SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ayu Amanahwati Pertiwi Suryadi
NIM: 1113051000220
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah
memberikan banyak kenikmatan dan senantiasa memberikan
hidayah-Nyakepada makhluk-Nya dan berkat izin-Nya pula
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah Nabi Muhammad
SAW, yang merupakan penyelamat dan tauladan bagi seluruh
ummat di muka bumi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Khususnya kapada kedua orang tua tercinda, Ayahanda
Suryadi, dan Ibunda Siti Umronih yang selalu memberikan kasih
sayang dan perhatiannya, yang selalu memberikan dukungan,
semangat, motivasi, nasihat, serta doa hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, peneliti juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A
sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
Suparto, M. Ed, P.hD, Wakil Dekan Akademik Dr. Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW. Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag.,
ii
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep
Castrawidjaya, M.A.
3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Bapak Dr. H. Edi
Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Ibu Nasichah, M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Dra. Rochimah Imawati, M.Psi, selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar telah banyak membantu
dan memberikan nasihat serta arahan kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.
7. Adikku tersayang, Akbar Satrio Nugroho. Semoga Allah
selalu melimpahi keberkahan dan kasih sayang-Nya.
8. Para juri dalam penelitian ini, Ustad Muhammad Nur
Afif, S.Pd.I sebagai juri I, Ibu Neneng Juwita, S.Pd
sebagai juri II, Ustad Hariyanto fathi, M.Ag sebagai juri
III, yang telah meluangkan waktu untuk penulis dalam
meneliti dan menganalisis novel yang diteliti, serta
banyak memberi wawasan kepada penulis. Semoga
kebaikan mereka dibalas oleh Allah SWT.
9. Pustakawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasiserta pustakawan Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
10. Teman-teman, guru, serta staf Rainbows Playgroup and
Kindergarten. Terima kasih atas dukungan dan
semangatnya kepada penulis selama ini.
11. Teman-teman “Ciwi-ciwi Berkuda di Eropa”. Terima
kasih atas dukungan, doa, dan semangatnya kepada
penulis. Semoga selalu diberi keberkahan dan
keselamatan oleh Allah SWT.
12. Terima kasih Faisal dan Rahay, yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan siap membantu dalam pengerjaan
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa mebalas
kebaikan kalian.
13. Teman-teman KPI E angkatan 2013. Terima kasih atas
keceriaan yang diberikan. Semoga kebahagiaan dan
kesuksesan selalu menyertai kita semua.
14. Untuk semua pihak yang telah membantu langsung
maupun tidak langsung, terima kasih. Semoga Allah SW
senantiasa membalas kebaikan kalian semua.
Demikianlah rasa syukur dan terima kasih yang dapat
peneliti sampaikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Aamiin Yaa Rabbal „Alamiin...
Terima kasih
Jakarta, 26 Juni 2020
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... ix
BAB I ..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 15
BAB II.................................................................................................. 17
TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 17
A. Pengertian Analisis Isi ............................................................. 17
B. Pesan Moral ............................................................................. 20
C. Tinjauan Tentang Novel........................................................... 27
BAB III ................................................................................................ 31
GAMBARAN UMUM ........................................................................ 31
A. Sekilas Biografi Tere Liye ....................................................... 31
B. Pendidikan Tere Liye ............................................................... 32
C. Karya-karya Tere Liye ............................................................. 33
D. Penghargaan ............................................................................. 33
E. Deskripsi Isi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu.......... 34
F. Profil Buku ............................................................................... 36
BAB IV ................................................................................................ 37
vi
TEMUAN DAN ANALISIS DATA.................................................... 37
A. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu 37
1. Moral Manusia kepada Tuhan.............................................. 37
2. Moral Manusia kepada Diri Sendiri ..................................... 41
3. Moral Manusia kepada Manusia Lain .................................. 45
B. Analisis Data dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
57
C. Pesan Moral Yang Paling Dominan ......................................... 68
D. Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu 70
BAB V ................................................................................................. 73
PENUTUP ........................................................................................... 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran-saran............................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 75
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Myrna Apriany Lestari dkk, “Efektivitas Penggunaan Media Buku Cerita
Brgambar dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Siswa SD Kelas Rendah” ,
Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan., Volume 04 Edisi 02 November 2017
2
Yosephine Priscilia Putri Rosari dkk, “Penerapan Metode Bercerita
Berbantuan Media Buku Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Perilaku
Moral” , Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha., Volume 2 N. 1 Tahun
2014
1
2
3
Maguna Eliastuti, “Analisis Nilai-Nilai Moral dalam Novel Kembang
Turi Karya Budi Sardjono” , Genta Mulia : Jurnal Ilmiah Pendidikan., Volume
8 No. 1 Januari 2017
3
4
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra., Bandung: Sinar Baru,
1987, hlm. 66-67.
5
Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa., Bandung:
Angkasa, 1991, hlm. 165.
4
6
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 1995, hlm. 322.
5
B. Identifikasi Masalah
Banyak media komunikasi yang dimanfaatkan para penulis
untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada pembaca, salah
satunya dengan media cetak. Tere Liye adalah salah satu penulis
yang banyak mengajarkan nilai-nilai moral kepada pembaca
7
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 2009, hlm. 323.
