Anda di halaman 1dari 99

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU BATAK TOBA YANG

TIDAK MEMILIKI ANAK LAKI-LAKI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Sarjana Psikologi

Oleh
ADINDA FARADIBA SITOMPUL
141301129

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
KOMITMEN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU BATAK TOBA YANG
TIDAK MEMILIKI ANAK LAKI-LAKI

Adinda Faradiba Sitompul dan Eka Ervika, M.Si, Psikolog


ABSTRAK

Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa


yang membutuhkan komitmen pernikahan untuk mewujudkan keberhasilan
pernikahan. Umumnya setiap individu memiliki nilai masing-masing dalam
menjalankan kehidupan pernikahannya. Sehingga nilai budaya dari etnis
seseorang juga turut mempengaruhi kehidupan pernikahan. Batak Toba
merupakan salah satu etnis yang ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang
tidak memiliki anak laki-laki. Komitmen pernikahan diukur dengan menggunakan
skala komitmen pernikahan yang disusun berdasarkan 3 aspek komitmen
pernikahan oleh Johnson dan koleganya (1999), yaitu personal, moral, dan
struktural. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 100 orang yang
merupakan suami dan istri Suku Batak Toba, tidak memiliki anak laki-laki,
rentang usia 24-65 tahun. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan
mengkategorikan komitmen pernikahan ke dalam kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92% dari subjek
tergolong dalam kategori tinggi, 8% kategori sedang, dan 0% untuk kategori
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan Batak Toba yang tidak memiliki
anak laki-laki memiliki komitmen pernikahan yang tinggi, dimana pasangan
memiliki konsep mengenai masa depan dari hubungan mereka dan motivasi untuk
melanjutkan hubungan.

Kata kunci: komitmen pernikahan, individu Batak Toba, tidak memiliki


anak laki-laki

i
Universitas Sumatera Utara
MARRIAGE COMMITMENT IN INDIVIDUALS OF BATAK TOBA WHO
DO NOT HAVE SON

Adinda Faradiba Sitompul dan Eka Ervika, M.Si, Psikolog


ABSTRACT

Marriage is one of the developmental tasks in adulthood that requires


marriage commitment to actualize marital success. Generally every individual has
their own values to go through their married life. So that the cultural values of
one's ethnicity also influence marriage life. Batak Toba is one of the ethnic groups
in Indonesia. This study aims to obtain a picture of marriage commitment in
individuals of Batak Toba who do not have son. Marriage commitments are
measured using a marriage commitment scale based on 3 aspects of marriage
commitment by Johnson and colleagues (1999), namely personal, moral and
structural. The subjects involved in this study were 100 people who were husband
and wife of the Batak Toba Tribe, had no son, aged 24-65 years old. Data
analysis used descriptive statistics by categorizing marriage commitments into
high, medium, and low categories. The results of the study show that as many as
92% of subjects belong to the high category, 8% are in the medium category, and
0% are in the low category. This shows that Batak Toba couples who do not have
son have high marital commitments, where the couple has a concept of the future
of their relationship and motivation to continue the relationship.

Keywords: marriage commitment, individuals of Batak Toba, do not have son

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta‟ala yang senantiasa memberikan berkah, nikmat dan kemudahanNya kepada

penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Komitmen

Pernikahan Pada Individu Batak Toba yang Tidak Memiliki Anak Laki-

Laki”. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak.

Terima kasih penulis ucapkan teristimewa untuk kedua orangtua tersayang ,

Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., dan Dra. Rosmery Siregar, M.Pd. Terimakasih

untuk semua kasih sayang, do‟a, pengorbanan, didikan dan semangat yang

sangat berarti. Semoga penulis dapat memberikan yang terbaik sekaligus

menjadi anak yang dapat dibanggakan untuk Papa dan Mama tercinta. Terima

kasih juga kepada Kakak dan Abang Puteri Lestari Sitompul, S.E., Haryani

Pratiwi Sitompul, S.E., M.Si., Rifqi M. Arfan Sitompul, Amd. S.E., serta

keponakan kecilku tersayang Uwais yang senantiasa memberikan motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kemudian tak lupa pula terima kasih

kepada Opung yang selalu mendorong saya untuk menyelesaikan studi ini

secepatnya.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan bantuan, terutama kepada :

1. Bapak Zulkarnain Amien, Ph.D, Psikolog. selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara beserta Wakil Dekan I, II, dan III;

iii
Universitas Sumatera Utara
2. Para Dosen Pengampu terutama Ibu Eka Ervika, M.Si., Psikolog selaku

Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak bantuan, arahan, dan

masukan dalam penulisan skripsi;

3. Para dosen penguji Ibu Liza Marini, M.Psi, Psikolog dan Ibu Ika Sari

Dewi, M.Pd, Psikolog yang telah memberikan saran serta bantuan dalam

perbaikan skripsi ini untuk menjadi yang lebih baik.

4. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara;

5. Responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian, beserta

rekan yang telah menjadi perantara terutama untuk Kak Rorez

Simanjuntak, Kak Dian Meylani Putri Harahap, dan Windy Nainggolan;

6. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabatku Rizka Faradiba dan Reskita

Nugra Puspha Lubis yang telah setia menemani selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini.

7. Kepada sahabat lainnya Adinda Safriani Rangkuti, Dian Meylani Putri

Harahap, Alfisyahrina Febriani Barus, Allessia Titusa, Maya Isfahani

Putri, dan Fauziah Rahmadina Siregar yang telah menjadi pendengar

yang baik untuk keluh kesah peneliti. Teruntuk semua teman dan sahabat

yang telah memberikan dukungan, semangat dan bantuan kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi;

8. Kepada rekan seperjuangan di Departemen Perkembangan khususnya

Putri Zowani yang selalu saling mendukung dan berbagi suka dan duka

dalam menyelesaikan skripsi dan Mahasiswa/i Psikologi Angkatan 14

Universitas Sumatera Utara.

iv
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan kemampuan penulis, karenanya penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap

agar penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2018

Penulis

(Adinda Faradiba Sitompul)

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 9
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 11


A. Pernikahan .............................................................................. 11
1. Definisi Pernikahan ............................................................ 11
2. Tujuan Pernikahan .............................................................. 12
3. Kebutuhan dalam Pernikahan ............................................. 12
4. Pernikahan Pada Masa Dewasa .......................................... 13
B. Komitmen Pernikahan ............................................................ 14
1. Definisi Komitmen Pernikahan .......................................... 14
2. Aspek-Aspek Komitmen Pernikahan ................................. 16
3. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Pernikahan .......... 18
C. Suku Batak Toba .................................................................... 21
1. Kekerabatan ........................................................................ 21
2. Ciri-Ciri Umum Perkawinan .............................................. 22
3. Ketentuan Perkawinan ........................................................ 23
4. Anak-Anak yang Lahir dari Perkawinan ............................ 23
5. Anak Laki-Laki Sebagai Ahli Waris .................................. 24
6. Hak Anak Perempuan ......................................................... 24
7. Mengangkat Anak............................................................... 25

vi
Universitas Sumatera Utara
8. Beristri Dua (Bigami) ......................................................... 25
9. Perceraian (Porsirangan)..................................................... 26
D. Komitmen Pernikahan Pada Pasangan Etnis Batak Toba
yang Tidak Memiliki Anak Laki-Laki ................................... 27
E. Paradigma Teoritis .................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 33


A. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 33
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 33
C. Sampel Dan Populasi Penelitian............................................. 34
1. Populasi dan Sampel ........................................................... 34
2. Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 35
D. Alat Ukur Penelitian ............................................................... 36
E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ...................................... 38
1. Validitas Alat Ukur ............................................................. 38
2. Reliabilitas Alat Ukur ......................................................... 38
3. Uji Beda Daya Aitem ......................................................... 39
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ....................................................... 39
G. Prosedur Penelitian................................................................. 41
1. Tahap Persiapan Penelitian ................................................. 42
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................ 42
3. Tahap Pengolahan Data ...................................................... 42
H. Metode Analisis Data ............................................................. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 44


A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................... 44
1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin .................................................................................. 44
2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan
Agama ..................................................................................... 44
3. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan
Usia ......................................................................................... 45

vii
Universitas Sumatera Utara
B. Hasil Utama Penelitian ........................................................... 45
1. Gambaran Komitmen Pernikahan Secara Umum ............... 46
2. Gambaran Komitmen Pernikahan Berdasarkan Aspek ...... 47
C. Hasil Tambahan ...................................................................... 51
1. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin ......................................................................... 51
2. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Agama ..................................................................................... 51
3. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Usia ......................................................................................... 52
D. Pembahasan ............................................................................ 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 61


A. Kesimpulan............................................................................. 61
B. Saran ....................................................................................... 61
1. Saran Metodologis .............................................................. 62
2. Saran Praktis ....................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 63


LAMPIRAN ........................................................................................... 65

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blueprint Alat Ukur Komitmen Pernikahan.......................... 37


Tabel 3.2. Blueprint Alat Ukur Komitmen Pernikahan yang Digunakan
dalam Penelitian .................................................................... 40
Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 44
Tabel 4.2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Agama..................... 44
Tabel 4.3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia ......................... 45
Tabel 4.4. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Komitmen Pernikahan .... 46
Tabel 4.5. Kategori Norma Nilai Komitmen Pernikahan ....................... 46
Tabel 4.6. Pengelompokan Komitmen Pernikahan Subjek .................... 47
Tabel 4.7. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada
Aspek Personal ..................................................................... 47
Tabel 4.8. Pengelompokan Aspek Personal ........................................... 48
Tabel 4.9. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada
Aspek Moral ......................................................................... 48
Tabel 4.10. Pengelompokan Aspek Moral ............................................. 49
Tabel 4.11. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada
Aspek Struktural................................................................... 50
Tabel 4.12. Pengelompokan Aspek Struktural ....................................... 50
Tabel 4.13. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin ....................................................................... 51
Tabel 4.14. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Agama .................................................................................. 52
Tabel 4.15. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan
Usia....................................................................................... 53

ix
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia akan mengalami perkembangan di masa hidupnya.

Perkembangan setiap manusia diawali dari masa janin hingga sampai masa lanjut

usia. Tidak semua orang dapat menjalani hidup sampai pada masa lansia,

sehingga perkembangan yang akan dialami mereka dimulai dari masa janin

sampai akhir hayatnya. Menurut Santrock (2015) periode perkembangan mengacu

pada kerangka waktu pada hidup seseorang yang dikarakteristikkan dengan fitur

tertentu dimulai dari periode prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa

kanak-kanak pertengahan dan akhir, masa remaja, masa dewasa awal, masa

dewasa madya, dan masa dewasa akhir.

Setiap masa perkembangan yang dialami seseorang memiliki tugas dan

tanggung jawab yang berbeda-beda. Pada saat meginjak masa dewasa seseorang

akan dihadapkan dengan beberapa tugas baru. Orang yang telah dewasa pada

umumnya memiliki tugas untuk bekerja, menikah, mengasuh anak, dan hidup

berkeluarga. Santrock (2015) mengemukakan bahwa masa dewasa awal

merupakan waktu untuk membangun kemandirian pribadi dan ekonomi, maju

dalam karir, dan bagi kebanyakan orang, memilih pasangan, belajar untuk tinggal

dengan orang itu secara intim, memulai keluarga, dan membesarkan anak-anak.

Havighurst juga mengemukakan bahwa tugas perkembangan seorang

manusia di masa awal dewasa adalah mulai bekerja, memilih pasangan, belajar

hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola

Universitas Sumatera Utara


2

rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari

kelompok sosial yang menyenangkan (dalam Hurlock, 1999). Oleh karena

menikah merupakan tugas perkembangan pada masa dewasa, wajar apabila

banyak orang dewasa memilih untuk melangsungkan pernikahan ketika mereka

telah merasa siap dan mendapatkan orang yang tepat.

Pernikahan merupakan suatu ikatan yang menyatukan seorang laki-laki dan

perempuan secara sah yang kemudian membentuk suatu keluarga. Pasal 1 UU

Perkawinan negara Indonesia menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia yang kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Prihatinah, 2008). Pasangan suami-istri

mempunyai harapan dan tujuan tersendiri yang ingin mereka capai dalam

pernikahannya. Harapan dan tujuan yang ingin dicapai tersebut akan berbeda-beda

pada setiap pasangan.

Umumnya setiap pasangan yang menikah menginginkan pernikahan

tersebut dapat berlangsung untuk selamanya. Ketika sepasang kekasih

melangsungkan pernikahan tidak ada yang menginginkan pernikahannya akan

mengalami kendala di kemudian hari dan menyebabkan pernikahan tersebut

berakhir menjadi perpisahan. Pasangan yang menikah mampu menjalani

kehidupan pernikahannya yang berlangsung awet dan lama apabila mereka

memiliki komitmen dalam menjalani kehidupan pernikahannya. Suami dan istri

masing-masing harus memiliki komitmen yang kuat terhadap pernikahan mereka.

Hal ini sesuai dengan penelitian Prianto, Wulandari, dan Rahmawati (2013) yang

menemukan bahwa begitu mudahnya perceraian disebabkan oleh kurang

Universitas Sumatera Utara


3

memahami tujuan pernikahan dan tidak adanya komitmen dalam suatu

pernikahan. Komitmen pernikahan tidak hanya cukup didapatkan dari satu pihak

saja, namun haruslah dibangun oleh kedua belah pihak pasangan.

Komitmen pernikahan merupakan suatu keadaan dimana pasangan

memiliki keingininan untuk tetap bersama mempertahankan hubungan mereka.

Menurut Sarwono dan Meinarno komitmen pernikahan merupakan

mencurahkan perhatian dalam melakukan sesuatu dengan tujuan untuk

menjaga hubungan agar tetap langgeng, melindungi hubungan dari bahaya, dan

memperbaiki hubungan bila berada pada keadaan yang sulit (dalam

Rachmayani & Kumala, 2016). Komitmen pernikahan sangat dibutuhkan

apabila pasangan dalam suatu pernikahan menginginkan hubungan yang

bertahan lama. Menurut Johnson dan koleganya (dalam Adams & Jones, 1999)

komitmen pernikahan merupakan konsep pasangan mengenai masa depan dari

hubungan mereka dan motivasi mereka untuk melanjutkannya.

Komitmen pernikahan yang dimiliki satu pasangan tentu berbeda dengan

pasangan yang lainnya. Alasan yang mendasari dan faktor yang mempengaruhi

komitmen pernikahan juga akan berbeda-beda pada setiap individu. Berdasarkan

penilitian oleh Rahmatika dan Handayani (2012) salah satu faktor yang

mempengaruhi komitmen pernikahan merupakan strategi coping pada pasangan

suami istri. Faktor lain yang dapat mempengaruhi komitmen pernikahan menurut

Rusbult dan koleganya (dalam Adams & Jones, 1999) adalah tingkat kepuasan,

kualitas alternatif, dan ukuran investasi.

Seseorang yang memilih untuk menikah akan merasakan ada perubahan

nilai pada kehidupannya. Hal ini juga berhubungan dengan tugas yang mereka

Universitas Sumatera Utara


4

emban sebagi suami-istri yang mungkin dikemudian hari juga akan memiliki

anak. Menurut Hurlock (1999) individu yang menjadi seorang bapak dan ibu

cenderung lebih cepat mengubah nilai-nilai mereka dibandingkan dengan orang

lain yang tidak menikah atau tidak memiliki anak. Orang-orang ini juga secara

perlahan akan mengembangkan kesadaran serta keterlibatan sosial ketika mereka

telah menjadi seorang suami, istri, dan orangtua.

