Anda di halaman 1dari 204

HUBUNGAN PARTISIPASI ANGGOTA

PROGRAM PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN


PEREMPUAN DESA DENGAN KEBERDAYAAN
PEREMPUAN DI SERIKAT PEKKA
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

HANIFA ISMIATI AZIZAH


NIM : 11160540000010

PROGRAM STUDI
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH
DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1443 H
HUBUNGAN PARTISIPASI ANGGOTA PROGRAM
PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DESA
DENGAN KEBERDAYAAN PEREMPUAN DI SERIKAT
PEKKA KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh :
Hanifa Ismiati Azizah
NIM 11160540000010

Pembimbing Skripsi

Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd


NIP. 196903221996032001

PROGRAM STUDI
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ABSTRAK
Hanifa Ismiati Azizah
Hubungan Partisipasi Anggota Program Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa dengan Keberdayaan
Perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat

Marjinalisasi dan subordinasi perempuan menjadi sebuah


eksluksi sosial salah satunya bagi perempuan kepala keluarga
yang ada di desa. Di ruang publik, perempuan selalu dikaitkan
dengan tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam
pengambilan keputusan yang sifat nya formal bagi perempuan.
Maka dari itu Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
menyelenggarakan program Pendidikan Kepemimpinan
Perempuan Desa guna melatih kepemimpinan perempuan agar
dapat memperoleh akses dalam segala aspek keberdayaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang
setiap responden atau anggota progam, kemudian mengetahui ada
atau tidaknya hubungan partisipasi anggota program pendidikan
kepemimpinan desa dengan keberdayaan perempuan serta
mengetahui signifikansi dari hubungan penelitian tersebut.
Penelitian temasuk ke dalam jenis korelasional guna menguji
hubungan antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
angket, studi kepustakaan dan dokumentasi. Adapun analisis data
yang digunakan adalah uji korelasi dan uji linearitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi responden
dapat diklasifikan menjadi enam karakteristik antara lain: usia,
pendidikan terakhir, domisili, pekerjaan, status perkawinan dan
kegiatan di masyarakat. Kemudian terdapat hubungan anggota
program pendidikan kepemimpinan perempuan desa dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat yang positif, tinggi dan kuat serta linier atau
signifikan pada nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05. Hal ini
berarti menggambarkan bahwa semakin besar keaktifan
partisipasi anggota dalam mengikuti program pendidikan
kepemimpinan desa maka semakin besar pula peningkatan
keberdayaan perempuannya.
Kata kunci: Partisipasi, Keberdayaan Perempuan, Perempuan
Kepala Keluarga.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin. Segala puji dan syukur bagi


Allah SWT atas kehendak, rahmat, karunia dan ridha-Nya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa, shalawat
beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita semua yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya. Adapun judul skripsi yang penulis
ajukan adalah “Hubungan Partisipasi Anggota Program
Pendidikan Kepemimpinan Perempuan Desa dengan
Keberdayaan Perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat”.
Dalam proses penulisan skripsi ini sangat tidak mudah bagi
penulis untuk menyelesaikannya dengan segala keterbatasan ilmu
dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun begitu, penulis
bersyukur terdapat banyak dukungan dari berbagai pihak baik
moril maupun materi yang diberikan kepada penulis. Sehingga
pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti Napsiyah, BSW MSW, sebagai
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor,
M.Ag., sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum
serta Cecep Castrawijaya, M.A, sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.

ii
2. Dr. Muhtadi, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. WG Pramitha Ratnasari, S.Ant, M.Si sebagai Sekretaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing
yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
dengan tulus dan sabar memberikan bimbingan, masukan,
nasehat, serta memberikan semangat sehingga terus
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen dan civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman yang bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
menggunakan buku-buku yang diperlukan selama masa
perkuliahan serta selama penulisan skripsi serta staf bagian
Tata Usaha yang telah membantu dalam administrasi.
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Ujang Setiawan dan Ibu
Tetip Holis beserta keluarga yang tiada henti memberikan
dukungan motivasi, nasehat dan materi serta do‟a yang selalu
dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis, terima kasih

iii
pula sudah selalu menjadi sosok panutan terhebat untuk
penulis hingga saat ini.
8. Almarhumah nenek tercinta Ibu Aidah, penulis
persembahkan skripsi ini khusus untukmu terima kasih
banyak sudah mendidik, mencintai, memberikan segala
pengorbanan dan menjadi motivator terhebat sepanjang
hidup penulis. Semoga engkau selalu berada ditempat paling
bahagia disisi-Nya. Aamiin.
9. Keluarga besar Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat. Khususnya, Ibu Enti Rostanti dan Ibu Idah Paridah
selaku mentor program, beserta Ibu Euis Haryati selaku
ketua Serikat, yang selalu memberikan informasi dan
dukungan dalam proses melakukan penelitian.
10. Keluarga besar Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur Jawa
Barat. Khususnya, Ibu Nina Kurniawati selaku ketua Serikat
dan Ibu Maya selaku mentor program wilayah PEKKA
Kabupaten Cianjur yang memberikan informasi dalam proses
melakukan penelitian.
11. Seluruh responden yang bersedia terlibat meluangkan
waktunya untuk mengisi angket secara teliti dan sabar pada
proses penelitian.
12. Para sahabat, Marshantia Agustiani, Tressa Siti Hardiani, Siti
Latifah dan keluarga HALIFA, terima kasih banyak atas
kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
13. Teman seperjuangan program studi Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI) angkatan 2016, yang telah

iv
mewarnai kehidupan selama masa perkuliahan maupun
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan


kontribusi positif kepada siapapun yang membacanya.

Jakarta, 10 Oktober 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 12
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................... 14
E. Sistematika Penulisan .................................................. 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................. 24
1. Partispasi.............................................................. 24
2. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga ....... 35
3. Pengertian Program Pendidikan Kepemimpinan
Perempuan Desa .................................................. 43
B. Kerangka Berpikir ........................................................ 45
C. Hipotesis Penelitian ..................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ....................... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 50
1. Tempat Penelitian ................................................ 50
2. Waktu Penelitian ................................................. 50
C. Populasi dan Sampel .................................................... 50
1. Populasi Penelitian .............................................. 50
2. Sampel Penelitian ................................................ 51

vi
D. Variabel Penelitian ....................................................... 53
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................. 54
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 63
1. Data Primer.......................................................... 63
2. Data Sekunder ..................................................... 64
G. Instrumen Penelitian .................................................... 65
H. Uji Instrumen Penelitian .............................................. 67
1. Uji Validitas......................................................... 67
2. Uji Reliabilitas ..................................................... 69
I. Teknik Pengolahan Data ............................................. 70
J. Teknik Analisis Data ................................................... 71
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Gambaran Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ...................................................................... 81
B. Visi dan Misi ................................................................ 82
C. Program-Program Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ...................................................................... 83
D. Profil Umum Program Pendidikan Kepemimpinan
Perempuan Desa (Akademi Paradigta) ...................... 87
E. Struktur Organisasi Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ...................................................................... 94
F. Temuan dan Hasil Analisis Data ................................ 95
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ....... 95
2. Deskripsi Data ................................................... 101
3. Deskripsi Penelitian ........................................... 110

G. Pembahasan Interpretasi Temuan ............................. 112

vii
1. Partisipasi Anggota Program Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa (Akademi
Paradigta) ........................................................... 112
2. Keberdayaan Perempuan Program Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa (Akademi
Paradigta) di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ........................................................... 125
3. Hubungan Partisipasi Anggota Program
Pendidikan Kepemimpinan Perempuan Desa
dengan Keberdayaan Perempuan di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi Berdasarkan
Koefisien Korelasi Rank Spearman................... 133
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................... 139
B. Saran ............................................................................ 141
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 143
LAMPIRAN .................................................................................... 148

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian ................... 55


Tabel 3. 2 Kerangka Instrumen Variabel Y Penelitian ................... 60
Tabel 3. 3 Skala Likert Butir Positif ............................................... 65
Tabel 3. 4 Skala Likert Butir Negatif.............................................. 65

Tabel 4. 1 Modul Pendidikan Kepemimpinan Perempuan Desa .... 90


Tabel 4. 2 Struktur Organisasi Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ....................................................................... 94
Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggota Serikat PEKKA
Kabupaten Cianjur ......................................................... 96
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Keberdayaan Perempuan Serikat
PEKKA Kabupaten Cianjur........................................... 98
Tabel 4. 5 Hasil Output Uji Reliabilitas Partisipasi Anggota
Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur .............................. 99
Tabel 4. 6 Hasil Output Uji Reliabilitas Keberdayaan Perempuan
Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur ............................ 100
Tabel 4. 7 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Usia . 102
Tabel 4. 8 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir .................................................... 103
Tabel 4. 9 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan
Domisili ....................................................................... 104
Tabel 4. 10 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Status
Perkawinan .................................................................. 106
Tabel 4. 11 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan
Pekerjaan ..................................................................... 107

ix
Tabel 4. 12 Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan
Kegiatan di Masyarakat ............................................... 109
Tabel 4. 13 Hasil Output Uji Reliabilitas Partisipasi Anggota
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi ........................ 111
Tabel 4. 14 Hasil Output Uji Reliabilitas Keberdayaan Perempuan
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi ........................ 111
Tabel 4. 15 Partisipasi dalam Perencanaan Anggota Program
Akademi Paradigta di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ..................................................................... 113
Tabel 4. 16 Partisipasi dalam Pelaksanaan Anggota Program
Akademi Paradigta di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ..................................................................... 116
Tabel 4. 17 Partisipasi dalam Tahap Menikmati dan Pemanfaatan
Hasil Anggota Program Akademi Paradigta di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi .................................... 119
Tabel 4. 18 Partisipasi dalam Tahap Pengawasan dan Penilaian
Hasil Anggota Program Akademi Paradigta di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi .................................... 122
Tabel 4. 19 Tingkat Partisipasi Anggota menurut Jumlah dan
Persentase Responden di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ..................................................................... 124
Tabel 4. 20 Jumlah dan Presentase Responden Keberdayaan
Anggota Program Akademi Paradigta berdasarkan
Kemampuan Berubah di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ..................................................................... 126
Tabel 4. 21 Jumlah dan Presentase Responden Keberdayaan
Anggota Program Akademi Paradigta berdasarkan
Kemampuan Memperoleh Akses di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi................................................... 128

x
Tabel 4. 22 Jumlah dan Presentase Responden Keberdayaan
Anggota Program Akademi Paradigta berdasarkan
Kemampuan Menghadapi Hambatan di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi .................................... 129
Tabel 4. 23 Jumlah dan Presentase Responden Keberdayaan
Anggota Program Akademi Paradigta berdasarkan
Kemampuan Berkelompok dan Bersolidaritas di
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi ........................ 131
Tabel 4. 24 Tingkat Keberdayaan perempuan menurut Jumlah dan
Persentase Responden di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ..................................................................... 132
Tabel 4. 25 Hasil Output Korelasi Partisipasi Anggota dengan
Keberdayaan Perempuan ............................................. 134
Tabel 4. 26 Grafik scatter-plot........................................................ 136

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya saat ini banyak dikenal oleh masyarakat
di Indonesia bahkan tidak hanya di masyarakat perkotaan,
untuk masyarakat desa pun sebuah isu mengenai pengangkatan
derajat posisi perempuan dalam mendapatkan peran yang
setara dengan laki-laki perlu terus-menerus dibicarakan
perkembangannya. Sebagian besar masyarakat masih sangat
tinggi menjunjung budaya patriarki menimbulkan suatu
tantangan tersendiri bagi gerakan-gerakan feminisme yang
sudah ada. Gerakan feminis yaitu gerakan yang dilakukan oleh
kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dikira
dan dirasa membedakan kedudukan sosial kaum perempuan
dengan kaum laki–laki.

Selain itu pembangunan kualitas hidup manusia


dilaksanakan secara bertahap telah diupayakan oleh
pemerintah maupun lembaga swasta dalam upaya mencapai
kehidupan yang lebih baik. Upaya pembangunan ini ditujukan
untuk kepentingan termasuk bagi perempuan sebagai pelaku,
dan sekaligus sebagai penerima manfaat hasil pembangunan.
Sehingga adanya istilah pengarusutamaan gender mulai
dikenal seiring berjalannya waktu.
Dalam penelitiannya Wulan (2016) :
Pengarusutamaan gender (PUG) menempatkan
perempuan pada posisi yang tidak lagi berada pada

1
2

situasi yang tidak adil, termasuk dalam peran dan


partisipasinya terhadap program pemberdayaan. Menurut
pendapat Hubeis (2010), pengertian gender dalam
konteks Gender and Development (GAD) ialah
tercapainya kesetaraan dan kesederajatan atau persamaan
dan pemerataan dalam tatanan kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat dan bernegara.

Maka dari itu, program pemberdayaan menjadi suatu


gerakan pengarusutamaan gender yang saat ini menjadi suatu
kebijakan bagi perempuan. Hakikatnya pemberdayaan
didasarkan pada kekuatan setiap individu dan tingkat sosial.
Hikmat (2013) mengutip pandangan Rappaport mengatakan
bahwa pemberdayaan didefinisikan sebagai pemahaman
psikologis tentang pengaruh kontrol individu terhadap kondisi
sosial, kekuasaan politik, dan hak-hak mereka di bawah
hukum perundang-undangan.

Kemudian Wulan (2016) mengutip pandangan Hubeis


yang menyatakan bahwa pemberdayaan perempuan sebagai
kebijakan pemerintah bertujuan agar perempuan dapat
berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan tanpa
kehilangan peran reproduktifnya. Berdasarkan kedudukan
perempuan dalam konteks keluarga, peran yang dimainkan
perempuan sangat bergantung pada proses interaksi yang
terjadi di lingkungan keluarga sebagai kelompok utama. Selain
bekerja di sektor domestik, perempuan juga dapat menerima
program pemberdayaan.
3

Oleh karena itu, perempuan harus dibangun


kesadarannya bahwa dalam proses kehidupan yang dilaluinya
selama ini sesungguhnya terkandung pembelajaran yang
penting tentang potensi diri. Perempuan tentunya sebagai
bagian dari masyarakat desa sesungguhnya memiliki peran
dalam pembangunan desa. Namun, peran perempuan tersebut
sering kurang diakui, tidak diperhitungkan dan tidak
mendapatkan kesempatan untuk mengembangkannya.
Terlebih lagi, ketika realitas di berbagai desa di
Indonesia saat ini banyak adanya perempuan–perempuan
berkelompok marjinal. Kelompok marjinal tersebut menjadi
sebuah ekslusi sosial salah satunya bagi para perempuan
kepala keluarga yang ada di desa–desa. Pengartian perempuan
yang memimpin keluarga atau rumah tangga, secara umum
didasarkan pada bahasa istilah “janda” sebuah istilah
meremehkan dan negatif merujuk perempuan janda,
ditelantarkan atau bercerai.
Kemudian ada perbedaan definisi perempuan kepala
rumah tangga yang digunakan oleh BPS (Biro Pusat Statistik)
dan kesimpulan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala
Keluarga) pada kondisi yang berbeda bagi perempuan untuk
menjadi kepala rumah tangga. BPS mengidentifikasi kepala
rumah tangga yang dikepalai oleh seorang perempuan sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga, sehingga ia dianggap
sebagai kepala keluarga.
Namun, penjelasan pengertian perempuan kepala rumah
tangga yang lebih luas dalam PEKKA (Pemberdayaan
4

Perempuan Kepala Keuarga) disebabkan oleh beberapa faktor,


kemungkinan janda yang dimaksud yakni janda yang
suaminya meninggal, bercerai, seorang wanita yang menjadi
penanggung jawab di keluarga, memiliki suami yang sudah
tua, lemah atau tidak mampu bekerja, atau memiliki istri dan
anak-anak yang tidak ada hubungan darah dan suaminya telah
meninggalkan rumah. (Laporan Tahunan Pemberdayaan
Perempuan Kepala Keluarga 2017, 2018)
Di tahun 2018, BPS Indonesia memperkirakan bahwa
kesuluruhan rumah tangga di Indonesia, 15,17 persen di
antaranya dikepalai oleh perempuan (BPS 2019). Data tersebut
mengalami peningkatan 10% dari jumlah tahun di 2009. Untuk
Provinsi Jawa Barat sendiri Biro Pusat Statistik (BPS) provinsi
memperkirakan bahwa kesuluruhan rumah tangga di Jawa
Barat, 13,69 persen diantara nya dikepalai oleh perempuan
(BPS Jawa Barat 2019).
Penyebab diskriminasi dan subordinasi kepada
perempuan biasanya sering terjadi di rumah tangga, jika
mengarah pada isu gender dan kemiskinan. Ketidaksetaraan di
dalam lokasi sumber daya dalam rumah tangga
memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk
kemiskinan yang berbeda. Di ruang publik, kemiskinan
perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-ruang
partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang
sifat nya formal bagi perempuan.
Masalah lain yang dihadapi oleh perempuan kepala
keluarga antara lain kemiskinan. Menurut laporan PEKKA 15
5

tahun (2017) pada tahun 2012, PEKKA hanya dapat


mengkonfirmasi perkiraan kemiskinan melalui Sistem data
Pemantauan Kemiskinan Masyarakat (SPKBK) berupa sensus
111 desa di 17 provinsi tempat PEKKA beroperasi. Data
tersebut yaitu menunjukkan bahwa dari setiap empat keluarga,
satu keluarga, yakni dikepalai oleh seorang wanita. Hal ini
menunjukkan pula bahwa 71% rumah tangga yang dikepalai
perempuan berada di 40% kelas sosial ekonomi paling bawah,
dan 47% di antaranya berada di kelompok termiskin di
Indonesia serta hampir 60% di antaranya buta huruf.
Selain berdasarkan keterbatasan pendidikan, ekonomi,
kemudian sejumlah kajian mengenai perempuan dan hukum di
Indonesia menyimpulkan betapa marginalnya posisi
perempuan. Informasi ini memperjelas ketimpangan gender
dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia
masih sangat terasa kuat. Adanya salah satu hasil analisis yang
mengungkapkan bahwa ketimpangan gender terjadi dalam
bidang hukum menurut Siti Musdah Mulia (2007) yaitu
merebaknya kasus-kasus eksploitasi dan diskriminasi terhadap
perempuan, termasuk didalamnya kasus-kasus kekerasan
perempuan dalam rumah tangga; serta maraknya kasus dengan
menggunakan modus perkawinan kontrak yang tidak
bertanggungjawab sehingga banyak pernikahan perempuan di
bawah umur.
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan mensyaratkan
bahwa usia minimal untuk menikah adalah 16 tahun bagi
perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Berbagai kebijakan
6

yang ditetapkan pemerintah Indonesia bertujuan memastikan


bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk menyelesaikan
program pendidikan dasar sembilan tahun sehingga dapat
mengurangi tingkat buta huruf pada perempuan.
Selain itu, hak-hak perempuan juga diatur dalam
berbagai kebijakan, termasuk yang ditetapkan pada saat
Konferensi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang World
Conference International Year 1975 di Meksiko, yang
dituangkan dalam deklarasi kesetaraan antara perempuan dan
laki-laki tentang :
1. Pendidikan dan pekerjaan;
2. Memprioritaskan pembangunan bagi perempuan;
3. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan;
4. Tersedianya data dan informasi tentang partisipasi
perempuan;
5. Melakukan analisis gender terhadap perbedaan peran.
Bersamaan dengan wacana dunia tentang pembebasan
dan pemberdayaan perempuan, fenomena kesetaraan gender
menjadi topik penting di semua agama, termasuk Islam. Dalam
pandangan ajaran Islam, tidak tertutup kemungkinan
perempuan berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Mengutip pandangan Anwar (2007), yang menyatakan bahwa
beberapa pakar agama Islam berpendapat bahwa perempuan
dapat berperan dalam pembangunan dengan bekerja di luar
lingkungan rumah jika tenaga kerja diperlukan, atau memang
pekerjaan itu sangat dibutuhkan olehnya, lebih jelas pekerjaan
7

tesebut perlu dilakukan secara terhormat serta sesuai dengan


norma agama yang berlaku.

Selanjutnya Anwar (2007) mengutip pandangan


Sugandi yang mengatakan bahwa dalam sejarah telah
ditemukan berkali-kali mengenai keterlibatan perempuan
bekerja di berbagai bidang dengan secara positif, dari sejak
zaman nabi besar Muhammad SAW masih hidup, yang mana
hal ini masih relevan sebagai contoh positif juga bagi kaum
perempuan saat ini.

Selain itu ditemukan pula ayat al-Qur‟an yang secara


khusus menunjuk kepada persamaan antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu Firman Allah SWT menyebutkan pada
Q.S. An- Nahl/16 ayat 97:
ُ
ِ ٌََ‫صالِ ًحا ِه ْي َذ َك ٍر أَوْ أ ًْثَىٰ َوهُ َى ُه ْؤ ِه ٌي فَلٌَُحْ يِيٌَهُ َحيَاةً طَيِّبَتً ۖ َول‬
‫جْزيٌَهُ ْن‬ َ ‫َه ْي َع ِو َل‬
َ‫أَجْ َرهُ ْن ِبأَحْ َس ِي َها َكاًُىا يَ ْع َولُىى‬
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya ke- hidupan yang baik, dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(Q.S. An-Nahl/16 : 97).

Meskipun, sudah terdapat konsep Islam mengenai


perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
tetap saja perempuan masih merasa mengahadapi berbagai
8

hambatan bagi dirinya. Hambatan-hambatan tersebut antara


lain masih terasa sulitnya bagi mereka untuk
mengaktualisasikan diri, mengakses, berpartisipasi dan
menikmati proses dari hasil pembangunan. Sejatinya hambatan
tersebut sebenarnya dapat menjadi peluang yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan perempuan. Dengan demikian
perlu upaya secara khusus untuk memperkuat tingkat
keberdayaan perempuan marjinal di perdesaan, yaitu dengan
terjalinnya program pemberdayaan perempuan kepala keluarga
yang didukung langsung oleh pemerintah daerah.
Kata pemberdayaan tentu saja perlu memberdayakan
perempuan, tidak memberdayai mereka. Pendekatan
pemberdayaan itu sendiri sebetulnya sangat positif, bermula
dari ketidakpuasan terhadap semua pendekatan yang ada, dan
didasarkan pada anggapan bahwa peningkatan status
perempuan harus diarahkan terhadap upaya-upaya
menghilangkan subordinasi perempuan.
Kemudian selama tahun 2002, Yayasan Pemberdayaan
Kepala Keluarga (PEKKA) telah melakukan rangkaian
kegiatan pemberdayaan perempuan kepala keluarga di akar
rumput daerah dengan visi dan misi serta strategi pendekatan
pengorganisasian perempuan kepala keluarga. Namun begitu
pemberdayaan tidak akan terjadi dengan hanya meliputi
manajemen pengorganisasian komunitas saja, tetapi perlu ada
penguatan individu anggota masyarakat serta juga pranata-
pranatanya. Selaras dengan yang telah di kemukakan dalam
9

Al – Qur‟an mengenai pemberdayaan diri dengan melalui


Firman Allah SWT pada Q.S. Ar – Ra‟ad 13 ayat 11 :

‫اث ِه ْي بَيْ ِي يَ َديْ ِه َو ِه ْي َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُىًَهُ ِه ْي أَ ْه ِر َّللاِ ۗ إِى َّللاَ ََل ي ُ َغيِّ ُر َها‬ٌ َ‫لَهُ ُه َعقِّب‬
‫ِبقَىْ ٍم َحتىٰ يُ َغيِّرُوا َها ِبأ َ ًْفُ ِس ِه ْن ۗ َوإِ َذا أَ َرا َد َّللاُ ِبقَىْ ٍم سُى ًءا َف ََل َه َرد لَهُ ۚ َو َها لَهُ ْن ِه ْي دُوًِ ِه ِه ْي‬
‫ال‬
ٍ ‫َو‬
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (Q.S. Ar – Ra‟ad 13 : 11).

Jika dilihat ayat diatas mendeskripsikan bahwa tanpa


adanya kesadaran dan ikhtiar untuk memberdayakan
kemampuan diri (individu) perempuan tidak akan dapat
mengembangkan lingkungan fisik dan lingkungan sosial
sekitarnya. Oleh karena itu, di sisi lain PEKKA terus
mengembangkan setiap programnya, dengan strategi secara
khusus bertujuan memperkuat diri perempuan untuk dapat
memimpin di akar rumput masalah. Perempuan-perempuan
tersebut khususnya diberikan pelatihan untuk dapat menjadi
pemimpin dengan dimulai dari memimpin kalangan kader,
10

memimpin komunitas perempuan kepala keluarga, serta


memimpin anggota PEKKA.
Pelatihan kepemimpinan perlu terus menerus dilakukan
agar mereka dapat memainkan peran penting dalam
“kepemimpinan” desa nantinya. Seyogyanya tujuan
kepemimpinan perempuan di sini adalah menegakkan keadilan
bagi setiap perempuan. Adapun terdapat makna kepemimpinan
perempuan yang menunjukkan bahwa kepemimpinan
perempuan bukan hanya kepemimpinan dalam struktur formal
dan juga bukan upaya mengembalikan kekuasaan, tetapi untuk
menegakkan kesetaraan dan keadilan dalam budaya patriarki.
Dari tahun 2015, PEKKA telah melakukan rangkaian
persiapan program inovasi pendidikan kepemimpinan
perempuan desa dengan anggota yang mengikuti program
tersebut harus sesuai prasyarat ketentuan dari Yayasan
PEKKA, baik berdasarkan faktor dari dalam maupun luar diri
anggota, salah satunya berada di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi.
Dengan keseluruhan permasalahan diatas, peneliti
selanjutnya ingin melihat sejauh mana hubungan keberdayaan
perempuan kepala keluarga yang dilakukan PEKKA sehingga
dapat menumbuhkan partisipasi bagi setiap perempuan yang
terlibat. Partisipasi ini tentunya disesuaikan dengan basis
keadilan gender serta sesuai dengan kerangka pemberdayaan
berdasarkan tinjauan teoritis perubahan sosial, khususnya bagi
perempuan PEKKA di Kabupaten Sukabumi.
11

Dua hal alasan utama yang menjadikan peneliti


mengambil PEKKA di Kabupaten Sukabumi yaitu dimulai
dari kesesuaian data SKKB-PEKKA yang telah ada di
penjelasan sebelumnya. Serta tentunya Kabupaten Sukabumi
juga dijadikan tempat rekomendasi yang diajukan oleh
Yayasan PEKKA kepada peneliti bahwa daerah tersebut
merupakan salah satu dari tiga tempat (Kabupaten Sukabumi,
Cianjur dan Kuburaya) naungan PEKKA yang dapat
berkolaborasi bersama untuk biaya APBD pemberdayaan di
desa tersebut.
Alasan diatas didudukung oleh wawancara peneliti
bersama Ibu Nunung (Koordinator Program Kompak) di
Seknas PEKKA pada hari Senin (20/01), yang mengatakan:
“Kaitan anggaran yaitu adanya penandatanganan nota
kesepakatan antara Pemerintah Desa dengan Serikat
Pekka antara lain Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sukabumi di Desa Gede Pangrango, dan Kubu Raya
daerah Kalimantan.”

