SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Eneng Fani Oktaviani
NIM: 1113052000048
Anak jalanan adalah seorang anak yang memiliki masalah sosial dalam
kehidupannya. Masalah sosial terjadi ketika status sosial seseorang terganggu dan
fungsi sosial tidak berjalan dengan baik serta hal ini berkaitan dengan peran yang
hilang atau malah dihilangkan. Dikarenakan menjadi anak jalanan mereka telah
kehilangan hak-haknya, seperti hak untuk hidup layak seperti anak-anak lain pada
umumnya. Dimana pada masa itu seharusnya mereka mendapatkan pendidikan,
pengajaran dan pengetahuan agama tetapi keadaan malah sebaliknya, disatu sisi
mereka harus mencari nafkah demi mendapatkan penghasilan agar membuat
mereka bertahan hidup serta menopang kehidupan keluarga. Namun disisi lain
hak-hak mereka sebagai seorang anak terampas. Kehidupan mereka masih
membutuhkan hal-hal positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Maka dari
itu, perlu adanya bimbingan agama dan pemberdayaan kemandirian bagi anak-
anak jalanan agar mereka dapat menjadi seorang anak yang mandiri.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode
bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan
secara singkat hasil penelitian tersebut. Karakteristik dan tahapan-tahapan
kemandirian terhadap anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi merupakan
upaya dalam memberdayakan anak binaan agar memiliki kemandirian dengan
difasilitasi beberapa bidang program diantaranya bidang pendidikan, bidang
keagamaan dan bidang keterampilan. Metode Bimbingan Agama yang digunakan
di Yayasan Bina Anak Pertiwi dilakukan dengan dua metode yaitu individual dan
kelompok. Bimbingan Agama melalui metode individual pendekatan dilakukan
dengan home visit. Sedangkan Bimbingan Agama melalui metode kelompok
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, cerita (kisah), keteladanan dan
wawancara. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan
diawali dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program
keseharian dan program memimpin program yang terdapat di yayasan. Pada
keberdayaan merupakan faktor pembentukan kemandirian yang berisi tentang
ajaran agama (materi), pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas yang ada di
yayasan. Terakhir ada mandiri yang berisi tentang sebuah ide, nilai-nilai serta
kesepakatan bersama
i
KATA PENGANTAR
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti, SE. M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. M. Jufri Halim, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan
tenaga, waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan motivasi
kepada penulis dalam penyusunan skripsi sehingga akhirnya dapat
terselesaikannya skripsi ini.
4. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik Kelas B Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2013.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan khususnya
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, yang membuat wawasan penulis
lebih terbuka lagi.
6. Kedua orang tuaku tercinta dan terkasih, Ayahanda Isep Mu’alim dan Ibunda
Eroh Munawaroh serta Adik-adikku tersayang Gita Andestiana Meirizka dan
Firnaz Aidil Fitra yang tiada henti selalu memberikan motivasi, support serta
ii
do’a, baik materi maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih sedalam-dalamnya lubuk hati kepada Mama dan Apak yang telah
melahirkan, tiada henti-hentinya merawat, membesarkan, membiayai serta
mendidik kebutuhan kami sejak kecil sampai saat ini. “Pak..Mah..saat ini
hanya inilah yang dapat kupersembahkan.”
7. Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi, khususnya Mas Ali Santoso, Ustadz
Baihakki, Bang Kipli, Bang Ari, De Ira, teman-teman serta anak-anak binaan
di Yayasan. Terima kasih telah memberikan izin melakukan penelitian dan
memberikan data-data yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat “The Damsel-Boys” yang selalu mengisi hari-hari penulis,
yaitu diantaranya Ima, Uwok, Sarah, Aida, Petong, Rahma, Putri, Mina, Irma,
Arif, Aldi, Yuda, Ciong, Novan dan Agung. Terima kasih telah memberikan
motivasi dan semangat.
9. Teman-teman seperjuanganku di kelas yang telah memberikan dorongan,
motivasi serta semangat yaitu Nita, Isna, Kiki, Wira, Tiara dan teman-teman
seperjuangan BPI angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-
persatu.
10. Teman-teman Kost’an “Markaz Al-Hamra” yang telah memberikan semangat
yaitu Linda, Gita, Roza, Ela, Hilda, Ria, Saly dan Nisa.
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 5
1. Pembatasan Masalah...................................................... 5
2. Perumusan Masalah ....................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 6
1. Tujuan Penelitian ........................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
D. Metodologi Penelitian.......................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka.......................................................................11
F. Sistematika Penulisan...............................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................87
B. Saran.........................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................90
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang “masalah” bagi
banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap
nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.1
Rasulullah sangat memperhatikan pertumbuhan potensi anak, baik
dibidang sosial maupun ekonomi. Beliau membangun sifat percaya diri dan
mandiri pada anak, agar ia bisa bergaul dengan berbagai unsur masyarakat
yang selaras dengan kepribadiannya. Dengan demikian, ia mengambil manfaat
dari pengalamannya, menambah kepercayaan pada dirinya, sehingga hidupnya
menjadi bersemangat dan keberaniannya bertambah. Dia tidak manja, dan
kedewasaan menjadi ciri khasnya.2
Karena pada akhirnya nanti masing-masing individulah yang dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang diperbuatnya di dunia. Firman Allah yang
termaktub dalam Al-Quran surat Al-Muddassir ayat 38 menyebutkan:
K˚َبت رهينَةKكل َن ْفس ما كس
ُي ظمىن
ْ ق ِبا ِإ وسعه ولَ َد كت ب َو ََل ن ك ن
ْلحق م َل ل ا ْيَنا ا نط اَل ل ْف
ُوه سا ّ ف
1
Dodi Parial, Permasalahan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://t4rbiyah.blogspot.com/2008/01/permasalahan -anak-jalanan-dan.html.
2
Jamal Abdurrahman, Cara Nabi Menyiapkan Generasi, (Surabaya: CV Fitrah Mandiri
Sejahtera, 2006), h. 212.
3
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:
Duta Ilmu Surabaya, 2005), h. 851.
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 481.
3
5
l-Husaini Abdul Majid Hasyim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1994), h. 79.
6
Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.
7
Totok Pramujiti, Pengentasan Anak Jalanan, Artikel diakses pada 16 Mei 2017 dari
http://Seputar-Kemiskinan Struktural-Dan-Kultural.html.
8
Aswandi Nopyan, Model Pembelajaran Program Kolaboratif Kemandirian Anak
Jalanan di Rumah Singgah, (Bandung: UPI, 2007), h. 1.
4
9
Hendri Aprilianto, Membangun Sikap Mandiri dan Enterpreneurship, Artikel diakses
pada 18 Mei 2017 dari http://www.kompasiana.com/hendriaprilianto/membangun-sikap-mandiri-
dan-wawasan-entrepreneurship_54ff6cc8a333111f4b510267.
5
D. Metodologi Penelitian
Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metodologi
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan yang beralamat lengkap di Jl. Bacang No. 46 RT. 04/ RW.
01 Jati Padang Pasar Minggu, Kebagusan, Jakarta Selatan 12540. Adapun
kegiatan dalam penelitian yaitu pada bulan Juli sampai November 2017.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian
sebagai informan adalah nara sumber yang dapat memberikan
informasi yaitu sebanyak enam orang yang terdiri dari satu ketua
yayasan, satu pembimbing agama, satu orang pembina atau pengajar
dan tiga orang anak binaan yang berada di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan.
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah bagaimana
metode bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian anak
jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan.
3. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan penulis dalam penelitian yang berjudul
“Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak
Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan”. Yaitu
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.10
Gay (1976) berpendapat bahwa metode penelitian deskriptif
sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4.
8
11
Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 71.
12
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 26.
13
Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1991), h. 91.
14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 241.
9
Pengajar yaitu Dede Irawati, serta tiga anak jalanan yaitu Napriadi,
Muhammad Agus dan Wahyu Anugrah.
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini meliputi:
a. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatatan
secara sistematis.15 Observasi atau pengamatan langsung di Yayasan
Bina Anak Pertiwi, guna mengetahui dan memperoleh gambaran yang
jelas tentang metode bimbingan agama dalam pembentukan
kemandirian anak jalanan.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.16 Wawancara langsung terhadap pihak yayasan dan
anak jalanan yang terkait di dalamnya untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan.
c. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang
ada, juga menela‟ah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan.
7. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mentesiskannya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.17 Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143.
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h. 186.
17
Ibid., h. 248.
1
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 245.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 243.
1
E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, antara lain:
1. Fajriah Septiani (1111052000022), Program Studi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Jakarta angkatan 2011 dengan judul “Efektifitas Metode Bimbingan
Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul
Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. Jenis penelitian yang dilakukan
penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama di Pondok
Pesantren Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor. Berdasarkan hasil
penelitian skripsi ini, didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama
dalam membina akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai
thitung > ttabel = -3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif
1
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memudahkan penulisan,
maka penulis membagi pembahasan penelitian ini menjadi lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini mengemukakan teori-teori yang melandasi
dan mendukung penelitian. Dimana dalam bab ini akan
membahas tentang pengertian metode, bimbingan agama
yang meliputi pengertian bimbingan agama, tujuan dan
fungsi bimbingan agama serta metode bimbingan agama,
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari penggalan kata “meta” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila digabungkan
maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian
yang lebih luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1
Pengertian hakiki dari “metoda” tersebut adalah segala sarana yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana
tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan
pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan
pelaksana metoda seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metoda
juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh tauladan, sikap, dan
pandangan pelaksana metoda, lingkungan yang menunjang suksesnya
bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran
metoda.2
Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.3
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa metode adalah suatu cara yang teratur yang digunakan untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, di sini akan diuraikan beberapa metode, baik
dilihat dari strategi dan sasaran yang dihadapi maupun dari sifat dan
bentuk penyuluhan itu sendiri4:
1
M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120.
2
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), h. 43.
3
Harjani Hefni, dkk., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 7.
4
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh
Agama, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1987), h. 39-42.
1
1. Segi strategi ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode
vertikal dan horizontal.
2. Segi sasaran yang dihadapi, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode individu dan metode kelompok.
3. Segi sifatnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi/ percontohan dan
sosiodrama/ sandiwara.
Adapun menurut M. Arifin metode bimbingan agama, antara lain sebagai
berikut5:
a. Metode interview (wawancara)
b. Group guidance (bimbingan kelompok)
c. Client Centered Method (Metode yang dipusatkan pada keadaan klien)
d. Directive Counseling
e. Eductive Method (Metode Pencerahan)
f. Psychoanalysis Method
Dari beberapa metode yang dikemukakan oleh M. Arifin, dapat
diketahui bahwa metode bimbingan agama yang efektif digunakan dalam
sebuah yayasan anak jalanan yaitu metode Group Guidance (bimbingan
kelompok) karena melihat jumlah individu yang begitu banyak maka
penerapan bimbingan secara berkelompok akan memudahkan pula seorang
pembimbing dalam proses pemberian arahan kepada individu tersebut.
Selain itu pula dengan menggunakan metode interview (wawancara) sebab
dengan mewawancarai anak jalanan secara satu persatu apalagi beserta
orang tuanya pula maka akan didapatkan akar permasalahannya yang lebih
akurat.
B. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya
terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa
5
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 69-
73.
1
guidance berasal dari kata guide, yang mempunyai arti to direct, pilot,
manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan).6
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.7
Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada
individu atau klien orang perorangan, maka bimbingan dan konseling
kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan
satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa
kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling
menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan kelompok itu.
Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efisiensi, perlunya
perluasan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak
konsumen secara tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik.8
Pendekatan-pendekatan dalam bimbingan terbagi kedalam tiga
pendekatan (metode) ialah9:
a. Bimbingan preventif, pendekatan bimbingan ini menolong seseorang
sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya ialah dengan
menghindari masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan orang itu
untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi
bekal pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk
mengatasi masalah itu.
b. Bimbingan kuratif atau korektif, dalam pendekatan ini pembimbing
menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup
berat hingga tidak dapat diselesaikan sendiri.
6
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 79.
7
Ibid., h. 79-80.
8
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2004), h. 307.
9
Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 34-35.
1
10
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), h. 1-2.
11
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), h. 3.
12
Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), h. 52.
13
Mubasyaroh, ”Metode-metode Bimbingan Agama Anak Jalanan”, Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 4 No. 2, 2013, h. 61.
1
14
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
h. 36.
Ibid., h. 36.
15
2
16
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
37.
2
17
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT
Golden Trayon Press, 1998), h. 44-47.
2
c. Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode
yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk
individu secara moral, spiritual dan social. Sebab seorang
pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang
yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau
tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan
perasaannya dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat
material, indrawi maupun spiritual. Karenanya keteladanan
merupakan faktor penentu baik buruknya seseornag yang dibimbing.
Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang
baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan
merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu
dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya,
untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh
atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka
pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu.
d. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh
fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang
bagaimana sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing
pada saat tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat
berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing;
2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang
yang dibimbing;
3) Pembimbing harus bias menciptakan situasi dan kondisi yang
memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada
seseornag yang dibimbing.
e. Metode Pencerahan (Metode Edukatif)
Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas
2
C. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang
mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang kemudian membentuk
suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata
dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat
dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan “diri” itu sendiri,
yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah “self” karena “diri”
2
18
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
128.
19
Erina Nur Anggraini, Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada
Mahasiswa Baru Yang Merantau Di Kota Malang, Artikel diakses pada 24 Februari 2017 dari
http://www.e-jurnal.com/2015/09/hubungan-antara-kemandirian-dengan.html. h. 8.
20
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2011), h.
131.
21
Ibid., h. 56.
2
22
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
129.
23
Ibid., h. 129.
2
24
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
130.
25
Ibid., h. 130.
26
Ibid., h. 130.
27
Ibid., h. 131.
2
28
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
133-135.
2
29
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 118.
3
D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi
nasional untuk menyebut anak-anak sebagian besar menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan
urban. Mereka bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang
3
30
Sumardi, L.S., Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif
Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri, (Jakarta: Institut Sosial
Jakarta, 1996).
31
Simandjuntak, B., Beberapa Aspek Psikologi Sosial, (Bandung: P Alumni, 1981), h.
216.
32
Widiyanto, P., Gelandangan: Pandangan Ilmu Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 3.
33
Soedijar, Profil Anak Jalanan DKI Jakarta, (Jakarta: Media Informatika, 1989), h. 6.
34
Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,
Intervensi Psikososial, (Jakarta: Depsos, 2011), h. 30.
3
tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari
keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di
dorong oleh motivasi ekonomi.35
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak
jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di
jalan atau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah
maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang
rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran
sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di
jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dll) oleh
orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga
lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak
jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih
dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau berkeliaran di
jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,
dan mobilitasnya tinggi.
2. Faktor Penyebab Menjadi Anak Jalanan
Menurut Shalahudin, beberapa faktor yang mendorong anak
untuk turun ke jalanan adalah:36
a. Keluarga Miskin
Hampir seluruh anak jalanan berasal dari keluarga miskin.
Sebagian besar dari mereka berasal dari perkampungan-
perkampungan urban yang tidak jarang menduduki lahan-lahan
milik nrgara dengan membangun rumah-rumah petak yang sempit
yang sewaktu-waktu dapat digusur. Anak jalanan yang berasal dari
luar kota, sebagian besar berasal dari desa-desa miskin.
Kemiskinan merupakan faktor dominan yang mendorong anak-
anak menjadi anak jalanan. Anak dari keluarga miskin, karena
kondisi kemiskinan kerap kali kurang terlindungi sehingga
menghadapi resiko yang lebih besar untuk menjadi anak jalanan.
35
Irwanto, dkk., Pekerja Anak di tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan, (UNICEF,
1997), h. 59.
36
Shalahudin, Anak Jalanan Perempuan, (Semarang: Yayasan Setara, 2006), h. 10.
3
b. Kekerasann Keluarga
Kekerasan keluarga merupakan faktor resiko yang paling
banyak dihadapi oleh anak-anak sehingga mereka memutuskan
untuk keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Berbagai faktor
resiko lainnya yang berkaitan dengan hubungan antara anak
dengan keluarga, tidak lepas dari persoalan kekerasan. Seperti
kasus eksploitasi terhadap anak yang dipaksa menyerahkan
sejumlah uang tertentu setiap harinya, akan menghadapi resiko
menjadi korban kekerasan apabila tidak memenuhi target tersebut.
Kekerasan dalam keluarga tidak hanya bersifat mental dan seksual.
c. Eksploitasi Ekonomi
Anak-anak yang turun ke jalan karena didorong oleh orang
tua atau keluarganya sendiri biasanya bersifat eksploratif. Anak
ditempatkan sebagai sosok yang terlibat dalam pemenuhan
kebutuhan keluarga. Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulai
marak terjadi ketika pada masa krisis, dimana anak-anak yang
masih aktif bersekolah didorong oleh orang tuanya mencari uang
dan ditargetkan memberikan sejumlah uang yang ditentukan oleh
orang tua mereka.
d. Impian Bebas
Dunia jalanan dianggap enak sehingga menjadi alternative
termudah untuk mendapat kebebasan sebagai wujud pencarian
jalan keluar dari masalah yang ada di rumah.
e. Ingin Punya Uang Sendiri
Anak ingin punya uang sendiri untuk memenuhi keperluan
dan keinginan pribadi.
f. Pengaruh Teman
Usia bermain dan usia labil menyebabkan anak mudah
terpengaruh terutama terhadap teman sebaya.
3
37
Departemen Sosial: Modul Pendampingan Anak Jalanan, (Semarang: Departemen
Sosial, 1997).
3
38
Hendriyati, Ringkasan Analisi Situasi Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus,
(Jakarta: Atmajaya, 1998), h. 5.
3
39
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari
http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4.
40
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh
Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA
NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 35.
3
41
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 4-5.
42
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Sekolah Otonom Oleh
Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, Artikel diakses pada 16 April 2018 dari
http://related:repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3722/1/FENNY%20OKTAVIA
NY-FDK.pdf skripsi pemberdayaan kemandirian anak, h. 23-25.
3
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN
1
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
4
jalanan dan anak pemulung berjumlah 73 anak. Saat itu proses kegiatan
pembelajaran bernaung di bawah sebuah Rumah Singgah Sosial (RSS).
Namun kegiatan berjalan kurang efektif dan mengalami banyak
hambatan, disebabkan adanya kesalahpahaman antara kelompok mahasiswa
yang mengusung idealisme dengan pihak Rumah Singgah yang berujung pada
hengkangnya kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut. Akhirnya kegiatan
belajar mengajar dibubarkan.
2. Misi
C. Tujuan3
D. Program Kegiatan4
2
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
3
Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan tahun 2017.
4
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
4
5
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
4
1 Ruang Kantor 1
2 Ruang Aula 1
3 Ruang Kelas 2
4 Perpustakaan 1
5 Kamar Tidur Anak 5
6 Studio Musik 1
7 Ruang Shalat 1
8 Ruang Wudhu 1
9 Kamar Mandi 3
10 Dapur 1
Sumber: Profil Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan 2017.
4
G. Struktur Organisasi
Gambar 1
Susunan Personalia
Yayasan Bina Anak Pertiwi
Badan Pengurus
Ketua
Ali Santoso
Sekretaris
Ari Muhammad Rizky
Bendahara
Eva Herawati
Gambar 2
Susunan Personalia
Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi
Bendahara
Eva Herawati
H. Mekanisme Kerja6
Tabel 2
Mekanisme Kerja
No. Jabatan Tugas dan Fungsi
1 2 3
1 Pengawas (1) Memeriksa semua kegiatan dan kejadian di
dalam Rumah Singgah;
(2) Menilai jalannya program kegiatan Rumah
Singgah;
(3) Menilai kinerja pengurus;
(4) Meneliti pelaksanaan peraturan struktur
organisasi Rumah Singgah;
(5) Meneliti dan menyetujui laporan program
kegiatan Rumah Singgah.
2 Ketua (Yayasan Bina Anak (1) Memeriksa laporan program kegiatan di
Pertiwi) Rumah Singgah dari Ketua Rumah Singgah;
(2) Menandatangani surat-surat penting dalam
Yayasan dan Rumah Singgah;
(3) Melaksanakan pengawasan terhadap semua
proses program kegiatan di Rumah Singgah.
6
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Pimpinan Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 4 Oktober 2017.
4
1 2 3
5 Sekretaris (Rumah Singgah (1) Menangani pembuatan proposal, surat-
Bina Anak Pertiwi) menyurat dan laporan;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya mengadakan
koordinasi dengan Ketua Rumah Singgah.
6 Bendahara (1) Bertanggungjawab atas kebijaksanaan
pengatur keuangan serta dana Yayasan dan
Rumah Singgah;
(2) Bertanggungjawab atas teknis pengelolaan
keuangan;
(3) Membuat laporan keuangan;
(4) Bersama-sama ketua dan sekretaris
mengusahakan sumber dana dan mengatur
penggunaannya;
(5) Mengatur dan bertanggungjawab atas
kelancaran dan tertib administrasi keuangan
secara keseluruhan.
7 Kabid. Pendidikan Menyelenggarakan Pendidikan Taman Anak
Sejahtera (TAS/ PAUD), Program Kejar Paket A,
B dan C, dan Bimbingan Belajar.
8 Kabid. Media Sebagai sumber pengelola serta penyedia
database dan informasi Yayasan dan Rumah
Singgah.
9 Kabid. Keterampilan Menyelenggarakan keterampilan bela diri,
keterampilan seni lukis, keterampilan musik dan
kerajinan tangan.
10 Kabid. Pengembangan Melakukan dan mengembangkan pembinaan
Usaha terhadap program bantuan pengembangan usaha
teruntuk lansia, pemulung dan gelandangan.
11 Staf Umum Membantu para pengurus di Yayasan dan Rumah
Singgah dalam hal administrasi.
12 Kabid. Keagamaan Menyelenggarakan bimbingan keagamaan,
terutama mengadakan Belajar Baca Qur’an
(BBQ) Anak dan Belajar baca Qur’an (BBQ)
Orang Tua.
13 Kabid. Kesehatan Membantu dan mengurus biaya administrasi
warga binaan yang sakit untuk dibawa berobat.
14 Sakti Peksos (Pekerja Relawan yang membantu di Yayasan dan Rumah
Sosial) Singgah.
15 Koord. Anak Binaan Khusus anak tentang perkembangan ekonomi
ataupun tentang tingkat kesejahteraan anak
terutama dari segi pendidikannya. Selain itu,
mengatur anak dan home visit namun tetap
dibantu oleh semua pengurus lainnya.
16 Koord. Warga Binaan Khusus orang tua tentang program bantuan
pengembangan usaha teruntuk lansia, pemulung
dan gelandangan namun tidak lepas dari
penjangkauan dengan home visit ke rumahnya
untuk melihat perkembangannya. Selain itu,
membantu ketika warga binaan tersebut sakit
untuk dibawa berobat dan mengurus biaya
administrasinya pula.
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso (Pimpinan Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakart Selatan).
5
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Pada bab ini penulis memaparkan tentang metode bimbingan agama
dalam pembentukan kemandirian anak jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
Jakarta Selatan, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan informan
dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh penulis.
Pertama, informan sebagai pengurus Yayasan yang terdiri salah seorang
Ketua Yayasan, salah seorang Pembimbing Agama dan salah seorang
Pembina sebagai Pengajar TAS (Taman Anak Sejahtera). Kedua, informan
anak jalanan yang terdiri dari tiga orang anak binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan.
1. Informan Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi
a. Pengurus 1 (Ali Santoso)1
Informan pertama adalah salah seorang Ketua di Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Dia bernama Ali Santoso, lahir di Jakarta pada tanggal
5 Oktober 1987 dari pasangan Bapak Ali Akbar dan Ibu Darmi. Ali
Santoso adalah anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pendidikan terakhirnya
S1 Informasi Teknologi (IT). Dia tinggal di Jl. Swadaya I
RT.009/RW.009 No.52A, Kel. Pejaten Timur, Kec. Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12510.
b. Pengurus 2 (Ustadz Baihakki)2
Informan kedua adalah salah seorang Pembimbing Agama di
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Baihakki, lahir di Jakarta
pada 12 Oktober 1986 dari pasangan Bapak Ahmad Hasbullah dan Ibu
Asmayah. Baihakki adalah anak ke-5 dari 6 bersaudara. Pendidikan
terakhirnya S1 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di Sekolah Tinggi
Ilmu Dakwah Dirasat Islamiyah (STID DI) Al-Hikmah Jakarta pada
1
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
2
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5
tahun 2013. Dia tinggal di Jl. Bangka 5 No. 3 RT. 10/RW.003, Pela
Mampang, Jakarta Selatan 12510.
c. Pengurus 3 (Dede Irawati)3
Informan ketiga adalah salah seorang Pembina atau Pengajar di
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Dia bernama Dede Irawati, lahir di
Jakarta pada 18 Desember 1995 dari pasangan Bapak dan Ibu
Nurhayati. Dede adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara. Dia tinggal di
Kampung Utan, Cilandak, Kel. Ragunan, Kec. Pasar Minggu, Jakarta
Selatan 12510.
2. Informan Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi
a. Anak Jalanan 1 (Napriadi)4
Nama lengkapnya adalah Napriadi, biasa dipanggil Enap. Ia
lahir di Jakarta, 7 April 2002. Anak ke-5 dari 5 bersaudara ini
merupakan pasangan dari (Alm) Bapak Edi dan Ibu Saunah. Ayahnya
sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2016
dan kedua abangnya pun sudah meninggal dunia. Sepeninggalan
ayahnya ia hidup bersama ibu dan 2 kakak laki-laki disebuah
kontrakan sempit yang terbuat dari kayu beralamat di Jl. Masjid Al-
Makmur, Gang Buntu, RT.07/RW.07, Pejaten Timur, Pasar Minggu-
Jakarta Selatan. Dulu ia pernah menjadi seorang anak jalanan yang
kegiatan kesehariannya ngamen dan ngojek payung, ia melakukan itu
dikarenakan untuk membantu orang tuanya mencari uang apalagi
setelah kepergian ayahnya sedangkan pekerjaan ibunya hanya seorang
buruh cuci, selain itu alas an lainnya yaitu sikap Bapaknya yang keras
dan tidak pernah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
Namun, setelah ia masuk ke Yayasan Bina Anak Pertiwi, ia tidak
pernah lagi turun ke jalanan untuk melakukan kegiatan tersebut karena
tidak diperbolehkan oleh pihak Yayasan sehingga ia hanya difokuskan
3
Wawancara Pribadi dengan Dede Irawati., Pembina/ Pengajar di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.
4
Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,
Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
5
5
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6
Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
5
Metode Bimbingan Agama yang diterapkan di Yayasan Bina Anak Pertiwi menggunakan metod
pembentukan kemandirian yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Metode Bimbingan Agama
No Pendekatan Jenis Deskripsi
1 2 3 4
1 Individual Home Visit Metode ini dilakukan ketika anak
binaan terlihat seperti sedang
mengalami masalah, misalnya masalah
keluarga, ekonomi, dll, maka
Pembimbing Agama ataupun pengurus
lainnya datang langsung berkunjung ke
rumah anak binaan yang sedang
memiliki masalah tersebut. Perihal
masalah yang sedang dihadapi anak
binaan, terkadang pengurus
mendapatkan informasi dari teman-
teman ataupun tetangga sekitar rumah
dari anak binaan tersebut. Tujuan dari
home visit ini adalah untuk bertemu
langsung dengan anak binaan agar lebih
mengetahui permasalahannya sehingga
dapat diberikan bimbingan secara
khusus serta memberikan solusi.
7
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5
1 2 3 4
2 Kelompok Ceramah Metode ini bimbingan dilakukan di dalam
kelas yaitu seorang Pembimbing Agama
memberikan materi kepada anak-anak
binaan, terutama materi tentang agama.
Pada metode ini, adanya tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan ataupun
di luar materi saat itu. Namun, bukan hanya
sekedar ceramah saja melainkan
memberikan bimbingan motivasi pula.
Cerita Metode ini bimbingan disampaikan melalu
(Kisah) cerita-cerita berupa kisah yang berisi suatu
hikmah kehidupan yang dapat diambil
dijadikan sebuah pembelajaran ataupun
cerita pada zaman dahulu seperti kisah
Nabi, dll sehingga dapat tergambarkan
suatu peristiwa dan kejadiannya. Metode
cerita ini merupakan yang paling efektif
dikarenakan disenangi oleh anak-anak
binaan.
Keteladanan Metode ini digunakan sebagai pemberian
contoh yang baik dari Pembimbing Agama
ataupun pengurus lainnya kepada anak-
anak binaan. Misalnya, ketika anak-anak
binaan sedang berkumpul di dalam suatu
ruangan kelas dan saat itu sudah memasuki
waktu dzuhur, maka Pembimbing Agama
langsung mengambil air wudhu kemudian
shalat di ruangan tersebut. Dari hal ini
dapat diketahui yaitu agar dapat diikuti oleh
anak-anak binaan meskipun secara bertahap
dan tidak semua anak binaan langsung
mengikuti.
Wawancara Metode ini hampir sama dengan home visit
yaitu untuk mengetahui permasalahan anak
binaan. Perbedaannya adalah metode
wawancara ini dilakukan langsung di
yayasan sedangkan home visit berkunjung
langsung ke rumah anak binaan. Selain itu
pada metode wawancara terdapat
Pembimbing Agama, pengurus, anak
binaan dan orang tua anak dipanggil ke
yayasan sedangkan home visit hanya secara
pribadi antara Pembimng Agama atau
pengurus dengan anak binaan.
Sumber: Hasil Wawancara dengan Ustadz Baihakki8
8
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5
9
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
5
11
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
12
Wawancara Pribadi dengan Wahyu Anugrah., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6
13
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
14
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Agus., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi, Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
15
Wawancara Pribadi dengan Napriadi., Anak Binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi,
Jakarta, Kamis, 12 Oktober 2017.
6
binaan itu tergantung dari apa yang dilihat dan dicontoh dari sekitar
lingkungan Yayasan.
d. Metode Wawancara
Metode Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara
pembimbing agama dan anak binaan untuk menggali informasi
berkenaan dengan masalah anak binaan tersebut. Wawancara
dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan artinya teknik ini
berlaku ketika seorang menemukan masalah pada anak binaan atau
anak binaan tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya.
Dalam wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada
anak binaan. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan
anak binaan tersebut di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Hal ini dilakukan agar pembimbing mengetahui sejak awal
kemungkinan terjadi gangguan kejiwaan pada anak binaan
berdasarkan latar belakang mereka. Jika anak binaan tersebut
menimbulkan perilaku yang kurang baik sehingga mengganggu
kegiatan mereka di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka pembimbing
akan memberikan penanganan secara khusus, baik melalui nasehat
atau melalui motivasi.
Pembimbing di Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak hanya
melakukan wawancara dengan anak binaan saja, namun juga dengan
orang tua dari anak binaan tersebut diwawancarai pula agar
mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai sebuah
permasalahan yang tengah dihadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Ustadz Baihakki:
“Sesekali atau beberapa kali kita memanggil orang
tuanya untuk ditanyakan ada masalah bagaimana, kita
tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana, shalat atau
tidak dan lain-lain hal lainnya, pendekatannya seperti itu
sebab yang lebih ngena sebetulnya. Dulu pernah di TAS
itu saya panggil orang tuanya satu-satu bahkan sampai ada
yang nangis”16
16
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
6
17
Riza Fitria Sartika Sari, Studi Deskriptif tentang Efektivitas Pemberdayaan dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Jalanan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung
Anak Negeri Dinas Sosial Kota Surabaya, Artikel diakses pada 17 April 2018 dari http:// (3)
download-fullpapers-kmp500fbc7e9dfull, h. 3
6
Tabel 4
Tahapan-tahapan Pembentukan Kemandirian
No Treatment Keberdayaan Mandiri
1 2 3 4
1 Program - Anak binaan sudah bisa - Disiplin terhadap waktu
Taman menulis sendiri
Anak - Anak binaan sudah bisa - Anak binaan bersikap lebih
Sejahtera membaca sendiri baik dan sopan
(TAS) - Anak binaan mengetahui - Wawasan anak binaan
pelajaran-pelajaran seperti lebih luas seputar ilmu
di sekolah pada umumnya pengetahuan
- Anak binaan mempunyai - Mengerjakan PR bila
ilmu pengetahuan ditugaskan oleh pengajar
- Anak binaan mampu - Menerima bila ditegur
mengisi soal-soal yang karena melakukan
diberikan oleh pengajar kesalahan
- Anak binaan dapat - Berpikir terlebih dahulu
merasakan sekolah seperti sebelum bertindak
anak-anak lainnya
- Anak binaan mau - Sadar akan tanggungjawab
mengikuti peraturan belajar sebagai murid dan anak
di ruang kelas binaan
- Anak binaan mampu - Berani dalam meng-
bekerja kelompok. utarakan pendapat.
1 2 3 4
3 Program - Anak binaan dibimbing - Tanpa disuruh lagi, setelah
Belajar dalam membaca Iqra selesai shalat maghrib anak
Baca kemudian bertahap lanjut binaan ada yang mengaji
Qur‟an ke Al-Qur‟an sendiri tanpa dibimbing
(BBQ) - Anak binaan mengetahui - Anak binaan dengan sadar
huruf-huruf hijaiyah menghafal surat-surat
pendek Al-Qur‟an yang
mereka bisa meskipun
belum ditugaskan oleh
Pembimbing Agama
- Anak binaan diajarkan - Anak binaan membaca Al-
hukum bacaan tajwid Qur‟an dengan baik.
- Anak binaan diberikan - Anak binaan melaporkan
tugas hafalan surat-surat hasil hafalan surat yang
pendek Al-Qur‟an. ditugaskan tepat waktu.
4 Program - Anak binaan dilatih alat- - Setiap ada event acara dari
Musik alat musik seperti gitar, luar, beberapa anak binaan
drum dan piano dipanggil untuk mengisi
pada acara tersebut dan
menampilkan seni musik
- Anak binaan dilatih vokal - Setelah kegiatan belajar di
suara untuk bernyanyi. kelas selesai, anak binaan
berlatih sendiri di ruang
musik.
5 Program - Anak binaan diajarkan bela - Anak binaan menangkap
Karate diri karate dengan cepat setiap
(Bela Diri) gerakan yang diajarkan
- Satu anak binaan yang - Bila pembina berhalangan
sudah mahir, dipercaya melatih, maka anak binaan
untuk memimpin latihan berlatih dengan sendirinya
karate mewakili pelatih dipimpin oleh satu anak
karate. yang sudah dipercaya
- Anak binaan diujikan - Anak binaan berlatih
untuk penaikan tingkat dengan sungguh-sungguh.
sabuk.
6 Program - Anak binaan diajarkan seni - Hasil kerajinan tangan oleh
Seni Lukis lukis seperti diawali anak binaan dipajang di
dan dengan gambar ruangan kelas ataupun
Kerajinan menggambar sederhana ruangan-ruangan lainnya
Tangan dengan pensil warna untuk menambah ke-
indahan ruangan, seperti
origami yang dibentuk-
bentuk lalu dipajang
- Anak binaan diajarkan - Hasil kerajinan tangan
kerajinan tangan seperti dapat dimanfaatkan, seperti
membuat sesuatu dari untuk tempat spidol kelas.
kertas origami, dll.
Sumber: Hasil Observasi Lapangan.
6
18
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
19
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
7
20
Kamaluddin, M., Laode, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan
Bisnis, (Jakarta: Republika, 2006), h. 54-55.
7
21
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
22
Wawancara Pribadi dengan Ali Santoso., Ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi, Jakarta,
Rabu, 13 September 2017.
7
berhubungan dengan amalan lahir atau nyata dalam rangka menaati semua
peraturan atau hukum Allah guna pergaulan hidup antara sesama manusia.
Masalah syari‟ah mencakup aspek ibadah dan muamalah yang
dilaksanakan seperti: shalat, puasa dan zakat. Akhlakul karimah atau budi
pekerti adalah suatu sikap atau keadaan yang mendorong untuk melakukan
sesuatu perbuatan baik atau buruk yang dilaksanakan dengan mudah.
Perbuatan ini dilihat dari pangkalnya yaitu motif atau niat. Akhlak
menurut Islam sangat dijunjung tinggi demi kebahagiaan manusia. Yang
termasuk akhlak di sini adalah perbuatan baik atau buruk yang
dilaksanakan dengan mudah seperti perbuatan berbakti kepada kedua
orang tua, saling hormat-menghormati, tolong-menolong. Bimbingan
Agama tersebut bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits yang mana
keduanya ini merupakan sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu,
bimbingan agama Islam tidaklah dapat terlepas dari dua sumber tersebut,
bahkan bila tidak bersandar dari keduanya (Al-Qur‟an dan Hadits) seluruh
aktivitas bimbingan keagamaan akan sia-sia dan dilarang oleh syariat
Islam.
a. Pada program Bimbingan Agama ini, anak binaan diajarkan materi
pertama tentang tata cara dan bacaan shalat meliputi gerakan-gerakan
shalat, bacaan pada setiap gerakan shalat, syarat sah shalat, rukun shalat
dan hal-hal yang membatalkan shalat, begitupun dengan cara berwudhu
dan hal-hal yang membatalkannya. Materi ini diajarkan paling utama
karena tiang agama itu adalah shalat sehingga anak-anak binaan
diwajibkan untuk dapat shalat lima waktu. Waktu dalam mengajarkan
praktek ibadah shalat ini dilakukan selama satu bulan dibimbing oleh
Pembimbing Agama dan pengajar yang ada di yayasan, melihat kondisi
anak binaan yang tadinya terbiasa hidup di jalanan secara bebas
sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama agar anak-anak binaan
dapat memahami dan hafal bacaan dalam praktek ibadah shalat ini.
Metode yang digunakan adalah metode individu dan kelompok dalam
sebuah kelas. Metode individu dilakukan ketika anak binaan praktek
secara perorangan dan metode kelompok dilakukan ketika anak binaan
7
atas kehendak Allah karena Allah memiliki sifat wajib Iradat yang
berarti Maha Berkehendak kepada setiap makhluk yang ada di muka
bumisehingga tidak menyesalkan dan mengeluh atas masalah yang
sedang dihadapi.
g. Materi ketujuh yang diajarkan yaitu mengetahui nama-nama Malaikat
beserta tugasnya yang terbagi menjadi 10 bagian meliputi Malaikat
Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada Rasul dan meniupkan ruh
pada setiap janin saat dalam kandungan ibu, Malaikat Mikail bertugas
memberikan rezeki kepada makhluk di dunia, Malaikat Israfil bertugas
meniup sangkakala pada hari kiamat, Malaikat Izrail bertugas mencabut
nyawa seluruh makhluk hidup, malaikat Munkar bertugas menanyakan
perkara manusia di dalam kubur, Malaikat Nakir bertugas menanyakan
perkara manusia pula di dalam kubur, Malaikat Raqib bertugas
mencatat amalan baik manusia, Malaikat Atid bertugas mencatat
amalan buruk manusia, Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka
dan Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga. Waktu dalam
mengajarkan materi ini setiap minggu tepatnya pada hari Rabu setelah
materi sebelumnya selesai dibimbing oleh Pembimbing Agama. Metode
yang digunakan adalah metode kelompok dengan metode cerita dalam
sebuah kelas karena dengan metode cerita ini memudahkan anak-anak
binaan untuk mengetahui nama-nama Malaikat beserta tugasnya
sehingga akan tergambarkan penjelasannya. Hasil dari upaya
membimbing tentang nama-nama Malaikat beserta tugasnya, akibatnya
anak binaan berusaha untuk shalat secara tepat waktu karena
mengetahui setiap ibadah dan amal perbuatan itu akan dicatat oleh
Malaikat Raqib sedangkan apabila melalaikan shalat maka akan dicatat
oleh Malaikat Atid.
h. Materi kedelapan yang diajarkan yaitu mengenai do‟a-do‟a harian
meliputi do‟a kedua orang tua, do‟a mau dan setelah makan, do‟a mau
dan bangun tidur, do‟a keluar rumah, do‟a keselamatan dunia dan
akhirat, do‟a masuk dan keluar masjid dan do‟a-do‟a lainnya. Waktu
dalam mengajarkan materi ini tidak menentu atau menyesuaikan karena
8
c. Anak binaan diajarkan pula hukum bacaan tajwidnya agar mereka dapat
membaca secara baik dan benar, tidak hanya sekedar membaca saja.
Tajwid merupakan konsep ilmu yang menjelaskan tentang cara
membaca Al-Qur‟an, baik membunyikan huruf, tempat yang tepat
untuk berhenti, sebab-sebab dan hukum-hukum bacaan, serta hal
lainnya yang terkait dengan bacaan Al-Qur‟an. Hal ini menandakan
bahwa ilmu tajwid memiliki peran yang penting dalam membaca Al-
Qur‟an bagi setiap muslim. Hasil dari upaya membimbing hukum
bacaan tajwid, akibatnya anak binaan dapat membaca Juz „Amma
ataupun Al-Qur‟an dengan baik sesuai makhrijal huruf dan tajwidnya,
mengetahui dan mempraktekan cara membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan tidak banyak melakukan kesalahan saat membaca Al-Qur‟an.
d. Pembimbing Agama dan pengajar memberikan tugas hafalan surat-surat
pendek yang ada dalam Al-Qur‟an pula agar dapat mereka amalkan
terutama untuk bacaan shalat. Awalnya mungkin tugas menghafal ini
dianggap menjadi beban, namun manfaatnya demi kebaikan anak
binaan itu sendiri karena anak yang terbiasa dalam menghafal surat-
surat pendek, secara tidak langsung dia akan lebih bisa berdisiplin,
mengatur waktu dan anak akan belajar keseriusan dalam menjalani
hidup. Hasil dari upaya memberikan tugas hafalan surat-surat pendek
ini, akibatnya membuat anak binaan bersemangat dalam melaporkan
hasil hafalan surat yang ditugaskan secara tepat waktu karena mereka
sudah sadar akan tanggung jawab dari tugas yang telah diperintahkan
oleh Pembimbing Agama.
Dari hal ini, dapat terlihat bahwa anak binaan bersungguh-sungguh
ingin merubah kehidupan mereka kepada yang lebih baik dan untuk bekal
mereka di masa mendatang dalam menghadapi tata cara hidup sesuai
ajaran Al-Qur‟an. Anak binaan membutuhkan wawasan tentang Islam
sehingga perlu dibantu dari sisi-sisi agama Islamnya terutama dalam
membaca Al-Qur‟an yang baik dan benar. Melihat kondisi anak binaan
yang terbiasa hidup di jalanan serta hidup bebas, membutuhkan kesabaran
yang besar bagi Pembimbing Agama dan pengajar dalam mengajarkan.
8
mereka sudah bisa mencari uang yang halal tidak seperti dulu
lagi, itu berarti mereka sudah dapat dikatakan mandiri”23
23
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Baihakki., Pembimbing Agama di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.
24
Tanti Diniyanti, Mengajarkan Life Skill Kepada Anak, Artikel diakses pada tanggal 17
April 2018 daei http://www.kemangmedicalcare.com
8
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang dilakukan penulis tentang
Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan
di Yayasan Bina Anak Pertiwi, maka penulis berusaha mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode Bimbingan Agama yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak
Pertiwi terhadap anak binaannya melalui beberapa metode, di antaranya
yaitu metode individual dan metode kelompok. Dalam metode individual
pendekatan dilakukan secara face to face relationship yaitu hubungan
empat mata yang dilakukan seorang pembimbing dengan anak binaan
karena masalah yang dihadapi anak binaan bersifat pribadi sehingga
pendekatan yang dilakukan adalah home visit. Sedangkan metode
kelompok pendekatannya dilakukan dengan beberapa metode, di
antaranya yaitu metode ceramah, metode cerita (kisah), metode
keteladanan dan metode wawancara.
2. Karakteristik anak binaan dalam proses pembentukan kemandirian, di
antaranya anak binaan dapat melakukan segala aktivitasnya secara
sendiri, mampu mengatur kehidupan dan diri sendiri, bisa mengontrol
emosinya, bisa mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah
tujuan, serta anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai
dengan pandangannya. Adapun pendekatan Pembimbing Agama menuju
proses kemandirian anak binaan tersebut dengan nasehat, materi motivasi
dan memfasilitasi anak binaan. Di samping ditanamkan pesan-pesan
moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan nilai-nilai yang sangat
bermanfaat bagi kemandirian mereka, misalnya: menumbuhkan rasa
percaya diri dan menjadi diri sendiri, komunikasi terbuka, kebiasaan serta
disiplin.
3. Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak jalanan diawali
dengan treatment yang berisi tentang program bimbingan, program
8
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran yang akan
disampaikan guna membangun dan dapat dijadikan evaluasi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas serta tujuan dari penulisan ini yaitu
menjadikan anak-anak jalanan yang mandiri sebagai tolak ukur dari hasil
metode yang digunakan seorang pembimbing dalam melaksanakan
bimbingannya. Maka dari itu yang perlu diperhatikan, ada beberapa saran
yang akan peneliti uraikan
1. Diharapkan terhadap pihak yayasan agar menambahkan tenaga pengajar
yang handal dan mumpuni dalam bidang formal agar anak-anak binaan
lebih cepat dalam mendapatkan ilmunya.
2. Bimbingan moral dan mental keagamaan anak binaan hendaknya lebih
ditingkatkan lagi, mengingat anak jalanan selalu hidup dalam lingkungan
pergaulan yang keras.
3. Perlu ditambahnya beberapa bimbingan yang terfokus pada keterampilan
atau life skill para anak binaan serta kegiatan yang bersifat mendidik dan
produktif yang nantinya bisa mereka gunakan di luar lingkungan yayasan
sehingga mereka dapat hidup lebih mandiri.
8
ekono
8
DAFTAR PUSTAKA
HARI
NO Tenaga Pengajar
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
1. Dede Irawati
1 Pendidikan Taman Anak Sejahtera 09.00-11.00 09.00-11.00 09.00-11.01 09.00-11.02 2. Ina Marlina 3.
Agus Malabar
1. Eva Herawati
2 Kejar Paket A, B, dan C 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.33 2. Diana Lestari
3. Maidah
1. Ustadz Baihakki
2. Andini 3.
Naura 4.
3 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Anak 13.30-15.00 13.30-15.01
Adinda
5. Anisa 6.
L
Maziah
1. Maziah
4 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Orang Tua 13.30-15.00
2. Ustadz Baihakki
5 Bimbingan Belajar 13.00-14.30 13.00-14.31 13.00-14.32 13.00-14.30
I 1. Maidah
2. Nurkholifah
Dede Irawanti
3.
U
7 Keterampilan Seni Lukis 15.30-17.00 13.00-15.00 Mulyadi
1. Ari M. Rizky 2.
R
Hotlina Rosdiana
8 Keterampilan Musik 10.00-12.00 10.00-12.00
3. Herly Saputra
4. Rustam Taryan
10 Futsal 15.00-17.00
HASIL WAWANCARA
Ya kalo sejarahnya, ini kan dulu tuh di tahun 1997 ya, anak-anak aktivis HMI
UIN kalo dulu kan IAIN ya, dia sebuah komunitas yang memang mau
mengajarkan anak-anak jalanan. Dulu kita bertempat atau birokrasi tuh di daerah
Mesjid Al-Awwabin dibelakang Pasar Minggu, Polsek Pasar Minggu. Dulu
mereka tuh tahun 1997 tuh hanya mengajar anak jalanan aja hanya 8 anak yang
diajarkan, dulu saya angkatan pertamanya anak jalanannya. Nah, akan tetapi di
Tahun 1998 tragedi demonstrasi besar-besaran anak-anak jalanan tuh semakin
banyak, nah dilegalkanlah tempatnya di tanggal 8 November 1998 berbentuk
sebuah lembaga yang namanya “Yayasan Bina Anak Pertiwi”, itu memang
dikepalai oleh Pak Ahmad Zayadi waktu itu. Nah, anak-anak jalanan tuhwaktu
itu tahun 1998 situ 79 anak tapi keluar 1 waktu itu jadi 78 anak. Nah, itu sampai
berjalanlah kegiatannya sampai saat ini cuman kita kebetulan di tahun 2013 ada
perombakan struktural, itu kita regenerasi ke-2 yang memang digantikan
langsung oleh saya sendiri. Jadi, diangkatan 1998itu Ahmad Zayadi, yang
sekarang itu dari 2013 sampai saat ini langsung saya untuk regenerasi struktur
kepengurusannya.
Kalo visi dan misi kita, memang langsung kita jabarkan ya memang disini tuh
visi dan misi itu mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua. Jadi, dulu tuh
kebanyakan anak jalanan itu mereka itu memang kehidupannya hanya di jalan
tapi kebanyakan putus sekolah tapi untuk Yayasan Bina Anak Pertiwi sendiri
karena memang total binaannya keseluruhan waktu itu di tahun 2010 sampai
2012 itu 813 anak akan tetapi di tahun 2013 itu saya update ulang saya input
ulang ternyata yang kita memang bisa kelola tuh kita bina itu hanya 529 anak
sampai saat ini masih banyak yang belum kita input tapi yang baru masuk 529.
Nah, memang dari hal itu jadi Yayasan Bina Anak Pertiwi dengan visi dan misi
mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang tua bahwa anak bukan untuk di
jalanan lagi, jadi kita memang anak yang sudah berumur di atas 7, 8, 9, 10 tuh
kita sekolahkan tetep kembali ke sekolah formal dan kita kembalikan ke orang
tuanya jadi bukan anak untuk di jalan jadi kita tuh mengembangkan lewat sisi
pendidikan tapi tidak kita perkenankan untuk mengamen kembali ya untuk di
jalan, mengamen, mengemis, terus mulung dan kuli kupas bawang. Karena ada
empat kriteria yang memang dalam pekerjaan anak, yang pertama itu mengamen,
kedua mengemis, ketiga pemulung dan keempat kuli kupas bawang. Jadi untuk
menjauhkan dari eksploitasi anak atau anak dipekerjakan dibawah umur. Dari
dua itu memang kita konsep yang memang mungkin ya beda dari lembaga lain.
Nah, kalo tujuan kita, tujuan yayasan ini tuh mengembalikan anak ke sekolah dan
ke orang tua bahwa untuk sebenernya itu untuk mengurangi aktivitas anak di
jalan sih ya dan kalo bisa itu sesuai dengan tujuannya pemerintah bahwa itu
bebas dari anak jalanan tapi pada dasarnya kita acuan itu mengembalikan anak ke
sekolah dan ke orang tua jadi anak bukan dijadikan korban eksploitasi anak.
Kalo pandangan masyarakat awalnya kita di tahun 2001 kita beli ya tapi kita
tempatkan di 2003 itu memang pada awalnya itu masyarakat tuh tidak menerima,
kontra karena apa anak jalanan dilihatnya, bahwa anak jalanan tuh sampah
masyarakat tapi kita pendekatan perlahan-lahan, dengan apa? Dengan kita
berikan bantuan mereka berupa kesehatan, dari mereka tidak punya gakin
dulunya zaman Gakin kita kan di tahun 2003 itu diberikan sertifikat Gakin oleh
Dinas Kesehatan yang disebut lembaga kitalah yang pertama untuk membantu
peranan pemerintah untuk masyarakat. Dari awal mulanya disitulah masyarakat
percaya dengan kita bahwa lembaga itu bukan komersil tapi bener-bener sosial
jadi mereka pendampingan ke rumah sakit sampai biaya itu kita free bener-bener
gratis. Sampai saat ini kita diterima baik ya oleh masyarakat karena memang
tujuannya yang jelas, tujuannya bener baik, banyak warga disinipun yatim
piatunya kita bantu dan memang mereka sudah banyak yang sudah mandiri.
Kontribusi mereka tuh paling hanya sekedar membantu apa ya, kalo dibilang
mereka ada acara kita diundang jadi anak-anak diberikan makanan disini ataupun
lingkungannya, lingkungan depan yayasan di sapuin, gitu aja sih paling engga
ada yang lain. Yaa..kalau pandangan buruk satu dua adalah karena dia juga tidak
tau dalemnya lembaga karena berpikirkan namanya manusia ya engga ada yang
sempurna.
Nah, kalo untuk merekrut anak-anak jalanan, bagaimana sih sampai data sebesar
itu ya kan? Ada 3 konsep yang kami jalankan, yang pertama kita outreach, yang
kedua kita assessment dan yang ketiga kita tuh home visit. Yang pertama
outreach kita penjangkauan langsung ke lapangan, kita audit langsung, kita
sidap, itu namanya outreach. Ada memang pro-kontranya, ada banyak yang
menerima ataupun yang tidak menerima dengan kita, karena apa? Lebih
intelektual mereka dibanding kita, karena apa? Dia bilang “ah, ngapain didata
nanti data kita dijual!” bener nyata fakta, karena apa? Itu sudah terjadi buat
mereka, karena apa? Banyak orang-orang yang mendata hanya janji. Tuh janji
kosong buat mereka didata ntar diberikan bantuan nanti dijual, itu bener buat
mereka. Nah, tapi kita dengan pendekatan, kita berikan kasih sayang, kita berikan
identitas kita juga nih kaya fotocopy KTP, alamat rumah, alamat yayasan, nomor
telepon, itu untuk mempercayai mereka. Mereka memang bergerombolan
tadinya, ketika kita sudah mendekat dengan mereka, langsung kita kasih
assessment kita data, kita input datanya langsung dengan bagian administrasi
kita. Sudah kita input data, kita mendapatkan identitas mereka, kita home visit ke
rumahnya bener atau tidak, layak atau tidak kita bantu. Karena jangan dibilang
semuanya anak jalanan itu orang tidak mampu, sebagian ada orang mampu. Ya,
memang rumahnya walaupun 2 petak atau satu petak tapi punya kendaraan ada.
Nah, disitulah dari kita yang harus bener-bener dipilih, harus bener-bener selektif
gitu kita kunjungan langsung ke rumahnya.
5. Ada berapa anak jalanan yang ada atau yang terdaftar di Yayasan ini?
Kalo yang sekarang di tahun 2017 itu baru yang masuk tuh 529 anak tapi masih
ada yang mendaftar tapi memang kita belum bisa untuk menerima kuota karena
apa memang disini apa yaa..terlalu banyak sih datanya karena kita juga harus
bener-bener selektif, yang belum datanya atau yang belum kita terima ya tapi
tetep kita terima data tapi kita pending, kita tidak bisa untuk memasuki, kita tidak
bisa input data langsung, karena apa? Mereka disini sebagian khususnya anak
yatim, itu pas kita home visit itu memang layak dibantu akan tetapi mereka kita
lihat juga kriterianya, yang pertama dia kita lihat masuk ke lembaga lain ga?
Misalkan lembaga lain yang memang mengelola hanya bantuannya saja untuk
anak yatim itu tidak bisa kita masukan, itu yang pertama. Karena takutnya double
data, yang kedua memang disini kita melihat dia ngontrak tiga petak punya anak
ibunya kerja kuli cuci, abangnya misalkan punya anak tiga, yang dua sudah
bekerja. Nah, itu tidak bisa kita bantu, karena apa? Karena mampu apalagi punya
kendaraan, kita lihat dulu kendaraannya kreditnya sudah lunas atau beli cash
ataupun masih kredit ataupun kehidupannya cukup atau tidak. Itu kita harus
selektif jadi kita ga hanya anak yatim dibantu, kita engga yatim ya yatim mana
dulu iya kan, harus dipilih karena kita kan bukannya kita nyombongin atau apa
harus selektif bener. Kenapa banyak lembaga-lembaga lain yang memang hanya
mengelola saja non-panti dan bantuan dipanggilin anak-anaknya diberi bantuan
dan pulang. Kita ga bisa seperti itu karena kita berikan, misalnya kita dapet
bantuan pendidikan kita berikan ke mereka tapi mereka harus mengikuti
peraturan atau prosedur yang ada di lembaga, contohnya kegiatan disini belajar
baca Qur’an, karate, trus ada musiknya, keterampilan dan yang laen-laen. Jadi,
tidak mengikuti kita juga ga mau karena itu bukannya sifat yang mendidik, tapi
apa? Memberi pelajaran bahwa mereka itu berharap. Itu buat kami disini seperti
sekarang ada bantuan Sucopindo untuk 500 anak itu kita berikan untuk mereka
tapi mereka harus mengikuti kegiatan yang ada di lembaga, bantuannya berupa
pendidikan dari PT. Sucopindo Persero jadi makanya kita ngeliat yatimnya yatim
mana dulu, orang berpikir anak jalanan sampah masyarakat, lihat ga kenapa
mereka tuh asal-usulnya bisa sampe untuk turun ke jalan? Karena faktor
keterpaksaan, karena mereka hidup hanya sama seorang ibu saja, ayahnya
meninggal atau ayahnya pun kabur atau ibunya tuh diceraikan atau ditinggalkan
oleh suaminya, itu yang menjadi dia ke jalan. Makanya bukan hanya sebulan dua
bulan kan kalo udah tiga bulan tidak dinafkahin apa coba? Ya kan? Apalagi
ditinggalkan yatim bukan anak itu jadinya, engga diperhatikan, engga diberi
kasih saying. Makanya yatimnya yatim mana dulu, bukan katanya emang bener
paham kami, bukannya saya tidak percaya dengan Al-Qur’an tapi Al-Qur’an tuh
menjelaskan kita membahagiakan anak yatim tuh pahalanya berlipat ganda, tapi
yatim mana dulu? Allah itu jelas, sekarang saya tanya kalo punya rumah tiga
petak rumah sendiri, punya motor, ya kan abangnya kerja dua, ya kan rumahnya
barang-barangnya ga mewah tapi kan punya tempat tinggal, adeknya masih ada
yang itungan yatim wajib dibantu ga? Lebih memberikan orang lain itu harus
selektif karena kita negaranya negara yang berbau nominal rupiah.
6. Bentuk keberhasilan seperti apa yang bisa dijelaskan berkaitan dengan program
di Yayasan ini?
Kalo keberhasilan kita yang pertama itu untuk anak ya, khususnya untuk anak itu
banyak tingkat keberhasilan kita dari tahun 2010 sampai 2017 ini itu sudah 99%
anak tidak lagi di jalan itu yang pertama, yang kedua anak sudah kembali ke
sekolah formal dan non-formal jadi kalo anak yang tidak sekolah formal itu kita
non-formalkan dari kejar paket A, B, dan C-nya dan untuk anak balitanya taman
anak sejahtera setara dengan PAUD. Nah, selebihnya itu yang sekolah formal
dan non-formal ini ada kita juga khususkan untuk PLK (Pendidikan Layanan
Khusus) untuk keterampilannya gitu, kalo untuk sarana prasarana sudah cukup
memadai ya, sudah cukup sistem pembelajarannya juga sudah rapi,
manajemennya juga Alhamdulillah sudah rapi juga, dari struktur kepengurusan
juga sudah rapi semua sih. Alhamdulillah kalo untuk keberhasilan sudah tidak
ada masalah lagi sih ya, tinggal kita menjalankan dan mengembangkan apalagi
utnuk orang tua sendiri bukan hanya anak, dari orang tua anak jalanan sendiri itu
sudah kita karyakan lewat modal usahanya jadi sebagian mereka tidak ada yang
mengemis lagi, mengamen, mulung dan kuli kupas bawang walaupun sebagian
kecil masih ada tapi belum sampe tingkat 100% ya masih 90%-an tapi anaknya
masih diperbolehkan untuk sekolah ya bukan untuk dieksploitasi lagi.
Banyak, kalo untuk kegagalan banyak. Yang pertama, kita itu masalahnya
anggaran ya, kalo setiap program kan pasti harus ada pengeluaran, ya kan? Tapi
kita tidak ada pemasukan, pemasukan kita tuh masih minim karena kita masih
dana pribadi. Apa yang kita lakukan untuk program disini kita secukupnya atau
semampu kita pengeluaran dari pribadi kita gitu tapi bagaimana program ini tetap
berjalan dengan baik. Nah, tapi disini untuk mencapai program yang maksimal
jadi semua pengurus itu ada kesadaran utnuk mengeluarkan dana pribadi. Nah,
itu disitu untuk kegagalannya dan yang kedua anak itu kegagalan untuk kita itu
masalah anak, daya kemauannya tuh besar tapi jarak tempuh dari tempat tinggal
ke yayasan itu cukup jauh, permasalahannya transportnya kita tidak bisa
memberikan transport karena kita tidak ada anggaran. Nah, Alhamdulillah kalo
sekarang khususnya 2017 ya dari bulan Juli itu penambahan program sangat
signifikan sangat besar karena disini ada 10 program yang sudah masuk, ini
semua ini berjalan khususnya apalagi BBQ, karate, Taman Anak Sejahtera
(TAS), keterampilan, bimbel dan yang laen-laen itu berjalan ketika di tahun 2017
bulan Juli itu dari Sucopindo itu kita diberikan dana itu anggaran sebesar 300
Juta untuk 500 anak, khususnya 500 anak tapi yang 29-nya itu tetap kita berikan
gitu dari operasional kita. Jadi peranak itu kita berikan transportnya gitu sebulan
itu memang minim ya 70.000 tapi ya untuk sarana media untuk pembelajaran kita
tetep dari operasional yang sudah diberikan oleh Sucopindo ini, itu selama 6
bulan satu semester. Sucopindo itu perusahaan BUMN.
8. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat program yang ditemukan oleh
Yayasan?
Kalo faktor pendukungnya memang gini ya, kita kan harus ada sarana
prasarananya, strukturalnya juga harus jelas, anggarannya pun harus ada
sebenarnya, itu faktor pendukung ya. Nah, kalo penghambat memang yang kami
rasakan sampai saat ini masalah anggaran, kami sampai saat ini masih pake
anggaran pribadi karena apa? Kita tadinya sarana prasarana itu tidak sesuai
dengan yang namanya Yayasan bener-bener kosong. Nah, disinilah kita rintis
sarana prasarananya dari kita inventaris mejanya, terus komputernya, terus ruang
belajarnya, ruang psikolognya juga dan yang laen masih banyak tuh harus. Nah,
kita disini memang terpacunya satu anggaran karena kami masih memakai
anggaran pribadi karena walaupun kita dana pribadi kita ada rezeki sedikit-
sedikit kita belikan inventaris untuk sarana prasarana biar sebagai pendukung
karena kembali lagi kalo engga ada anggaran ya gimana mau berjalan kan? Tapi
kalo disini kita engga tercapu untuk ada atau tidak tetep berjalan. Kalo lembaga
pemerintah itu kan hanya mitra ya tapi kami bukan diatur untuk pemerintah
bukan, kita punya kebijakan sendiri tapi kita hanya sebagai mitra ya kalo untuk
mengandalkan anggaran pemerintah kan dunia sosial itu kan banyak, banyak
yang harus dibantu contohnya kan Rohingya ya kan? Nah, kita disini tidak
berharap dari anggaran pemerintah ada atau tidakpun kami tetap bersyukur,
diberi atau tidak kami tetap berjalan karena disini kegiatan yang kami jalankan
cukup banyak yang pertama disini yang kita memang panutkan untuk agamanya
ya, keagamaan itu ada BBQ (Belajar Baca Qur’an). Nah, disini kita namakan
Taman Qur’an itu sudah berjalan, nanti pengajian ibu-ibunya juga ada, pengajian
anak-anaknya juga ada terus untuk pendidikan formal dan non-formal.
Pendidikan formal ini kita yang kita sekolahkan 215 anak, untuk yang non-
formalnya kita ada program namanya Taman Anak Sejahtera (TAS) setara
dengan TK setingkat dengan PAUD, terus ada kelas A dan kelas B-nya itu kita
baru sejajar dengan kejar paket A setara dengan SD, kita juga ada keterampilan
bela diri, kita juga ada keterampilan musik, ada keterampilan futsal, kita ada
keterampilan tambahan belajar bimbelnya juga, kita juga ada disini nih sudah
berjalan dengan baik dan yang laen-laen gitu, itu ada 11 program yang kami
jalankan. Ada atau tidakpun kita tetap berjalan, ya Alhamdulillah kemarin kita
diberikan bantuan oleh Sucopindo khusunya dan ini diberikan untuk pendidikan
dan pembinaan anak-anak jalanan yang ada disini di lembaga Yayasan Bina
Anak Pertiwi sendiri kita diberikan dengan kuota 500 anak. Alhamdulillah kita
berjalan sampepun kita program ini memang Alhamdulillah semakin meningkat,
walaupun tadi saya bilang kebutuhan lembaga itu banyak hambatannya saya
bilang tadi apa belom pembayaran listrik, makan anak yang ada disini, yak an?
Akan tetapi walaupun mereka tidak mengeluh pengurusnya karena memang dia
tidak ada gaji atau tidak ada honor, bener-bener sosial walaupun mereka pulang
pergi harus nyari duit dulu buat ongkos ke Yayasan tetep mereka lakoni.
Makanya rukun Islam ada 5 kan? Sama dunia sosial kalo dipikir dengan logika
itu sama sejajar dengan rukun Islam, 5 rukun ini yang harus dijiwai oleh orang
sosial baru disebut sosial, yang pertama harus berani korban waktu, yang kedua
pikiran, ketiga tenaga, keempat materi, kelima korban perasaan. Siap engga
didzolimin orang, makanya kalo orang ngomong sosial otaknya pikir-pikir dulu
gitu, saya sering debat-debat diluar tuh berani waktu itu makanya jangan berpikir
kami orang-orang sosial begini, udah dijalankan 5 belom? Kalo masih ngeluh,
belom kan? Nah, itu dia makanya disini saya selalu titipkan anak-anak
mahasiswa kita bilang suatu saat kalian duduk di bangku dewan atau kalian akan
melihat yah karena saya bilang bukan kita menyombongkan tidak, setiap tahun
pasti pejabat pemerintahan pasti dateng audiensi dengan kita langsung jadi tidak
hanya Jakarta tapi juga luar setiap tahun pasti ada, yang sudah itu dari Riau, dari
Kabupaten Belitung langsung ketua DPR RI-nya hadir kesini audiensi gitu jadi
harus dilihat-lihat ya. Makanya Alhamdulillah sih program-program lembaga ini
tuh kita berharap juga kedepannya suatu saat kita tua nanti atau kita udah engga
ada itu ada kenangan, oh ini yayasan dulu kita ini kita pernah ngerintis, ini hanya
sejarah, sejarah ini tapi memang apa namanya bener-bener masih berjalan, ya
kan? Bukan seperti para pejuang kan sejarahnya doang ya tapi dikenang tidak
kan? Nah, kami disitulah dengan saya kepemimpinan saya dari 2013 sampai
sepahit 2017 ini kami menjalankan, kami akan merubah paradigma semua
lembaga.
Kalo kita menentukan anak binaan dengan kriteria batasan umur kita
sesuaikan, kalo kriteria anak ya kita tidak memandang untuk anak jalanan,
anak yatim piatu, dan lain-lain semua sama tapi untuk programnya sendiri
kita ngeliatnya kita klasterin dengan umurnya gitu. Batas maksimal kalo
untuk pendidikan formal dan non-formal ya itu kita batasan itu sampai umur
18 tahun tapi kalau untuk yang keagamaan kita tidak ada batasan umur
umum.
Kalo untuk kriteria dari relawan itu kita liat dari relawan ya bukan pengurus.
Nah, kalo relawan itu kita melihatnya itu dari segi pertama tuh skill-nya atau
basic-nya dia, yang kedua dia hanya cuman dalam jangka waktunya berapa
lama jadi hanya sebagai pendamping saja tidak harus dia dimasukan dalam
mengajar tidak karena kita takutnya program ini rancu strukturalnya, hanya
pendamping ya jadi kalo dia jangka waktunya setahun jadi bisa kita masukan
kedalam relawan tetap gitu atau pengajar tetap.
Kalo untuk proses rencana program kita memang kalo dari dulu memang
berjalan ya, berjalan tapi kurang efektif karena yang dulu-dulu itu berpikirnya
sibuknya di proposal dan laporan. Nah, kalo kita rencananya ini disini tetep
merencanakan tetep mencarikan SDM yang bener-bener professional jadi kita
lihat kriterianya, rencananya kita misalkan program, contohnya Taman
Qur’an disini lewatnya BBQ (Belajar Baca Qur’an) karena kita tujuan dari
sekian anak kita harus ada anaklah yang memang hafiz Qur’an-lah gitu. Kita
merencanakan itu dari SDM-nya dulu, kualitasnya dia seperti apa, oh dia
mampu kebetulan memang hafiz Qur’an, kita taro siapa disini
penanggungjawabnya. Nah, khususnya untuk pendidikan misalkan Taman
Anak Sejahtera (TAS) ngeliat kualitasnya mereka, karena masalahnya
pelayanan harus ekstra karena anak itu selaku bosnya kita, bukan kita bosnya
mereka karena kita melakukan pelayanan memang tanpa merekapun Yayasan
tidak terbentuk, tidak ada, tidak ada inventaris, tidak ada yang laen-laen tanpa
ada data anak itu.
Kalo kita untuk mengetahui ya permasalahan anak itu lewatnya kita sharing,
kita sharing dengan mereka pendekatan ekstra, pelayanannya juga dan untuk
mengetahui psikologis mereka. Apa sih yang mereka rasakan di lingkungan
keluarganya mereka? Oh, seperti ini akhirnya kita dampingin lewat kita
memberikan 2 ini kasih yaitu perhatian dan kasih sayang. Makanya banyak
anak yang memang betah tinggal disini cuman kita tidak perbolehkan karena
sesuai dengan tujuan kami mengembalikan anak ke sekolah dan ke orang
tuanya dan orang tuapun harus bertanggungjawab kepada anaknya bukan
untuk dilepas begitu aja, dia kan manusia dilahirkan oleh Allah, diciptakan
oleh Allah lewat Rahim seorang ibu, ya orang tua juga engga enak
sembarangan tinggal dititipin di panti makanya yang saya sayangkan gitu.
Sekali lagi bukan munafik ya, kami melihat dan kami merasakan sendiri gitu
kami selaku korbannya lembaga yang memang dulunya kami seperti kaya
dimanfaatkan akan tetapi kami disini berpikirnya kalo anak dititipkan di
lembaga, contoh misalkan anak ini kisaran umur 2 tahun atau 3 tahun
dititipkan di Panti gitu atau di lembaga. Nah, dia memang karena kasus
perceraian, anak sehingga jadi tidak terurus menjadi broken home kan?
Ibunya pun bingung mau kemana akhirnya anak dititipkan, ibunya misalnya
contoh ke luar negeri sebagai TKW dan lain-lain nah itu tiba-tiba ibunya
tidak tau kemana lagi tidak tahu kalo misalkan udah meninggal ketika
bapaknya ini masih ada ya karena perceraian ya, anak perempuan sudah
dewasa sudah beranjak gadis tiba-tiba ketemu seorang laki-laki bahwa laki-
laki itu ayahnya tapi tidak tau sama-sama suka gimana? Pernikahan sedarah.
Apakah itu engga haram? Itu yang seharusnya dipikirkan kesitu, ya kan?
Kadang berpikir, memberikan data saking sakit hatinya seorang ibu nama
ayahnya tidak dimasukan, bener ga? Itu kebanyakan seperti itu, kadang
kebanyakan seperti itu. Itulah memang yang kita bilang dan atau memberikan
informasipun ibunya itu ketika meninggalkan seorang anak di panti seperti
apa bapaknya namanya siapa, ah engga ada udah meninggal gitu padahal
masih hidup, tiba-tiba ibunya meninggal dunia di Negara orang sebagai
TKW, anak ini gadis tiba-tiba sudah dewasa bertemu laki-laki, itu yang saya
pikirkan tuh kesitu bayangannya, kita engga tau gitu, itu yang harusnya
sebagai acuan. Makanya timbulah adanya UUD perlindungan anak, UUD
pengasuhan anak dalam keluarga jadi anak tidak boleh tinggal di yayasan
atau di lembaga selama orang tuanya masih ada, lah kami sebelum ada
Undang-undang seperti itu udah menjalankan kecuali anak ini diusir atau
ditelantarkan orang tuanya nanti kita bina disini tapi tetep kita kembalikan,
hanya untuk menyelamatkan tapi kita kategorinya diatas 15 tahun tidak
dibawah 10 tahun tetep pendampingan ekstra ke orang tua. Kadang liat ya di
panti asuhan bayi ya, inget ya anak tidak bisa disalahkan karena mungkin itu
hubungan gelap atau yang lain-lain dibuang bayi sering denger kan? Itulah
yang seharusnya pemerintah itu melihat gitu melek mata apalagi di panti
yang engga ke audit, ya tapi itu mah urusannya merekalah ya. Cuma itu yang
kita sayangkan tapi kita tujuannya anak ini jangan sampai ditelantarkan,
dipekerjakan, makanya pemerintah tidak bisa dijadikan anak sebagai korban
eksploitasi ketika orang tuanya pun menyuruh anaknya bekerja, mengamen,
mengemis dan yang lain-lain, orang tua tidak bisa dijadikan pelaku tapi
ketika misalkan Eneng menyuruh anak saya ngamen, Eneng selaku pelaku
eksploitasi anak, orang tua ini ga bisa, lucu tidak?
Kalo kita kontrol untuk khususnya anak binaan kami lewat home visit ya,
kalo untuk manajemen kami tiap hari kitra kontrol. Engga ada batasan
minggu tidak jadi tiap hari karena kesensitifan manajemen lembaga, takutnya
rancu dari data, surat-menyurat dan yang lain-lain itu data harus udah rapi
semua dan itu khususnya itu untuk manajemen sendiri. Sesi pengontrolan
untuk di rumah singgah ini pengurus ada yang stand by itu udah engga
diragukan lah ya, ada Mas Ari, Mas Herli, dan lain-lain yang dewasanya,
kalo untuk kontrol manajemen itu Mas Ari karena yang punya wewenang itu
dari saya ke sekretaris dan ke bendahara yang punya wewenang untuk
memegang arsip kecuali khususnya untuk bendahara itu masalah keuangan
itu hanya koordinasi ke sekretaris. Tapi kalo saya, saya langsung melihat
karena lebih jelas, lebih real dan itu tuntutan jadi kaya Bunda nih saya tuntut,
tuntutannya apa? Saya engga mau tau setiap pemasukan dan pengeluaran hari
itu harus dicatet itungan detik engga pake lama karena takutnya itu lupa, iya
kan 2.000, 3.000 itu. Kalo proses evaluasi untuk lembaga ini sendiri ya, kita
biasanya perbulan sebenernya seharusnya 6 bulan kalo didalam AD ART tapi
tergantung sih kalo sebulan udah pasti ya, cuman kadang seminggu atau dua
minggu sekali atau perbulan itu udah pasti. Kita sebulan bisa 2x atau 3x
tergantung kita cuman tiap bulan udah pasti, kalo untuk perenam bulan ada
AD ART-nya itu kita ke Dewan Pendiri, karena kebetulan Dewan Pendiri
kami itu kan sibuk tuh jadi kita yang mengantarkan ke rumahnya, kita
langsung evaluasi langsung laporan, engga pertahun, kita laporan juga ke
Dewan Pendiri tingkat perkembangannya “Good! Next!” itu kaya kemaren
kita laporan dari tahun 2013-2017 dibahas kita pake proyektor juga pake
infokus “Next! Oke lanjut!” Terus apa responnya “Good! Udah lanjut!”
sambil ngacungin jempol karena kan kita dari 2013 sampai sekarang
perkembangannya signifikan drastis, kita udah langsung menyerahkan data
tapi kita tampilkan dengan documenter, dengan ini, dengan itu.
Nah, kalo untuk penguatan itu kita tadi lewat BBQ disini namanya Taman
Qur’an tapi belajar baca Qur’an yang tadi dibilang sistemnya Qira’ati kan
karena untuk cepet jadi anak langsung ke Qur’an udah tau “alif, ba, ta” itu
langsung ke Qur’an, itu penguatan sistem agamanya ya keagamaan dan juga
kita kaya Umi Qiqi pun beliau mengajarkan fiqihnya seperti hadats karena
anak-anak dan orang tua pun dia engga tau, iya kan? Misalkan dia memegang
seekor anjing dan terkena air liurnya kan ga tau, taunya megang doang tapi ga
tau itu najis, itu diajarkan semuanya, mimpi basah dan yang laen-laen.
Kita dari kami pribadi ya, untuk Yayasan ini kesejahteraan sih bukan hanya dari
anak aja tapi juga orang tua karena anak itu Yayasan sendiri pun tidak bisa
mensejahterakan tanpa kita kerjasama dengan orang tuanya jadi orang tua juga
akan kita karyakan lewat modal usaha tadi dan bagaimana anak tidak
dieksploitasi jadi biar mereka ini tingkat perkembangan ekonominya mereka tuh
naiklah atau majulah dan derajat mereka bisa terangkat dengan lingkunganpun,
dengan pemerintah dan yang lain-lain. Jadi, bukan berarti mereka tuh jangan
sampe mereka aktivitas lagi di jalan, jadi yang tadi pemulung jadi pedagang, dari
yang mengemis jadi dagang, dari kuli kupas bawang dia jadi bos bawang
walaupun engga besar, jadi sesuai dengan kemampuan mereka apa yang mereka
mampu. Justru kedepannya ini kita lagi mengonsep bagaimana SD-nya aja kaya
SD IT, paket C-nya seperti Madrasah dan tujuan kita itu sekolah ini bukan
sekolah biasa tapi setara dengan formal. Umum ya, karena disitu saya bilang saya
punya tujuan bisa beli tanah gede bangun sekolahan ya misalkan SD ya MI tapi
SD IT itu buat umum jadi anak kita ini engga usah pusing-pusing, orang mau
sekolah masuk, kita liat kriterianya dia orang kaya bayar subsidi silang jadinya,
bukan khusus tapi berbau sekolahan formal.
Narasumber,
Ali Santoso
HASIL WAWANCARA
Awal disini, Yayasan ini bukan membina atau mengurusi agama Islam bukan,
semua agama dibina tapi ada pengkhususan untuk agama Islam gitu, dari sisi
program aja Islam semua disini ya tapi kalo untuk biaya, misalkan ada bantuan
beasiswa itu semua agama jadi yayasan ini bukan Yayasan khusus untuk semua
agama tetapi program yang ada disini didukung semuanya mendukung agama
Islam gitu dan bahkan kepengurusan inti dari yayasan ini dari ketua yayasannya
pokoknya agama Islam, makanya program-programnya ada Al-Qur‟an.
Gini, saya kebetulan jurusan agama yang datang kesini pengen bantu dalam sisi
agama gitu, tapi gini pada awal saya masuk kesini itu memang anak binaannya
butuh sekali wawasan tentang Islam makanya saya sangat ingin bantu sisi-sisi
agama Islamnya, baca Qur‟annya, tentang tauhidnya, fiqihnya, tentang Nabi-nya
dan lain sebagainya. Akhirnya, disitu kami sisipi dari program TAS “A dan B”
ada sisi-sisi nilai agamanya harian shalat bagaimana kemudian cerita-cerita nabi,
kisah-kisah para sahabat dan lain sebagainya. Begitu juga dengan yang besar
yang B ya sama kaya gitu. Nah, sekarang lagi ditambah dengan program Al-
Qur‟an dan melihat kondisi anak binaannya seperti itu ya sementara ini sih kita
hanya bisa melakukan itu. Di program TAS ada materi tentang agama Islam yaitu
bagaimana shalat, kisah para Nabi gitu, kemudian ada lagi program khusus yang
namanya pengkajian Al-Qur‟an pun kami atau saya khusus tidak hanya
mengajarkan Al-Qur‟an tetapi bagaimana mereka bisa tau isi Al-Qur‟an gitu.
Jadi saya mengajarkan disini mengajarkan anak-anak dan orang tuanya
mengajarkan mereka untuk bisa baca Al-Qur‟an tapi saya memberikan
pemahaman kepada mereka apa tujuannya kita belajar Al-Qur‟an dan kenapa sih
wajib bisa membaca Al-Qur‟an jadi saya ingin memberikan mereka pemahaman
bahwa ini Al-Qur‟an petunjuk gitu coba dibaca maknanya dan lain-lainnya jadi
bukan sekedar saya pengen bisa baca Qur‟an nih selesai akhlak tidak
diperdulikan kemudian pokoknya sisi-sisi isi Al-Qur‟an itu engga dipedulikan
hanya target baca Qur‟an aja. Nah, saya engga mau kaya gitu, saya inginnya
mereka bisa baca Qur‟an kemudian akhlaknya baik shalatnya juga dijalankan
dan mereka juga tau bahwa
mereka harus mencari rezeki dengan cara yang halal karena kan isi Al-Qur‟an
kaya gitu. Jadi jangan sampe anak-anak yang kita bina disini mereka ikut belajar
Qur‟an, mereka ikut pembinaan tapi diluar sana mereka tetep mencari uang yang
tidak baik tidak halal kaya gitu. Saya tujuan saya kesana sebenarnya walaupun
sekarang sih ya memang berat perjuangannya karena disini waktunya engga
panjang paling cuma 2 jam, diluar sana lebih liar lagi kan kehidupannya kan
bebas, ketemu teman-teman yang lain, preman dan anak-anak jalanan yang lain,
ya orang-orang pasar kaya gitu nah jadi tarik-tarikannya lebih kuat kesana saya
pikir tapi kita tidak putus asa sih kita berusaha untuk bisa merubah mereka dari
pola pikir tentang kehidupan ini dari sisi agama Islam.
Pertama dari profil keluarganya bagaimana ya, anak-anak disini (1) Mereka anak
yang saya katakana bahwa mereka tidak total diurus oleh orang tuanya, ada juga
anak yang yatim piatu yang diurus oleh ya mungkin orang terdekat disitu bisa
jadi bukan keluarganya, ada juga yang anak yang orang tuanya meninggalkan
begitu saja maka dititipin di yayasan sini, ada juga yang karena kasus perceraian
akhirnya pisah orang tuanya kemudian mereka engga punya orang yang dicontoh
dan merasa nyaman disini akhirnya banyak bergaul disini gitu. Kemudian dari
sisi ekonomi mereka semuanya ya rumahnya aja kemaren saya tanyakan ketika
belajar Qur‟an ibu-ibunya saya tanya “ibu rumahnya ngontrak berapa rupiah?”
gitu kan saya bilang, ya ada yang 100, 150, 200, 300 2x3 meter lah atau 3x3
meter itu terbuat dari papan kadang-kadang kalo ujan tuh rusak terus ditambal-
tambal gitu jadi bukan permanen dari papan dan kayu gitu, kemudian
lingkungannya juga kotor ya namanya juga dipinggir kali ya banyak sampah.
Awal saya kesini mereka itu belum terbina dengan kondisi fisiknya ya, misalkan
cara berpakaian yang baik itu anak-anaknya tuh kita kondisikan supaya mereka
kalo kesini mandi dulu kemudian ya dibersihkan dululah badannya gitu pakaian
dan semuanya supaya teratur dan makannya. Makan mereka tuh engga teratur
yang mungkin kita punya aturan sehari 3x mereka paling bisa cuma 2x pagi
kadang cuma jajan es engga sarapan kemudian siang baru makan, kaya gitu jadi
dalam kehidupannya ya engga sama sekali diatur gitu dan setelah masuk kedalam
TAS kita coba ngasih tau pagi sarapan dulu makanya kita ada program setiap hari
rabu itu makan bareng di Yayasan. Kalo dari sisi agamanya hampir semua itu
awal saya masuk, kenapa saya mau membantu disini, saya coba tanya dalam satu
kelas “siapa Tuhan kamu?” Mereka engga tau, ini usianya mulai dari 8-16 tahun
ini engga ada yang tau, terus bingung gitu saat itu, ada yang bisa baca Qur‟an
tapi dia juga tidak tau siapa Tuhannya, Nabinya juga engga tau. Nah, akhirnya
saya merasa terketuk gitu ya pengen membantu semakin semangat untuk
membantu dan semakin ingin untuk memasukan nilai-nilai agama disini, saya
ajak orang-orang relawan dari luar yang saya kenal termasuk Bu Eva yang tadi
disini itu sengaja saya ajak kesini, ya saya bilang mungkin Ibu bisa menasehati
mereka dalam sisi agama, tapi itu pelan-pelan. Jadi profilnya kaya gitu kondisi
ekonominya ya yang tadi itu rumahnya sepetak gitu, orang tuanya banyak ada
yang pemulung, ada yang dulu tukang minta-minta kaya gitu kita rubah jadi
jualan kopi minuman dijalan, ada yang pemulung sekarang masih pemulung, ada
yang mengamen, ada yang anaknya dulu pernah saya ketemu orang tuanya ga
mau kerja gitu anaknya disuruh ngamen atau ngemis akhirnya karena anaknya
pengen sekolah kan waktu itu anaknya udah sekolah disini anaknya engga mau
ngamen lagi gitu karena dia pengen sekolah tapi orang tuanya memaksa bahkan
saya dengar dijedotin gitu ya ampe dikejar-kejar pake pisau pengen ngebunuhlah
saya engga tau bahasanya tuh yang pasti katanya dikejar-kejar pake pisau. Nah,
sekarang udah engga ada lagi anak itu udah engga sekolahdisini karena memang
orang tuanya, kita engga bisa maksa karena orang tua kandungnya gitu ya, kita
cuma bisa membantu merubah pola pikirnya cara itu salah, kita pengen merubah
yang mereka pemulung jadi engga, yang minta-minta jadi engga, yang mencari
rezeki dengan cara yang haram jadi engga, ya gitu kira-kira semuanya. Itu dari
sisi agamnya tadi. Dari sisi kepribadian dulunya kepribadian fisik misalnya dulu
engga mandi sekarang udah mulai membersihkan dan lain kondisinya dengan
sekarang tuh lain, waktu saya pertama masuk sini ya. Dulu yang awal saya kesini
mereka sama guru juga bersikapnya bagaimana dan sekarang udah mulai salim,
sama tamu juga salim, sekarang sudah seperti itu, kalo dulu mah engga waktu
awal saya masuk juga di kelas tuh ya pokonya intinya kacaulah gitu ya, ya kita
kasih tau cara belajar yang baik disini bagaimana gitu ya, bahkan saat di kelas itu
kadang ada jarum ya maen tusuk-tusuk aja ke temennya, engga peduli tuh
temennya berdarah atau engga, pernah begitu, nah sekarang udah engga,
namanya anak-anak sih maen biasa tapi sekarang udah mulai ada perubahan. Ya
secara umum sih kaya gitu rata-rata, dan saya juga engga memaksakan mereka
harus cepat berubah ya karena kondisinya engga seperti kita, mereka lebih
banyak disana kehidupannya, mereka lebih banyak di lapangan yang penuh
godaan ya misalnya tarik-tarikan dengan dunia preman, dunia pasar, dunia yang
bebas engga ada aturan gitu ya. Kemudian masalah pandangan sekolah, motivasi
orang tuanya masih belum semangat untuk menyekolahkan anaknya, semangat
orang tuanya nyari duit dengan cara apapun, nah disini kita sih sudah rubah ada
beasiswa misalkan dari Scupindo nih sudah bantu nah minimal dengan dana itu
syaratnya mereka harus sekolah, kalo misalkan ada yang engga sekolah ketauan
itu kita cabut, ada lagi yang kita kasih bantuan minimal mereka harus ikut
kegiatan satu disini setiap hari ahad gitu atau lagi minimal mereka harus ikut
kegiatan apa gitu, ada syarat-syarat seperti itu supaya mereka tuh lebih banyak
waktu untuk belajar disini dibandingkan dengan kondisi awal dulu yang belum
kita bina mereka bebas, ya kira-kira kaya gitu ya.
4. Apa visi dan misi serta motivasi saudara sebagai pembimbing agama di Yayasan
ini?
Secara pribadi saya ingin mengajak tim ya yayasan untuk membina namanya aja
bahasa Bina Anak Pertiwi ya berarti membina dalam hal apapun terutama dalam
sisi agama, pendidikan dan pandangan hidup gitu artinya persepsi, pribadi anak
ini terhadap kehidupan ini apa gitu. Saya ingin mengajarkan kepada mereka itu
kita hidup ini tidak hanya untuk nyari uang gitu, bahagia itu ga mesti kita jadi
orang kaya dan banyak uang gitu, bahagia itu bisa dicapai dengan kita punya
pendidikan bagus, dengan kita bisa mengenal Allah dengan baik, mengenal Islam
dengan baik itu bisa bahagia gitu. Nah, kita mau kea rah sana gitu, jadi saya ingin
membuat pola pikir merubah pola pikir anak binaan sini dan orang-orang yang
disini tuh ya jangan duit mulu yang dipikirin gitu. Hidup ini, Allah itu ga menilai
suatu saat nanti kita mati gitu ya, ditanyain uangnya tapi ibadah kita gimana,
kaya gitu. Ya salah satu cita-cita saya ya merubah supaya pandangan tentang
Islamnya bagus, Islam tuh engga selamanya membahas masalah ibadah, shalat
gitu doang semua sisi sebetulnya dibahas, masalah ekonomi pun dibahas,
masalah pendidikan pun dibahas, masalah kesehatan dan lain sebagainya
sebetulnya itu dibahas. Nah, saya pengen ke arah sana tapi kan ga bisa instan
gitu, sedikit-sedikit kita mulai rubah dan saya merasakan ada perubahan dari
orang tua sih sebetulnya yang dulu mungkin mereka, sekarang mungkin pernah
denger kalo pemulung tuh duitnya banyak, peminta-minta tuh duitnya banyak
tapi sekarang mereka sudah mulai merubah yang mungkin disini engga sedikit ya
baru mulai bulan Agustus ini itu ada bantuan mereka setiap bulan tuh 70.000
engga banyak gitu ya. Agustus, September, Oktober udah 3 bulan, sebelum-
sebelumnya engga ada, kita cuma ngebantu kalo misalkan ada mahasiswa yang
dateng kadang-kadang ngadain acara dapet snack terus ada perusahaan dateng
ngebantu kasih makanan, cuma itu-itu aja paling. Nah, kalo dari yayasan
ngebantu mereka uang setiap bulannya berapa belum, nah dari situ saya berpikir
„oh ternyata orang tua sudah mulai berubah pola pikirnya yang dulu mungkin
mereka melihat dengan minta-minta perbulan sekian-sekian, nah disini kan bisa
diukur sama dia lebih gedean mulung ngapain gue disini gitu” nah sekarang
engga begitu, mereka lebih kesini karena mereka sedikit-sedikit kami kasih
masukan pikirin anaknya, anaknya jangan sampai sama seperti orang tuanya
yang kondisinya seperti ini saya pikir gitu dalam hal apapun dalam sisi apapun
terutama ekonomi, kepribadian dan lain-lain, begitu.
5. Bagaimana saudara mempersiapkan materi bimbingan?
Kalo untuk TAS kan bukan saya yang ngajar ya, saya hanya sampaikan kepada
guru-guru TAS terutama targetnya adalah mereka pokoknya TAS itu mereka bisa
baca tujuannya nanti, kenapa saya
Saya engga mempersiapkan materi sih sebetulnya karena target utama saya
adalah pertama satu mereka sekarang ini ya mereka harus bisa baca Qur‟an, yang
kedua saya ingin membuka pola pikirnya sementara itu aja saya ulang-ulang
setiap hari gitu setiap pertemuan. Saya masukin sisi-sisi agama sih biasanya yang
kaitannya dengan itu, saya engga mempersiapkan materi sih, kalo untuk TAS itu
udah ada modulnya masing-masing tapi kita tidak ada kurikulum yang target
bagaimana ya cuma tergetnya tadi aja TAS.
Biasanya saya contohnya shalat, saya engga banyak ngomong nyuruh mereka
shalat buat maksa, saya ditengah mereka saya shalat aja, misal di Aula mereka
lagi ngapain saya numpang shalat aja, saya orangnya tidak bukannya mereka lagi
main terus “ayok shalat shalat” engga, saya lebih kepada ya udah saya shalat aja
gitu. Nah dari awal saya kesini sampai sekarang Alhamdulillah sih mulai ada
perkembangan dalam artian yang awalnya engga sama sekali mereka ikut
dibelakang saya, sekarang-sekarang udah ngikutin jama‟ah.
Kalo contoh yang lainnya apa ya kalo secara ya intinya saya tidak pernah bilang
ke Yayasan atau Ketua binaan “nih anak binaan harus kaya gini” saya hanya
langsung aja praktek dan mereka menyaksikan “oh begitu” kaya gitu karena saya
khawatir kalo saya nyuruh-nyuruh mereka untuk apa dan lain-lain tapi saya
engga ngelakuin bisa jadi “ahh situ aja yang nyuruh engga” takutnya begitu
makanya saya lakuin aja duluan, saya berusaha untuk bisa menjadi teladan yang
baik, semua orang yang datang kesini juga sama.
Ya kita harus memberikan contoh dulu, kalo dia sudah merasa “oh ternyata
bener, baik dan lain sebagainya” penilaian mereka “seperti ini seharusnya” ya
entar juga diikutin sama dia, pelan-pelan sih memang sih agak lama gitu tapi
saya yakin suatu saat nanti akan dapetlah yang saya mau gitu ya.
Kesulitan, saya pikir sih begini karena saya guru di sekolah dan saya juga ngajar
ya namanya mengalami kesulitan, ada hal macem-macem yang mungkin kita
anggap itu sebagai masalah itu biasa, yang saya liat disini itu anak-anak yang
sangat tidak mampu saya anggap gitu ya kemudian yang mereka butuhkan itu
butuh motivasi, mereka itu butuh motivasi bukan dijatuhkan begitu juga dengan
orang tuanya.
Sekarang kita berpikir begini semua anak yang ada disini kan masih perlu dibina
gitu dengan kondisi seperti itu kan semua harus dibina dengan baik. Malah anak-
anak yang kita ingin punya cita-cita besar gitu ya ingin menjadi anak-anak tuh
seperti apa tapi terkadang kendalanya tuh dri orang tua gitu karena kita kan
engga kita ini kan bukan orang tua mereka gtiu tapi ya mentoknya di orang tua
gitu kita sudah berusaha dan biasanya mentoknya di uang lagi gitu, kita sudah
bina bahwa “ayo belajar yang rajin, cita-citanya apa kejar” gitu tapi disana kan
orang tuanya ya tetep butuh uang dan lain-lainlah gitu untuk keperluan hidupnya.
Akhirnya, anak-anak ini dibawa lagi ke entah itu mulung atau ngamen dan lain-
lain gitu tapi ya kita tarik-tarikan aja sama orang tuanya yang mana yang paling
kuat nih makanya saya inisiatif buat pengajian orang tua juga supaya apa?
Anaknya dapet, kita motivasi orang tuanya juga dapet, kalo dua-duanya udah
dapet ya insya Allah sih mereka punya pemahaman yang sama dengan kita ya
udah berjalan, itu tujuan saya kaya gitu.
Agama yang kita berikan itu kan Al-Qur‟an, nasehat-nasehat gitu ya,
kemandirian kita ini biasanya di kelas aja.
9. Metode atau pendekatan apa saja yang digunakan dalam proses bimbingan
agama terhadap anak binaan? Dan kenapa metode bimbingan agama tersebut
yang digunakan?
Selama ini sih saya menggunakannya dengan ceramah saja sih ya, nasehat saya
kumpulkan di kelas saya kasih nasehat gitu materinya macem-macem terutama
tentang motivasi bagaimana mereka harus menghadapi kehidupan ini, menjalani
kehidupan ini yang benar gitu caranya. Jadi metode kan cara ya berarti ya
caranya seperti itu saya saat ini karena programnya juga baru ya saya hanya bisa
memberikan berusaha untuk yayasan ini memberikan contoh yang baik bahwa
kita buat kelas disitu kita kasih materi untuk pencerahan mereka, motivasi,
wawasan, ilmu agama, dan lain sebagainya cuma itu aja kemudian mungkin ya
nanti berkembangnya yang sudah ada dipikiran kita misalkan kita ngasih ada
panggil dari orang luar kita ngasih motivasi pembicaranya dari luar tentang
kehidupan, itu sih sudah ada dipikiran tapi kan berkait dana juga kalo ada
uangnya gitu. Ya kebanyakan sih ini ya caranya dengan ceramah gitu ya nasehat
yang diforum kaya gitu paling sesekali atau beberapa kali kita panggil orang
tuanya ada masalah bagaimana kita tanya kondisi keluarganya, anaknya gimana,
shalat atau engga macem-macem, ya pendekatannya kaya gitu. Itu yang lebih
ngena sebetulnya, saya dulu pernah di TAS itu saya pernah panggil orang tuanya
satu-satu bahkan sampai ada yang nangis, ya intinya saya ingin orang tua itu
jangan egois gitu maksudnya urusin anaknya, kalo situ ga bisa ngurusin artinya
gini jangan sampe anak yang sudah dilahirkan oleh ibu gitu saya bilang ke
mereka ya udah ibu bebasin aja percaya kan ke TAS ke sini ke yayasan aja, di
rumah ibu bebasin lagi. Saya bilang urusin di rumah juga, disini juga dari sisi
pendidikannya, cari uangnya dengan cara yang baik, ya saya panggil satu-satu
kaya gitu kalo belum ada surat-suratnya bikin surat-surat sekarang engga usah
takut gratis belajar kenapa sih susah, masalahnya apa kita cari gitu dan disitu
lebih kena pendekatannya secara personal dan ceramah kalo klasikal semuanya
kaya gitu, cuma dua cara itu aja sih ya yang sering saya lakuin secara pribadi.
Nasehat secara personal sama ceramah secara klasikal aja. Dua-duanya sih
sebetulnya ngena cuman kalo yang personal itu butuh waktu banyak gitu kan
sementara saya juga engga banyak disini waktunya jadi Alhamdulillah sih dalam
forum kelas itu juga lumayan cukup sih ya pastinya lebih kena personal lebih
terasa buat mereka.
Kalo mandiri kan berarti dia bisa melakukan sendiri ya tanpa bantuan orang lain
walaupun mungkin dia butuh tapi berusaha untuk melakukan sendiri karena dia
yakin bahwa dia bisa gitu dalam hal apapun, misal mengurusi diri sendiri dalam
masalah tidak lagi sedikit-sedikit orang tua, kita kepengen dalam kondisi apapun
anak ini bisa berdiri tegak gitu ya belajar ya udah belajar walaupun kondisinya
mungkin berat untuk dijalani, kondisi uangnya. Terutama disini kondisi uang ya,
kita pengen mereka itu bisa mengejar cita-citanya yang mereka impikan gitu
tanpa harus berpikir bahwa saya ini orang susah walaupun itu akan terpikir juga
“saya engga punya uang” tapi kita terus motivasi agar mereka tidak berpikir
begitu, udah jalan aja. Sisi agama yang kami berikan adalah kalian punya Allah,
saya sampaikan kepada mereka kalo kamu ingin kuliah engga punya uang jangan
minta sama yayasan, saya bilang kaya gitu. Shalat yang bener, paling itu yang
bisa saya berikan. Nah kemandirian itu ya dia bisa melakukan sendiri tanpa orang
lain walaupun dia butuh gitu, dia butuh bantuan orang tapi dia merasa bahwa
saya bisa nih walaupun sulit, saya pikir kaya gitu dalam sisi apapun agama,
ekonomi, kesulitan besar yang lainlah gitu.
11. Kapan anak binaan dapat dikatakan mandiri?
Saya disini gini, disini kan lebih yang kondisi latar belakang mereka ekonominya
rendah gitu ya jadi kita coba berusaha untuk membina mereka dari sisi
pendidikan, agama juga, nah pendidikan mereka minimal SMA bisa kerja dari
sisi ekonomi mereka bisa nyari duit sendiri, kedua orang tuanya yang dulu
mungkin minta-minta sekarang kita bina kemudian mereka berubah menjadi
yang misalkan sekarang jadi tukang jual air minum, kopi, kaya gitu. Itu
keberhasilan-keberhasilan yang kita sudah lihat secara langsung gitu, ya kayak
gitu sih.
Saat dia itu tadi, anak binaan kalo yang usia sekolah atau pelajar berarti saat dia
sudah SMA dan kemudian dia bisa bekerja nah itu dari sisi ekonomi ya, kalo sisi
agama ya kita berusaha sebaik mungkin ngajarin supaya dia itu minimal
shalatnya dijaga git, nah bahkan kita ajarkan supaya mereka tuh disisihkan, bisa
membantu orang tua, kedepannya sih pengennya kayak gitu, minimal target kita
itu SMA kalopun bisa kuliah ya bagus. Masalahnya kan lagi-lagi kita memang
belum banyak dana gitu, anak binaannya 500 dananya cuma berapa jadi kita
engga bisa kecuali kita ngurusnya cuma seratus ya itu kemungkinan bisa gitu
cuma ini masalahnya banyak banget.
Karena ada juga anak yayasan yang sudah tidak bergantung pada yayasan,
mereka dulu anak binaan sini dan mereka sekarang sudah punya keahlian
misalkan punya bisa service HP, sekarang udah punya toko disana, kemarin HP
saya yang satu lagi tuh dibenerin sama anak binaan sini gitu, jadi ada yang kaya
gitu, ada yang punya bengkel, ada yang punya macem-macemlah banyak saya ga
terlalu hafal. Intinya mereka sudah bisa dari sisi ekonomi mereka sudah bisa
nyari duit yang halal tidak seperti dulu lagi, nah itu kan berarti mereka sudah bisa
mandiri, sisi agama kita berusaha untuk perbaiki gitu.
Ya tahapannya sih saya selalu beri nasehat gini artinya kita satu memberi contoh,
kemudian saya memberikan materi yang memotivasi mereka, kemudian kita
memfasilitasi mereka suatu saat nanti walaupunpun sekarang belum ya,
memfasilitasi mereka misalkan kita sudah merancang suatu saat nanti kita harus
punya usaha yang diurus oleh anak binaan, nah supaya mereka tidak lagi
melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu ngamen, mulung. Ngamen tuh
masih dianggap baiklah, minta-minta misalnya. Dulu di yayasan ini sudah ada
katanya waktu Ketua Yayasan yang lama itu sudah ada usaha buat sandal hotel
itu mesinnya masih ada, nah nanti suatu saat nanti kita akan berusaha supaya
mereka bisa dari sisi ekonomi lagi nih gini kita berusaha buat mereka mandiri itu
suatu saat usaha bersama yang diurus oleh anak binaan, yang sudah berjalan saat
ini yang saat itu saya ada juga disini misalkan kemarin itu berjalan usaha buat
keripik kaya gitu, kita kasih dana nanti kita kasih uang sekian tapi lagi-lagi kan
kita tidak semudah membentuk mereka namanya usaha ya kadang jatuh akhirnya
ngedown, nah sekarang tidak dilanjut lagi tapi itu bagian dari usaha kami kita
berikan dana bantuan untuk usaha. Ada orang yang punya potensi nih misalkan
potensinya punya seperti keahlian apa kita kasih dana bantuan buka usaha gitu,
itu sudah berjalan dan sudah banyak juga yang sudah berhasil kemudian ada cara
lain misalkan secara khusus anak-anak yang berprestasi kita sekolahkan
ditanggung misalkan sampai kuliah, itu jga aka nada program itu dan itu juga
sudah berjalan juga dan akhirnya nanti mereka bisa kuliah dan kita juga punya
cita-cita semua anak binaan sini yang sukses nanti mereka bisa menyisihkan uang
zakatnya masuk kedalam yayasan ini gitu jadi mereka dulu dibantu sini nanti
bantu balik lagi kesini, kaya gitu.
Jadi gini untuk tau mereka berubah itu saya harus tau kondisi rumahnya
bagaimana taunya bukan secara data ya saya harus tau mungkin bisa jadi liat
langsung terus orang tuanya bagaimana di ruamhnya, contoh kecil misalkan
shalat kasusnya anak susah shalat, saya harus tau nih ibunya dulu shalat apa
engga, bapaknya shalat apa engga terus orang tuanya di rumah itu pernah ga
ngajakin shalat ngajak atau dibebasin aja kaya gitu. Nah, yang saya tau ini hanya
secara umum aja ya saya tau ya bebas gitu jadi kepedulian terhadap anak itu
engga. Peduli gini ya peduli makan iya gitu ya dikasih makan cuman kalo peduli
anak saya pokonya harus sekolah tinggi nah itu masih kecil banget, anak saya
pokoknya harus bisa baca Al-Qur‟an itu masih kecil banget, anak saya harus
menjadi anak yang sholeh itu kecil banget. Jadi yang pertama mereka kejar itu
ngasih makan, punya duit gitu, nah kita harus merubah itu tuh bagaimana
caranya. Walaupun sekarang lagi dalam proses kita pikirkan juga gimana ya
orang 500 ya engga mudah, orang yang sekolah di sekolah formal aja yang
mungkin latar belakang nya beda dengan mereka jauh gitu kita susah untuk
merubah apalagi dengan kondisi yang begini yang mereka bebas nih ada anaknya
yang pulang dari sini kadang ngamen, pulang naek angkot ngamen abis pulang
bisa jadi dia maen kemana gitu, ada yang begitu kadang mereka ga mau masuk
karena diajak maen PS, maen ini, maen itu, duit kadang-kadang ada gitu ya tapi
motivasi buat uang itu ditabung missal untuk pendidikan tuh kadang kecil banget
gitu. Ya emang agak ribet sih saya membimbingnya ya karena memang
kondisinya seperti itu, kondisinya ya kita harus tau dulu nih seberapa sulit anak
ini sulitnya diapaan sih apakah bener dia sulitnya hanya di ekonomi misalkan
atau jangan-jangan kita sudah kasih bantuan mereka tetep bebas-bebas aja
anaknya engga diurusin, kita kan belum tau pasti dan kita engga bisa ngontrol
mereka satu persatu karena banyak banget orangnya dang a mungkin juga kita
ikuti terus seharian gitu, kita bisanya paling cuman anaknya masih sekolah oh
masih gitu, kadang kita suruh home visit gitu ya pengurus yayasan dateng kesana,
kalo ketauan engga sekolah ya di cut udah putus dan itu juga engga setiap hari
kan jadi saya pikir perubahan itu ada kaitannya kita harus tau kondisi mereka
yang bagaimana, kalo mereka disini ya ada perubahan artinya perubahan gini
awal dateng mereka disini dan sekarang sampai seperti ini ada perubahan gitu,
awal saya dateng kesini kondisi mereka seperti apa secara fisik misalkan
kemudian sekarang saya sudah masih disini dan mereka dateng juga sudah ada
perubahan tapi kan kita engga tau diluar sana mereke bagaimana atau mereka
mungkin disini doang nah kita engga tau secara akhlak dan lain sebagainya,
kadang-kadang ada cerita misalkan disini santun nih kalo diluar bandel, nah jadi
kan ini saya belum bisa ngukur juga, kalo pertanyaannya mereka pas saat di
yayasan saya bisa jawab cuman kalo bebas gitu ya, mau di yayasan atau di rumah
bagaimana perubahannya nah itu saya engga tau persis kondisi secara
kepribadian bagaimana, yang saya liat ya itu disini aja oh ini orangnya begini,
banyak yang berubah kalo dari sisi itu tapi disini ya, nah di rumahnya saya engga
tau, paling itu tadi saya tanya satu persatu gimana di rumah gini ga, oh anak saya
disuruh shalat mau diceritan dah ini ini, ada yang ga mau sama sekali ada orang
tua yang bilang gitu. Kalo disini ngangguk-ngangguk, kalo disana tuh sama
anaknya bisa galak, ya kaya gitu.
14. Apa kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak binaan?
Saya ngerasa waktu saya untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka
di lapangan, dikehidupan mereka, di masyarakat jadi tarik-tarikan itu kendala
terbesar untuk saya jadi misalkan saya udah ngajar di A disini paling cuma 2 jam
ya menurut penelitian yang saya tau gitu kalo kita belajar tuh paling cuma 70%
masuk gitu ya itu pun disini, nanti di rumah berapa tinggal 50%, besok tinggal
20%, entar lama-lama habis. Mereka kehidupannya di luar berapa, di jalanan
berapa jam, di pasar berapa jam, di dunia preman berapa jam, kita kan engga tau.
Nah, itu kendala yang paling mempengaruhi gitu makanya saya dulu ada yang
sempet donator lain sih bukan dari sini ya sempet ngeluarin wacana gimana kalo
mereka kita buat rusun ya rumah susun khusus untuk mereka supaya
terkondisikan dengan baik gitu ya belum terealisasi sih cuman itu cara yang baik
ya menurut saya gitu dan saya bilang ke Ketua Yayasan kalo ada anak yang
belajar disini kemudian orang tuanya juga keliatan serius menurut penilaian kita
coba kita tarik kesini keluar jangan sampai mereka hidup disana lagi gitu, supaya
pola pikir mereka berubah. Karena kan berat gitu ya, nah kita bergaul dengan
tukang minyak wangi ya kita kena wanginya gitu kan, kalau pandai besi ya kena
percikan apinya, sama mereka banyak bergaul di pasar kaya gimana, kalo cerita-
cerita premannya banyak maen pukul-pukul aja, copetnya dan lain sebagainya.
Nah, anak kecil usia-usia terutama usia yang masih kecil ini kalo di lingkungan
mereka keseringan dilakuin itu yang salah-salah itu dianggap bener jadinya ya
dan akhirnya ketika kita nasehati yang bagus yang mungkin itu hal baru buat
mereka jadi ngerasa ya udah engga peduli gitu mereka lebih ke yang mereka lihat
aja atau mungkin ga shalat tuh biasa aja gitu, ga ngeri dengan ga shalat tuh gitu
tapi gimana ya orang tuanya aja ga pernah nyuruh kan guru terbaik orang tua, ya
udah mau bagaimana lagi jadi ya permasalahan terbesar saya ya itu, waktu saya
untuk mereka lebih sedikit dibandingkan waktu mereka dengan lingkungan
mereka, yang kita tau lingkungan mereka tuh pasar, dunia preman, disitu ada
banyak pemulung, minta-minta, pengamen, yang intinya ya kita taulah bebas
banget gitu, pendidikan, agama tuh engga dikejar banget gitu mereka tuh
Narasumber,
Ustadz Baihakki
HASIL WAWANCARA
11. Kalo mereka udah bisa tertawa sedikit ya kitanya seneng bisa buat mereka
bahagia gitu kan apalagi kalo kita kasih-kasih hadiah.
HASIL WAWANCARA
Nama: Napriadi
Seneng aja pengen ngojek payung, engga ada rasa males apalagi maen ujan.
6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?
Bapak doang udah almarhum udah meninggal baru tahun kemaren. Sekarang
tinggal cuma berempat sama ibu dan 2 abang, abang yang pertama dan ketiga
meninggal. Kalo Bapak enap mau diceritain ya panjang, kenyang sama tangan
Bapak. Bapak orang yang keras. Bapak dulu waktu itu kerjanya dagang sepatu
terus bangkrut jadi supir tapi ngenekin dulu metromini paling dua hari sekali
pulang, boro-boro ngasih, Bapak makan ya makan aja sendiri engga ngurusin
anak engga ngurusin ibu engga, orang-orang sini juga udah tau semua. Udah
lama engga pulang tiba-tiba denger kabar udah meninggal tabrakan di
kampungnya saat ngojek. Kalo ibu kerjanya tukang cuci, nyuci di rumah orang,
Enap paling bantuin ngangkatin jemuran doang.
7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?
Iya sama sodara. Pernah sama temen-temen lingkungan sini diasingkan dan
didiemin terus, alesannya engga tau kenapa. Enap deketin, dia ngehindar. Udah
pernah nanya tapi dia diem.
9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?
Saya dari kecil Kak. Pertamanya abang saya dulu yang disini sebelum meninggal
keempat abang saya disini, terus saya tapi sementara saya engga pernah masuk
lagi terus sekarang masuk lagi.
10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?
Enak sih, pengurusnya baik, kalo Kak Ade kadang galak, hehe..
11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?
Sekolah, karate sama futsal yang Enap tau karena cuma itu yang diikutin. Buat
karate kalo yang lama Kamis dan Jum'at, kalo buat yang barunya Sabtu dan
Minggu. Kalo futsal malem Senin.
Sudah, karena engga minta jajan ke orang tua, bisa nyari jajan sendiri.
14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?
Iya, belajar kalo ada PR-PR itu pelajaran, kadang sih cape apalagi kan sama
karate abis pulang sekolah, kadang kalo ada nasi makan tapi kalo ga ada ya
engga, kadang males berangkatnya cape jauh karena dari sini jalan kaki lewat
jalan raya.
ini? Baik.
16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?
17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?
Sulit sih, saya sendiri juga belum bisa, kalo pelajarannya sih lumayan apalagi
MTK, yang diajarin sih dikit-dikit paham.
19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?
Ada, sekarang dikit-dikit udah bisa nulis, bisa baca, bisa ngaji udah Iqra’ 2 belum
lancar sih masih diulang-ulang.
Seneng sama gembira, belajar sambil bermain, punya banyak temen. Pernah
berantem sama Agus karena ngocolin dianya.
Narasumber,
Napriadi
HASIL WAWANCARA
Udah lama banget dari tahun 2014, sekarang udah engga liat aja nih putih
badannya, hehe..
Buat jajan, dikasih jajan sih sama orang tua, ngamen iseng-iseng doang buat
maen warnet buat maen facebook, maen games.
hahahaa..
6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?
Masih, utuh tapi misah. Setelah itu tinggal sama Bapak karena dulu kan engga
tau Mama itu tinggal dimana, langsung dipisah aja ikut sama Bapak. Kalo tidur
di Mama kan warung engga bisa takut bosnya marah jadi tinggal di Yayasan,
Bapak kerja rongsokan, aku engga pernah bantuin hehe..kan Bapak kerja di
Mampang kadang pulang jam 5 jam 6 jadi kan aku engga sempet, sekolah
kecuali berangkatnya sore pulang dari sini kan jam 12 ga sempet. Bapak engga
tau aku tinggal disini, engga boleh ada yang ngasih tau, entar diambil lagi
diangkut lagi digerek pas lagi tidur, hehe..Engga mau tinggal sama Bapak entar
dimasak pake aer direbus, Bapak galak ke Mama, sekarang ada Mama tiri udah
nikah lagi. Bapak dan Mama tiri dua-duanya ya galak. Aku punya ade dari ibu
tiri bawa bukan ade kandung aku. Anak tunggal dong Agus mh Raja, hehe..jadi
Bapak bawa satu anak dan ibu tiri bawa satu anak. Ibu tiri engga kerja karena
anaknya masih bayi jadi cuma ibu rumah tangga.
7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?
Pernah, sama temen dikacangin, hehe.. engga ditemenin, pernah masalah juga sih
ribut, biang masalah jagoan aku, Kak apalagi kalo disekolahan, hehe.. Bahagia
malah kan masih banyak temen, emang temen dia doang yang di gang Buntu
daerah rumah. Tapi besok-besoknya ngajak maen lagi, Kak tapi aku gak mau.
Enaklah, seneng banyak temennya, jangan dipulangin lagi enakan disini. Bisa
sekolah deket, Kak, hehe..
9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?
10. Bagaimana pandangan kamu sebagai anak binaan tentang yayasan ini?
Enak, bagus, baik, lebar besar hehe.. Udah apalagi. Pengurusnya enak-enak, Kak
baik-baik.
11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?
Udah. Nyuci sendiri, jemur sendiri, tidur sendiri, udah, sekolah sendiri kalo yang
lain kan anak lain kalo sekolah disiapin makan ama Emaknya, siapin baju
dipakein, kalo aku beda, Kak hehe..kalo aku bangun, makan, sekolah, kadang-
kadang masak dulu, bisa masak sendiri, ayam bisa digulai, disambel, disemur,
tahu bisa, terong bisa, belajar sendiri, kalo ngulek-ngulek cabe gitu karena dulu
sering liat Mama yang kandung.
14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?
Engga. Seneng, Kak seneng terus. Tapi kadang-kadang sih, Kak MTK susah,
Kak. Hapalan sulit, Kak aku dicecer. Ngaji aku udah Iqra’ 4, Kak. Enakan sama
Ustadz Baehakki, Kak cepet nangkep ngajarinnya enak, sabar.
16. Menurutmu, apakah pembimbing agama di sini sudah memberikan contoh yang
baik untuk anak-anak binaan di yayasan ini?
Udah. Semua guru tuh marah demi kebaikan kita. Ustadz Baihakki sering nyuruh
shalat, ngaji, baca Al-Qur’an tapi aku belum bisa baca Al-Qur’an, Kak.
17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?
Banyak. Bisa ngaji, bisa belajar, berhitung bisa, tadinya sih sedeng engga terlalu
bisa ngaji masih Iqra’ 1 pas disini ningkat, kalo sama Ustadz Baehakki aku udah
Iqra’ 5, Kak. Belum ngerasa lancar sih, kita itu engga boleh ngerasa hebat, yang
hebat itu cuman Allah SWT, tiada yang hebat selain Allah. Hehe.. kita itu engga
boleh ngerasa hebat walaupun kita kaya, punya segalanya, kita harus
menyumbangkan ke Panti Asuhan, dan lain-lain, gitu Kak, bener ga Kak? Hehe..
19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?
Ada. Pinter ngaji, bisa belajar, bisa baca Ayat Kursi kaya tadi tuh.
Seneng, Kak. Baik, ngajarin yang bener, pengurusnya enak baik. Betah banget,
Kak aku disini. Aku cita-cita jadi atlet karate, Kak.
Muhammad Agus
HASIL WAWANCARA
Nyari duit buat jajan, makan berdua sama Ibu. Sekarang udah engga semenjak
masuk Yayasan karena ga dibolehin sama pengurus Yayasan takutnya ada apa-
apa ketangkep
6. Apakah kamu masih mempunyai orang tua/ keluarga dan coba ceritakan tentang
keluargamu?
Kan mamah lagi sakit, sekarang mamahnya diurus di Cipayung, mamah jatoh
dari tangga, engga bisa jalan pake kursi roda. Bapak udah engga ada udah
meninggal dari umur 1 tahun, ibu engga pernah nyeritain tentang Bapak. Udah
lama engga tinggal sama Ibu, tinggal sama neneknya Noval baru 2 bulan lebih,
tadinya sama Ibu di Gang Buntu. Ibu kerja dagang gorengan, bapak dulu dagang
cincau. 2 bersaudara. Kakak engga tau dimana udah nikah, engga pernah nemuin
Ibu lagi. Wahyu sih sering ngelongok Ibu.
Pertama dianterin naek motor ampe pasar minggu abis itu jalan kaki dari pasar
minggu ampe kesini. Udah biasa jadi engga jauh. Kalo pulang naek angkot 16
bisa 05 bisa.
7. Apakah kamu merasa diperlakukan berbeda dengan status kamu saat ini?
Engga pernah. Dulu sekolah di Pangadegan terus berenti gara-gara digusur ya
udah jadi pindah langsung ke Yayasan.
9. Apakah ada yang menyuruh atau mengajak masuk ke Yayasan Bina Anak
Pertiwi?
ini? Baik.
11. Program kegiatan apa saja yang diberikan oleh yayasan? Dan kegiatan apa yang
kamu ikuti?
Udah.
14. Adakah kesulitan yang kamu rasakan dalam mengikuti program kegiatan di
yayasan ini?
Udah. Nyuruh shalat, cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang akhirat dan api
neraka, nyontohin perilaku apalagi harus sopan.
17. Bagaimana pendapatmu terkait materi bimbingan agama yang diajarkan oleh
pembimbing agama di yayasan ini?
Enak, mudah ditangkep tapi pernah kesulitan sih tentang hukum tajwid.
Jadi kan tadinya nulis masih jelek sekarang lumayan, baca Iqra’ tadinya Iqra’ 5
sekarang Iqra’ 6 naek. Akhlak jadi baik, kadang-kadang yang dikasih tau Ustadz
diterapin masih belang beton.
19. Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dibimbing disini?
Narasumber,
Wahyu Anugrah