Nilai-nilai dalam kehidupan pernikahan merupakan suatu hal yang akan

turut dipengaruhi oleh nilai-nilai Budaya yang dianut. Menurut Kertamuda (2009)

faktor budaya, agama, dan suku akan memberikan pengaruh terhadap tujuan

pernikahan yang akan dilaksanakan. Negara Indonesia merupakan negara yang

memiliki banyak kebudayaan, sehingga kehidupan masyarakat Indonesia diatur

oleh kebudayaan dan agama pada masing-masing individu. Umumnya dalam

suatu keluarga di Indonesia menganut sistem patrilineal dimana garis keturunan

dibawa oleh laki-laki. Salah satu etnis yang menggunakan sistem patrilineal

adalah etnis Batak.

Subetnis Batak Toba merupakan subetnis terbesar dari keluarga Batak. Hal

ini sesuai dengan pendapat Cunningham (dalam Nainggolan, 2006) yang

mengatakan bahwa jumlah generasi dalam silsilah Batak, Batak Toba yang

memiliki silsilah paling panjang dibandingkan dengan Batak lainnya. Ypes (dalam

Nainggolan, 2006) juga mengatakan bahwa semua Batak yang lain berasal dari

Batak Toba. Keluarga Batak menganut sistem patrilinieal dimana mereka

memiliki turunan, marga, atau kelompok tertentu yang diteruskan oleh seorang

laki-laki. Keluarga Batak dapat dikatakan punah jika mereka tidak memiliki

keturunan laki-laki. Anak laki-laki pada sistem keluarga Batak akan membentuk

Universitas Sumatera Utara


5

kelompok kekerabatan dan anak perempuan akan membentuk keluarga besan,

dimana anak perempuan pada akhirnya akan menikah dengan laki-laki dari

kelompok yang lain (Vergouwen, dalam Aninda, 2013).

Penerus yang akan turut ditulis dalam pohon keluarga Batak adalah

keturunan laki-laki dari keluarga itu sendiri. Suatu keluarga tidak dapat

meneruskan pohon keluarga apabila tidak memiliki anak laki-laki. Keturunan

keluarga suatu pasangan yang tidak memiliki anak laki-laki akan berhenti sampai

pada kepala rumah tangga itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Nurelide

ditemukan bahwa bagi masyarakat Batak Toba yang masih menganut sistem

patrilineal menganggap anak laki-laki merupakan suatu hal yang penting karena

mereka akan meneruskan kelangsungan hidup keluarga mereka (dalam Aninda,

2013).

Pasangan yang memilih untuk menikah tentunya ingin hidup bahagia

bersama selamanya. Tujuan pernikahan yang utama dalam adat Batak adalah

untuk memiliki keturunan laki-laki yang sah (Vergouwen, 1986).

Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam budaya Batak sendiri diistilahkan

dalam nilai hagabeon. Menurut Harahap dan Siahaan nilai hagabeon pada

budaya batak merupakan hebahagiaan dan kesejahteraan yang dimaksud

dalam hal keturunan (dalam Simbolon & Siregar, 2014). Sangat banyak arti

penting keturunan bagi pasangan yang memiliki latar belakang budaya Batak

terutama bagi keturunan laki-laki. Anak laki-laki juga merupakan pewaris

harta kekayaan dalam keluarga Batak dan bukan hanya sebagai penerus

keturunan (marga). Harahap dan Siahaan mengatakan bahwa pewaris

seutuhnya merupakan anak laki-laki dan anak perempuan bisa mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


6

sebagian warisan apabila anak laki-laki memberikan atau mau berbagi (dalam

Simbolon & Siregar, 2014).

Nilai hagabeon dalam adat Batak berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Irmawati (2007) ditemukan bahwa menurut partisipan dapat dicapai apabila

memiliki anak laki-laki dan perempuan bahkan dalam jumlah yang banyak. Nilai

hagabeon merupakan suatu nilai yang penting dalam masyarakat Batak. Terdapat

tiga nilai yang mendasari keberhasilan bagi orang yang beretnis Batak diantaranya

adalah hagabeon, hamoraon, dan hasangapon. Partisipan suku Batak Toba yang

berhasil mengutamakan hagabeon, hamoraon, dan hasangapon sebagai

pendorong meraih keberhasilan (Irmawati, 2007).

Pasangan dengan etnis Batak yang tidak memiliki keturunan akan

melakukan berbagai upaya agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Bagi

pasangan yang tidak memiliki anak laki-laki juga berlaku, hal ini dikarenakan

perlunya penerus keluarga di dalam keluarga mereka. Menurut Vergouwen (1986)

dalam keluarga Batak Toba yang tidak memiliki keturunan akan terjadi hal

berikut, garis keturunan yang akan punah, mengangkat anak (adopsi), beristri dua

(bigami), perceraian, tidak memiliki pewaris harta kekayaan (dalam Simbolon &

Siregar, 2014). Hal ini juga sesuai dengan penelitian oleh Manik (2015)

ditemukan bahwa faktor penyebab sirang so sirang (pisah tidak pisah) pada

masyarakat Batak adalah media sosial, gaya hidup, keturunan, KDRT, faktor

ekonomi, dan tidak melaksanakan kewajiban. Tidak adanya keturunan yang

dihasilkan dari pernikahan menjadi faktor perceraian karena tidak adanya generasi

penerus marga dalam pernikahan Batak Toba itu sendiri. Hal ini juga dikarenakan

oleh tujuan utama dilaksanakan pernikahan pada suku Batak Toba adalah untuk

Universitas Sumatera Utara


7

mendapatkan keturunan laki-laki yang sah (Vergouwen, 1986). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Simbolon dan Siregar (2014) menemukan bahwa pasangan

infertil dengan latar belakang Batak Toba sangat menjungjung nilai hagabeon

terkhususkan pada memperoleh anak laki-laki dan selalu mengupayakan agar

mendapatkan keturunan (Simbolon & Siregar, 2014).

Tidak memiliki keturunan dapat dijadikan sebagai alasan yang kuat agar

perceraian terjadi, namun pasangan Batak Toba juga dapat memilih keputusannya

sendiri untuk berpisah atau tidak. Terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan

pasangan Batak Toba ingin bertahan pada hubungan yang sudah mereka bangun.

Faktor keturunan dan faktor religiusitas merupakan salah satu alasan pasangan

Batak Toba untuk mempertahankan hubungan. Menurut Vergouwen (1986)

seorang perempuan yang melahirkan banyak anak (boru na gabe) tidak boleh

diceraikan begitu saja dan suami harus terus hidup bersama istrinya dan

memberikan nafkah. Menurut Raja Marpodang pernikahan merupakan suatu yang

sakral di masyarakat Batak terlebih ketika telah memeluk agama Kristen (dalam

Manik, 2015). Manik (2015) juga telah menemukan bahwa adat perkawinan etnis

Batak Toba memiliki tradisi janji pernikahan yang berarti pasangan tidak boleh

berpisah. Hukum adat juga telah mengatur mengenai perceraian yang

diperbolehkan, walaupun pernikahan merupakan suatu hal yang sakral.

Berdasarkan komunikasi personal yang dilakukan dengan suami dan istri

dari pasangan Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki diketahui bahwa

terdapat dorongan dari keluarga kepada suami untuk menikah kembali agar

memiliki keturunan laki-laki. Istri berpendapat lebih memilih untuk bercerai

dibandingkan menerima suami untuk menikah kembali. Namun, suami tetap

Universitas Sumatera Utara


8

memilih untuk tidak bercerai atau menikah lagi dengan alasan merasa tidak dapat

meninggalkan istri dan anak-anak. Berdasarkan komunikasi personal dengan

suami dan istri dari pasangan yang lain menyatakan bahwa memilih untuk tetap

mempertahankan pernikahan dengan anak-anak sebagai alasan, dan takut

melanggar janji pernikahan.

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa anak laki-laki merupakan

suatu hal yang penting pada keluarga Batak Toba. Tidak adanya keturunan laki-

laki dalam suatu keluarga dapat menimbulkan dampak seperti garis keturunan

yang punah, beristri dua dan perceraian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melihat komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang tidak memiliki anak

laki-laki.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki dilihat dari aspek komitmen pernikahan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komitmen pernikahan pada

individu Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki.

Universitas Sumatera Utara


9

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi

mengenai komitmen penikahan dan kebudayaan Batak Toba dalam bidang

ilmu pengetahuan khususnya psikologi.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat

khususnya pada masyarakat Batak Toba sebagai bahan persiapan bagi

yang ingin melangsungkan pernikahan, maupun bagi masyarakat yang

mengalami hal yang sama.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman

mengenai pernikahan bagi masyarakat khususnya pada masyarakat Batak

Toba yang tidak memiliki anak laki-laki.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi uraian latar belakang masalah mengenai komitmen

individu etnis Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian

ini. Teori yang akan dijelaskan di dalam bab ini adalah teori mengenai

komitmen pernikahan dan kebudayaan Batak Toba. Teori akan

Universitas Sumatera Utara


10

dituliskan berdasarkan definisi, aspek, serta faktor yang

mempengaruhi variabel.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi mengenai metodologi penelitian yang akan digunakan,

identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan sampling, alat

ukur penelitian, metode pengambilan data, dan metode analisis data.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta
saran yang dapat membangun penelitian, baik penelitian yang telah
dilakukan maupun bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERNIKAHAN

1. Definisi Pernikahan

Pernikahan merupakan bersatunya dua orang dalam suatu ikatan yang di

dalamnya terdapat komitmen serta bertujuan untuk membina rumah tangga dan

meneruskan keturunan. Pernikahan juga merupakan suatu ikatan janji setia antara

suami dan istri yang terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak di

dalamnya (Kertamuda, 2009). Menurut Purwadarminta (1976) kawin merupakan

perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Hornby (1957)

mengemukakan bahwa pernikahan juga didefinisikan sebagai bersatunya dua

orang sebagai suami istri (dalam Walgito, 1984).

Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 menyatakan bahwa

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam walgito, 1984).

Menurut Walgito (1984) yang dimaksud dengan ikatan lahir adalah ikatan yang

tampak dan formal sesuai dengan peraturan yang ada. Ikatan formal ini

merupakan nyata bagi yang mengikat baik suami maupun istri, dan bagi orang

lain seperti masyarakat luas. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak tampak

langsung yang merupakan ikatan psikologik. Dalam pernikahan harus terdapat

ikatan lahir dan batin dan tanpa adanya paksaan. Perkawinan yang terdapat

paksaan berarti perkawinan yang tidak memiliki ikatan batin.

11

Universitas Sumatera Utara


12

2. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan dapat berbeda antara suami dan istri sehingga

diperlukannya perhatian secara mendalam. Hal ini dikarenakan oleh tujuan

pernikahan yang berbeda dapat menjadi sumber permasalahan dalam suatu

keluarga. Untuk membentuk keluarga yang bahagia pasangan suami istri harus

dapat mempersatukan tujuan yang akan dicapai dalam pernikahan pasangan

tersebut. Dalam mencapai tujuan pernikahan ini pasangan suami istri harus

menyadari bahwa tujuan pernikahan harus dicapai secara bersama-sama

(Walgito, 1984).

Menurut Kertamuda (2009) terdapat berbagai alasan mengapa pernikahan

terjadi. Alasan tersebut adalah konformitas, cinta, hubungan seks yang halal,

memperoleh keturunan yang sah, faktor emosional dan ekonomi, kebersamaan,

sharing, keamanan, dan harapan lain. Pada umumnya yang menjadi mayoritas

alasan seseorang untuk menikah adalah karena alasan emosional seperti rasa suka,

cinta, dan kecocokan satu sama lain. Faktor budaya, agama, dan suku akan

memberikan pengaruh terhadap tujuan pernikahan yang akan dilaksanakan.

3. Kebutuhan dalam Pernikahan

Menurut Walgito (1984) terdapat beberapa kebutuhan dalam pernikahan

antara lain:

a. Kebutuhan fisiologik adalah kebutuhan yang berkaitan dengan jasmani

atau yang diperlukan untuk menjaga eksistensinya sebagai makhluk hidup

seperti kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan psikologik adalah kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman,

kasih sayang, melindungi, dan dihargai.

Universitas Sumatera Utara


13

c. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk yang berkaitan dengan

sosial seperti hubungan antara suami istri dan hubungan dengan

masyarakat.

d. Kebutuhan religi adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan

kekuatan yang ada di luar diri manusia seperti kebutuhan untuk

berhubungan dengan Sang Pencipta.

4. Pernikahan Pada Masa Dewasa

a. Masa dewasa awal, pernikahan yang dilakukan pada masa dewasa lebih

kecil kemungkinan akan berakhir dengan perceraian dibandingkan

pernikahan di masa remaja (Waite dalam Santrock, 2015). Akan tetapi,

para peneliti belum dapat menentukan usia tertentu atau rentang usia

untuk menikah di masa dewasa yang kemungkinan besar akan membuat

pernikahan berhasil (Furstenberg dalam Santrock, 2015). Jika

perceraian akan terjadi, biasanya akan terjadi di usia awal pernikahan.

Perceraian paling sering terjadi antara usia pernikahan tahun ke lima

hingga ke sepuluh (Santrock, 2015).

b. Masa dewasa menengah, beberapa pernikahan yang di masa dewasa

awal terasa sulit dan terjal, akan berubah menjadi terasa lebih biasa di

masa dewasa menengah. Meskipun pasangan melalui kehidupan yang

sarat akan badai, mereka akhirnya dapat menemukan fondasi yang

dalam dan kokoh untuk membangun relasi tersebut. Pasangan di usia

dewasa menengah cenderung memandang pernikahan mereka secara

positif jika mereka melakukan aktivitas timbal balik. Sebagian besar

Universitas Sumatera Utara


14

individu di usia dewasa menengah yang menikah cukup puas dengan

pernikahannya (Santrock, 2015).

c. Masa dewasa akhir, masa antara pension hingga kematian kadang

disebut sebagai „tahap akhir dari proses pernikahan‟ (Santrcok, 2015).

Gambaran pernikahan dalam kehidupan individu di masa dewasa akhir

umumnya positif (Peek, dalam Satrock, 2015). Sebuah penelitian

mengungkapkan bahwa kepuasan pernikahan lebih tinggi pada individu

di masa dewasa akhir daripada individu di masa dewasa menengah

(Henry dkk, dalam Santrock, 2015). Kebahagiaan pernikahan di masa

dewasa akhir dipengaruhi oleh kemampuan setiap pasangan untuk

mengatasi konflik pribadi, termasuk proses menjadi tua, sakit, dan

bahkan kematian (Santrock, 2015).

B. KOMITMEN PERNIKAHAN

1. Definisi Komitmen Pernikahan

Menurut Johnson (1991) komitmen adalah konsep pasangan mengenai

masa depan dari hubungan mereka dan motivasi mereka untuk

melanjutkannya. Motivasi untuk melanjutkan hubungan berasal dari perasaan

pasangan bahwa mereka ingin tetap berada pada hubungan, bahwa mereka

harus tinggal, dan mereka harus tetap tinggal (dalam Adams & Jones, 1999).

Johnson (1973, 1982, 1991) mengatakan bahwa komitmen tidak bersifat

kesatuan dan terdapat tiga jenis komitmen yang berbeda dimana setiap jenis

memiliki serangkaian penyebab, fenomenologi, kognitif, emosional, dan

konsekuensi perilaku yang berbeda. Komitmen pribadi mengacu pada rasa

Universitas Sumatera Utara


15

ingin tetap berada dalam hubungan, komitmen moral adalah perasaan

berkewajiban secara moral untuk bertahan, dan komitmen struktural adalah

perasaan dibatasi untuk bertahan terlepas dari tingkat komitmen pribadi atau

moral (Johnson, dkk, 1999).