8
Ibid
7
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas penelitian
ini adalah:
a. Sejauh mana pesan moral yang terkdandung dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu?
b. Apakah pesan moral yang paling dominan dalam
novel Rembulan di Wajahmu?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti
lain dan bisa menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memperkaya khazanah intelektual, wawasan dan
gambaran secara utuh tentang dunia pernovelan.
b. Manfaat Praktis
Menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi dan
pemikir dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam
9
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik
penelitian analisis isi (Content Analysist) yaitu teknik
penulisan yang mendeskripsikan secara objektif dan
sistematik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.9
Metode analisis isi yang digunakan dalam menyusun
skripsi ini dengan menggunakan rumus Holsty yaitu hasil
kesepakatan tim juri akan dijadikan koefisien reliabilitas
dengan minimum angka 0,7 atau 70%, yaitu dengan
membaca untuk menelaah isi dari novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dan unit
pengamatannya adalah per-paragraf yang mengandung
konteks pesan moral dalam buku tersebut.
9
Farid Wajidi, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi., Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 1993, hlm. 16.
10
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D., Bandung:
Alfabeta, 2004, hlm. 42.
11
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian., Jakarta: Rajawali
Press, 1995, hlm. 92.
11
12
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu lainnya., Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995, cet ke-1, hlm. 69.
12
Tabel 1
Kategorisasi Pesan Moral
No. Kategorisasi
1. Hubungan manusia dengan Tuhan
2. Hubungan manusia dengan diri sendiri
b. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penelitian dilakukan dengan
menganalisis isi novel dengan menggunakan juri.
Unit analisis merupakan langkah awal yang penting
dalam analisis isi, Krippendorff mendefinisikan unit
analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat, dan
dianggap sebagai data. Memisahkan menurut batas-
batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis
berikutnya, unit analisis secara sederhana dapat
13
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah
Mada University, 2009, hlm. 323-324.
14
Koefisien Reliabilitas
14
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, cet-1,
hlm. 59.
15
Keterangan:
Komposit Reliabilitas
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian yang telah
ada sebelumnya, maka penulis mengadakan peninjauan terhadap
penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian
tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang
peneliti buat. Berikut ini adalah penelitian yang peneliti jadikan
tinjauan pustaka, diantaranya:
1. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku LAA TAHZAN
FOR HIJABERS Karya Asma Nadia, Helvy Tina Rosa,
dkk ditulis oleh Ais Muflihah, 2014. Skripsi ini membahas
16
15
Abdul Syukr Ibrahim, Metode Analisis Teks & Wacana., Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009, hlm. 97.
16
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi danIlmu-ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 1.
17
W. Laurence Neuman, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif Edisi Ketujuh., Jakarta: PT.Indeks, 2013, hlm. 57.
17
18
18
Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi.,
Jakarta: Universitas Terbuka, 1995, hlm. 79.
19
Eryanto, Analisis Isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu – Ilmu Sosial lainnya., Jakarta: Kencana,2011, hlm. 10-
11.
20
Andi Buleang, Metodologi Penelitian Kontemporer., Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset,2004, hlm. 164.
21
Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian., Jakarta: PT. Rhineka Cipta,
1999, hlm. 68.
19
22
Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies., Yogyakarta: PT
Bentang Pustaka 2006, cet ke 1
23
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya., Jakarta: Kencana, 2011, hlm. 16.
24
Ibid, hlm. 16.
20
B. Pesan Moral
1. Pengertian Pesan
Pesan adalah lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator. Deddy Mulyana mengatakan bahwa pesan
adalah seperangkat simbol verbal dan non verbal yang
mewakili perasaan, nilai dan gagasan. Pesan secara
bahasa diartikan sebagai nasihat, pelajaran, permintaan,
dan amanah yang dilakukan atau disampaikan kepada
orang lain.26
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau
propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information.27
25
Ibid, hlm. 45-47.
26
Harjani Hefni, Komunikasi Islam., Jakarta: Prena Media Grup, 2015,
hlm. 76.
27
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi.,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 15-16.
21
28
Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi., Jakarta: Kencana,
2012, hlm. 246.
22
29
H. A. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi., Jakarta: Rineka
Cipta, 2000, hlm. 32.
30
Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa., Jakarta: Pustaka Irvan,
2007, hlm. 45.
31
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf., Bandung: Pustaka Setia, 2010,
hlm. 17.
23
32
Lawrence A. Blum, Gilligan and Kohlberg, Implications for Moral
Theory, Chicago Junal 2009, 474-476, (diakses pada tanggal 27 Maret 2017).
33
Reksiana. "KERACUNAN ISTILAH KARAKTER, AKHLAK,
MORAL DAN ETIKA". Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur'an
Jakarta. Vol. 19 No. 1, Juni 2018, hlm. 8.
24
34
Ibid., hlm. 11.
35
Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam dalam Kesehatan Mental.,
Jakarta: Haji Masagung, 1993, hlm. 63.
25
36
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University, 1998, hlm. 323.
37
Purwadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya., Jogjakarta: Kanisius, 1990,
cet ke-9, hlm. 13.
26
38
Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam., Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006, hlm. 353.
27
39
Purwahdi Wardoyo, Moral dan Masalahnya, Jogjakarta: Kanisius, 1990,
cet. ke-9, h.13.
40
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi., Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2000, hlm. 99.
28
41
Ibid., hlm. 10.
42
Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan., Bandung: Alumni, 1984,
hlm. 65.
29
2. Jenis Novel
Jenis-jenis novel sangat beragam, beberapa ahli berbeda
pendapat, seperti Muchtar Lubis mengatakan bahwa
jenis-jenis novel itu terdiri dari:
a. Novel avontour, dipusatkan pada pelakon utama.
