Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Netta Andhini
108052000012
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, Shalawat serta salam tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai kepada kita hingga saat ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
Program Studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunukasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Pada kesempatan ini, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah ikhlas dan sabar untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, di antaranya sebagai berikut:
1. Yang terhormat Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
Arief Subhan, M.Ag, selaku pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, M.Ag,
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
selama ini.
ii
3. Drs. Sugiharto M.A selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
skripsi ini.
kasih atas kesabaran dan keikhlasan ibu yang telah banyak memberikan
Komunikasi.
SE. dan Ibu Etty Suryana yang telah memberikan saya dukungan baik dari
segi moril maupun materil dan terimakasih atas doa, dukungan, cinta & kasih
sayang, serta adikku Dhea Megantara Lantika yang telah memberikan bantuan
dan dukungan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
9. Sahabat seperjuangan BPI 2008 yang telah memberikan motivasi, dukungan,
inspirasi dan selalu setia menemani, membantu dan mendengarkan suka duka
penulis. Kenangan selama bersama - sama di BPI akan selalu penulis kenang.
penelitian. Terima kasih kepada para orang tua yang bersedia membantu
penulis selama penelitian. Dan seluruh warga dan keluarga yang tidak bisa
ikut berpartisipasi tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu dalam skripsi
ini.Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua dan
kekurangan disana-sini, oleh karena itu demi kebaikan dan kesempurnaan tulisan
ini maka, kritik dan saran senantiasa penulis harapkan smoga skripsi ini dapat
NettaAndhini
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
v
3. Ibadah Shalat.......................................................................... 37
a) Pengertian ibadah shalat ................................................. ` 37
b) Keutamaan Ibadah Shalat ................................................ 43
c) Faktor melalaikan ibadah shalat ....................................... 44
d) Hikmah dalam menjalankan ibadah shalat ....................... 48
BAB V: PENUTUP:
A. Kesimpulan .............................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar
2 RumahWarga RW 07
4 TPA Al-Akbar
5 Kantor RW 07
7 SetelahWawancara
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No Nama Lampiran
4 Dokumentasi (foto-foto).
viii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengenai batasan baik dan buruk guna mencapai kebaikan di dunia dan akhirat.
dalam hati.
Peran ahli didik melihat adanya peran sentral para orang tua sebagai
pemberi dasar jiwa keagamaan itu. Pengenalan ajaran agama kepada anak sejak
pada diri anak. Karenannya, Rasul menepatkan peran orang tua pada posisi
sebagai penentu bagi pembentukan sikap dan pola tingkah laku keagamaan
seorang anak. Setiap anak dilahirkan atas fitrah dan bertanggung jawab kedua
orang tuanyalah yang menjadikan anak itu yahudi, nasrani atau Majusi
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun
psikis.
1
Prof. Dr. H. jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005),
h.218
1
2
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Masa remaja juga bisa di
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa pubertas yang dahulu
dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan
atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan
sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau
sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap
menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan
anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat
tuntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), h. 88
3
keremajaan seseorang.
dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup benar, sehingga disebut anak
Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi
adalah perasaan yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat
cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah misalnya,
kadang-kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan
usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, masa yang tidak
Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Jiwa Agama menyebutkan bahwa:
yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai dan dilakukan teman-
temannya”.3
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), h. 88
4
Maka dari itu remaja sangat penting memiliki kemampuan kontrol diri
yang baik dengan cara lebih medekatkan diri kepada Allah SWT melalui rutinitas
menjalankan ibadah shalat agar mampu mengontrol diri ke arah yang lebih
lebih positif. Kontrol diri banyak di pengaruhi oleh banyak aspek, salah satunya
dalam surat Al-Luqman 12-19 yaitu nasihat Luqman kepada anak-nya, akan
tetapi lebih difokuskan kepada Surat Al-Luqman ayat 17 tentang perintah shalat:
nya agar selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan apapun, janganlah
sombong terhadap orang lain serta selalu berbuat baik kepada orang tua (ibu dan
bapaknya) dan perintah Luqman untuk mendirikan shalat, mengerjakan yang baik,
cegah perbuatan yang mungkar dan selalu bersabar dengan segala hal yang
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Yayasan
Penyelenggara Al-Qur’an, PT Karya Toha Putra), h. 815
5
Sesuai yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak yang
berperan pertama kali dalam mewujudkan sikap kedisiplinan pada anak adalah
orang tua. Orang tua merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan utama
dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan. Bentuk, isi dan
Atas dasar itu semua dalam penelitian ini, penulis akan membahas lebih
lanjut mengenai pola asuh orang tua dalam menjalankan disiplin ibadah shalat
pada remaja, maka penulis akan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul
“Pola Asuh Orang Tua Dalam Menjalankan Disiplin Ibadah Shalat Remaja
1. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis membatasi penelitian ini pada
pola asuh orang tua dalam menjalankan disiplin ibadah shalat untuk remaja di
menjalankan disiplin ibadah shalat di dalam penelitian ini di batasi pada ibadah
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pola asuh orang tua dalam menjalankan disiplin ibadah shalat
Tangerang Selatan?
1. Tujuan Penelitian
Selatan.
a. Akademis
yang dapat dijadikan bahan acuan tentang pola asuh orang tua dalam
7
b. Teoritis
Tangerang Selatan.
c. Praktis
shalat 5 waktu. Khususnya para orang tua mengenai pola asuh dalam
D. Metodologi Penelitian
5
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2007) cet.ke 33, edisi revisi, h. 4
8
langsung.
lima orang untuk mendapatkan data pola asuh yang di terapkan kepada
6
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92.
7
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 1995), h. 62.
9
3. Teknik Penulisan
a. Subyek penelitian
Subjek Penelitian yaitu orang tua dari remaja yang menjadi objek
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 206.
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
2003), cet. Ke- 9.