Rusbult (1983, 1991) mendefinisikan komitmen sebagai niat pasangan

untuk melanjutkan sebuah hubungan, dan menambahkan gagasan bahwa

komitmen juga merupakan keterikatan psikologis terhadap hubungan (dalam

Adams & Jones, 1999). Arriaga dan Agnew (2001) mendefinisikan tingkat

komitmen sebagai tujuan untuk bertahan dalam suatu hubungan, termasuk

orientasi jangka panjang terhadap keterlibatan serta perasaan keterikatan

psikologis terhadapnya (dalam Rusbult, dkk, 2011). Komitmen adalah keadaan

psikologis yang secara langsung mempengaruhi perilaku sehari-hari dalam

hubungan dan yang menengahi dampaknya dari kepuasan, alternatif, dan

investasi pada perilaku (Rusbult, dkk 2011).

Stanley dan Markman (1992) mengemukakan bahwa komitmen adalah

dedikasi pribadi terhadap hubungan dan hambatan untuk tidak

meninggalkannya. Dedikasi pribadi mencakup faktor-faktor seperti sejauh

mana pasangan menganggap diri mereka sebagai pasangan dan sejauh mana

pasangan ingin agar hubungan berlanjut. Hambatan untuk tidak

meninggalkan hubungan adalah faktor-faktor seperti moralitas

meninggalkannya, investasi, dan tekanan sosial untuk tetap berada dalam

hubungan. Jadi, bagi Stanley dan Markman, komitmen itu sendiri dibentuk

oleh apa yang dipercaya beberapa ahli teori lain sebagai penyebab komitmen

(dalam Adams & Jones, 1999).

Universitas Sumatera Utara


16

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan di atas maka diambil

kesimpulan bahwa komitmen pernikahan merupakan suatu niat dan keinginan

yang dirasakan oleh pasangan untuk tetap bertahan dan melanjutkan hubungan

secara personal, moral, dan struktural. Secara personal adalah keinginan individu

untuk bertahan terhadap pasangannya. Secara moral berarti individu ingin

bertahan terhadap pasangannya karena merasakan memiliki kewajiban secara

moral. Secara struktural dimana individu ingin bertahan terhadap pasangannya

karena merasa ada hambatan untuk meninggalkan pasangan.

2. Aspek-Aspek Komitmen Pernikahan

Johnson dan koleganya mengemukakan tiga jenis dari komitmen

pernikahan, yaitu komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural

dengan aspek-aspek sebagai berikut (Johnson, dkk, 1999):

a. Komitmen personal yaitu sejauh mana seseorang ingin tetap menjalin

hubungan. Aspek dari komitmen personal terdiri dari tiga , yaitu:

1) Love (daya tarik pasangan), individu mungkin ingin melanjutkan

hubungan karena mereka merasa tertarik terhadap pasangannya.

2) Marital satisfaction (daya tarik hubungan), individu merasakan

ketertarikan yang kuat terhadap pasangannya dalam konteks hubungan

mereka. Daya tarik suatu hubungan dapat dialami sebagai fungsi

gabungan dari tindakan kedua pasangan atau mungkin dikaitkan

dengan diri sendiri.

3) Couple identity (identitas pasangan), hubungan sosial adalah bagian

sentral dari identitas (Kuhn & McPartland, 1954; McCall & Simmons,

1978). Dengan demikian, partisipasi seseorang dalam hubungan

Universitas Sumatera Utara


17

tertentu dapat menjadi aspek penting dari konsep diri seseorang (Aron,

Aron, & Smollen, 1992; Bolton, 1961).

b. Komitmen moral yaitu perasaan bahwa seseorang secara moral

berkewajiban untuk melanjutkan sebuah hubungan. Aspek dari komitmen

moral terdiri dari tiga, yaitu:

1) Divorce attitudes (sikap perceraian), kewajiban tipe hubungan yang

mengacu pada nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas pembubaran

jenis hubungan tertentu. Misalnya, pasangan menganut nilai bahwa

pernikahan harus bertahan sampai dipisahkan oleh kematian.

2) Partner contract (kontrak pasangan), seseorang mungkin merasakan

memiliki kewajiban moral pribadi kepada orang lain. Misalnya,

pasangan yang telah berjanji untuk tidak akan meninggalkan satu

sama lain.

3) Consistency values (nilai konsistensi), seseorang mungkin merasa

berkewajiban untuk melanjutkan hubungan tertentu karena nilai

konsistensi umum. Misalnya, terdapat nilai umum yang

menyelesaikan apa yang telah dimulai.

c. Komitmen struktural, yaitu rasa kendala atau bahwa ada hambatan untuk

meninggalkan sebuah hubungan. Namun, jika komitmen pribadi dan

moral relatif rendah, empat komponen berikut dari komitmen struktural

akan menjadi penting dan akan berkontribusi pada perasaan terjebak

dalam hubungan, merasa dibatasi oleh biaya pembubaran untuk tetap

tinggal, entah seseorang mau atau tidak. Komitmen struktural terdiri dari

4 aspek, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


18

1) Alternatives (alternatif), ketergantungan pada sebuah hubungan

merupakan sebagian fungsi dari keadaan alternatif yang diyakini

seseorang akan tersedia jika hubungan tersebut berakhir (Thibaut &

Kelley, 1959).

2) Social pressure (tekanan sosial), tipe kedua dari kendala berasal dari

reaksi yang diantisipasi dari orang-orang di jaringan mereka yang

mungkin atau mungkin tidak menyetujui untuk mengakhiri

hubungan.

3) Termination procedures (prodesur perpisahan), bentuk ketiga dari

kendala melibatkan kesulitan tindakan yang diperlukan untuk

mengakhiri sebuah hubungan.

4) Irretrievable investments (investasi yang tidak dapat diperbaiki),

kendala terakhir menyangkut perasaan tentang menginvestasikan

waktu dan sumber daya untuk menjalin hubungan. Beberapa orang

mungkin enggan untuk meninggalkan hubungan yang tidak

memuaskan karena mereka merasa bahwa kepergian mereka akan

membuat pemborosan investasi yang tidak dapat diterima dan

kehilangan kesempatan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Pernikahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen pernikahan, adalah sebagai

berikut (Rusbult, dkk, dalam Adams & Jones, 1999) :

a. Satisfaction level (tingkat kepuasan), faktor pertama yang mempengaruhi

komitmen adalah tingkat kepuasan dimana individu menjadi semakin

berkomitmen pada tingkat kepuasan yang tinggi. Menurut Rusbult dan

Universitas Sumatera Utara


19

koleganya (1998) individu menjadi semakin tergantung sejauh mereka

mengalami kepuasan dalam suatu hubungan. Tingkat kepuasan mengacu

pada pengaruh positif versus negatif yang dialami dalam suatu hubungan.

Kepuasan dipengaruhi oleh sejauh mana pasangan memenuhi kebutuhan

individu yang paling penting. Namun dalam keterlibatan yang paling sehat

dan stabil, tingkat kepuasan mungkin turun ke tingkat yang sangat rendah,

namun individu tetap berkomitmen terhadap pasangan mereka. Dengan

demikian, nampak jelas bahwa kepuasan bukanlah satu-satunya variabel

yang mempengaruhi komitmen untuk bertahan.

b. Quality of alternatives (kualitas alternatif), faktor kedua yang

mempengaruhi komitmen adalah kualitas alternatif dimana hal ini

mengacu pada keinginan yang dirasakan dan ketersediaan alternatif. Jika

alternatif itu terbatas jumlahnya atau tidak menarik, komitmen akan lebih

kuat. Namun bila alternatif yang diinginkan dirasakan tersedia, komitmen

menjadi lebih lemah. Menurut Rusbult dan koleganya (1998) kualitas

alternatif didasarkan pada sejauh mana kebutuhan individu yang paling

penting dapat secara efektif dipenuhi "di luar" hubungan saat ini dalam

keterlibatan alternatif yang spesifik, oleh bidang kelayakan yang lebih

luas, oleh teman dan anggota keluarga, atau orang lain.

c. Investment size (ukuran investasi), merupakan faktor ketiga yang

mempengaruhi komitmen. Investasi mengacu pada sumber daya yang

dimasukkan ke dalam sebuah hubungan dengan harapan agar hal itu akan

memperbaiki hubungan. Pertama, investasi memperkuat komitmen karena

tindakan investasi berfungsi sebagai dorongan psikologis yang kuat untuk

Universitas Sumatera Utara


20

bertahan. Kedua, investasi memperkuat komitmen karena meningkatkan

biaya untuk mengakhiri sebuah hubungan. Selain itu, menurut Rusbult dan

koleganya (1998) terdapat beberapa investasi tidak langsung, dan muncul

pada saat sumber daya asing seperti teman bersama, identitas pribadi,

anak-anak, atau kepemilikan materi bersama menjadi terikat pada sebuah

hubungan.

Faktor lainnya yang mempengaruhi komitmen pernikahan berdasarkan

temuan oleh Johnson dan koleganya (1999) adalah sebagati berikut;

a. Interaksi perkawinan negatif, hal ini berkolerasi dengan komitmen

personal, namun secara umum tidak berkolerasi dengan komitmen moral

dan struktural.

b. Kepuasan hidup, berurusan dengan kepuasan hidup adalah konsekuensi

dari komitmen personal. Walaupun demikian, kepuasan hidup tetap

berkolerasi dengan komitmen moral dan struktural.

c. Jumlah tempat tinggal sejak menikah, pendapatan, dan pendidikan.

d. Religiusitas, hal ini berkolerasi terutama dengan komitmen moral.

Religiusitas juga dapat menjadi tekanan sosial untuk seseorang agar tetap

dalam pernikahannya. Hal ini dikarenakan orang yang sangat religius

cenderung akan berada dalam lingkungan sosial dengan orang yang

serupa. Saat ini umumnya orang Batak menganut Agama Kristen

Protestan, Kristen Katolik, dan Islam. Namun, sebagian ada yang

menganut kepercayaan tradisional, yaitu tradisi Malim, dan Animisme.

Hanya saja penganut kedua ajaran tersebut sudah semakin berkurang

(Wikipedia, 2018).

Universitas Sumatera Utara


21

Pernikahan dalam syariat Islam adalah menjadikan hubungan yang

langgeng, abadi, dan tidak runtuh. Perceraian merupakan bagian dari

dinamika pernikahan, karena perceraian ada karena adanya pernikahan.

Setiap usaha dengan tujuan untuk menyepelekan dan melemahkan

hubungan pernikahan sangat dibenci dalam Islam karena dapat merusak

kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan suami istri. Sehingga

walaupun perceraian merupakan hal yang dihalalkan, namun dibenci oleh

Allah SWT. Bagi Agama Katolik pernikahan adalah sebuah sakramen.

Kasih antara suami dan istri merupakan tanda dan sarana kasih Kristus

kepada gereja-Nya. Kasih tersebut bukanlah bersifat manusiawi, namun

melambangkan kasih Tuhan. Sehingga sebagaimana Kristus selalu setia

dan tidak pernah meninggalkan gereja-Nya, demikian juga suami istri yang

telah dibaptis tidak bisa saling memisahkan diri (Ishak, 2016). Agama

Kristen Protestan memiliki pandangan mengenai dasar pernikahan. Dasar

pernikahan yang tertulis dalam Alkitab mengatakan bahwa apa yang telah

dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia, karena setelah

perkawinan laki-laki dan perempuan akan menjadi satu daging (Rosely,

dkk, 2017).

C. SUKU BATAK TOBA

1. Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada orang Batak adalah patrilineal dimana

kekerabatan mengikuti garis keturunan ayah. Orang Batak menyebut anggota

marga mereka dengan sebutan dongan-sabuhuta yang artinya adalah mereka

Universitas Sumatera Utara


22

yang berasal dari rahim yang sama. Namun dari legenda yang ada orang Batak

tidak mengenal keturunan dengan garis matrilineal atau menurut garis keturunan

ibu. Garis keturunan laki-laki ini akan diteruskan oleh anak laki-laki. Apabila

tidak ada anak laki-laki yang dilahirkan, maka garis keturunan akan punah

(Vergouwen, 1986).

Sistem kekerabatan patrilineal ini menjadi tulang punggung masyarakat

Batak, yang terdiri atas turunan-turunan, marga, dan kelompok suku yang

semuanya dihubungkan berdasarkan garis laki-laki. Kehidupan orang Batak

seluruhnya akan diatur oleh struktur patrilineal masyarakarnya. Struktur tersebut

tidak hanya terbatas pada hukum waris saja, namun juga menyangkut

pemerintahan dan pemilikan tanah, perkawinan dan pemujaan arwah,

penyelenggaraan peradilan, tempat pemukiman, dan penggarapan tanah

(Vergouwen, 1986).

2. Ciri-Ciri Umum Perkawinan

Perkawinan pada orang Batak adalah eksogami yang artinya perkawinan

di luar kelompok suku tertentu. Istri tidak akan diambil dari kelompok agnata

sendiri kemudian istri akan meninggalkan kelompoknya untuk pindah ke

kelompok suami. Istri tetap menyandang marganya namun sama seperti

suaminya ia akan menyebut kerabatnya sebagai hula-hula-nya, dan pihak hula-

hula akan menyebutnya sebagai affina. Perkawinan dilakukan bersifat

patrilineal dengan tujuan untuk melestarikan galur suami dalam garis laki-laki.

Hak tanah, milik, nama, dan jabatan, hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki

(Vergouwen, 1986).

Universitas Sumatera Utara


23

3. Ketentuan Perkawinan

Tujuan utama dilakukannya perkawinan adalah untuk mendapatkan

keturunan laki-laki yang sah. Sehingga, syarat perkawinan yang pertama adalah

kedua calon pengantin sudah dewasa secara fisik (tang pamatang, badan dewasa)

dan nunggu balga (sudah besar). Jika seseorang diantara pasangan merupakan

penyandang cacat fisik dapat berpengaruh terhadap hubungan seksual dan hal

tersebut diketahui sebelum perkawinan dilangsungkan, maka perkawinan tersebut

dapat dibatalkan. Kebiasaan perkawinan orang Batak adalah yang lebih dulu lahir

lebih dulu pula kawin, baik pada laki-laki maupun perempuan. Tidak ada larangan

tegas apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Namun, perkawinan dapat dilakukan

apabila telah mendapat persetujuan dari yang lahir lebih dulu (Vergouwen, 1986).

4. Anak-Anak yang Lahir dari Perkawinan

Suami merupakan bapak dari anak yang lahir selama perkawinan. Jika anak

lahir setelah suami meninggal maka ketidakhadiran sitaha saganon merupakan

bukti bahwa tidak ada orang lain selain yang sudah meninggal yang membuahkan

apa yang disebut sagak ni panabian (buah dari menuai ladang tunggul jerami).

Kematian suami yang tidak meninggalkan keturunan laki-laki dapat membuka

kesempatan bagi jandanya untuk mendapat anak dan akan menampilkannya

sebagai bibit yang meninggal. Dengan persetujuan uaris dari pihak yang

meninggal, perempuan itu menawarkan diri untuk digauli oleh laki-laki lain

(parsangge talak: dia yang ber-selepa terbuka, juga disebut (parjabu talak: dia

yang rumahnya terbuka), dan jika dia hamil maka anak yang dilahirkannya

akan dianggap sebagai keturunan dari suaminya yang telah meninggal

(Vergouwen, 1986).