Pengalaman lakon dimulai pada pengalaman pertama,
dan diteruskan pada pengalaman-pengalaman
selanjutnya hingga akhir cerita. Jenis novel ini
mempunyai cerita yang kronologis dari awal sampai
akhir.
b. Novel psikologis, yaitu novel yang berisi kepuasan
tentang bakat, watak, karakter para pelakunya beserta
kemungkinan perkembangan jiwa.
c. Novel detektif, yaitu novel yang melukiskan cara
penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian, untuk
membongkar suatu peristiwa yang tersembunyi.
d. Novel sosial, yaitu pelaku pria dan wanita tenggelam
dalam masyarakat, kelas atau golongan. Dalam reaksi
setiap golongan terhadap masalah-masalah yang
timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai
pendukung jalan cerita.
e. Novel kolektif, yaitu novel yang melukiskan tentang
semua aspek-aspek kehidupan yang ada, atau semua
jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita.
30
43
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra., Bandung:
Angkasa, 1984, hlm. 165.
44
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Antologi Apresiasi Kesusastraan.,
Jakarta: Gramedia, 1986, hlm. 29.
BAB III
GAMBARAN UMUM
45
Julia Anjarwati, “Biografi Singkat Tere Liye”,
https://bahasa.foresteract.com/biografi-singkat-tere-liye/, (diakses pada 20 Mei
2020)
31
32
46
Wink, “Biografi dan Profil Tere Liye-Penulis Novel Terkenal Asal
Indonesia”, https://www.biografiku.com/biografi-dan-profil-tere-liye-penulis-
novel-terkenal-asal-indonesia/, (diakses pada 20 Mei 2020)
47
Ibid
33
D. Penghargaan
Banyaknya buku yang telah ditulis oleh Tere Liye, tentu saja
mendapat banyak apresiasi dari banyak pembaca. Berikut adalah
beberapa penghargaan yang didapat oleh Tere Liye:
1. Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta sebagai
Buku Puisi Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia
201449
48
Deepublish, “8 Novel Tere Liye Terbaik yang Menginspirasi”,
http://www.google.com/amp/s/penerbitbukudeepublish.com/novel-tere-liye-
terbaik/amp/, (diakses pada 20 Mei 2020)
49
Gramedia Pustaka Utama, “Buku-Buku Peraih Penghargaan Tahun
2014”, https://m.facebook.com/notes/gramedia-pustaka-utama/buku-buku-
peraih-penghargaan-tahun-2014/10153557134336982, (diakses pada 20 Mei
2020)
34
50
Andhika Prasetia, “Anies Baswedan, Dee Lestari dan Tere Liye Dapat
Anugerah IKAPI Award 2016”, https://m.detik.com/news/berita/d-
3308665/anies-baswedan-dee-lestari-dan-tere-liye-dapat-anugerah-ikapi-
award-2016, (diakses pada 20 Mei 2020)
51
Fuji Pratiwi, “Tere Liye Bersyukur Raih Apresiasi di Islamic Book
Fair”, http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/opdigl328,
(diakses pada 20 Mei 2020)
35
F. Profil Buku
Judul Buku :Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Desainer Sampul : Eja-Creative14
Tahun Cetak ke-1 : Februari 2009
Tahun Cetak ke-36 : November 2018
Tebal : 426 hlm
52
Jakob Sumardjo dan Saini K.M, Antologi Apresiasi Kesusastraan.,
Jakarta: Gramedia, 1986, hlm. 29.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
37
38
Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri
1 dan 2 74 66 8 0,89
1 dan 3 74 65 9 0,87
2 dan 3 74 67 7 0,90
Jumlah 2,66
Jumlah nilai tersebut didapat dari rumus:
Koefisien reliabilitas =
Komposit reliabilitas =
= 0,95
Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 dan
2 sebesar 0,89 (hal ini menunjukkan kesepakatan yang sangat
baik antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar
0,89 (menunjukkan kesepakatan yang sangat baik antar kedua
juri). Kesepakatan juri 2 dan 3 sebesar 0,90 (menunjukkan
kesepakatan yang sangat baik antar kedua juri).
Data tersebut dapat disebutkan bahwa hasil nilai komposit
reliabilitas yang didapat dari uraian keseluruhan isi pesan moral
dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye
dari kesepakatan juri ialah sebesar 0,95.
Hasil yang telahdihitung tersebut didapat dari perhitungan
unit analisis dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
59
karya Tere Liye yang di dalamnya terapat 38 sub bab cerita. Dari
38 sub bab cerita tersebut, peneliti tidak membatasi unit yang
akan dijadikan objek dan meneliti semua sub bab tersebut untuk
dijadikan sebagai unit anlisis. Berikut adalah sub bab yang
diteliti:
Tabel 3
Sub bab cerita yang diteliti dalam novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye
No Sub Bab Cerita Halaman
1 Bab 1: Aku Rinai 1
2 Bab 2: Aku Rehan 11
3 Bab 3: Aku Pasien 17
4 Bab 4: Aku Diar 21
5 Bab 5: Aku Terminal Kota 29
6 Bab 6: Aku Bayi Yang Selamat 33
7 Bab 7: Aku Penjudi Ulung 41
8 Bab 8: Aku Pertanyaan Pertama 49
9 Bab 9: Aku Tasbih Yang Rusak 61
10 Bab 10: Aku Arab Tua Tidak Berguna 77
11 Bab 11: Aku Rumah Singgah 85
12 Bab 12: Aku Perkelahian-Perkelahian 103
13 Bab 13: Aku Kapak Bermata Satu 113
14 Bab 14: Aku Kereta Listrik 131
15 Bab 15: Aku Pertanyaan Kedua 145
16 Bab 16: Aku Berlian Seribu Karat 153
17 Bab 17: Aku Sepotong Koran Tua 165
60
Dari semua sub bab cerita yang dijadikan objek sebagai unit
analisis, diujikan kepada masing-masing juri berdasarkan
61
Tabel 4
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Tuhan
62
Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri
1 dan 2 13 13 0 1,00
1 dan 3 13 12 1 0,92
2 dan 3 13 12 1 0,92
Jumlah 2,84
63
Komposit reliabilitas =
= 0,98
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 1,00 sedangkan antar juri 1 dan juri 3
serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai yang sama yakni
sebesar 0,92, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,84. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
reliabilitasnya. Maka dengan demikian, hasil nilai
komposit reliabilitas moral manusia kepada Tuhan sebesar
0,98.