Adapun selain itu juga program PEKKA sendiri


merupakan program kelompok Binaan Sosial (KBS) di
Kabupaten Sukabumi yang menyediakan kegiatan responsif
gender dengan tujuan memberdayakan masyarakat sehingga
kesetaraan gender dapat dicapai.
Oleh karena itu, akhirnya peneliti berkesimpulan dan
merasa perlu membahas mengenai hubungan keberdayaan
perempuan melaui program inovasi oleh lembaga PEKKA.
Kemudian untuk menjawab setiap persoalan diatas, peneliti
12

mengajukan judul: “Hubungan Partisipasi Anggota Program


Pendidikan Kepemimpinan Perempuan Desa Dengan
Keberdayaan Perempuan Di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti
memfokuskan masalah dalam penelitian ini mengenai
hubungan partisipasi anggota program pendidikan
kepemimpinan perempuan desa dengan keberdayaan
perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan konteks latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
yaitu:
a. Apakah terdapat hubungan partisipasi program
pendidikan kepemimpinan perempuan desa dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat?
b. Apakah hubungan nya linier atau signifikan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
13

a. Hubungan partisipasi program pendidikan


kepemimpinan perempuan desa dengan keberdayaan
perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat.
b. Hubungan linier atau signifikan.

2. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dalam penelitian ini , yakni guna
menambah khazanah ilmu dakwah, terutama yang berkaitan
dengan unsur-unsur dari Masyarakat Islam. Adapun secara
praktis penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan
memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya model-model dalam pengembangan
masyarakat. Disamping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori
dalam pemberdayaan berbasis partipasi perempuan
kepala keluarga.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi contoh
lembaga atau yayasan swasta lainnya dengan melihat
dan mengaplikasikan pemberdayaan berlandaskan
partisipasi dalam program inovasi pendidikan
14

kepemimpinan perempuan desa yang dilakukan


lembaga sosial terhadap tingkat keberdayaan
perempuan.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini, sebelum peneliti melakukan


penelitian maka terlebih dahulu dilakukan peninjauan
terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan
judul skripsi ini. Tujuan peninjauan yakni untuk
membandingkan tema yang akan diteliti dengan penelitian
yang sudah ada dan menemukan kebaruan pada penelitian ini.
Berikut adalah data yang menjadi tinjauan pustaka:
Pertama, jurnal penelitian yang berjudul “HUBUNGAN
PARTISIPASI DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN
UMKM DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PESERTA”,
yang ditulis oleh Aldina Hapsari dan Rilus A Kinseng. Kedua
penulis berasal dari Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia,Institut Pertanian Bogor tahun 2018. Jurnal
penelitian ini membahas mengenai partisipasi UMKM dalam
program pemberdayaan dan tingkat kesejahteraan. Peninjauan
partisipasi dilakukan dengan melihat tiga dari empat tahapan
partisipasi yang di utarakan Cohen dan Uphoff bahwa
partisipasi terdiri dari tahapan pelaksanaan, menikmati hasil
dan evaluasi. Selanjutnya dilakukan analisa untuk melihat
sejauh mana tingkat kesejahteraan yang dirasakan peserta
setelah mengikuti program pemberdayaan tersebut.
15

Kemudian hasil penelitian menunjukkan tidak adanya


hubungan antara tingkat partisipasi responden dalam program
pemberdayaan UMKM dengan tingkat kesejahteraan
resonden disebabkan oleh tidak adanya partisipasi pada tahap
perencanaan. Maka dari itu terdapat perbedaan antara
penelitian Aldina Hapsari dan Rilus A Kinseng ini dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yakni pada
penulisan skripsi peneliti mengunakan peninjauan
keseluruhan teori empat tahapan partisipasi Cohen dan
Uphoff terhadap responden yang telah mengikuti program
pemberdayaan. Perbedaan yang lain yaitu hubungan
partisipasi pada penulisan skripsi peneliti akan dikaitkan
dengan teori keberdayaan bukan dengan teori tingkat
kesejahteraan. Selain itu basis penelitian dilakukan kepada
anggota perempuan kepala keluarga pada suatu komunitas
bukan kepada anggota UMKM. Meskipun demikian, terdapat
persamaan pada kedua penelitian ini yaitu metode
penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode survey yang didukung dengan data kualitatif seperti
analisis bahan pustaka maupun dokumentasi lainnya.
Kedua, skripsi yang berjudul “TINGKAT PARTISIPASI
DAN KEMANDIRIAN ANGGOTA POS PEMBERDAYAAN
KELUARGA (POSDAYA) BIDANG EKONOMI”, yang ditulis
oleh Ahmad Fanani Ulin Nuha, mahasiswa Departement
Sains dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Tahun 2019. Skripsi
tersebut membahas mengenai sejauh mana hubungan tingkat
16

partisipasi dengan tingkat kemandirian masyarakat. Di mana


tingkat pastisipasi diukur melalui adanya faktor internal,
faktor eksternal dan faktor prasyarat partisipasi. Kemudian
tiga faktor ini mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkatan nya maka semakin tinggi pula
tingkatan partisipasi yang diperoleh. Tingkat partisipasi
tersebut menggunakan teori Cohen dan Uphoff mengenai
empat tahapan partisipasi dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Selanjutnya dari
keseluruhan hasil penelitian sebelumnya maka diperoleh hasil
akhir yang menyatakan bahwa adanya tingkat partisipasi yang
semakin tinggi ternyata juga berperan dalam peningkatan
tingkat kemandirian responden. Sedangkan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti yakni memberikan gambaran
sejauh mana korelasi tingkatan partisipasi dengan indikator
keberdayaan bukan dengan indikator kemandirian. Kemudian
tema pembahasan skripsi Ahmad Fanani fokus pada
pemberdayaan keluarga dari segi ekonomi sedangkan peneliti
berfokus kepada pemberdayaan terhadap perempuan kepala
keluarga melalui skill kepemimpinan. Metode penelitian yang
digunakan saudara Ahmad Fanani yaitu metode survei
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif explanatory
sementara peneliti menggunakan metode survei pendekatan
kuantitatif dengan analisis deskriptif korelasi. Selanjutnya
dari segi persamaan, kedua penelitian berfokus kepada tema
hubungan patisipasi dalam suatu pemberdayaan.
Ketiga, jurnal penelittian yang berjudul “ANALISIS
17

TINGKAT KEBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PROGRAM PENGEMBANGAN KOMODITAS BUAH
BELIMBING PADA KELOMPOK TANI BELIMBING DI
KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK”, ditulis
oleh Widiyaningsih dan Mohammad Riduansyah. Kedua
penulis berasal dari Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
tahun 2013. Jurnal penelitian tersebut membahas mengenai
permasalahan tingkat keberdayaan masyarakat melalui
program pengembangan komoditas pada kelompok tani
belimbing di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Hasil
menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan kelompok tani
tersebut rendah karena kurang nya peningkatan keinginan dan
kemampuan diri para petani dalam mengembangkan
komoditasnya. Perbedaan penelitian dari Widiyaningsih dan
Mohammad Riduansyah yaitu hanya membahas satu variabel
mengenai tingkat keberdayaan masyarakat saja. Sedangkan,
peneliti menggunakan dua variabel untuk menjelaskan
hubungan pasrtisipasi dengan keberdayaan. Persamaan dari
kedua penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori
keberdayaan dari indikator keberdayaan Edi Suharto.
Indikator keberdayan antara lain adanya kekuasaan di dalam
atau kesadaran dan keinginan untuk berubah, adanya
kekuasaan untuk mampu meningkatkan kapasitas dan
memperoleh akses, adanya kekuasaan atas kemampuan
menghadapi hambatan, serta adanya kekuasaan dengan
kemampuan berkelompok atau bersolidaritas. Kemudian
18

kedua penelitian juga sama-sama menggunakan pendekatan


kuantitatif metode survei kuesioner.
Keempat, jurnal penelitian yang berjudul “TINGKAT
KEBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA
(KASUS PADA PROGRAM PEKKA DI DESA DAYAH
TANOH KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN
PIDIE PROVINSI ACEH)”, ditulis oleh Elly Susanti Staf
Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh tahun 2013. Jurnal
penelitian tersebut membahas tentang penilaian hasil tingkat
keberdayaan perempuan kepala keluarga (Pekka) setelah
mengikuti program PEKKA. Keberdayaan dijelaskan untuk
memperkuat pengembangan diri dan kepercayaan diri tentang
kemampuan untuk berkontribusi dan partisipasi aktif dalam
setiap proses pengambilan keputusan serta memperkuat
kemampuan pengembangan dan konsep diri. Kajian
menunjukkan bahwa signifikansi program memberikan
kontribusi yang menggembirakan bagi pemberdayaan Pekka
melalui peningkatan kesejahteraan, membuka akses sumber
daya, meningkatkan kesadaran kritis, serta partisipasi dan
kontrol. Semua indikator keberdayaan itu terhubung dengan
tujuan dari adanya program PEKKA. Berbeda dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti yakni bahwa
keberdayaan diukur dari teori perspektif lain, menggunakan
teori indikator Edi Suharto yang mana terdapat lima
kemampuan seseorang dalam keberdayaan setelah mengikuti
program PEKKA. Jurnal penelitian saudari Elis Susanti
19

memiliki fokus permasalahan keseluruhan program PEKKA


yang ada di Desa Dayah Tanoh Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Provinsi Aceh sedangkan fokus penelitian
yang dilakukan peneliti adalah terhadap program pendidikan
kepemimpinan perempuan desa (akademi pardigta) saja yang
berada di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Penelitian Saudari Elis Susanti menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu Pekka sebagai unit analisis. Data primer
dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan focus group discussion, sedangkan data
sekunder diperoleh melalui dokumen pendukung terkait
proyek. Sementara itu peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan anggota Pekka sebagai unit subjek
penelitian. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara serta data sekunder diperoleh dari
studi dokumentasi, tinjauan pustaka program bersangkutan.
Kelima, jurnal penelitian yang berjudul “TINGKAT
PARTISIPASI DAN KEBERDAYAAN PETANI ALUMNI
PROGRAM SL-PTT (KASUS DESA GEGESIK WETAN
KABUPATEN CIREBON)”, yang ditulis oleh Amatul Jalieli
dan Dwi Sadono dari Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor tahun 2013. Jurnal penelitian
membahas tentang tujuannya menganalisis tingkat partisipasi
dan faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi serta
tingkat keberdayaan petani alumni program SL-PTT. Hasil
penelitian menunjukkan petani alumni program SL-PTT telah
20

berpartisipasi aktif pada setiap tahapan program, mulai dari


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai menikmati hasil.
Tingkat partisipasi berhubungan nyata dengan tingkat
keberdayaan petani. Tingkat keberdayaan petani termasuk
tinggi berdasarkan indikator kemampuan petani mengakses
informasi, kemampuan menerapkan teknologi PTT dan
kemampuan dalam mengambil keputusan. Perbedaan dengan
skripsi peneliti adalah penelitian saudara Amatul Jalieli dan
Dwi Sadono menganalisis mengenai tingkatan partisipasi dan
keberdayaan petani setelah mengikuti program SL-PTT
sedangkan skripsi yang ditulis leh peneliti adalah
menganalisis untuk mengetahui hubungan partisipasi dengan
keberdayaan anggota Pekka setelah mengikuti program
kepemimpinan perempuan desa. Selanjutnya metode
penelitian yang digunakan adalah sama-sama metode
kuantitatif berupa metode survai menggunakan kuesioner dan
didukung data kualitatif melalui wawancara untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian. Selain itu, terdapat
kesamaan teori partisipasi dan keberdayaan yang digunakan
di kedua penelitian.
Keenam, skripsi berjudul “ANALISIS HUBUNGAN
TINGKAT PARTISIPASI DAN TINGKAT KEBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN
MASYARAKAT BERKELANJUTAN”, yang ditulis oleh Rama
Dwita, mahasiswa Departement Sains dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Tahun 2019. Permasalahan penelitian yang diangkat
21

yaitu menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan


tingkat keberdayaan masyarakat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
partisipasi dari tiap lapisan . Perbedaan penelitian Rama
Dwita dengan peneliti, yakni penggunaan metode penelitian
Rama Dwita menggunakan metode penelitian kombinasi,
sedangkan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode survei. Kemudian, target penelitian berbeda,
jika Rama Dwita menganalisis hubungan keberdayaan
masyarakat dalam program pengembangan masyarakat
berkelanjutan, semantara peneliti mengarah kepada target
program pemberdayaan kepala keluarga. Adapun persamaan
dari kedua penelitian, yaitu sama-sama mengangkat tema
hubungan partisipasi dengan keberdayaan meskipun tinjauan
teori kedua penelitian berbeda.
Dari enam kajian literatur diatas, masih ada ruang-ruang
yang belum di teliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Di
mana dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah
menganalisis hubungan antara partisipasi anggota dengan
keberdayaan perempuan dalam program inovasi pendidikan
kepemimpinan perempuan desa yang diadakan oleh lembaga
PEKKA, diujikan menggunakan teori pastisipasi dari Cohen
dan Uphoff, dan teori Suharto mengenai indikator
keberdayaan untuk mencakup pemberdayaan berbasis
pendidikan dan kelompok binaan.
22

E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang
dibagi dalam sub bab dan setiap bab memiliki batasan masing-
masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang terdiri dari pendahuluan,
memuat tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan teori yang melandasi
pemikiran dan menganalisa setiap data yang sudah
terkumpul, kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik pengolahan data.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil temuan penelitian
di lapangan mengenai gambaran umum tentang
profil sejarah, visi dan misi lembaga PEKKA,
23

program-program, kondisi Serikat PEKKA


Kabupaten Sukabumi, kemudian pembahasan
dengan analisis data dan interpretasi data mengenai
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan dari penelitian dan
saran-saran yang diajukan oleh peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Partispasi
a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi merupakan tindakan mengambil bagian
atau kontribusi sesama anggota masyarakat dalam
mencapai tujuan bersama yang ideal. Berdasarkan
pandangan Cohen dan Uphoff (1980) yang menyatakan
bahwa partisipasi yaitu istilah deskriptif yang
menunjukkan keterlibatan sejumlah orang dalam situasi
atau tindakan yang dapat mensejahterakan mereka.
Lebih lanjut Dwiningrum (2015) mengutip pandangan
Cohen dan Uphoff yang menegaskan bahwa partisipasi
sebagai keterlibatan dalam proses pengambilan
keputusan, pelaksanaan program, pencapaian manfaat
dan evaluasi program.
Demikian pula, menurut Sasmita (2006) bahwa
pengembangan partisipasi masyarakat (pedesaan)
merupakan pengendalian yang efektif atas realisasi dan
kemampuan anggota masyarakat dalam berkorban dan
berkontribusi untuk melaksanakan rencana program
atau proyek yang dilaksanakan dengan menggunakan
kontrol seacara layak pada lembaga dan mekanisme.

24
25

Sementara itu, mengutip pandangan Isbandi (2007,


27) bahwa partisipasi mendeskripsikan sebagai proses
mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, kemudian memilih dan memutuskan
alternatif pemecahan masalah, sehingga menjadi solusi
mengatasi masalah serta ketertiban saat memonitoring
dan menilai perubahan yang sudah terjadi. Upaya
pemberdayaan masyarakat seyogya nya dibangun
dengan mengorientasikan pada potensi visual, dengan
melibatkan masyarakat serta adanya eksistensi upaya
yang terus mengarah pada kemandirian masyarakat
desa. Keterlibatan aktif yang dilakukan masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan aktif dimulai dari
rencana pelaksanaan hingga kegiatan evaluasi. Demi
meningkatkan dan menstimulus munculnya sikap
partisipasi, maka perlu dipahami mengenai apa saja
kebutuhan nyata yang diperlukan individu dan
masyarakat nya.
Partisipasi yakni persoalan relasi kekuasaan atau
relasi politik dan ekonomi yang dipertahankan oleh
demokrasi. Di negara demokrasi, terkadang pemerintah
harus turun tangan secara langsung untuk
mengintervensi warganya, dan terkadang perlu
mengembalikan kekuasaan pengelolaannya kepada
masyarakat setempat, tergantung pada keadaan
tertentu.
26

Pendapat lain mengatakan jika partisipasi masuk


ke dalam kehidupan politik yang mengarah pada
pengembangan keterampilan pribadi. Dalam praktik
nya mengenai partisipasi ini sebagai jalan menuju
kebebasan dan ekspresi diri. Terlebih lagi, partisipasi
sebagai salah satu dimensi demokrasi yang
berkembang dalam institusi sosial dan ekonomi.
Dipertegas dengan mengutip pandangan Gaventa dan
Valderma dalam Dwiningrum (2015)
mengklasifikasikan tiga konsep partisipasi bila dalam
pengembangan masyarakat demokratis, yakni
partisipasi politik, partisipasi sosial, dan partisipasi
warga. Partisipasi masyarakat memiliki kualitas
menjadi proaktif dan bahkan reaktif (artinya manusia
betindak setelah menalar) dengan terlaksana adanya
kesepakatan hingga tanggung jawab yang setara.
Sedangkan Sembodo (2006, 21) mengutip
pandangan Sumarto yang mengemukakan bahwa
partisipasi yaitu suatu proses yang memungkinkan
terjadinya interaksi yang lebih baik antar partisipan
guna menghasilkan kesepakatan dan tindakan inovatif
dalam proses negosiasi, di mana terdapat ruang untuk
mendengarkan, belajar dan refleksi serta memulai suatu
aksi bersama terjadi.
Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004
(Pasal 2 Ayat 4 huruf d) menerjemahkan partisipasi
menjadi keikutsertaan masyarakat dalam rangka
27

mengurus kepentingannya terhadap proses perumusan


rencana pembangunan.
Dalam konteks pembangunan, Adisasmita (2006,
38) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah
peran serta dan keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, termasuk perencanaan beserta
pelaksanaan rencana/proyek pembangunan yang
dilakukan di masyarakat setempat. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan ialah realisasi dari
ketersediaan dan kesediaan anggota masyarakat untuk
berkorban dan memberikan kontribusi terhadap
pelaksanaan rencana program.
Adisasmita (2006, 42) berpendapat juga mengenai
partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan
masyarakat. Ikut serta dalam perencanaan dan
pelaksanaan rencana/proyek pembangunan yang
merupakan perwujudan dari kesediaan dan keinginan
masyarakat dalam hal memberikan pengorbanan serta
kontribusinya bagi pelaksanaan pembangunan.

b. Prinsip Partisipasi
Prinsip partisipasi menghendaki agar masyarakat
diberi kesempatan untuk memberdayakan dan
mengikutsertakan peran dalam proses birokrasi, mulai
dari tahap perencanaan dan pelaksanaan serta
pemantauan atau kebijakan publik. Partisipasi
masyarakat yakni pengendalian atas kelebihan
28

kekuasaan sehingga diarahkan kepada masyarakat


secara lebih efektif sesuai dengan konsep good
governance. Kehadiran kerangka kelembagaan yang
tepat untuk partisipasi warga dalam berkontribusi pada
pembangunan dan kesetaraan.
Melalui partisipasi masyarakat, rencana
pembangunan harus lebih terarah. Dengan kata lain,
rencana dan program pembangunan yang disusun
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kemudian Fadil
(2013, 255) mengutip pandangan Conyers yang
menyatakan bahwa ada tiga alasan utama mengapa
partisipasi masyarakat begitu penting :
1) Partisipasi masyarakat merupakan alat untuk
mengumpulkan informasi tentang kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat tanpa
kehadiran perkembangan masyarakat maka, proyek
pembangunan dapa mengalami kegagalan.
2) Bahwa masyarakat akan lebih percaya pada suatu
program atau proyek pembangunan jika mereka
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui
detail proyek serta akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut.
3) Ketika orang-orang terlibat dalam pembangunan
masyarakatnya sendiri, ada anggapan bahwa itu
adalah hak demokratis.
29

Sedangkan untuk partisipasi perempuan secara utuh


dalam proses pembangunan dikatakan akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.
Keterlibatan perempuan dalam pembangunan
menegakkan keadilan bagi perempuan mengenai
kesetaraannya dengan laki-laki, alhasil guna mendapat
akses dan kesempatan yang sama pada sumber daya
pembangunan.

Adanya kepemimpinan perempuan di desa sangat


penting untuk memastikan kebijakan, program dan
anggaran pembangunan desa untuk mengakomodasi
kepentingan dan kebutuhan perempuan. Kepentingan dan
kebutuhan perempuan harus disuarakan oleh perempuan
karena perempuan lah yang paling memahami apa yang
dibutuhkannya. Perempuan perlu berada dalam ruang-
ruang kebijakan atau pengambilan keputusan di desa.
Perempuan perlu terlibat dalam penyusunan program,
mempunyai akses untuk mengontrol kebijakan yang
perspektif gender dan dukungan yang lebih masif serta
terstruktur dari organisasi perempuan di desa.

c. Bentuk dan Aspek Partisipasi


Mengutip pandangan Effendi mengenai bentuk
partisipasi terbagi menjadi partisipasi vertikal dan
partisipasi horizontal. Sebab disebut partisipasi vertikal
yakni terjadi pada saat kondisi tertentu yaitu ketika
masyarakat ikut serta dalam rencana pihak lain, dan
30

berada dalam suatu hubungan di mana masyarakat


berstatus bawahan, pengikut atau klien. Sedangkan
partisipasi horizontal mengacu pada inisiatif di mana
setiap anggota atau kelompok masyarakat
berpartisipasi atas dasar kesetaraan dengan yang lain.
Jenis partisipasi ini merupakan tanda bahwa
masyarakat yang dapat berkembang secara mandiri
mulai tumbuh.
Partisipasi masyarakat tercermin juga dalam
berbagai bentuk, Fadil mengutip pandangan Rusidi
(2013, 256) yang menegaskan bahwa ada empat
dimensi partisipasi:
1) Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)
2) Kontribusi materi (dana, barang dan alat)
3) Kontribusi tenaga kerja (bekerja atau memberi
pekerjaan)
4) Menggunakan dan melakukan jasa pembangunan.

Kemudian Siregar (2001, 21) mengutip pandangan


Cohen dan Uphoff menyatakan bahwa partisipasi dapat
dilihat dari banyak sudut yang berbeda (perspektif) .
Pertama, kontribusi sukarela masyarakat terhadap suatu
program untuk masyarakat, partisipasi masyarakat
dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
program, serta pembagian manfaat program
pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam evaluasi
program, sebuah proses aktif di mana orang-orang
31

dalam masyarakat mengambil inisiatif dan menegaskan


otonomi mereka. Kedua, memperkuat kontrol atas
sumber daya dan mengatur institusi dalam konteks
sosial yang ada. Dalam rangka meningkatkan
partisipasi masyarakat, peran serta masyarakat dalam
berbagai program pembangunan, terutama yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan
pembangunan di tingkat masyarakat, menjadi sangat
penting.

Bentuk dari keterlibatan masyarakat dalam fase


kegiatan yang disebut juga sebagai tahapan partisipasi,
menurut Cohen dan Uphoff (1980) yang membagi ke
dalam empat tahapan, yakni:
1) Tahap perencanaan (pengambilan keputusan),
diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat
dalam rapat. Tahap perencanaan yang dimaksud
disini adalah proses perencanaan suatu kegiatan.
2) Tahapan implementasi yang merupakan tahap
terpenting dari proses pembangunan, sebab inti
dari pembangunan adalah bagaimana implementasi
pelaksanaannya. Bentuk partisipasi aktual pada
tahap ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
partisipasi berupa masukan gagasan, berupa
kontribusi material, dan berupa keterlibatan
sebagai anggota proyek.
32

3) Tahap menikmati hasil, yang menjadi indikator


keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan dan pelaksanaan proyek. Apalagi
melihat posisi masyarakat sebagai pengembang,
semakin besar manfaat proyek yang dirasakan,
maka semakin besar pula keberhasilan proyek
tersebut.
4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi
masyarakat dalam tahap ini dianggap sebagai
umpan balik yang dapat membantu meningkatkan
pelaksanaan proyek selanjutnya.