Universitas Sumatera Utara


24

5. Anak Laki-Laki Sebagai Ahli Waris

Ketentuan dalam hukum waris adalah bahwa anak laki-laki merupakan

pewaris harta peninggalan bapaknya. Anak sulung (sihahaan), yang

menggantikan bapak, dan anak bungsu (siampunan atau singgian) yang mengurus

orang tua di usia senja, menempati kedudukan khusus di dalam hukum waris

kalau dibandingkan dengan anak-anak yang di tengah (silitonga). Hal ini akan

menjadi jelas ketika kita mendiskusikan bagian masing-masing mereka. Jika

seseorang laki-laki yang sudah mandiri meninggal tanpa anak laki-laki maka

bapaknyalah yang menjadi ahli warisnya. Ini disebut munsat tu atau mulak tu

(kembali ke bapak). Jika orang yang meninggal tidak memiliki keturunan, dan

juga tidak memiliki bapak atapun kakek maka harta warisan berpindah ke sanak

kolateral (panean atau percabangan hak keturunan laki-laki yang sejajar). Pihak

yang terpenting di antara mereka adalah saudara kandung orang yang meninggal,

seandainya tidak ada maka menyusul paman dan sepupu dari kakek yang sama,

dan begitu seterusnya. Jadi, pewaris yang sah mundur satu langkah ke belakang

dalam hal kesilsilahan, dan setiap kali mundur maka harus menggunakan prinsip

yang sama (Vergouwen, 1986).

6. Hak Anak Perempuan

Ada pemberian yang dapat dilakukan bapak kepada anak perempuannya

saat masih kecil. Pemberian yang diberikan adalah harta bawaan dan panjarnya

yang diserahkan pada pertunangan anak perempuan saat masih anak-anak.

Terdapat pula pemberian yang sesudah atau selama berumah tangga atau yang

diserahkan kepada anak-anaknya. Apabila bapak sudah meninggal, anak laki-laki

sulung yang akan menggantikan peran dan memberikan bantuan kepada saudara

Universitas Sumatera Utara


25

perempuannya dan anak-anaknya. Seandainya pembagian dilakukan ketika bapak

masih hidup, maka anak perempuan akan mendapatkan jatah masing-masing

sesuai dengan wasiat bapaknya (Vergouwen, 1986).

7. Mengangkat Anak

Masyarakat Batak sangat jarang mau untuk mengangkat anak walaupun

karena keadaan yang mandul. Menurut pikiran orang yang belum memeluk

agama, tidak memiliki keturunan laki-laki (ndang morrindang), tidak seperti

tanaman yang merambat, yaitu hidup sengsara di alam baka. Orang Kristen juga

berpikir tidak ada hal yang lebih buruk selain keadaan tersebut. Untuk

mendapatkan anak laki-laki yang akan diangkat menjadi anak tidak mudah. Pada

umumnya tidak ada orang yang ingin terpisah dengan anaknya. Selain itu, anak

juga diharapkan akan mendatangkan keturunan banyak. Sehingga jika ada yang

ikhlas memberikan anaknya semata-mata hanya karena ingin membantu kerabat

seketurunan (Vergouwen, 1986).

8. Beristri Dua (Bigami)

Tidak memiliki keturunan merupakan salah satu alasan seseorang

mengambil istri kedua, terutama karena kegagalan mendapatkan anak laki-laki.

Mengambil istri kedua karena tidak mendapat anak bukan berarti ada persoalan

antara suami dan istri. Bahkan istri yang mendesak suami untuk mengambil istri

muda agar mendapatkan anak laki-laki, walaupun istri tersebut telah melahirkan

anak perempuan. Jika istri tersebut masih pada masa haid, maka ia akan terus

berharap akan mendapatkan anak laki-laki suatu saat nanti. Kepercayaan

penduduk adalah bahwa kehadiran seorang madu (imbang) dapat mendorong istri

pertama mengandung (martuahon parimbangon) (Vergouwen, 1986).

Universitas Sumatera Utara


26

Kasus bigami pada masyarakat yang belum menganut suatu agama

faktor yang mendorong adalah perkawinan menurut adat “ganti tikar”. Alasan

lain yang mendorong terjadinya bigami adalah istri yang nyinyir (ala jungkat

tungganeboru) dan keinginan melebarkan sayap dalam arti ekonomi

(pabidang panggagatan) dengan meningkatkan anggota keluarga termasuk

pekerjaan dan kesejahteraannya, serta terdorong hawa nafsu ( roha daging)

(Vergouwen, 1986).

9. Perceraian (Porsirangan)

Penyebab utama dalam perceraian orang Batak adalah ketidakmampuan

seksual atau cacat lain yang tidak memungkinkan persenggamaan yang lazim.

Tidak ada satupun dari kedua pihak pasangan yang dipaksakan untuk tetap

bertahan pada perkawinan apabila tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan

keturunan. Kemandulan juga merupakan penyebab perceraian. Kemandulan

biasanya diperkirakan sebagai akibat tidak adanya keselarasan antara tondi

pasangan sehingga menghalangi lahirnya keturunan. Kehidupan tanpa anak bisa

saja berjalan bertahun-tahun sebelum mengambil keputusan untuk bercerai

(Vergouwen, 1986).

Kematian anak yang secara terus-menerus juga menjadi penyebab

perceraian karena dianggap tidak adanya keselarasan. Perceraian juga dapat

terjadi karena pasangan tersebut hanya memiliki anak perempuan. Hal ini

merupakan alasan perceraian yang sulit untuk dipahami, namun sering terjadi.

Alasan lain yang menyebabkan pasangan suami-istri memilih untuk berpisah

adalah, salah satu pasangan menderita penyakit kusta, kepergian suami dari rumah

dalam waktu yang lama, percekcokan yang terus-menerus, serta istri merajuk

Universitas Sumatera Utara


27

meninggalkan rumah dan pergi ke rumah kerabatnya. Walaupun jarang,

perkawinan yang berakhir dengan perceraian dapat dibentuk kembali

(Vergouwen, 1986).

D. KOMITMEN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU BATAK TOBA YANG

TIDAK MEMILIKI ANAK LAKI-LAKI

Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa

sehingga banyak orang dewasa yang memilih untuk menikah saat telah merasa

siap. Havighurst mengemukakan bahwa tugas perkembangan seorang manusia di

masa awal dewasa adalah mulai bekerja, memilih pasangan, belajar hidup dengan

tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga,

mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial

yang menyenangkan (dalam Hurlock, 1999). Kehidupan seseorang akan

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki termasuk pula dalam kehidupan

pernikahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani dan koleganya

(2015) ditemukan bahwa terdapat beberapa hal mengenai sosial budaya yang

turut mempengaruhi pernikahan.

Fitriyani dan koleganya (2015) juga mengatakan bahwa sosial budaya yang

ada dalam masyarakat akan berkaitan dengan adat-istiadat yang diberikan secara

turun-menurun. Sehingga setiap pasangan yang menikah akan memiliki nilai

mengenai pernikahan sendiri sesuai dengan nilai yang diwariskan. Hal ini akan

mempengaruhi tujuan yang dimiliki oleh pasangan dan keberhasilan dalam

pernikahan yang dibangun. Menurut Burgess dan Locke pernikahan yang berhasil

adalah pernikahan yang awet, suami istri bahagia, dan adanya kepuasan

Universitas Sumatera Utara


28

pernikahan, penyesuaian seksual, penyesuaian pernikahan, dan kesatuan pasangan

(dalam Ardhianita & Andayani, 2005).

Komitmen dalam pernikahan dibutuhkan untuk menciptakan suatu

pernikahan yang awet dan bertahan lama. Menurut Johnson komitmen adalah

konsep pasangan mengenai masa depan dari hubungan mereka dan motivasi

mereka untuk melanjutkannya. Motivasi untuk melanjutkan hubungan berasal

dari perasaan pasangan bahwa mereka ingin tetap berada pada hubungan, bahwa

mereka harus tinggal, dan mereka harus tetap tinggal (dalam Adams & Jones,

1999). Adanya komitmen dalam suatu pernikahan akan membuat suatu

pernikahan bertahan lama dan sebaliknya. Penelitian Prianto, Wulandari, dan

Rahmawati (2013) menemukan bahwa begitu mudahnya perceraian disebabkan

oleh kurang memahami tujuan pernikahan dan tidak adanya komitmen dalam

suatu pernikahan. Komitmen pernikahan tidak hanya cukup didapatkan dari satu

pihak saja, namun haruslah dibangun oleh kedua belah pihak pasangan.

Walaupun demikian, nilai yang telah dimiliki oleh pasangan sejak awal juga

akan berpengaruh terhadap komitmen pernikahan. Batak Toba merupakan salah

satu suku yang ada di Indonesia. Pasangan dengan etnis Batak Toba memiliki

tujuan dan ketentuan mengenai pernikahan yang telah diatur oleh hukum adat

masyarakat. Menurut Vergouwen (1986) yang menjadi tujuan dilakukannya

pernikahan pada adat Batak Toba adalah untuk mendapatkan keturunan laki-laki

yang sah. Pernikahan yang dilakukan juga bersifat patrilineal dengan tujuan

untuk melestarikan galur suami dalam garis laki-laki. Hal ini karena hak tanah,

milik, nama, dan jabatan, hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.

Universitas Sumatera Utara


29

Ketiadaan anak laki-laki dalam keluarga Batak Toba dianggap suatu hal

yang tidak baik. Keadaan ini akan membuat terjadinya beberapa hal dalam suatu

pernikahan. Menurut Vergouwen (1986) dalam keluarga Batak Toba yang tidak

memiliki keturunan akan terjadi hal berikut, garis keturunan yang akan punah,

mengangkat anak (adopsi), beristri dua (bigami), perceraian, tidak memiliki

pewaris harta kekayaan. Perceraian merupakan hal yang paling sering terjadi

dikarenakan oleh tidak adanya keturunan laki-laki dalam suatu pernikahan.

Sehubungan dengan tujuan utama dilakukannya pernikahan dalam etnis

Batak Toba adalah untuk memperoleh keturunan anak laki-laki yang sah,

sehingga syarat pernikahan yang pertama untuk menikah adalah kedua calon

pengantin sudah dewasa secara fisik (Vergouwen, 1986). Pernikahan pada masa

dewasa kemungkinan kecil mengalami perceraian, walaupun pada masa dewasa

awal terasa sulit, pada akhirnya akan menemukan fondasi yang kokoh ketika

memasuki masa dewasa madya. Pasangan yang berada pada masa usia akhir

juga memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi (Santrock, 2015). Hanya saja,

pada pasangan Batak Toba perceraian bisa saja terjadi setelah bertahun-tahun

pernikahan (Vergouwen, 1986).

Nilai-nilai tersebut juga dapat mempengaruhi komitmen pernikahan mereka

terutama pada komitmen moral. Menurut Johnson (1999) terdapat tiga indikator

dalam komitmen moral, yaitu sikap perceraian, kontrak pasangan, nilai

konsistensi. Ketiga indikator tersebut membentuk perasaan ingin

mempertahankan hubungan karena adanya nilai moral yang ada pada kehidupan

seseorang. Nilai-nilai moral yang dimiliki pasangan berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


30

budaya yang ada pada kehidupan pernikahan pasangan dan kehidupan dalam

masyarakat.

Keinginan pasangan Batak Toba untuk mempertahankan pernikahannya

juga dipengaruhi oleh nilai yang ada. Menurut Vergouwen (1986) seorang

perempuan yang melahirkan banyak anak (boru na gabe) tidak boleh diceraikan

begitu saja dan suami harus terus hidup bersama istrinya dan memberikan nafkah.

Manik (2015) juga telah menemukan bahwa adat perkawinan etnis Batak Toba

memiliki tradisi janji pernikahan yang berarti pasangan tidak boleh berpisah.

Namun, perkembangan zaman membuat pasangan Batak Toba mengalami

pergeseran nilai, dimana pasangan menjadi menganggap bahwa pernikahan

bukan suatu hal yang sakral lagi dan mengakibatkan perceraian mudah terjadi

(Manik, 2015).

Selain itu, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komitmen pernikahan

seseorang. Menurut Rusbult dan koleganya (dalam Adams & Jones, 1999), faktor

pertama yang mempengaruhi komitmen pernikahan adalah tingkat kepuasan.

Semakin tinggi tingkat kepuasan tersebut maka semakin tinggi komitmen

seseorang. Hal ini juga dipengaruhi oleh sejauh mana pasangan dapat memenuhi

kebutuhan individu. Menurut Walgito (1984) terdapat empat kebutuhan dalam

pernikahan, yaitu kebutuhan fisiologik, psikologik, sosial, dan religi. Kebutuhan

fisiologik mencakup kebutuhan biologis seperti seksual, sehingga melanjutkan

keturunan termasuk di dalamnya. Menurut Kertamuda (2009) alasan mengapa

pernikahan terjadi adalah karena konformitas, cinta, hubungan seks yang halal,

memperoleh keturunan yang sah, faktor emosional dan ekonomi, kebersamaan,

sharing, keamanan, dan harapan lain.

Universitas Sumatera Utara


31

Menurut Rusbult dan koleganya (1998) faktor kedua adalah kualitas alternatif

dimana dilihat pada sejauh mana kebutuhan individu yang paling penting dapat

dipenuhi diluar dari hubungan. Hal ini dapat diperoleh dari teman, anggota

keluarga, atau orang lain. Komitmen pernikahan cenderung rendah apabila

seseorang mendapatkan kebutuhan yang ia anggap penting dari orang lain yang

bukan pasangannya. Menurut Vergouwen (1986) salah satu penyebab perceraian

yang terjadi pada pasangan Batak Toba adalah karena menyukai orang lain.

Faktor terakhir adalah faktor ukuran investasi. Menurut Rusbult dan

koleganya (1998) terdapat beberapa investasi dalam hubungan, yaitu teman

bersama, identitas pribadi, anak-anak, atau kepemilikan materi bersama. Bagi

pasangan Batak Toba melanjutkan keturunan dengan memperoleh anak laki-laki

merupakan hal yang penting. Hal ini membuat ketiadaan anak laki-laki juga akan

mempengaruhi pernikahan pasangan Batak Toba untuk tetap dilanjutkan atau

tidak. Penelitian oleh Manik (2015) yang menemukan bahwa faktor penyebab

sirang so sirang (pisah tidak pisah) pada masyarakat Batak adalah media sosial,

gaya hidup, keturunan, KDRT, faktor ekonomi, dan tidak melaksanakan

kewajiban. Menurut Vergouwen (1986) tujuan pernikahan dalam adat Batak

Toba adalah untuk mendapatkan anak laki-laki. Tujuan pernikahan tersebut

membuat keturunan merupakan hal yang penting dalam pernikahan terutama

keturunan laki-laki dan ketiadaan keturunan laki-laki menjadi alasan terbesar

untuk bercerai.

Universitas Sumatera Utara


32

E. Paradigma Teoritis

Faktor yang
Mempengaruhi:
Komitmen Pernikahan Pada
Pasangan Batak Toba yang 1. Tingkat Kepuasan
Tidak Memiliki Anak Laki- 2. Kualitas Alternatif
Laki
3. Ukuran Investasi
Pernikahan Komitmen
Pernikahan

Nilai Budaya

Personal Moral Struktural

Batak Toba

Melanjutkan
keturunan laki-laki

Perceraian

Keterangan:
Mempengaruhi/dipengaruhi

Berhubungan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode ilmiah merupakan suatu cara untuk menerapkan prinsip logis

terhadap suatu penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran atau suatu cara

ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmu agar memecahkan masalah (Almack,

dalam Siregar, 2013). Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian

kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang melakukan analisis hanya pada taraf deskriptif dimana hanya

terbatas pada penggambaran data secara faktual. Data akan diolah dan disajikan

secara ringkas serta sistematik sehingga mudah untuk dibaca, dipahami, dan

disimpulkan (Azwar, 2017).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai. Variabel juga

merupakan suatu konsep, proposisi, atau objek yang memiliki berbagai nilai

didalamnya. Variabel juga diartikan sebagi suatu sifat kasus yang memiliki lebih

dari satu kategori (Yusuf, 2014). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah komitmen pernikahan.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan suatu batasan yang diberikan kepada

variabel-variabel yang akan diteliti untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian dari variabel itu sendiri. (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional

dari variabel dalam penelitian ini adalah komitmen pernikahan merupakan suatu

33
Universitas Sumatera Utara
34

niat dan keinginan yang dirasakan oleh pasangan untuk tetap bertahan dan

melanjutkan hubungan secara personal, moral, dan struktural. Secara personal

adalah keinginan individu untuk bertahan terhadap pasangannya. Secara moral

berarti individu ingin bertahan terhadap pasangannya karena merasakan memiliki

kewajiban secara moral. Secara struktural dimana individu ingin bertahan

terhadap pasangannya karena merasa ada hambatan untuk meninggalkan

pasangan.