10
misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita
diteiti.10
b. Objek Penelitian
Penelitian skripsi ini dimulai pada bulan april 2012 dan berakhir
E. Tinjauan Kepustakaan
diantaranya:
1. Pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun di
10
Prof.Dr.Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,(Bandung,PT
Alfabeta,2008) h. 218
11
Dakwah dan Komunikasi. Skripsi ini memfokuskan kepada pola asuh orang
2. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-12
3. Metode Bimbingan anak bagi anak usia 7-12 tahun pada keluarga di
Perbedaan antara peneliti yang terdahulu dengan yang sekarang adalah yang
pertama memfokuskan pada pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun dengan
pendekatan kualitatif, yang kedua adalah memfokuskan pada pengaruh pola asuh
terhadap pembentukan akhlak anak usia 7-12 tahun dengan pendekatan kuantitatif
dan yang ketiga adalah memfokuskan pada metode bimbingan anak bagi anak usia
F. Sistematika Penulisan
BAB IV HASIL PENELITIAN terdiri dari : Pola Asuh Orang tua Dalam
LANDASAN TEORI
Anak adalah amanat bagi orang tua, hatinya yang suci bagaikan
mutiara yang bagus dan bersih dari setiap kotoran dan goresan. 1 Anak
merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi
orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dan masyarakat bertanggungjawab
penuh agar supaya anak dapat tumbuh dan berkembang manjadi manusia yang
Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak
yang fitrah beragama tauhidnya harus dibina dan dikembangkan, maka orang
tua harus menjadikan agama Islam, sebagai dasar untuk pembinaan dan
pendidikan anak, agar menjadi manusia yang bertaqwa dan selalu hidup di
jalan yang diridhoi oleh Allah SWT, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun
pada hakekatnya adalah untuk melestarikan fitrah yang ada dalam setiap diri
pribadi manusia, yaitu beragama tauhid, agama Islam. Oleh karena itu orang
13
14
anaknya dapat berhubungan dan beribadah kepada Allah dengan baik dan
benar. Oleh karena itu anak harus mendapat asuhan, bimbingan dan
pendidikan yang baik, dan benar agar dapat menjadi remaja, manusia dewasa
dan orang tua yang beragama dan selalu hidup agamis. Sehingga dengan
demikian, anak sebagai penerus generasi dan cita-cita orang tuanya, dapat
anak ini, ajaran Islam yang tertulis dalam al-Qur’an, Hadits, maupun hasil
ijtihad para ulama telah menjelaskannya secara rinci, baik mengenai pola
pengasuhan anak pra kelahiran anak, maupun pasca kelahirannya. Allah SWT
2
Chabib Thoha, Kapita Seleksi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
1996), h. 110
3
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h.571
15
merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat
terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari apa neraka adalah dengan
Sebelum mendefinisikan arti dari Pola Asuh Orang tua, perlu kita
ketahui dahulu apa arti “Pola” dan asuh itu sendiri. “Pola” berarti gambaran
supaya dapat berdiri sendiri. Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung
jawab dalam suatu keluarga atas rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-
hari lazim disebut dengan ibu dan bapak. Jadi dari definisi diatas dapat
4
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h. 1148
16
disimpulkan bahwa “pola asuh orang tua” adalah model atau cara merawat,
Pengertian pola asuh orang tua adalah ragam asuhan yang diberikan
kepada anak agar anak dapat mencapai harapan atau tujuan perkembangan
yang diinginkan. Pola asuh menunjukkan sikap atau perilaku orang tua yang
menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh
Pola asuh orang tua dapat disimpulkan bahwa pola asuh itu adalah
sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat
dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan
kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua
pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena
tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan anak yang telah dipercayakan
5
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2197933-pengertian-pola-asuh-orang-
tua/#ixzz1ur0f1ety
6
Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan
Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009), h.18
17
jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal, maka
pola asuh pengarahan menjadi 3 (tiga) yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh
permisif, dan pola asuh demokratis. Ketiga pola ini memiliki ciri-ciri
Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang
harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak.
Adapun bentuk perwujudan dari pola asuh yang memiliki jenis otoriter
biasanya Orang tua kurang responsive dengan kebutuhan anak, orang tua lebih
yang teratur dan kaku. dan anak biasanya merasa kehilangan kebebasan dan
pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-
7
Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan
Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009). h : 19
18
aturan ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang
tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang
dengan orang tua, orang tua malah menganggap bahwa semua sikapnya yang
dilakukan itu dianggap sudah benar sehingga tidak perlu anak dimintai
anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-
hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang
membatasi perilakunya. Perbedaan seperti sangat ketat dan bahkan masih tetap
Pola asuh permisif atau pemanja adalah pola asuh yang memberikan
dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Selain itu biasanya orang tua permisif lebih Orang tua permisif bersikap
responsive.8
8
Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan
Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009). h : 19
19
salah satu bentuk perlakuan yang dapat diterapkan orang tua pada anak dalam
dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan
anak. Sedangkan pada tipe ini pembentukan kepribadian pada anak cenderung
sebagai seorang kawan yang lebih berpengalaman dan turut serta dalam
9
Luluk Asmawati, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga: Mendidik Dengan
Praktik, (Jakarta: Senyum Media Press, 2009), h. 19
10
Geurngan W.A., Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1996), h. 132-133.
20
Oleh karena itu yang dimaksud dengan pola asuh demokratis adalah
pola asuh orang tua yang ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada
anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan
sebagai berikut:
1) Kedisiplinan
pengertian yang lebih luas, disiplin mengandung arti sebagai suatu sikap
berlaku.12
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 31
12
Mohamd Surya, Bina Keluarga, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003), h. 131
21
dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya
batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati
tata tertib (di sekolah atau kemiliteran), dan dapat pula berarti ketaatan pada
pengendalian diri, dengan peraturan, contoh dan teladan yang baik. Dalam
proses penanaman kedisiplinan orang tua juga harus membina hubungan baik
dengan anak-anak, agar kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tua benar-
benar diterima dan dilaksanakan oleh anak. Mengingat anak itu butuh
13
D. Soemarno, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Teta Tertib Sekolah 1998,
(Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), h. 20
14
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), cet. 12, h. 254.
22
2) Kebersamaan
hidup akan terancam punah. Dengan memiliki keahlian bekerjasama kita akan
lain.
3) Kegotong-royongan
Apabila sejak dini anak sudah ditanamkan sikap yang demikian itu, maka
Beban yang berat bisa terasa ringan jika dilakukan dengan gotong-
royong, dan pada akhirnya kita tidak merasa berat dalam menjalani hidup ini.
Demikianlah yang menjadi salah satu tugas orang tua, agar menanamkan sikap
bersikap dan bertindak dengan tegas dengan maksud agar ajaran yang
diberikan dapat diterima dan difahami oleh anak, sehingga tujuan disiplin
tercapai. Adapun tujuan disiplin menurut Ellen G. White yang dikutip oleh
23
disiplin yang kita tuntut dari anak-anak tidak boleh hanya dilihat sebagai
sarana pemaksaan yang diperlukan, bila sudah tidak ada jalan lain untuk
teladan akan efektif untuk dipraktikkan dalam pengasuhan anak. Oleh karena
itu pada saat tertentu orang tua harus menerapkan metode ini yang memberi
teladan yang baik. Cara ini akan mudah diserap dan direkam oleh jiwa anak
15
Khalilah Marhijanto, Menciptakan Keluarga Sakinah, (Gresik: Bintang Pelajar, tt.), h.
