Anda di halaman 1dari 131

MODEL PEMBINAAN AKHLAK PEDULI LINGKUNGAN PADA ANAK

PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUS


JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)

Oleh:

FIRMA ASRIWATI
NIM. 11160520000021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2020 M
MODEL PEMBINAAN AKHLAK PEDULI LINGKUNGAN PADA
ANAK PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK
BULUS-JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Firma Asriwati
NIM. 1160520000021

Pembimbing

Tasman., M. Si.
NIP. 197302012014111003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan Pada Anak
Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”
telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 10 Desember 2020. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Starata Satu (S1) Pada Program
Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 29 Desember 2020
Sidang Munaqasah
Ketua Sekretaris

Ir.Noor Bekti Negoro, M.Si Artiarini Puspita Arwan, M.Psi


NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 19861109 201101 2 016

Penguji I Penguji II

Drs. M. Lutfi Jamal, MA. Abdul Rahman, MSi


NIP. 19671006 199403 1 006 NIP. 19820711 200701 1 001

Pembimbing

Tasman, M.Si
NIP. 19730201 201411 1 003
ABSTRAK

Firma Asriwati, NIM 11160520000021, Model Pembinaan Akhlak Peduli


Lingkungan Pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus. Jakarta Selatan Skripsi ini dibimbing oleh Tasman,M,Si,
2020.
Anak pemulung adalah komunitas yang selayaknya memperoleh hak-
hak dasar yang baik. Memiliki waktu untuk belajar dan bermain selayaknya
anak-anak lain serta terhindar dari bahaya kekerasan, kriminalitas dan
diskriminasi. Boleh dikatakan, dunia anak pemulung sangat padat. Karena
mereka harus membantu orang tuanya memilah-milah sampah yang telah
dikumpulkan, dan pekerjaan itu setiap hari menjadi aktivitas mereka.
Pemahaman yang baik mengenai arti pekerjaan harus menjadi pondasi bagi
seseorang agar dapat menjalani pekerjaan dengan rasa percaya diri yang
tinggi. Memulung identik dengan pekerjaan kotor karena harus
bersinggungan dengan sampah/kotoran. Oleh karena itu dilakukan upaya
pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung melalui kegiatan
forum diskusi adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
model pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung di Yayasan
Media Amal Islami, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat dalam kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan di
Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus.
Model penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif.
Adapun desain penelitian yang dilakukan adalah deskripif yaitu metode yang
bertujuan membuat gambaran, lukisan secara sistematis, factual dan actual
mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomenal yang diteliti. Data
penelitian ini dihasilkan dari wawancara, observasi, dokumentasi serta buku-
buku yang relevan dengan tema penelitian untuk mendukung dan melengkapi
data dilapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
purposive sampling dengan informan yang terdiri dari 2 orang pengurus
yayasan, 3 orang tua wali murid, 1 orang murid yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pembinaan akhlak
peduli lingkungan di Yayasan Media Amal Islami terdapat perubahan sikap
yang signifikan pada anak pemulung. Perubahan sikap ini merujuk pada
sikap percaya diri dalam menjalani hidup serta mengetahui akhlak islami
tidak hanya ditujukan kepada Allah SWT, manusia saja melainkan
lingkungan /alam juga harus diperhatikan. Faktor pendukung dalam
pembinaan akhlak peduli lingkungan bagi anak pemulung adalah sikap
pantang menyerah penyuluh agama dalam berdakwah, kerjasama yang baik
sesama penyuluh, dan sarana prasarana yang menunjang dalam kegiatan
pembinaan tersebut. Sedangkang faktor penghambatnya yaitu faktor internal

i
yaitu kesulitan dalam mengatur waktu kegiatan pembinaan antara anak
pemulung dengan penyuluh agama, tidak adanya control dari penyuluh
agama terhadap anak setiap saat, dan tidak adanya standarisasi penyuluh
agama dalam melakukan kegiatan pembinaan. Sedangkan faktor eksternal
yaitu adanya pihak nonmuslim yang punya kepentingan untuk memanfaatkan
situasi dan kondisi anak pemulung, serta sulit mencari investor tetap untuk
mendanai kegiatan pembinaan.

Kata kunci : Model Pembinaan, Akhlak Lingkungan, Anak Pemulung,


Perubahan Akhlak

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Alhamdulillahirobbil‟alamin,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala,


atasberkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi inidengan judul “Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan di Yayasan
Media Amal Islami Lebak Bulus.” Sholawat teriring salam tak lupa penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan
para pengemban risalahya yang telah membawa kita sebagai umatnya dari
zaman kebodohan ke zaman yang penuh kemajuan ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program
studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis dapat serta
kemampuan penulis.
Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama melainkan penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua
orang tua penulis Ayahanda (Muhammad Syarif) dan Ibunda (Asnati) atas
do‟a semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusan dalam pendampingi
penulis. Selain itu tentu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terimakasih ini
penulis sampaikan kepada:
1. Bpk. Drs. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan, Dr. SitiNapsiyah, S.Ag,
BSW, MSW selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Shihabuddin
N, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs.

iii
Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Bpk. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam.
3. Ibu Artiarni Puspita Arwan, M. Psi., selaku Sekretaris Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam.
4. Bpk. Tasman., M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga serta fikirannya untuk selalu memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan karangan ilmiah ini, sehingga
penulis bisa menyelesaikan sampai tahap akhir ini.
5. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, khususnya bagi dosen Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam yang tidak bisa diucapkan satu persatu oleh
penulis, yang telah mendidik, memberikan pengajaran, membagikan
ilmu yang bermanfaat kepada seluruh mahasiswa khususnya bagi
penulis pribadi selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan
referensi dalam menyusun skripsi.
7. Bapak H. Aslih Ridwan, M.Ag. selaku ketua Yayasan Media Amal
Islami yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Yayasan
Media Amal islami. Pembimbing agama yakni bapak Dzulfitri
Sulaiman, S.Pd.I dan ibu Uswatun Khasanah yang telah memberikan
selalu keikhlasan, sabar, dan penuh kesungguhan dalam memberikan
informasi dan keperluan penelian kepada penulis.

iv
8. Keluarga penulis Bapak Muhammad Syarif dan Ibu Asnati, kakak
Efrizal, Fauzendri dan Jeli Fitrina yang tiada henti memberikan
semangat serta selalu setia mendampingi dan mendo‟akan yang
terbaik untuk penulis meskipun dari jarak jauh.
9. Teruntuk seluruh sahabat dan kerabat penulis Hamdika Habibullah,
Asfi, Nunu, Nisa, Tiwi, Puji, Ce Nia, Ce Eti, Wulan dan Ega yang
selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyusun
skripsi serta berproses memperoleh gelar sarjana, serta selalu sabar
dan bersedia menampung curhatan penulis selama menyusun skripsi
ini.
10. Seluruh keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan 2016 yang telah memberi
banyak pengetahuan, pengalaman, dan menemani penulis baik suka
maupun duka dan menjadi teman untuk bertukar pikiran.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca khususnya segenap keluarga besar jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam

Ciputat, 15 Oktober 2020

Firma Asriwati

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 11
C. Batasan Masalah ............................................................... 11
D. Rumusan Masalah .............................................................. 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 12
F. Penelitian Terdahulu .......................................................... 14
G. Metodologi Penelitian ........................................................ 15
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 18

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pembinaan Akhlak ............................................................. 21
1. Pengertian Pembinaan Akhlak ..................................... 21
2. Tujuan Pembinaan Akhlak .......................................... 23
3. Metode Pembinaan Akhlak .......................................... 24
4. Factor yang mempengaruhi Pembinaan Akhlak .......... 26
B. Lingkungan Hidup ............................................................. 28
1. Pengertian Lingkungan Hidup ..................................... 28
2. Agama dan Lingkungan ............................................... 29
3. Akhlak Terhadap Lingkungan ..................................... 31
C. Gambaran Pemulung .......................................................... 34
1. Pengertian Anak Pemulung .......................................... 34
2. Kehidupan Pemulung.................................................... 35
3. Gambaran Pola Pendidikan Anak Pemulung ............... 37

vi
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
A. Profil Yayasan ................................................................... 40
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami ........ 40
2. Visi dan Misi ................................................................ 41
3. Struktur Organisasi ...................................................... 42
4. Program-program Yayasan Media Amal Islami .......... 43
B. Profil Pembimbing ............................................................. 46
C. Profil Pemulung ................................................................. 47

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA


A. Hasil dan Analisa Data ...................................................... 52
1. Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan
Anak Pemulung ........................................................... 52
2. Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Kegiatan
Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan ...................... 68

BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan
Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami .............. 72
B. Analisi SWOT ................................................................... 86
C. Pemilihan Strategi .............................................................. 88

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 72
B. Implikasi ............................................................................ 73
C. Saran .................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara dengan Ustad Hafid


2. Hasil Wawancara dengan Ustazah Uswa
3. Hasil Wawancara dengan ibu pemulung yaitu ibu Wutri
4. Hasil Wawancara dengan ibu pemulung yaitu ibu Tumiyem
5. Hasil Wawancara dengan ibu pemulung yaitu ibu Erni
6. Dokumentasi Foto
7. Surat keterangan kesediaan wawancara
8. Lampiran Surat

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia ditakdirkan Allah SWT untuk menempati planet bumi
bersama dengan makhluk-makhluk lainnya. Bumi yang ditempati manusia ini
disiapkan Allah SWT mempunyai kemampuan untuk bisa menyangga
kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Akan tetapi sesuai pula
dengan sunnatullah (hukum Allah), bumi juga mempunyai keterbatasan,
sehingga bisa mengalami kerusakan bahkan kehancuran. Berbagai kerusakan
lingkungan yang terjadi di beberapa belahan bumi merupakan penyakit yang
bisa mengancam kehidupan makhluk yang tinggal di dalamnya, termasuk
manusia.1
Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya,
baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata, dan termasuk manusia
lainnya. Secara ilmiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.2
Kesehatan lingkungan bergantung pada perilaku manusia. Manusia terkadang
mempengaruhi lingkungan, dan terkadang lingkungan juga mempengaruhi
manusia. Oleh karena itu perlu dibentuk sikap yang baik terhadap
lingkungan, karena lingkungan merupakan faktor utama penunjang
kelangsungan kehidupan manusia di muka bumi.
Dewasa ini masalah lingkungan telah menjadi isu global karena
menyangkut berbagai sector dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini
terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan. Masalah
lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan
1
Ilyas Assad, Akhlak Lingkungan (Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan),
(Tangerang Selatan: Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan Majelis Lingkungan Hidup PP
Muhammadiyah, 2011), Cet-1, h. 1
2
Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2011), h. 43

1
2

fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia


terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem.
Kesalahan ini menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia, terutama
dalam hubungannya dengan lingkungan.3 Perilaku manusia yang kurang dan
tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan telah mengakibatkan terjadinya
berbagai macam kerusakan lingkungan. Kebanyakan dari mereka berpikir
secara parsial dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri seperti masalah
pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, polusi udara, pencemaran
air, dan lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa manusia harus
bertanggungjawab terhadap alam semesta yang dihadiahkan kepadanya untuk
menjamin kelangsuangan hidupnya.4 Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah dimuka bumi, sudah
sepatutnya manusia bisa bersikap arif dan bijaksana dalam menjaga dan
mengatur lingkungan yang baik dan tertata.
Islam merupakan agama yang mengatur segala aspek kehidupan di
muka bumi, termasuk juga perilaku manusia terhadap lingkungan. Dalam
ajaran Islam yaitu Al-Quran dan al-Sunah jelas diterangkan bahwa menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan itu penting. Hal ini jelas menunjukkan
bagaimana anjuran-anjuran untuk menjaga kebersihan lingkungan itu
diwajibkan bagi setiap manusia. Islam sebagai agama yang menjadi rahmat
bagi sekalian alam, Islam tidak membiarkan manusia untuk melakukan
kerusakan terhadap lingkungan, tidak pula mengotorinya. Kebersihan
lingkungan itu berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup, dan kebersihan diri
manusia. Oleh sebab itu, menjaga lingkungan sama pentingnya dengan
menjaga kebersihan diri.

3
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 264
4
Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan Perspektif Islam, (Ciputat,
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 83
3

Menurut Yusuf al-Qardhawi kebersihan adalah salah satu unsur penting


dalam perilaku beradab. Islam menganggap kebersihan sebagai suatu sistem
peradaban dan ibadah. Karena itu, kebersihan menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari seorang muslim.5 Contoh konkritnya yaitu ketika seorang muslim
hendak melaksanakan sholat. Tidak sah solat seorang muslim apabila ia
melaksanakan solat dalam keadaan berhadas dna di tempat yang kotor. Islam
sangat memperhatikan kebersihan karena sesungguhnya Allah SWT
menyukai kebersihan sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Bagarah (2) :
222:

َّ‫ط ّﻬِ ِريْ َن‬ ُّ ‫َّويُ ِح‬


ََّ َ‫بَّال ُْمت‬ ِ ُّ ‫ﷲيُ ِح‬
َ ‫بَّالت واب ْي َن‬ َ ‫ﺍِ َّن‬......
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-oran yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Hidup bersih merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan diri.
Karena kesehatan merupakan nikmat dari Allah yang harus dijaga. Sebab
dengan kesehatan kita dapat melakukan rutinitas setiap hari serta melakukan
ibadah dengan baik. karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti
keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

َِّ ‫اَلنظَافَةٌ َِّم َنَّا ِﻻيْ َم‬


﴾‫انٓ﴿ﺮوﺍﻩَّﺍحمد‬
“Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Ahmad)

Arif Sumantri dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan Lingkungan”


memaparkan bahwa ilmu kesehatan lingkungan memiliki misi yaitu
meningkatkan kemampuan manusia untuk hidup serasi dengan
lingkungannya dan mewujudkan hak asasinya untuk mencapai kualitas hidup
yang optimal yang memiliki kesalehan social dan kesalehan lingkungan,

5
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan, Penerjemah Faizah Firdaus, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), h. 361
4

memengaruhi cara interaksi manusia dengan lingkungannya sehingga dapat


melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka.6
Akan tetapi masih banyak individu tidak menyadari pentingnya
menjaga kesehatan lingkungan. Permasalahan lingkungan semakin
meningkat menjadi bukti nyata bahwa kepedulian manusia terhadap
lingkungan masih kurang. Karena masih banyak kita lihat tidak sedikit sungai
yang tercemar, sampah berserakan dijalan bahkan disekitar lingkungan
rumah. Ini merupakan kondisi yang ironis apabila hubungan manusia dengan
lingkungan berjalan tidak sehat maka bisa dipastikan akan menimbulkan
kondisi yang mengkhawatirkan kelangsungan hidup manusia sekarang dan
kedepannya.
Akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk kehidupan
manusia, karena dengan bimbingan akhlak akan menjadikan hidup manusia
bermanfaat, baik di rumah, madrasah maupun di masyarakat, bimbingan
akhlak harus ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan agar nantinya
terbiasa dengan hal-hal yang baik dan hidupnya mempunyai pedoman baik di
rumah, madrasah maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya.7
Situasi masyarakat Indonesia sekarang ini adalah, bahwa masyarakat
kita masih dilingkupi oleh berbagai persoalan-persoalan yang mendasar,
seperti kemiskinan, kepemimpinan nasional, reformasi birokrasi,
pemberantasan KKN, kedaulatan ekonomi, ketahanan pangan, pendidikan,
pengangguran dan kesehatan. Itu adalah rentetan permasalahan yang tidak
bisa langsung diselesaikan dalam jangka pendek, karena menyelesaikan
persoalan tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan.8

6
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 10
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), h. 203
8
Adi Mulyadi, Langkah Sukses Menuju Indonesia Emas, (Depok: Pusat Profil
Muslim Indonesia, 2010), h. 81
5

Di tengah carut marut kondisi ekonomi sekarang ini yang diakibatkan


oleh penyakit warisan masa lalu yaitu korpspupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) yang semakin menambah daftar panjang penderitaan masyarakat
Indonesia seperti kemiskinan. Ketimpangan-ketimpangan diatas menjadi
salah satu pemicu begaimana ketidakmampuan suatu Negara untuk
mensejahterakan masyarakatnya. Untuk mengatasi masalah-masalah social di
atas adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah.
Di negeri ini suasana hidup miskin memang masih terlihat melekat kuat
dalam citra diri bangsa Indonesia. Krisis moneter yang berlanjut menjadi
krisis ekonomi kemudian meluas lagi menjadi krisis mulidimensi yang
dialami Indoensia memberikan implikasi yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat terutama mereka yang berada dikalangan bawah.
Di kalangan kelas bawah, mereka tidak tahu apa-apa tentang
pemerintahan dan masalah ekonomi, tapi inilah orang yang paling
terpengaruh. Banyak dari mereka adalah pemulung. Karena aspek terpenting
dalam hidup mereka adalah mencari nafkah, membayar kebutuhan sehari-hari
mereka dengan cara yang sederhana, tanpa keahlian atau keahlian khusus
yang membebani mereka.
Masyarakat kaum bawah tidak memiliki pilihan dalam menentukan
pekerjaan. Bahkan pekerjaan sebagai pemulung harus dilakukan agar dapat
meneruskan kelangsungan hidupnya. Jika hal itu saja mereka lakukan, maka
tidak jarang diantara mereka juga menyuruh anaknya untuk membantu dalam
bekerja, dimana anak mau tidak mau harus meninggalkan bangku sekolahnya
dan melepaskan masa depan mereka demi memenuhi kelanngsungan hidup
keluarga.
Anak-anak pemulung merupakan komunitas yang harus menikmati
hak-hak dasar yang sama dengan anak-anak lainnya. Mereka memiliki hak
untuk belajar dan bermain serta mengalami dunia yang seharusnya dimiliki
6

anak-anak. Mereka juga berhak dilindungi dari bahaya kekerasan,


diskriminasi dan stigma negatif. Kehidupan anak-anak pemulung sangat
padat, selain harus bersekolah, mereka juga harus membantu orang tua
memilah-milah hasil mulung dan mengasuh adik-adiknya selama orang tua
mencari nafkah. Faktanya, mereka hampir tidak punya waktu untuk bermain
di dunia anak-anak yang pantas mereka dapatkan.9
Itu masih soal kesempatan mereka menikkmati kehidupan sebagai
anak-anak. Hal lainnya adalah dalam hal pembelajaran, anak pemulung harus
bisa belajar secara mandiri tanpa bimbingan orang tua. Pasalnya, setiap hari
para orang tua sibuk mencari barang-barang bekas yang digunakan untuk
menghidupi keluarga. Selain itu, minimnya pendidikan juga menjadi masalah
bagi orang tua. Kurangnya pendidikan membuat orang tua terkadang tidak
mampu membimbing anaknya untuk belajar.
Anak-anak membutuhkan pendamping ketika mereka belajar. Dengan
cara ini, anak akan lebih mudah memahami arti dan tujuan pelajaran yang
mereka pelajari. Pemahaman tentang kurikulum sangat penting karena sangat
menentukan sikap atau cara berperilaku. Pemahaman yang baik adalah
moralitas yang baik, begitu pula sebaliknya. Etika yang baik harus
dipraktikkan sejak dini, dan etika Islam harus dibentuk untuk anak-anak,
karena ini akan membantunya tumbuh dan berkembang di masa depan.
Banyak orang yang beranggapan bahwa pemulung memiliki
pemahaman yang baik tentang bagaimana bertindak terhadap lingkungan. Ini
terjadi karena mereka bersentuhan dengan sampah setiap hari. Memahami
bahwa anak pemulung sudah bisa merespon lingkungan dengan baik,
misalnya, mereka sudah mulai memahami cara mengolah sampah. Faktanya
anak-anak pemulung hanya tahu cara menghasilkan uang dari sampah namun

9
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
7

mereka belum mengerti bagaimana seharusnya umat Islam harus


memperlakukan lingkungan. Yang mereka tahu, sampah yang mereka
kumpulkan bisa membantu bagi kelangsungan hidup. Hal ini dapat terjadi
karena anak-anak pemulung belajar tanpa pendamping dan efeknya mereka
tidak akan dapat memahami makna pelajaran yang mereka pelajari.10
Oleh karena itu, dalam hal ini salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan pembinaan akhlak peduli lingkungan kepada
anak pemulung melalui kegiatan forum diskusi. Pengembangan akhlak
merupakan upaya yang bertujuan membangun dan menyempurnakan sikap
atau temperamen seseorang dari buruk menjadi lebih baik. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan dalam mengembangkan etika peduli lingkungan dapat
melalui pembinaan yang dilakukan melalui pendidikan agama secara non
formal oleh para penyuluh agama.
Seorang penyuluh agama pada dasarnya adalah berfungsi sebagai
“Bapak Pelindung” yang bersikap lebih mementingkan orang lain daripada
diri sendiri. Oleh karena itu, tidaklah salah apabila para penyuluh agama
senantiasa berusaha untuk memfungsikan dirinya sebagai penolong,
pembantu dan pengabdi terhadap anak bimbingannya yang sedang berada
dalam kegelapan, untuk ditarik keluar dari kegelapan tersebut ke dalam
cahaya kehidupan yang terang benderang.11
Kesadaran untuk memperdalam ilmu agama secara rucin dikalangan
masyarakat komunitas pemulung sangat kurang. Dikalangan anak-anak
remaja di komunitas pemulung cenderung sulit untuk menggerakkan
kesadaran untuk meningkatkan pemahaman keagamaan yang lebih baik

10
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
11
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
PT Golden Terayon Press, 1994), h. 31
8

terutama tentang akhlak lingkungan serta perbaikan tingkah laku bagi anak
pemulung.12
Maka seorang penyuluh agama dalam kegiatan pembinaan akhlak pada
anak pemulung diperlukan bagi komunitas pemulung, karena para Pembina
dapat mengajak dan menganjurkan keluarga pemulung agar selalu berjalan
dalam kebaikan dan dapat melakukan kegiatan pembinaan akhlak lingkungan
bagi anak pemulung, agar terciptanya generasi cinta lingkungan. Seorang
pembina juga akan terus berusaha dalam menjalankan dakwahnya dalam
melakukan kegiatan pembinaan yang didasari dari rasa tanggung jawab dan
rasa keikhlasan demi terwujudnya kesadaran akan sikap peduli lingkungan
dan kemuliaan akhlak bagi anak pemulung.
Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak
lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan
manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan
cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan
eksistensinya di dunia ini.13 Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.14
Pendidikan agama dewasa ini telah menjadi bagian penting dalam
mendidik anak, karena perkembangan teknologi yang semakin maju semakin

12
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
13
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), cet-14, h. 131
14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), cet-14, h. 129
9

memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.


Oleh karena itu, anak membutuhkan fondasi yang kokoh untuk melindungi
diri dari pengaruh negatif. Pondasi ini dibuat sejak masih anak-anak kelak
setelah dewasa dapat membedakan mana yang boleh dikerjakan dan apa yang
tidak boleh dikerjakan.
Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan hidup diantaranya
kebutuhan primer dan sekunder. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut
manusia memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Semakin banyak
manusia maka akan semakin banyak pula sumber daya alam yang digali,
diolah dan dijadikan sebagai produk yang siap digunakan. Dalam proses
pengambilan, pengolahan, dan pemanfaatan sumber daya tersebut terdapat
sisa yang tidak dapat dipergunakan kembali, hal ini disebut sampah. Sampah
akan dibuang karena tidak dibutuhkan, namun lama kelamaan akan
menumpuk dan mencemari lingkungan yang akibatnya juga akan dirasakan
oleh manusia sendiri. Kerusakan lingkungan hidup merupakan suatu keadaan
tidak stabil pada lingkungan. Keadaan ini bila dibiarkan akan menganggu
pada kelangsungan hidup manusia.
Sampah merupakan hasil sisa yang sudah tidak terpakai dari barang
yang diproduksi manusia. Kegiatan pengelolaan sampah merupakan suatu
tindakan untuk mengantisipasi tertumpuknya sampah, kegiatan ini disebut
dengan daur ulang sampah. Masalah sampah berkaitan erat dengan pola
hidup manusia, oleh karena itu pengelolaan sampah tidak hanya
membutuhkan partisipasi dari pemerintah saja, melainkan juga dari
masyarakat secara luas. Dengan begitu masalah sampah akan terselesaikan
dengan cepat.
Selain kegiatan mendaur ulang sampah, strategi yang bisa digunakan
untuk mengatasi tertumpuknya sampah yaitu dengan mengadakan
pembinaan akhlak sejak dini kepada anak-anak terutama akhlak kepada
10

lingkungan akan menumbuhkan sikap untuk selalu menjaga dan


melestarikan lingkungan sekitar, serta anak juga harus diajarkan bagaimana
Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk memperlakukan alam
dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum
aayat 41

َ ‫ض َّال ِذ ْي‬
َّ‫َّع ِملُ ْواَّلَ َعل َُّﻬ ْم‬ ِ ِ ِ ‫ت َّاَي ِدىَّالن‬ ِ
َ ‫اس َّليُذيْ َق ُﻬ ْم َّبَ ْع‬ ْ ْ َ‫سب‬ َ ‫َّوالْبَ ْح ِﺮ َّب َماَّ َك‬
َ ‫َّفى َّالْب ِﺮ‬
ِ ‫اد‬ ُ‫س‬
َ ‫ظَ َﻬ َﺮ َّالْ َف‬
َّ َّ‫يَ ْﺮِجعُ ْو َن‬
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
perbuatan tangan manusia, maka Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagaian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).15

Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap perbuatan manusia, baik atau


buruk akan memberikan dampak terhadap dirinya sesuai dengan apa yang
telah dikerjakan. Maka jagalah lingkungan karena itu termasuk salah satu
ciptaan-Nya. Selain itu, alam juga mempunyai potensi yang luar biasa,
dimana potensi ini akan sangat membantu kehidupan manusia, baik itu
sandang, pangan, dan papan. Semua kebutuhan itu telah diberikan oleh Allah
melalui alam lingkungan.
Bantuan yang diberikan oleh masyarakat untuk membantu pemerintah
dalam masalah penanggulangan sampah merupakan wujud partisipasi nyata
dari masyarakat. Inilah merupakan salah satu tujuan mulia yang dilakukan
oleh pemulung. Mampu menciptakan pekerjaan sendiri tanpa harus
bersaing dengan yang lain dan pekerjaannya juga memberikan manfaat bagi
manusia dan lingkungan. Salah satu Yayasan Media Amal Islami yang
terletak di JL. Lebak Bulus V no 34 Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan.

15
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2020), h. 326
11

Yayasan ini melakukan pembinaan akhlak peduli lingkungan kepada anak


pemulung melalui kegiatan penyuluhan keagamaan, sehingga anak
pemulung dapat mengerti dengan baik bagaimana akhlak Islami seorang
muslim sesungguhnya. Serta dapat menjadikan manusia yang bermartabat
dengan mempersiapkan generasi yang handal dalam ilmu pengetahuan
agama maupun umum. Karena bagaimana pun juga anak memiliki hak dasar
atas pendidikan dan mengembangkan potensinya. Oleh karena itu Yayasan
Media Amal Islami terketuk hatinya untuk peduli terhadap akhlak lingkungan
anak pemulung.
Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang di di atas,
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah tersebut
dan mendapatkan deskripsi yang dituangkan dalam penelitian ini dengan
judul “Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkingan Pada Anak
Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang msasalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah yakni dengan melihat fungsi yayasan sebagai tempat belajar bagi
anak-anak pemulung, tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja melainkan
juga ilmu agama yang salah satu tujuannya ialah untuk menambah ilmu,
menciptakan anak-anak yang berakhlak Islami tidak hanya sama Allah SWT,
manusia tetapi juga terhadap lingkungan (alam). Pembinaan akhlak peduli
lingkungan menjadi salah satu pembinaan yang dirasa mampu meningkatkan
rasa kepedulian anak-anak terhadap lingkungan, serta mau menjaga dan
melestarikan lingkungan dengan baik dan bijaksana.

C. Batasan Masalah
Penulis dalam hal ini akan membatasi masalah pada model pembinaan
akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung dimana banyak dari mereka
12

masih belum tahu bagaimana berakhlak yang baik dan dianjurkan dalam
Islam terhadap lingkungan dengan melakukan penyadaran atau memberi
informasi dengan terus berusaha mengajak untuk menyempurnakan agama
dengan upaya melakukan kegiatan pembinaan. Anak pemulung pekerjaanya
adalah mencari barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi, dan memilah-
milah barang bekas yang sudah dikumpulkan oleh orang tua mereka.
Kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan merupakan proses perubahan
perilaku yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain baik secara
langsung berupa ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dan lain-lain maupun tidak
langsung melalui kinerja dan atau hasil kerjanya. Dengan adanya model
pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung yang dilakukan
oleh para pembina diharapkan akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak Islami.

D. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana model pelaksanaan pembinaan akhlak peduli lingkungan pada
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus?
2. Apa faktor penghambat dan pendorong dalam model pembinaan akhlak
peduli lingkungan pada anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah di atas, diharapkan adanya
suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini.
Tujuan yang ingin ddicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
13

a. Untuk mengetahui model pelaksanaan pembinaan akhlak peduli


lingkungan pada anak pemulung di Yayasan Media Amal Islam
Lebak Bulus
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendorong dalam model
pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung di Yayasan
Media Amal Islam Lebak Bulus
2. Manfaat Penelitian
Terkait dengan tujuan di atas, maka penulisan ini memiliki manfaat :
a. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, Akhlak Tasawuf
dan Bimbingan Penyuluhan Islam.
b. Akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat dijadikan bahan acuan dalam kegiatan
pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung bagi
Universitas dan Jurusan khususnya BPI yaitu melalui kegiatan
praktikum mikro dan makro di komunitas pemulung dengan
memberikan penyuluhan dan pendidikan secara non formal kepada
anak-anak pemulung.
c. Yayasan Media Amal Islami, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan masukan dan rancangan program-program atau kegiatan
dengan tepat,efisien, dna efektif hingga perbaikan kehidupan mereka
dirasakan semakin membaik pada kegiatan pembinaan akhlak peduli
lingkungan melalui para penyuluh. Penyuluh agama dapat memberikan
kesadaran kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan peran serta
dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan anak-anak
pemulung.
14

F. Penelitian Terdahulu
a. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Budaya
Sekolah Peduli Lingkungan” yang ditulis oleh Siti Zaenab, Nim
(2115010000002). Hasil dari penelitian tersebut adalah menyatakan
bahwa pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang ada di
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dimana pembelajaran yang
dilakukan terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup, dalam
melakukan kegiatan juga diangkat isu-isu local sebagai materi
penunjang, penanaman ajaran Islam terkait dengan lingkungan
dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan
akal, keteladanan dan pembiasaan. Serta untuk mendukung kegiatan
tersebut sekolah membuat kebiijakan dengan melakukan perubahan
visi, misi, dan tujuan sekolah, peraturan-peraturan peduli lingkungan,
kegiatan-kegiatan peduli lingkungan, sarana dan prasarana peduli
lingkungan, menjalin kemitraan sekolah untuk mendukung kegiatan
adiwiyata, serta mengadakan kegiatan sosialisasi peduli lingkungan
pada orang tua, sekolah lain dan juga masyarakat sekitar. Dan peran
guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya
sekolah peduli lingkungan adalah dengan pengintegrasian pendidikan
agama islam dengan pendidikan lingkungan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.
b. “Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hadist”
yang ditulis oleh Bekti Rahmasari, Nim (1113034000002). Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa konsep kesehatan dan kebersihan
lingkungan dalam hadist sama dengan konsep etika lingkungan
biosentrisme yaitu teori yang memandang setiap kehidupan dan
makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga sehingga manusia
memiliki kewajiban moral terhadap lingkungan. Oleh karena itu
15

manusia harus selalu menjaga kebersihan sumber air, kebersihan


rumah, kebersihan tempat umum dan tidak menebang pohon dan
tanaman di tempat-tempat umum tanpa tujuan yang tidak jelas.
c. “Kerusakan Lingkungan Perspektif Al-Qur‟an” yang ditulis oleh
Muhammad Mukhtar Dj, Nim (103034027858). Hasil dari penelitian
ini yaitu Islam merupakan agama yang memandang lingkungan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keimanan seseorang
terhadap Tuhan. Dengan kata lain, perilaku manusia terhadap alam
lingkungannya merupakan manifestasi dari keimanan seseorang. Oleh
karena itu nilai-nilai agama yang juga bersifat multidimensi bisa
digunakan sebagai landasan berpijak dalam upaya penyelamatan
lingkungan. Selama perspektif ini tidak dirubah dan kita tidak
memberikan upaya pada dimensi spiritual lingkungan, tidak akan
banyak harapan untuk mengembangkan lingkungan hidup. Manusia
harus kembali pada akar spiritualnya. Oleh karenanya pendekatan
inilah cara penanggulangan pemanasan global bisa diatasi. Inilah nilai
penting untuk kembali kepada keimanan dan ketakwaan.
Dari ketiga kesimpulan penelitian yang telah dilakukan di atas maka
terdapat perbedaan, anatara penelitian sebelumnya dan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti saat ini. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
mengetahui bagaimana model pembinaan akhlak peduli lingkungan pada
anak pemuling di Yayasan Media Amal Islami dengan penekanan pada hal
pola pendidikan, pola suh orang tua dan pola perilaku anak-anak.

G. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan startegi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisi data yang diperlukan guna menjawab permasalahan
yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan
16

data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan dapat digunakan
untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.16
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif yaitu
penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generlisasi.17 Sedangkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme, dilakukan pada kondisi objek yang
alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik analisis dan bersifat
indukti/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari pada
generalisasi.18
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.19 Oleh karena
itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas untuk
menganalisis, dan mengkonstruksi objek dengan jelas. Dalam hal ini, metode
penelitian yang penulis lakukan ialah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengenai pembinaan akhlak peduli lingkungan
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami JL. Lebak Bulus V No. 34
Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan
kurang lebih selama 4 bulan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian

16
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, Edisi Refisi, h. 4
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 14
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 15
19
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-21, h. 4
17

Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber


data atau infomasi yang dapat memberikan keterangan mengenai
masalah penelitian.20 Subjek pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, dimana sampel ditentukan dengan pertimbangan
khusus, mempunyai kriteria atau ciri-ciri tertentu sehingga layak
dijadikan sampel.21
Sehingga narasumber yang dapat memberikan informasi pada
penelitian ini yaitu penyuluh agama Yayasan Media Amal Islami,
orang tua anak pemulung. Penelitian ini melihat bagaimana proses
pembinaan akhlak peduli lingkungan anak pemulung.
b. Objek Penelitian
Sedangkan objek pada penelitian ini adalah kegiatan
pembinaan akhlak peduli lingkungan anak pemulung di Yayasan
Media Amal Islami.
3. Teknik Analisis Data
Susan Stainback dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian
kualitatif. Analisis digunakan untuk mengetahui hubungan dan
konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan
dievaluasi. Spradely dalam Sugiyono menyatakan bahwa analisis
dalam jenis penelitian apapun adalah merupakan cara berpikir. Hal itu
berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan
keseluruhannya.22

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bina Aksara,
1989), h. 91
21
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet Ke-1, h. 155
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet Ke-9, h. 332-333
18

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan analisis adalah


proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh
dari hasil observsi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
denganharapan catatan itu dapat dengan mudah dipahami oleh diri
sendiri meupun orang lain.
Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang telah diperoleh yang berkaitan dengan proses pembinaan
akhlak peduli lingkungan anak pemulung di Yayasan Media Amal
Islami Lebak Bulus.
4. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data konkrit dan dapat memberikan
informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.23
Adapun sumber data terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Sumber data primer, yakni data diperoleh langsung dari informan
berupa: wawancara langsung dengan informan, observasi langsung
dengan informan.
b. Sumber data sekunder, yakni data yang diperoleh sumber-sumber
yang tidak langsung untuk melengkapi data primer agar mendapatkan
data yang lebih tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian, seperti dari
buku-buku literature dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penelitian diluar informan.

H. Sistematika Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman dan
mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Tahun 2017. Penulisan skripsi

23
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
LPSS, 1998), Cet Ket-1, h. 29
19

ini terbagi ke dalam enam bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub
bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode dan objek penelitian, teknik analisis data dan
sistematika penulisan

BAB II KAJIAN TEORI


Bab II ini akan memaparkan pembahasan landasan teori yang
berkaitan dengan metode pembinaan akhlak peduli lingkungan,
selanjutnya tentag kehidupan anak pemulung

BAB III GAMBARAN UMUM


Bab III ini berisi tentang gambaran umum Yayasan Media Amal
Islami Lebak Bulus dan data informan

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISI DATA


Bab IV berisi tentang temuan data yang didapatkan selama proses
penelitian berlangsung di Yayasan Media Amal Islami Lebak
Bulus. Hasil penelitian menjelaskan proses pembinaan akhlak
peduli lingkungan anak pemulung, data-data hasil penelitian,
hasil angket, identifikasi responden, deskripsi hasil penelitian dan
analisis data.

BAB V PEMBAHASAN
Bab V merupakan pembahasan dan analisi data dari hasil
penelitian mengenai proses pembinaan akhlak peduli lingkungan
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami diuraikan
20

kesimpulan penelitian dan saran dari hasil pembahasan dari


penelitian yang telah dilakukan.

BAB VI PENUTUP
Bab VI terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
terhadap pembahasan bab-bab sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang mempunyai awalan
“pem” dan akhiran “an”, kata “bina” itu sendiri mempunyai arti
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Setelah
ditambah awalan „pem” dan akhiran “an”, kata pembinaan mempunyai
arti 1. proses dan cara , 2. penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dna efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dari sebelumnya.24 Adapun arti menurut
terminologis yaitu:
a. Pembinaan adalah upaya pengelolaan berupa merintis, melatih,
membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni
mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan
dan menggunakan segala dana dan upayan yang dimiliki.25
b. Pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang
berguna, mengarahkan akal lewat berbagai zikir serta menenangkan
juga menguatkan melalui intropeksi diri.26
Maka kesimpulan yang dapat penulis ambil mengenai definisi
pembinaan yaitu upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk
melatih, membiasakan dan memelihara serta mengembangkan

24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Cet Ke-3, h. 152
25
BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 1994), h.
3
26
Majdi Al-Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gema Insasi Press, 1999), h.
138

21
22

kemampuan seseorang dengan tujuan melakukan perubahan baik kepada


diri sendiri ataupun lingkungannya.
Pembinaan anak lebih menitikberatkan pada pembentukan
kepribadian, artinya anak diajar untuk sadar akan keberadaan Allah SWT,
serta dapat menjalankan semua perintah-Nya dan melepaskan segala
bentuk pantangan agar mereka terbiasa melakukan perbuatan baik, sesuai
dengan syariat agama islam.
Anak diajarkan sejak usia dini. Jika sudah terbiasa dengan yang
baik sejak kecil, tidak akan menjadi sulit untuk melakukan atau
mengamalkannya setelah dewasa. Jika penerapan kebaikan kurang maka
akan sukar untuk dirubah setelah dewasa. Artinya anak harus diberikan
bimbingan agama sejak dini jangan sampai anak dibiarkan tanpa
pendidikan, bimbingan, pembinaan dan petunjuk agama yang benar.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), terminologik
(peristilahan). Dari sudut pembahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab,
jamak dari khuluqun yang menurut bahasaa berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan kata khalaqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya
dengan khaaliqun yang berarti pencipta, demikian pula dengan
makhluqun yang berani yang diciptakan.27
Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakikat makna khuluq itu, adalah
gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang
khalqi adalah gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendanya tubuh dan lain sebagainya).28

27
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada. 2000), h. 158
28
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada, 2000), h. 159
23

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Imam Al Ghazali


mengemukakan definisi akhlak adalah sifat ang tertanam didalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya, menurut
Abu Bakar Jabir al- Jaziri akhlak merupakan bentuk kejiwaan yang
tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan
buruk, terpuji dan tercela.
Dari pengertian diatas, maka dapat dimengerti bahwa akhlak
adalah sifat atau tabiat seseorang yang sudah terlatih didalam jiwa,
sehingga benar-benar telah melekat sifat-sifat dan melahirkan perbuatan-
perbuatan yang spontan serta tanpa pertimbangan.
Oleh karena itu, pembinaan akhlak merupakan salah satu upaya
yang dilakukan untuk mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan dan
menyempurnakan akhlak, watak, perangai, dan perilakunya ke arah yang
lebih baik dari sebelumnya.
2. Tujuan Pembinaan Akhlak
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia.
Akhlak yang mulia sangat ditekankan karena disamping akan membawa
kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang
ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.29
Ibnu Maskawaih merumuskan tujuan pembinaan akhlak yaitu
terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk
melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga memncapai
kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna dalam

29
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Yogyakarta:
Belukar, 2006), h. 61
24

arti yang sempurna. Tujuan pembinaan akhlak bersifat menyeluruh yakni


mencakup kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
3. Metode Pembinaan Akhlak
Menurut Al-Quran manusia memiliki potensi kebaikan dan
keburukan atau kejahatan sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dalam
surat Asy-Syams ayat 8-10:

َ ‫فَاَ هْلََم َهافُ ُج هوَرَه َاوتَ هق َوَها قَ هداَفه لَ َح َم هن َزَّك َها َوقَ هد َخ‬
‫اب َم هن َد َّس َها‬
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwaa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”30

Untuk membangun jiwa baik yang dominan dalam jiwa muslim,


potensi kebaikan harus dikembangkan selamanya, dan kejahatan harus
dikendalikan atau dimusnahkan. Jiwa baik semacam ini akan diwujudkan
dalam perbuatan terpuji.
Selanjutnya Asep Umar Ismail dalam bukunya Tasawuf
menjelaskan metode mengembangkan potensi kebaikan yaitu:31
a. Metode Al-Sima‟
Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan
mengkondisikan anak sedemikian rupa agar senantiasa mendengar
aktif dan menyimak kalimat tayyibat, ungkapan yang santun, tutur
kata yang baik, serta bahasa yang indah. Ketika anak baru dilahirkan
Rasulullah SAW menganjurkan agar dibacakan azan di telinga kanan
dan iqamah di telinga kiri. Anjuran Rasulullah SAW tersebut
mengisyaratkan dua prinsip penting. Pertama, bahwa al-sima‟ yakni

30
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2020), h. 476
31
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 18
25

menyimak dan mendengar aktif merupakan prinsip dalam


pengembangan potensi anak. Kedua, yang didengar itu dikondisikan
sedemikian rupa agar yang tayyibat, yaitu yang bernilai dan bermutu
tinggi.
b. Metode Al-Abshar
Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada anak dengan
mengkondisikan anak sedemikian rupa agar senantiasa menyaksikan
contoh-contoh perilaku yang baik dari orang dewasa disekitarnya.
Metode ini sangat menekankan adanya uswah atau keteladanan dalam
pendidikan akhlak.
c. Metode Al-Fu‟adah
Metode ini mengambangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan
mengkondisikan anak sedemikian rupa agar: 1) mendapat pengertian
dan pemahaman yang benar tentang kebiasaan-kebiasaan positif yang
didengar dan disaksikannya dalam pengalaman hidup sehinga
pemikiran anak terbimbing dengan baik, 2) mendapat pengalaman
yang berharga dari apa yang diliat dan disaksikannya dalam
pengalaman hidup sehingga perasaan anak memiliki kepekaan dalam
menyikapi dan merespon keadaan disekitarnya dengan cepat dan
tepat.
d. Metode Amaliyah
Metode ini mengambangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan
mengkondisikan anak sedemikian rupa agar melakukan kebaikan-
kebaikan yang diharapkan menjadi akhlak anak. Tugas orang dewaasa
mengajak dan melibatkan anak sedini mungkin dalam berbagai
aktifitas ibadah, kegiatan social dan keseharian yang positif yang
dipadukan secara sinergi dengan mengembangkan potensi kebaikan
pada diri anak melalui metode al-sima‟, al-abshar, dan al fu‟adah
26

4. Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak


Untuk menjelaskan factor yang mempengaruhi pembinaan akhlak
yaitu terdapat tiga aliran yang popular, diantaranya yaitu aliran nativisme,
aliran emperisme, aliran konvergenasi.32
1. Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpegaruh terhadap diri
seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecenderungan, bakat, dan akal. Jika seseorang telah memiliki
bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut
akan lebih baik. Aliran ini begitu yakin akan potensi batin dan tampak
kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
2. Aliran Emperisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar yaitu lingkungan
social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pembinaan dan pendidikan yang diberikan kepada anak itu baik, maka
baiklah anak. Demikian jika pembinaan dan pendidikan yang
diberikan itu buruk, maka buruklah anak. Aliran ini begitu percaya
dengan bentuan pendidikan atau pembinaan.
3. Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang peling berpengaruh terhadap
pembentukan akhlak anak yaitu faktor internal (bawaan) dan faktor
dari luar (lingkungan social). Fitrah dan kecenderungan kearah yang
lebih baik yang dibina secara intensif melalui berbagai metode. Aliran
ketiga ini sesuai dengan ajaran islam. Terdapat dalam surat
An-Nahl-78

32
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 82-87
27

َّ‫اءو َج َع َل َّلَ ُك ُم َّالس ْم َع‬ ِ ِ ِ


ً ‫َواﷲُ َّاَ ْخ َﺮ َج ُك ْم َّم ْن َّبُطُْون َّاُم َﻬت ُك ْم َّﻻَتَ ْعلَ ُم ْو َن َّ َش ْي‬
َّ ‫ف ِء َد َةلَ َعل ُك ْمَّتَ ْش ُك ُﺮْو ََّن‬
ْ َ‫ص َارَواﻻ‬
َ ْ‫َواﻻَب‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan dan hati untuk bersyukur.”33

Ayat ini menjelaskan bahwa pembentukan akhlak bukan


hanya fitrah seseorang, tetapi lingkungan juga terpengaruh, dimana
seorang bayi yang tidak mengetahui apapun akan diajari oleh orang
tuanya pro dan kontra. Terbentuknya suasana akhlak yang baik
(akhlakul karimah) akan berdampak baik pada diri sendiri dan orang
lain (lingkungan). Manfaat akhlak tersebut terdapat dalam Al-Quran
surat An-Nahl ayat 97
ِ ِ ‫َّع ِمل‬
َّ‫َّولَنَ ْج ِزيَن ُﻬ ْمَّاَ ْج َﺮُه ْم‬ َ ُ‫ىَّو ُه َوُم ْؤم ٌنَّفَ لَنُ ْحيِيَ نه‬
َ ً‫َّحيَوةًطَيِّبَة‬ َ َ‫َّصال ًح ِّام ْنَّذَ َك ٍﺮاَ ْواُنْ ث‬ َ َ َ ‫َم ْن‬
َ ‫س ِن‬
‫َّماَّ َكاَّنُ ْوايَ ْع َملُ ْو ََّن‬ ِ
َ ‫باَ ْح‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki
atau perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”34
Surat Al- Mu‟min ayat 40
َّ‫َّو ُه َوُم ْؤِم ٌن‬ ِّ ‫َّصا َّلِ ًحا‬
َ ‫َّم ْن َّذَ َك ٍﺮأ َْوأُنْثَى‬
ِ َ ‫َّع ِمل َّسيِّئَةً َّفَالَي ْج َزى َّإِﻻ ِمثْ لَ َﻬاومن‬
َ ‫َّعم َل‬ ْ ََ ُ َ َ َ ‫َم ْن‬
ٍَّ ‫س‬ ِ ِ ِ َ ِ‫فَأ ُْولَئ‬
َّ ‫اَّب‬ َ ‫ْجنةََّيُ ْﺮَزقُو َنَّف ْي َﻬابغَْي ِﺮَّح‬
َ ‫َّخلُو َنَّال‬
ُ ‫كَّيَ ْد‬
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak
akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu, dan
Barangsiapa mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, Maka mereka akan
masuk syurga, mereka diberi rejeki didalamnya tanpa hisab.”35

33
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), h. 276
34
Departeman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), h. 279
35
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), 472
28

B. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan
hidup adalah semua benda dan daya seta kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Sementara itu,
menurut Otto Soemarwoto, lingkungan hidup diartikan sebagai ruang
yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak
hidup di dalamnya.
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu
organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor)
atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). 10 dari hal inilah
yang kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu a) biotik
: makhluk (organisme) hidup, b) abiotik: energi, bahan kimia, dan lain-
lain.36
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama,
jenis dan masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua,
hubungan atau interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup itu. Ketiga,
kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Keempat, faktor non
materiil suhu, cahaya dan kebisingan.37 Keempat inilah yang menentukan
lingkungan akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Menciptakan
lingkungan yang harmonis merupakan sebuah kewajiban bagi manusia
untuk mewujudkan itu semua antara faktor lingkungan dan
lingkungannya haruslah seimbang. Dengan kepedulian terhadap

36
Agoes, Soegianto, Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2010), h. 1
37
Otto Soemarwono, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Bandung:
Djambatan, 1994), h. 53-54
29

lingkungan, menjaga kelestariannya maka lingkungan menjadi lebih baik


serta dapat memberikan sesuatu yang positif yang dapat kita manfaatkan
dengan baik.
2. Agama dan Lingkungan
Islam sebagai sebuah agama, tidak hanya mengajarkan kepada
kita mengenai ibadah saja kepada sang khalik. Akan tetapi, sebagai
sebuah agama yang memberikan tuntutan hidup yang baik di dunia dan
akhirat telah menunjuk manusia sebagai khalifah, sesuai yang
diamanatkan dalam Al-Quran, “Carilah kebahagian untuk akhiratmu
tetapi jangan sampai melupakan kebahagiaan duniamu dengan
kosekuensinya harus selalu memperhatikan dan bermanfaat untuk orang
banyak bukan untuk saling menghancurkan, merusak hutan tanpa kendali.
Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”38
Sebagai makhluk Alpha SWT, manusia disebut sebagai khalifah
di muka bumi. Mereka diberi misi untuk memberi manfaat bagi sahabat
mereka, manusia dan lingkungan alam. Karena lingkungan merupakan
elemen penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di masa
depan. Lingkungan yang baik dan terpelihara akan menguntungkan umat
manusia.
Oleh karena itu, untuk menikmati lingkungan yang sehat, nyaman
dan bersih, serta dapat meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan,
mengelola sumber daya yang tersedia di alam dengan baik. Misalnya
dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang hutan
sembarangan, dan mendaur ulang sampah lagi saat masih bisa digunakan.
Karena manusia dan lingkungan saling terkait. Manusia membutuhkan

38
H. Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam (Jilid 2), (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), Cet Ke-2, h. 130
30

segala yang ada di lingkungannya untuk mendukung dan memenuhi


segala kebutuhannya, dan lingkungan membutuhkan campur tangan
manusia agar lebih bermakna.
Sebagaimana Allah SWt berfirman dalam Surat Al Qasas ayat 77

َُّ‫س َنَّاﷲ‬ ِ
َ ‫اَّواَ ْحس ْنَّ َك َماَّاَ ْح‬
َ َ‫َّالدنْي‬ُّ ‫ك َِّم َن‬ ِ َ‫ىكَّاﷲَّالداراﻻَ ِخﺮةََّوﻻَتَ ْنسَّن‬
َ َ‫ص ْيب‬ َ َ َ َ ُ َ َ‫َواَّبْتَ ِغَّف ْي َماَّاَت‬
ِ
ُّ ‫ضَّاِنَّاﷲََّﻻَيُ ِح‬
‫بَّال ُْم ْف ِس ِدَّيْ ََّن‬ ِ ‫ادَّفِىَّاﻻَ ْر‬
َ‫س‬ ََّ ‫اِلَْي‬
َ ‫كَّ ََّوﻻَتَ ْب ِغَّالْ َف‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Kepadamu,


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”39

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah memerintahkan


kita untuk menjadikan kebahagiaan masa depan sebagai visi hidup kita
dan terus mengupayakan kebahagiaan bagi dunia dengan jalan yang
diridhoi Allah SWT. Di akhir ayat ini, Allah SWT mengakhiri ayat ini
dengan bahasa terlarang yang melarang setiap orang untuk menimbulkan
kerugian, tidak memperlakukan orang lain, makhluk lain dan lingkungan
semaunya. Dengan demikian, segala sesuatu yang telah diberikannya
akan rusak dan tidak berdampak positif bagi generasi yang akan datang.
Oleh karena itu, tugas seorang beriman adalah melindungi alam
semaksimal mungkin, tidak menggunakan nafsu saat menjelajahi alam
dan tidak mencemari lingkungan. Dengan kemampuan khusus yang
diberikan oleh Allah SWT yaitu akal, manusia harus mampu
memanfaatkan dan memanfaatkannya secara arif untuk dirinya sendiri,
juga makhluk lain dan lingkungannya.

39
https://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-77 diakses pada 21-1-2020 pukul 20.00 WIB
31

3. Akhlak Terhadap Lingkungan


Keberadaan alam dan seluruh benda-benda yang terkandung
didalamnya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara
keseluruhan saling membutuhkan, dan saling melengkapi kekurangannya.
Kelangsungan hidup dari setiap unsur kekuatan alam terkait dengan
keberadaan hidup kekuatan lain. Kejadian alam dan apa yang ada
didalamnya saling mendukung sehingga ia disebut alam secara
keseluruhan. Alam dan apa-apa yang ada didalamnya seperti tumbuh-
tumbuhan dan binatang termasuk manusia dan benda mati yang ada
disekitarnya serta kekuatan alam lainnya seperti angin, udara dan iklim
hakekatnya adalah bagian dari keberadaan alam.40
Menurut Yusuf Al-qardlawi mendefinisikan lingkungan adalah
sebagai sebuah lingkup dimanan manusia hidup, ia tinggal didalamnya,
baik ketika berpergian maupun mengasingkan diri, sebagai tempat ia
kembali, baik dalam keadaan rela atau terpaksa. Dimanapun kita berada,
kita tidak dapat meninggalkan lingkungan. Lingkungan akan membawa
manfaat bagi masyarakat yang senantiasa menjaga dan memelihara
lingkungan, begitu pula sebaliknya lingkungan akan berdampak negatif
bagi mereka yang tidak mau menjaga dan memelihara lingkungannya.
Ketika kita melihat bahwa lingkungan kita baik, usahakan untuk
melindungi dan mengisi perilaku yang baik agar lingkungan menjadi
lebih baik. Jika ternyata lingkungan kita masih kurang baik, maka
usahakan untuk memperbaikinya dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang
dapat membuat lingkungan menjadi lebih baik.Ketika kita melihat
lingkungan yang kurang baik jangan hanya berdiam diri tapi lakukanlah
sesuatu yang bermanfaat, sebagaimana islam juga memberikan perhatian

40
Bahri Ghazali, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), h. 2
32

khusus terhadap ini (lingkungan). Sebagaimana firma Allah SWT dalam


Al-Quran surat Al-Araf ayat 56-58
ِ َ ‫َّخوفاًَّوطَمعاًَّإِنَّرحم‬ ِ ِ‫ضَّب ع َدَّإ‬ ِ ِ
َّ‫َّم َن‬ ٌ ‫تَّاللّهَّقَ ِﺮ‬
ِّ ‫يب‬ َ َْ َ َ ْ َ ُ‫اَّوا ْدعُوﻩ‬ َ ‫صالَح َﻬ‬ ْ ْ َ ِ ‫َوﻻََّتُ ْفس ُدواَّْفيَّاأل َْر‬
َّ‫ت‬ْ ‫َّحتى َّإِذَا َّأَقَل‬ ِ ِ ‫َّالﺮياح َّب ْشﺮاً َّب ين َّي َدي‬ ِ ِ ِِ
َ ‫َّر ْح َمَّته‬ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ َ ِّ ‫)َّ َو ُه َو َّالذي َّيُ ْﺮس ُل‬65(‫ال ُْم ْحسنين‬
َّ‫ك‬ ِ ‫ت َّفَأَنزلْنَاَّبِ ِه َّالْماءَّفَأَ ْخﺮجنَاَّبِ ِه َِّمنَّ ُك ِّل َّالثمﺮ‬
َ ِ‫ات َّ َك َذل‬ ٍ ِّ‫سحاباً َّثَِقاﻻً َّس ْقنَاﻩُ َّلِب لَ ٍد َّمي‬
ََ َْ َ َ َ ُ ََ
َّ‫َّربِِّه َّ َوال ِذي‬ ِ ِ
َ ‫ج َّنَبَاتُهُ َّبِإ ْذن‬
ُ ‫ب َّيَ ْخ ُﺮ‬
ُ ِّ‫)َّ َوالْبَ لَ ُد َّالطي‬65(َّ‫ْموتَى َّلَ َعل ُك ْم َّتَ َذك ُﺮون‬ ْ ‫ِج َّال‬ُ ‫نُ ْخﺮ‬
85(‫اتَّلَِق ْوٍمَّيَ ْش ُك ُﺮون‬ ِ ‫فَّاآلي‬
َ ُ ‫ص ِّﺮ‬ َ ُ‫كَّن‬َ ِ‫جَّإِﻻَّنَ ِكداًَّ َك َذل‬ ُ ‫ثَّﻻََّيَ ْخ ُﺮ‬َ ُ‫َخب‬
“(56) Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik, berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang
yang berbuat kebaikan. (57) Dialah yang meniupkan angin sebagai
pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan),
sehingga apabila angin itu membawa awam mendung, kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu.
Kemudian kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-
buahan seperti itulah kami membangkitkan orang yang telah mati,
mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (58) Dan tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin tuhan, dan tanah yang
buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah kami
menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran kami) bagi orang-
orang yang bersyukur.”41

Akhlak Islam (akhlak dan perilaku luhur) juga erat kaitannya


dengan lingkungan dan pemeliharaannya, karena akhlak lingkungan
merupakan bagian dari rentang akhlak yang harus diwujudkan guna
mencapai kesempurnaan akhlak manusia. Selain aqidah dan syariah,
akhlak merupakan bagian penting dari ajaran Islam. Oleh karena itu,
perlindungan lingkungan juga menjadi bagian penting dari ajaran Islam.

41
http://ad-room.blogspot.com/2017/06/tafsir-surat-al-araf-56-58.html diakses pada
27 Februari 2020, Pukul 23.16 WIB
33

Lingkungan hidup dengan seluruh makhluk hidup erat


hubungannya, artinya lingkungan hidup sangat tergantung atas sesama
makhluk hidup lainnya. Bahkan secara sentral manusia sebagai pemegang
peranan dalam sistem ekologipun sangat tergantung kepada keberadaan
lingkungannya. Begitu pula lingkungan itu akan tetap memiliki mutu
yang baik tidak lepas pula dari tangan manusia.42 Surat Al-Baqarah ayat
30

َّ‫اَّم ْنَّيُ ْف ِس ُد‬ ِ َِ ‫ض‬ ْ ِ‫اع ٌلَّف‬


ِ ‫يَّاأل َْر‬ ِ ‫كَّلِلْم َالئِ َك ِةَّإِنِّيَّج‬ َ َ‫َوإِ ْذَّق‬
َ ‫َّخلي َفةًََّّۖقَالُواَّأَتَ ْج َع ُلَّف َيﻬ‬ َ َ َ ُّ‫َّرب‬ َ ‫ال‬
ِ ِ ُ ‫َّويَ ْس ِف‬ ِ
َ ‫ال َّإِنِّي َّأَ ْعلَ ُم‬
َّ‫َّما ََّﻻ‬ َ َ‫ك َّۖ َّق‬ َ َ‫ِّس َّل‬
ُ ‫َّونُ َقد‬
َ ‫سبِّ ُح َّب َح ْمد َك‬
َ ُ‫َّونَ ْح ُن َّن‬
َ ‫اء‬َ ‫ِّم‬
َ ‫ك َّالد‬ َ ‫ف َيﻬا‬
‫تَ ْعلَ ُمو ََّن‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesugguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.43

Menurut pemahaman Islam, Khalifah adalah pemimpin bumi, dan


dia memiliki tanggung jawab untuk memimpin dirinya sendiri dan
mengelola lingkungannya dengan baik. Oleh karena itu, lingkungan
dalam konsep keagamaan merupakan tugas utama manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kualitas lingkungan
tergantung pada keramahan manusia. Kelayakan hidup makhluk tercipta
apabila terdapat upaya mempertahankan diri dan lingkungannya dengan
sebaik mungkin.

42
Bahri Ghazali, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), h. 20
43
https://tafsirweb.com/290-quran-surat-al-baqarah-ayat-30.html diakses pada 27
Februari 2020, Pukul 23.34 WIB
34

Kewibawaan Allah memberikan keuntungan bagi salah satu


ciptaannya, manusia. Allah membuat umat manusia berbeda dari yang
lain karena telah disebutkan di atas bahwa manusia diperintahkan untuk
menjadi khalifah di muka bumi, dan mereka memiliki tanggung jawab
untuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan lingkungan. Oleh karena
itu, manusia memegang peranan penting dalam menjaga lingkungan.
Sesuai aturan atau undang-undang yang ditetapkan oleh Allah SWT,
manusia dituntut untuk bermanfaat bagi lingkungannya.

C. Gambaran Pemulung
1. Pengertian Anak Pemulung
Masa kanak-kanak adalah waktu untuk aktif mempelajari segala
sesuatu, mengetahui segala sesuatu, baik atau buruk, merupakan tugas
penting bagi orang tua untuk membantu dan membimbing mereka agar
tidak melakukan apa pun yang tidak terpuji. Selama periode inilah
individu menjadi rentan dan tidak berdaya, dan selalu bergantung pada
orang lain.
Anak, dalam uraian diatas digunakan “anak-anak” yang menunjuk
pada pengertian anak yang masih kanak-kanak. Masa kanak-kanak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira
tiga belas tahun untuk perempuan dan empat belas tahun untuk laki-laki.44
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia anak diartikan, 1)
keturunan, 2) manusia yang masih kecil.45
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah
manusia yang masih kecil serta berketergantungan dengan orang lain
44
Elizabeth B, Hourlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Kehdiupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), edisi kelima, h. 108
45
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1992), cet ke-10, h. 37
35

diantara usia dua tahun hingga matang secara seksual, dan kira-kira usia
untuk perempuan sekitar tiga belas tahun dan empat belas tahun untuk
laki-laki.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari
kata “pulung” yang artinya mengumpulkan barang bekas (limbah) yang
terbuang (sampah) untuk dimanfaatkan sebagai barang produksi.
Sedangkan pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan
mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas (seperti
punting rokok) dengan menjualnya kepada pengusaha yang akan
mengolahnya kembali menjadi barang komoditas; orang yanag
46
memulung.
Oleh karena itu, anak pemulung merupakan manusia muda yang
tugasnya mencari dan mengumpulkan barang bekas untuk diolah,
kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang. Biasanya pemulung
mengumpulkan barang bekas, seperti botol plastik, seperti air mineral,
karton, karet, alumunium, dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa anak pemulung merupakan pengumpul produk sampah plastik.
2. Kehidupan Pemulung
Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang-
barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Dan paling banyak dari
pemulung adalah mencari barang bekas berbahan plastic seperti bekas
botol atau gelas air mineral. Barang bekas berbahan plastic paling banyak
mereka cari karena mungkin akan lebih mudah menjualnya kembali. Jadi
bisa dikatakan bahwa pemulung adalah pengumpul barang bekas plastic.
Hamper tiap hari kita melihat pemulung baik didepan rumah maupun
dijalanan, mereka dengan setia memungut sampah yang nantinya akan

46
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 906
36

dijual, ada cup air, botol-botol plastic, kardus bekas, dan sebagainya.
Pekerjaan pemulung tentunya ikut membersihka lingkungan dari sekitar
tempat tinggal maupun tempat beraktifitas kita.47
Tidak hanya itu, pekerjaan pemulung adalah pekerjaan yang
kreatif. Banyak dari kita tidak dapat menemukan pekerjaan di ibu kota,
dan pemulung dapat menciptakan pekerjaan untuk diri mereka sendiri
tanpa bergantung pada orang lain. Mereka menyadari bahwa berharap
mendapatkan pekerjaan di kantor itu naif karena latar belakang
pendidikan dan kurangnya keterampilan.
Mereka justru mengira banyak orang yang melupakan pekerjaan
mengumpulkan sampah. Mengumpulkan barang bekas dan menjualnya
serta menghasilkan uang adalah pekerjaan yang mudah, mereka yang
masih belum memiliki pekerjaan bisa memanfaatkannya, namun nyatanya
banyak orang yang tidak melakukannya karena merasa malu. Tidak hanya
itu, pekerjaan pemulung merupakan pekerjaan yang mulia, selain
mengumpulkan bahan sampah, secara tidak langsung membersihkan
lingkungan dari sampah, melestarikan lingkungan dan menjaga
keseimbangan alam dimana mereka berada.
Bisa dibayangkan betapa hancurnya suatu ekosistem bila sampah-
sampah yang tidak bisa diurai atau yang susah dihancurkan oleh bakteri
atau yang biasa disebut sampah anorganik tidak dipungut para pemulung.
Jadi, peran pemulung dalam menjaga lingkungan sebenarnya sangat
besar. Mereka membersihkan sampai yang menjadi pencemar
lingkungan.48

47
Annisa, “Kehidupan Pemulung”, artikel di akses pada tanggal 26 September 2020
melalui https://brainly.co.id/tugas/7199741
48
Kusmana Suryanto, “Rongsok” artikel diakses pada tanggal 26 September 2020
melalui http://www.danamon.co.id/contect_c.php?idCon=501
37

Disisi lain, dalam konteks stabilitas social di masyarakat, pilihan


menjadi pemulung merupakan salah satu cara untuk mengatasi
menumpuknya penganggura. Secara tidak langsung akan meningkatkan
permasalahan social dan tindak criminal. Disamping itu, pemulung adalah
orang-orang yang mandiri, pekerja keras, serta tidak mengantungkan diri
pada orang lain. Apalagi hanya meminta belas kasih orang lain dengan
meminta-minta.49
Meskipun pemulung melayani kita dan lingkungan dengan sangat
baik, pikiran negatif para pemulung tetap abadi di masyarakat. Sekalipun
tidak pernah dikatakan, ini sendiri merupakan semacam kesedihan bagi
mereka. Dan orang pun juga tidak mau tahu soal itu.
Selain itu, barang rongsokan dikumpulkan setiap pagi hingga
malam, dan terkadang pembayaran yang mereka terima tidak sesuai
dengan pengorbanan. Karena harga barang bekas ditentukan oleh
pengepul, dan mereka hanya bisa menerima bayaran itu walau terkadang
hanya cukup untuk satu hari kehidupan, untuk satu hari makan saja.
Jumlah penduduk di Kelurahan Lebak Bulus ada sekitar 41.775
jiwa (2018). Jumlah ini membuat orang-orang yang tidak memiliki
kesempatan untuk bekerja di perkantoran mereka menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri, menjadi bos untuk diri sendiri contohnya yaitu sebagai
pemulung. pemulung membuka lapangan kerja sendiri tanpa harus
memusingkan persaingan dengan siapapun.
3. Gambaran Pola Pendidikan Anak Pemulung
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

49
Indah Sundari, “Pemulung Adalah Penyelamat Lingkungan”, artikel diakses pada
tanggal 28 September 2020 melalui http://bingkai-bingkai.blogspot.com/2008/02/pemulung-
penyelamat-lingkungan-html
38

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,


serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.50
Anak-anak pemulung adalah kaum minoritas yang masih kurang
beruntung dalam dunia pendidikan. Anak pemulung memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya. Diusia
mereka yang harusnya sedang aktif mengembangkan keterampilan,
belajar serta bermain tetapi, sebaliknya mereka malah mengais-gais
sampah dan kardus-kardus bekas.51
Anak adalah anugerah dari sang Pencipta yang hadir atas nama
cinta dan kasih saying. Anak adalah titipan dan tanggung jawab untuk
diberi pendidikan, pembinaan, pembelajaran dan kasih sayang.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan
pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi
untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini
sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak
terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga
pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana
saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam
keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai
dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.52
Namun, tidak semua anak berhak atas pendidikan. Meski sudah
mendapatkan pendidikan dan pembelajaran yang layak, banyak dari
mereka masih belum bisa belajar karena kemiskinan. Anak-anak dari
50
Ayu Adriyani, “Pemulung:Sisi Gelap Dunia Pendidikan Indonesia”, artikel diakses
pada tanggal 28 September 2020,
https://www.kompasiana.com/penacoklat/5500bb52a333111870511c2c/pemulung-sisi-
gelap-dunia-pendidikan-indonesia
51
Hasil Pengamatan Peneliti Saat Mengunjungi Komunitas Pemulung di Lebak
Bulus, Tanggal 12 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
52
Davit setyawan, “Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Sejak Usia Dini”, artikel di
akses pada tanggal 29 September 2020 melalui
https://www.kpai.go.id/berita/artikel/pemenuhan-hak-pendidikan-anak-sejak-usia-dini
39

keluarga miskin hanya bisa bermimpi mendapatkan hak atas pendidikan.


Indonesia adalah negara yang memiliki segalanya, namun dalam hal
pendidikan Indonesia masih kalah bersaing dengan Negara lain.
sayangnya masih kalah bersaing dengan negara lain.
Kegiatan anak pemulung sangat intensif. Mereka harus bisa
menikmati dengan bahagia. Dunia anak-anak tempat mereka belajar dan
bermain dengan teman sebayanya seperti hanya sebuah cerita dalam
dongeng. Sebaliknya, mereka harus berjuang untuk hidup mereka.
Bayangkan sepulang sekolah, mereka akan membantu orang tuanya
memilah-milah barang bekas yang terkumpul dan kemudian menjualnya
kepada kolektor, selain mereka juga harus menjaga adik-adiknya selama
orang tua mereka bekerja. Mereka hampir tidak punya waktu untuk
bermain dan menikmati dunia anak-anak.53
Tidak hanya itu, sejauh menyangkut pembelajaran. Mereka harus
belajar tanpa bimbingan orang tua mereka. Ini bukan karena orang tua
tidak menginginkannya, tetapi karena mereka tidak punya cukup waktu,
karena pemulung yang tinggal di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus
menguras dan mengumpulkan serta membersihkan sampah terlebih
dahulu sebelum dijual kepada pengepul. Uang tersebut digunakan untuk
kelangsungan hidup anak dan keluarga. Selain itu, minimnya tingkat
pendidikan orang tua juga menjadi kendala dalam membimbing anak
untuk belajar. Bayangkan untuk membaca saja masih banyak diantara
mereka yang belum bisa. Apalagi untuk memanggil guru privat itu hanya
akan menjadi impian dan angan-angan semata, karena sehari bisa makan
saja mereka sudah bersyukur.

53
Hasil Pengamatan Penelitian Saat Mengunjungi Komunitas Pemulung di Lebak
Bulus, Tanggal 12 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI

A. Profil Yayasan
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami
Media Amal Islami (MAI) adalah yayasan independen non
partisipan yang didirikan oleh aktivis dakwah bapak H. Aslih Ridwan,
MA. yang tinggal di jalan Lebak Bulus V No. 34, beliau lahir di Jakarta
tanggal 11 Juli 1967 serta memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam
bidang keagamaan yaitu SI Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan
melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ pada tahun 2009. Beliau mendirikan
yayasan MAI sejak tahun 1999, aktivitas dakwah beliau sudah tidak
diragukan lagi karena sudah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri
Yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat
Ulama) di Bens Radio, dan sebagai Ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan
Muslim Indonesia) serta sebagai Account Executive Majalah Aulia.
Yayasan Media Amal Islami didirikan sejak tahun 1999, SK
Mentri Hukum dan HAM RI No. AHU-AH.01.06-0014829 tahun 2019
dan Surat izin kegiatan yayasan No. 3506/F.3/31.74.06.1001/-
1.848/e/2019. Sebagai media dakwah yang memadukan antara dakwah bil
lisan dan dakwah bil haal dalam mengatasi problem ummat, terutama
kalangan bawah yaitu kaum dhuafa, anak yatim, anak jalanan dan
pemulung. Berawal dari keprihatinan dengan kehidupan dan lingkungan
pemulung, Yayasan Media Amal Islami akhirnya menghadirkan sebuah
asrama yatim dan dhuafa untuk para pemulung. Yayasan yang ada di
daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini fokus memberikan santunan dan
pendidikan kepada pemulung yang berada disekitar daerah tersebut.

40
41

Rasa keprihatinan yang dirasakan oleh bapak H. Aslih Ridwan


dalam memandang kaum bawah khususnya pemulung yang tidak hanya
kekurangan dalam hal finansial tetapi juga aqidah, membuat beliau
terdorong untuk mendirikan sebuah yayasan atau tempat yang bisa
membantu kaum pemulung dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia
serta belajar mengetahui kehidupan di akhirat, agar dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Atas rasa keprihatinan dan
dukungan oleh Lurah Cilandak maka didirikan sebuah yayasan yang
dapat membantu kehidupan pemulung, dan kaum dhuafa yang diberi
nama Yayasan Media Amal Islami dan sesuai dengan namanya yayasan
ini berfokus untuk melakukan amal soleh.
Lembaga Yayasan Media Amal Islami merupakan lembaga agama
yang memiliki keprihatinan bagi kaum bawah dimaksudkan juga kepada
para pemulung di sekitar lingkungan ini, kegiatan yayasan diantaranya
melakukan pembinaan khususnya pendidikan agama guna memelihara
aqidah mereka dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat untuk
dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Para pengurus yayasan yang
memahami persoalan umat yang kian kompleks menuntutnya untuk
selalu berinovasi dan bekerja keras dalam menyampaikan pengetahuan
agama, oleh karenanya dibutuhkan sejumlah orang yang memiliki
kesamaan visi dan cita-cita untuk mewujudkan nilai nilai Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui
aktifitas dakwah, sosial dan pendidikan.54
2. Visi dan Misi
Visi dan misi didirikan yayasan ini yang bertujuan untuk
menciptakan keberhasilan dalam menjalankan setiap kegiatan yaitu:55

54
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
55
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
42

Visi : Menjadikan sebuah lembaga dambaan umat yang unggul dalam


menentaskan kaum dhuafa menjadi kaum yang mandiri dan
berakhlak yang saleh.
Misi :
1. Melaksanakan dakwah bil hal dan bil lisan kepada mayarakat
dhuafa
2. Meringankan beban kaum dhuafa
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan pelatihan
bagi kaum dhuafa
4. Mengembangkan manajemen ilmu pengetahuan sehingga
tercipta kesejahteraan ummat
5. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli
terhadap kaum dhuafa
6. Mendorong dan memfasilitasi para kader yang terlibat aktif
untuk menjadi pengajar dan pembina dengan memberikan
ruang dan kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri,
meningkatkan keilmuan dan kesejahteraannya.
3. Struktur Organisasi
Penasihat : DR. Hamdan Zoelva, S.H, M.H
Pembina : H. Aslih Ridwan, M.Ag.
Ketua : Nofi Sofandi, S.Ak.
Wakil Ketua : H. M. Iqbal Siregar, S.Sos.I
Sekretaris : Sigit Kuntoro, S.Pd.I
Bendahara : Fathi Ihsan, S.Kom.I
Terdapat beberapa cabang-cabang dari yayasan Media Amal Islami
diantaranya:
MAI Cabang Jakarta : Koordinator Bachrudin, A.Md
MAI Cabang Cianjur : Koordinator Sigit Kuntoro, S.Pd.I
43

MAI Cabang Serang : Koordinator Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I


MAI Cabang Pedurenan,
Gunung Sindur : Koordinator Dina Banonwati,S.Sos.I.
MAI Cabang Curug,
Gunung Sindur : Koordinator Fathi Ihsan, S.Kom.I
Bidang Dakwah : Koordinator Ahmad Aliyudin56
4. Program-Program Yayasan Media Amal Islami
Adapun program-program yang terdapat di Yayasan Media Amal
Islami yang masih berjalan atau berlangsung sampai dengan sekarang dan
terbagi kedalam beberapa bidang diantaranya, program dalam bidang
pendidikan, dakwah, social, sedekah barang bekas, relawan, dan asrama.
a. Bidang Pendidikan (waktu belajar: setiap Senin-Jumat dari Pukul.
14.00-16.00, dengan 9 tenaga pelajar). Program Pendidikan meliputi:
1. Program beasiswa anak asuh (yatim)
2. Program peduli guru dan murid
3. TK (Taman Kanak-Kanak)
4. Madrasah Diniyah Takmiliyah di empat wilayah (Cianjur,
Gunung Sindur,Serang, Cianjur)
5. Sekolah PKBM
6. Wisata Santri
b. Program Dakwah
1. Pembinaan akidah dan akhlak pemulung
Pemulung adalah suatu komunitas mamnusia yang seringkali
dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Mereka juga
memiliki potensi yang sama seperti orang lain. Oleh karena itu
MAI terketuk hati untuk peduli terhadap pembinaan ruh mereka
sehingga menjadi manusia yang lebih bermartabat.

56
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
44

2. Forum Jakarta Magrib Mengaji


Mengembalikan kebiasaan masyarakat dulu yang memiliki
rutinitas untuk mengaji dan belajar setelah sholat magrib.
3. Pengajian Orang Tua, Remaja dan Anak-Anak
Pengajian orang tua dilakukan setiap Minggu ke-3 tiap bulan
(pkl.10.00-12.00) dengan metode ceramah dan pemberantasan
buta huurf Al-Quran. Sedangkan pengajian umum dilakukan tiga
bulan sekali dengan mendatangkan Muballigh baik dari MAI
sendiri maupun dari lembaga dakwah lainnya. Remaja dilakukan
setiap hari Sabtu (pkl. 16.00-18.00).
4. Tafakur alam dhu‟afa.
5. Pelatihan Muballigh/Muballighah
6. Tebar Da‟I ke Pelosok Daerah
7. Daurah Al-Quran
8. Pengiriman Khatib Jum‟at
9. Majelis Ta‟lim
c. Program Bidang Sosial
Bantuan social merupakan kegiatan yang dilakukan MAI
sebagai rasa solidaritas social yang tinggi kepada masyarakat.
Bantuan social ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam
mengadakan kegiatan-kegiatan social yang berjalan disarana umum,
memberikan santunan berupa pakaian layak pakai, uang dan
memberikan penyuluhan-penyuluhan agama, masalah-masalah
kesehatan dan keterampilan. Bantuan social juga merupakan sarana
pendekatan kepada masyarakat untuk memperkenalkan MAI
sekaligus wujud nyata berbakti untuk masyarakat. Kegiatan dibidang
social ini berupa:
45

1. Santunan rutin anak yatim, dhu‟afa, jompo


2. Pembagian sembako
3. Tebar hewan qurban
4. Sunatan massal
5. Pengobatan gratis
6. Tebar paket lebaran untuk janda, jompo,dan disabilitas.
d. Program Sedekah Barang Bekas
e. Program Relawan
f. Program Asrama
Bidang Asrama Yatim meliputi:
1. Tasmi Qur‟an, santunan yatim dan dhu‟afa
2. Belanja bersama yatim pada hari Raya Idul Fitri
3. Santunan rutin untuk yatim, dhu‟afa dan jompo
5. Data Sarana
1. Asrama Yatim
2. Kantor Pengurus Yayasan Media Amal Islami
3. Ruang Kelas
4. Aula Kegiatan Yayasan Media Amal Islami
5. Kamar Mandi Di Setiap Lantai
6. Ruang Rapat
7. Perpustakaan
8. Dapur
9. Gudang
10. Parkiran
46

B. Profil Pembimbing
1. Dzulfitri Sulaiman. S.Pd.I.
Bapak Dzulfitri Sulaiman lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1983,
beliau akrab dipanggilan dengan nama “Ustad Hafid” , beliau tinggal di Jalan
Kesadaran Pamulang No.20 Tangerang Selatan. Beliau menyelesaikan gelar
sarjana S1 di IAIN sekarang dikenal dengan Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, jurusan Pendidikan Agama Islam, lulus pada tahun 2010. Ustad
Hafid adalah sosok yang hangat dan sederhana terhadap masyarakat binaan di
yayasan. Keikutsertaannya dalam yayasan ini adalah keinginan untuk
mengaktualisasikan diri dan ilmu yang telah didapat agar bermanfaat dan
membantu kaum bawah untuk bias mendapatkan hak pendidikan, khususnya
pendidikan agama.
Beliau menjabat sebagai koordinator Yayasan Media Amal Islami
cabang Serang, selain itu beliau juga sebagai ketua bidang pendidikan yang
mengatur sistem pendidikan mulai dari narasumber, materi, jadwal kegiatan
hingga tujuan akhir yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Melihat kondisi
mayarakat disekitar yayasan membuat beliau prihatin kepada anak-anak,
remaja dan ibu-ibu Karena secara finansial untuk mendapatkan pendidikan
yang layak masih kurang. Beliau juga terlibat langsung dalam kegiatan
pembinaan agama dan akhlak tersebut.57 Sosok Ustad Hafid disenangi oleh
masyarakat binaan karena memiliki sifat yang humoris dan suka membantu,
selain itu sikap kepemimpinan yang juga terlihat dari beliau membuatnya
mampu bekerja sama dengan rekan-rekan serta terhadap kaum bawah dalam
memnuhi hak-haknya dalam bidang pendidikan.
2. Uswatun Khasanah
Ibu Uswatun Khasanah lahir di Tegal pada tanggal 17 Agustus 1994,
beliau tinggal di jalan Cipete Raya No.91 C Cipete Selatan, Jakarta Selatan.

57
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid, melalui telepon, tanggal 11 Agustus 2020.
47

Beliau merupakan salah satu tenaga pendidik di Yayasan Media Amal Islami
dari tahun 2018 sampai sekarang, selain sebagai pendidik beliau juga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh yayasan. Beliau
menamatkan jenjang pendidikan D3 di Universitas BSI jurusan administrasi
bisnis tahun 2019. Selain itu beliau juga tergabung dalam organisani
BADARIS (Badan Dakwah Rohani Islam) sebagai anggota pendidikan dan
kaderisasi (PDK). Ustazah Uswa sangat peduli dengan permasalahan hidup
kaum bawah dalam hal ini adalah anak-anak pemulung, inilah yang
membuatnya merasa terpanggil dan mendedikasikan dirinya dalam
memberikan penerangan keagamaan kepada anak-anak dengan harapan
semoga anak-anak menjadi orang yang lebih baik, cita-citanya tercapai dan
dapat menyalurkan ilmu yang telah didapatkan.58
Pengalaman pertama saat mendidik anak-anak khususnya di yayasan
Media Amal Islami bisa dikatakan menarik, diwaktu akan dimulainya
pembinaan beberapa anak meminta hadiah sebagai imbalan bagi mereka
karena sudah mengikuti kegiatan. Kejadian itu membuat beliau merasa
prihatin dengan akhlak anak-anak, dan bertekad untuk mengubah pemikiran
mereka menjadi lebih baik serta mau mengikuti kegiatan pembinaan akhlak
dan agama dengan hati ikhlas, namun perlahan tapi pasti keyakinan bahwa
kegiatan ini akan menjadi input kebaikan bagi anak-anak dan lingkungan
sekitar dalam menanamkan kesadaran mereka untuk terus berada dalam
koridor islam.

C. Profil Pemulung
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata
“pulung” yang artinya mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang
(sampah) untuk dimanfaatkan sebagai barang produksi. Sedangkan pemulung

58
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa, melalui telepon, tanggal 26 Agustus
2020
48

adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta
memanfaatkan barang bekas (seperti punting rokok) dengan menjualnya
kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang
komoditas; orang yanag memulung.59
Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori
sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat umum,
karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian besar
masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan semacam ini
secara otomatis akan membentuk strata dimana strata pemulung menempati
diri terbawah atau memiliki harga diri yang rendah.60 Seperti usaha di sector
formal, bisnis sampah juga memiliki mata rantai dan jaringan dari pemulung
sampai pengepul besar yang saling membutuhkan agar terwujudnya tujuan
bersama, yaitunya mengumpulkan uang. Masalah yang dialami oleh
pemulung yaitu, mereka merupakan strata paling bawah dari pelapak dan
pengepul besar. Misalkan mereka tidak bisa menentukan sendiri harga dari
setiap barang yang mereka kumpulkan, karena harga pastinya ditentukan oleh
pelapak.
Selanjutnya masalah yang juga sering dialami oleh pemulung yaitu
stigma negative dari lingkungan masyarakat. Hal inilah yang menjadi
kepedihan tersendiri bagi pemulung dalam menjalankan kehidupannya,
namun jika dilihat dari pekerjaannya bahwa pemulung bisa dikatakan sebagai
pahlawan kebersihan.
Sedangkan menurut Mudiyono, dkk dikutip Sutardji mengatakan
bahwa pemulung adalah orang yang mengumpulkan dan memproses sampah

59
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 906
60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisiona,(Yogyakarta: 1992,) h. 140
49

di jalan jalan, sungai sungai, bak bak sampah, dan lokasi pembuangan akhir
sebagai komoditas pasar.61
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah
orang yang mengumpulkan barang-barang bekas dan menjualnya kepada
juragan atau pengepul, dan harga yang diberikan sesuai dengan harga
pengepul, sedangkan pemulung tidak bisa menentukan harga dari barang-
barang yang telah mereka kumpulkan.
Asumsi peneliti bahwa melihat keadaan pemulung yang masih
kekurangan, maka perlu bagi mereka adanya seorang yang mampu
membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran dalam
kehidupan yang dilakukan secara terus-menerus bahwa mempelajari ilmu
agama itu penting, sertas dalam proses belajar mengajar tersebut akan
menumbuhkan niat untuk melaksanakan nilai-nilai keagamaan yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi acuan hidup agar tetap
kuat dan semangat walau dalam keadaan apapun.
Mempelajari ilmu agama hendaknya dilakukan sejak masih dini agar
kedepannya mereka bisa mengerti yang baik dan buruk. Belajar ilmu agama
juga penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi
anak. Pendidikan tentang agama seperti berbakti kepada orang tua, dan selalu
menjaga lingkungan merupakan hal yang mendasar serta wajib diajarkan
kepada anak oleh orang tua, karena banyaknya kasus yang terjadi pada anak
karena pemerosotan moral dan akhlak.
Selanjutnya peneliti akan menjelaskan identitas pemulung yang
peneliti wawancarai:

61
Sutardji, Karakteristik Demografi Dan Sosial Ekonomi Pemulung, jurnal diakses
pada tanggal 15 Maret 2020 pukul 22.11 WIB dari file:///C:/Users/user/Downloads/98-140-
1-PB.pdf
50

1. Ibu Tumiyem
Ibu Tumiyem lahir pada tanggal 23 Maret 1965. Beliau memiliki tiga
orang anak yang mengikuti pembinaan di yayasan Media Amal Islami.
Anak ibu tumiyem bernama Wahid, Fatur dan Lastri. Selain anak-
anaknya aktif dalam mengikuti pembinaan akhlak di yayasan, ibu
Tumiyem juga ikut serta dalam kegiatan pengajian ibu-ibu sejak satu
tahun terakhir. Jenjang pendidikan ibu Tumiyem hanya sampai tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ibu Tumiyem adalah istri dari bapak
Toni dengan pekerjaan sebagai pemulung yang tinggal dilapak bapak
Neen. Keikutsertaan anak-anak ibu Tumiyem dalam mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak dimulai saat melihat anak-anak tetangga rajin
mengikuti pembinaan di yayasan, serta melihat perubahan akhlak yang
baik dari anak-anak tersebut. Itulah alasan utama ibu Tumiyem
mengantarkan anaknya ke yayasan guna mendapatkan pembinaan akhlak
dan agama.62
2. Ibu Wutri
Ibu Wutri lahir pada tanggal 8 Juli 1989, berumur 31 tahun dan sudah
tinggal dilapak selama 6 tahun. Ibu Wutri memiliki 2 orang anak, satu
laki-laki dan satu perempuan bernama Amin dan Nurhasih yang sedang
mengikuti kegiatan belajar mengajar di tingkat tiga dan satu Sekolah
Dasar. Selain mengikuti kegiatan belajar di sekolah, ibu Wutri juga
mengharuskan anaknya untuk mengikuti pelajaran agama di yayasan,
Karena ilmu agama merupakan hal penting yang wajib diajarkan kepada
anak-anak sejak mereka dini. Ibu Wutri adalah istri dari bapak Sanudin.
Selain mengurus rumah tangga ibu Wutri juga sering kali ikut suami
untuk memulung, beliau berangkat setelah anak-anak pergi mengaji pukul
empat sore dan kembali ke rumah pukul sebelas malam. Perubahan yang

62
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem, tanggal 12 Maret 2020 pukul 14.00
51

terlihat dari anak-anaknya setelah mendapatkan pembinaan di yayasan


sangat baik, terutama dalam hal akhlak. Anaknya sudah bisa bertanggung
jawab dengan tugas-tugasnya serta sudah mengerti yang baik dan buruk.63
3. Ibu Erni
Ibu Erni lahir di Bekasi pada tanggal 10 Oktober 1988, jenjang
pendidikan ibu Erni hanya tamatan Sekolah Dasar (SD). Beliau memiliki
dua orang anak bernama Ridho dan Bagus. Ridho merupakan anak
pertama yang mendapatkan pembinaan akhlak dan agama di yayasan,
sedangkan Bagus masih berumur tiga tahun. Kegiatan sehari-hari ibu Erni
selain mengurus rumah, terkadang beliau juga ikut mencari nafkah
bersama suami, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama mencari
nafkah ibu Erni tidak pernah membawa anaknya, sering kali anaknya
dititipkan. Minimnya pengetahuan agama yang ibu Erni memiliki
menjadi alasan utama beliau mendaftarkan anak pertamanya ke yayasan,
guna mendapatkan pelajaran/pengetahuan agama dengan harapan
anaknya bisa mengaji dan mengerti nilai-nilai keagamaan dengan benar.64

63
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wutri, tanggal 13 Maret 2020 pukul 13.10
64
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erni, tanggal 16 Maret 2020, pukul 10.10
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil dan Analisis Data


1. Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung
Komunitas pemulung yang terletak di sekitar Yayasan Media Amal
Islami Lebak Bulus V Jakarta selatan merupakan salah satu komunitas yang
terkena dampak kemiskinan dikota-kota besar, khususnya Jakarta. Mereka
hidup dilingkungan yang bisa dikatakan kumuh dan bukan dari lingkungan
yang religius. Perjuangan sehari-hari mengumpulkan barang bekas adalah
pekerjaan yang bisa mereka lakukan, berharap dapat memenuhi semua
kebutuhan hidup.
Anggota keluarga pemulung (suami, istri, dan anak) saling membantu
saat mencari barang bekas setiap hari. Menurut mereka dengan
membersihkan atau merapikan barang tersebut secara bersama-sama
sehingga bisa dijual dan menghasilkan uang. Uangnya akan digunakan
sebagai kebutuhan dan keperluan sehari-hari.65
Perjuangan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup
baik primer atau sekunder menjadi beban berat bagi pemulung. Menurut
peneliti sesuai dengan pengamatan di lapangan masalah kompleks yang
dialami oleh pemulung mencukupi kebutuhan dasar yaitu makan dan tempat
tinggal. Hasil pendapatan memulung sekitar 150.000 sampai 400.000
perbulan, seperti hal mendapatkan pendidikan sebagai modal masa depan
anak-anak mereka harus memutar otak dan mengatur keuangan sebaik
mungkin agar kebutuhan yang lain ikut terpenuhi dengan baik. Hal ini hanya

65
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar
Yayasan Media Amal Islami, tanggal 12 Maret 2020

52
53

menjadi angan terbesar bagi mereka untuk bisa menyekolahkan anaknya di


lembaga pendidikan non formal apalagi formal.
Pertama kali pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Media Amal
Islami terhadap kaum bawah yaitu kepada komunitas pemulung terutama
anak-anaknya. Komunitas ini kurang lebih berjumlah lima ratus kartu
keluarga yang bertempat tinggal di rawa dan bantaran kali, mereka
membangun rumah dengan triplek dan kardus-kardus bekas. Pembina masuk
pertama kalinya ke dalam komunitas dengan membina anak-anak
menggunakan metode pengajian, jalan-jalan, dan makan ditempat-tempat
yang lebih sehat serta tidak lupa memperhatikan pendidikan umum mereka
dengan mengadakan bimbel dan home schooling. Berikut kutipan wawancara
Ustad Hafid dengan peneliti.
“Pertama kali kita membina masyarakat kaum bawah yaitu
kita masuk pada komunitas pemulung. Dimana mereka berada
dibelakang yayasan yang berjumlah kurang lebih ada lima ratus kk.
Tempat diarea rawa-rawa gitu ya, bantaran kali yang mereka
bangun dengan rumah-rumah kardus dan triplek yang sangat padat
sekali kumuh sekali. Ketika kita masuk kita membina anak-anak
mereka dengan pengajian, ajak jalan-jalan, kita juga ajak makan
ditempat yang lebih sehat, pendidikan umumnya juga kita
selenggarakan baik itu dengan bimbel dan home schooling.”66

Kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Yayasan Media


Amal Islami bermula dari rasa prihatin ketika mendengar adanya tindak
kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris gereja. Pihak gereja mencoba
untuk menarik perhatian komunitas pemulung dengan mulai menyalurkan
bantuan seperti membagikan sembako gratis, membiayai pendidikan anak-
anak, serta membagikan uang secara cuma-cuma. Hal ini merupakan
tantangan serta hambatan pertama yang dirasakan oleh penyuluh agama
dalam menyampaikan kebaikan agama islam serta mengambil kepercayaan

66
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid, pada tanggal 11 Agustus 2020
54

komunitas pemulung. Berikut kutipan wawancara Ustad Hafid dengan


peneliti.
“Kita dapat tantangan dari komunitas gereja yang mereka
juga mengadakan acara kegiatan-kegiatan untuk menarik anak-anak
pemulung itu, mereka ajarkan lewat pendidikan-pendidikan umum
tapi akhirnya nanti trus dibawa gitu ya, bikin acara ke gereja atau ke
taman rekreasi yang kita ngak tahu seperti apa mungkin cara
makannya cara berdoa dan lain-lain gitu ya. Selain itu terkadang
mereka juga membagikan bantuan-bantuan kepada keluarga
pemulung, seperti sembako ya itu membuat mereka senang.”67

Secara ekonomi, kehidupan pemulung bisa dikatakan masih jauh dari


kata layak. Bagaimana tidak, tinggal di pinggiran kali, rumah hanya
berukuran 3x4 m2 yang berdindingkan triplek, beralaskan kardus-kardus
bekas serta lantai yang masih belum memakai ubin. Pekerjaan yang bisa
mereka lakukan umumnya hanya pemulung, buruh pembantu rumah tangga
karena minimnya pendidikan serta keterampilan.68
Bisa dibayangkan bagaimana keadaan dan kondisi yang mereka alami
dengan pendapatan yang tidak menentu. Kebutuhan dasar seperti makan dan
tempat tinggal yang terus harus mereka pikirkan merupakan beban yang
membuat mereka banting tulang setiap harinya bekerja. Sehingga wajar
dengan kedatangan misionaris gereja memberikan bantuan sembako, bantuan
biaya pendidikan disambut hangat oleh mereka. Bagaimana tidak, dengan
adanya bantuan itu kebutuhan mereka sedikit terbantu. Tapi sayang, bantuan
yang mereka dapatkan membuat hati dan pikiran tertutup dengan kebenaran,
asalkan diberi bantuan maka mereka akan melakukan apapun yang
diperintahkan oleh pihak gereja.
Saat itu mereka hanya memikirkan bagaimana kebutuhan pokok dapat
terpenuhi setiap harinya. Kebutuhan pokok terpenuhi dan anak-anak bisa

67
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 11 Agustus 2020
68
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi komunitas pemulung Lebak Bulus,
pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
55

melanjutkan pendidikan merupakan hal utama. Ketika ada yang memberikan


bantuan secara cuma-cuma maka itu akan sangat luar biasa bagi mereka, hal
itu akan disambut dengan hangat dan tangan terbuka tanpa memikirkan apa
maksud serta tujuan dari semua itu. Tapi dibalik semua itu ada maksud
tersembunyi dari misionaris gereja yaitu kristenisasi massa. Tetapi umumnya
mereka tidak mengetahui maksud ini. Ini bisa di maklumi karena disamping
pemulung miskin dari segi harta mereka juga miskin dari segi ilmu yaitu
pengetahuan dan agama.
Anak-anak pemulung butuh diajarkan tentang pengetahuan agama.
Lingkungan tempat tinggal mereka yang tidak memperlihatkan bagaimana
aktifitas keagamaan dengan benar membuat mereka tidak banyak belajar.
Orang tua yang sibuk setiap harinya mencari rejeki dengan memulung, tidak
ada orang yang memberitahu/mengajarkan dengan baik nilai-nilai agama
membuat mereka bingung dan terkadang tidak bisa membedakan yang baik
dan buruk. Lingkungan juga bisa dibilang jauh dari nilai-nilai agama,
misalkan masih banyak orang-orang dewasa berbicara kasar, meninggalkan
solat, dan perilaku tidak terpuji lainnya. Ini akan berdampak kepada anak-
anak, karena mereka yang umumnya masih bersekolah di sekolah dasar dan
beberapa sekolah menengah pertama, terlihat diantara mereka meniru apa
yang dilihatnya tanpa mereka sadari dan itu terkadang dibiarkan saja sama
orang tua atau keluarganya. Kegiatan pembinaan dilakukan menyesuaikan
dengan jadwal anak-anak pemulung. anak-anak pemulung dituntut oleh
keadaan untuk senantiasa membantu orang tua.
Keluarga pemulung berangkat dari pagi bersama-sama untuk
memulung. Itu dilakukan dari pagi hingga sore hari. Hal ini membuat waktu
anak-anak belajar serta bermain menjadi terganggu dengan tuntutan mereka
harus membantu orang tua untuk mencari nafkah. Dunia anak-anak yang
sebenarnya harus mereka nikmati dengan bahagia tetapi bagi mereka itu
56

hanya dongeng semata. Membantu orang tua merupakan hal utama bagi
mereka dari pada belajar. Hal ini terjadi karena susahnya kehidupan dan
tuntutan kebutuhan. Berikut kutipan wawancara Ustad Hafid dengan peneliti.
“Mereka anak pemulung itu tidak memiliki banyak waktu ya,
karena kebiasaannya mereka membantu orang tuanya mulung atau
ikut narik sampah gitu. Jadi kita harus cari-cari waktu yang mereka
bisa gitu ya waktu senggangnya yaitu waktu itu malam kita baru
ajarkan pengajian dan melakukan pembinaan.”69

Para Pembina di Yayasan Media Amal Islami melakukan pembinaan


akhlak kepada anak pemulung karena mereka mempunyai kewajiban
tersebut. Anak pemulung sama dengan anak-anak lainnya, mereka memiliki
hak atas pendidikan, dan mengembangkan potensi/keterampilan. Mereka juga
merupakan generasi penerus bangsa yang nanti akan memiliki tanggung
jawab terhadap bangsanya. Maka dari sekarang mereka diberi kesempatan
untuk belajar, tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosialnya. Membantu sesama adalah tugas manusia. Berikut kutipan
wawancara Ustad Hafid dengan peneliti.
“Anak itu amanah ya, dan mereka memiliki hak yang sama,
dapat kasih sayang dan belajar. Anak pemulung ini kan generasi
penerus, bisa dibilang aset bangsa dan juga umat. Kalau dari kecil
mereka tidak diberi kesempatan belajar bagaimana nanti besarnya?
Bagaimana mereka akan menjadi penerus tapi tidak mengerti apa-
apa. Bagaimana mereka akan mengantikan kita sedangkan mereka
tidak tahu agama. Ya itu akan menjadi bencana. Karena aset
bagaimana kita menjaganya dan itulah hasilnya, kalau kita menjaga
dengan baik maka aset itu akan bernilai dan berkilau, begitu
sebaliknya kalau kita biarkan begitu saja maka dia akan berkarat dan
memudar. Dan tugas ini merupakan tugas kita bersama, tidak hanya
saya, kamu dan pemerintah, tetapi kita semua.”70

Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengajarkan anak nilai-


nilai agama sejak dini. Karena sebenarnya orang tua (ibu) adalah sekolah

69
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 11 Agustus 2020
70
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 12 Agustus 2020
57

Islam untuk anak pertama di dunia. Didikan orang tua memiliki pengaruh
yang besar terhadap pembentukan karakter anak. Bagaimana cara orang tua
mendidik anaknya sejak dini dan membentuk karakternya di lingkungan
manapun.
Dalam Islam, kita harus berbuat baik kepada semua orang, manusia,
hewan dan lingkungan, karena semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Kita
sebagai manusia telah diberi keistimewaan yaitu akal, sehingga kita bisa
berpikir sebelum bertindak agar tidak ada yang dirugikan di kemudian hari.
Islam memberikan perhatian khusus pada lingkungan. Kita manusia harus
melindungi lingkungan tanpa menggunakan terlalu banyak keinginan. Islam
adalah agama yang sempurna, dan semua aktivitas diatur di dalamnya. Dari
bangun tidur hingga tertidur lagi. Tinggal Bagaimana cara
mempraktikkannya dengan benar dan bijaksana.
Melihat lingkungan berarti membiacarakan tempat tinggal. Tanpa
disadari, lingkungan semakin rusak akibat ulah pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Akibat kerusakan lingkungan tersebut, banyak bencana
telah terjadi, termasuk banjir dan penumpukan sampah yang membuat udara
tercemar. Ketika ini tetrjadi, emrupakan sebuauh ketidakadilan bagi ekologi.
Penggunaan lingkungan yang berlebihan merupakan perilaku yang tidak
terpuji (buruk). Karena manusia diperintahkan untuk melindungi,
melestarikan dan melindungi lingkungan itu sendiri. Jangan mengggunakan
hawa nafsu dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan. Berikut Berikut
kutipan wawancara Ustazah Uswa dengan peneliti.
“Lingkungan itu amanah ya, jadi bagaimana mereka
tergantung kita. Menjaga dengan baik atau sebaliknya. Sudah jadi
kewajiban bagi kita untuk merawat dan menjaganya karena itu juga
perintah dari Allah SWT.”71

71
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 17 Agustus 2020
58

Kegiatan pembinaan akhlak yang diselenggarakan oleh Yayasan


Media Amal Islami melakukan pembinaan akhlak secara menyeluruh yaitu
pembinaan akhlak terhadap Allah SWT, orang tua, tetangga dan lingkungan.
Mereka diajari bagaimana berperilaku baik dan dalam segala hal sesuai
dengan ajaran Islam. Karakter yang baik merupakan pertanda kesehatan jiwa
manusia. Karena akhlak yang luhur terlihat pada mereka yang berperilaku
sesuai dengan perilaku Rasulullah SAW. bersikap baik perlu diajarkan
kepada anak-anak sejak kecil, seperti sikap Nabi Muhammad SAW, sehingga
ketika dewasa jiwa mereka bersih dan dapat membedakan antara perilaku
baik dengan perilaku buruk.
Hampir setiap hari anak-anak pemulung berinteraksi dengan
lingkungan, yaitu mengumpulkan sampah. Mereka akrab dengan barang
bekas. Karena dengan itu mereka dapat bertahan hingga saat ini. Bagi mereka
yang tidak mampu, ibukota adalah tempat yang kejam. Mereka bekerja keras
setiap hari berjemur di bawah sinar matahari dilakukan dengan satu tujuan
yaitu agar bisa makan. Mencari pekerjaan sangatlah sulit, karena banyak
persyaratan yang membuat pemulung tidak mungkin melakukan apapun,
karena mereka berlatar belakang pendidikan yang rendah dan tidak memiliki
ketrampilan untuk bersaing dengan banyak orang.
Pendidikan adalah hal yang utama dan harus dilakukan untuk anak-
anak. Mereka harus memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk bersaing
dan mengerti ketika melakukan sesuatu. Dengan cara ini penipuan tidak akan
terjadi. Pendidikan yang baik sangat menentukan kualitas anak. Karena ilmu
yang diperoleh, anak-anak dapat bergerak maju untuk mengatakan kebenaran
dan menegakkan keadilan. Berikut kutipan wawancara Ustazah Uswa dengan
peneliti.
“Ya, pendidikan penting bagi semua anak. Tidak boleh
dibedakan karena mereka mempunyai hak yang sama. Anak
pemulung ini, sebenarnya memiliki potensi lo, hanya saja kurang di
59

optimalkan dan tidak akan yang mengasah dengan baik. Ketika


kemampuan itu mereka optimalkan maka mereka akan bisa bersaing
dengan dunia luar. Mengatakan kebenaran dan menegakkan syariat
Islam dengan baik dan benar.”72

Terlahir menjadi anak seorang pemulung, membuat mereka sedikit


berkecil hati, karena terkadang mereka iri dengan kehidupan anak-anak lain,
yang dapat dengan mudah membeli apa yang mereka inginkan, sedangkan
mereka untuk makan saja harus berjemur seharian mencari barang-barang
bekas. Hal lain yang tidak menyenangkan adalah mereka tidak bisa
mengenakan pakaian yang indah seperti anak-anak seusianya. Kehidupan
yang keras menuntut mereka untuk tidak terlalu banyak mengeluh, tidak
menyerah, selalu kuat dan bersemangat. Anak-anak pemulung membantu
orang tua mereka hampir setiap hari. Dengan berpartisipasi dalam
mengumpulkan atau hanya membersihkan barang bekas yang dikumpulkan.
Berikut wawancara peneliti dengan salah satu anak pemulung yaitu Diana.
“Kadang sedih si kak. Karena banyak keinginan Diana yang
ngak ke beli. Mau tas baru, baju baru saja Diana harus bersabar.
Tidak bisa tu kayak anak-anak lain, yang bisa langsung beli. Tapi
tidak apa-apa si kak, Diana bersyukur karena kata ustad kita harus
bersyukur dengan apa yang kita punya.”73

Perkembangan moral adalah menciptakan perubahan yaitu untuk


menjadi lebih baik. Dari segi ibadah, keluarga dan lingkungan. Diharapkan
dengan perubahan ini, stigma negatif terhadap pemulung dan anak dapat
dikurangi. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang menganggap anak-anak
pemulung dianggap tidak berguna karena tidak berpendidikan. Selain itu,
kemiskinan menghalangi mereka untuk membela diri dan membuktikan
bahwa anggapan tersebut tidak benar. Seperti yang dikatakan oleh Ustad
Hafid.

72
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 17 Agustus 2020
73
Wawancara Pribadi dengan Diana pada Tanggal 17 Agustus 2020
60

“Pemikiran masyarakat terhadap pemulung sangat negative.


Mereka menganggap bahwa pemulung hanya bisa mencuri dan anak-
anaknya tidak bermanfaat dan seterusnya. Lebih lanjut lagi beliau
mengatakan bahwa dengan kegiatan pembinaan akhlak ini dilakukan
diharapkan anak-anak ini dapat membela diri mereka dari tuduhan-
tuduhan itu. Disamping itu tujuan utamanya ya untuk perubahan
akhlak mereka, akidah mereka menjadi lebih baik dan benar.”74

Dalam teori peran penyuluh agama tersebut dikenal dengan istilah


penyuluh sebagai pembimbing masyarakat melalui kegiatan pembinaan
tersebut adalah untuk membimbing dan memberdayakan masyarakat.
Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau
mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep membimbing
dan memberdayakan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan
tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat mandiri dalam pengertian dapat
mengambil keputusan yang terbaik bagi kesejahteraannya sendiri.75
Ketika para pembina mulai melakukan kegiatan pembinaan akhlak
peduli lingkungan kepada anak pemulung, mereka menemukan hal yang
menarik. Para pembina percaya bahwa anak-anak pemulung yang telah
berinteraksi dengan lingkungan sejak kecil akan dengan mudah membuat
mereka memahami bagaimana agama (Islam) memandang lingkungan.
Situasi yang dihadapi oleh pembina adalah bahwa meskipun anak-anak
pemulung berinteraksi dengan lingkungan (sampah), mereka belum tentu
dapat memahami bagaimana berperilaku yang baik dan benar terhadap
lingkungan. Mereka hanya tahu bahwa mengumpulkan sampah adalah
pekerjaan orang tua dan mereka harus membantu. Dari pekerjaan ini mereka

74
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid tanggal 14 Agustus 2020
75
Khairul Umam dan H. A Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,
(Bandung: CV Pustaka SEtia, 1998), h. 76
61

akan mendapatkan uang yang digunakan untuk kebutuhan. Berikut


wawancara Ustazah Uswa dengan peneliti.
“Ya baik, awal mulanya kami melakukan kegiatan ini itu
sedikit mengalami kesulitan dengan waktu anak-anak ya, karena
mereka harus bekerja (mulung). Nah mulainya kami menyesuaikan
waktu dengan mereka. Setelah kegiatan bisa dilaksanakan, kami
sempat kaget dan merasa sedih karena anggapan bisa dibilang
pemikiran kamilah bahwa anak-anak ini sudah mengerti dengan
akhlak lebih khususnya akhlak lingkungan. Ternyata malah
sebaliknya, mereka tidak mengerti tentang akhlak lingkungan sama
sekali. Ya menurut mereka mulung itu pekerjaan untuk mendapatkan
uang. Dan saya juga pernah melihat bahwa misalkan nih, mereka
habis membersihkan hasil mulungnya, sampah itu tidak dibersihkan
lagi malah dibiarkan begitu saja. Kalau begitu menurut saya saat itu
ya mereka hanya mengerti mulung itu adalah pekerjaan untuk dapat
uang. Lebih lanjut ustazah Uswa mengatakan, Ya problem hidup
mereka jelas dari tingakt pendidikan suatu problem gitu kan,
ketidaktahuan mereka berdampaklah pada pencemaran lingkungan
walaupun mereka pekerjaannya mulung.”76

Pendidikan dan pengetahuan untuk menyelesaikan pekerjaan itu


penting. Memahami sepenuhnya arti pekerjaan yang telah dilakukan akan
membuat seseorang lebih percaya diri dan mau melakukan sesuatu, dan tidak
akan berpikir bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak berdampak pada diri
sendiri dan orang lain. Mempelajari makna pekerjaan akan meningkatkan
antusiasme terhadap pekerjaan, tetapi tidak mempelajarinya sama sekali akan
membuat Antusias terhadap pekerjaan kurang, meskipun berdampak besar
pada diri sendiri dan orang lain. Melakukan pekerjaan yang sama setiap hari
tidak serta merta membuat seseorang mengerti arti dari pekerjaan tersebut,
hal ini terjadi jika Anda ingin belajar dan mencari makna.
Ketidaktahuan mengenai arti pekerjaan memulung juga disampaikan
oleh salah satu santri di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V

76
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid tanggal 16 Agustus 2020
62

“Iya kak, mulung itu mengumpulkan sampah-sampah ya, dari


itu semua kita bisa makan. Kadang sedikit malu si ka, karena harus
mengobok-ngobok sampah, tapi ya mau gimana untuk bisa makan ya
harus begitu.”77

Kesedihan terkadang muncul di wajah anak-anak pemulung. Tidak


seperti kebanyakan anak, mereka harus berjuang seumur hidup untuk makan.
Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhannya terkadang membuat
mereka tidak percaya diri dan sering kali terabaikan. Mereka yang
seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan layak, namun sebaliknya
pendidikan yang dijanjikan kepada mereka hanyalah keinginan dan impian.
Kurangnya rasa percaya diri membuat pemulung tidak bisa mengenali dirinya
sendiri, yang sebenarnya berdampak besar pada lingkungan. Mereka bahkan
frustasi karena pekerjaannya, karena di masyarakat pekerjaan pemulung
merupakan pekerjaan tingkat rendah yang hanya bisa dilakukan oleh orang
yang tidak berpendidikan.78
Dalam teori peran pembina agama dikenal dengan istilah pembina
sebagai fasilitator yaitu animasi social menggambarkan kemampuan petugas
sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan
energy, inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk didalamnya
mengaktifkan menstimuli dan mengembangkan motivasi masyarakat untuk
bertindak.79 Dalam upaya memberdayakan masyarakat tidak jarang juga
harus menyampaikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh
sasarannya. Dengan hanya memberikan informasi yang relevan mengenai
suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas sasaran tidak jarang dapat

77
Wawancara Pribadi dengan Diana Pada Tanggal 17 Agustus 2020
78
Hasil Pengamatan Peneliti Saat Mengunjungi Komunitas Pemulung Lebak Bulus V,
23 Februari 2020
79
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 119
63

menjadi peran yang bermakna terhadap komunits tersebut.80 Dalam hal ini,
penyuluh dapat membantu anak pemulung meningkatkan rasa percaya diri
dan mengenal diri sendiri, serta membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi, sehingga dapat tercipta keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Membantu anak-anak pemulung mengakses informasi, sarana dan
infrastruktur untuk meningkatkan keterampilan pribadi mereka, memenuhi
kebutuhan mereka dan mengantisipasi masalah di masa depan.
Para Pembina menggunakan metode yang efektif dalam pembinaan
akhlak peduli lingkungan di Yayasan Media Amal Islami. Dalam pengamatan
peneliti, meskipun metode dakwah yang disampaikan oleh pembimbing
agama pada awalnya menemui kendala saat memulai, namun saat ini metode
tersebut sudaha diterima oleh anak-anak. Memberikan pembinaan tidak
hanya sebatas berbicara, tetapi harus bertindak sesuai dengan yang diajarkan.
Ini akan memudahkan anak untuk memahami segalanya. Metode yang
digunakan oleh para pembina antara lain metode dakwah bil-lisan, dakwah
bil-haal dan dakwah bil hikmah. Berikut hasil wawwancara peneliti dengan
narasumber.
“ Langkah kita dalam memberikan pembinaan selain bil lisan
kita juga menggunakan bil hal. Yaitu dengan bukti konkrit gitu ya,
misalkan mereka tidak mempunyai buku ya kita kasih buku, tidak ada
tas ya kita kasih. Pokoknya kita bantu sebisa kita. Dari situ mereka
akan melihat bahwa masih ada orang-orang yang mendengarkan
keluhan-keluhan mereka, membantu mereka, mengajari mereka. Dari
situ mereka mau kita ajak-ajak gitu, mengaji dan belajar tentunya.
Misalnya lagi kita menyuruh untuk sholat, yuk sholat tapi kitanya
sendiri tidak sholat atau tidak berjamaah gitu kan ya, mereka akan
bingung aja gitu, soalnya tidak ada tindakan yang real yang mereka
lihat. Seharusnya kan, ada omongan ada tindakan kan konsepnya
begitu. Nah, setelah mereka sudah mau untuk berubah nih, misalkan
sholat sudah rajin, mengaji juga sudah yang harus kita pikirkan
kedepanya mencukupi kebutuhan mereka, misalkan dengan sholat ya

80
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembanngunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI, 2002) , h. 209
64

kita kasih mukena, sarung, sajadah, nih sholat gitu. Jangan kita
tinggalkan begitu saja. Terus, selain metode yang itu, kita juga
menggunakan metode dakwah bil hikmah. Dengan bijaklah, jangan
terlalu berambisi dan terkesan memaksa mereka, pelan-pelan dan
perlahan. Karena kita, saya dan kamu juga tidak mau dipaksa-paksa
gitu kan. Makanya kita melakukannya dengan perlahan. Agar
nantinya mereka akan berubah dengan kemauan sendiri gitu, tidak
karena saya, kami atau yayasan ini. Merekakan kaum bawah yang
kurang pengetahuanlah gitu ya. Secara pendidikan mereka juga
masih dibawah rata-rata agama apalagi kan. Makanya mereka butuh
sosok figure yang mencontohkan kepada mereka, ohh ternyata umat
islam harus begini, misalkan sholatnya , cara berpakaiannya bagi
yang perempuan gimana laki-laki juga gimana gitu. Jangan kita
hanya bisa menyuruh sholat tapi kitanya tidak sholat, kita menyuruh
memakai jilbab tapi kitanya tidak berjilbab konsep itu tidak akan
diterima oleh mereka gitu. Jadi konsep yang diterima mereka konsep
sederhana gitu seperti metode pendekatan persuasive jadi mereka
akan merasa diorangkan gitu dan mengajaknya juga dengan cara-
cara yang baik, jangan memaksa, lakukan perlahan dan berikan
contohnya gitu.”81

Anak-anak komunitas pemulung banyak yang belajar di Yayasan


Media Amal Islami, rata-rata mereka masih duduk di bangku SD dan SMP.
Masa ketika anak-anak membutuhkan seorang sebagai panutan. Langkah
tepat yang dilakukan oleh penyuluh dalam menanamkan kebaikan atau
pembinaan akhlak peduli lingkungan adalah dengan mengadakan kegiatan
ta‟lim dan tafsir remaja. Dalam setiap pertemuan, topik aktual akan dibahas
menggunakan bahasa sehari-hari. Selain melakukan kegiatan tersebut,
kegiatan lainnya yaitu sharing motivasi dimana anak dapat mengungkapkan
keinginan, impian dan cita-citanya serta menyampaikan keluhannya. Setelah
itu, penyuluh akan mengajari anak-anak tentang akhlak terhadap lingkungan
dengan mengajarkan bahwa membersihkan sampah adalah perbuatan yang
mulia dan disukai oleh Allah SWT. Dengan cara ini, mereka yang
sebelumnya merasa tidak percaya diri akan menjadi lebih berani dan

81
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 20 Agustus 2020
65

termotivasi untuk menjadi lebih baik. Karena kesan negatif mereka di


masyarakat membuat mereka merasa sedih, dan karena tidak mampu
membela diri. Sharing dilakukan agar anak-anak pemulung tidak lagi merasa
rendah diri, dan jika ada yang merendahkannya, mereka akan berani
membela diri keesokan harinya.82
Alasan Ustad Hafid menggunakan cara ini dalam pembinaan akhlak
peduli lingkungan pada anak pemulung. Kemampuan seseorang berbeda-
beda, ada yang cepat, ada yang lambat, dan kemudian pada tahap
perkembangan psikologis, kondisi lingkungan, dan peluang yang berbeda,
maka kita membutuhkan cara untuk menyampaikan niat baik tanpa beban.
Dengan begini prosesnya berjalan dengan baik dan hasil yang didapat pun
akan bagus. Tahapan perkembangan psikologis seseorang bisa dimulai dari
tahap kemauan, minat, tahap evaluasi, tahap mencoba, dan terakhir tahap
aplikasi.
“Ya mereka bukan dari kalangan yang bisa diajak berdebat
gitu, mereka bukan anak kampus, bukan orang komplek, bukan
anggota DPR juga iya kan, karna akan susah kalau kita masuk ke
komunitas mereka dengan berdebat, pasti tidak akan diterima dengan
baik, siapa kita gitu yang tiba-tiba datang terus melakukan
perdebatan kan tidak bagus. Lagian untuk memulai dakwah
sebaiknya kita harus menjalin hubungan baik dengan mad‟unya kan,
agar pesan yang akan kita sampaikan ini diterima. Bahasa kita juga
tidak boleh menggunakan istilah-istilah yang mereka tidak mengerti,
karena tadi lingkungan mereka bukan seperti itu. Jadi kita melakukan
pendekatan dengan bahasa keseharian mereka, namanya juga
ceramah kadang-kadang kita dating lagi nimbangin kardus kita
ngobrol, menjelaskan sedikirt demi sedikit mengenai islam. Dengan
begitu tanpa disadari dengan adanya dialog antara kami dengan
mereka juga bisa ada persoalan berbicara ke kita sehingga itu
sebetulnya juga termasuk proses dakwah sudah berjalan tidak mesti
adanya tablig akbar gitu-gitu.83

82
Hasil Pengamatan Peneliti pada Komunitas Pemulung Lebak Bulus 17 Maret 2020
83
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 25 Agustus 2020
66

Melaksanakan kegiatan pengembangan etika yang peduli lingkungan


ternyata tidak semudah yang dibayangkan pembina. Kehidupan sehari-hari
mereka bermain dan bekerja saat diajak belajar menjadi kendala yang
dihadapi pembina. Keinginan anak untuk belajar sudah menurun, yang
mereka pikirkan hanya bekerja mengumpulkan uang. Untuk mengatasi
persoalan ini wawancara dengan Ustazah Uswa metode yang digunakan yaitu
dengan metode pendekatan persuasif. Berikut kutipan wawancaranya.
“Awalnya kita melakukan pendekatan kepada mereka,
mengetahui seperti apa mereka dulu kemudian barulah kita mulai
menyampaikan sedikit-sedikit tentang kebaikan (pengajian). Tetapi
dalam menyampaikannya itu kita harus ngobrol langsung kepada
mereka secara tidak langsung dalam obrolan kita itu memberikan
pengaruh kepada mereka untuk mulai meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan mereka yang buruk seperti itu.”84

Selain kegiatan mejelis ta‟lim dan tafsir remaja, adapun kegiatan yang
dilakukan yaitu Forum Silaturrahmi dan Kajian Islam atau disebut dengan
FORSALAM. FORSALAM adalah suatu pengajian mingguan yang
dilakukan disalah satu rumah Jemaah secara bergantian. Topic yang
diberikan yaitu yang actual saat itu dan dikaji menurut ajaran Islam. Tidak
hanya itu, kegiatan lain juga dilakukan dalam pembinaan akhlak peduli
lingkungan pada anak pemulung yaitu Forum Malam Ahad (FORMALAD)
yaitu forum diskusi remaja yang diadakan setiap malam minggu. Dengan
tujuan untuk mengisi kekosongan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat
dari pada pergi keluar dan nongkrong dengan teman-temannya. Dalam
forum ini yang dibahas yaitu seputar trend dikalangan remaja, mulai dari cara
berpakaian, dan gaya hidup. Dalam forum ini bukan serta merta mengiyakan
apa saja yang dilakukan remaja pada umumnya, tetapi forum ini justru
membahas tentang apa yang menjadi trend dikalangan remaja dari sudut
pandang islam. Selain itu topic yang tidak ketinggalan mengenai peduli
84
Wawancara Dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 23 Agustus 2020
67

terhadap lingkungan. Menciptakan kepedulian terhadap lingkungan harus


dilakukan sejak dini, karena mereka semua berasal dari komunitas pemulung
yang pekerjaannya memulung, secara tidak langsung memberikan efek yang
baik bagi lingkungan. Dan mendorong mereka untuk tidak malu dan merasa
rendah diri saat melakukan pekerjaan tersebut. Berikut wawancara Ustad
Hafid dengan peneliti.
“Baik. dalam forum formalad atau forsalam, selain kita
membahas topic-topik yang lagi trend, tidak ketinggalan kita lebih
memberikan motivasi gitu sama anak-anak untuk tidak pernah malu
dan gengsi terhadap pekerjaan mereka atau orang tuanya. Materi
mengenai peduli lingkungan itu juga penting tujuan dasarnya agar
mereka mengerti bahwa secara tidak langsung mereka berpartisipasi
dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Dan melakukan
pekerjaan itu ya pekerjaan mulia walau banyak kalangan yang
menganggap itu rendah.”85

Untuk kegiatan FORMALAD yang diajarkan oleh pembina pada


Sabtu malam untuk mengurangi kegiatan yang tidak berguna tidak mudah.
Remaja yang masih ingin bermain sulit untuk diajak dalam kegiatan
pengajian pada Minggu malam, karena malam itu sebenarnya adalah waktu
mereka bersantai dan bergaul dengan teman-temannya. Dibandingkan dengan
FORMALAD, kegiatan FORSALAM masih dapat terlaksana dengan baik,
karena kegiatan tersebut dilakukan pada siang hari.
Itulah tantangan yang dihadapi oleh para pembina dalam
menyampaikan dakwahnya. Mereka dituntut untuk mengemas setiap kegiatan
yang akan dilakukan dengan keterampilan-keterampilan yang dapat menarik
perhatian anak-anak.
Oleh karena itu, penyuluh agama di Yayasan Media Amal Islami
melakukan kegiatan untuk membangun akhlak peduli lingkungan, dengan
menggunakan metode dakwah bil-lisan, dakwah bil-haal dan dakwah bil-

85
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 27 Agustus 2020
68

hikmah dan pendekatan persuasive pada akhlak, moral dan pendidikan. Jadi
berdakwah tidak hanya semata-mata mengadakan tablig akbar saja atau
dating ke masjid, tetapi juga bisa langsung masuk ke TKP dan bercakap-
cakap serta mendengarkan keluhan mad'u, yang sekaligus membantu dalam
berdakwah. Karena dakwah yang sesungguhnya menyampaikan kebenaran
dan memberikan solusi atas masalah yang terjadi.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Kegiatan Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan
Dalam suatu kegiatan terdapat beberapa faktor penghambat dan faktor
pendorong yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Para pembina dari
Yayasan Media Amal Islami merasa mengalami faktor ini. Faktor pendorong
dijadikan sebagai semangat untuk melanjutkan dakwah, sedangkan faktor
penghambat digunakan untuk menilai kemampuan diri sendiri dan
melengkapi penilaian fasilitas dakwah yang diperlukan. Faktor pendukung
dari kegiatan ini adalah semangat para pembina yang tidak pernah kendur
dalam menyampaikan dakwah, meski sulit mendapatkan kepercayaan dari
mad'unya selama perjalanan ini. Kekompakan para pembina yang selalu solid
dalam memberikan pembinaan akhlak peduli lingkungan kepada anak-anak
pemulung. Selain itu, sarana dan prasarana yang memadai juga dapat
mendorong kelancaran proses pembinaan akhlak peduli lingkungan. Seperti
yang dikatakan oleh Ustad Hafid dalam wawancara dengan peneliti.
“Nah, Yayasan ini didirikan tujuannya itu untuk membantu
kaum bawah ya, kaum bawah disini lebih kita prioritaskan kepada
komunitas pemulung. Dan kami pengurus disini melakukan
pembinaan itu tidak sendiri sendiri gitu, tidak satu orang satu orang
tapi kita melakukannya dengan team kerja sama team. Karena jujur
ya kalau melakukannya itu sendiri sendiri saya rasa yayasan ini tidak
akan kayak gini gitu. Dengan kami melakukannya dengan bersama
sama atau team gitu ya, maka setiap kami mengalami suatu kondisi
yang bisa dibilang sulit kami akan melakukan evaluasi gitu.
Sedangkan buat sarananya kita juga tidak melupakan kebutuhan dari
69

mad‟u kita, karena perlu tempat permanen dan bebas dari banjir juga
agar mereka merasa aman dan nyaman. Sehingga dengan itu proses
pembinaan dan pembentukan akhlak aka berjalan dengan lancar.
Lantai 2 ini lebih kita gunakan untuk kelas-kelas selama kegiatan
pembinaan berlangsung, sedangkan lantai satu ini lebih untuk kita
melakukan sholat berjamaan dengan anak-anak, dan kegiatan
pengajian bersama ibu-ibu sekali minggu juga ada”.86

Tidak jauh berbeda, faktor pendorong Ustazah Uswa juga


memberikan keterangan mengenai faktor pendorong dalam kegiatan
pembinaan akhlak peduli lingkungan bagi anak pemulung ini tidak terlepas
dari peran serta para pembina, berikut kutipan wawancaranya.
“Untuk para pembina di Yayasan ini ya yang saya lihat
kekuatan dan semangat mereka bekerja sama tidak pernah luntur.
Antara sesama pembina juga welcome tidak ada persaingan gitu, dan
orang-orang disana juga dekat dengan agama gitu, jadi kenyamanan
diantara pembina sudah terjalin sehingga dalam melakukan
pembinaan pun kita meras nyaman gitu. Dan orang-orang ini jangan
sampailah saya melepaskan mereka karena mereka ya orang-orang
baik, saling mengingatkan gitu, ketika saya dalam kesulitan yang bisa
membantu gitu.”87

Berdasarkan penjelasan dan keterangan dari narasumber, maka dapat


disimpulkan bahwa faktor pendorong dari kegiatan pembinaan akhlak peduli
lingkungan ini antara lain adalah semangat para Pembina di Yayasan Media
Amal Islami yang merangkul semua orang tanpa harus ada yang
dinomersatukan. Selain itu bahwa suasana nyaman yang diciptakan oleh
pembina di Yayasan berdampak baik pada transmisi materi akhlak
lingkungan. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan juga sama pentingnya,
karena sarana dan prasarana yang tidak memadai akan menyebabkan
kegiatan pembinaan akhlak terganggu dan tidak dapat beroperasi dengan
lancar.

86
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 30 Agustus 2020
87
Wawancara Dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 26 Agustus 2020
70

Selain itu, kendala dalam kegiatan pembinaan akhlak semacam ini


beragam, mulai dari kesulitan mendapatkan kepercayaan dari komunitas
pemulung, kesulitan dalam menyesuaikan waktu pembinaan dengan anak,
dan dari kelompok eksternal yaitu non-Muslim yang mempunyai
kepentingan, kurangnya perhatian pemerintah daerah dan kesulitan penyuluh
dalam mengontrol perkembangan anak-anak. Dari segi finansial, yayasan
masih belum mencukupi, karena sulit mencari infestor tetap. Seperti yang
dikatakan oleh Ustad Hafid dalam wawancaranya dengan peneliti.
“Nah hambatan kita pada waktu awal itu dari internal mereka
Karena mereka itukan kebiasaan membantu orang tuanya mulung
atau ikut narik sampah gitu ya, jadi kita harus cari-cari waktu yang
mereka bisa waktu senggangnya. Terus kita dapat tantangan dari apa
komunitas gereja yang mereka juga mengadakan acara atau
kegiatan-kegiatan untuk menarik anak-anak pemulung itu, mereka
ajarkan lewat apa namanya pendidikan umum, terus nanti dibawa
bikin acara-acara digereja, atau ke tempat rekreasi yang kita tidak
tahu mereka mungkin cara makan dan berdoanya dan lain-lain gitu
ya. Dan ditambah kita kesulitan dalam mencari investor tetap dalam
membiayai setiap kegiatan yang kita adakan gitu si.”88

Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, Ustazah Uswa juga


berpendapat mengenai faktor penghambat dalam kegiatan pembinaan akhlak
peduli lingkungan pada anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami
sebagai berikut.
“Jadi kalau untuk kendala selama kegiatan pembinaan akhlak
lingkungan ini yaitu lingkungan sekitar rumah anak-anak, jadi kayak
guru-guru tidak bisa memantau terus perkembangan anak. Untuk
lingkungan anak-anak sendiri ada yang sekolah dan ada yang tidak
jadi PR kita disini supaya anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitar yang mungkin kurang baik dari pergaulan
ataupun akhlak di lingkungan sekitar.”89

88
Wawancara dengan Ustad Hafid tanggal 30 Agustus 2020
89
Wawancara dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 28 Agustus 2020
71

Oleh karena itu, faktor penghambat kegiatan pembinaan akhlak


Peduli lingkungan di Yayasan Media Amal Islam terbagi menjadi dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain kesulitan
dalam mengatur waktu pembinaan dengan anak pemulung, kesulitan
mengontrol perkembangan anak sehari-hari, dan masalah belum adanya
standarisasi pembina dalam kegiatan penyuluhan tersebut. Sedangkan faktor
eksternal adalah adanya pihak non muslim yang memanfaatkan kondisi
pemulung untuk melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan untuk
kepentingan terselubung, dan tidak ada investor tetap yang mendanai
kegiatan tersebut.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan Anak


Pemulung di Yayasan Media Amal Islami
Pembinaan adalah proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan,
penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.90 Pembinanan merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara formal maupun non formal dalam
rangka mendayagunakan semua sumber, baik berupa unsur manusiawi
maupun non manusiawi dimana dalam proses kegiatannya berlangsung upaya
membantu, membimbing dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan
sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga pada akhirnya tujuan yang
telah direncanakan dapat tercapai secara efektif dan efisien.91
Jadi, pembinaan adalah rangkaian kegiatan yang diadakan secara
sistematis baik formal maupun non formal, yang bertujuan untuk
mendayagunakan atau melakukan sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan
yang direncanakan.
Dalam melakukan kegiatan pembinaan, perlu diperhatikan beberapa
hal berikut oleh Pembina diantaranya:
a. Informative Approach (Pendekatan Informatif)
Merupakan cara pendekatan program dengan menyampaikan
informasi kepada peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik dianggap
belum mengetahui hal apapun terkait kegiatan pembinaan.

90
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak usia Pra Sekolah, (Yogyakarta:
Belukar, 2006), h. 54
91
Selly Sylviyanah, Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar, Jurnal Tarbawi 1,
No 13, (2012): 203

72
73

b. Participative Approach (Pendekatan Partisipatif)


Adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara peserta didik
dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi belajar bersama
c. Experienciel Approach (Pendekatan Eksperiensial)
Merupakan pendekatan dengan menempatkan peserta didik langsung
terlibat di dalam pembinaan, ini disebut sebagai belajar yang sejati,
karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi
tersebut.92
Fungsi pembinaan menurut Atina Mutsla adalah untuk memelihara
agar sumber daya manusia dalam organisasi taat asas dan konsisten dalam
melakukan rangkaian kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Fungsi pembinaan ini mencakup tiga subfungsi, yaitu pengawasan
(controling), penyeliaan (supervising), dan pemantauan (monitoring).93
Djudju Sudjana menjelaskan tentang subfungsi dari pembinaan, yaitu:
a. Pengawasan, pada umumnya dilakukan terhadap lembaga
penyelenggara program
b. Penyeliaan, dilakukan terhadap pelaksana kegiatan
c. Pemantauan, dilakukan terhadap proses pelaksanaan program
Dengan demikian, fungsi pembinaan bertujuan untuk memelihara dan
menjamin bahwa pelaksana program dilakukan secara konsisten sebagaimana
direncanakan.94
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan
pemikiran dan pertimbangan atau akhlak adalah suatu sikap yang digerakkan

92
Mangunhadjana, Pembinaan, Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanimus, 1986),
h. 17
93
Atna Mutsla, Manajemen Pembinaan Akhlak Narapidana di Rumah Tahanan
(Rutan) Kelas II B Boyolali, (Tesis, IAIN Surakarta, 2018), h. 28
94
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2008), h. 218
74

oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan baik terhadap Tuhan,
sesama manusia, atau diri sendiri.95
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan.
Akhlak islami mencakup berbagai aspek dimulai dari, akhlak terhadap Allah
SWT, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan-hewan yang tak bernyawa).
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai Khalik. Quraish Shihab menyatakan bahwa tolak ukur berakhlak
terhadap Allah adalah terwujud ke dalam bentuk pengakuan dan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat terpuji,
demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
mampu menjangkau hakikat-Nya. Berkanaan dengan akhlak terhadap
Allah dilakukan dengan banyak memuji-Nya, dilanjutkan dengan
senantiasa bertawakal kepada Allah yakni menjadikan Tuhan sebagai
satu-satunya yang menguasai diri manusia.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta dengan alasan yang
tidak benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati degan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau

95
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2018),
h. 13
75

salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya


itu.
3. Akhlak Terhadap alam/Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu
yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Mereka semaunya diciptakan oelh Allah
SWT. Dan menjadi nikmat-Nya, semuanya memiliki ketergantungan
kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.96
Jadi pembinaan akhlak adalah kegiatan yang dilakukan baik
secara formal maupun non formal yang dapat menciptakan perubahan
pada pola kehidupan yang lebih baik dengan mengikuti dan mengamalkan
ajaran-ajaran islam.
Secara umum pelaksanaan kegiatan pembinaan akhlak lingkungan
di Yayasan Media Amal Islami anak-anak mengikuti kegiatan-kegiatann
yang ada, yaitu kegiatan FORSALAM (Forum Silaturrahmi dan Kajian
Islam), dan FORMALAD (Forum Malam Ahad).
1. FORSALAM (Forum Silaturrahmi dan Kajian islam)
Forsalam adalah acara yang dirancang dengan cermat oleh
pembina di Yayasan Media Amal Islami. Tujuan utama dari kegiatan
ini adalah untuk menjalin silaturahmi yang erat antara penyuluh
dengan komunitas pemulung khususnya anak-anak. Materi yang
dikenalkan dalam kegiatan ini juga berbeda-beda, yang didasarkan
pada trend perkembangan umat Islam saat ini. Dimulainya kegiatan
ini dikarenakan sulitnya menyesuaikan jadwal pembinaan dengan

96
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), h. 126-129
76

waktu dimana anak harus membantu orang tua mereka untuk


memulung. Maka terciptalah kegiatan forsalam ini, dengan jadwal
seminggu sekali dengan cara datang kerumah jemaah (anak-anak)
secara bergantian.
“Satu minggu sekali kita para pembina di yayasan ini
mengadakan kegiatan turun langsung ke lapangan, disini ya
tentunya ke komunitas pemulung. kenapa kita mengadakan
kegiatan itu hanya seminggu sekali, alasan awalnya kami
menemukan sedikit kesulitan dalam menjadwalkan kegiatan
pembinaan dengan anak-anak, makanya, kami sepakat untuk
melakukan pembinaan langsung kerumah-rumah mereka
begitu. Mengenai topic pembahasan juga kita tidak hanya
membahas mengenai sholat, puasa, sedekah, zakat atau yang
lain gitu. Melainkan kita menyesuaikan dengan kondisi yang
sedang trend di kalangan masyarakat dan tidak lupa trend
tersebut kita kaji menurut pandangan agama kita yaitu Islam
begitu.”97

Karena kegiatan ini merupakan tujuannya untuk kebaikan dan


perubahan akhlak anak-anak pemulung, maka orangtua mereka juga
tidak kalah antusias atau mendukung anak-anak mereka agar mau
mengikuti kegiatan yang sudah direncakan oleh penyuluh di yayasan.
“Saat adanya kakak datang kesini saya sudah senang
gitu, karena mereka baik, suka membantu kita-kita yang ada
disini dan mau mengajari anak-anak tentang agama. Saya
bersyukur sekali dan saya selalu tu menyuruh anak saya untuk
datang ke acara itu.”98

Selain membahas materi terkait tren sosial saat ini. Dalam


kegiatan tersebut tidak ketinggalan membahas moralitas/akhlak
lingkungan. Karena pada awal masuknya pembina ke komunitas
pemulung mereka menemukan bahwa anak-anak pemulung setiap hari
bersentuhan dengan sampah namun masih banyak diantara mereka

97
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 1 September 2020
98
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem pada tanggal 12 Maret 2020
77

yang belum mengetahui bahwa menjaga lingkungan adalah akhlak


Islam. Oleh karena itu materi yang disampaikan dalam kegiatan ini
berharap anak-anak dapat memahami sejak dini bahwa akhlak yang
baik tidak hanya sama dengan Tuhan, orang tua dan manusia, tetapi
juga sama dengan ciptaan Tuhan yang lain (seperti hewan dan
tumbuhan).
“Harapan kami dengan adanya kegiatan ini ya
membuat anak-anak mengerti bagaimana akhlak islami yang
sebenarnya. Karna selain kami mengajarkan bagaimana
berakhlak kepada Allah, orang tua, tetapi juga kepada
lingkungan. Mungkin nih ya, kebanyakan dari kita
menganggap bahwa anak pemulung sudah mengerti
bagaimana menjaga lingkungan, tetapi kenyataannya tidak
seperti itu gitu. Masih banyak diantara mereka belum
mengerti bagaimana menjaga lingkungan dengan baik, atau
tentang menjaga kebersihan lah. Nah, kami mengajarkan
mengenai hal itu semua. Mulai dari cara mencuci tangan
sebelum makan, dan membuang sampah ditempatnya gitu.
Dan disini kamu juga mengingatkan tapi lebih kepada
memberi motivasi agar mereka tetap terus belajar walau
dalam kondisi apapun gitu.”99
Selain itu Diana juga menjelaskan bahwa:
“Belajar nya enak seru kak, kakaknya baik, ramah
juga dapat ilmu bermanfaat ilmu agama. Kita belajar tentang
akhlak gitu kak, baik buruknya jadi kita tahu dan nambah ilmu
juga. Sebelum saya belajar di MAI itu saya suka ngak pakai
kerudung trus main masih pakai celana, sekarang udah pake
kerudung kalau keluar sama pake rok kalau main kak. Dulu
juga kalo misalkan tempat sampahnya jauh aku buang
sembarangan aja kak, tapi sekarang udah ngak.”100

Diana merupakan salah satu anak yang berpartisipasi dalam


kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan di Yayasan Media
Amal Islami. Kegiatan pembinaan ini membuat Diana belajar banyak

99
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 4 September 2020
100
Wawancara pribadi dengan Diana pada tanggal 1 Agustus 2020
78

tentang agama, dan mengalami perubahan yang lebih baik.


memahami serta mengamalkan cara berpakaian wanita muslimah
sejati dan melindungi lingkungan dengan membuang sampah pada
tempatnya.
Dari keterangan diatas, dapat dijelaskan bahwa penyuluh
memberikan pembinaan akhlak kepada anak-anak agar mereka
menjadi lebih baik dengan mengamalkan akhlak islami dalam
kehidupan sehari-hari.
2. FORMALAD (Forum Malam Ahad)
Kegiatan formalad adalah kegiatan yang dilakukan setiap
malam ahad. Alasan dari kegiatan ini adalah karena pembina melihat
banyak aktivitas anak-anak pemulung, khususnya para remaja malam
itu, antara lain bermain, kumpul bersama teman, berboncenggan laki-
laki dan perempuan sampai larut malam. Hal ini terjadi karena anak-
anak tidak memiliki jadwal atau kegiatan yang berarti pada malam itu,
kejadian ini selalu terjadi dimalam ahad. Kejadian ini mendorong para
Pembina berinisiatif membuat wadah bagi kaum muda (remaja) untuk
berdiskusi tentang gaya hidup dan trend masa kini menurut
pandangan Islam.
“Anak muda dilingkungan ini dulunya tidak seperti ini.
Banyak dan hampir semualah anak remaja disini pergi malam
mingguan gitu. Terus anak perempuannya banyak yang tidak
menggunakan kerudung, dan boncengan sama laki-laki itu
sampai tengah malam, terakhir yang saya liat itu sampai jam
10-11 gitulah. Makanya kita yang ada di yayasan ini
berinisiatif untuk membuat suatu kegiatan mengajak remaja
tadi, agar malam minggu mereka lebih berfaedah gitu.”101

Tak ada bedanya dengan kegiatan forsalam, selain membahas


gaya hidup dan trend terkini, formalad juga memberikan pedoman

101
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 6 September 2020
79

kepada generasi muda tentang bagaimana berakhlak terhadap Tuhan,


orang tua dan lingkungan. Materi semacam ini tidak akan diabaikan
dalam kegiatan apapun, karena melihat situasi anak muda yang masih
mencari jati diri maka perlu seseorang/figure untuk terus memantau
dan mengingatkan serta memperkuat landasan keislamannya agar
dapat bertindak sesuai dengan kebenaran di kemudian hari. Dengan
meletakkan landasan yang kokoh dalam urusan agama, mereka akan
bisa menggantikan para pemuka agama yang sekarang dan terus
menyebarkan kebenaran dan dakwah Islam.
“Mereka itu harapkan kita, yang nantinya akan
menggantikan saya dan kami disini. Bagaimana yayasan ini
kedepannya tergantung generasi muda yang sekarang. Kalau
kita biarkan saja mereka maka yayasan ini akan hancur.
Maka kami melakukan langkah cepat untuk menarik kembali
generasi muda ini dalam ranah islam. mengenalkan kembali
kepada mereka tentang agama dan berakhlak yang baik.
mereka itu memiliki potensi, jadi kita disini berusaha untuk
itu, memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan
potensi tersebut.”102

Menurut Hamzah Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi


pembinaan akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.103
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri
yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak
manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak
yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.
Anak yang lahir ke dunia telah memiliki naluri keagamaan
yang nantinya akan mempengaruhi dirinya dan setiap unsur-unsur

102
Wawancara dengan Ustad Hafid pada tanggal 3 September 2020
103
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 57
80

yang ada dalam dirinya yang nantinya akan turut membentuk


moral, sikap dan akhlak anak tersebut, diantaranya:
a. Instink (Naluri)
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang komplek
tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti
bagi subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.104
Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada
pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya,
diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-
bapakan, naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagaina.105
b. Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah
kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah
perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan.106
c. Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifat
tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al-
Waratsah atau warisan sifat-sifat.107
d. Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku
manusia adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini
adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam.108 Itulah yang

104
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 100
105
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 30
106
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 31
107
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf, (Jakarta: Bulan BIntang,
1975), h. 35
108
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 93
81

mengerakkan manusia untuk berbuat dengan sungguh-


sungguh. Misalkan, manusia yang bekerja sampai larut malam
dan pergi mencari ilmu ke negeri yang jauh dari keluarga itu
berkat kekuatan „azam (kemauan keras).
e. Hati Nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-
waktu memberikan peringatan apabila tingkah laku manusia
berada di ambang bahaya dan keburukan. Jadi fungsinya hati
nurani adalah untuk memberikan peringatan jika seseorang
mulai terjerumus melakukan keburukan, selain itu juga
mencegah melakukannya, dan memberikan dorongan untuk
selalu melakukan kebaikan atau perbuatan yang baik.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang
mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, meliputi ;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan atau sikap
seseorang disuatu masyarakat yaitu lingkungan. Lingkungan
memberikan pengaruh untuk mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan bakat seseorang dan lingkungan pergaulan
mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah dilahirkan maka lingkungan pertama yang akan
dihadapi seseorang adalah keluarga. Keluarga menjadi figure
pertama anak baik dalam penglihatan maupun pengalaman
dan melakukan pembinaan menuju terbentuk suatu sikap atau
tingkah laku yang diharapkan oleh orang tua.
82

Dengan demikian orang tua (keluarga) merupakan pusat


kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan anak dengan
alam luar tentangg sikap, cara berbuat serta pemikiran dihari
kemudian.
c. Pengaruh Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidika kedua setelah
pendidikan keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak
anak. Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar
dari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya yaitu
pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, kecakapan-
kecakapan pada umumnya, belajar bekerja sama dengan
kawan sekelompok melaksanakan tuntutan-tuntutan dan
contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan
orang lain.109
Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan diatas,
maka peneliti menemukan kemiripan pembinaan akhlak yang
terjadi dilingkungan komunitas pemulung Lebak Bulus V.
Kemiripan ini dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan
beberapa narasumber berikut:
“ Anak-anak pemulung ini berasal dari keluarga
bisa dikatakan miskin ya, mereka harus berjuang hidup
dan membantu orang tuanya. Anak-anak tidak memiliki
cukup waktulah untuk belajar begitu juga dengan orang
tuanya, bisa dibilang mereka banyak yang tidak mampu
dalam melakukan bimbingan belajar untuk anak-anak
mereka. Dengan kebiasaan memulung tadi, maka bisa
dipastikan bahwa mereka tidak ada ruang gitu untuk apa,
pertama belajar kedua bermain. Dan rata-rata orang tua
disini memiliki standar pendidikan hanya sampai SMP
kalaupun ada yang sampai SMA itu hanya satu atau dua
orang saja. Tapi dari awal kami disini walaupun harus
109
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 269
83

bersaing pihak nonmuslim kami melihat kemauan untuk


belajar dari anak-anak disini. Terkadang mereka yang
tiba-tiba datang ke yayasan dan minta diajarkan oleh
kami, walau itu bukan dalam jam pembinaan. Jadi
melihat kejadian itu, ya kami juga nambah semangat
dalam mengajar mereka gitu.”110

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustazah Uswa


sebagai berikut,
“Kami disini ditugaskan untuk membantu ya, jadi
kami akan melakukan sebaik mungkin. Disaat awal
mungkin terasa berat karena pihak nonmuslim itukan,
namun perlahan tapi pasti kami mulai merasakan adanya
perubahan pada anak-anak ini gitu. Maka kami putuskan
untuk tidak mundur dan terus maju dalam menyampaikan
kebaikan. Dari kebiasaan mereka yang dulunya lebih
banyak mulung kami sedikit kesulitan untuk mengajak
mereka belajar, karna ya karena kebiasaan itulah kami
sebisa mungkin mencari-cari waktu yang tepat dan
membuat mereka mau belajar bersama kami gitu sih.”111

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa faktor internal


yang mempengaruhi pembinaan akhlak anak pemulung adalah
lebih banyak kebiasaan, keinginan dan kemauan. Kebiasaan
memulung menyulitkan mereka untuk belajar, dan sulit bagi
yayasan untuk menentukan jadwal yang tepat untuk pembinaan.
Selain itu dari pihak orang tua, mereka dapat dikatakan memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, membuat anak-anak harus belajar
mandiri . Pelajaran tentang akhlak yang baik, mereka hanya dapat
mempelajari dengan melihat tingkah laku sehari-hari orang tuanya
tanpa mengetahui bagaimana akhlak yang baik harus diperoleh,
khususnya dalam Islam.

110
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 7 September 2020
111
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 9 September 2020
84

Selain melihat faktor internal, fakta membuktikan bahwa


faktor eksternal juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
pembentukan moral anak pemulung. Diantaranya masih banyak
anak perempuan yang tidak memakai kerudung saat berada di luar
rumah. Ini terjadi karena lingkungan mereka tidak dapat
menjelaskan hal-hal yang baik dengan benar. Hal ini terjadi
karena lingkungan mereka masih kurang memperhatikan
pendidikan, tetapi lebih focus kepada pekerjaan.
“Saya senang adanya yayasan MAI disini. Anak
saya dapat belajar mengaji disana, dapat mempelajari
ilmu agama lah tidak seperti saya. Saya lihat lingkungan
disini ya seperti ini kak, kami setiap hari bekerja tidak
dapat terus menerus memantau perkembangan anak-anak
kami, sama siapa dia berteman, ngapain aja itu kami
kurang tahu.”112

Pengakuan terjadinya perubahan sikap anak pemulung


kearah yang lebih baik tidak hanya dirasakan atau dilihat oleh
para pembina, melainkan orang tua turut merasakan perubahan
tersebut, seperti yang dikatakan oleh Ibu Tumiyem sebagai
berikut;
“Anak saya mengalami perubahan kak, dari yang
dulunya anak saya belum tahu huruf hijaiyah, belum tahu
apa-apa yang baik yang mana, sekarang sudah mengerti.
Kalau ngomong sudah mulai sopan kak, tidak keras-keras lagi
seperti dulu, dan kalau mau lewat didepan orang gede juga
sekarang sudah mulai permisi kak.”113

Tidak jauh berbeda, Ibu Erni juga mengatakan hal yang sama
sebagai berikut,
“kami sebagai orang tua meras terbantulah dengan
adanya yayasan MAI disini, membantu kami, anak-anak dapat

112
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wutri pada tanggal 13 Maret 2020
113
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem pada tanggal 12 Maret 2020
85

belajar ilmu agama disana dan kami juga bisa belajar disana
setiap adanya pengajian ibu-ibu. Perubahan yang saya
rasakan itu banyak ya kak, misalnya anak saya sudah bisa
mulai biasa mengucapkan salam saat datang ke rumah atau
mau pergi jugua begitu, dia tidak lupa juga mencium tangan
saya kak. Dan mengaji sekarang sudah lancar, rajin sholat
kalau disuruh-suruh juga sudah mau sekarang, tidak banyak
alasan lagi gitulah kak.114

Tidak hanya itu, selain para orang tua dan penyuluh agama,
ternyata anak-anak yang belajar di Yayasan Media Amal Islami juga
merasakan perubahan pada diri mereka, seperti yang dikatakan diatas
oleh saudari Diana salah satu murid di yayasan sebagai berikut.
“Belajar nya enak seru kak, kakaknya baik, ramah
juga dapat ilmu bermanfaat ilmu agama. Kita belajar tentang
akhlak gitu kak, baik buruknya jadi kita tahu dan nambah
ilmu juga. Sebelum saya belajar di MAI itu saya suka ngak
pakai kerudung trus main masih pakai celana, sekarang udah
pake kerudung kalau keluar sama pake rok kalau main kak.
Dulu juga kalo misalkan tempat sampahnya jauh aku buang
sembarangan aja kak, tapi sekarang udah ngak”115

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dua faktor utama


yaitu faktor internal dan faktor eksternal akan mempengaruhi
pembinaan akhlak. Moralitas yang baik tidak hanya terbentuk secara
internal, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Etika
yang baik dapat terbentuk melalui kegiatan pembinaan terus
menerus, memberikan contoh yang baik, dan memberi tahu orang-
orang bagaimana selalu menjaga sikap yang baik. Oleh karena itu,
pembinaan akhlak Islami diperlukan untuk membangun generasi
muda yang mau dan mampu memperjuangkan dakwah Islam,
seperti yang dilakukan Rasulullah SAW.

114
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erni pada tanggal 16 Maret 2020
115
Wawancara Pribadi dengan Diana pada tanggal 1 Agustus 2020
86

B. Analisi SWOT
Tujuan utama dari analisis SWOT adalah untuk menentukan strategi
yang konsisten. Dan untuk menemukan aspek penting seperti kelemahan,
kekuatan, peluang, dan ancaman terhadap lembaga atau yayasan. Dengan
cara ini, peluang untuk memperbaiki kesalahan / cacat program dapat
terwujud. Analisi SWOT disini menyelesaikan dan mencocokan sumberdaya
dan kemampuan yayasan dalam melakukan pembinaan akhlak peduli
lingkungan kepada anak-anak pemulung.
Analisis SWOT
Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weakness)
1. Sikap para pembina yang tidak 1. Kesulitan dalam mengatur
pernah menyerah waktu pembinaan karena
2. Terjalinnya kerja sama (team) anak-anak banyak yang
yang baik sesama pembina bekerja
agama 2. Tidak adanya control
3. Sarana dan prasarana yang setiap waktu dari pembina
mendukung terhadap perkembangan
anak
3. Tidak adanya standarisasi
bagi pembina dalam
melakukan pembinaan

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats)


1. Adanya dukungan dari 1. Adanya pihak nonmuslim
lingkungan terhadap kegiatan yang juga memberikan
pembinaan bantuan kepada komunitas
2. Kerjasama dengan investor pemulung dengan maksud
dalam melakukan kegiatan terselubung
pembinaan 2. Sulit mendapatkan investor
yang tetap dalam
membantu dalam
mendanai kegiatan
87

Eksternal internal Peluang (O) Ancaman (T)


Kekuatan (S) Meningkatkan kerja sama Meningkatkan
(team), dan menyediakan kualitas pembina
fasilitas yang membantu untuk dapat
setiap kegiatan menyampaikan materi
pembinaan untuk dengan baik dan
mendapatkan dukungan mendapatkan
dari masyarakat terhadap kepercayaan dari
program tersebut (SO) masyarakat (ST)
Kelemahan (W) Mengatasi kesulitan- Mengatasi
kesulitan dalam permasalahan yang
mengembangkan terjdi pada kegiatan
kegiatan yaitu dengan untuk
menjalin kerjasama mengoptimalkan
dengan investor untuk kegiatan pembinaan
mendanai kegiatan dan akhlak peduli
memanfaatkan peluang lingkungan (WT)
(WO)

Berdasarkan hasil analisis SWOT maka alternative yang dapat


diperoleh adalah
1. Strategi S.O
Meningkatkan kerjasama team dan menyediakan fasilitas yang
mendukung untuk menjalankan kegiatan pembinaan agar mendapatkan
dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar.
2. Strategi W.O
Memanfaatkan kerjasama dengan investor agar pengembangan
kegiatan dapat dilakukan dengan efektif dan dapat ditingkatkan lagi, serta
mampu mengukur pencapaian-pencapaian yang telah dilaksanakan pada
kegiatan pembinaan tersebut.
3. Strategi (S.T)
Meningkatkan kualitas para pembina dalam menyampaikan
materi, serta memberikan materi-materi yang tidak terlalu monoton agar
88

anak-anak pemulung dapat mengikuti kegiatan pembinaan dengan efektif


dan mengikuti kegiatan dengan antusias.
4. Strategi W.T
Mengatasi kelemahan internal terkait standarisasi bagi pembina
dalam melakukan pembinaan agar lebih ditingkatkan lagi, dalam artian
pemberian materi yang monoton dan terlalu berat akan menyulitkan
anak-anak dalam memahami maksud dari materi yang disampaikan agar
dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka sehari-hari.

C. Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi ini merupakan bentuk tujuan untuk menentukan
strategi yang dapat dijalankan oleh yayasan serta strategi mana yang menjadi
prioritas untuk dilaksanakan dengan tujuan pengembangan kegiatan
pembinaan akhlak peduli lingkungan. Strategi yang bisa dijalankan oleh
Yayasan Media Amal Islami secara berurutan:
a. Meningkatkan dukungan masyarakat dengan menyediakan fasilitas yang
cukup serta memadai dalam melakukan kegiatan pembinaan.
b. Menentukan standarisasi pembina dalam melakukan kegiatan pembinaan
agar setiap materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak-anak
pemulung dengan baik.
c. Meningkatkan kerjasama dengan investor agar dapat mendanai kegiatan
pembinaan serta meningkatkan kegiatan tersebut
d. Meningkatkan penyampaian materi agar lebih menarik dan membuat
anak-anak antusias dalam mengikuti kegiatan pembinaan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai “Model
Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan Pada Anak Pemulung di Yayasan
Media Amal Islami Lebak Bulus V” maka dapat disimpilkan sebagai berikut.
Ketika para pembina menyadari bahwa anak pemulung belum
memahami pentingnya berperilaku baik bagi lingkungan, maka muncul
kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan. Pembinaan dilakukan dengan
mengadakan forum diskusi yang materinya berkaitan dengan trend
masyarakat dari segi Islam, dan tidak ketinggalan mengenai cara berakhlak
kepada lingkungan, yang diharapkan dapat menarik minat anak pemulung
untuk mengikuti kegiatan pembinaan tersebut. Dalam melakukan pembinaan
para pembina menggunakan metode dakwah bil-lisan, dakwah bil-haal,
dakwah bil-hikmah dan tidak lupa memberikan solusi dari masalah yang
mereka hadapi. Faktor pendorong dalam pembinaan akhlak lingkungan ini
yaitu pembina tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, kerjasama
yang baik antara para pembina, dan adanya sarana dan prasarana yang
mendukung untuk menunjang dalam kegiatan pembinaan akhlak lingkungan.
Faktor penghambat dalam kegiatan pembinaan akhlak lingkungan terbagi
menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu kesulitan dalam mengatur waktu pembinaan antara pembina dan anak-
anak pemulung, tidak adanya control setiap saat dari pembina terhadap
perkembangan anak, dan tidak adanya standarisasi pembina dalam
melakukan pembinaan. Faktor eksternal yaitu adanya pihak nonmuslim yang
mencoba melakukan kristenisasi dan kesulitan mendapatkan investor tetap
dalam mendanai setiap kegiatan pembinaan.

72
90

B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini menjadi gambaran yang nyata bahwa
pembinaan akhlak lingkungan itu sangat penting untuk anak-anak pemulung,
karena banyak diantara mereka yang tidak mengerti dengan baik bagaimana
seharusnya menjaga lingkungan menurut Islam. Hasil dari penelitian
diharapkan dapat menjadikan para pembin, khususnya mahasiswa Bimbingan
Penyuluhan Islam dapat menjalankan peran sebagai pembimbing agama
dengan sebaik-baiknya dan memberi manfaat bagi banyak orang. Penelitian
ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai penginformasian bagi Yayasan Media
Amal Islami dalam mengadakan kegiatan pembinaan yang semakin baik.

C. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti akan memberikan saran
perbaikan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu:
1. Saran bagi Pihak Yayasan Media Amal Islami pembinaan akhlak
lingkungan yang diberikan kepada anak-anak pemulung baiknya lebih
ditingkatkan lagi atau dengan menggunakan metode yang lebih menarik.
Kemudian waktu pembinaan lebih ditambah lagi serta melakukan
evaluasi pada saat pelaksanaan program untuk melihat mengukur
keberhasilan dari program tersebut.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya, dalam hal ini peneliti menyadari bahwa
apa yang peneliti peroleh belumlah sempurna, masih ada beberapa hal
yang belum sempat peneliti teliti lebih dalam. Untuk peneliti selanjutnya
baiknya untuk lebih menambah jumlah informan lagi. Olek karena itu,
diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menggugah minat bagi
peneliti selanjutnya untuk dapat dikaji lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adi Isbandi, Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Fanjari Ahmad, Syauqi. 1996 Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam.


Jakarta: Bumi Aksara,

Al-Hilali, Majdi. 1999. 38 Sifat Generasi Unggulan. Jakarta: Gema Insasi


Press.

Al-Qardhawi, Yusuf. 1997 Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma


Ilmu Pengetahuan, Penerjemah Faizah Firdaus. Surabaya: Dunia Ilmu

Amin, Ahmad. 1975. Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf. Jakarta: Bulan
Bintang.

Aminuddin, H. dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam (Jilid 2). Jakarta: Bumi
Aksara. Cet Ke-2.

Arifin, H. M. 1994 Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan


Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.

Arikunto, Suharsimi. 1989 Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta:


Bina Aksara.

Assad, Ilyas. 2011. Akhlak Lingkungan (Panduan Berperilaku Ramah


Lingkungan). Tangerang Selatan: Deputi Komunikasi Lingkungan
dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia dan Majelis Lingkungan Hidup PP
Muhammadiyah, Cet-1

Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.


Yogyakarta: Belukar.

BP4. 1994. Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera. Jakarta: Prestasi


Pustaka.

Departemen Agama RI. 2020 Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: CV


Darus Sunnah.

91
92

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992. Direktorat Jenderal


Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisiona. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-3.

Efendy Daud. 2008 Manusia Lingkungan dan Pembangunan Perspektif


Islam. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ghazali, Bahri. 1996. Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam. Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya.

Hourlock Elizabeth , B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentan Kehdiupan. Jakarta: Erlangga.

Ismail Asep, Umar dkk. 2005. Tasawuf. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Maleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, Cet Ke-33.

Mangunhadjana. 1986. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta:


Kanimus.

Mulyadi, Adi. 2010 Langkah Sukses Menuju Indonesia Emas. Depok: Pusat
Profil Muslim Indonesia.

Mustofa H. A. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mutsla, Atna. 2018. Manajemen Pembinaan Akhlak Narapidana di Rumah


Tahanan (Rutan) Kelas II B Boyolali. Tesis, IAIN Surakarta

Nata, Abuddin. 2015 Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, Cet-14.

Noor, Juliansyah . 2011. Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan


Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet Ke-1.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian


Psikologi. Jakarta: LPSS, Cet Ket-1.
93

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Shihab M. Quraish. 2007 Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan

Soegianto, Agoes. 2010. Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat


Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press.

Soemarwono, Otto. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.


Bandung: Djambatan.

Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Sudjana, Djudju. 2008. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.


Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2013 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005 Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.


Bandung: PT Refika Aditama, Cet-1.

Sujanto, Agus. 1985. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru.

Sumantri Arif. 2010 Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Sylviyanah, Selly. 2012. Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar.


Jurnal Tarbawi 1, No 13.

Umam, Khairul dan H. A Achyar Aminudin. 1998. Bimbingan dan


Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ya‟kub, Hamzah. 1993. Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Zainal Veithzal, Rivai dkk. 2018. Manajemen Akhlak. Jakarta: Salemba


Diniyah.
94

ARTIKEL

http://dakwahkesehataniu.blogspot.com/2016/02/ayat-al-quran-dan-hadits-
tentang.html

https://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-77 diakses pada 21-1-2020

http://ad-room.blogspot.com/2017/06/tafsir-surat-al-araf-56-58.html

https://tafsirweb.com/290-quran-surat-al-baqarah-ayat-30.html

Annisa, “Kehidupan Pemulung”. https://brainly.co.id/tugas/7199741

Kusmana Suryanto, “Rongsok”.


http://www.danamon.co.id/contect_c.php?idCon=501

Indah Sundari, “Pemulung Adalah Penyelamat Lingkungan”. http://bingkai-


bingkai.blogspot.com/2008/02/pemulung-penyelamat-lingkungan-
html

Ayu,Adriyani.https://www.kompasiana.com/penacoklat/5500bb52a33311187
0511c2c/pemulung-sisi-gelap-dunia-pendidikan-indonesia

Davit setyawan, https://www.kpai.go.id/berita/artikel/pemenuhan-hak-


pendidikan-anak-sejak-usia-dini

Sutardji. file:///C:/Users/user/Downloads/98-140-1-PB.pdf
Hasil Wawancara dengan Ustad Dzulfitri Sulaiman (Hafid)

Nama : Dzulfitri Sulaiman. S.Pd.I.


Hari/Tanggal : Selasa/11 Agustus 2020
Pukul : 13.00 WIB

1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pembinaan akhlak peduli


lingkungan tersebut?
Banyak diantara kita yang berpikiran bahwa anak-anak pemulung
sudah mengerti dengan akhlak lingkungan. Karena setiap hari
memulung/mengumpulkan sampah. Keadaan lain yang kami temui di
lapangan bahwa anak-anak pemulung tidak mengerti bagaimana seorang
muslim seharusnya bersikap terhadap lingkungan. Anak-anak pemulung
ini hanya tahu bahwa memulung itu pekerjaan untuk mendapatkan uang
demi kelangsungan hidup kedepannya. Dengan kejadian itu, maka kami
penyuluh bertekad mengenalkan bagaimana Islam mengajarkan
pengikutnya dalam berakhlak tidak hanya kepada Tuhan, manusia tetapi
juga alam. Selain itu kami juga memberikan pengertian kepada anak-anak
bahwa pekerjaan memulung bukanlah perkerjaan hina, melainkan satu
bukti nyata bahwa secara tidak langsung mereka sudah menjaga dan
melestarikan lingkungan. Dengan begitu mereka akan mengerti makna
dari pekerjaan tersebut dan itu akan membuat mereka lebih percaya diri
dalam menghadapi hidup serta mau untuk terus belajar ilmu agama dan
pengetahuan umum.
2. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan tersebut?
Kalau metode kita lebih kepada mencontohkan dengan perilaku
kepada anak-anak. karena yang kita tahu bahwa anak-anak berasal dari
lingkungan yang kurang dalam hal pendidikan. Makanya mereka butuh
sosok/figure untuk mereka contoh jangan hanya memberikan materi tanpa
melakukan tindakan. Memberikan contoh yang nyata akan lebih diterima
di lingkungan pemulung daripada hanya menyampaikan materi dakwah
saja. Selain itu dalam melakukan dakwah kita harus menjalin hubungan
yang baik dengan mad‟unya nya agar pesan dakwah yang disampaikan
dapat diterima. Mengenai bahasanya juga kita harus menggunakan bahasa
keseharian, jangan gunakan bahasa istilah-isilah yang akan membuat
mereka pusing dan bingung. Dan tidak jarang kami datang secara
langsung ke rumah-rumah mereka dengan tujuan menjalin keakraban,
agar mereka dapat nyaman saat berbicara dengan kami dan tidak
menganggap kami orang lain di kehidupan mereka. Dengan begitu tanpa
disadari dengan adanya dialog antara kami dengan mereka maka
persoalan-persoalan hidup yang selama ini mereka alami akan
tersampaikan serta kami sebagai penyuluh akan lebih bisa memahami
mereka dan bisa menentukan langkah yang tepat dalam melakukan
pembinaan.
3. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut?
Baik, materi tentunya tentang akhlak. Bagaimana berakhlak yang
baik menurut Islam. Yaitu berakhlak terhadap Tuhan, manusia dan juga
lingkungan. Semuanya kami sampaikan agar kelak mereka akan mengerti
dengan baik bagaimana akhlakul karimah seorang muslim. Dan tidak lupa
kami selalu memberikan semangat serta motivasi kepada mereka agar
tidak menyerah dengan keadaan, mereka memiliki kesempatan yang sama
dengan anak lainnya, berhak mengapai cita-cita yang mereka inginkan.
Dengan begitu mereka akan terdorong untuk terus belajar dan
mengembangkan potensi diri.
4. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan dilakukan?
Kegiatan pembinaan kita lakukan dengan mengadakan forum
diskusi, yaitu forsalam dan formalad. Dalam forum ini kita membahas
topic-topik yang sedang trend di tengah-tengah masyarakat dan dikaji
sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu kita juga memberikan motivasi-
motivasi agar tidak pernah malu atau gengsi terhadap pekerjaan mereka
atau orangtuanya. Materi mengenai akhlak lingkungan tidak ketinggalan,
setiap adanya forum ini kami selalu menyampaikan materi tersebut.
Penyampaian materi ini untuk merubah cara pandang mereka mengenai
pekerjaan memulung, bahwa pekerjaan ini tidak hanya untuk
menghasilkan uang saja melainkan mereka sudah mengamalkan akhlak
peduli lingkungan yang diperintahkan Tuhan dengan menjaga dan
melestarikan lingkungan, dan memulung adalah pekerjaan yang mulia
walau banyak kalangan yang menyebut pekerjaan ini rendah.
5. Menurut bapak kegiatan ini penting kenapa?
Ya penting, karena anak-anak memiliki hak yang sama terhadap
pendidikan. Kurangnya pendidikan (agama dan ilmu pengetahuan) pada
anak pemulung membuat mereka tidak paham bagaimana Islam
memerintah kepada pengikutnya dalam berakhlak. Dan mereka adalah
aset bangsa dan umat, bagaimana bangsa dan Yayasan ini kedepannya
tergantung kepada mereka. Maka dari sekarang kita mulai mendidik aset
kita agar kedepannya dapat memberikan perubahan yang lebih baik.
6. Menurut bapak bagaimana dengan perubahan yang terlihat?
Kalo dulu mereka tidak ada yang ngebina, bisa dibilang akhlak
mereka masih jauh dari kata baik. misalkan dulu masih suka ada kegiatan
malam mingguan kumpul-kumpul remaja laki dan perempuan yang bukan
muhrim. Sekarang itu sudah mulai berubah, karena kegiatan malam
mingguan anak remaja sudah digantikan dengan kegiatan forum
pembinaan yang dilakukan di yayasan.
7. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran anak-anak pemulung?
Anak-anak pemulung hidup dalam kesederhanaa, jauh dari kesan
mewah. Rumah yang hanya beralaskan triplek dan kardus-kardus bekas
serta lingkungan yang kumuh. Pekerjaan mereka membantu orang tua
setiap harinya, mulai dari membersihkan hasil mulung orang tua sampai
dengan menjaga adik apabila orang tua bekerja. Hampir tidak ada waktu
bagi mereka untuk bermain dan belajar. Mereka menghabiskan hari-hari
dengan bekerja. Itu semua mereka lakukan bukan karena terpaksa
melainkan karena tuntutan kehidupan yang membuat mereka harus
menomerduakan dunia anak-anak mereka. Dalam belajar mereka juga
harus mandiri, tidak didampingi oleh siapa pun baik itu orang tua. Bukan
karena tidak mau, hanya saja orang tua mereka harus bekerja untuk bisa
menyambung hidup dan banyak dari orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan rendah.
8. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pembinaan akhlak
peduli lingkungan kepada anak-anak pemulung?
Sederhana, berharap mereka dapat mengamalkan akhlak Islami
dalam kehidupan sehari-hari. Mengerti bagaimana cara berakhlak
terhadap Tuhan, manusia dan juga lingkungan.
9. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam kegiatan tersebut?
Faktor pendorong Alhamdulillah sarana dan prasarana gedung
sudah mendukung dan siap menampung anak-anak dalam melakukan
kegiatan, sedaangkan faktor penghambat lebih kepada kemauan anak-
anak untuk belajar masih kurang, dan apabila hujan mereka sama sekali
tidak ada yang datang, ntah itu karena rasa malas atau banjir.
Hasil Wawancara dengan Ustazah Uswatun Khasazah

Nama : Uswatun Khasazah


Hari/Tanggal : Rabu/26 Agustus 2020
Pukul : 15.00 WIB

1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pembinaan akhlak peduli


lingkungan tersebut?
Terbentuknya kegiatan ini berawal dari rasa keprihatinan
penyuluh terhadap anak-anak dengan melihat bagaimana keadaan
lingkungan mereka yang bisa dibilang kumuh. Dan menjaga lingkungan
merupakan perintah dan kewajiban kita untuk tetap menjaga
kelestariannya. Karena bagaimana keadaan dan kesehatan alam itu sendiri
tergantung dengan sikap dan tindakan kita. Apakah akan menjaga dengan
baik atau sebaliknya. Dengan melihat lingkungan anak pemulung kami
bertekad untuk melakukan pembinaan akhlak terhadap mereka, tidak
hanya akhlak terhadap Tuhan, manusia tetapi juga lingkungan. Walaupun
setiap hari mereka sudah dekat dengan sampai artinya membersihkan
sampah, namun itu tidak menjadikan mereka mengerti dengan menjaga
kebersihan diri, dan juga lingkungan secara baik dan benar, dan sesuai
dengan ajaran Islam.
2. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan tersebut?
Metode dakwah bil lisan, bil haal dan bil hikmah. Kita
memberikan materi, mempraktekkan dengan tindakan nyata dan
memberikan solusi atas masalah mereka. Membantu sebisa kita agar
mereka bisa melihat bahwa masih ada orang-orang yang mendengarkan
keluhan-keluhan mereka, membantu mereka, mengajari mereka.
Contohnya menyusuh mereka sholat kitanya harus sholat dan membantu
menyediakan keperluan dan perlengkapan sholat mereka misalkan
sajadah, sarung, peci dan mukenah. Jangan kita tinggalkan mereka disaat
perubahan itu sudah terjadi, damping dan bantulah untuk mencukup
keperluan mereka agar dalam penyampaian dakwah kita juga diterima
dengan baik. Dalam menyampaikan dakwah haruslah dengan bijak,
jangan terlalu berambisi dan terkesan memaksa mereka, pelan-pelan dan
perlahan.
3. Materi apa saja yang ibu berikan dalam kegiatan tersebut?
Materi yang diberikan itu mengenai hal-hal yang menjadi trend di
tengah-tengah masyarakat dan dikaji menurut Islam, ini dilakukan untuk
menarik perhatian anak-anak agar tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan.
Tidak ketinggalan materi akhlak Islaminnya. Akhlak terhadap Allah,
manusia dan peduli lingkungan.
4. Bagaimana kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan dilakukan?
Baik, dalam menyampaikan mengenai akhlak lingkungan kita
membentuk 2 forum diskusi yaitu forsalam dan formalad. Forsalam kita
lakukan seminggu sekali dengan cara door to door kerumah-rumah anak-
anak. Hal ini dilakukan selain untuk menjalin silaturrahmi juga melihat
secara langsung bagaimana kondisi anak-anak pemulung dirumahnya.
Formalad yaitu kegiatan diskusi malam ahad bagi anak-anak remaja. Ini
dibentuk karena rasa prihatin terhadap anak-anak remaja yang tidak
memiliki kegiatan apa-apa di malam minggu selain nongkrong dan
bermain-main dengan teman-temannya.
5. Menurut ibu kegiatan tersebut penting kenapa?
Ya penting, karena lingkungan adalah amanah, sikap dan tindakan
kita menentukan kelestarian lingkungan. Dan kewajiban kita untuk
merawat dan menjaga lingkungan. Pemahaman seperti ini perlu
ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, agar kelak dewasa apapun
tindakan, sikap dan perilaku mereka yang berhubungan dengan alam
tidak akan membahayakan kelestariannya.
6. Menurut ibu bagaimana dengan perubahan yang terlihat?
Terhadap akhlak misalkan dari yang perempuan, yang dulunya
keluar masih tidak memakai kerudung sekarang sudah pakai. Terus
masalah sampah sudah mau membuang sampah di tempatnya walau
tempat sampahnya jauh. Sudah mulai sopan dalam berbicara dengan
orang dewasa.
7. Bagaimana menurut ibu tentang gambaran anak pemulung?
Anak pemulung tidak kebanyakan anak-anak lain, misalkan untuk
membeli keinginan mereka harus bekerja dulu dan itu juga tidak bisa
langsung dapat terkabul, kalo kebutuhan rumah tidak tercukupi ya mereka
belum bisa membeli keinginannya. Dari segi ilmu mereka juga
ketinggalan, baik pengetahuan umum apalagi agama. Karena waktu untuk
belajar mereka sedikit dan disibukkan dengan membantu orang tuanya.
Dari lingkungan tempat tinggal juga mereka tidak diajarkan dengan baik
bagaimana harus berakhlak yang benar, karena mereka masih ada yang
berbicara tidak sopan baik itu pada temannya, dan orang yang lebih
dewasa.
8. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pembinaan akhlak
peduli lingkungan kepada anak-anak pemulung?
Harapan saya supaya mereka dapat bersikap dengan baik lalu bisa
memposisikan diri mereka dengan bijak. Dan menjadi anak yang sopan
dan mengerti ilmu agama dan pengetahuan dengan baik. Serta dapat
mengamalkan kebaikan dalam kehidupan mereka.
9. Apa saja faktor pendorong dan penghambat dalam kegiatan tersebut.
Faktor pendorong yaitu kesolitan dan kegigihan para penyuluh
dalam menyampaikan dakwah yang tidak pernah menyerah. Serta kerja
sama yang baik diantara sesama penyuluh. Faktor penghambat karena ada
pihak nonmuslim, kesulitan mencari investor tetep, tidak adanya control
setiap saat dari penyuluh terhadap perkembangan anak-anak.
Hasil Wawancara dengan Ibu Tumiyem

Nama : Ibu Tumiyem


Hari/Tanggal : Kamis/12 Maret 2020
Pukul : 14.00 WIB

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai Yayasan Media Amal Islami?


MAI bagus, suka membantu kita, dan anak-anak juga bisa belajar disana.
2. Apa yang memotivasi ibu untuk mengizinkan anaknya bejalar di
yayasan?
Agar anak saya ada kegiatan lain aja kak, tidak hanya membantu saya dan
supaya dia nambah teman aja.
3. Adakah kesulitan yang ibu temukan saat menyuruh anaknya mengikuti
kegiatan pembinaan?
Ada kak, anak saya kadang-kadang malas karena kataya belum ada teman
disana.
4. Menurut ibu apakah yang diajarkan oleh ustad/ustazah kepada anak-anak
di yayasan sudah sesuai dengan harapan ibu?
Sudah kak, anak saya jadi lebih tahu agama karena sudah rajin sholatnya.
5. Apakah anak ibu rutin mengikuti kegiatan pembinaan?
Rajin kak, Cuma kalo lagi hujan aja terkadang suka susah di suruh datang
di MAI.
6. Adakah perubahan yang ibu rasakan pada anaknya setelah belajar di
MAI?
Anak saya yang dulunya belum tahu huruf hijaiyah, belum tahu yang baik
dan buruk yang mana, sekarang sudah mulai mengerti. Kalau ngomong
juga sudah mulai sopan, tidak keras-keras lagi seperti dulu, dan kalau
mau lewat di depan orang dewasa sudah mulai minta permisi.
7. Apa harapan ibu setelah anaknya belajar akhlak peduli lingkungan?
Harapannya ya, bisa berubah dan mengamalkan apa yang sudah diajarkan
ustad di rumah.
8. Apa harapan ibu terhadap MAI kedepannya?
Berharap MAI bisa membantu kita terus, tidak bosan-bosan mengajar
anak-anak kita.
Hasil Wawancara dengan Ibu Erni
Nama : Ibu Erni
Hari/Tanggal : Senin/16 Maret 2020
Pukul : 10.10 WIB

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai Yayasan Media Amal Islami?


Saya bersyukur adanya MAI kak, anak saya bisa belajar agama disana
2. Apa yang memotivasi ibu untuk mengizinkan anaknya bejalar di
yayasan?
Agar anak saya bisa mengerti agama kak, bisa sholat dan ngaji
3. Adakah kesulitan yang ibu temukan saat menyuruh anaknya mengikuti
kegiatan pembinaan?
Kesulitan tidak ada kak, hampir setiap hari dia ikut kegiatan di yayasan.
4. Menurut ibu apakah yang diajarkan oleh ustad/ustazah kepada anak-anak
di yayasan sudah sesuai dengan harapan ibu?
Sudah kak, sudah ada perubahan juga sama anaknya.
5. Apakah anak ibu rutin mengikuti kegiatan pembinaan?
Sejauh ini rajin kak
6. Adakah perubahan yang ibu rasakan pada anaknya setelah belajar di
MAI?
Sudah mulai mengucapkan salam apabila datang dan pergi dari rumah,
sudah mulai mencium tangan apabila mau pergi, dan mengaji
Alhamdulillah sudah lancar
7. Apa harapan ibu setelah anaknya belajar akhlak peduli lingkungan?
Bisa menjaga kebersihan diri dan juga lingkungan kak.
8. Apa harapan ibu terhadap MAI kedepannya?
Berharap MAI bisa terus mengajar anak-anak disini.
Hasil Wawancara dengan Ibu Wutri
Nama : Ibu Wutri
Hari/Tanggal : Jumat/13 Maret 2020
Pukul : 13.10 WIB

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai Yayasan Media Amal Islami?


Yayasan MAI orang-orangnya baik, suka membantu kita-kita disini.
2. Apa yang memotivasi ibu untuk mengizinkan anaknya bejalar di
yayasan?
Untuk belajar ilmu agama kak
3. Adakah kesulitan yang ibu temukan saat menyuruh anaknya mengikuti
kegiatan pembinaan?
Tidak ada kak, dia anaknya nurut
4. Menurut ibu apakah yang diajarkan oleh ustad/ustazah kepada anak-anak
di yayasan sudah sesuai dengan harapan ibu?
Sudah kak, karena anak saya jadi makin baik
5. Apakah anak ibu rutin mengikuti kegiatan pembinaan?
Rutin ka, hampir setiap hari kalau tidak hujan
6. Adakah perubahan yang ibu rasakan pada anaknya setelah belajar di
MAI?
Anak saya sudah mulai sholat dan ngaji tanpa saya suruh-suruh lagi.
7. Apa harapan ibu setelah anaknya belajar akhlak peduli lingkungan
Agar bisa menjaga kebersihan aja kak.
8. Apa harapan ibu terhadap MAI kedepannya?
Agar MaI bisa berkembang lebih besar lagi, dan dapat membantu anak-
anak lebih banyak lagi.
DOKUMENTASI

Foto saat peneliti melakukan wawancara langsung dengan ibu pemulung di


lapak pemulung Lebak Bulus Jakarta Selatan

Foto bersama dengan ibu pemulung setelah melakukan wawancara


Foto saat peneliti melakukan wawancara langsung dengan ibu pemulung di
lapak pemulung Lebak Bulus Jakarta Selatan

Foto bersama dengan ibu pemulung setelah melakukan wawancara


Foto setelah pelaksanaan ujian sidang skripsi online (Kamis, 10 Desember
2020)
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Juli 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Bidang Pendidikan
NIk :-
Menerangkan bahwa,
Nama : Firma Asriwati
Tempat Tanggal Lahir : Batusangkar, 18 Desember 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
NIM : 11160520000021

Nama tersebut adalah benar telah melakukan penelitian skripsi di


tempat kami dengan judul “ Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan
Pada Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta
Selatan”. Terhitung sejak tanggal …..s/d ……
Demikian surat keterangan ini kami buat, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mesrtinya.
Ciputat, 23 Desember 2020
Kepala Bidang Pendidikan
Yayasan Media Amal Islami

Dzulfitri Sulaiman , S.Pd.I


Surat Kesediaan Wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Nama : Dzulfitri Sulaiman. S.Pd.I.
Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 4 Juli 1983
Usia : 37 tahun
Bersedia untuk memberikan informasi dan diwawancarai dalam
rangka untuk keperluan penyusunan skripsi mahasiswi Firma Asriwati
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Data Pribadi Informan dan hasil wawancara akan peneliti cantumkan
di dalam skripsi, dan saya berhak mengecek terlebih dahulu data yang telah
di olah oleh peneliti tersebut. Apabila ada kekeliruan atau kurang lengkap,
maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

(Firma Asriwati) (Dzulfitri Sulaiman. S.Pd.I. )


Surat Kesediaan Wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Nama : Uswatun Khasanah
Tempat, Tanggal lahir : Tegal, 17 Agustus 1994
Usia : 26 tahun
Bersedia untuk memberikan informasi dan diwawancarai dalam
rangka untuk keperluan penyusunan skripsi mahasiswi Firma Asriwati
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Data Pribadi Informan dan hasil wawancara akan peneliti cantumkan
di dalam skripsi, dan saya berhak mengecek terlebih dahulu data yang telah
di olah oleh peneliti tersebut. Apabila ada kekeliruan atau kurang lengkap,
maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

(Firma asriwati) (Uswatun Khasanah)


Surat Kesediaan Wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Nama : Tumiyem
Tanggal lahir : 23 Maret 1965
Usia : 55 tahun
Bersedia untuk memberikan informasi dan diwawancarai dalam
rangka untuk keperluan penyusunan skripsi mahasiswi Firma Asriwati
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Data Pribadi Informan dan hasil wawancara akan peneliti cantumkan
di dalam skripsi, dan saya berhak mengecek terlebih dahulu data yang telah
di olah oleh peneliti tersebut. Apabila ada kekeliruan atau kurang lengkap,
maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

(Firma asriwati) (Tumiyem)


Surat Kesediaan Wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Nama : Wutri
Tanggal lahir : 8 Juli 1989
Usia : 31 tahun
Bersedia untuk memberikan informasi dan diwawancarai dalam
rangka untuk keperluan penyusunan skripsi mahasiswi Firma Asriwati
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Data Pribadi Informan dan hasil wawancara akan peneliti cantumkan
di dalam skripsi, dan saya berhak mengecek terlebih dahulu data yang telah
di olah oleh peneliti tersebut. Apabila ada kekeliruan atau kurang lengkap,
maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

(Firma asriwati) (Wutri)


Surat Kesediaan Wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Nama : Erni
Tempat, Tanggal lahir : Bekasi, 10 Oktober 1988
Usia : 32 tahun
Bersedia untuk memberikan informasi dan diwawancarai dalam
rangka untuk keperluan penyusunan skripsi mahasiswi Firma Asriwati
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan Anak Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Data Pribadi Informan dan hasil wawancara akan peneliti cantumkan
di dalam skripsi, dan saya berhak mengecek terlebih dahulu data yang telah
di olah oleh peneliti tersebut. Apabila ada kekeliruan atau kurang lengkap,
maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

(Firma asriwati) (Erni)

Anda mungkin juga menyukai