Selanjutnya ada dua aspek penting bagi terjalin


nya partisipasi antara lain :
1) Aspek pertama yakni siapa yang berpartisipasi dan
bagaimana partisipasi itu dilakukan. Cohen dan
Uphoff membagi masyarakat menurut latar
belakang berikut tanggung jawabnya, yaitu:
a) Penduduk setempat
b) Tokoh masyarakat
c) Pegawai pemerintah
d) Tenaga kerja asing yang memenuhi syarat
memainkan peran penting dalam kegiatan
tersebut.
2) Aspek kedua yakni bagaimana partisipasi itu
terjadi. Bagian penting ini diperhatikan oleh:
33

a) Bagaimana inisiatif kegiatan berasal dari


pengelola atau masyarakat sekitar
b) Adanya dorongan partisipasi sukarela atau
paksaan
c) Saluran partisipasi berasal dari individu atau
kelompok dalam organisasi dan apakah itu
formal atau informal serta merupakan
keterlibatan langsung atau keterlibatan
terwakili
d) Durasi berpartisipasi
e) Ruang lingkup partisipasi, apakah terjadi satu
kali atau berkelanjutan
f) Pemberdayaan, yang bagaimana melibatkan
masyarakat secara efektif dalam pengambilan
keputusan dan bagaimana menerapkannya
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
d. Faktor – Faktor Partisipasi
Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam suatu program dapat muncul dari faktor individu
masyarakat sebagai prasyarat umum untuk
berpartisipasi. Achmad Fanani (2019) mengutip
pandangan Sumardjo yang mengatakan bahwa
prasyarat umum untuk mengikuti suatu kegiatan
meliputi kesiapan, kemampuan, dan kesempatan. (1)
Kehendak yaitu keinginan untuk mendorong kesiapan
ke arah tujuan tertentu; (2) Kemampuan yaitu kekuatan
yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan suatu
34

kegiatan; dan (3) Kesempatan, yakni adanya peluang


yang dimiliki seseorang untuk dapat berpartisipasi
dalam kegiatan.
Dalam penelitian Nuraiti dan Bambang (2017)
yang mengutip pandangan Cohen & Uphoff
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
partisipasi terutama partisipasi perempuan dapat terjadi
karena internal partisipan tersebut. Faktor internal yang
dapat dilihat yakni dari berapa usia mereka, jenis
kelamin sebagai perempuan, status perkawinan, tingkat
pendidikan, agama, suku, bahasa, profesi serta tingkat
pendapatan yang didapatkan. Lain hal nya dengan
pandangan Dwiningrum (2015) yang mengatakan
bahwa seseorang berpartisipasi dalam sesuatu dapat
dikonotasikan sebagai perwujudan dari perilakunya
sendiri terhadap suatu objek kegiatan.
Sedangkan faktor eksternal dijelaskan dengan
mengutip pandangan Sunarti dalam Nuraiti dan
Bambang (2017) bahwa semua pihak eksternal yang
berkepentingan dan berpengaruh terhadap partisipan,
antara lain tokoh desa, tokoh masyarakat, sektor
publik, LSM, serta pihak ketiga lainnya seperti
organisasi masyarakat sipil dan perguruan tinggi. Hal
ini berbeda dengan pandangan Mardikanto &
Soebianto (2013) mengenai faktor eksternal lainnya
berupa adanya peluang dengan memberikan akses
untuk mendorong individu mengikuti program.
35

2. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga


a. Pengertian Pemberdayaan
Mengutip pandangan Suharto (2017) yang secara
konseptual menjelaskan konsep pemberdayaan atau
empowerment yang berasal dari kata “power”. Oleh
karena itu, gagasan utama pemerdayaan terkait dengan
konsep kekuasaan. Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan
apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka.
Sedangkan Anwar (2007) mengutip pandangan
Kindervatter yang mengatakan bahwa pemberdayaan
menjadi proses pemberian kekuatan atau daya dalam
bentuk pendidikan yang ditujukan untuk
membangkitkan kesadaran, pemahaman, serta
kepekaan warga terhadap perkembangan sosial,
ekonomi, dan politik, sehingga ia mampu
meningkatkan dan meningkatkan posisinya di
masyarakat. Kemudian Anwar (2007) mengutip
pandangan Saraka yang menyebutkan bahwa
pemberdayaan kini digunakan sebagai suatu tindakan,
gerakan dan strategi untuk mengatasi masalah-masalah
individual, dan kelompok.

Sementara menurut Prijono, S. Onny dan Pranaka


(1996) pemberdayaan yakni suatu proses terhadap
masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau
36

memotivasi individu agar memiliki kapasitas atau


keberdayaan untuk menentukan pilihan hidup dan
pemberdayaan perlu diperuntukkan pada kelompok
atau lapisan masyarakat yang tertinggal.

Pada dasarnya, pemberdayaan didasarkan pada


kekuatan di tingkat individu dan masyarakat sosial.
Menurut Suhendra (2006) mengemukakan konsep
pemberdayaan ialah suatu kegiatan yang berkelanjutan,
dinamis, terpadu yang mendorong partisipasi seluruh
potensi yang ada secara evolusioner, dengan partisipasi
seluruh potensi daya. Dengan cara ini, akan
memungkinkan pembentukan masyarakat madani yang
pluralistik, sepenuhnya seimbang antara kewajiban dan
hak, dengan saling menghormati di mana tidak ada
yang merasa terasing dalam komunikasinya.

b. Pemberdayaan Perempuan
Dalam konteks pemberdayaan bagi perempuan,
menurut Kartasamita (1996) yaitu upaya memperkuat
unsur-unsur keberdayaan untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat dalam keadaan tidak
mampu dengan mengadalkan kekuatannya sendiri
sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan atau proses memampukan serta
memandirikan masyarakat. Perempuan yang
memberdayakan ataupun diberdayakan menekankan
otonomi pengambilan keputusan perempuan sebagai
37

kelompok masyarakat berdasarkan sumber daya pribadi


secara langsung dengan partisipasi demokrasi dan
pembelajaran sosial.

Menurut Nugroho (2008), tujuan program


pemberdayaan perempuan :

1) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan


untuk berpartisipasi dalam program pembangunan,
sebagai partisipasi aktif sehingga tidak hanya
menjadi objek pembangunan seperti yang terjadi
sejauh ini,
2) Meningkatkan kemampuan perempuan yang
memimpin eksekutif untuk meningkatkan posisi
dan partisipasi yang dinegosiasikan dalam setiap
pembangunan guna sebagai perencana, pelaksana,
maupun melakukan penilaian terhadap evaluasi
kegiatan,
3) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan
dalam mengelola usaha skala rumah tangga,
industri kecil maupun industri besar untuk
mendukung peningkatan kebutuhan rumah tangga,
hingga membuka peluang kerja produktif yang
mandiri.

Meningkatkan peran dan fungsi organisasi


perempuan di tingkat lokal sebagai forum untuk
memberdayakan perempuan terlibat secara aktif
38

berkontribusi dalam program pengembangan di mana


mereka tinggal.

Selanjutnya ada lima tingkat pemerataan dalam


kerangka pemberdayaan perempuan, diantaranya: 1)
Memiliki pemerataan tingkat kesejahteraan kehidupan
mereka; 2) Pemerataan akses, yakni meningkatkan
kapasitas kemampuannya agar dapat memasuki sektor-
sektor yang mendapatkan informasi, memperoleh
kesempatan kerja, dan memperoleh peluang pendidikan
yang setara dengan laki-laki; 3) Pemerataan kesadaran.
diharapkan dapat memahami potensi diri untuk belajar
dalam proses hidup sesuai dengan kebutuhan mereka;
4) Meningkatkan atau pemerataan partisipasi aktif.
Perempuan tidak lagi dilihat sebagai target atau objek
pembangunan, tetapi terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program-program yang
ditugaskan; 5) Pembagian kontrol yang setara, di mana
partisipasi perempuan pada tingkat pengambilan
keputusan tentunya nanti akan memberikan efek
pemberdayaan serta jika partisipasi itu dimanfaatkan,
maka kesetaraan akses ekonomi dan manfaat lainnya
akan bervariasi.

c. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga


(PEKKA)
PEKKA sebagai organisasi masyarakat sipil
maupun pada gerakan perempuan kepala keluarga yang
39

dibangun sebagai gerakan perempuan basis yang


berjuang untuk hak kesetaraan dan keadilan termasuk
dalam kehidupan politik bernegara menemukan
pengertian perempuan kepala keluarga di lapangan
dapat diartikan karena berbagai sebab diantara nya
termasuk janda suami meninggal, janda suami bercerai,
lajang yang belum kawin dan menanggung beban
keluarga dan para istri yang suaminya cacat atau sakit
permanen, perempuan melakukan perkawinan
poligami, perempuan hamil dan mempunyai anak
setelah ditinggal laki-laki yang tidak bertanggung
jawab dan perempuan yang berstatus mengambang
karena suami pergi merantau tak berberita. Kelompok
perempuan – perempuan ini pun menghadapi
stigmatisasi dan persoalan yang mirip dengan para
janda pada umumnya. Sedangkan BPS mendefinisikan
kepala rumah tangga adalah pencari nafkah utama atau
seseorang yang secara sosial dianggap sebagai kepala
keluarga.

1. Strategi dan Pemberdayaan


Suharto (2017) mengutip pandangan Parson dkk
yang menegaskan bahwa proses pemberdayaan pada
dasarnya dilakukan secara kolektif, dalam beberapa
situasi strategi pemberdayaan juga dapat dilakukan secara
individu, walaupun strategi ini pada gilirannya tetap
40

berhubungan dengan masyarakat, dalam arti


menghubungkan sumber dan sistem lain di luar dirinya.

Lebih lanjut, terdapat tiga tingkat pemberdayaan


berdasarkan konteks pekerjaan sosial pemberdayaan,
antara lain : mikro, mezzo dan makro. (1) Tingkat mikro,
mendefinisikan bagaimana pemberdayaan terjadi dengan
klien individu melalui konseling, yang tujuannya adalah
untuk membimbing atau mendorong pemenuhan tugas-
tugas kehidupan terhadap individu tersebut. (2) Tingkat
mezzo, menjelaskan pemberdayaan dilakukan melalui
kelompok sebagai alat intervensi nya. Strategi di tingkat
ini dilakukan melalui pendidikan pengetahuan, kegiatan
pelatihan keterampilan, serta sikap dan dinamika yang
terjadi pada kelompok tersebut. (3) Tingkat makro,
mendeskripsikan melalui pendekatan yang dikenal
sebagai strategi sistem besar, sebab target perubahan
mengarah kepada sistem lingkungan yang lebih luas.
Merumuskan kebijakan, perencanaan sosial, organisasi
masyarakat, manajemen konflik, langkah-langkah sosial
melalui aksi adalah beberapa strategi dalam pendekatan
ini.

Adapun menurut Suharto (2017) pemberdayaan dapat


diterapkan melalui berbagai pendekatan berdasarkan
pelaksanaan, proses dan pencapaian tujuan nya. Antara
lain dengan: pemungkinan, penguatan, perlindungan,
penyokongan dan pemeliharaan. Pemungkinan :
41

pemberdayaan perlu membebaskan masyarakat dari teka-


teki kultural dan struktural yang menghalangi.

a. Penguatan : pengetahuan dan keterampilan


masyarakat diperkuat untuk memecahkan masalah.
b. Perlindungan : melindungi serta memberdayakan
masyarakat harus bertujuan untuk menghilangkan
segala bentuk diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
c. Penyokongan : pemberdayaan membutuhkan
dukungan masyarakat agar tidak berakhir pada situasi
politik yang lemah dan terpinggirkan.

2. Definisi Keberdayaan
Keberhasilan pemberdayan dapat dilihat dari
keberdayaan meraka yang menyangkut kemampuan
ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan, dan
kemampuan kultur serta politis. Untuk memiliki
pemahaman operasional tentang fokus dan tujuan
pemberdayaan, maka perlu mengetahui berbagai indikator
keberdayaan yang dapat menunjukkan menunjukkan
apakah seseorang telah menerima pemberdayaan, segenap
upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek guna
menjadi sasaran perubahan.
Berikut indikator/parameter keberdayaan yang di
deskripsikan oleh Suharto (2009, 65) :
a. Kekuasaan di dalam (power within)
42

Kesadaran dan keinginan untuk berubah. Konsep


kekuasaan mengacu pada kesadaran diri, harga diri,
identitas dan penegasan diri (mengetahui apa yang
harus dilakukan). Hal ini mengacu pada bagaimana
individu dapat mempengaruhi kehidupan mereka dan
membuat perbedaan.
b. Kekuasaan untuk (power to)
Kapasitas kemampuan untuk meningkatkan dan
mendapatkan daya akses. Kekuasaan untuk kemampuan
individu dapat saja berubah, jika sanggup
meningkatkan kesempatan untuk mengaksesnya.
c. Kekuasaan atas (power over)
Kemampuan menghadapi hambatan. Perubahan
kekuasaan atau perilaku individu untuk mengatasi
hambatan rumah tangga, masyarakat, dan pasokan
tingkat makro dan kendala daya lainnya.
d. Kekuasaan dengan (power with)
Kemampuan berkelompok dan solidaritas.
Peningkatan solidaritas atau aksi bersama dengan orang
lain untuk mengatasi keterbatasan sumber dan
kekuasaan di tingkat rumah tangga ataupun masyarakat.
Secara kolektif, orang merasa memiliki kekuatan saat
berkumpul untuk mengejar tujuan bersama, atau ketika
bisa memperoleh berbagai visi yang sama.
43

3. Pengertian Program Pendidikan Kepemimpinan


Perempuan Desa
Mengutip pandangan Zulminarni (2017) mengenai
pengembangan inovasi program PEKKA yaitu Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa atau disebut dengan
Akademi Paradigta secara umum diharapkan dapat
berkontribusi pada upaya membangun kehidupan yang
sejahtera, adil, demokratis, inklusif dan berdaulat. Secara
khusus Akademi Paradigta bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kurikulum, materi, modul dan
manual pendidikan kepemimpinan perempuan.
b. Mengembangkan potensi kepemimpinan perempuan
agar dapat terlibat aktif dalam proses pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan di wilayahnya
c. Mengembangkan kelembagaan sebagai arena belajar
bagi lintas generasi, kelas, dan bangsa tentang
pemberdayaan masyarakat dan kepemimpinan
perempuan. Pendidikan yang dikembangkan Akademi
Paradigta adalah pendidikan kritis warga berbasis
pengalaman kehidupan nyata sehari-hari mereka. Ada
tiga kerangka besar kurikulum Akademi PEKKA :
1) Penguatan diri; intinya adalah transformasi cara
fikir dari „saya tidak bisa‟ menjadi „saya bisa‟.
2) Membangun konstituen dan penguatan
masyarakat; bagaimana memahami kelompok
masyarakat dan dinamikanya. mengorganisir
44

masyarakat. Mengalihkan fokus dari „saya‟


menjadi „kami‟.
3) Kemampuan teknis; fokus pada pemahaman akan
struktur pemerintahan, peraturan dan
perundangan, melakukan dialog, loby, budgeting
dan berbagai kemampuan teknis lainnya yang
dapat mendukung kepemimpinannya serta sesuai
dengan konteksnya.

Kemudian Penyelenggaraan kelas pendidikan


Akademi Paradigta diawali dengan rekrutmen calon
peserta yang disebut “akademia”. Proses rekrutmen
dilakukan dengan melibatkan pemerintah desa. Calon-
calon ini kemudian diwawancarai oleh koordinator
pendidikan dan mentor dari wilayah bersangkutan. Calon
akademia harus memenuhi persyaratan antara lain dapat
membaca dan menulis, berbahasa Indonesia,
berpengalaman atau aktif dalam kegiatan di masyarakat,
bersedia mengikuti pendidikan secara penuh dan
berkomitmen untuk memanfaatkan hasil pendidikan bagi
pembangunan desanya. Kelas pendidikan Paradigta
diadakan di center Pekka di wilayah yang bersangkutan.
Dalam hal ini Akademi Paradigta bekerjasama dengan
Serikat PEKKA untuk menyelenggarakan pendidikan ini.
Maka dari itu, dalam penelitian ini berada di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi.
45

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat,
dibutuhkan analisis tentang hubungan antara partisipasi
anggota dengan keberdayaan anggota PEKKA dalam
program kepemimpinan perempuan desa. Sesuai data sensus
yang sudah didapatkan dari 111 desa di 17 provinsi wilayah
kerja PEKKA memiliki temuan bahwa 71% keluarga yang
dikepalai perempuan berada di 40% terbawah strata sosial
ekonomi. Dengan keterwakilan jumlah populasi perempuan
tersebut cukup memungkinkan bahwa perempuan dapat saja
mengalami ketidakberdayaan dalam kehidupannya.
Ditambah dengan marginalisasi dan subordinasi sebagai
sebuah ekslusi sosial yang membatasi partisipasi perempuan
dalam masyarakat. Semua perempuan-perempuan tersebut
tersebar di setiap daerah termasuk di Provinsi Jawa Barat
salah satunya Kabupaten Sukabumi. Kehidupan tersebut
selalu bersinggungan dengan adanya tingkah laku setiap
perempuan yang menjadikan perempuan – perempuan
tersebut dapat andil dalam suatu kegiatan dan memiliki
kesempatan untuk pengembangan potensi diri dengan aktif
berpartisipasi untuk keberdayaannya. Pada kasusnya 98%
perempuan yang mengikuti program pendidikan
kepemimpinan perempuan di Serikat PEKKA Sukabumi
lulus dan berdaya hingga dapat menjadi pemimpin di
lingkungan tempat tinggal nya.
Partisipasi menjadi faktor yang mempengaruhi dan
memiliki hubungan dengan keberdayaan. Partisipasi
46

mengikuti program pendidikan kepemimpinan desa dalam


setiap pelatihan dan belajarnya diberikan modul guna acuan
bagi setiap anggota dan mentor belajar. Menurut Cohen dan
Uphoff (1980) terdapat empat tahapan partisipasi yakni,
tahap perencanaan (pengambilan keputusan), tahap
pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan evaluasi. Sedangkan
keberdayaan diukur melalui beberapa indikator dari Suharto
(2009) : (1) Kekuasaan di dalam (power within) atau
kesadaran dan keinginan untuk berubah; (2) Kekuasaan
untuk (power to) atau kemampuan meningkatkan kapasitas
untuk memperoleh akses; (3) Kekuasaan atas (power over)
atau kemampuan menghadapi hambatan; dan (4) Kekuasaan
dengan (power with) atau kemampuan berkelompok dan
bersolidaritas. Semua variabel tersebut kemudian
dihubungkan, untuk mengetahui antara variabel independen
(memengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi). Maka
dari itu, peneliti memiliki hipotesis bahwa terdapat adanya
hubungan partipasi anggota dengan keberdayaan perempuan
dalam mengikuti program pendidikan kepemimpinan
perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi.
Berikut skema kerangka berpikir pada gambar 2.1.
47

Gmbar 2. 1 Skema Kerangka Berpikir

Masalah-masalah Eksklusi Sosial :


1. Kelompok marjinal PEKKA
2. Diskriminasi dan Subordinasi PEKKA
3. Sosial Ekonomi PEKKA
4. Sulitnya mengaktualisasikan diri,
mengakses, berpartisipasi

Program Pendidikan Kepempinan Perempuan Desa


oleh Yayasan PEKKA, dilakukan di setiap Seikat
PEKKA

Teori Partisipasi Teori Keberdayaan (Suharto,


(Cohen dan Uphoff, 2009) Anggota PEKKA
1980) Anggota
PEKKA 1. Adanya kekuasaan di dalam
(power within) atau kesadaran
1. Tahap Perencanaan dan keinginan untuk berubah,
2. Tahap Pelaksanaan Hubungan 2. Adanya kekuasaan untuk (power
3. Tahap Menikmati to) atau kemampuan
Hasil meningkatkan kapasitas untuk
4. Tahap Evaluasi memperoleh akses,
3. Adanya kekuasaan atas (power
over) atau kemampuan
menghadapi hambatan,
4. Adanya kekuasaan dengan
(power with) atau kemampuan
berkelompok dan bersolidaritas.

Sumber : Olahan Peneliti, 2021


48

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara pada rumusan
masalah. Alasan disebut sementara karena jawaban hanya
berasal dari teori yang relevan, belum berasal dari fakta-fakta
yang ada melalui pengumpulan data. Berdasarkan kerangka
berpikir yang ada, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
= Tidak ada hubungan yang signifikan antara
partisipasi anggota program pendidikan
kepemimpinan perempuan desa dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
= Ada hubungan yang signifikan antara partisipasi
anggota program pendidikan kepemimpinan
perempuan desa dengan keberdayaan perempuan
di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian


Paradigma penelitian yakni model hubungan antara
variabel yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional guna
menguji hubungan antara dua variabel. Menurut Umar dalam
Sugandi dkk (2015, 38) metode korelasional (correlational
study) yaitu riset yang dirancang untuk menentukan tingkat
hubungan variabel yang berbeda melalui suatu populasi
dengan tujuan demi mengetahui sejauh mana kontribusi
variabel independen terhadap variabel tak bebas.

Sedangkan menurut Usman dalam Sugandi, dkk (2015:


39), penelitian korelasional bertujuan untuk mendeteksi
derajat variabilitas suatu faktor dalam hubungannya dengan
satu/beberapa faktor lainnya tergantung pada koefisien
korelasinya.

Kemudian Sugiyono (2014, 42) menyatakan bahwa


paradigma penelitian ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti,
lalu juga mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah
yang akan dipecahkan oleh penelitian teoritis serta digunakan
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis,
hingga teknik analisis statistik yang akan digunakan.

49
50

Peneliti menguji hubungan antar variabel melalui


pengujian hipotesis sesuai dengan tujuan menurut
Singarimbun, dkk (2014), yakni menguji suatu teori atau
hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau
hipotesis hasil penelitian yang sudah ada. Pendekatan
penelitian kuantitatif digunakan untuk mencari hubungan
partisipasi dengan keberdayaan anggota program.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Center PEKKA
Kabupaten Sukabumi yaitu di Kampung Anggayuda RT
002 RW 003 Desa Pamuruyan, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan oleh peneliti untuk meneliti
ini dilaksanakan mulai saat dikeluarkannya izin
penelitian.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan jumlah data secara keseluruhan
yang terdiri atas objek atau subjek dengan memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang diidentifikasi oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian
2014). Populasi pada penelitian ini yakni seluruh anggota
51

Serikat PEKKA yang mengikuti program pendidikan


kepemimpinan perempuan desa berjumlah 118 anggota
yang tersebar di sembilan desa.

2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan jumlah yang sebagian mewakili
(representatif) populasi atau jumlah keseluruhan.
Sugiyono (2016, 118) menyatakan bahwa sampel yaitu
menjadi bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Demikian pula Riduwan (2013)
menyatakan bahwa sampel yaitu sebagian dari populasi
(sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti).
Sampel yang diambil dari populasi harus
representatif agar tidak mengalami kesalahan yang
disebabkan oleh teknik pengambilan sampel (sampling
error) yang besar. Maka dari itu, ada tiga syarat yang
perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel yaitu
sampel perlu representatif jumlah, representatif kelompok
dan sesuai dengan teknik pengambilan sampel.
Ukuran sampel sangat bergantung pada tingkat presisi
atau kesalahan yang diinginkan oleh peneliti. Dalam ilmu-
ilmu sosial, 5% didefinisikan sebagai tingkat maksimum
margin error atau tingkat kesalahan agar dampaknya
tidak parah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
slovin untuk menghitung representatif jumlah, berikut
metode slovin dalam Arikunto (2006) :
52

keterangan :
n = jumlah sampel
N = populasi
E = margin error
Sehingga dengan populasi sebanyak 118 anggota
program didapatkan jumlah sampel sebanyak 91,11 yang
kemudian pembulatan jumlah anggota menjadi 92 anggota
program dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
kesalahan yang dikehendaki yaitu 5%.
Selanjutnya untuk representatif kelompok dalam
penelitian ini itu sama atau jenis nya disebut heterogen
karena meskipun anggota program pendidikan
kepemimpinan seluruhnya merupakan perempuan dan
memiliki karakteristik yang sama (homogen). Namun,
populasi nya berstrata yaitu terdapat lulusan angkatan 1,
angakatan 2 dan angkatan 3. Sehingga sampel nya juga
berstrata.
Dengan demikian untuk masing – masing sampel
untuk setiap angkatan harus proporsional sesuai dengan
populasi menurut Sugiyono (2014). Maka dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan
Proportionate Stratified Random Sampling. Penelitian
disebut sebanding dengan banyaknya jumlah anggota
antar subpopulasi. Selanjutnya diketahui jika subpopulasi
lulusan angkatan 1 sebanyak 59 anggota, subpopulasi
53

lulusan angkatan 2 sebanyak 37 anggota dan subpopulasi


lulusan angkatan 3 sebanyak 22 anggota. Berikut uraian
perhitungan jumlah sampel nya :

Angkatan 1 : x 92 = 46 anggota

Angkatan 2 : x 92 = 28,8 29 anggota

Angkatan 3 : x 92 = 17,1 17 anggota

Kemudian dapat dilihat dari hasil diatas bahwa


sampel angkatan 1 sebanyak 46 anggota, angkatan 2
sebanyak 29 anggota dan angkatan 3 sebanyak 17 anggota
jika dijumlahkan menjadi sampel keseluruhan sebanyak
92 anggota yang mengikuti program pendidikan
kepemimpinan perempuan di PEKKA Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat.