144.
16
Karin Ireland, 150 Ways to Help Your Child Succeed (terj.) Grace Styadi, 150 Cara
Untuk Membantu Anak Meraih Sukses, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 164.
17
Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 31.
18
A. Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Mimbar Pustaka,
2004), h. 152.
24
(fitrah). Potensi dasar itu tentunya harus dikelola. Selanjutnya, fitrah tersebut
usaha teratur dan terarah. Oleh karena itu pengasuhan anak melalui metode
memberi teladan yang baik saja tanpa diikuti oleh pembiasaan bejumlah cukup
dan dengan hanya meniru oleh anak, tanpa latihan, pembiasaan dan koreksi,
Menurut Khairiyah sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, orang tua harus
akhlak mulia.
mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang
a. Pengertian Disiplin
sesuatu peraturan yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung jawab.20
terhadap kelakuan, baik oleh suatu keluasan ataupun oleh individu sendiri. 22
Disiplin diri termasuk latihan untuk menghasilkan pola dari perilaku yang
sesuatu yang kita perlukan untuk membawa kita sampai kepada tujuan yang
19
Muhaimin,et,all,Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya:Citra Media, 1996), h. 21
20
Santoso Sastropoetro, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
pembangunan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, 1998), h. 747
21
Subari, Supervisi Pendididkan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar,
(Jakarta:Bumi Aksara, 1994), h. 164
22
Jawes draver, Kamus psikologi, (Jakarta:Bina Aksara, 1986), h. 110
26
adalah tepat waktu dalam menjalankannya, karena ibadah tepat waktu itu
merupakan amalan yang sangat disukai oleh Allah SWT. Disamping tepat
secara berjama’ah, berdoa dan membaca wirid setelah shalat sunnah selain
menunaikan ibadah shalat dengan teratur diawal waktu. Hal ini bisa kita latih
dengan saat kita mendengar adzan magrib maka segeralah mengajak anak-
shubuh. Akan tetapi, jika orang tua selalu membiarkannya, ini akan
berlangsung terus hingga mengginjak usia dewasa. Karena itu, sebelum hal ini
berlarut-larut lama sampai dewasa, maka orang tua harus membiasakan anak-
anak untuk bangun shubuh dan berangkat ke masjid saat suara adzan
hambatan dalam hal menanamkan disiplin ibadah ini, akan tetapi orang tua
harus terus berusaha. Jika ini sudah dibiasakan sejak usia dini InsyAllah
disiplin shalat itu akan tumbuh dengan sendirinya dan seterusnya akan lebih
berarti pada dirinya telah tumbuh control diri dan suasana hati yang
hukuman untuk perilaku yang dinilai negative dan penghargaan (hadiah) untuk
perilaku yang dinilai positif. Bahwa disiplin bagi remaja dapat membantu
23
Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, Y.S.D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
Cet.2.Jakarta: Penerbit PT. Multindo Auto Finance. BPK. Gunung Mulia, 1985, h. 77
24
Elia, H. Persepsi Remaja Mengenai Keajegan Pemberian Disiplin Orang Tua Dengan
Penyesuaian Diri Pada Remaja, Hasil Penelitian (tidak ditertibkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1987, h. 120
28
control diri dan petunjuk diri sehingga remaja dapat membuat keputusan
dengan tepat.
control diri dan arahan diri, sehingga remaja dapat mengambil keputusan
dengan tepat dan mengajarkan pada remaja bahwa perilaku akan direspon
oleh dunia dengan pemberian hukuman untuk yang dinilai negative dan
a. Dengan Pembiasaan
b. Dengan Contoh Dan Teladan
c. Dengan Penyadaran
d. Dengan Pengawasan Atau Kontrol. 25
25
Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 66-67
29
terutama dengan cara menanamkan sikap disiplin yang dilakukan orang atau
pendidik, oleh karena itu kita harus menyadari kemampuan kognitinya anak
mulai dini. Perlu kita ingat bahwa penanaman disiplin itu harus dimulai dari
dalam diri kita sendiri, sebelum kita menyuruh atau mengatur disiplinnya
orang lain.
diharapkan. 26
orang tua harus menjadi tauladan yang baik, yaitu dengan cara orang tua juga
shalat dengan tepat, agar anak juga melaksanakan dengan ikhlas tanpa adanya
ganjalan-ganjalan.
26
Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 91
30
1. Pengertian Remaja
tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh
pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja,
luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku,
mencapai dewasa. Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa,
yang sangat pesat, terutama dalam hal perubahan fisiknya maupun perubahan
perilaku dalam pergaulan sosialnya. Karena pada masa inilah masa remaja
mencari identitasnya.
27
Zakiyah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet.
II,h. 8
28
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 2009), h. 82
31
Secara teoritis rentang usia remaja dibagi dalam beberapa fase. Dalam
hal ini para ahli berbeda pendapat, dikarenakan sulitnya memberikan batas
yang pasti. Akibatnya tidak jarang terjadi adanya batas usia yang saling
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak dan
yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu
Pada masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih
29
Sururin, Ilmu Jiwa Agama,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 65
30
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h.
29
32
cepat pada awal masa remaja daripada tahap akhir masa remaja, tetapi juga
menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja
diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur. Dan apa
yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya
remaja adalah hubungan antara dia, tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari
di alami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain dapat di ringkaskan bahwa
agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan lingkungannya sedang
umur remaja. Dan gambaran remaja tentang tuhan merupakan bagian dari
31
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, h. 85
33
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta dalam buku Abdul
rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.32
masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak telah diajarkan
agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka
perkembangan agama selama masa remaja ini, Seifert dan Hoffnung dalam
32
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 77
34
become more sophisticated or complex than they were during childhood. the
secara analisis terhadap apa yang dimiliki selama ini, dan apa yang akan
diterima. Remaja sudah mulai mengadakan kritik disana sini tentang masalah
belum stabil juga akan mempengaruhi keyakinannya pada Tuhan dan pada
kelakuan keberagamaannya, yang mungkin bisa kuat atau lemah, giat atau
oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja
33
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 77
35
atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan masyarakat yang tidak
sekali.34
mempengaruhi keyakinan dan kelakuan agama mereka, maka dari itu ditandai
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa
kanak-kanak sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap
ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik
lainnya.
34
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 77
35
Istiwidayanti dan Soedjarwo, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, tt), h. 225
36
2) Perkembangan perasaan
sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang
dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja
yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih
3) Pertimbangan sosial
4) Perubahan moral
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan
tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman seperti yang
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang
suatu hipotesis atau proposisi. Jadi remaja dapat memandang masalahnya dari
3. Ibadah Shalat
pula penegakan kebenaran dan keadilan baru dapat terjamin manakala semua
ketika berkumpul, baik ketika beribadah maupun dan ketika bekerja, baik
dalam suasana damai maupun perang, dan baik dalam tingkah laku sehari-hari
maupun biasa.
hakiki ibadah terletak pada keterpaduan antara tingkah laku, perbuatan dan
pikiran, antara tujuan dan alat, serta teori dan aplikasi. Islam dengan tegas
adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan
36
Hery Noer Aly dan H. Munzier, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung
Insani,2003),h. 155
38
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, atau disebut ritual seperti : shalat, zakat,
yang bersifat kejiwaan maupun lahir yang dapat dilandasi atau memberikan
perbuatan jahat dan mungkar baik terhadap diri sendiri, masyarakat maupun
lingkungannya.
ibadah yang lainnya, karena dengan shalat merupakan tiang dari agama islam,
yang mana tegak atau robohnya agama islam itu tergantung dari sholat itu.
yang ditujukan hanya kepada Allah semata serta diawali oleh niat. Niat yang
ikhlas karena Allah semata, sehingga semua yang kita lakukan itu suatu
Shalat secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa arab yakni (Shala-
Yushali), yang berarti do’a, mendoakan. 39 Istilah shalat menurut ilmu fiqih
37
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT
Bumi Aksana, 2004), h. 240
38
Jalaludin Rahmat, Islam alternative, (Bandung:Mizan,1991) Cet ke-4, h. 6
39
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
Menurut Drs. Imron Abu Amar, Shalat menurut pengertian syara’ ialah
sembayang yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, kaum
mengerjakan amalan ini, tapi kalau sebagai remaja sudah mengetahui manfaat
39
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta:Hidakarya Agung, 1972), h.220
40
Syayid Sabiq, Fiqih Sunah, alih bahasa Mahyudin Syaf, (Bandung: Al-Maarif, 1997).
Jilid, 1, Cet ke-19, h. 191
41
Imron Abu Amar, Terjemah Fathul Qarib, (Kudus: Menara, 1982), h.71
42
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka), h. 771
40
ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan
diajarkan oleh agama islam yang atas dasar cahaya dan petunjuknya kaum
hakekatnya satu sama lain saling berkaitan dan merupakan suatu yang sulit
dipisahkan. Shalat ialah shalat yang mempunyai jasmani dan rohani, bukan
sekedar gerakan dan ucapan secara lahiriyah saja, akan tetapi harus disatukan
dengan hati dan pikiran. Dan shalat jg merupakan salah satu cara
berkomunikasi langsung dengan Allah SWT, karenanya jika kita ingin shalat
kita diterima Allah SWT, maka perlu rasanya memahami shalat dengan
sebener-benarnya.
ع
َ ﻄ ﱠﻮ
ن َﺗ ﱠ
ْ ﺲ ِإﻻﱠ َأ
َ ﺨ ْﻤ
َ ت ا ْﻟ
ِ ﺼَﻠﻮَا
ل اﻟ ﱠ
َ ﻼةِ ﻓَﻘَﺎ
َ ﺼ
ﻲ ﻣِﻦَ اﻟ ﱠ
ض اﻟﱠﻠﮫُ ﻋََﻠ ﱠ
َ َﺧﺒِ ْﺮﻧِﻲ ﻣَﺎذَا َﻓﺮ
ْ ﯾَﺎ َرﺳُﻮلَ اﻟﱠﻠﮫِ َأ
ﺷ ْﯿﺌًﺎ
َ
43
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqi, Pedoman Shalat, (Semarang:PT: Pusaka
Rizki Putra, 2000), h. 62
44
Rif’at Syauqi Nawawi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, (Jakarta:Fikahati Aneska, 2001), h.
11
45
Kitab Sahih Al-Bukhari II: 669
41
Shalat lima waktu adalah salat wajib yang dilaksanakan lima kali
sehari. Hukum salat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah
menurunkan perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Kelima shalat lima
a. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar
shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh
b. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah
Ashar.
Matahari, hingga hilang cahaya (sinar) mega yang merah di waktu senja
e. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya' diawali dengan hilangnya cahaya
keesokan harinya.
46
S.A.Zainal Abidin, Kunci Ibdah, (Semarang:CV. Toha Putra, 1951), h.39
42
Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 103:
fardlu (wajib) juga ditentukan waktunya baik pagi, siang dan malam. Ini
dengan sang pencipta, yang telah memberikan smua yang ada dimuka bumi
ini. Di dalam sholat terkandung doa-doa yang sangat berarti bagi kehidupan.
Bagi orang yang memahami makna sholat, sesungguhnya dia akan mengejar
47
Zakiah Darajat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta: CV. Ruhana, 1996),
h.37.
48
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h.138
43
waktu amanat tersebut, karena dengan shalat, dia mempunyai kekuatan untuk
batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus
Dengan kedisiplinan shalat, maka akan terbentuk kepribadian islam yang utuh.
shalat juga merupakan ibadah yang mengandung hikmah dan keutamaan yang
SAW bersabda: “Barang siapa yang menjaga shalat, maka shalat itu akan
menjadi cahaya, pembela dan penyelamat pada hari kiamat, dan barang siapa
yang tidak menjaga shalatnya, maka tidak ada cahaya pembela dan
Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan
Thabrani). 49
49
Sudirman Tebba, “Nikmatnya Shalat Jama’ah”, (Ciputat:Tangerang,Pustaka irVan,
2008) h.1
44
Sebuah ayat dalam Al-Qur’an menjelaskan makna lain dari ibadah yaitu: 50
Karena itu shalat juga merupakan wujud ketaatan pada perintah Tuhan
dipelihara, dijaga dan diperhatikan oleh orang tua. Sejauh mana orang tua
menunaikan amanat ini, sejauh itu pula ia telah bertanggung jawab atas
50
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h. 61
51
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h : 2
45
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Berikut ini beberapa
disuruh sholat, nanti-nanti saja kalau sudah gede”. Hal tersebut selain
menjadikan anak tidak terbiasa sholat sejak dini, juga bertentangan dengan
وإذا ﺑﻠﻎ ﻋﺸﺮ ﺳﻨﯿﻦ ﻓﺎﺿﺮﺑﻮه ﻋﻠﯿﮭﺎ.ﻣﺮوا اﻟﺼﺒﻲ ﺑﺎﻟﺼﻼة إذا ﺑﻠﻎ ﺳﺒﻊ ﺳﻨﯿﻦ
“Perintahkanlah anak utk shalat jika sudah mencapai usia 7 tahun, &
jika sudah berusia 10 tahun, pukullah mereka (jika tak mau diperintah) agar
shalat melaksanakan shalat” (HR. Abu Daud, Turmudzi & dinilai shahih al-
Albani).
Secara psikologi anak usia belajar (6-10 tahun) berada pada fase
SAW mengingatkan
ٌ ﻗَﺎ َل ﻣَﺎ ِﻟ: ِإرْﺟ ُِﻌﻮُا ِإﻟَﻰ َأھْﻠِﯿ ُﻜﻢْ ﻓَ َﺄﻗِﯿﻤُﻮا ﻓِﯿ ِﮭﻢْ َوﻋَﱢﻠﻤُﻮھُﻢْ َوﻣُﺮُو ُھﻢْ وَ َذﻛَ َﺮ َأﺷْﯿَﺎ َء َأ ﺣْ َﻔﻈُﮭَﺎ
ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل اﻟﻠﱠﮫ: ﻚ
saya sudah tidak ingat, dan salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
salat….”52 (HR.Bukhori)
yang baik dengan yang buruk, anak diperintah sholat, tetapi semarak televisi
pada waktu-waktu sholat sangat memikat. Orang tua yang berfikir agamis,
menggema mungkin anak merengek bahkan akan marah, tetapi bila orang tua
shalat berjamaah di majid Insya Allah anak akan mengerti dan mau untuk
shalat.
anak.
Era kerja sering kali mengabaikan perhatian pada anak terutama dalam
52
Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, I: 226. no. 605
47
Anak kandang berfikir”Saya tidak sholat tidak ada apa-apa kok, gak
ada yang marahi”. Orang tua dapat menerapkan aturan misalkan kalau tidak
sholat di masjid atau tidak tepat waktu dihukum memebaca istighfar sebanyak
100 kali. Selain sangsi berilah dia hadiah. Hadiah itu tidak selalu barang,
Tak kalah penting adalah memperkuat doa kepada Allah agar kita
َﻦ اﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﯿﻦ
َ ﺐ ﻟِﻲ ِﻣ
ْ ََربِّ ھ
Shalat merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim, kita pun tahu
orang yang melalaikan shalat akan mendapat ganjarannya pula, oleh karena itu
1. Orang yang meninggalkan shalat karena malas dan tetapi ia tetap yakin
53
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
penterjemah Al-Qur’an, 1983), h. 895
48
shalat itu suatu kewajiban. Kedudukan orang yang seperti itu bisa
menolak boleh di bunuh dengan syarat telah di beri peringantan tiga kali
seorang hamba yang dikuasai Allah. Setiap kali dirinya lupa akan hakikat
itu, lantaran terdesak oleh berbagai kesibukan duniawi, maka waktu shalat
yang hakiki selain Allah, sekalipun di dunia yang melihat banyak perantra
54
Drs. Abu Zaki Ahmad,477 Tanya Jawab Agama Islam,(Jakarta:Rica Grafika:1996.
h.77
55
Ibid, h. 76-77
49
hidupnya siang atau malam, manusia hampir tidak pernah lepas dari
berbuat dosa, besar atau kecil. Maka dengan shalat ia berkesempatan untuk
memperbaiki diri.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Terbentuknya
Selatan. Cikal bakal perumahan ini bermula dari lahan pertanian dan
menjadi rumah – rumah sederhana yang terdiri dari 3 tipe yaitu tipe 21, tipe 27
tersebut banyak diminati oleh banyak yang minat mempunyai tempat tinggal
1
Hasil Wawancara dengan sekretaris RW 07, pada tanggal 3 Desember 2012.
50
51
B. Letak Geografis
perumahan ini cukup terkenal karena namanya diambil dari nama kampung
Pondok Aren dan semakin terkenal adanya pasar malam setiap minggu malam,
wilayah tersebut mudah dijangkau oleh angkutan kota C09 dari lebak bulus –
dengan kawasan Bintaro, penduduk di sana sekitar 650 jiwa yang terdiri dari
yang dipilih secara demokratis. Setiap ketua RT adalah pilihan warga yang
kemasyarakatan.
52
C. Data Penduduk RW 07
SD : 212 orang
SMP : 45 orang
SMA : 50 orang
Manula : 40 orang2
maju, karena dalam segala kegiatan rutinitas dari bulanan, mingguan sampai
beragama Islam hampir 95% beragama Islam. Maka untuk memenuhi segala
1. Masjid Jami Baitul akbar, masjid yang telah dibangun di dalam perumahan
2
Sekretatiat RW 07, Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Rukun Warga 07 Periode
2006-2012.
53
rutinitas sebagian dari kaum ibu dan bapak yang mengikuti pengajian
tersebut.
diadakan sebulan sekali dan banyak warga khususnya kaum ibu yang ikut
5. Kegiatan Taekondo.
6. Sarana Olahraga.
3
Sekretatiat RW 07, Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Rukun Warga 07 Periode
2006-2012.
BAB IV
anaknya, orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anaknya. Oleh karena itu dibutuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh
optimal. Pola asuh yang diterapkan orang tua dalam pembentukan sikap
Selatan, ada tiga pola yakni pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola
asuh otoriter.
Pola asuh adalah tata cara asuhan yang diberikan kepada anak agar
anak dapat mencapai harapan atau tujuan perkembangan yang diinginkan Pola
asuh orang tua itu ada tiga yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola
asuh demokratis.
informan yang memiliki anak yang sudah remaja dan bersedia di wawancarai
pola asuh orang tua terhadap anak remaja dalam menjalankan disiplin ibadah
asuh ini terbagi pada dua keluarga pola asuh demokratis, dua keluarga pola
asuh permisif dan satu keluarga pola asuh otoriter. Di antaranya adalah :
54
55
a. Keluarga I
Keluarga I adalah keluarga Bapak KHI dan isterinya Ibu ES, dan
Tangerang Selatan. 1
terhadap anaknya, DML lebih di dominasi oleh Bapak KHI, yang berpropesi
sebagai wiraswasta. Pola asuh yang diterapkan bapak KHI adalah memberikan
memahami aturan dan memiliki rasa tanggung jawab. Pola asuh yang di
terapkan bapak KHI dalam shalat sangat disiplin, sehingga anak-anak tidak
rumah sebelum mereka melakukan shalat, jika sudah masuk waktunya untuk
shalat. Bahkan saat bapak KHI jauh dari anaknya ia akan mengingatkan lewat
b. Keluarga II
Keluarga II adalah keluarga Bapak Spn dan isterinya Ibu SL, dan
Tangerang Selatan. 2.
1
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak KHI, penelitian terjadi tanggal 16
Desember, hari Minggu, jam 16.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak KHI.
2
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak SPN, penelitian terjadi tanggal 23
Desember, hari Minggu, jam 18.00 Wib di kediaman keluarga Bapak SPN.
56
terhadap anaknya, ROH lebih di dominasi oleh Bapak SPN yang berpropesi
sebagai pegawai negeri sipil, pola asuh yang diterapkan Bapak SPN adalah
shalat, displin waktu dan berprilaku sopan kepada siapapun yang sudah
dikenal ataupun yang belum dikenal.sejak kecil sudah dibina dengan terbiasa
shalat dimasjid, karena shalat tepat waktu itu lebih baik daripada harus
terapkan sejak mereka masih kecil dan anakpun tidak kehilangan waktu untuk
kegiatannya sendiri.
dengan tidak melewati segala batasan dan aturan yang telah ditetapkan dan
c. Keluarga III
Keluarga III adalah keluarga Bapak HW dan isterinya Ibu SR, dan
Tangerang Selatan.3
penerapan, orang tua hanya memberikan informasi tentang agama tanpa harus
selebihnya diserahkan kepada anak untuk mengerjakan shalat atau tidak bukan
suatu permasalahan.
d. Keluarga IV
Keluarga IV adalah keluarga Bapak DAR dan isterinya Ibu YUL, dan
Tangerang Selatan. 4
Keluarga bapak DAR dan ibu YUL dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya KYAH lebih di dominasi oleh Bapak DAR, yang berprofesi
sebagai wiraswasta. Pola asuh yang diterapkan bapak DAR adalah mendidik
anak dan mengarahkannya dengan ucapan kepada anak, seperti memberi tahu
3
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak HW, penelitian terjadi tanggal 16
Desember, hari minggu, jam 18.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak HW.
4
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak DAR, penelitian terjadi tanggal 19
Desember, hari rabu, jam 10.00 Wib di kediaman keluarga Bapak DAR.
58
apa yang harus anak ketahui, terlalu membebaskan anak sehingga dalam
sering kesiangan di waktu pagi hari jadi tidak terlalu memfokuskan anak untuk
permisif. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang diberikan orangtua
bimbingan, perhatian dan pengawasan terhadap anak, namun orang tua tipe ini
e. Keluarga V
Bapak MUR dan isterinya Ibu MAR, dan anaknya bernama KML, usia
Keluarga bapak MUR dan ibu MAR dalam memberikan pola asuh
terhadap anaknya KML lebih di dominasi oleh Bapak MUR, yang berpropesi
sebagai wiraswasta. Pola asuh yang diterapkan bapak MUR adalah dalam
keluarga ini Orangtua menjadi peran penting dalam keluarga, orangtua yang
5
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak MUR, penelitian terjadi tanggal 20
januari, hari minggu, jam 18.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak MUR.
59
depan atau toilet. Mengajarkan anak seperti itu bermaksud agar menjadi anak
yang disiplin, sukses dan bisa menghargai waktu sehingga sangat minim
berperan penting, jika agamanya sudah diajarkan dengan baik maka yang lain
mengikuti.
otoriter. Pola asuh otoriter berlawanan dengan pola asuh permisif, pola asuh
otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang tua dengan
menentukan sendiri aturan-aturan, orang tua berkuasa dalam segala hal, tidak
ada kebebasan dan kemandirian, dan tidak ada musyawarah dalam keluarga.
berbagai macam pola asuh yaitu diantaranya : pola asuh demokratis, pola asuh
permisif dan pola asuh otoriter. Penulis menyimpulkan bahwa pola asuh
yang bersifat positif. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang tidak
memberikan pengawasan dan pengarahan pada tingkah laku anak, orang tua
bersikap hangat dan responsive terhadap anak. Pola asuh ini lemah dalam
disiplin dan tidak melatih kemandirian anak. Dan pola asuh orang tua yang
60
otoriter adalah pola asuh yang diterapkan orang tua yang memberikan
pengawasan kaku, kurang hangat, disiplin kaku dan tidak mau menjelaskan
yang seringkali sangat jauh berbeda. Entah itu latar belakang keluarga,
terhadap anak.
Dalam pola asuh orang tua tidak selamanya berjalan sesuai dengan
keinginan. Ada yang menjadi faktor penghambat dalam pola asuh orang tua
dari masa bayi, kanak-kanak, remaja sampai dewasa. Namun dalam penelitian
ini mengenai pola asuh terhadap remaja, maka hanya difokuskan pada pola
dari kanak-kanak menuju dewasa (Zakiah daradjat). Masa remaja juga dapat
remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam
terapkan pada pola asuh permisif6 adalah sering kali terjadi pertentangan
pendapat antara orang tua dan anak - anaknya yang telah remaja atau dewasa.
mengikuti arus dan mode yang sekarang sangat modern didunia remaja,
Faktor penghambat pola asuh orang tua terhadap anak remaja dalam
pola asuh demokratis7 adalah lingkungan sekolah, media sosial, games online
penghambat dalam pola asuh yang telah diterapkan orang tua. Pikiran anak
remaja itu masih labil, banyak kemauan atau rasa ingin tau terhadap hal yang
baru, dengan keadaan yang seperti itu bisa membuat pikiran anak tersebut
6
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak HW, penelitian terjadi tanggal 16
Desember, hari minggu, jam 18.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak HW dan Wawancara pribadi
penulis dengan keluarga Bapak DAR, penelitian terjadi tanggal 19 Desember, hari rabu, jam 10.00
Wib di kediaman keluarga Bapak DAR.
