TUANYA BERCERAI
SKRIPSI
OLEH
MAHFIRA KHAIRUNISA
141301074
MEDAN
2018
ABSTRAK
ABSTRACT
ii
berjudul Orientasi Seksual Pada Remaja Yang Orang Tuanya Bercerai hingga
selesai dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk
Penulis menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik
dalam masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangat membantu penulis.
Maka dari itu, kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
iii
paling berharga dalam hidup penulis. Penulis merasa tidak cukup untuk
mengucapkan terima kasih atas setiap doa, kasih sayang, cinta, dukungan
ribuan terima kasih kepada Ayah dan Mama sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
5. Ketiga subjek yang telah berpatisipasi dalam penelitian ini, yaitu NF, FM
dan KA. Terima Kasih banyak telah bersedia meluangkan waktu untuk
dan tante penulis Hamilda Damaini, Tetty Syarif, Kiki Siregar, Surya
Asmilda dan Ridho atas dukungan dan doa yang telah kalian berikan.
7. Terima kasih untuk teman dekat penulis Agnes Malindo Tamba yang telah
Permata Sari, Nurul Syafira Adilla, Sri Mayang Sari, Santa Claudya,
Gledy Inda, Gunung Dian, Dwi Tamara Anggita, Santo Mario, Maftuh
Penulis sungguh menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
milikNya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
iv
Penulis
(Mahfira Khairunisa)
vi
vii
viii
Halaman
Tabel 5. Hasil Analisis-banding antar subjek untuk orientasi seksual pada remaja
ix
Halaman
xi
PENDAHULUAN
pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah
bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Menurut Dariyo (2003), perceraian
menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh
ketika hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Faktor
memicu permasalahan kepada kedua pasangan suami dan istri, perbedaan prinsip
Angka ini setara dengan 10% dari 2,5 juta jumlah pernikahan di tahun 2009.
Jumlah perceraian pada tahun 2009 naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang
mencapai 200 ribu kasus perceraian. Fakta lain dari kasus perceraian yang tercatat
yang terjadi di Pengadilan Agama (PA) adalah cerai gugat atau perceraian yang
Pada pasangan yang sudah memiliki keturunan, maka peceraian tentu saja
dirasakan oleh anak dari segi psikis seperti perasaan malu, sensitif, rendah diri,
sehingga perasaan tersebut dapat membuat remaja menarik diri dari lingkungan
(Asih dalam Ningrum, 2013). Bukan hanya itu saja, menurut Wildaniah (dalam
Harsanti, 2013) perceraian juga dapat menjadikan anak mempunyai resiko yang
kenakalan anak dan remaja yang berasal dari keluarga yang kurang mendapatkan
kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Namun perceraian orang tua juga dapat
membawa dampak positif pada anak, dimana anak menjadi lebih optimis dalam
menghadapi masa depannya. Dalam hal ini anak memiliki prestasi yang bagus
dimana semua itu merupakan bukti bahwa perceraian tidak selalu berakibat
negatif, namun dapat pula berakibat positif (Baskoro, dalam Tisnaini, 2014)
anak dari keluarga yang bercerai, menujukan bahwa perceraian seringkali berakhir
anak (Sarbini, 2014). Perceraian juga dapat menimbulkan stres dan trauma untuk
memulai hubungan baru dengan lawan jenis. Hal itu di dapatkan oleh anak dari
yang menyakitkan seperti perceraian orang tua akan berpengaruh pada kehidupan
anak nantinya dan sangat berkaitan dengan proses perkembangan pada anak saat
Dalam beberapa kasus yang terjadi pada anak yang orangtuanya bercerai
gelisah, ketika ia terlibat atau berinteraksi dengan lawan jenis. Hal tersebut dapat
nanti akan mengalami nasib yang sama seperti yang dialami orangtuanya
anak dalam menemukan identitas diri dan juga mempengaruhi dalam memilih
pasangan. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang remaja yang
“karena perceraian itu mungkin aku sekarang jadi gini. Aku takut yang
dibuat ayahku ke mamaku kejadian juga nanti di aku. Istilahnya ngapain
aku menikah toh kalau akhirnya aku dibohongi, atau aku diselingkuhi. Aku
gak mau kejadian itu kejadian di aku.”
(Komunikasi Personal, 08 Oktober, 2017).
merupakan tahap ke lima dari teori perkembangan rentang hidup Erikson. Dalam
mampu untuk menjalani dan mengalami seluruh proses pencarian identitas diri,
agar mereka dapat berkembang dengan baik (Santrock, 2006). Ketika para remaja
memiliki orang tua yang bercerai maka tidak ada orang yang membimbing dan
perkembangan ini dan itu bukan saja tentang kendala dalam menemukan identitas
diri mereka, tetapi juga mengenai identitas seksual dan orientasi seksual mereka.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang remaja yang orang tuanya
bercerai.
“karena rasaku aku emang gak di perhatiin sama sekali dan aku ngerasa
juga kurang klop dan hambar kalau berhubungan sama cowok, jadi
kenapa enggak kalau aku suka sama cewek, lagian dia bisa ngertiin aku
juga.”
memberikan dampak yang negatif pada saat anak menginjak masa remaja.
Kebingungan dalam menemukan orientasi seksual yang dialami anak akibat dari
perceraian orang tua akan membuat anak mengalami stres dan trauma untuk
orientasi seksual (Thomae dalam Kusuma, 2012). Perceraian orang tua di duga
dan stres dapat dimediasi oleh beberapa variabel, yaitu dukungan sosial yang
seksual (Meyer dkk dalam Gonsiorek, 2014). Hal ini juga didukung dengan
“aku sempat ngerasaiin gimana kalau suka sama cowok gimana kalau
suka sama cewek. Rasanya beda waktu aku suka sama cewek ketimbang
sama cowok. Aku pun heran kenapa aku bisa gitu suka bingung sendiri
jadiya liat diriku sendiri. Mungkin karena perceraian ini lah makanya aku
pun takut-takut buat pacaran sama laki-laki.”
(Komunikasi Personal, 15 Oktober, 2017).
sebagai persepsi individu tentang peran seksual dirinya yang dipengaruhi oleh
identitas diri seseorang. Orientasi seksual merujuk pada suatu perasaan dan
konsep diri. Orientasi seksual akan dirasakan oleh individu itu sendiri. Hal
tergantung dengan konsep diri yang dimiliki seseorang. (Demartoto, 2013). Hal
ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang remaja yang orang tuanya
bercerai.
“aku gak bisa nunjukin ke orang-orang kalau aku suka sesama jenis
karena aku gak tinggal di lingkungan yang bisa nerima keaadaan ku.
Karena menurut ku itu privacy dan gak semua orang harus tau aku
gimana.”
memiliki orientasi terhadap orang lain dari jenis kelamin yang sama yang disebut
biseksual, dan terhadap orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda yang disebut
bahwa ketertarikan seksual mereka terhadap kedua jenis kelamin atau yang
budaya tempat individu tumbuh dan berkembang, genetik dan hormon (Eccles,
Tucker, Santtila dalam Alhamdu, 2016). Dalam penelitian yang menemukan bukti
pada remaja yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga mereka
(Eccles dalam Alhamdu, 2016). Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari
“aku ngerasa karna faktor orang tua ku bercerai jadi aku gak dapat kasih
sayang yang di dapatkan anak-anak lainnya. Hal itu yang buat aku nyari
kasih sayang dari orang yang bisa ngertiin aku. Seenggaknya aku tau
rasanya disayangi itu apa walaupun bukan dari orang tua ku.”
(Komunikasi Personal, 18 Oktober, 2017).
perasaan dan kecenderungan hanya kepada laki-laki saja dan tidak tertarik kepada
perempuan. Pertumbuhan fisiknya pun tidak normal seperti remaja laki-laki pada
umumnya. Ada bagian tertentu yang tidak tumbuh dengan optimal, misalnya alat
dewasa, sehingga akhirnya dia memilih seorang laki-laki sesama jenisnya sendiri
diakibatkan adanya kelainan hormonal dan genetik yang memang dibawa sejak
dari kelompok teman sebaya, keluarga dan budaya dalam membentuk orientasi
seksual dan perilaku seksual para remaja. Kelompok teman sebaya, keluarga dan
budaya mempunyai efek yang berbahaya dalam membentuk orientasi seksual dan
perilaku seksual. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang remaja
hasil bahwa faktor bawaan genetik dapat dilibatkan dalam faktor perkembangan
orientasi seksual (Hamer dalam Burri, 2011). Bailey (dalam Alhamdu pada tahun
identik dengan kembar bersaudara. Bailey menemukan bahwa 52% dari laki-laki
kembar identik adalah homoseksual gay atau biseksual, dan 48% dari wanita
kembar identik adalah homoseksual lesbian atau biseksual. Sementara itu untuk
laki-laki kembar bersaudara hanya 22% homoseksual gay atau biseksual, dan
Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang remaja yang orang tuanya
bercerai.
membentuk kenyamanan dalam diri individu itu sendiri (Henderson dkk dalam
homoseksual, maka hal tersebut tidak sesuai dengan stigma sosial dan
homoseksual berada pada resiko tinggi yang berdampak pada tubuh, psikologis
masalah di sekolah, bullying dari teman sebaya, serangan fisik, pelecehan seksual,
bunuh diri dan usaha-usaha untuk bunuh diri (Bell & Weinberg dkk dalam
Muti’ah, 2011).
anak. Dampak dari perceraian orang tua salah satunya mempengaruhi kehidupan
dampak dari perceraian orang tua dan akan dialami oleh anak ketika memasuki
masa remaja. Penelitian ini penting untuk diketahui agar mendapat gambaran pada
anak yang mengalami orang tua yang bercerai. Akan tetapi bukan hanya karena
perceraian saja yang dapat membentuk orientasi seksual pada anak. Bisa dari
faktor proses perkembangan, sosial dan budaya, genetik dan hormon, serta pola
asuh yang di terapkan oleh orang tua. Maka dari itu pada penelitian ini, peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai gambaran orientasi seksual pada anak yang
B. Rumusan Masalah
bercerai?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang
seksual pada anak dan bagaimana dampak yang dirasakan oleh anak akibat
2. Manfaat Praktis
diharapkan agar anak dari orang tua yang bercerai lebih memahami
tuanya.
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I: Pendahuluan
mengenai perceraian dan dinamika orientasi seksual pada anak yang orang
tuanya bercerai.
Dalam Bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh
pengumpulan data, prosedur penelitian serta analisis data. Selain itu juga
dalam penelitian.
Bab ini dijabarkan hasil temuan lapangan dalam bentuk penjelasan yang
masalah penelitian, dan memberikan saran berupa saran praktis dan saran
Dampak Psikologis
Kenakalan Malu Heterosexual Rendah Diri Sensitif
Remaja Terhambat
Perkembangan
Kebingungan
Faktor-faktor :
Identitas
Proses
Perkembangan
Sosial dan
Kendala
Identitas Orientasi Budaya
Seksual Seksual Dimensi Genetik dan
Hormon
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Orientasi Seksual
terkait dengan perilaku seksual, daya tarik, dan identitas diri seseorang.
orientasi seksual merupakan salah satu dari empat komponen seksualitas yang
terdiri dari daya tarik emosional, romantis, seksual dan kasih sayang dalam
adalah jenis kelamin biologis, identitas gender (arti psikologis pria dan
adalah karakteristik yang dimiliki setiap individu yang terdiri dari daya tarik
emosional, romantis, seksual dan kasih sayang dalam diri seseorang terhadap
jenis kelamin tertentu yang berkaitan dengan perasaan dan konsep diri yang
dimiliki individu.
Menurut Badgett (2008) terdapat tiga jenis orientasi seksual pada saat
ini, yaitu :
a. Heteroseksual
Aktivitas seksual dimana pasangan seksual yang dipilih berasal dari lawan
jenis.
b. Biseksual
Aktivitas seksual dimana pasangan seksual yang dipilih berasal dari lawan
c. Homoseksual
Menurut Eccles dkk, Tucker dkk, Putz dkk (dalam Alhamdu, 2016),
yaitu :
a. Proses Perkembangan
orientasi seksual. Masa remaja ini, dianggap sebagai proses puncak untuk
Sosial budaya merujuk pada tempat bagi individu untuk berinteraksi dan
akibat dari modeling atau pun hasil observasi terhadap orang-orang yang
testosteron dan estrogen yang ada pada individu akan berdampak pada
atau sebaliknya.
seksual, yaitu :
a. Ketertarikan seksual
b. Perilaku seksual
organ seksual.
c. Identitas seksual
B. Remaja
1. Definisi Remaja
tahun. Monks membagi batasan usia remaja terbagi dalam tiga fase yaitu
remaja awal (antara usia 12 tahun sampai 15 tahun), remaja tengah (antara
usia 15 tahun sampai 18 tahun) dan remaja akhir (antara usia 18 tahun sampai
21 tahun). Sementara batasan usia remaja menurut WHO antara usia 12 tahun
sampai 24 tahun.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak
b. Perkembangan kognitif
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri
c. Perkembangan moral
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai
hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui
dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat
hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Konflik nilai dalam diri
remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja
sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik
d. Perkembangan psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood
hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau
masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para
dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu remaja akan mulai sadar
bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
kenyataan.
C. Perceraian
1. DefinisiPerceraian
tidak lagi hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang
resmi. Mereka yang telah bercerai tetapi belum memiliki anak, maka
saja anak-anak yang dilahirkan selama mereka hidup sebagai suami-istri, akan
diikutsertakan kepada salah satu orang tuanya apakah mengikuti ayah atau
ibunya.
Perceraian:
a. Financial Divorce
untuk memberi uang belanja keluarga kepada istrinya. Demikian pula, istri
tidak memiliki hak untuk meminta jatah uang belanja keluarga, kecuali
b. Coperental Divorce
mereka telah hidup terpisah dan sendiri lagi, seperti sebelum menikah.
c. Law Divorce
masa depan hidupnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Kini
mereka memiliki status yang baru yaitu sebagai janda atau sebagai
duda.
d. Community Divorce
yang berbeda agar menjadi satu. Mereka bukan lagi sebagai dua orang
kesatuan yang utuh dalam keluarga. Apa yang mereka miliki akan
masyarakat sebelumnya
e. Psychoemotional Divorce
fisik, tatap muka, berpapasan atau hidup serumah, bukan tolak ukur
mereka merasa jauh dan tidak ada ikatan emosional sebagai pasangan
suami-istri.
f. Physical Divorce
individu tidak lagi tinggal dalam satu rumah dan telah menjauhkan diri
menahan diri untuk tidak menyalurkan libido sexual dengan siapa pun.
pengadilan.
4. Dampak Peceraian
ataupun perempuan)
tidak hanya menimpa anak saja, tetapi juga terhadap mantan pasangan itu
sebagai berikut :
individu dan sosial antar dua keluarga dan tekanan ekonomi rumah
tangga masing-masing.
Bercerai
dengan perilaku seksual, daya tarik, dan identitas diri seseorang. Orientasi
seksual merujuk pada suatu perasaan dan konsep diri dari individu. Orientasi
menentukan identitas diri dan orientasi seksual. Proses tersebut terjadi melalui
Kusuma pada tahun 2012 menyatakan bahwa, lesbian rata-rata berasal dari
keluarga yang broken home atau kurang mendapat perhatian dan kontrol
akibat orang tuanya yang disibukkan dengan pekerjaan. Kondisi keluarga yang
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
Monks (2014), batasan usia remaja adalah antara 12 sampai 21 tahun. Monks
membagi batasan usia remaja terbagi dalam tiga fase yaitu remaja awal (antara
usia 12 tahun sampai 15 tahun), remaja tengah (antara usia 15 tahun sampai 18
Ciri-ciri masa remaja pada tahap remaja akhir menurut Monks (2014),
akan berubah lagi. Setiap remaja diharapkan mampu untuk menjalani dan
tua yang bercerai maka tidak ada orang yang membimbing dan membantu
pada mereka di tahap perkembangan ini dan itu bukan saja tentang kendala
Faktor sosial budaya merujuk pada tempat bagi individu untuk berinteraksi
dan belajar sesuatu secara langsung ataupun tidak langsung. Sosial dan budaya
(imitation) terhadap orang lain yang berada disuatu lingkungan. Hal itu juga
atau pun hasil observasi terhadap orang-orang yang menjadi model dalam
Keadaan hormon testosteron dan estrogen yang ada pada individu juga
pada jenisnya sendiri, atau pun justru sebaliknya. Penelitian yang dilakukan
dimiliki oleh laki-laki dari pada wanita (Santtila dalam Alhamdu, 2016).
Komunikasi keluarga yang tidak efektif seperti broken home atau terjadinya
tidak harmonis dengan orang tua yang diakibatkan oleh perceraian orang
tuanya.
orang tua dapat menimbulkan stres dan trauma untuk memulai hubungan baru
dengan lawan jenis. Hal tersebut di dapatkan anak akibat perceraian orang
komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tua akan semakin berkurang.
dengan keadaan, anak akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena
akan dirasakan oleh anak dari segi psikis seperti perasaan malu, sensitif,
rendah diri, sehingga perasaan tersebut dapat membuat remaja menarik diri
dari lingkungan (Asih, dalam Ningrum, 2013). Bukan hanya itu saja
berasal dari keluarga yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian
orang tuanya.
Dimensi Orientasi
Seksual
Jenis-Jenis Orientasi
Seksual : Orientasi Ketertarikan Perilaku Identitas
- Homosekual Seksual seksual seksual seksual
- Heteroseksual
- Biseksual Faktor Orientasi Seksual
al al al
Memiliki kendala
dalam menemukan
orientasi seksual ketika
memiliki orang tua
Faktor-faktor yang bercerai
menyebabkan :
Ketidaksetiaan
Kebutuhan
ekonomi Perceraian Orang Tua
Perbedaan
prinsip
Mempengaruhi
Tidak ada
keturunan
Pembentukan
Orientasi Seksual
METODE PENELITIAN
pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah
bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Menurut Dariyo (2003), perceraian
menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan terakhir yang harus ditempuh
ketika hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Faktor
memicu permasalahan kepada kedua pasangan suami dan istri, perbedaan prinsip
Fokus pada penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu
”gambaran orientasi seksual pada anak yang orang tuanya bercerai”. Anak yang
memiliki orang tua yang bercerai akan membuat anak merasa kurang kasih sayang
dari kedua orang tuanya. Maka dari itu anak akan mencari perhatian yang tidak
mereka dapatkan dari kedua orang tua mereka. Hal tersebut dapat menjerumuskan
anak ke dalam hal-hal negatif. Terlebih lagi ketika anak merasakan trauma akibat
perceraian orang tuanya. Hal itu akan membuat anak takut untuk memulai
36
Pada penelitian ini, metode penelitian yang akan digunakan adalah metode
utuh mengenai interrelasi dari fakta dan dimensi kasus khusus. Kasus yang
dimaksud didefinisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks
2009).Hal ini sejalan dengan fokus penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran
Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus
utuh (Poerwandari, 2009). Peneliti memilih untuk menggunakan tipe studi kasus
dalam penelitian secara utuh. Orientasi seksual pada anak yang orang tuanya
bercerai merupakan fenomena yang mungkin sering terjadi. Akan tetapi akan
khusus dalam suatu konteks yang dibatasi. Penelitian juga dilakukan karena ada
diangkat pada penelitian ini adalah “orientasi seksual pada anak yang orang
tuanya bercerai”.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada peneltian ini adalah dengan
yang luas dan berbicara lebih banyak mengenai topik tanpadiarahkan untuk
yang terlibat dan makna kejadian dilihat dari perspektif individu yang terlibat
1. Karakteristik Subjek
penelitian ini adalah anak yang orang tuanya bercerai, maka subjek
batasan usia remaja terbagi dalam tiga fase yaitu remaja awal (antara
berusia pada rentang usia remaja akhir yaitu berusia sekitar 18-21
2. Jumlah
Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 3 orang. Hal ini dikarenakan
3. Lokasi Penelitian
Utara. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi dirumah subjek atau
dengan tujuan penelitian. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
lat bantu yang dapat membantu peneliti. Peneliti menggunakan alat bantu
daftar mengenai aspek-aspek yang relevan yang telah dibahas atau ditanyakan
(Poerwandari, 2009).
memungkinkan peneliti memperoleh data mengenai hal-hal atau sebab yang tidak
akurat terhadap fenomena yang muncul pada subjek dan juga bermanfaat untuk
F. Prosedur Penelitian
a. Mengumpulkan data
dengan orientasi seksual pada anak yang orang tuanya bercerai, baik
penelitian ini.
berusaha mendekatkan diri dan mulai untuk berteman dengan subjek. Hal
ini dilakukan agar subjek merasa nyaman ketika dekat dengan peneliti.
setelah rapport antara peneliti dengan subjek telah terbangun dengan baik,
sampai akhir percakapan dan tambahan dari hasil pencatatan oleh peneliti.
Wawancara subjek I
Johor Karya Wisata Kota Medan pada hari Selasa, 06 Februari 2018 pukul
20.00 – 20.50 WIB. Wawancara kedua dilakukan di salah satu cafe yang
Wawancara subjek II
Wawancara pertama kali dilakukan di salah satu cafe yang berada di Jalan
Dipenogoro Kota Medan pada hari Minggu, 04 Maret 2018 pukul 15.16-
16.22 WIB. Wawancara kedua dilakukan di salah satu cafe yang terletak di
Jalan Teuku Daud Kota Medan pada hari Selasa, 06 Maret 2018 pukul
16.30-18.14 WIB.
Wawancara kedua dilakukan di salah satu cafe yang berada di Jalan Cut
Mutia Kota Medan pada hari Minggu, 15 April 2018 pukul 16.40 – 18.25
WIB.
Pada tahap pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam suara dan
alat tulis untuk memudahkan peneliti mencatat dan menyimpan data yang
Transkip adalah salinan dari hasil wawancara dalam bentuk suara yang
yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil koding akan membantu peneliti
tematik berdasarkan teori; L18 adalah lembar dari kutipan verbatim; H18
adalah halaman dari kutipan verbatim; dan M adalah inisial nama dari
peneliti.
G. Kredibilitas Penelitian
seksual pada anak yang orang tuanya bercerai sangat dijaga oleh peneliti. Secara
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.
1. Organisasi Data
data. Data kualitatif yang sangat beragam dan banyak, peneliti perlu
data mentah yang didapatkan oleh peneliti. Pada tahap ini, peneliti
verbatim sesuai dengan isi suara yang direkam dan diurutkan dengan rapi.
jawaban yang kurang tepat atau tidak jelas yang berkaitan dengan orientasi
seksual atau pun mengenai perceraian orang tua subjek. Kemudian untuk
2. Koding
dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Pada tahap ini,
3. Analisis Tematik
menemukan pola yang tidak dapat dilihat oleh pihak lain secara jelas. Pola
Analisa tematik dari penelitian ini yaitu gambaran orientasi seksual pada
ini yaitu latar belakang perceraian orang tua, dampak dari perceraian orang
5. Tahapan Interpretasi/analisis
memahami data secara lebih ekstensif dan lebih mendalam. Peneliti memiliki
penelitian ini berdasarkan hasil data yaitu pernyataan yang sebenarnya dari
subjek dengan landasan teori orientasi seksual oleh Lee Badgett. Interpretasi
dan kemudian menyusun pernyataan yang memiliki makna yang sama pada
Bab ini akan membahas hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi
pada remaja yang orang tuanya bercerai. Hasil data yang diperoleh akan
disesuaikan dengan teori yang telah dijabarkan dalam Bab II Landasan Teoritis.
Setiap bagian analisa akan diberi kode-kode tertentu. Salah satu contoh
adalah koding mengenai analisa tematik berdasarkan teori; L18 adalah lembar dari
kutipan verbatim; H18 adalah halaman dari kutipan verbatim; dan M adalah
Nama (inisial) NF FM EM
Sekarang
49
A. Hasil
1. Subjek I
a. Hasil Observasi
1) Wawancara I
daerah Johor Karya Wisata Kota Medan. Rumah subjek cukup luas.
tamu subjek. Terdapat empat buah kursi yang saling berhadapan dan
satu meja yang terletak di tengah-tengah antara empat kursi yang ada
di ruang tamu tersebut. Di meja tersebut terdapat satu pot bunga yang
lebih 159 cm. Secara fisik subjek tergolong memiliki tubuh yang
kurus. Hal tersebut terlihat dari berat badan subjek sekitar 55 kg,
bentuk wajah yang tirus dan pinggul yang kecil. Subjek memiliki
hidung yang pesek dan rambut yang panjang berwarna hitam. Subjek
beberapa kegiatan atau pun kesibukan yang sedang subjek lakukan saat
ini. Setelah penliti merasa subjek sudah mulai merasa nyaman dan juga
cukup baik, terlihat dari cara berbicara subjek yang lancar dan tidak
dari cara berbicara subjek yang perlahan dan santai dan sesekali
Kondisi dan suasana yang ada di rumah subjek sangat tenang dan
kondusif. Hal ini terlihat dari ruangan yang tidak terlalu berisik dan
tidak ada orang satu pun yang ada di rumah subjek. Hal tersebut
2) Wawancara II
Jalan Ringroad Setiabudi Kota Medan. Terdapat dua lantai pada cafe
tersebut. Subjek dan peneliti memilih untuk duduk di lantai kedua dari
cafe tersebut. Terdapat empat meja dan enam belas kursi yang berada
hiasan yaitu seperti bebatuan berwarna putih dan terdapat dinding yang
berwarna hitam serta sepatu bertali berwarna putih. Selain itu subjek
kepada subjek.
berbicara subjek yang lebih tegas, volume suara yang jelas, sehingga
gerakan tangan yang bergerak ke segala arah dan mata yang fokus
pada peneliti ketika berbicara. Hal ini menunjukan bahwa subjek mulai
arah handphone yang dimiliki oleh subjek. Namun fokus subjek adalah
kanan ke atas kaki sebelah kiri. Duduk subjek yang tadinya senderan
3) Wawancara II
subjek. Terdapat satu lemari yang cukup luas yang berisikan segala
lemari yang diatasnya terdapat satu buah tipi. Ada juga lemari yang
subjek ke atas paha subjek. Selain itu untuk masalah waktu, peneliti
subjek. Peneliti dan subjek selalu mengatur waktu yang sesuai dengan
b. Hasil Wawancara
juga seorang mahasiswa semester 8 di salah satu Universitas Swasta yang ada di
Kota Medan. NF adalah anak kedua dari dua bersaudara. NF memiliki kakak
perempuan yang berusia 28 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. NF
memiliki dua keponakan yaitu laki-laki dan perempuan. Saat ini NF tinggal
bersama kakak dan ibunya. Kakak NF sudah menikah namun, pernikahan tersebut
tidak berlangsung sampai saat ini. Kakak NF sudah bercerai dengan suaminya.
Maka dari itu kaka NF tinggal bersama NF dan ibunya dalam satu rumah.
merupakan salah satu anggota DPR dan memiliki beberapa usaha yang dijalankan
ayah NF. Namun setelah peristiwa perceraian, ayah NF sudah tidak menjadi
bagian dari anggota DPR. Ayah NF hanya menjalani usaha yang ia bangun sejak
menikah dengan ibu NF. Hal yang membuat ayah NF tidak menjadi anggota DPR
lagi di karenakan umur yang sudah tidak sepantasnya menduduki bangku anggota
DPR lagi. Maka dari itu ayah NF bekerja dan mendapatkan penghasilan dari
NF dulunya memiliki keluarga yang utuh terdiri dari ayah, ibu, kakak NF,
dan NF. Hal yang membuat orang tua NF bercerai adalah perilaku yang dilakukan
oleh ayah NF. Ayah NF yang dulunya setia dengan ibu NF memilih untuk
berselingkuh dengan wanita lain. Hal tersebut diketahui oleh ibu NF. Ibu NF tidak
terima dengan kelakukan yang dilakukan oleh ayah NF. Ibu NF sudah
itu lagi namun, ayah NF lebih memilih wanita lain ketimbang ibu NF. Ayah NF
karena ia sudah terlanjur cinta dengan wanita yang menjadi selingkuhan ayah NF.
Ibu NF tidak terima akan hal tersebut, akhirnya ia memilih untuk bercerai dengan
Pada awalnya ayah NF merasa bahwa apa yang dituduhkan oleh ibu NF
tidaklah benar. Ayah NF sempat membela diri bahwa perselingkuhan itu hanya
seolah-olah tuduhan yang diberikan oleh ibu NF namun, lama kelamaan ibu NF
perselingkuhan dengan wanita lain. Bukti yang ibu NF dapatkan adalah seperti
wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya. Pada saat itu perasaan ibu NF sangat
kacau. Ibu NF bingung harus percaya atau tidak dengan perkataan orang-orang
yang mengatakan bahwa ayah NF selingkuh. Lama kelamaan ibu NF sudah tidak
yang dilakukan oleh ayah NF tidak hanya sekali, tetapi sudah beberapa kali.
“Intinya orang tua aku memilih bercerai karena mamaku yang minta
karena papaku selingkuh. Awalnya mamaku masih berusaha
mempertahankan pernikahanya dengan bilang sama papaku tinggalkan dia.
Tapi papaku gak mau karena dia merasa tuduhan perselingkuhan itu
bohong. Tapi mamaku udah ada buktinya kalau dia selingkuh. Banyak kali
yang nengok papaku jalan sama perempuan itu. Gak tahan la mama ku
sama omongan orang. Akhirnya mamaku nanya sama papaku terus papaku
bilang iya. Yaudah akhirnya orang itu memilih untuk berpisah. Terus
akhirnya aku tau orang tua aku bercerai semenjak papaku gak pulang
beberapa hari.”
(S1.W1.06022018.B1.L1.H1.M.1)
bangku kelas dua SMP. Pada saat itu NF berusia 13 tahun. Pertengkaran yang
terjadi antara ayah dan ibu NF terjadi pada malam hari namun, hal tersebut tidak
langsung dilihat oleh NF karena pada saat itu NF sedang tidur di rumah saudara
NF. Pertengkaran itu sendiri dilihat oleh kakak NF tetapi, kakak NF tidak pernah
memberi tahu perihal pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibu NF dengan
alasan kakak NF tidak mau NF merasa kecewa dengan kedua orang tuanya.
Peristiwa perceraian itu sendiri dirasakan oleh NF ketika ia mencari ayahnya yang
dalam hati apa yang menyebabkan ayahnya tega meninggalkan dirinya serta
kakak dan ibunya. NF semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang
kerumah dalam beberapa hari kepada ibunya namun, ibu NF belum mau
menjawab pertanyaan NF pada saat itu. NF merasa ibunya telah menutupi apa
yang sedang terjadi dalam kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya. Perasaan
NF pada saat itu NF merasa kebingungan. Ia tidak tahu harus bertanya kepada
siapa. Ia merasa orang tuanya sungguh tega telah berbohong kepada anaknya
sendiri. NF bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam
keluarga mereka.
mengatakan bahwa sesungguhnya ibu dan ayah NF sudah tidak memiliki ikatan
secara resmi lagi atau sudah bercerai. Setelah mendengar hal tersebut NF
langsung mengkonfirmasi apakah hal tersebut benar atau tidak kepada ibunya. Ibu
NF mengatakan bahwa hal tersebut memang benar. Pada saat itu NF tidak tahu
harus berbuat apa. NF merasa kecewa terhadap apa yang sudah terjadi antara
kedua orang tuanya. Ia merasa bahwa dirinya telah hancur akibat perceraian yang
ayahnya. Tetapi ayah NF menolak tawaran dari ibu NF dan lebih memilih wanita
dilakukan ayah NF dan akhirnya memilih untuk bercerai. Berikut penuturan NF;
“Ya mama ku mau bilang apa lagi. Kan mama aku udah kasih kesempatan
buat perbaiki. Tapi karena papa ku udah bilang kek gitu ya dia terima.
Itulah akhirnya mamaku milih jalan buat cerai.”
(S1.W1.06022018.B2.L2.H2.M.2)
“Terus akhirnya aku tau orang tua aku bercerai semenjak papaku gak
pulang beberapa hari. Bingung kan aku kok papaku ini gak pulang-pulang
terus ku tanya sama mama ku dia gak mau jawab dia bilang papa ku
banyak kerjaan. Tapi aku gak percaya kok sampe gak pulang. Sedih juga
kan aku disitu. Terus terakir aku nanya sama saudara dari mama ku.
Disitulah dikasih tau kalau mama sama papa ku udah gak sama-sama
lagi.”
(S1.W1.06022018.B1.L1.H1.M.1)
Melihat perceraian orang tua yang di lakukan oleh ayah dan ibu NF, hal
tersebut berdampak juga terhadap kehidupan NF. Salah satu dampak yang
laki. NF merasa apa yang dilakukan oleh ayahnya kepada ibunya sama seperti
dengan lawan jenis karena ia takut akan merasakan hal yang sama seperti yang
“Aku sendiri juga gak ngerti. Tapi kayak yang aku bilang tadi. Liat papa
ku kayak gitu jahatin mama ku aku jadinya takut juga. Lebih milih-milih
saja dengan lawan jenis. Tidak ada hal yang menarik ketika ia berhubungan
seksual yang dialami oleh NF. NF menjalani hubungan dengan sesama jenis. Pada
saat NF menjalin hubungan dengan sesama jenis, NF merasa lebih tertarik dan
keadaan yang sedang di hadapi oleh NF. Hal tersebut yang membuat NF merasa
sangat jatuh cinta terhadap pasangan sesama jenisnya. Berikut penuturan NF;
“Kalau ditanyak nyaman dari jawaban yang ku bilang tadi udah pasti lah
lebih nyaman ke sesama. Karena lebih kerasa aja gitu. Lebih terasa
sayangnya. Aku ngerasa aku nyaman kali sama pacarku ini. Dia lah yang
ngerti aku kayak mana. Kalau aku ada masalah pasti dia siap dengerin.
Terus ngasih perhatian lebih juga. Perhatian lah pokoknya.”
(S1.W2.08022018.D2.L12.H12.M.2)
sepenuhnya berubah begitu saja. NF merasa ketika ia melihat lawan jenis yang
sesuai dengan kriteria dirinya, ia pasti akan menoleh kepada laki-laki tersebut.
Hanya saja sebatas mengagumi lawan jenis yang sangat ia idam-idamkan sesuai
dengan kriteria yang ada pada dirinya. Kriteria lawan jenis yang di idam-idamkan
oleh NF adalah cowok yang pintar, bertubuh tegap, dan memiliki warna kulit yang
putih. Apabila lawan jenis yang sesuai dengan kriteria NF mencoba untuk
memiliki batas untuk dekat dengan lawan jenis. Karena ia takut, apa yang dialami
oleh ibunya akan dialami oleh dirinya juga. Berikut penuturan NF;
“Kalau misalnya ni ada cowok yang suka sama ku terus aku gak punya
pacar juga dan dia deketin aku yaudah aku terima. Gak ada masalahnya
sih. Kalau liat cowok tegap, terus pun putih lagi, udah gitu pintar, ya aku
mau kali. Kalau ditanyak masih suka cowok ya masih lah. Kalau tiba-tiba
lewat terus sesuai sama kriteria ku juga aku bakal ngeliatin. Tapi ya itu
tadi. Sukanya ada batasnya. Gak yang sampe mikir mau deket. Mau
kenalan. Gak gitu. Ada juga kok yang mau nge chat aku cowok. Tapi itu
pun aku milih-milih. Gak semua cowok yang ngechat terus aku balasin
semuanya.”
(S1.W2.08022018.EA1.L14.H14.M.2)
pacar sesama jenisnya ini adalah seorang teman biasa. Lama kelamaan mereka
semakin dekat dan semakin memberikan perhatian yang lebih antara satu sama
lain. NF dan pacarnya sering melakukan kegiatan layaknya orang yang sedang
memiliki perasaan saling menyukai. Mereka merasa nyaman dengan apa yang
sedang mereka jalani dan masing-masing dari mereka memberikan perhatian yang
lebih layaknya orang yang sedang menjalin hubungan. NF juga mengaku kalau
penuturan NF ;
“Gak mungkin ajalah. Orang aku sayang sama dia. Sayang kali pun. Dari
pada aku dekat atau pacaran sama cowok yang belum tentu aku sayang,
mending lah aku sama pacarku yang sekarang ini. Yang udah jelas kami
sama-sama sayang.”
(S1.W2.08022018.EA4. L19.H19.M.1)
Sewaktu NF berhubungan dengan lawan jenis, ia masih duduk di kelas 2 SMP dan
NF berpacaran dengan sesama jenis. NF mulai mencari sesuatu hal yang membuat
aktivitas seksual lebih dari sekedar ciuman saja. NF mengaku ia merasa senang
dan mendapatkan sensasi yang lebih ketika melakukan hal tersebut dengan sesama
jenis. Sensasi yang NF dapatkan ketika melakukan aktivitas seksual tidak dapat ia
“Indah lah. Seneng gitu waktu ciuman itu. Penuh hasrat la pokoknya. Aku
gak bisa jelaskan pakai kata-kata. Cuma bisa dirasa aja. Terus kan itu
ciuman pertama kali. Lama-lama udah mulai biasa kan ngelakuin kayak
gitu. Karena udah sering juga. Nah mulai lah cari suasana baru.”
(S1.W3.15022018.EB1.L22.H22.M.1)
“Ya awalnya penasaran kan. Terus pengen tau. Terus udah ngerasaiin
ciuman sama cewek itu gimana rasanya. Dah tau enaknya jadi makin
penasaran lagi. Kalau lebih dari ciuman gimana ya. Gitu. Jadi udah tau
rasanya terus pas enak pulak jadi makin mau tau lagi kayak mana
selanjuntya.”
(S1.W3.15022018.EB3.L23.H23.M.2)
dengan lawan jenis. Akan tetapi, ia merasa berbeda ketika menjalin hubungan
Hal yang membuat NF menjadi seperti sekarang ini adalah akibat ulah yang
dilakukan oleh ayahnya yang selingkuh dengan wanita lain. NF menilai semua
laki-laki jahat dan juga melakukan apa yang dilakukan oleh ayahnya terhadap
wanita mana pun. Ia menjadi pemilih dan lebih berhati-hati untuk menjalin
dengan sesama jenisnya karena ia tahu bagaimana seorang wanita tidak mungkin
akan melakukan hal yang jahat seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Namun
bukan berarti NF sama sekali tidak menyukai lawan jenis, hanya saja menjadi
lebih berhati-hati akibat ulah yang dilakukan oleh ayahnya. Berikut penuturan NF;
“Identitas aku sekarang bisa dibilang lesbi. Tapi kalau misalnya ada laki-
laki yang deketin aku mau. Ada lesbi yang di deketin cowok kan nolak.
Kalau aku ini aku sekarang pacaran sama cewek ni. Tapi kalau ada cowok
yang ngechat aku mau juga kadang jawab-jawabin. Aku anggap diri aku
ini bisa keduanya. Bisa sama cewek bisa juga sama cowok.”
(S1.W3.15022018.EC1.L23.H23.M.4)
Sedari kecil NF sangat dekat dengan ayahnya ketimbang dengan ibunya.
untuk laki-laki kepada NF. NF merasa apa yang dibelikan oleh ayahnya cocok dan
sesuai dengan selera yang ia miliki. Dari kecil NF sudah terbiasa dengan pakaian
laki-laki, karena NF mengatakan bahwa ayahnya ingin sekali memiliki anak laki-
laki. Hal tersebut terbawa sampai NF beranjak masa remaja. Ia sudah terbiasa
dengan hal yang berbau laki-laki, maka dari itu penampilan yang dimiliki oleh NF
dengan dirinya yang tomboy seperti itu karena sudah menjadi kebiasaanya. Untuk
merubah menjadi wanita pada umumnya menurut NF adalah hal yang sulit untuk
dilakukan. NF merasa saat ini ia sudah menjadi dirinya sendiri. Hal tersebut juga
yang mendukung NF untuk berpacaran dengan sesama jenis. Karena apa yang ia
“Ya bedalah. Lebih nyaman, lebih suka, lebih terbuka kalau sama cewek.
Aku jadi diri ku sendiri. Diriku yang tomboy. Yang gak suka kalau pake
pakean-pakean cewek. Kalau misalnya berhubungan sama cowok kan
hal tersebut tidak ia sebar luaskan kepada masyarakat umum. NF merasa bahwa
hal tersebut cukup membuat dirinya malu apabila ada yang mengetahui bahwa NF
sesama jenis sudah tidak sepantasnya untuk dilakukan. Namun apa daya, NF
sendiri. Kalau pun ada orang yang tahu mengenai dirinya, orang tersebut hanyalah
sebatas sahabat saja tidak lebih dari itu. NF merasa apa yang sudah ia jalani
adalah hal yang sangat memalukan apabila sampai orang tua NF mengetahui hal
tersebut. NF juga mengakui bahwa hubungan yang sedang ia jalani saat ini akan
segera ia akhiri. Ia tidak mau membuat kedua orang tuanya kecewa dan
menanggung malu akibat apa yang terjadi pada dirinya. Akan tetapi, untuk
mengakhiri hubungan tersebut tidak akan ia lakukan untuk saat ini. NF merasa
(S1.W3.01522018.EC4.L29.H29.M.2)
”Namanya aku nyaman. Aku juga sayang sama pacarku. Malu ya pasti.
Tapi niat buat berubah itu belum ada. Masih lama juga niat buat nikah.
Jadi ya enakin aja la sekarang. Kapan lagi menikmati hidup hahaha..”
(S1.W3.01522018.EC4.L30.H30.M.1)
lawan jenis
seksual
PROSES
Pohon Masalah Orientasi Seksual PERKEMBANGAN
Subjek 1
Ketakutan dalam menjalin Akibat dari perceraian orang tua, Perceraian orang tua membuat
hubungan dengan lawan jenis subjek menjadi tertarik dengan sesama subjek tertarik dengan sesama
membuat subjek tertarik dengan jenis dan melakukan aktivitas seksual jenis, sehingga ia merasa bahwa
sesama jenis. dengan sesama jenis. dirinya adalah seorang lesbi.
2. Subjek II
a. Hasil Observasi
1) Wawancara I
Wawancara pertama kali dilakukan di salah satu cafe yang berada di Jalan
Dipenogoro Kota Medan. Terdapat dua lantai di cafe tersebut. Di lantai bawah
terdapat banyak kursi dan meja. Peneliti dan subjek memilih untuk duduk di lantai
atas karena di lantai bawah sudah banyak orang yang menduduki kursi-kursi yang
sudah disediakan. Di lantai atas tempat subjek dan peneliti melakukan wawancara
terdapat tujuh buah meja dan dua puluh satu kursi. Subjek dan peneliti memilih
Subjek memiliki kulit sawo matang, dengan tinggi kurang lebih 169 cm.
Secara fisik subjek tergolong memiliki tubuh yang kurus. Hal tersebut terlihat dari
berat badan subjek sekitar 65 kg, bentuk wajah yang tirus dan memiliki bentuk
badan yang jenjang. Subjek memakai kaos berwarna hijau muda dan memakai
rapport kepada subjek dengan menanyakan beberapa kegiatan atau pun kesibukan
yang sedang subjek lakukan saat ini. Setelah itu peneliti mulai merasakan bahwa
subjek sudah mulai nyaman dengan situasi pada saat itu. Hal tersebut ditunjukan
dengan cara subjek yang sudah dapat membawa topik ke arah yang lebih santai.
perceraian orang tuanya. Namun lama kelamaan peneliti merasa subjek sudah
dari cara bicara subjek yang perlahan tetapi pasti dengan volume suara yang
kanan secara bergantian ke atas kursi. Pada awalnya subjek duduk menyender ke
kursi namun, lama kelamaan duduk subjek mulai ke arah depan peneliti. Subjek
bercanda dan tertawa bersama. Saat sedang bercanda, subjek mengambil sesuatu
tersebut dan peneliti melihat benda itu merupakan sebuah liptint atau yang sering
disebut lipstik. Subjek menggunakan liptint tersebut ke area bibir subjek. Kondisi
dan suasana cafe tempat subjek dan peneliti melakukan wawancara juga cukup
mendukung. Hal tersebut terlihat dari suasana yang sangat tenang dan sagat
kondusif. Hal tersebut membuat subjek merasa nyaman untuk berbicara dan
2) Wawancara II
Teuku Daud Kota Medan. Di cafe tersebut terdiri dari satu lantai saja. Terdapat
ruangan in door dan out door. Subjek dan peneliti memilih untuk duduk di area
out door karena subjek seorang perokok. Di area out door terdapat tiga meja dan
dua belas kursi. Subjek dan peneliti duduk yang di hadapkan dengan beberapa
dan menggunakan celana jeans berwarna biru terang. Seperti wawancara pertama
subjek, subjek menggunakan sepatu kets bertali sama seperti yang digunakan pada
saat wawancara pertama kali dilakukan. Subjek menggunakan jam tangan dengan
menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan kegiatan apa saja yang sudah
dilakukan oleh subjek pada hari yang sama. Selama wawancara berlangsung,
subjek menunjukan sikap yang sama seperti wawancara pertama. Subjek tampak
bersemangat menunggu pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh peneliti. Hal
tersebut terlihat dari subjek yang terus menerus menanyakan pertanyaan apa saja
yang akan ditanyakan pada hari itu. Proses wawancara dimulai, peneliti mulai
menanyakan terkait dengan orientasi seksual yang ada dalam diri subjek. Berbeda
yang diajukan oleh peneliti. Hal tersebut terlihat dari respon subjek yang
nyaman dan mulai membuka diri kepada peneliti. Hal tersebut terlihat dari subjek
peneliti. Subjek cukup menerima beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
dan menjawabnya dengan cukup jelas. Awalnya subjek merasa cukup gugup dan
merasa kurang nyaman dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti karena
menyangkut ke hal yang lebih privacy. Oleh karena itu peneliti berusaha
mencairkan suasana setiap sesi pertemuan agar tidak terjadi ketegangan antara
gemulai.
Kondisi dan suasana yang ada di cafe cukup tenang dan tidak terlalu ramai
sujek nyaman untuk berbicara dan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh
peneliti tanpa gangguan. Selain itu untuk masalah waktu, peneliti tidak terlalu
wawancara antara subjek dan peneliti berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Hasil Wawancara
juga seorang mahasiswa semester 4 di salah satu Universitas Swasta yang ada di
Kota Medan. FM adalah anak kelima dari lima bersaudara. FM memiliki empat
saudara laki-laki. Abang FM yang pertama berumur 34 tahun dan sudah memiliki
berumur 28, dan yang terakhir berumur 24 tahun. Saat ini FM tinggal bersama ibu
dan seluruh abang FM. Seluruh abang-abang FM belum ada yang menikah
ayahnya adalah seseorang yang tidak memiliki pekerjaan. Namun setelah bertemu
dengan ibu FM, dari situlah ayah FM mendapatkan pekerjaan dengan dibantu oleh
ibu FM. FM juga mengatakan bahwa ibu FM yang sebenarnya berperan lebih
“Ada masalah keluarga dari pihak papa. Masalahnya sih karena gak suka
sama mamaku. Keluarga papaku itu udah gak suka sama mamaku karena
mamaku katanya sombong. Terlalu menampakan hartanya. Dan
menurutku itu engga. Orang itu mikirin hal yang salah. Yaudalah. Terus
papaku ini terlalu memihak sama keluarganya ketimbang sama kami.
Terus papaku ini gak mau dengar cakap anaknya sendiri juga. Dia lebih
mentingin saudara-saudaranya di bandingkan kami. Terus ada perubahan
sama papaku. Dia jarang pulang. Kalau pun pulang itu nanti pulangnya
lama kali. Papaku ini awalnya gak ada kerjaan. Mamaku itu perawat. Jadi
papaku dibantu banyak sebenernya sama mamaku.”
(S2.W1.0503018.L1.H1.M.1)
Sebelum perceraian itu terjadi, dulunya FM memiliki keluarga yang utuh
dan bahagia. Hal yang membuat orang tua FM bercerai adalah akibat ulah yang
dilakukan oleh ayah FM. Awalnya saudara dari pihak ayah FM mengatakan hal
yang bukan sebenarnya menurut FM sifat asli dari ibunya. Namun saudara dari
pihak ayah FM tetap mengatakan bahwa ibu FM merupakan orang yang sombong
dan terlalu memamerkan harta kekayaan yang di miliki ibu FM. Namun hal itu di
sangkal oleh FM karena FM merasa bahwa ibunya bukan lah orang yang seperti
dikatakan oleh saudara dari pihak ayahnya. Tetap saja ayah FM percaya dengan
apa yang dikatakan oleh sudaranya dan lebih memihak kepada sudarah ayah FM.
Tentu saja hal tersebut membuat ibu FM sakit hati. Ibu FM merasa seharusnya
suami bisa melindungi istri. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh ayah FM.
Pada awalnya hal yang membuat perceraian tersebut dapat terjadi adalah
melindungi dirinya. Namun ada lagi hal yang membuat ibu FM semakin ikhlas
sudah tidak seperti dahulu lagi. Ia mulai sering pulang larut malam bahkan
sesekali tidak pernah pulang kerumah. Suatu ketika ibu FM mengikuti acara reuni
dan ayah FM. Kemudian teman-teman ibu FM mengatakan bahwa suaminya telah
berselingkuh dengan wanita lain. Sontak hal tersebut membuat ibu FM terkejut
dan mulai mencari tahu apakah hal yang dikatakan oleh temannya benar atau
tidak. Ternyata hal tersebut memang lah benar. Ayah FM sudah memiliki
sudah melakukan pernikahan dan sudah menghasilkan buah hati. Pada saat itu ibu
FM memastikan kepada ayah FM apakah pernikahan itu benar atau tidak. Namun
ayah FM tidak mengaku. Justru hal tersebut membuat ayah FM melakukan tindak
dilakukan oleh ayahnya. Namun ibu FM bertanya bukan tanpa memiliki bukti. Ibu
yang pernah melihat suaminya jalan dengan wanita lain. Berikut penuturan NF;
oleh ayah FM. Namun sudah terlalu sering dilakukan oleh ayah FM. FM
mengakatan walaupun ia sudah besar namun ia masih tidur dengan kedua orang
tuanya. Suatu ketika pada saat pagi hari, tiba-tiba FM sudah mendengar keributan
yang terjadi antara ayah dan ibunya. Sontak FM terkejut dan terbangun dari
tidurnya. Pada saat itu FM masih mendengan suara teriakan-teriakan ibu dan
merasa hal tersebut adalah hal yang paling buruk yang pernah ia lihat. Berikut
penuturan NF;
“Iya gak pernah pun sama sekali sampe detik ini. Is sumpah ya mamaku
itu baik kali lo. Aku yang dari awal selalu liat kalau orang itu berantem.
Itu posisinya aku sama mamaku dikamar. Aku dari kecil udah tidur sama
orang tua. Pagi-pagi gak tau kenapa papaku itu udah nyusun baju gitu kan.
Terus mamaku nanyak mau kemana kau kok bawa baju. Yaudah terus
cekcok gitulah pokoknya. Udah banting-banting barang gitu kan. Terus ku
Ayah FM sudah sibuk dengan istri dan anak-anaknya pada saat ini. FM juga
seharusnya di dapatkan oleh ibu FM. Ayah FM sudah sangat tidak perduli atas
FM dan ibunya. Ayahnya sangat tidak mau tahu lagi bagaimana keadaan FM
sekarang. Bahkan untuk komunikasi pun sudah jarang dilakukan. Suatu hari FM
pernah meminta uang jajan kepada ayahnya. Namun ayah FM mengatakan bahwa
saat itu ia sedang tidak memiliki uang. Padahal FM tahu ayahnya memang tidak
“Kalau yang berubah itu yang dulunya aku minta sesuatu selalu ada, kalau
udah cerai sekarang aku minta sama mamaku katanya gak ada. Minta sama
papa juga katanya gak ada uang. Padahal yang aku tahu sebenernya itu
ada. Tapi mungkin dia lebih sibuk urusin istri dia yang disana sama anak-
anaknya makanya buat ku aja susah. Mamaku juga buka usaha gitu kan.
Disitulah penghasilan kami. Makanya kalau minta apa-apa aku jarang
sama mamaku karena aku tahu gimana keuangannya. Jadi aku andalin
papaku tapi ya gitu dia payah. Emang bener-bener lupa sama kami.”
(S2.W1.05032018.L7.H7.M.1)
Atas perceraian yang sudah terjadi antara ibu dan ayah FM, FM merasa ia
malahan senang dengan keputusan yang sudah diambil oleh ibunya karena sudah
menceraikan ayahnya. Hal tersebut ia katakan atas dasar FM tidak mau terus
menerus melihat ibunya disakiti oleh ayah FM dan saudara dari pihak ayahnya.
Terkadang FM juga merasa sunyi dan kesepian ketika sedang berada dirumah.
“Ya kalau aku udah sedih gitu kadang aku diam aja gitu kak dirumah.
Atau aku dengar –dengar lagu. Atau nonton film. Pokoknya yang buat aku
teralihkan la pikiranku supaya gak mikiri orang tua ku. Kadang pun kalau
udah suntuk kali aku ajak lah temen-temen ku pergi gitu. Jalan-jalan
supaya ilangin suntuk. Aku pun payah juga orangnya kak. Kalau udah
suntuk atau sedih gitu mau kadang diam aja gak mau ngomong sama
sekali. Jadi ya dari pada kayak gitu mending ku ajak kawan-kawan ku
senang-senang supaya ilang suntuk atau sedihku tadi.”
(S2.W1.05032018.L5.H5.M.2)
akan memberikan dampak kepada FM. Saat ini FM mengatakan bahwa dirinya
sesama jenis. Ketika FM dihadapkan dengan lawan jenis, ia mengaku kalau dia
kurang tertarik dengan lawan jenisnya. Namun saat di tanya apakah perceraian
“Enggak ada kak. Aku ngerasa bukan karena perceraian ini yang buat aku
jadi suka sama laki-laki. Aku ngerasa emang dari kecil aku udah suka
sama laki-laki. Kurang suka sama cewek kak. Kurasa pun dari bawaan
lahir aku udah kayak gini kak. Aku orangnya lembut kak. Gak mau kasar
kayak laki-laki biasanya. Aku pegen aku yang di sayangin.”
(S2.W2.07032018.L13.H13.M.1)
“Aku ngerasa bukan karena perceraian itu yang buat aku jadi kayak gini
kak. Aku udah suka sama cowok itu sejak kecil. Kalau liat cowok itu lebih
deg-degan dibanding liat cewek. Sementara cerai orang tua aku itu waktu
aku SMP. Jadi sebelum cerai aku emang udah ngerasa aku sukanya ya
sama cowok. Aku ngerasa aku ini biseksual kak. tapi bukan karena
cerainya orang tua ku.”
(S2.W2.07032018.L26.H26.M.1)
ingin membuktikan pada masyarakat bukan hanya orang normal saja yang bisa
atas dirinya sendiri walaupun FM tahu hal tersebut adalah sesuatu yang
identitas seksual seperti yang ada dalam dirinya. Bahkan FM tidak segan-segan
untuk menunjukan bahwa dirinya suka dengan sesama jenis kepada masyarakat
dengan cara berpegangan tangan dengan pasangannya ketika sedang jalan berdua.
Berikut penuturan FM ;
“Enggaklah kak. Ngapain malu. Toh juga sama-sama manusia. Kan ada
kekurangan juga. Kalau aku suka sama cowok juga kan hak aku. Gak bisa
orang ngelarang aku mau kayak mana. Hidup juga hidup ku kan kak.
Cuma itu tadilah aku pengen orang-orang tau jangan terlalu ngejek jangan
terlalu menghakimi juga. Orang itu kan gak tau kayak mana rasanya kayak
gini. Coba aja orang-orang itu ngerasaiin pasti pun gak sanggup juga.
Makanya aku gak peduli kak. Aku cuek aja orang mau bilang apa kalau
aku suka sama cowok. Orang itu gak ngerti sama hidupku kak.”
(S2.W2.07032018.L14.H14.M.1)
“Ya itulah kak. Jalan berdua. Terus diajalan kayak mesra-mesra gitu. Tapi
kalau cium-cium gitu ya enggak lah kak. Cuma kalau lagi jalan gitu ya
berdua. Mau kadang pegang tangan kalau lagi gak ada orang yang ngeliat
kak. Kayak orang normal pada umumnya gitu lah pokoknya kak.”
(S2.W2.07032018.L14.H14.M.2)
“Karena aku mau buka mata semua orang gitu kak. Biar orang itu tau
bukan orang normal aja yang bisa mesra-mesra gitu sama pasangannya.
Kalau orang ada bilang ih homo itu. Aku nanggepinnya biasa aja kak.
Lagian besok-besok pun belum tentunya jumpa lagi. Gak kenal aja kok
ngapain perduli kali. Aku gak malu kak. Karena aku percaya dunia emang
kayak gitu. Udah pasti ada yang kayak gitu. Cuma tergantung orang itu
nunjukin atau enggak. Kalau aku berani kak nunjukin siapa diri aku
sebenernya. Ngapain jadi orang lain. Gak enak kak”
(S2.W2.07032018.L15.H15.M.1)
Ketika FM masih duduk di bangku SMP, FM sempat menjalin hubungan
dengan lawan jenis. Namun FM merasa bahwa ia kurang mendapatkan feel ketika
bertemu dengan teman yang menurutnya memiliki ketertarikan seksual yang sama
dengan dirinya. Teman FM juga suka dengan sesama jenis. Mulai dari situ FM
semakin yakin bahwa bukan cuma dirinya saja yang suka dengan sesama jenis dan
mengaku faktor lingkungan yang membuat dirinya semakin yakin untuk tidak
”Dulu waktu masih SMP aku masih tertarik juga kak sama cewek. Tapi
mungkin yang buat aku jadi kayak sekarang ini. Semakin seberani ini
nunjukin kalau aku suka sama cowok itu ya lingkungan. Jadi udalah aku
suka sama cowok. Terus ditambah lagi ada juga kawan ku yang kayak aku
kak. Dia juga suka sama sesama jenis. Jadi makin berani aku nunjukinnya.
Kalau sama cewek aku biasa aja kak. Kurang dapet gitu feelnya. Sama
cewek biasa kali loh kak. Aku juga heran ini kenapa aku jadi seberani ini.
Ditanyak suka aku males kak. Jujur ya aku males pacaran sama cewek
karena banyak mintaknya kak. Aku mau di sayangin kak gak mau aku
cewek itu mengkek-mengkek sama ku.”
(S2.W2.07032018.L16.H16.M.1)
Perceraian orang tua FM bukan lah yang menjadi penyebab FM menjadi
menyukai sesama jenis. Setelah perceraian orang tuanya pun FM belum ada
terpikir untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. FM merasa memang sama
sekali tidak tertarik dengan lawan jenisnya. Namun bukan berarti FM terus
menerus seperti ini. Ada niat untuk berubah menjadi lebih baik. Tapi tidak untuk
saat ini karena FM merasa masih ingin menikmati hidupnya dan menjadi dirinya
“Gak usah pun karena orang tua ku cerai aku emang gak mau kak pacaran
sama cewek. Gak mau serius sama cewek untuk saat ini. Bukan berarti lah
aku kayak gini terus kan kak. Gak jugalah selamanya kayak gini. Aku juga
maunya kalau berubah. Tapi jujur untuk saat ini masih enggak dulu. Aku
pengen nikmati hidup aku yang apa adanya kak. Gak dibuat-buat. Sok-sok
suka sama cewek padahal aslinya enggak. Aku gak mau kak kayak gitu.
Emang gak tertarik aku kak sama sekali sama cewek.”
(S2.W2.07032018.L18.H18.M.1)
“Karena aku pernah juga kan kak pacaran sama cewek. Kalau ditanya dulu
kenapa mau sama cewek ya pastilah karna ada sukanya walaupun dikit.
Tapi ya itu tadi aku juga suka kak sama cowok. Kalau ditanyak sekarang
mau gak pacaran sama cewek aku gak mau. Tapi kan pernah juga suka.
Jadi aku ngerasa aku bisa suka sama cewek, bisa juga suka sama cowok
kak.”
(S2.W2.07032018.L26.H26.M.2)
Memiliki hubungan yang special dengan sesama jenis memang belum
pernah dirasakan oleh FM karena masih ada perasaan takut untuk menjalin
hubungan dengan sesama jenis dan FM belum menemukan lelaki yang sesuai
memiliki postur tubuh yang atletis atau berotot dan tegap. Namun ketika FM
sesama jenisnya berkenalan terlebih dahulu. Hal tersebut berani ia lakukan karena
FM tahu laki-laki mana saja yang menurutnya sama seperti dirinya atau suka juga
dengan sesama jenis. FM tidak dapat menjelaskan dari mana ia bisa tahu bahwa
laki-laki tersebut juga penyuka sesama jenis karena hal tersebut hanya bisa
“Nampaklah itu kak. Pokoknya aku tahu laa dia bisa diajak kenalan atau
gak. Dia suka juga gak sama cowok. Itu aku tahu kak. Tapi kalau pacaran
aku emang belum pernah jalani hubungan sama cowok.”
(S2.W2.07032018.L19.H19.M.2)
“Ya karena belum ada yang pas aja kak. Ada sih yang deketin. Ada juga
yang pernah bilang suka. Tapi aku yang ngerasa orangnya belum pas.
Belum sesuai sama yang aku mau kak.”
(S2.W2.07032018.L20.H20.M.1)
pernah mengalami pelecehan seksual oleh teman laki-laki abangnya sendiri dan
sampai saat ini abang FM tidak pernah tahu akan kejadian yang menimpa FM.
apa yang FM inginkan. Tentu saja pada saat itu FM masih belum mengerti apa-
apa dan tentu saja akan senang ketika permintaannya di turuti. Berikut penuturan
FM ;
“Kalau gak salah itu waktu masih SD kak. Aku juga lupa kelas berapa tapi
aku ingat kali itu dulu waktu aku SD. Jadi dulu kan mama ku kerja di
Aceh. Terus dia sering main-main kerumah kak. Seingat ku dulu kak dia
baik kali sama ku. Apa yang aku minta dia beliin. Kan masih kecil gitu
dulu kak, jadi banyak maunya. Kayak beli jajan atau beli apalah. Itu dia
selalu beliin. Nah dari situlah aku mau.”
(S2.W2.07032018.L20.H20.M.2)
“Awalnya dia cium-cium aku kan kak. Aku biasa aja karena aku masih
kecil jadi belum ngerti kayak gitu. Terus lama-lama lebih dari cium. Dia
suruh aku jilat-jilatin barang punya dia kak. Pertama aku gak mau kan kak.
kalau dibayangin sekarang jijik juga dulu aku pernah kayak gitu. Terus
yaudah makin lama makin sering kami kayak gitu. Mandi nanti pun
berdua. Mamaku ngeliatnya ya biasa ajalah namanya kan cowok sama
cowok gak ada masalah. Tapi mamaku sama abang-abang aku gak tau
sampe sekarang kalau aku udah pernah di apa-apain sama abang itu.”
(S2.W2.07032018.L21.H21.M.1)
yang sudah ia lakukan dengan teman abangnya adalah hal yang salah. FM sadar
tidak seharusnya di umur yang masih sekecil itu ia sudah melakukan aktivitas
seksual seperti itu. FM juga sedikit jijik ketika ia mengingat kejadian yang pernah
tersebut lagi. FM takut apabila abangnya tahu mengenai hal ini, abangnya akan
“Itu dulu kalau gak salah SD juga gak lagi kak. Karena aku ingat aku
sendiri yang bilang sama abang itu udalah bang gak mau lagi. Udah capek
juga kak. gak Cuma sekali kami berbuat kayak gitu. Udah berulang kali.
Namanya makin lama makin besar kan kak, jadi udah mulai paham la.
Kok aku heran aku ngelakuiin kayak gitu sama cowok. Bertanya-tanya
juga lama-lama. Makanya aku berani bilang sama abang itu gak mau
ngelakuin hal itu lagi. Aku ngerasa udah capek. Terus pun aku ngerasa
ngelakuin hal kayak gitu itu sebenernya salah kak.”
(S2.W2.07032018.L22.H22.M.2)
lain.
abang subjek.
biseksual.
Subjek 2
Subjek merasa dari kecil sudah Sewaktu kecil subjek pernah dilecehkan Subjek pernah menjalin hubungan dengan
menyukai sesama jenis. Bukanlah oleh teman abangnya, sehingga saat ini lawan jenis. Namun ia sadar sejak kecil ia
perceraian yang menyebabkan subjek tertarik untuk melakukan sudah menyukai sesama jenis dan ia
subjek tertarik dengan sesama jenis. aktivitas seksual dengan sesama jenis. mengaku bahwa dirinya adalah biseksual.
PERILAKU IDENTITAS
KETERTARIKAN SEKSUAL
SEKSUAL
SEKSUAL
3. Subjek III
a. Hasil Observasi
1) Wawancara I
pintu masuk cafe. Terdapat banyak meja dan kursi di cafe tersebut. Di
lebih 160 cm. Secara fisik subjek tergolong memeiliki tubuh yang
kurus. Hal tersebut terlihat dari berat badan subjek sekitar 53 kg.
Bentuk wajah yang tirus dan pinggul yang tidak terlalu lebar. Subjek
dan di padukan sepatu bertali berwarna abu-abu. Selain itu pada saat
dan subjek. Kebetulan subjek dan peneliti sudah mengenal satu sama
subjek lakukan saat ini. Setelah penliti merasa subjek sudah mulai
merasa nyaman dan juga mulai berbicara dengan nada yang santai
sedang dilontarkan oleh peneliti. Hal tersebut terlihat dari cara subjek
dengan berbicara yang santai dan dengan nada yang sedikit keras.
tersebut terlihat dari cara bicara subjek yang lancar dan tidak terbata-
tangan kanan ke bawah dagu dan diletakan di atas meja tempat subjek
Kondisi dan suasana yang ada di cafe tersebut sangat tenang dan
kondusif. Hal ini terlihat dari tidak banyaknya orang yang berada di
cafe tersebut pada saat subjek dan peneliti melakukan wawancara. Jadi
2) Wawancara II
Jalan Cut Mutia Kota Medan. Cafe tersebut memiliki bentuk ruangan
yaitu, diluar dan di dalam ruangan. Peneliti dan subjek memilih area
yang panjang pula. Serta tiga buah meja bulat dan memiliki beberapa
kepada subjek.
orang tuanya kembali peneliti tanya kepada subjek. Pada saat itu
dengan intonasi nada yang tegas dan volume suara yang cukup jelas
kejadian yang sudah ia alami. Hal tersebut terlihat dari subjek terus
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Hal tersebut terlihat dari yang
wawancara kedua berjalan dengan baik, pada saat itu suasana cafe juga
peneliti.
b. Hasil Wawancara
Kota Medan. Namun pada saat EM menginjak semester tiga, EM merasa bahwa ia
tidak cocok atau pun tidak menyukai apa yang saat itu sedang ia jalani. Sampai
lagi. Saat ini EM bekerja di salah satu perusahaan jual beli mobil yang ada di Kota
Medan.
yang pertama berumur 35 tahun dan yang kedua berumur 28 tahun. Kedua abang
untuk EM terkadang kedua abang EM. Pada saat ini EM tinggal sendirian di
rumah kontrakan yang di sewa ayahnya. Ia ingin hidup di Kota Medan lantaran
memiliki beberapa usaha seperti rumah kos-kosan atau pun memiliki beberapa
mengenai ibunya karena sampai saat ini EM sudah kehilangan kabar dengan
ibunya.
Perceraian yang terjadi antara ayah dan ibu EM terjadi ketika EM masih
berusia 1,5 tahun. Ia terbilang masih sangat kecil dan belum mengerti dengan hal
seperti itu. Namun bukan berarti EM tidak tumbuh ke masa remaja. Pada saat EM
sudah duduk di bangku SMP tepatnya ketika ia duduk di kelas 3, beberapa pihak
saudara dan bahkan ayahnya sendiri menjelaskan mengapa dulu ibu dan ayah EM
memilih untuk bercerai. Awalnya pada saat itu ibu EM meninggalkan ayahnya
begitu saja dengan laki-laki lain tanpa memberikan kejelasan apapun. EM pergi
dengan di jemput seorang laki-laki di depan mata kepala ayah EM. Sempat
beberapa lama ibu EM menghilang tanpa tau dimana dan bagaimana keadaanya.
Pada saat itu ayah EM memutuskan untuk memilih bercerai dengan ibunya
dengan diwakilkan oleh keluarga ibunya karena ibunya sudah menghilang dan
“Pertama aku lagi pergi sama ayahku. Disitu umurku masih satu setengah
tahun. Baru disitu beli sarapan terus pas ayahku pulang rupanya disitu
diliat dia bos cewek aku udah gak ada. Disitu bos cewek aku belum betul-
betul pergi masih nampak la sama ayahku. Terus dia masuk ke mobil
isinya cowok. Udah lama mamaku gak balek-balek lagi disitulah cerai”
(S3.W1.12042018.L1.H1.M.1)
Perceraian yang terjadi antara ayah dan ibu EM ternyata bukan hanya
diakibatkan oleh kesalahan dari pihak ibu EM saja. Akan tetapi ayah EM juga
tersebutlah maka ibu EM bertekad untuk meninggalkan ayahnya begitu saja. Pada
saat ayah EM meminta cerai, bahkan ibu EM tidak perduli. Ia biasa saja dan
Seperti tidak pernah ada kejadian, ibu EM menghilang begitu saja tanpa
memberikan kabar yang jelas kepada keluarganya sendiri. Berikut penuturan NF;
“Karena disitu mamaku main tinggalin ayahku aja. Gak ada bilang apa-apa
udah pergi aja dan sama laki-laki lain. Terus pun mamaku bilang kalau
ayahku itu suka main tangan. Terus bos cowok aku ini suka mabok dan
main judi. Kayak gak sepenuhnya ayahku yang salah.”
(S3.W1.12042018.L1.H1.M.2)
“Ya dia biasa aja. Karena kan disitu dia gak ada ngomong sama ayahku
kalau mau cerai. Ayahku ngomong sama nenekku dari mamaku. Karena
keluarganya yang ambil keputusan buat bercerai ini. Mamaku itu sama
sekali hilang tanpa kabar yang jelas. Setelah berapa tahun baru tau dia
kemana.”
(S3.W1.12042018.L2.H2.M.3)
kedua orang tuanya. Ayah EM dan saudara dari pihak ayahnya memberi tahu
dan mengetahui segala kejadian yang telah terjadi. Setelah sudah mengetahui
cerita sebenarnya, EM seperti memiliki rasa dendam kepada ibunya. Hal tersebut
meninggalkan ayahnya. Akan tetapi ibu mana yang tega meninggalkan anaknya
pada saat umur masih 1,5 tahun. Di umur tersebut peran ibu sangat penting untuk
penuturan NF;
“Itu kan pas aku lagi di sekolah. Biasalah kawan-kawan nanyak kau lebih
sayang sama ayah atau mamamu. Terus aku jawab lah aku sayang sama
ayahku. Karena kan aku hidup sama ayahku. Baru orang tu bilang
panteslah kau bandel orang kau gak punya mama. Disitu aku taunya mama
aku ini udah meninggal. Karena keluarga ku bilang kalau ditanyak orang
mamamu itu udah meninggal. Terus pas sampe dirumah ngadu la aku
masa kawan-kawan aku bilang aku gak punya mama. Baru waktu SMA
ayahku yang ceritaiin semuanya. Mama ku kek mana disitu semua di
ceritakan. Apa aja yang udah dibuat mamaku pun diceritakan dia. Jadi aku
punya rasa dendam sama mamaku karena aku tau kekmana tingkahnya
sama ayahku dulu. Kalau pun dia hidup percuma aja toh yang dibuat dia
juga gak ada baiknya. Pas aku tau. Semuanya disitu aku nangis. Aku
nangis karena tau rupanya mamaku yang ninggalin kami semua. Dan pas
ayahku cerita aku ngerasa aku sedih kali. kok sanggup mamaku buat kayak
gitu. Dia gak mikir kalau dia punya anak. Masalahnya dia cewek kenapa
dia kegatalan kali sama laki-laki lain terus ninggalin kami.”
(S3.W1.12042018.L3.H3.M.2)
untuk bertemu dengan ibunya. Pada saat itu EM berumur 18 tahun. Selama ini
pada saat itu. Kemudian EM mendatangi ibunya dengan ditemani oleh sepupu
sangat ingin melihat bagaimana rupa ibunya, bagaimana ketika ibunya memeluk
mungkin dan EM mengatakan bahwa dirinya sangat rindu pada ibunya sampai
bagaimana bisa dirinya rindu kepada ibunya, karena selama ini belum pernah
bertemu. EM bingung kenapa dirinya rindu. Pada saat itulah pertama kalinya
selama 16,5 tahun EM dan ibunya tidak pernah bertemu dan EM juga pertama kali
“Awalnya itu gini. Kan abang aku nelfon. Dia bilang Mama lagi disini.
Terus yaudah aku datangin lah dia kan. Itu bener-bener yang tiba-tiba kali.
Aku naik angkot disitu aku sama adik sepupu aku. Ku lupaiin la dendam
ku selama ini. Aku pengen kali jumpa sama dia. Aku pengen kali meluk
dia. Terus siap itu kan jumpa yaudah ku peluk lah dia kan. Terus tau aku
bilang apa kak. aku bilang aku rindu. Sementara aku mikir jumpa aja gak
pernah masa rindu. Sangking gataunya lagi mau bilang apa kan. Yang
tebilang aku Cuma ma aku rindu. Terus stengah jam itu pelukan dia bilang
maafin mama ya nak. Aku juga lupa bilang apa aja pokoknya dia asik
bilang maaf aja. Yaudah terus malamnya aku pulang ke Medan. Dah
Cuma sampe situ aja. Siap itu gak pernah lagi ada apa-apa.“
(S3.W1.12042018.L5.H5.M.2)
Setelah pertemuan pertama kali terjadi, sempat hilang kabar lagi antara
EM dan ibunya. Suatu hari abang EM menikah. Ternyata disitu ibunya datang dan
EM melihat ibunya dan sebaliknya ibu EM juga sudah menatap ke arah EM. Akan
tetapi EM dan ibunya hanya saling menatap tanpa memberikan sapaan yang
seharusnya dilakukan oleh ibu dan anak. Disitu EM sedikit kecewa karena ia
mengapa hanya untuk sekedar menyapa saja ibunya tidak melakukan hal tersebut.
Apa daya, tetap saja EM merupakan seorang anak. EM disuruh oleh abangnya
perkataan yang dikatakan oleh abangnya dan segera menemui ibunya. Saat itu
adalah saat dimana EM dan ibunya terakhir kali bertemu sekitar 4 tahun yang lalu.
Untuk berkomunikasi pun EM dan ibunya saat ini tidak melakukan hal tersebut.
Maka EM tidak mengetahui hal-hal mengenai ibunya. Kalau pun ada beberapa
hal yang EM tahu, mungkin ia mendapatkan informasi dari orang lain yang juga
dalam hidupnya. Hal tesebut yang menyebabkan EM merasa biasa saja ketika
NF;
“Gak lama dua tahun kemudian kami ada lagi jumpa. Itu pun karena abang
aku nikah. Pas dinikahan abang aku itu kami liat-liatan aja tapi kayak
orang gak kenal. Terus abang ku bilang salam itu mama. Sementara kami
udah liat-liatan tapi gak ada saling sapa. Yaudalah ku salam aja karena di
suruh sama abang aku itu kan. Terus yaudalah siap itu udah gak ada lagi.
Terakir itulah pas di nikahan abang aku kami jumpa. Siap itu yaudah
Cuma salam aja gak ada ngobrol yang lain-lain.“
(S3.W1.12042018.L6.H6.M.1)
“Sekarang ya gak ada hubungan. Sama sekali engga ada. Kalau ditanya
hubungannya gak ada ya emang sama sekali gak ada. Orang dia gak peduli
sama ku. Aku pun karena udah terbiasa gak ada dia jadi ya biasa aja gak
nyariin kali juga.”
(S3.W1.12042018.L7.H7.M.1)
mengaku saat ini dirinya adalah seorang biseksual. Saat ini EM sedang menjalani
hubungan dengan sesama jenis. Hal tersebut terjadi lantaran lingkungan yang
salah seorang teman EM kepada wanita yang menyukai EM. Kemudian semakin
lama EM dan wanita tersebut semakin dekat sampai akhirnya wanita tersebut
Namun apa daya EM merasa tidak enak dengan temannya yang sudah
“Ya yang aku tau saat ini aku itu bisa pacaran sama cowok bisa juga
pacaran sama cewek. Jadi kayak biseks gitu.”
(S3.W2.15042018.L8.H8.M.1)
“Aku gak tau ya kenapa. Tapi kalau aku rasa karena lingkungasih sih
salah satunya. Awalnya aku dikenalin sama temen aku. Terus awalnya aku
gak mau karena aku tau dia itu cewek. Pas dia nembak aku bingung disitu
ku terima atau ku tolak. Karena kalau ku tolak dia baik kali orangnya
kasian juga kalau aku nolak dia gitu aja selama ini dia udah baik soalnya
samaku. Tapi kalau pun ku terima masa aku pacaran sama cewek. Terus
akhirnya ku terima ajalah dia kan karena segan juga kalau di tolak aku kan
dikenalin sama kawan aku gak enak aja aku sama kawan ku ini. Ku pikir
pun ah yaudalah paling Bentar ajanya ini pacarannya. Eh rupanya makin
lama makin sayang terakirnya dua tahun juga kami pacaran.”
(S3.W2.15042018.L8.H8.M.3)
jenis yang sedang ia jalani saat ini. Pasalnya EM merasa bahwa ketika ia pacaran
yang lebih, selalu mengikuti apa yang dikatakan oleh EM, dan lain sebagainya
merasa seperti disayangi walaupun bukan kasih sayang yang diberikan oleh
ibunya.
“Ya karena aku nyaman sama dia. Aku sayang juga. Dia ngertiin aku kali.
Misalnya aku sukanya ini dia tau. Apa yang aku bilang dia selalu nurut.
Jadi aku gak punya alasan untuk gak sayang sama dia. Pas aku ada
masalah pun dia selalu ada. Selalu bantuiin aku lah pas aku susah. Aku
kayak ngerasa disayangi walaupun bukan dari mamaku gitu. Tapi
sayangnya kami sekarang udah gak sama-sama lagi.”
(S3.W2.15042018.L9.H9.M.1)
bukan perceraian orang tua yang paling berperan dalam ketertarikan seksual EM.
Lebih kepada lingkungan yang membuat EM menjadi seperti sekarang ini. Akan
tetapi, karena tidak ada lagi orang tua yang bisa mengawasi, EM merasa bahwa
dirinya dapat melakukan hal apa saja yang ingin ia lakukan. Ia merasa orang
tuanya mungkin tidak akan dapat sepenuhnya mengetahu hal-hal apa saja yang
“Sebenernya kalau karena perceraian itu yang buat aku jadi kek gini bisa
jadi ya. Tapi bukan point utama. Karena kan orang tua aku itu pisahnya
pas aku masih kecil. Jadi kalau di bilang trauma liat orang tua aku enggak
juga. Tapi kalau salah satu faktor pendukung yang buat aku jadi kayak gini
itu bisa jadi. Kenapa aku bilang gitu karena kan aku udah gak dapat
perhatian lagi dari kedua orang tua aku. Di tambah lagi aku gak tinggal
sama orang tua aku. Jadi aku ngerasa aku makin bebas. Aku ngelakuiin
apa aja pun orang tua aku gak tau karena kami kan jauh. Jadi kalau bisa di
bilang karena kurangnya perhatian orang tua itu yang buat aku bebas
ngelakuiin apa aja. Toh aku mikir orang itu kan gak tau aku diluar kayak
mana.”
(S3.W2.15042018.L10.H10.M.2)
EM menyadari bahwa hubungan yang sedang ia jalani saat ini adalah
hanya sekedar mengagumi saja. Misalnya EM bertemu dengan lawan jenis yang
sesuai dengan kriteria dirinya ia hanya sekedar memuji lawan jenis tersebut. EM
kepada masyarakat umum. Kecuali dengan teman dekat EM. Ia akan sangat
“Karena perasaan. Aku dari awal udah ngerasa aku lebih nyaman kalau
pacaran sama cewek. Jadi mau aku pacaran sama cowok pun kayak aku
ngerasa bukan jadi diriku sendiri. Aku ngerasa beda waktu aku pacaran
sama cewek. Aku ngerasa memang itulah diri aku yang sebenarnya.”
(S3.W2.15042018.L11.H11.M.2)
“Ya kayak mana perempuan umumnya suka sama cowok lah. Kalau ada
liat yang ganteng ya ku bilang ganteng. Kalau dia jelek ya ku bilang dia
jelek.Gak lebih. Cuma mengagumi aja hahaha. Gak ada rasa yang pengen
lebih gitu.”
(S3.W2.15042018.L11.H11.M.3)
sudah melalukan aktivitas seksual dengan lawan jenis. Aktivitas seksual yang
aktivitas seksual dengan sesama jenis seperti ciuman bibir dan kekasihnya sudah
terjadi begitu saja tanpa ada rencana antara EM dan kekasihnya. Awalnya EM
sempat menolak untuk melakukan hal tersebut dengan alasan EM merasa bahwa
hal tersebut tidak sepantasnya untuk dilakukan dengan sesama jenis. Namun apa
daya, suasana yang membuat hal tersebut dapat terjadi. Berikut penuturan EM;
(S3.W2.15042018.L14.H14.M.1)
“Kalau sama cewek ciuman bibir juga udah pernah. Terus pegang
payudara juga udah pernah.”
(S3.W2.15042018.L14.H14.M.2)
“Kayak yang aku bilang tadi. Awalnya waktu dia nanya bilang boleh cium
atau enggak kan aku diem aja. Karena aku juga takut masa ciumannya
sama cewek. Terus pas dia meluk aku ngerasa nyaman kali. karena
mungkin aku udah sayang itu tadi kan jadi ya nyaman aja gitu. Pas dia
cium juga aku gak ngerasa gelik. Justru aku ngerasa ya namanya juga
pacaran wajar la ngelakuin kayak gini. Yang membedakan harusnya
kanCiumannya sama cowok ini kok sama cewek. Tapi kan tetep aja
judulnya namanya pacaran, toh wajar dong kalau ngelakuin ciuman. Jadi
kalau di tanyak perasaan ya aku ngerasa aku nyaman. Aku gak ada ngerasa
janggal atau yang gimana-mana. Awalnya aja waktu dia tanyak aku ragu.
Pas udah ngerasaiin oh ini aku mikir gitu aja. Gak ada masalah sih.”
(S3.W2.15042018.L15.H15.M.1)
sesama jenis. Ia merasakan hal yang berbeda. Perubahan tersebut terjadi karena
EM sempat mencoba untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis namun, semua
hanya sia-sia saja. Meskipun lawan jenis yang mencoba mendekati EM sudah
menjalin hubungan dengan sesama jenis. Ia merasa kekasih sesama jenisnya lebih
selalu ada disaat EM membutuhkan dirinya. Maka dari itu EM sangat merasakan
“Kayak awal yang aku bilang. Aku ngerasa kalau aku ini biseksual.
Kenapa aku bilang kayak gitu karena sebelum aku pacaran sama cewek
aku juga dulu pernah pacaran sama cowok. Dan aku ngaku waktu aku
pacaran sama cowok dulu ya aku sayang. Gimana sekarang aku pacaran
sama cewek ya gitu juga perasaan aku sama cowok. Tapi setelah aku
pacaran sama cewek, aku pernah nyoba sama cowok. Disitu rasanya udah
beda. Aku mikir kok gak kayak waktu aku pacaran sama cewek ya. Kok
udah beda kali rasanya.”
(S3.W2.15042018.L17.H17.M.2)
“Mungkin aku ngerasa karena aku udah kepincut gitu ya sama cewek.
Udah tau rasanya gimana pengertiannya kalau sama cewek. Udah tau
enaknya juga. Jadi aku mikir dari pada aku capek-capek pacaran sama
cowok yang susah ngerti, susah dibilangin juga, mending la aku sama
cewek aja. Jadi berpikiran gitu sih. Karena udah tau gimana enaknya kalau
pacaran sama cewek. Pengertiannya itu gini sih. Misalnya ni kan aku
bilang aku pengen ini eh dia langsung yaudah nanti ya kita beli gitu. Atau
kayak misalnya ni aku lagi gak mood nah disitu dia tau gimana caranya
ngadepin orang yang lagi gak mood ini. Misalnya kayak dia beliin aku
makanan atau ya dia gak ganggu aku dulu sama sekali supaya aku juga
bisa netralkan pikiran aku. Tapi kalau misalnya ni sama cowok waktu aku
bilang aku lagi gak mood nah disitu dia sibuk nanyak-nanyak kenapa
padahal aku lagi gak pengen di ganggu. Atau waktu dia tanyak kenapa
udah capek-capek aku jelasin ceritanya eh gak ada solusi dari diaKan sama
aja kayak cerita sama setan. Dia pengen tau tapi waktu dikasih tau gak bisa
ngasih solusi. Yang ada makin gak mood. Itulah salah satu contoh kenapa
aku malesnya sama cowok ini. Kurang pengertian dia.”
(S3.W2.15042018.L18.H18.M.2)
sendiri
jenis.
dengan sesama.
biseksual.
Subjek 1
Lingkungan adalah salah satu Lingkungan mendukung subjek untuk Akibat dari lingkungan yang
faktor yang sangat melakukan hubungan sesama jenis mendukung, subjek merasa
mempengaruhi subjek menjadi Sampai pada akhirnya subjek merasa bahwa dirinya adalah seorang
tertarik dengan sesama jenis. sayang dan nyaman dengan biseksual.
kekasihnya sehingga, terjadi beberapa
aktivitas seksual antara subjek dengan
KETERTARIKAN kekasihnya.
IDENTITAS
SEKSUAL
SEKSUAL
PERILAKU
SEKSUAL
B. Pembahasan
dari Lee Badgett (2008). Menurut Badgett (2008) orientasi seksual adalah
individu terkait dengan perilaku seksual, daya tarik, dan identitas diri seseorang.
Menurut Eccles dkk, Tucker dkk, Putz dkk (dalam Alhamdu, 2016),
adalah menentukan orientasi seksual. Masa remaja ini, dianggap sebagai proses
puncak untuk menemukan identitas diri dan orientasi seksual seseorang secara
mendapatkan kasih sayang dan perlakuan dari orang-orang yang ada disekitar
lingkungan. Dan yang terakhir keadaan hormon testosteron dan estrogen yang ada
pada individu akan berdampak pada orientasi seksual individu tersebut. Berikut
1. Subjek I (NF)
peristiwa yang sangat di ingat oleh NF. Setelah perceraian itu terjadi, NF merasa
takut untuk menjalin asmara dengan lawan jenis. Sebab ia merasa semua laki-laki
yang mencoba mendekatinya memiliki sifat yang sama seperti yang dilakukan
menyebabkan hancurnya pernikahan ayah dan ibu NF. Usaha ibu NF untuk
Menurut Eccles dkk, Tucker dkk, Putz dkk (dalam Alhamdu, 2016), salah
yang dialami oleh individu itu sendiri dimana masa remaja merupakan proses
individu tersebut. Pada kasus, NF melihat dan ikut merasakan segala peristiwa
perceraian yang dilakukan oleh ibu dan ayahnya. Pada saat yang sama juga NF
melihat segala kelakuan yang sudah dilakukan oleh ayahnya kepada ibunya. NF
terus mengingat hal-hal apa saja yang sudah ayahnya lakukan terutama
untuk menjalani hubungan dengan lawan jenis dan pada akhirnya terjadi
ketertarikan seksual, perilaku seksual, dan identitas seksual. Menurut Badgett dan
berubah sejak ia mengetahui segala sesuatu yang sudah diperbuat oleh ayahnya
nyaman dan NF merasakan kasih sayang yang selama ini ia inginkan dari kedua
orang tuanya. Namun karena peristiwa perceraian tersebut, orang tua NF tidak
mampu memberikan kasih sayang tersebut. Ditambah lagi ayah NF yang sudah
memiliki istri lagi. Hal tersebut membuat NF sulit untuk mendapatkan perhatian
jenis, hal serupa yang dialami oleh ibunya tidak akan ia alami juga.
Badgett dan Goldberg (2009), perilaku seksual mengacu pada aktifitas seksual
yang dilakukan bersama pasangannya yang didasari oleh dorongan seksual untuk
aktiftas seksual dengan pasangan sesama jenisnya. Aktifitas seksual yang sudah
oleh rasa penasaran dan perasaan sayang. Pada awalnya memang NF merasa
tahu rasanya berciuman dengan sesama jenis. Setelah NF tahu bagaimana rasanya,
sudah berubah semenjak peristiwa perceraian orang tua NF. NF merasa bahwa
dirinya tertarik dengan sesama jenis. Tentu saja hal tersebut berhubungan dengan
identitas seksual dalam diri NF. Saat ini NF menganggap dirinya adalah seorang
Untuk tertarik dengan lawan jenis mungkin sudah pernah dirasakan oleh NF,
namun tetap saja. Rasa nyaman dan rasa sayang sudah NF dapatkan dari seorang
perempuan. Maka dari itu NF mengaku pada masyarakat bahwa dirinya adalah
seorang lesbi. Menurut Goode (dalam Suhhery, 2016), LGBT (Lesbian, Gay,
orang tua dapat mempengaruhi anak menjadi penyuka sesama jenis. Maka dari itu
2. Subjek II (FM)
ayah FM sudah melakukan beberapa tindak kekerasan kepada ibu FM. Sehingga
jalan terakhir yang dipilih oleh ibu FM adalah perceraian. Bukannya merasa
sedih, FM malahan merasa senang karena pada akhirnya ibu FM bebas dari
yang terjadi tentu saja akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan FM
nantinya. Pada saat ini, FM merasakan perubahan orientasi seksual yang ada
dalam dirinya. Namun perubahan tersebut bukan terjadi akibat perceraian orang
tuanya. Faktor yang mempengaruhi orientasi seksual bukan hanya akibat dari
faktor perkembangan saja. Menurut Eccles dkk, Tucker dkk, Putz dkk (dalam
Alhamdu, 2016), genetik dan hormon juga dapat mempengaruhi orientasi seksual.
Keadaan hormon testosteron dan estrogen yang ada pada individu akan
berdampak pada orientasi seksual individu tersebut. Oleh karena itu, terkadang
kita temukan individu memiliki identitas seksual sebagai seorang laki-laki tetapi
mereka juga mempunyai ketertarikan seksual pada jenisnya sendiri, atau bahkan
sebaliknya.
Namun hal tersebut ia sangkal karena ia merasa bahwa sebenarnya hal tersebut
sangat tidak wajar dan tidak seharusnya terjadi. Pada saat FM menginjak masa
SMP, FM sempat menjalin hubungan dengan lawan jenis. Pada saat itu FM
terhadap lawan jenis atau pun dengan sesama jenis. Ketertarikan seksual yang
dirasakan oleh FM adalah dengan sesama jenis. Rasa tertarik yang awalnya
kepada lawan jenis kini berubah menjadi tertarik dengan sesama jenis. Perubahan
tersebut sangat jelas dirasakan oleh FM. Saat ia menjalani hubungan dengan
lawan jenis, FM merasa tidak nyaman dengan apa yang saat itu sedang ia jalani.
dengan sesama jenis. FM semakin yakin bahwa dirinya memang sudah menyukai
sesama jenis sejak ia masih kecil. Tidak sampai disitu, FM juga sudah melakukan
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri,
dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Pada kasus, FM sudah
FM merasa bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh
teman abang FM. Kejadian tersebut terjadi ketika FM masih duduk di bangku
kelas enam SD. FM yang belum mengerti apa-apa jusru menuruti semua
mencium penis, dan memasukan penis ke dalam mulut FM. Ketika dulu ia
mengingat kejadian tersebut, FM merasa geli dan tidak ingin mengingat kejadian
itu lagi. Namun untuk saat ini justru FM ingin kejadian itu kembali terjadi lagi.
Untuk saat ini, aktifitas seksual yang sudah dilakukan FM berupa berpelukan dan
dengan lawan jenis dan saat ini ia menjalani hubungan dengan sesama jenis.
bahwa dirinya penyuka sesama jenis. Hal tersebut ditunjukan oleh FM dengan
lantaran FM sudah sangat menerima bahwa dirinya memang seperti itu dan ia
tidak malu untuk menunjukan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah penyuka
sesama jenis. FM merasa menjadi dirinya sendiri ketika ia melakukan segala hal
mengenai perceraian yang sudah terjadi. Hal tersebut berdasarkan dari awal
meninggal dunia. Padahal perceraian tersebut terjadi karena ibu EM yang pergi
berumur 1,5 tahun. EM tidak begitu paham mengenai perceraian yang dilakukan
kedua orang tuanya, karena perceraian itu terjadi ketika EM masih kecil. EM
hanya bisa mendengar kisah tersebut dari ayah dan saudara-saudara EM. Perhatian
yang tidak di dapatkan dari kedua orang tua membuat EM terjerumus ke hal yang
tidak sepantasnya terjadi. Kurangnya perhatian dari orang tua sehingga terjadi
perubahan orientasi seksual yang ada pada diri EM akibat dari besarnya pengaruh
lingkungan.
Menurut Eccles dkk, Tucker dkk, Putz dkk (dalam Alhamdu, 2016), sosial
dan budaya merupakan salah satu faktor terbentuknya orientasi seksual. Sosial
budaya merujuk pada tempat bagi individu untuk berinteraksi dan belajar sesuatu
tidak sepantasnya sesama jenis memiliki hubungan yang lebih dari teman biasa.
oleh temannya. Awalnya EM merasa biasa saja, namun lama kelamaan karena
lebih serius atau berpacaran, EM menerima ajakan itu. Menurut Suherry (dalam
Goode, 2016), LGBT juga disebabkan adanya pengaruh dari lingkungan sekitar,
kebudayaan, tempat tinggal, dan cara bergaul pada kelompok yang mana terdapat
bagaimana seseorang memiliki rasa tertarik secara emosional dengan lawan jenis
atau pun sesama jenis. Pada kasus, EM sangat merasa nyaman ketika menjalin
bahkan tidak bisa lepas dari zona hubungan sesama jenis ini. Pasalnya EM tidak
sama sekali menolak untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Ada beberapa
sesama jenis yang sedang ia jalani. Bagi EM, pasangan sesama jenisnya mampu
yang sudah dilakukan oleh EM sama dengan yang sudah pernah dilakukan subjek
I, yaitu berciuman dan pasangannya sudah memegang payudara EM. Hal tersebut
terjadi karena rasa nyaman dan rasa sayang EM pada kekasihnya. Ia membiarkan
dirinya. Kejadian itu terjadi begitu saja tanpa ada rencana sedikit pun antara EM
dengan sesama jenis. Namun apa daya, suasana yang begitu mendukung sampai
Sama seperti yang dialami subjek II, EM mengaku bahwa dirinya adalah
Karena faktor lingkungan yang begitu besar dan kurangnya perhatian dari orang
tua yang membuat EM menjadi tertarik dengan sesama jenis. Menurut Badgett
(2008), salah satu jenis orientasi seksual yaitu biseksual. Biseksual merupakan
aktivitas seksual dimana pasangan seksual yang dipilih berasal dari lawan jenis
dan sesama jenis. Identitas seksual yang ada pada diri EM saat ini adalah
yang sebenarnya. Pada kasus, berbeda dengan subjek II, EM justru tidak ingin
semua orang tahu bahwa dirinya adalah seorang penyuka sesama jenis. Karena
saat ini sedang ia jalani biarlah ia dan kekasihnya saja yang tahu. Kalau pun ada
yang mengetahui identitas seksual EM, orang tersebut hanyalah beberapa teman
dekat EM saja. Menurut Risman (dalam Ermayani, 2017), dua hal yang
kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya pendidikan agama yang
diajarkan oleh orang tua. Remaja yang memiliki keluarga bermasalah tidak
memiliki komunikasi yang berkualitas dan jauh dari hubungan yang baik dengan
anak. Ditambah lagi ketika anak memiliki orang tua yang bermasalah, kurangnya
pendidikan agama yang akan diberikan kepada anak. Memahami tentang perilaku
LGBT sendiri berkaitan erat dengan memahami hukum syariat Islam. Sehingga
orang tua harus memiliki bekal untuk memberikan berbagai pengetahuan tentang
dalam penelitian. Selain itu, bab ini juga akan mengemukakan saran praktis dan
orientasi seksual pada remaja terhadap peristiwa perceraian orang tua yang
dialaminya.
A. KESIMPULAN
117
untuk kembali kejalan yang benar, namun hal tersebut tidak dapat
B. SARAN
data. Peluasan data dapat dilakukan dengan pihak orang tua yang
data. Peluasan data dapat dilakukan dengan pihak orang tua yang
2. Saran Praktis
yang terjadi. Oleh karena itu, bagi para orang tua diharapkan lebih
sesuatu yang terkait dengan anak agar anak tidak merasa sendirian.
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Harsanti, I., & Verasari, D. G. (2013). Kenakalan Pada Remaja Yang Mengalami
Perceraian Orang Tua. Volume 5.
Khumas, A., Prawitasari, J. E., & Retnowati, S. (2015). Model Penjelasan Intensi
Cerai Perempuan Muslim di Sulawesi Selatan. Jurnal Psikologi, Volume
42, Nomor 3.
Lindley, L. L., Walsemann, K. M., & Carter, J. W. (2012). The Association of
Sexual Orientation Measures With Young Adults’ Health-Related
Outcomes. American Journal of Public Health Volume 102, No 6, 1177–
1185.
Muti’ah, T. (2011). Studi Hubungan Antara Identitas Diri dan Kecenderungan
Homoseksual Remaja Di Yogyakarta. Jurnal SPIRITS, Volume 1, Nomor
2, 97-224.
Ningrum, P. R. (2013). Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja.
eJournal Psikologi, Volume 1, Nomor 1, 69-79.
Petterson, L. J., Little, A. C., Dixson, B. J., & Vasey, P. L. (2016). Reconsidering
Male Bisexuality: Sexual Activity Role and Sexual Attraction in Samoan
Men Who Engage in Sexual Interactions With Fa’afafine. American
Psychological Association Volume 03 Nomor 01, 11-26.
Pontoh, M. M., Opod, H., & Pali, C. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Homoseksual Pada Komunitas Gay Di Manado. Jurnal e-
Biomedik Volume 3, Nomor 3, 900-903.
Sarbini, W., & Wulandari, K. (2014). Kondisi Psikologis Anak Dari Keluarga
Yang Bercerai. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014.
Suhhery, Mandala, E., Mustika, D., & Bast, R. (2016). LESBIAN, GAY,
BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAMPERSPEKTIF
MASYARAKAT DAN AGAMA . Jurnal Aristo Vol 4. No 2 , 89-99.
Sumber Skripsi :
PEDOMAN WAWANCARA
1. Nama Subjek :
2. Usia Subjek :
bercerai?
3. Perubahan seperti apa yang kamu alami sesudah perceraian orang tua
kamu?
2. Coba kamu ceritakan perubahan yang terjadi sesudah perceraian orang tua
A. Ketertarikan Seksual
jenis?
B. Perilaku Seksual
1. Coba kamu ceritakan aktifitas seksual seperti apa yang pernah kamu
C. Identitas Seksual
2. Sejauh mana kamu mengenali ketertarikan seksual yang ada dalam diri
kamu?
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Subjek :
Hari/Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Tempat Wawancara :
Wawancara ke- :
1. Tempat wawancara
2. Penampilan fisik
3. Perilaku selama
proses wawancara
5. Ekspresi wajah,
berbicara