Hasil yang didapat dari perhitungan kategori moral
manusia kepada Tuhan menunjukkan bahwa angka
reliabilitas yang terjadi atas kesepakatan antar juri cukup
tinggi, dan alat ukur ini bisa dikatakan benar-benar
reliabel.
Tabel 5
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Diri Sendiri
Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri
1 dan 2 15 12 3 0,80
1 dan 3 15 13 2 0,87
2 dan 3 15 12 3 0,80
Jumlah 2,47
Komposit reliabilitas =
= 0,93
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 0,80, sedangkan antar juri 1 dan juri 3
sebesar 0,87, serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai
sebesar 0,80, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,47. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
65
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-
id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”
Tabel 6
Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri kategori Moral
Manusia kepada Manusia Lain
67
Antar
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri
1 dan 2 46 41 5 0,89
1 dan 3 46 42 4 0,91
2 dan 3 46 43 3 0,93
Jumlah 2,73
Komposit reliabilitas =
= 0,97
Tabel di atas menunjukkan nilai kesepakatan antar juri 1
dan juri 2 sebesar 0,89, sedangkan antar juri 1 dan juri 3
sebesar 0,91, serta antar juri 2 dan 3 mendapat nilai
sebesar 0,93, sehingga jumlah nilai kesepakatan seluruh
juri adalah sebesar 2,73. Setelah itu nilai tersebut dihitung
nilai rata-ratanya untuk kemudian bisa dicari komposit
reliabilitasnya. Maka dengan demikian, hasil nilai
komposit reliabilitas moral manusia kepada manusia lain
sebesar 0,97.
Hasil yang didapat dari perhitungan kategori moral
manusia kepada manusia lain menunjukkan bahwa angka
reliabilitas yang terjadi atas kesepakatan antar juri cukup
68
P=
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
P= = 18%
69
P= = 20%
P= = 62%
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisis data yang
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere
Liye ini sarat dengan aspek moral. Pesan moral dalam
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere
Liye meliputi Moral Manusia kepada Tuhan, Moral
Manusia kepada Diri Sendiri, serta Moral Manusia
kepada Manusia Lain. Pesan moral yang digambarkan
dalam novel ini bahwa setiap kehidupan adalah sebab-
akibat. Sebab-akibat itu membentuk peta dengan
ukuran raksasa. Kehidupan seseorang menyebabkan
garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain
mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang
lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa,
kembali lagi ke garis kehidupan orang tersebut. Segala
hal yang terjadi di hidup ini saling mempengaruhi,
saling berinteraksi.
2. Pesan moral yang paling dominan dalam novel
Rembulan Tenggelam di Wajahmu yaitu: Pesan Moral
Manusia kepada Manusia Lain 62%, lalu Pesan Moral
Manusia kepada Diri Sendiri sebesar 20%, dan Pesan
Moral Manusia kepada Tuhan sebesar 18%.
73
74
B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis
ingin memberikan beberapa saran kepada
Mahasiswa,Pembaca, dan Penulis Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu:
1. Kepada Mahasiswa,diharapkanbanyak meneliti dan
mengkaji karya yang mengandung pesan moral untuk
memberikan kontribusi bagi orang lain, serta untuk
mengetahui lebih mendalam mengenai moral sesuai
syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kepada pembaca, diharapkan untuk tidak menjadikan
novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu hanya
sebagai hiburan semata, namun benar-benar menyerap
pesan-pesan yang disampaikan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kepada penulis Tere Liye, telah berhasil dalam
menyampaikan pesan-pesan moral kepada pembaca
dengan alur dan cerita yang menarik khas Tere Liye
membuat pembaca enggan untuk mengakhiri bacaan.
Namun rumitnya cerita yang dimengerti membuat
sebagian pembaca sulit mencerna dan langsung
memahami maksud penulis. Diharapkan kepada
penulis untuk bisa memberikan cerita yang ringan dan
mudah dimengerti oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdurrahman, S. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta.
75
76
JURNAL
dkk, M. A. (2017). Efektivitas Penggunaan Media Buku Cerita
Bergambar dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Siswa SD
Kelas Rendah. Pendagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan.
INTERNET
Anjarwati, Julia. 2019. Biografi Singkat Tere Liye.
https://bahasa.foresteract.com/biografi-singkat-tere-liye/ (diakses pada
tanggal 20 Mei 2020)
A. Apakah ada pesan moral tentang moral kepada Tuhan, moral kepada diri sendiri, dan
moral kepada manusia lain dalam kutipan novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
tersebut?
1. Malam kemenangan. Semua berlomba menggemakan nama besar Tuhan. Semua
muka mengekspresikan kebahagiaan. Mulut-mulut mendesah atau malah berteriak
seperti anak-anak di masjid ujung gang yang berebut mik. Berguling-guling menyikut
rekan sepantaran. Meneriakkan takbir dengan suara fals bin cempreng. Asyik sekali.
Tidak penting keluh-protes telinga-telinga yang mendengarkan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
2. Maka kepalanya mendongak ke atas. Mencari mukaMu yang konon katanya ada
dimana-mana. Menggetarkan sekali mendengar pertanyaan yang tidak terucap itu.
Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu
menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu jawaban untuk satu pertanyaan. Jawaban
yang sempurna. Tidak lebih, tidak kurang. Tetapi Rinai tidak tahu itu, ia terlampau
kecil untuk mengerti. Rinai hanya tahu ia mau menangis. Hatinya sedih. Teramat
sedih malah. Maka matanya pun membasah. Memeluk boneka beruang madunya lebih
erat.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
3. “Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan, bagaimana mungkin urusan manusia
yang lebih besar luput dari ketentuan.... Bagi binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-
benda mati, kehidupan adalah sebab-akibat. Mereka hanya menjalani hukum alam
yang sudah ditentukan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
4. “Ray, penjaga Panti itu mendapatkan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaannya saat
itu juga.... Dia mendapatkannya secara langsung. Semua itu karena Diar.... Diar telah
membuka hati yang membeku itu. Diar menjadi sebab sebuah pertobatan, sebab
Tuhan berkenan menemukan penjaga Panti itu kembali.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
5. “Berdoalah, Ray. Hanya itu yang bisa kita lakukan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
6. “Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski
tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa
berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlanjur
sulit bagimu, karena kau selalu keras-kepala.”
1
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
7. “Pembalasan di dunia hanya sepotong kecil dari keadilan langit. Ada cara lain bagi
Tuhan untuk membuat timbangan keadilan itu berjalan baik. Kau dan sebagian besar
orang di muka bumi boleh jadi mengingkarinya, tapi itu nyata, pembalasan hari akhir
itu nyata, senyata kau yang sekarang tersungkur mengenang masa lalu ini.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
8. Ya Tuhan, dia rindu sekali menatap wajah Ayah-Bundanya. Rindu sekali mendengar
suara mereka memanggil namanya. Rindu sekali bersembunyi dalam peluknya….
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
9. Apa maksud semua ini, Tuhan? Aku mohon, jangan sampai.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
10. “Kau tahu, istrimu benar-benar ingin menjadi istri yang baik untukmu, menjadi ibu
yang baik untuk anak-anakmu. Ia tak pandai ilmu agama, ia baru belajar itu semua
saat kalian menikah. Tapi dia paham sebuah kalimat yang indah, nasihat pernikahan
kalian yang disampaikan penghulu: Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha
padanya, maka pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
11. Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski hatinya mengutuk langit berkali-kali,
Ray tetap terpesona menatap rembulan di langit. Merasa damai dengan sepotong
ciptaan Tuhan yang seolah-olah digantungkan begitu saja itu.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
12. Malam-malam itu meski amat bencinya dengan keputusan Tuhan, amat marahnya
dengan segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu membuatnya berterima-kasih.
Mungkin itulah gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat indah dari bumi.
Menjadi penghiburan bagi hati yang resah saat menatapnya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
13. “Kau benar, Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat, yang
nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaanNya.
Tahukah kau? Itulah janji menatap wajahNya. Menatap wajah Tuhan. Tanpa tabir,
tanpa pembatas.... Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam
tenggelam tiada artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu. Percayalah selalu
atas janji itu, Ray, maka hidup kita setiap hari akan terasa indah....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
2
14. Dasar bodoh. Diar bisa saja mengambil jatah lebih dari upahnya yang hanya tiga ribu
perak perhari dari kotak uang ini. Tidak ada yang tahu. Tetapi Diar selalu saja jujur
menyerahkan semuanya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
15. Pasien berumur enam puluh tahun itu tertunduk dalam-dalam. Tubuhnya masih
terduduk di aspal terminal. Sementara di kejauhan, tubuh Diar sudah dilarikan dengan
salah-satu angkutan umum. Melesat menuju rumah sakit terdekat.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
16. “Aku... Akulah yang merusak tasbih itu....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
17. “Maafkan aku, Bapak! Maafkan aku yang telah merusak tasbih itu. Tidak
mendengarkan, padahal.... Bapak sudah melakukan banyak kebaikan kepada kami.
Semoga, semoga Tuhan membalas segala kebaikan itu. Maafkan aku, Bapak...
maafkan Diar yang nakal....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
18. “Kau tahu, penjaga Panti tertegun lama saat menerimanya. Menyesali betapa
buruknya dia berusaha menjelaskan berbagai pertanyaannya dulu dengan caranya
sendiri, mencari pembenaran atas semua potongan kehidupannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
19. Yang dia tahu hatinya perlahan menuntun tangannya. Tangan pasien itu terjulur ke
depan. Gemetar. Mencoba mengelus wajah Diar yang membeku. Wajah lebam, wajah
bengkak, wajah yang.... Hei, wajah yang tersenyum amat memesona. terlihat begitu
menawan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
20. Di kelas itu hanya ada empat murid. Semuanya anak jalanan. Melihat mereka Ray
urung berkecil hati, ternyata ketiga teman sekelasnya sumuran, hanya satu yang sesuai
dengan usia anak sekolah menengah pertama kelas satu. Guru yang mengajar tadi
pagi adalah bapak-bapak setengah baya. Biasa-biasa saja. Tidak ada Ibu Guru Nusi.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