7
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak KHI, penelitian terjadi tanggal 16
Desember, hari Minggu, jam 16.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak KHI dan Wawancara pribadi
penulis dengan keluarga Bapak SPN, penelitian terjadi tanggal 23 Desember, hari Minggu, jam
18.00 Wib di kediaman keluarga Bapak SPN.
62
Faktor penghambat pola asuh orang tua terhadap anak remaja dalam
pola asuh otoriter 8adalah tidak jauh berbeda dengan pola asuh demokratis dan
permisif, akan tetapi dalam pola asuh otoriter ini semua yang berkuasa dalam
segala hal adalah orangtua, yang menentukan akan kebebasan dan kegiatan
pada keinginan remaja atau “mood” dalam situasi yang bagus atau tidak, jika
mood tidak dalam kondisi bagus maka anak tidak melakukan keinginan atau
perintah orangtua dengan sepenuh hati, akan tetapi jika mood dalam kondisi
yang stabil maka akan melakukan perintah orangtua dengan baik dan benar
sesuai yang diinginkan orangtua. Dan jika demikian orang tuapun akan merasa
senang dan puas akan hasil yang telah didapat, dan hubungan orang tua dan
anakpun akan menjadi baik, sehingga anakpun tidak merasa dirinya sangat
misalnya, anak mempunyai bakat di sekolah sebagai atlet tapi orang tua
sekolah misalnya, tauran remaja, pacaran dan sex bebas. Adapun media sosial
Berdasarkan penjelasan di atas hal tersebut yang saat ini bisa menjadi
penghambat pola asuh orang tua karena semua bisa mempengaruhi pola pikir
remaja.
8
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak MUR, penelitian terjadi tanggal 20
januari, hari minggu, jam 18.00 Wib, di kediaman keluarga Bapak MUR.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Pola Asuh Orang Tua
sebagai berikut :
Tangerang Selatan. Orang tua memiliki cara pola asuh tersendiri dalam
mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola orang tua tentu
berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Hasil dari
penelitian ada tiga pola asuh yang diterapkan orang tua di Perumahan
tersebut yakni pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh
otoriter.
pola asuh yang telah diterapkan orang tua. Faktor penghambat pola
asuh orang tua terhadap remaja yang di terapkan pada pola asuh
63
64
tua dan anak - anaknya yang telah remaja atau dewasa. Faktor
penghambat pola asuh orang tua terhadap anak remaja dalam pola asuh
otoriter adalah tidak jauh berbeda dengan pola asuh demokratis dan
permisif, akan tetapi dalam pola asuh otoriter ini semua yang berkuasa
B. Saran
dengan seperti itu akan tumbuh kedekatan yang erat kepada anak, akan
lebih baik jika orang tua mampu berkomunikasi dengan baik kepada
malu atau takut ketika ingin mengutarakan sesuatu kepada orang tua.
anak.
65
mendekatkan pribadi anak dan orang tua dalam pendidikan dan agama
DAFTAR PUSTAKA
1991).
Aly, Hery Noer dan H. Munzier, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska
Agung Insani,2003).
Cet. II.
Durkheim, Emile, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990).
Haneef, Suzane, Islam Dan Muslim, terj. Siti Zaenab Luxfiati, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1993).
Ireland, Karin, 150 Ways to Help Your Child Succeed (terj.) Grace Styadi,
150 Cara Untuk Membantu Anak Meraih Sukses, (Jakarta: Erlangga,
2003).
Sabiq, Syayid, Fiqih Sunah, alih bahasa Mahyudin Syaf, (Bandung: Al-
Maarif, 1997). Jilid, 1, Cet ke-19.
Nama : KH
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Bagaimana pola asuh orangtua bapak dan ibu terhadap anak terutama dalam
sikap keberagamaan?
Saya memberikan uluran kepada anak akan tetapi dengan segala batasan-
batasan yaitu tidak meninggalkan apa yg saya wajibkan misalnya : tidak
dengan meninggalkan sholat 5 waktu, karna saya sangat menekan hal itu
agar tidak ditinggalkan, apalagi anak itu sudah memasuki masa remaja dan
bila mana sedang berada diluar rumah memberi kabar dan pulang pada
waktu yang sewajarnya (tidak sampai larut malam).
3. Sejak usia berapakah bapak dan ibu sudah mengenalkan pendidikan agama
pada anak terhadap tuhan (Allah)?
Sejak anak saya kecil kira – kira umur 2 tahun. Bahkan saya
mengikutsertakan anak saya di sekolah paud (pendidikan usia dini)
4. Lalu bagaimana dengan shalat? Sejak kapan bapak dan ibu sudah
mengajarkan anak tentang ibadah shalat?
usia 2 tahun anak saya sudah saya ajarkan dan kenalkan tentang sholat akan
tetapi, dia baru bisa mengikuti gerakannya saja, kemudian kira-kira umur 4
tahun dia sudah bisa membaca doa dan surat – surat pendek walaupun
ucapannya masih belum jelas.
5. Apakah dampak terhadap anak dengan pola asuh tersebut?
Oohh… dampaknya positive. Bahkan sampai saat remaja ini rasa
kesadarannya mulai timbul bahwa sholat itu bukan hanya kewajiban akan
tetapi juga kebutuhan untuk kehidupan sehari – hari. Seandainya dirumah
anak saya pun ke masjid tanpa di suruh, karna saya pribadi pun
mencontohkan seperti itu, ketika adzan saya kemasjid bilamana waktu sedang
tidak sibuk.
7. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak terutama terhadap sikap
keberagamaan anak anda?
Seluruh anggota keluarga, bahkan dari saya sebagai orangtuanyapun
mencontohkan hal-hal yang baik dan positive.
8. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan
ilmu agama?
Untuk tetap menjaga sholat 5 waktu disertai dengan berprilaku baik dengan
semua orang, dan menghormati yang lebih tua serta tidak meninggalkan
kewajiban dia disekolah.
9. Apakah bapak dan ibu sudah merasa cukup atau puas dalam pengawasan anak
sampai saat ini?
Sampai sejauh ini ada rasa puas dengan segala hal yang saya berikan kepada
anak, tapi tidak merasa cukup karna perlu di pantau untuk setiap harinya,
karna kehidupan di masa remaja itu adalah masa yang sangat rawan dengan
keadaan luar terutama dalam pertemanan, kan bisa saja banyak godaan dan
ketemu dengan hal-hal yang baru yang merubah pola pikirnya.
10. Hasil seperti apa yang telah dicapai dan didapatkan sampai saat ini dengan
pola asuh yang telah diterapkan terhadap anak bapak dan ibu?
sampai saat ini hasil itu terlihat dengan rajinnya anak untuk beribadah
khususnya shalat 5 waktu dan tingkah lakunya pun tidak sering melawan
bahkan menuruti apa yang saya berikan kepada anak saya.
Nama : HW
Pekerjaan : Pengusaha
Tempat : Kediaman keluarga Bapak HW
2. Bagaimana pola asuh orangtua bapak dan ibu terhadap anak terutama dalam
sikap keberagamaan?
Dari kecil sudah diajarkan tentang agama, dan saya sekolahkan anak di TPA
3. Sejak usia berapakah bapak dan ibu sudah mengenalkan pendidikan agama
pada anak terhadap tuhan (Allah).
Sekiranya 4 tahun.
4. Lalu bagaimana dengan shalat? Sejak kapan bapak dan ibu sudah
mengajarkan anak tentang ibadah shalat?
Waktu kecil anak saya baru bisa mengikuti dan mulai memasuki sekolah
dasar saya mengajarkan bagaimana cara shalat.
7. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak terutama terhadap sikap
keberagamaan anak anda?
Keluarga dan guru
8. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan
ilmu agama?
Selalu diingatkan shalat 5 waktu, menghormati orang lain dan berkelakuan
baik terhadap siapapun.
9. Apakah bapak dan ibu sudah merasa cukup atau puas dalam pengawasan anak
sampai saat ini?
Belum, karena masih banyak kekurangan sampai saat ini.
10. Hasil seperti apa yang telah dicapai dan didapatkan sampai saat ini dengan
pola asuh yang telah diterapkan terhadap anak bapak dan ibu?
Dalam kekeluargaan anak selalu bercerita ketika ada sesuatu yang baru akan
tetapi dalam shalat 5 waktu lebih sedikit dikerjakannya.
Nama : DAR
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat : Kediaman keluarga Bapak DAR
2. Bagaimana pola asuh orang tua bapak dan ibu terhadap anak terutama dalam
sikap keberagamaan?
Memberitahu anak tentang agama, apa itu puasa, shalat 5 waktu, dan
memberikan contoh kepada anak bagaimana cara shalat itu.
3. Sejak usia berapakah bapak dan ibu sudah mengenalkan pendidikan agama
pada anak terhadap tuhan (Allah).
Sejak kecil, sewaktu masuk Tk umur 5 tahun.
4. Lalu bagaimana dengan shalat? Sejak kapan bapak dan ibu sudah
mengajarkan anak tentang ibadah shalat?
Sewaktu anak saya masuk TK sudah tau apa itu shalat dan diajarkannya
disekolah juga sekiranya sewaktu sekolah dasar.
7. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak terutama terhadap sikap
keberagamaan anak anda?
Guru dan orangtua
8. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan
ilmu agama?
Memberitahu agar untuk sholat dan menghormati sesame.
9. Apakah bapak dan ibu sudah merasa cukup atau puas dalam pengawasan anak
sampai saat ini?
Belum
10. Hasil seperti apa yang telah dicapai dan didapatkan sampai saat ini dengan
pola asuh yang telah diterapkan terhadap anak bapak dan ibu?
Anak menghormati orangtua dan masih terlalu cuek akan kepentingan
agama, khususnya sholat.
Nama : MUR
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat : Kediaman keluarga Bapak MUR
2. Bagaimana pola asuh orangtua bapak dan ibu terhadap anak terutama dalam
sikap keberagamaan?
Untuk soal agama saya sangat mengontrol anak,
3. Sejak usia berapakah bapak dan ibu sudah mengenalkan pendidikan agama
pada anak terhadap tuhan (Allah).
Sejak anak masih kecil kira-kira 3 tahun.
4. Lalu bagaimana dengan shalat? Sejak kapan bapak dan ibu sudah
mengajarkan anak tentang ibadah shalat?
Sejak masih kecil saya sudah terbiasa mengajarkan anak sholat setiap hari
bahkan dengan memberi contoh untuk sering mengajaknya sholat 5 waktu.
7. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak terutama terhadap sikap
keberagamaan anak anda?
Keluarga dan orangtua
8. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan
ilmu agama?
Dengan rajin shalat 5 waktu dan tidak melanggar segala peraturan yang
telah ditetapkan dalam keluarga.
9. Apakah bapak dan ibu sudah merasa cukup atau puas dalam pengawasan anak
sampai saat ini?
Sampai saat ini cukup maksimal akan tetapi harus terus decontrol sampai
dewasa.
10. Hasil seperti apa yang telah dicapai dan didapatkan sampai saat ini dengan
pola asuh yang telah diterapkan terhadap anak bapak dan ibu?
Anak lebih disiplin dengan waktu, berprestasi baik dan selalu menuruti apa
yang orangtua katakana.
Nama : SPN
2. Bagaimana pola asuh orangtua bapak dan ibu terhadap anak terutama dalam
sikap keberagamaan?
Mengajarkan shalat 5 waktu dan mengaji. Selalu mengajarkan anak segala
hal yang positive, Serta tidak juga meninggalkan kewajiban anak disekolah.
3. Sejak usia berapakah bapak dan ibu sudah mengenalkan pendidikan agama
pada anak terhadap tuhan (Allah).
Sejak umur 2 tahun.
4. Lalu bagaimana dengan shalat? Sejak kapan bapak dan ibu sudah
mengajarkan anak tentang ibadah shalat?
Sejak anak masih kecil umur 2 tahun, saya menyekolahkan anak di pesantren
untuk anak kecil yang mengajarkan pengetahuan agama termasuk shalat,
sehingga sudah mengetahui tentang agama dan sekarangpun sudah terbiasa
untuk melaksanakan ibadah seperti : shalat 5 waktu, mengaji dan puasa.
7. Siapa sajakah yang berperan dalam mendidik anak terutama terhadap sikap
keberagamaan anak anda?
Keluarga, Orangtua dan Guru
8. Bagaimana cara bapak dan ibu menggabungkan pola asuh keluarga dengan
ilmu agama?
Melakukannya dengan kehidupan sehari-hari seperti solat di masjid dengan
keinginan anak bermain.
9. Apakah bapak dan ibu sudah merasa cukup atau puas dalam pengawasan anak
sampai saat ini?
Melihat perubahan pada anak merasa kepuasana tersendiri, akatn tetapi
perlu pengawasan lebih agar tidak terpengaruh dengan dunia luar.
10. Hasil seperti apa yang telah dicapai dan didapatkan sampai saat ini dengan
pola asuh yang telah diterapkan terhadap anak bapak dan ibu?
Anak lebih mandiri dan tidak macam – macam.
Struktur Organisasi Rw 07
KETUA RW 07
Suprapto
SEKRETARIS BENDAHARA
Usama Basri, SE Suhendri, SE
SEKSI - SEKSI
Seksi Keamanan
1. H. Murzami Alwi
Ketua PKK