Anda di halaman 1dari 150

METODE BIMBINGAN AGAMA

DALAM PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK JALANAN


DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI JAKARTA SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:
Eneng Fani Oktaviani
NIM: 1113052000048

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
ABSTRAK

Eneng Fani Oktaviani, NIM: 1113052000048, Metode Bimbingan Agama


Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan, di bawah bimbingan M. Jufri Halim, M. Si.

Anak jalanan adalah seorang anak yang memiliki masalah sosial dalam
kehidupannya. Masalah sosial terjadi ketika status sosial seseorang terganggu dan
fungsi sosial tidak berjalan dengan baik serta hal ini berkaitan dengan peran yang
hilang atau malah dihilangkan. Dikarenakan menjadi anak jalanan mereka telah
kehilangan hak-haknya, seperti hak untuk hidup layak seperti anak-anak lain pada
umumnya. Dimana pada masa itu seharusnya mereka mendapatkan pendidikan,
pengajaran dan pengetahuan agama tetapi keadaan malah sebaliknya, disatu sisi
mereka harus mencari nafkah demi mendapatkan penghasilan agar membuat
mereka bertahan hidup serta menopang kehidupan keluarga. Namun disisi lain
hak-hak mereka sebagai seorang anak terampas. Kehidupan mereka masih
membutuhkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Maka dari
itu, perlu adanya bimbingan agama dan pemberdayaan kemandirian bagi anak-
anak jalanan agar mereka dapat menjadi seorang anak yang mandiri.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode
bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan
secara singkat hasil penelitian tersebut. Karakteristik dan tahapan-tahapan
kemandirian terhadap anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi merupakan
upaya dalam memberdayakan anak binaan agar memiliki kemandirian dengan
difasilitasi beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan, bidang
keagamaan dan bidang keterampilan. Metode Bimbingan Agama yang digunakan
di Yayasan Bina Anak Pertiwi dilakukan dengan dua metode yaitu individual dan
kelompok. Bimbingan Agama melalui metode individual pendekatan dilakukan
dengan home visit. Sedangkan Bimbingan Agama melalui metode kelompok
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, cerita (kisah), keteladanan dan
wawancara. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan
diawali dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program
keseharian dan program memimpin program yang terdapat di yayasan. Pada
keberdayaan merupakan faktor pembentukan kemandirian yang berisi tentang
ajaran agama (materi), pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas yang ada di
yayasan. Terakhir ada mandiri yang berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta
kesepakatan bersama

Kata Kunci: Metode, Bimbingan Agama, Kemandirian, Anak Jalanan.

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT., Tuhan


Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tanpa limpahan karunia-Nya tak
mungkin penulis bias mengenyam pendidikan sampai Strata Satu (S1). Shalawat
serta salam penulis curah limpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta pengikut pengikut beliau sampai akhir
zaman.

Dengan selesainya skripsi ini, merupakan suatu kebanggan yang tak


terhingga bagi penulis meskipun dalam penyelesaiannya selalu mendapat
rintangan-rintangan, baik dari diri sendiri maupun dari luar, namun berkat kasih
sayang-Nya, rintangan-rintangan tersebut dapat diatasi dengan kesabaran. Dan
juga tak lupa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril ataupun materil yang
tak bias penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti, SE. M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. M. Jufri Halim, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan
tenaga, waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan motivasi
kepada penulis dalam penyusunan skripsi sehingga akhirnya dapat
terselesaikannya skripsi ini.
4. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik Kelas B Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2013.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan khususnya
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, yang membuat wawasan penulis
lebih terbuka lagi.
6. Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim dan Ibunda
Eroh Munawaroh serta Adik-adikku tersayang Gita Andestiana Meirizka dan
Firnaz Aidil Fitra yang tiada henti selalu memberikan motivasi, support serta
ii
do’a, baik materi maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih sedalam-dalamnya lubuk hati kepada Mama dan Apak yang telah
melahirkan, tiada henti-hentinya merawat, membesarkan, membiayai serta
mendidik kebutuhan kami sejak kecil sampai saat ini. “Pak..Mah..saat ini
hanya inilah yang dapat kupersembahkan.”
7. Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi, khususnya Mas Ali Santoso, Ustadz
Baihakki, Bang Kipli, Bang Ari, De Ira, teman-teman serta anak-anak binaan
di Yayasan. Terima kasih telah memberikan izin melakukan penelitian dan
memberikan data-data yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat “The Damsel-Boys” yang selalu mengisi hari-hari penulis,
yaitu diantaranya Ima, Uwok, Sarah, Aida, Petong, Rahma, Putri, Mina, Irma,
Arif, Aldi, Yuda, Ciong, Novan dan Agung. Terima kasih telah memberikan
motivasi dan semangat.
9. Teman-teman seperjuanganku di kelas yang telah memberikan dorongan,
motivasi serta semangat yaitu Nita, Isna, Kiki, Wira, Tiara dan teman-teman
seperjuangan BPI angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-
persatu.
10. Teman-teman Kost’an “Markaz Al-Hamra” yang telah memberikan semangat
yaitu Linda, Gita, Roza, Ela, Hilda, Ria, Saly dan Nisa.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu,


penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan dan
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri, semoga semua
bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan
pahala yang setimpal dari-Nya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 11 April 2018


Penulis,

Eneng Fani Oktaviani

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 5
1. Pembatasan Masalah...................................................... 5
2. Perumusan Masalah ....................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 6
1. Tujuan Penelitian ........................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
D. Metodologi Penelitian.......................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka.......................................................................11
F. Sistematika Penulisan...............................................................13

BAB II KAJIAN TEORI


A. Pengertian Metode....................................................................15
B. Bimbingan Agama....................................................................16
1. Pengertian Bimbingan Agama............................................16
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama...............................19
3. Metode Bimbingan Agama.................................................22
C. Kemandirian..............................................................................24
1. PengertianKemandirian........................................................24
2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian...........................28
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian................30
D. Anak Jalanan.............................................................................31
1. Pengertian Anak Jalanan......................................................31
2. Faktor Penyebab Anak Turun Ke Jalan................................33
3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan.............................35
iv
4. Pemberdayaan Anak Jalanan................................................37
5. Tahapan Pemberdayaan........................................................38
BAB III GAMBARAN YAYASAN BINA ANAK
PERTIWI JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Berdirinya.....................................................................40
B. Visi dan Misi.............................................................................43
C. Tujuan.......................................................................................43
D. Program Kegiatan.....................................................................43
E. Rekrutmen Warga Binaan.........................................................44
F. Fasilitas dan Sarana Prasarana..................................................45
G. Struktur Organisasi...................................................................46
H. Mekanisme Kerja......................................................................48

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA


A. Data Informan...........................................................................50
1. Informan Pengurus di Yayasan Bina Anak Pertiwi..............50
2. Informan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi . 51
B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan
Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi.......................................................................................53
C. Karakteristik dan Tahapan-tahapan Pembentukan
Kemandirian Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi.......................................................................................65
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................87
B. Saran.........................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................90

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fasilitas dan Sarana Prasarana..................................................................45

Tabel 2 Mekanisme Kerja.....................................................................................48


Tabel 3 Metode Bimbingan Agama......................................................................54
Tabel 4 Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian..........................................66

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Susunan Personalia Yayasan................................................................46

Gambar 2 Susunan Personalia Rumah Singgah....................................................47

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan anak jalanan masih menjadi salah satu masalah yang
belum terselesaikan di Indonesia. Fenomena anak jalanan ini, selain dampak
dikarenakan derasnya arus urbanisasi dan perkembangan lingkungan
perkotaan yang menawarkan mimpi kepada masyarakat, terutama masyarakat
miskin. Permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat miskin semakin
miskin dan serba kekurangan, maka masyarakat itu sendiri jauh untuk bisa
sejahtera bahkan untuk mandiri. Fenomena masalah ekonomi yang
mengakibatkan sebagian besar masyarakat hidup tanpa kesejahteraan dan
mandiri di antaranya adalah pengangguran, hidup miskin, dan semakin
banyaknya anak jalanan.
Kehadiran anak-anak jalanan adalah sesuatu yang dilematis, di satu sisi
mereka mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan yang membuat mereka
bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarga. Namun di sisi lain hak-hak
mereka sebagai seorang anak terampas. Tidak hanya itu saja, merekapun
terancam mengalami berbagai kekerasan dan terkena konflik hukum. Tubuh
kecil mereka masih membutuhkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan
perkembangannya.
Anak jalanan yang selama ini menjadi fenomena sosial yang muncul
sebagai akibat kesalahan manajemen perkembangan nasional. Kehadiran anak
jalanan yang semakin besar jumlahnya dirasakan tentu saja semakin
mencemaskan karena mereka adalah aset bangsa yang terabaikan yang berasal
dari desa maupun dari kota lain, hidup mereka susah, tercampakkan oleh
situasi, sehingga tak berdaya yang bermimpi menjadi manusia walau
terdampar di perkotaan yang selama ini dikenal sebagai pusat pertumbuhan
nasional.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan
sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
2

pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang “masalah” bagi
banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap
nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.1
Rasulullah sangat memperhatikan pertumbuhan potensi anak, baik
dibidang sosial maupun ekonomi. Beliau membangun sifat percaya diri dan
mandiri pada anak, agar ia bisa bergaul dengan berbagai unsur masyarakat
yang selaras dengan kepribadiannya. Dengan demikian, ia mengambil manfaat
dari pengalamannya, menambah kepercayaan pada dirinya, sehingga hidupnya
menjadi bersemangat dan keberaniannya bertambah. Dia tidak manja, dan
kedewasaan menjadi ciri khasnya.2
Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang diperbuatnya di dunia. Firman Allah yang
termaktub dalam Al-Quran surat Al-Muddassir ayat 38 menyebutkan:
K˚‫َبت رهينَة‬K‫كل َن ْفس ما كس‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang


diperbuatnya”.(QS. Al-Muddassir: 38).3

Selanjutnya dalam surat Al-Mukminun ayat 62 disebutkan:

‫ُي ظمىن‬
ْ ‫ق ِبا‬ ‫ِإ وسعه ولَ َد كت ب‬ َ‫و ََل ن ك ن‬
‫ْلحق م َل ل‬ ‫ا ْيَنا ا نط‬ ‫اَل‬ ‫ل ْف‬
ُ‫وه‬ ‫سا‬ ‫ّ ف‬

“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut


kesanggupannya, dan pada sisi kami ada kitab yang berbicara
benar, dan mereka telah dianiaya”.(QS. Al-Mukminun: 62).4

Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa individu tidak akan mendapatkan


suatu beban diatas kemampuannya sendiri tetapi Allah Maha Tahu dengan
tidak memberi beban individu melebihi batas kemampuan individu itu sendiri.
Karena itu individu dituntut untuk mandiri dalam menyelesaikan persoalan dan

1
Dodi Parial, Permasalahan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan -anak-jalanan-dan.html.
2
Jamal Abdurrahman, Cara Nabi Menyiapkan Generasi, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri
Sejahtera, 2006), h. 212.
3
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:
Duta Ilmu Surabaya, 2005), h. 851.
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 481.
3

pekerjaannya tanpa banyak tergantung pada orang lain. Abdullah menuturkan


beberapa contoh tentang inti pandangan Islam terhadap pendidikan anak
dengan didukung oleh berbagai bukti dan argumentasi. Beliau mengatakan
bahwa kemandirian dan kebebasan merupakan dua unsur yang menciptakan
generasi muda yang mandiri.5
Memberikan motivasi dan pembinaan sesuai dengan kebutuhan anak
jalanan bukanlah hal yang gampang tetapi juga bukanlah hal yang sulit.
Biasanya anak jalanan terpaksa turun ke jalan karena himpitan ekonomi
keluarga atau aliensi lingkungan sosial sehingga perlu dilakukan pendekatan
psikologis karena mereka sudah melupakan aspek dasar kehidupan sosial yang
sarat dengan norma dan kebiasaan masyarakt disekitarnya. Disisi lain mereka
perlu diberikan bekal keterampilan yang benar-benar bisa digunakan untuk
berwiraswasta. Sedangkan bagi yang turun ke jalan karena masalah keluarga
dan ikut-ikutan teman, dilakukan pendekatan secara mental spiritual agar bisa
menjadi pribadi yang kuat, apalagi yang terpapar kasus narkoba.6

Bagi anak jalanan yang masih termasuk usia sekolah harus


dikembalikan ke sekolah dengan pembebasan biaya sekolah. Namun anak
jalanan juga tetap diberi pembinaan agar memiliki keahlian untuk
berwiraswasta. Maka perlu peningkatan sarana dan prasarana yang memadai
untuk menjunjung kebijakan penanganan masalah anak jalanan. Perlu
diberikan modal kerja awal, dan dilakukan pendampingan agar usaha yang
dirintis bisa berhasil.7 Tujuannya anak jalanan bisa memiliki cara hidup sehat
dan mandiri, meninggalkan kehidupan jalanan dan kembali ke keluarga,
pesantren, rumah singgah, melakukan alih kerja, ke pekerjaan yang lebih baik
dari pada jalanan, anak harus tetap sekolah walaupun berada di jalanan, dan
mengurangi resiko keadaan yang dijalami anak selama berada di jalanan.8

5
l-Husaini Abdul Majid Hasyim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1994), h. 79.
6
Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.
7
Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.
8
Aswandi Nopyan, Model Pembelajaran Program Kolaboratif Kemandirian Anak
Jalanan di Rumah Singgah, (Bandung: UPI, 2007), h. 1.
4

Dalam suatu hadits diriwayatkan oleh Bukhari, sebagai berikut9:


Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu „anhu, ia
berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian
membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang
diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup
kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain,
baik mereka memberi atau tidak”. (HR Bukhari, no. 1471).

Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW


menganjurkan umatnya supaya berusaha memenuhi hajat hidupnya dengan
jalan apapun menurut kemampuan, asal jalan yang ditempuh itu halal.
Berusaha dengan bekerja kasar, seperti mengambil kayu bakar di hutan itu
lebih terhormat daripada meminta-minta dan menggantungkan diri kepada
orang lain. Begitulah didikan dan arahan Rasulullah SAW untuk menjadikan
umatnya sebagai insan-insan yang terhormat dan mandiri, dan bukan umat
yang lemah lagi pemalas.
Yayasan Bina Anak Pertiwi atau biasa disebut juga Rumah Singgah
Anak Jalanan merupakan sebagai pusat pembinaan anak jalanan atau terlantar.
Melalui rumah singgah ini, anak jalanan dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan terutama dengan dibekalinya keterampilan yang dapat
mengembangkan diri anak tersebut, baik dari segi jasmani dan rohani seperti
ilmu pengetahuan, kreativitas, wirausaha dan akhlakul karimah. Rumah
singgah dapat membentuk pribadi anak jalanan menjadi anak yang mandiri
dengan ajaran bimbingan agama. Rumah Singgah ini memiliki program-
program kegiatan yang dapat membuat anak jalanan memperoleh ilmu
pengetahuan dan ajaran agama sehingga menjadi insan yang mandiri dan
memiliki masa depan yang cerah. Adapun bentuk kegiatan dari keterampilan
tersebut diantaranya keterampilan musik, bela diri, kerajinan tangan, seni
lukis, futsal dan lain sebagainya.
Selain itu, anak-anak jalanan akan dibimbing dan didik agar kehidupan
mereka mendapatkan hak yang sama. Mereka akan dibekali pula dengan
berbagai kegiatan keagamaan agar mereka tidak hanya dapat mandiri namun

9
Hendri Aprilianto, Membangun Sikap Mandiri dan Enterpreneurship, Artikel diakses
pada 18 Mei 2017 dari http://www.kompasiana.com/hendriaprilianto/membangun-sikap-mandiri-
dan-wawasan-entrepreneurship_54ff6cc8a333111f4b510267.
5

juga memiliki sikap religius sehingga dapat dibawa dan diterapkan di


kehidupan masa depan. Dengan begitu anak jalanan dapat belajar dari
kehidupan di dunia hingga ajaran agama Islam.
Yayasan Bina Anak Pertiwi sebagai tempat yang memberi arti penting
dalam membimbing proses pembentukan kemandirian anak jalanan karena
disini pembelajaran dengan memberikan pelatihan keterampilan. Dalam
yayasan ini, anak-anak jalanan sudah dididik dan diarahkan serta dibina
sedemikian rupa sesuai ajaran agama Islam agar terbentuk perilaku mandiri
dan berakhlak mulia. Dengan demikian dalam menjalani kehidupan generasi
selanjutnya akan terbiasa di lingkungan dengan kemandirian yang baik.
Ajaran agama yang dibina di yayasan menjadikan bekal untuk mereka
terapkan di dunia maupun di yaumul akhir.

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul ketertarikan penulis


mengambil judul penelitian adalah: “Metode Bimbingan Agama Dalam
Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan Di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada latar
belakang masalah di atas, penulis membatasi masalah yang akan diteliti
untuk lebih terarah yaitu hanya mengenai karakteristik dan tahapan-
tahapan pembentukan kemandirian pada anak jalanan, serta metode
bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di
Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahannya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa saja metode bimbingan agama yang digunakan dalam proses
pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan?
6

b. Bagaimana karakteristik dan tahapan-tahapan pembentukan


kemandirian pada anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta
Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui metode bimbingan agama apa saja yang digunakan
dalam proses pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui karakteristik kemandirian anak jalanan dan tahapan-
tahapan pembentukan kemandirian pada anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
1) Untuk pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini
dapat menjadi tambahan referensi dan meningkatkan wawasan
akademik dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Yayasan
Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan dalam merancang dan
memperbaiki program dan pelayanan yang sedang berjalan untuk
kedepan yang lebih baik.
b. Manfaat Praktis
1) Menginformasikan tentang metode bimbingan agama dalam
pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan.
2) Penelitian ini juga sebagai bahan pembelajaran dalam proses
perkembangan kemandirian bagi anak, khususnya anak jalanan.
3) Penelitian ini juga memberikan pemahaman dan masukan untuk
penelitian-penelitian lebih lanjut dan juga praktisi di lembaga.
7

D. Metodologi Penelitian
Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metodologi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan yang beralamat lengkap di Jl. Bacang No. 46 RT. 04/ RW.
01 Jati Padang Pasar Minggu, Kebagusan, Jakarta Selatan 12540. Adapun
kegiatan dalam penelitian yaitu pada bulan Juli sampai November 2017.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian
sebagai informan adalah nara sumber yang dapat memberikan
informasi yaitu sebanyak enam orang yang terdiri dari satu ketua
yayasan, satu pembimbing agama, satu orang pembina atau pengajar
dan tiga orang anak binaan yang berada di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan.
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah bagaimana
metode bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak
jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.
3. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak
Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan”. Yaitu
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10
Gay (1976) berpendapat bahwa metode penelitian deskriptif
sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji

10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4.
8

hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada


waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.11 Adapun
menurut Mardalis (1995), penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat
upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.12
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data
dapat diperoleh. Sumber data terdiri dari dua macam yaitu data primer dan
data sekunder.13 Untuk menetapkan sumber data, penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan
(dikumpulkan).
Untuk data primer penulis menghimpunnya dari nara sumber yang
dapat memberikan informasi yaitu para pengurus Yayasan Bina Anak
Pertiwi yang disajikan sebagai subjek penelitian, kemudian data sekunder
didapatkan dari beberapa anak binaan yang mengetahui dan mendapatkan
bimbingan agama di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Selain itu, penulis juga
mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur yang
berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun.
5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample bertujuan
(pupossive sample).14 Dalam menentukan subjek penelitian ini peneliti
memilih para informan yang menurut peneliti dapat memberikan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dalam mencari data, peneliti mewawancarai Ketua Yayasan yaitu
Ali Santoso, Pembimbing Agama yaitu Ustadz Baihakki, Pembina atau

11
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 71.
12
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 26.
13
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1991), h. 91.
14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 241.
9

Pengajar yaitu Dede Irawati, serta tiga anak jalanan yaitu Napriadi,
Muhammad Agus dan Wahyu Anugrah.
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatatan
secara sistematis.15 Observasi atau pengamatan langsung di Yayasan
Bina Anak Pertiwi, guna mengetahui dan memperoleh gambaran yang
jelas tentang metode bimbingan agama dalam pembentukan
kemandirian anak jalanan.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.16 Wawancara langsung terhadap pihak yayasan dan
anak jalanan yang terkait di dalamnya untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan.
c. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang
ada, juga menela‟ah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan.
7. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mentesiskannya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.17 Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143.
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 186.
17
Ibid., h. 248.
1

lapangan, dan setelah selesai di lapangan.18 Langkah selanjutnya adalah


mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data,
mendeskripsikan data serta mengambil kesimpulan. Menganalisis data ini
menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang
diperoleh merupakan keterangan-keterangan.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang


tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang
telah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
jenuh.19 Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif adalah:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Secara
teknis, pada kegiatan reduksi data yang telah dilakukan dalam
penelitian ini meliputi: perekapan hasil wawanacara kemudian
pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan
fokus penelitian.
b. Penyajian Data (Data Display)
Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 245.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 243.
1

atau sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data akan


disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel, foto, bagan.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkindapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara teknis proses
penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara
mendiskusikan data-data hasil temuan dilapangan dengan teori-teori
yang dimasukan dalam bab tinjauan pustaka.

E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, antara lain:
1. Fajriah Septiani (1111052000022), Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Jakarta angkatan 2011 dengan judul “Efektifitas Metode Bimbingan
Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. Jenis penelitian yang dilakukan
penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama di Pondok
Pesantren Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor. Berdasarkan hasil
penelitian skripsi ini, didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama
dalam membina akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai
thitung > ttabel = -3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif
1

dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Hidayah Pusat


Leuwisadeng Bogor. Kelebihan dari penelitian ini penulis menjelaskan
materi metode bimbingan agama (landasan teori) secara lengkap.
Kekurangannya adalah penelitian ini berfokus pada akhlak remaja.
2. Sofhal Jamil (110402001998), Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan
2004 dengan judul “Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan
Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim Di Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar Kelurahan Beji-Kota Depok”. Jenis penelitian yang dilakukan
penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian bagi anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren Yatim
Al-Akyar. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, didapatkan hasil bahwa
peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-
anak yatim berperan sangat penting sebagai pengganti orang tua asuh,
sebagai pendidik dan sebagai motivator. Kelebihan dari penelitian ini
penulis menjelaskan berfokus kepada peranan dari seorang pembimbing
agama dalam mewujudkan kemandirian anak-anak yatim. Kekurangannya
adalah penelitian ini belum menjelaskan secara detail perkembangan
kemandirian anak-anak yatim itu sendiri.
3. Maygie Priayudana (109054100018), Program Studi Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2009
dengan judul “Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan
Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR)
Bambu Apus Jakarta Timur”. Jenis penelitian yang dilakukan penulis
menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola asuh yang diterapkan orang tua asuh di PSBR Bambu
Apus Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, didapatkan
hasil bahwa peran orang tua asuh dalam mendukung perkembangan
kemandirian remaja putus sekolah, sangat berperan penting agar
mengakibatkan perilaku remaja yang kompeten secara sosial. Kelebihan
dari penelitian ini penulis menjelaskan secara detail indikator
1

perkembangan kemandirian remaja putus sekolah. Kekurangannya adalah


penelitian ini kemandiriannya hanya pada aspek perilaku, nilai dan emosi.
Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa
hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya, yaitu:
a. Subjek penelitian skripsi ini adalah anak jalanan. Hal ini berbeda
dengan subjek penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di atas.
b. Lokasi penelitian skripsi ini yaitu di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan. Lokasi penelitian ini berbeda dengan tinjauan pustaka
di atas.
c. Masalah penelitian dalam penulisan skripsi ini membahas metode
bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan. Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dibahas pada tinjauan pustaka di
atas.

F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memudahkan penulisan,
maka penulis membagi pembahasan penelitian ini menjadi lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini mengemukakan teori-teori yang melandasi
dan mendukung penelitian. Dimana dalam bab ini akan
membahas tentang pengertian metode, bimbingan agama
yang meliputi pengertian bimbingan agama, tujuan dan
fungsi bimbingan agama serta metode bimbingan agama,
1

kemandirian yang di dalamnya menerangkan pengertian


kemandirian, tingkatan dan karakteristik kemandirian,
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, pentingnya
kemandirian dan yang terakhir membahas tentang anak
jalanan meliputi pengertian anak jalanan, faktor penyebab
anak turun ke jalan, kategori dan karakteristik anak jalanan,
pemberdayaan anak jalana serta tahapan pemberdayaan
anak jalanan.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum
Yayasan Bina Anak Pertiwi ke dalam beberapa aspek yang
terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misi serta tujuan,
program kegiatan, rekrutmen warga binaan, fasilitas dan
sarana prasarana, struktur organisasi, mekanisme kerja.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini bentuk analisis tentang data informan yang
terdiri dari pengurus dan anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, metode bimbingan agama dalam
pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, karakteristik dan tahapan-tahapan
pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi tentang
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis penelitian
dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
1

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari penggalan kata “meta” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan
maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian
yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1
Pengertian hakiki dari “metoda” tersebut adalah segala sarana yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana
tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan
pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan
pelaksana metoda seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metoda
juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh tauladan, sikap, dan
pandangan pelaksana metoda, lingkungan yang menunjang suksesnya
bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran
metoda.2
Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.3
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa metode adalah suatu cara yang teratur yang digunakan untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, di sini akan diuraikan beberapa metode, baik
dilihat dari strategi dan sasaran yang dihadapi maupun dari sifat dan
bentuk penyuluhan itu sendiri4:

1
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120.
2
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), h. 43.
3
Harjani Hefni, dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 7.
4
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh
Agama, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1987), h. 39-42.
1

1. Segi strategi ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode
vertikal dan horizontal.
2. Segi sasaran yang dihadapi, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode individu dan metode kelompok.
3. Segi sifatnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi/ percontohan dan
sosiodrama/ sandiwara.
Adapun menurut M. Arifin metode bimbingan agama, antara lain sebagai
berikut5:
a. Metode interview (wawancara)
b. Group guidance (bimbingan kelompok)
c. Client Centered Method (Metode yang dipusatkan pada keadaan klien)
d. Directive Counseling
e. Eductive Method (Metode Pencerahan)
f. Psychoanalysis Method
Dari beberapa metode yang dikemukakan oleh M. Arifin, dapat
diketahui bahwa metode bimbingan agama yang efektif digunakan dalam
sebuah yayasan anak jalanan yaitu metode Group Guidance (bimbingan
kelompok) karena melihat jumlah individu yang begitu banyak maka
penerapan bimbingan secara berkelompok akan memudahkan pula seorang
pembimbing dalam proses pemberian arahan kepada individu tersebut.
Selain itu pula dengan menggunakan metode interview (wawancara) sebab
dengan mewawancarai anak jalanan secara satu persatu apalagi beserta
orang tuanya pula maka akan didapatkan akar permasalahannya yang lebih
akurat.

B. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa

5
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 69-
73.
1

guidance berasal dari kata guide, yang mempunyai arti to direct, pilot,
manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan).6
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.7
Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada
individu atau klien orang perorangan, maka bimbingan dan konseling
kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan
satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa
kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling
menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok itu.
Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya
perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak
konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik.8
Pendekatan-pendekatan dalam bimbingan terbagi kedalam tiga
pendekatan (metode) ialah9:
a. Bimbingan preventif, pendekatan bimbingan ini menolong seseorang
sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya ialah dengan
menghindari masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan orang itu
untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi
bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk
mengatasi masalah itu.
b. Bimbingan kuratif atau korektif, dalam pendekatan ini pembimbing
menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup
berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.

6
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 79.
7
Ibid., h. 79-80.
8
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), h. 307.
9
Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 34-35.
1

c. Bimbingan persevaratif, bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang


sudah baik, yang mencakup sifat-sifat atau sikap-sikap yang
menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan terhadap lingkungan,
kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan
kebiasaan-kebiasaan hidup sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul
yang baik dan sebagainya. Dalam membimbing dapat dilakukan secara
individual dan secara kelompok.
Agama dalam aspek subjektif (pribadi manusia) mengandung
pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan, berupa getaran batin, yang dapat mengatur, dan mengarahkan
tingkah laku tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat, serta
alam sekitarnya. Sedangkan agama dalam aspek objektif (doktrinair)
mengandung nilai-nilai ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kea
rah tujuan yang sesuai dengan kehendak ajaran tersebut.10
Menurut Prof. KHM. Taib Thahir Abdul Mu’in, agama adalah
suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal,
memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai
kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.11

Sedangkan menurut Zakiah Drajat, “agama adalah kebutuhan jiwa


(psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap,
pandangan hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah”.12

Menurut Aunur Rahim Faqih yang dimaksud dengan bimbingan


agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam
kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah SWT., sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat”.13

10
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), h. 1-2.
11
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), h. 3.
12
Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), h. 52.
13
Mubasyaroh, ”Metode-metode Bimbingan Agama Anak Jalanan”, Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 4 No. 2, 2013, h. 61.
1

Pada definisi bimbingan agama menurut Aunur Rahim Faqih,


dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bantuan dengan menggunakan
pendekatan ajaran agama Islam yang diberikan oleh pembimbing kepada
individu maka dalam kehidupan sehari-hari individu diharapkan dapat
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya guna diri
individu itu sendiri dalam mendapatkan perjalanan hidup yang bahagia
baik untuk di dunia maupun untuk bekal kelak di akhirat nanti. Jadi,
dengan memiliki iman dan taqwa kepada Allah SWT maka individu tidak
akan salah jalan lagi karena senantiasa mengingat hal baik yang telah
diajarkan oleh pembimbingnya.
Dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha
memberikan bantuan kepada seseorang dengan menggunakan pendekatan
ajaran agama yaitu ajaran agama Islam, baik tujuan materi ataupun metode
yang diterapkan. Adapun tujuannya agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi setiap permasalahan dengan kemampuan yang ada pada diri
sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah
SWT.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan Bimbingan Agama
Setiap manusia pasti mengalami hambatan serta rintangan
dikehidupannya dalam menggapai keinginannya menjadi kenyataan,
sehingga sangat diperlukan bimbingan agama untuk selalu
memperkokoh rasa keimanan dalam menghadapi berbagai rintangan
tersebut. Dalam bukunya Aunur Rahim Faqih membagi tujuan
bimbingan agama menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Membantu seseorang guna mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2) Tujuan Khusus
- Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah
2

jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah.


Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul
masalah bagi dirinya sendiri.
- Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi.
- Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau telah lebih baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik.14
b. Memperhatikan tujuan umum dan khusus di atas, Aunur Rahim Faqih
merumuskan fungsi dari bimbingan agama yaitu:
1) Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau korektif, yeitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang
semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan
lama.
4) Fungsi development atau pengembangan, yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi atau kondisi yang baik,
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah
baginya.15
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu
dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara
menyeluruh, terarah dan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan diatas dan sejalan dengan fungsi-fungsi
bimbingan agama tersebut, maka Ainur Rahim Faqih
mengemukakan di dalam bukunya, melakukan bimbingan agama
secara garis besar disebutkan sebagai berikut:

14
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
h. 36.
Ibid., h. 36.
15
2

a) Membantu individu mengetahui, mengenal dan memahami


keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami
kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat
terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan
dirinya yang sebenarnya. Secara singkat dikatakan bimbingan
agama mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.
b) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana
adanya, dari segi baik dan buruknya, kekuatan serta
kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan
Allah (nasib atau takdir), tetapi juga harus disadari bahwa
manusia harus berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya
bukan terus menerus disesali, dapat dikatakan untuk
membantu individu tawakal atau beserah diri kepada Allah.
c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi
yang dihadapi saat ini.
d) Membantu individu menemukan alternative pemecahan
masalah. Secara islami terapi umum untuk memecahkan
masalah rohaniah individu dilakukan dengan cara yang
dianjurkan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai berikut:
- Berlaku sabar
- Membaca dan memahami Al-Qur’an
- Berdzikir atau mengingat Allah.16
Dengan secara seksama memperhatikan dan memahami
tujuan-tujuan serta fungsi-fungsi di atas, adanya fungsi preventif
agar individu terhindar dari permasalahan, fungsi kuratif agar
individu dapat meyelesaikan permasalahan, fungsi preservatif agar
individu tersebut menjadi lebih baik lagi dan terakhir fungsi
development agar individu dapat mempertahankan kondisi
baiknya sehingga tidak membuat masalah lagi. Maka dari itu,
diharapkan bimbingan agama yang telah direncanakan dan

16
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
37.
2

dilaksanakan akan dapat membantu individu dalam memecahkan


dan menyelesaikan dinamika permasalahannya dengan seluruh
segala kemampuan serta potensi yang ada dalam dirinya sehingga
dapat memulihkan kondisi dan keadaan individu tersebut agar
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
3. Metode Bimbingan Agama
Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan agama,
maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama menurut pendapat
Arifin, M. Ed., dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut:17
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik atau metode
didalam bimbingan dengan cara penyajian atau penyampaian
informasinya melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh
pembimbing terhadap anak bimbing, pembimbing juga sering
menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, kitab, peta dan alat
lainnya. Metode ini sering dipakai dalam bimbingan agama yang
banyak diwarnai dengan ciri karakteristik bicara seorang pembimbing
pada kegiatan bimbingan agama. Metode ini pembinaannya dilakukan
secara berkelompok dan pembimbing melakukan komunikasi secara
langsung.
b. Metode Cerita (Kisah)
Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk
cerita. Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-
nilai akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi
yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah
kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh
karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu pendidikan.

17
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Trayon Press, 1998), h. 44-47.
2

c. Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode
yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk
individu secara moral, spiritual dan social. Sebab seorang
pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang
yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau
tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan
perasaannya dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat
material, indrawi maupun spiritual. Karenanya keteladanan
merupakan faktor penentu baik buruknya seseornag yang dibimbing.
Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang
baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan
merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu
dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya,
untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh
atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka
pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.
d. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh
fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang
bagaimana sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing
pada saat tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat
berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing;
2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang
yang dibimbing;
3) Pembimbing harus bias menciptakan situasi dan kondisi yang
memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada
seseornag yang dibimbing.
e. Metode Pencerahan (Metode Edukatif)
Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas
2

perasaan atau sumber perasaan yang menyebabkan hambatan atau


ketegangan, dengan cara “client centered”, yang diperdalam dengan
permintaan atau pertanyaan yang meyakinakan untuk mengingat-ingat
serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan,
sehingga pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk
tentang usaha apa sajakah yang baik bagi yang dibimbing dengan cara
yang tidak bernada imperative (wajib), akan tetapi berupa anjuran-
anjuran yang tidak mengikat.
Metode bimbingan agama seperti yang dikemukakan oleh
Arifin, M. Ed., seorang pembimbing menggunakan metode ceramah
biasanya dilakukan secara berkelompok dan menyampaikan informasi
secara langsung, metode cerita (kisah) seorang pembimbing
menyampaikan informasi dengan sebuah cerita dan diyakini lebih
efektif, metode keteladanan seorang pembimbing memberikan contoh
yang baik dalam bertingkah laku dan sikap karena meskipun metode
ini paling efektif juga sebagai penentu baik buruknya individu yang
dibimbing tersebut, adapun metode wawancara dengan cara seorang
pembimbing melakukan pendekatan untuk bertanya-tanya mengenai
suatu perihal dan hanya terdapat seorang pembimbing dengan
individu tersebut, terakhir metode pencerahan sebenarnya hamper
sama dengan metode wawancara hanya saja pembimbing memberikan
petunjuk-petunjuk dan anjuran-anjuran guna menyelesaikan
permasalahan yang dialami individu.

C. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang
mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk
suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata
dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat
dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri,
yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri”
2

itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau menelusuri berbagai literature,


sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkenaan dengan “diri” ini. 18
Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses perkembangannya,
ada berbagai sudut pandang yang sejauh perkembangannya dalam kurun
waktu sedemikian lamanya telah dikembangkan oleh para ahli. Menurut
Steinberg (2002), kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu
dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan
berdasar kehendaknya sendiri.19
Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan sebuah
kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang
lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan sendiri,
mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa mengabaikan lingkungan
disekitarnya. Menurut beberapa ahli “kemandirian” menunjukan pada
kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak
tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh lingkungan,
dan bebas mengatur kebutuhanya sendiri.20
Adapun beberapa definisi kemandirian menurut para ahli,
sebagaimana dikutip Eti Nurhayati, sebagai berikut:21
a. Menurut Watson, kemandirian berarti kebebasan untuk mengambil
inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih
dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa
mengandalkan bantuan dari orang lain.
b. Menurut Bernadib, kemandirian mencakup perilaku mampu berinisiatif,
mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri, dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap orang
lain.

18
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
128.
19
Erina Nur Anggraini, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada
Mahasiswa Baru Yang Merantau Di Kota Malang, Artikel diakses pada 24 Februari 2017 dari
http://www.e-jurnal.com/2015/09/hubungan-antara-kemandirian-dengan.html. h. 8.
20
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2011), h.
131.
21
Ibid., h. 56.
2

c. Menurut Johson, kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan


yang memungkinkan individu berfungsi otonom dan berusaha ke arah
prestasi pribadi dan tercapainya tujuan.
d. Menurut Mu’tadin, kemandirian mengandung makna: (1) suatu keadaan
dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk untuk maju demi
kebaikan dirinya, (2) mampu mengambil keputusan dan inisiatif diri
dalam mengerjakan tugas-tugas, dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan.
Dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan
konformitas terhadap prinsip moral kelompok rujukan. Oleh sebab itu,
individu yang memiliki kemandirian pengambilan keputusan pribadinya
dilandasi oleh pemahaman mendalam akan konsekuensi dari tindakannya
dan disertai dengan keberanian diri menerima segala konsekuensi dari
tindakannya itu. Dengan demikian, dalam pandangan konformistik ini
pemahaman mendalam tentang hukum moralitas menjadi faktor utama
pendukung perkembangan kemandirian. Bahkan, menurut Sunaryo
Kartadinata (1998), faktor pemahaman inilah yang membedakan
kemandirian (self-determinism) dari kepatuhan (submission) karena
dengan pemahaman inilah individu akan terhindar dari konformitas pasif.22
Secara hakiki, perkembangan kemandirian individu sesungguhnya
merupakan perkembangan hakikat eksistensial manusia. Penghampiran
terhadap kemandirian dengan menggunakan perspektif yang berpusat pada
masyarakat cenderung memandang bahwa lingkungan masyarakat
merupakan kekuatan luar biasa yang menentukan kehidupan individu. Dari
sudut pandang ini, seolah-olah individu itu tidak memiliki kekuatan apa-
apa untuk menentukan perbuatannya sendiri. Pandangan yang berpusat
pada masyarakat cenderung memposisikan pendidikan sebagai proses
transmisi budaya yang lebih menekankan pada proses penanaman harapan
dan aturan masyarakat.23

22
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
129.
23
Ibid., h. 129.
2

Kemandirian yang sehat adalah yang sesuai dengan hakikat


manusia yang paling dasar. Perilaku mandiri adalah perilaku memelihara
hakikat eksistensi diri. Oleh sebab itu, kemandirian bukanlah hasil dari
proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan
diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia.24
Abraham H. Maslow (1971) membedakan kemandirian menjadi
dua, yaitu25:
a. Kemandirian aman (secure autonomy)
b. Kemandirian tak aman (insecure autonomy)
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta
kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggungjawab
bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini
digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.
Sedangkan kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang
dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Mashlow menyebut kondisi
seperti ini sebagai “selfish autonomy” atau kemandirian mementingkan
diri sendiri.26
Pembahasan kemandirian ditinjau dari berbagai perspektif di atas
mengantarkan pada suatu intisari bahwa kemandirian merupakan suatu
kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi.
Proses individuasi itu adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju
kesempurnaan. “Diri” adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik
pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek
kepribadian. Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai
melalui proses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian
sampai pada tingkatan yang tertinggi.27
Dalam hal ini dapat ditegaskan kembali bahwa menurut teori
Abraham H. Maslow kemandirian dibedakan menjadi dua antara
kemandirian aman dan kemandirian tak aman. Namun teori yang

24
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
130.
25
Ibid., h. 130.
26
Ibid., h. 130.
27
Ibid., h. 131.
2

digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu lebih kepada tentang


kemandirian aman. Penjelasan mengenai kemandirian aman itu sendiri
meupakan kesadaran akan tanggung jawab seorang anak jalanan terhadap
kehidupannya, adanya rasa kepedulian dari dirinya terhadap orang lain dan
merasakan bahagia atas kehidupannya saat ini, misalnya seorang anak
jalanan yang mensyukuri akan keadaan ekonomi keluarganya namun ia
mau berusaha agar dapat memenuhi kehidupannya dan membantu
keluarga dengan belajar apapun keahlian yang ia miliki karena ia berpikir
sebagai bekal kelak agar ia tidak bergantung pada orang lain.
2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks, kemandirian
dalam perkembangannya memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan
kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan
tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger mengemukakan
tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut:28
a. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari
interaksinya dengan orang lain.
2) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
3) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu
(stereotype).
4) Cenderung melihat kehidupan sebagai “zero-sum game”.
5) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta
lingkungannya.
b. Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
2) Cenderung berpikir stereotype dan klise.
3) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

28
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
133-135.
2

4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.


5) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.
7) Takut tidak diterima kelompok.
8) Tidak sensitif terhadap keindividualan.
9) Merasa berdosa jika melanggar aturan.
c. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Mampu berpikir alternatif
2) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
3) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
4) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
5) Memikirkan cara hidup.
6) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
d. Tingkatan keempat, adalah tingkat seksama (conscientious)
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
2) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
3) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri
sendiri maupun orang lain.
4) Sadar akan tanggungjawab.
5) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
6) Peduli akan hubungan mutualistic.
7) Memiliki tujuan jangka panjang.
8) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks social.
9) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.
e. Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistik
Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Peningkatan kesadaran individualitas.
2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan.
3) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
3

4) Mengenal eksistensi perbedaan individual.


5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
6) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
7) Mengenal kompleksitas diri.
8) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah social.
f. Tingkatan keenam, adalah tingkat
mandiri Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
2) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
3) Peduli terhadap faham-faham abstrak, seperti keadilan sosial.
4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai ysng bertentangan.
5) Toleran terhadap ambiguitas.
6) Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).
7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
8) Respek terhadap kemandirian orang lain.
9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga
bukanlah murni sebuah bawaan semua yang melekat pada individu sejak
ia dilahirkan ke dunia. Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai
stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang dimiliki
sejak lahir sebagai keturunan daro orang tuanya.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian, yaitu sebagai berikut:29
a. Gen atau Keturunan Orang Tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali
menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun ada juga

29
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 118.
3

pendapat yang mengatakan sesungguhnya bukan sifat kemandirian


orang tuanya itu yang menurun pada kepada anaknya, melainkan sifat
orang tuanya muncul bersamaan dengan cara orang tua mendidik
anaknya.
b. Pola Asuh Orang Tua
Orang tua yang terlalu banyak melarang dan mengeluarkan
kata “jangan” kepada anak tanpa disertai penjelasan yang rasional
akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang
tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan
mendorong kelancaran perkembangan motorik sang anak. Demikian
juga, dengan orang tua yang sering membanding-bandingkan anak
yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik
terhadap perkembangan kemandirian anak.
c. Sistem Pendidikan Di Sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment
akan menghambat kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya
penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan
kompetitif positif akan memperlancar perkembangan kemandirian
anak.
d. Sistem Kehidupan di Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi
potensi anak dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu hirarkis
akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.

D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi
nasional untuk menyebut anak-anak sebagian besar menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan
urban. Mereka bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang
3

semir sepatu, pengamen, pengemis, pencuri, pekerja seks, atau


apapun.30
Selain itu, anak jalanan adalah perseorangan baik laki-laki
maupun perempuan yang tanpa nafkah atau bekerja apapun secara
formal, tanpa rumah tinggal, bahkan tidak terdaftar sebagai warga
manapun.31 Beberapa ahli juga mendefinisikan anak jalanan sebagai
mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap, pendidikan formal serta
tinggal dimana saja.32
UNICEF memberikan batasan kepada kelompok ini sebagai
Street child are those who have abandoned their homes, school and
immediate communities before they are sixteen years of age, and have
drifted into anomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak
berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,
sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam
kehidupan yang berpindah-pindah.33
Selain itu, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan
Lanjut Usia, Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya,
usia mereka berkisar 6 tahun sampai 18 tahun. adapun waktu yang
dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari.34
Hasil study Soedijar dan Putranto tentang profil anak jalanan
di Jakarta memberikan definisi anak jalanan sebagai anak yang berusia
7 hingga 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya
yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta
membahayakan keselamatan dirinya. Putranto menambahkan bahwa

30
Sumardi, L.S., Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif
Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri, (Jakarta: Institut Sosial
Jakarta, 1996).
31
Simandjuntak, B., Beberapa Aspek Psikologi Sosial, (Bandung: P Alumni, 1981), h.
216.
32
Widiyanto, P., Gelandangan: Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 3.
33
Soedijar, Profil Anak Jalanan DKI Jakarta, (Jakarta: Media Informatika, 1989), h. 6.
34
Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,
Intervensi Psikososial, (Jakarta: Depsos, 2011), h. 30.
3

tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari
keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di
dorong oleh motivasi ekonomi.35
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak
jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di
jalan atau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah
maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang
rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran
sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di
jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dll) oleh
orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga
lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak
jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih
dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran di
jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,
dan mobilitasnya tinggi.
2. Faktor Penyebab Menjadi Anak Jalanan
Menurut Shalahudin, beberapa faktor yang mendorong anak
untuk turun ke jalanan adalah:36
a. Keluarga Miskin
Hampir seluruh anak jalanan berasal dari keluarga miskin.
Sebagian besar dari mereka berasal dari perkampungan-
perkampungan urban yang tidak jarang menduduki lahan-lahan
milik nrgara dengan membangun rumah-rumah petak yang sempit
yang sewaktu-waktu dapat digusur. Anak jalanan yang berasal dari
luar kota, sebagian besar berasal dari desa-desa miskin.
Kemiskinan merupakan faktor dominan yang mendorong anak-
anak menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin, karena
kondisi kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehingga
menghadapi resiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan.
35
Irwanto, dkk., Pekerja Anak di tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan, (UNICEF,
1997), h. 59.
36
Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan, (Semarang: Yayasan Setara, 2006), h. 10.
3

b. Kekerasann Keluarga
Kekerasan keluarga merupakan faktor resiko yang paling
banyak dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan
untuk keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktor
resiko lainnya yang berkaitan dengan hubungan antara anak
dengan keluarga, tidak lepas dari persoalan kekerasan. Seperti
kasus eksploitasi terhadap anak yang dipaksa menyerahkan
sejumlah uang tertentu setiap harinya, akan menghadapi resiko
menjadi korban kekerasan apabila tidak memenuhi target tersebut.
Kekerasan dalam keluarga tidak hanya bersifat mental dan seksual.
c. Eksploitasi Ekonomi
Anak-anak yang turun ke jalan karena didorong oleh orang
tua atau keluarganya sendiri biasanya bersifat eksploratif. Anak
ditempatkan sebagai sosok yang terlibat dalam pemenuhan
kebutuhan keluarga. Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulai
marak terjadi ketika pada masa krisis, dimana anak-anak yang
masih aktif bersekolah didorong oleh orang tuanya mencari uang
dan ditargetkan memberikan sejumlah uang yang ditentukan oleh
orang tua mereka.
d. Impian Bebas
Dunia jalanan dianggap enak sehingga menjadi alternative
termudah untuk mendapat kebebasan sebagai wujud pencarian
jalan keluar dari masalah yang ada di rumah.
e. Ingin Punya Uang Sendiri
Anak ingin punya uang sendiri untuk memenuhi keperluan
dan keinginan pribadi.
f. Pengaruh Teman
Usia bermain dan usia labil menyebabkan anak mudah
terpengaruh terutama terhadap teman sebaya.
3

3. Kategori dan Karakteristik Anak Jalanan


Menurut Surbakti, berdasarkan hasil kajian di lapangan,
secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:
Pertama, Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi-sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih
mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian
penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban
atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.37
Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang
berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara social maupun ekonomi.
Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang
tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.banyak di
antara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau
pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak
pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara
sosil, emosional, fisik maupun seksual.
Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak
yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak
ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup
mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan
segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah
pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak
anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah
dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar
sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif
jumlahnya belum diketahui secara pasti.

37
Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan, (Semarang: Departemen
Sosial, 1997).
3

Berdasarkan beberapa pengelompokan yang sudah


dipaparkan di atas, maka karakteristik anak jalanan berdasarkan
pengelompokan anak jalanan sebagai berikut:38
a. Kelompok anak yang hidup di jalanan. Karakteristiknya:
Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan baik untuk bekerja
maupun menggelandang atau tidur, hidup dalam kelompok kecil
atau perorangan, hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah
putus, bekerja sebagai pemulung, pengamen, pengemis, penyemir
sepatu, kuli angkut barang, berpindah-pindah tempat.
b. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan masih pulang
ke rumah orang tua mereka setiap hari. Karakteristiknya:
Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, mereka umumnya
berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan, hubungan dengan
orang tua masih ada tetapi tidak harmonis, sebagian besar dari
mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan
bangku sekolah.
c. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan pulang ke
desanya antara 1 hingga 2 bulan sekali. Karakteristiknya: Bekerja
di jalanan sebagai pedagang asongan, menjual makanan keliling,
kuli angkut barang, hidup berkelompok bersama orang-orang yang
berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau
tinggal di sarana-sarana umum, pulang anatar 1 hingga 3 bulan
sekali, ikut membiayai keluarga di desanya, putus sekolah.
d. Kelompok anak yang rentan menjadi anak jalanan, dengan kriteria:
Bertemu teratur setiap hari atau tinggal dan tidur dengan
keluarganya, 4-5 jam bekerja di jalanan, masih bersekolah,
pekerjaan penjual Koran, penyemir sepatu, pengamen, usia rata-
rata di bawah 14 tahun.
e. Kelompok anak remaja jalanan bermasalah (ABG).
Karakteristiknya: Menghabiskan sebagian waktunya di jalanan,

38
Hendriyati, Ringkasan Analisi Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus,
(Jakarta: Atmajaya, 1998), h. 5.
3

sebagian sudah putus sekolah, terlibat masalah narkotika dan obat-


obatan lainnya, sebagian dari mereka melakukan pergaulan seks
bebas.
4. Pemberdayaan Anak Jalanan
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,
maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya,
kekuatan atau kemampuan dan atau proses pemberian daya, kekuatan
atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya.39
Anak jalanan adalah anak yang terkategri tak berdaya. Mereka
merupakan korbn berbagai penyimpangan dari oknum-oknum yang tak
bertanggung jawab. Untuk itu, mereka perlu diberdayakan melalui
demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan, dan
penegakan hukum, partisipasi politik, serta pendidikan luar sekolah.40
Melalui pemberdayaan, masyarakat dapat meningkatkan
kapasitas mereka melalui ketersediaan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, dan ketrampilan sehingga mereka dapat berpartisipasi
terhadap lingkungannya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Payne
dalam Isbandi bahwa suatu pemberdayaan (empowerment) pada
intinya ditunjukan guna membantu klien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Pemberdayaan juga erat
kaitannya dengan mempersiapkan masa depan yang lebih baik seperti
yang dikemukakan oleh Shardlow dalam Isbandi bahwa pemberdayaan

39
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari
http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4.
40
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh
Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA
NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 35.
3

membahas mengenai bagaimana individu, kelompok atau komunitas


berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.41
Dengan pengertian pemberdayaan dan anak jalanan yang telah
disebutkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan anak berarti untuk mengembangkan diri dari keadaan
tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan
yang lebih baik. Dengan begitu pemberdayaan anak jalanan adalah
memberikan kuasa kepada anak jalanan dengan meningkatkan rasa
kepercayaan diri mereka agar dapat menentukan arah dan memutuskan
kehidupan mereka dengan menggunakan daya yang mereka miliki agar
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan terarah.
Upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan memang
sudah seharusnya terus dilakukan melalui berbagai program
pendidikan luar sekolah khususnya. Pemberdayaan anak jalanan
merupakan upaya untuk memandirikan anak jalanan melalui
perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.
5. Tahapan Pemberdayaan Anak Jalanan
Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi
secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses
tahapan yakni:42
a. Tahapan Persiapan
Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community
development), dimana tujuan utama ini adalah untuk menyatukan
persepsi antar anggota agen perubah (agent of change) mengenai
pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengembangan
masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan, petugas
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan

41
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4-5.
42
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh
Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA
NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 23-25.
3

sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak awal dengan kelompok


sasaran.
b. Tahap Assessment
Proses Assessment yang dilakukan disini adalah dengan
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan) dan juga
sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian
ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan,
kelemahan dan ancaman.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini agen perubah (agent of change) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
d. Tahap Pemformulasikan Rencana Aksi
Pada tahap ini agen membantu masing-masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa
yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada.
e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu yang paling
krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena
sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tida ada kerjasama
antar warga.
f. Tahap Evaluasi
Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan
petugas terhadap program yang sedang berjalan pada
pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga.
4

BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN

A. Sejarah Berdirinya Yayasan1


Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya awal mula terjadinya krisis
politik serta kebangkrutan ekonomi, ada sekelompok aktivis mahasiswa yang
tergabung dalam sebuah kelompok kajian sosial akademis yang cukup intens
bernama Forum Studi Dialektika (FOSTUDIA), merasa gelisah dan sekaligus
prihatin dengan nasib bangsanya sendiri, terutama fenomena meningkatnya
jumlah anak-anak putus sekolah dan anak jalanan/terlantar. Mereka sudah
bosan dengan berbagai aksi demonstrasi yang selalu mengusung jargon
“reformasi’ yang dinilai kurang menyuarakan kepentingan lapisan masyarakat
bawah.
Forum tersebut beranggotakan mahasiswa-mahasiswa lintas perguruan
tinggi yang terdiri dari mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak
(PGTK) Darul Qalam, dan Bina Sarana Informatika (BSI). Forum ini sepakat
untuk menampilkan sebuah “reformasi gaya baru” yang bersentuhan dengan
sendi-sendi kehidupan masyarakat secara langsung. Karena itu kemudian
dirumuskan sebuah agenda aksi sosial dengan mempertimbangkan berbagai
kemungkinan yang sekiranya dapat dilakukan. Maka, salah satu kelompok
sosial yang menjadi perhatian dan prioritas adalah masyarakat anak jalanan,
mengingat kelompok ini tergolong rawan sosial dan dengan tingkat masalah
yang kompleks.
Aksi sosial yang dilakukan adalah berupa kepedulian terhadap nasib
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan anak jalanan/terlantar yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk pendidikan luar sekolah kejar (kelompok belajar)
paket A setara SD, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan
pembelajaran tersebut awalnya dilaksanakan di Masjid Pasar Kebayoran
Lama, tepatnya Bulan Juni 1997, dengan warga belajar umumnya anak

1
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
4

jalanan dan anak pemulung berjumlah 73 anak. Saat itu proses kegiatan
pembelajaran bernaung di bawah sebuah Rumah Singgah Sosial (RSS).
Namun kegiatan berjalan kurang efektif dan mengalami banyak
hambatan, disebabkan adanya kesalahpahaman antara kelompok mahasiswa
yang mengusung idealisme dengan pihak Rumah Singgah yang berujung pada
hengkangnya kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut. Akhirnya kegiatan
belajar mengajar dibubarkan.

Sekelompok mahasiswa tersebut tidak patah arang dan ingin tetap


berbagi dengan sesama. Tepatnya awal Bulan Juni 1998, pasca reformasi
bergulir, dengan tekad yang bulat dan dibarengi oleh kejenuhan
berdemonstrasi mereka kembali turun gelanggang melakukan aksi sosial di
daerah Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi
Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Anak Jalanan (P3A). Nama ini lebih
spesifik dan mencerminkan sebuah wadah pembinaan terhadap anak jalanan.

Awalnya kegiatan ini hanyalah kegiatan kemahasiswaan biasa.


Namun dalam perjalanananya, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan luas
dari berbagai kalangan baik mpemerintah maupun masyarakat. Dari pihak
pemerintah, dukungan datang secara langsung dari Dirjen Dikluspora
Depdiknas RI, waktu itu, Bapak Prof. Dr. Sudijarto. Bahkan Dharma Wanita
Dikluspora dan Depdiknas RI adalah salah satu donatur kegiatan tersebut.
Kemudian kegiatan pembelajaran tersebut diresmikan langsung oleh Ibu
Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) pada Bulan Juni 1998 bertempat di
Masjid Al-Awwabin Polsek Pasar Minggu.

Dari kelompok masyarakat, kegiatan tersebut mendapatkan dukungan


dari berbagai kelompok pengajian serta perorangan, bahkan ada dari kalangan
pengusaha. Seperti Pengajian Jenggala Cipete Selatan, Rumah Singgah
RAHMA (yang menyediakan nasi murah/cepek), Pengajian Keluarga
Sakinah, dll.

Mengingat kegiatan sosial tersebut haruslah berkesinambungan dan


mesti ada pertanggungjawaban secara yuridis, muncul desakan dari kalangan
4

masyarakat agar wadahnya berbadan hukum. Karena itu kelompok


mahasiswa tersebut mulai berpikir keras serta melakukan pendekatan dengan
tokoh-tokoh nasional untuk mendukung kelangsungan serta keberhasilan
proses belajar mengajar tersebut.
Maka, munculah beberapa nama tokoh nasional seperti Hj. Anniswati
M. Kamaluddin (Ketua Presidium Majlis Nasional KAHMI), Dr. Hj. Marwah
Daud Ibrahim (anggota DPR RI), Prof. DR. Ir. H. Fachrudin (Mantan Rektor
Universitas Hasanuddin Ujung Pandang yang juga anggota DPR RI), H.
Houtman Z. Arifin (seorang Bankir dan Mantan Vice President Citibank), Hj.
Yufimar Ali, SH (keluarga pengusaha dan anggota Dewan Pakar ICMI
ORWIL DKI Jakarta). Di samping mereka terlibat sebagai anggota badan
pendiri, sekaligus juga sebagai dewan pembina lembaga, yang kemudian
dibakukan dengan Akte Notaris No. 2, tanggal 3 November 1998 dengan
nama Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, Pusat Pembinaan dan Rumah
Belajar Anak Jalanan/Terlantar.
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, sebagai Pusat Pembinaan dan
Rumah Belajar Anak Jalanan/Terlantar, dalam menjalankan aktivitasnya
selalu bersama-sama masyarakat dimana kegiatan tersebut dilangsungkan.
Adanya pengakuan masyarakat serta rasa memiliki yang sangat tinggi
terhadap lembaga merupakan modal utama keberhasilan kelangsungan
program. Menciptakan rasa saling ketergantungan antara masyarakat dengan
lembaga, demikian juga sebaliknya adalah merupakan suatu hal yang niscaya.
Untuk itu, diperlukan sinergisitas antara kepentingan lembaga dengan
kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga harus mengidentifikasi jenis-jenis
kebutuhan, potensi yang dimiliki serta menginventarisasi berbagai aspirasi
yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, apa yang diprogramkan
oleh lembaga adalah merupakan cerminan dari suatu kebutuhan murni serta
harapan segmen-segmen masyarakat tertentu yang akan diberdayakannya.
4

B. Visi dan Misi2


1. Visi

Meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan sosial masyarakat


fakir miskin, terutama anak yatim, anak jalanan/terlantar serta anak
kurang mampu menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat
sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan
bangsa yang lebih berkualitas.

2. Misi

a. Menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi.


b. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimilikinya agar
menjadi manusia yang mandiri dan produktif.
c. Mengembangkan peran serta masyarakat dan pihak-pihak terkait
untuk turut serta mengentaskan dan memberdayakan fakir miskin,
terutama anak yatim, anak jalanan /terlantar, dan anak kurang mampu.

C. Tujuan3

a. Mengembangkan sikap mental positif.


b. Membangun Akhlak al-Karimah
c. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki warga binaan.

D. Program Kegiatan4

Program-program yang dilaksanakan Bina Anak Pertiwi adalah sebagai


berikut:

1. Bimbingan agama, program ini dalam rangka membangun sikap


mental positif, dan menumbuhkan kembali semangat keberagamaan
warga belajar. Adapun diantaranya yaitu Belajar Baca Qur’an (BBQ)
Anak, Belajar baca Qur’an (BBQ) Orang Tua.

2
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
3
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
4
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
4

2. Pendidikan dan pelatihan keterampilan, kegiatan ini diadakan dalam


rangka mengembalikan anak didik ke dalam suasana belajar kembali.
Serta jenis keterampilan yang diberikan adalah keterampilan kerja
praktis dan tidak memerlukan legalitas formal akademis serta mudah
dilakukan. Dan jenis keterampilan tersebut berorientasi kerja atau
terbukanya lapangan kerja baru. Adapun diantaranya yaitu Pendidikan
Taman Anak Sejahtera (TAS/ PAUD), Kejar Paket A, B dan C,
Bimbingan Belajar, Keterampilan Bela Diri, Keterampilan Seni Lukis,
Keterampilan Musik, Kerajinan Tangan. Selain itu guna
pengembangan minat dan bakat (seni budaya), kegiatan ini difokuskan
untuk menggali bakat seni yang ada dalam diri anak didik.

E. Rekrutmen Warga Binaan5


Ada 3 konsep yang kami jalankan, yaitu:
1. Outreach
2. Assessment
3. Home Visit
Pertama outreach, kita penjangkauan langsung ke lapangan, kita
audit langsung, kita sidak. Dalam hal ini ada pro dan kontranya, banyak
yang menerima ataupun yang tidak menerima dengan kita, alasannya
karena mereka lebih intelektual dibanding kita sebab mereka berkata
“ah, ngapain didata? Nanti data kita dijual”, kenyataannya memang benar
itu sudah terjadi kepada mereka. Banyak orang-orang yang mendata
dengan janji akan memberikan bantuan kepada mereka, namun faktanya
itu hanya janji kosong.
Maka dari itu, kita di sini melalui pendekatan dengan memberikan
kasih sayang, memberikan identitas kita seperti KTP, alamat rumah
alamat yayasan, nomor telepon, dll untuk jaminan agar mereka percaya
terhadap kita.

5
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
4

Kedua assessment, ketika kita sudah melakukan outreach dan


pendekatan kita berhasil maka mereka akan datang secara
bergerombolan, dari situ langsung kita berikan assessment, kita data
kemudian datanya diinput langsung ke bagian administrasi.
Ketiga home visit, setelah data diinput dan kita mendapatkan identitas mereka, langkah te
dengan selektif.

F. Fasilitas dan Sarana Prasarana


Tabel 1
Fasilitas dan Sarana Prasarana

No. Fasilitas dan Sarana Pra Sarana Jumlah

1 Ruang Kantor 1

2 Ruang Aula 1

3 Ruang Kelas 2
4 Perpustakaan 1
5 Kamar Tidur Anak 5
6 Studio Musik 1
7 Ruang Shalat 1
8 Ruang Wudhu 1
9 Kamar Mandi 3
10 Dapur 1
Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.
4

G. Struktur Organisasi

Gambar 1
Susunan Personalia
Yayasan Bina Anak Pertiwi

Badan Pengurus
Ketua
Ali Santoso
Sekretaris
Ari Muhammad Rizky

Bendahara

Eva Herawati

Kabid. Pendidikan Kabid. Media/Penel. Kabid. Keterampilan Kabid. Peng. Usaha

Nadilah Zein H. M. Husniadi Herli Saputra Supriatna


Diana Lestari Rani Cahaya Hotlina Rosdiana Maida Alfarina

Staf. Umum Kabid. Keagamaan Kabid. Kesehatan Sakti Peksos


Nur Hafiz Baihakki Katmu Agus Malabar
Anisa Dede Irawanti

Anak Binaan Warga Binaan


Mulyadi (Koord) Ina Marlina (Koord)

Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.


4

Gambar 2
Susunan Personalia
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi

Pengawas Badan Pengurus Ketua Pembina


Abdus Saleh Maller, ST.h.i Ari Muhammad Ir.Rizky
H. Dedi Sjahrir Panigoro Hj. Dheanira Yufimar A
etty Soviyati Hj. Viryadheyana, SE Ali Santoso, S. Kom Hj. Raisis Arifin
Sekretaris
Maida Alfarina

Bendahara
Eva Herawati

Kabid. Pendidikan Kabid. Media/Penel. Kabid. Keterampilan Kabid. Peng. Usaha


Nurfitria Diana Lestari H. M. Husniadi Rani Cahaya
Herli Saputra Hotlina Rosdiana
Supriatna Nadilah Zein

Staf. Umum Kabid. Keagamaan Kabid. Kesehatan Sakti Peksos


Nur Hafiz Baihakki Katmu M. Nasir
Nurkholifah Agus Malabar Dede Irawa

Anak Binaan Warga Binaan


Mulyadi (Koord) Ina Marlina (Koord)

Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan


4

H. Mekanisme Kerja6

Tabel 2
Mekanisme Kerja
No. Jabatan Tugas dan Fungsi
1 2 3
1 Pengawas (1) Memeriksa semua kegiatan dan kejadian di
dalam Rumah Singgah;
(2) Menilai jalannya program kegiatan Rumah
Singgah;
(3) Menilai kinerja pengurus;
(4) Meneliti pelaksanaan peraturan struktur
organisasi Rumah Singgah;
(5) Meneliti dan menyetujui laporan program
kegiatan Rumah Singgah.
2 Ketua (Yayasan Bina Anak (1) Memeriksa laporan program kegiatan di
Pertiwi) Rumah Singgah dari Ketua Rumah Singgah;
(2) Menandatangani surat-surat penting dalam
Yayasan dan Rumah Singgah;
(3) Melaksanakan pengawasan terhadap semua
proses program kegiatan di Rumah Singgah.

3 Ketua (Rumah Singgah (1) Mengarahkan program dan kegiatan Rumah


Bina Anak Pertiwi) Singgah;
(2) Mengatasi dan bertanggungjawab terhadap
segala permasalahan atas pelaksanaan kegiatan
yang dijalankan di Rumah Singgah;
(3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan seluruh program kegiatan di Rumah
Singgah kepada Ketua Yayasan;
(4) Mengendalikan kegiatan para anggota
pengurus dalam melaksanakan kegiatannya;
(5) Membuat rencana program kegiatan di Rumah
Singgah.
4 Sekretaris (Yayasan Bina (1) Membantu ketua rumah singgah dalam
Anak Pertiwi) mengarahkan dan mengendalikan program
kegiatan di Rumah Singgah;
(2) Menangani pembuatan proposal, surat-
menyurat dan laporan;
(3) Mengendalikan operasional administrasi
internal dan eksternal;
(4) Mengatur arsip dan dokumen yayasan dan
Rumah Singgah;
(5) Dalam melaksanakan tugasnya mengadakan
koordinasi dengan Ketua Yayasan.

6
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 4 Oktober 2017.
4

1 2 3
5 Sekretaris (Rumah Singgah (1) Menangani pembuatan proposal, surat-
Bina Anak Pertiwi) menyurat dan laporan;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya mengadakan
koordinasi dengan Ketua Rumah Singgah.
6 Bendahara (1) Bertanggungjawab atas kebijaksanaan
pengatur keuangan serta dana Yayasan dan
Rumah Singgah;
(2) Bertanggungjawab atas teknis pengelolaan
keuangan;
(3) Membuat laporan keuangan;
(4) Bersama-sama ketua dan sekretaris
mengusahakan sumber dana dan mengatur
penggunaannya;
(5) Mengatur dan bertanggungjawab atas
kelancaran dan tertib administrasi keuangan
secara keseluruhan.
7 Kabid. Pendidikan Menyelenggarakan Pendidikan Taman Anak
Sejahtera (TAS/ PAUD), Program Kejar Paket A,
B dan C, dan Bimbingan Belajar.
8 Kabid. Media Sebagai sumber pengelola serta penyedia
database dan informasi Yayasan dan Rumah
Singgah.
9 Kabid. Keterampilan Menyelenggarakan keterampilan bela diri,
keterampilan seni lukis, keterampilan musik dan
kerajinan tangan.
10 Kabid. Pengembangan Melakukan dan mengembangkan pembinaan
Usaha terhadap program bantuan pengembangan usaha
teruntuk lansia, pemulung dan gelandangan.
11 Staf Umum Membantu para pengurus di Yayasan dan Rumah
Singgah dalam hal administrasi.
12 Kabid. Keagamaan Menyelenggarakan bimbingan keagamaan,
terutama mengadakan Belajar Baca Qur’an
(BBQ) Anak dan Belajar baca Qur’an (BBQ)
Orang Tua.
13 Kabid. Kesehatan Membantu dan mengurus biaya administrasi
warga binaan yang sakit untuk dibawa berobat.
14 Sakti Peksos (Pekerja Relawan yang membantu di Yayasan dan Rumah
Sosial) Singgah.
15 Koord. Anak Binaan Khusus anak tentang perkembangan ekonomi
ataupun tentang tingkat kesejahteraan anak
terutama dari segi pendidikannya. Selain itu,
mengatur anak dan home visit namun tetap
dibantu oleh semua pengurus lainnya.
16 Koord. Warga Binaan Khusus orang tua tentang program bantuan
pengembangan usaha teruntuk lansia, pemulung
dan gelandangan namun tidak lepas dari
penjangkauan dengan home visit ke rumahnya
untuk melihat perkembangannya. Selain itu,
membantu ketika warga binaan tersebut sakit
untuk dibawa berobat dan mengurus biaya
administrasinya pula.
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso (Pimpinan Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakart Selatan).
5

BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Informan
Pada bab ini penulis memaparkan tentang metode bimbingan agama
dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan
dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis.
Pertama, informan sebagai pengurus Yayasan yang terdiri salah seorang
Ketua Yayasan, salah seorang Pembimbing Agama dan salah seorang
Pembina sebagai Pengajar TAS (Taman Anak Sejahtera). Kedua, informan
anak jalanan yang terdiri dari tiga orang anak binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan.
1. Informan Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi
a. Pengurus 1 (Ali Santoso)1
Informan pertama adalah salah seorang Ketua di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Dia bernama Ali Santoso, lahir di Jakarta pada tanggal
5 Oktober 1987 dari pasangan Bapak Ali Akbar dan Ibu Darmi. Ali
Santoso adalah anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pendidikan terakhirnya
S1 Informasi Teknologi (IT). Dia tinggal di Jl. Swadaya I
RT.009/RW.009 No.52A, Kel. Pejaten Timur, Kec. Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12510.
b. Pengurus 2 (Ustadz Baihakki)2
Informan kedua adalah salah seorang Pembimbing Agama di
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Baihakki, lahir di Jakarta
pada 12 Oktober 1986 dari pasangan Bapak Ahmad Hasbullah dan Ibu
Asmayah. Baihakki adalah anak ke-5 dari 6 bersaudara. Pendidikan
terakhirnya S1 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di Sekolah Tinggi
Ilmu Dakwah Dirasat Islamiyah (STID DI) Al-Hikmah Jakarta pada

1
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
2
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5

tahun 2013. Dia tinggal di Jl. Bangka 5 No. 3 RT. 10/RW.003, Pela
Mampang, Jakarta Selatan 12510.
c. Pengurus 3 (Dede Irawati)3
Informan ketiga adalah salah seorang Pembina atau Pengajar di
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Dede Irawati, lahir di
Jakarta pada 18 Desember 1995 dari pasangan Bapak dan Ibu
Nurhayati. Dede adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Dia tinggal di
Kampung Utan, Cilandak, Kel. Ragunan, Kec. Pasar Minggu, Jakarta
Selatan 12510.
2. Informan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
a. Anak Jalanan 1 (Napriadi)4
Nama lengkapnya adalah Napriadi, biasa dipanggil Enap. Ia
lahir di Jakarta, 7 April 2002. Anak ke-5 dari 5 bersaudara ini
merupakan pasangan dari (Alm) Bapak Edi dan Ibu Saunah. Ayahnya
sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2016
dan kedua abangnya pun sudah meninggal dunia. Sepeninggalan
ayahnya ia hidup bersama ibu dan 2 kakak laki-laki disebuah
kontrakan sempit yang terbuat dari kayu beralamat di Jl. Masjid Al-
Makmur, Gang Buntu, RT.07/RW.07, Pejaten Timur, Pasar Minggu-
Jakarta Selatan. Dulu ia pernah menjadi seorang anak jalanan yang
kegiatan kesehariannya ngamen dan ngojek payung, ia melakukan itu
dikarenakan untuk membantu orang tuanya mencari uang apalagi
setelah kepergian ayahnya sedangkan pekerjaan ibunya hanya seorang
buruh cuci, selain itu alas an lainnya yaitu sikap Bapaknya yang keras
dan tidak pernah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
Namun, setelah ia masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi, ia tidak
pernah lagi turun ke jalanan untuk melakukan kegiatan tersebut karena
tidak diperbolehkan oleh pihak Yayasan sehingga ia hanya difokuskan

3
Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati., Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.
4
Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,
Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
5

untuk sekolah dan mengikuti program-program kegiatan yang ada di


Yayasan guna masa depannya kelak.
b. Anak Jalanan 2 (M. Agus)5
Nama lengkapnya adalah Muhammad Agus, biasa dipanggil
Agus. Ia lahir di Jakarta, 17 Agustus 2002. Anak tunggal ini
merupakan pasangan dari Bapak Firman dan Ibu Eti. Kedua orang
tuanya sudah lama bercerai dan Bapaknya pun sudah menikah lagi.
Sebelum kedua orang tuanya bercerai, ia tinggal bersama orang
tuanya di Jl. Muara, RT.006/RW.03, Tanjung Barat, Jagakarsa-Jakarta
Selatan. Bapaknya bekerja sebagai tukang rongsokan dan Ibunya
bekerja sebagai pelayan di warung makan. Namun, saat kedua orang
tuanya bercerai ia langsung dipisah dari Ibunya kemudian dibawa oleh
Bapaknya sehingga ia tidak tahu Ibunya itu tinggal di mana. Tak lama
ia pun kabur dikarenakan Bapak dan Ibu tirinya tersebut bersikap
galak padanya dan memang dulu Bapaknya bersikap galak pula
terhadap Ibu kandungnya. Kemudian ia pun menjadi seorang anak
jalanan yang kegiatan kesehariannya ngamen. Setelah ia masuk ke
Yayasan Bina Anak Pertiwi, ia tidak pernah lagi turun ke jalanan
untuk melakukan kegiatan tersebut karena tidak diperbolehkan oleh
pihak Yayasan sehingga ia hanya difokuskan untuk sekolah dan
mengikuti program-program kegiatan yang ada di Yayasan guna masa
depannya kelak.
c. Anak Jalanan 3 (Wahyu. A)6
Nama lengkapnya adalah Wahyu Anugrah, biasa dipanggil
Wahyu. Ia lahir di Jakarta, 14 Mei 2004. Anak ke-2 dari 2 bersaudara
ini merupakan pasangan dari (Alm) Bapak Wawan dan Ibu Tuti.
Ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia berusia 1 tahun dan Ibunya
sudah lama diurus oleh sebuah lembaga sosial yang berada di
Cipayung dikarenakan sudah tidak dapat beraktivitas apapun akibat

5
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6
Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
5

terjatuh dari tangga sehingga Ibunya menghabiskan waktunya hanya


di kursi roda, sedangkan kakak laki-lakinya sudah menikah tapi ia
tidak mengetahui keberadaan kakaknya itu sekarang di mana karena
sudah lama tidak pernah menemui Ibunya dan juga ia sebagai adiknya.
Saat ia masih bersama Ibunya, ia tinggal di Jl. Masjid Al-Makmur,
Gang Buntu, RT.05/RW.08, Pejaten Timur, Pasar Minggu-Jakarta
Selatan, dahulu ketika Bapaknya masih ada Bapaknya bekerja sebagai
pedagang cincau. Setelah Ibunya tidak dapat bekerja lagi sebagai
pedagang gorengan, akhirnya ia pun menjadi seorang anak jalanan
yang kegiatan kesehariannya ngamen, ia melakukan itu dikarenakan
untuk membiayai kehidupan sehari-hari dirinya dan Ibunya terutama
untuk makan. Namun, setelah ia masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi, ia tidak pernah lagi turun ke jalanan untuk melakukan
kegiatan tersebut karena tidak diperbolehkan oleh pihak Yayasan
sehingga ia hanya difokuskan untuk sekolah dan mengikuti program-
program kegiatan yang ada di Yayasan guna masa depannya kelak.

B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak


Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Metode Bimbingan Agama adalah usaha pemberian bantuan secara
berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan konsep Al-Qur‟an dan
Sunnah kepada anak binaan dalam mengembangkan potensinya secara
optimal agar mampu membentuk kemandiriannya sehingga dapat
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Bimbingan Agama di Yayasan
Bina Anak Pertiwi disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:
“Selama ini saya menggunakan beberapa metode,
misalnya metode ceramah, dan lain sebagainya. Ceramah, saya
kumpulkan mereka di kelas lalu saya kasih nasehat-nasehat yang
materinya bermacam-macam terutama tentang motivasi
bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan ini, menjalani
kehidupan ini yang benar. Jadi metode itu sebuah cara, yang
berarti caranya seperti itu saat ini karena programnya juga baru.
5

Saya hanya bisa berusaha untuk Yayasan ini memberikan


contoh yang baik berupa kita kasih materi untuk pencerahan
mereka, motivasi, wawasan, ilmu agama, dan lain sebagainya”.7

Metode Bimbingan Agama yang diterapkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi menggunakan metod
pembentukan kemandirian yaitu sebagai berikut:

Tabel 3
Metode Bimbingan Agama
No Pendekatan Jenis Deskripsi
1 2 3 4
1 Individual Home Visit Metode ini dilakukan ketika anak
binaan terlihat seperti sedang
mengalami masalah, misalnya masalah
keluarga, ekonomi, dll, maka
Pembimbing Agama ataupun pengurus
lainnya datang langsung berkunjung ke
rumah anak binaan yang sedang
memiliki masalah tersebut. Perihal
masalah yang sedang dihadapi anak
binaan, terkadang pengurus
mendapatkan informasi dari teman-
teman ataupun tetangga sekitar rumah
dari anak binaan tersebut. Tujuan dari
home visit ini adalah untuk bertemu
langsung dengan anak binaan agar lebih
mengetahui permasalahannya sehingga
dapat diberikan bimbingan secara
khusus serta memberikan solusi.

7
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5

1 2 3 4
2 Kelompok Ceramah Metode ini bimbingan dilakukan di dalam
kelas yaitu seorang Pembimbing Agama
memberikan materi kepada anak-anak
binaan, terutama materi tentang agama.
Pada metode ini, adanya tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan ataupun
di luar materi saat itu. Namun, bukan hanya
sekedar ceramah saja melainkan
memberikan bimbingan motivasi pula.
Cerita Metode ini bimbingan disampaikan melalu
(Kisah) cerita-cerita berupa kisah yang berisi suatu
hikmah kehidupan yang dapat diambil
dijadikan sebuah pembelajaran ataupun
cerita pada zaman dahulu seperti kisah
Nabi, dll sehingga dapat tergambarkan
suatu peristiwa dan kejadiannya. Metode
cerita ini merupakan yang paling efektif
dikarenakan disenangi oleh anak-anak
binaan.
Keteladanan Metode ini digunakan sebagai pemberian
contoh yang baik dari Pembimbing Agama
ataupun pengurus lainnya kepada anak-
anak binaan. Misalnya, ketika anak-anak
binaan sedang berkumpul di dalam suatu
ruangan kelas dan saat itu sudah memasuki
waktu dzuhur, maka Pembimbing Agama
langsung mengambil air wudhu kemudian
shalat di ruangan tersebut. Dari hal ini
dapat diketahui yaitu agar dapat diikuti oleh
anak-anak binaan meskipun secara bertahap
dan tidak semua anak binaan langsung
mengikuti.
Wawancara Metode ini hampir sama dengan home visit
yaitu untuk mengetahui permasalahan anak
binaan. Perbedaannya adalah metode
wawancara ini dilakukan langsung di
yayasan sedangkan home visit berkunjung
langsung ke rumah anak binaan. Selain itu
pada metode wawancara terdapat
Pembimbing Agama, pengurus, anak
binaan dan orang tua anak dipanggil ke
yayasan sedangkan home visit hanya secara
pribadi antara Pembimng Agama atau
pengurus dengan anak binaan.
Sumber: Hasil Wawancara dengan Ustadz Baihakki8

8
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5

Pada tabel 3 di atas dijelaskan kembali bahwa Metode Bimbingan


Agama yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi ini terbagi kedalam
dua bagian di antaranya sebagai berikut:
1. Metode Individual
Metode Individual merupakan teknik pemberian bantuan yang
bersifat face to face relationship hubungan empat mata yang dilakukan
pembimbing dengan anak binaan, masalah yang dihadapi bisa bersifat
pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini pembimbing
dituntut untuk bersifat bersimpati (menunjukan sikap turut merasakan apa
yang mereka rasakan dan alami).
Di Yayasan ini di dalam melakukan Metode Individual, mereka
sering kali melakukan home visit datang langsung berkunjung ke rumah
anak binaan ketika mengetahui salah saeorang dari anak binaan
mempunyai masalah yang tengah dihadapi. Hal ini dapat terlihat karena
pembimbing selalu memperhatikan semua anak binaan dan bila ada
tingkah laku ataupun sikap dari anak binaan yang terlihat tidak seperti
biasanya, maka disitulah harus dicari tahu latar belakang masalahnya agar
dapat diselesaikan permasalahannya. Terkadang permasalahan mereka
dapat diketahui informasinya dari teman terdekat sesama anak binaan
tersebut yang menginformasikan.
2. Metode Kelompok
Metode Kelompok merupakan komunikasi langsung antara
pembimbing dengan anak binaan dengan mengkondisikan dalam bentuk
kelompok. Metode kelompok ini dikoordinatori oleh Pembimbing Agama.
yaitu Ustadz Baihakki. Pendekatan kelompok ini dilakukan dengan
beberapa metode berikut ini, yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik bimbingan dengan
memberikan uraian atau penjelasan melalui penerangan dan penuturan
secara lisan yang banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara
seorang pembimbing terhadap anak binaan. Dalam ceramah-ceramah
5

yang selalu diikuti kemudian dipahami menjadikan kita tau hal-hal


apa yang diperbolehkan dan yang dilarang agama.
Berkaitan dengan Metode Ceramah ini disampaikan dan
dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:
“Saya kebetulan jurusan agama yang datang kesini
ingin membantu dalam sisi agama, tapi pada awal saya
masuk kesini itu memang anak binaannya butuh sekali
wawasan tentang Islam makanya saya sangat ingin
membantu sisi-sisi agama Islamnya, baca tulis Qur‟annya,
tentang tauhidnya, fiqihnya, tentang Nabi-nya dan lain
sebagainya”.9

Metode ceramah ini merupakan salah satu cara untuk bisa


mengintropeksi diri. Pada metode ceramah ini tidak banyak anak
binaan yang aktif paling hanya beberapa saja, mereka hanya
mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedang dijelaskan
oleh pembimbing. Bila memang masih ada yang belum dimengerti,
anak binaan pun pasti ada yang bertanya.

Pembimbing Agama dalam memberikan bimbingan di


Yayasan ini tidak mempersiapkan materi, namun sudah mengetahui
materi apa yang harus disampaikan pada saat itu. Dikarenakan pula
target utama Pembimbing Agama disini adalah pertama, anak-anak
binaan sekarang ini mereka harus bisa membaca Al-Qur‟an dan
kedua, Pembimbing Agama ingin membuka pola piker anak-anak
binaan. Sehingga setiap pertemuan, terkadang sedikit mengulas atau
mengulang pembahasan pertemuan yang telah lalu. Materi yang
pembimbing sampaikan berkaitan dengan memasukan nilai-nilai
agamanya. Berbeda dengan TAS (Taman Anak Sejahtera) sudah
tersedia modulnya masing-masing tapi tidak ada kurikulum yang
mesti mencapai target.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh


Dede Irawati bahwa:

9
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5

”Paling kita dari modul, alat raga terus kita membuat


mereka belajar ngajinya, akhlaknya mereka. Bimbingan
Agama itu dari Ustadz Baihakki dulu atau terkadang dari
Pak Ustadznya langsung ke anaknya. Paling buat kita
evaluasi ya sebelum memberikan bimbingan briefing dulu
sama Ustadznya terutama bagaimana cara harus
mengajarnya gitu. Bimbingan Agamanya baca iqra‟, surat-
surat pendek terus kadang kita suruh hapalin surat-surat
pendek gitu. Pak ustadz juga setiap kita evaluasi sudah
ngasih tau kamu harus seperti ini ya kalo anaknya begini-
begini kalo emang dia ga mau ya udah gak apa-apa biarin
aja ga usah dipaksa dulu, mungkin dia belum mengerti,
jadi kita jalanin aja dulu seperti itu. Kadang ada perintah
dulu dari Ustadz tapi kadang juga kita ngasih masukan
kalo misalkan saya seperti ini salah tidak sih gitu kalo
memang salah ya kita tidak lakuin kalo emang benar buat
kebaikan mereka ya kita lakuin.”10
Pernyataan di atas menerangkan bahwa dalam memberikan
bimbingan kepada anak binaan yang masih berada dalam TAS
(Taman Anak Sejahtera) sudah tersedia modul atau materi
bimbingannya. Jadi sebelum hendak melakukan bimbingan, maka
pengajar TAS (Taman Anak Sejahtera) diharuskan bertemu dengan
Pembimbing Agama untuk membahas materi yang akan dibahas pada
saat itu.

Menurut Pembimbing Agama dalam metode ceramah ini berisi


tentang, yaitu di antaranya:
1) Nasehat
Nasehat disini dengan cara memberi contoh dari para
pembimbing kepada anak-anak binaan. Dengan cara ini, anak
binaan akan mampu memahami dan mengatasi segala bentuk
kesulitan hidup yang dia alami. Pesan yang disampaikan dengan
nasehat cenderung terarah ke arah positif atau dapat diartikan lebih
mengarah pada konsep akhlakul karimah. Terutama dengan
menyisipkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an karena
Al-Qur‟an itu sendiri merupakan untuk membimbing dan
10
Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati., Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.
5

menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan bathin


yang tenang, sehat serta bebas dari konflik kejiwaan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembimbing
dalam memberikan nasehat, yaitu:
a) Memberi nasehat dengan perasaan cinta dan kelembutan, sebab
nasehat orang-orang yang penuh kelembutan dan kasih sayang
mudah diterima dan mampu merubah kehidupan seseorang;
b) Menggunakan gaya bahasa yang halus dan baik;
c) Meninggalkan gaya bahasa yang kasar dan tidak baik, karena
akan mengakibatkan penolakan dan menyakiti perasaan;
d) Harus menyesuaikan diri dengan aspek tempat, waktu dan
materi;
e) Menyampaikan hal-hal yang utama, pokok dan penting.
Saat pembimbing memberikan nasehat, pembimbing
terlebih dahulu melihat situasi yang tepat saat hendak memberikan
nasehat, baik itu secara individu ataupun kelompok. Terutama
memberikan nasehat secara individu, karena mereka harus
mengetahui terlebih dahulu mengenai mana hal yang baik dan
mana hal yang tidak baik agar ketika memberi nasehat, anak-anak
binaan dapat memahaminya kemudian menerapkannya. Sebab,
anak-anak binaan yang tadinya lebih terpengaruh akibat pergaulan
di luar lingkungannya sehingga tidak dapat langsung menerima
nasehat yang diucapkan jadi pembimbing harus mengerti dan
mencoba memahami isi hati anak binaan tersebut. Hal ini terlihat
ketika selesai melakukan bimbingan BBQ (Belajar Baca Qur‟an),
maka diakhir kegiatan pembimbing selalu memberikan nasehat-
nasehatnya yang baik agar dapat selalu diingat oleh anak-anak
binaan tersebut.
2) Materi Motivasi
Selain memberikan nasehat, disertai dengan memberikan
motivasi pula kepada anak-anak binaan agar tumbuh semangat
dalam diri mereka. Materi yang disampaikan disini yaitu mengenai
6

motivasi untuk anak-anak binaan. Motivasi itu sendiri berarti


dorongan agar seseorang melakukan sesuatu yang didapat bisa
bersumber dari mana saja, entah itu dari diri sendiri ataupun dari
hal ataupun orang lain.
Dorongan yang disebut motivasi itu juga yang menjadi
suatu sumber tenaga dalam diri seseorang mengerjakan suatu hal
agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkannya. Dalam hal
ini pembimbing memberikan motivasi yang berbentuk positif
sehingga akan muncul dorongan yang baik bagi anak-anak binaan.
Misalnya, sosok pengusaha tangguh yaitu Siti Khadijah, sosok
pebisnis dan berdagang cara Nabi Muhammad SAW, kisah bisnis
Ustadz Yususf Mansur, dll.
Ketika pembimbing memberikan materi motivasi,
pembimbing selalu memberikan dorongan-dorongan semangat
untuk anak-anak binaan terutama dalam menjalani kehidupan
namun tak terlepas dengan menyelipkan nilai-nilai keagamaan
dalam menghubungkannya karena hal yang paling utama itu adalah
agama. Bila pondasi agamanya kuat, maka akan berpengaruh pula
kepada pemikirannya dalam melihat sisi kehidupan serta
bagaimana menghadapi setiap kesulitan dan permasalahan yang
tengah dihadapi.
b. Metode Cerita (Kisah)
Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk
cerita. Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-
nilai akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi
yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah
kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh
karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu strategi yang
disenangi anak-anak binaan.
Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Cerita (Kisah) ini
disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:
6

”Disini kami sisipi dari program TAS (Taman Anak


Sejahtera) “A dan B” ada sisi-sisi nilai agamanya, harian
shalat bagaimana kemudian cerita-cerita Nabi, kisah-kisah
para sahabat dan lain sebagainya”.11

Hal serupa disampaikan pula oleh salah satu anak


binaan yang bernama Wahyu bahwa:

“Nyuruh shalat, cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang


akhirat dan api neraka, nyontohin perilaku apalagi harus
sopan.”12

Bercerita kisah para Nabi, para sahabat dan lainnya lebih


mudah untuk mengingat terutama bagi anak-anak yang senang
dengan mendengarkan cerita-cerita yang sebelumnya belum pernah ia
ketahui. Adanya nilai-nilai agama yang terkandung dari setiap cerita,
anak-anak binaan dapat memahami jelas dan lebih senang mengambil
hikmah dari setiap inti cerita tersebut.
c. Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode
yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk
individu secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pembimbing
merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah
laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan
semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya dalam
bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun
spiritual. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik
buruknya seseorang yang dibimbing.
Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang
baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan
merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu
dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya,
untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh

11
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
12
Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6

atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka


pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.
Berkaitan dengan pelaksanaan Metode Keteladanan ini
disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:

“Biasanya saya memberikan contoh shalat, saya


tidak pernah banyak ngomong ataupun memaksa nyuruh
mereka shalat. Saya ditengah mereka shalat saja, misalnya
di Aula mereka lagi ngapain saya numpang shalat saja.
Dari awal saya kesini sampai sekarang Alhamdulillah
mulai ada perkembangan, dalam artian yang awalnya tidak
sama sekali lalu sekarang kalau saya shalat, mereka sudah
ikut dibelakang saya, sekarang-sekarang udah ngikutin
jama‟ah. Makanya saya melakukannya saja duluan, saya
berusaha untuk bisa menjadi teladan yang baik, semua
orang yang datang kesini juga sama. Kita harus
memberikan contoh terlebih dahulu, kalo dia sudah merasa
“oh ternyata bener, baik dan lain sebagainya” penilaian
mereka seperti itu maka nanti juga akan diikutin oleh
mereka. Secara pelan-pelan, memang agak lama tapi saya
yakin suatu saat nanti akan dapat yang saya mau seperti
itu”.13
Hal serupa disampaikan pula oleh anak binaan yang bernama
Agus dan Napriadi bahwa:

“Ustadz Baihakki sering nyuruh shalat, mengaji,


membaca Al-Qur‟an meskipun saya belum bisa baca Al-
Qur‟an tapi dengan sabar Ustadz Baihakki
mengajarkan”.14
“Ustadz Baihakki sudah memberikan contoh yang
baik.”15
Pernyataan di atas menerangkan bahwa memang benar
Pembimbing Agama di Yayasan ini sudah memberikan suri tauladan
yang baik kepada anak-anak binaan, tidak itu saja tetapi juga kepada
para pengurus di Yayasan tersebut. Karena pada dasarnya anak-anak

13
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
14
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
15
Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,
Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6

binaan itu tergantung dari apa yang dilihat dan dicontoh dari sekitar
lingkungan Yayasan.

d. Metode Wawancara
Metode Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara
pembimbing agama dan anak binaan untuk menggali informasi
berkenaan dengan masalah anak binaan tersebut. Wawancara
dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan artinya teknik ini
berlaku ketika seorang menemukan masalah pada anak binaan atau
anak binaan tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya.
Dalam wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada
anak binaan. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan
anak binaan tersebut di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal
kemungkinan terjadi gangguan kejiwaan pada anak binaan
berdasarkan latar belakang mereka. Jika anak binaan tersebut
menimbulkan perilaku yang kurang baik sehingga mengganggu
kegiatan mereka di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka pembimbing
akan memberikan penanganan secara khusus, baik melalui nasehat
atau melalui motivasi.
Pembimbing di Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak hanya
melakukan wawancara dengan anak binaan saja, namun juga dengan
orang tua dari anak binaan tersebut diwawancarai pula agar
mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai sebuah
permasalahan yang tengah dihadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Ustadz Baihakki:
“Sesekali atau beberapa kali kita memanggil orang
tuanya untuk ditanyakan ada masalah bagaimana, kita
tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana, shalat atau
tidak dan lain-lain hal lainnya, pendekatannya seperti itu
sebab yang lebih ngena sebetulnya. Dulu pernah di TAS
itu saya panggil orang tuanya satu-satu bahkan sampai ada
yang nangis”16

16
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
6

Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan mewawancarai


anaknya saja tidak cukup, melainkan sesekali mesti melibatkan orang
tua untuk ditanyakan perihal permasalahan anaknya ataupun
permasalahan keluarga. Dengan begitu akan terbayangkan dengan
jelas apa-apa saja yang menjadi permasalahan dan akan dibantu
penyelesaian masalahanya secara tepat.
Permasalahan anak tersebut agar lebih mudah mengetahui
dapat dilakukan dengan sharing, pembimbing sharing dengan mereka
dengan cara pendekatan ekstra termasuk pelayanannya juga karena
untuk mengetahui psikologis mereka. Apa yang tengah mereka
rasakan di lingkungan keluarganya. Di yayasan ini mendampingi
dengan dua cara yaitu memberikan perhatian dan kasih sayang.
Alasannya dikarenakan anak-anak binaan yang berada di yayasan ini,
pertama, mereka tidak total diurus oleh orang tuanya istilahnya
dibiarkan begitu saja atau orang tua acuh tak acuh terhadap anak.
Kedua, ada anak yatim piatu yang diurus oleh orang terdekat
di lingkungannya dan kebanyakan bukan keluarganya. Ketiga, ada
beberapa anak yang orang tuanya meninggalkan anak tersebut begitu
saja sehingga anak dititipkan kepada yayasan ini. Keempat, ada juga
yang karena kasus perceraian akhirnya orang tuanya berpisah
kemudian mereka tidak mempunyai orang yang dapat dicontoh.
Sehingga banyak anak yang memang nyaman dan betah tinggal di
yayasan, hanya saja phak yayasan tidak memperbolehkan karena
sesuai dengan tujuan yayasan itu sendiri yaitu mengembalikan anak ke
sekolah dan ke orang tuanya karena orang tuapun harus
bertanggungjawab kepada anaknya bukan untuk dilepas begitu saja.
Seorang anak itu merupakan manusia yang diciptakan dan dititipkn
oleh Allah melalui rahim seorang ibu, sehingga orang tua juga tidak
bisa sembarangan tinggal menitipkan di yayasan ataupun panti.
6

C. Karakteristik dan Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian Anak


Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh selama


berinteraksi dengan orang lain dan individu akan terus belajar untuk bersikap
mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu
pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak sendiri, termasuk kemandirian
itu dapat diperoleh dengan pola pembentukan secara sistematis melalui pola
bimbingan dan pendidikan. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat
memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap.
Kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan
disekitarnya adalah hal yang dibutuhkan untuk menjadi seseorang yang
mandiri dan dapat mencapai kemandirian atas dirinya sendiri. Kemandirian
anak jalanan tidak dapat dengan mudah terbentuk karena faktor kebiasaan
mereka dari yang biasa di jalanan, sikap mereka pun banyak terpengaruh dari
luar sehingga perlu proses yang panjang untuk dapat melatih mereka menjadi
lebih mandiri. Bila anak dapat berkembang sesuai dengan fase
perkembangannya, maka pada masa depan anak dapat melaksanakan
tugasnya sebagai generasi penerus.
Kehidupan anak jalanan yang banyak resikonya menandakan bahwa
mereka belum mandiri dalam menilai dan mengembangkan potensi dalam
dirinya sendiri. Setiap anak memiliki potensinya masing-masing, hanya saja
anak jalanan tidak mampu melihat dan mengembangkan potensi yang
dimiliknya sehingga mereka belum bisa mandiri menjalankan fungsi
sosialnya di tengah-tengah masyarakat. Jalanan bukanlah lingkungan yang
aman dan cocok bagi tumbuh kembang anak. Ketidakmandirian anak jalanan
di lingkungannya membahayakan dirinya sendiri karena banyak kondisi-
kondisi rawan yang diterimanya oleh orang-orang di sekitarnya.17

17
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari http:// (3)
download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 3
6

Tabel 4
Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian
No Treatment Keberdayaan Mandiri
1 2 3 4
1 Program - Anak binaan sudah bisa - Disiplin terhadap waktu
Taman menulis sendiri
Anak - Anak binaan sudah bisa - Anak binaan bersikap lebih
Sejahtera membaca sendiri baik dan sopan
(TAS) - Anak binaan mengetahui - Wawasan anak binaan
pelajaran-pelajaran seperti lebih luas seputar ilmu
di sekolah pada umumnya pengetahuan
- Anak binaan mempunyai - Mengerjakan PR bila
ilmu pengetahuan ditugaskan oleh pengajar
- Anak binaan mampu - Menerima bila ditegur
mengisi soal-soal yang karena melakukan
diberikan oleh pengajar kesalahan
- Anak binaan dapat - Berpikir terlebih dahulu
merasakan sekolah seperti sebelum bertindak
anak-anak lainnya
- Anak binaan mau - Sadar akan tanggungjawab
mengikuti peraturan belajar sebagai murid dan anak
di ruang kelas binaan
- Anak binaan mampu - Berani dalam meng-
bekerja kelompok. utarakan pendapat.

2 Program - Anak binaan diajarkan tata - Anak binaan tidak lupa


Bimbingan cara dan bacaan shalat shalat meskipun sedang
Agama melakukan kegiatan
- Anak binaan memahami - Anak binaan secara sadar
tentang puasa berpuasa di bulan
Ramadhan
- Anak binaan mengerti - Anak binaan menerapkan
tentang amal baik dan amal keteladanan Pembimbing
buruk Agama kedalam kehidupan
sehari-hari
- Anak binaan mengetahui - Anak binaan dapat
kisah Nabi meneladani sikap terpuji
dari kehidupan Nabi
- Anak binaan mengetahui - Anak binaan meyakini
rukun Islam dan rukun bahwa setiap rezeki telah
iman diatur oleh Allah
- Anak binaan mengetahui - Anak binaan menyadari
sifat wajib dan jaiz bagi bahwa setiap permasalahan
Allah yang terjadi adalah atas
kehendak Allah.
- Anak binaan mengetahui - Anak binaan shalat tepat
Nama-nama Malaikat waktu
beserta tugasnya
- Anak binaan diajarkan - Anak binaan selalu berdo‟a
do‟a-do‟a harian. terlebih dahulu
6

1 2 3 4
3 Program - Anak binaan dibimbing - Tanpa disuruh lagi, setelah
Belajar dalam membaca Iqra selesai shalat maghrib anak
Baca kemudian bertahap lanjut binaan ada yang mengaji
Qur‟an ke Al-Qur‟an sendiri tanpa dibimbing
(BBQ) - Anak binaan mengetahui - Anak binaan dengan sadar
huruf-huruf hijaiyah menghafal surat-surat
pendek Al-Qur‟an yang
mereka bisa meskipun
belum ditugaskan oleh
Pembimbing Agama
- Anak binaan diajarkan - Anak binaan membaca Al-
hukum bacaan tajwid Qur‟an dengan baik.
- Anak binaan diberikan - Anak binaan melaporkan
tugas hafalan surat-surat hasil hafalan surat yang
pendek Al-Qur‟an. ditugaskan tepat waktu.
4 Program - Anak binaan dilatih alat- - Setiap ada event acara dari
Musik alat musik seperti gitar, luar, beberapa anak binaan
drum dan piano dipanggil untuk mengisi
pada acara tersebut dan
menampilkan seni musik
- Anak binaan dilatih vokal - Setelah kegiatan belajar di
suara untuk bernyanyi. kelas selesai, anak binaan
berlatih sendiri di ruang
musik.
5 Program - Anak binaan diajarkan bela - Anak binaan menangkap
Karate diri karate dengan cepat setiap
(Bela Diri) gerakan yang diajarkan
- Satu anak binaan yang - Bila pembina berhalangan
sudah mahir, dipercaya melatih, maka anak binaan
untuk memimpin latihan berlatih dengan sendirinya
karate mewakili pelatih dipimpin oleh satu anak
karate. yang sudah dipercaya
- Anak binaan diujikan - Anak binaan berlatih
untuk penaikan tingkat dengan sungguh-sungguh.
sabuk.
6 Program - Anak binaan diajarkan seni - Hasil kerajinan tangan oleh
Seni Lukis lukis seperti diawali anak binaan dipajang di
dan dengan gambar ruangan kelas ataupun
Kerajinan menggambar sederhana ruangan-ruangan lainnya
Tangan dengan pensil warna untuk menambah ke-
indahan ruangan, seperti
origami yang dibentuk-
bentuk lalu dipajang
- Anak binaan diajarkan - Hasil kerajinan tangan
kerajinan tangan seperti dapat dimanfaatkan, seperti
membuat sesuatu dari untuk tempat spidol kelas.
kertas origami, dll.
Sumber: Hasil Observasi Lapangan.
6

Pada tabel 4 di atas dijelaskan kembali bahwa dalam tahapan-tahapan


pembentukan kemandirian anak jalanan diawali dengan treatment yang berisi
tentang program bimbingan, program keseharian dan program memimpin
program yang terdapat di yayasan. Pada keberdayaan merupakan faktor
pembentukan kemandirian yang berisi tentang ajaran agama (materi),
pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas yang ada di yayasan. Terakhir
ada mandiri yang berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta kesepakatan
bersama. Dari treatment, keberdayaan dan mandiri dapat dijelaskan bahwa
dalam proses pembentukan kemandirian anak jalanan berawal dari
pembahasan mengenai faktor-faktor pembentukan, lalu dilanjutkan dengan
proses pembentukan kemandirian. Setelah semua bagian dilaksanakan, maka
kemandirian akan terwujud, artinya kemandirian akan terwujud setelah proses
pembentukan dengan dengan beberapa tahapannya terlaksana.
Memberdayakan anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi dengan
melakukan pendekatan yaitu pendekatan pertama adalah dengan memberikan
tempat berteduh yang layak dan memberikan makan yang bergizi. Anak-anak
yang dibiarkan tidur di tempat sembarangan akan mengancam kesehatan fisik
mereka. Selain pemberian perlindungan secara fisik, para pembina
memberikan rumah secara psikologis yaitu yang disebut rumah singgah.
Anak-anak tidak membutuhkan materi semata, tetapi juga kasih sayang yang
selama ini tidak mereka dapatkan. Bentuk kasih sayang yang ditanamkan
pada diri anak adalah dengan cara menghilangkan sekat antara Pembina
dengan anak-anak. Hubungan antara pembina dengan anak-anak binaan
seperti kakak-beradik.
Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh Ali Santoso
bahwa:

“Kita mendampingi dengan sebuah pendekatan yaitu


memberikan perhatian dan kasih sayang. Makanya banyak anak
yang memang betah tinggal disini, hanya saja kita tidak
perbolehkan lama karena sesuai dengan tujuan kami
mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tuanya dan orang
tuapun harus bertanggungjawab kepada anaknya bukan untuk
dilepas begitu saja, anak binaan itu adalah seorang manusia
yang diciptakan oleh Allah lewat Rahim seorang ibu, sehingga
6

orang tua juga tidak bisa sembarangan menitipkan di panti, itu


yang saya sayangkan”.18

Pendekatan kedua, yaitu ketika ingin mengajak anak binaan tinggal


dan belajar di rumah singgah maka para pembina mengadakan pendekatan
persuasif untuk memahami mereka dan agar anak binaan menerima kehadiran
kakak-kakak pembina. Pendekatan ini tidak dilakukan dalam waktu sehari-
dua hari tetapi berbulan-bulan. Demikian juga anak-anak yang sudah tinggal
di rumah singgah perlu dikontrol dan diajak dialog agar mereka tidak
melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya
mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Membangun keakraban antara pembina
dan anak binaan ini penting agar program yang dijalankan bisa berhasil.
Membangun keakraban juga dibangun ketika ada pembina dan
pengurus baru. Karena anak-anak yang tinggal di rumah singgah ini tidak
mudah percaya pada orang baru. Maka untuk bisa membimbing dengan baik,
yang pertama dilakukan adalah membangun kepercayaan pada anak-anak.
Setelah kepercayaan tertanam pada diri anak-anak, maka para pembina sudah
siap memberikan bimbingan.
Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan dijelaskan oleh Ustadz
Baihakki bahwa:
“Pendekatannya lebih kena itu secara personal dan
ceramah. Secara pribadi hanya dua cara itu saja yang sering saya
lakukan. Nasehat secara personal yang berarti sama saja dengan
metode individual dan ceramah secara klasikal yang berarti
sama saja dengan metode kelompok. Sebetulnya keduanya itu
ngena hanya saja kalau yang secara personal itu membutuhkan
waktu banyak sementara saya juga tidak banyak disini waktunya
jadi Alhamdulillah dalam forum kelompok itu juga sudah
lumayan cukup lebih terasa buat mereka.”19
Sikap individu diperoleh selama perkembangannya dan individu akan
terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya mampu berpikir dan bertindak
sendiri. Dengan kemandiriannya, seseorang dapat memilih jalan hidupnya

18
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
19
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
7

untuk berkembang dengan lebih baik. Pada tingkat ini perkembangan


individu sudah sampai pada tingkat mendekatkan diri pada dunia yang
dihadapi dan hidupnya, bukan mengasingkan diri dari dunianya sehingga
menimbulkan kemandirian tak aman. Perkembangan kemandirian anak
binaan menuju tahapan-tahapan kemandirian ini dapat digambarkan dengan 5
karakteristik, yaitu:
1. Anak binaan dapat melakukan segala aktivitasnya secara sendiri meskipun
tetap dengan pengawasan pembimbing di Yayasan;
2. Anak binaan mampu mengatur kehidupan dan diri sendiri, misalnya
makan, mencuci, membersihkan diri, dll;
3. Anak binaan bisa mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap
orang lain;
4. Anak binaan bisa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah
tujuan;
5. Anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
pandangan. Pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat perilaku atau
perbuatan orang-orang disekitarnya terutama para pembimbing di
Yayasan.
Bimbingan Agama yang ada itu ditanamkan pesan-pesan moral,
seperti tentang “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”, “rezeki yang
baik adalah dari usaha sendiri” dan lain sebagainya. Selain ditanamkan pesan-
pesan moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan nilai-nilai yang
sangat bermanfaat bagi kemandirian mereka, misalnya:
1. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri dan Menjadi Diri Sendiri
Rasa percaya diri memegang peranan penting, rasa itu dapat
tumbuh jika anak diberi kepercayaan untuk melakukan hal yang ia mampu
kerjakan sendiri. Jika menginginkan anak-anak mandiri, maka
konsekuensinya harus benar-benar memberi kepercayaan. Tentu saja,
semuanya sesuai dengan ukuran usia. Kemudian pembina mengajari anak-
anak binaan untuk percaya bahwa dirinya “istimewa” dalam ciri khas
mereka masing-masing. Setiap peristiwa dalam hidupnya merupakan
persiapan untuk membangun citra diri anak. Bimbingan agama menjadi
7

sangat penting dalam membekali anak untuk mampu mengaktualisasikan


kemandiriannya. Dalam hal ini, anak binaan diberi kepercayaan untuk
melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif.
2. Komunikasi Terbuka
Para pembimbing selalu bersedia berkomunikasi secara terbuka dan
menjadi tempat curhat anak-anak binaan. Bila anak tertutup, para
pembimbing berusaha memancing dengan pertanyaan ringan tentang
kegiatannya hari itu. Hal ini terlihat saat anak binaan berada di Aula
yayasan sedang sendiri dan dalam keadaan menangis, maka pembimbing
secara perlahan mendekatinya dan berusaha bertanya dengan pertanyaan
ringan agar si anak dapat menceritakan suatu hal, akhirnya anak binaan
tersebutpun mencurahkan isi hati yang ia rasakan bahwa ia sedang
merindukan ibunya yang telah lama terpisah darinya akibat dari perceraian
kedua orangtuanya.
3. Kebiasaan
Salah satu peranan pembimbing dalam kehidupan sehari-hari
adalah membentuk kebiasaan. Kalau anak-anak binaan sudah terbiasa
dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang selalu tergantung
kepada orang lain maka anak-anak binaan selalu dibiasakan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sendiri dan dibiasakan pula untuk
melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Hal ini terlihat ada
anak binaan yang sudah terbiasa menyapu, mengepel, mencuci baju sendiri
bahkan saat selesai ia belajar, ia sering memasak ketika waktu makan
siang.
4. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat dengan disiplin. Sebelum seorang anak
dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplinkan
oleh orang lain atau pembimbing. Syarat utama dalam hal ini adalah
pengawasan dan bimbingan yang konsisten serta konsekuen. Contoh yang
sering terlihat adalah anak-anak binaan harus sudah dapat mengatur waktu
antara bangun tidur, waktu belajar, waktu bermain dan waktu melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya terutama yang ada di Yayasan.
7

Ibarat sebuah perkebunan, kemandirian adalah lahan yang subur yang


memungkinkan tumbuh di dalamnya tanaman-tanaman indah berupa
keteguhan, kreatifitas dan jiwa visioner. Maka tidaklah berlebihan jika
Herwono seorang penulis buku “Seandainya Buku Sepotong Pizza”
mengatakan bahwa diri yang terbaik adalah diri yang memiliki kebebasan
mutlak atau jiwa mandiri.20
Memberikan fasilitas kepada mereka misalkan dengan merancang
suatu saat nanti memiliki usaha yang diurus oleh anak binaan agar mereka
tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu ngamen, mulung,
dan lain-lain. Pihak yayasan akan berusaha agar anak-anak binaan dapat dari
sisi ekonomi lagi dengan berusaha membuat mereka mandiri yaitu dengan
adanya sebuah usaha bersama yang diurus oleh anak binaan, misalnya yang
sudah berjalan itu usaha membuat keripik dan dananya itu dari yayasan,
namun usaha itu sekarang tidak dilanjut lagi dikarenakan pasang surutnya
pembeli walaupun demikian itu tetap bagian dari usaha anak-anak binaan.
Selain itu, bila ada anak binaan yang memiliki potensi, misalnya saja
potensinya itu suatu keahlian maka pihak yayasan akan memberi dana
bantuan untuk membuka usaha, hal ini sudah berjalan dan sudah banyak pula
yang telah berhasil. Kemudian ada cara lain lagi, misalnya secara khusus
anak-anak binaan yang berprestasi akan disekolahkan sampai jenjang kuliah
dan biaya ditanggung oleh pihak yayasan dengan harapan agar kelak semua
anak binaan di yayasan itu dapat meraih kesuksesan.
Hal ini dapat terlihat di dalam memfasilitasi anak binaan, Yayasan
membagi kedalam dua bagian yaitu dalam segi pendidikan dan segi ekonomi.
Dalam segi pendidikan, secara khusus bagi anak-anak binaan yang berprestasi
akan disekolahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi karena agar ia dapat
menggapai cita-cita yang diharapkannya. Salah satunya ada yang sedang
mengemban pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tepatnya di Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan
semester 1 serta ada pula yang sedang mengemban pendidikan di Perguruan

20
Kamaluddin, M., Laode, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan
Bisnis, (Jakarta: Republika, 2006), h. 54-55.
7

Tinggi Swasta yaitu Universtias Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta Selatan.


Dalam segi ekonomi, bagi anak binaan yang memiliki keahlian dalam
beberapa bidang ataupun tidak memiliki keahlian akan diberi dana bantuan
sebagai modal untuk usaha yang akan mereka jalankan sehingga mereka
dapat mandiri dan mencapai kesuksesannya.
Kegiatan-kegiatan yang memang harus terlaksana di Yayasan, para
pembimbing telah berpikir jauh bahwa anak-anak ini harus kembali ke orang
tua di mana ia dilahirkan. Mereka harus menjalani kehidupan normal dan
aktif dalam masyarakat, dan itu dibutuhkan bekal sehingga mereka tidak
kembali ke jalanan. Selama persoalan ekonomi belum disentuh, mereka tetap
amat rawan terhadap upaya-upaya eksploitasi anak sehingga akan kembali ke
jalanan.21
Oleh karenanya, Yayasan ini telah melaksanakan program-program
untuk memberdayakan dan memfasilitasi anak-anak binaan, di antaranya:22
1. Program Taman Anak Sejahtera (TAS). Program ini dikhususkan dan
dilaksanakan setiap hari Senin-Kamis bertempat di kelas yang ada di
yayasan. Pada yayasan ini ada pemberian beasiswa. Disini, anak-anak
yang masih pada usia wajib belajar disekolahkan dan diberi beasiswa,
terutama anak binaan yang mengikuti program Taman Anak Sejahtera
(TAS). Sedangkan selebihnya lagi, diarahkan dengan pemberian bekal
keterampilan. Selama ini ada beberapa bantuan dari para dermawan yang
membantu beasiswa anak-anak. Untuk pendidikan anak-anak dibantu oleh
PT Sucopindo, anak-anak yang sekolah di lembaga formal tersebut
mendapatkan keringanan dari sekolah melalui dana BOS. Pemberian
beasiswa tidak hanya dilakukan untuk anak-anak jalanan saja, tetapi juga
diberikan kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu atau anak yatim
yang tinggal di sekitar yayasan. Sebab sasaran program yayasan tidak
hanya untuk anak jalanan semata, tetapi juga anak tidak mampu dan anak
yatim. Ada pula program bimbingan belajar, bagi anak-anak yang ingin

21
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
22
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
7

mendapatkan tambahan belajar agar lebih mengasah kemampuan berpikir


mereka. Pelaksanaannya sama saja dengan program (Taman Anak
Sejahtera) TAS, namun bedanya kalau program ini dimulai dari siang hari
hingga sore. Jadi anak-anak binaan dapat merasakan sekolah seperti anak-
anak pada umumnya meskipun tidak terlalu formal seperti sekolah biasa.
2. Program Bimbingan Agama. Program ini dikhususkan dan dilaksanakan
setiap hari Rabu dan Sabtu bertempat di kelas yang ada di yayasan.
Adanya program ini tidak hanya sekedar berupa materi saja, melainkan
juga berupa praktek misalnya praktek ibadah shalat yang berupa tata cara
dan bacaannya, praktek berwudhu yang baik dan lain-lain. Anak-anak
binaan pula dilatih untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, menghafal do‟a
sehari-hari seperti do‟a kedua orang tua, do‟a mau makan, do‟a mau tidur,
do‟a belajar dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak-anak binaan dapat
mengamalkan doa‟-do‟a tersebut ke kehidupan mereka sehari-hari
sehingga akan senantiasa mengingat Allah SWT. Pada dasarnya materi
keagamaan tergantung pada tujuan bimbingan yang hendak dicapai.
Namun materi bimbingan keagamaan yang terdapat di yayasan ini
diklasifikasikan menjadi 4 hal pokok, yaitu: Fiqh Ibadah, Aqidah, Syari‟ah
dan Akhlakul Karimah. Fiqh Ibadah merupakan pemahaman mendalam
terhadap nash-nash yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang
berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat yang sah tentang
penghambaan diri manusia kepada Allah SWT. Dalam fiqh ibadah dikaji
beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah SWT, yaitu tentang wudhu,
tayamum, istinja‟, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil
yag memerintahkannya. Dan juga disertai contoh pelaksanaan semua
ibadah yang dimaksud yang datang dari Rasulullah SAW. Aqidah dalam
Islam adalah bersifat i‟tiqad batiniah yang mencakup masalah-masalah
yang erat hubungannya dengan rukun iman. Aqidah (keimanan)
merupakan sesuatu yang diyakini secara bulat tidak diliputi keragu-raguan
sedikit pun dapat menimbulkan sifat jiwa yang tercermin dalam perkataan
dan perbuatan. Hal ini tertumpu dalam kepercayaan dan keyakinan yang
sungguh-sungguh akan ke-Esaan Allah. Masalah syari‟ah dalam Islam
7

berhubungan dengan amalan lahir atau nyata dalam rangka menaati semua
peraturan atau hukum Allah guna pergaulan hidup antara sesama manusia.
Masalah syari‟ah mencakup aspek ibadah dan muamalah yang
dilaksanakan seperti: shalat, puasa dan zakat. Akhlakul karimah atau budi
pekerti adalah suatu sikap atau keadaan yang mendorong untuk melakukan
sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilaksanakan dengan mudah.
Perbuatan ini dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak
menurut Islam sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan manusia. Yang
termasuk akhlak di sini adalah perbuatan baik atau buruk yang
dilaksanakan dengan mudah seperti perbuatan berbakti kepada kedua
orang tua, saling hormat-menghormati, tolong-menolong. Bimbingan
Agama tersebut bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits yang mana
keduanya ini merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu,
bimbingan agama Islam tidaklah dapat terlepas dari dua sumber tersebut,
bahkan bila tidak bersandar dari keduanya (Al-Qur‟an dan Hadits) seluruh
aktivitas bimbingan keagamaan akan sia-sia dan dilarang oleh syariat
Islam.
a. Pada program Bimbingan Agama ini, anak binaan diajarkan materi
pertama tentang tata cara dan bacaan shalat meliputi gerakan-gerakan
shalat, bacaan pada setiap gerakan shalat, syarat sah shalat, rukun shalat
dan hal-hal yang membatalkan shalat, begitupun dengan cara berwudhu
dan hal-hal yang membatalkannya. Materi ini diajarkan paling utama
karena tiang agama itu adalah shalat sehingga anak-anak binaan
diwajibkan untuk dapat shalat lima waktu. Waktu dalam mengajarkan
praktek ibadah shalat ini dilakukan selama satu bulan dibimbing oleh
Pembimbing Agama dan pengajar yang ada di yayasan, melihat kondisi
anak binaan yang tadinya terbiasa hidup di jalanan secara bebas
sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama agar anak-anak binaan
dapat memahami dan hafal bacaan dalam praktek ibadah shalat ini.
Metode yang digunakan adalah metode individu dan kelompok dalam
sebuah kelas. Metode individu dilakukan ketika anak binaan praktek
secara perorangan dan metode kelompok dilakukan ketika anak binaan
7

praktek secara berjama‟ah atau shalat berjama‟ah. Hasil dari upaya


membimbing tata cara dan bacaan shalat, akibatnya beberapa anak
binaan menjadi terbiasa ketika sedang bermain di luar ataupun sedang
bermain musik, tidak lupa untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu
bahkan tanpa disuruh lagi mereka dengan sendirinya pergi ke masjid
dekat yayasan untuk shalat berjama‟ah.
b. Materi kedua yang diajarkan yaitu tentang puasa meliputi macam-
macam puasa terutama puasa ramadhan, syarat-syarat puasa, rukun
puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Waktu dalam mengajarkan
materi ini cukup hanya dua minggu dua kali pengajaran karena praktek
puasa dilaksanakan ketika memasuki bulan Ramadhan, dibimbing oleh
Pembimbing Agama dan pengajar yang ada di yayasan. Metode yang
digunakan yaitu metode kelompok dengan cara bercerita dalam sebuah
kelas. Hasil dari upaya membimbing tentang puasa, akibatnya pada
bulan Ramadhan anak binaan dengan sadar berpuasa meskipun
beberapa anak masih ada yang tidak secara penuh selama sebulan
berpuasa dikarenakan mereka masih membiasakan berusaha untuk
berlatih semampu yang mereka bisa.
c. Materi ketiga yang diajarkan yaitu tentang amal baik dan amal buruk
mengenai perbuatan yang diperintah dan dilarang Allah SWT meliputi
semua hal yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan, baik itu
berupa perbuatan, sikap ataupun tingkah laku. Waktu dalam
mengajarkan materi ini tidak menentu atau menyesuaikan karena
banyaknya hal-hal tentang amal baik dan amal buruk yang mesti
dipahami oleh anak-anak binaan sehingga perlu pengajaran berulang-
ulang oleh Pembimbing Agama dan pengajar agar selalu diingat anak-
anak binaan. Metode yang digunakan adalah metode kelompok dengan
metode cerita dalam sebuah kelas dan metode keteladanan yang
dicontoh oleh Pembimbing Agama. Adanya metode cerita memudahkan
anak-anak binaan dalam memahami amal baik dan amal buruk sebab
tergambarkan seperti apa serta terkandung hikmah-hikmah yang dapat
diambil. Adapun metode keteladanan yang dilakukan oleh Pembimbing
7

Agama agar dapat ditiru anak-anak binaan dalam kehidupan sehari-hari.


Hasil dari upaya membimbing tentang amal baik dan amal buruk,
akibatnya anak binaan berusaha menerapkan keteladanan dari
Pembimbing Agama. Misalnya keteladanan dalam shalat, saat
Pembimbing Agama mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat,
tanpa disuruh lagi anak binaan ikut mengambil air wudhu dan berdiri di
belakang Pembimbing Agama untuk shalat berjama‟ah. Selain itu, anak
binaan sudah bersikap sopan dan santun dikarenakan melihat dari
keseharian yang dilakukan oleh Pembimbing Agama.
d. Materi keempat yang diajarkan yaitu tentang kisah Nabi yang ada 25
diketahui meliputi Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth,
Ismail, Ishaq, Yakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Sueb, Musa, Harun, Daud,
Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yunus, Yahya, Isa, dan Muhammad.
Kisah Nabi disini menceritakan tentang perjalanan hidup Nabi pada
masanya. Waktu dalam mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya
pada hari Rabu dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode yang
digunakan adalah metode cerita atau kisah karena akan tergambarkan
oleh anak-anak binaan mengenai kehidupan para Nabi pada masa itu.
Hasil dari upaya membimbing tentang menceritakan kisah Nabi,
akibatnya dari cerita kisah Nabi Muhammad, anak binaan meneladani
sikap terpuji pada kehidupan Nabi, misalnya anak binaan selalu berkata
jujur dan tidak pernah berani untuk berbohong karena mereka
mengetahui bahwa sifat tersebut tidak disukai oleh Allah SWT.
e. Materi kelima yang diajarkan yaitu tentang rukun Islam dan rukun iman
meliputi rukun Islam ada lima terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa
dan naik haji, sedangkan rukun iman ada enam terdiri dari iman kepada
Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab (Al-Qur‟an),
iman kepada Rasul atau Nabi, iman kepada hari kiamat dan iman
kepada Takdir (Qada dan Qadar). Waktu dalam mengajarkan materi ini
setiap minggu tepatnya pada hari Rabu setelah materi sebelumnya
selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode yang digunakan
adalah metode kelompok dengan metode ceramah dalam sebuah kelas.
7

Metode ceramah ini akan memberikan penjelasan mengenai materi


yang dibahas sehingga anak-anak binaan dapat memahaminya dengan
baik. Hasil dari upaya membimbing tentang rukun Islam dan rukun
Iman, akibatnya anak binaan melihat adanya Qada dan Qadar dari Allah
yang meliputi bahwa rezeki setiap manusia itu telah Allah atur,
membuat anak binaan yakin dan tidak takut kelaparan ataupun tidak
mendapatkan rezeki karena ada saja jalan yang Allah berikan dalam
menjemput rezeki tersebut.
f. Materi keenam yang diajarkan yaitu mengetahui sifat wajib dan jaiz
bagi Allah SWT. Sifat wajib bagi Allah tersebut ada 20 meliputi Wujud
(ada), Qidam (terdahulu), Baqo (kekal atau abadi), Mukholafatul
Lilhawaditsi (berbeda dengan makhluknya), Qiyamuhu Binafsihi
(berdiri dengan sendirinya), Wahdaniyyat (Esa), Qudrat (berkuasa),
Iradat (berkehendak), Ilmun (Maha Mengetahui), Hayat (Maha Hidup),
Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), Kalam (berfirman),
Qadiran (berkuasa), Muridan (berkehendak), ‘Aliman (Maha
Mengetahui), Hayyan (Maha Hidup), Samii’an (Maha Mendengar),
Bashiiran (Maha Melihat), Mutakalliman (Maha Berbicara), dan
termasuk pula Asmaul Usna (99 nama-nama Allah yang baik).
Sedangkan sifat jaiz bagi Allah tersebut ada 13 meliputi Adam (tiada),
Hudus (baru), Fana (lenyap atau rusak), Mumatsalatu Lil Hawaditsi
(serupa dengan yang baru), Ihtiyaju (berkehendak kepada yang lain),
Ta’addud (berbilang), Ajzu (lemah), Karahah (terpaksa), Jahlu (bodoh),
Mautun (mati), Sammu (tuli), A’ma (buta) dan Bukmu (bisu). Waktu
dalam mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya pada hari Rabu
setelah materi sebelumnya selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama.
Metode yang digunakan adalah metode kelompok dengan metode cerita
dalam sebuah kelas karena dengan metode cerita ini memudahkan anak-
anak binaan untuk memahami sifat wajib dan sifat jaiz bagi Allah
sehingga akan tergambarkan penjelasannya. Hasil dari upaya
membimbing tentang sifat wajib dan sifat jaiz bagi Allah, akibatnya
anak binaan menyadari bahwa setiap permasalahan yang terjadi adalah
7

atas kehendak Allah karena Allah memiliki sifat wajib Iradat yang
berarti Maha Berkehendak kepada setiap makhluk yang ada di muka
bumisehingga tidak menyesalkan dan mengeluh atas masalah yang
sedang dihadapi.
g. Materi ketujuh yang diajarkan yaitu mengetahui nama-nama Malaikat
beserta tugasnya yang terbagi menjadi 10 bagian meliputi Malaikat
Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada Rasul dan meniupkan ruh
pada setiap janin saat dalam kandungan ibu, Malaikat Mikail bertugas
memberikan rezeki kepada makhluk di dunia, Malaikat Israfil bertugas
meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izrail bertugas mencabut
nyawa seluruh makhluk hidup, malaikat Munkar bertugas menanyakan
perkara manusia di dalam kubur, Malaikat Nakir bertugas menanyakan
perkara manusia pula di dalam kubur, Malaikat Raqib bertugas
mencatat amalan baik manusia, Malaikat Atid bertugas mencatat
amalan buruk manusia, Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka
dan Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga. Waktu dalam
mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya pada hari Rabu setelah
materi sebelumnya selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode
yang digunakan adalah metode kelompok dengan metode cerita dalam
sebuah kelas karena dengan metode cerita ini memudahkan anak-anak
binaan untuk mengetahui nama-nama Malaikat beserta tugasnya
sehingga akan tergambarkan penjelasannya. Hasil dari upaya
membimbing tentang nama-nama Malaikat beserta tugasnya, akibatnya
anak binaan berusaha untuk shalat secara tepat waktu karena
mengetahui setiap ibadah dan amal perbuatan itu akan dicatat oleh
Malaikat Raqib sedangkan apabila melalaikan shalat maka akan dicatat
oleh Malaikat Atid.
h. Materi kedelapan yang diajarkan yaitu mengenai do‟a-do‟a harian
meliputi do‟a kedua orang tua, do‟a mau dan setelah makan, do‟a mau
dan bangun tidur, do‟a keluar rumah, do‟a keselamatan dunia dan
akhirat, do‟a masuk dan keluar masjid dan do‟a-do‟a lainnya. Waktu
dalam mengajarkan materi ini tidak menentu atau menyesuaikan karena
8

banyaknya do‟a-do‟a yang harus dihafalkan oleh anak-anak binaan


sehingga perlu dibimbing berulang-ulang oleh Pembimbing Agama dan
pengajar agar selalu diingat anak-anak binaan. Metode yang digunakan
adalah metode individu dan kelompok dalam sebuah kelas. Metode
individu dilakukan ketika anak binaan praktek secara perorangan untuk
menghafal do‟a-do‟a harian dan metode kelompok dilakukan ketika
sebelum anak-anak binaan menghafal sehingga membaca secara
bersama do‟a-do‟a yang tertulis di papan tulis. Hasil dari upaya
membimbing tentang do‟a harian, akibatnya setiap hendak melakukan
aktivitas anak binaan selalu membiasakan untuk berdo‟a terlebih
dahulu, walaupun terkadang mereka lupa namun hal tersebut terus
berusaha dilakukan agar menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari dan mendapat keberkahan dari do‟a yang telah diucapkan.
3. Program Belajar Baca Qur‟an (BBQ). Diwajibkan untuk semua anak-anak
binaan terkhusus bagi anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur‟an.
Dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu bertempat di Aula Yayasan.
Anak-anak binaan dibimbing dalam membaca Al-Qur‟an bahkan sebagian
masih banyak yang masih Iqra‟. Selain itu, anak-anak binaan diharuskan
pula menghafal bacaan surat-surat pendek yang ada di dalam Al-Qur‟an
beserta artinya pula dikarenakan agar anak binaan tidak hanya sekedar
hafal bacaannya tapi juga paham makna dari ayat yang dihafalkan tersebut.
Membaca Al-Qur‟an merupakan proses pembimbingan melalui
pembelajaran dalam pembacaan Al-Qur‟an yang memiliki tujuan
pembiasaan yang baik yang harus diterapkan sehari-hari dalam
perkembangan spiritual anak-anak binaan. Belajar Baca Qur‟an (BBQ)
dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca Al-Qur`an yang
dibimbing secara benar. Target dari program ini sendiri adalah: Dalam
waktu kurang lebih satu tahun, diharapkan setiap anak binaan memiliki
kemampuan membaca Al-Qur`an dengan benar sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmu tajwid, melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup
dalam suasana yang Islami, hafal beberapa surat pendek, ayat-ayat pilihan
dan do'a sehari-hari dan dapat menulis huruf Al-Qur`an. Membaca Al-
8

Qur`an dengan menggunakan buku Iqra` jilid 1-6, kemudian dilanjutkan


dengan tadarus Al-Qur`an dimulai dari juz 1. Sebagai materi tambahan
atau penunjang adalah hafalan bacaan shalat, surah-surah pendek, do'a-
do'a sehari-hari dan ayat-ayat pilihan. Adapun adab-adab yang
Pembimbing Agama ajarkan ketika membaca Al-Qur‟an yaitu:
Disunahkan untuk berwudhlu dalam membaca Al-Qur‟an karena itu
adalah dzikir yang paling utama, disunahkan membaca ditempat yang
bersih, disunahkan untuk duduk sambil menghadap kiblat dengan khusyu‟,
tenang dan menunudukkan kepala, disunahakan untuk bersiwak sebagai
bentuk pengagungan dan pensucian, atau bila tidak berkumur saja dan
disunahkan untuk membaca ta‟awwudz sebelum membaca Al-Qur‟an.
Setelah anak binaan memiliki pengetahuan mengenai pentingnya
kemampuan membaca Al-Qur‟an, kondisi ini dilanjutkan dengan
memberikan pengetahuan bahwa Al-Qur‟an itu dinarasikan dalam Bahasa
Arab yang memiliki norma, kaidah dan aturan-aturan tersendiri dalam
membacanya, misalnya yang paling dasar adalah membaca Al-Qur‟an dan
Hadits dimulai dari arah sebelah kanan ke kiri. Pada tahap selanjutnya
pengajar juga memberikan pengetahuan bahwa ilmu tajwid adalah bagian
dari cabang ilmu yang dapat membantu seseorang untuk membaca Al-
Qur‟an dengan baik dan benar, tentu saja dalam penyampaiannya harus
dengan cara bertahap. Untuk ilmu tajwid saja tidak semua cabangnya
diberikan kepada anak-anak binaan, dengan demikian dibutuhkan
kesabaran dan keteladanan dari pengajar untuk mengarahkan dan mendidik
anak binaan.
Pada program Belajar Baca Qur‟an (BBQ) ini, waktu
pelaksanaannya dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu tepatnya pukul
13.30-15.00 WIB dibimbing oleh Ustadz Baihakki (Pembimbing Agama)
dan Dede Irawati (pengajar). Metode yang digunakan adalah metode
individu dan kelompok dalam sebuah kelas. Metode individu dilakukan
ketika anak binaan membaca Iqra‟ atau Al-Qur‟an secara sendiri-sendiri
dengan bimbingan dari Ustadz Baihakki dan Dede Irawati sedangkan
metode kelompok dilakukan ketika anak-anak binaan membaca Iqra‟ atau
8

Al-Qur‟an secara bersama dengan bimbingan Ustadz Baihakki dan Dede


Irawati pula.
a. Anak binaan terlebih dahulu diajarkan huruf-huruf hijaiyah oleh
Pembimbing Agama dan pengajar agar dapat memahami bacaan yang
terdapat pada Iqra‟ dan Al-Qur‟an. Cara ini merupakan cara yang
paling dasar bagi anak binaan untuk mempelajari Baca Tulis Qur‟an
(BBQ) sehingga anak binaan dapat mengenal bunyi dan huruf hijaiyah,
mengenal syakal, mengenal huruf sambung, mengenal bacaan panjang
pendek, dan lain-lain. Biasanya mengenalkan huruf-huruf hijaiyah
diiringi dengan sebuah nada yang membuat dinyanyikan menjadi lagu
agar mudah diingat oleh anak binaan. Hasil dari upaya membimbing
mengenalkan huruf-huruf hijaiyah terlebih dahulu, akibatnya anak
binaan mengetahui huruf arab dalam bentuk dasar huruf hijaiyah dan
mereka akan dengan mudah membaca huruf arab tanpa harus
kebingungan lagi, termasuk pula saat menulis huruf arab.
b. Setelah itu, anak binaan dibimbing secara bertahap dalam membaca
Iqra‟ kemudian melanjutkan ke Al-Qur‟an. Sebelum anak binaan mulai
belajar membaca kitab suci Al-Qur‟an, biasanya waktu ngaji mereka
diajari dulu cara membaca huruf-huruf arab sesuai dengan tingkatan
kemampuannya saat ini. Semua mungkin diawali dengan membaca
Iqra‟ jilid 1 dan mereka barus siap membaca Al-Qur‟an setelah lulus
Iqra‟ jilid 5 atau 6. Hasil dari upaya membimbing secara bertahap
dalam membaca Iqra‟ menuju ke Al-Qur‟an, akibatnya anak binaan
sudah terlatih dan tanpa diperintah kembali setelah selesai
melaksanakan shalat maghrib anak binaan ada yang mengaji sendiri
tanpa dibimbing meskipun hanya mengaji Juz „Amma saja. Selain itu,
anak binaan dengan sadar menghafal surat-surat pendek Al-Qur‟an
yang mereka bisa meskipun belum ditugaskan oleh Pembimbing
Agama, tentunya surat yang tidak begitu terlalu panjang dan banyak
jumlah ayat misalnya surat At-Tin, Adh-Dhuha, Al-Qadr, Al-„Adiyaat,
At-Takaatsur, Al-Fiil, Quraisy, Al-Maa‟uun, Al-Kaafiruun.
8

c. Anak binaan diajarkan pula hukum bacaan tajwidnya agar mereka dapat
membaca secara baik dan benar, tidak hanya sekedar membaca saja.
Tajwid merupakan konsep ilmu yang menjelaskan tentang cara
membaca Al-Qur‟an, baik membunyikan huruf, tempat yang tepat
untuk berhenti, sebab-sebab dan hukum-hukum bacaan, serta hal
lainnya yang terkait dengan bacaan Al-Qur‟an. Hal ini menandakan
bahwa ilmu tajwid memiliki peran yang penting dalam membaca Al-
Qur‟an bagi setiap muslim. Hasil dari upaya membimbing hukum
bacaan tajwid, akibatnya anak binaan dapat membaca Juz „Amma
ataupun Al-Qur‟an dengan baik sesuai makhrijal huruf dan tajwidnya,
mengetahui dan mempraktekan cara membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan tidak banyak melakukan kesalahan saat membaca Al-Qur‟an.
d. Pembimbing Agama dan pengajar memberikan tugas hafalan surat-surat
pendek yang ada dalam Al-Qur‟an pula agar dapat mereka amalkan
terutama untuk bacaan shalat. Awalnya mungkin tugas menghafal ini
dianggap menjadi beban, namun manfaatnya demi kebaikan anak
binaan itu sendiri karena anak yang terbiasa dalam menghafal surat-
surat pendek, secara tidak langsung dia akan lebih bisa berdisiplin,
mengatur waktu dan anak akan belajar keseriusan dalam menjalani
hidup. Hasil dari upaya memberikan tugas hafalan surat-surat pendek
ini, akibatnya membuat anak binaan bersemangat dalam melaporkan
hasil hafalan surat yang ditugaskan secara tepat waktu karena mereka
sudah sadar akan tanggung jawab dari tugas yang telah diperintahkan
oleh Pembimbing Agama.
Dari hal ini, dapat terlihat bahwa anak binaan bersungguh-sungguh
ingin merubah kehidupan mereka kepada yang lebih baik dan untuk bekal
mereka di masa mendatang dalam menghadapi tata cara hidup sesuai
ajaran Al-Qur‟an. Anak binaan membutuhkan wawasan tentang Islam
sehingga perlu dibantu dari sisi-sisi agama Islamnya terutama dalam
membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar. Melihat kondisi anak binaan
yang terbiasa hidup di jalanan serta hidup bebas, membutuhkan kesabaran
yang besar bagi Pembimbing Agama dan pengajar dalam mengajarkan.
8

Selain itu, Pembimbing Agama tidak hanya mengajarkan Al-Qur‟an saja


melainkan melakukan pengkajian Al-Qur‟an agar anak-anak binaan bisa
mengetahui makna dan isi kandungan Al-Qur‟an tersebut. Pembimbing
Agama memiliki semangat yang tinggi dalam mengajarkan anak-anak
binaan untuk bisa membaca Al-Qur‟an dengan cara memberikan
pemahaman kepada mereka apa tujuan dari belajar Al-Qur‟an dan kenapa
diwajibkan bisa membaca Al-Qur‟an. Pemberian pemahaman bahwa Al-
Qur‟an adalah petunjuk sehingga tidak hanya sekedar untuk bisa atau
target membaca Al-Qur‟an saja, namun isi Al-Qur‟an itu pun harus
dipedulikan. Anak-anak binaan dapat memahami kandungan yang ada
dalam Al-Quran membuat akhlak dan shalatnya juga akan mengikuti
karenaseperti itu yang diajarkan dalam Al-Qur‟an. Pembimbing Agama
tidak mengharapkan anak-anak binaan mengikuti belajar Al-Qur‟an, tetapi
mereka di luar sana maasih bersikap sama seperti sebelumnya kehidupan
di jalanan. Meskipun memang berat perjuangannya bagi Pembimbing
Agama dan pengajar melihat keadaan anak-anak binaan di luar sana lebih
bebas lagi kehidupannya, bertemu teman-teman anak jalanan yang lain
bahkan preman sehingga tarik-tarikannya lebih kuat namun tidak membuat
Pembimbing Agama putus asa untuk berusaha dapat merubah anak-anak
binaan dari pola pikirnya mengenai kehidupan dari sisi agama Islam.
4. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan ke dunia musik, mereka
diarahkan kepada kecenderungannya tersebut. Dilaksanakan pada hari
Sabtu dan Minggu bertempat di Studio Yayasan. Musik bagi mereka sudah
tertanam sejak awal karena anak-anak melihat orang lain bisa makan dan
mencari uang itu dari musik. Bahkan beberapa anak binaan dari Yayasan
ini pernah manggung di acara PT Sucopindo.
5. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan pada keahlian bela diri,
maka mereka diarahkan kepada keterampilan karate. Dilaksanakan pada
hari Sabtu dan Minggu bertempat di Aula Yayasan, dan terkadang ada
penambahan jadwal pada hari Kamis atau Jum‟at. Program ini sama saja
dengan olahraga. Bahkan salah satu anak binaan yang usianya masih 13
tahun sudah ada yang langsung naik tingkat ke Sabuk Biru Sehingga
8

dipercaya Pembina untuk membantu melatih anak-anak binaan yang lain


yang belum naik tingkat.
6. Bagi anak-anak yang memiliki kecenderungan pada kerajinan tangan dan
seni lukis, maka mereka akan diarahkan pada kecenderungannya itu.
Pelaksanaannya hanya satu hari yaitu pada hari Rabu saja bertempat di
Kelas yang ada di Yayasan. Dengan harapan anak-anak binaan dapat
mengeluarkan ide-ide dan kreativitasnya sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bahkan berdaya guna. Selain itu, dapat mengasah
bakat seni mereka pula.
Inilah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan dalam membina anak-
anak jalanan. Memang tidak ada konsep khsusus bimbingan agama untuk
kemandirian anak jalanan, akan tetapi yang jelas bahwa bimbingan mental
keagamaan merupakan tahap awal untuk mengarahkan anak menjadi orang
yang mandiri. Tanpa ditanamkan nilai-nilai keagamaan untuk menyadarkan
eksistensi mereka di jalanan yang penuh resiko dan kembali ke kehidupan
yang normal sulit untuk mengarahkan mereka kepada bimbingan berikutnya,
khususnya kemandirian dalam ekonomi. Kehidupan anak-anak yang
beroperasi di jalanan dan mudahnya mereka mendapatkan uang selama di
jalanan merupakan kendala tersendiri dalam pembinaan anak jalanan.
Langkah maksimal yang bisa dilakukan adalah mengurangi intensitas anak-
anak tersebut beroperasi di jalanan.
Dengan merubah cara pola berpikir anak binaan, maka pembimbing di
Yayasan Bina Anak Pertiwi mengajak anak untuk selalu berpikir optimis ke
depan. Karena kehidupan masa depan itu lahir dari bagaimana cara kita dalam
menjalani kehidupan sendiri. Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan
dijelaskan oleh Ustadz Baihakki bahwa:
“Karena ada juga anak yayasan yang sudah tidak
bergantung pada yayasan, mereka dulu anak binaan sini dan
mereka sekarang sudah punya keahlian misalkan bisa service HP,
sekarang udah punya toko disana, kemarin HP saya yang satu lagi
juga dibetulin oleh anak binaan sini, jadi ada yang seperti itu, ada
yang punya bengkel, ada yang punya bermacam-macam, saya
tidak terlalu hafal. Intinya mereka sudah bisa dari sisi ekonomi,
8

mereka sudah bisa mencari uang yang halal tidak seperti dulu
lagi, itu berarti mereka sudah dapat dikatakan mandiri”23

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak jalanan yang


tadinya mencari uang dengan ngamen di jalanan atau mulung dan saat ia
masuk ke Yayasan tidak melakukan hal itu lagi sehingga ia mencoba-coba
mencari tahu keahlian apa yang dimilikinya. Sampai pada akhirnya ia
memiliki keahlian service HP, kemudian ia sudah dapat membuka toko
Service HP. Dengan berusaha semampu yang ia bisa, anak binaan tersebut
menjadi seorang anak yang mandiri dan dari sisi ekonomi sendiripun sudah
dapat mencari uang dengan cara yang halal, tidak seperti dahulu lagi.
Hal ini menandakan bahwa seorang anak tersebut telah terlatih dalam
kemampuan life skill-nya. Menurut J. Danish Life skill adalah suatu
keterampilan hidup yang membantu kita untuk sukses di beragam lingkungan
dimana kita hidup seperti di sekolah, rumah dan lingkungan sekitar. 24 Anak
binaan amat perlu diajari tentang life skill, karena tujuan akhirnya membuat
anak binaan memiliki kualitas hidup lebih baik dan bisa hidup mandiri. Selain
itu, anak binaan mampu menyiapkan hidupnya dengan keterampilan hidup
dasar serta menjadi orang dewasa yang produktif.
Kemandirian tidak hadir dengan sendirinya, ia dibentuk oleh
kebiasaan yang berulang-ulang. Terutama untuk anak binaan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, membutuhkan bimbingan dan arahan yang intensif dari
pembimbingnya. Agar proses pemkembangan anak dapat berjalan baik dan
terarah. Anak jalanan pun harus mendapatkan haknya seperti anak pada
umumnya, untuk itulah pentingnya Yayasan ini yang memiliki program kerja
pendidikan, keagamaan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan
memberdayakan manusia semaksimal mungkin hingga bermanfaat bagi
masyarakat luas.

23
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
24
Tanti Diniyanti, Mengajarkan Life Skill Kepada Anak, Artikel diakses pada tanggal 17
April 2018 daei http://www.kemangmedicalcare.com
8

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan penulis tentang
Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan
di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka penulis berusaha mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode Bimbingan Agama yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak
Pertiwi terhadap anak binaannya melalui beberapa metode, di antaranya
yaitu metode individual dan metode kelompok. Dalam metode individual
pendekatan dilakukan secara face to face relationship yaitu hubungan
empat mata yang dilakukan seorang pembimbing dengan anak binaan
karena masalah yang dihadapi anak binaan bersifat pribadi sehingga
pendekatan yang dilakukan adalah home visit. Sedangkan metode
kelompok pendekatannya dilakukan dengan beberapa metode, di
antaranya yaitu metode ceramah, metode cerita (kisah), metode
keteladanan dan metode wawancara.
2. Karakteristik anak binaan dalam proses pembentukan kemandirian, di
antaranya anak binaan dapat melakukan segala aktivitasnya secara
sendiri, mampu mengatur kehidupan dan diri sendiri, bisa mengontrol
emosinya, bisa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah
tujuan, serta anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai
dengan pandangannya. Adapun pendekatan Pembimbing Agama menuju
proses kemandirian anak binaan tersebut dengan nasehat, materi motivasi
dan memfasilitasi anak binaan. Di samping ditanamkan pesan-pesan
moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan nilai-nilai yang sangat
bermanfaat bagi kemandirian mereka, misalnya: menumbuhkan rasa
percaya diri dan menjadi diri sendiri, komunikasi terbuka, kebiasaan serta
disiplin.
3. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan diawali
dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program
8

keseharian dan program memimpin program yang terdapat di yayasan.


Pada keberdayaan merupakan faktor pembentukan kemandirian yang
berisi tentang ajaran agama (materi), pengelolaan mandiri dan
penggunaan fasilitas yang ada di yayasan. Terakhir ada mandiri yang
berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta kesepakatan bersama. Dari
treatment, keberdayaan dan mandiri dapat dijelaskan bahwa dalam proses
pembentukan kemandirian anak jalanan berawal dari pembahasan
mengenai faktor-faktor pembentukan, lalu dilanjutkan dengan proses
pembentukan kemandirian. Setelah semua bagian dilaksanakan, maka
kemandirian akan terwujud, artinya kemandirian akan terwujud setelah
proses pembentukan dengan dengan beberapa tahapannya terlaksana.

B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran yang akan
disampaikan guna membangun dan dapat dijadikan evaluasi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas serta tujuan dari penulisan ini yaitu
menjadikan anak-anak jalanan yang mandiri sebagai tolak ukur dari hasil
metode yang digunakan seorang pembimbing dalam melaksanakan
bimbingannya. Maka dari itu yang perlu diperhatikan, ada beberapa saran
yang akan peneliti uraikan
1. Diharapkan terhadap pihak yayasan agar menambahkan tenaga pengajar
yang handal dan mumpuni dalam bidang formal agar anak-anak binaan
lebih cepat dalam mendapatkan ilmunya.
2. Bimbingan moral dan mental keagamaan anak binaan hendaknya lebih
ditingkatkan lagi, mengingat anak jalanan selalu hidup dalam lingkungan
pergaulan yang keras.
3. Perlu ditambahnya beberapa bimbingan yang terfokus pada keterampilan
atau life skill para anak binaan serta kegiatan yang bersifat mendidik dan
produktif yang nantinya bisa mereka gunakan di luar lingkungan yayasan
sehingga mereka dapat hidup lebih mandiri.
8

4. Diharapkan lebih banyak lagi menjalin kerjasama dengan pihak-pihak


tertentu untuk memperluas jaringan.
5. Diharapkan akses informasi dan potensi lebih luas dengan pusat-pusat

ekono
8

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2006). Cara Nabi Menyiapkan Generasi. Surabaya: CV Fitrah


Mandiri Sejahtera.
Ali, M., & dan Mohammad A. (2008). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Amin, S.M. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.
Anggraini, E. N. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada
Mahasiswa Baru Yang Merantau Di Kota Malang. Artikel diakses pada
24 Februari 2017 dari http://www.e-jurnal.com/2015/09/hubungan-
antara-kemandirian-dengan.html.
Aprilianto, H. Membangun Sikap Mandiri dan Enterpreneurship. Artikel diakses
pada 18 Mei 2017 dari http://www.kompasiana.-
com/hendriaprilianto/membangun-sikap-mandiri-dan-wawasan-entrepre-
neurship_54ff6cc8a333111f4b510267.
Arifin, M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Golden Terayon Press.
Asrori, M. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 2009.
Azwar. (1991). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (2005).
Surabaya: Duta Ilmu Surabaya.
Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.
Intervensi Psikososial. (2011). Jakarta: Depsos.
Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan. (1997). Semarang:
Departemen Sosial.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan
Penyuluh Agama. (1987). Jakarta: Departemen Agama RI.
Drajat, Z. (1982). Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang.
Faqih, A. R. (2001). Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.
Oktaviany, F. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh
Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada
16 April 2018 dari http://related:repository.uinjkt.ac.-
id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/-Fenny%20oktaviany-Fdk.pdf
skripsi pemberdayaan kemandirian anak.
8

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara.
Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasyim, I. A. M. (1994). Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Hefni, H., dkk. (2003). Metode Dakwah. Jakarta: Kencana.
Hendriyati. (1998). Ringkasan Analisi Situasi Anak yang Membutuhkan
Perlindungan Khusus. Jakarta: Atmajaya.
Irwanto, dkk. (1997). Pekerja Anak di tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya,
Medan. UNICEF.
Laode, K. M. (2006). 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun
Kerajaan Bisnis. Jakarta: Republika.
Lutfi, M. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Manaf, M. A. (1996). Sejarah Agama-agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mardalis. (1995). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mubasyaroh. (2003). ”Metode-metode Bimbingan Agama Anak Jalanan”. Jurnal
Bimbingan Konseling Islam. 4(2).
Nopyan, A. (2007). Model Pembelajaran Program Kolaboratif Kemandirian
Anak Jalanan di Rumah Singgah. Bandung: UPI.
Parial, D. Permasalahan Anak Jalanan. Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan-anak-jalanan-dan.-
html.
Pramujiti, T. Pengentasan Anak Jalanan. Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.
Prayitno & Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Asdi Mahasatya.
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
Sari, R. F. S. Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Kampung Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya,
Artikel diakses pada 17 April 2018 dari http://download-fullpapers-
kmp500fbc7e9dfull.
9

Sevilla, C. G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.


Shalahudin. (2006). Anak Jalanan Perempuan. Semarang: Yayasan Setara.
Simandjuntak, B. (1981). Beberapa Aspek Psikologi Sosial. Bandung: P Alumni.
Slameto. (1988). Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.
Soedijar. (1989). Profil Anak Jalanan DKI Jakarta. Jakarta: Media Informatika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumardi, L.S. (1996). Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta:
Alternatif Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri
Sendiri. Jakarta: Institut Sosial Jakarta.
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso. Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Jakarta, 4 Oktober 2017.
Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati. Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Jakarta, 6 Desember 2017.
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus. Anak Binaan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.
Wawancara Pribadi dengan Napriadi. Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki. Pembimbing Agama di Yayasan
Bina Anak Pertiwi. Jakarta, 11 Oktober 2017.
Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah. Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi. Jakarta, 12 Oktober 2017.
Widiyanto, P. (1986). Gelandangan: Pandangan Ilmu Sosial. Jakarta: LP3ES.
LAMPIRAN
Wawancara dengan Ali Santoso, Wawancara dengan Ustadz Baihakki, Pembimbing Aga
Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi Bina Anak Pertiwi

Wawancara dengan Napriadi, Salah Satu Anak Jalanan


di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Wawancara dengan Agus, Salah Satu Anak Jalanan
Wawancara
di Yayasan
denganBina
Wahyu,
AnakSalah Satu Anak Jalanan d
Pertiwi Anak Pertiwi

Program Kegiatan BBQ (Belajar Program Kegiatan BBQ (Belajar Baca


Baca Qur’an) Qur’an)
Anak-anak Jalanan di Yayasan Bina Penampilan Musik dari Anak Jalanan
Pertiwi Yayasan Bina Anak Pertiwi dalam Acara Sinar Mas MS

Program Kegiatan Kerajinan Tangan Program Kegiatan BBQ (Belajar


Baca Qur’an)
Program Kegiatan Keterampilan Musik Program Kegiatan Keterampilan
Musik

Program Kegiatan Keterampilan Bela DiriKeterampilan Bela Diri (Karate)


(Karate)Anak Jalanan
Foto Bersama Pelatih Karate di Yayasan Program Kegiatan Keterampilan
Bina Anak Pertiwi Seni Lukis
PROGRAM KEGIATAN
YAYASAN BINA ANAK PERTIWI

HARI
NO Tenaga Pengajar
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

1. Dede Irawati
1 Pendidikan Taman Anak Sejahtera 09.00-11.00 09.00-11.00 09.00-11.01 09.00-11.02 2. Ina Marlina 3.
Agus Malabar

1. Eva Herawati
2 Kejar Paket A, B, dan C 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.33 2. Diana Lestari
3. Maidah

1. Ustadz Baihakki
2. Andini 3.
Naura 4.
3 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Anak 13.30-15.00 13.30-15.01
Adinda
5. Anisa 6.

L
Maziah

1. Maziah
4 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Orang Tua 13.30-15.00
2. Ustadz Baihakki
5 Bimbingan Belajar 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.30

I 1. Maidah
2. Nurkholifah
Dede Irawanti
3.

6 Keterampilan Bela Diri

B 08.00-10.00 15.00-18.00 Ari M. Rizky

U
7 Keterampilan Seni Lukis 15.30-17.00 13.00-15.00 Mulyadi

1. Ari M. Rizky 2.

R
Hotlina Rosdiana
8 Keterampilan Musik 10.00-12.00 10.00-12.00
3. Herly Saputra
4. Rustam Taryan

9 Kerajinan Tangan Mulyadi

10 Futsal 15.00-17.00
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Ketua di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama : Ali Santoso

1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya Yayasan ini?

Ya kalo sejarahnya, ini kan dulu tuh di tahun 1997 ya, anak-anak aktivis HMI
UIN kalo dulu kan IAIN ya, dia sebuah komunitas yang memang mau
mengajarkan anak-anak jalanan. Dulu kita bertempat atau birokrasi tuh di daerah
Mesjid Al-Awwabin dibelakang Pasar Minggu, Polsek Pasar Minggu. Dulu
mereka tuh tahun 1997 tuh hanya mengajar anak jalanan aja hanya 8 anak yang
diajarkan, dulu saya angkatan pertamanya anak jalanannya. Nah, akan tetapi di
Tahun 1998 tragedi demonstrasi besar-besaran anak-anak jalanan tuh semakin
banyak, nah dilegalkanlah tempatnya di tanggal 8 November 1998 berbentuk
sebuah lembaga yang namanya “Yayasan Bina Anak Pertiwi”, itu memang
dikepalai oleh Pak Ahmad Zayadi waktu itu. Nah, anak-anak jalanan tuhwaktu
itu tahun 1998 situ 79 anak tapi keluar 1 waktu itu jadi 78 anak. Nah, itu sampai
berjalanlah kegiatannya sampai saat ini cuman kita kebetulan di tahun 2013 ada
perombakan struktural, itu kita regenerasi ke-2 yang memang digantikan
langsung oleh saya sendiri. Jadi, diangkatan 1998itu Ahmad Zayadi, yang
sekarang itu dari 2013 sampai saat ini langsung saya untuk regenerasi struktur
kepengurusannya.

2. Jelaskan visi dan misi serta tujuan dari Yayasan ini?

Kalo visi dan misi kita, memang langsung kita jabarkan ya memang disini tuh
visi dan misi itu mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua. Jadi, dulu tuh
kebanyakan anak jalanan itu mereka itu memang kehidupannya hanya di jalan
tapi kebanyakan putus sekolah tapi untuk Yayasan Bina Anak Pertiwi sendiri
karena memang total binaannya keseluruhan waktu itu di tahun 2010 sampai
2012 itu 813 anak akan tetapi di tahun 2013 itu saya update ulang saya input
ulang ternyata yang kita memang bisa kelola tuh kita bina itu hanya 529 anak
sampai saat ini masih banyak yang belum kita input tapi yang baru masuk 529.
Nah, memang dari hal itu jadi Yayasan Bina Anak Pertiwi dengan visi dan misi
mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua bahwa anak bukan untuk di
jalanan lagi, jadi kita memang anak yang sudah berumur di atas 7, 8, 9, 10 tuh
kita sekolahkan tetep kembali ke sekolah formal dan kita kembalikan ke orang
tuanya jadi bukan anak untuk di jalan jadi kita tuh mengembangkan lewat sisi
pendidikan tapi tidak kita perkenankan untuk mengamen kembali ya untuk di
jalan, mengamen, mengemis, terus mulung dan kuli kupas bawang. Karena ada
empat kriteria yang memang dalam pekerjaan anak, yang pertama itu mengamen,
kedua mengemis, ketiga pemulung dan keempat kuli kupas bawang. Jadi untuk
menjauhkan dari eksploitasi anak atau anak dipekerjakan dibawah umur. Dari
dua itu memang kita konsep yang memang mungkin ya beda dari lembaga lain.

Nah, kalo tujuan kita, tujuan yayasan ini tuh mengembalikan anak ke sekolah dan
ke orang tua bahwa untuk sebenernya itu untuk mengurangi aktivitas anak di
jalan sih ya dan kalo bisa itu sesuai dengan tujuannya pemerintah bahwa itu
bebas dari anak jalanan tapi pada dasarnya kita acuan itu mengembalikan anak ke
sekolah dan ke orang tua jadi anak bukan dijadikan korban eksploitasi anak.

3. Bagaimana respon masyarakat sekitar terkait Yayasan ini?

Kalo pandangan masyarakat awalnya kita di tahun 2001 kita beli ya tapi kita
tempatkan di 2003 itu memang pada awalnya itu masyarakat tuh tidak menerima,
kontra karena apa anak jalanan dilihatnya, bahwa anak jalanan tuh sampah
masyarakat tapi kita pendekatan perlahan-lahan, dengan apa? Dengan kita
berikan bantuan mereka berupa kesehatan, dari mereka tidak punya gakin
dulunya zaman Gakin kita kan di tahun 2003 itu diberikan sertifikat Gakin oleh
Dinas Kesehatan yang disebut lembaga kitalah yang pertama untuk membantu
peranan pemerintah untuk masyarakat. Dari awal mulanya disitulah masyarakat
percaya dengan kita bahwa lembaga itu bukan komersil tapi bener-bener sosial
jadi mereka pendampingan ke rumah sakit sampai biaya itu kita free bener-bener
gratis. Sampai saat ini kita diterima baik ya oleh masyarakat karena memang
tujuannya yang jelas, tujuannya bener baik, banyak warga disinipun yatim
piatunya kita bantu dan memang mereka sudah banyak yang sudah mandiri.
Kontribusi mereka tuh paling hanya sekedar membantu apa ya, kalo dibilang
mereka ada acara kita diundang jadi anak-anak diberikan makanan disini ataupun
lingkungannya, lingkungan depan yayasan di sapuin, gitu aja sih paling engga
ada yang lain. Yaa..kalau pandangan buruk satu dua adalah karena dia juga tidak
tau dalemnya lembaga karena berpikirkan namanya manusia ya engga ada yang
sempurna.

4. Bagaimana proses rekrutmen sebagai anak binaan?

Nah, kalo untuk merekrut anak-anak jalanan, bagaimana sih sampai data sebesar
itu ya kan? Ada 3 konsep yang kami jalankan, yang pertama kita outreach, yang
kedua kita assessment dan yang ketiga kita tuh home visit. Yang pertama
outreach kita penjangkauan langsung ke lapangan, kita audit langsung, kita
sidap, itu namanya outreach. Ada memang pro-kontranya, ada banyak yang
menerima ataupun yang tidak menerima dengan kita, karena apa? Lebih
intelektual mereka dibanding kita, karena apa? Dia bilang “ah, ngapain didata
nanti data kita dijual!” bener nyata fakta, karena apa? Itu sudah terjadi buat
mereka, karena apa? Banyak orang-orang yang mendata hanya janji. Tuh janji
kosong buat mereka didata ntar diberikan bantuan nanti dijual, itu bener buat
mereka. Nah, tapi kita dengan pendekatan, kita berikan kasih sayang, kita berikan
identitas kita juga nih kaya fotocopy KTP, alamat rumah, alamat yayasan, nomor
telepon, itu untuk mempercayai mereka. Mereka memang bergerombolan
tadinya, ketika kita sudah mendekat dengan mereka, langsung kita kasih
assessment kita data, kita input datanya langsung dengan bagian administrasi
kita. Sudah kita input data, kita mendapatkan identitas mereka, kita home visit ke
rumahnya bener atau tidak, layak atau tidak kita bantu. Karena jangan dibilang
semuanya anak jalanan itu orang tidak mampu, sebagian ada orang mampu. Ya,
memang rumahnya walaupun 2 petak atau satu petak tapi punya kendaraan ada.
Nah, disitulah dari kita yang harus bener-bener dipilih, harus bener-bener selektif
gitu kita kunjungan langsung ke rumahnya.

5. Ada berapa anak jalanan yang ada atau yang terdaftar di Yayasan ini?

Kalo yang sekarang di tahun 2017 itu baru yang masuk tuh 529 anak tapi masih
ada yang mendaftar tapi memang kita belum bisa untuk menerima kuota karena
apa memang disini apa yaa..terlalu banyak sih datanya karena kita juga harus
bener-bener selektif, yang belum datanya atau yang belum kita terima ya tapi
tetep kita terima data tapi kita pending, kita tidak bisa untuk memasuki, kita tidak
bisa input data langsung, karena apa? Mereka disini sebagian khususnya anak
yatim, itu pas kita home visit itu memang layak dibantu akan tetapi mereka kita
lihat juga kriterianya, yang pertama dia kita lihat masuk ke lembaga lain ga?
Misalkan lembaga lain yang memang mengelola hanya bantuannya saja untuk
anak yatim itu tidak bisa kita masukan, itu yang pertama. Karena takutnya double
data, yang kedua memang disini kita melihat dia ngontrak tiga petak punya anak
ibunya kerja kuli cuci, abangnya misalkan punya anak tiga, yang dua sudah
bekerja. Nah, itu tidak bisa kita bantu, karena apa? Karena mampu apalagi punya
kendaraan, kita lihat dulu kendaraannya kreditnya sudah lunas atau beli cash
ataupun masih kredit ataupun kehidupannya cukup atau tidak. Itu kita harus
selektif jadi kita ga hanya anak yatim dibantu, kita engga yatim ya yatim mana
dulu iya kan, harus dipilih karena kita kan bukannya kita nyombongin atau apa
harus selektif bener. Kenapa banyak lembaga-lembaga lain yang memang hanya
mengelola saja non-panti dan bantuan dipanggilin anak-anaknya diberi bantuan
dan pulang. Kita ga bisa seperti itu karena kita berikan, misalnya kita dapet
bantuan pendidikan kita berikan ke mereka tapi mereka harus mengikuti
peraturan atau prosedur yang ada di lembaga, contohnya kegiatan disini belajar
baca Qur’an, karate, trus ada musiknya, keterampilan dan yang laen-laen. Jadi,
tidak mengikuti kita juga ga mau karena itu bukannya sifat yang mendidik, tapi
apa? Memberi pelajaran bahwa mereka itu berharap. Itu buat kami disini seperti
sekarang ada bantuan Sucopindo untuk 500 anak itu kita berikan untuk mereka
tapi mereka harus mengikuti kegiatan yang ada di lembaga, bantuannya berupa
pendidikan dari PT. Sucopindo Persero jadi makanya kita ngeliat yatimnya yatim
mana dulu, orang berpikir anak jalanan sampah masyarakat, lihat ga kenapa
mereka tuh asal-usulnya bisa sampe untuk turun ke jalan? Karena faktor
keterpaksaan, karena mereka hidup hanya sama seorang ibu saja, ayahnya
meninggal atau ayahnya pun kabur atau ibunya tuh diceraikan atau ditinggalkan
oleh suaminya, itu yang menjadi dia ke jalan. Makanya bukan hanya sebulan dua
bulan kan kalo udah tiga bulan tidak dinafkahin apa coba? Ya kan? Apalagi
ditinggalkan yatim bukan anak itu jadinya, engga diperhatikan, engga diberi
kasih saying. Makanya yatimnya yatim mana dulu, bukan katanya emang bener
paham kami, bukannya saya tidak percaya dengan Al-Qur’an tapi Al-Qur’an tuh
menjelaskan kita membahagiakan anak yatim tuh pahalanya berlipat ganda, tapi
yatim mana dulu? Allah itu jelas, sekarang saya tanya kalo punya rumah tiga
petak rumah sendiri, punya motor, ya kan abangnya kerja dua, ya kan rumahnya
barang-barangnya ga mewah tapi kan punya tempat tinggal, adeknya masih ada
yang itungan yatim wajib dibantu ga? Lebih memberikan orang lain itu harus
selektif karena kita negaranya negara yang berbau nominal rupiah.

6. Bentuk keberhasilan seperti apa yang bisa dijelaskan berkaitan dengan program
di Yayasan ini?

Kalo keberhasilan kita yang pertama itu untuk anak ya, khususnya untuk anak itu
banyak tingkat keberhasilan kita dari tahun 2010 sampai 2017 ini itu sudah 99%
anak tidak lagi di jalan itu yang pertama, yang kedua anak sudah kembali ke
sekolah formal dan non-formal jadi kalo anak yang tidak sekolah formal itu kita
non-formalkan dari kejar paket A, B, dan C-nya dan untuk anak balitanya taman
anak sejahtera setara dengan PAUD. Nah, selebihnya itu yang sekolah formal
dan non-formal ini ada kita juga khususkan untuk PLK (Pendidikan Layanan
Khusus) untuk keterampilannya gitu, kalo untuk sarana prasarana sudah cukup
memadai ya, sudah cukup sistem pembelajarannya juga sudah rapi,
manajemennya juga Alhamdulillah sudah rapi juga, dari struktur kepengurusan
juga sudah rapi semua sih. Alhamdulillah kalo untuk keberhasilan sudah tidak
ada masalah lagi sih ya, tinggal kita menjalankan dan mengembangkan apalagi
utnuk orang tua sendiri bukan hanya anak, dari orang tua anak jalanan sendiri itu
sudah kita karyakan lewat modal usahanya jadi sebagian mereka tidak ada yang
mengemis lagi, mengamen, mulung dan kuli kupas bawang walaupun sebagian
kecil masih ada tapi belum sampe tingkat 100% ya masih 90%-an tapi anaknya
masih diperbolehkan untuk sekolah ya bukan untuk dieksploitasi lagi.

7. Pernahkah ada semacam kegagalan implementasi program kepada anak binaan?

Banyak, kalo untuk kegagalan banyak. Yang pertama, kita itu masalahnya
anggaran ya, kalo setiap program kan pasti harus ada pengeluaran, ya kan? Tapi
kita tidak ada pemasukan, pemasukan kita tuh masih minim karena kita masih
dana pribadi. Apa yang kita lakukan untuk program disini kita secukupnya atau
semampu kita pengeluaran dari pribadi kita gitu tapi bagaimana program ini tetap
berjalan dengan baik. Nah, tapi disini untuk mencapai program yang maksimal
jadi semua pengurus itu ada kesadaran utnuk mengeluarkan dana pribadi. Nah,
itu disitu untuk kegagalannya dan yang kedua anak itu kegagalan untuk kita itu
masalah anak, daya kemauannya tuh besar tapi jarak tempuh dari tempat tinggal
ke yayasan itu cukup jauh, permasalahannya transportnya kita tidak bisa
memberikan transport karena kita tidak ada anggaran. Nah, Alhamdulillah kalo
sekarang khususnya 2017 ya dari bulan Juli itu penambahan program sangat
signifikan sangat besar karena disini ada 10 program yang sudah masuk, ini
semua ini berjalan khususnya apalagi BBQ, karate, Taman Anak Sejahtera
(TAS), keterampilan, bimbel dan yang laen-laen itu berjalan ketika di tahun 2017
bulan Juli itu dari Sucopindo itu kita diberikan dana itu anggaran sebesar 300
Juta untuk 500 anak, khususnya 500 anak tapi yang 29-nya itu tetap kita berikan
gitu dari operasional kita. Jadi peranak itu kita berikan transportnya gitu sebulan
itu memang minim ya 70.000 tapi ya untuk sarana media untuk pembelajaran kita
tetep dari operasional yang sudah diberikan oleh Sucopindo ini, itu selama 6
bulan satu semester. Sucopindo itu perusahaan BUMN.

8. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat program yang ditemukan oleh
Yayasan?

Kalo faktor pendukungnya memang gini ya, kita kan harus ada sarana
prasarananya, strukturalnya juga harus jelas, anggarannya pun harus ada
sebenarnya, itu faktor pendukung ya. Nah, kalo penghambat memang yang kami
rasakan sampai saat ini masalah anggaran, kami sampai saat ini masih pake
anggaran pribadi karena apa? Kita tadinya sarana prasarana itu tidak sesuai
dengan yang namanya Yayasan bener-bener kosong. Nah, disinilah kita rintis
sarana prasarananya dari kita inventaris mejanya, terus komputernya, terus ruang
belajarnya, ruang psikolognya juga dan yang laen masih banyak tuh harus. Nah,
kita disini memang terpacunya satu anggaran karena kami masih memakai
anggaran pribadi karena walaupun kita dana pribadi kita ada rezeki sedikit-
sedikit kita belikan inventaris untuk sarana prasarana biar sebagai pendukung
karena kembali lagi kalo engga ada anggaran ya gimana mau berjalan kan? Tapi
kalo disini kita engga tercapu untuk ada atau tidak tetep berjalan. Kalo lembaga
pemerintah itu kan hanya mitra ya tapi kami bukan diatur untuk pemerintah
bukan, kita punya kebijakan sendiri tapi kita hanya sebagai mitra ya kalo untuk
mengandalkan anggaran pemerintah kan dunia sosial itu kan banyak, banyak
yang harus dibantu contohnya kan Rohingya ya kan? Nah, kita disini tidak
berharap dari anggaran pemerintah ada atau tidakpun kami tetap bersyukur,
diberi atau tidak kami tetap berjalan karena disini kegiatan yang kami jalankan
cukup banyak yang pertama disini yang kita memang panutkan untuk agamanya
ya, keagamaan itu ada BBQ (Belajar Baca Qur’an). Nah, disini kita namakan
Taman Qur’an itu sudah berjalan, nanti pengajian ibu-ibunya juga ada, pengajian
anak-anaknya juga ada terus untuk pendidikan formal dan non-formal.
Pendidikan formal ini kita yang kita sekolahkan 215 anak, untuk yang non-
formalnya kita ada program namanya Taman Anak Sejahtera (TAS) setara
dengan TK setingkat dengan PAUD, terus ada kelas A dan kelas B-nya itu kita
baru sejajar dengan kejar paket A setara dengan SD, kita juga ada keterampilan
bela diri, kita juga ada keterampilan musik, ada keterampilan futsal, kita ada
keterampilan tambahan belajar bimbelnya juga, kita juga ada disini nih sudah
berjalan dengan baik dan yang laen-laen gitu, itu ada 11 program yang kami
jalankan. Ada atau tidakpun kita tetap berjalan, ya Alhamdulillah kemarin kita
diberikan bantuan oleh Sucopindo khusunya dan ini diberikan untuk pendidikan
dan pembinaan anak-anak jalanan yang ada disini di lembaga Yayasan Bina
Anak Pertiwi sendiri kita diberikan dengan kuota 500 anak. Alhamdulillah kita
berjalan sampepun kita program ini memang Alhamdulillah semakin meningkat,
walaupun tadi saya bilang kebutuhan lembaga itu banyak hambatannya saya
bilang tadi apa belom pembayaran listrik, makan anak yang ada disini, yak an?
Akan tetapi walaupun mereka tidak mengeluh pengurusnya karena memang dia
tidak ada gaji atau tidak ada honor, bener-bener sosial walaupun mereka pulang
pergi harus nyari duit dulu buat ongkos ke Yayasan tetep mereka lakoni.
Makanya rukun Islam ada 5 kan? Sama dunia sosial kalo dipikir dengan logika
itu sama sejajar dengan rukun Islam, 5 rukun ini yang harus dijiwai oleh orang
sosial baru disebut sosial, yang pertama harus berani korban waktu, yang kedua
pikiran, ketiga tenaga, keempat materi, kelima korban perasaan. Siap engga
didzolimin orang, makanya kalo orang ngomong sosial otaknya pikir-pikir dulu
gitu, saya sering debat-debat diluar tuh berani waktu itu makanya jangan berpikir
kami orang-orang sosial begini, udah dijalankan 5 belom? Kalo masih ngeluh,
belom kan? Nah, itu dia makanya disini saya selalu titipkan anak-anak
mahasiswa kita bilang suatu saat kalian duduk di bangku dewan atau kalian akan
melihat yah karena saya bilang bukan kita menyombongkan tidak, setiap tahun
pasti pejabat pemerintahan pasti dateng audiensi dengan kita langsung jadi tidak
hanya Jakarta tapi juga luar setiap tahun pasti ada, yang sudah itu dari Riau, dari
Kabupaten Belitung langsung ketua DPR RI-nya hadir kesini audiensi gitu jadi
harus dilihat-lihat ya. Makanya Alhamdulillah sih program-program lembaga ini
tuh kita berharap juga kedepannya suatu saat kita tua nanti atau kita udah engga
ada itu ada kenangan, oh ini yayasan dulu kita ini kita pernah ngerintis, ini hanya
sejarah, sejarah ini tapi memang apa namanya bener-bener masih berjalan, ya
kan? Bukan seperti para pejuang kan sejarahnya doang ya tapi dikenang tidak
kan? Nah, kami disitulah dengan saya kepemimpinan saya dari 2013 sampai
sepahit 2017 ini kami menjalankan, kami akan merubah paradigma semua
lembaga.

9. Dapatkah Bapak jelaskan proses atau tahapan program yang dilakukan di


Yayasan ini?

a. Proses menentukan anak binaan;

Kalo kita menentukan anak binaan dengan kriteria batasan umur kita
sesuaikan, kalo kriteria anak ya kita tidak memandang untuk anak jalanan,
anak yatim piatu, dan lain-lain semua sama tapi untuk programnya sendiri
kita ngeliatnya kita klasterin dengan umurnya gitu. Batas maksimal kalo
untuk pendidikan formal dan non-formal ya itu kita batasan itu sampai umur
18 tahun tapi kalau untuk yang keagamaan kita tidak ada batasan umur
umum.

b. Proses menentukan relawan;

Kalo untuk kriteria dari relawan itu kita liat dari relawan ya bukan pengurus.
Nah, kalo relawan itu kita melihatnya itu dari segi pertama tuh skill-nya atau
basic-nya dia, yang kedua dia hanya cuman dalam jangka waktunya berapa
lama jadi hanya sebagai pendamping saja tidak harus dia dimasukan dalam
mengajar tidak karena kita takutnya program ini rancu strukturalnya, hanya
pendamping ya jadi kalo dia jangka waktunya setahun jadi bisa kita masukan
kedalam relawan tetap gitu atau pengajar tetap.

c. Proses merencanakan program;

Kalo untuk proses rencana program kita memang kalo dari dulu memang
berjalan ya, berjalan tapi kurang efektif karena yang dulu-dulu itu berpikirnya
sibuknya di proposal dan laporan. Nah, kalo kita rencananya ini disini tetep
merencanakan tetep mencarikan SDM yang bener-bener professional jadi kita
lihat kriterianya, rencananya kita misalkan program, contohnya Taman
Qur’an disini lewatnya BBQ (Belajar Baca Qur’an) karena kita tujuan dari
sekian anak kita harus ada anaklah yang memang hafiz Qur’an-lah gitu. Kita
merencanakan itu dari SDM-nya dulu, kualitasnya dia seperti apa, oh dia
mampu kebetulan memang hafiz Qur’an, kita taro siapa disini
penanggungjawabnya. Nah, khususnya untuk pendidikan misalkan Taman
Anak Sejahtera (TAS) ngeliat kualitasnya mereka, karena masalahnya
pelayanan harus ekstra karena anak itu selaku bosnya kita, bukan kita bosnya
mereka karena kita melakukan pelayanan memang tanpa merekapun Yayasan
tidak terbentuk, tidak ada, tidak ada inventaris, tidak ada yang laen-laen tanpa
ada data anak itu.

d. Proses memahami permasalahan anak binaan;

Kalo kita untuk mengetahui ya permasalahan anak itu lewatnya kita sharing,
kita sharing dengan mereka pendekatan ekstra, pelayanannya juga dan untuk
mengetahui psikologis mereka. Apa sih yang mereka rasakan di lingkungan
keluarganya mereka? Oh, seperti ini akhirnya kita dampingin lewat kita
memberikan 2 ini kasih yaitu perhatian dan kasih sayang. Makanya banyak
anak yang memang betah tinggal disini cuman kita tidak perbolehkan karena
sesuai dengan tujuan kami mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang
tuanya dan orang tuapun harus bertanggungjawab kepada anaknya bukan
untuk dilepas begitu aja, dia kan manusia dilahirkan oleh Allah, diciptakan
oleh Allah lewat Rahim seorang ibu, ya orang tua juga engga enak
sembarangan tinggal dititipin di panti makanya yang saya sayangkan gitu.
Sekali lagi bukan munafik ya, kami melihat dan kami merasakan sendiri gitu
kami selaku korbannya lembaga yang memang dulunya kami seperti kaya
dimanfaatkan akan tetapi kami disini berpikirnya kalo anak dititipkan di
lembaga, contoh misalkan anak ini kisaran umur 2 tahun atau 3 tahun
dititipkan di Panti gitu atau di lembaga. Nah, dia memang karena kasus
perceraian, anak sehingga jadi tidak terurus menjadi broken home kan?
Ibunya pun bingung mau kemana akhirnya anak dititipkan, ibunya misalnya
contoh ke luar negeri sebagai TKW dan lain-lain nah itu tiba-tiba ibunya
tidak tau kemana lagi tidak tahu kalo misalkan udah meninggal ketika
bapaknya ini masih ada ya karena perceraian ya, anak perempuan sudah
dewasa sudah beranjak gadis tiba-tiba ketemu seorang laki-laki bahwa laki-
laki itu ayahnya tapi tidak tau sama-sama suka gimana? Pernikahan sedarah.
Apakah itu engga haram? Itu yang seharusnya dipikirkan kesitu, ya kan?
Kadang berpikir, memberikan data saking sakit hatinya seorang ibu nama
ayahnya tidak dimasukan, bener ga? Itu kebanyakan seperti itu, kadang
kebanyakan seperti itu. Itulah memang yang kita bilang dan atau memberikan
informasipun ibunya itu ketika meninggalkan seorang anak di panti seperti
apa bapaknya namanya siapa, ah engga ada udah meninggal gitu padahal
masih hidup, tiba-tiba ibunya meninggal dunia di Negara orang sebagai
TKW, anak ini gadis tiba-tiba sudah dewasa bertemu laki-laki, itu yang saya
pikirkan tuh kesitu bayangannya, kita engga tau gitu, itu yang harusnya
sebagai acuan. Makanya timbulah adanya UUD perlindungan anak, UUD
pengasuhan anak dalam keluarga jadi anak tidak boleh tinggal di yayasan
atau di lembaga selama orang tuanya masih ada, lah kami sebelum ada
Undang-undang seperti itu udah menjalankan kecuali anak ini diusir atau
ditelantarkan orang tuanya nanti kita bina disini tapi tetep kita kembalikan,
hanya untuk menyelamatkan tapi kita kategorinya diatas 15 tahun tidak
dibawah 10 tahun tetep pendampingan ekstra ke orang tua. Kadang liat ya di
panti asuhan bayi ya, inget ya anak tidak bisa disalahkan karena mungkin itu
hubungan gelap atau yang lain-lain dibuang bayi sering denger kan? Itulah
yang seharusnya pemerintah itu melihat gitu melek mata apalagi di panti
yang engga ke audit, ya tapi itu mah urusannya merekalah ya. Cuma itu yang
kita sayangkan tapi kita tujuannya anak ini jangan sampai ditelantarkan,
dipekerjakan, makanya pemerintah tidak bisa dijadikan anak sebagai korban
eksploitasi ketika orang tuanya pun menyuruh anaknya bekerja, mengamen,
mengemis dan yang lain-lain, orang tua tidak bisa dijadikan pelaku tapi
ketika misalkan Eneng menyuruh anak saya ngamen, Eneng selaku pelaku
eksploitasi anak, orang tua ini ga bisa, lucu tidak?

e. Proses melaksanakan kontrol dan evaluasi;

Kalo kita kontrol untuk khususnya anak binaan kami lewat home visit ya,
kalo untuk manajemen kami tiap hari kitra kontrol. Engga ada batasan
minggu tidak jadi tiap hari karena kesensitifan manajemen lembaga, takutnya
rancu dari data, surat-menyurat dan yang lain-lain itu data harus udah rapi
semua dan itu khususnya itu untuk manajemen sendiri. Sesi pengontrolan
untuk di rumah singgah ini pengurus ada yang stand by itu udah engga
diragukan lah ya, ada Mas Ari, Mas Herli, dan lain-lain yang dewasanya,
kalo untuk kontrol manajemen itu Mas Ari karena yang punya wewenang itu
dari saya ke sekretaris dan ke bendahara yang punya wewenang untuk
memegang arsip kecuali khususnya untuk bendahara itu masalah keuangan
itu hanya koordinasi ke sekretaris. Tapi kalo saya, saya langsung melihat
karena lebih jelas, lebih real dan itu tuntutan jadi kaya Bunda nih saya tuntut,
tuntutannya apa? Saya engga mau tau setiap pemasukan dan pengeluaran hari
itu harus dicatet itungan detik engga pake lama karena takutnya itu lupa, iya
kan 2.000, 3.000 itu. Kalo proses evaluasi untuk lembaga ini sendiri ya, kita
biasanya perbulan sebenernya seharusnya 6 bulan kalo didalam AD ART tapi
tergantung sih kalo sebulan udah pasti ya, cuman kadang seminggu atau dua
minggu sekali atau perbulan itu udah pasti. Kita sebulan bisa 2x atau 3x
tergantung kita cuman tiap bulan udah pasti, kalo untuk perenam bulan ada
AD ART-nya itu kita ke Dewan Pendiri, karena kebetulan Dewan Pendiri
kami itu kan sibuk tuh jadi kita yang mengantarkan ke rumahnya, kita
langsung evaluasi langsung laporan, engga pertahun, kita laporan juga ke
Dewan Pendiri tingkat perkembangannya “Good! Next!” itu kaya kemaren
kita laporan dari tahun 2013-2017 dibahas kita pake proyektor juga pake
infokus “Next! Oke lanjut!” Terus apa responnya “Good! Udah lanjut!”
sambil ngacungin jempol karena kan kita dari 2013 sampai sekarang
perkembangannya signifikan drastis, kita udah langsung menyerahkan data
tapi kita tampilkan dengan documenter, dengan ini, dengan itu.

f. Bagaimana penguatan bimbingan agama bagi anak binaan.

Nah, kalo untuk penguatan itu kita tadi lewat BBQ disini namanya Taman
Qur’an tapi belajar baca Qur’an yang tadi dibilang sistemnya Qira’ati kan
karena untuk cepet jadi anak langsung ke Qur’an udah tau “alif, ba, ta” itu
langsung ke Qur’an, itu penguatan sistem agamanya ya keagamaan dan juga
kita kaya Umi Qiqi pun beliau mengajarkan fiqihnya seperti hadats karena
anak-anak dan orang tua pun dia engga tau, iya kan? Misalkan dia memegang
seekor anjing dan terkena air liurnya kan ga tau, taunya megang doang tapi ga
tau itu najis, itu diajarkan semuanya, mimpi basah dan yang laen-laen.

10. Apa harapan Bapak terhadap anak binaan di Yayasan ini?

Kita dari kami pribadi ya, untuk Yayasan ini kesejahteraan sih bukan hanya dari
anak aja tapi juga orang tua karena anak itu Yayasan sendiri pun tidak bisa
mensejahterakan tanpa kita kerjasama dengan orang tuanya jadi orang tua juga
akan kita karyakan lewat modal usaha tadi dan bagaimana anak tidak
dieksploitasi jadi biar mereka ini tingkat perkembangan ekonominya mereka tuh
naiklah atau majulah dan derajat mereka bisa terangkat dengan lingkunganpun,
dengan pemerintah dan yang lain-lain. Jadi, bukan berarti mereka tuh jangan
sampe mereka aktivitas lagi di jalan, jadi yang tadi pemulung jadi pedagang, dari
yang mengemis jadi dagang, dari kuli kupas bawang dia jadi bos bawang
walaupun engga besar, jadi sesuai dengan kemampuan mereka apa yang mereka
mampu. Justru kedepannya ini kita lagi mengonsep bagaimana SD-nya aja kaya
SD IT, paket C-nya seperti Madrasah dan tujuan kita itu sekolah ini bukan
sekolah biasa tapi setara dengan formal. Umum ya, karena disitu saya bilang saya
punya tujuan bisa beli tanah gede bangun sekolahan ya misalkan SD ya MI tapi
SD IT itu buat umum jadi anak kita ini engga usah pusing-pusing, orang mau
sekolah masuk, kita liat kriterianya dia orang kaya bayar subsidi silang jadinya,
bukan khusus tapi berbau sekolahan formal.

Jakarta, 13 September 2017

Narasumber,

Ali Santoso
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Ustadz Baihakki

1. Bagaimana pandangan saudara sebagai pembimbing agama tentang Yayasan ini?

Awal disini, Yayasan ini bukan membina atau mengurusi agama Islam bukan,
semua agama dibina tapi ada pengkhususan untuk agama Islam gitu, dari sisi
program aja Islam semua disini ya tapi kalo untuk biaya, misalkan ada bantuan
beasiswa itu semua agama jadi yayasan ini bukan Yayasan khusus untuk semua
agama tetapi program yang ada disini didukung semuanya mendukung agama
Islam gitu dan bahkan kepengurusan inti dari yayasan ini dari ketua yayasannya
pokoknya agama Islam, makanya program-programnya ada Al-Qur‟an.

2. Bagaimana pemahaman saudara sebagai pembimbing agama berkaitan dengan


anak binaan?

Gini, saya kebetulan jurusan agama yang datang kesini pengen bantu dalam sisi
agama gitu, tapi gini pada awal saya masuk kesini itu memang anak binaannya
butuh sekali wawasan tentang Islam makanya saya sangat ingin bantu sisi-sisi
agama Islamnya, baca Qur‟annya, tentang tauhidnya, fiqihnya, tentang Nabi-nya
dan lain sebagainya. Akhirnya, disitu kami sisipi dari program TAS “A dan B”
ada sisi-sisi nilai agamanya harian shalat bagaimana kemudian cerita-cerita nabi,
kisah-kisah para sahabat dan lain sebagainya. Begitu juga dengan yang besar
yang B ya sama kaya gitu. Nah, sekarang lagi ditambah dengan program Al-
Qur‟an dan melihat kondisi anak binaannya seperti itu ya sementara ini sih kita
hanya bisa melakukan itu. Di program TAS ada materi tentang agama Islam yaitu
bagaimana shalat, kisah para Nabi gitu, kemudian ada lagi program khusus yang
namanya pengkajian Al-Qur‟an pun kami atau saya khusus tidak hanya
mengajarkan Al-Qur‟an tetapi bagaimana mereka bisa tau isi Al-Qur‟an gitu.
Jadi saya mengajarkan disini mengajarkan anak-anak dan orang tuanya
mengajarkan mereka untuk bisa baca Al-Qur‟an tapi saya memberikan
pemahaman kepada mereka apa tujuannya kita belajar Al-Qur‟an dan kenapa sih
wajib bisa membaca Al-Qur‟an jadi saya ingin memberikan mereka pemahaman
bahwa ini Al-Qur‟an petunjuk gitu coba dibaca maknanya dan lain-lainnya jadi
bukan sekedar saya pengen bisa baca Qur‟an nih selesai akhlak tidak
diperdulikan kemudian pokoknya sisi-sisi isi Al-Qur‟an itu engga dipedulikan
hanya target baca Qur‟an aja. Nah, saya engga mau kaya gitu, saya inginnya
mereka bisa baca Qur‟an kemudian akhlaknya baik shalatnya juga dijalankan
dan mereka juga tau bahwa
mereka harus mencari rezeki dengan cara yang halal karena kan isi Al-Qur‟an
kaya gitu. Jadi jangan sampe anak-anak yang kita bina disini mereka ikut belajar
Qur‟an, mereka ikut pembinaan tapi diluar sana mereka tetep mencari uang yang
tidak baik tidak halal kaya gitu. Saya tujuan saya kesana sebenarnya walaupun
sekarang sih ya memang berat perjuangannya karena disini waktunya engga
panjang paling cuma 2 jam, diluar sana lebih liar lagi kan kehidupannya kan
bebas, ketemu teman-teman yang lain, preman dan anak-anak jalanan yang lain,
ya orang-orang pasar kaya gitu nah jadi tarik-tarikannya lebih kuat kesana saya
pikir tapi kita tidak putus asa sih kita berusaha untuk bisa merubah mereka dari
pola pikir tentang kehidupan ini dari sisi agama Islam.

3. Dapatkah digambarkan profil anak binaan saudara?

Pertama dari profil keluarganya bagaimana ya, anak-anak disini (1) Mereka anak
yang saya katakana bahwa mereka tidak total diurus oleh orang tuanya, ada juga
anak yang yatim piatu yang diurus oleh ya mungkin orang terdekat disitu bisa
jadi bukan keluarganya, ada juga yang anak yang orang tuanya meninggalkan
begitu saja maka dititipin di yayasan sini, ada juga yang karena kasus perceraian
akhirnya pisah orang tuanya kemudian mereka engga punya orang yang dicontoh
dan merasa nyaman disini akhirnya banyak bergaul disini gitu. Kemudian dari
sisi ekonomi mereka semuanya ya rumahnya aja kemaren saya tanyakan ketika
belajar Qur‟an ibu-ibunya saya tanya “ibu rumahnya ngontrak berapa rupiah?”
gitu kan saya bilang, ya ada yang 100, 150, 200, 300 2x3 meter lah atau 3x3
meter itu terbuat dari papan kadang-kadang kalo ujan tuh rusak terus ditambal-
tambal gitu jadi bukan permanen dari papan dan kayu gitu, kemudian
lingkungannya juga kotor ya namanya juga dipinggir kali ya banyak sampah.
Awal saya kesini mereka itu belum terbina dengan kondisi fisiknya ya, misalkan
cara berpakaian yang baik itu anak-anaknya tuh kita kondisikan supaya mereka
kalo kesini mandi dulu kemudian ya dibersihkan dululah badannya gitu pakaian
dan semuanya supaya teratur dan makannya. Makan mereka tuh engga teratur
yang mungkin kita punya aturan sehari 3x mereka paling bisa cuma 2x pagi
kadang cuma jajan es engga sarapan kemudian siang baru makan, kaya gitu jadi
dalam kehidupannya ya engga sama sekali diatur gitu dan setelah masuk kedalam
TAS kita coba ngasih tau pagi sarapan dulu makanya kita ada program setiap hari
rabu itu makan bareng di Yayasan. Kalo dari sisi agamanya hampir semua itu
awal saya masuk, kenapa saya mau membantu disini, saya coba tanya dalam satu
kelas “siapa Tuhan kamu?” Mereka engga tau, ini usianya mulai dari 8-16 tahun
ini engga ada yang tau, terus bingung gitu saat itu, ada yang bisa baca Qur‟an
tapi dia juga tidak tau siapa Tuhannya, Nabinya juga engga tau. Nah, akhirnya
saya merasa terketuk gitu ya pengen membantu semakin semangat untuk
membantu dan semakin ingin untuk memasukan nilai-nilai agama disini, saya
ajak orang-orang relawan dari luar yang saya kenal termasuk Bu Eva yang tadi
disini itu sengaja saya ajak kesini, ya saya bilang mungkin Ibu bisa menasehati
mereka dalam sisi agama, tapi itu pelan-pelan. Jadi profilnya kaya gitu kondisi
ekonominya ya yang tadi itu rumahnya sepetak gitu, orang tuanya banyak ada
yang pemulung, ada yang dulu tukang minta-minta kaya gitu kita rubah jadi
jualan kopi minuman dijalan, ada yang pemulung sekarang masih pemulung, ada
yang mengamen, ada yang anaknya dulu pernah saya ketemu orang tuanya ga
mau kerja gitu anaknya disuruh ngamen atau ngemis akhirnya karena anaknya
pengen sekolah kan waktu itu anaknya udah sekolah disini anaknya engga mau
ngamen lagi gitu karena dia pengen sekolah tapi orang tuanya memaksa bahkan
saya dengar dijedotin gitu ya ampe dikejar-kejar pake pisau pengen ngebunuhlah
saya engga tau bahasanya tuh yang pasti katanya dikejar-kejar pake pisau. Nah,
sekarang udah engga ada lagi anak itu udah engga sekolahdisini karena memang
orang tuanya, kita engga bisa maksa karena orang tua kandungnya gitu ya, kita
cuma bisa membantu merubah pola pikirnya cara itu salah, kita pengen merubah
yang mereka pemulung jadi engga, yang minta-minta jadi engga, yang mencari
rezeki dengan cara yang haram jadi engga, ya gitu kira-kira semuanya. Itu dari
sisi agamnya tadi. Dari sisi kepribadian dulunya kepribadian fisik misalnya dulu
engga mandi sekarang udah mulai membersihkan dan lain kondisinya dengan
sekarang tuh lain, waktu saya pertama masuk sini ya. Dulu yang awal saya kesini
mereka sama guru juga bersikapnya bagaimana dan sekarang udah mulai salim,
sama tamu juga salim, sekarang sudah seperti itu, kalo dulu mah engga waktu
awal saya masuk juga di kelas tuh ya pokonya intinya kacaulah gitu ya, ya kita
kasih tau cara belajar yang baik disini bagaimana gitu ya, bahkan saat di kelas itu
kadang ada jarum ya maen tusuk-tusuk aja ke temennya, engga peduli tuh
temennya berdarah atau engga, pernah begitu, nah sekarang udah engga,
namanya anak-anak sih maen biasa tapi sekarang udah mulai ada perubahan. Ya
secara umum sih kaya gitu rata-rata, dan saya juga engga memaksakan mereka
harus cepat berubah ya karena kondisinya engga seperti kita, mereka lebih
banyak disana kehidupannya, mereka lebih banyak di lapangan yang penuh
godaan ya misalnya tarik-tarikan dengan dunia preman, dunia pasar, dunia yang
bebas engga ada aturan gitu ya. Kemudian masalah pandangan sekolah, motivasi
orang tuanya masih belum semangat untuk menyekolahkan anaknya, semangat
orang tuanya nyari duit dengan cara apapun, nah disini kita sih sudah rubah ada
beasiswa misalkan dari Scupindo nih sudah bantu nah minimal dengan dana itu
syaratnya mereka harus sekolah, kalo misalkan ada yang engga sekolah ketauan
itu kita cabut, ada lagi yang kita kasih bantuan minimal mereka harus ikut
kegiatan satu disini setiap hari ahad gitu atau lagi minimal mereka harus ikut
kegiatan apa gitu, ada syarat-syarat seperti itu supaya mereka tuh lebih banyak
waktu untuk belajar disini dibandingkan dengan kondisi awal dulu yang belum
kita bina mereka bebas, ya kira-kira kaya gitu ya.

4. Apa visi dan misi serta motivasi saudara sebagai pembimbing agama di Yayasan
ini?

Secara pribadi saya ingin mengajak tim ya yayasan untuk membina namanya aja
bahasa Bina Anak Pertiwi ya berarti membina dalam hal apapun terutama dalam
sisi agama, pendidikan dan pandangan hidup gitu artinya persepsi, pribadi anak
ini terhadap kehidupan ini apa gitu. Saya ingin mengajarkan kepada mereka itu
kita hidup ini tidak hanya untuk nyari uang gitu, bahagia itu ga mesti kita jadi
orang kaya dan banyak uang gitu, bahagia itu bisa dicapai dengan kita punya
pendidikan bagus, dengan kita bisa mengenal Allah dengan baik, mengenal Islam
dengan baik itu bisa bahagia gitu. Nah, kita mau kea rah sana gitu, jadi saya ingin
membuat pola pikir merubah pola pikir anak binaan sini dan orang-orang yang
disini tuh ya jangan duit mulu yang dipikirin gitu. Hidup ini, Allah itu ga menilai
suatu saat nanti kita mati gitu ya, ditanyain uangnya tapi ibadah kita gimana,
kaya gitu. Ya salah satu cita-cita saya ya merubah supaya pandangan tentang
Islamnya bagus, Islam tuh engga selamanya membahas masalah ibadah, shalat
gitu doang semua sisi sebetulnya dibahas, masalah ekonomi pun dibahas,
masalah pendidikan pun dibahas, masalah kesehatan dan lain sebagainya
sebetulnya itu dibahas. Nah, saya pengen ke arah sana tapi kan ga bisa instan
gitu, sedikit-sedikit kita mulai rubah dan saya merasakan ada perubahan dari
orang tua sih sebetulnya yang dulu mungkin mereka, sekarang mungkin pernah
denger kalo pemulung tuh duitnya banyak, peminta-minta tuh duitnya banyak
tapi sekarang mereka sudah mulai merubah yang mungkin disini engga sedikit ya
baru mulai bulan Agustus ini itu ada bantuan mereka setiap bulan tuh 70.000
engga banyak gitu ya. Agustus, September, Oktober udah 3 bulan, sebelum-
sebelumnya engga ada, kita cuma ngebantu kalo misalkan ada mahasiswa yang
dateng kadang-kadang ngadain acara dapet snack terus ada perusahaan dateng
ngebantu kasih makanan, cuma itu-itu aja paling. Nah, kalo dari yayasan
ngebantu mereka uang setiap bulannya berapa belum, nah dari situ saya berpikir
„oh ternyata orang tua sudah mulai berubah pola pikirnya yang dulu mungkin
mereka melihat dengan minta-minta perbulan sekian-sekian, nah disini kan bisa
diukur sama dia lebih gedean mulung ngapain gue disini gitu” nah sekarang
engga begitu, mereka lebih kesini karena mereka sedikit-sedikit kami kasih
masukan pikirin anaknya, anaknya jangan sampai sama seperti orang tuanya
yang kondisinya seperti ini saya pikir gitu dalam hal apapun dalam sisi apapun
terutama ekonomi, kepribadian dan lain-lain, begitu.
5. Bagaimana saudara mempersiapkan materi bimbingan?

Kalo untuk TAS kan bukan saya yang ngajar ya, saya hanya sampaikan kepada
guru-guru TAS terutama targetnya adalah mereka pokoknya TAS itu mereka bisa
baca tujuannya nanti, kenapa saya

Saya engga mempersiapkan materi sih sebetulnya karena target utama saya
adalah pertama satu mereka sekarang ini ya mereka harus bisa baca Qur‟an, yang
kedua saya ingin membuka pola pikirnya sementara itu aja saya ulang-ulang
setiap hari gitu setiap pertemuan. Saya masukin sisi-sisi agama sih biasanya yang
kaitannya dengan itu, saya engga mempersiapkan materi sih, kalo untuk TAS itu
udah ada modulnya masing-masing tapi kita tidak ada kurikulum yang target
bagaimana ya cuma tergetnya tadi aja TAS.

6. Dapatkah saudara memberikan contoh bimbingan yang bersifat harian terhadap


anak binaan?

Biasanya saya contohnya shalat, saya engga banyak ngomong nyuruh mereka
shalat buat maksa, saya ditengah mereka saya shalat aja, misal di Aula mereka
lagi ngapain saya numpang shalat aja, saya orangnya tidak bukannya mereka lagi
main terus “ayok shalat shalat” engga, saya lebih kepada ya udah saya shalat aja
gitu. Nah dari awal saya kesini sampai sekarang Alhamdulillah sih mulai ada
perkembangan dalam artian yang awalnya engga sama sekali mereka ikut
dibelakang saya, sekarang-sekarang udah ngikutin jama‟ah.

Kalo contoh yang lainnya apa ya kalo secara ya intinya saya tidak pernah bilang
ke Yayasan atau Ketua binaan “nih anak binaan harus kaya gini” saya hanya
langsung aja praktek dan mereka menyaksikan “oh begitu” kaya gitu karena saya
khawatir kalo saya nyuruh-nyuruh mereka untuk apa dan lain-lain tapi saya
engga ngelakuin bisa jadi “ahh situ aja yang nyuruh engga” takutnya begitu
makanya saya lakuin aja duluan, saya berusaha untuk bisa menjadi teladan yang
baik, semua orang yang datang kesini juga sama.

Ya kita harus memberikan contoh dulu, kalo dia sudah merasa “oh ternyata
bener, baik dan lain sebagainya” penilaian mereka “seperti ini seharusnya” ya
entar juga diikutin sama dia, pelan-pelan sih memang sih agak lama gitu tapi
saya yakin suatu saat nanti akan dapetlah yang saya mau gitu ya.

7. Pernahkah mengalami kesulitan didalam proses bimbingan?

Kesulitan, saya pikir sih begini karena saya guru di sekolah dan saya juga ngajar
ya namanya mengalami kesulitan, ada hal macem-macem yang mungkin kita
anggap itu sebagai masalah itu biasa, yang saya liat disini itu anak-anak yang
sangat tidak mampu saya anggap gitu ya kemudian yang mereka butuhkan itu
butuh motivasi, mereka itu butuh motivasi bukan dijatuhkan begitu juga dengan
orang tuanya.

Sekarang kita berpikir begini semua anak yang ada disini kan masih perlu dibina
gitu dengan kondisi seperti itu kan semua harus dibina dengan baik. Malah anak-
anak yang kita ingin punya cita-cita besar gitu ya ingin menjadi anak-anak tuh
seperti apa tapi terkadang kendalanya tuh dri orang tua gitu karena kita kan
engga kita ini kan bukan orang tua mereka gtiu tapi ya mentoknya di orang tua
gitu kita sudah berusaha dan biasanya mentoknya di uang lagi gitu, kita sudah
bina bahwa “ayo belajar yang rajin, cita-citanya apa kejar” gitu tapi disana kan
orang tuanya ya tetep butuh uang dan lain-lainlah gitu untuk keperluan hidupnya.
Akhirnya, anak-anak ini dibawa lagi ke entah itu mulung atau ngamen dan lain-
lain gitu tapi ya kita tarik-tarikan aja sama orang tuanya yang mana yang paling
kuat nih makanya saya inisiatif buat pengajian orang tua juga supaya apa?
Anaknya dapet, kita motivasi orang tuanya juga dapet, kalo dua-duanya udah
dapet ya insya Allah sih mereka punya pemahaman yang sama dengan kita ya
udah berjalan, itu tujuan saya kaya gitu.

8. Apa saja bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di


yayasan ini?

Agama yang kita berikan itu kan Al-Qur‟an, nasehat-nasehat gitu ya,
kemandirian kita ini biasanya di kelas aja.

9. Metode atau pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan
agama terhadap anak binaan? Dan kenapa metode bimbingan agama tersebut
yang digunakan?

Selama ini sih saya menggunakannya dengan ceramah saja sih ya, nasehat saya
kumpulkan di kelas saya kasih nasehat gitu materinya macem-macem terutama
tentang motivasi bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan ini, menjalani
kehidupan ini yang benar gitu caranya. Jadi metode kan cara ya berarti ya
caranya seperti itu saya saat ini karena programnya juga baru ya saya hanya bisa
memberikan berusaha untuk yayasan ini memberikan contoh yang baik bahwa
kita buat kelas disitu kita kasih materi untuk pencerahan mereka, motivasi,
wawasan, ilmu agama, dan lain sebagainya cuma itu aja kemudian mungkin ya
nanti berkembangnya yang sudah ada dipikiran kita misalkan kita ngasih ada
panggil dari orang luar kita ngasih motivasi pembicaranya dari luar tentang
kehidupan, itu sih sudah ada dipikiran tapi kan berkait dana juga kalo ada
uangnya gitu. Ya kebanyakan sih ini ya caranya dengan ceramah gitu ya nasehat
yang diforum kaya gitu paling sesekali atau beberapa kali kita panggil orang
tuanya ada masalah bagaimana kita tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana,
shalat atau engga macem-macem, ya pendekatannya kaya gitu. Itu yang lebih
ngena sebetulnya, saya dulu pernah di TAS itu saya pernah panggil orang tuanya
satu-satu bahkan sampai ada yang nangis, ya intinya saya ingin orang tua itu
jangan egois gitu maksudnya urusin anaknya, kalo situ ga bisa ngurusin artinya
gini jangan sampe anak yang sudah dilahirkan oleh ibu gitu saya bilang ke
mereka ya udah ibu bebasin aja percaya kan ke TAS ke sini ke yayasan aja, di
rumah ibu bebasin lagi. Saya bilang urusin di rumah juga, disini juga dari sisi
pendidikannya, cari uangnya dengan cara yang baik, ya saya panggil satu-satu
kaya gitu kalo belum ada surat-suratnya bikin surat-surat sekarang engga usah
takut gratis belajar kenapa sih susah, masalahnya apa kita cari gitu dan disitu
lebih kena pendekatannya secara personal dan ceramah kalo klasikal semuanya
kaya gitu, cuma dua cara itu aja sih ya yang sering saya lakuin secara pribadi.
Nasehat secara personal sama ceramah secara klasikal aja. Dua-duanya sih
sebetulnya ngena cuman kalo yang personal itu butuh waktu banyak gitu kan
sementara saya juga engga banyak disini waktunya jadi Alhamdulillah sih dalam
forum kelas itu juga lumayan cukup sih ya pastinya lebih kena personal lebih
terasa buat mereka.

10. Apa yang saudara pahami tentang kemandirian?

Kalo mandiri kan berarti dia bisa melakukan sendiri ya tanpa bantuan orang lain
walaupun mungkin dia butuh tapi berusaha untuk melakukan sendiri karena dia
yakin bahwa dia bisa gitu dalam hal apapun, misal mengurusi diri sendiri dalam
masalah tidak lagi sedikit-sedikit orang tua, kita kepengen dalam kondisi apapun
anak ini bisa berdiri tegak gitu ya belajar ya udah belajar walaupun kondisinya
mungkin berat untuk dijalani, kondisi uangnya. Terutama disini kondisi uang ya,
kita pengen mereka itu bisa mengejar cita-citanya yang mereka impikan gitu
tanpa harus berpikir bahwa saya ini orang susah walaupun itu akan terpikir juga
“saya engga punya uang” tapi kita terus motivasi agar mereka tidak berpikir
begitu, udah jalan aja. Sisi agama yang kami berikan adalah kalian punya Allah,
saya sampaikan kepada mereka kalo kamu ingin kuliah engga punya uang jangan
minta sama yayasan, saya bilang kaya gitu. Shalat yang bener, paling itu yang
bisa saya berikan. Nah kemandirian itu ya dia bisa melakukan sendiri tanpa orang
lain walaupun dia butuh gitu, dia butuh bantuan orang tapi dia merasa bahwa
saya bisa nih walaupun sulit, saya pikir kaya gitu dalam sisi apapun agama,
ekonomi, kesulitan besar yang lainlah gitu.
11. Kapan anak binaan dapat dikatakan mandiri?

Saya disini gini, disini kan lebih yang kondisi latar belakang mereka ekonominya
rendah gitu ya jadi kita coba berusaha untuk membina mereka dari sisi
pendidikan, agama juga, nah pendidikan mereka minimal SMA bisa kerja dari
sisi ekonomi mereka bisa nyari duit sendiri, kedua orang tuanya yang dulu
mungkin minta-minta sekarang kita bina kemudian mereka berubah menjadi
yang misalkan sekarang jadi tukang jual air minum, kopi, kaya gitu. Itu
keberhasilan-keberhasilan yang kita sudah lihat secara langsung gitu, ya kayak
gitu sih.

Saat dia itu tadi, anak binaan kalo yang usia sekolah atau pelajar berarti saat dia
sudah SMA dan kemudian dia bisa bekerja nah itu dari sisi ekonomi ya, kalo sisi
agama ya kita berusaha sebaik mungkin ngajarin supaya dia itu minimal
shalatnya dijaga git, nah bahkan kita ajarkan supaya mereka tuh disisihkan, bisa
membantu orang tua, kedepannya sih pengennya kayak gitu, minimal target kita
itu SMA kalopun bisa kuliah ya bagus. Masalahnya kan lagi-lagi kita memang
belum banyak dana gitu, anak binaannya 500 dananya cuma berapa jadi kita
engga bisa kecuali kita ngurusnya cuma seratus ya itu kemungkinan bisa gitu
cuma ini masalahnya banyak banget.

Karena ada juga anak yayasan yang sudah tidak bergantung pada yayasan,
mereka dulu anak binaan sini dan mereka sekarang sudah punya keahlian
misalkan punya bisa service HP, sekarang udah punya toko disana, kemarin HP
saya yang satu lagi tuh dibenerin sama anak binaan sini gitu, jadi ada yang kaya
gitu, ada yang punya bengkel, ada yang punya macem-macemlah banyak saya ga
terlalu hafal. Intinya mereka sudah bisa dari sisi ekonomi mereka sudah bisa
nyari duit yang halal tidak seperti dulu lagi, nah itu kan berarti mereka sudah bisa
mandiri, sisi agama kita berusaha untuk perbaiki gitu.

12. Apa saja tahapan-tahapan dalam pembentukan kemandirian anak binaan


tersebut?

Ya tahapannya sih saya selalu beri nasehat gini artinya kita satu memberi contoh,
kemudian saya memberikan materi yang memotivasi mereka, kemudian kita
memfasilitasi mereka suatu saat nanti walaupunpun sekarang belum ya,
memfasilitasi mereka misalkan kita sudah merancang suatu saat nanti kita harus
punya usaha yang diurus oleh anak binaan, nah supaya mereka tidak lagi
melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu ngamen, mulung. Ngamen tuh
masih dianggap baiklah, minta-minta misalnya. Dulu di yayasan ini sudah ada
katanya waktu Ketua Yayasan yang lama itu sudah ada usaha buat sandal hotel
itu mesinnya masih ada, nah nanti suatu saat nanti kita akan berusaha supaya
mereka bisa dari sisi ekonomi lagi nih gini kita berusaha buat mereka mandiri itu
suatu saat usaha bersama yang diurus oleh anak binaan, yang sudah berjalan saat
ini yang saat itu saya ada juga disini misalkan kemarin itu berjalan usaha buat
keripik kaya gitu, kita kasih dana nanti kita kasih uang sekian tapi lagi-lagi kan
kita tidak semudah membentuk mereka namanya usaha ya kadang jatuh akhirnya
ngedown, nah sekarang tidak dilanjut lagi tapi itu bagian dari usaha kami kita
berikan dana bantuan untuk usaha. Ada orang yang punya potensi nih misalkan
potensinya punya seperti keahlian apa kita kasih dana bantuan buka usaha gitu,
itu sudah berjalan dan sudah banyak juga yang sudah berhasil kemudian ada cara
lain misalkan secara khusus anak-anak yang berprestasi kita sekolahkan
ditanggung misalkan sampai kuliah, itu jga aka nada program itu dan itu juga
sudah berjalan juga dan akhirnya nanti mereka bisa kuliah dan kita juga punya
cita-cita semua anak binaan sini yang sukses nanti mereka bisa menyisihkan uang
zakatnya masuk kedalam yayasan ini gitu jadi mereka dulu dibantu sini nanti
bantu balik lagi kesini, kaya gitu.

13. Seberapa lama bimbingan agama berpengaruh kepada mereka?

Jadi gini untuk tau mereka berubah itu saya harus tau kondisi rumahnya
bagaimana taunya bukan secara data ya saya harus tau mungkin bisa jadi liat
langsung terus orang tuanya bagaimana di ruamhnya, contoh kecil misalkan
shalat kasusnya anak susah shalat, saya harus tau nih ibunya dulu shalat apa
engga, bapaknya shalat apa engga terus orang tuanya di rumah itu pernah ga
ngajakin shalat ngajak atau dibebasin aja kaya gitu. Nah, yang saya tau ini hanya
secara umum aja ya saya tau ya bebas gitu jadi kepedulian terhadap anak itu
engga. Peduli gini ya peduli makan iya gitu ya dikasih makan cuman kalo peduli
anak saya pokonya harus sekolah tinggi nah itu masih kecil banget, anak saya
pokoknya harus bisa baca Al-Qur‟an itu masih kecil banget, anak saya harus
menjadi anak yang sholeh itu kecil banget. Jadi yang pertama mereka kejar itu
ngasih makan, punya duit gitu, nah kita harus merubah itu tuh bagaimana
caranya. Walaupun sekarang lagi dalam proses kita pikirkan juga gimana ya
orang 500 ya engga mudah, orang yang sekolah di sekolah formal aja yang
mungkin latar belakang nya beda dengan mereka jauh gitu kita susah untuk
merubah apalagi dengan kondisi yang begini yang mereka bebas nih ada anaknya
yang pulang dari sini kadang ngamen, pulang naek angkot ngamen abis pulang
bisa jadi dia maen kemana gitu, ada yang begitu kadang mereka ga mau masuk
karena diajak maen PS, maen ini, maen itu, duit kadang-kadang ada gitu ya tapi
motivasi buat uang itu ditabung missal untuk pendidikan tuh kadang kecil banget
gitu. Ya emang agak ribet sih saya membimbingnya ya karena memang
kondisinya seperti itu, kondisinya ya kita harus tau dulu nih seberapa sulit anak
ini sulitnya diapaan sih apakah bener dia sulitnya hanya di ekonomi misalkan
atau jangan-jangan kita sudah kasih bantuan mereka tetep bebas-bebas aja
anaknya engga diurusin, kita kan belum tau pasti dan kita engga bisa ngontrol
mereka satu persatu karena banyak banget orangnya dang a mungkin juga kita
ikuti terus seharian gitu, kita bisanya paling cuman anaknya masih sekolah oh
masih gitu, kadang kita suruh home visit gitu ya pengurus yayasan dateng kesana,
kalo ketauan engga sekolah ya di cut udah putus dan itu juga engga setiap hari
kan jadi saya pikir perubahan itu ada kaitannya kita harus tau kondisi mereka
yang bagaimana, kalo mereka disini ya ada perubahan artinya perubahan gini
awal dateng mereka disini dan sekarang sampai seperti ini ada perubahan gitu,
awal saya dateng kesini kondisi mereka seperti apa secara fisik misalkan
kemudian sekarang saya sudah masih disini dan mereka dateng juga sudah ada
perubahan tapi kan kita engga tau diluar sana mereke bagaimana atau mereka
mungkin disini doang nah kita engga tau secara akhlak dan lain sebagainya,
kadang-kadang ada cerita misalkan disini santun nih kalo diluar bandel, nah jadi
kan ini saya belum bisa ngukur juga, kalo pertanyaannya mereka pas saat di
yayasan saya bisa jawab cuman kalo bebas gitu ya, mau di yayasan atau di rumah
bagaimana perubahannya nah itu saya engga tau persis kondisi secara
kepribadian bagaimana, yang saya liat ya itu disini aja oh ini orangnya begini,
banyak yang berubah kalo dari sisi itu tapi disini ya, nah di rumahnya saya engga
tau, paling itu tadi saya tanya satu persatu gimana di rumah gini ga, oh anak saya
disuruh shalat mau diceritan dah ini ini, ada yang ga mau sama sekali ada orang
tua yang bilang gitu. Kalo disini ngangguk-ngangguk, kalo disana tuh sama
anaknya bisa galak, ya kaya gitu.

14. Apa kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak binaan?

Saya ngerasa waktu saya untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka
di lapangan, dikehidupan mereka, di masyarakat jadi tarik-tarikan itu kendala
terbesar untuk saya jadi misalkan saya udah ngajar di A disini paling cuma 2 jam
ya menurut penelitian yang saya tau gitu kalo kita belajar tuh paling cuma 70%
masuk gitu ya itu pun disini, nanti di rumah berapa tinggal 50%, besok tinggal
20%, entar lama-lama habis. Mereka kehidupannya di luar berapa, di jalanan
berapa jam, di pasar berapa jam, di dunia preman berapa jam, kita kan engga tau.
Nah, itu kendala yang paling mempengaruhi gitu makanya saya dulu ada yang
sempet donator lain sih bukan dari sini ya sempet ngeluarin wacana gimana kalo
mereka kita buat rusun ya rumah susun khusus untuk mereka supaya
terkondisikan dengan baik gitu ya belum terealisasi sih cuman itu cara yang baik
ya menurut saya gitu dan saya bilang ke Ketua Yayasan kalo ada anak yang
belajar disini kemudian orang tuanya juga keliatan serius menurut penilaian kita
coba kita tarik kesini keluar jangan sampai mereka hidup disana lagi gitu, supaya
pola pikir mereka berubah. Karena kan berat gitu ya, nah kita bergaul dengan
tukang minyak wangi ya kita kena wanginya gitu kan, kalau pandai besi ya kena
percikan apinya, sama mereka banyak bergaul di pasar kaya gimana, kalo cerita-
cerita premannya banyak maen pukul-pukul aja, copetnya dan lain sebagainya.
Nah, anak kecil usia-usia terutama usia yang masih kecil ini kalo di lingkungan
mereka keseringan dilakuin itu yang salah-salah itu dianggap bener jadinya ya
dan akhirnya ketika kita nasehati yang bagus yang mungkin itu hal baru buat
mereka jadi ngerasa ya udah engga peduli gitu mereka lebih ke yang mereka lihat
aja atau mungkin ga shalat tuh biasa aja gitu, ga ngeri dengan ga shalat tuh gitu
tapi gimana ya orang tuanya aja ga pernah nyuruh kan guru terbaik orang tua, ya
udah mau bagaimana lagi jadi ya permasalahan terbesar saya ya itu, waktu saya
untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka dengan lingkungan
mereka, yang kita tau lingkungan mereka tuh pasar, dunia preman, disitu ada
banyak pemulung, minta-minta, pengamen, yang intinya ya kita taulah bebas
banget gitu, pendidikan, agama tuh engga dikejar banget gitu mereka tuh

Jakarta, 11 Oktober 2017

Narasumber,

Ustadz Baihakki
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Pengajar di Yayasan Bina Anak Pertiwi

Nama : Dede Irawati

1. Bagaimana pandangan saudara sebagai pembina sekaligus sebagai pengajar di


TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A” Yayasan ini?
Pandangannya sih sangat sulit ya, dari sekolah formal sama disini karenakan kalo
sekolah formal pendidikannya lebih layak gitu kalo kita kan pendidikannya kita
ngambil dari anak-anak jalanan yang harus kita bina, yang mereka dulunya engga
kenal pendidikan sekarang kenal pendidikan gitu.
TAS itu setara dengan PAUD.
Kalo dari pertama kali ngajar disini tuh kelakuannya lebi-lebih dari orang utan,
nah selama kita bimbingan ya lama-lama dia mulai berubah karena kan
tergantung dari lingkungan rumahnya juga gitu. Jadi ya lebih susah awal pertama
kita bombing dia pokoknya bener-bener lebih dari orang utan soalnya factor
lingkungan lebih berpengaruh. Kalo disini saat disini sudah berubah nih belajar,
balik lagi ke sekolah ya omongan yang kotor balik lagi ke diri dia sendiri gitu.
Nurut kita kasih tau dengan cara pelan-pelan .
2. Apa visi dan misi serta motivasi saudara sebagai pengajar di Yayasan ini?
Visinya sih ingin merubah akhlaknya anak yang tadinya mereka di jalan jadi
sekarang mereka lebih kenal pendidikan. Semoga dia menjadi orang yang lebih
baik lagi gitu engga selalu di jalan.
Kalo dari sisi kemandiriannya sih susah ya ngejelasinnya karena dari
lingkungannya sendiri kan udah bener-bener keras gitu, kalo liat dari sisi
mandirinya ya kita harus pelan-pelan membimbing mereka tuh dengan cara
pertama kita nanya mandi mereka, sekolah mandi atau tidak, tiap hari kita tanya
begitu makan atau tidak sarapan. Ada yang sekolahnya tidak mandi dan bajunya
juga tidak dicuci, pokoknya tergantung dari lingkungannya.
3. Bagaimana saudara mempersiapkan materi bimbingan? Terutama dengan
bimbingan agama?
Paling kita dari modul, alat raga terus kita membuat mereka belajar ngajinya,
akhlaknya mereka. Bimbingan agama itu dari Ustadz Baihakki dulu atau
terkadang dari Pak ustadnya langsung ke anaknya. Paling buat kita evaluasi ya
sebelum memberikan bimbingan briefing dulu sama Ustadnya terutama
bagaimana cara harus mengajarnya gitu.
Bimbingan agamanya baca iqra’, surat-surat pendek terus kadang kita suruh
hapalin surat-surat pendek gitu. Semuanya pada nurut Cuma kan guru hanya
sementara yang paling berperan itu orang tua ya jadi tergantung dari orang tua
motivasinya seperti apa gitu.
4. Dapatkah saudara memberikan contoh bimbingan yang bersifat harian terhadap
anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?
Oh itu tiap hari, ya dari cara kebersihannya dia, kemandiriannya dia,
kerapihannya dia, pokoknya itu tiap hari kita perlu ulang-ulang jadi sekarang
udah bisa kalo di rumah “oh iya tadi inget kata Miss harus kaya gini kaya gini”
giru jadi dia ikutin, dia peragain juga di rumah.
Kadang kan anak beda-beda ya, kita kasih tau tidak boleh ya seperti itu, kadang
kita kasih materinya juga, kadang kita bacain dongeng jadi missal kamu harus
ikutin si kancil ya gini atau gitu. Kadang yang paling banyak kaya gitu Ustadz
yang ngasih masukan gitu.
5. Pernahkah mengalami kesulitan di dalam proses bimbingan?
Kesulitannya paling kita ya kaya kalo misalkan kita lagi ngajar gitu tiba-tiba
orang tua masuk kan, nah disitu yang tadinya anak mandiri malah jadi kolokan
gitu, kadang kalo kita bilangin ke orang tuanya kana da orang tua yang ngerti,
ada yang engga paham jadi kita pelan-pelan harus bisa memahami itu semua gitu.
6. Apa saja bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di
Yayasan ini?
Paling kita ajarin mereka tuh harus semuanya serba mandiri gitu, kalo misalkan
orang tua lagi apa kamu harus bisa gitu, jadi kalo kamu mau pinter ya harus
seperti ini gitu, kadang kita ngajarin mereka juga bukan sebulan-dua bulan tapi
berbulan-bulan tuh kita harus bisa tau akhlaknya dia gitu, kadang kita sharing
juga sama orang tua kadang orang tuanya inilah itulah.
Paling kita ajarin cara wudhu, bagaimana cara do’a-do’anya gitu.
7. Metode atau pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan
agama terhadap anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?
Ya kita metodenya tuh dari alat peraganya kan, dari tata cara kita ngasih tau ke
mereka dengan lisan gitu kan, kadang ada anak yang berbeda-beda umur jadi ya
kita harus memahami anak yang kadang kita bilangin dikit dia nangis. Pak ustadz
juga setiap kita evaluasi sudah ngasih tau kamu harus seperti ini ya kalo anaknya
begini-begini kalo emang dia gam au ya udah gak apa-apa biarin aja ga usah
dipaksa dulu, mungkin dia belum mengerti, jadi kita jalanin aja dulu seperti itu.
Kadang ada perintah dulu dari Ustadz tapi kadang juga kita ngasih masukan kalo
misalkan saya seperti ini salah tidak sih gitu kalo memang salah ya kita tidak
lakuin kalo emang benar buat kebaikan mereka ya kita lakuin.
8. Apa yang saudara pahami tentang kemandirian?
Kemandirian kan semuanya serba sendiri gitu kan tanpa menyusahkan orang lain
jadi kita ajarin juga mereka bagaimana mereka bisa melakukan sendiri tanpa dari
orang lain gitu.
9. Kapan anak binaan di TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A” dapat dikatakan
mandiri?
Kalo dikatakan mandiri ya mungkin nanti kalo dia udah bisa ningkat ke SD atau
tingkatan SD mau ke SMP kan bisa mandiri karena mereka tuh dibilang mandiri
sih ada yang udah Cuma kan dari orang tuanya sendiri kadang pulang sekolah
diajak nyari duit, sampe PR pun kadang ga ngerjain Cuma demi uang gitu,
makanya kadang kalo ngeliat tuh miris banget.
Kalo dari segi makan mereka udah makan sendiri tapi ada gitu kadang orang
tuanya yang bikin anaknya itu ga bisa mandiri jadi kembali ke orang tuanya
bagaimana orang tuanya juga bisa membina dia.
10. Apa kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak binaan di
TAS (Taman Anak Sejahtera) Kelas “A”?
Ya anak-anak kadang dibilang kendala nya itu setiap hari berbeda-beda jadi kan
dari orang tuanya juga sih bagaimana orang tuanya bisa mensuport mereka dari
rumah tuh bagaimana ngajarin anak. Kadang kalo kita ajarin seperti ini tapi kan
pas di rumah beda lagi gitu kadang kita juga liat setiap pembinaan buat ngajar
gitu namanya anak kecil pasti trauma dong dengan kekerasan, ada yang depan
umum salah dikit cubit, salah dikit tabok, kan itu anak-anak pasti trauma. Kadang
bingung juga harus gimana ya ngajarnya agar anak ini ga seperti ini gitu.

11. Kalo mereka udah bisa tertawa sedikit ya kitanya seneng bisa buat mereka
bahagia gitu kan apalagi kalo kita kasih-kasih hadiah.
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Napriadi

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di rumah sama orang tua ngontrak.

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Bentar doang karena pas di Yayasan udah engga lagi.

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Bantu orang tua cari uang.

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Seneng aja pengen ngojek payung, engga ada rasa males apalagi maen ujan.

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di jalanan?

Ngojek-ngojek payung, ngamen, maen, kadang-kadang nyuci baju sendiri dan


orang tua juga, cuci piring dan masak jarang sih.

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?

Bapak doang udah almarhum udah meninggal baru tahun kemaren. Sekarang
tinggal cuma berempat sama ibu dan 2 abang, abang yang pertama dan ketiga
meninggal. Kalo Bapak enap mau diceritain ya panjang, kenyang sama tangan
Bapak. Bapak orang yang keras. Bapak dulu waktu itu kerjanya dagang sepatu
terus bangkrut jadi supir tapi ngenekin dulu metromini paling dua hari sekali
pulang, boro-boro ngasih, Bapak makan ya makan aja sendiri engga ngurusin
anak engga ngurusin ibu engga, orang-orang sini juga udah tau semua. Udah
lama engga pulang tiba-tiba denger kabar udah meninggal tabrakan di
kampungnya saat ngojek. Kalo ibu kerjanya tukang cuci, nyuci di rumah orang,
Enap paling bantuin ngangkatin jemuran doang.

7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?
Iya sama sodara. Pernah sama temen-temen lingkungan sini diasingkan dan
didiemin terus, alesannya engga tau kenapa. Enap deketin, dia ngehindar. Udah
pernah nanya tapi dia diem.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi? Pengen belajar, mau karate.

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?

Saya dari kecil Kak. Pertamanya abang saya dulu yang disini sebelum meninggal
keempat abang saya disini, terus saya tapi sementara saya engga pernah masuk
lagi terus sekarang masuk lagi.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?

Enak sih, pengurusnya baik, kalo Kak Ade kadang galak, hehe..

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?

Sekolah, karate sama futsal yang Enap tau karena cuma itu yang diikutin. Buat
karate kalo yang lama Kamis dan Jum'at, kalo buat yang barunya Sabtu dan
Minggu. Kalo futsal malem Senin.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Sudah, karena engga minta jajan ke orang tua, bisa nyari jajan sendiri.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?

Iya, belajar kalo ada PR-PR itu pelajaran, kadang sih cape apalagi kan sama
karate abis pulang sekolah, kadang kalo ada nasi makan tapi kalo ga ada ya
engga, kadang males berangkatnya cape jauh karena dari sini jalan kaki lewat
jalan raya.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan

ini? Baik.
16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Iya, udah memberikan contoh yang baik.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?

Sulit sih, saya sendiri juga belum bisa, kalo pelajarannya sih lumayan apalagi
MTK, yang diajarin sih dikit-dikit paham.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di

sini? Bisa ngaji, bisa ngitung, bisa nulis.

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Ada, sekarang dikit-dikit udah bisa nulis, bisa baca, bisa ngaji udah Iqra’ 2 belum
lancar sih masih diulang-ulang.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Seneng sama gembira, belajar sambil bermain, punya banyak temen. Pernah
berantem sama Agus karena ngocolin dianya.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Narasumber,

Napriadi
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Muhammad Agus

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di Rumah Singgah Yayasan Bina Anak Pertiwi.

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Udah lama banget dari tahun 2014, sekarang udah engga liat aja nih putih
badannya, hehe..

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Buat jajan, dikasih jajan sih sama orang tua, ngamen iseng-iseng doang buat
maen warnet buat maen facebook, maen games.

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Biasa aja, engga malu malah bahagia, hehe..

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di

jalanan? Jajan, tidur, maen, makan, udah,

hahahaa..

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?

Masih, utuh tapi misah. Setelah itu tinggal sama Bapak karena dulu kan engga
tau Mama itu tinggal dimana, langsung dipisah aja ikut sama Bapak. Kalo tidur
di Mama kan warung engga bisa takut bosnya marah jadi tinggal di Yayasan,
Bapak kerja rongsokan, aku engga pernah bantuin hehe..kan Bapak kerja di
Mampang kadang pulang jam 5 jam 6 jadi kan aku engga sempet, sekolah
kecuali berangkatnya sore pulang dari sini kan jam 12 ga sempet. Bapak engga
tau aku tinggal disini, engga boleh ada yang ngasih tau, entar diambil lagi
diangkut lagi digerek pas lagi tidur, hehe..Engga mau tinggal sama Bapak entar
dimasak pake aer direbus, Bapak galak ke Mama, sekarang ada Mama tiri udah
nikah lagi. Bapak dan Mama tiri dua-duanya ya galak. Aku punya ade dari ibu
tiri bawa bukan ade kandung aku. Anak tunggal dong Agus mh Raja, hehe..jadi
Bapak bawa satu anak dan ibu tiri bawa satu anak. Ibu tiri engga kerja karena
anaknya masih bayi jadi cuma ibu rumah tangga.
7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?

Pernah, sama temen dikacangin, hehe.. engga ditemenin, pernah masalah juga sih
ribut, biang masalah jagoan aku, Kak apalagi kalo disekolahan, hehe.. Bahagia
malah kan masih banyak temen, emang temen dia doang yang di gang Buntu
daerah rumah. Tapi besok-besoknya ngajak maen lagi, Kak tapi aku gak mau.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Enaklah, seneng banyak temennya, jangan dipulangin lagi enakan disini. Bisa
sekolah deket, Kak, hehe..

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?

Iya ada yang ngajak.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?

Enak, bagus, baik, lebar besar hehe.. Udah apalagi. Pengurusnya enak-enak, Kak
baik-baik.

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?

Pagi belajar di sekolah, terus karate doang.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Udah. Nyuci sendiri, jemur sendiri, tidur sendiri, udah, sekolah sendiri kalo yang
lain kan anak lain kalo sekolah disiapin makan ama Emaknya, siapin baju
dipakein, kalo aku beda, Kak hehe..kalo aku bangun, makan, sekolah, kadang-
kadang masak dulu, bisa masak sendiri, ayam bisa digulai, disambel, disemur,
tahu bisa, terong bisa, belajar sendiri, kalo ngulek-ngulek cabe gitu karena dulu
sering liat Mama yang kandung.

Perjuangan ibu tuh cape merawat kita dengan mati-matian.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?
Engga. Seneng, Kak seneng terus. Tapi kadang-kadang sih, Kak MTK susah,
Kak. Hapalan sulit, Kak aku dicecer. Ngaji aku udah Iqra’ 4, Kak. Enakan sama
Ustadz Baehakki, Kak cepet nangkep ngajarinnya enak, sabar.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan

ini? Baik, enak, santai.

16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Udah. Semua guru tuh marah demi kebaikan kita. Ustadz Baihakki sering nyuruh
shalat, ngaji, baca Al-Qur’an tapi aku belum bisa baca Al-Qur’an, Kak.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?

Engga terlalu susah sih, Kak kalo itu mudah ditangkep.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di sini?

Banyak. Bisa ngaji, bisa belajar, berhitung bisa, tadinya sih sedeng engga terlalu
bisa ngaji masih Iqra’ 1 pas disini ningkat, kalo sama Ustadz Baehakki aku udah
Iqra’ 5, Kak. Belum ngerasa lancar sih, kita itu engga boleh ngerasa hebat, yang
hebat itu cuman Allah SWT, tiada yang hebat selain Allah. Hehe.. kita itu engga
boleh ngerasa hebat walaupun kita kaya, punya segalanya, kita harus
menyumbangkan ke Panti Asuhan, dan lain-lain, gitu Kak, bener ga Kak? Hehe..

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Ada. Pinter ngaji, bisa belajar, bisa baca Ayat Kursi kaya tadi tuh.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Seneng, Kak. Baik, ngajarin yang bener, pengurusnya enak baik. Betah banget,
Kak aku disini. Aku cita-cita jadi atlet karate, Kak.

Jakarta, 12 Oktober 2017


Narasumber,

Muhammad Agus
HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Nama: Wahyu Anugrah

1. Adik sekarang tinggal dimana? Dan bersama siapa?

Di Kalibata, di rumahnya neneknya Noval

2. Sudah berapa lama adik ada di jalanan?

Dari 2016. Belum pernah disuruh sama Ibu, kemauan sendiri.

3. Mengapa adik ada di jalanan?

Nyari duit buat jajan, makan berdua sama Ibu. Sekarang udah engga semenjak
masuk Yayasan karena ga dibolehin sama pengurus Yayasan takutnya ada apa-
apa ketangkep

4. Bagaimana perasaan kamu saat ada di jalanan?

Ya seneng. Karena bisa jajan dan makan.

5. Apa sajakah yang kamu lakukan di jalanan?

Cuma ngamen yang penting bisa ngasih makan Ibu.

6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?

Kan mamah lagi sakit, sekarang mamahnya diurus di Cipayung, mamah jatoh
dari tangga, engga bisa jalan pake kursi roda. Bapak udah engga ada udah
meninggal dari umur 1 tahun, ibu engga pernah nyeritain tentang Bapak. Udah
lama engga tinggal sama Ibu, tinggal sama neneknya Noval baru 2 bulan lebih,
tadinya sama Ibu di Gang Buntu. Ibu kerja dagang gorengan, bapak dulu dagang
cincau. 2 bersaudara. Kakak engga tau dimana udah nikah, engga pernah nemuin
Ibu lagi. Wahyu sih sering ngelongok Ibu.

Pertama dianterin naek motor ampe pasar minggu abis itu jalan kaki dari pasar
minggu ampe kesini. Udah biasa jadi engga jauh. Kalo pulang naek angkot 16
bisa 05 bisa.

7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?
Engga pernah. Dulu sekolah di Pangadegan terus berenti gara-gara digusur ya
udah jadi pindah langsung ke Yayasan.

8. Kenapa kamu mau masuk ke Yayasan Bina Anak

Pertiwi? Mau belajar biar pinter.

9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?

Iya ada yang ngajak.

10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan

ini? Baik.

11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?

Banyak. Matematika, Bahasa Indonesia , Fiqih, BBQ, belajar hapalan surat


pendek, sama keterampilan, karate. Ikut semuanya tapi lebih seneng karate
karena bisa buat jaga diri, udah sabuk biru, udah 2 tahun lebih. Pas awal sabuk
putih langsung loncat ke ijo katanya bagus. Tadi diatas lagi ngelatih udah
dipercaya ngelatih.

12. Apakah ada Bimbingan Agama?

Ada, setiap hari Minggu.

13. Menurutmu, apakah kamu sudah mandiri?

Udah.

14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?

Engga, pernah matematika doang susah.

15. Bagaimana pandangan kamu terhadap pembimbing agama di yayasan ini?

Baik, lemah lembut, enak cara ngajarnya, kadang-kadang ngulang-kadang-


kadang naek. Wahyu udah Iqra’ 6. Baca Al-Qur’an udah bisa tapi takutnya masih
rancu cara bacanya.
16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?

Udah. Nyuruh shalat, cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang akhirat dan api
neraka, nyontohin perilaku apalagi harus sopan.

17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?

Enak, mudah ditangkep tapi pernah kesulitan sih tentang hukum tajwid.

18. Apa manfaat yang didapatkan selama kamu dibimbing di sini?

Jadi kan tadinya nulis masih jelek sekarang lumayan, baca Iqra’ tadinya Iqra’ 5
sekarang Iqra’ 6 naek. Akhlak jadi baik, kadang-kadang yang dikasih tau Ustadz
diterapin masih belang beton.

19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?

Iya ada. Itu tadi.

20. Bagaimana kesan kamu terhadap Yayasan Bina Anak Pertiwi?

Yayasan ini baik, seneng-seneng aja.

Jakarta, 12 Oktober 2017

Narasumber,

Wahyu Anugrah

Anda mungkin juga menyukai