Komitmen pernikahan akan diukur menggunakan skala komitmen

pernikahan yang disusun berdasarkan aspek komitmen pernikahan oleh Johnson

dan koleganya (1999). Penilaian pengukuran pada skala komitmen pernikahan

adalah tinggi atau rendahnya tingkat komitmen pernikahan. Hasil penilaian dari

komitmen perikahan diperoleh dari skor total pada skala komitmen pernikahan.

Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala komitmen pernikahan maka

semakin tinggi komitmen pernikahan pada pasangan suami-istri. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang diperoleh dari skala komitmen pernikahan maka

semakin rendah komitmen pernikahan pasangan suami-istri.

C. SAMPEL DAN POPULASI PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi dari

hasil penelitian yang harus memiliki beberapa ciri atau karakteristik bersama yang

dapat membedakannya dengan subjek lainnya (Azwar, 2017). Populasi pada

penelitian ini merupakan jenis populasi indefinite. Populasi indifinite merupakan

objek penelitian yang tak terbatas atau sulit dihitung jumlahnya (Yusuf, 2014).

Universitas Sumatera Utara


35

Karena keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti

hanya akan mengambil sebagian dari populasi. Sampel merupakan sebagian dari

populasi yang dipilih dan akan mewakili populasi tersebut dan memiliki

karakteristik yang sama dengan populasi (Yusuf, 2014). Azwar (2012a)

menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang

lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Dalam penelitian ini, jumlah total

sampel adalah 100 orang yang merupakan suami dan istri dengan kriteria yang

sesuai.

Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Suami dan istri dengan latar belakang etnis Batak Toba.

b. Tidak memiliki anak laki-laki. Hal ini berhubungan dengan masalah yang

diangkat dalam penelitian dimana ketiadaan keturunan laki-laki dalam

keluarga Batak Toba merupakan alasan terbesar terjadinya perceraian.

c. Tidak berencana untuk memiliki anak lagi. Hal ini dikarenakan oleh tujuan

penelitian untuk melihat komitmen pernikahan pada individu Batak Toba

yang tidak memiliki anak laki-laki. Sehingga apabila pasangan masih

berencana memiliki anak lagi terdapat kemungkinan pasangan tersebut

memperoleh anak laki-laki.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau yang biasa disebut dengan teknik sampling

merupakan suatu cara atau teknik tertentu yang digunakan dalam mengambil

sampel, sehingga sampel tersebut sebisa mungkin mewakili populasinya

(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan cara

Universitas Sumatera Utara


36

pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden untuk

dijadikan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013).

Sehingga pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti dengan cara mengambil

dari perkumpulan atau organisasi yang berisi orang-orang dengan etnis Batak

Toba.

D. ALAT UKUR PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mendapatkan, mengolah, dan menginterpretasikan informasi dari responden

dengan menggunakan pola ukur yang sama (Siregar, 2013). Alat ukur yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala merupakan suatu perangkat

pertanyaan yang disusun untuk mengungkap suatu atribut dengan respon yang

diberikan terhadap pertanyaan tersebut (Azwar, 2012a). Teknik skala dapat

memberikan hasil yang cukup berarti apabila peneliti dapat memilih jenis skala

yang sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan dan tujuan penelitian

yang ada (Yusuf, 2014).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala komitmen

pernikahan yang disusun berdasarkan aspek komitmen pernikahan oleh Jonhson

dan koleganya (1999). Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang

membentuk komitmen pernikahan personal, moral, dan struktural. Skala ini

memberikan lima pilihan jawaban yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Distribusi item dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 3.1. Blueprint Alat Ukur Komitmen Pernikahan

Aspek Indikator Keterangan Item

Perso- Love Ingin terus menjalin hubungan 1, 10, 20,


nal karena merasa tertarik dengan 32
(Daya Tarik
pasangan.
Pasangan)

Marital Satisfaction Ingin terus menjalin hubungan 4, 13, 25,


karena merasa tertarik bukan 35
(Daya Tarik
hanya pada pasangan, namun juga
Hubungan)
pada hubungan yang dijalani.

Couple Identity Ingin terus menjalin hubungan 7, 17, 28,


karena merasa menjadi pasangan 40
(Identitas Pasangan)
(suami/istri) merupakan identitas
diri.

Moral Divorce Attitudes Ingin terus menjalin hubungan 2, 11, 22,


karena memiliki nilai-nilai 33
(Sikap Perceraian)
tersendiri terhadap perceraian.

Partner Contract Ingin terus menjalin hubungan 5, 14, 26,


karena merasa memiliki tanggung 36
(Kontrak Pasangan)
jawab terhadap pasangan.

Consistency Values Ingin terus menjalin hubungan 8, 18, 29,


karena memiliki nilai konsistensi. 38
(Nilai Konsistensi)

Struk- Alternatives Ingin terus menjalin hubungan 3, 15, 23,


tural karena merasa akan kehilangan 31
(Alternatif)
alternatif yang ada.

Social Pressure Ingin terus menjalin hubungan 6, 19, 27,


karena tidak disetujui oleh orang- 34
(Tekanan Sosial)
orang terdekat untuk bercerai.

Termination Ingin terus bersama karena 9, 21, 30,


Procedures merasa perpisahan atau perceraian 37
sangat menyulitkan.
(Prosedur Perpisahan)

Investment Size Ingin terus bersama karena 12, 16, 24,


merasa bahwa perceraian akan 39
(Investasi yang Tidak
membuat segala hal dalam
Dapat Diperbaiki)
pernikahan menjadi sia-sia.

Jumlah 10 40

Universitas Sumatera Utara


38

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas Alat Ukur

Validitas memiliki arti sejauhmana suatu tes atau skala dalam menjalankan

fungsi pengukurannya dan dikatakan tinggi apabila dapat menghasilkan data yang

secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti tujuan

pengukuran yang dikehendaki (Azwar, 2012b). Validitas yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah validitas isi (content). Haynes dan koleganya (1995)

mengatakan bahwa validitas isi merupakan sejauhmana elemen-elemen pada suatu

intrumen ukur benar-benar relevan dan merupakan representasi konstrak yang

sesuai dengan tujuan pengukuran. Ley (2007) mengatakan bahwa validitas isi

merupakan kelayakan suatu tes sebagai sampel dari domain aitem yang akan

diukur (dalam Azwar, 2012b). Validitas isi akan membutuhkan penggunaan

professional judgement. Professional judgement yang akan dilakukan adalah

dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang dapat menghasilkan data yang

konsisten, stabil, yang dilihat dari sejauhmana hasil dari suatu proses pengukuran

dapat dipercaya. Dikatakan dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh

hasil yang kurang lebih sama, selama aspek yang diukur memang belum berubah

(Azwar, 2012b). Pendekatan reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan konsistensi internal.

Universitas Sumatera Utara


39

Konsistensi internal memiliki makna konsistensi diantara aitem dalam tes

sebagai indikasi bahwa tes tersebut berfungsi sebagai pengukuran yang reliabel.

Estimasi reliabilitas dapat dilakukan dengan analisis pada distribusi skor aitem

atau kelompok aitem. Pendekatan konsistensi internal juga dianggap praktis

karena hanya dengan satu kali pengenaan tes akan memperoleh distibusi skor tes

(Azwar, 2012b). Pengujian reliabilitas akan menggunakan pengolahan data

statistik.

3. Uji Beda Daya Aitem

Daya beda aitem merupakan sejauhmana aitem dapat membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut

yang diukur. Hal ini diukur dengan cara menghitung koefisien korelasi antara

distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala dan akan dihasilkan koefisien

korelasi aitem-total. Pemilihan aitem akan dilakukan berdasarkan pada koefisien

korelasi aitem-total yang diperoleh (Azwar, 2012b).

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur dilakukan dengan analisis daya diskriminasi aitem dan

akan menggunakan pengolahan data statistik. Analisis daya diskriminasi aitem

akan menggunakan batasan rix ≥ 0.30, sehingga aitem yang memiliki koefisien

korelasi di atas 0.30 dianggap memuaskan. Azwar (2012a) berpendapat bahwa

sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya akan

menggunakan batasan di atas 0.30, semua aitem yang mencapai nilai koefisien

korelasi minimal sebesar 0.30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan.

Universitas Sumatera Utara


40

Setelah dilakukan uji coba, diperoleh bahwa terdapat beberapa aitem yang

memiliki koefisien korelasi total dibawah 0.30. Berdasarkan hasil uji coba,

diperoleh bahwa dari 40 aitem yang telah disusun terdapat 31 aitem yang

memiliki nilai koefisien korelasi total di atas 0.30 dengan rentang nilai sebesar

0.318 sampai dengan 0.768, dan 9 aitem dengan nilai koefisien korelasi total di

bawah 0.30. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan juga diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0.900 dari skala komitmen pernikahan tersebut.

Berdasarkan hasil uji coba alat ukur, peneliti mengambil 28 aitem dari 31

aitem yang memiliki nilai koefisien korelasi total di atas 0.30. Pengurangan aitem

dilakukan agar setiap aspek memiliki jumlah aitem yang tidak jauh berbeda.

Analisis statistik yang dilakukan terhadap 28 aitem diperoleh nilai reliabilitas

sebesar 0.938. Sehingga dalam penelitian yang sebenarnya, alat ukur yang

digunakan adalah alat ukur komitmen pernikahan yang disusun berdasarkan aspek

komitmen pernikahan oleh Johnson dan koleganya (1999) dengan jumlah aitem

28 butir. Berikut adalah blue print alat ukur komitmen pernikahan yang digunakan

dalam penelitian:

Tabel 3.2. Blueprint Alat Ukur Komitmen Pernikahan yang Digunakan

dalam Penelitian

Aspek Indikator Keterangan Item

Personal Love Ingin terus menjalin hubungan 1, 8, 22


karena merasa tertarik dengan
(Daya Tarik Pasangan)
pasangan.

Marital Satisfaction Ingin terus menjalin hubungan 4, 17, 25


karena merasa tertarik bukan
(Daya Tarik
hanya pada pasangan, namun
Hubungan)
juga pada hubungan yang
dijalani.

Universitas Sumatera Utara


41

Couple Identity Ingin terus menjalin hubungan 5, 11, 28


karena merasa menjadi
(Identitas Pasangan)
pasangan (suami/istri)
merupakan identitas diri.

Moral Divorce Attitudes Ingin terus menjalin hubungan 2, 14, 23


karena memiliki nilai-nilai
(Sikap Perceraian)
tersendiri terhadap perceraian.

Partner Contract Ingin terus menjalin hubungan 9, 18


karena merasa memiliki
(Kontrak Pasangan)
tanggung jawab terhadap
pasangan.

Consistency Values Ingin terus menjalin hubungan 6, 12, 20


karena memiliki nilai
(Nilai Konsistensi)
konsistensi.

Struktural Alternatives Ingin terus menjalin hubungan 3, 10, 15


karena merasa akan kehilangan
(Alternatif)
alternatif yang ada.

Social Pressure Ingin terus menjalin hubungan 13, 19, 24


karena tidak disetujui oleh
(Tekanan Sosial)
orang-orang terdekat untuk
bercerai.

Termination Ingin terus bersama karena 7, 21, 26


Procedures merasa perpisahan atau
perceraian sangat menyulitkan.
(Prosedur Perpisahan)

Investment Size Ingin terus bersama karena 16, 27


merasa bahwa perceraian akan
(Investasi yang Tidak
membuat segala hal dalam
Dapat Diperbaiki)
pernikahan menjadi sia-sia.

Jumlah 10 28

G. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, terdiri dari: (1) tahap persiapan

penelitian, (2) Tahap pelaksanaan penelitian, dan (3) tahap pengolahan data.

Universitas Sumatera Utara


42

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah :

a. Pembuatan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan skala komitmen pernikahan. Penyusunan skala

dimulai dengan membuat blue-print dan kemudian dioperasionalkan ke

dalam bentuk aitem.

b. Uji Coba Alat Ukur

Setelah penyusunan alat ukur selesai, maka tahap selanjutnya yang

dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur.

c. Revisi Alat Ukur

Hasil dari uji coba alat ukur akan digunakan untuk mengukur validitas dan

reliabilitasnya. Kemudian peneliti akan menyusun kembali alat ukur yang

akan digunakan untuk penelitian yang sebenarnya.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian adalah tahap dimana peneliti menyebarkan skala

kepada responden untuk di isi. Skala diberikan dalam bentuk hardcopy dan

secara langsung kepada responden oleh peneliti.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah data telah terkumpul maka akan dilakukan pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan menggunakan pengolahan data statistik.

Universitas Sumatera Utara


43

H. METODE ANALISIS DATA

Data akan dianalisis secara kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang melakukan analisis hanya pada taraf

deskriptif dimana hanya terbatas pada penggambaran data secara faktual. Data

akan diolah dan disajikan secara ringkas serta sistematik sehingga mudah untuk

dibaca, dipahami, dan disimpulkan (Azwar, 2017). Data yang akan diolah untuk

menentukan skor maksimum dan minimum, mean, serta standar deviasi. Data

yang diperoleh juga akan digunakan untuk mengkategorisasikan sesuai dengan

kategorisasi yang ada. Analisis data yang dilakukan akan menggunakan

pengolahan data statistik.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari suami dan

istri beretnis Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki dengan rentang usia

24-65 tahun. Subjek penelitian akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,

agama, dan usia.

1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka penyebaran subjek dalam

penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin N Persentase
Laki-laki 50 50%
Perempuan 50 50%
Total 100 100%

Berdasarkan tabel 4.1., dapat diketahui bahwa subjek penelitian dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 50 orang (50%) dan subjek penelitian dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (50%).

2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Agama

Jika dilihat berdasarkan agama yang dianut, maka penyebaran subjek

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Agama


Agama N Persentase
Islam 30 30%
Kristen Katolik 2 2%
Kristem Protestan 68 68%
Total 100 100%

44
Universitas Sumatera Utara
45

Berdasarkan tabel 4.2., dapat diketahui bahwa subjek yang menganut

agama Kristen Protestan merupakan jumlah terbanyak, yaitu 68 orang (68%).

Selanjutnya disusul oleh jumlah subjek yang menganut agama Islam, yaitu

sebanyak 30 orang (30%). Subjek dengan jumlah terkecil adalah subjek yang

menganut agama Kristen Katolik, yaitu sebanyak 2 orang (2%).

3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia

Jika dilihat berdasarkan usia, maka penyebaran subjek penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.3. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia


Usia N Persentase
Dewasa awal 16 16%
Dewasa menengah 82 82%
Dewasa akhir 2 2%
Total 100 100%

Berdasarkan tabel 4.3., dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang paling

banyak adalah yang berada pada usia masa dewasa menengah (40-60 tahun), yaitu

sebanyak 82 orang (82%). Subjek yang berada pada usia dewasa awal (18-40)

menyusul dengan jumlah subjek sebanyak 16 orang (16%). Subjek dengan jumlah

paling sedikit berada pada usia dewasa akhir (diatas 60 tahun), yaitu sebanyak 2

orang (2%).