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel
independen (bebas) sebagai variabel X dan variabel
dependen (terikat) sebagai variabel Y.
a. Variabel independen atau variabel bebas ialah prediksi
penyebab dari beberapa perubahan variabel terikat
biasanya dilambangkan dengan simbol X.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang membentuk
variabel independen yaitu partisipasi.
54

b. Variabel dependen atau variabel terikat ialah faktor


utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, biasanya
dilambangkan dengan simbol Y. Menurut Darmawan
(2013, 109) variabel independen disebut juga variabel
output atau konsekuen.
Dalam penelitian ini, variabel dependen yaitu
keberdayaan.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional variabel yakni definisi mengenai
suatu variabel yang dibangun berdasarkan karakteristik dan
skor dari masing-masing variabel tersebut dan dapat diamati
serta diteliti. Berdasarkan judul penelitian ini, peneliti ini
ingin menguraikan dan menggambarkan seberapa jauh
hubungan antara tingkat partisipasi program dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi. Definisi operasional variabel akan dijelaskan
melalui tabel kerangka instrumen sebagai berikut:
55

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian


Definisi
Definisi
Variabel Teori Dimensi Indikator Operasional
Konsep
Partisipasi Cohen dan 1. Participation in Partisipasi 1. Keterlibatan 1. Patisipasi
Anggota Uphoff decision making anggota dalam anggota
(X) menegaskan (Keterlibatan adalah Perencanaan merupakan
bahwa partisipasi dalam keterlibatan a. Keterlibatan keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan) dalam dalam rapat dalam
proses perencanaan, atau perencanaan
pembangunan 2. Participation in keterlibatan musyawarah, melalui rapat
terdiri dari implementation dalam b. Keterlibatan atau
participation in (Keterlibatan pelaksanaan, dalam musyawarah,
decision making, dalam keterlibatan memberikan dalam
participation in pelaksanaan) dalam data dan memberikan
implementation, menikmati informasi, informasi,
participation in 3. Participation in hasil atau c. Keterlibatan dalam
benefits dan benefits penerimaan dalam penyusunan
participation in (Keterlibatan dan penyusunan rancangan
evaluation. dalam menikmati pemanfaatan rancangan rencana
hasil / hasil, rencana program,
penerimaan dan keterlibatan program, dalam
pemanfaatan dalam d. Keterlibatan penentuan
hasil) pengawasan dalam skala prioritas
56

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian


dan penilaian penentuan kebutuhan dan
4. Participation in hasil atau skala prioritas dalam
evaluation evaluasi kebutuhan, pengambilan
(Keterlibatan anggota. e. Keterlibatan keputusan
dalam dalam anggota.
pengawasan dan pengambilan
penilaian hasil) keputusan.

2. Keterlibatan 2. Partisipasi
dalam anggota
pelaksanaan merupakan
a. Keterlibatan keterlibatan
keaktifan keaktifan
anggota dalam anggota dalam
pelaksanaan pelaksanaan,
program, kesedian
b. Keterlibatan meberikan
kesediaan sumbangan
memberikan berupa pikiran
sumbangan atau keahlian,
berupa pikiran, kesedian
keahlian dan memberikan
keterampilan sumbangan
c. Keterlibatan berupa uang
kesediaan atau materi,
57

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian


memberikan dan
sumbangan bertanggung
berupa uang, jawab
materi dan terhadap
bahan-bahan, keberhasilan
d. Keterlibatan program.
bertanggung
jawab terhadap
keberhasilan
program.

3. Keterlibatan 3. Partisipasi
dalam anggota
menikmati merupakan
hasil atau keterlibatan
penerimaan dalam
dan menikmati
pemanfaatan atau
hasil penerimaan
a. Keterlibatan manfaat hasil
kesediaan melalui
dalam menerima dan
menerima dan memanfaatkan
memanfaatkan hasil program,
hasil program, dalam
58

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian


b. Keterlibatan melestarikan
kesediaan hasil-hasil
dalam program, serta
melestarikan kesediaan
hasil-hasil dalam
program, mengembang-
c. Keterlibatan kan hasil
kesediaan program.
dalam
mengembang-
kan hasil
program.

4. Keterlibatan 4. Partisipasi
dalam anggota
pengawasan merupakan
dan penilaian keterlibatan
hasil dalam
a. Keterlibatan pengawasan
adanya dan penilaian
kesempatan hasil melalui
bagi anggota adanya
untuk kesempatan
melakukan bagi anggota
pengawasan, untuk
59

Tabel 3. 1 Kerangka Instrumen Variabel X Penelitian


b. Keterlibatan melakukan
aktif dalam pengawasan,
melakukan aktif
pengawasan, melakukan
c. Keterlibatan pengawasan,
dalam menciptakan
menciptakan lapangan kerja
lapangan kerja dan
dan penyerapan
penyerapan tenaga kerja,
tenaga kerja, pengembanga
d. Keterlibatan n sektor lain
dalam kegiatan, serta
pengembanga memberikan
n sektor lain saran dan
kegiatan kritik bagi
e. Keterlibatan anggota
memberikan kegiatan.
saran dan
kritik bagi
anggota
kegiatan.
60

Tabel 3. 2 Kerangka Instrumen Variabel Y Penelitian


Definisi Definisi
Variabel Teori Dimensi Indikator
Konsep Operasional
Pemikiran dari 1. Power within Keberdayaan 1. Kemampuan 1. Keberdayaan
Keberdayaan Suharto (kemampuan perempuan berubah perempuan
Perempuan mengenai berubah), adalah a. Kemampuan merupakan
(Y) parameter kemampuan perubahan pola kemampuan
tingkat 2. Power to berubah, pikir, berubah dalam
keberdayaan (kemampuan kemampuan b. Kemampuan perubahan pola
adalah power memperoleh memperoleh perubahan pikir, perubahan
within akses), akses, identitas, identitas, dan
(kesadaran dan kemampuan c. Kemampuan perubahan dengan
kemampuan 3. Power over menghadapi perubahan metode
berubah), power (kemampuan hambatan, dengan metode kesejahteraan.
to (kemampuan menghadapi dan kesejahteraan,
memperoleh hambatan), kemampuan
akses), power berkelompok 2. Kemampuan 2. Keberdayaan
over 4. Power with solidaritas memperoleh perempuan
(kemampuan (kemampuan perempuan. akses merupakan
menghadapi berkelompok a. Kemampuan kemampuan
hambatan), dan memperoleh memperoleh akses
power with solidaritas). akses ekonomi, dalam memperoleh
(kemampuan b. Kemampuan akses ekonomi,
berkelompok memperoleh akses sosial, akses
dan solidaritas). akses sosial, politik, akses
61

Tabel 3. 2 Kerangka Instrumen Variabel Y Penelitian


c. Kemampuan hukum, akses
memperoleh pendidikan, dan
akses politik, akses kesehatan.
d. Kemampuan
memperoleh
akses hukum,
e. Kemampuan
memperoleh
akses
pendidikan,
f. Kemampuan
memperoleh
akses
Kesehatan.

3. Kemampuan 3. Keberdayaan
menghadapi perempuan
hambatan merupakan
a. Kemampuan kemampuan
menghadapi menghadapi
hambatan di hambatan dalam
diri sendiri, menghadapi
b. Kemampuan hambatan diri
menghadapi sendiri,
hambatan di menghadapi
62

Tabel 3. 2 Kerangka Instrumen Variabel Y Penelitian


keluarga, hambatan di
c. Kemampuan keluarga, dan
menghadapi menghadapi
hambatan di hambatan di
lingkungan lingkungan
masyarakat. masyarakat.

4. Kemampuan 4. Keberdayaan
berkelompok perempuan
dan solidaritas merupakan
a. Kemampuan kemampuan
bersedia berkelompok dan
mengikuti solidaritas dalam
kegiatan hal bersedia
kelompok, mengikuti kegiatan
b. Kemampuan kelompok,
bersedia bersedia menjadi
menjadi pengurus
pengurus kelompok, dan
kelompok, bersedia solidaritas
c. Kemampuan kelompok.
bersedia
solidaritas
kelompok.
63

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat bantu
instrumen yang telah ditentukan. Tujuan dari
pengumpulan data primer adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian kemudian menjadi
pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data
primer yang sesuai, yaitu sebagai berikut:
a. Kuesioner
Mengutip pandangan Sugiyono (2016, 162) yang
menyatakan bahwa kuesioner yaitu teknik
pengumpulan data yang melibatkan pengajuan
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden guna dijawab.
Peneliti memilih atau membangun perangkat
pertanyaan yang diukur dengan tepat agar
mendapatkan reaksi, kepercayaan, dan sikap dari
responden yakni para perempuan PEKKA.
Untuk kuesioner atau angket data yang diperoleh
berupa nilai skor, guna menentukan skor pilihan
jawaban angket dapat ditentukan dengan
menggunakan skala pengukuran.
64

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat secara
tidak langsung dengan melalui media perantara. Menurut
Suryabrata (1987) data sekunder disebut juga sebagai data
dokumen terorganisir . Data sekunder diperoleh dari
penelusuran dokumen-dokumen maupun menggunakan
literatur pendukung (studi kepustakaan).
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara meneliti buku-buku,
referensi dan sumber lainnya yang relevan sesuai
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini seperti buku, tesis, dan jurnal mengenai
tingkat partisipasi, tingkat keberdayaan, perempuan
kepala keluarga, program kepemimpinan perempuan
desa, pemberdayaan perempuan kepala keluarga guna
untuk memperoleh pengertian-pengertian secara
teoritis dan informasi akurat lainnya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk mendapatkan
informasi perusahaan dengan mencari dokumen
sumber data penting dalam analisis konsep dan studi
bersejarah. Menurut Suharsaputra (2014) dokumen
biasanya sering dikatalogkan serta ditampilkan
melalui tempat penyimpanan kumpulan manuskrip,
atau perpustakaan.
65

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket yang dikembangkan oleh peneliti.
Mengutip pandangan Sugiyono (2016) instrumen penelitian,
yakni suatu alat pengumpulan data guna mengukur fenomena
alam dan sosial yang diamati.

Untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat


partisipasi dan keberdayaan perempuan dalam program
pendidikan kepemimpinan perempuan di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi, instrumen pendekatan kuantitatif yang
digunakan untuk mendapatkan hasil yang akurat pada
penelitian ini, yaitu dengan cara menggunakan skala likert
versi variasi jawaban sebanyak empat (4) pilihan, antara lain:
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Adapun skor bagi setiap pilihan jawaban adalah sebagai
berikut:

Tabel 3. 3 Skala Likert Butir Positif

Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
Setuju
(SS) (S) (TS)
(STS)
4 3 2 1

Tabel 3. 4 Skala Likert Butir Negatif

Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
Setuju
(SS) (S) (TS)
(STS)
1 2 3 4
66

Riyanto dan Hatmawan (2020, 24) mengutip pandangan


Sugiyono bahwa skala Likert merupakan salah satu model
skala yang sering digunakan peneliti untuk mengukur sikap,
opini, persepsi, atau fenomena lainnya. Penggunaan skala
likert dalam penelitian ini tentunya menggunakan angket
tertutup dengan skala multi level. Widoyoko (2012, 106)
memberikan pemahaman bahwa penggunaan empat skala
dalam penelitian ini memaksa responden untuk menentukan
sikap terhadap pernyataan fenomena sosial tersebut sebab
pilihan “netral” tidak tersedia. Secara khusus, menurut Hadi
(1991, 19) modifikasi skala Likert menjadi empat skala
dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan skala lima
poin, modifikasi skala Likert menghilangkan kategori jawaban
menengah didasarkan pada tiga alasan, yaitu:

1. Kategori memiliki makna ganda, secara umum


diartikan tidak dapat memilih atau memberikan
jawaban, dapat diartikan netral, setuju atau tidak setuju,
tidak setuju atau bahkan ragu-ragu
2. Tersedianya jawaban di tengah menciptakan
kecenderungan untuk menjawab di tengah
3. Memberikan kategori jawaban menghilangkan banyak
data penelitian, mengurangi jumlah informasi yang
dapat dikumpulkan oleh responden.
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan
angket, di mana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam
bentuk tabel dan akan dideskripsikan oleh peneliti. Sehingga
nantinya dapat dilihat ada atau tidaknya hubungan antara
67

partisipasi anggota mengikuti program pendidikan


kepemimpinan perempuan dengan keberdayaan perempuan
di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi.

H. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Uji validitas adalah akurasi alat terhadap yang diukur
walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana.
Mengutip pemahaman Bungin (2009, 120) bahwa untuk
mencapai tingkat validitas instrumen penelitian, maka
alat ukur yang dipakai dalam instrument juga harus
memiliki tingkat validitas yang baik.
Menurut Suharsaputra (2014, 98) persoalan validitas
menjadi tidak sederhana, sebab di dalam nya menyangkut
penjabaran konsep dan tingkat teoretis sampai tingkat
empiris (indikator) agar hasil nya dapat dipercaya maka
suatu instrumen penelitian harus valid.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengukur
mengenai hubungan partisipasi mengikuti program
pendidikan kepemimpinan perempuan dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi, maka semua pernyataan dalam kuesioner
harus berkaitan dengan topik penelitian yang dibahas.
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas kuesioner
dengan mengukur gejala yang sesuai dengan yang
didefinisikan.
Sebelumnya, peneliti melakukan uji coba kuesioner
berupa validitas dan reliabilitas terlebih dahulu kepada 30
68

responden perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten


Cianjur. Lokasi ini dipilih oleh peneliti karena memiliki
karakteristik yang sama antara target nya yaitu
perempuan yang mengikuti kegiatan pendidikan
kepemimpinan perempuan dan tempat lokasi penelitian,
yakni Serikat PEKKA yang ada di Jawa Barat serta
lokasi tersebut aktif menyelenggarakan program kegiatan
tersebut.
Bentuk analisis yang digunakan dalam uji validitas,
yakni uji korelasi antara skor masing-masing item dari
setiap responden. Pada uji validitas ini, perhitungan
dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM
SPSS Statistics 20.
Adapun rumus dari uji validitas yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah memakai korelasi product
moment (Riduwan 2013) :

∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
n = Banyaknya Pasangan data X dan Y
ΣX = Total Jumlah dari Variabel X
ΣY = Total Jumlah dari Variabel Y
Σ = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σ = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
ΣXY = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X
dan Variabel Y.
69

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu
ukuran atau alat pengukur jika data yang dihasilkan
dinilai reliable atau dapat dipercaya secara konsisten
memunculkan hasil yang sama setiap kali dilakukan
pengukuran (Nazir 2014). Adapun dikutip dari Sarwono
(2006, 219) bahwa reliabilitas instrumen menunjukan
adanya konsistensi dan kestabilan nilai hasil skala
pengukuran tertentu. Menurut Mahsyuri dan Zainuddin
(2011, 162) bahwa konsistensi serta ketepatan penelitian
tersebut menggunakan instrumen-instrumen yang akan
dikumpulkan melalui indikator yang sudah dipilih.
Untuk menguji reliabilitas ini, peneliti menggunakan
bantuan program IBM SPSS Statistics 20 untuk
memperoleh kekonsistenan kuesioner yang diisi oleh
responden dengan menggunakan rumus alpha Cronbach .
Jika suatu variabel memiliki nilai cronbach alpha >
0,60, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut
dapat dikatakan reliabel atau konsisten dalam
pengukurannya (Kurnia, 2020).
Adapun rumus uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

( )( )

Di mana :
70



=
Keterangan:
α : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pernyataan
n : Jumlah responden
Σ σb² : Jumlah varians butir
Σ σt² : Jumlah varians total

I. Teknik Pengolahan Data


Dalam penelitian kuantitatif, sebelum pengolahan data
maka perlu mengumpulkan data terlebih dahulu seperti data
hasil penyebaran kuesioner dan hasil studi dokumentasi.
Mengutip pandangan Poulus dan Rusdin (2018, 125) bahwa
ada empat langkah pengumpulan data yaitu coding, editing,
processing data, dan analisis data. Data penelitian dari
sebaran kuesioner (tertutup) sebagao pengukur variabel
penelitian, diperoleh dari skor skala pengukuran yang telah
ditentukan.
Adapun selanjutnya menurut pandangan Hasan (2004, 24)
mengenai teknik pengolahan data yang dapat diterapkan
adalah setelah data diperoleh dan terkumpul, data kemudian
diolah dalam tiga tahap yaitu editing, coding dan tabulasi.
Berikut uraian ketiga tahapan tersebut :
1. Editing meliputi pengecekan atau koreksi terhadap data
yang telah terkumpul karena kemungkinan data yang telah
dikumpulkan tidak logis dan meragukan. Tujuannya yaitu
untuk menghilangkan kesalahan dalam catangan lapangan
71

dan meragukan.
2. Coding yaitu pemberian kode untuk setiap data dengan
tipe yang sama.
3. Tabulasi yakni melibatkan pembuatan tabel yang berisi
data dan telah dikodekan sesuai dengan analisis
kebutuhan.

J. Teknik Analisis Data

Menurut Poulus dan Rusdin (2018, 125) analisis data


merupakan uji empirik yang menggabungkan deduktif
dengan induktif sebagai suatu ilmu. Analisis hubungan
antarvariabel data pada dasarnya mengindikasikan adanya
data pengamatan atau penelitian. Teknik analisis deskriptif
menjadi metode yang digunakan dalam menganalisis data
penelitian ini. Mengutip pandangan Ratna (2010, 336) bahwa
metode analisis deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan,
mengolah, menyajikan dan menganalisis data dalam bentuk
angka-angka kemudian dideskripsikan secara naratif.
Selain itu, data yang dianalisis perlu diinterpretasikan
hingga dapat menyertakan hasil uji hipotesis. Sejalan dengan
pandangan Suharsaputra (2014) analisis data mencakup
pengujian hipotesis yang dapat diketahui diterima atau
tidaknya hipotesis.
72

a) Korelasi
Analisis korelasi berguna untuk mengukur derajat
asosiasi atau kekuatan hubungan linier antara dua
variabel. Selanjutnya Suharsaputra (2014, 124) mengutip
pandangan Gall dan Gall yang mengatakan bahwa analisa
ini dapat menemukan hubungan antar variabel. dalam
melakukan rancangan penelitiannya, peneliti melakukan
pengumpulan data terlebih dahulu kemudian menghitung
korelasi guna memperoleh hasil koefisien korelasinya.
Korelasi diukur dengan koefisien (r) yang menunjukkan
seberapa banyak hubungan antara dua variabel tersebut.
Koefisien korelasi dapat memberikan dua informasi,
yaitu:
1) Menyatakan derajat atau kedekatan hubungan linier
antara dua variabel
2) Menunjukkan arah hubungan antara dua variabel

Dengan demikian, terdapat beberapa tujuan umum


pada saat melakukan uji korelasi, yaitu selain
mendapatkan keeratan hubungan dari dua variabel, uji ini
juga bisa melihat jenis hubungannya.

Selanjutnya cara perhitungan untuk memperoleh nilai


koefisien korelasi pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Uji
korelasi Rank Spearman, yakni pengujian yang bekerja
untuk skala data ordinal, berstrata atau rangking, dan tidak
terdistribusi.
73

Berikut adalah perhitungan koefisien korelasi Rank


Spearman ():

=

Keterangan :
 = nilai korelasi rank spearman
d = selisih ranking
n = jumlah pasangan rank spearman

Adapun pada pengolahan data pada penelitian ini


menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 20.0.
Sehingga hasil akhir dari uji korelasi Spearman biasanya
berupa angka-angka yang kemudian bisa dikategorikan
dalam beberapa hubungan. Terdapat tiga dasar
pengambilan keputusan dalam analisis korelasi Spearman
diantaranya:
1) Berdasarkan kriteria arah korelasi
Mengutip pandangan Darmawan (2013, 179),
beliau menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang
sudah tertera pada suatu tabel output, selanjutnya
dapat diinterpretasikan melalui penentuan rentang
nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00
dengan:
a) Koefisien korelasi yang ditandai dengan (+)
menunjukkan bahwa arah korelasi yang positif
atau searah.
74

b) Koefisien korelasi yang ditandai dengan (-)


menunjukkan bahwa arah korelasi yang negatif
atau terbalik.
c) Koefisien korelasi bernilai 0, yakni berarti tidak
ada hubungan antar variabel.
d) Koefisien korelasi bernilai 1, yakni berarti adanya
hubungan yang sempurna. Dengan penjelasan
bahwa apabila kenaikan atau penurunan variabel
yang satu (variabel X) berbanding dengan
kenaikan atau penurunan variabel yang lainnya
(variabel Y).
Berikut adalah panduan untuk nilai koefisien
korelasi menurut Hasan (2013):
KK = 0, tidak ada korelasi
0 < KK ≤ 0,20, korelasi sangat rendah/lemah
sekali
0,20 < KK ≤ 0,40, korelasi rendah/lemah tapi pasti
0,40 < KK ≤ 0,70, korelasi yang cukup berarti
0,70 < KK ≤ 0,90, korelasi yang tinggi, kuat
0,90 < KK < 1,00, korelasi yang sangat tinggi, kuat
sekali, dapat daindalkan
KK = 1, korelasi sempurna

2) Berdasarkan tanda bintang (*) yang diberikan SPSS


Signifikan tidaknya korelasi dapat didapatkan pula
dari adanya tanda bintang (*) atau (**) pada hasil
output SPSS. Jadi, jika tidak terdapat hasil tanda
75

tersebut maka dinyatakan bahwa antar variabel yang


diuji tidak mengalami adanya korelasi. Tanda bintang
satu (*) menunjukkan korelasi pada signifikansi 1%
atau 0,01. Sedangkan tanda bintang dua (**)
menunjukkan korelasi pada signifikansi 5% atau 0,05.

3) Berdasarkan kriteria nilai signifikansi Sig. (2-tailed)


Kriteria signifikansi korelasi yang terdapat pada
tabel output dapat diinterpretasikan sebagai hasil
seberapa kuat atau besar hubungan yang terjadi.
Maksud dari signifikan di sini, yaitu bagaimana satu
variabel mempengaruhi dengan sangat atau bahkan
tidak berpengaruh sama sekali terhadap variabel
lainnya. Karenanya, kekuatan dari korelasi dapat pula
menentukan signifikansi hubungan dari dua variabel
yang diujikan.
Ketika nilai sig (2 tailed) berada kurang dari (<)
rentang 0,05 atau 0,01, maka hubungan dikatakan
signifikan. Sedangkan, pada saat nilai sig (2 tailed)
berada lebih dari (>) rentang tersebut maka hubungan
dikatakan tidak berarti.

Lebih lanjut hasil korelasi Rank Spearman dapat


membuktikan kriteria tema dan tolak hipotesis dengan
melihat parameter dan . tabel dapat dilihat
pada tabel Uji Rank Spearman yang memuat ρ tabel, pada
berbagai n dan tingkat kemaknaan α. Adapun interpretasi
seterusnya yaitu :
76

1) Jika maka Ho ditolak dan Ha


diterima.
2) Jika < maka Ho diterima dan Ha
ditolak.

b) Uji Signifikansi Korelasi (Linearitas)


Analisis korelasi didasarkan pada asumsi bahwa
variabel yang dianalisis memiliki hubungan linier.
Mengutip pendapat Ghozali (2016, 159) tentang
penggunaan uji linieritas bertujuan untuk memverifikasi
apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar
atau tidak serta apakah fungsi yang digunakan dalam
peneitian tersebut berbentuk linier, kuadrat, atau kubik.
Dengan kata lain, tujuan khusus adanya uji linieritas
menurut Sudjana (2003) yaitu guna mengetahui apakah
dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak
signifikan. Selanjutnya menurut Keith (2006) beberapa
peneliti memiliki pandangan bahwa asumsi linearitas
merupakan yang paling penting sebab berhubungan
langsung dengan bias dalam keseluruhan hasil analisis.
Strategi untuk memeriksa hubungan linier selain dari
hasil signifikansi yang terdapat pada tabel output korelasi,
metode uji signifikansi korelasi dapat melalui metode
analisis grafis dan uji statistik. Dalam analisis grafis
misalnya, menurut Azwar (2000) dapat melalui grafik
scatter plot. Kemudian dalam uji statistik menurut
Widhiarso (2010) yang mengutip pandangan Pedhazur
77

dan Kerlinger, menyatakan bahwa hubungan linier dapat


diuji melalui analisis residual. Sedangkan berdasarkan
SPSS Inc (2007) dapat pula melakukan test for linearity
pada program SPSS.
Sementara itu, uji linearitas pada penelitian ini
menggunakan grafik scatter-plot dan uji statistik test for
linearity pada program SPSS. Berikut uraiannya:
1) Grafik Scatter-plot
Linieritas didefinisikan sebagai hubungan antar
variabel seperti garis lurus atau pembentukan suatu
pola garis linier. Mengutip pandangan Casson dan
Farmer (2014), mereka mengatakan bahwa secara
visual, uji linearitas dapat dilakukan dengan
menggunakan scatter plot yang menggambarkan
hubungan antara variabel dependen dan independen .
Grafik scatter plot dapat juga disebut sebagai
diagram pencar. Menurut Hasan (2013) diagram
pencar menggunakan sistem koordinat kartesius atau
termasuk kedalam grafik-grafik pada umumnya
seperti sumbu X untuk variabel independen dan
sumbu Y untuk variabel dependen.
Scatter plot dapat mengenali dan menampilkan
hubungan antar variabel berupa titik temu nilai
kuantitatif antara satu variabel dengan variabel
lainnya. Lebih lanjut Hasan (2013) menjelaskan
bahwa tujuan adanya scatter plot untuk mengetahui
apakah titik-titik koordinat pada diagram tersebut
78

membentuk pola tertentu. Hubungan yang


ditunjukkan pada scatter plot yaitu sebuah garis
bayangan dapat ditarik membagi dua titik koordinat
pada kedua sisinya. Dengan demikian, dari garis
tersebut dapat diketahui korelasi antara kedua
variabel tersebut. Berikut hubungan-hubungan yang
dapat terjadi pada hasil scatter plot antara lain:
a) Hubungan linier antar variabel bisa berupa positif
atau negatif.
1. Hubungan positif tersebut disebut hubungan
satu arah garis yang naik yang membentuk
titik-titik data dari sudut kiri bawah ke sudut
kanan atas, yakni apabila semakin besar
variabel bebasnya, maka variabel terikatnya
juga semakin besar.
2. Sebaliknya, ketika hubungan arah garis
menurun antar variabel disebut hubungan
negatif. Hubungan negatif membentuk titik-
titik data dari sudut kiri atas ke sudut kanan
bawah. Maka yang terjadi yaitu variabel bebas
mengalami peningkatan namun, variabel
terikatnya akan mengalami penurunan.
b) Serta ada pula kemungkinan bahwa pola yang
terbentuk tidak memiliki hubungan sebab tidak
ada kecenderungan nilai-nilai tertentu pada
variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada
79

Variabel Y. Dapat juga disebut terjadinya


beberapa garis pada diagram.
c) Kemudian jika ada titik-titik tepat melalui gais
berarti menandakan bahwa adanya hubungan
yang sempurna.
Berikut bentuk scatter plot dari beberapa jenis
korelasi tersebut :

Gambar 3. 1 Bentuk scatter plot


Sumber gambar : Hasan (2013)

