang sesuai
dengan usia anak sekolah menengah pertama kelas satu. Guru yang mengajar tadi
pagi adalah bapak-bapak setengah baya. Biasa-biasa saja. Tidak ada Ibu Guru Nusi.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
21. Dan Ray sejak malam itu benar-benar merasakan janji kehidupan yang lebih baik.
Rumah Singgah ini memberikan sepotong kehidupan baru yang indah baginya. Anak-
anak lain menjadi keluarga baginya. Mereka malah lebih dari sekedar keluarga.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain

3
22. Dia akhirnya bersekolah. Rutinitas harian yang menyenangkan. Tidak ada yang
memaksa. Dan dia mulai menata masa depan yang lebih baik. Merasa memiliki janji
masa depan yang baik. Janji-janji dari kisah Bang Ape setiap Sabtu-malam. Dia
bermimpi setelah lulus ujian persamaan minggu depan akan meneruskan kuliah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
23. “... Kau tidak tahu memang, karena Ilham selama sepuluh tahun itu selain belajar
bagaimana membuat lukisan yang lebih baik, juga mendapatkan bonus dari kegagalan
sebelumnya: belajar tentang kerendahan-hati. Ilham memutuskan untuk tidak
menuliskan nama di setiap lukisannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
24. Dimasa-masa menunggu itu, dia pernah memaksa dirinya datang mengunjungi sel
tahanan Plee. Membujuk hatinya untuk terakhir kali menemui Plee. Bertanya apa
kabarnya? Meminta maaf atas kekeliruan di lantai 40, memeluk Plee.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
25. Ray menelan ludah. Mengusap rambut panjangnya yang sebelum berangkat disisir
rapi sepuluh kali. Dia harus mencoba, bisik separuh hati Ray. Apa salahnya? Sudah
lama dia merencanakannya. Kalau ia menolak? Setidaknya dia sudah pernah
mengajaknya. Ray meremas jemarinya. Gugup.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
26. “Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang mendengarnya. Amat senang. Tetapi aku
tidak membutuhkan itu, Yang. Rumah besar, mobil, berlian, pakaian yang indah.
Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku
padamu. Itu sudah cukup.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
27. “Aku menginginkan kau bahagia melihat anak-anak kita. Kau bahagia melihat mereka
tumbuh besar. Kau ikhlas dengan semua apa yang kulakukan untukmu. Kau
menerima apa-adanya semua yang kulakukan untukmu, kau ridha. Aku takut
kepergian anak itu membuat kau sedih. Aku sungguh akan lebih sedih melihat kau
sedih….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
28. Ray bergegas menuju penginapan terdekat. Ada banyak hal yang harus dilakukan
besok. Ada banyak hal yang ingin direncanakannya besok. Kesedihan ini harus dilalui
dengan banyak aktivitas.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
29. Diar, anak panti asuhan yang sekamar dengannya, setengah jam kemudian berbaik
hati menyelinap ke halaman Panti, berusaha menyerahkan sebungkus roti tawar dan

4
segelas cendol melalui balik pintu. Sayang, penjaga Panti keburu tahu. Mendelik
mengancam Diar dengan pecut rotan, “Biarkan bangsat itu berbuka dengan air hujan!
Atau kau mau bersamanya di luar??”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
30. “Pulanglah! Istirahat. Besok hari raya....” Dokter senior, salah satu dari tiga dokter
yang memeriksa pasien di atas ranjang-pemilik kongsi bisnis terbesar yang pernah
ada- tersenyum ke arah suster yang terlihat lelah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
31. “Kami rindu kau, Rehan.” Diar menggigit bibir, memecah diam, mengatakan kalimat
itu sambil menatap Rehan seperti seorang adik yang menatap kakaknya. Ya, anak-
anak di Panti itu sudah bagai keluarga. Apalagi dengan semua kesulitan yang timbul
dari penjaga Panti. Apalagi bagi Diar, Rehan selalu penting.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
32. “Jangan. Jangan lakukan....” Diar yang dari tadi hanya mentap bingung buru-buru
melangkah masuk. Berusaha mencegah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
33. “Kau tahu, Ray, banyak mereka yang tidak menyadari kalau penjelasan itu sudah
datang.... Mungkin karena mereka terlalu dibutakan oleh kehidupan itu sendiri.
Mungkin karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan untuk menggapai
penjelasannya. Mungkin juga karena mereka terlalu berharap penjelasan itu datang
dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak kasus, penjelasan itu justru datang
dengan sederhana.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
34. “Ray, tidak ada kehidupan di dunia yang sia-sia....” Orang dengan wajah
menyenangkan itu menyentuh lembut bahu pasien yang berdiri di sebelahnya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
35. “Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia sebab-akibat
itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan
garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis
kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa, kembali lagi ke
garis kehidupanmu.... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
36. Diar ingat sekali, saat tubuh ringkihnya menjejak bangunan Panti untuk pertama
kalinya, saat dia canggung mendekat meja makan, Rehan-lah yang tersenyum-
memberikan kursi. Saat dia takut-takut berkenalan dengan anak Panti lainnya yang

5
lebih besar, Rehan-lah yang menerimanya pertama kali. Menawarinya tinggal
sekamar.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
37. “Terlepas dari buat siapa uang tersebut, sayangnya, tidak semua orang beruntung
mengetahui apa sebab-akibat dari setiap kejadian yang dihadapinya seperti kau
sekarang....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
38. “Tidak banyak yang tahu apa sebab-akibat dari setiap keputusan hidup yang akan
diambilnya. Apa sebab-akibat dari kehidupannya yang mungkin dia pikir selama ini
biasa-biasa saja, tidak berguna, atau menyakitkan malah.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
39. “Sejatinya, dengan mengerti bahwa setiap potongan hidup ini penting, maka
seseorang tidak akan banyak bertanya seperti kau menghabiskan masa enam belas
tahun bertanya sesak di Panti....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
40. “Ray, itulah mengapa tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya.
Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam
kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil,
kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan
mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi
sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke
orang lain.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
41. “Kalau kau memahaminya dari sisi positif, maka kau akan mengerti ada yang peduli
atau bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut. Peduli atas riak-riak yang
kau timbulkan di atas kolam, sekecil atau sekejap apapun riak itu. Dan saat kau
menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua
keputusan yang akan kau ambil. Sekecil apa pun itu, setiap perbuatan kita memiliki
sebab-akibat....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
42. “Siklus sebab-akibat sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu:
yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
43. “Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu, seseorang yang tahu bahwa
kebaikan bisa merubah siklusnya, maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan
perbuatan baik. Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia, mungkin apa

6
yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, tapi dia tetap
mengisinya sebaik mungkin.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
44. Hari ini, sesuai pembicaraan dengan Bang Ape dua hari lalu, Ray mendaftarkan dir
ikut sekolah informal. Kakak-kakak penanggung-jawab Rumah Singgah itu yang
menyarankan, “Setidakya kau punya aktivitas, Ray. Mengisi waktu luang dengan hal-
hal positif. Siapa tahu kau akan lebih banyak tersenyum setelah pergi sekolah. Kami
bosan melihat kau hanya melamun dan menyeringai.” Bang Ape tertawa. Ray hanya
pelan mengangguk. Sukarela mendaftar.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
45. Bang Ape hanya sibuk mengingatkan soal masa depan. Mereka selalu diingatkan
untuk menyadari masa depan ditentukan oleh mereka sendiri, bantuan orang lain ada
batasnya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
46. “Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan
untuk mengubahnya. Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari
ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
47. Malam itu Bang Ape mangatakan kalimat tersebut, kemudian menambahkannya
dengan kalimat: “Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian
sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang
hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menajdi saudara.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
48. “Kau pasti menang,” Ray berkata pelan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
49. “Berapa kali aku pernah bilang, Rumah Singgah tidak mendidik kalian menjadi
preman, Ray. Kau tidak seharusnya melakukan tindakan bodoh-“
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
50. “Kau berbeda dengan mereka Ray. Kalian berbeda dengan anak jalanan. Aku tidak
membangun Rumah Singgah untuk menjadikan kalian preman. Aku ingin kalian
berpendidikan, memiliki kebanggan atas hidup, bertanggung-jawab. Suatu saat kau
akan mengerti, terkadang pukulan tidak mesti dibalas pukulan. Luka tidak mesti
dibalas luka.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain

7
51. “Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain
dengan sesuatu yang lebih hakiki.... Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya
dan menyakitkan dari orang lain itu sementara, Ray. Pemahaman dan penerimaan
tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
52. “Meskipun dalam situasi tertentu apa yang kau lakukan bisa saja dimengerti, mungkin
malah dibela dan dipuji. Tapi kalian berbeda. Kalian anak-anak yang tahu menyikapi
persoalan dengan baik. Setidaknya aku berharap kalian akan seperti itu suatu saat
kelak, menyadari bahwa tidak semua persoalan hanya bisa diselesaikan dengan
menyalahkan, lantas membalas.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
53. “Berapa kali harus kubilang, aku tidak pernah mendirikan Rumah Singgah untuk
menjadikan kalian anak-anak berandalan. Anak-anak yang suka berkelahi. Aku
mendirikan Rumah Singgah itu karena ingin melihat kalian tumbuh menjadi anak-
anak yang berbeda. Yang mengerti ada banyak pemecahan masalah baik untuk setiap
urusan. Yang memahami terkadang sebuah penerimaan akan memberikan hikmah
yang luar-biasa. Yang selalu yakin, kalau semua orang berpikiran itu bisa dibenarkan,
bukan berarti itu menjadi bisa dibenarkan. Kalian tetap meyakini kalau itu
sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu memang keliru.” Bang Ape berkata
dengan intonasi bertenaganya,terdengar amat kecewa.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
54. “Aku tahu apa yang akan kau lakukan, Ray.... Jangan melakukan hal bodoh.” Bang
Ape menelan ludah. Mencengkeram lengan Ray.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
55. “Kau mau segelas cokelat panas, Ray? Aku baru tiba. Warga baru. Kau penghuni
kampung sini? Tempat yang menyenangkan, bukan.... Mau? Mari!”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
56. Plee rajin menawarinya berkunjung. Mampir. Dan Ray seperti biasa tidak bisa
menolak ajakan itu. Apa salahnya? Plee dengan senang hati menyiapkan segelas
cokelat panas setiap kali dia singgah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
57. “Masalahnya kau tidak seharusnya jahat, Ray. Kau tidak seharusnya menjalani masa-
masa gelapmu dengan alasan karena hidup ini tidak adil. Kau tidak seharusnya
menyalahkan orang-orang yang membuat kehidupanmu buruk, lantas mencari
pembenaran-pembenaran.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain

8
58. “Kalau kau tidak boleh menyalahkan orang lain dalam urusan ini, apalagi
menyalahkan Tuhan, Ray.... Itu tidak boleh terjadi, meski amat lazim dilakukan
orang-orang.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
59. Pukul 07.30, mushalla kecil dekat tower mengumandangkan khotbah hari raya,
“Bukan sisa-sisa, tapi berikanlah yang terbaik. Karena yang terbaik itu akan kembali
kepada kalian.” Pengkhotbah berkata lirih.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
60. “Waktu itu kau sering bertanya mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang-orang
jahat? Mengapa Tuhan justru mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah
bentuk keadilan langit yang tidak akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu
wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-
bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku tahu kata-kata ini tetap saja sulit
dimengerti. Aku sederhanakan bagimu, Ray, maksudnya adalah selalulah berharap
sedikit. Ya, berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala
bentuk keadilan Tuhan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
61. “Jangan nangis, Sayang. Ayo, Rehan anak yang kuat. Cup-cup-cup.” Ibunya
membujuk lembut. Mengusap pipi kemerah-merahan bayi dalam rengkuhan
mesranya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
62. “Dia teringat istrinya yang akan menjanda malam ini. Anaknya yang akan yatim
malam ini. Dan dia melihat kau yang terkepung kobaran api. Terpental di tengah-
tengah bilah papan berjatuhan. Dia merangkak dengan sisa-sisa tenaganya. Berusaha
menyelamatkan kau Ray, dia tidak tahu apakah itu sebuah penebusan, tetapi di ujung
semua kejadian ini, dia menyesalinya….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
63. “Tahukah kau, orang-orang yang suka menyalahkan orang lain atas kejadian buruk
yang menimpanya cenderung sepertimu. Membalas. Ketika kau tidak mampu
membalasnya ke orang yang menjadi penyebabnya, tidak bisa membalasnya ke
Tuhan, maka kau membalasnya dalam bentuk lain. Apa salahnya menjadi jahat.
Menjadi pembenaran.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
64. “Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak
peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalua Tuhan
tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli
seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan

9
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
65. “Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit. Hanya ada satu hal yang bisa
mencegahnya. Satu hal, sama seperti siklus sebab-akibat sebelumnya, yaitu: berbagi.
Ya, berbagi apa saja dengan orang lain. Tidak. Sebenarnya berbagi tidak bisa
mencegahnya secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu
damai.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
66. “Membiarkan pekerja bersenang-senang secara proporsional justru membuat
semangat kerja mereka membaik. Tidak ada yang bisa mengalahkan produktivitas
pekerja yang semangat kerjanya tinggi.” Itu penjelasan Ray dalam rapat bulanan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
67. Ray menggeleng. Sebenarnya sudah. Tapi seminggu lalu, saat malam-malam pulang,
ditanya hal serupa dan dia mengangguk, istrinya menunduk kecewa. Ray merasa amat
bersalah. Makanya sejak malam itu, sekenyang apa pun dia pulang dari lokasi
konstruksi bandara, Ray memaksakan diri makan malam bersama istrinya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
68. “B-a-i-k. Kau akan baik-baik saja, Yang. Mereka sedang menyiapkan operasi. Bayi
kita akan selamat.” Ray berbisik, mengelus lembut dahi istrinya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
69. “Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah
selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
70. “Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya tidak akan ada pertanyaan
tentang mengapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan darinya,
kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua proses yang dialami,
menyakitkan atau menyenangkan, semuanya untuk menjemput tujuan itu. Dan dia
bertekad menjemput akhir sambil tersenyum, seperti istrimu. Ia meninggal dengan
penghujung yang baik. Hanya inilah satu-satunya penjelasan bagimu, dari sisi yang
ditinggalkan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
71. Ray tahu persis mengurus pekerja. Semakin baik motivasi mereka, maka semakin
baik produktivitas dan kualitas kerja mereka.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
72. “Kau terjebak keinginan-keinginan dunia. Kau mencintai dunia persis seperti
kerumunan orang-orang lainnya yang amat keterlaluan mencintainya. Dan lazimnya

10
para pecinta dunia itu, maka sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh yang bisa
disediakan dunia.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
73. “Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua
penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu,
janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan
dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus
melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
74. “Tentang nama anak perempuanmu, dan berbagai bagian yang tidak terjelaskan,
semoga langit berbaik hati memberitahu. Kalau pun tidak, begitulah kehidupan. Ada
yang kita tahu. Ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu
bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja
melindungi kita dari kita tahu sendiri.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain

11
Tabel Penilaian Antar Juri

Kategorisasi
Unit Analisis Moral Manusia Kepada Tuhan Moral Manusia Kepada Diri Sendiri Moral Manusia Kepada Manusia Lain
Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III
1 v v v
2 v v v
3 v v v
4 v v v
5 v v v
6 v v v
7 v v v
8 v v v
9 v v v
10 v v v
11 v v v
12 v v v
13 v v v
14 v v v
15 v v v
16 v v v
17 v v v
18 v v v
19 v v v
20 v v v
21 v v v
22 v v v
23 v v v
24 v v v
25 v v v
26 v v v
27 v v v
28 v v v
29 v v v
30 v v v
31 v v v
32 v v v
33 v v v
34 v v v
35 v v v
36 v v v
37 v v v
38 v v v
39 v v v
40 v v v
41 v v v
42 v v v
43 v v v
44 v v v
45 v v v
46 v v v
47 v v v
48 v v v
49 v v v
50 v v v
51 v v v
52 v v v
53 v v v
54 v v v
55 v v v
56 v v v
57 v v v
58 v v v
59 v v v
60 v v v
61 v v v
62 v v
63 v v v
64 v v v
65 v v v
66 v v v
67 v v v
68 v v v
69 v v v
70 v v v
71 v v v
72 v v v
73 v v v
74 v v v

Anda mungkin juga menyukai