21. Dan Ray sejak malam itu benar-benar merasakan janji kehidupan yang lebih baik.
Rumah Singgah ini memberikan sepotong kehidupan baru yang indah baginya. Anak-
anak lain menjadi keluarga baginya. Mereka malah lebih dari sekedar keluarga.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
3
22. Dia akhirnya bersekolah. Rutinitas harian yang menyenangkan. Tidak ada yang
memaksa. Dan dia mulai menata masa depan yang lebih baik. Merasa memiliki janji
masa depan yang baik. Janji-janji dari kisah Bang Ape setiap Sabtu-malam. Dia
bermimpi setelah lulus ujian persamaan minggu depan akan meneruskan kuliah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
23. “... Kau tidak tahu memang, karena Ilham selama sepuluh tahun itu selain belajar
bagaimana membuat lukisan yang lebih baik, juga mendapatkan bonus dari kegagalan
sebelumnya: belajar tentang kerendahan-hati. Ilham memutuskan untuk tidak
menuliskan nama di setiap lukisannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
24. Dimasa-masa menunggu itu, dia pernah memaksa dirinya datang mengunjungi sel
tahanan Plee. Membujuk hatinya untuk terakhir kali menemui Plee. Bertanya apa
kabarnya? Meminta maaf atas kekeliruan di lantai 40, memeluk Plee.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
25. Ray menelan ludah. Mengusap rambut panjangnya yang sebelum berangkat disisir
rapi sepuluh kali. Dia harus mencoba, bisik separuh hati Ray. Apa salahnya? Sudah
lama dia merencanakannya. Kalau ia menolak? Setidaknya dia sudah pernah
mengajaknya. Ray meremas jemarinya. Gugup.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
26. “Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang mendengarnya. Amat senang. Tetapi aku
tidak membutuhkan itu, Yang. Rumah besar, mobil, berlian, pakaian yang indah.
Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku
padamu. Itu sudah cukup.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
27. “Aku menginginkan kau bahagia melihat anak-anak kita. Kau bahagia melihat mereka
tumbuh besar. Kau ikhlas dengan semua apa yang kulakukan untukmu. Kau
menerima apa-adanya semua yang kulakukan untukmu, kau ridha. Aku takut
kepergian anak itu membuat kau sedih. Aku sungguh akan lebih sedih melihat kau
sedih….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
28. Ray bergegas menuju penginapan terdekat. Ada banyak hal yang harus dilakukan
besok. Ada banyak hal yang ingin direncanakannya besok. Kesedihan ini harus dilalui
dengan banyak aktivitas.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
29. Diar, anak panti asuhan yang sekamar dengannya, setengah jam kemudian berbaik
hati menyelinap ke halaman Panti, berusaha menyerahkan sebungkus roti tawar dan
4
segelas cendol melalui balik pintu. Sayang, penjaga Panti keburu tahu. Mendelik
mengancam Diar dengan pecut rotan, “Biarkan bangsat itu berbuka dengan air hujan!
Atau kau mau bersamanya di luar??”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
30. “Pulanglah! Istirahat. Besok hari raya....” Dokter senior, salah satu dari tiga dokter
yang memeriksa pasien di atas ranjang-pemilik kongsi bisnis terbesar yang pernah
ada- tersenyum ke arah suster yang terlihat lelah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
31. “Kami rindu kau, Rehan.” Diar menggigit bibir, memecah diam, mengatakan kalimat
itu sambil menatap Rehan seperti seorang adik yang menatap kakaknya. Ya, anak-
anak di Panti itu sudah bagai keluarga. Apalagi dengan semua kesulitan yang timbul
dari penjaga Panti. Apalagi bagi Diar, Rehan selalu penting.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
32. “Jangan. Jangan lakukan....” Diar yang dari tadi hanya mentap bingung buru-buru
melangkah masuk. Berusaha mencegah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
33. “Kau tahu, Ray, banyak mereka yang tidak menyadari kalau penjelasan itu sudah
datang.... Mungkin karena mereka terlalu dibutakan oleh kehidupan itu sendiri.
Mungkin karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan untuk menggapai
penjelasannya. Mungkin juga karena mereka terlalu berharap penjelasan itu datang
dengan amat fantastis. Dalam banyak hal, banyak kasus, penjelasan itu justru datang
dengan sederhana.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
34. “Ray, tidak ada kehidupan di dunia yang sia-sia....” Orang dengan wajah
menyenangkan itu menyentuh lembut bahu pasien yang berdiri di sebelahnya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
35. “Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia sebab-akibat
itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan
garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis
kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa, kembali lagi ke
garis kehidupanmu.... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
36. Diar ingat sekali, saat tubuh ringkihnya menjejak bangunan Panti untuk pertama
kalinya, saat dia canggung mendekat meja makan, Rehan-lah yang tersenyum-
memberikan kursi. Saat dia takut-takut berkenalan dengan anak Panti lainnya yang
5
lebih besar, Rehan-lah yang menerimanya pertama kali. Menawarinya tinggal
sekamar.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
37. “Terlepas dari buat siapa uang tersebut, sayangnya, tidak semua orang beruntung
mengetahui apa sebab-akibat dari setiap kejadian yang dihadapinya seperti kau
sekarang....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
38. “Tidak banyak yang tahu apa sebab-akibat dari setiap keputusan hidup yang akan
diambilnya. Apa sebab-akibat dari kehidupannya yang mungkin dia pikir selama ini
biasa-biasa saja, tidak berguna, atau menyakitkan malah.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
39. “Sejatinya, dengan mengerti bahwa setiap potongan hidup ini penting, maka
seseorang tidak akan banyak bertanya seperti kau menghabiskan masa enam belas
tahun bertanya sesak di Panti....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
40. “Ray, itulah mengapa tidak semua orang mengerti apa sebab-akibat kehidupannya.
Dengan tidak tahu, maka mereka yang menyadari kalau tidak ada yang sia-sia dalam
kehidupan akan selalu berbuat baik. Setiap keputusan yang akan mereka ambil,
kejadian-kejadian menyakitkan, kejadian-kejadian menyenangkan, itu semua akan
mereka sadari sebagai bagian dari siklus bola raksasa yang indah, yang akan menjadi
sebab-akibat bagi orang lain. Dia akan selalu berharap perbuatannya berakibat baik ke
orang lain.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
41. “Kalau kau memahaminya dari sisi positif, maka kau akan mengerti ada yang peduli
atau bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut. Peduli atas riak-riak yang
kau timbulkan di atas kolam, sekecil atau sekejap apapun riak itu. Dan saat kau
menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua
keputusan yang akan kau ambil. Sekecil apa pun itu, setiap perbuatan kita memiliki
sebab-akibat....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
42. “Siklus sebab-akibat sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu:
yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
43. “Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu, seseorang yang tahu bahwa
kebaikan bisa merubah siklusnya, maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan
perbuatan baik. Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia, mungkin apa
6
yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, tapi dia tetap
mengisinya sebaik mungkin.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
44. Hari ini, sesuai pembicaraan dengan Bang Ape dua hari lalu, Ray mendaftarkan dir
ikut sekolah informal. Kakak-kakak penanggung-jawab Rumah Singgah itu yang
menyarankan, “Setidakya kau punya aktivitas, Ray. Mengisi waktu luang dengan hal-
hal positif. Siapa tahu kau akan lebih banyak tersenyum setelah pergi sekolah. Kami
bosan melihat kau hanya melamun dan menyeringai.” Bang Ape tertawa. Ray hanya
pelan mengangguk. Sukarela mendaftar.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
45. Bang Ape hanya sibuk mengingatkan soal masa depan. Mereka selalu diingatkan
untuk menyadari masa depan ditentukan oleh mereka sendiri, bantuan orang lain ada
batasnya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
46. “Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan
untuk mengubahnya. Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari
ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
47. Malam itu Bang Ape mangatakan kalimat tersebut, kemudian menambahkannya
dengan kalimat: “Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian
sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang
hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menajdi saudara.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
48. “Kau pasti menang,” Ray berkata pelan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
49. “Berapa kali aku pernah bilang, Rumah Singgah tidak mendidik kalian menjadi
preman, Ray. Kau tidak seharusnya melakukan tindakan bodoh-“
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
50. “Kau berbeda dengan mereka Ray. Kalian berbeda dengan anak jalanan. Aku tidak
membangun Rumah Singgah untuk menjadikan kalian preman. Aku ingin kalian
berpendidikan, memiliki kebanggan atas hidup, bertanggung-jawab. Suatu saat kau
akan mengerti, terkadang pukulan tidak mesti dibalas pukulan. Luka tidak mesti
dibalas luka.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
7
51. “Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain
dengan sesuatu yang lebih hakiki.... Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya
dan menyakitkan dari orang lain itu sementara, Ray. Pemahaman dan penerimaan
tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi....”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
52. “Meskipun dalam situasi tertentu apa yang kau lakukan bisa saja dimengerti, mungkin
malah dibela dan dipuji. Tapi kalian berbeda. Kalian anak-anak yang tahu menyikapi
persoalan dengan baik. Setidaknya aku berharap kalian akan seperti itu suatu saat
kelak, menyadari bahwa tidak semua persoalan hanya bisa diselesaikan dengan
menyalahkan, lantas membalas.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
53. “Berapa kali harus kubilang, aku tidak pernah mendirikan Rumah Singgah untuk
menjadikan kalian anak-anak berandalan. Anak-anak yang suka berkelahi. Aku
mendirikan Rumah Singgah itu karena ingin melihat kalian tumbuh menjadi anak-
anak yang berbeda. Yang mengerti ada banyak pemecahan masalah baik untuk setiap
urusan. Yang memahami terkadang sebuah penerimaan akan memberikan hikmah
yang luar-biasa. Yang selalu yakin, kalau semua orang berpikiran itu bisa dibenarkan,
bukan berarti itu menjadi bisa dibenarkan. Kalian tetap meyakini kalau itu
sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu memang keliru.” Bang Ape berkata
dengan intonasi bertenaganya,terdengar amat kecewa.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
54. “Aku tahu apa yang akan kau lakukan, Ray.... Jangan melakukan hal bodoh.” Bang
Ape menelan ludah. Mencengkeram lengan Ray.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
55. “Kau mau segelas cokelat panas, Ray? Aku baru tiba. Warga baru. Kau penghuni
kampung sini? Tempat yang menyenangkan, bukan.... Mau? Mari!”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
56. Plee rajin menawarinya berkunjung. Mampir. Dan Ray seperti biasa tidak bisa
menolak ajakan itu. Apa salahnya? Plee dengan senang hati menyiapkan segelas
cokelat panas setiap kali dia singgah.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
57. “Masalahnya kau tidak seharusnya jahat, Ray. Kau tidak seharusnya menjalani masa-
masa gelapmu dengan alasan karena hidup ini tidak adil. Kau tidak seharusnya
menyalahkan orang-orang yang membuat kehidupanmu buruk, lantas mencari
pembenaran-pembenaran.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
8
58. “Kalau kau tidak boleh menyalahkan orang lain dalam urusan ini, apalagi
menyalahkan Tuhan, Ray.... Itu tidak boleh terjadi, meski amat lazim dilakukan
orang-orang.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
59. Pukul 07.30, mushalla kecil dekat tower mengumandangkan khotbah hari raya,
“Bukan sisa-sisa, tapi berikanlah yang terbaik. Karena yang terbaik itu akan kembali
kepada kalian.” Pengkhotbah berkata lirih.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
60. “Waktu itu kau sering bertanya mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang-orang
jahat? Mengapa Tuhan justru mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah
bentuk keadilan langit yang tidak akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu
wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-
bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku tahu kata-kata ini tetap saja sulit
dimengerti. Aku sederhanakan bagimu, Ray, maksudnya adalah selalulah berharap
sedikit. Ya, berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala
bentuk keadilan Tuhan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
61. “Jangan nangis, Sayang. Ayo, Rehan anak yang kuat. Cup-cup-cup.” Ibunya
membujuk lembut. Mengusap pipi kemerah-merahan bayi dalam rengkuhan
mesranya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
62. “Dia teringat istrinya yang akan menjanda malam ini. Anaknya yang akan yatim
malam ini. Dan dia melihat kau yang terkepung kobaran api. Terpental di tengah-
tengah bilah papan berjatuhan. Dia merangkak dengan sisa-sisa tenaganya. Berusaha
menyelamatkan kau Ray, dia tidak tahu apakah itu sebuah penebusan, tetapi di ujung
semua kejadian ini, dia menyesalinya….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
63. “Tahukah kau, orang-orang yang suka menyalahkan orang lain atas kejadian buruk
yang menimpanya cenderung sepertimu. Membalas. Ketika kau tidak mampu
membalasnya ke orang yang menjadi penyebabnya, tidak bisa membalasnya ke
Tuhan, maka kau membalasnya dalam bentuk lain. Apa salahnya menjadi jahat.