2) Test for Linearity dalam SPSS


Secara umum uji linearitas beguna untuk dapat
menunjukkan apakah hubungan antar variabel
signifikan secara linier atau tidak. Diuji pada program
IBM SPSS Statistics 20 menggunakan test for
linearity dengan taraf signifikansi 0,05 melalui tabel
output ANOVA. Selanjutnya mengutip pandangan
Widhiarso (2010) bahwa verifikasi linieritas dapat
dilakukan pada bagian linearity dan deviation from
80

linearity. Linearitas menginterpretasikan bagaimana


tepatnya variabel dependen yang diprediksi terletak
persis di garis lurus. Widhiarso (2010) mengutip buku
SPSS Inc menyatakan bahwa jika hasil yang didapat
signifikan (p<0.05) maka model linier cocok
diterapkan pada hubungan yang dilakukan penelitian
tersebut. Selanjutnya terdapat kemiringan garis linier
yang disebut sebagai koefisien linearity. Berikut
dasar pengambilan keputusan interpretasi koefisien
linearity :
1) Koefisien yang memiliki harga p di bawah 0,05
(p<0,05) memiliki kemiringan yang curam.
2) Koefisien yang memiliki harga p di atas 0,05
(p>0,05) memiliki kemiringan yang landai

Selanjutnya terdapat deviation from linearity pada


hasil output SPSS yang di mana menunjukkan
seberapa jauh model penelitian tersebut menyimpang
dari model linier. Berikut dasar pengambilan
keputusan interpretasi koefisien deviation from
linearity :
1) Koefisien deviation from linearity dapat dikatakan
linier jika simpangan nya tidak signifikan dengan
harga p > 0,05.
2) Koefisien deviation from linearity dikatakan tidak
linier jika simpangan nya signifikan dengan harga
p < 0,05.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Gambaran Serikat PEKKA Kabupaten


Sukabumi
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi merupakan salah
satu organisasi otonom yang mengorganisir kelompok
PEKKA di setiap daerah. Serikat PEKKA terbentuk pada
tahun 2008 hingga tahun 2009. Kemudian hingga terus
berkembang lagi dengan pembentukan serikat-serikat
PEKKA dari berbagai daerah ke tingkat nasional. Jika
ditelusuri pada awalnya Lembaga PEKKA dirumuskan dari
keinginan kegiatan Komnas perempuan untuk
mendokumentasikan kehidupan para janda di daerah konflik
pada tahun 2000 dengan nama program “widows project”.
Dimulai dari konflik 1998 yang mempusatkan perhatian di
wilayah konflik, namun luput dari korban-korban yang tidak
bersuara seperti perempuan yang suami nya terbunuh,
akhirnya menjadi janda atau perempuan kepala keluarga.
Persoalan tidak datang hanya dari itu namun, adanya
trauma yang berlapis-lapis dari perempuan kepala keluarga
dengan bebagai sebab pada saat itu. PEKKA berbagai sebab
diantaranya seperti perempuan yang sudah menikah dan
tinggal merantau oleh suaminya dan ada juga perempuan
yang belum menikah tapi menanggung ibu dan adik adik nya.
Digarisbawahi seorang janda mempunyai peran dan

82
82

kedudukan yang penting. Tertuju kepada peran perempuan


tersebut dan bukan melalui situs perkawinan.
Semua kemajuan PEKKA, tidak lepas dari pemikiran
pendiri PEKKA, Nani Zulminarni. Selain itu, PEKKA mulai
beroperasi pada pertengahan 2001 dan kelompok PEKKA
pertama didirikan pada awal 2002 di Pulau Adonara, Nusa
Tenggara Timur. Pada tahun 2004, Yayasan PEKKA
didirikan untuk mengorganisir dan mendukung lebih lanjut
kepada kelompok Pekka.
Adapun pada awalnya menurut laporan PEKKA tahun
2001-2004 (2004) Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
hanya memiliki 217 anggota di 10 desa dalam 1 kabupaten.
Jumlah tersebut ditempuh dengan berbagai faktor yang
melatar belakangi sulitnya memulai program ini, seperti:
tingkat kawin cerai di Jawa Barat sangat tinggi dan bahkan
membudaya hal ini menyebabkan sulitnya pendamping
lapangan memilih partisipan dalam program Pekka. Namun,
saat ini tercatat jumlah anggota Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi yang terus mengalami peningkatan karena strategi
kerangka pemberdayaan PEKKA yang terus berkembang.

B. Visi dan Misi


1. VISI
PEKKA memiliki visi memberdayakan perempuan
sebagai kepala keluarga untuk membantu membangun
tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender dan
bermartabat.
83

2. MISI
a. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Pekka
b. Membuka akses Pekka terhadap berbagai sumberdaya
penghidupan
c. Membangun kesadaran kritis Pekka baik
terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka,
maupun terhadap kehidupan sosial politiknya
d. Meningkatkan partisipasi Pekka dalam berbagai proses
kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya
e. Meningkatkan kontrol Pekka terhadap proses
pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah
tangga hingga negara.

C. Program-Program Serikat PEKKA Kabupaten


Sukabumi
Program Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi tidak
lepas dari kebijakan Yayasan PEKKA memiliki serangkaian
program yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Tahun
2000 berinisiatif mendirikkan PEKKA, dengan program-
prgram pemberdayaan seperti program simpan pinjam,
pelatihan diri dan keterampilan untuk pekka yg lebih
mandiri, program leadership yang menjadikan sosok
pemimpin di komunitas nya. Hingga akhirnya sampai di
tahun 2019 PEKKA mengembangkan serangkaian program
yang didukung oleh proyek-proyek kerjasama dengan
lembaga donor. Berikut program-program kegiatan Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi:
84

1. Koperasi Simpan Pinjam


Adanya koperasi simpan pinjam merupakan
implementasi kegiatan pertama PEKKA dalam
mendapatkan akses dan mengontrol berbagai sumberdaya
penghidupan, salah satunya melalui kegiatan simpan
pinjam. Koperasi simpan pinjam ini menjadi jalan pintu
masuk pada tahap awal pengoganisasian PEKKA.

2. KLIK PEKKA

Klinik Layanan Konsultasi dan Informasi (KLIK)


yakni kegiatan yang diorganisir oleh kader Pekka untuk
membuka akses anggota Serikat Pekka dan masyarakat
miskin dan marjinal lain di wilayahnya terhadap
perlindungan sosial dan hukum. KLIK PEKKA bagian
dari advokasi berbasis data untuk mendukung adanya
sistem perlindungan sosial. Laporan PEKKA tahun 2017
menyatakan bahwa Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
menjadi salah satu bagian serikat yang sudah dapat
mengakses KLIK PEKKA. Jumlah serta jenis yang
dikonsultasi biasanya meliputi BPJSPBI, PKH, BSM/KIP,
KKS, RASTRA, KK, KTP, akta kelahiran, akta nikah,
akta kematian dan lain-lain dengan total 1.155 kasus.

3. Diskusi kampung dan forum pemangku kepentingan

Program tersebut merupakan rangkaian kegiatan


advokasi dan sosialisasi bagi pengurus dan pimpinan
Pekka untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang
dihadapi masyarakat. Biasanya kedua kegiatan ini
85

dilakukan setelah kegiatan Klik PEKKA yang dimana


data dan informasi dikumpulkan langsung dari
masyarakat. Diskusi kampung juga melibatkan perangkat
desa, kabupaten dan lokal, tokoh masyarakat, anggota
DPRD dan anggota masyarakat lainnya. Di serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi diskusi kampung pernah
terjadi di Desa Gede Pangrango dan dapat menghasilkan
nota kesepakatan dengan pemerintah desa setempat.

4. Akademi Paradigta

Akademi paradita merupakan program inovasi


Yayasan PEKKA yang dimulai dari tahun 2016. Program
inovasi ini berawal dari kesepakatan kerjasama bersama
organisasi KOMPAK untuk memperkuat perempuan-
perempuan di akar rumput khususnya bagia nggota
PEKKA agar dapat memainkan peran penting
kemimpinan di desa. Dalam kata lain akademi paradigta
yaitu pendidikan kepemimpinan perempuan desa.
Program pemberdayaan ini diorganisir oleh Serikat-
Serikat PEKKA yang sudah ada dalam bentuk kelas
pendidikan atau kelas pelatihan. Menurut laporan PEKKA
tahun 2017 (2018) Pelatihan dilakukan selama 12 bulan
penuh dan tercatat pada akhir tahun pendidikan Akademi
Paradigta tahun Pendidikan 2016-2017 ada 398
akademia yang berhasil diwisuda di 7 Provinsi. Diantara
provinsi tersebut ada provinsi Jawa Barat dan tepatnya
berada di Serikat PEKKA Cianjur, Sukabumi, serta
Karawang.
86

5. Pelatihan Jurnalis Warga PEKKA (JWP)


JWP yaitu kegiatan pemantauan yang dilangsungkan
oleh Serikat Pekka dalam rangka mempromosikan serta
mengkampanyekan akses dan kontrol masyarakat
terhadap berbagai sumberdaya. Kegiatan aktif meliput dan
menulis berita yang dimuat melalui buletin Cermin
PEKKA dan media sosial Pekka.

6. Pendidikan Keterampilan “Beauty For Better Life”


(BFBL) PEKKA-L’oreal Indonesia

Pendidikan Keterampilan Beauty For Better Life


(BFBL) ialah program kerjasama Yayasan PEKKA
dengan CSR PT L‟Oreal Indonesia yang sudah dirintis
sejak tahun 2013. Tujuan program untuk memberikan
pelatihan keterampilan perawatan rambut dan wajah demi
meningkatkan usaha komunitas Pekka di wilayah nya.
Kegiatan dilakukan juga sebagai wadah untuk
mengembangkan kelembagaan di beberapa centre
PEKKA termasuk di Sukabumi. Namun, pada tahun 2017
pendidikan keterampilan tidak berlanjut di Sukabumi
karena semakin berkurangnya peminat. Menurut laporan
PEKKA tahun 2017 menyatakan bahwa akhirnya Serikat
menggunakan peralatan salon yang ada bagi masyarakat
umum.

7. Pendidikan Sepanjang Hayat

Pada umumnya komunitas PEKKA berpendidikan


formal terbatas. Dengan kondisi ekonomi yang sulit
87

mengakibatkan para anggota dan anak-anak nya


mengalami putus sekolah. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan salah satu program yang dikembangkan untuk
memberdayakan anggota PEKKA dan masyarakat
marginal lainnya. Dari kerangka pendidikan sepanjang
hayat, tujuan pendidikan PEKKA sebagian adalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan penyetaraan
pendidikan (Paket A , B, C).

8. Riset dan Kajian

Riset dan kajian yakni upaya PEKKA untuk mengkaji


data dan informasi faktual tentang kehidupan perempuan
kepala keluarga dan masyarakat miskin lainnya sebagai
dasar pengembangan program, advokasi kebijakan dan
menyumbangkan ide kepada pemerintah. Demi
memenuhi kegiatan maka PEKKA bermitra dengan
lembaga riset, perguruan tinggi serta program terkait
dengan melibatkan langsung komunitas Pekka.

D. Profil Umum Program Pendidikan Kepemimpinan


Perempuan Desa (Akademi Paradigta)
1. Pengenalan dan Tujuan
Serikat Pekka Kabupaten Sukabumi menjadi bagian
wilayah merealisasikan kegiatan dimulai pada tahun 2017.
Berdasarkan tujuan khusus adanya Akademi Paradigta
disebutkan bahwa fokus kegiatan yakni memberikan
pendidikan kepemimpinan perempuan desa yang
berdaulat. Pendidikan kemipmipan ini dikembangkan
88

demi membangun pendidikan kritis berbasis pengalaman


kehidupan nyata mereka sehari-hari. Terdapat 3 kerangka
besar kurikulum pendidikan kepemimpinan ialah sebagai
berikut :
a. Penguatan Diri;
Di mana adanya transformasi pola berpikir dari
„saya tidak bisa‟ menjadi „saya bisa. Maka, perlu
pengenalan dan pemahaman diri sebagai perempuan,
kelas sosial, agama dan identitas lainnya serta
kesadaran pemimpin bagaimana menghadapi berbagai
situasi. Selanjutnya kerangka penguatan diri
menekankan untuk mereka dapat memahami
masyarakat serta sistem dan relasi dalam kehidupan.
Kerangka penguatan diri menjadi bagian 35%
terjalinnya kegiatan kurikulum Akademi Paradigta.
b. Membangun konstituen dan penguatan masyarakat;
Transformasi bagaimana memahami kelompok
masyarakat dan dinamikanya, mengorganisir
masyarakat, mengalihkan fokus dari „saya‟ menjadi
„kami‟. Fokus kerangka kedua mengisi 35% kurikulum
Akademi Paradigta.
c. Kemampuan teknis;
Menyertakan fokus pada pemahaman akan
struktur yang lebih luas yaitu pemerintahan, peraturan
dan perundangan, melakukan dialog, loby, budgeting
dan berbagai kemampuan teknis lainnya yang dapat
mendukung kepemimpinan serta sesuai dengan
89

konteksnya. 30% kurikulum difokuskan pada bagian


kerangka ini.

2. Pendekatan dan Metodologi Program


Pendekatan dan metodologi kegiatan
memprioritaskan dialog dan refleksi diperkuat dengan
instrumen praktis dan tema-tema yang bersangkutan
dengan situasi-situasi strategis untuk kehidupan
perempuan kepala keluarga, komunitas akar rumput dan
perempuan marjinal lainnya. Tema-tema strategis
tersebut semacam kedaulatan pangan, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, energi alternatif, pelayanan hak-
hak sipil dan pelayanan publik lainnya.
Akademi Paradigta juga akan bersinergi dengan
substitusi bersama pemerintah seperti Kementrian Desa
dan Kementrian Dalam Negeri, terutama dalam upaya
implementasi Undang-Undang Desa. Setelah itu
pengamalan undang-undang dilakukan oleh pemerintah
dan akhirnya terbukti berhasil untuk memberdayakan
masyarakat desa selama ini.
Ada 10 modul yang sukses dikembangkan menjadi
kurikulum pendidikan Akademi Paradigta. Masing-
masing modul terdiri dari beberapa pokok bahasan
dilengkapi dengan media belajar yang signifikan.
Penerapan kurikulum ini memerlukan jumlah waktu
dalam kelas sebanyak 25% dan sisanya adalah penugasan
lapangan dan penulisan. Penyusunan modul mengalami
perubahan setiap kurun waktunya, beberapa tambahan
90

didapatkan dari relawan, dinas-dinas terkait yang masih


menyesuaikan garis besar modul. Berikut garis besar
modul yang dapat diamati pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. 1 Modul Pendidikan Kepemimpinan


Perempuan Desa

No Modul Pokok Bahasan


1 1.1 Membangun Suasana
1.2 Perkenalan
Kesepakatan Waktu, Tata Tertib
1.3
Belajar dan Tugas Piket
Perempuan Mendokumentasikan
Mengawali 1.4 Pengalaman Pengorganisasian
Paradigta Masyarakat
1.5 Mengenal MSC
1.6 Terampil Menulis MSC
1.7 Pembuatan Karya Tulis Akhir
1.8 Membangun Suasana
2 Perempuan dan Perjalanan
2.1
Hidupnya
2.2 Perempuan dan Mimpi Hidupnya
Perempuan Perempuan Memaknai
2.3
Pemimpin Kepemimpinan
Perempuan Pemimpin di Ranah
2.4
Publik
Perempuan Pemimpin yang
2.5
Asertif
3 3.1 Perempuan Memahami Desanya
Perempuan dan
3.2 Perempuan dan Desa Harapan
Harapan Desa
3.3 Perempuan dan UU Desa
4 Perempuan dan Pengorganisasian
Perempuan dan 4.1
Masyarakat di Desa
Keterlibatan di Perempuan dan Partisipasi di
Desa 4.2
Desa
4.3 Perempuan dan Kelembagaan di
91

Tabel 4. 1 Modul Pendidikan Kepemimpinan


Perempuan Desa
Desa
Perempuan dan Pengambilan
4.4
Keputusan di Desa
5 Perempuan dan Tata Kelola
Perempuan 5.1
Pemerintahan Desa
Dalam Ranah Perempuan Memahami Peraturan
Tata Kelola 5.2
Desa
Desa
5.3 Perempuan dan APBDES
6 Perempuan dan Akses Pelayanan
6.1
Perempuan dan Publik
Pelayanan Perempuan dan Pengelolaan
6.2
Publik Pengaduan
6.3 Perempuan dan Upaya Perubahan
7 Perempuan Menjadi
Perempuan 7.1
Pengorganisir yang Efektif
Mengorganisir
Perempuan Mengorganisir
Desa 7.2
Desanya
8 Perempuan dan Kedaulatan
8.1
Pangan
Perempuan
Perempuan dan Kedaulatan
Membangun 8.2
Energi
Desa Berdaulat
Perempuan dan Ekonomi
8.3
Solidaritas
9 Hak dan Kedaulatan Tubuh
Perempuan dan 9.1
Perempuan
Hak
Mengenali Persoalan Kesehatan
Reproduksinya 9.2
Perempuan di Desa
10 Partisipasi Perempuan Dalam
10.1
Merancang kebijakan
Advokasi 10.2 Keterampilan Advokasi
Kebijakan Keterampilan Komunikasi Publik
10.3
dan Presentasi
10.4 Praktek Advokasi Kebijakan
Sumber : Modul Pendidikan Kepemimpinan Perempuan Desa,
2016.
92

3. Proses Program Kegiatan


a. Rekrutmen Akademia
Kegiatan kelas Akademi Paradigta dilakukan
dengan terlebih dahulu merekrut calon peserta, yang
disebut sebagai "akademia". Sistem rekrutmen
dilaksanakan dengan melibatkan pemerintah desa.
Seraya mengenai ini pemerintah desa mengusulkan
minimal lima orang calon akademia dari desanya.
Calon-calon ini selanjutnya diwawancarai oleh
koordinator pendidikan PEKKA dan mentor dari
wilayah bersangkutan. Calon akademia perlu
memenuhi persyaratan diantaranya dapat membaca
dan menulis, berbahasa Indonesia, aktif
berpengalaman dan antusias dalam kegiatan di
masyarakat. Serta kesediaan mengikuti pendidikan
secara penuh dan berkomitmen untuk memanfaatkan
hasil pendidikan nya bagi pembangunan desa. Melalui
prosedur ini terseleksi rata-rata yang umum nya
perempuan desa umumnya sementara itu sisanya
yakni kader Pekka.
b. Penyelenggaraan Program
Penyelenggaraan kelas Akademi Paradigta
dilangsungkan di center Pekka berbagai wilayah yang
bersangkutan. Akademi Paradigta berkolaborasi
dengan Serikat Pekka demi melaksanakan kegiatan itu.
Setiap kelas menyusun sendiri waktu serta proses
belajar yang sesuai dengan konteks dan keadaan
93

akademia di wilayah bersangkutan. Waktu belajar


disepakati bersama sehingga tidak memberati
akademia yang sebagaimana perempuan masih
memiliki tanggung jawab keluarga dan rumah
tangganya.
Dari keseluruhan minimal 25 kelas tatap muka di
dalam kelas, sisanya dilakukan untuk kunjungan
lapangan. Kunjungan lapangan ini dikerjakan oleh
akademia sendiri dan komunitas nya. Semua proses
kegiatan ini dirincikan menjadi sekian kali pendidikan
dengan menyesuaikan situasi kondisi seluruh
akademia dan mentor. Akademi Paradigta
mempraktikkan metode mentor dimana kader Pekka
yang sudah ahli dapat menjadi fasilitator dan
mendampingi akademia belajar. Di Kabupaten
Sukabumi terdapat 6 mentor yang setiap mentor nya
menjadi perwakilan program di setiap masing-masing
desa.
c. Wisuda dan Alumni Akademi Paradigta
Pada akhir tahun program, jumlah akademia yang
berhasil menyelesaikan pendidikan hingga selesai
cukup signifikan dan merupakan satu pencapaian
yang perlu diapresiasi. Akademia dikatakan lulus
ketika sudah memenuhi persyaratan aturan program.
Persyaratan tersebut dihitung dari 75% kehadiran
akademia dan 25% karya tulis. Karya tulis ini ialah
serupa laporan tulisan tangan akademia dalam
94

mengidentifikasi satu masalah atau materi yang paling


diminati. Akademia yang sudah tuntas berpartisipasi
kegiatan pendidikan sepanjang satu tahun akan di
wisuda serta menjadi alumni dan terus berkaitan. Para
alumni akan mendapatkan penyegaran setiap
tahunnya. Kabupaten Sukabumi sudah memiliki 3
angkatan akademi yang tersebar di 9 desa sebanyak 92
alumni.
E. Struktur Organisasi Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi
Tabel 4. 2 Struktur Organisasi Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi
95

F. Temuan dan Hasil Analisis Data


1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument. Suatu hasil penelitian jika instrument
yang valid akan memiliki validitas yang tinggi,
sebaliknya instrument yang kurang valid berarti
validitasnya rendah. Sehingga uji validitas sangat
penting dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
ketepatan/kebenaran suatu instrument untuk dijadikan
sebagai alat ukur.
Dalam penelitian ini peneliti mengukur mengenai
hubungan partisipasi anggota mengikuti program
pendidikan kepemimpinan perempuan dengan
keberdayaan perempuan di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi, maka semua pernyataan dalam
kuesioner harus berkaitan dengan topik penelitian
yang dibahas. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
validitas kuesioner dengan mengukur gejala yang
sesuai dengan yang didefinisikan.
Sebelumnya, peneliti melakukan uji coba
kuesioner berupa validitas dan reliabilitas terlebih
dahulu kepada 30 responden perempuan di Serikat
PEKKA Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dipilih oleh
96

peneliti karena memiliki karakteristik yang sama


antara target nya yaitu perempuan yang mengikuti
kegiatan pendidikan kepemimpinan perempuan dan
tempat lokasi penelitian, yakni Serikat PEKKA yang
ada di Jawa Barat serta lokasi tersebut aktif
menyelenggarakan program kegiatan tersebut.
Bentuk analisis yang digunakan dalam uji
validitas, yakni uji korelasi antara skor masing-
masing item dari setiap responden. Pada uji validitas
ini, perhitungan dilakukan dengan menggunakan
bantuan program IBM SPSS Statistics 20.
Butir atau item akan dinyatakan valid apabila r
hitung > r tabel. Uji coba instrumen dilakukan pada
30 responden, maka menurut Sugiyono (2014, 18)
skor tabel yang didapat yaitu df = n-2 dengan taraf
signifikansi 5% adalah 0,361. Hasil yang didapat
setelah melakukan uji coba instrumen berikut
penjabarannya:

Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggota Serikat


PEKKA Kabupaten Cianjur
No. Butir R Hitung R Tabel Keterangan
1 0,533** 0,361 Valid
2 0,475** 0,361 Valid
3 0,438* 0,361 Valid
4 0,616** 0,361 Valid
5 0,606** 0,361 Valid
6 0,745** 0,361 Valid
7 0,835** 0,361 Valid
8 0,774** 0,361 Valid
97

9 0,322 0,361 Tidak Valid


10 0,622** 0,361 Valid
11 0,605** 0,361 Valid
12 0,625** 0,361 Valid
13 0,596** 0,361 Valid
14 0,706** 0,361 Valid
15 0,679** 0,361 Valid
16 0,553** 0,361 Valid
17 0,002 0,361 Tidak Valid
18 0,699** 0,361 Valid
19 0,727** 0,361 Valid
20 0,584** 0,361 Valid
21 0,349 0,361 Tidak Valid
22 0,759** 0,361 Valid
23 0,879** 0,361 Valid
24 0,603** 0,361 Valid
25 0,563** 0,361 Valid
26 0,441* 0,361 Valid
27 0,370* 0,361 Valid
28 0,465** 0,361 Valid
Sumber : Data SPSS Olahan Peneliti, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 setelah uji validitas


menggunakan teknik Product Moment atau Pearson
pada skala partisipasi anggota dari 30 responden, dari
28 item butir pernyataan yang diujikan ada 25 item
butir pernyataan yang dinyatakan valid dan 3 item
butir pernyataan yang dinyatakan tidak valid
diantaranya butir 9 (r = 0,322), butir 17 (r = 0,002)
dan butir 21 (r = 0,349) karena r hitung < r tabel.

Adapun selain data uji validitas partisipasi anggota


sebagai variabel X maka terdapat juga data uji
98

validitas variabel Y keberdayaan perempuan. Berikut


tabel tersebut:
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Keberdayaan Perempuan
Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur
No. Butir R Hitung R Tabel Keterangan
1 0,479** 0,361 Valid
2 0,559** 0,361 Valid
3 0,438* 0,361 Valid
4 0,762** 0,361 Valid
5 0,737** 0,361 Valid
6 0,154 0,361 Tidak Valid
7 0,643** 0,361 Valid
8 0,479** 0,361 Valid
9 0,256 0,361 Tidak Valid
10 0,619** 0,361 Valid
11 0,458* 0,361 Valid
12 0,713** 0,361 Valid
13 0,635** 0,361 Valid
14 0,675** 0,361 Valid
15 0,627** 0,361 Valid
16 0,307 0,361 Tidak Valid
17 0,559** 0,361 Valid
18 0,425* 0,361 Valid
19 0,675** 0,361 Valid
20 0,730** 0,361 Valid
21 0,696** 0,361 Valid
22 0,457* 0,361 Valid
23 0,759** 0,361 Valid
24 0,458* 0,361 Valid
Sumber : Data SPSS Olahan Peneliti, 2021

Sedangkan berdasarkan tabel 4.4 menggunakan


teknik Product Moment atau Pearson pada skala
keberdayan perempuan dari 30 responden, dari 24
99

item butir penyataan yang diujikan terdapat 21 item


pernyataan dinyatakan valid dan 3 item butir
pernyataan diantaranya butir 6 (r = 0,154), butir 9 (r =
0,256) dan butir 16 (r = 0,307) dinyatakan tidak valid
karena r hitung < r tabel.