B. Hasil Utama Penelitian

Hasil utama penelitian ini akan menggambarkan komitmen pernikahan

secara umum serta berdasarkan aspek-aspek komitmen pernikahan pada individu

Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki.

Universitas Sumatera Utara


46

1. Gambaran Komitmen Pernikahan Secara Umum

Gambaran komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki secara umum dapat dilihat berdasarkan skor mean, standar

deviasi, skor minimum, dan skor maksimum dari skor skala komitmen

pernikahan. Berikut merupakan tabel nilai empirik dan nilai hipotetik pada subjek

penelitian:

Tabel 4.4. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Komitmen Pernikahan


Variabel Nilai Empirik Nilai Hipotetik
Komitmen Skor Skor Mean SD Skor Skor Mean SD
Pernikahan Min Maks Min Maks
85 140 118.81 11.15 28 140 84 18.67

Berdasarkan tabel 4.4., dapat diketahui bahwa skor minimum komitmen

pernikahan dari 100 subjek penelitian adalah sebesar 85 dan skor maksimum

adalah 140. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa mean empirik dari

komitmen pernikahan adalah sebesar 118.81 dengan standar deviasi sebesar

11.15. Berdasarkan tabel juga dapat diketahui bahwa mean hipotetik dari

komitmen pernikahan adalah sebesar 84 dengan standar deviasi sebesar 18.67.

Selanjutnya subjek akan dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu

komitmen pernikahan tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan komitmen

pernikahan subjek penelitian dilakukan dengan pengkategorian sesuai yang tertera

pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Kategori Norma Nilai Komitmen Pernikahan


Variabel Rentang Nilai Kategori
Komitmen X < (µ - 1,0ϭ) Tinggi
pernikahan
(µ - 1,0ϭ) ≤ X < (µ + Sedang
1,0ϭ)
(µ + 1,0ϭ) ≤ X Rendah

Universitas Sumatera Utara


47

Berdasarkan kategorisasi norma komitmen pernikahan pada tabel 4.5,

maka diperoleh pengelompokan komitmen pernikahan seperti yang tertera pada

tabel berikut:

Tabel 4.6. Pengelompokan Komitmen Pernikahan Subjek


Rentang Skor Kategori N Persentase
X < 65.33 Rendah 0 0%
65.33 ≤ X ≤ Sedang 8 8%
102.67
X > 102.67 Tinggi 92 92%

Berdasarkan tabel 4.6., dapat diketahui bahwa dari 100 orang subjek

penelitian, sebanyak 92 orang (92%) memiliki komitmen pernikahan yang tinggi,

8 orang (8%) memiliki komitmen pernikahan yang sedang, dan tidak ada yang

berada pada kategori komitmen pernikahan rendah.

2. Gambaran Komitmen Pernikahan Berdasarkan Aspek

Gambaran komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki secara umum juga dapat dilihat dari skor mean, standar

deviasi, skor maksimum, dan skor minimum dari skor aspek komitmen

pernikahan. Adapun aspek dari komitmen pernikahan adalah, personal, moral, dan

struktural.

a. Gambaran Komitmen Pernikahan Berdasarkan Aspek Personal

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan nilai empirik dan nilai

hipotetik pada subjek penelitian:

Tabel 4.7. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada Aspek
Personal
Empirik Hipotetik
Skor Skor Mean SD Skor Skor Mean SD

Universitas Sumatera Utara


48

Maks Min Maks Min


45 26 39.6 4.04 45 9 27 6

Berdasarkan tabel 4.7., dapat diketahui bahwa skor minimum pada aspek

personal dari 100 subjek penelitian adalah sebesar 26 dan skor maksimum sebesar

45. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa mean empirik dari aspek personal

komitmen pernikahan adalah sebesar 39.6 dengan standar deviasi sebesar 4.04.

Nilai mean hipotetik diketahui bahwa sebesar 27 dengan standar deviasi sebesar 6.

Pengelompokan komitmen pernikahan berdasarkan aspek personal adalah

seperti yang tertera di tabel berikut:

Tabel 4.8. Pengelompokan Aspek Personal


Rentang Skor Kategori N Persentase
X < 21 Rendah 0 0%
21 ≤ X ≤ 33 Sedang 8 8%
X > 33 Tinggi 92 92%

Berdasarkan tabel 4.8., dapat diketahui bahwa berdasarkan aspek personal,

dari 100 subjek penelitian terdapat 92 orang (92%) yang tergolong pada

komitmen pernikahan tinggi, 8 orang (8%) pada komitmen pernikahan sedang,

dan tidak ada (0%) yang tergolong pada komitmen pernikahan rendah.

b. Gambaran Komitmen Pernikahan Berdasarkan Aspek Moral

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan nilai empirik dan nilai

hipotetik pada subjek penelitian:

Tabel 4.9. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada Aspek
Moral
Empirik Hipotetik
Skor Skor Mean SD Skor Skor Mean SD

Universitas Sumatera Utara


49

Maks Min Maks Min


40 24 34.57 3.35 40 8 24 5.33

Berdasarkan tabel 4.9., dapat diketahui bahwa skor minimum pada aspek

moral dari 100 subjek penelitian adalah sebesar 24 dan skor maksimum sebesar

40. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa mean empirik dari aspek moral

komitmen pernikahan adalah sebesar 34.57 dengan standar deviasi sebesar 3.35.

Nilai mean hipotetik diketahui bahwa sebesar 24 dengan standar deviasi sebesar

5.33.

Pengelompokan komitmen pernikahan berdasarkan aspek moral adalah

seperti yang tertera di tabel berikut:

Tabel 4.10. Pengelompokan Aspek Moral


Rentang Skor Kategori N Persentase
X < 18.67 Rendah 0 0%
18.67 ≤ X ≤ Sedang 7 7%
29.33
X > 29.33 Tinggi 93 93%

Berdasarkan tabel 4.10., dapat diketahui bahwa berdasarkan aspek moral,

dari 100 subjek penelitian terdapat 93 orang (93%) yang tergolong pada

komitmen pernikahan tinggi, 7 orang (7%) pada komitmen pernikahan sedang,

dan tidak ada (0%) yang tergolong pada komitmen pernikahan rendah.

c. Gambaran Komitmen Pernikahan Berdasarkan Aspek Struktural

Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan nilai empirik dan nilai

hipotetik pada subjek penelitian:

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 4.11. Nilai Empirik dan Hipotetik Komitmen Pernikahan Pada Aspek
Struktural
Empirik Hipotetik
Skor Skor Mean SD Skor Skor Mean SD
Maks Min Maks Min
55 30 44.64 5.35 55 11 33 7.33

Berdasarkan tabel 4.11., dapat diketahui bahwa skor minimum pada aspek

struktural dari 100 subjek penelitian adalah sebesar 30 dan skor maksimum

sebesar 55. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa mean empirik dari aspek

moral komitmen pernikahan adalah sebesar 44.64 dengan standar deviasi sebesar

5.35. Nilai mean hipotetik diketahui bahwa sebesar 33 dengan standar deviasi

sebesar 7.33.

Pengelompokan komitmen pernikahan berdasarkan aspek struktural adalah

seperti yang tertera di tabel berikut:

Tabel 4.12. Pengelompokan Aspek Struktural


Rentang Skor Kategori N Persentase
X < 25.67 Rendah 0 0%
25.67 ≤ X ≤ Sedang 21 21%
40.33
X > 40.33 Tinggi 79 79%

Berdasarkan tabel 4.12., dapat diketahui bahwa berdasarkan aspek

struktural, dari 100 subjek penelitian terdapat 79 orang (79%) yang tergolong

pada komitmen pernikahan tinggi, 21 orang (21%) pada komitmen pernikahan

sedang, dan tidak ada (0%) yang tergolong pada komitmen pernikahan rendah.

Universitas Sumatera Utara


51

C. Hasil Tambahan

1. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran komitmen pernikahan pada subjek berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Jenis


Kelamin

Jenis Kategori
N Persentase Mean
Kelamin Tinggi Sedang Rendah
Laki-Laki 50 50% 117.34 43 7 0
Perempuan 50 50% 120.28 49 1 0

Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa dari 50 orang (50%) subjek

penelitian yang berjenis kelamin laki-laki, yang dikategorikan dalam komitmen

pernikahan tinggi sebanyak 43 orang, 7 orang dalam komitmen pernikahan

sedang, dan tidak ada yang dikategorikan dalam komitmen pernikahan rendah.

Berdasarkan tabel 4.13. juga diketahui bahwa dari 50 orang (50%) subjek

penelitian yang berjenis kelamin perempuan, yang dikategorikan dalam komitmen

pernikahan tinggi sebanyak 49 orang, 1 orang dalam komitmen pernikahan

sedang, dan tidak ada yang dikategorikan dalam komitmen pernikahan rendah.

Data pada tabel juga menunjukkan skor mean subjek yang berjenis kelamin laki-

laki sebesar 117.34 dan 120.28 untuk subjek yang berjenis kelamin perempuan.

2. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Agama

Gambaran komitmen pernikahan pada subjek berdasarkan agama yang

dianut dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 4.14. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Agama


Kategori
Agama N Persentase Mean
Tinggi Sedang Rendah
Islam 30 30% 116.83 27 3 0
Kristen 68 68% 119.28 63 5 0
Protestan
Kristen 2 2% 132,5 2 0 0
Katolik

Berdasarkan tabel 4.14., dapat diketahui bahwa dari 30 orang (30%) subjek

penelitian yang beragama Islam, yang dikategorikan dalam komitmen pernikahan

tinggi terdapat sebanyak 27 orang, 3 orang dalam komitmen pernikahan sedang,

dan tidak ada yang dikategorikan dalam komitmen pernikahan rendah.

Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 68 orang (68%) subjek

penelitian yang beragama Kristen Protestan, yang dikategorikan dalam komitmen

pernikahan tinggi ada sebanyak 63 orang, 5 orang dalam komitmen pernikahan

sedang, dan tidak ada yang dikategorikan dalam komitmen pernikahan rendah.

Kemudian, untuk subjek yang beragama Kristen Katolik yaitu sebanyak 2 orang

(2%) dikategorikan dalam komitmen pernikahan tinggi. Data pada tabel juga

menunjukkan skor mean subjek yang beragama Islam sebesar 116.83, 119.28

untuk subjek yang beragama Kristen Protestan, dan 132,5 untuk subjek penelitian

yang beragama Kristen Katolik.

3. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Usia

Gambaran komitmen pernikahan pada subjek berdasarkan rentang usia

dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 4.15. Gambaran Komitmen Pernikahan Subjek Berdasarkan Usia

Kategori
Usia N Persentase Mean
Tinggi Sedang Rendah
Dewasa 16 16% 117.81 14 2 0
Awal
Dewasa 82 82% 119.07 76 6 0
Menengah
Dewasa 2 2% 116 2 0 0
Akhir

Berdasarkan tabel 4.15., dapat diketahui bahwa dari 16 orang (16%) subjek

penelitian yang berada pada usia dewasa awal, yang dikategorikan dalam

komitmen pernikahan tinggi terdapat sebanyak 14 orang, 2 orang dalam

komitmen pernikahan sedang, dan tidak ada yang dikategorikan dalam komitmen

pernikahan rendah. Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 82 orang

(82%) subjek penelitian yang berada pada usia dewasa menengah, yang

dikategorikan dalam komitmen pernikahan tinggi ada sebanyak 76 orang, 6 orang

dalam komitmen pernikahan sedang, dan tidak ada yang dikategorikan dalam

komitmen pernikahan rendah. Kemudian, untuk subjek yang berada pada usia

dewasa akhir yaitu sebanyak 2 orang (2%) dikategorikan dalam komitmen

pernikahan tinggi. Data pada tabel juga menunjukkan skor mean subjek yang

berusia dewasa awal sebesar 117.81, 119.07 untuk subjek yang berusia dewasa

menengah, dan 116 untuk subjek penelitian yang berusia dewasa akhir.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada 100 orang subjek (suami dan istri)

individu Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki ditemukan bahwa terdapat

Universitas Sumatera Utara


54

92 orang (92%) memiliki nilai komitmen pernikahan dikategori tinggi. Nilai rata-

rata dari keseluruhan subjek penelitian juga ditemukan sebesar 118.81, sehingga

komitmen pernikahan subjek dapat dikategorikan dalam kategori tinggi. Menurut

Johnson (1991) komitmen itu sendiri adalah konsep pasangan mengenai masa

depan dari hubungan mereka dan motivasi mereka untuk melanjutkannya.

Motivasi untuk melanjutkan hubungan berasal dari perasaan pasangan bahwa

mereka ingin tetap berada pada hubungan, bahwa mereka harus tinggal, dan

mereka harus tetap tinggal (dalam Adams & Jones, 1999).

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat

beragam dan turut mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Fitriyani dan

koleganya (2015) menemukan dalam penelitiannya bahwa terdapat hal mengenai

sosial budaya dalam masyarakat yang akan berkaitan dengan adat-istiadat yang

diberikan secara turun menurun. Johnson dan koleganya (1999) juga menyatakan

bahwa komitmen pernikahan terbentuk karena adanya komitmen moral yaitu

perasaan bahwa seseorang secara moral berkewajiban untuk melanjutkan sebuah

hubungan. Hal ini juga dibangun berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh individu

itu sendiri.

Suku Batak Toba sudah memiliki nilai-nilai tersendiri dalam pernikahan.

Orang Batak melakukan perkawinan yang bersifat patrilineal dengan tujuan untuk

melestarikan galur suami dalam garis laki-laki. Sehingga penyebab utama dalam

perceraian orang Batak dikarenakan kemungkinan tidak memiliki keturunan,

terutama karena pasangan tersebut hanya memiliki anak perempuan (Vergouwen,

1986). Walaupun demikian, berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari

mean score secara keseluruhan individu Batak Toba yang tidak memiliki anak

Universitas Sumatera Utara


55

laki-laki berada pada kategori tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa tingginya

keinginan mereka untuk mempertahankan pernikahannya.

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dapat diketahui bahwa

mayoritas komitmen pernikahan individu (suami dan istri) Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki berada pada kategori tinggi. Hal ini menggambarkan

bahwa tingginya komitmen pernikahan yang dimiliki membuat mereka tetap

mempertahankan hubungannya. Meskipun menurut hukum adat Batak Toba

bahwa penyebab utama perceraian orang Batak dikarenakan kemungkinan tidak

memiliki keturunan atau karena pasangan tersebut hanya memiliki anak

perempuan (Vergouwen, 1986).

Tingginya komitmen pernikahan dapat membuat suatu hubungan tetap

bertahan, sesuai dengan pendapat Wieselquist (dalam Boseke, 2015) yang

menyatakan bahwa ketergantungan pada pasangan akan menumbuhkan

komitmen yang kuat dan komitmen akan menimbulkan perilaku-perilaku yang

menjaga hubungan. Selain itu, Lauer (dalam Wulandari, 2009) menyatakan bahwa

komitmen adalah faktor penting dalam pernikahan sehat. Komitmen dapat

memberikan perasaan bagi suami istri untuk tetap bertahan dari setiap masalah

yang ada dalam pernikahan.

Tingginya komitmen pernikahan juga dapat terjadi karena beberapa faktor

lainnya karena terdapat faktor lain yang menjadi alasan bagi individu Batak Toba

untuk mempertahankan pernikahan yang telah mereka bangun. Menurut

Vergouwen (1986) seorang perempuan yang melahirkan banyak anak tidak boleh

diceraikan begitu saja dan suami harus terus hidup bersama istrinya dan

memberikan nafkah. Subjek yang mengikuti peneletian ini mayoritas memiliki

Universitas Sumatera Utara


56

anak lebih dari satu, walaupun tidak memiliki anak laki-laki. Manik (2015) juga

telah menemukan bahwa adat perkawinan etnis Batak Toba memiliki tradisi janji

pernikahan yang berarti pasangan tidak boleh berpisah.

Berdasarkan aspek-aspeknya, hasil penelitian ditemukan bahwa dilihat dari

jumlahnya, mayoritas komitmen pernikahan individu Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki berada pada kategori tinggi di ketiga aspek komitmen

pernikahan. Adapun ketiga aspek komitmen pernikahan tersebut menurut Johnson

dan koleganya (1999) adalah aspek personal, moral, dan struktural. Mean score

komitmen pernikahan individu Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki

juga berada pada kategori tinggi di ketiga aspek komitmen pernikahan.

Jika dilihat berdasarkan jumlahnya, jumlah subjek yang paling banyak

masuk ke dalam kategori tinggi adalah pada aspek moral yaitu sebanyak 93 0rang

(93%). Hal ini juga menggambarkan bahwa individu Batak Toba yang tidak

memiliki anak laki-laki tetap memiliki nilai-nilai moral yang tinggi dalam

mempertahankan pernikahannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Johnson dan koleganya (1999) bahwa salah satu aspek

pembentuk komitmen pernikahan adalah adanya komitmen moral yang mana

adanya perasaan bahwa seseorang secara moral berkewajiban untuk melanjutkan

sebuah hubungan.

Data penelitian menunjukkan bahwa jumlah subjek yang masuk ke dalam

kategori tinggi pada aspek personal adalah sebanyak 92 orang (92%). Hal ini

menggambarkan bahwa komitmen pernikahan pada individu Batak Toba yang

tidak memiliki anak laki-laki dibentuk oleh keinginan individu untuk

mempertahankan hubungannya. Johnson dan koleganya (1999) menyatakan

Universitas Sumatera Utara


57

bahwa komitmen personal merupakan keinginan individu untuk bertahan

dikarenakan adanya rasa ketertarikan terhadap pasangan, hubungan, dan merasa

pasangan adalah bagian penting dalam hidupnya.

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh juga dapat dilihat bahwa jumlah

subjek penelitian yang paling sedikit masuk ke dalam kategori tinggi adalah pada

aspek struktural. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 79 orang (79%) yang

masuk ke dalam kategori tinggi pada aspek struktural. Hal ini cukup berbeda

dengan jumlah subjek yang masuk ke dalam kategori tinggi pada aspek personal

dan moral yaitu 92 orang (92%) dan 93 orang (93%). Johnson dan koleganya

(1999) menyatakan bahwa komitmen struktural akan menjadi penting apabila

komitmen personal dan moral relatif rendah. Hal ini dikarenakan individu akan

mempertahankan hubungannya hanya karena merasa terjebak dalam hubungan

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih sedikitnya jumlah orang

yang masuk ke dalam kategori tinggi pada aspek struktural dikarenakan tingginya

komitmen personal dan moral yang dimiliki oleh subjek penelitian.

Hasil tambahan yang turut dipertimbangkan adalah mengenai agama yang

dianut oleh subjek penelitian. Penelitian oleh Johnson dan koleganya (1999)

menemukan bahwa terdapat hubungan antara religiusitas terutama dengan

komitmen moral. Religiusitas juga dapat menjadi salah satu tekanan sosial untuk

seseorang tetap dalam pernikahannya. Hal ini dikarenakan orang yang sangat

religius cenderung akan berada dalam lingkungan sosial dengan orang yang

serupa. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki beberapa agama yang

diyakini oleh masyarakatnya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing dan

berkaitan erat dengan religiusitas masyarakat tersebut.

Universitas Sumatera Utara


58

Pada penelitian ini terdapat tiga agama yang dianut oleh subjek penelitian

yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Berdasarkan data yang

diperoleh dapat diketahui bahwa mean score pada ketiga agama tersebut termasuk

dalam kategori tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa komitmen pernikahan

pasangan suami istri etnis Batak Toba turut dipengaruhi oleh agama yang dianut.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Raja Marpodang (1999) yang menyatakan

bahwa pernikahan merupakan suatu yang skaral di masyarakat Batak terlebih

ketika telah memeluk agama Kristen (dalam Manik, 2015).

Agama Kristen baik Kristen Protestan maupun Kristen Katolik memiliki

prinsip bahwa tidak diperbolehkannya perceraian terjadi. Dasar pernikahan yang

tertulis dalam Alkitab mengatakan bahwa apa yang telah dipersatukan Tuhan,

tidak boleh diceraikan manusia, karena setelah perkawinan laki-laki dan

perempuan akan menjadi satu daging (Rosely, dkk, 2017). Selanjutnya, dalam

Agam Islam perceraian diperbolehkan terjadi, hanya saja perceraian tetap menjadi

suatu hal yang tidak baik untuk dilakukan. Pernikahan dalam syariat Islam adalah

menjadikan hubungan yang langgeng, abadi, dan tidak runtuh. Sehingga walaupun

perceraian merupakan hal yang dihalalkan, namun dibenci oleh Allah SWT

(Ishak, 2016).

Hasil tambahan lain adalah berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian yang

ditemukan terlihat bahwa perempaun (istri) dan laki-laki (suami) keduanya

memiliki mean score yang berada pada kategori tinggi. Walaupun demikian mean

score keduanya terlihat berbeda, dimana mean score perempuan (istri) lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki (suami). Penelitian yang dilakukan oleh Johnson

dan koleganya (1999) juga menemukan bahwa terdapat perbedaan antara suami

Universitas Sumatera Utara


59

dan istri, namun tidak ditemukan perbedaan yang mencolok antara suami dan istri.

kesimpulan utama dari penelitian Johnson dan koleganya (1999) adalah bahwa

adanya pengalaman komitmen yang secara empiris berbeda yang dimiliki baik

untuk suami maupun istri.

Menurut Sadarjoen (dalam Wulandari, 2009) terdapat konsekuensi dalam

komitmen permanen dalam suatu pernikahan sehingga tidak semua orang berani

untuk menanggung konsekuensi tersebut. Salah satu faktor yang berperan dalam

hal ini adalah faktor kematangan kepribadian. Jika melihat data hasil penelitian

berdasarkan usia, diketahui bahwa subjek penelitian berada pada usia dewasa

awal, dewasa menengah, dan dewasa akhir. Mean score pada ketiga kelompok

usia tersebut masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa

komitmen pernikahan yang dimiliki kelompok usia dewasa awal, dewasa

menengah, dan dewasa akhir tergolong tinggi.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Waite (dalam Santrock

(2015) yang menyatakan bahwa pernikahan di masa remaja kemungkinan besar

akan berakhir dengan perceraian dibandingkan pernikahan yang dilakukan di

masa dewasa. Santrock (2015) juga berpendapat bahwa pernikahan yang di masa

dewasa awal terasa sulit dan terjal, akan berubah menjadi terasa lebih biasa di

masa dewasa menengah. Bahkan bila pasangan melalui kehidupan yang sarat akan

badai, mereka akhirnya menemukan fondasi yang dalam dan kokoh untuk

membangun relasi tersebut.

Sebagian besar subjek dalam penelitian berada pada kelompok usia dewasa

menengah. Sehingga hal ini dapat dikatakan sebagai salah satu alasan tingginya

komitmen pernikahan yang diperoleh dari hasil penelitian. Menurut DeGenova

Universitas Sumatera Utara


60

(2008) pada masa dewasa madya merupakan waktu untuk menghidupkan kembali

pernikahan yang lelah, untuk memikirkan hubungan, dan untuk memutuskan

bahwa mereka ingin berbagi banyak hal dalam kehidupan bersama. Pasangan

yang dapat belajar untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan yang

lembut, terutama perasaan cinta dan kasih sayang yang telah mereka lalaikan,

mereka dapat mengembangkan keintiman yang lebih besar daripada yang mereka

alami sepanjang waktu. Komunikasi yang ditingkatkan ini juga dapat

mengungkap dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyusahkan dan

mengarah pada peningkatan hubungan dan kebersamaanSelanjutnya, Henry dan

koleganya (dalam Santrock, 2015) menemukan bahwa kepuasan pernikahan lebih

tinggi pada orang usia dewasa akhir daripada orang usia dewasa menengah.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan

hasil yang telah diperoleh dari penelitian. Pertama akan diuraikan kesimpulan dari

penelitian, selanjutnya akan diuraikan saran metodologis dan praktis yang

diharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya yang terkait.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif komitmen pernikahan pada individu

Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki, komitmen pernikahan pada

individu Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki tergolong tinggi.

2. Berdasarkan ketiga aspek komitmen pernikahan, mayoritas subjek penelitian

masuk dalam kategori tinggi. Jumlah subjek terbanyak dalam kategorisasi

tinggi ada pada aspek moral.

3. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan mean score antara suami dan

istri, namun keduanya tetap berada pada kategori tinggi.

4. Berdasarkan agama, ketiga kelompok agama yang berbeda yaitu, Kristen

Protestan, Kristen Katolik, dan Islam berada pada kategori tinggi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat diajukan adalah

sebagai berikut:

61
Universitas Sumatera Utara
62

1. Saran Metodologis

a. Untuk penelitian selanjutnya dengan variabel dan subjek yang sama, dapat

dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif agar dapat memperoleh

pengaruh dan dinamika ketiadaan anak laki-laki terhadap komitmen

pernikahan pada individu Batak Toba secara mendalam.

b. Peneliti selanjutnya dengan variabel yang sama dapat meneliti perbedaan

komitmen pernikahan antara suami dan istri pada pasangan Batak Toba

yang tidak memiliki anak laki-laki agar dapat memperoleh letak perbedaan

komitmen pernikahan suami dan istri secara lebih rinci.

c. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti faktor-faktor lain yang

kemungkinan mempengaruhi komitmen pernikahan, seperti pendapatan,

pendidikan, dan tingkat kepuasan agar hasil mengenai komitmen pernikahan

yang didapatkan lebih lengkap dan kaya akan informasi.

2. Saran Praktis

Hasil penelitian mengenai komitmen pernikahan pada individu Batak Toba

yang tidak memiliki anak laki-laki ini dapat dijadikan sumber informasi bagi

masyarakat khususnya kepada yang memiliki kondisi yang sama dengan subjek

agar dapat menjadi suatu pertimbangan mengenai hal terkait.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. J. & Jones, W. H. (1999). Handbook of Interpersonal Commitment


and Relationship Stability. New York: Springer Science-Business Media.
Aninda, R. N. (2013). Nilai Anak Perempuan Pada Keluarga Batak Ditinjau Dari
Ibu Dewasa Awal dan Dewasa Madya. Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2
No.1
Ardhianita, I. & Andayani, B. (2005). Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari
Berpacaran dan Tidak Berpacaran. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM:
Jurnal Psikologi Vol.32 No.2
Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2012a). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2012b). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. (2015). Nikah, Talak dan Cerai, serta Rujuk, 2012-2015.
Retried from https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/893 (Diakses
pada 21 November 2017).
Boseke, R. O. (2015). Hubungan Antara Komitmen Pernikahan dengan Kepuasan
Pernikahan Pada Istri yang Ditinggal Suami Bekerja di Luar Kota.
Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana: Skripsi.
DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationships, Marriages & Family (7 ed.).
New York: McGraw-Hill.
Fitriyani, D. (dkk). (2015). Kajian Kualitatif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pernikahan Remaja Perempuan. Bandung: UNPAD: IJEMC: Vol.2, No.3.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (5 ed.). (d. r. Sijabat, Penyunt., & d. Istiwidayanti,
Penerj.) New York: McGraw-Hill.
Irmawati. (2007). Nilai-Nilai yang Mendasari Motif-Motif Penentu Keberhasilan
Suku Batak Toba (Studi Psikologi Ulayat). Depok: Fakultas Psikologi UI:
Disertasi.
Ishak, H. (2016). Perbandingan Hukum Perceraian Islam dan Katolik.
Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Negri Sunan
Kalijaga: Skripsi.
Johnson, M. P. (dkk). (1999). The Tripartite Nature of Marital Commitment:
Personal, Moral, and Structural Reasons to Stay Married. National Council
on Family Relations: Journal of Marriage and the Family: Vol.61, No.1.
Kertamuda, F. E. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Manik, F. (2015). Sirang So Sirang (Pisah Tidak Pisah) Dalam Etnis Batak Toba
Kisten (Studi Kaus Pasangan Suami Istri di Kecamatan Bangko Pusako
Kabupaten Rokan Hilir). Pekanbaru: FISIP Universitas Bina Widya
Simpang Baru: Jom Fisip Vol.2 No.2
Nainggolan, T. (2006). Batak Toba di Jakarta: Kontinuitas dan Perubahan
Identitas. Medan: Bina Media Perintis.

63
Universitas Sumatera Utara
64

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Prianto, B., dkk. (2013). Rendahnya Komitmen Dalam Perkawinan Sebagai Sebab
Perceraian. Malang: Universitas Merdeka Malang: Jurnal Komunitas Vol.5
No.2.
Prihatinah, T. L. (2008). Tinjauan Filosofis Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974. Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman: Jurnal
Dinamika Hukum Vol.8 No.2.
Rachmayani, F. & Kumala, A. (2016). Pengaruh Perilaku Dominan dan
Komitmen Perkawinan Terhadap Kebahagiaan Pernikahan Pada Istri
Bekerja yang Memiliki Penghasilan Lebih Tinggi dari Suami. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka: Jurnal
Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol.2 No.2.
Rahmatika, N. S. & Handayani, M. M. (2012). Hubungan Antara Bentuk Strategi
Coping dengan Komitmen Perkawinan pada Pasangan Dewasa Madya
Dual Karir. Surabaya: Fakultas Psikologi UNAIR: Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan Vol.1 No.03.
Rosely, S. (dkk). (2017). Putusnya Perkawinan Karena Perceraian (Kajian
Berdasarkan Hukum Gereja bagi Perkawinan Kristen di Indonesia).
Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Rusbult, C. E. (dkk). (2011). The Investment Model of Commitment Process.
Purdue University: Department of Psychological Science.
__________________. (1998). The Investment Model Scale: Measuring
Commitment Level, Satisfaction Level, Quality of Alternatives, and
Investment Size. America: United States of America: Personal Relationship
5, 357-391.
Santrock, J. W. (2015). Life-Span Development (15 ed.). New York: McGraw-
Hill.
Simbolon, C. J. & Siregar, R. H. (2014). Nilai Hagabeon dan Upaya Memperoleh
Keturunan Pada Pasangan Suku Batak Toba yang Infertil. Medan:
Universitas Sumatera Utara: Jurnal Psikologia Vol.9 No.1.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana
Vergouwen, J. C. (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta:
LkiS Yogyakarta.
Walgito, B. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Wikipedia. (2018). Suku Batak. Retried from
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak (Diakses pada 25 Juli 2018).
Wulandari, D. A. (2009). Kajian Tentang Faktor-Faktor Komitmen dalam
Perkawinan. Purwokerto: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto: Psycho IDEA Tahun 7, No. 1. ISSN 1693-1076.
Yusuf, M. A. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Universitas Sumatera Utara


65

LAMPIRAN 1
RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA AITEM
SKALA KOMITMEN PERNIKAHAN

Universitas Sumatera Utara


66

1. Reliabilitas skala komitmen pernikahan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.900 40

2. Uji daya beda aitem skala komitmen pernikahan

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

a1 166.13 226.163 .519 .897


a2 166.50 222.821 .318 .899
a3 166.30 221.087 .669 .895
a4 166.43 219.687 .618 .895
a5 166.68 230.738 .068 .904
a6 166.45 226.510 .241 .900
a7 166.20 224.523 .619 .896
a8 166.05 226.408 .527 .897
a9 166.58 220.712 .477 .897
a10 166.18 223.276 .706 .896
a11 166.88 224.420 .234 .902
a12 166.80 226.933 .222 .901
a13 166.20 226.626 .398 .898
a14 166.38 220.599 .768 .894
a15 166.50 217.641 .620 .894
a16 166.93 222.994 .248 .902
a17 166.18 220.404 .704 .895
a18 166.35 223.515 .434 .897
a19 166.10 221.785 .600 .896
a20 166.75 237.013 -.113 .909
a21 166.48 227.846 .144 .903
a22 166.05 223.126 .685 .896
a23 166.65 211.618 .670 .893
a24 166.28 224.666 .554 .897
a25 166.38 221.317 .511 .896
a26 166.63 216.599 .680 .894

Universitas Sumatera Utara


67

a27 166.78 213.358 .709 .893


a28 166.25 224.346 .331 .899
a29 166.40 215.477 .740 .893
a30 166.30 223.344 .589 .896
a31 166.30 222.369 .600 .896
a32 166.43 227.071 .341 .898
a33 166.10 223.067 .741 .895
a34 166.45 224.562 .323 .899
a35 166.43 224.661 .501 .897
a36 167.53 229.640 .058 .907
a37 166.83 221.225 .509 .896
a38 166.73 227.794 .195 .901
a39 166.48 220.204 .554 .896
a40 166.33 220.379 .631 .895

Universitas Sumatera Utara


68

LAMPIRAN 2
SKALA TRY OUT DAN SKALA PENELITIAN
KOMITMEN PERNIKAHAN

Universitas Sumatera Utara


69

NO. ................. RAHASIA

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara


70

Skala Penelitian

1. Identitas Diri
Inisial :
Jenis kelamin :
Usia :
Agama :
Pekerjaan :
Suku :
Usia Pernikahan :
Jumlah Anak :
2. Petunjuk Pengisian
Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan
kehidupan pernikahan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan yang ada
dengan baik. Berilah tanda silang (X) pada kotak pilihan jawaban yang paling
sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi dalam pernikahan anda saat
ini. Semua jawaban adalah benar apabila jawaban tersebut merupakan
keadaan yang sebenarnya yang anda rasakan. Jangan sampai ada pernyataan
yang terlewatkan.
Keterangan pilihan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh pengisian:
No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya tidak ingin meninggalkan


pasangan saya.
X

Universitas Sumatera Utara


71

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya tidak ingin meninggalkan


pasangan saya.
2. Bagi saya pernikahan tidak untuk
sekali dalam seumur hidup.
3. Saya tidak akan meninggalkan
pasangan saya karena ia
memberikan saya banyak hal.
4. Hubungan saya dan pasangan saya
menyenangkan.
5. Saya bisa meninggalkan pasangan
saya walaupun saya tahu ia
membutuhkan saya.
6. Saya tidak ingin mempertahankan
pernikahan ini walaupun keluarga
saya tidak menginginkan terjadi
perceraian.
7. Pasangan saya merupakan bagian
dari diri saya.
8. Bagi saya apa yang ada di awal
pernikahan harus tetap
dipertahankan sampai akhir dan
tidak dapat diputus dengan
perceraian.
9. Banyaknya hal yang perlu diurus
membuat saya tidak ingin bercerai.
10. Saya membutuhkan pasangan saya.

11. Saya akan menceraikan pasangan


saya apabila dengan bersamanya,
saya tidak mencapai tujuan saya
dalam menikah.

12. Apabila saya bercerai saya telah


membuang waktu saya selama ini,
dan saya tidak menginginkannya.

Universitas Sumatera Utara


72

13. Saya merasa hubungan saya tidak


berguna.

14. Saya tidak dapat meninggalkan


pasangan saya karena saya telah
berjanji untuk terus bersama.

15. Saya tidak takut berpisah dengan


pasangan saya walaupun saya
membutuhkannya.
16. Saya akan bercerai jika ingin
walaupun perceraian membuat
pengorbanan saya selama ini tidak
ada gunanya.
17. Saya senang menjadi (suami/istri)
dari pasangan saya

18. Pernikahan tidak perlu memiliki


nilai-nilai yang akan dipertahankan.
19. Keberadaan anak-anak saya
membuat saya tidak menginginkan
perceraian terjadi.

20. Saya tidak merasa nyaman bersama


dengan pasangan saya.
21. Bagi saya perceraian sangat mudah
dilakukan, dan saya akan
melakukannya bila ingin.
22. Perceraian bukan suatu jalan keluar
yang terbaik.

23. Bantuan yang diberikan oleh


pasangan saya membuat saya tidak
ingin melepaskannya.

24. Saya akan tetap bercerai bila saya


ingin tanpa peduli sudah berapa

Universitas Sumatera Utara


73

banyak waktu yang saya habiskan


bersama pasangan saya.

25. Saya bangga dengan hubungan


saya dan pasangan saya.

26. Saya akan meninggalkan pasangan


saya bila saya benar-benar ingin
berpisah.

27. Saya akan bercerai apabila itu


merupakan jalan yang terbaik tanpa
peduli dengan orang di sekitar saya.
28. Saya tidak suka dengan status
pernikahan saya.

29. Saya akan terus mempertahankan


hubungan saya apapun yang terjadi.

30. Saya akan bercerai jika saya ingin


walaupun saya akan repot
setelahnya.

31. Saya akan berpisah dengan


pasangan saya apabila saya ingin,
walaupun ia memberikan banyak
hal kepada saya.

32. Saya suka bila tidak bersama


pasangan saya.

33. Saya akan tetap berpegang teguh


pada ikatan suci pernikahan.

34. Saya merasa malu saat berhadapan


dengan teman-teman saya apabila
saya bercerai.

Universitas Sumatera Utara


74

35. Hubungan saya dan pasangan saya


terasa hampa.

36. Saya tidak bisa menyampaikan kata


berpisah kepada pasangan saya
walaupun saya sangat
menginginkan perpisahan.

37. Saya tidak dapat menentukan


pembagian-pembagian yang sesuai
apabila bercerai dan saya tidak
menginginkannya.

38. Bagi saya tidak masalah apabila


mengingkari kesepakatan yang ada
dalam pernikahan.

39. Pengorbanan dan waktu saya yang


telah saya lewatkan selama ini
membuat saya mempertahankan
pernikahan saya.

40. Bagi saya memiliki pasangan


bukan sesuatu yang berharga.

-Selamat Mengerjakan dan Terima Kasih-

Universitas Sumatera Utara


75

NO. ................. RAHASIA

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Universitas Sumatera Utara


76

Skala Penelitian

1. Identitas Diri
Inisial :
Jenis kelamin : Usia :
Agama : Suku :
Usia Pernikahan : Jumlah Anak:
Pekerjaan :
2. Petunjuk Pengisian
Skala ini terdiri dari sejumlah pernyataan yang berhubungan
dengan kehidupan pernikahan. Baca dan pahamilah setiap
pernyataan yang ada dengan baik. Berilah tanda silang (X) pada
kotak pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dan
kondisi yang terjadi dalam pernikahan anda saat ini. Semua jawaban
adalah benar apabila jawaban tersebut merupakan keadaan yang
sebenarnya yang anda rasakan. Jangan sampai ada pernyataan yang
terlewatkan.
Keterangan pilihan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh pengisian:
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya tidak ingin meninggalkan
pasangan saya. X

 SELAMAT MENGERJAKAN 

Universitas Sumatera Utara


77

No. Pernyataan SS S N TS STS

1. Saya tidak ingin


meninggalkan pasangan saya.
2. Bagi saya pernikahan tidak
untuk sekali dalam seumur
hidup.
3. Saya tidak akan meninggalkan
pasangan saya karena ia
memberikan saya banyak hal.
4. Hubungan saya dan pasangan
saya menyenangkan.
5. Pasangan saya merupakan
bagian dari diri saya.
6. Bagi saya apa yang ada di
awal pernikahan harus tetap
dipertahankan sampai akhir
dan tidak dapat diputus
dengan perceraian.
7. Banyaknya hal yang perlu
diurus membuat saya tidak
ingin bercerai.
8. Saya membutuhkan pasangan
saya.

9. Saya tidak dapat


meninggalkan pasangan saya
karena saya telah berjanji
untuk terus bersama.

Universitas Sumatera Utara


78

No. Pernyataan SS S N TS STS

10. Saya tidak takut berpisah


dengan pasangan saya
walaupun saya
membutuhkannya.
11. Saya senang menjadi
(suami/istri) dari pasangan
saya

12. Pernikahan tidak perlu


memiliki nilai-nilai yang akan
dipertahankan.
13. Keberadaan anak-anak saya
membuat saya tidak
menginginkan perceraian
terjadi.

14. Perceraian bukan suatu jalan


keluar yang terbaik.

15. Bantuan yang diberikan oleh


pasangan saya membuat saya
tidak ingin melepaskannya.

16. Saya akan tetap bercerai bila


saya ingin tanpa peduli sudah
berapa banyak waktu yang
saya habiskan bersama
pasangan saya.

17. Saya bangga dengan


hubungan saya dan pasangan
saya.

Universitas Sumatera Utara


79

No. Pernyataan SS S N TS STS

18. Saya akan meninggalkan


pasangan saya bila saya benar-
benar ingin berpisah.

19. Saya akan bercerai apabila itu


merupakan jalan yang terbaik
tanpa peduli dengan orang di
sekitar saya.
20. Saya akan terus
mempertahankan hubungan
saya apapun yang terjadi.

21. Saya akan bercerai jika saya


ingin walaupun saya akan
repot setelahnya.

22. Saya suka bila tidak bersama


pasangan saya.

23. Saya akan tetap berpegang


teguh pada ikatan suci
pernikahan.

24. Saya merasa malu saat


berhadapan dengan teman-
teman saya apabila saya
bercerai.

25. Hubungan saya dan pasangan


saya terasa hampa.

26. Saya tidak dapat menentukan


pembagian-pembagian yang
sesuai apabila bercerai dan
saya tidak menginginkannya.

Universitas Sumatera Utara


80

No. Pernyataan SS S N TS STS

27. Pengorbanan dan waktu saya


yang telah saya lewatkan
selama ini membuat saya
mempertahankan pernikahan
saya.

28. Bagi saya memiliki pasangan


bukan sesuatu yang berharga.

 TERIMA KASIH 

Universitas Sumatera Utara


81

LAMPIRAN 3
DATA MENTAH SUBJEK

Universitas Sumatera Utara


Data skor mentah skala komitmen pernikahan subjek

Aitem
Respon a a a a a a a a a a1 a1 a1 a1 a1 a1 a1 a1 a1 a1 a2 a2 a2 a2 a2 a2 a2 a2 a2 Tot
den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 al
s1 5 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 5 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 4 90
s2 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 5 4 4 3 5 5 5 5 3 5 3 5 5 125
s3 5 4 5 5 5 5 3 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 3 4 125
s4 5 5 5 5 5 2 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 116
s5 4 4 4 5 4 5 2 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 114
s6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 132
s7 3 2 3 3 3 4 5 3 3 4 3 3 5 4 5 3 3 2 2 4 3 3 4 5 3 3 3 3 94
s8 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 126
s9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 5 5 5 4 1 5 127
s10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 138
s11 4 4 4 3 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 3 105
s12 5 4 5 3 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 4 106
s13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 107
s14 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 132
s15 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 2 2 4 4 4 5 3 4 4 4 5 116
s16 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 126
s17 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 5 117
s18 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 108
s19 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 3 3 4 5 116
s20 5 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 117

63
Universitas Sumatera Utara
84

s21 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 2 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 123
s22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 133
s23 5 1 4 5 5 5 4 5 5 5 4 2 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 124
s24 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 1 2 5 4 5 2 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 123
s25 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 100
s26 5 4 4 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 3 4 3 4 5 124
s27 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 5 4 118
s28 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 133
s29 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 121
s30 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 116
s31 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 3 4 5 5 4 3 4 5 126
s32 5 4 2 4 5 5 3 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 5 104
s33 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 121
s34 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 121
s35 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 123
s36 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 114
s37 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 130
s38 5 3 5 5 5 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 3 5 3 5 5 122
s39 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 2 4 5 131
s40 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 4 3 4 129
s41 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 128
s42 4 3 4 4 4 3 5 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 4 4 101
s43 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 2 4 5 127
s44 3 3 5 4 3 3 4 3 4 2 3 3 5 3 4 2 3 3 2 5 4 4 5 4 4 4 4 5 101
s45 5 1 4 5 4 5 5 5 4 2 4 3 5 5 3 3 3 3 2 4 3 5 5 3 5 3 5 5 109

Universitas Sumatera Utara


85

s46 5 4 4 5 5 4 4 4 5 2 5 2 4 5 4 2 3 2 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 115
s47 5 5 5 5 5 5 2 4 5 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 5 110
s48 3 2 3 5 3 5 3 4 3 2 3 2 3 5 2 1 2 2 3 2 2 4 4 3 2 5 3 4 85
s49 5 4 2 4 5 5 2 5 5 2 4 4 4 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 102
s50 5 5 4 5 4 5 2 4 5 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 5 5 5 4 2 4 4 3 4 116
i1 5 5 4 3 3 5 3 3 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5 5 5 3 1 4 5 115
i2 5 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5 3 3 5 121
i3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 133
i4 5 5 5 5 5 2 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 116
i5 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 5 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5 126
i6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 140
i7 3 2 3 3 4 4 5 3 5 3 3 5 5 4 3 4 3 2 4 5 4 3 5 5 3 4 5 5 107
i8 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 126
i9 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 126
i10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 139
i11 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 3 4 3 2 4 3 3 5 1 4 5 5 5 112
i12 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 3 3 5 4 128
i13 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 3 1 113
i14 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 132
i15 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 2 2 4 4 4 5 3 4 4 4 5 116
i16 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 107
i17 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 4 5 117
i18 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 108
i19 2 4 4 3 2 3 5 2 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 5 3 3 3 2 3 3 1 3 4 86
i20 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 111

Universitas Sumatera Utara


86

i21 4 5 4 4 5 5 3 4 5 2 5 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 3 4 104
i22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 133
i23 5 1 4 5 5 5 4 5 5 1 4 2 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 120
i24 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 127
i25 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 2 5 4 3 3 4 5 112
i26 5 4 4 4 5 5 3 4 4 3 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 3 4 3 4 5 119
i27 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 5 4 118
i28 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 132
i29 5 4 4 3 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 122
i30 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 116
i31 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 3 4 5 5 4 3 5 5 125
i32 5 4 2 4 5 5 3 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 5 104
i33 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 127
i34 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3 4 5 5 4 4 5 4 126
i35 2 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 121
i36 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 131
i37 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 114
i38 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 133
i39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 5 133
i40 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 4 5 130
i41 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 116
i42 5 4 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 112
i43 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 129
i44 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 5 4 2 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 117
i45 5 1 4 5 4 5 5 5 4 2 4 4 4 5 3 3 4 3 3 4 4 5 5 3 5 3 4 5 111

Universitas Sumatera Utara


87

i46 5 5 4 5 5 4 5 5 5 2 5 1 5 4 4 3 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 121
i47 5 5 4 3 4 5 5 5 5 4 4 1 5 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 122
i48 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 2 4 4 4 1 5 5 5 4 5 5 123
i49 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 2 4 5 4 1 5 5 5 5 5 5 124
i50 5 5 3 5 4 5 2 4 5 4 5 4 4 5 2 4 4 4 3 5 5 4 5 2 5 4 2 4 113

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai