Anda di halaman 1dari 94

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

PARTISIPASI IBU BALITA DALAM PEMANFAATAN


PELAYANAN POSYANDU
(Studi Kasus Pada Posyandu Kelurahan Mekarsari, Kecamatan
Cimanggis, Depok)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk
Memenuhi Syarat Menuju Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Alya Fadiyah
NIM : 11140150000051

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK

Alya Fadiyah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Partisipasi Ibu


Balita Dalam Pemanfaatan Pelayanan Posyandu (Studi Kasus Pada Posyandu
Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok)”, Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor predisposisi,
penguat, dan pemungkin mempengaruhi perilaku partisipasi masyarakat terutama
ibu-ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan posyandu. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, sampel pada penelitian ini adalah 96 orang ibu yang memiliki
anak balita di wilayah Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan
untuk menjawab hipotesis adalah regresi linier sederhana.
Hasil analisis data dilihat dari uji koefisien determinasi, untuk mengetahui
besaran kontribusi yang diberikan faktor-faktor perilaku predisposisi (tingkat
pengetahuan ibu dan sikap ibu), Faktor-faktor pemungkin/pendukung (jarak
posyandu, kepemilikan KMS, dan kebermanfaatan program), dan Faktor-faktor
penguat (dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dan dukungan petugas
kesehatan & kader) terhadap perilaku partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan posyandu sebesar 48,3%. Selanjutnya hasil pengujian hipotesis dapat
diketahui nilai t hitung diperoleh sebesar 9,472 dan nilai t tabel sebesar 1,985 yang
berarti nilai t hitung lebih besar dari t tabel (9,472 > 1,985), maka keputusan dalam
penelitian ini Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat diinterpretasikan atau
diartikan bahwa variabel faktor-faktor Perilaku berpengaruh terhadap perilaku
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu.
Dan berdasarkan nilai β, pada uji regresi linier diperoleh nilai β sebesar 0,309
pada faktor predisposisi, kemudian sebesar 0,400 pada faktor pemungkin, dan
sebesar 0,203 pada faktor penguat. Semakin nilai β menjauhi angka 0 maka semakin
dominan suatu variabel. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor pemungkin lah
yang paling dominan terhadap Perilaku Partisipasi Ibu Balita.
Kata kunci : Faktor-faktor perilaku, Perilaku, Partisipasi

i
ABSTRACT

Alya Fadiyah, "Factors Influencing the Behavior of Toddler Mother's


Participation in Utilizing Posyandu Services (Case Study at Posyandu
Mekarsari Village, Cimanggis District, Depok)", Social Sciences Education
Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.
This study aims to determine whether predisposing, reinforcing and enabling
factors influence the behavior of community participation, especially toddlers in
utilizing posyandu services. This research is a quantitative study, the sample in this
study were 96 mothers who have children under five in the Mekarsari Village,
Cimanggis District, Depok. Data collection techniques using a questionnaire. The
data analysis technique used to answer hypotheses is simple linear regression.
The results of data analysis are seen from the coefficient of determination test,
to determine the amount of contribution given predisposing behavioral factors
(mother's knowledge level and mother's attitude), enabling/supporting factors
(posyandu distance, KMS ownership, and program usefulness), and factors
reinforcement factors (family support, support of community leaders, and support
of health workers & cadres) to the behavior of participating mothers in toddlers in
the use of posyandu services by 48.3%. Furthermore, the results of hypothesis
testing can be known the value of t arithmetic obtained by 9,472 and t table value
of 1,985 which means the value of t arithmetic is greater than t table (9,472> 1,985),
then the decision in this study Ha is accepted and Ho is rejected. Then it can be
interpreted or interpreted that Behavioral factors variables influence the
participation behavior of mothers of children under five in the use of posyandu
services.
And based on the value of β, the linear regression test obtained β value of
0.309 on predisposing factors, then of 0.400 on the enabling factors, and of 0.203
on the reinforcing factors. The more the value of β moves away from 0, the more
dominant a variable is. So it can be said that the enabling factor is the most dominant
towards the Participatory Behavior of Toddlers.
Keywords: Behavioral factors, Behavior, Participation.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur


penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tersurah kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan
muslimat.

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, senantiasa selalu penulis panjatkan kepada


Allah SWT. Karena atas Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya diri ini adalah mahluk sosial yang tidak
mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses penyusunan skripsi ini,
penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, do’a, serta semangat dari
berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai
ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, apresiasi dan rasa terima kasih
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc, MA selaku Rektor


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.

iii
7. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing dengan penuh sabar dan memberikan arahan kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9. Bapak Iqbal Faroid, S.STP selaku kepala Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
10. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Abi Alm. Amiruddin Arief dan Umi
Lusiana yang terus membesarkan, mendidik, mendoakan, dan senantiasa
selalu mendukung dengan penuh kasih sayang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan penuh semangat. Kepada
mereka pula skripsi ini penulis dedikasikan.
11. Kakak-kakak ku tercinta Abang Esa Erlangga Putra, Ka Hana Khalidah
dan Ka Salma Sabila yang juga selalu mendukung penulis baik moral
maupun non moral, dan juga membuat penulis menjadi pribadi yang lebih
baik lagi dengan menjadi cerminan diri penulis.
12. Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2014,
teman-teman Sosio-sosioan, terlebih khusus kepada HUAKAKAK
(Aisyah Az-Zahrah, Githa Ciptaningtyas, Azhary Pangestu, Melinda
Saraswati, Khoerun Nisa, Sindi Alwiyah, Mauly Nabilah), Yunita Dwi
Nurindah Sari, Aulia Maharani Samputri, dan Rani Tussadiah, terima
kasih sudah menjadi orang-orang yang membuat saya senang dan
semangat untuk datang ke kampus, terimakasih sudah berjuang bersama
selama ini. Terima kasih sudah sangat membantu, menemani, menghibur,
dan mendoakan. Semoga kalian selalu diberi kelancaran dan kemudahan
disegala urusan, Aamiin..
13. Kepada para sahabat dan keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih banyak untuk doa dan dukungan yang telah kalian
berikan kepada penulis.

iv
14. Semua responden yang telah membantu dalam penelitian ini, terima kasih
atas waktu yang sudah di sisihkan, selipan-selipan doa serta semangat
yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kebaikan kalian semua
dibalas oleh Allah SWT. Aamiin..
15. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
terimakasih atas doa dan bantuannya.

Akhirnya, semoga segala bantuan bimbingan, semangat dan do’a yang


telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di
dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi khazanah pengetahuan pada umumnya.

Depok, 16 November 2019

Alya Fadiyah

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................6
D. Rumusan Masalah .................................................................................6
E. Tujuan Penelitian...................................................................................6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ................................8
A. Kajian Teori...........................................................................................8
1. Pengertian Perilaku ........................................................................8
2. Perilaku Kesehatan .........................................................................9
3. Partisipasi .....................................................................................12
4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu .......................................................................17
5. Posyandu ......................................................................................26
B. Penelitian Relevan ...............................................................................35
C. Kerangka Berpikir ...............................................................................42
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................44
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................44
1. Tempat Penelitian.........................................................................44

vi
2. Waktu Penelitian ..........................................................................44
B. Metode Penelitian ................................................................................45
C. Populasi dan Sampel ...........................................................................46
D. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel ...........................................48
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................49
1. Library Research atau data sekunder ...........................................49
2. Kuesioner (angket) .......................................................................50
F. Intrumen Penelitian .............................................................................51
G. Teknik Analisis Data ...........................................................................54
1. Statistik Deskriptif .......................................................................54
2. Uji Prasyarat Data ........................................................................54
3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................61
4. Uji Regresi Linier Berganda ........................................................64
5. Uji Hipotesis ................................................................................65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................67
1. Kondisi Geografis ........................................................................67
2. Visi & Misi Kota Depok ..............................................................67
3. Keadaan Demografi .....................................................................68
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian...........................................................70
1. Deskripsi Responden ....................................................................70
2. Karakteristik Profil Responden ....................................................71
3. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................77
C. Uji Persyaratan Analisis dan Uji Hipotesis .........................................78
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................78
D. Hasil Uji Hipotesis ..............................................................................83
1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ..........................83
2. Uji Signifikansi (Uji t) .................................................................84
3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ...............................................86
E. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................88
F. Keterbatasan Penelitian .......................................................................93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................94

vii
A. Kesimpulan..........................................................................................94
B. Saran ....................................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................98
LAMPIRAN ........................................................................................................104

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penyusunan dan Penelitian Skripsi

Tabel 3.2 Jumlah Anak Balita Kelurahan Mekarsari Tahun 2019

Tabel 3.3 Alternatif Jawaban

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Perilaku Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Faktor-Faktor Perilaku

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Perilaku Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor Perilaku

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Partisipasi Ibu Balita dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Faktor-Faktor Perilaku

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Mekarsari Tahun 2018

Tabel 4.2 Jumlah Anak Balita Kelurahan Mekarsari Tahun 2019

Tabel 4.3 Nama Posyandu di Kelurahan Mekarsari

Tabel 4.4 Data Penyebaran Kuesioner

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Agama

ix
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga Perbulan

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan Balita ke


Posyandu dalam 6 Bulan terakhir

Tabel 4.13 Statistik Deskriptif

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.16 Hasil Uji Linieritas

Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikansi Parsial

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Gambar 3.1 Peta Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan P-Plot.

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Hasil Analisis Data

Lampiran 4 Tabel Data Tabulasi

Lampiran 5 Dokumemtasi

Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang, indonesia saat ini sedang
aktif dalam pembangunan di berbagai bidang. Tujuan pembangunan itu sendiri
diarahkan bagi kesejahteraan individu maupun masyarakat. Seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 45 alinea ke empat bahwa tujuan nasional
bangsa indonesia adalah melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah darah indonesia dan memajukan kesejahteraan umum.
Salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan ini adalah di bidang
kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional tujuan pembangunan kesehatan
diarahkan pada meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya1. salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.
Dalam pembangunan kesehatan, masalah utama yang menghambat
pencapaian tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingginya angka kematian
bayi dan anak balita serta tingkat kesuburan penduduk. Angka kematian bayi
merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28
minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab
kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,
kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang
rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup
banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia

1
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
193, (Jakarta: Sekretariat Negara, 2012), Lampiran h. 3.

1
2

intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan
bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat
melahirkan.2
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan
menerapkan berbagai pendekatan, termasuk didalamnya dengan melibatkan
potensi masyarakat, karena Peran serta masyarakat dalam menanggulangi
permasalahan diatas sangatlah dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan konsep
pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam
pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM) UKBM diantaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Tanaman obat Keluarga (Toga), dan Pos
Obat Desa (POD).3
Salah satu jenis UKBM yang telah lama dikembangkan dan mengakar
dimasyarakat adalah Posyandu. Menurut Kemenkes RI Posyandu merupakan
suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk, dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.4
Dengan mengikuti program Posyandu banyak sekali manfaat yang
dapat di peroleh masyarakat dan kader. Manfaat-manfaat yang posyandu bagi
masyarakat adalah5
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.

2
Departemen Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2005,
(Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007), h. 17.
3
Kementerian Kesehatan RI, Profil kesehatan Indonesia tahun 2011, (Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2012), h. xl.
4
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, (Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2006), h. 2.
5
Kementerian Kesehatan RI, Buku saku posyandu, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2012), h. 5-6
3

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang


atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
Selain masyarakat, manfaat yang bisa di dapatkan seorang kader
posyandu adalah :
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.

Terlebih lagi jumlah Posyandu bertambah dengan cepat, dari sekitar


232.000 pada tahun 2004 menjadi sekitar 267.000 pada tahun 20076. Sementara
itu menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, pada tahun 2011 tercatat
terdapat 268.439 Posyandu yang beroperasi di seluruh Indonesia7. Dalam
pelaksanaannya, pelayanan posyandu memiliki lima program prioritas yaitu
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, Gizi dan
Penanggulangan diare.
Namun pada kenyataannya di posyandu warga masyarakat sendiri
banyak yang tidak memanfaatkan posyandu untuk memantau tumbuh kembang
anaknya dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa anak balitanya
ke posyandu dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan

6
Dikutip dari https://www.depkes.go.id/article/print/1067/ibu-negara-resmikan-1000-
posyandu-di-kota-tangerang.html Diakses pada tanggal 18 Maret 2019, pukul 10.27 WIB.
7
Kementerian Kesehatan RI, Profil kesehatan Indonesia tahun 2011, op.cit, h. 104.
4

tumbuh dan kembang pada anak balita. Riset Kesehatan Dasar menyebutkan,
45,4% anak balita ditimbang rutin empat kali atau lebih dalam enam bulan
terakhir pada 2007. Jumlah itu naik menjadi 49,4% pada 2010. Jumlah anak
balita yang sama sekali tidak pernah ditimbang mencapai 25,5% (2007) dan
23,8% (2010). Semakin bertambah umur anak, semakin jarang mereka
ditimbang secara rutin8.
Dan tercatat di dalam Riskesdas tahun 2007, Secara nasional, sebanyak
27,3% rumah tangga memanfaatkan posyandu, 62,5% rumah tangga tidak
memanfaatkan posyandu karena tidak membutuhkan, dan 10,3% rumah tangga
tidak memanfaatkan posyandu untuk beberapa alasan seperti layanan posyandu
tidak lengkap, lokasinya jauh, atau karena tidak ada posyandu di
desa/kelurahannya, Mereka yang memanfaatkan posyandu paling banyak
berada di perdesaan dan dari kelompok ekonomi menengah ke bawah 9, angka
ini masih berada dibawah standar nasional yang ditetapkan yaitu (80%)10.
Kurangnya pemanfaatan posyandu sebagai sarana pemantauan tumbuh
kembang balita oleh ibu balita akan berakibat tidak terdeteksiya masalah-
masalah kesehatan anak balita secara dini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
berpartisipasi yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan,
mata pencaharian, usia, dan lama tinggal11. Faktor tersebut berhubungan
dengan ibu-ibu membawa balita ke Posyandu secara teratur sangat penting
untuk mendapatkan pelayanan gizi dan kesehatan.
Dan pada kenyataanya ada beberapa posyandu di dalam kelurahan
mekarsari yang tidak aktif, hal tersebut dikarenakan letak posyandu tersebut

8
Dikutip dari
https://bola.kompas.com/read/2012/01/24/02562259/posyandu.penting.cegah.gizi.buruk, Diakses
pada tanggal 23 oktober 2018, pukul 10.27 WIB.
9
Departemen Kesehatan RI, Riset kesehatan dasar tahun 2007, (Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008), h. xx.
10
Kementerian Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
747 Tahun 2007 Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga, (Jakarta:
Departemen Kesehatan, 2007), h. 11
11
Y. Slamet, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, (Surakarta: Penerbit
Sebelas Maret University Press, 1993), h. 114-143
5

ada di dalam komplek yang masyarakatnya memiliki status ekonomi menengah


keatas. masyarakat yang memiliki status ekonomi menengah keatas hampir
tidak pernah membawa anak balitanya untuk di pantau tumbuh kembangnya di
posyandu yang telah disediakan oleh pemerintah, mereka lebih memilih
memeriksakan tumbuh kembang anaknya di rumah sakit terdekat.
Padahal seperti yang kita ketahui Pembangunan kesehatan hanya dapat
dicapai bila didukung oleh kerjasama dengan semangat kemitraan antar semua
pelaku pembangunan, baik Pemerintah secara lintas urusan, Pemerintah dan
daerah, badan legislatif dan yudikatif, serta swasta, termasuk masyarakat12.
Berdasarkan pernyataan tersebut Partisipasi masyarakat sangat diperlukan
dalam upaya pencapaian suatu program. Karena dengan memanfaatkan lima
program prioritas posyandu, ancaman kematian terhadap ibu dan balita dapat
dikurangi dan dicegah sehingga kesejahteraan sosial dan kelangsungan ibu dan
anak dapat tercapai.
Berdasarkan uraian tersebut, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan posyandu.
maka dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Partisipasi Ibu Balita Dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu” dalam meningkatkan status kesehatan
ibu dan anak khususnya, sehingga tercapai peningakatan kesejahteraan
keluarga/masyarakat dan sekaligus tujuan pembangunan kesehatan bisa di
realisasikan dan diwujudkan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka
masalah yang diteliti dibatasi pada:
1. Kurangnya keterlibatan ibu-ibu balita dalam kegiatan di posyandu
2. Kurangnya kesadaran ibu-ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan
posyandu

12
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional, op.cit, lampiran h. 83.
6

3. Faktor perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan posyandu


4. Kurangnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan posyandu
5. Belum diketahui ada atau tidaknya pengaruh faktor-faktor predisposisi,
penguat, dan pemungkin terhadap perilaku ibu-ibu balita dalam
memanfaatkan pelayanan posyandu

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan diatas, maka
masalah yang diteliti dibatasi pada Belum diketahui ada atau tidaknya
pengaruh faktor-faktor predisposisi, penguat, dan pemungkin terhadap perilaku
ibu-ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan posyandu

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan ini dirumuskan menjadi adakah
pengaruh antara faktor-faktor predisposisi, penguat, dan pemungkin terhadap
perilaku masyarakat terutama ibu-ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan
posyandu.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
pembatasan masalah, dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor-faktor predisposisi,
penguat, dan pemungkin terhadap perilaku ibu-ibu balita dalam memanfaatkan
pelayanan posyandu.
7

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang sosiologi. Khususnya tentang partisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan sosial.

2. Manfaat praktis
a) Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan masalah yang di teliti, yaitu mengetahui partisipasi
masyarakat khususnya ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan
posyandu

b) Bagi posyandu
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada posyandu
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan balita di posyandu.
c) Bagi bidang pendidikan dan pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang antropologi. Khususnya antropologi kesehatan
yaitu untuk mengetahui tingkat perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan posyandu.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Perilaku
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.1 Pada
esensinya, perilaku (behaviour) adalah apapun yang dikatakan atau
dilakukan seseorang.2
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak.3
Menurut Lewin yang dikutip oleh Azwar menyatakan bahwa
perilaku adalah fungsi karakteristik individu (motif, nilai-nilai,sifat
kepribadian, dll) dan lingkungan, faktor lingkungan memiliki kekuatan
besar dalam menentukan perilaku, terkadang kekuatannya lebih besar
daripada karakteristik individu sehingga menjadikan prediksi perilaku
lebih komplek.4 Jadi, perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan
penahan.

1
Dikutip dari https://kbbi.web.id/perilaku diakses pada 14 November 2017, pukul 14.39
WIB.
2
Garry Martin dan Joseph Pear, Modifikasi Perilaku, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h.3.
3
A Wawan dan Dewi M, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), h. 48.
4
Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), h. 10-11

8
9

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


perilaku adalah reaksi terhadap rangsangan atau respons yang berasal dari
lingkungan tentang apapun yang dikatakan atau dilakukan oleh seseorang.

2. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.5
Perilaku kesehatan juga berarti semua aktivitas atau kegiatan seseorang,
baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable),6 yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 37, yaitu:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maitanance) tersebut
meliputi pencegahan dan perlindungan diri dari penyakit dan masalah
kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, serta perilaku gizi dalam arti
makanan dan minuman.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau lebih sering disebut perilaku pencarian pengobatan
(health seeking behavior). Perilaku ini menyangkut upaya atau
tindakan seseorang ketika menderita penyakit dan atau kecelakaan
mulai dari perilaku mengobati diri sendiri maupun mencari
pengobatan sampai ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan dimana seseorang akan merespon
keadaan lingkungan baik fisik, sosial budaya maupun yang lain
dengan harapan lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya.

5
soekidjo notoatmodjo, ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar), (Jakarta:
rineka cipta 2003) , h. 121.
6
heri D. J. maulana, Promosi kesehatan, (Jakarta: EGC, 2009), h. 187.
7
soekidjo notoatmodjo, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, (Jakarta: rineka cipta
2014), h. 134-135
10

Salah satu bentuk perilaku kesehatan disini adalah partisipasi ibu


balita dalam program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anak
balita mereka untuk dipantau perkembangan tumbuh kembangnya ke
Posyandu secara teratur setiap bulan.
Menurut Notoatmodjo, determinan perilaku merupakan faktor-
faktor yang menentukan atau membentuk perilaku. Banyak teori tentang
determinan perilaku yang didasarkan pada asumsi yang dibangun, dalam
penelitian ini teori yang dijadikan acuan tersebut adalah Teori Lawrence
Green8.
Menurut Lawrence Green (1980)9, perilaku seseorang dipengaruhi
3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor-faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor-faktor penguat
(reinforcing factors).
Faktor-faktor yang dapat mempermudah/predisposisi mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya, misalnya seseorang yang tidak mau
mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang
tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya10.
Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya
perilaku, maka disebut faktor pemudah. Perilaku ibu mengunjungi
posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa
manfaat membawa anak ke posyandu.
Faktor-faktor pemungkin/pendukung mencakup ketersediaan sarana
dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas

8
Ibid., h. 194.
9
Ibid.
10
Ibid., h. 195
11

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,


Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan
sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan
prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu
hamil yang periksa kehamilan ke tenaga kesehatan tidak hanya karena ia
tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan saja, melainkan ibu hamil
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat
pemeriksaan kehamilan, misalnya Puskesmas, Polindes, bidan praktek
ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Sebagai contoh
mudahnya akses ke tempat posyandu seperti tempat posyandu yang
terjangkau dan tersedianya fasilitas peralatan/sarana posyandu yang
memadai dapat mendukung sasaran untuk berpartisipasi ke Posyandu.
Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Misalnya
perilaku pemeriksaan kehamilan serta kemudahan memperoleh fasilitas
pemeriksaan kehamilan, juga diperlukan peraturan atau perundang-
undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang
menjadi penguat adalah petugas kesehatan/puskesmas, ketua PKK/Kader
Posyandu agar ibu mau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
12

3. Partisipasi
1) Pengertian partisipasi
Menurut Sastropoetro Partisipasi adalah keterlibatan yang
bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama11. Partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keterlibatan masyarakat
yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan
kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat itu sendiri. hal ini
di lakukan demi mendukung program pemerintah untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
Kemudian Keith Davis memperjelas pengertian partisipasi,
yaitu partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap
usaha yang bersangkutan.12 Dan menurut Achmadi partisipasi
masyarakat dalam bentuk swadaya gotong royong merupakan modal
utama. Swadaya yang dimaksud oleh achmadi adalah kemampuan
suatu kelompok masyarakat yang dengan kesadaran dan inisiatif
sendiri mengadakan ikhtiar pemenuhan kebutuhan.13 Seperti yang di
jelaskan oleh keith davis dan achmadi dapat disimpulkan partisipasi
merupakan bentuk kesadaran dan inisiatif seseorang untuk
memberikan sumbangan atau kontribusi kepada suatu kelompok
masyarakat demi mencapai tujuan bersama. sumbangan atau
kontribusi yang dimaksud dapat berupa manpower (tenaga), money

11
Santoso Sastropoetro, Partisipasi, komunikasi, persuasi dan disiplin dalam
pembangunan nasional, (Bandung: Alumni, 1986), h. 52.
12
Ibid., h. 13.
13
Ibid., h. 33-34
13

(uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu


dan sebagainya), mind (idea atau gagasan) (Notoatmodjo, 2007).14
Pengertian lain menurut Fao, Partisipasi adalah kontribusi
sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam
pengambilan keputusan dan masyarakat diharapkan meningkatkan
kemampuannya untuk dapat menanggapi proyek-proyek
pembangunan15. Mikkelsen menambahkan agar partisipasi
masyarakat menjadi efisien dan berhasil, para pejabat yang terlibat
dalam proyek-proyek pembangunan tersebut harus juga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada upaya
melibatkan masyarakat. 16
Partisipasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
partisipasi para ibu yang terlibat aktif dalam pemanfaatan pelayanan
posyandu kelurahan Mekarsari, kecamatan Cimanggis, Depok. Yang
dimaksud dengan para ibu tersebut yakni ibu yang memiliki balita, ibu
yang menjadi kader posyandu serta ibu yang bukan seorang kader
aktif posyandu maupun yang sudah tidak memiliki balita.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi


Menurut Slamet, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat di bagi menjadi enam, yaitu jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat penghasilan, mata pencaharian, usia. 17

a. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi.
Partisipasi yang dilakukan oleh seorang laki-laki akan berbeda dengan
partisipasi yang dilakukan oleh seorang perempuan. Hal ini

14
soekidjo notoatmodjo, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, op.cit., h. 124.
15
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:
Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
h. 58.
16
Ibid., h. 64.
17
Y. Slamet, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, op.cit., h. 137-143.
14

disebabkan karena adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk


dalam masyarakat yang membedakan kedudukan dan derajat laki-laki
dan perempuan, sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan
kewajiban. Pada umumnya, kaum laki-laki akan lebih sering
berpartisipasi dibandingkan dengan perempuan.

b. Tingkat pendidikan
Faktor pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi karena
dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang akan
lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap
untuk berinovasi dan mempunyai pikiran yang kreatif. Hal ini juga
terkait dengan seberapa besar pengetahuan yang dimiliki seseorang
dari latar belakang pendidikan yang dimilikinya.

c. Tingkat penghasilan
Tingkat penghasilan seseorang di dalam masyarakat biasanya akan
mempengaruhi dirinya dalam berpartisipasi. Jika penghasilan
seseorang di dalam masyarakat itu besar, maka kemungkinan orang
tersebut turut aktif berpartisipasi akan semakin besar pula. Tingkat
pendapatan ini mempengaruhi kemampuan untuk melakukan
investasi, sehingga bila tingkat penghasilan seseorang dalam
masyarakat tersebut rendah maka akan turut mempengaruhi peran
sertanya dalam suatu kegiatan, atau dengan kata lain tingkat
partisipasinya akan cenderung kecil.

d. Mata pencaharian/pekerjaan
Tingkat penghasilan seseorang tentunya berkaitan erat dengan
jenis pekerjaan orang tersebut. Jenis pekerjaan seseorang akan
berpengaruh terhadap banyaknya waktu luang yang dimilikinya dalam
turut serta dalam berbagai kegiatan di dalam masyarakat.
15

e. Usia
Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi, hal ini
terkait dengan perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas
dalam masyarakat, sehingga memunculkan golongan tua dan
golongan muda yang berbeda-beda dalam hal tertentu, misalnya
menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Kecenderungannya
golongan usia yang lebih tua lebih banyak berpartisipasi dibandingkan
dengan golongan usia yang lebih muda.

Selain faktor-faktor diatas, Daryono SH juga mengemukakan


faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat18, yaitu :
a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan,
kedudukan sosial, dan percaya terhadap diri sendiri.
b. Penginterpretasian yang dangkal terhadap agama.
c. Kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan
kepentingan.
d. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai
program pembangunan.

Ife (2008) juga mengungkapkan faktor-faktor yang


mempengaruhi partisipasi, antara lain19:
a. Penghargaan
Ife (2008) mengatakan bahwa berbagai bentuk partisipasi harus
diakui serta dihargai. Ini akan semakin membuat masyarakat untuk
terdorong dalam berpartisipasi.

b. Dukungan struktur masyarakat


Ife (2008) juga menambahkan bahwa di dalam proses partisipasi,
struktur masyarakat di lingkungan tersebut tidak mengucilkan setiap

18
Santoso Sastropoetro, op.cit., h. 22.
19
Jim Ife & Frank Tesoriero. Community Development: Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 310 – 312.
16

orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan masyarakat tersebut


harus mendukung kelemahan yang mungkin ada di dalam diri setiap
warganya, seperti ketidakpercayaan diri, lemah dalam berpikir atau
berkata-kata.

c. Dukungan sarana
Ife (2008) mengatakan seseorang dalam berpartisipasi harus juga
didukung dalam partisipasinya, seperti ada sarana transportasi.
Kemudian kemudahan untuk mengakses lokasi atau tempat kegiatan
harus diperhitungkan, begitu pula dengan waktu pelaksanaan
kegiatannya.

d. Kebutuhan masyarakat
Ife (2008) juga mengatakan bahwa orang-orang akan berpartisipasi
apabila mereka merasakan isu atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan
merupakan hal yang penting. Masyarakat akan merasa isu tersebut
penting ketika sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya.

3) Bentuk-bentuk partisipasi
Menurut Keith Davis & Hamidjojo membedakan bentuk
partisipasi dalam empat bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, tenaga,
keterampilan, dan materi/harta benda.20

a. Partisipasi buah pikiran/gagasan


Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk
menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan
program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan
pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang
diikutinya.

20
Santoso Sastropoetro, op.cit., h. 32.
17

b. Partisipasi tenaga
partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan
usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.
partisipasi yang diberikan dalam berbagai kegiatan, seperti untuk
perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan untuk orang lain,
partisipasi spontan atas dasar sukarela.
c. Partisipasi keterampilan
Partisipasi keterampilan yaitu memberikan dorongan melalui
keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang
membutuhkannya. Partisipasi yang diberikan dalam mendorong aneka
ragam bentuk usaha dan industri.
d. Partisipasi materi/harta benda
partisipasi yang diberikan oleh seseorang dalam suatu kegiatan
untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain
dan sebagainya. Dalam partisipasi ini tujuannya untuk memperlancar
usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan bantuan. Partisipasi ini dapat dalam bentuk menyumbang
harta benda dan uang. biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Partisipasi Ibu


Balita ke Posyandu
1) Umur ibu
Menurut KBBI, umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan)21
Umur ibu dapat mempengaruhi partisipasi karena menurut
Felstein menjelaskan bahwa umur adalah determinan dari peningkatan

21
Dikutip dari https://kbbi.web.id/umur Diakses pada tanggal 23 oktober 2018, pukul
10.27 WIB.
18

kejadian penyakit dan perubahan pola morbiditas dan ini menjadi


penentu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan.22
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reihana,
Artha Budi Susila Duarsa mengenai penggunaan atau pemanfaatan
pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan lebih
banyak dimanfaatkan oleh ibu yang berumur muda (<36 tahun) dari
pada ibu yang berumur tua (>36 tahun).23

2) Tingkat pendidikan ibu


Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal.
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh
secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-
syarat yang jelas. Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah
suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku (tujuan).24
Menurut Soetjiningsih, Pendidikan orang tua merupakan salah
satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya.25
Selain itu pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan
semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya,

22
Reihana dan artha budi susila duarsa, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu” dalam Jurnal Kedokteran Yarsi 20 (3) : 143-
157 (2012), h. 150.
23
Ibid.
24
Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal Diakses pada tanggal 23
oktober 2018, pukul 10.27 WIB.
25
Umi Khalimah. “Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan Praktek
Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati”, Skripsi. Semarang:
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. 2007, h. 9.
19

jika pendidikan rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap


seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai baru yang
diperkenalkan

3) Status Bekerja Ibu


Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah,
bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja
karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap
bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada
sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan
sebelumnya.26
Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan
pekerja lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang dipekerjakan
yaitu waktu siang 7 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari
kerja dalam satu minggu, atau dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu
minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu. Sisa waktu 16-18 jam
digunakan untuk kehidupan dalam keluarga, masyarakat, tidur, dan
lain-lain.27
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang
cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan. Hal tersebut kemungkinan terjadi disebabkan
oleh ibu balita yang bekerja tidak mempunyai waktu luang, sehingga
semakin tinggi aktivitas pekerjaan ibu maka semakin sulit ibu datang
ke Posyandu. Asumsi lain kemungkinan karena Posyandu
diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja yaitu diselenggarakan
mulai jam 09.00 hingga 12.00 WIB pada hari kerja sehingga ibu yang
bekerja tidak dapat membawa anaknya ke Posyandu.

26
Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h.11.
27
Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 13
20

4) Tingkat pengetahuan ibu


Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui indra manusia yaitu indera manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga28.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo29 pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya) misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan

28
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 143.
29
Ibid., h. 144-146.
21

d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dari suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara


atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden30.

5) Sikap ibu
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup31.
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan

30
Ibid.
31
Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 124.
22

tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek


tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan
menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu32.

6) Pendapatan keluarga
Pendapatan adalah hasil kerja atau perolehan usaha33.
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers34, pendapatan
yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari
pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan
dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh
dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan
anggota keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer maupun yang sekunder35

7) Jarak ke posyandu
Menurut Departemen Pendidikan Nasional36, Jarak adalah
ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu
jarak antara rumah dengan letak posyandu.
Menurut Nasrul Effendy37, letak posyandu sebaiknya berada
di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri, dapat merupakan lokal tersendiri, dapat
dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT atau RW. Hal

32
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),
h. 94.
33
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
gramedia pustaka utama, 2008), H. 293.
34
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta:
Rajawali, 1982), h. 20.
35
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, (Jakarta: EGC, 1995), h. 10.
36
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
gramedia pustaka utama, 2008), h. 567.
37
Nasrul Effendy, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: EGC,
1997), h. 269.
23

ini agar jarak posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan
masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya.

8) Kepemilikan KMS
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan KMS akan tercatat berapa kali ibu balita
mengunjungi posyandu untuk memeriksakan perkembangan anaknya,
dapat dikatakan Aktif jika memiliki kunjungan diatas ≥ 4 kali38, dan
dengan KMS gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat39.
Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak,
yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak
tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan40. Maka
dari itu KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi
ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak
terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada
anak.
Berdasarkan hasil penelitian Sambas (2002) ditemukan
hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu.41 Tidak demikian halnya dengan
hasil penelitian Riza Hayati Ifroh, Rahmi Susanti, Wenny Winanda
(2018) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

38
Departemen Kesehatan RI, Riset kesehatan dasar tahun 2007, (Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008), h. xi.
39
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), (Jakarta: Bakti Husada, 2010), h. 5.
40
Ibid., h. 6
41
Gun gun Sambas, “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu Balita Ke
Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur tahun 2002”. Skripsi Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002. h. 78
24

kepemilikan KMS dengan perilaku kunjungan ibu balita ke


posyandu.42

9) Kebermanfaatan program
Peter M. Balu dalam Ndraha43 mengatakan bahwa semakin
banyak manfaat program yang akan diperoleh suatu pihak dari pihak
lain melalui kegiatan tertentu, maka keterlibatan mereka dalam
kegiatan tersebut juga semakin besar. Jika posyandu memiliki banyak
program yang bermanfaat dapat dipastikan akan semakin banyak ibu
balita yang berpartisipasi untuk memantau pertumbuhan anak-
anaknya.

10) Dukungan dari keluarga


Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan
berupa perhatian, penghargaan, informasi nasehat maupun materi
yang diterima ibu balita dari anggota keluarga untuk membawa
balitanya pada kunjungan ke posyandu. Setiap individu sejak lahir
berada di dalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga.
Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi
atau mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena
pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma-
norma sosial tertentu, maka perilaku setiap individu anggota
kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian
pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah44

42
Riza Hayati Ifroh, Rahmi Susanti, Wenny Winanda. “Kajian teori who mengenai
jumlah kunjungan ibu ke posyandu tarap guna meningkatkan cakupan d/s bayi-balita” dalam
jurnal kesehatan masyarakat volume 9 nomor 1, 2018. h. 12.
43
Taliziduhu ndraha, Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat Tinggal
Landas, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 105.
44
soekidjo notoatmodjo, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, op.cit., h. 149.
25

11) Dukungan dari tokoh masyarakat


Menurut Lawrence Green (1980) Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat.45
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan yang
berbasis masyarakat yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat oleh karena itu dalam pelaksanaan pelayanan posyandu
peranan tokoh masyarakat sangat penting didalam memberikan
motivasi atau dorongan kepada masyarakat khususnya ibu balita
didalam memanfaatkan posyandu sebagai sarana untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya.
Tokoh masyarakat juga memiliki peran yang cukup besar
dalam mempengaruhi perilaku masyarakat didalam pengambilan
keputusan termasuk keputusan dalam perilaku kesehatan, jika tokoh
masyarakat setempat tidak berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan
Posyandu, ada kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan
menggunakan Posyandu. Menurut penelitian Tricia (2008)
menemukan adanya hubungan antara dorongan dari tokoh masyarakat
ini dengan perilaku kunjungan ibu balita ke posyandu.46

12) Dukungan petugas kesehatan


Menurut Lawrence Green (1980) Faktor penguat untuk
seseorang berperilaku sehat yaitu berdasarkan dukungan tenaga
kesehatan seperti perawat, dokter, bidan dan kader kesehatan47. Setiap
program dengan sasaran masyarakat khususnya program posyandu
tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya

45
Ibid., h. 19.
46
Yulita Tricia, “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu untuk membawa
anak balitanya ke posyandu di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008”,
Skripsi Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008. h. 79.
47
soekidjo notoatmodjo, Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, op.cit., h. 194.
26

posyandu. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran serta dan
dukungan dari petugas kesehatan dalam menunjang keberhasilan.

5. Posyandu
1) Pengertian posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Selain itu,
posyandu merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang sungguh
membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.48

2) Tujuan Posyandu
Tujuan umum dari posyandu adalah menunjang percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan, tujuan khusus Posyandu adalah meningkatkan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan mendasar
(primary health care), meningkatkan peran lintas sektoral dalam
penyelenggaraan posyandu, dan meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan kesehatan mendasar, terutama yang berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.49

48
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, op.cit., h. 11.
49
Ibid., h. 13
27

3) Fungsi posyandu
Fungsi posyandu adalah Sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat dalam alih informasi dan ketrampilan dari petugas kepada
masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB dan AKABA. Dan fungsi lainnya adalah
sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.50

4) Sasaran posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang
kesehatan, sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) terutama51:
a. Bayi (dibawah satu tahun)
b. Balita (dibawah lima tahun)
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
Program Posyandu ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas
pertumbuhan dan kesehatan anak dan Ibu.

5) Manfaat Posyandu
Dengan mengikuti program Posyandu banyak sekali manfaat
yang dapat di peroleh masyarakat dan kader. Manfaat-manfaat yang
posyandu bagi masyarakat adalah52
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.

50
Ibid.
51
Ibid.
52
Kemenkes RI, Buku saku posyandu, loc.cit.
28

4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.


5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet
tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
Selain masyarakat, manfaat yang bisa di dapatkan seorang
kader posyandu adalah
1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan
lebih lengkap.
2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh
kembang anak balita dan kesehatan ibu.
3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang
terpercaya dalam bidang kesehatan.
4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak
dan kesehatan ibu.

6) Jenis kegiatan posyandu


Posyandu memiliki 5 kegiatan utama, yakni kegiatan Ibu dan
Anak, Keluarga Berencana, imunisasi, gizi, dan pencegahan dan
penanggulangan diare. Secara rinci, kegiatan Posyandu adalah sebagai
berikut53:

1. Kegiatan Ibu dan Anak (KIA)

a) Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup
penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan
oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan
pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid.
Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi

53
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, op.cit., h. 26-30.
29

fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke


puskesmas.

Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu


diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok
Ibu Hamil, antara lain sebagai berikut:

1. Penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,


persiapan menyusui, KB, dan gizi.
2. Perawatan payudara dan pemberian ASI.
3. Peragaan pola makan ibu hamil.
4. Peragaan perawatan bayi baru lahir.
5. Senam ibu hamil.

b) Ibu nifas dan menyusui


Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan
kebersihan jalan lahir (vagina).
2. Pemberian vitamin A dan tablet besi.
3. Perawatan Payudara.
4. Senam ibu nifas.
Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dan tersedia ruangan,
dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lonchia. Apabila
ditemukan kelainan segera dirujuk ke puskesmas.

c) Bayi dan Anak Balita


Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika
ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,
30

anak balita sebaiknya tidak digendong, melainkan dilepas bermain


sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk
balita mencakup:
1. Penimbangan berat badan.
2. Penentuan status pertumbuhan,
3. Penyuluhan.
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas, dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas.

2. Keluarga Berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh
kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada
tenaga kesehatan puskesmas dilakukan suntikan KB dan konseling
KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
dilakukan pemasangan IUD.

3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila
ada petugas puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan
dengan program, baik terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu
hamil.

4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya
adalah bayi, balita, ibu hamil, dan Wanita Usia Subur (WUS). Jenis
pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi
dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT,
pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil
dan ibu nifas, ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul
31

Yodium untuk bertempat tinggal di daerah gondok endemic. Apabila


setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera
dirujuk ke puskesmas.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare.


Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Penanggulangan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan
penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri
oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.

7) Strata posyandu
Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama, sehingga
pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga
berbeda. Tingkat perkembangan posyandu secara umum dibedakan
atas 4 tingkat, sebagai berikut54:

1) Posyandu Pratama
Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, ditandai
oleh kegiatan bulanan posyandu yang belum terlaksana secara
rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)
orang.
2) Posyandu Madya
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun. Dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan
ke lima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
3) Posyandu Purnama

54
Ibid., h.53-56.
32

Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK diwilayah kerja
posyandu.
4) Posyandu Mandiri
Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-
rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal diwilayah kerja
posyandu.

8) Kartu Menuju Sehat (KMS)


1) Pengertian Kartu Menuju Sehat
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat
kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS akan
tercatat berapa kali ibu balita mengunjungi posyandu untuk
memeriksakan perkembangan anaknya, dapat dikatakan Aktif
jika memiliki kunjungan diatas ≥ 4 kali55, dan dengan KMS
gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui

55
Departemen Kesehatan RI, Riset kesehatan dasar tahun 2007, (Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2008), h. xi.
33

lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara


lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat56.

2) Fungsi Kartu Menuju Sehat


a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS
dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh
normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik
berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS,
artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk
mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik
berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak
kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS
dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama
berat badan anak, kapsul vitamin A, pemberian ASI pada
bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-
pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan
anak, perawatan anak bila menderita diare.57

3) Manfaat Kartu Menuju Sehat


a. Bagi orang tua balita
Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.
Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke posyandu
untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan
(berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita
dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan

56
Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), loc.cit.
57
Ibid., h. 6.
34

makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas


kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat
mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat
waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A
secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
b. Bagi kader
KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan kapsul
vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan
tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan
tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik
2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader
perlu merujuk kepetugas kesehatan terdekat agar anak
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. KMS juga digunakan
kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan
anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan
anaknya di posyandu pada bulan berikutnya.
c. Bagi petugas kesehatan
Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis
pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti
imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima
pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan
kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas
kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam
kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat
digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita
tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian
kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI
eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan
35

perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau


pertumbuhannya58

Kartu menuju sehat di indonesia telah digunakan sejak tahun


1970-an, sebagai instrument utama kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan
yang terdiri dari :
1. penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan
setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan
berdasarkan kenaikan berat badan.
2. menindak lanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak
lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling,
pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen gizi dan
rujukan.
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan
utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5% (sekitar 15 juta)
balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60,9%
di antaranya ditimbang lebih dari 4 kali, dan sebanyak 65% (sekitar
12 juta) balita memiliki KMS59

B. Penelitian Relevan
1. Susi Nofianti. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Make Kabupaten Lima Puluh Kota” Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

58
Ibid., h. 6-7.
59
Ibid., h.5.
36

Tahun 2012.60 Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui


faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemanfaatan posyandu
oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Maek, Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
desain cross sectional. Populasinya adalah ibu balita yang mempunyai
anak umur 4-59 bulan dengan sampel berjumlah 100 orang. Analisis
menggunakan chisquare. Hasil penelitian diperoleh ibu balita yang
mempunyai perilaku baik dalam pemanfaatan posyandu adalah sebesar
41%. Dari hasil analisis data diperoleh faktor yang berhubungan secara
bermakna dengan perilaku pemanfaatan posyandu oleh ibu balita adalah
umur ibu (p=0,001), pekerjaan ibu (p=0,023), umur balita (p=0,000),
urutan kelahiran balita (p=0,006) dan kepemilikan KMS (p=0.001).
Disarankan agar semua pihak baik dari unsur kesehatan, kader, tokoh
masyarakat maupun masyarakat sendiri bahu membahu dalam
menggerakkan posyandu.

2. Nurul Hidayati. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi


Ibu Balita Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010” Skripsi Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Tahun 2010.61 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010,
yang dilaksanakan pada bulan April - November dengan menggunakan
desain penelitian studi cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah

60
Susi Nofianti. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemanfaatan
Posyanduoleh Ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Make Kabupaten Lima Puluh Kota”
Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Tahun 2012. h. viii.
61
Nurul Hidayati. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”
Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Tahun
2010. h. ii.
37

222 ibu balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
balita berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu (63,5%). Berdasarkan analisis
bivariat diketahui bahwa umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan
ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, perilaku kader dan
perilaku petugas kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa.
Sedangkan kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat memiliki
hubungan yang bermakna dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa pada tahun 2010. Selanjutnya, berdasarkan analisis
multivariat diketahui bahwa kepemilikan KMS merupakan faktor yang
paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa pada tahun 2010.

3. Nuri Susilowati. “Partisipasi Ibu Yang Memiliki Anak Balita Dalam


Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Di Pos Pelayanan Terpadu Nyi
Achmad Dahlan Agar Terciptanya Keluarga Sehat Sejahtera” Skripsi
Program Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Tahun 1992.62 Hasil penelitian menunjukan dengan adanya
partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di
posyandu, ada peningkatan status kesehatan baik untuk ibu, anak dan
keluarga yang setidaknya dapat mengurangi angka kematian bayi tersebut.
mengingat dengan berpartisipasi memanfaatkan pelayan kesehatan
posyandu, ibu-ibu balita telah merasakan manfaatnya Antara lain anak
yang jarang sakit parah, status gizi balitanya yang tidak masuk dalam
status gizi buruk, diare dapat dicegah melalui upaya-upaya pencegahan
penanggulangan diare, serta kesehatan ibu hamil yang lebih diperhatikan
dan keikutsertaan dalam keluarga berencana telah membawa dampak yang
positif bagi kesehatan diri dan keluarga. Dan dengan tindakan ibu-ibu

62
Nuri Susilowati. “Partisipasi Ibu Yang Memiliki Anak Balita Dalam Memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Di Pos Pelayanan Terpadu Nyi Achmad Dahlan Agar Terciptanya Keluarga
Sehat Sejahtera” Skripsi Program Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Tahun 1992. h. xiv-xv.
38

balita berpartisipasi di posyandu telah membawa dampak meningkatnya


status kesehatan keluarga dan dengan meningkatnya status kesehatan
keluarga telah menambah terciptanya keluarga sehat yang sejahtera.

4. Yulia tricia. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu


untuk membawa anak balitanya ke posyandu di Kecamatan Palas
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.” Skripsi Program Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Tahun 2008.63 Tujuan
dari penelitian ini adalah unruk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindakan ibu untuk membawa anak balitanya ke
posyandu. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain penenelitian
non-experimental dengan rancangan potong lintang (cross sectional).
Pengumpulan dat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Penelitian ini dilakukan di semua posyandu di kecamatan palas kabupaten
lampung selatan. Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai
anak balita yang berusia diatas 1 tahun. Teknik penganbilan sampel
dilakukan dengan metode acak sederhana. Hasil penelitian menunjukan
bahwa 8 variabel yang dimasukan sebagai variabel kandidat yaitu 5 faktor
yang dimasukan karena bermakna (p value <0,05), 2 faktor karena
mempunyai nilai p<0,25, dan 1 faktor (umur anak balita) karena secara
substantive dianggap berpengaruh pada tindakan ibu untuk membawa
anak balitanya ke posyand mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu
tentang posyandu dan adanya dorongan dari tokoh masyarakat adalah
faktor yang mempunyai hubungan bermakna. Sedangkan faktor umur
balita, pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu
sebagai variabel confounding. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah
bahwa fakor yang paling dominan adalah pengetahuan ibu tentang
posyandu dengan OR sebesar 2,689 yang artinya responden yang

63
Yulita tricia. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu untuk membawa
anak balitanya ke posyandu di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.”
Skripsi Program Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Tahun 2008 h. ii-iii.
39

memeliki pengetahuan tentang posyandu yang baik akan selalu datang ke


posyandu dalam 3 bulan terakhir sebesar 3 kali lebih tinggi dibandingkan
ibu yang memiliki pengetahuan tentang posyandu yang kurang, setlah
dikontrol variabel dorongan dari tokoh masyarakat, umur anak balita,
pengetahuan ibu tentang KMS dan jadwal pelaksanaan posyandu.

5. Umi Khalimah. “Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita


dengan Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas
Sekaran Gunungpati Semarang.” Skripsi Program Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Tahun 2007.64 Penelitian
ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang. Sampel penelitian
berjumlah 90 ibu. Cara pemilihan sampel dengan teknik area proportional
probability random sampling. Instrumen yang digunakan berupa
kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi-square dengan
derajat kemaknaan (α = 0,05 ). Hasil penelitian karakteristik ibu yang
berhubungan dengan penerapan imunisasi yaitu pendidikan (p = 0,015 dan
CC = 0,249), pekerjaan ibu (p = 0,008 dan CC = 0,271), pengetahuan ibu
(p = 0,000 dan CC = 0,284) dan karakteristik ibu yang tidak berhubungan
dengan penerapan imunisasi adalah tingkat pendapatan (p = 0,268 dan
CC= 0,116), jumlah anak (p =0,238 dan CC =0,123) serta jarak rumah
dengan tempat pelayanan imunisasi (p = 0,813dan CC =0,025). Sikap ibu
berhubungan penerapan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas
Sekaran Kota Semarang (p = 0,003 dan CC = 0,295).

6. Gun gun Sambas. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Bojongherang

64
Umi Khalimah. “Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan Praktek
Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang.” Skripsi
Program Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Tahun 2007. h. iv.
40

Kabupaten Cianjur tahun 2002.” Skripsi Program Fakultas Kesehatan


Masyarakat, Universitas Indonesia Tahun 2002.65 Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang
Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan pada bulan Juli 2002. Rancangan
penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Populasi sasaran adalah
anak balita yang terdaftar di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur.
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 300 anak balita, jumlah ini melebihi
jumlah sampel minimal dari hasil perhitungan sampel. Sebagai
respondennya adalah ibu-ību anak balita tersebut. Analisis yang digunakan
adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian
diperoleh bahwa angka kunjungan ibu-ibu anak balita yang membawa
anaknya ke Posyandu hanya mencapai 57,7% lebih rendah dari tahun 2001
(60%). Angka ini juga lebih rendah dari angka ruta-rata Kabupaten tahun
2001 (63,3%) maupun target nasional (80%) Dani 12 variabel independen
yang diteliti, hanya ada tiga variabel yang secara statistik berhubungan
bermakna dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yaitu
vanabel-vaiabel: kepemilikan KMS OR=5,381 (95%CI. 2,580-11,221),
Bimbingan dari petugas Puskesmas OR-2,081 (95%CI: 1,123-3,857) dan
Pembinaan dari Kader OR- 5,476 (95%CI: 2,501-11,992) Menurut
perhitungan dampak potensial variabel kepemilikan KMS menupakan
variabel yang paling dominan karena memberikan kontribusi terbesar
terhadap kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu sebesar 69,17%.

7. Riza Hayati Ifroh, Rahmi Susanti, Wenny Winanda. “Kajian teori who
mengenai jumlah kunjungan ibu ke posyandu tarap guna meningkatkan
cakupan d/s bayi-balita” dalam jurnal kesehatan masyarakat volume

65
Gun gun Sambas. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita ke
posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur tahun 2002.” Skripsi Program Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Tahun 2002. h. ii-iii.
41

9 nomor 1 (2018) 08-14.66 Penelitian ini merupakan penelitian observasi


analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang masuk sebagai
responden dalam penelitian ini adalah ibu yang terdata pada data posyandu
Tahun 2017-2018. Hasil: Jumlah kunjungan responden ke Posyandu Tarap
rata-rata 2 kali selama 4 bulan terakhir. Rata-rata nilai pengetahuan
responden adalah 14,95 dan rata-rata nilai sikap responden adalah 43,45.
Sebanyak 90% responden mendapatkan dukungan keluarga untuk datang
ke Posyandu Tarap. Selain itu, 90% responden termotivasi untuk ke
Posyandu Tarap guna mendapatkan informasi mengenai kesehatan anak,
dimana jarak tidak menjadi hambatan karena 95% responden menganggap
jarak rumah dengan Posyandu Tarap sangat dekat. Kesimpulan: Terdapat
1 faktor penyebab dari 7 variabel penelitian yang mempengaruhi
kunjungan ibu ke posyandu untuk menimbang bayi-balitanya yaitu
motivasi ibu dalam melakukan kunjungan ke Posyandu Tarap.

8. Reihana, artha budi susila duarsa, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu” dalam
Jurnal Kedokteran Yarsi 20 (3) : 143-157 (2012).67 Penelitian ini
bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu. Penelitian dengan desain
studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember 2010 pada 407
orang ibu yang mempunyai balita sampai umur 60 bulan. Hasil penelitian
didapatkan 54,8% ibu berpartisipasi aktif menimbang balita ke Posyandu,
hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu untuk menimbang balita ke
Posyandu di wilayah Puskesmas Panjang belum optimal. Hasil uji statistic
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu,
pengetahuan ibu, dukungan keluarga, kehadiran petugas, pemberian

66
Riza Hayati Ifroh, Rahmi Susanti, Wenny Winanda. “Kajian teori who mengenai
jumlah kunjungan ibu ke posyandu tarap guna meningkatkan cakupan d/s bayi-balita” dalam
jurnal kesehatan masyarakat volume 9 nomor 1 (2018) 08-14. h. 8
67
Reihana dan artha budi susila duarsa, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu” dalam Jurnal Kedokteran Yarsi 20 (3) :
143-157 (2012). h. 143.
42

makanan tambahan, motivasi, dan umur balita dengan partisipasi ibu.


Variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah interaksi antara
pengetahuan ibu dengan pendidikan ibu setelah dikontrol variabel
pendidikan ibu, umur balita, motivasi dan dukungan keluarga dengan nilai
OR 4,61

C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini mengembangkan teori dari Lawrence W. Green.
Berikut adalah kerangka teori yang digambarkan oleh Lawrence W. Green
terhadap variabel faktor untuk mendukung seseorang berperilaku.

Tabel 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian

Faktor Predisposisi

• Umur ibu
• Tingkat pendidikan ibu
• Status bekerja ibuu
• Pendapatan keluarga
• Tingkat pengetahuan ibu
Perilaku
• Sikap ibu
partisipasi ibu
Faktor Pemungkin balita
• Jarak ke posyandu memanfaatkan
• Kepemilikan KMS pelayanan
• Kebermanfaatan program posyandu

Faktor Penguat
• Dukungan keluarga
• Dukungan tokoh masyarakat
• Dukungan petugas kesehatan
43

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis penelitian ini
dapat diajukan diantaranya :
Ho : Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Faktor-faktor
Perilaku Predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap Perilaku
Partisipasi Ibu Balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu.
Ha : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Faktor-faktor Perilaku
Predisposisi, pemungkin dan penguat terhadap Perilaku Partisipasi Ibu
Balita dalam pemanfaatan pelayanan POSYANDU.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Lokasi pengumpulan data dalam penelitian yang ditujukan pada
posyandu kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa
Barat. Dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini

Gambar 3.1
Peta Kelurahan Mekarsari

2. Waktu Penelitian
Untuk menemukan hasil dari penelitian, peneliti telah melakukan
beberapa tahap penelitian, mulai dari penyusunan proposal hingga
pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data. Tahapan penelitian
dilaksanakan kurang lebih selama 20 bulan. Penelitian ini dilakukan dari
bulan Januari 2018 hingga Agustus 2019. Adapun perencanaan waktu
penelitian dapat dilihat dari tabel 3.1.

44
45

Tabel 3. 1
Waktu Penyusunan dan Penelitian Skripsi

2018 2019
No. DESKRIPSI Jan/ Mar/ Mei/ Jul/ Sep/ Nov/ Jan/ Mar/ Mei/ Jul/
Feb Apr Jun Agu Okt Des Feb Apr Jun Agu
Mengajukan
1. proposal
penelitian
Menghubungi
2. dosen
pembimbing
Penyusunan
3. BAB 1
Pendahuluan
Penyusunan
4. BAB 2
Kajian Teori
Penyusunan
BAB 3
5.
Metodologi
Penelitian
Penyusunan
BAB 4
6.
Hasil
Penelitian
Penyusunan
BAB 5
7.
Kesimpulan
dan Saran

B. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada
46

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument


penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan unruk
menguji hipotesis yang telah di tetapkan.1 Jenis penelitian ini dipilih, karena
sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh antara Faktor-faktor perilaku (predisposisi,
pemungkin, dan penguat) sebagai (Variabel Bebas) dengan partisipasi ibu
balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu (Variabel Terikat).
Metode Korelasional adalah metode yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atu beberapa variabel. Dengan
teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam
sebuah variabel dengan variasi lain. Jika peneliti akan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya mereka harus berhasil mengambil sampel yang betul-betul
representatif.2

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang
akan diteliti, disebut populasi atau universe.3 Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.4
Berdasarkan uraian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita (usia 6-59 bulan) yang
tinggal di daerah Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota

1
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 8.
2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 247-248.
3
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 57.
4
Sugiyono, op.cit., h.80.
47

Depok. Total keseluruhan populasi ada 2571 anak balita di Kelurahan


Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Adapun jumlah populasi
dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2
Jumlah Anak Balita di Kelurahan Mekarsari Tahun 2019
Laki-laki Perempuan Jumlah

1.271 1.300 2.571

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.5 Berdasarkan pendapat itu, maka penulis akan
menggunakan sebagian dari populasi penelitian yang disebut sampel.
Untuk menentukan siapa saja yang akan dijadikan sampel, penulis
menggunakan metode pengambilan data sampel probabilitas atau
disebut juga random sampling sederhana yaitu pengambilan sampel
dimana setiap orang dalam populasi mempunyai kesempatan peluang
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dengan cara
mengurutkan nama-nama anggota populasi menurut nomor.
Oleh karena itu sampelnya diambil secara acak dengan jumlah
yang sesuai dengan ukuran populasinya. Untuk mengambil sampel pada
penelitian ini menggunakan rumus slovin.

5
Ibid., h. 81.
48

N
n=(
N (d)2 )+1
Dimana:
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,056
Catatan: tingkat kesalahan yang dapat digunakan peneliti adalah 1%, 5%,
10% (dapat dipilih oleh peneliti).7
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus slovin maka sampel
pada penelitian ini berjumlah 96 anak balita, yang didapat dari:
2571
n=( = 96
2571 (0,1)2 )+1

Termasuk kedalam populasi dalam penelitian ini adalah setiap ibu


yang memiliki anak balita (usia 6-59 bulan) yang tinggal di daerah
Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Karena
kerterbatasan dana dan waktu peneliti tidak mengambil semua data
melainkan sebagian sampel saja. Adapun sampel yang akan digunakan
berjumlah 96 dari total keseluruhan populasi 2571.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas (variabel independen)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (variabel
dependen)8. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor
perilaku disimbolkan dengan huruf X.
b. Variabel Terikat (variabel dependen)

6
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikaan, (PT Refika Aditama, 2014), h. 103
7
Sugiyono, op.cit., h. 86.
8
Ibid., h. 39.
49

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat, karena adanya variabel bebas9. Dalam penelitian ini
variabel terikat adalah perilaku partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan posyandu yang disimbolkan dengan huruf Y.

2. Definisi Variabel
a. Definisi Operasional
1) Variabel Faktor-faktor perilaku
Faktor-faktor perilaku ini diukur dengan menggunakan skala
likert sebanyak 52 butir pernyataan yang mencerminkan dimensi
faktor-faktor perilaku yaitu Faktor-faktor predisposisi, Faktor-
faktor pemungkin/pendukung, dan Faktor-faktor penguat
2) Variabel perilaku partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan
pelayanan posyandu
perilaku partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan
posyandu diukur dengan menggunakan skala likert sebanyak 20
butir pernyataan yang mencerminkan dimensi perilaku partisipasi
ibu yaitu bentuk partisipasi ide/gagasan, tenaga, keterampilan,
dan materi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian lapangan, penulis berusaha menganalisis data yang
ada di lapangan, sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat
dibuktikan relevansinya. Untuk memperoleh data-data lapangan, penulis
menggunakan satu teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Library Research atau data sekunder
yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dengan cara membaca
buku diperpustakan, jurnal, internet dan juga literatur-literatur yang
berhubungan dengan masalah pokok penelitian.

9
Ibid., h. 38.
50

2. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur daan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka. Dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.10
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan pertanyaan tertutup,
yaitu pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan
responden memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan
yang telah tersedia. Teknik pengukuran pada angket ini menggunakan
skala likert. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert yang paling sering
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden
terhadap suatu objek.68 Jumlah butir pertanyaan pada variabel Y sebanyak
17 pertanyaan, variabel X1 sebanyak 26 pertanyaan, dan variabel X2
sebanyak 21 pertanyaan.
Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data primer adalah
kuisioner yang dibuat berdasarkan skala likert. Skala ini dikembangkan
oleh Rensis Likert yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi responden terhadap suatu objek.11 Dengan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.12

10
Ibid., h. 142.
11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2017), h.103.
12
Sugiyono, opcit., h. 93.
51

Pertanyaan yang dibuat untuk kuesioner ini adalah close end items atau
disebut juga pertanyaan tertutup dimana setiap pertanyaan yang
diajukan sudah memiliki jawaban dan responden tinggal memilih satu
dari jawaban yang telah disediakan. Adapun mekanisme penyebaranya
dengan memberikan angket kepada konsumen dalam bentuk print dan
dalam bentuk online.

F. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari
para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama13.
Pengukuran instrumen penelitian ini menggunakan pengukuran Skala Likert,
yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor


Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Dalam penelitian ini instrumen penelitian dibagi menjadi dua yakni


berdasarkan pada variabel yang diteliti berupa variabel X dan Variabel Y, dan
kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai berikut:

13
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 75.
52

1. Kisi-kisi Instrumen Angket


a. Instrumen Angket Variabel Y
Berdasarkan definisi konseptual dan operasional mengenai
perilaku partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka untuk melakukan penelitian
diperlukan kisi-kisi instrumen untuk mengukur indikator-indikator
tiap dimensi variable Y yang akan dikembangkan menjadi 20
pernyataan. Kisi-kisi instrumen penelitian tentang Perilaku partisipasi
ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu ini disajikan pada
tabel 3.4.

Tabel 3.4
Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Variabel Y
(Perilaku partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan posyandu)

Butir Jumlah
Variabel Sub Variabel
Pertanyaan Item
1, 2, 3, 4, 5, 6,
Partisipasi tenaga 8
7, 8.
Perilaku
9, 10, 11, 12,
partisipasi Partisipasi ide/gagasan 6
13, 14.
ibu balita (Y)
Partisipasi keterampilan 15, 16, 17. 3
Partisipasi materi 18, 19, 20. 3
Jumlah 20

b. Instrumen Angket Variabel X


Berdasarkan definisi konseptual dan operasional mengenai
Faktor-faktor perilaku yang telah dijelaskan sebelumnya, maka untuk
melakukan penelitian diperlukan kisi-kisi instrumen untuk mengukur
53

indikator-indikator tiap dimensi variable X yang akan dikembangkan


menjadi 52 pernyataan. Kisi-kisi instrumen penelitian tentang Faktor-
faktor perilaku ini disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5
Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Variabel X
(Faktor-faktor Perilaku)

Butir Jumlah
Variabel Sub Variabel
Pertanyaan Item

21, 22, 23,


24, 25, 26,
27, 28, 29,
30, 31, 32,
Faktor predisposisi 24
33, 34, 35,
36, 37, 38,
39, 40, 41,
42, 43, 44.
Faktor-faktor 45, 46, 47,
perilaku (X) 48, 49, 50,
Faktor Pemungkin 12
51, 52, 53,
54, 55, 56.
57, 58, 59,
60, 61, 62,
63, 64, 65,
Faktor Penguat 16
66, 67, 68,
69, 70, 71,
72.
Jumlah 52
54

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data
berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab masalah dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan14. Teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Dalam penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif.

1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.15 Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Penelitian
ini hanya menggambarkan rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,
dan minimum untuk statistik deskriptif.

2. Uji Prasyarat Data


a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur
yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak
diukur secara tepat. Apabila instrumen tersebut mampu untuk
mengukur apa yang diukur, maka disebut valid dan sebaliknya,

14
Sugiyono, op.cit., h. 147.
15
Ibid.
55

apabila tidak mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka


dinyatakan tidak valid.16
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada
kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of
freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung
> r tabel dan nilai positif maka pernyataan atau indikator tersebut
dinyatakan valid, tetapi jika r hitung < r tabel maka pernyataan atau
indikator tersebut tidak valid.17
Dalam penelitian ini menggunakan sampel untuk uji coba
kuesioner sebanyak 35 orang responden dengan signifikansi sebesar
5% atau 0,05. Dari 35 responden, untuk mendapatkan rtabel dengan
cara n – 2, 35 – 2 = 33. rtabel dari 33 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5% atau 0,05 adalah 0,334.
Uji validitas akan menguji masing-masing indikator dari setiap
variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah
hasil uji validitas dari variabel perilaku partisipasi ibu balita dalam
pemanfaatan pelayanan posyandu dan Faktor-faktor Perilaku.

Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Perilaku Partisipasi Ibu Balita Dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

No. R R
Variabel Dimensi Keterangan
soal Hitung Tabel
Perilaku 1 0,833 0,334 Valid
Tenaga
Partisipasi 2 0,628 0,334 Valid

16
R. Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program IBS
SPSS Statistik 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.56.
17
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 23,
(Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2016), h. 53.
56

Ibu Balita 3 0,550 0,334 Valid


(Y) 4 0,679 0,334 Valid
5 0,757 0,334 Valid
6 0,655 0,334 Valid
7 0,815 0,334 Valid
8 0,568 0,334 Valid
9 0,679 0,334 Valid
10 0,801 0,334 Valid
11 0,759 0,334 Valid
Ide / Gagasan
12 0,489 0,334 Valid
13 0,785 0,334 Valid
14 0,782 0,334 Valid
15 0,721 0,334 Valid
Keterampilan 16 0,758 0,334 Valid
17 0, 749 0,334 Valid
18 0,778 0,334 Valid
Materi 19 0,852 0,334 Valid
20 0,817 0,334 Valid
Sumber : Pengolahan data SPSS (2019)

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, hasil uji validitas menunjukkan


bahwa dari 20 butir pernyataan, terdapat 20 butir soal yang valid dan
0 butir soal yang tidak valid. Maka dari itu penulis menggunakan 20
soal tersebut untuk dipakai sebagai data penelitian pada variable Y.

Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor Perilaku

No.
Variabel Dimensi R Hitung R Tabel Keterangan
soal
1 -0,074 0,334 Tidak Valid
57

2 0,344 0,334 Valid


3 0,325 0,334 Tidak Valid
4 0,331 0,334 Tidak Valid
5 0,691 0,334 Valid
6 0,505 0,334 Valid
7 0,406 0,334 Valid
8 0,539 0,334 Valid
9 0,283 0,334 Tidak Valid
10 0,579 0,334 Valid
11 0,494 0,334 Valid
12 0,245 0,334 Tidak Valid
Faktor
13 0,633 0,334 Valid
Predisposisi
14 0,410 0,334 Valid
Faktor- 15 0,554 0,334 Valid
Faktor 16 0,211 0,334 Tidak Valid
Perilaku 17 0,607 0,334 Valid
(X) 18 0,567 0,334 Valid
19 0,005 0,334 Tidak Valid
20 0,539 0,334 Valid
21 0,130 0,334 Tidak Valid
22 0,362 0,334 Valid
23 0,493 0,334 Valid
24 0,139 0,334 Tidak Valid
25 0,483 0,334 Valid
26 0,501 0,334 Valid
27 0,257 0,334 Tidak Valid
Faktor
28 0,123 0,334 Tidak Valid
Pemungkin
29 0,650 0,334 Valid
30 0,219 0,334 Tidak Valid
31 0,406 0,334 Valid
58

32 0,537 0,334 Valid


33 0,539 0,334 Valid
34 0,491 0,334 Valid
35 0,503 0,334 Valid
36 0,161 0,334 Tidak Valid
37 0,542 0,334 Valid
38 0,605 0,334 Valid
39 0,223 0,334 Tidak Valid
40 0,494 0,334 Valid
41 0,326 0,334 Tidak Valid
42 0,045 0,334 Tidak Valid
43 0,579 0,334 Valid
Faktor 44 0,143 0,334 Tidak Valid
Penguat 45 0,502 0,334 Valid
46 0,623 0,334 Valid
47 0,194 0,334 Tidak Valid
48 0,596 0,334 Valid
49 0,595 0,334 Valid
50 0,622 0,334 Valid
51 0,581 0,334 Valid
52 0,182 0,334 Tidak Valid
Sumber : Pengolahan data SPSS (2019)

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, hasil uji validitas menunjukkan


bahwa dari 52 butir pernyataan, terdapat 33 butir soal yang valid dan
19 butir soal yang tidak valid yaitu butir soal nomor 21, 23, 24, 29,
32, 36, 39, 41, 44, 47, 48, 50, 56, 59, 61,62, 64, 67, dan 72 dengan
skor r hitung sebesar -0,074, 0,325, 0,331, 0,283, 0,245, 0,211, 0,005,
0,130, 0,139, 0,257, 0,123, 0,219, 0,161, 0,223, 0,326, 0,045, 0,143,
0,194, 0,182 maka penulis tidak menggunakan atau membuang 19
59

soal tersebut dan mengambil 33 soal valid tersebut untuk dipakai


sebagai data penelitian pada variable X.

Kategori Hasil Validitas Instrumen


Kategori Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrument apabila instrumen
tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Hasil uji reliabilitas dapat mencerminkan dapat dipercaya atau
tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat pemantapan
dan ketepatan suatu alat ukur, dalam pengertian bahwa hasil
pengukuran yang di dapatkan merupakan ukuran yang benar dari
suatu yang diukur.18
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,70 dan dikatakan tidak reliabel atau tidak handal
bila nilai Cronbach Alpha < 0,7019. Berikut adalah hasil perhitungan
reliabilitas setelah dilakukan uji validitas.

18
Edy Supriyadi, SPSS + Amos, (Jakarta: In Media, 2014), h. 29.
19
Imam Ghozali, op. cit., h. 47-48.
60

Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Partisipasi Ibu Balita Dalam
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.931 20

Sumber : Pengolahan data SPSS (2019)

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, hasil uji reliabilitas variable Y


menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,931 yaitu lebih besar
dari 0,70. Berdasarkan kriteria reliabilitas, dimana suatu instrumen
penelitian dikatakan reliable bila koefisien reliabilitasnya Cronbach’s
alpha > 0,70. Maka indikator-indikator dalam penelitian ini dikatakan
reliable karena cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70.

Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Faktor-Faktor Perilaku (X)
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.953 33

Sumber : Pengolahan data SPSS (2019)

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, hasil uji reliabilitas variable X


menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,953 yaitu lebih besar
dari 0,70. Berdasarkan kriteria reliabilitas, dimana suatu instrumen
penelitian dikatakan reliable bila koefisien reliabilitasnya Cronbach’s
alpha > 0,70. Maka indikator-indikator dalam penelitian ini dikatakan
reliable karena cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70.
61

Kategori Reliabilitas Instrumen


Kategori Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi

3. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang
diteliti terbebas dari gangguan normalitas, linearitas, dan homogenitas.
Untuk itu sebelum melakukan pengujian analisis jalur perlu lebih dahulu
melakukan pengujian asusmsi klasik yang terdiri dari :

a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik20.
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-
S). Jika hasil uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
diatas 0,05 maka data variabel terdistribusi dengan normal.
Sedangkan jika hasil uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikan di bawah 0,05 maka data variabel terdistribusi tidak normal.
1) Analisis grafik

20
Imam Ghozali, op. cit., h. 154.
62

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual


adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis
lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.21

2) Analisis statistic
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik
dilengkapi dengan uji statistik.22

b. Uji Linieritas
Cara yang dapat digunakan untuk uji linearitas ini antara lain
menggunakan persamaan garis regresi atau regresi berganda.
Apabila nilai F yang dapat diamati lebih besar dari nilai F tabel pada
taraf siginifikasi (α) = 0,05, maka dapat dikatakan linear.23 Setelah
melakukan serangkaian uji tersebut maka data tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunakan beberapa teknis analisis data.

21
Ibid.
22
Ibid., h. 156.
23
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuntitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 289.
63

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.24 Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas.
Salah satu cara menguji adanya heteroskedastisitas:
a) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di-studentized.
b) Uji park, park mengemukakan metode bahwa variance (S2)
merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang
dinyatakan dalam persamaan sbb:
σ2i = α Xiβ
Persamaan ini dijadikan linear dalam bentuk persamaan logaritma
sehingga menjadi:
Ln σ2i = α + β LnXi + vi
Karena S2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan
menggunakan residual Ut sebagai proksi, sehingga persamaan
menjadi:
LnU2i = α + β LnXi + vi

24
Imam ghozali, op.cit., h. 134
64

c) Uji Glejser, Seperti halnya Uji park, Glejser menyusulkan untuk


mregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
dengan persamaan regresi:
|Ut| = α + βXt + vt
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah terjadi
heteroskedastisitas pada data penelitian, penulis menggunakan cara
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

4. Uji Regresi Linier Berganda


Merupakan Salah satu alat yang dapat digunakan dalam
memprediksi permintaan dimasa akan datang berdasarkan data masa lalu.
untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent) terhadap
satu variabel tak bebas (dependent) adalah menggunakan regresi linier
dibagi kedalam dua kategori, yaitu regresi linier sederhana dan regersi
linier berganda25.
Dalam analisis regresi linier berganda, selain mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan
antara variabel dependent dengan variabel independent. Variabel
dependent diasumsikan random, yang berarti mempunyai distribusi
probabilistik. Variabel independent / bebas diasumsikan memiliki nilai
yang tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang). Adapun rumus
regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b2X 3 + e
Keterangan:
Y : Persepsi Seks pranikah
a : Kostanta
b : Angka arah atau kofisien regresi, yang menunjukan angka
peningkatan atau pun penurunan variabel bebas. Bila b (+) maka

25
Syofian Siregar, Metode penelitian Kuantitatif , (Jakarta: Kencana, 2017), h. 284.
65

naik dan bila (-) maka terjadi penurunan.


X1 : Faktor predisposisi
X2 : Faktor Pemungkin
X3 : Faktor Penguat
E : Erorr atau sisa

5. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (𝑅2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
𝑅2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam
menjelaskan variansi variable dependen amat terbatas.26 Dalam
kenyataan nilai adjusted 𝑅2 dapat bernilai negative, walaupun yang
dikehendaki harus bernilai positif. Jika uji empiris di dapat nilai 𝑅2
negatif, maka nilai adjusted 𝑅2 bernilai nol.
Secara matematis:
Jika nilai 𝑅2 = 1, maka Adjusted 𝑅2 = 𝑅2 = 1
Jika nilai 𝑅2 = 0, maka Adjusted 𝑅2= (1-k)/(n-k)
Jika k > 1, maka Adjusted 𝑅2 akan bernilai negatif.27

b. Uji Signifikansi (Uji T)


Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya signifikansi
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual
(parsial), dengan menganggap variabel lain bersifat konstanta. Jika
nilai sig ≤ 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat, sedangkan jika nilai sig ≥ 0,05

26
Imam Ghozali, op.cit., h. 95.
27
Ibid., h. 96.
66

maka H0 diterima, artinya variabel bebas tidak berpengaruh signifikan


terhadap variabel terikat.28

28
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, op.cit., h. 304.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perilaku partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan layanan Posyandu
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah Faktor-
faktor predisposisi (tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu), Faktor-faktor
pemungkin/pendukung (jarak posyandu, kepemilikan KMS, dan
kebermanfaatan program), dan Faktor-faktor penguat (dukungan keluarga,
dukungan tokoh masyarakat, dan dukungan petugas kesehatan & kader).
Berdasarkan hasil analisis data koefisien determinasi faktor-faktor
perilaku, menunjukan bahwa besarnya Adjusted R Square adalah 0,483. Hal
ini berarti 48,3% variabel dependen Perilaku Partisipasi Ibu Balita dapat
dijelaskan oleh variabel independen Faktor-faktor Perilaku sisanya 51,7%
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
Dari hasil penelitian ini juga dapat dibuktikan bahwa variabel faktor-
faktor perilaku menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan posyandu, dimana yang
menjadi reponden dalam penelitian ini adalah 96 responden Ibu balita di
wilayah kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan hasil uji t, diperoleh Sig. atau signifikansi sebesar
0,000 yang berarti signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dan nilai thitung diperoleh
sebesar 9,472 dan nilai t tabel sebesar 1,985 yang berarti nilai t hitung lebih
besar dari t tabel (9,472 > 1,985), maka keputusan dalam penelitian ini Ha
diterima dan Ho ditolak. Maka dapat diinterprestasikan atau diartikan bahwa
variabel Faktor-faktor Perilaku (X) secara parsial berpengaruh terhadap
Perilaku Partisipasi Ibu Balita. Nilai t hitung positif artinya adalah berpengaruh
positif, yaitu jika variabel Faktor-faktor Perilaku meningkat, maka variabel
Perilaku Partisipasi Ibu Balita juga akan meningkat.

94
95

Kemudian bila di lihat dari hasil penelitian didapatkan presentase dari


variabel (X) faktor-faktor perilaku bahwa faktor-faktor perilaku (faktor-faktor
predisposisi, pemungkin dan penguat) dapat mempengaruhi perilaku
partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan layanan posyandu. Dan berdasarkan
nilai β, pada uji regresi linier berganda diperoleh nilai β sebesar 0,309 pada
faktor predisposisi, kemudian sebesar 0,400 pada faktor pemungkin, dan
sebesar 0,203 pada faktor penguat. Semakin nilai β menjauhi angka 0 maka
semakin dominan suatu variabel. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor
pemungkin lah yang paling dominan terhadap Perilaku Partisipasi Ibu Balita.
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu balita yang
berpartisipasi aktif ke Posyandu lebih banyak dibandingkan dengan ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu. Dilihat dari data kunjungan ibu
balita dalam 6 bulan terakhir ke posyandu, Ibu balita yang berpartisipasi aktif
ke Posyandu di Kelurahan Mekarsari sebesar 82.3%, angka ini sudah mencapai
target yang sudah ditetapkan Nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukan bahwa
sudah semakin meningkatnya tingkat partisipasi masyarakat untuk membawa
anak balitanya datang ke Posyandu.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan serta pengalaman penulis baik
secara teoritis maupun praktisi masih terbatas. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan adalah :
1. Saran untuk dinas kesehatan
a. Mengalokasikan anggaran/dana operasional guna mendukung
kegiatan posyandu seperti pengadaan timbangan, KMS, media
promosi kesehatan seperti leaflet, poster dan sebagainya, alat edukatif
untuk merangsang perkembangan anak dan anggaran untuk insentif
kader.
b. Melaksanakan pelatihan petugas puskesmas yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan posyandu secara berkala dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas posyandu.
96

2. Saran untuk puskesmas kelurahan mekarsari


a. Lebih memberikan informasi seperti penyuluhan tentang tumbuh
kembang anak, penimbangan dan cara membaca buku (KMS) Kartu
Menuju Sehat, memberi pelatihan public speaking serta materi-materi
penyuluhan sebagai upaya untuk dapat memberdayakan kader
setempat dan memberikannya bekal, diharapkan dapat melakukan
penyuluhan di masing-masing Posyandu yang di kelolanya.
b. Perlunya peningkatan jumlah kader sebagai pelaksana di lapangan,
agar bisa berfungsi sesuai dengan acuan yang ada.
c. Memberikan penghargaan untuk kader sebagai stimulus agar dapat
bekerja lebih baik saat kegiatan posyandu sesuai dengan standar yang
ada, contoh : kader teladan

3. Saran untuk posyandu kelurahan mekarsari


a. Menyediakan tempat bermain bagi anak sehingga anak merasa senang
datang ke posyandu.
b. Disarankan untuk mengadakan sebuah program sosialisasi bahwa
Posyandu adalah milik semua masyarakat, jadi hubungan tokoh
masyarakat terutama ibu RT/RW dengan semua ibu balita perlu dijaga
dengan lebih baik lagi, misalnya dengan diadakannya majlis ta’lim
atau arisan ibu-ibu di Posyandu, sehingga dengan adanya kegiatan
tersebut dapat membantu dalam kelancaran program di Posyandu

4. Saran untuk masyarakat


Disarankan untuk seluruh masyarakat terutama bagi ibu balita
untuk menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di
Posyandu, salah satunya menimbang anak balitanya setiap bulan supaya
perkembangan dan pertumbuhannya dapat dipantau secara teratur.
97

5. Saran untun peneliti lain


a. Perlu dilakukan penelitian lain atau penelitian lebih lanjut dengan
menambahkan variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini dan
dapat juga bersifat kualitatif sehingga bisa diperoleh informasi yang
lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
partisipasi ibu dalam memanfaatkan pelayanan posyandu
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian
dengan wilayah dan populasi yang lebih besar misalnya satu
kecamatan sehingga dapat memberikan gambaran partisipasi
masyarakat ke Posyandu pada wilayah yang lebih luas dengan sampel
yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. 1998.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.

Azwar, Saifudin. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar. 2011.

Departemen Kesehatan RI. “Ibu Negara Resmikan 1000 Posyandu di Kota


Tangerang”. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 10.27 WIB melalui
https://www.depkes.go.id/article/print/1067/ibu-negara-resmikan-1000-
posyandu-di-kota-tangerang.html.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI. 2006.

Departemen Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia
2005. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,. 2007.

Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 2008.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Duarsa, Artha Budi Susila & Reihana. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu. Jurnal Kedokteran
Yarsi 20 (3) (2012): 143-157.

Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.


1997.

98
99

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP. 2016.

Hidayati, Nurul. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita


Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. 2010.

Ife, Jim & Frank Tesoriero. Community Development: Alternatif Pengembangan


Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.

Ifroh, Riza Hayati, Rahmi Susanti, dan Wenny Winanda. Kajian Teori WHO
Mengenai Jumlah Kunjungan Ibu Ke Posyandu Tarap Guna Meningkatkan
Cakupan D/S Bayi-Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat volume 9 nomor 1.
2018.

Indrawan, Rully & Poppy Yaniawati. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikaan.
Bandung: PT Refika Aditama. 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Arti Kata Perilaku” Diakses pada tanggal 14
November 2017 pukul 14.39 WIB melalui https://kbbi.web.id/perilaku.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Arti Kata Umur” Diakses pada tanggal 23
Oktober 2018 pukul 10.27 WIB melalui https://kbbi.web.id/umur.

Kementerian Kesehatan RI. Buku saku posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI. 2012.

Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 747 Tahun 2007 Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar
Gizi Di Desa Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2007.
100

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS). Jakarta: Bakti Husada.
2010.

Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI. 2012.

Khalimah, Umi. Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan
Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
Gunungpati. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang. 2007.

Kompas. “Posyandu Penting Cegah Gizi Buruk” Diakses pada tanggal 23 Oktober
2018 pukul 10.27 WIB melalui
https://bola.kompas.com/read/2012/01/24/02562259/posyandu.penting.ceg
ah.gizi.buruk.

Martin, Garry & Joseph Pear. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2015.

Maulana, Heri D. J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009.

Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya


Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Ndraha, Taliziduhu. Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat


Tinggal Landas. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.

Nofianti, Susi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemanfaatan


Posyanduoleh Ibu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Make Kabupaten
Lima Puluh Kota. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2012.
101

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar),


Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta. 2007.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta. 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta. 2014.

Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012


Tentang Sistem Kesehatan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 193. Jakarta: Sekretariat Negara. 2012.

Sambas, Gun Gun. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu Balita
Ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur tahun 2002.
Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2002.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.


2000.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara. 2003.

Sastropoetro, Santoso. Partisipasi, Komunikasi, persuasi dan Disiplin Dalam


Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni. 1986.

Siregar, Syofian. Metode penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2017.

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi


Aksara, 2013.
102

Slamet, Y. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:


Penerbit Sebelas Maret University Press. 1993.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2011.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. 1995.

Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan Program


IBS SPSS Statistik 19. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2011.

Sumardi, Mulyanto & Hans Dieter Ever. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.
Jakarta: Rajawali. 1982.

Supriyadi, Edy. SPSS + Amos. Jakarta: In Media. 2014.

Susilowati, Nuri. Partisipasi Ibu Yang Memiliki Anak Balita Dalam Memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Di Pos Pelayanan Terpadu Nyi Achmad Dahlan Agar
Terciptanya Keluarga Sehat Sejahtera. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 1992.

Tricia, Yulita. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu untuk


membawa anak balitanya ke posyandu di Kecamatan Palas Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. 2008.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.


Jakarta: Bumi Aksara. 2017.

Wawan, A & Dewi M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
103

Wikipedia Bahasa Indonesia. “Pengertian Pendidikan Formal” Diakses pada


tanggal 23 Oktober 2018 pukul 10.27 WIB melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuntitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana Prenada Media. 2014.
BIODATA PENULIS

Nama : Alya Fadiyah

TTL : Jakarta, 03 Mei 1996

Alamat : Komp. Asuransi Jasindo Blok G No.7C Rt.04/04 Mekarsari,

Cimanggis, Depok 16952

Email : fadiyah.alya@gmail.com

Riwayat Pendidikan

SDIT Al-Hikmah Jakarta Selatan

MTs Pondok Pesantren Modern Sahid Bogor

MA Pondok Pesantren Modern Sahid Bogor

S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai