Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)
Oleh:
FIRMA ASRIWATI
NIM. 11160520000021
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Firma Asriwati
NIM. 1160520000021
Pembimbing
Tasman., M. Si.
NIP. 197302012014111003
Penguji I Penguji II
Pembimbing
Tasman, M.Si
NIP. 19730201 201411 1 003
ABSTRAK
i
yaitu kesulitan dalam mengatur waktu kegiatan pembinaan antara anak
pemulung dengan penyuluh agama, tidak adanya control dari penyuluh
agama terhadap anak setiap saat, dan tidak adanya standarisasi penyuluh
agama dalam melakukan kegiatan pembinaan. Sedangkan faktor eksternal
yaitu adanya pihak nonmuslim yang punya kepentingan untuk memanfaatkan
situasi dan kondisi anak pemulung, serta sulit mencari investor tetap untuk
mendanai kegiatan pembinaan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Alhamdulillahirobbil‟alamin,
iii
Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Bpk. Ir. Noor Bekti Negoro, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam.
3. Ibu Artiarni Puspita Arwan, M. Psi., selaku Sekretaris Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam.
4. Bpk. Tasman., M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga serta fikirannya untuk selalu memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan karangan ilmiah ini, sehingga
penulis bisa menyelesaikan sampai tahap akhir ini.
5. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, khususnya bagi dosen Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam yang tidak bisa diucapkan satu persatu oleh
penulis, yang telah mendidik, memberikan pengajaran, membagikan
ilmu yang bermanfaat kepada seluruh mahasiswa khususnya bagi
penulis pribadi selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan
referensi dalam menyusun skripsi.
7. Bapak H. Aslih Ridwan, M.Ag. selaku ketua Yayasan Media Amal
Islami yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Yayasan
Media Amal islami. Pembimbing agama yakni bapak Dzulfitri
Sulaiman, S.Pd.I dan ibu Uswatun Khasanah yang telah memberikan
selalu keikhlasan, sabar, dan penuh kesungguhan dalam memberikan
informasi dan keperluan penelian kepada penulis.
iv
8. Keluarga penulis Bapak Muhammad Syarif dan Ibu Asnati, kakak
Efrizal, Fauzendri dan Jeli Fitrina yang tiada henti memberikan
semangat serta selalu setia mendampingi dan mendo‟akan yang
terbaik untuk penulis meskipun dari jarak jauh.
9. Teruntuk seluruh sahabat dan kerabat penulis Hamdika Habibullah,
Asfi, Nunu, Nisa, Tiwi, Puji, Ce Nia, Ce Eti, Wulan dan Ega yang
selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyusun
skripsi serta berproses memperoleh gelar sarjana, serta selalu sabar
dan bersedia menampung curhatan penulis selama menyusun skripsi
ini.
10. Seluruh keluarga besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan 2016 yang telah memberi
banyak pengetahuan, pengalaman, dan menemani penulis baik suka
maupun duka dan menjadi teman untuk bertukar pikiran.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan
dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca khususnya segenap keluarga besar jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam
Firma Asriwati
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 11
C. Batasan Masalah ............................................................... 11
D. Rumusan Masalah .............................................................. 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 12
F. Penelitian Terdahulu .......................................................... 14
G. Metodologi Penelitian ........................................................ 15
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 18
vi
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
A. Profil Yayasan ................................................................... 40
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami ........ 40
2. Visi dan Misi ................................................................ 41
3. Struktur Organisasi ...................................................... 42
4. Program-program Yayasan Media Amal Islami .......... 43
B. Profil Pembimbing ............................................................. 46
C. Profil Pemulung ................................................................. 47
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Model Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan
Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami .............. 72
B. Analisi SWOT ................................................................... 86
C. Pemilihan Strategi .............................................................. 88
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 72
B. Implikasi ............................................................................ 73
C. Saran .................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia ditakdirkan Allah SWT untuk menempati planet bumi
bersama dengan makhluk-makhluk lainnya. Bumi yang ditempati manusia ini
disiapkan Allah SWT mempunyai kemampuan untuk bisa menyangga
kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Akan tetapi sesuai pula
dengan sunnatullah (hukum Allah), bumi juga mempunyai keterbatasan,
sehingga bisa mengalami kerusakan bahkan kehancuran. Berbagai kerusakan
lingkungan yang terjadi di beberapa belahan bumi merupakan penyakit yang
bisa mengancam kehidupan makhluk yang tinggal di dalamnya, termasuk
manusia.1
Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya,
baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata, dan termasuk manusia
lainnya. Secara ilmiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya.2
Kesehatan lingkungan bergantung pada perilaku manusia. Manusia terkadang
mempengaruhi lingkungan, dan terkadang lingkungan juga mempengaruhi
manusia. Oleh karena itu perlu dibentuk sikap yang baik terhadap
lingkungan, karena lingkungan merupakan faktor utama penunjang
kelangsungan kehidupan manusia di muka bumi.
Dewasa ini masalah lingkungan telah menjadi isu global karena
menyangkut berbagai sector dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini
terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan. Masalah
lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada kesalahan
1
Ilyas Assad, Akhlak Lingkungan (Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan),
(Tangerang Selatan: Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan Majelis Lingkungan Hidup PP
Muhammadiyah, 2011), Cet-1, h. 1
2
Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2011), h. 43
1
2
3
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 264
4
Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan Perspektif Islam, (Ciputat,
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 83
3
Hidup bersih merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan diri.
Karena kesehatan merupakan nikmat dari Allah yang harus dijaga. Sebab
dengan kesehatan kita dapat melakukan rutinitas setiap hari serta melakukan
ibadah dengan baik. karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti
keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
5
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan, Penerjemah Faizah Firdaus, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), h. 361
4
6
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), h. 10
7
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), h. 203
8
Adi Mulyadi, Langkah Sukses Menuju Indonesia Emas, (Depok: Pusat Profil
Muslim Indonesia, 2010), h. 81
5
9
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
7
10
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
11
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
PT Golden Terayon Press, 1994), h. 31
8
terutama tentang akhlak lingkungan serta perbaikan tingkah laku bagi anak
pemulung.12
Maka seorang penyuluh agama dalam kegiatan pembinaan akhlak pada
anak pemulung diperlukan bagi komunitas pemulung, karena para Pembina
dapat mengajak dan menganjurkan keluarga pemulung agar selalu berjalan
dalam kebaikan dan dapat melakukan kegiatan pembinaan akhlak lingkungan
bagi anak pemulung, agar terciptanya generasi cinta lingkungan. Seorang
pembina juga akan terus berusaha dalam menjalankan dakwahnya dalam
melakukan kegiatan pembinaan yang didasari dari rasa tanggung jawab dan
rasa keikhlasan demi terwujudnya kesadaran akan sikap peduli lingkungan
dan kemuliaan akhlak bagi anak pemulung.
Akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak
lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan
manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan
cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan
eksistensinya di dunia ini.13 Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya
dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.14
Pendidikan agama dewasa ini telah menjadi bagian penting dalam
mendidik anak, karena perkembangan teknologi yang semakin maju semakin
12
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung, tanggal
16 Maret 2020
13
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), cet-14, h. 131
14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), cet-14, h. 129
9
َ ض َّال ِذ ْي
ََّّع ِملُ ْواَّلَ َعل َُّﻬ ْم ِ ِ ِ ت َّاَي ِدىَّالن ِ
َ اس َّليُذيْ َق ُﻬ ْم َّبَ ْع ْ ْ َسب َ َّوالْبَ ْح ِﺮ َّب َماَّ َك
َ َّفى َّالْب ِﺮ
ِ اد ُس
َ ظَ َﻬ َﺮ َّالْ َف
َّ َّيَ ْﺮِجعُ ْو َن
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
perbuatan tangan manusia, maka Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagaian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).15
15
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2020), h. 326
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang msasalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah yakni dengan melihat fungsi yayasan sebagai tempat belajar bagi
anak-anak pemulung, tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja melainkan
juga ilmu agama yang salah satu tujuannya ialah untuk menambah ilmu,
menciptakan anak-anak yang berakhlak Islami tidak hanya sama Allah SWT,
manusia tetapi juga terhadap lingkungan (alam). Pembinaan akhlak peduli
lingkungan menjadi salah satu pembinaan yang dirasa mampu meningkatkan
rasa kepedulian anak-anak terhadap lingkungan, serta mau menjaga dan
melestarikan lingkungan dengan baik dan bijaksana.
C. Batasan Masalah
Penulis dalam hal ini akan membatasi masalah pada model pembinaan
akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung dimana banyak dari mereka
12
masih belum tahu bagaimana berakhlak yang baik dan dianjurkan dalam
Islam terhadap lingkungan dengan melakukan penyadaran atau memberi
informasi dengan terus berusaha mengajak untuk menyempurnakan agama
dengan upaya melakukan kegiatan pembinaan. Anak pemulung pekerjaanya
adalah mencari barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi, dan memilah-
milah barang bekas yang sudah dikumpulkan oleh orang tua mereka.
Kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan merupakan proses perubahan
perilaku yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain baik secara
langsung berupa ucapan, tindakan, bahasa-tubuh, dan lain-lain maupun tidak
langsung melalui kinerja dan atau hasil kerjanya. Dengan adanya model
pembinaan akhlak peduli lingkungan pada anak pemulung yang dilakukan
oleh para pembina diharapkan akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak Islami.
D. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana model pelaksanaan pembinaan akhlak peduli lingkungan pada
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus?
2. Apa faktor penghambat dan pendorong dalam model pembinaan akhlak
peduli lingkungan pada anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami
Lebak Bulus?
F. Penelitian Terdahulu
a. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Budaya
Sekolah Peduli Lingkungan” yang ditulis oleh Siti Zaenab, Nim
(2115010000002). Hasil dari penelitian tersebut adalah menyatakan
bahwa pendidikan Agama Islam berwawasan lingkungan yang ada di
SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dimana pembelajaran yang
dilakukan terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup, dalam
melakukan kegiatan juga diangkat isu-isu local sebagai materi
penunjang, penanaman ajaran Islam terkait dengan lingkungan
dilakukan melalui pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan
akal, keteladanan dan pembiasaan. Serta untuk mendukung kegiatan
tersebut sekolah membuat kebiijakan dengan melakukan perubahan
visi, misi, dan tujuan sekolah, peraturan-peraturan peduli lingkungan,
kegiatan-kegiatan peduli lingkungan, sarana dan prasarana peduli
lingkungan, menjalin kemitraan sekolah untuk mendukung kegiatan
adiwiyata, serta mengadakan kegiatan sosialisasi peduli lingkungan
pada orang tua, sekolah lain dan juga masyarakat sekitar. Dan peran
guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan budaya
sekolah peduli lingkungan adalah dengan pengintegrasian pendidikan
agama islam dengan pendidikan lingkungan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, keteladanan dan pembiasaan.
b. “Kebersihan Dan Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hadist”
yang ditulis oleh Bekti Rahmasari, Nim (1113034000002). Hasil dari
penelitian ini adalah bahwa konsep kesehatan dan kebersihan
lingkungan dalam hadist sama dengan konsep etika lingkungan
biosentrisme yaitu teori yang memandang setiap kehidupan dan
makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga sehingga manusia
memiliki kewajiban moral terhadap lingkungan. Oleh karena itu
15
G. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan startegi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisi data yang diperlukan guna menjawab permasalahan
yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan
16
data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan dapat digunakan
untuk mengungkapkan permasalahan yang diteliti.16
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif yaitu
penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generlisasi.17 Sedangkan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme, dilakukan pada kondisi objek yang
alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik analisis dan bersifat
indukti/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari pada
generalisasi.18
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.19 Oleh karena
itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas untuk
menganalisis, dan mengkonstruksi objek dengan jelas. Dalam hal ini, metode
penelitian yang penulis lakukan ialah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengenai pembinaan akhlak peduli lingkungan
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami JL. Lebak Bulus V No. 34
Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan
kurang lebih selama 4 bulan.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
16
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-33, Edisi Refisi, h. 4
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 14
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 15
19
Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet Ke-21, h. 4
17
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bina Aksara,
1989), h. 91
21
Juliansyah Noor, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet Ke-1, h. 155
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet Ke-9, h. 332-333
18
H. Sistematika Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman dan
mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Tahun 2017. Penulisan skripsi
23
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
LPSS, 1998), Cet Ket-1, h. 29
19
ini terbagi ke dalam enam bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub
bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metode dan objek penelitian, teknik analisis data dan
sistematika penulisan
BAB V PEMBAHASAN
Bab V merupakan pembahasan dan analisi data dari hasil
penelitian mengenai proses pembinaan akhlak peduli lingkungan
anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami diuraikan
20
BAB VI PENUTUP
Bab VI terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
terhadap pembahasan bab-bab sebelumnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang mempunyai awalan
“pem” dan akhiran “an”, kata “bina” itu sendiri mempunyai arti
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Setelah
ditambah awalan „pem” dan akhiran “an”, kata pembinaan mempunyai
arti 1. proses dan cara , 2. penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dna efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik dari sebelumnya.24 Adapun arti menurut
terminologis yaitu:
a. Pembinaan adalah upaya pengelolaan berupa merintis, melatih,
membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni
mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan
dan menggunakan segala dana dan upayan yang dimiliki.25
b. Pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang
berguna, mengarahkan akal lewat berbagai zikir serta menenangkan
juga menguatkan melalui intropeksi diri.26
Maka kesimpulan yang dapat penulis ambil mengenai definisi
pembinaan yaitu upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk
melatih, membiasakan dan memelihara serta mengembangkan
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Cet Ke-3, h. 152
25
BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 1994), h.
3
26
Majdi Al-Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gema Insasi Press, 1999), h.
138
21
22
27
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada. 2000), h. 158
28
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Garfindo
Persada, 2000), h. 159
23
29
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Yogyakarta:
Belukar, 2006), h. 61
24
َ فَاَ هْلََم َهافُ ُج هوَرَه َاوتَ هق َوَها قَ هداَفه لَ َح َم هن َزَّك َها َوقَ هد َخ
اب َم هن َد َّس َها
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwaa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”30
30
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2020), h. 476
31
Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 18
25
32
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 82-87
27
33
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), h. 276
34
Departeman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), h. 279
35
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Darus Sunnah,
2002), 472
28
B. Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan
hidup adalah semua benda dan daya seta kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Sementara itu,
menurut Otto Soemarwoto, lingkungan hidup diartikan sebagai ruang
yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak
hidup di dalamnya.
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu
organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor)
atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). 10 dari hal inilah
yang kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu a) biotik
: makhluk (organisme) hidup, b) abiotik: energi, bahan kimia, dan lain-
lain.36
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama,
jenis dan masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Kedua,
hubungan atau interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup itu. Ketiga,
kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Keempat, faktor non
materiil suhu, cahaya dan kebisingan.37 Keempat inilah yang menentukan
lingkungan akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Menciptakan
lingkungan yang harmonis merupakan sebuah kewajiban bagi manusia
untuk mewujudkan itu semua antara faktor lingkungan dan
lingkungannya haruslah seimbang. Dengan kepedulian terhadap
36
Agoes, Soegianto, Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2010), h. 1
37
Otto Soemarwono, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Bandung:
Djambatan, 1994), h. 53-54
29
38
H. Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam (Jilid 2), (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), Cet Ke-2, h. 130
30
َُّس َنَّاﷲ ِ
َ اَّواَ ْحس ْنَّ َك َماَّاَ ْح
َ ََّالدنْيُّ ك َِّم َن ِ َىكَّاﷲَّالداراﻻَ ِخﺮةََّوﻻَتَ ْنسَّن
َ َص ْيب َ َ َ َ ُ َ ََواَّبْتَ ِغَّف ْي َماَّاَت
ِ
ُّ ضَّاِنَّاﷲََّﻻَيُ ِح
بَّال ُْم ْف ِس ِدَّيْ ََّن ِ ادَّفِىَّاﻻَ ْر
َس ََّ اِلَْي
َ كَّ ََّوﻻَتَ ْب ِغَّالْ َف
39
https://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-77 diakses pada 21-1-2020 pukul 20.00 WIB
31
40
Bahri Ghazali, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), h. 2
32
41
http://ad-room.blogspot.com/2017/06/tafsir-surat-al-araf-56-58.html diakses pada
27 Februari 2020, Pukul 23.16 WIB
33
42
Bahri Ghazali, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), h. 20
43
https://tafsirweb.com/290-quran-surat-al-baqarah-ayat-30.html diakses pada 27
Februari 2020, Pukul 23.34 WIB
34
C. Gambaran Pemulung
1. Pengertian Anak Pemulung
Masa kanak-kanak adalah waktu untuk aktif mempelajari segala
sesuatu, mengetahui segala sesuatu, baik atau buruk, merupakan tugas
penting bagi orang tua untuk membantu dan membimbing mereka agar
tidak melakukan apa pun yang tidak terpuji. Selama periode inilah
individu menjadi rentan dan tidak berdaya, dan selalu bergantung pada
orang lain.
Anak, dalam uraian diatas digunakan “anak-anak” yang menunjuk
pada pengertian anak yang masih kanak-kanak. Masa kanak-kanak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira
tiga belas tahun untuk perempuan dan empat belas tahun untuk laki-laki.44
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia anak diartikan, 1)
keturunan, 2) manusia yang masih kecil.45
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak adalah
manusia yang masih kecil serta berketergantungan dengan orang lain
44
Elizabeth B, Hourlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Kehdiupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), edisi kelima, h. 108
45
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1992), cet ke-10, h. 37
35
diantara usia dua tahun hingga matang secara seksual, dan kira-kira usia
untuk perempuan sekitar tiga belas tahun dan empat belas tahun untuk
laki-laki.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari
kata “pulung” yang artinya mengumpulkan barang bekas (limbah) yang
terbuang (sampah) untuk dimanfaatkan sebagai barang produksi.
Sedangkan pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan
mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas (seperti
punting rokok) dengan menjualnya kepada pengusaha yang akan
mengolahnya kembali menjadi barang komoditas; orang yanag
46
memulung.
Oleh karena itu, anak pemulung merupakan manusia muda yang
tugasnya mencari dan mengumpulkan barang bekas untuk diolah,
kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang. Biasanya pemulung
mengumpulkan barang bekas, seperti botol plastik, seperti air mineral,
karton, karet, alumunium, dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa anak pemulung merupakan pengumpul produk sampah plastik.
2. Kehidupan Pemulung
Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang-
barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Dan paling banyak dari
pemulung adalah mencari barang bekas berbahan plastic seperti bekas
botol atau gelas air mineral. Barang bekas berbahan plastic paling banyak
mereka cari karena mungkin akan lebih mudah menjualnya kembali. Jadi
bisa dikatakan bahwa pemulung adalah pengumpul barang bekas plastic.
Hamper tiap hari kita melihat pemulung baik didepan rumah maupun
dijalanan, mereka dengan setia memungut sampah yang nantinya akan
46
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 906
36
dijual, ada cup air, botol-botol plastic, kardus bekas, dan sebagainya.
Pekerjaan pemulung tentunya ikut membersihka lingkungan dari sekitar
tempat tinggal maupun tempat beraktifitas kita.47
Tidak hanya itu, pekerjaan pemulung adalah pekerjaan yang
kreatif. Banyak dari kita tidak dapat menemukan pekerjaan di ibu kota,
dan pemulung dapat menciptakan pekerjaan untuk diri mereka sendiri
tanpa bergantung pada orang lain. Mereka menyadari bahwa berharap
mendapatkan pekerjaan di kantor itu naif karena latar belakang
pendidikan dan kurangnya keterampilan.
Mereka justru mengira banyak orang yang melupakan pekerjaan
mengumpulkan sampah. Mengumpulkan barang bekas dan menjualnya
serta menghasilkan uang adalah pekerjaan yang mudah, mereka yang
masih belum memiliki pekerjaan bisa memanfaatkannya, namun nyatanya
banyak orang yang tidak melakukannya karena merasa malu. Tidak hanya
itu, pekerjaan pemulung merupakan pekerjaan yang mulia, selain
mengumpulkan bahan sampah, secara tidak langsung membersihkan
lingkungan dari sampah, melestarikan lingkungan dan menjaga
keseimbangan alam dimana mereka berada.
Bisa dibayangkan betapa hancurnya suatu ekosistem bila sampah-
sampah yang tidak bisa diurai atau yang susah dihancurkan oleh bakteri
atau yang biasa disebut sampah anorganik tidak dipungut para pemulung.
Jadi, peran pemulung dalam menjaga lingkungan sebenarnya sangat
besar. Mereka membersihkan sampai yang menjadi pencemar
lingkungan.48
47
Annisa, “Kehidupan Pemulung”, artikel di akses pada tanggal 26 September 2020
melalui https://brainly.co.id/tugas/7199741
48
Kusmana Suryanto, “Rongsok” artikel diakses pada tanggal 26 September 2020
melalui http://www.danamon.co.id/contect_c.php?idCon=501
37
49
Indah Sundari, “Pemulung Adalah Penyelamat Lingkungan”, artikel diakses pada
tanggal 28 September 2020 melalui http://bingkai-bingkai.blogspot.com/2008/02/pemulung-
penyelamat-lingkungan-html
38
53
Hasil Pengamatan Penelitian Saat Mengunjungi Komunitas Pemulung di Lebak
Bulus, Tanggal 12 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
A. Profil Yayasan
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami
Media Amal Islami (MAI) adalah yayasan independen non
partisipan yang didirikan oleh aktivis dakwah bapak H. Aslih Ridwan,
MA. yang tinggal di jalan Lebak Bulus V No. 34, beliau lahir di Jakarta
tanggal 11 Juli 1967 serta memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam
bidang keagamaan yaitu SI Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan
melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ pada tahun 2009. Beliau mendirikan
yayasan MAI sejak tahun 1999, aktivitas dakwah beliau sudah tidak
diragukan lagi karena sudah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri
Yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat
Ulama) di Bens Radio, dan sebagai Ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan
Muslim Indonesia) serta sebagai Account Executive Majalah Aulia.
Yayasan Media Amal Islami didirikan sejak tahun 1999, SK
Mentri Hukum dan HAM RI No. AHU-AH.01.06-0014829 tahun 2019
dan Surat izin kegiatan yayasan No. 3506/F.3/31.74.06.1001/-
1.848/e/2019. Sebagai media dakwah yang memadukan antara dakwah bil
lisan dan dakwah bil haal dalam mengatasi problem ummat, terutama
kalangan bawah yaitu kaum dhuafa, anak yatim, anak jalanan dan
pemulung. Berawal dari keprihatinan dengan kehidupan dan lingkungan
pemulung, Yayasan Media Amal Islami akhirnya menghadirkan sebuah
asrama yatim dan dhuafa untuk para pemulung. Yayasan yang ada di
daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan ini fokus memberikan santunan dan
pendidikan kepada pemulung yang berada disekitar daerah tersebut.
40
41
54
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
55
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
42
56
AD /ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2019
44
B. Profil Pembimbing
1. Dzulfitri Sulaiman. S.Pd.I.
Bapak Dzulfitri Sulaiman lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1983,
beliau akrab dipanggilan dengan nama “Ustad Hafid” , beliau tinggal di Jalan
Kesadaran Pamulang No.20 Tangerang Selatan. Beliau menyelesaikan gelar
sarjana S1 di IAIN sekarang dikenal dengan Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, jurusan Pendidikan Agama Islam, lulus pada tahun 2010. Ustad
Hafid adalah sosok yang hangat dan sederhana terhadap masyarakat binaan di
yayasan. Keikutsertaannya dalam yayasan ini adalah keinginan untuk
mengaktualisasikan diri dan ilmu yang telah didapat agar bermanfaat dan
membantu kaum bawah untuk bias mendapatkan hak pendidikan, khususnya
pendidikan agama.
Beliau menjabat sebagai koordinator Yayasan Media Amal Islami
cabang Serang, selain itu beliau juga sebagai ketua bidang pendidikan yang
mengatur sistem pendidikan mulai dari narasumber, materi, jadwal kegiatan
hingga tujuan akhir yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Melihat kondisi
mayarakat disekitar yayasan membuat beliau prihatin kepada anak-anak,
remaja dan ibu-ibu Karena secara finansial untuk mendapatkan pendidikan
yang layak masih kurang. Beliau juga terlibat langsung dalam kegiatan
pembinaan agama dan akhlak tersebut.57 Sosok Ustad Hafid disenangi oleh
masyarakat binaan karena memiliki sifat yang humoris dan suka membantu,
selain itu sikap kepemimpinan yang juga terlihat dari beliau membuatnya
mampu bekerja sama dengan rekan-rekan serta terhadap kaum bawah dalam
memnuhi hak-haknya dalam bidang pendidikan.
2. Uswatun Khasanah
Ibu Uswatun Khasanah lahir di Tegal pada tanggal 17 Agustus 1994,
beliau tinggal di jalan Cipete Raya No.91 C Cipete Selatan, Jakarta Selatan.
57
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid, melalui telepon, tanggal 11 Agustus 2020.
47
Beliau merupakan salah satu tenaga pendidik di Yayasan Media Amal Islami
dari tahun 2018 sampai sekarang, selain sebagai pendidik beliau juga ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh yayasan. Beliau
menamatkan jenjang pendidikan D3 di Universitas BSI jurusan administrasi
bisnis tahun 2019. Selain itu beliau juga tergabung dalam organisani
BADARIS (Badan Dakwah Rohani Islam) sebagai anggota pendidikan dan
kaderisasi (PDK). Ustazah Uswa sangat peduli dengan permasalahan hidup
kaum bawah dalam hal ini adalah anak-anak pemulung, inilah yang
membuatnya merasa terpanggil dan mendedikasikan dirinya dalam
memberikan penerangan keagamaan kepada anak-anak dengan harapan
semoga anak-anak menjadi orang yang lebih baik, cita-citanya tercapai dan
dapat menyalurkan ilmu yang telah didapatkan.58
Pengalaman pertama saat mendidik anak-anak khususnya di yayasan
Media Amal Islami bisa dikatakan menarik, diwaktu akan dimulainya
pembinaan beberapa anak meminta hadiah sebagai imbalan bagi mereka
karena sudah mengikuti kegiatan. Kejadian itu membuat beliau merasa
prihatin dengan akhlak anak-anak, dan bertekad untuk mengubah pemikiran
mereka menjadi lebih baik serta mau mengikuti kegiatan pembinaan akhlak
dan agama dengan hati ikhlas, namun perlahan tapi pasti keyakinan bahwa
kegiatan ini akan menjadi input kebaikan bagi anak-anak dan lingkungan
sekitar dalam menanamkan kesadaran mereka untuk terus berada dalam
koridor islam.
C. Profil Pemulung
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung berasal dari kata
“pulung” yang artinya mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang
(sampah) untuk dimanfaatkan sebagai barang produksi. Sedangkan pemulung
58
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa, melalui telepon, tanggal 26 Agustus
2020
48
adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta
memanfaatkan barang bekas (seperti punting rokok) dengan menjualnya
kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang
komoditas; orang yanag memulung.59
Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori
sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat umum,
karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian besar
masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan semacam ini
secara otomatis akan membentuk strata dimana strata pemulung menempati
diri terbawah atau memiliki harga diri yang rendah.60 Seperti usaha di sector
formal, bisnis sampah juga memiliki mata rantai dan jaringan dari pemulung
sampai pengepul besar yang saling membutuhkan agar terwujudnya tujuan
bersama, yaitunya mengumpulkan uang. Masalah yang dialami oleh
pemulung yaitu, mereka merupakan strata paling bawah dari pelapak dan
pengepul besar. Misalkan mereka tidak bisa menentukan sendiri harga dari
setiap barang yang mereka kumpulkan, karena harga pastinya ditentukan oleh
pelapak.
Selanjutnya masalah yang juga sering dialami oleh pemulung yaitu
stigma negative dari lingkungan masyarakat. Hal inilah yang menjadi
kepedihan tersendiri bagi pemulung dalam menjalankan kehidupannya,
namun jika dilihat dari pekerjaannya bahwa pemulung bisa dikatakan sebagai
pahlawan kebersihan.
Sedangkan menurut Mudiyono, dkk dikutip Sutardji mengatakan
bahwa pemulung adalah orang yang mengumpulkan dan memproses sampah
59
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ketiga, h. 906
60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisiona,(Yogyakarta: 1992,) h. 140
49
di jalan jalan, sungai sungai, bak bak sampah, dan lokasi pembuangan akhir
sebagai komoditas pasar.61
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah
orang yang mengumpulkan barang-barang bekas dan menjualnya kepada
juragan atau pengepul, dan harga yang diberikan sesuai dengan harga
pengepul, sedangkan pemulung tidak bisa menentukan harga dari barang-
barang yang telah mereka kumpulkan.
Asumsi peneliti bahwa melihat keadaan pemulung yang masih
kekurangan, maka perlu bagi mereka adanya seorang yang mampu
membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran dalam
kehidupan yang dilakukan secara terus-menerus bahwa mempelajari ilmu
agama itu penting, sertas dalam proses belajar mengajar tersebut akan
menumbuhkan niat untuk melaksanakan nilai-nilai keagamaan yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi acuan hidup agar tetap
kuat dan semangat walau dalam keadaan apapun.
Mempelajari ilmu agama hendaknya dilakukan sejak masih dini agar
kedepannya mereka bisa mengerti yang baik dan buruk. Belajar ilmu agama
juga penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi
anak. Pendidikan tentang agama seperti berbakti kepada orang tua, dan selalu
menjaga lingkungan merupakan hal yang mendasar serta wajib diajarkan
kepada anak oleh orang tua, karena banyaknya kasus yang terjadi pada anak
karena pemerosotan moral dan akhlak.
Selanjutnya peneliti akan menjelaskan identitas pemulung yang
peneliti wawancarai:
61
Sutardji, Karakteristik Demografi Dan Sosial Ekonomi Pemulung, jurnal diakses
pada tanggal 15 Maret 2020 pukul 22.11 WIB dari file:///C:/Users/user/Downloads/98-140-
1-PB.pdf
50
1. Ibu Tumiyem
Ibu Tumiyem lahir pada tanggal 23 Maret 1965. Beliau memiliki tiga
orang anak yang mengikuti pembinaan di yayasan Media Amal Islami.
Anak ibu tumiyem bernama Wahid, Fatur dan Lastri. Selain anak-
anaknya aktif dalam mengikuti pembinaan akhlak di yayasan, ibu
Tumiyem juga ikut serta dalam kegiatan pengajian ibu-ibu sejak satu
tahun terakhir. Jenjang pendidikan ibu Tumiyem hanya sampai tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ibu Tumiyem adalah istri dari bapak
Toni dengan pekerjaan sebagai pemulung yang tinggal dilapak bapak
Neen. Keikutsertaan anak-anak ibu Tumiyem dalam mengikuti kegiatan
pembinaan akhlak dimulai saat melihat anak-anak tetangga rajin
mengikuti pembinaan di yayasan, serta melihat perubahan akhlak yang
baik dari anak-anak tersebut. Itulah alasan utama ibu Tumiyem
mengantarkan anaknya ke yayasan guna mendapatkan pembinaan akhlak
dan agama.62
2. Ibu Wutri
Ibu Wutri lahir pada tanggal 8 Juli 1989, berumur 31 tahun dan sudah
tinggal dilapak selama 6 tahun. Ibu Wutri memiliki 2 orang anak, satu
laki-laki dan satu perempuan bernama Amin dan Nurhasih yang sedang
mengikuti kegiatan belajar mengajar di tingkat tiga dan satu Sekolah
Dasar. Selain mengikuti kegiatan belajar di sekolah, ibu Wutri juga
mengharuskan anaknya untuk mengikuti pelajaran agama di yayasan,
Karena ilmu agama merupakan hal penting yang wajib diajarkan kepada
anak-anak sejak mereka dini. Ibu Wutri adalah istri dari bapak Sanudin.
Selain mengurus rumah tangga ibu Wutri juga sering kali ikut suami
untuk memulung, beliau berangkat setelah anak-anak pergi mengaji pukul
empat sore dan kembali ke rumah pukul sebelas malam. Perubahan yang
62
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem, tanggal 12 Maret 2020 pukul 14.00
51
63
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wutri, tanggal 13 Maret 2020 pukul 13.10
64
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erni, tanggal 16 Maret 2020, pukul 10.10
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
65
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar
Yayasan Media Amal Islami, tanggal 12 Maret 2020
52
53
66
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid, pada tanggal 11 Agustus 2020
54
67
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 11 Agustus 2020
68
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi komunitas pemulung Lebak Bulus,
pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
55
hanya dongeng semata. Membantu orang tua merupakan hal utama bagi
mereka dari pada belajar. Hal ini terjadi karena susahnya kehidupan dan
tuntutan kebutuhan. Berikut kutipan wawancara Ustad Hafid dengan peneliti.
“Mereka anak pemulung itu tidak memiliki banyak waktu ya,
karena kebiasaannya mereka membantu orang tuanya mulung atau
ikut narik sampah gitu. Jadi kita harus cari-cari waktu yang mereka
bisa gitu ya waktu senggangnya yaitu waktu itu malam kita baru
ajarkan pengajian dan melakukan pembinaan.”69
69
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 11 Agustus 2020
70
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 12 Agustus 2020
57
Islam untuk anak pertama di dunia. Didikan orang tua memiliki pengaruh
yang besar terhadap pembentukan karakter anak. Bagaimana cara orang tua
mendidik anaknya sejak dini dan membentuk karakternya di lingkungan
manapun.
Dalam Islam, kita harus berbuat baik kepada semua orang, manusia,
hewan dan lingkungan, karena semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Kita
sebagai manusia telah diberi keistimewaan yaitu akal, sehingga kita bisa
berpikir sebelum bertindak agar tidak ada yang dirugikan di kemudian hari.
Islam memberikan perhatian khusus pada lingkungan. Kita manusia harus
melindungi lingkungan tanpa menggunakan terlalu banyak keinginan. Islam
adalah agama yang sempurna, dan semua aktivitas diatur di dalamnya. Dari
bangun tidur hingga tertidur lagi. Tinggal Bagaimana cara
mempraktikkannya dengan benar dan bijaksana.
Melihat lingkungan berarti membiacarakan tempat tinggal. Tanpa
disadari, lingkungan semakin rusak akibat ulah pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Akibat kerusakan lingkungan tersebut, banyak bencana
telah terjadi, termasuk banjir dan penumpukan sampah yang membuat udara
tercemar. Ketika ini tetrjadi, emrupakan sebuauh ketidakadilan bagi ekologi.
Penggunaan lingkungan yang berlebihan merupakan perilaku yang tidak
terpuji (buruk). Karena manusia diperintahkan untuk melindungi,
melestarikan dan melindungi lingkungan itu sendiri. Jangan mengggunakan
hawa nafsu dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan. Berikut Berikut
kutipan wawancara Ustazah Uswa dengan peneliti.
“Lingkungan itu amanah ya, jadi bagaimana mereka
tergantung kita. Menjaga dengan baik atau sebaliknya. Sudah jadi
kewajiban bagi kita untuk merawat dan menjaganya karena itu juga
perintah dari Allah SWT.”71
71
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 17 Agustus 2020
58
72
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 17 Agustus 2020
73
Wawancara Pribadi dengan Diana pada Tanggal 17 Agustus 2020
60
74
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid tanggal 14 Agustus 2020
75
Khairul Umam dan H. A Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,
(Bandung: CV Pustaka SEtia, 1998), h. 76
61
76
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid tanggal 16 Agustus 2020
62
77
Wawancara Pribadi dengan Diana Pada Tanggal 17 Agustus 2020
78
Hasil Pengamatan Peneliti Saat Mengunjungi Komunitas Pemulung Lebak Bulus V,
23 Februari 2020
79
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 119
63
menjadi peran yang bermakna terhadap komunits tersebut.80 Dalam hal ini,
penyuluh dapat membantu anak pemulung meningkatkan rasa percaya diri
dan mengenal diri sendiri, serta membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi, sehingga dapat tercipta keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Membantu anak-anak pemulung mengakses informasi, sarana dan
infrastruktur untuk meningkatkan keterampilan pribadi mereka, memenuhi
kebutuhan mereka dan mengantisipasi masalah di masa depan.
Para Pembina menggunakan metode yang efektif dalam pembinaan
akhlak peduli lingkungan di Yayasan Media Amal Islami. Dalam pengamatan
peneliti, meskipun metode dakwah yang disampaikan oleh pembimbing
agama pada awalnya menemui kendala saat memulai, namun saat ini metode
tersebut sudaha diterima oleh anak-anak. Memberikan pembinaan tidak
hanya sebatas berbicara, tetapi harus bertindak sesuai dengan yang diajarkan.
Ini akan memudahkan anak untuk memahami segalanya. Metode yang
digunakan oleh para pembina antara lain metode dakwah bil-lisan, dakwah
bil-haal dan dakwah bil hikmah. Berikut hasil wawwancara peneliti dengan
narasumber.
“ Langkah kita dalam memberikan pembinaan selain bil lisan
kita juga menggunakan bil hal. Yaitu dengan bukti konkrit gitu ya,
misalkan mereka tidak mempunyai buku ya kita kasih buku, tidak ada
tas ya kita kasih. Pokoknya kita bantu sebisa kita. Dari situ mereka
akan melihat bahwa masih ada orang-orang yang mendengarkan
keluhan-keluhan mereka, membantu mereka, mengajari mereka. Dari
situ mereka mau kita ajak-ajak gitu, mengaji dan belajar tentunya.
Misalnya lagi kita menyuruh untuk sholat, yuk sholat tapi kitanya
sendiri tidak sholat atau tidak berjamaah gitu kan ya, mereka akan
bingung aja gitu, soalnya tidak ada tindakan yang real yang mereka
lihat. Seharusnya kan, ada omongan ada tindakan kan konsepnya
begitu. Nah, setelah mereka sudah mau untuk berubah nih, misalkan
sholat sudah rajin, mengaji juga sudah yang harus kita pikirkan
kedepanya mencukupi kebutuhan mereka, misalkan dengan sholat ya
80
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembanngunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI, 2002) , h. 209
64
kita kasih mukena, sarung, sajadah, nih sholat gitu. Jangan kita
tinggalkan begitu saja. Terus, selain metode yang itu, kita juga
menggunakan metode dakwah bil hikmah. Dengan bijaklah, jangan
terlalu berambisi dan terkesan memaksa mereka, pelan-pelan dan
perlahan. Karena kita, saya dan kamu juga tidak mau dipaksa-paksa
gitu kan. Makanya kita melakukannya dengan perlahan. Agar
nantinya mereka akan berubah dengan kemauan sendiri gitu, tidak
karena saya, kami atau yayasan ini. Merekakan kaum bawah yang
kurang pengetahuanlah gitu ya. Secara pendidikan mereka juga
masih dibawah rata-rata agama apalagi kan. Makanya mereka butuh
sosok figure yang mencontohkan kepada mereka, ohh ternyata umat
islam harus begini, misalkan sholatnya , cara berpakaiannya bagi
yang perempuan gimana laki-laki juga gimana gitu. Jangan kita
hanya bisa menyuruh sholat tapi kitanya tidak sholat, kita menyuruh
memakai jilbab tapi kitanya tidak berjilbab konsep itu tidak akan
diterima oleh mereka gitu. Jadi konsep yang diterima mereka konsep
sederhana gitu seperti metode pendekatan persuasive jadi mereka
akan merasa diorangkan gitu dan mengajaknya juga dengan cara-
cara yang baik, jangan memaksa, lakukan perlahan dan berikan
contohnya gitu.”81
81
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 20 Agustus 2020
65
82
Hasil Pengamatan Peneliti pada Komunitas Pemulung Lebak Bulus 17 Maret 2020
83
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 25 Agustus 2020
66
Selain kegiatan mejelis ta‟lim dan tafsir remaja, adapun kegiatan yang
dilakukan yaitu Forum Silaturrahmi dan Kajian Islam atau disebut dengan
FORSALAM. FORSALAM adalah suatu pengajian mingguan yang
dilakukan disalah satu rumah Jemaah secara bergantian. Topic yang
diberikan yaitu yang actual saat itu dan dikaji menurut ajaran Islam. Tidak
hanya itu, kegiatan lain juga dilakukan dalam pembinaan akhlak peduli
lingkungan pada anak pemulung yaitu Forum Malam Ahad (FORMALAD)
yaitu forum diskusi remaja yang diadakan setiap malam minggu. Dengan
tujuan untuk mengisi kekosongan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat
dari pada pergi keluar dan nongkrong dengan teman-temannya. Dalam
forum ini yang dibahas yaitu seputar trend dikalangan remaja, mulai dari cara
berpakaian, dan gaya hidup. Dalam forum ini bukan serta merta mengiyakan
apa saja yang dilakukan remaja pada umumnya, tetapi forum ini justru
membahas tentang apa yang menjadi trend dikalangan remaja dari sudut
pandang islam. Selain itu topic yang tidak ketinggalan mengenai peduli
84
Wawancara Dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 23 Agustus 2020
67
85
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 27 Agustus 2020
68
hikmah dan pendekatan persuasive pada akhlak, moral dan pendidikan. Jadi
berdakwah tidak hanya semata-mata mengadakan tablig akbar saja atau
dating ke masjid, tetapi juga bisa langsung masuk ke TKP dan bercakap-
cakap serta mendengarkan keluhan mad'u, yang sekaligus membantu dalam
berdakwah. Karena dakwah yang sesungguhnya menyampaikan kebenaran
dan memberikan solusi atas masalah yang terjadi.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Kegiatan Pembinaan
Akhlak Peduli Lingkungan
Dalam suatu kegiatan terdapat beberapa faktor penghambat dan faktor
pendorong yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Para pembina dari
Yayasan Media Amal Islami merasa mengalami faktor ini. Faktor pendorong
dijadikan sebagai semangat untuk melanjutkan dakwah, sedangkan faktor
penghambat digunakan untuk menilai kemampuan diri sendiri dan
melengkapi penilaian fasilitas dakwah yang diperlukan. Faktor pendukung
dari kegiatan ini adalah semangat para pembina yang tidak pernah kendur
dalam menyampaikan dakwah, meski sulit mendapatkan kepercayaan dari
mad'unya selama perjalanan ini. Kekompakan para pembina yang selalu solid
dalam memberikan pembinaan akhlak peduli lingkungan kepada anak-anak
pemulung. Selain itu, sarana dan prasarana yang memadai juga dapat
mendorong kelancaran proses pembinaan akhlak peduli lingkungan. Seperti
yang dikatakan oleh Ustad Hafid dalam wawancara dengan peneliti.
“Nah, Yayasan ini didirikan tujuannya itu untuk membantu
kaum bawah ya, kaum bawah disini lebih kita prioritaskan kepada
komunitas pemulung. Dan kami pengurus disini melakukan
pembinaan itu tidak sendiri sendiri gitu, tidak satu orang satu orang
tapi kita melakukannya dengan team kerja sama team. Karena jujur
ya kalau melakukannya itu sendiri sendiri saya rasa yayasan ini tidak
akan kayak gini gitu. Dengan kami melakukannya dengan bersama
sama atau team gitu ya, maka setiap kami mengalami suatu kondisi
yang bisa dibilang sulit kami akan melakukan evaluasi gitu.
Sedangkan buat sarananya kita juga tidak melupakan kebutuhan dari
69
mad‟u kita, karena perlu tempat permanen dan bebas dari banjir juga
agar mereka merasa aman dan nyaman. Sehingga dengan itu proses
pembinaan dan pembentukan akhlak aka berjalan dengan lancar.
Lantai 2 ini lebih kita gunakan untuk kelas-kelas selama kegiatan
pembinaan berlangsung, sedangkan lantai satu ini lebih untuk kita
melakukan sholat berjamaan dengan anak-anak, dan kegiatan
pengajian bersama ibu-ibu sekali minggu juga ada”.86
86
Wawancara Dengan Ustad Hafid Pada Tanggal 30 Agustus 2020
87
Wawancara Dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 26 Agustus 2020
70
88
Wawancara dengan Ustad Hafid tanggal 30 Agustus 2020
89
Wawancara dengan Ustazah Uswa Pada Tanggal 28 Agustus 2020
71
90
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak usia Pra Sekolah, (Yogyakarta:
Belukar, 2006), h. 54
91
Selly Sylviyanah, Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar, Jurnal Tarbawi 1,
No 13, (2012): 203
72
73
92
Mangunhadjana, Pembinaan, Arti, dan Metodenya, (Yogyakarta: Kanimus, 1986),
h. 17
93
Atna Mutsla, Manajemen Pembinaan Akhlak Narapidana di Rumah Tahanan
(Rutan) Kelas II B Boyolali, (Tesis, IAIN Surakarta, 2018), h. 28
94
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2008), h. 218
74
oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan baik terhadap Tuhan,
sesama manusia, atau diri sendiri.95
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup
ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan.
Akhlak islami mencakup berbagai aspek dimulai dari, akhlak terhadap Allah
SWT, hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan-hewan yang tak bernyawa).
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai Khalik. Quraish Shihab menyatakan bahwa tolak ukur berakhlak
terhadap Allah adalah terwujud ke dalam bentuk pengakuan dan
kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat terpuji,
demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
mampu menjangkau hakikat-Nya. Berkanaan dengan akhlak terhadap
Allah dilakukan dengan banyak memuji-Nya, dilanjutkan dengan
senantiasa bertawakal kepada Allah yakni menjadikan Tuhan sebagai
satu-satunya yang menguasai diri manusia.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini
bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta dengan alasan yang
tidak benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati degan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau
95
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2018),
h. 13
75
96
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2015), h. 126-129
76
97
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 1 September 2020
98
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem pada tanggal 12 Maret 2020
77
99
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 4 September 2020
100
Wawancara pribadi dengan Diana pada tanggal 1 Agustus 2020
78
101
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 6 September 2020
79
102
Wawancara dengan Ustad Hafid pada tanggal 3 September 2020
103
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 57
80
104
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 100
105
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 30
106
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 31
107
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf, (Jakarta: Bulan BIntang,
1975), h. 35
108
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 93
81
110
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hafid pada tanggal 7 September 2020
111
Wawancara Pribadi dengan Ustazah Uswa pada tanggal 9 September 2020
84
Tidak jauh berbeda, Ibu Erni juga mengatakan hal yang sama
sebagai berikut,
“kami sebagai orang tua meras terbantulah dengan
adanya yayasan MAI disini, membantu kami, anak-anak dapat
112
Wawancara Pribadi dengan Ibu Wutri pada tanggal 13 Maret 2020
113
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tumiyem pada tanggal 12 Maret 2020
85
belajar ilmu agama disana dan kami juga bisa belajar disana
setiap adanya pengajian ibu-ibu. Perubahan yang saya
rasakan itu banyak ya kak, misalnya anak saya sudah bisa
mulai biasa mengucapkan salam saat datang ke rumah atau
mau pergi jugua begitu, dia tidak lupa juga mencium tangan
saya kak. Dan mengaji sekarang sudah lancar, rajin sholat
kalau disuruh-suruh juga sudah mau sekarang, tidak banyak
alasan lagi gitulah kak.114
Tidak hanya itu, selain para orang tua dan penyuluh agama,
ternyata anak-anak yang belajar di Yayasan Media Amal Islami juga
merasakan perubahan pada diri mereka, seperti yang dikatakan diatas
oleh saudari Diana salah satu murid di yayasan sebagai berikut.
“Belajar nya enak seru kak, kakaknya baik, ramah
juga dapat ilmu bermanfaat ilmu agama. Kita belajar tentang
akhlak gitu kak, baik buruknya jadi kita tahu dan nambah
ilmu juga. Sebelum saya belajar di MAI itu saya suka ngak
pakai kerudung trus main masih pakai celana, sekarang udah
pake kerudung kalau keluar sama pake rok kalau main kak.
Dulu juga kalo misalkan tempat sampahnya jauh aku buang
sembarangan aja kak, tapi sekarang udah ngak”115
114
Wawancara Pribadi dengan Ibu Erni pada tanggal 16 Maret 2020
115
Wawancara Pribadi dengan Diana pada tanggal 1 Agustus 2020
86
B. Analisi SWOT
Tujuan utama dari analisis SWOT adalah untuk menentukan strategi
yang konsisten. Dan untuk menemukan aspek penting seperti kelemahan,
kekuatan, peluang, dan ancaman terhadap lembaga atau yayasan. Dengan
cara ini, peluang untuk memperbaiki kesalahan / cacat program dapat
terwujud. Analisi SWOT disini menyelesaikan dan mencocokan sumberdaya
dan kemampuan yayasan dalam melakukan pembinaan akhlak peduli
lingkungan kepada anak-anak pemulung.
Analisis SWOT
Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weakness)
1. Sikap para pembina yang tidak 1. Kesulitan dalam mengatur
pernah menyerah waktu pembinaan karena
2. Terjalinnya kerja sama (team) anak-anak banyak yang
yang baik sesama pembina bekerja
agama 2. Tidak adanya control
3. Sarana dan prasarana yang setiap waktu dari pembina
mendukung terhadap perkembangan
anak
3. Tidak adanya standarisasi
bagi pembina dalam
melakukan pembinaan
C. Pemilihan Strategi
Pemilihan strategi ini merupakan bentuk tujuan untuk menentukan
strategi yang dapat dijalankan oleh yayasan serta strategi mana yang menjadi
prioritas untuk dilaksanakan dengan tujuan pengembangan kegiatan
pembinaan akhlak peduli lingkungan. Strategi yang bisa dijalankan oleh
Yayasan Media Amal Islami secara berurutan:
a. Meningkatkan dukungan masyarakat dengan menyediakan fasilitas yang
cukup serta memadai dalam melakukan kegiatan pembinaan.
b. Menentukan standarisasi pembina dalam melakukan kegiatan pembinaan
agar setiap materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak-anak
pemulung dengan baik.
c. Meningkatkan kerjasama dengan investor agar dapat mendanai kegiatan
pembinaan serta meningkatkan kegiatan tersebut
d. Meningkatkan penyampaian materi agar lebih menarik dan membuat
anak-anak antusias dalam mengikuti kegiatan pembinaan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai “Model
Pembinaan Akhlak Peduli Lingkungan Pada Anak Pemulung di Yayasan
Media Amal Islami Lebak Bulus V” maka dapat disimpilkan sebagai berikut.
Ketika para pembina menyadari bahwa anak pemulung belum
memahami pentingnya berperilaku baik bagi lingkungan, maka muncul
kegiatan pembinaan akhlak peduli lingkungan. Pembinaan dilakukan dengan
mengadakan forum diskusi yang materinya berkaitan dengan trend
masyarakat dari segi Islam, dan tidak ketinggalan mengenai cara berakhlak
kepada lingkungan, yang diharapkan dapat menarik minat anak pemulung
untuk mengikuti kegiatan pembinaan tersebut. Dalam melakukan pembinaan
para pembina menggunakan metode dakwah bil-lisan, dakwah bil-haal,
dakwah bil-hikmah dan tidak lupa memberikan solusi dari masalah yang
mereka hadapi. Faktor pendorong dalam pembinaan akhlak lingkungan ini
yaitu pembina tidak menyerah dalam melakukan dakwahnya, kerjasama
yang baik antara para pembina, dan adanya sarana dan prasarana yang
mendukung untuk menunjang dalam kegiatan pembinaan akhlak lingkungan.
Faktor penghambat dalam kegiatan pembinaan akhlak lingkungan terbagi
menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu kesulitan dalam mengatur waktu pembinaan antara pembina dan anak-
anak pemulung, tidak adanya control setiap saat dari pembina terhadap
perkembangan anak, dan tidak adanya standarisasi pembina dalam
melakukan pembinaan. Faktor eksternal yaitu adanya pihak nonmuslim yang
mencoba melakukan kristenisasi dan kesulitan mendapatkan investor tetap
dalam mendanai setiap kegiatan pembinaan.
72
90
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini menjadi gambaran yang nyata bahwa
pembinaan akhlak lingkungan itu sangat penting untuk anak-anak pemulung,
karena banyak diantara mereka yang tidak mengerti dengan baik bagaimana
seharusnya menjaga lingkungan menurut Islam. Hasil dari penelitian
diharapkan dapat menjadikan para pembin, khususnya mahasiswa Bimbingan
Penyuluhan Islam dapat menjalankan peran sebagai pembimbing agama
dengan sebaik-baiknya dan memberi manfaat bagi banyak orang. Penelitian
ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai penginformasian bagi Yayasan Media
Amal Islami dalam mengadakan kegiatan pembinaan yang semakin baik.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti akan memberikan saran
perbaikan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu:
1. Saran bagi Pihak Yayasan Media Amal Islami pembinaan akhlak
lingkungan yang diberikan kepada anak-anak pemulung baiknya lebih
ditingkatkan lagi atau dengan menggunakan metode yang lebih menarik.
Kemudian waktu pembinaan lebih ditambah lagi serta melakukan
evaluasi pada saat pelaksanaan program untuk melihat mengukur
keberhasilan dari program tersebut.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya, dalam hal ini peneliti menyadari bahwa
apa yang peneliti peroleh belumlah sempurna, masih ada beberapa hal
yang belum sempat peneliti teliti lebih dalam. Untuk peneliti selanjutnya
baiknya untuk lebih menambah jumlah informan lagi. Olek karena itu,
diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menggugah minat bagi
peneliti selanjutnya untuk dapat dikaji lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi Isbandi, Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Amin, Ahmad. 1975. Ethika (Ilmu Akhlak) terj. Farid Ma‟ruf. Jakarta: Bulan
Bintang.
Aminuddin, H. dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam (Jilid 2). Jakarta: Bumi
Aksara. Cet Ke-2.
91
92
Ismail Asep, Umar dkk. 2005. Tasawuf. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mulyadi, Adi. 2010 Langkah Sukses Menuju Indonesia Emas. Depok: Pusat
Profil Muslim Indonesia.
ARTIKEL
http://dakwahkesehataniu.blogspot.com/2016/02/ayat-al-quran-dan-hadits-
tentang.html
http://ad-room.blogspot.com/2017/06/tafsir-surat-al-araf-56-58.html
https://tafsirweb.com/290-quran-surat-al-baqarah-ayat-30.html
Ayu,Adriyani.https://www.kompasiana.com/penacoklat/5500bb52a33311187
0511c2c/pemulung-sisi-gelap-dunia-pendidikan-indonesia
Sutardji. file:///C:/Users/user/Downloads/98-140-1-PB.pdf
Hasil Wawancara dengan Ustad Dzulfitri Sulaiman (Hafid)