Menjadi pembenaran.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
64. “Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak
peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkan. Sebaliknya, kalua Tuhan
tidak menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli
seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
9
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
65. “Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit. Hanya ada satu hal yang bisa
mencegahnya. Satu hal, sama seperti siklus sebab-akibat sebelumnya, yaitu: berbagi.
Ya, berbagi apa saja dengan orang lain. Tidak. Sebenarnya berbagi tidak bisa
mencegahnya secara langsung, tapi dengan berbagi kau akan membuat hatimu
damai.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
66. “Membiarkan pekerja bersenang-senang secara proporsional justru membuat
semangat kerja mereka membaik. Tidak ada yang bisa mengalahkan produktivitas
pekerja yang semangat kerjanya tinggi.” Itu penjelasan Ray dalam rapat bulanan.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
67. Ray menggeleng. Sebenarnya sudah. Tapi seminggu lalu, saat malam-malam pulang,
ditanya hal serupa dan dia mengangguk, istrinya menunduk kecewa. Ray merasa amat
bersalah. Makanya sejak malam itu, sekenyang apa pun dia pulang dari lokasi
konstruksi bandara, Ray memaksakan diri makan malam bersama istrinya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
68. “B-a-i-k. Kau akan baik-baik saja, Yang. Mereka sedang menyiapkan operasi. Bayi
kita akan selamat.” Ray berbisik, mengelus lembut dahi istrinya.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
69. “Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah
selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan….”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
70. “Seseorang yang memiliki tujuan hidup, maka baginya tidak akan ada pertanyaan
tentang mengapa Tuhan selalu mengambil sesuatu yang menyenangkan darinya,
kenapa dia harus dilemparkan lagi ke kesedihan. Baginya semua proses yang dialami,
menyakitkan atau menyenangkan, semuanya untuk menjemput tujuan itu. Dan dia
bertekad menjemput akhir sambil tersenyum, seperti istrimu. Ia meninggal dengan
penghujung yang baik. Hanya inilah satu-satunya penjelasan bagimu, dari sisi yang
ditinggalkan.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
71. Ray tahu persis mengurus pekerja. Semakin baik motivasi mereka, maka semakin
baik produktivitas dan kualitas kerja mereka.
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
72. “Kau terjebak keinginan-keinginan dunia. Kau mencintai dunia persis seperti
kerumunan orang-orang lainnya yang amat keterlaluan mencintainya. Dan lazimnya
10
para pecinta dunia itu, maka sungguh dia tidak akan pernah terpuaskan oleh yang bisa
disediakan dunia.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
73. “Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua
penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu,
janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan
dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus
melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
74. “Tentang nama anak perempuanmu, dan berbagai bagian yang tidak terjelaskan,
semoga langit berbaik hati memberitahu. Kalau pun tidak, begitulah kehidupan. Ada
yang kita tahu. Ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu
bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja
melindungi kita dari kita tahu sendiri.”
a. Moral Manusia kepada Tuhan
b. Moral Manusia kepada Diri Sendiri
c. Moral Manusia kepada Manusia Lain
11
Tabel Penilaian Antar Juri
Kategorisasi
Unit Analisis Moral Manusia Kepada Tuhan Moral Manusia Kepada Diri Sendiri Moral Manusia Kepada Manusia Lain
Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III
1 v v v
2 v v v
3 v v v
4 v v v
5 v v v
6 v v v
7 v v v
8 v v v
9 v v v
10 v v v
11 v v v
12 v v v
13 v v v
14 v v v
15 v v v
16 v v v
17 v v v
18 v v v
19 v v v
20 v v v
21 v v v
22 v v v
23 v v v
24 v v v
25 v v v
26 v v v
27 v v v
28 v v v
29 v v v
30 v v v
31 v v v
32 v v v
33 v v v
34 v v v
35 v v v
36 v v v
37 v v v
38 v v v
39 v v v
40 v v v
41 v v v
42 v v v
43 v v v
44 v v v
45 v v v
46 v v v
47 v v v
48 v v v
49 v v v
50 v v v
51 v v v
52 v v v
53 v v v
54 v v v
55 v v v
56 v v v
57 v v v
58 v v v
59 v v v
60 v v v
61 v v v
62 v v
63 v v v
64 v v v
65 v v v
66 v v v
67 v v v
68 v v v
69 v v v
70 v v v
71 v v v
72 v v v
73 v v v
74 v v v