Dengan demikian pada uji inti akan digunakan 25


item pernyataan skala partisipasi dan 21 item
pernyataan skala keberdayaan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas, yakni pengujian yang
menunjukkan seberapa andal atau reliabelnya suatu
alat ukur. Instrumen dianggap reliabel jika data
menunjukkan kesamaan pada titik waktu yang
berbeda.
Berikut hasil uji reliabilitas terhadap 30 responden
pada variabel partisipasi anggota berdasarkan dengan
bantuan program IBM SPSS Statistics 20 diperoleh
hasil tabel output sebagai berikut :

Tabel 4. 5 Hasil Output Uji Reliabilitas Partisipasi


Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur
Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
,916 28
Sumber : Data SPSS Olahan Peneliti, 2021
Dengan demikian dapat dilihat dari hasil output
tabel 4.5. Hasilnya diketahui bahwa nilai cronbach
100

alpha untuk variabel partisipasi anggota 30 responden


sebesar 0,916.
Sedangkan hasil uji reliabilitas variabel
keberdayaan perempuan 30 responden berdasarkan
dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20
diperoleh hasil tabel output sebagai berikut :
Tabel 4. 6 Hasil Output Uji Reliabilitas Keberdayaan
Perempuan Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,877 24
Sumber : Data SPSS Olahan Peneliti, 2021

Dengan demikian dapat dilihat dari hasil output


tabel 4.6. Hasilnya diketahui bahwa nilai cronbach
alpha untuk variabel keberdayaan perempuan 30
responden sebesar 0,877. Dari kedua tabel hasil uji
reliabilitas diatas dapat dilihat bahwa uji reliabilitas
variabel partisipasi anggota mendapatkan nilai
tertinggi 0,916 dibandingkan uji reliabilitas variabel
keberdayaan perempuan yaitu 0,877. Kedua hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha
setiap variabel dikatakan reliabel karena hasil skor
0,916 (variabel X) dan 0,877 (variabel Y) lebih besar
dari nilai skor 0,60 (cronbach alpha > 0,60).
101

2. Deskripsi Data
Deskripsi data menjelaskan mengenai deskripsi
responden yang diteliti. Data responden diperoleh dari
data 92 sampel yang digunakan pada penelitian ini.
Berikut deskripsi responden berdasarkan enam
karakteristik profil responden yang diajukan dalam
kuesioner antara lain meliputi : Usia responden,
pendidikan terakhir, domisili, status perkawinan,
pekerjaan dan kegiatan bermasyarakat yang dilakukan
oleh responden setelah mengikuti kegiatan pendidikan
kepemimpinan perempuan (akademi paradigta). Setiap
karakteristik responden ini sudah merupakan sampel
gabungan dari ketiga angkatan akademi paradigta yang
sudah dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Selanjutnya akan diimplementasikan melalui tabel
beserta uraiannya.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Menjadi akademia di dalam pogram pendidikan
kepemimpinan perempuan tidak menunjukkan adanya
batasan usia karena pendidikan akademi paradigta
merupakan pendidikan non formal yang umum nya
dapat diikuti oleh setiap perempuan dan khusus nya
untuk kaum perempuan kepala keluarga yang di
daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Berikut adalah tabel jumlah responden
berdasarkan usia :
102

Tabel 4. 7 Jumlah dan Presentase Responden


Berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
17 - 22 Tahun 2 2,2 2,2 2,2
23 - 28 Tahun 7 7,6 7,6 9,8
29 - 34 Tahun 7 7,6 7,6 17,4
35 - 40 Tahun 17 18,5 18,5 35,9
Valid 41 - 46 Tahun 17 18,5 18,5 54,3
47 - 52 Tahun 25 27,2 27,2 81,5
53 - 58 Tahun 14 15,2 15,2 96,7
59 - 64 Tahun 3 3,3 3,3 100,0
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa


jumlah responden terbanyak ada pada rentang usia
47–52 tahun yang di mana perempuan-perempuan
tersebut termasuk ke dalam usia pertengahan (middle
age) namun, masih dapat tetap berproduktif mengikuti
kegiatan bermasyarakat dan mencari peluang yang
bermanfaat untuk menjadi perempuan kepala keluarga
di lingkungan nya.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Pendidikan formal merupakan bagian penting yang
biasa dilakukan setiap orang termasuk bagi
perempuan. Selain memberikan pengetahuan kepada
setiap perempuan, melakukan pendidikan menjadi
bagian proses di mana mereka dapat berinteraksi
103

bersama dengan sesama nya. Maka dari itu, adanya


pendidikan kepemipinan perempuan (akademi
paradigta) dapat menjadikan sarana lanjutan
pendidikan bagi perempuan yang ingin terus belajar
bagi perubahan sosial dalam hidup nya. Berikut tabel
jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir
yang pernah dilakukan :

Tabel 4. 8 Jumlah dan Presentase Responden


Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
SD 12 13,0 13,0 13,0
SMP 11 12,0 12,0 25,0
SMA
Valid 67 72,8 72,8 97,8
Sederajat
Diploma 2 2,2 2,2 100,0
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Dari tabel 4.8 di atas diketahui bahwa dapat


dijelaskan mengenai responden berdasarkan
pendidikan terakhir terdapat 12 responden
berpendidikan SD, 11 responden berpendidikan SMP,
67 responden berpendidikan SMA Sederajat, dan 2
responden berpendidikan D1.
Dengan demikian menurut data tersebut, dapat
dilihat bahwa jumlah responden terbanyak berada
pada responden yang berpendidikan SMA Sederajat
sebanyak 67 responden. Keseluruhan SMA Sederajat
104

diketahui bahwa 43 responden diantaranya


berpendidikan SMA, 5 responden berpendidikan SMK
dari berbeda jurusan yang diikuti, 2 responden
berpendidikan Pendidikan Guru Agama (PGA) setara
dengan SMA, 2 responden berpendidikan Sekolah
Pendidikan Guru setara dengan SMA, dan 15
responden berpendidikan setara dengan SMA, yakni
Paket C.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Domisili


Program pendidikan kepemimpinan perempuan
(akademi paradigta) di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi ini sudah mulai menyebar luas di berbagai
desa yang ada. Berikut tabel jumlah responden
berdasarkan domisili :
Tabel 4. 9 Jumlah dan Presentase Responden
Berdasarkan Domisili

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Desa Barekah 3 3,3 3,3 3,3
Desa Batununggal 6 6,5 6,5 9,8
Desa Cibadak 16 17,4 17,4 27,2
Desa Neglasari 8 8,7 8,7 35,9
Desa Palasari 4 4,3 4,3 40,2
Valid
Desa Pamuruyan 12 13,0 13,0 53,3
Desa Sekarwangi 11 12,0 12,0 65,2
Desa Sukasirna 10 10,9 10,9 76,1
Desa Warnajati 22 23,9 23,9 100,0
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021
105

Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa penelitian


yang dilakukan oleh peneliti, tersebar pada 9 desa
berdasarkan data pengisian kuesioner oleh responden
serta dapat diakses dari teknik sampling yang telah
dirumuskan untuk penelitian ini.

Uraian deskripsi responden berdasarkan domisili


tempat tinggal, yakni ada 3 responden berdomisili di
Desa Barekah, 6 responden berdomisili di Desa
Batununggal, 16 responden berdomisili di Desa
Cibadak, 8 responden berdomisili di Desa Neglasari, 4
responden berdomisili di Desa Palasari, 12 responden
berdomisili di Desa Pamuruyan, 11 responden
berdomisili di Desa Sekarwangi, 10 responden
berdomisili di Desa Sukasirna, dan 22 responden
berdomisili di Desa Warnajati.
Dengan demikian menurut data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak
berada pada responden yang berdomisili di Desa
Warnajati. Data tesebut tidak hanya sesuai data yang
didapat secara teknik sampling namun, menurut data
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi memang Desa
Warnajati merupakan desa pertama program akademi
paradigta mulai dilaksanakan.

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Perkawinan


Melirik dari sejarah PEKKA bahwa adanya
berbagai strategi kegiatan yang dilakukan adalah
untuk membantu definisi PEKKA terhadap
106

perempuan rumah tangga di desa-desa. Dalam


akademi paradigta ini akademia belajar dari latar
belakang yang bebeda salah satunya ikatan status
perkawinan yang akademia punya. Tidak hanya yang
sudah menikah atau bersuami, adapula Pekka dengan
berbagai sebab termasuk cerai dan belum menikah.
Berikut tabel jumlah klasifikasi responden
berdasarkan status perkawinan :
Tabel 4. 10 Jumlah dan Presentase Responden
Berdasarkan Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Bersuami 75 81,5 81,5 81,5
Pekka
dengan
15 16,3 16,3 97,8
Berbagai
Valid Sebab
Belum
2 2,2 2,2 100,0
Menikah
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Dari tabel 4.10 di atas diketahui bahwa klasifikasi


responden berdasarkan status perkawinan terbagi
menjadi 81,5 % atau 75 responden sudah menikah dan
bersuami, 16,3% atau 15 responden Pekka dengan
berbagai sebab dan sisanya 2 responden belum pernah
menikah.
107

e. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan menjadi alasan utama responden dapat
mencari nafkah atau penunjang tambahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup nya sehari-hari bersama
keluarga. Meskipun, dalam praktik nya tidak semua
responden memiliki pekerjaan atau hanya sekedar
menjadi ibu rumah tangga. Berikut tabel jumlah
responden berdasarkan pekerjaan :
Tabel 4. 11 Jumlah dan Presentase Responden
Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Guru Madrasah 4 4,3 4,3 4,3
Guru PAUD 41 44,6 44,6 48,9
Ibu Rumah
24 26,1 26,1 75,0
Tangga
Pedagang 12 13,0 13,0 88,0
Valid Pegawai Desa 7 7,6 7,6 95,7
Penyedia Jasa 2 2,2 2,2 97,8
Peternak
1 1,1 1,1 98,9
Kambing
Wiraswasta 1 1,1 1,1 100,0
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Dari tabel 4.11 di atas diketahui bahwa


penggambaran responden berdasarkan pekerjaan yaitu
ada 4 responden berkerja sebagai Guru Madrasah, 41
responden berkerja sebagai Guru PAUD, 12
responden berkerja sebagai pedagang, 7 responden
berkerja sebagai pegawai desa diantaranya menjadi
108

BPD, Kepalas Seksi (Kasie) dan pegawai desa


lainnya; kemudian 2 responden berkerja sebagai
penyedia jasa rias pengantin dan penjahit; 1 responden
berkerja sebagai peternak, 1 responden berpekerjaan
sebagai wiraswasta dan sisanya 24 responden menjadi
ibu rumah tangga.

Dengan demikian menurut data tersebut, dapat


dilihat bahwa jumlah responden terbanyak berada
pada responden yang berpekerjaan sebagai Guru
PAUD, dengan penghasilan rata – rata sebanyak Rp
1.000.000,- / bulan.

f. Deskripsi Responden Berdasarkan Kegiatan di


Masyarakat
Program pendidikan kepemimpinan perempuan
desa hadir untuk bagaimana para akademia tersebut
dapat mengalami perubahan salah satunya yaitu di
lingkungan masyarakat. Dengan menumbuhkan peran
perempuan dalam kehidupan desa untuk ikut turut
andil dalam kegiatan-kegiatan yang ada di
masyarakat. Kegiatan masyarakat yang dapat
dilakukan yaitu menjadi kader posyandu, kader PKK,
BPD, kemudian kegiatan sosial lainnya seperti
membantu pelayanan publik dan menjadi kader
PEKKA itu sendiri.Berikut tabel jumlah responden
berdasarkan kegiatan di masyarakat :
109

Tabel 4. 12 Jumlah dan Presentase Responden


Berdasarkan Kegiatan di Masyarakat

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Kader
48 52,2 52,2 52,2
Posyandu
Kader
Posyandu 25 27,2 27,2 79,3
+ PKK
Valid
BPD 4 4,3 4,3 83,7
Kegiatan
Sosial 15 16,3 16,3 100,0
Lainnya
Total 92 100,0 100,0
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Berdasarkan tabel 4.12 klasifikasi responden


bedasarkan kegiatan di masyarakat, ada 48 responden
yang aktif di masayarakat menjadi kader posyandu,
ada 25 responden yang aktif di masayarakat menjadi
kader posyandu dan PKK, 4 responden yang aktif
menjadi BPD dan 15 responden aktif di masayarakat
dalam kegiatan sosial lainnya.
Dengan demikian menurut kedua data tersebut,
dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
menurut presentase yaitu 52,2% responden dari
keseluruhan aktif berkegiatan menjadi kader posyandu
di masyarakat.
110

3. Deskripsi Penelitian
a. Uji Validitas
Dalam penelitian ini, uji validitas terhadap 92
responden di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
menggunakan rumus korelasi Product Moment serta
dibantu melalui program IBM SPSS Statistics 20.
Adapun skor tabel bagi 92 responden tersebut,
yakni sebesar 0,205 dengan taraf signifikan sebesar
5%. Selanjutnya berdasarkan hasil uji validitas pada
skala partisipasi anggota didapatkan bahwa
keseluruhan hasil 92 responden adalah valid, dengan
rincian dari 25 item butir pernyataan yang diujikan
terdapat 3 butir pernyataan yang tidak valid dan 22
butir pernyataan yang valid.
Sedangkan pada skala keberdayaan perempuan
dengan 92 responden didapatkan hasil bahwa dari 21
item butir pernyataan yang diujikan terdapat 3 butir
pernyataan yang tidak valid dan 18 butir pernyataan
yang valid, sehingga dengan demikian hasilnya valid.

b. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas variabel penelitian
berdasarkan perhitungan menggunakan program IBM
SPSS Statistics 20.0 diperoleh tabel hasil sebagai
berikut:
111

Tabel 4. 13 Hasil Output Uji Reliabilitas


Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,892 25
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021
Selanjutnya dapat dilihat hasil output m e l a l u i
tabel 4.13 Hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach
Alpha untuk variabel partisipasi anggota sebesar 0,892.
Adapun hasil uji reliabilitas variabel keberdayaan
perempuan berdasarkan perhitungan dengan bantuan
program IBM SPSS Statistics 20.0 diperoleh hasil
output sebagai berikut:
Tabel 4. 14 Hasil Output Uji Reliabilitas
Keberdayaan Perempuan Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,753 21
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021

Dengan demikian dapat kita lihat dari hasil output


tabel 4.14 hasilnya dapat diketahui nilai Cronbach
Alpha untuk variabel Keberdayaan sebesar 0,753.

Dengan kedua tabel hasil output uji reliabilitas


dapat dilihat bahwa uji reliabilitas variabel partisipasi
anggota mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,892
112

dibandingkan uji reliabilitas variabel keberdayaan


perempuan dengan nilai 0,753. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai Cronbach alpha untuk kedua
variabel dikatakan sempurna (reliable) karena nilai
Cronbach alpha sebesar ≥ 0,6.

G. Pembahasan Interpretasi Temuan


1. Partisipasi Anggota Program Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa (Akademi Paradigta)
Secara umum tingkat partisipasi anggota program
pendidikan kepemimpinan perempuan desa di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi menunjukkan pada
kategori sedang dengan persentase sebesar 61 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa partisipasi responden dalam
mengikuti program memiliki tingkatan yang sedang.
Tingkat partisipasi merupakan suatu indikator individu
atau kelompok ikut serta dalam suatu kegiatan atau
partisipasi.
Konsep partisipasi anggota yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep teori partisipasi menurut
Cohen dan Uphoff (1980) dengan menilai partisipasi
dalam empat tahapan partisipasi yaitu: (i) tahap
perencanaan, (ii) tahap pelaksanaan, (iii) tahap evaluasi,
dan (iv) tahap menikmati hasil. Selanjutnya variabel
partisipasi diuji secara komposit, yang dimana uji
partisipasi dalam penelitian ini dianalisis secara
keseluruhan dengan menggunakan indikator dari setiap
tahapan partisipasi.
113

a. Partisipasi dalam perencanaan


Partisipasi tahap perencanaan yang dimaksud adalah
keikutsertaan responden dalam perencanaan seperti
menghadiri rapat baik sebelum dan sesudah kegiatan,
memberikan usulan sebelum menjalankan program
melalui data dan infomasi yang diketahui, terlibat dalam
penentuan keputusan-keputusan persiapan kegiatan
dengan mengetahui prioritas tujuan yang dicapai dalam
kegiatan program akademi paradigta lainnya. Sebaran
data jumlah dan persentase responden berdasarkan tahap
perencanaan dalam partisipasi dapat dilihat pada tabel
4.15.
Tabel 4. 15 Partisipasi dalam Perencanaan
Anggota Program Akademi Paradigta di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi
No Tahap Perencanaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 22 24
2. Sedang 63 68
3. Rendah 7 8
Total 92 100

Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.15 menunjukkan


bahwa secara umum tingkat partisipasi pada tahap
perencanaan anggota program akademi paradigta berada
pada kategori sedang dengan persentase sebesar 68
persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan dikatakan termasuk cukup tinggi,
dimana mayoritas sebanyak 85 anggota berada pada
kategori sedang dan tinggi. Artinya responden sudah
memiliki kesadaran yang cukup baik akan pentingnya
114

partisipasi aktif mereka pada tahap perencanaan program.


Para responden tersebut telah memanfaatkan kesempatan
yang diberikan para fasilitator dan mentor dalam ikut
andil pada kegiatan tersebut.
Kategori sedang ini disebabkan dari adanya antusias
anggota dan calon anggota untuk mencoba mengikuti
program akademi paradigta saat akan mulai dilaksanakan.
Mereka baik anggota dan calon anggota merasa terlibat
dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan sebelum
dilaksanakannya program.
“...dulu, saya ditawarin ikutan gitu kegiatan, terus
dikumpulin di center ditanya kesiapan mau apa engga,
buat peraturan bareng-bareng. Perjanjian peraturan
nya kayak mulai kegiatan jam 9 selesai kita setengah 3
setiap sabtu dan minggu, enak kegiatan nya
menyesuaikan kita...” (Ibu NR, 48 tahun. Anggota
program angkatan 1)

Kemudian mengutip pandangan Sumardjo dalam


Achmad Fanani (2019) bahwa prasyarat umum untuk
mengikuti suatu kegiatan, para anggota atau calon anggota
memiliki (1) kesiapan pada arah tujuan tertentu; (2)
kemampuan untuk dapat melakukan suatu kegiatan; dan
(3) adanya kesempatan peluang yang dimiliki seseorang
untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan.
Maka dari itu selaras dengan teori tersebut bahwa
anggota dapat berpartisipasi dikarenakan memang
sebelumnya para anggota program sudah memenuhi
persyaratan diantaranya memiliki kemauan, memiliki
kemampuan membaca dan menulis, berbahasa Indonesia,
115

aktif berpengalaman dan antusias dalam kegiatan di


masyarakat serta tentunya memiliki peluang untuk
bekontribusi. Sehingga para anggota sudah siap untuk
dapat terlibat dalam perencanaan program dan bersedia
mengikuti program secara penuh.
“...perencaanaan awal paradigta sendiri mengajukan
apa ke desa harus siap perencanaan, data dokumentasi
nya. Perencaaan awal ke kader-kader, juga ke kades
juga, ini dari desa ini berapa orang siapa-siapa di
data, mengumpulkan syarat fotocopy KK KTP izin
keluarga terutama kalo ada suami, kumpulkan. Terus
para anggota nya di kumpulkan betul apa tidak dia
mau disini dan gimana diskusi proses nya
pembelajaran pengaturan waktu kita, kita tanya
anggota untuk kapan waktu nya bisa nya hari apa. Ada
yg bisa hari sabtu, ya kelas sabtu. Ada bisa minggu, ya
kelas kegiatan minggu...” (Ibu IP, 49 tahun. Mentor
program)

b. Partisipasi dalam pelaksanaan


Partisipasi anggota dalam pelaksanaan suatu program
merupakan tahap penting untuk mencapai keberhasilan,
karena pelaksanaan merupakan tahap pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyelenggaraan kelas
Akademi Paradigta dilangsungkan di center PEKKA
berbagai wilayah yang bersangkutan. Akademi Paradigta
berkolaborasi dengan Serikat PEKKA yakni pada
penelitian ini Serikat PEKKA demi melaksanakan
kegiatan itu. Berikut sebaran data jumlah dan persentase
responden berdasarkan tahap perencanaan dalam
partisipasi dapat dilihat pada tabel 4.16
116

Tabel 4. 16 Partisipasi dalam Pelaksanaan


Anggota Program Akademi Paradigta di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi
No Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 34 37
2. Sedang 51 55
3. Rendah 7 8
Total 92 100

Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.16 menunjukkan


bahwa secara umum tingkat partisipasi pada tahap
pelaksanaan anggota program akademi paradigta berada
pada kategori sedang dengan persentase sebesar 55
persen. Jumlah presentse tesebut menunjukkan bahwa
setengah populasi responden cukup tinggi dalam
melakukan pelaksanaan program. Selain itu 37 persentase
lainnya memiliki kesadaran yang tinggi untuk
berpartisipasi aktif pada tahap pelaksanaan program. Para
anggota program telah memanfaatkan kesempatan yang
telah diberikan oleh fasilitator dan mentor untuk aktif
berperan serta dalam pelaksanaan program. Para
pelaksanaannya anggota siap menerima tugas dan
mencoba mengerjakan.
“...kami pelaksanaan lewat WA. Bikin materi, kita
kasih tugas 10 hari atau seminggu dia setor, cuman
namanya ibu-ibu pasti ada keterlambatan ada yang
dua minggu seminggu tapi kita kan memahami ibu-ibu
disini sudah sepuh tapi semangat belajar nya ada, tapi
memang dia alon, cuman karna memang mau belajar,
kalau emang tidak ada kegiatan ya umur 40 50 nya
tidak ada kemauan untuk belajar...” (Ibu ER, 55 tahun.
Mentor Program)
117

Secara spesifik tahap pelaksanaan program yang


dimaksud adalah keikutsertaan responden secara langsung
dan aktif dalam program akademi paradigta di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi. Terdiri dari beberapa
indikator antara lain aktif mengikuti kelas akademi
paradigta dengan baik, mengikuti peratuan yang ada, aktif
berdiskusi, bertanya dan berpendapat saat kegiatan di
dalam kelas akademi maupun saat tugas lapangan.
“...di kelas kebanyakan belajar tentang desa, ada
namanya APBD. Kalau di APBD awalnya memang
bingung angka 0 nya banyak, ga ngerti tapi saya tanya
mentor tanya temen pas kegiatan di kelas, dari desa
juga membantu memberikan data baru jadi penunjang
lapangan, dan bisa ngeliat sendiri desa seperti apa...”
(Ibu PR, 34 tahun.Anggota program angkatan 1)

“...pas di lapangan waktu itu kita diberi tahu kalau


kita harus jelasin pekka itu apa, konsepin dulu mau
tanya apa-apa jadi kita bareng tanya. Dilatih buat bisa
berani, meskipun ya dulu malu-malu. Misal ada tugas
lapangan pelayanan publik, kita disuruh nanya SOP
kegiatan desa gimana, dilaksanakan apa engga betul
kegiatan nya ada atau engga sesuai sama SOP nya ga,
mentor hanya kasih tau garis besar, karna ada
kemauan, itikad, kita-kita perempuan ingin maju tidak
jadi hanya ibu rumah tangga, iu rumah tangga biar ga
disepelein suami...” (Ibu L, 45 tahun. Anggota
program angkatan 2)

Selain itu saling membantu satu sama lain di setiap


kegiatan juga sering dilakukan oleh para anggota baik
berupa sumbangan pikiran atau sumbangan berupa uang
atau materi, serta berani bertanggung jawab terhadap
keberhasilan program demi kepentingan bersama.
118

“...kita kasih transport untuk para mentor agar bisa


luring belajar, kita sumbang dana udunan buat mereka
pergi temui kita. Kenapa tidak inilah karena inilah
pengteahuan dan pengembangan buat kita lewat
kegiatan paradigta ini...” (Ibu EY, 43 tahun. Anggota
program angkatan 3)

“...dana gada swadaya bener” kita anggota semua


patungan, dilihat juga anggota lain semangat luar
biasa. Tidak ada dopingan apapun tetep jalan acara
nya. Pas waktu wisuda akhir kegiatan juga jadi
kemaren kita subhanallah sampai nangis temen-temen
ibu-ibu lain pada semangat ikutan...” (Ibu AS, 59
tahun, Anggota Program Angkatan 3)

Semua indikator kegiatan tersebut selaras dengan


pandangan teori Rusidi (2013, 256) yang menegaskan
bahwa ada empat aspek terjalinnya partisipasi diantaranya
(1) memberikan sumbangan pikiran (ide atau gagasan);
(2) memberikan kontribusi materi (dana, barang dan alat);
(3) memberikan kontribusi tenaga kerja dan (4)
melakukan kegiatan program untuk pembangunan
bersama.

c. Partisipasi dalam menikmati hasil


Partisipasi dalam menikmati hasil yang dimaksud
adalah penerimaan manfaat hasil melalui menerima dan
memanfaatkan hasil program, dalam melestarikan hasil-
hasil program, serta kesediaan dalam mengembangkan
hasil program. Berikut sebaran data jumlah dan persentase
responden berdasarkan tahap perencanaan dalam
partisipasi dapat dilihat pada tabel 4.17.
119

Tabel 4. 17 Partisipasi dalam Tahap Menikmati


dan Pemanfaatan Hasil Anggota Program
Akademi Paradigta di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi
Tahap Menikmati
No Jumlah (orang) Persentase (%)
Hasil
1. Tinggi 3 3
2. Sedang 74 81
3. Rendah 15 16
Total 92 100

Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.17 menunjukkan


bahwa secara umum tingkat partisipasi pada tahap
menikmati hasil anggota program berada pada kategori
sedang sebab persentase yang dihasilkan sebesar 81
persen. Meskipun cukup signifikan ketika 16 persen dari
keseluruhan anggota berada pada kategori rendah. Namun
demikian, 81 persen dan sisanya sudah memiliki kategori
yang cukup tinggi dan mengartikan bahwa para
responden-responden tersebut sudah dapat mampu
memanfaatkan kesempatan yang diberikan. Tahap
menikmati hasil ini berkaitan erat dengan hasil dari tahap
pelaksanaan program yang di mana setiap anggota
program memiliki kesempatan sama dalam hal
mendapatkan berbagai ilmu dan keterampilan. Hingga
akhirnya tergantung bagaimana para anggota
memanfaatkan hasil tersebut dengan terus memahami
ilmu, mengimplementasikan, dan mengembangkan ilmu
tersebut.
“...ya sangat bermanfaat jangankan pada orang awam,
adapun ada yang sarjana mengikuti saja, kan kalo
120

akademi paradigta itu semua masuk, semua mata


pelajaran ada, pelayanan publik masuk, ips nya masuk.
Saya jadi BPD juga dulu sedikit malu-malu sekarang
menjadi berani (Ibu F, 56 tahun. Anggota program
angkatan 1)

Memanfaatkan hasil yang sudah didapat dari kegiatan


akademi paradigta tidak hanya sebatas ketercapaian saja
namun juga perlu adanya kemauan untuk melakukan
perubahan. Selaras dengan pandangan Isbandi (2007, 27)
yang mengatakan bahwa partisipasi mendeskripsikan
sebagai proses seseorang mengidentifikasi masalah dan
potensi yang ada, kemudian memilih dan memutuskan
alternatif pemecahan masalah, sehingga menjadi solusi
mengatasi masalah dan mengevaluasi perubahan apa yang
akan terjadi. Perubahan disini menjadi sebuah kemajuan
bagi para anggota yang mengikuti program akademi
paradigta antara lain melalui kemampuan skill
kepemimpinannya yang terasah dan menjadikan beberapa
anggota aktif dalam bidang pemerintahan seperti BPD,
bagian perangkat desa, kader-kader pelayanan publik,
kader posyandu, aktif di PNPM mandiri dan bidang
pemerintahan lainnya.

“...Setelah mengikuti paradigta ada yang jadi BPD,


yang jadi kader, dan bisa memfasilitiasi masyarakat
terutama pelayanan publik kayak KK, akte, dan ada
juga yang bantu mengantar ke rumah sakit juga karena
di paradigta dididik keberanian perubahan secara
tidak bisa dia tidak berani tapi dia jadi bisa
akhirnya..” (Ibu IP, 49 tahun. Mentor program)
121

“... saya setelah dari paradigta, sekarang saya di


PNPM mandiri, kotaku terus saya coba berani waktu
pigub pilpres kerja di TPS...” (Ibu NN, 53 tahun.
Anggota program angkatan 1)

“...dari paradigta di dunia pemerintahan, apa itu


perdes apa itu musrembang awalnya tidak tahu apa
itu, tapi sekarang saya tau cara memimpin rapat...”
(Ibu CA, 47 tahun. Anggota program angkatan 1)

Selain itu tidak hanya karena ilmu pendidikan


kemimpinannya saja namun, terdapat juga beberapa
anggota yang memanfaatkan hasil program dengan
memiliki ide membuka usaha home industri, berdagang
memiliki warung, membuka konveksi pakaian dan adapun
mengembangkan ilmu sebagai guru paud dan mentor
program kegiatan.

“...Ibu punya home insdustri sistik 5 varian ubi ungu


bayam jagung labu kuning. Masuk paradigta, ada ide
usaha itu desember 2017 pas lagi di paradigta ikutan
bikin label halal, tentang gizi dapat bantuan kemasn
udah bpunya nama sendiri brand, dari paradigta kenal
dinas, ikut pelatihan UMKM, proses prosedur usaha
nya dari 0 tapi bisa...” (Ibu RRJ, 45 tahun. Anggota
program angkatan 1)

d. Partisipasi dalam evaluasi pengawasan hasil


Partisipasi responden dalam tahap evaluasi merupakan
keikutsertaan responden dalam memantau kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh anggota PEKKA. Selain itu
adanya keterlibatan kesempatan bagi anggota untuk
pengembangan sektor kegiatan, serta memberikan saran
122

dan kritik bagi anggota kegiatan. Data jumlah dan


persentase responden berdasarkan tahap evaluasi dalam
partisipasi dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4. 18 Partisipasi dalam Tahap Pengawasan
dan Penilaian Hasil Anggota Program Akademi
Paradigta di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi
No Tahap Evaluasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 4 4
2. Sedang 77 84
3. Rendah 11 12
Total 92 100

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.18 menunjukkan


bahwa secara umum tingkat partisipasi pada tahap
evaluasi anggota program berada pada kategori sedang
sebab persentase yang dihasilkan sebesar 84 persen.
Persentase kategori rendah berada di 12 persen, sesuatu
yang mungkin saja dapat terjadi karena partisipasi
pengawasan hasil memiliki kendala yang berbeda bagi
setiap responden. Namun tentunya pada program evaluasi
dilakukan dengan membahas sejauhmana program yang
berjalan telah sesuai dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Evaluasi dilakukan secara bersama-sama
antara fasilitator, mentor, anggota, alumni anggota dan
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan. Tentunya
anggota program memiliki kesempatan yang sama untuk
menyampaikan secara langsung tentang kendala-kendala
yang dihadapi selama kegiatan program ataupun
menyampaikan penilaian tentang kegiatan yang telah
123

dilakukan oleh Serikat PEKKA yang kemudian akan


dievaluasi bersama dengan tenaga pendamping di lapang,
mentor dan fasilitator.
“...waktu beres kegiatan ditanya sama mentor, ibu
modul apa yg disenangi oh, kenapa alasan nya, apa yg
tidak disenangi apa alasan nya apa, misal saya
kebanyakan tentang desa anggaran desa masih
bingung gitu, ditanya juga kita kasih penilaian buat
mentor-mentor nya..” (Ibu EH, 51 tahun. Anggota
program angkatan 2)

Partisipasi dalam tahapan evaluasi secara keseluruhan


telah berada pada kategori cukup tinggi juga. Artinya
responden telah memiliki kesadaran yang tinggi akan
pentingnya terlibat aktif dalam evaluasi suatu program
atau kegiatan. Para anggota selain memberikan saran dan
kritik pada program juga aktif memanatau, aktif berdikusi
dan berbagi keluhan, aktif memberikan informasi
mengenai program kegiatan kepada kelembagaan desa
atau dinas-dinas terkait agar mendapatkan mitra program
bagi kelangsungan kegiatan lainnya nanti. Kebersamaan
para anggota tidak hanya saat melakukan program saja
tetapi juga bersama-sama memantau perkembangan
program untuk tahap angkatan akademi paradigta yang
baru, dengan adanya teknologi yang memudahkan
penyebaran informasi seperi grup whatsapp maka mereka
semua saling berkoordinasi untuk meningkatkan program
maupun kegiatan Serikat PEKKA lainnya.

“...kami pun sekarang tuh disatuin di grup WA tapi


memang berharap reuni anggota 1 2 sama 3 bisa
124

sharing ngobrol-ngobrol, mau nya kumpul memang


yah harapannya bisa ada yang bisa bantu buat
kegiatan selanjutnya dari keterbatasan waktu sekarang
ini...” (Ibu NN, 53 tahun. Anggota program angkatan
1)

e. Tingkat Partisipasi Anggota


Empat tahapan yang telah disebutkan, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil,
dan tahap evaluasi merupakan gabungan dari analisis data
partisipasi anggota yang terjadi dalam kegiatan. Berikut
sebaran data akhir Jumlah dan persentase responden
berdasarkan tingkat partisipasi dapat dilihat pada tabel
4.19.

Tabel 4. 19 Tingkat Partisipasi Anggota menurut


Jumlah dan Persentase Responden di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi
No Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 20 22
2. Sedang 56 61
3. Rendah 16 17
Total 92 100

Berdasarkan tabel 4.19 secara umum persentase tingkat


partisipasi 61 persen yang sudah disebutkan diawal
berasal dari perhitungan keseluruhan tahapan partisipasi.
Persentase 61 persen ini mengkategorikan partisipasi
anggota pada tingkatan sedang atau cukup tinggi jika
dilihat mayoritas responden berada pada kategori sedang
dan 22 persen kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat partisipasi diukur untuk melihat sejauh mana
125

keikutsertaan responden atau anggota akademi paradigta


dalam penyelenggaran kelas pendidikan kepemimpinan
perempuan desa.

Keikutsertaan responden atau anggota dalam kegiatan


ini, sesuai dengan pandangan tujuan pemberdayaan
perempuan yang diungkapkan Nugroho (2008), bahwa (1)
meningkatnya kemampuan kaum perempuan untuk
berpartisipasi sebuah program dan menjadi subjek
program yang dapat diandalkan; (2) meningkatnya
kemampuan perempuan yang dapat memimpin eksekutif
guna sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan
penilaian terhadap evaluasi kegiatan; (3) membuka
peluang mengelola keterampilan produktif serta
meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan
desa di tingkat lokal sebagai forum memberdayakan
perempuan dalam program pengembangan di mana
mereka tinggal.

2. Keberdayaan Perempuan Program Pendidikan


Kepemimpinan Perempuan Desa (Akademi Paradigta)
di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Secara umum tingkat keberdayaan anggota program
akademi paradigta di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi menunjukkan pada kategori cukup tinggi
dengan mayoritas persentase sebesar 61 persen dikategori
sedang dan 22 persen dikategori tinggi. Seperti halnya
variabel partisipasi, variabel keberdayaan juga diuji secara
komposit, yang dimana uji keberdayaan dalam penelitian
126

ini dianalisis secara keseluruhan dengan menggunakan


indikator-indikator yang sudah ditentukan.

Keberdayaan perempuan alumni program akademi


paradigta pada penelitian ini didasarkan pada empat teori
indikator dari Edi Suharto (2017), yaitu: (i) Kemampuan
berubah, (ii) Kemampuan memperoleh akses, (iii)
Kemampuan menghadapi hambatan dan (iv) Kemampuan
berkelompok dan bersolidarotas.

a. Keberdayaan berdasarkan kemampuan berubah


Keberdayan berdasarkan kemampuan berubah yang
dimaksudkan adalah bagaimana para anggota dapat
merubah pola pikir, merubah identitas mereka, dan
perubahan yang terjadi dengan metode kesejahteraan.
Berikut sebaran data Jumlah dan persentase responden
berdasarkan keberdayaan dalam kemampuan untuk
berubah dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4. 20 Jumlah dan Presentase Responden
Keberdayaan Anggota Program Akademi
Paradigta berdasarkan Kemampuan Berubah di
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Kemampuan
No Jumlah (orang) Persentase (%)
Berubah
1. Tinggi 30 33
2. Sedang 56 61
3. Rendah 6 6
Total 92 100

Berdasarkan tabel 4.20 dianalisis bahwa 61 persen


responden sudah memiliki kemampuan berubah yang
cukup kuat karena berada dikategori sedang. Meskipun
127

demikian cukup signifikan juga presentase 33 persen yang


dihasilkan bagi responden yang sudah merasakan
kemampuan berubahnya dalam kategori tinggi.
Kemampuan berubah menjelaskan bagaimana responden
memiliki indikator kekuatan bagi diri individu tersebut,
memiliki kesadaran akan pentingnya perubahan yang
lebih baik, tegas dan mandiri dalam menemukan solusi
dari masalah yang dihadapi. Sesuai dengan kerangka
kurikulum dan modul program akademi paradigta,
disebutkan bahwa terdapat proses di mana perlu
pengenalan dan pemahaman diri sebagai perempuan, kelas
sosial, agama dan identitas lainnya. Sehingga adanya
transformasi pola berpikir dari „saya tidak bisa‟ menjadi
„saya bisa setelah mengikuti kegiatan tersebut.

“...Ditunjang kemauan dia sendiri, walaupun ada


kemampuan, SDM menunjang, kalau tidak mau ya
gada manfaat nya...” (Ibu NN, 53 tahun. Anggota
program angkatan 1)

b. Keberdayaan berdasarkan Kemampuan Memperoleh


Akses
Keberdayaan berdasarkan Kemampuan Memperoleh
Akses yang dimaksudkan adalah kemampuan memperoleh
akses dalam memperoleh akses ekonomi, akses sosial,
akses politik, akses hukum, akses pendidikan, dan akses
kesehatan. Berikut sebaran data Jumlah dan persentase
responden berdasarkan keberdayaan dalam kemampuan
untuk berubah dapat dilihat pada tabel 4.21.
128

Tabel 4. 21 Jumlah dan Presentase Responden


Keberdayaan Anggota Program Akademi
Paradigta berdasarkan Kemampuan Memperoleh
Akses di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Kemampuan
No Memperoleh Jumlah (orang) Persentase (%)
Akses
1. Tinggi 6 6
2. Sedang 56 61
3. Rendah 30 33
Total 92 100

Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.21 menunjukkan


bahwa secara umum keberdayaan dalam kemampuan
memperoleh akses berada pada kategori sedang dengan
persentase 61 persen. Hal ini dapat disebut cukup tinggi
namun sangat disayangkan juga dengan hasil persentase
33 persen di mana responden mengalami keberdayaan
yang rendah. Keberdayaan rendah ini didukung dengan
rendahnya skor indikator beberapa anggota dalam
memperoleh akses pelayanan publik dan masih merasa
pasif dalam melakukan advokasi kegiatan kelompok
kepada desa.
Namun demikian, jumlah persentase 61 persen di
kategori sedang dan 6 persen kategori tinggi menunjukkan
bahwa indikator kemampuan memperoleh akses lainnya
seperti anggota memperoleh hak untuk belajar hal baru di
akademi paradigta, memperoleh hak untuk dapat
mengenali potensi peluang dalam berekonomi, memiliki
akses bersosialisasi dengan orang lain, dan dapat
memperoleh hak reproduksi bagi melindungi dirinya agar
129

tidak mengalami kekerasan dari pihak yang tidak


bertanggungjawab.
“...dulu ga kenal sama kades sekarang kenal, diajak
ikut musrembang, ohya anggaran ini seperti ini,
kemudian cara susun perdes nya gimana, belajar...”
(Ibu AE, 37 tahun. Anggota program angkatan 1)

“...apalagi orang-orang pekka sama dinas menjadi


temen, kita perlu dengan orang pemangku kepentingan
juga untuk advokasi kegiatan, jadi kita dekat,
berkoordinasi karna kita butuh dia, dia menolak,
jangan nyerah, kita datang lagi, buat kegiatan
bersama..” (Ibu ER, 55 tahun. Mentor program)

c. Keberdayaan berdasarkan Kemampuan Menghadapi


Hambatan
Keberdayaan berdasaran kemampuan menghadapi
hambatan yang dimaksud yakni bagaimana menghadapi
hambatan diri sendiri, menghadapi hambatan di keluarga,
dan menghadapi hambatan di lingkungan masyarakat.
Berikut sebaran data Jumlah dan persentase responden
berdasarkan keberdayaan dalam kemampuan untuk
berubah dapat dilihat pada tabel 4.22.

Tabel 4. 22 Jumlah dan Presentase Responden


Keberdayaan Anggota Program Akademi
Paradigta berdasarkan Kemampuan Menghadapi
Hambatan di Serikat PEKKA Kabupaten
Sukabumi
No Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 22 24
2. Sedang 67 73
3. Rendah 3 3
Total 92 100
130

Berdasarkan hasil analisi data tabel 2.22 menunjukkan


bahwa responden berada mayoritas di kategori sedang
dengan persentase 73 persen dan di kategori tinggi dengan
persentase 24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 97
persen responden sudah dapat menghadapi hambatan-
hambatan yang dirasakan dari pada dirinya sendiri.
Hambatan yang sering mereka rasakan adalah ketika
stigma negatif mereka bukan hanya sekadar dari
lingkungan sekitar masyrakat bahkan keluarga nya pun
dapat saja tidak mendukung anggota tersebut untuk
mampu berubah menghadapi masalah yang ada. Dengan
demikian indikator kemampuan menghadapi hambatan ini
antara lain anggota memiliki pola pikir yang tidak ingin
ditindas oleh orang lain, tidak takut untuk melangkah
berubah menjadi lebih baik, dan kemauan diri untuk dapat
bermanfaat di lingkungan mereka tinggali.

d. Keberdayaan berdasarkan Kemampuan Berkelompok


dan Bersolidaritas
Keberdayaan berdasarkan Kemampuan Berkelompok
dan bersolidaritas dimaksudkan sebagai kemampuan
dalam hal bersedia mengikuti kegiatan kelompok,
bersedia menjadi pengurus kelompok, dan bersedia
solidaritas kelompok. Berikut sebaran data Jumlah dan
persentase responden berdasarkan keberdayaan dalam
kemampuan untuk berubah dapat dilihat pada tabel 4.23.
131

Tabel 4. 23 Jumlah dan Presentase Responden


Keberdayaan Anggota Program Akademi
Paradigta berdasarkan Kemampuan
Berkelompok dan Bersolidaritas di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi
No Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 26 28
2. Sedang 61 66
3. Rendah 5 6
Total 92 100

Hampir sama halnya dengan keberdayaan berdasarkan


kemampuan menghadapi hambatan, keberdayaan
berdasarkan kemampuan berkelompok berada di tingkat
kategori sedang dengan persentase 66 persen dan kategori
tinggi dengan persentase 28 persen jika dilihat dari
analisis tabel 4.23. Artinya bahwa responden mayoritas 94
persen memiliki kemampuan cukup tinggi dalam dapat
berkelompok dengan anggota lainnya.
Indikator kemampuan berkelompok dilihat dari
bagaimana anggota merasa mempunyai teman dan
keluarga baru, anggota memiliki sikap dan sifat tolong
menolong, memiliki rasa kesiapan menjadi anggota
kelompok dan melakukan kegiatan Serikat PEKKA
lainnya. Kemudian juga tentunya memiliki kesiapan saat
menjadi pengurus Serika PEKKA Kabupaten Sukabumi
jika diperlukan suatu saat nanti.

e. Tingkat Keberdayaan Perempuan


Teori indikator keberdayaan Edi Suharto (2017)
menjadi dasar pengukuran skala keberdayaan perempuan
132

dalam penelitian ini. Empat indikator tersebut masing-


masing sudah dianailisis memberikan hasil kategori
keseluruhan terbanyak responden berada pada kategori
sedang dengan mayoritas responden cukup tinggi
keberdayaanya. Kemudian berikut sebaran data akhir
jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat
keberdayaan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4. 24 Tingkat Keberdayaan perempuan


menurut Jumlah dan Persentase Responden di
Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
No Tingkat Partisipasi Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tinggi 7 8
2. Sedang 69 75
3. Rendah 16 17
Total 92 100

Berdasarkan tabel 4.24 secara umum persentase tingkat


keberdayaan 75 persen yang sudah disebutkan diawal
berasal dari perhitungan keseluruhan indikator
keberdayaan. Persentase 75 persen ini mengkategorikan
keberdayaan perempuan pada tingkatan sedang atau cukup
tinggi jika dilihat mayoritas persentase responden lainnya
berada 8 persen kategori tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keberdayaan diukur untuk melihat sejauh
mana keberdayaan responden atau anggota akademi
paradigta setelah penyelenggaran kelas pendidikan
kepemimpinan perempuan desa. Namun demikian jumlah
persentase 17 persen responden berada pada keberdayaan
133

yang rendah, jumlah ini dapat menjadi acuan evaluasi


kedepannya bagi kelangsungan program.

Adapun dari pada itu keberdayaan perempuan dapat


berhasil setiap indikator nya dikatakan cukup tinggi
disebabkan karena proses pemberdayaan melalui akademi
paradigta dapat berjalan dengan baik seriap tahunnya.
Maka dari itu selaras dengan teori pandangan Kindervatter
dalam Anwar (2007) bahwa pemberdayaan menjadi suatu
proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk
pendidikan artinya daapt ditujukan untuk membangkitkan
kesadaran, pemahaman, serta kepekaan anggota terhadap
perkembangan sosial, ekonomi, dan politik, sehingga
anggota mampu meningkatkan posisinya di lingkungan
masyarakat.

3. Hubungan Partisipasi Anggota Program Pendidikan


Kepemimpinan Perempuan Desa dengan
Keberdayaan Perempuan di Serikat PEKKA
Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Koefisien Korelasi
Rank Spearman
Partisipasi anggota program dengan keberdayaan
perempuan diduga memiliki hubungan. Partisipasi
anggota diukur tingkatannya menggunakan teori Cohen
dan Uphoff (1980) dimana tahapan partisipasi antara lain
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati
hasil dan tahap evaluasi pengawasan hasil dalam program
pendidikan kepemimpinan perempuan desa (akademi
paradigta) di Serikat PEKKA kabupaten Sukabumi.
134

Sementara keberdayaan perempusn diukur menggunakan


empat indikator, yaitu kemampuan berubah, kemampuan
memperoleh akses, kemampuan menghadapi hambatan
dan kemampuan berkelompok.

Kedua variabel kemudian diuji statistic Rank Spearmen


menggunakaan IBM SPPS Statistics 20 dengan hipotesis
awal yang menyatakan bahwa diduga terdapat hubungan
antara partisipasi anggota program pendidikan
kepemimpinan perempuan desa dengan keberdayaan
perempuan di serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi.

Pengukuran uji korelasi menggunakan signifikansi two


tailed dengan selang kepercayaan 0,05 atau 95 persen.
Hasil uji statistik antara dua variabel dapat dilihat pada
Tabel 4.25.

Tabel 4. 25 Hasil Output Korelasi Partisipasi


Anggota dengan Keberdayaan Perempuan
Correlations
Partisipasi Keberdayaan
Anggota Perempuan
Correlation
1,000 ,803**
Partisipasi Coefficient
Anggota Sig. (2-tailed) . ,000
Spearma N 92 92
n's rho Correlation
,803** 1,000
Keberdayaa Coefficient
n Perempuan Sig. (2-tailed) ,000 .
N 92 92
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data SPSS olahan peneliti, 2021
135

Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearmen


menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar
0,803**. Hal tersebut menandakan bahwa antara
partisipasi anggota dengan keberdayaan perempuan
terdapat korelasi yang tinggi dan kuat serta memiliki arah
korelasi yang positif. Selanjutnya terdapat hasil 0,000
pada tabel bagian sig. (2-tailed) yang menyebakan nilai
0,000 berada kurang dari (<) rentang 0,05 maka hubungan
partisipasi anggota dengan keberdayaan dikatakan
signifikan.
Hasil signifikan juga dapat dilihat melalui diagram
scatter plot tabel 4.26 berbentuk garis lurus keatas naik
dan membentuk titik-titik plot data membentuk pola garis
dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian, artinya
menunjukkan hubungan yang positif dan linearitas yang
kuat. Hubungan positif disebut hubungan searah yang
bermakna bahwa jika variabel partisipasi mengalami
peningkatan maka variabel keberdayaan nya pun
mengalami peningkatan.
Berikut grafik diagram antar dua variabel dapat dilihat
pada tabel 4.26.
136
137

Hasil statistik tersebut didukung dengan selaras nya


teori-teori yang sudah dijelaskan pada setiap indikator
patisipasi anggota dan indikator keberdayaan perempuan.
Keaktifan pada setiap tahapan partisipasi, memberikan
hubungan yang secara umum apabila anggota (1) terlibat
aktif pada tahap perencanaan didukung dengan kemauan
dan kesiapan menjadi anggota, (2) terlibat aktif pada tahap
perencanaan didukung dengan kesiapan memberikan
sumbangan ide, pikiran, tenaga kerja, solidaritas kepada
sesama dan sumbangan materi, (3) terlibat aktif dalam
memanfaatkan hasil didukung dengan perubahan melalui
pendidikan skill kepemimpinan yang terasah maupun
membuat ide usaha baru, (4) dan terliat aktif dalam
evaluasi mengawasi hasil agar tetap berkelompok dan
bersoliaritas demi peningkatan program dan Serikat
PEKKA, maka keseluruhan indikator tersebut akan
memberikan hubungan yang nyata dengan semakin tinggi
nya keberdayaan anggota tersebut baik peran nya sebagai
perempuan untuk diri sendiri, keluarga, maupun di
lingkungan masyarakat.
Keberdayaan anggota ini terlihat dari keselarasan
tujuan pemberdayaan oleh Nugroho (2008) dan
pemerataan pemberdayaan yang ditinjau dari: 1) Memiliki
pemerataan tingkat kesejahteraan terhadap kehidupan para
anggota; 2) Pemerataan akses, yakni meningkatkan
kapasitas kemampuan anggota pada setiap sektor yang
setara dengan laki-laki; 3) Pemerataan kesadaran di mana
138

dapat memahami potensi diri untuk belajar dalam proses


hidup sesuai dengan kebutuhan anggota; 4) Meningkatkan
atau pemerataan partisipasi aktif terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-program
yang ditugaskan; 5) Pembagian kontrol yang setara, di
mana partisipasi perempuan pada tingkat pengambilan
keputusan tentunya nanti akan memberikan efek
pemberdayaan serta jika partisipasi itu dimanfaatkan,
maka kesetaraan akses ekonomi dan manfaat lainnya akan
bervariasi.
Dengan keseluruhan penjelasan tersebut, hasil hipotesis
ditentukan bahwa adanya penolakan Ho dan penerimaan
Ha yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara partisipasi anggota program pendidikan
kepemimpinan perempuan desa dengan keberdayaan
perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, pembahasan dan teknik
analisis data yang telah dilakukan mengenai Hubungan
Partisipasi Anggota Program Pendidikan Kepemimpinan
Perempuan Desa dengan Keberdayaan Perempuan di Serikat
PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa Barat maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Responden atau anggota program yang diteliti terbagi ke
dalam enam karakteristik. Kesuluruhan karakteristik
menunjukkan latar belakang deskripsi responden yang
berbeda-beda. Deskripsi responden yang pertama berasal
dari latar belakang usia, dengan diperoleh jumlah
klasifikasi terbanyak berasal dari rentang usia 47 sampai
52 tahun. Deskripsi responden yang kedua yaitu
berdasarkan pendidikan terakhir dengan klasifikasi jumlah
terbanyak terdapat pada lulusan SMA atau sederajat.
Deskripsi responden ketiga berdasarkan domisili yaitu
dengan hasil dari 9 desa, jumlah terbanyak responden
berasal dari Desa Warnajati. Deskripsi responden keempat
berdasarkan status perkawinan yaitu yang perlu digaris
bawahi terdapat 15 responden ialah Pekka dengan
berbagai sebab dan sisanya bersuami serta 2 responden
belum pernah menikah. Deskripsi responden kelima
berdasarkan pekerjaan, responden dengan jumlah

139
140

terbanyak ialah bekerja sebagai guru PAUD. Dan


deskripsi responden keenam adalah karakteristik
responden berdasarkan keaktifan dalam kegiatan di
masyarakat dengan jumlah terbanyak responden yakni
sebagai kader posyandu di daerahnya.

2. Hubungan partisipasi anggota dengan keberdayaan


perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
memperoleh nilai koefiesien korelasi sebesar 0,803**.
Hasil dari uji korelasi tersebut menunjukkan interpretasi
bahwa terdapat hubungan positif yang tinggi, kuat dan
signifikan pada nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05.
Hasil uji statistik tersebut didukung dengan analisis setiap
tingkat indikator partisipasi anggota dan keberdayaan
perempuan. Tingkat partisipasi anggota mayoritas berada
pada pesentase 61 persen di kategori sedang dan 22 persen
di kategori tinggi dalam berpartisipasi. Tingkat
keberdayaan perempuan mayoritas juga berada pada
persentase 75 persen kategori sedang dan 8 persen berada
pada kategori tinggi keberdayaanya. Adanya hubungan
keterkaitan tersebut menandakan bahwa adanya alasan
kuat untuk mendukung jawaban yang menolak Ho dan
menerima pernyataan dari Ha.

3. Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang


linier atau signifikan dalam hubungan partisipasi anggota
dengan keberdayaan perempuan. Pola linier diperoleh
141

melalui hasil grafik scatter plot dan test for linearity pada
program SPSS. Grafik scatter plot juga menemukan
adanya titik-titik plot dari kiri bawah ke kanan atas yang
menandakan hubungan antar variabel adalah positif dan
searah. Hal ini berarti menggambarkan bahwa semakin
besar partisipasi keaktifan seorang anggota dalam
mengikuti kegiatan program pendidikan kepemimpinan
desa maka semakin besar pula peningkatan keberdayaan
perempuan tersebut.

B. Saran
Dari berbagai data hasil penelitian yang diperoleh
termasuk hasil kuesioner yang sudah diolah dan dianalisis,
maka terdapat adanya permasalahan yang menjadi catatan
peneliti. Hal tersebut menjadi dasar untuk memberikan
masukan dalam memajukan anggota dan program
pendidikan kepemimpinan perempuan desa. Adapun catatan
tertuju untuk lembaga pengurus Serikat PEKKA dan mentor
program, diantaranya sebagai berikut:

1. Alangkah baiknya jika anggota diberikan kesempatan


lagi untuk terbiasa mengikuti kegiatan rapat maupun
melakukan advokasi kegiatan kelompok kepada desa
secara bergantian agar dapat terus aktif dalam
bersosialisasi dengan orang lain.
2. Hendaknya dapat mengkaji ulang kegiatan evaluasi
pengawasan hasil program guna memberikan
142

kesempatan bagi para anggota untuk mendapatkan


penyegaran materi atau berdiskusi. Sehingga anggota
yang belum memiliki tekad dalam meningkatkan
potensi dirinya dapat ikut terasah dengan mengikuti
anggota yang keberdayaan sudah dikategori tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan
Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan :
Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills
Pada Keluarga Nelayan. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Putra.
Azwar, S. (2000). Asumsi‐Asumsi Dalam Inferensi Statistika.
Yogyakarta: Faculty of Psychology.
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana Prenada
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2015. Desentralisasi dan
Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete dengan
program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hadi, S. (1991). Analisis butir untuk instrumen angket, tes, dan
skala nilai dengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hasan, M. Iqbal. 2013. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik
Deskriptif). Jakarta: PT. Bumi Akasara
Hikmat, Harry. 2013. Strategi Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Humaniora.
Hubeis AVS . 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke
Masa. Bogor: IPB Press.

143
144

Isbandi, Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris


Berbasis Aset Komunitas : Dari Pemikiran Menuju
Penerapan. Depok: Fisip UI press
Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat.
Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO.
Keith, T. (2006). Multiple Regression And Beyond. PEARSON
Allyn & Bacon.
Mahsyuri dan Zainuddin, M. 2011. Metodologi Penelitian -
Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT Refika
Aditama
Mardikanto, T., & Soebiato, P. (2013). Pemberdayaan
Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik (2nd ed.).
Bandung: Alfabeta.
Mulia, Siti Musdah. 2007. Islam & Inspirasi Kesetaraan Gender.
Yogyakarta: Kibar Press.
Nazir. 2014. Metode Penelitian. Diedit oleh Risman. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Nugroho, Riant. 2008. Public Policy: Teori Kebijakan –Analisis
Kebijakan –Proses. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pembangunan Di Kelurahan Kotabaru Tengah. Jurnal Ilmu
Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume I. Universitas
Lambung Mangkurat
Prijono, Onny S dan A.M.W. Pranarka. 1996. Pemberdayaan
(Empowerment). Jakarta: Centre for Strategic and
International Studies.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian
Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian. 9 ed. Bandung:
Alfabeta.
Riyanto, Slamet dan Hatmawan, Aglis Andhita. 2020. Metode
Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian di Bidang
Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen.
Yogyakarta: CV Budi Utama
145

Sasmita A. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta


(ID): Graha Ilmu Press.
Sembodo, Heru. 2006. Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa. Malang: Universitas Barawijaya.
Singarimbun M, Effendi S, Tukuran. 2014. Metode Penelitian
Survei. Jakarta (ID): LP3ES.
Siregar. I. 2001.Tesis Penanggulanagn Kemiskinan Melalui
Pemberdayaan Masyarakat Nelaya. Depok: Universitas
Indonesia.
SPSS Inc. (2007). SPSS Base 16.0 User‟s Guide. Chicago: SPSS
Inc.
Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi
Peneliti. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Rakyat Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika
Aditama.
Suharto, Edi. 2017. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung: STKSPRESS.
Suryabrata, Sumardi. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Widhiarso, Wahyu. 2010. Uji Linieritas Hubungan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.
Widoyoko, S Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar
146

Zulminarni, Nani. 2017. Akademi Paradigta Perempuan Hebat


Desa Berdaulat : Modul Pendidikan Kepemimpinan
Perempuan Desa. Jakarta: PEKKA.

Sumber Jurnal dan Skripsi :


Fadil, Fathurrahman. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kelurahan
Kotabaru Tengah. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan
Lokal, Volume I. Universitas Lambung Mangkurat.
Cohen JM, Uphoff NT. 1980. Participation's place in rural
development: seeking clarity through specificity. [Diunduh
13 Februari 2020]. Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/4897194_Particip
ation's_Place_in_Rural_Development_Seeking_Clarity_Thr
ough_Specificity.
Dwita, Rama. 2019. Analisis Hubungan Tingkat Partisipasi dan
Tingkat Keberdayaan Masyarakat dalam Program
Pengembangan Masyarakat Berkelanjutan : Di Kampung
Sabilulungan Bersih, Desa Nagrog, Kecamatan Cicalengka,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. IPB[ID]: Institut
Pertanian Bogor.
Effendi, I.2002. Analisa Persepsi Masyarakat terhadap Taman
Nasional Gunung Lauser Desa Harapan Jaya, Kabupaten
Langat, Sumatra Utara, UNSU.
Hapsari, Aldina Dan Rilus A Kinseng . 2018. Hubungan
Partisipasi Dalam Program Pemberdayaan Umkm Dengan
Tingkat Kesejahteraan Peserta. Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
[Jskpm], Vol. 2 (1): 1-12.
Jalieli, Amatul Dan Dwi Sadono. 2013. Tingkat Partisipasi Dan
Keberdayaan Petani Alumni Program Sl-Ptt (Kasus Desa
Gegesik Wetan Kabupaten Cirebon). Institut Pertanian
Bogor. Jurnal Penyuluhan, Vol. 9 No. 2
Nuha, Ahmad Fanani Ulin. 2019. Tingkat Partisipasi dan
Kemandirian Anggota Pos Pemberdayaan Keluarga
(POSDAYA) Bidang Ekonomi : Kasus Posdaya Mandiri
147

Terpadu, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,


Kabupaten Bogor, Jawa Barat. IPB[ID]: Institut Pertanian
Bogor.
Nuraiti dan Bambang. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program
Corporate Social Responsibility (CSR). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Susanti, Elly. 2013. Tingkat Keberdayaan Perempuan Kepala
Keluarga (Kasus Pada Program Pekka Di Desa Dayah
Tanoh Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
Provinsi Aceh). Universitas Syiah Kuala. Jurnal Agrisep
Vol 14, No 2.
Widiyaningsih dan Mohammad Riduansyah. 2013. Analisis
Tingkat Keberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pengembangan Komoditas Buah Belimbing Pada
Kelompok Tani Belimbing di Kecamatan Pancoran Mas,
Kota Depok. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia.
LAMPIRAN

148
149
150
151
152

Hasil Output Uji Coba Validitas Kuesioner

Hasil Output Uji Coba Validitas Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

JUMLAH Keterangan
Pearson Correlation ,533** Valid
BUTIR 1 Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation ,475** Valid
BUTIR 2 Sig. (2-tailed) ,008
N 30
Pearson Correlation ,438* Valid
BUTIR 3 Sig. (2-tailed) ,016
N 30
Pearson Correlation ,616** Valid
BUTIR 4 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,606** Valid
BUTIR 5 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,745** Valid
BUTIR 6 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,835** Valid
BUTIR 7 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,774** Valid
BUTIR 8 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,322
BUTIR 9 Sig. (2-tailed) ,082 Tidak Valid
N 30
Pearson Correlation ,622**
BUTIR 10 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,605** Valid
BUTIR 11 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,625** Valid
BUTIR 12
Sig. (2-tailed) ,000
153

Hasil Output Uji Coba Validitas Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

N 30
Pearson Correlation ,596** Valid
BUTIR 13 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,706** Valid
BUTIR 14 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,679** Valid
BUTIR 15 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,553** Valid
BUTIR 16 Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation -,002 Tidak Valid
BUTIR 17 Sig. (2-tailed) ,990
N 30
Pearson Correlation ,699** Valid
BUTIR 18 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,727** Valid
BUTIR 19 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,584** Valid
BUTIR 20 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,349 Tidak Valid
BUTIR 21 Sig. (2-tailed) ,059
N 30
Pearson Correlation ,759** Valid
BUTIR 22 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,879** Valid
BUTIR 23 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,603** Valid
BUTIR 24 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
BUTIR 25 Pearson Correlation ,563** Valid
154

Hasil Output Uji Coba Validitas Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

Sig. (2-tailed) ,001


N 30
Pearson Correlation ,441* Valid
BUTIR 26 Sig. (2-tailed) ,015
N 30
Pearson Correlation ,370* Valid
BUTIR 27 Sig. (2-tailed) ,044
N 30
Pearson Correlation ,465** Valid
BUTIR 28 Sig. (2-tailed) ,010
N 30
Pearson Correlation 1
JUMLAH Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
155

Hasil Output Uji Coba Validitas Keberdayaan Perempuan (Y)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur
JUMLAH Keterangan
**
Pearson Correlation ,479 Valid
BUTIR 1 Sig. (2-tailed) ,007
N 30
Pearson Correlation ,559** Valid
BUTIR 2 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,438* Valid
BUTIR 3 Sig. (2-tailed) ,015
N 30
Pearson Correlation ,762** Valid
BUTIR 4 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,737** Valid
BUTIR 5 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,154 Tidak Valid
BUTIR 6 Sig. (2-tailed) ,415
N 30
Pearson Correlation ,643** Valid
BUTIR 7 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,479** Valid
BUTIR 8 Sig. (2-tailed) ,007
N 30
Pearson Correlation ,256 Tidak Valid
BUTIR 9 Sig. (2-tailed) ,172
N 30
Pearson Correlation ,619** Valid
BUTIR 10 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,458* Valid
BUTIR 11 Sig. (2-tailed) ,011
N 30
Pearson Correlation ,713** Valid
BUTIR 12 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,635** Valid
BUTIR 13
Sig. (2-tailed) ,000
156

Hasil Output Uji Coba Validitas Keberdayaan Perempuan (Y)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur
N 30
Pearson Correlation ,675** Valid
BUTIR 14 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,627** Valid
BUTIR 15 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,307 Tidak Valid
BUTIR 16 Sig. (2-tailed) ,099
N 30
Pearson Correlation ,559** Valid
BUTIR 17 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,425* Valid
BUTIR 18 Sig. (2-tailed) ,019
N 30
Pearson Correlation ,675** Valid
BUTIR 19 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,730** Valid
BUTIR 20 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,696** Valid
BUTIR 21 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,457* Valid
BUTIR 22 Sig. (2-tailed) ,011
N 30
Pearson Correlation ,759** Valid
BUTIR 23 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,458* Valid
BUTIR 24 Sig. (2-tailed) ,011
N 30
Pearson Correlation 1
JUMLAH Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
157

Hasil Output Uji Coba Reliabilitas Kuesioner

Uji Coba Reliabilitas Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,916 28

Hasil Output Uji Coba Reliabilitas Kuesioner


Keberdayaan Perempuan (Y)
Di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,877 24
158

Hasil Output Uji Validitas Kuesioner

Hasil Output Uji Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
JUMLAH Keterangan
Pearson Correlation ,327** Valid
BUTIR 1 Sig. (2-tailed) ,001
N 92
Pearson Correlation ,192 Tidak Valid
BUTIR 2 Sig. (2-tailed) ,066
N 92
Pearson Correlation ,591** Valid
BUTIR 3 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,615** Valid
BUTIR 4 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,579** Valid
BUTIR 5 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,564** Valid
BUTIR 6 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,187 Tidak Valid
BUTIR 7 Sig. (2-tailed) ,074
N 92
Pearson Correlation ,074 Tidak Valid
BUTIR 8 Sig. (2-tailed) ,485
N 92
Pearson Correlation ,651** Valid
BUTIR 9 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,567** Valid
BUTIR 10 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,396** Valid
BUTIR 11 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,549** Valid
BUTIR 12
Sig. (2-tailed) ,000
159

Hasil Output Uji Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
N 92
Pearson Correlation ,695** Valid
BUTIR 13 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,654** Valid
BUTIR 14 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,435** Valid
BUTIR 15 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,571** Valid
BUTIR16 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,312** Valid
BUTIR 17 Sig. (2-tailed) ,002
N 92
Pearson Correlation ,637** Valid
BUTIR 18 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,550** Valid
BUTIR 19 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,714** Valid
BUTIR 20 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,796** Valid
BUTIR 21 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,569** Valid
BUTIR 22 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,610** Valid
BUTIR 23 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,631** Valid
BUTIR 24 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,651** Valid
BUTIR 25
Sig. (2-tailed) ,000
160

Hasil Output Uji Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
N 92
Pearson Correlation 1
JUMLAH Sig. (2-tailed)
N 92

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
161

Hasil Output Uji Validitas


Keberdayaan Perempuan (Y)
Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
JUMLAH Keterangan
**
Pearson Correlation ,392 Valid
BUTIR 1 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,533** Valid
BUTIR 2 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,414** Valid
BUTIR 3 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,409** Valid
BUTIR 4 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,341** Valid
BUTIR 5 Sig. (2-tailed) ,001
N 92
Pearson Correlation ,521** Valid
BUTIR 6 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,496** Valid
BUTIR 7 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,085 Tidak Valid
BUTIR 8 Sig. (2-tailed) ,418
N 92
Pearson Correlation ,329** Valid
BUTIR 9 Sig. (2-tailed) ,001
N 92
Pearson Correlation ,157 Tidak Valid
BUTIR 10 Sig. (2-tailed) ,134
N 92
Pearson Correlation ,314** Valid
BUTIR 11 Sig. (2-tailed) ,002
N 92
Pearson Correlation ,206* Valid
BUTIR 12 Sig. (2-tailed) ,049
N 92
162

Hasil Output Uji Validitas


Keberdayaan Perempuan (Y)
Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
Pearson Correlation -,120 Tidak Valid
BUTIR 13 Sig. (2-tailed) ,254
N 92
Pearson Correlation ,776** Valid
BUTIR 14 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,504** Valid
BUTIR 15 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,401** Valid
BUTIR16 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,424** Valid
BUTIR 17 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,560** Valid
BUTIR 18 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,727** Valid
BUTIR 19 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,627** Valid
BUTIR 20 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation ,366** Valid
BUTIR 21 Sig. (2-tailed) ,000
N 92
Pearson Correlation 1
JUMLAH Sig. (2-tailed)
N 92

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
163

Hasil Output Uji Reliabilitas Kuesioner

Uji Reliabilitas Partisipasi Anggota (X)


Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,892 25

Hasil Output Uji Reliabilitas Kuesioner


Keberdayaan Perempuan (Y)
Di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,753 21
164

Hasil Output Uji Analisis Korelasi

Correlations
Partisipasi Keberdayaan
Anggota Perempuan
Correlation
1,000 ,803**
Partisipasi Coefficient
Anggota Sig. (2-tailed) . ,000
Spearman's N 92 92
rho Correlation
,803** 1,000
Keberdayaan Coefficient
Perempuan Sig. (2-tailed) ,000 .
N 92 92
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Output Grafik Scatter-plot


165

Hasil Output ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
(Combined) 825,244 21 39,297 11,528 ,000
Linearity 648,518 1 648,518 190,249 ,000
Keberdayaan Between
Deviation
Perempuan * Groups
from 176,725 20 8,836 2,592 ,002
Partisipasi
Linearity
Anggota
Within Groups 238,615 70 3,409
Total 1063,859 91
166

TABEL R

Tabel r
167
168
169
170

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
No B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 JUMLAH
1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 4 4 2 3 2 4 3 3 4 2 1 4 75
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 74
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 70
5 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79
6 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 84
7 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
8 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
9 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
11 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
12 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 78
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
14 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74
171

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
20 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
21 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
23 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 84
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 72
25 3 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
26 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 80
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
29 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
30 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 71
31 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 71
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
34 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 74
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 71
37 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
172

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
38 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 78
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
40 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93
41 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 65
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 66
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74
44 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 72
45 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
46 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 93
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
48 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 76
49 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 0 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 66
50 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
51 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 85
52 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 82
53 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 82
54 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
55 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
56 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
173

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
57 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 79
58 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 64
59 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 62
60 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 62
61 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 63
62 4 4 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 68
63 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
64 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
65 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
66 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 84
67 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 84
68 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 85
69 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
70 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 84
71 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 85
72 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 80
73 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 83
74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
174

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Partisipasi Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
76 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
77 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76
79 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 84
80 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 81
81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
83 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
84 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75
85 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77
86 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 75
87 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 80
88 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 77
89 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 75
90 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79
91 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 80
92 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79
175

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Keberdayaan Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
No B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 JUMLAH
1 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 1 2 4 3 3 3 62
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 65
4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 61
5 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 70
6 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
7 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 71
8 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
9 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62
12 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 68
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 64
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
176

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Keberdayaan Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 67
23 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 76
24 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 60
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 68
26 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 74
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 66
28 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 65
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 64
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 63
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 63
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 64
34 4 4 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
35 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 63
36 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 61
37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 64
177

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Keberdayaan Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
38 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 67
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 61
40 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 70
41 4 4 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 56
42 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 61
44 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 61
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
46 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 70
47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
48 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 66
49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
50 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
51 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 68
52 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 66
53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 1 4 4 3 3 64
54 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 61
55 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 66
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 63
178

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Keberdayaan Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
57 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 70
58 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 60
59 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 60
60 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 2 3 3 4 2 2 59
61 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 59
62 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2 2 64
63 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
64 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
65 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
66 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
67 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
68 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
69 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
70 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
71 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 69
72 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
73 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 68
74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 64
75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
179

Tabel Skor Jawaban Kuesioner Variabel Keberdayaan Anggota Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
76 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
77 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 65
78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 64
79 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 65
80 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 64
81 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
83 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
84 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
85 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
86 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
87 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 66
88 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 63
89 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 64
90 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 68
91 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 68
92 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 68
180

Lembar Kuesioner

Assalamu‟alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

Dengan ini saya “Hanifa Ismiati Azizah” mahasiswi


Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian
dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul
“Hubungan Partisipasi Anggota Program Pendidikan
Kepemimpinan Perempuan Desa Dengan Keberdayaan
Perempuan di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat”, maka saya mengharapkan kesedian Ibu kiranya
berkenan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya
sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Atas
perhatian dan perkenan Ibu saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh.

A. Identitas Responden
1. Nama :.............................................................
2. Usia :................ tahun
3. Alamat :............................................................
4. Pekerjaan :............................................................
5. Alumni Paradigta :
Angkatan 1
Angkatan 2
Angkatan 3
181

6. Pendidikan Terakhir :
SD Diploma
SMP / Sederajat Lainnya : ....................
SMA / Sederajat

7. Status Perkawinan :
Bersuami
Pekka dengan berbagai sebab
Belum menikah

8. Kegiatan di masyarakat :
Kader Posyandu BPD
Kader PKK Kegiatan Sosial Lainnya: ...........

B. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti
2. Isilah dengan jujur dan benar
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan
memberi ceklis (√) dari setiap pernyataan yang dianggap
paling tepat dengan menggunakan skala sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
182

Daftar Pernyataan Partisipasi Anggota Program


Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS

Keterlibatan Dalam Perencanaan


1. Saya suka mengikuti rapat sebelum dan
sesudah kegiatan
2. Saya suka memberikan data dan
informasi yang saya ketahui
3. Saya aktif menyusun rancangan rencana
sebelum kegiatan
4. Saya ikut dalam penentuan keputusan –
keputusan kegiatan
5. Saya mengetahui prioritas tujuan yang
dicapai dalam kegiatan
Keterlibatan Dalam Pelaksanaan
6. Saya mengikuti kelas pendidikan
dengan baik
7. Saya biasa datang terlambat saat kelas
dilakukan
8. Saya senang mengatur dan
membereskan kelas setelah selesai
belajar
9. Saya selalu fokus mendengarkan
mentor menyampaikan materi
10. Saya malas berfikir saat berada di kelas
11. Saya melaksanakan tugas dengan baik
benar dan tepat waktu
12. Saya jarang mengungkapkan pendapat
di kelas
13. Saya mengikuti peraturan yang ada di
akademi paradigta
14. Saya sadar kegiatan berhasil itu untuk
kepentingan bersama
183

15. Saya siap memberikan sumbangan


berupa uang untuk kegiatan
16. Saya kurang suka membantu orang lain
17. Saya berani menanggung resiko atas
tindakan saya di kegiatan
Keterlibatan Dalam Menikmati Hasil Dan Pemanfaatan Hasil
18. Saya sulit paham materi akademi
paradigta dan sulit mengerjakan tugas
akhir
19. Saya punya motivasi untuk memberikan
ilmu akademi paradigta kepada
perempuan yang bukan anggota
20. Saya siap diskusi untuk
mengembangkan ilmu akademi
paradigta
Keterlibatan Dalam Pengawasan Dan Penilaian Hasil
21. Saya aktif memantau kegiatan setelah
saya lulus akademi paradigta
22. Saya dapat memberikan informasi
mengenai program kegiatan kepada
kelembagaan desa
23. Saya malas berdiskusi dan berbagi
keluhan mengenai program
24. Saya sibuk dan tidak dapat mengawasi
kegiatan setelah saya lulus akademi
paradigta
25. Saya mempunyai pekerjaan layak
setelah mengikuti akademi paradigta
Daftar Pernyataan Keberdayaan Perempuan
Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Kemampuan Berubah
1. Saya mempunyai kekuatan di diri saya
2. Saya sadar pentingnya upaya perubahan
yang lebih baik
3. Saya tegas dalam menemukan solusi
dari masalah saya
4. Saya mandiri dan dapat mencari nafkah
sendiri
Kemampuan Memperoleh Akses
5. Saya memiliki hak untuk belajar hal
baru di akademi paradigta ini
6. Saya memiliki hak dan kekuasaan untuk
mengontrol tubuh saya
7. Saya sulit bersosialisasi dengan orang
lain
8. Saya terbiasa mengakses pelayanan
publik sendiri
9. Kesehatan reproduksi saya bukan hal
penting
10. Saya belum pernah mengikuti rapat
yang ada di desa
11. Saya dapat mengenali potensi, peluang
dalam berekonomi
12. Saya memanfaatkan alam untuk
mencari nafkah
13. Saya pasif dalam melakukan advokasi
kegiatan kelompok kepada desa
Kemampuan Menghadapi Hambatan
14. Saya ingin diri saya bermanfaat di
lingkungan masyarakat saya tinggal

129
130

15. Saya tidak ingin ditindas orang lain


16. Saya dilarang bekerja membantu
mencari nafkah
17. Saya takut dan malu untuk melangkah
berubah menjadi lebih baik
Kemampuan Berkelompok Dan Solidaritas
18. Saling tolong menolong kepada setiap
anggota kelompok itu perlu.
19. Kegiatan berkelompok membuat saya
mempunyai teman dan keluarga baru
20. Saya siap menjadi anggota dan
melakukan kegiatan PEKKA
21. Saya mau menjadi pengurus kelompok
PEKKA jika diperlukan
131

Dokumentasi Uji Real Kuesioner


di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
132

Dokumentasi Uji Real Kuesioner


di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi
133

Dokumentasi Uji Percobaan Kuesioner


di Serikat PEKKA Kabupaten Cianjur

Dokumentasi bersama pengurus Yayasan PEKKA


134

Dokumentasi Kegiatan Pendidikan Kepemimpinan


Perempuan Desa di Serikat PEKKA Kabupaten Sukabumi

Anda mungkin juga menyukai