Anda di halaman 1dari 116

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Perpustakaan dan Sains Informasi Skripsi Sarjana

2018

Evaluasi Pelaksanaan Program


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA
Swasta Parulian 1 Medan

Surbakti, Wita Afsari


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7254
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH
(GLS) DI SMA SWASTA PARULIAN 1 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah ssatu persyaratan menyelesaikan studi


untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) dalam
bidang studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

WITA AFSARI BR SURBAKTI

140709013

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Surbakti, Wita Afsari. 2018. “Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program Gerakan Literasi


Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan berdasarkan panduan
gerakan literasi sekolah di Sekolah Menengah Atas, yang meliputi: (1) tahap
pembiasaan, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap pembelajaran. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, pustakawan, guru bahasa Indonesia atau
tim literasi dan siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan GLS di Sekolah Menengah Atas
Swasta Parulian 1 Medan pada umumnya sudah sesuai dengan yang terdapat di buku
panduan gerakan literasi sekolah. Pelaksanaan tersebut diantaranya: (1) pada tahap
pembiasaan, siswa diwajibkan membaca buku selama 15 menit setiap harinya
sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan dan siswa diharapkan membuat jurnal
pribadi, (2) pada tahap pengembangan, siswa diarahkan untuk dapat menciptakan
karya sendiri setelah melakukan tahap pembiasaan, pembuatan karya tersebut
dapatberupa meresensi buku bacaan yang telah dibaca, memciptakan pantun, puisi
dan cerpen, (3) dan pada tahap pembelajaran siswa dituntut untuk dapat
beranggungjawab dengan hasil karya yang telah dibuat, biasanya hal tersebut
dilakukan melalui persentasi yang dilakukan siswa didepan kelas dan dihadapan guru
serta murid-murid lainnya. Faktor pendukung pelaksanaan ini adalah adanya buku
yang disediakan sekolah di setiap lorong kelas dan juga pojok baca serta dukungan
dari guru kepada siswa. Faktor penghambatnya adalah masih ada siswa yang minat
membacanya rendah, murid yang ribut pada saat kegiatan membaca berlangsung
sehingga mengganggu konsentrasi murid lainnya. GLS diharapkan dapat memotivasi
siswa untuk meningkatkan minat baca serta kemampuan berliterasi.

Kata Kunci: gerakan literasi sekolah, GLS, evaluasi program, membaca, tahapan
gerakan literasi sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu

Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan motivasi dan

dukungan dari banyak pihak, khususnya kepada orangtua terkasih, bapak (Alek

Surbakti) dan mamak (Juliati Br Bangun) yang senantiasa mendoakan dan

mendukung dari awal perkuliahan sampai akhirnya saya menyelesaikan perkuliahan

saya.

Dalam kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara bapak Dr. Budi

Agustono, M.S

2. Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi bapak Ishak, S.S, M.Hum

sekaligus sebagai dosen penguji II saya.

3. Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi ibu Laila Hadri

Nasution, S.Sos, M.Pd

4. Dosen pembimbing saya bapak Drs. Dirmansyah, M.A yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta membantu saya dalam pengerjaan

skripsi ini dengan memberikan arahan, kritik dan juga saran.

5. Dosen penguji I saya, ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Seluruh staf pengajar di jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

7. Pegawai administrasi yang telah membantu saya dalam hal mengurus

surat dan hal-hal lainnya dalam proses penyelesaian penulisan skripsi

saya.

8. Adik-adikku Malem Sayna Br Surbakti, Juan Alkandreyanta Surbakti dan

Ray Adly Alvarado Surbakti yang selalu menjadi penyemangatku selama

menyelesaikan perkuliahan.

9. Okki Sembiring sebagai teman spesial yang senantiasa mendukung saya

selama pengerjaan skripsi dan memotivasi pada saat saya mulai

mengalami permasalahan dan berkeluh kesah. Terimakasih telah menjadi

sosok yang selalu ada untuk memberi semangat setiap harinya.

10. Pemere Barus sebagai sahabat yang paling sabar kujadikan sebagai tempat

berkeluh kesah selama penulisan skripsi ini, dan terimakasih telah menjadi

sosok abang “turang” yang sangat peduli.

11. Para “jogal baut” yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian skripsi

dikampus, Anita Nurliani Lubis, Efitra Cibro, Sri Rahayu Aritonang,

Desrani Ginting, Rosta Bancin, dan Ramasta Purba. Terimakasih untuk

setiap hal yang kita lalui bersama-sama, aku percaya kelak kita akan

sukses bersama-sama.

12. KTB saya Tetty Marlina Manurung dan Sabrina Ginting serta PKK saya

kak Eva Yun Elisa Silalahi yang senantiasa mendoakan dan mendukung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan menjadi teman berbagi saya selama mengerjakan skripsi. Terimakasih

untuk setiap doa-doa kalian untuk kelancaran pengerjaan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya menyadari tulisan ini belum mencapai

kesempurnaan, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan

saran guna membangun dan menyemprnakan skripsi ini. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 24 Agustus 2018

Peneliti

Wita Afsari Br.Surbakti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Penelitian ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori Pelaksanaan Program ...................................................... 6
2.1.1 Pengertian Program .......................................................................... 6
2.1.2 Evaluasi Program ............................................................................. 7
2.2 Deskripsi Teori Gerakan Literasi Sekolah ................................................ 8
2.2.1 Pengertian Literasi ........................................................................... 8
2.2.2 Komponen Literasi ......................................................................... 11
2.2.3 Gerakan Literasi Sekolah ............................................................... 14
2.2.4 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah ................................................ 15
2.2.5 Tim Literasi Sekolah ...................................................................... 26
2.2.6 Landasan Filosofi dan Landasan Hukum ....................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian .............................................................................. 29
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 30
3.3 Subjek dan Objek Penelitian .................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 30
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 32
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 33
3.7 Uji Keabsahan Data.................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................................... 36
4.1.1 Profil Sekolah .................................................................................. 36
4.1.2 Visi dan Misi Sekolah ..................................................................... 39
4.1.3 Kurikulum Sekolah ......................................................................... 40
4.1.4 Jumlah Siswa dan Ruangan............................................................. 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.5 Potensi Guru dan Karyawan Sekolah .............................................. 42
4.1.6 Tata Tertib Sekolah ......................................................................... 43
4.2 Deskripsi Karakteristik Informan Penelitian ............................................ 44
4.3 Hasil Penelitian ........................................................................................ 46
4.3.1 Latar Belakang Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMA
Swasta Parulian 1 Medan ................................................................ 46
4.3.2 Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di SMA
Swasta Parulian 1 Medan ................................................................ 47
4.3.2.1 Kegiatan yang Menunjang Gerakan Literasi Sekolah ....... 47
4.3.2.2 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah ................................... 64
4.3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan ..................... 71
4.4 Pembahasan .............................................................................................. 74
4.4.1 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah .............................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 80
5.2 Saran........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 komponen literasi SMA ........................................................................... 13


Tabel 2.2 indikator tahap pembiasaan ...................................................................... 16
Tabel 2.3 indikator tahap pengembangan ................................................................ 21
Tabel 2.4 indikator tahap pembelajaran ................................................................... 24
Tabel 3.1 instrumen penelitian ................................................................................ 32
Tabel 4.1 jumlah kelas/siswa sekolah menengah atas swasta parulian 1 medan .... 41
Tabel 4.2 ketercapaian indikator tahap pembiasaan ................................................ 74
Tabel 4.3 ketercapaian indikator tahap pengembangan ........................................... 76
Tabel 4.4 ketercapaian indikator tahap pembelajaran .............................................. 77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 teknik analisis data model Miles dan Huberman ................................. 34
Gambar 4.1 kegiatan morning motivation dan ibadah pagi ..................................... 48
Gambar 4.2 perpustakaan sekolah ........................................................................... 51
Gambar 4.3 lemari buku yang ditempatkan dilorong kelas ..................................... 51
Gambar 4.4 papan reklame pelaksanaan pestival literasi......................................... 53
Gambar 4.5 mading sekolah ..................................................................................... 55
Gambar 4.6 jemuran literasi ..................................................................................... 56
Gambar 4.7 halaman facebook sekolah parulian .................................................... 58
Gambar 4.8 poster untuk mengajak siswa giat berliterasi........................................ 59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 struktur organisasi sekolah menengah atas swasta parulian 1 medan ... 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3, “ Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa”. Artinya pendidikan

mempunyai peran penting bagi warga Negara Indonesia agar tercerdaskan secara

intelektual. Salah satu indikator keberhasilan dari suksesnya pendidikan yang

terselenggara di Indonesia adalah dengan meningkatnya angka melek huruf pada warga

Indonesia. Namun, rendahnya minat baca masyarakat menjadi masalah atau tantangan

yang saat ini dihadapi dalam mewujudkan masyarakat yang berliterasi dan hal tersebut

terjadi juga di kalangan peserta didik yang menjadi permasalahan bagi pemerintah. Pada

umumnya yang menjadi masalah dalam dunia literasi di Indonesia adalah rendahnya

keinginan, tingkat ikatan emosional seseorang terhadap sumber informasi seperti buku

bacaan.

Dilansir dari data statistik UNESCO 2011 yang menyebutkan indeks minat baca di

Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1000 penduduk hanya satu orang saja

yang memiliki minat baca. Rendahnya budaya literasi di Indonesia menjadi penyebab

tertinggalnya pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, kemampuan membaca

anak usia 15 tahun hanya37,6 persen, anak membaca tanpa bisa memahami dan

menangkap makna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan

tuntutan keterampilan membaca yang berpacu pada kemampuan memahami informasi

secara analitis, kritis, dan reflektif. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah saat ini belum

mampu mewujudkan hal tersebut.Pada tingkat sekolah menengah pemahaman membaca

peserta didik Indonesia diuji oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan

Ekonomi (OECD—Organization For Economic Cooperation And Development) dalam

Programme for International Student Assessment (PISA).

PISA 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57

dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012 menunjukkan

peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396 (skor rata-rata

OECD 496) (OECD, 2013). Negara yang ikut berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012

ada sebanyak 65 negara. Dari kedua hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan

yang dilaksanakan disekolah belum menunjukkan fungsi sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca

dan menjadikan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus

mengusahakan dan mendorong minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Salah

satu terobosan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerbitkan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2015 tentang Pertumbuhan Budi

Pekerti. Permendikbud ini diwajibkan dengan wajib membaca khususnya bagi siswa

SD, SMP, dan SMA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan

Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diupayakan untuk mengatasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rendahnya minat baca siswa. Salah satu kegiatan literasi sekolah tersebut adalah

kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Materi

baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang

disampaikan sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

Pada dasarnya suatu program yang dijalankan dan diberlakukan karena memiliki

tujuan yang jelas, sama halnya dengan gerakan literasi sekolah tersebut mempunyai

tujuan untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat (setiawan:

2016). Suatu tujuan apabila tidak disertai tindakan maka tujuan tersebut tidak akan

dapat dicapai. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama

yang baik diantara guru, murid dan orangtua.

Dalam upaya pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, pemerintah mengeluarkan

suatu panduan gerakan literasi sekolah, salah satu diantaranya adalah untuk kalangan

sekolah menengah atas. Buku panduan tersebut berisi tentang penjelasan pelaksanaan

kegiatan literasi yang terbagi menjadi tiga tahap, yakni: pembiasaan, pengembangn, dan

pembelajaran beserta langkah-langkah operasional pelaksanaan dan beberapa contoh

praktis instrumen penyertanya. Panduan tersebut ditujukan bagi kepala sekolah, guru,

dan tenaga kependidikan untuk membantu mereka melaksanakan kegiatan literasi di

sekolah. Panduan yang dikeluarkan disesuaikan dengan tingkatan sekolah, mulai dari

sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah

kejuruan dan sekolah luar biasa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sekolah menengah atas swasta Parulian 1 Medan merupakan salah satu sekolah

yang melaksanakan gerakan literasi sekolah. GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan

dimulai pada tahun ajaran 2016/2017, yang bertujuan untuk mendidik, menanamkan dan

mengembangkan budaya literasi akan informasi dan pengetahuan. GLS SMA Swasta

Parulian 1 Medan mengacu pada GLS yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENDIKBUD RI) pada tahun 2015.

Dengan dilaksanakannya GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan serta banyaknya

kegiatan yang dilakukan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna

mengevaluasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan

berdasarkan buku panduan gerakan literasi sekolah di tingkat SMA. Peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian terhadap program GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan

karena sekolah tersebut merupakan sekolah pertama yang mendeklarasikan diri sebagai

sekolah literasi di Sumatera Utara dan juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan literasi, selain itu peneliti memilih buku panduan gerakan literasi

sekolah di tingkat SMA sebagai arahan dan pedoman untuk mengevaluasi pelaksanaan

GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan karena mengacu pada GLS yang dicanangkan

oleh Kemendikbud.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas

Swasta Parulian 1 Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan rumusan masalah maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengevaluasi pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta

Parulian 1 Medan berdasarkan panduan gerakan literasi sekolah di SMA

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi sekolah dapat menjadi masukan dan rekomendasi bagi warga sekolah

dalam meningkatkan minat baca dan budaya literasi pada siswa.

b. Bagi peneliti dapat menjadi pengetahuan baru terkait pelaksanaan gerakan

literasi sekolah

c. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan rujukan terkait pelaksanaan

program gerakan literasi sekolah

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program Gerakan

Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan, dengan

menentukan indikator penelitian berdasarkan panduan Gerakan Literasi Sekolah yang

cakupannya adalah 1) tahap pembiasaan, 2) tahap pengembangan, dan 3) tahap

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu bagian,

sehingga data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam dan memudahkan peneliti untuk

mengevaluasi data yang diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori Pelaksanaan Program

2.1.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu

kegiatan. Program merupakan suatu unit atau kesatuan kegiatan maka

program adalah sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan

bukan hanya satu kali tapi berkesinambungan. Program juga didefinisikan

sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisai dari

sebuah kebijakan dan berlangsung dalam proses yang berkesinambungan

serta melibatkan sekelompok orang (Suharsimi, 2004:3)

Suharsimi dan Safruddin (2004:3) menjabarkan ada tiga pengertian

penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu :

a. Realisasi suatu kebijakan


b. Terjadi dalam waktu relatif lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi
jamak berkesinambungan
c. Terjadi dalam organisasi dan melibatkan banyak orang.

Menurut Charles O. Jones (Ramandita, 2017, p. 4), pengertian program

adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik

tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu

aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

a. Program cenderung membutuhkan staf, yaitu sebagai pelaksana program.


b. Program memiliki anggaran tersendiri.
c. Program memiliki identitas tersendiri, berjalan secara efektif dan dapat
diakui oleh publik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa program

yang baik adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas

agar dalam pelaksanaannya memiliki landasan yang jelas, dan juga memiliki

staf pelaksana, anggaran pelaksanaan serta memiliki identitas tersendiri agar

program tersebut dapat berjalan secara efektif dan dapat diakui oleh publik.

2.1.2 Evaluasi Program

Program yang sudah ditentukan dan dikeluarkan untuk dilaksanakan ada

yang dapat terealisasikan dan juga tidak terealisasikan dengan baik. Oleh

karena itu, diperlukan cara untuk melihat dan mengetahui seberapa jauh dan

bagian mana dari tujuan program tersebut sudah dicapai dan tidak tercapai

serta apa yang menjadi penyebabnya. Cara yang dapat dilakukan yaitu

dengan diadakannya evaluasi program, yaitu upaya untuk mengetahui

tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara

mengetahui efektivitas masing-masing komponennya (Suharsimi, 2004:7) .

Dalam buku yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan” edisi kedua yang

ditulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar,

M.Pd (2004:10) terdapat beberapa pendapat yang berkaitan dengan evaluasi

program, diantaranya sebagai berikut :

a. Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English

(AS Hornby,1986) evaluasi adalah to ind out, decide the amount or

value, artinya suatu upaya untuk menentukan nilai dan jumlah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Menurut Suchman, evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil

yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk

mendukung tercapainya tujuan.

c. Menurut Worthen dan Sanders, evaluasi merupakan kegiatan mencari

sesuatu yang berharga tentang sesuatu.

d. Menurut Stufflebeam, evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian, dan pembelian informasi yang sangat bermanfaat bagi

pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi

program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya

sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan

alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Evaluasi program memiliki tujuan yang penting seperti berikut:

a. Untuk mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai


hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan
dengan kriteria atau standar tertentu.
b. Mengetahui tingkat tercapainya tujuan program, apabila belum tercapai
maka pelaksana akan mencari dimana letak kekurangan dan
penyebabnya.
c. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai sarana pengambilan dan
kebijakan lanjutan dari program tersebut.

2.2 Deskripsi Teori Gerakan Literasi Sekolah

2.2.1 Pengertian Literasi

Secara bahasa, literasi adalah keberaksaraan yaitu kemampuan menulis

dan membaca. Literasi dalam bahasa inggris bertuliskan literacy, kata literacy

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang memiliki definisi melibatkan

penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya.

Menurut kamus Merriam-webster, literasi berasal dari istilah latin

‘litterature’ dan bahasa inggris ‘letter’. Literasi adalah kualitas atau

kemampuan melek huruf (aksara) yang di dalamnya meliputi kemampuan

membaca dan menulis. Pengertian literasi juga dikemukakan oleh National

Institute for Literacy (NIFL) yang menyatakan bahwa literasi adalah

kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan

memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam

pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Education Development Center (EDC)

juga menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis.

Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi

dan keterampilan yang dimiliki dalam hidupnya. Menurut UNESCO,

pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian

akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan pengalaman.

Pengertian lainnya terkait dengan literasi dikemukakan juga oleh Kern

(2000). Menurut Kern “literacy in a second language means much more than

the separate abilities to read and write; rather, it is a complex concept of

familiarity with language ad its use in context-primarily written language,

but by extension also spoken communication. It requires a broader discourse

competence that involves the ability to interpret and critically evaluate a wide

variety of written and spoken texts” artinya literasi merupakan konsep yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kompleks tentang keakraban dengan bahasa dan penggunaannya dalam

konteks bahasa tulisan juga komunikasi lisan. Dalam hal ini membutuhkan

kompetensi wacana yang luas dan melibatkan kemampuan untuk menafsirkan

dan mengevaluasi secara kritis berbagai macam teks tertulis dan lisan.

Dari pernyataan diatas maka dapat kita ketahui bahwa literasi

membutuhkan pengetahuan yang kompleks dan memiliki prinsip. Menurut

Kern terdapat tujuh prinsip literasi, yaitu literasi melibatkan interpretasi,

kolaborasi, konvensi, pengetahuan cultural, pemecahan masalah, releksi dan

refleksi diri serta penggunaan bahasa (Kern, 2000).

Secara umum literasi dipahami tidak hanya sekedar kemampuan

membaca dan menulis melainkan mencakup keterampilan berpikir

menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam segala bentuk media,

diantaranya media cetak, digital, audio dan visual. Kemampuan yang

dimaksud adalah literasi informasi, yaitu kemampuan seseorang untuk

memahami kebutuhan informasi, menemukan, mengevaluasi, menggunakan

secara efektif informasi yang diperoleh untuk mengatasi masalah. Literasi

informasi merupakan serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang

untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk

menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan

secara efektif (American Library Association).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.2 Komponen Literasi

Dikutip dari www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf “information

literacy includes five essential components: basic literacy, library

literacy, media literacy, technology literacy, and visual literacy”

(Ferguson). (Ferguson menjabarkan literasi terdiri atas lima komponen

yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi

teknologi, dan literasi visual). Komponen literasi tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Basic literacy ( Literasi Dasar)

“Basic literacy includes the skills of reading, writing, speaking,

listening, counting, calculating, perceiving, and drawing”. Artinya

literasi dasar mencakup kemampuan untuk membaca, menulis,

mendengarkan, berbicara, menganalisis, memperhitungkan,

mengomunikasikan dan menggambarkan informasi. Hal tersebut

merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki oleh

setiap orang agar dapat menjadi seseorang yang literat.

b. Library Literacy (Literasi Perpustakaan)

“library literacy is too important to be left to chance. Every student

needs to understand the difference between fiction and non-fiction. Every

studentsneeds to know how to effectively use reference books and

periodicals. Students need to understand the Dewey Decimal System as a

useful, logical system of hierarchical organization and recognize its

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


similarities to other such systems. Students should use indexes and the

library catalog so often it becomes a subconscious skill”. Artinya literasi

perpustakaan memberikan pemahaman bagaimana cara membedakan

bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan

periodical, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi

pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,

memahami penggunaan catalog dan pengindeksan, sehingga memiliki

pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan

sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan atau mengatasi masalah.

c. Media Literacy (Literasi Media)

“Media literacy includes an understanding of the many different

types of media and the purposes for which they can be used. Student

should be taught the difference between fact and opinion, and be able to

distinguish between information, entertainment, and persuasion.Artinya

literasi media merupakan kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk

media yang berbeda seperti media tercetak, media elektronik, media

digital dan memahami tujuan penggunaannya.

d. Technology Literacy (Literasi Teknologi)

“Every students should have frequent opportunities to use

technological tools to create their own information artifacts in print, on

the screen, and online. Artinya dalam literasi teknologi siswa diharapkan

mampu memahami kelengkapan perangkat teknologi seperti perangkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keras dan perangkat lunak, serta etika dan etiket dalam memanfaatkan

teknologi. Siswa juga diharapkan mampu memahami teknologi untuk

mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam hal ini

siswa juga diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam menjalankan

computer dan memahami penggunaan komputer.

e. Visual Literacy (Literasi Visual)

“Visual literacy means the skills and learning needed to view

visual and audio/visual materials skeptically, critically, and

knowledgeably”. Artinya literasi visual adalah pemahaman lanjutan

antara literasi media dan literasi teknologi, yang memanfaatkan

materi audio visual untuk kebutuhan belajar.

Berdasarkan panduan gerakan literasi sekolah dalam konteks

SMA (Kemendikbud, 2016) contoh kegiatan literasi dipaparkan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 komponen literasi di SMA

No Komponen Contoh kegiatan


Tahap pembiasaan Tahap Tahap
pengembangan pembelajaran
1. Literasi dasar Membaca 15 menit Mendiskusikan Menuliskan
sebelum kegiatan bacaan analisis terhadap
belajar setiap hari bacaan
2. Literasi Mencari bahan Menggunakan Mencantumkan
perpustakaan pustaka yang perpustakaan daftar pustaka
diminati untuk sebagai sumber dalam laporan
kegiatan membaca informasi dalam tugas/praktik
15 menit diskusi tentang setiap mata
bacaan pelajaran.
3. Literasi media Membaca berita Mendiskusikan Membuat
dari media cetak berita dari media komunitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


/daring dalam cetak/daring pembelajaran
kegiatan membaca untuk diskusi dan
15 menit berbagi informasi
terkait
pemahaman mata
pelajaran antaar
teman , guru, dan
antarsekolah
4. Literasi Membaca buku Memberikan Setiap mata
teknologi elektronik komentar pelajaran
terhadap buku memanfaatkan
elektronik teknologi
(komputasi,
searching, dan
share) dalam
mengolah,
menyaji,
melaporkan hasil
kegiatan/laporan.
5. Literasi visual Membaca film atau Mendiskusikan Menggunakan
iklan pendek film atau iklan aplikasi
pendek video/film dalam
menyaji dan
melaporkan
kegiatan hasil
praktik/diskusi/ob
servasi melalui
website sekolah,
youtube, dan lain-
lain.

2.2.3 Gerakan Literasi Sekolah

Dalam panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas

(kemendikbud, 2016), Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang

dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yang menjadi contoh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pelaksanaannya adalah kegiatan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran

dimulai. Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus sebagai berikut:

a. Tujuan umum
Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah untuk
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b. Tujuan khusus
- Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.
- Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
- Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
- Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

2.2.4 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan di tingkat Sekolah Menengah

Atas (SMA) dibagi menjadi tiga tahap, yakni : pembiasaan, pengembangan, dan

pembelajaran (kemendikbud, 2016). Setiap tahap pelaksanaan Gerakan Literasi

Sekolah memiliki tujuan yang berbeda-beda seperti berikut:

a. Tahap Pembiasaan

Kegiatan literasi di tahap pembiasaan, yakni membaca dalam hati. Secara

umum kegiatan ini memiliki tujuan, antara lain:

1) Meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;


2) Meningkatkan kemampuan memahami bacaan;
3) Meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik;
4) Menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan membaca dalam tahap ini lebih mengarah kedalam penumbuhan

minat baca siswa melalui kegiatan membaca 15 menit. Dalam tahap

pembiasaan, indikator yang harus dicapai siswa yaitu:

1) Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang dilakukan setiap hari.


2) Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan selama minimal 1
semester.
3) Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.
4) Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan
membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
5) Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman
dengan koleksi buku nonpelajaran.
6) Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area lain di
sekolah.
7) Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
8) Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster
tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.
9) Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua, alumni, dan elemen
masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
10) Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan
mendukung gerakan literasi sekolah.

Indikator yang sudah dan belum tercapai dapat di gambarkan seperti

tabel berikut:

Tabel 2.2 indikator tahap pembiasaan

No Indikator Sudah Belum


1. Melakukan kegiatan 15 menit membaca yang
dilakukan setiap hari.

2. Kegiatan 15 menit membaca telah dilakukan


selama minimal 1 semester
3. Peserta didik memiliki jurnal membaca harian
4. Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik menjadi
model dalam kegiatan membaca 15 menit dengan
ikut membaca selama kegiatan berlangsung
5. Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan
area baca yang nyaman dengan koleksi buku
nonpelajaran
6. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


koridor, dan/area lain di sekolah
7. Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap
kelas
8. Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks.
Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup
bersih, sehat, dan indah
9. Sekolah berupaya melibatkan publik (orangtua,
alumni, dan elemen masyarakat) untuk
mengembangkan kegiatan literasi sekolah
10. Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen
melaksanakan dan mendukung gerakan literasi
sekolah

Untuk memenuhi indikator tersebut, maka dalam tahap pembiasaan harus

memiliki prinsip yang wajib untuk dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Prinsip-

prinsip kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dipaparkan sebagai berikut:

1) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari. Sekolah dapat


memilih atau menjadwalkan waktu yang sesuai untuk melaksanakan
kegiatan tersebut, baik di awal, tengah atau akhir pelajaran, tergantung pada
jadwal dan kondisi sekolah.
2) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran.
3) Peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.
4) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik sesuai minat dan
kesenangannya.
5) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti oleh tugas-
tugas yang bersifat tagihan/penilaian.
6) Kegiatan membaca/membacakan buku ditahap ini dapat diikuti oleh diskusi
informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan.
7) Kegiatan ini dilakukan dalam keadaan santai, tenang dan menyenangkan.
8) Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, guru sebagai pendidik juga ikut
membaca buku.

Kegiatan-kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan dibagi ke dalam

beberapa jenis, diantaranya:

• Membaca 15 menit setiap hari melalui kegiatan:

1) Guru membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya


2) Peserta didik membaca mandiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuan kegiatan ini adalah:
1) Memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa membaca
2) Menunjukkan bahwa membaca merupakan kegiatan yang
menyenangkan
3) Memperkaya kosakata (dalam bahasa tulisan)
4) Menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru
5) Mengajarkan strategi membaca
6) Guru sebagai teladan membaca (reading role model).

• Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan

Tujuannya adalah untuk:

1) Memperkenalkan proses membaca


2) Mengembangkan kemampuan membaca secara efektif
3) Meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.

Langkah-langkah membaca buku dengan memanfaatkan peran

perpustakan dapat dilakukan dengan cara berikut:

1) Sebelum membaca : (1) berdasarkan informasi perpustakaan yang


dijelaskan oleh pustakawan, peserta didik memilih buku yang tepat
esuai dengan tugas yang diberikan guru mata pelajaran.(2) melakukan
pra-baca dan baca ulang dengan tujuan mengetahui jalannya cerita.
2) Saat membaca : (1) mengingat pokok pikiran yang dituliskan dibuku,
(2) membuat jembatan keledai untuk membantu mengingat isi buku.
3) Setelah membaca (1) membuat pokok pikiran dengan kalimat lengkap,
(2) membuat peta cerita atau bingkai cerita, (3) membuat ringkasan
lengkap atau synopsis buku.

• Membaca terpadu

Tujuan membaca terpadu adalah untuk meningkatkan pemahaman pesera

didik terhadap bacaan, mampu menganalisis bacaan, memberi tanggapan dan

mampu membaca mandiri.

• Membaca mandiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tujuannya adalah untuk mengasah kemandirian peserta didik dalam

membaca, mengevaluasi kefasihan peserta didik memahami bacaan dan

membangun tanggung jawab peserta didik.

b. Tahap Pengembangan

Dalam tahap pengembangan, peserta didik didorong untuk menunjukkan

keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses membaca melalui kegiatan

produktif secara lisan maupun tulisan, namun tidak dinilai secara akademik.

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari kegiatan di tahap pembiasaan.

Tahap pengembangan memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan


secara lisan dan tulisan;
2) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
guru tentang buku yang dibaca;
3) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif,
dan inovatif;
4) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang
dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Selain memiliki tujuan, dalam tahap pengembangan tidak jauh berbeda

dengan tahap pembiasaan maka tahap pengembangan juga memiliki prinsip

seperti berikut:

1) Buku yang dibaca/dibacakan merupakan buku nonpelajaran dan merupakan


buku yang diminati siswa.
2) Kegiatan membaca/membacakan buku dapat diikuti oleh tugas-tugas
presentasi singkat, menulis sederhana, presentasi sederhana, kriya atau seni
peran untuk menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang
kemampuan peserta didik.
3) Tugas-tugas yang disebutkan diatas tidak nilai secara akademik.
4) Kegiatan membaca berlangsung dalam situasi menyenangkan.
5) Terbentuknya tim liiterasi sekolah (TLS). Dibentuknya TLS untuk
menunjang keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam tahap pengembangan, kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan secara

berkala. Berkala yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dapat dilakukan dalam

jangka waktu misalnya 1-2 minggu sekali, jadi hal ini tidak dilakukan setiap

hari. Berikut merupakan beberapa contoh kegiatan tindak lanjut dalam tahap

pengembangan:

1) Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca


harian.
2) Bedah buku, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali isi buku secara
ringkas dengan memberikan saran terkait kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
3) Reading award, yaitu member penghargaan ketika siswa dapat
menyelesaikan tugas membaca dan menyelesaikan tugasnya. Tujuannya
untuk memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menambah lagi buku-
buku yang dibaca.
4) Mengembangkan iklim literasi sekolah, yaitu dengan cara mengembangkan
lingkungan social dan efektif, misalnya dengan mengadakan seminar
tentang literasi.

Dalam tahap pengembangan, indikator yang harus dicapai adalah sebagai

berikut:

1) Ada kegiatan 15 menit membaca: (1) membaca dalam hati dan/atau (2)
membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari.
2) Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan
secara lisan maupun tulisan.
3) Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan
membaca.
4) Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dan ikut membaca
selama kegiatan berlangsung
5) Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik
6) Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas/koridor sekolah
7) Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan
koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi.
8) Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi
secara berkala.
9) Ada poster-poster kampanye membaca.
10) Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya:
wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11) Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu bertemakan literasi.
12) Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh Kepala Sekolah dan terdiri
atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.

Ketercapaian indikator dalam tahap pengembangan, dapat digambarkan

seperti tabel berikut:

Tabel 2.3 indikator tahap pengembangan

No Indikator Sudah Belum


1. Ada kegiatan 15 menit membaca: (1)
membaca dalam hati dan/atau (2)
membacakan nyaring, yang dilakukan setiap
hari.

2. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam


bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan
maupun tulisan.
3. Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal tanggapan membaca
4. Guru menjadi model dalam kegiatan 15
menit membaca dan ikut membaca selama
kegiatan berlangsung
5. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai
penilaian nonakademik
6. Jurnal tanggapan membaca peserta didik
dipajang di kelas/koridor sekolah
7. Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan
area baca yang nyaman dengan koleksi buku
nonpelajaran dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan literasi
8. Ada penghargaan terhadap pencapaian
peserta didik dalam kegiatan literasi secara
berkala.
9. Poster-poster kampanye membaca
10. Ada kegiatan akademik yang mendukung
budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke
perpustakaan atau kunjungan perpustakaan
keliling ke sekolah
11. Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu
bertemakan literasi
12. Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk
oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga
kependidikan

c. Tahap Pembelajaran

Kegiatan literasi sekolah dalam tahap pembelajaran bertujuan untuk:

1) Mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengkaitkannya dengan


pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan
3) Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif dalam
bentuk verbal, tulisan, visual dan digital melalui kegiatan menanggapi teks
buku bacaan dan buku pelajaran.

Berdasarkan tujuan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

tujuan dalam tahap pembelajaran dalam berliterasi adalah untuk

menumbuhkembangkan cara berpikir siswa agar menjadi lebih kreatif melalui

buku bacaan dan buku pelajaran.

Beberapa prinsip yang perlu dalam tahap pembelajaran, antara lain:

1) Buku yang menjadi bahan bacaan dapat berupa buku pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, atau teks multimedia, dan juga dapat membaca
buku yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu;
2) Ada tagihan yang bersifat akademik, namun apabila terkait dengan mata
pelajaran.

Prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan berikut merupakan pedoman

dalam melaksanakan kegiatan berliterasi dalam tahap pembelajaran dan

diharapkan agar prinsip tersebut dapat diikuti oleh pelaksana gerakan literasi

sekolah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam

melaksanakan prinsip dan untuk mencapai tujuan maka dilakukan kegiatan

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan membaca
terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non=akademik atau
akademik.
2) Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik
3) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata
pelajaran
4) Menggunakan lingkungan fisik, social dan afektif, dan akademik disertai
beragam bacaan yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk
memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
5) Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembelajaran, dapat dinilai secara

akademik. Untuk menentukan ketercapaian kegitan literasi dalam tahap

pembelajaran maka dibuat indikator. Indikator-indikator yang digunakan

adalah antara lain:

1) Kegiatan membaca 15 menit sudah membudaya dan menjadi kebutuhan


semua warga sekolah.
2) Kegiatan 15 menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti
kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.
3) Ada pengembangan berbagai strategi membaca.
4) Kegiatan membaca buku non pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran
dilakukan oleh murid dan guru, perbedaannya ada tagihan akademik untuk
peserta didik.
5) Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secra
lisan maupun tulisan.(tagihan akademik)
6) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata
pelajaran, misalnya dengan menggunakan graphic organizers.
7) Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik.
8) Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, social, afektif, dan akademik
disertai beragam bacaan yang kaya literasi diluar buku mata pelajaran
untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
9) Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku
pelajaran yang dinilai secara akademik dipajang di kelas dan/atau koridor
sekolah.
10) Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan
berliterasi, yang dilihat dari tagihan akademik.
11) Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan
tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12) Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan peserta didik dalam
berliterasi yang akan ditampilkan dalam perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
13) Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan.
14) Tim literasi sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
asesmen program literasi sekolah.
15) Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program
literasi sekolah dan pengembangan professional warga sekolah tentang
literasi.

Ketercapaian indikator dalam tahap pembelajaran, dapat digambarkan

seperti tabel berikut:

Tabel 2.4 indikator tahap pembelajaran

No Indikator Sudah Belum


1. Kegiatan membaca 15 menit sudah
membudaya dan menjadi kebutuhan semua
warga sekolah
2. Kegiatan 15 menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain
dengan tagihan non-akademik atau akademik
3. Ada pengembangan berbagai strategi membaca
4. Kegiatan membaca buku non pelajaran yang
terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh
murid dan guru, perbedaannya ada tagihan
akademik untuk peserta didik
5. Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
menghasilkan tanggapan secra lisan maupun
tulisan.(tagihan akademik)

6. Melaksanakan berbagai strategi untuk


memahami teks dalam semua mata pelajaran,
misalnya dengan menggunakan graphic
organizers
7. Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai
penilaian akademik
8. Peserta didik menggunakan lingkungan fisik,
social, afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan yang kaya literasi diluar buku mata
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan
dalam mata pelajaran
9. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membaca buku bacaan dan buku pelajaran
yang dinilai secara akademik dipajang di kelas
dan/atau koridor sekolah
10. Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta
didik dalam kegiatan berliterasi, yang dilihat
dari tagihan akademik
11 Ada poster-poster kampanye membaca untuk
memperluas pemahaman dan tekat warga
sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat
12. Ada unjuk karya, yaitu hasil dari kemampuan
peserta didik dalam berliterasi yang akan
ditampilkan dalam perayaan hari-hari tertentu
yang bertemakan literasi.
13. Perpustakaan sekolah menyediakan beragam
buku bacaan
14. Tim literasi sekolah bertugas melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen
program literasi sekolah
15. Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal
untuk pengembangan program literasi sekolah
dan pengembangan professional warga sekolah
tentang literasi

Jika indikator yang ditetapkan dapat dicapai dan terpenuhi, maka sekolah

atau kelas dapat mempertahankan kreatifitas dan inovatif siswa. Selain itu,

sekolah juga dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.

2.2.5 Tim Literasi Sekolah

Tim literasi sekolah adalah terdiri atas orang-orang yang memiliki tugas

dan tanggung jawab dibidang masing-masing. Secara rinci tim literasi sekolah

dapat diorganisasikan sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah menugaskan tim dengan surat penugasan resmi.


b. Tim literasi terdiri atas: wakil, kepala perpustakaan, staf sarana prasarana,
guru bahasa, dan tenaga kependidikan.
c. Tim bertugas merancang, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi
pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Dalam melaksanakan tugas, tim berkoordinasi dengan wali kelas, BK, dan
bagian kesiswaan.
e. Pembiayaan terkait ATK, penyediaan buku, dokumentasi, dan bahan/alat
habis pakai menggunakan sumber pembiayaan BOS (pemerintah dan
pemerintah daerah) dan sumber lain sesuai peraturan yang berlaku.
f. Tim berada di bawah koordinasi langsung kepala sekolah.

Berdasarkan prinsip diatas maka dapat disimpulkan bahwa tombak utama

dalam tim pelaksana literasi sekolah adalah Kepala Sekolah, karena setiap

kegiatan yang dilakukan oleh tim berada dibawah koordinasi Kepala Sekolah.

Peran tim literasi sekolah dalam mengembangkan kegiatan literasi sekolah

mengkoordinasikan kegiatan pengembangan literasi sekolah bekerja sama

dengan kepala sekolah, pustakawan, dan guru kelas.

2.2.6 Landasan Filosofi dan Landasan Hukum

Dikutip langsung dari Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, GLS

memiliki landasan filosofi dan landasan hukum, yakni:

a. Landasan Filosofi

Sumpah Pemuda butir ke tiga (3) menyatakan,”menjunjung bahasa

persatuan bahasa Indonesia yang memiliki makna pengakuan terhadap

keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang

penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya.”

1) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikan

nasional.

2) Konvensi PBB dalam hak anak pada tahun 1989 tentang pentingnya

penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu perlu difasilitasi bahasa ibu

saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah.

3) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan

kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat

yang literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi.

b. Landasan Hukum

1) UUD 1945, Pasal 31, ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perpustakaan.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang

Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU

Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman

bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara

dan Bahasa Daerah.

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah

Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).

9) PERATURAN Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

10) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah

suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik,

faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi

tertentu ( Sukaria, 2011:23). Seperti yang telah dijelaskan dalam pengertian di

atas, bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan hanya

sebatas mengumpulkan data-data yang apa adanya dan mendeskripsikannya

dengan tepat. Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala

secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan

memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci ( Eko, 2015:8). Penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan

fenomena yang terjadi di lapangan tempat peneliti melakukan penelitian.

Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan pelaksanaan program

Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan.

Dari hasil penelitian tersebut akan diperoleh data mengenai pelaksanaan

Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Medan dan faktor pendukung beserta faktor penghambat dalam pelaksanaan

Program Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1

Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian

1 Medan yang beralamat di Jalan Stadion Teladan No.23, Teladan Baru, Medan

Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20214. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan April 2018.

3.3 Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini, ketentuan dalam memilih informan digunakan

teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan

memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik dan tujuan yang ditetapkan, dan

yang menjadi informan penelitian adalah 9 orang yang terdiri dari kepala

sekolah, pustakawan sekolah, guru akademik, dan beberapa siswa. Sedangkan

yang menjadi objeknya adalah situasi sosial dan intraksi sosial yang

menggambarkan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan wawancara dengan orang-orang tertentu yang memiliki data atau

informasi yang dibutuhkan ( Sukaria, 2011: 64). Orang-orang yang

dimaksud tersebut adalah responden. Wawancara dapat dilakukan secara

personal yang disebut dengan face to face, dan juga melalui media telepon

ataupun social media lainnya. Selain itu, wawancara juga dapat dilakukan

secara tidak terstruktur dan terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan wawancara tersruktur, yaitu wawancara yang dilakukan

dengan menggunkan pedoman yang disusun menurut setting pertanyaan

tertentu.

b. Observasi

Observasi adalah langkah awal dimana peneliti melakukan pengamatan

terhadap fenomena. Sasaran dari observasi adalah untuk menemukenali

gejala adanya masalah yang sedang dihadapi ( Sukaria, 2011: 56). Oleh

karena itu, observasi sangat penting untuk dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh data dari lapangan yang sebenarnya karena data tersebut

merupakan hasil pengamatan langsung oleh si peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah studi dokumen sebagai pelengkap dari penggunaan

metode wawancara dan observasi. Dokumen tersebut dapat berupa foto,

audio, video, dan lain-lain (Sugiyono, 2013: 224). Dokumen tersebut akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digunakan sebagai suatu bukti data yang mendukung pengamatan peneliti di

lapangan.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah si

peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument memiliki fungsi

menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

dari temuannya ( Sugiyono, 2013). Selain itu dalam penelitian kualitatif, peneliti

juga harus menggunakan pedoman dalam mengumpulkan data. Pedoman yang

dapat digunakan dapat berupa pedoman wawancara yang dapat membantu

peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan.

Oleh karena itu, peneliti menyusun kisi-kisi instrumen untuk menjadi

landasan dan membantu peneliti dalam pengumpulan data. Kisi-kisi tersebut

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 instrumen penelitian

No Aspek Yang Diteliti Teknik

1. Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Dokumentasi dan


Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta
Parulian 1 Medan wawancara.
a. Sosialisasi program
b. Sumber daya manusia yang terlibat
c. Alokasi anggaran dan waktu dalam
pelaksanaan kebijakan
d. Komitmen dari agen pelaksana
e. Struktur birokrasi
2. Faktor pendukung dan penghambat Wawancara
Pelaksanaan Program Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Menengah Atas Swasta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parulian 1 Medan.
a. Faktor pendukung Pelaksanaan
Program Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Menengah Atas Swasta
Parulian 1 Medan
b. Faktor penghambat Pelaksanaan
Program Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Menengah Atas Swasta
Parulian 1 Medan.

3. Ketercapaian indikator penelitian yang Observasi, wawancara


diperoleh dari tahapan Pelaksanaan Program
Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah dan dokumentasi
Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan
a. Indikator tahap pembiasaan
b. Indikator tahap pengembangan
c. Indikator tahap pembelajaran

3.6 Teknik Analasis Data

Data penelitian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan model kualitatif dari Miles

dan Hubberman ( Sugiyono, 2007: 337) seperti yang sering digunakan adalah:

a. Reduksi Data (data reduction)

Peneliti memilih data yang relevan, penting dan bermakna, dan data yang

tidak berguna, untuk menjelaskan apa yang menjadi sasaran analisis. Lalu

menyederhanakan dengan membuat fokus, klasifikasi, dan abstraksi data.

b. Sajian Deskripsi Data (display data)

Menyajikan data secara deskriptif tentang apa yang ditemukan dalam

analisis, dan diwujudkan dalam bentuk narasi. Alur sajiannya dibuat secara

sistematik.

c. Penyimpulan/Penarikan Kesimpulan (conclusions : drawing/verifying)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penarikan kesimpulan atas apa yang disajikan merupakan intisari dari

analisis yang memberikan pernyataan.

Teknik analisis dari dalam penelitian ini menggunakan analisis data

model Miles dan Huberman dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 : teknik analisis data model Miles dan Huberman

3.7 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

tringulasi data, menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,

membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara yang didapat dari

informan serta membandingkan dengan dokumen. Metode tringulasi merupakan

salah satu metode yang paling umum digunakan dalam uji validitas penelitian

kualitatif, tringulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan dan

studi dokumentasi oleh peneliti dalam mengamati kejadian atau fakta yang ada

di lapangan. Triangulasi data merupakan upaya peneliti untuk mengakses

sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan

persoalan yang sama. Teknik ini dilakukan yaitu untuk menguji data yang

diperoleh dari satu sumber atau dibandingkan dengan data yang diperoleh dari

sumber lain agar diketahui tingkat validitas dan reabilitas data dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menggunakan metode yang berbeda ( Pawito, 2007:99). Beberapa proses

triangulasi yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Tringulasi data

Triangulasi data menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen,

hasil wawancara, dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA

Swasta Parulian 1 Medan

2. Triangulasi teori

Triangulasi teori menggunakan berbagai teori untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini

penggunaan teori telah dijelaskan di bab II untuk digunakan dan menguji

terkumpulnya data tersebut.

3. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda, dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode wawancara dan observasi. Peneliti melakukan

wawancara dengan informan yang sudah ditentukan serta didukung dengan

observasi di SMA Swasta Parulian 1 Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1

Medan yang terletak di Jalan Stadion/Jati I No.23, Teladan Barat, Medan Kota,

Kota Medan, Sumatera Utara 20217. Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1

Medan didirikan pada tahun 1966 dan bangunan sekolah merupakan milik

sendiri seluas 2128 M persegi. Waktu penyelenggaraan sekolah di sSekolah

Menengah Atas Parulian 1 Medan adalah pagi hari. Sekolah ini memiliki

struktur organisasi yang jelas, secara umum struktur organisasi di Sekolah

Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan adalah sebagai berikut:

Bp. Yayasan Kepala Sekolah Dinas Pendidikan

Wakil Kepala Sekolah

Dewan Komite Tata Usaha

Pks Kurikulum Pks Kesiswaan Pks Sarana&Prasarana Pks Humas

Wali kelas
Guru Matapelajaran

Pengurus Osis

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Struktur organisasi yang tersebut diatas, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

BP Yayasan

Kepala sekolah :Tropinus Tambunan, S.Pd,MM

Wakil Kepala Sekolah : Drs. Nelson Siregar

Dewan Komite : Drs. Yosua Siburian

Tata Usaha : Rahma Yeni, S.Pd

Jatman Siregar S.Kom

PKS Kurikulum : Drs. Nelson Siregar

PKS Kesiswaan : Marlina Siahaan, S.Pd

PKS Sarana dan Prasarana : Dra. Karolina

PKS Humas : Tandana Bangun, S.Pd

Wali Kelas X-A : Esterida Munthe, S.Pd

Wali Kelas X-B : Sary M. Sitompul, S.Pd

Wali Kelas X-C : Marlina Siahaan, S.Pd

Wali Kelas XI-IPA 1 : Sartika Silalahi, S.Pd

Wali Kelas XI-IPA 2 : Jendro Sitorus, S.Si

Wali Kelas XI-IPS : Lestari Hutasoit, S.Pd

Wali Kelas XII-IPA 1 : Hotjon Nababan, S.Pd

Wali Kelas XII-IPA 2 : Henni Manalu, S.Pd K

Wali Kelas XII-IPS : Gortap Sinaga

Guru Mata Pelajaran Agama : Henni Manalu, S.Pd K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rosmawar

Guru Mata Pelajaran Matematika : Tropinus Tambunan, S.Pd, MM

Drs. Nelson Siregar

Marlina Siahaan, S.Pd

Ronal Simaremare, S.Si

Guru Mata Pelajaran Ekonomi : Tandana Bangun, S.Pd

Toni Aritonang, S.Pd

Sanita Sitepu, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris : Ir. Freddy Tambunan

Esterida Munthe, S.Pd

Rona Sihombing, S.S

Guru Mata Pelajaran Bahasa IBP : Resti S Simatupang, S.Pd

Tandana Bangun, S.Pd

Marihot Sinurat, BA

Guru Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan : Drs. Soritua Sihaloho

Guru Mata Pelajaran Biologi : Jendro Sitorus, S.Si

Guru Mata Pelajaran BHS. TIK :Enriwanto Simbolon, S.Kom

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia : Sahap Sinambela, S.Pd

Sartika Silalahi, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Fisika : Pestaria Silaban, S.Pd

Elida Tambunan, M.Pd

Guru Mata Pelajaran Geografi : Lestari W. Hutasoit, S.Pd

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Guru Mata Pelajaran Keterampilan : Drs. Karolina

Guru Mata Pelajaran Bahasa Mandarin : Mirahyani, S.S

Guru Mata Pelajaran Kimia : Sary M Sitompul, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Seni Budaya : Drs. Parlindungan

Guru Mata Pelajaran Sosiologi : Gortap Sinaga, S.S

Guru Mata Pelajaran Penjaskes : Hotjon Nababan, S.Pd

Petugas Laboratorium Bahasa : Ir. Freddy Tambunan

Esterida Munthe, S.Pd

Rona BSD Sihombing, SS

Pengurus OSIS : Siswa

4.1.2 Visi dan Misi Sekolah

Ketika mendirikan sebuah organisasi atau sekolah, maka terlebih dahulu

sudah ditentukan apa yang akan menjadi target dan tujuan organisasi tersebut

didirikan. Oleh karena itu, Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan

merumuskan visi dan misi sekolah tersebut sebagai berikut:

1. Visi Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan adalah mendidik

putra-putri bangsa agar:

a. Unggul dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan serta beriman

b. Sehat badani, pikiran,dan rohaninya

2. Misi Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Sebagai mitra pemerintah mendidik anak-anak bangsa yang cakap,

trampil dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa melalui pembelajaran agar

mempunyai SDM yang berkualitas dan kompetitif.

c. Melaksanakan pembelajaran melalui kurikulum yang ditetapkan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

d. Melaksanakan pembinaan mental, spiritual para siswa agar menjadi

manusia yang berprestasi dan berbudi pekerti yang luhur.

e. Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler kepada para siswa dalam rangka

pengembangan diri melalui pembinaan bakat/ potensi yang dimilikinya,

misalnya PKS, UKS, olahraga prestasi, retreat, karya wisata dan

kunjungan study, maupun penelitian pendidikan.

f. Meningkatkan kualitas para pendidik (guru) melalui pembinaan

misalnya: diklat, MGMP, seminar, penelitian dan supervise.

g. Membina dan mengarahkan kedisiplinan para pendidik dalam membuat /

menyusun perangkat persiapan pembelajaran sesuai dengan kurikulum

yang berlaku.

4.1.3 Kurikulum Sekolah

Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan menerapkan kurikulum

2013 atau yang sering disebut sebagai K-13. Kurikulum ini merupakan

kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2006. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek

pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap dan perilaku.

4.1.4 Jumlah Siswa Dan Ruangan di Sekolah Menengah Atas Swasta

Parulian 1 Medan

Jumlah kelas dan jumlah siswa di Sekolah Menengah Atas Parulian 1

Medan adalah 7(tujuh) kelas dan jumlah siswa secara keseluruhan adalah 273

siswa. Pembagian jumlah kelas dan siswa di Sekolah Menengah Atas Parulian 1

Medan dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah kelas/jumlah siswa Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

Kelas Jumlah kelas Jumlah siswa

L P Jumlah

A X 3 53 41 94

B XI.IA 2 20 43 63

C XI.IS 1 20 16 36

D XII.IA 2 30 27 57

E XII.IS 1 10 20 30

Jumlah 9 133 147 280

Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan juga memiliki 15

ruangan yang diantaranya 11 ruangan teori kelas, 1 ruangan

laboratorium, dan 2 ruangan tata usaha dan guru. Selain itu terdapat juga

3 ruangan yang digunakan untuk hal-hal lain. Sekolah Menengah Atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Swasta Parulian 1 Medan juga memiliki halaman atau lapangan sekolah

yang digunakan sebagai tempat upacara bendera, baris-berbaris, dan

berolahraga.

4.1.5 Potensi Guru dan Karyawan di Sekolah Menengah Atas Swasta

Parulian 1 Medan

Setiap sekolah tentu memiliki sumber daya manusi yang berpotensi,

baik itu dari guru atau karyawan. Berdasarkan hasil penelitian yang

peneliti lakukan menunjukkan bahwa di Sekolah Menengah Atas

Parulian 1 Medan memiliki tenaga pengajar/guru yang berjumlah 38

orang dan sudah termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali

kelas dan guru tambahan, seperti bahasa Mandarin. Masing-masing kelas

memiliki wali kelas. Rata-rata strata pendidikan tenaga pendidik di

Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 adalah strata 1 (S1) namun

ada beberapa tenaga pendidik yang jenjang pendidikannya mencapai

strata 2 (S2) dan strata 3 (S3).

Selain guru/tenaga didik, sekolah tersebut juga memiliki

karyawan yang berjumlah 5 (lima) orang, 2 (dua) orang di bidang tata

usaha dan 3 (tiga) orang di petugas laboratorium bahasa. Jadi jumlah

keseluruhan sumber daya manusia di sekolah tersebut adalah 43 (empat

puluh tiga) orang. Penerimaan tenaga pendidik dan karyawan di Sekolah

Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan akan terlebih dahulu diseleksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh pihak sekolah, dan apabila sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan maka akan diterima sebagai tenaga pendidik atau karyawan.

4.1.6 Tata Tertib Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

a. Semua murid harus masuk sekolah selambat-lambatnya 5 menit

sebelum bel berbunyi (bel masuk 07.15)

b. Murid yang datang terlambat tidak diperkenankan langsung masuk

kelas. Melainkan harus melapor terlebih dahulu kepada guru piket/

wakasek kesiswaan/ guru BP/BK, pintu gerbang akan ditutup pukul

07.25 dan jika murid hadir pukul 07.25-07.45 harus melapor dan

dihukum dengan Literasi (membuat resume dari buku yang dibaca,

atau mengarang/menulis minimal 300 kata), lewat dari pukul 07.45

dipulangkan dan dianggap absen.

c.

- Murid absen, hanya karena benar-benar sakit atau ada keperluan

yang sangat penting/tidak bisa diwakilkan dibuktikan dengan

surat yang sah dan jelas.

- Urusan keluarga harus dikerjakan diluar sekolah atau waktu libur

sehingga tidak menggunakan hari sekolah

- Murid yang absen pada waktu masuk kembali harus

melapor kepada Kepala Sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Kalau seandainya murid sudah merasa sakit dirumah, maka

sebaiknya tidak masuk sekolah dan memberikan

keterangan kepada Kepala Sekolah.

d. Dilarang meninggalkan sekolah selama pelajaran berlangsung.

Penyimpangan dalam hal ini hanya dengan ijin kepala sekolah.

e. Murid-murid berhak dan wajib mengikuti pelajaran selama tidak

melanggar tata tertib.

f. Murid-murid dapat meminjam buku-buku dari perpustakaan sekolah

dengan menaati peraturan perpustakaan yang berlaku.

g. Murid-murid berhak mendapat perlakuan yang sama dengan murid-

murid yang lain sepanjang tidak melanggar peraturan tata tertib.

4.2 Deskripsi Karakteristik Informan Penelitian

1. Kepala Sekolah SMA Swasta Parulian 1 Medan

Setelah melalui tahap observasi dan wawancara, yang menjadi informan

pertama peneliti adalah Kepala Sekolah. Kepla sekolah SMA Swasta Parulian 1

Medan ini berinisial TT, berstatus guru tetap dan juga mengajar dibidang mata

pelajaran matematika. Latar belakang pendidikan TT ini adalah magister

pendidikan yang merupakan jenjang pendidikan strata-2, dengan lebih spesifik

berasal dari pendidikan matematika.

2. Guru Bahasa Indonesia atau Tim Literasi SMA Swasta Parulian 1 Medan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti memperoleh data

bahwa guru Bahasa Indonesia SMA Swasta Parulian 1 Medan dan sekaligus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebagai tim literasi di SMA berinisial SS, latar belakang pendidikannya adalah

starata-1dibidang pendidikan bahasa Indonesia.

3. Pegawai Perpustakaan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti memperoleh data

bahwa pegawai perpustakaan SMA Swasta Parulian 1 Medan berinisial JN,

latar belakang pendidikannya adalah strata-1 dibidang pendidikan bahasa

Indonesia. Berdasarkan latar belakang pendidikannya yang bukan dari lulusan

ilmu perpustakaan maka beliau tidak dapat disebut sebagai pustakawan

sekalipun beliau bekerja menjadi pegawai di perpustakaan.

4. Siswa

Peneliti memilih 1 siswa setiap kelas yang akan menjadi informan

penelitian, siswa yang dipilih adalah siswa laki-laki atau perempuan yang

bersedia diwawancarai. Namun, karena pada saat melakukan penelitian siswa

kelas XII (dua belas) sudah selesai mengikuti Ujian Nasional maka yang

menjadi informan peneliti diambil dari kelas X (sepuluh) dan kelas XI

(sebelas). Kelas X dan XI masing-masing terdiri dari 3 kelas, sehingga siswa

yang akan dijadikan sebagai informan penelitian adalah 6 orang siswa. Tujuan

memilih informan ini adalah untuk memperoleh data yang akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Latar Belakang Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMA

Swasta Parulian 1 Medan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti

memperoleh data bahwa Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1

Medan di deklarasikan pada tanggal 27 Oktober 2016, artinya sekolah tersebut

mengadakan gerakan literasi setelah satu tahun kebijakan pemerintah mengenai

gerakan literasi sekolah dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Gerakan literasi sekolah di sekolah tersebut juga bertujuan untuk

merespon hasil penelitian UNESCO 2011 yang menyatakan bahwa di Indonesia

minat baca masyarakat hanya mencapai 0,001 artinya dari 1000 orang hanya 1

orang yang memiliki minat baca. Oleh karena itu, pihak sekolah mencanangkan

pengadaan gerakan literasi sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan sekaligus

melaksanakan kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

Hal tersebut juga dikemukakan oleh I1 sebagai Kepala Sekolah pada saat
peneliti melakukan wawancara, I1 menyatakan:
“karena latar belakang penelitian UNESCO yang mengatakan bahwa
dari 1000 orang Indonesia hanya 1 yang memiliki minat baca, jadi
bayangkanlah itu hanya 1 per mil rakyat Indonesia yang memiliki minat
baca mau jadi seperti apa Indonesia ini? Jadi berdasarkan itulah
membuktikan tingkat pendidikan kita rendah karena minat membacanya
pun hanya 1/mil dan juga menjadi dasar kami menggalakkan GLS di
SMA Parulian 1 Medan.”
Pendeklarasian Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1

Medan merupakan hasil kerjasama dengan Usaid Perioritas yang merupakan

salah satu lembaga pendidikan konsulat Amerika, lembaga tersebut

memfasilitasi kegiatan dan acara-acara, yang menjadi ketuanya adalah Bapak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Agus Marwan. Pendeklarasian tersebut dihadiri oleh konsulat Amerika, anggota

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), perwakilan dari Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, perwakilan dari perpustakaan

provinsi sumatera utara, perwakilan dari dinas pendidikan provinsi sumatera

utara, dan para pencinta literasi. Bentuk dukungan lembaga-lembaga tersebut

adalah menyumbangkan buku-buku ke sekolah untuk menunjang kegiatan

berliterasi di sekolah tersebut.

Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan I1 sebagai Kepala Sekolah

pada saat wawancara penelitian, I1 menyatakan:

“untuk melaksanakan gerakan GLS ada kerjasama dengan USAID


PERIORITAS salah satu lembaga pendidikan konsulat Amerika, jadi
mereka memfasilitasi kegiatan dan rencana-rencana tersebut yang
diketuai oleh pak Agus Marwan. Jadi idenya dari situ dan melihat
perkembangan situasi kami merespon lalu membuat tim dan membuat
program, setelah itu kami mendeklarasikan sekolah Parulian sebagai
sekolah literasi pada tanggal 27 oktober 2016. Yg hadir pada saat itu
adalah bapak konsulat Amerika, anggota MPR, MPR-
RI(menyumbangkan buku), perwakilan dari perpustakaan provinsi, dinas
pendidikan provinsi, dan pencinta-pencinta literasi”.

4.3.2 Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta

Parulian 1 Medan

Program gerakan literasi sekolah di SMA Swasta Parulian 1

Medan dibagi menjadi beberapa tahapan dan kegiatan seperti berikut:

4.3.2.1 Kegiatan yang menunjang pelaksanaan Gerakan Literasi

Sekolah

1. “Morning Motivation” dan Ibadah Pagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kegiatan ini dilakukan setiap pagi setelah bel masuk sekolah

berbunyi. Siswa dibariskan sesuai dengan kelas masing-masing. Hal

pertama yang dilakukan adalah melakukan ibadah singkat dan berdoa

bersama, setelah itu guru atau kepala sekolah akan mengambil bagian

untuk menyampaikan cerita inspiratif untuk memberikan motivasi

positif kepada siswa atau hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya

berliterasi dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi siswa yang

berkarakter baik. Penutup kegiatan tersebut adalah seorang siswa

atau beberapa siswa akan diberi kesempatan untuk menyampaikan isi

buku yang mereka baca, atau membacakan pantun dari podium

sekolah kepada seluruh masyarakat sekolah.

Gambar 4.1 kegiatan morning motivation dan ibadah pagi

2. Pengadaan Perpustakaan, Pojok Baca dan Lemari Buku di

Lorong-Lorong Kelas

Sekolah tersebut memanfaatkan perpustakaan sebagai

sumber literasi, artinya perpustakaan menyediakan buku bacaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang layak untuk dibaca oleh siswa. Peranan perpustakaan

sebagai sarana pendidikan menyediakan bahan informasi yang

dikelola dapat berupa buku teks, majalah, buku ajar, kumpulan

karya siswa dan lain sebagainya. Selain perpustakaan, diadakan

juga pojok baca dan lemari-lemari buku yang ditempatkan di

lorong kelas. Tujuannya adalah untuk memudahkan siswa

mendapatkan buku yang layak dibaca dan mememberi

kenyamanan kepada setiap siswa melalui pembangunan fasilitas

seperti pojok baca. Pojok baca tersebut dilengkapi dengan meja

dan kursi, sehingga memudahkan kegiatan membaca siswa.

Lemari buku yang dimaksud adalah lemari-lemari kecil yang

berisi buku bacaan dan disediakan di lorong kelas, jadi siswa

dapat mengambil buku dari sana pada saat kegiatan berliterasi di

sekolah dan mengembalikannya kembali setelah selesai dibaca.

Perpustakaan sekolah tersebut memiliki luas 6 M x 6 M,

rak buku 4 unit, meja 2 unit, kursi 15 unit, kipas angin 2 unit, AC

1, komputer 4 unit dan televisi 1 unit. Ukuran luas perpustakaan

dan fasilitas perpustakaan tersebut masih kurang luas mengingat

di sekolah tersebut perpustakaan digabungkan ruangannya

dengan koperasi sekolah dan juga ruangan layanan komputer.

Namun, koleksi buku di perpustakaan dan buku-buku yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditempatkan di lemari buku setiap lorong kelas mencapai 4000

eksemplar dengan jumlah 500 judul buku.

Hal tersebut disampaikan oleh I3 sebagai pegawai

perpustakaan sekolah, I3 menyatakan bahwa:

“ukuran luas perpustakaan ini kira-kira 6x6 m, rak buku yang


ada seperti yang kamu lihat hanya ada 4 diantaranya 3 rak buku
kaca yang berukuran besar dan satu rak buku biasa. Meja hanya
ada 3, 2 diantaranya meja besar dan satu meja kecil, kursi ada
15 buah, komputer 4 unit dan juga ada televisi. Jumlah buku
kira-kira 4000 eksemplar dengan jumlah judul 500”.

Selain memiliki tujuan, perpustakaan sekolah memiliki

beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Perpustakaan sebagai sarana pendidikan. Perpustakaan

menyediakan bahan informasi yang dikelola dan

dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah.

2. Perpustakaan berfungsi sebagai tempat belajar, baik secara

mandiri ataupun berkelompok.

3. Perpustakaan dapat digunakan guru atau siswa dalam

pengerjaan tugas sekolah dan menyiapkan materi

pelajaran.

4. Perpustakaan sebagai fungsi kreasi, artinya perpustakaan

dimanfaatkan untuk mengembangkan minat kreasi

pengguna melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu

senggang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.2: Perpustakaan sekolah

Gambar 4.3: lemari buku yang ditempatkan di lorong kelas.

3. Pestival Literasi

Pestival literasi di sekolah tersebut sudah dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu pestival literasi I dan pestival literasi II.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kegiatan tersebut dilakukan setiap tahun. Pelaksanaan kegiatan

ini dikerjakan oleh tim yayasan karena kegiatan ini diikuti oleh

seluruh unit di Yayasan Parulian, mulai dari Sekolah Dasar,

Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan

Sekolah Menengah Kejuruan. Tim yayasan bertugas untuk

mempersiapakan acara dan menginfokan ke setiap unit hal-hal

apa saja yang akan dikerjakan. Berhubung karena penelitian ini

adalah unit Sekolah Menengah Atas, maka tim literasi di SMA

diberi tanggungjawab untuk mengkoordinir siswa dan karya

siswa yang akan diperlombakan dalam kegiatan pestival literasi.

Karya yang akan diperlombakan dalam kegiatan pestival

literasi adalah berupa cipta karya, lomba membaca puisi, lomba

menciptakan cerpen, inovasi pembelajaran dan perlombaan

literasi Alkitab.

Sebagai kepala sekolah yang bertanggungjawab untuk

mengkoordinir kegiatan gerakan literasi sekolah, I1 menyatakan

bahwa:

“kalau ada even selain rutin, ada even tertentu untuk


pengembangan literasi seperti perlombaan seperti pestival
literasi 1 dan 2, seminar tentang literasi. Jika pelaksanaannnya
semua parulian maka yang bekerja adalah tim yayasan. Tim sma
akan menginfokan kegiatan apa saja yang akan dilakukan,
mempersiapkan dan mengkoordinir karya yang akan
diperlombakan dan yang membuat karya adalah siswa. Dan
tugas mereka sesuai dengan program yang mereka rencanakan”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.4 papan reklame pelaksanaan Pestival Literasi

4. Bulan Bahasa dan Hari Buku Sedunia

Peringatan bulan bahasa biasanya dilaksanakan pada bulan

oktober setiap tahunnya. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa

perlombaan karya siswa, seperti lomba menciptakan pantun,

membaca puisi, menciptakan cerpen, dan kreativitas siswa.

Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kerjasama antara guru, tim

literasi sekolah dan juga pustakawan. Sedangkan, kegiatan hari

buku sedunia biasanya dilakukan dibulan Mei untuk

memperingati hari buku sedunia.

5. Peringatan Hari Kasih Sayang (valentine day)

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari,

kegiatan yang dilakukan adalah berupa menciptakan karya pantun

dan puisi romantic dan akan diadakan lomba berbalas pantun.

Sumber daya manusia yang mengambil peranan dalam persiapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


acara ini adalah tim literasi sekolah dan juga OSIS (Organisasi

Siswa Intra Sekolah).

Hal tersebut disampaikan oleh I1 sebagai kepala sekolah,

yang menyampaikan bahwa:

“Contoh kegiatan yaitu pada tanggal 14 februari kemarin


diadakan valentine day, jadi dibuat acara berbalas pantun. Dan
semuanya bekerjasama”.

6. Pembuatan Mading Sekolah

Mading dibuat oleh OSIS dengan desain yang menarik.

Mading dibuat dan diletakkan di tempat terbuka yang dapat

dijangkau oleh semua masyarakat sekolah. Sekolah ini

meletakkan mading di dekat tangga menuju kelas, lokasinya

sangat strategis sehingga memudahkan siswa untuk melihatnya.

Selain itu, ada juga mading yang ditempatkan di lorong antar

kelas.

Informasi yang disajikan di mading sekolah adalah

seputar kegiatan dan informasi yang bersifat edukasi. Isi mading

selalu diubah setiap minggu atau setiap bulannya. Biasanya

informasi yang terdapat didalam mading sekolah berupa

informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka

waktu satu bulan, beberapa pantun dan puisi yang diciptakan oleh

siswa dan hasil kreativitas siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.5: Mading Sekolah

7. Pembuatan “Jemuran” Literasi

“Jemuran” literasi dibuat oleh OSIS dan dibantu oleh

koordinator setiap kelas. Jemuran literasi tersebut ditempatkan di

area pojok baca siswa, atau di lapangan sekolah. Jemuran literasi

tersebut berisi kumpulan pantun dan puisi yang diciptakan oleh

siswa dan sudah diseleksi oleh tim literasi sekolah. Hal ini

merupakan satu upaya pemberian penghargaan bagi setiap siswa

yang menciptakan karya sendiri, oleh karena itu setiap minggu

akan dilakukan perombakan isi jemuran literasi agar semua siswa

mendapat giliran untuk menampilkan karyanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.6: Jemuran Literasi

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang menunjang

pelaksanaan gerakan literasi sekolah diatas, diperlukan beberapa

aspek yang mendukung pelaksanaan program tersebut. Hal-hal

yang haru diperhatikan diantaranya adalah:

a. Komunikasi

Komunikasi berkaitan erat dengan sosialisasi tentang

kebijakan kepada organisasi atau public serta para agen

pelaksana yang terlibat. Koordinasi dalam pelaksanaan

kebijakan oleh agen pelaksana sesuai dengan syarat,

pelaksanaan kebijakan memerlukan adanya koordinasi yang

kuat antar berbagai agen atau lembaga implementor dan

memerlukan dukungan dari seluruh pihak baik internal

maupun eksternal (Sudiyono, 2007:93-97). Sedangkan SMA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Swasta Parulian 1 Medan, sosialisasi program dilakukan

melalui:

- Rapat kerja yang diikuti oleh seluruh elemen sekolah baik

guru, kepala sekolah dan seluruh karyawan. Rapat kerja ini

dilakukan setiap awal semester yang berfungsi untuk

menentukan program-program yang akan dilakukan selama

satu semester dan semester selnjutnya.

- Rapat manajemen sekolah yang terdiri dari kepala yayasan,

kepala sekolah, kadiv akademik, kadiv kesiswaan, tata

usaha, dan beberapa staff yang berkaitan dengan

manajemen sekolah. Rapat manajemen dilaksanakan sesuai

dengan kebutuhan.

- Surat pemberitahuan kepada orangtua atau rapat dengan

orangtua siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya sekolah

agar orangtua terlibat aktif dalam tercapainya tujuan dari

sekolah, orangtua dituntut untuk mendukung program yang

dilaksanakan sekolah. Dalam kegiatan berliterasi, orangtua

diharapakan untuk mengalokasikan buku melalui anak-

anaknya dalam bentuk sumbangan buku sebagai wujud

dukungan gerakan literasi sekolah.

- Sosialisasi juga dilakukan melalui media sosial, sekolah ini

biasanya banyak mensosialisasikan hal-hal yang berkaitan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan sekolah maupun gerakan literasi sekolah melalui

akun Facebook. Alasan sekolah menggunakan Faceboook

adalah bahwa pengguna facebook sangat banyak dari

semua kalangan, sehingga memudahkan pihak sekolah

untuk mensosialisasikan kegiatan sekolah kepada seluruh

elemen sekolah dan masyarakat pada umumnya.

Gambar 4.7 halaman facebook sekolah Parulian

- Sosialisasi juga dilakukan melalui penyebaran poster-

poster khusus untuk kegiatan-kegiatan yang kan

diselenggarakan sekolah.

- Sosialisasi didalam sekolah dilakukan melalui kegiatan

baris-berbaris setiap pagi, dan juga melalui poster-poster

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang diletakkan di setia sudut sekolah untuk mengajak

siswa giat berliterasi.

Gambar 4.8 poster untuk mengajak siswa giat berliterasi

b. Sumber Daya

Aspek ini berkenaan dengan sumber daya pendukung

untuk pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan baik.

Sumber daya tersebut meliputi:

1) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk mendukung berjalannya

sebuah program, sumber daya manusia atau agen pelaksana

adalah orang-orang yang memberikan dukungan terhadap

program serta memiliki komitmen yang tinggi dalam

melaksanakan program. Sumber daya manusia yang terlibat

dalam kegiatan GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adalah seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru,

karyawan, siswa, dan orangtua siswa.

2) Sumber Dana

Pihak sekolah mengallokasikan dana sesuai dengan

program yang bersifat kegiatan maupun penyediaan sumber

informasi literasi. Alokasi dana ini digunakan untuk program-

program yang menunjang budaya literasi. Sumber dana

berasal dari bantuan operasional sekolah (BOS) yang akan

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sumber literasi

berupa pendanaan buku. Sumber dana untuk pengadaan buku

biasanya tidak beruppa uang namun setiap siswa diwajibkan

setiap semester menyumbangkan satu judul buku ke sekolah.

Apabila sekolah mengadakan kegiatan, biasanya panitia

penyelenggara membuat proposal dan mencari dana sponsor

dari orangtua atau lembaga yang mendukung kegiatan literasi.

Hal tersebut disampaikan oleh I1 sebagai kepala

sekolah, bahwa:

“dalam melaksanakan kegiatan jika dibutuhkan biaya


akan diambil dari dana bos, selain itu apabila dibutuhkan
untuk ngeprint sesuatuu digunakan fasilitas sekolah”.

c. Alokasi Waktu

Alokasi waktu yang ditentukan sekolah untuk

pelaksanaan gerakan literasi sekolah adalah setiap hari,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mulai dari hari senin sampai dengan hari sabtu. Setiap hari

senin sampai hari jumat dilakukan kegiatan membaca 15

menit sebelum belajar dan khusus hari sabtu dilakukan

kegiatan literasi alkitab.

Selain dari itu, pihak sekolah juga mengalokasikan

waktu setiap kegiatan sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan, seperti pelaksanaan kegiatan besar

diantaranya kegatan pestival literasi, bulan bahasa,

peringatan hari buku sedunia dan juga perayaan hari kasih

saying yang dikenal sebagai valentine day.

Pengalokasian waktu pelaksanaan gerakan literasi

sekolah, I1 menyampaikan bahwa:

“kegiatan literasi dilakukan 15 menit setiap pagi sebelum


jam pelajaran dimulai, dan kunjungan perpustakaan
secara bergilir yang dilakukan setiap kelas”.

d. Tim Literasi Sekolah

Dalam pelaksanaan suatu program,, komitmen setiap agen

memiliki pengaruh yang kuat. Setiap agen pelaksana program

harus memiliki kemampuan managerial dan komitmen terhadap

tujuan yang akan dicapai (Sudiyono, 2007:90). Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian peneliti di lapangan bahwa seluruh warga

sekolah turut aktif melaksanakan program gerakan literasi

sekolah. Untuk menunjang keahlian agen pelaksana dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gerakan literasi, pihak sekolah memberikan fasilitas berupa

melibatkan guru untuk mengikuti seminar tentang pelatihan

pelaksanaan gerakan literasi sekolah dan guru-guru juga

disarankan untuk ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan literasi.

Agen pelaksana atau yang disebut sebagai tim literasi dalam

program gerakan literasi sekolah, disampaikan oleh I2 sebagai tim

literasi SMA. I2 menyatakan bahwa:

“kami ada tim perunit di Parulian saya adalah tim dari SMA
dan dibawah saya ada juga tim yaitu OSIS dan kami bekerja
sama. Dibawah OSIS ada juga tim perkelas, yang berfungsi
mengkoordinir kegiatan literasi dikelas. Setiap siswa yang
membuat karya maka tim literasi perkelas yang bertugas
untuk mengumpulkan hasil karya siswa dan coordinator kelas
menyerahkan kepada OSIS untuk diperiksa dan diseleksi.
Hasil karya siswa yang lolos seleksi akan ditempelkan di
madding dan di jemuran literasi. Hasil karya tersebut
ditempelkan secara bergilir dengan waktu yang ditentukan
yang biasanya perbulan. Yang menyeleksi karya siswa adalah
OSIS dan yang membuat konsepnya juga OSIS”.

Komitmen agen pelaksana, dapat dilihat dari mulai masuk

dengan mengajukan persyaratan ttes yang standar. Pihak sekolah

dalam hal ini tidak hanya melihat dari latar belakang pendidikan

namun memastikan komitmen setiap calon agen pelaksana literasi,

hal tersebut dapat dilihat dari pandangannya terhadap dunia

pendidikan, kreativitas, dan tentunya motivasi apa yang menjadikan

seorang calon guru atau karyawan menjadi bagian Sekolah

Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan. Hal ini dilakukan agar

sekolah dapat menjaring guru dan karyawan yang memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


komitmen bersama untuk mencapai visi dan misi sera tujuan sekolah.

Walaupun di lapangan, peneliti masih menemukan bebrapa orang

yang tidak sepenuhnya menunjukkan komitmen berliterasi, namun

sudah banayak warga sekolah yang menyadari pentingnya

mengambil bagian dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah.

Berkaitan dengan komitmen tim literasi, I1 menyatakan

bahwa:

“Belum semua 100%, tapi saya yakin sedikit-sedikit pasti


ada lengket di otak dan paling tidak mereka ada yang
diperoleh. Dalam pengerjaan kadang ada cara main
paksa juga untuk melakukan”.
Hal yang sama disampaikan juga oleh I2 sebagai tim
literasi SMA, bahwa:
“Komitmen tim literasi yang terlihat sudah mencapai
75%-80% karena memang harus betul-betul giat dan
bekerja sama dengan baik”.

e. Struktur Birokrasi

Lineberry (1978) menyatakan bahwa komponen pelaksanaan

perlu menciptakan dan menyusun staff atau agen baru untuk

melaksanakan kebijakan (Sugiyono, 2007). Struktur birokrasi

kebijakan literasi sekolah adalah dari pihak manajemen akan

menyampaikan program yang diusulkan dan akan disetujui oleh

kepala sekolah. Setelah kepala sekolah menyetujui program, maka

kemudian disosialisasikan kepada pihak-pihak yang terkait agar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diberikan arahan dan SOP (Standart Operational Procedure) dari

program yang akan dilaksanakan.

Berkaitan dengan struktur birokrasi, I2 sebagai tim literasi

sekolah menyatakan bahwa:

“kami ada tim perunit di Parulian saya adalah tim dari SMA
dan dibawah saya ada juga tim yaitu OSIS dan kami bekerja
sama. Dibawah OSIS ada juga tim perkelas, yang berfungsi
mengkoordinir kegiatan literasi dikelas. Setiap siswa yang
membuat karya maka tim literasi perkelas yang bertugas
untuk mengumpulkan hasil karya siswa dan koordinator kelas
menyerahkan kepada OSIS untuk diperiksa dan diseleksi.
Hasil karya siswa yang lolos seleksi akan ditempelkan di
mading dan di jemuran literasi. Hasil karya tersebut
ditempelkan secara bergilir dengan waktu yang ditentukan
yang biasanya perbulan. Yang menyeleksi karya siswa adalah
OSIS dan yang membuat konsepnya juga OSIS.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah, SMA Swasta

Parulian 1 Medan telah mendapat dukungan dari agen-agen

pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan gerakan literasi

sekolah, alokasi dana juga sudah didukung dari berbagai sumber,

dan alokasi waktu untuk pelaksanaan program juga sudah baik

dilakukan.

4.3.2.2 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

1. Tahap Pembiasaan

Dalam tahap ini, siswa diajak untuk membiasakan diri

membaca buku setiap hari. Kegiatan membaca ini biasa dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh seluruh anggota sekolah di pagi hari pada saat sebelum memulai

proses belajar mengajar. Waktu yang digunakan adalah 15 menit

sebelum belajar. Berdasarkan hasil observasi peneliti, sebelum

melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum belajar, terlebih

dahulu dilakukan kegiatan baris berbaris setelah bel masuk sekolah

berbunyi. Kegiatan pada saat berbaris tersebut adalah mendengarkan

arahan dari guru/kepala sekolah yang berkaitan dengan info terbaru

yang harus diketahui oleh siswa, hal pentingnya berliterasi, dan lain

sebagainya. Setelah mendengarkan arahan, maka aka nada beberapa

siswa maju kedepan untuk membacakan hasil literasinya, baik berupa

pantun ataupun puisi. Hal terakhir yang dilakukan adalah berdoa

bersama sebelum barisan dibubarkan.

Setelah barisan dibubarkan, maka semua siswa akan

diarahkan untuk memasuki kelas masing-masing dan bukan hanya

siswa akan tetapi guru yang masuk pun disarankan untuk tidak

terlambat masuk kelas. Setelah semua masuk kedalam kelas masing-

masing maka guru yang masuk akan mengarahkan semua siswa

untuk membaca selama 15 menit, hal tersebut dilakukan setiap hari.

Kegiatan ini akan menumbuhkan minat baca siswa, dan juga

menumbuhkan kebiasaan setiap siswa membaca buku.

Hal tersebut diperkuat juga oleh pernyataan dikemukakan

oleh I1 :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


“…pada tahap pembiasaan dilakukan kegiatan membaca 15
menit sebelum mulai pelajaran…”.

I2 sebagai guru Bahasa Indonesia dan Tim Literasi di SMA

Swasta Parulian 1 Medan juga menyampaikan bahwa:

“yang pertama tahap pembiasaan, sebelumnya dilakukan


terlebih dahulu pengadaan buku, lalu membiasakan anak-
anak untuk terbiasa membaca dan kami membuat itu 15
menit rutin setiap sebelum pembelajaran dimulai”.

Kegiatan membaca dalam tahap pembiasaan selain dilakukan di

dalam kelas selama 15 menit sebelum proses belajar mengajar dimulai,

kegiatan membaca ini dapat juga memanfaatkan peran perpustakaan

sekolah. Perpustakaan sekolah memiliki peranan mengadakan buku-buku

bacaan siswa dan melayani siswa yang akan berkunjung ke perpustakaan

dengan menyediakan fasilitas yang mendukung. Selain kunjungan

pribadi yang dapat dilakukan oleh siswa, di SMA Swasta Parulian 1

Medan, peraturan sekolah juga telah dibuat yaitu memberi kesempatan

bergilir setiap kelas untuk mengunjungi perpustakaan sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini, siswa dapat

memanfaatkan waktu untuk membaca buku di perpustakaan sehingga

dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa.

Pernyataan di atas diperkuat dengan apa yang disampaikan oleh

I3 sebagai pegawai perpustakaan di SMA Swasta Parulian 1 Medan.

I3 menyatakan:

“Setiap kelas diberi kesempatan untuk mengunjungi


perpustakaan pada saat jam istirahat dan juga waktu yang sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditentukan oleh pihak sekolah, dalam hal ini perpustakaan
mengambil peranan yaitu menyediakan buku bacaan dan juga
tempat atau fasilitas membaca siswa”.
Buku-buku yang dibaca oleh siswa pada saat kegiatan membaca

15 menit adalah sesuai dengan minat masing-masing siswa. Pada

umunya buku yang mereka baca adalah buku-buku yang berkaitan

dengan motivasi, buku cerita seperti novel dan komik, dan juga beberapa

siswa membaca buku pelajaran tambahan.

Hal tersebut diperoleh dari data wawancara dengan beberapa

siswa di Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan, diantaranya sebagai

berikut:

I4 menyatakan bahwa:

“Saya memilih buku berdasarkan minat saya sendiri, biasanya


buku yang saya baca adalah buku yang berisi motivasi dan buku
cerita”.

I5 menyatakan bahwa:

“Kalau saya memilih buku bacaan yang menurut saya menarik


untuk dibaca, seperti novel dan saya juga membaca buku yang
berkaitan dengan pelajaran”.

I6 menyatakan bahwa:

“Kami memilih buku berdasarkan minat masing-masing dan


kalau saya pribadi melihat buku berdasarkan isi cerita dari
synopsis buku yang ada di halaman belakang dan juga judul
buku yang sering saya baca adalah komik. Dalam seminggu saya
dapat membaca 7 komik. Karena setelah saya membaca
disekolah saya melanjutkan membaca di rumah”.

I7 menyatakan bahwa:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


“Kami memilih buku berdasarkan minat masing-masing dan
kalau saya pribadi melihat buku berdasarkan isi cerita dari
synopsis buku yang ada di halaman belakang dan juga judul
buku yang sering saya baca adalah komik dan novel”.

2. Tahap Pengembangan

Pada prinsipnya kegiatan pada tahap pengembangan sama dengan

kegiatan pada tahap pembiasaan, yang membedakan adalah bahwa

kegiatan 15 menit membaca ditindak lanjuti kegiatan pada tahap

pengembangan. Pada tahap pengembangan, peserta didik didorong

untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dengan proses

membaca melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan.

Waktu membaca setiap harinya diberi oleh pihak sekolah selama

15 menit, namun mengingat dalam kegiatan tahap pengembangan maka

waktu tersebut tidak akan memadai bagi siswa dalam mengembangkan

pengetahuan dari hasil bacaan mereka, oleh karena itu pihak sekolah

memerlukan waktu tambahan diluar 15 menit tersebut dan solusinya

adalah memasukkan waktu literasi dalam jadwal pelajaran. Berdasarkan

hasil penelitian, diketahui bahwa SMA Swasta Parulian 1 Medan

mengadakan kegiatan pengembangan literasi pada saat jam mata

pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Waktu yang diambil adalah

satu les. Dalam waktu ini siswa akan membuat karya masing-masing

sesuai dengan minat siswa tersebut. Hasil karya yang biasa dibuat oleh

siswa diantaranya pantun, puisi, cerpen dan resume buku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I1 sebagai Kepala Sekolah juga menyampaikan hal yang sama,

yaitu:

“…pada tahap pengembangan, anak-anak disuruh untuk


meresume buku dan membuat kaya sendiri”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh I2 sebagai Tim Literasi

Sekolah, beliau menyampaikan bahwa:

“…setelah terbiasa kami tuntut untuk membuat karya yang


disebut sebagai tahapan penerapan literasinya, bukan hanya itu
saja tapi ada dilakukan literasi alkitab setiap hari sabtu saat
dilakukan ibadah sekolah. Dalam tahap pengembangan, apa
yang mereka baca dituangkan Dallam suatu tulisan…”.

Selain kedua pernyataan di atas, peneliti juga mewawancarai

peserta didik untuk memperoleh data yang lebih akurat, karena peserta

didik merupakan sasaran gerakan literasi sekolah ini dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara, 𝐼8 menyatakan bahwa:

“…tahap pengembangan dapat menciptakan karya sendiri


seperti pantun puisi dan cerpen dan meresume buku”.

Hasil karya yang dibuat oleh peserta didik akan ditagih dengan

cara kegiatan pengumpulan karya, yang bertugas dalam hal ini adalah

koordinator literasi setiap kelas. Hasil karya tersebut akan dikumpulkan

dan diberi penilaian nonakademik, hasil karya yang terbaik akan di

tampilkan di mading kelas, mading sekolah dan juga jemuran literasi

yang dibuat oleh OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), umumnya

jemuran literasi tersebut terletak di area baca siswa dan lapangan

sekolah. Hal tersebut bertujuan untuk memberi penghargaan terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karya siswa. Kegiatan lainnya seperti meresensi buku, siswa didorong

untuk menuliskan kembali isi buku yang dibaca dan membuat jurnal

pribadi.

3. Tahap Pembelajaran

Pada tahap oembelajaran, yang diharapakan adalah agar siswa

dapat mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkatnya

dengan pengalam pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar

sepanjang hayat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, serta agar

siswa mampu mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara

kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku

pelajaran.

Sekolah Menengah Atas Swasta Parulian 1 Medan mengadakan

kegiatan mempresentasikan hasil bacaan siswa dengan peraturan setiap

siswa harus maju kedepan kelas untuk mempresentasikan apa yang

mereka pelajari dari buku yang dibaca. Kegiatan tersebut dilakukan

setiap jam pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, waktu yang

digunakan adalah satu les pelajaran. Dalam kegiatan tersebut, siswa yang

persentase adalah bergantian dan teman-teman sekelas akan menanggapi

apa yang disampaikan didepan kelas.

Hal tersebut diperkuat juga dengan pernyataan I1 sebagai Kepala

Sekolah SMA Swasta Parulian 1 Medan, I1 menyatakan bahwa:

“pada tahap pembelajaran, anak-anak akan disuruh untuk


menanggungjawapi hasil karya yang mereka buat sendiri dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cara mempresentasikannya di depan kelas dengan menggunakan
alat peraga yang mereka buat sendiri”.
Waktu kegiatan disampaikan oleh I9 pada saat peneliti

mengadakan kegiatan wawancara, I9 menyampaikan bahwa:

“…Selain membaca 15 menit ada kalanya seorang guru


mengambil waktu biasanya itu guru olahraga pada les pertama
kami disuruh kedepan kelas untuk menceritakan kembali apa isi
buku yang kami baca tanpa melihat buku lagi. Selain itu ada juga
kegiatan meresume buku….”.

4.3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Gerakan

Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

Dalam pelaksanaan sebuah program, tentu memiliki faktor-faktor yang

mendukung berjalannya program dan juga faktor-faktor yang menghambat

pelaksanaan program. Dibawah ini akan dipaparkan faktor pendukung dan faktor

penghambat pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Menengah

Atas Swasta Parulian 1 Medan, diantaranya sebagai berikut:

A. Faktor Pendukung

Suatu kegiatan atau program akan berhasil dilaksanakan apabila

memiliki faktor-faktor yang mendukung pelaksanaannya. Dari hasil

penelitian di lapangan, berikut adalah faktor pendukung pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan:

1) Adanya sarana unruk mensosialisasikan program kepada seluruh elemen

sekolah, baik melalui rapat guru, rapat manajemen, pertemuan dengan

orangtua dan juga penyampaian langsung kepada siswa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Adanya pemanfaatan media sosial yang memudahkan untuk

mensosialisasikan dan berbagi informasi kepada seluruh warga sekolah

dan juga khalayak umum.

3) Adanya sumbangan buku dari lembaga pemerintah, sumbangan buku

dari orangtua, sumbangan buku dari siswa dan guru. Sumbangan buku

tersebut dapat menjadi faktor pendukung untuk ketersediaan sumber

literasi bagi siswa. Selain itu sekolah juga bekerjasama dengan Usaid

Perioritas, sehingga sekolah mendapatkan hibah buku dan juga fasilitas

seperti lemari buku, meja dan kursi yang digunakan untuk kepentingan

membaca siswa.

4) Sekolah juga mengalokasikan dana dan waktu untuk menunjang

tercapainya tujuan gerakan literasi sekolah.

5) Guru-guru juga mengambil peranan dalam kegiatan literasi, baik ikut

secara langsung dalam kegiatan ataupun sebatas mengawasi siswa dalam

melaksanakan program gerakan literasi sekolah.

6) Semua warga sekolah aktif dalam mengikuti setiap kegiatan literasi yang

dibuat oleh pihak sekolah dan tim literasi.

B. Faktor Penghambat

Selain memiliki faktor yang mendukung terlaksananya sebuah

program, maka ada juga faktor yang menghambat pelaksanaan program

tersebut. Berikut merupakan faktor penghambat pelaksanaan Gerakan

Literasi Sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1) Kurangnya ketersediaan buku di perpustakaan, sehingga siswa

diwajibkan membawa buku dari rumah masing-masing satu setiap

siswa.

2) Siswa yang tidak memiliki buku bacaa, pada saat waktu membaca

dapat mengganggu konsenterasi siswa lainnya karena menciptakan

kebiingan di dalam kelas.

3) Siswa yang minat membacanya rendah, menghambat tercapainya

tujuan menjadikan pelajar sepanjang hayat.

4) Ruang perpustakaan yang tergolong kecil dan fasilitas yang kurang,

tidak mampu menampung seluruh siswa jika melakukan kunjungan

perpustakaan, akibatnya banyak siswa yang ditempatkan di lantai

pada saat membaca.

5) Ketidakjujuran siswa dalam peminjaman buku yang ditempatkan

dilemari yang berada di lorong kelas, menyebabkan banyaknya buku

yang hilang sehingga sekolah mengalami kekurangan buku sebagai

sumber informasi.

6) Adanya guru-guru yang belum sepenuhnya mengikuti dan

mendukung pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.

7) Adanya siswa yang belum memahami pentingnya membaca buku,

dan juga adanya siswa yang hanya mampu membaca buku tanpa bisa

mengerti makna yang disampaikan oleh isi buku tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 Pembahasan

4.4.1 Tahapan Gerakan Literasi Sekolah

Dalam pelaksanaan geerakan literasi sekolah, berdasarkan buku

panduan GLS untuk tingkat SMA, maka pelaksanaanya memiliki 3

tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap pengembangan dan tahap

pembelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan

setiap tahap memiiki cirri khas masing-masing.

Tercapainya tujuan setiap tahap dapat kita lihat berdasarkan

ketercapaian indikator setiap tahap, seperti berikut:

1. Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan dapat dikatakan berhasil dilaksanakan dengan

baik apabila sekolah dapat mencapai indikator yang sudah

ditetapkan. Ketercapaian indikator pada tahap ini dapat dilihat dari

tabel dibawah ini:

Tabel 4.2: ketercapaian indikator tahap pembiasaan

No Indikator Sudah Belum


1. Melakukan kegiatan 15 menit membaca ✓
yang dilakukan setiap hari.

2. Kegiatan 15 menit membaca telah


dilakukan selama minimal 1 semester

3. Peserta didik memiliki jurnal membaca
harian

4. Guru, Kepala Sekolah, tenaga pendidik
menjadi model dalam kegiatan membaca 15

menit dengan ikut membaca selama
kegiatan berlangsung
5. Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas,
dan area baca yang nyaman dengan koleksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


buku nonpelajaran
6. Ada poster-poster kampanye membaca di
kelas, koridor, dan/area lain di sekolah

7. Ada bahan karya teks yang terpampang di
tiap kelas

8. Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya
teks. Terdapat poster-poster tentang

pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah
9. Sekolah berupaya melibatkan publik
(orangtua, alumni, dan elemen masyarakat)

untuk mengembangkan kegiatan literasi
sekolah
10. Kepala
berkomitmen
sekolah dan
melaksanakan
jajarannya
dan

mendukung gerakan literasi sekolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa

pelaksanaan program GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan pada

tahap pembiasaan sudah terlaksana dengan baik karena sudah

memenuhi syarat ketercapaian indikator tahap pembiasaan. Menurut

buku panduan gerakan literasi sekolah tingkat SMA, apabila

indikator pada tahap pembiasaan sudah terlaksana maka sekolah

tersebut dapat melanjutkan kedalam tahap pengembangan.

2. Tahap Pengembangan

Kegiatan pada tahap pengembangan sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan kegiatan pada tahap pembiasaa, namun pada tahap

pengembangan kegiatan membaca 15 menit setiap hari tersebut

diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada tahap pengembangan,

kegiatan tersebut berupaya mendorong siswa untuk menunjukkan

keterlibatan pikiran dan emosinya melalui penciptaan karya sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada tahap pengembangan jjuga memilikiindikator yang harus

dicapai, sepert berikut:

Tabel 4.3: ketercapaian indikator tahap pengembangan

No Indikator Sudah Belum


1. Ada kegiatan 15 menit membaca: (1) ✓
membaca dalam hati dan/atau (2)
membacakan nyaring, yang dilakukan
setiap hari.

2. Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam


bentuk menghasilkan tanggapan secara

lisan maupun tulisan.
3. Peserta didik memiliki portofolio yang
berisi kumpulan jurnal tanggapan

membaca
4. Guru menjadi model dalam kegiatan 15
menit membaca dan ikut membaca selama

kegiatan berlangsung
5. Tagihan lisan dan tulisan digunakan
sebagai penilaian nonakademik

6. Jurnal tanggapan membaca peserta didik
dipajang di kelas/koridor sekolah

7. Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas,
dan area baca yang nyaman dengan

koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan
untuk berbagai kegiatan literasi
8. Ada penghargaan terhadap pencapaian
peserta didik dalam kegiatan literasi

secara berkala.
9. Poster-poster kampanye membaca ✓
10. Ada kegiatan akademik yang mendukung
budaya literasi sekolah, misalnya: wisata

ke perpustakaan atau kunjungan
perpustakaan keliling ke sekolah
11. Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu
bertemakan literasi

12. Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk
oleh Kepala Sekolah dan terdiri atas guru

bahasa, guru mata pelajaran lain, dan
tenaga kependidikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksaan

gerakan literasi sekolah pada tahaap pengembangan sudah terlaksana

dengan baik. Ketercapaian indikator pada tahap ini dapat menjadi

loncatan untuk melaksanakan tahap selanjutnya yaitu tahap

pembelajaran.

3. Tahap Pembelajaran

Tahap pembelajaran merupakan tahap lanjutan dari tahaap

pembiasaan dan tahap pengembangan. Dalam tahap pembelajaran,

siswa diharapkan agar dapat bertanggungjawab terhadap karya yang

mereka ciptakan. Keberhasilan pada tahap pembelajaran dapat dilihat

dari ketercapaian indikator yang sudah ditetapkan, sebagai berikut:

Tabel 4.4: ketercapaian indikator tahap pembelajaran

No Indikator Sudah Belum


1. Kegiatan membaca 15 menit sudah ✓
membudaya dan menjadi kebutuhan
semua warga sekolah
2. Kegiatan 15 menit membaca setiap hari ✓
sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan
lain dengan tagihan non-akademik atau
akademik
3. Ada pengembangan berbagai strategi ✓
membaca
4. Kegiatan membaca buku non pelajaran ✓
yang terkait dengan mata pelajaran
dilakukan oleh murid dan guru,
perbedaannya ada tagihan akademik untuk
peserta didik
5. Ada kegiatan tindak lanjut dalam bentuk ✓
menghasilkan tanggapan secra lisan
maupun tulisan.(tagihan akademik)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata

pelajaran, misalnya dengan menggunakan
graphic organizers
7. Tagihan lisan dan tulisan digunakan
sebagai penilaian akademik

8. Peserta didik menggunakan lingkungan
fisik, social, afektif, dan akademik disertai

beragam bacaan yang kaya literasi diluar
buku mata pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran
9. Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil
membaca buku bacaan dan buku pelajaran

yang dinilai secara akademik dipajang di
kelas dan/atau koridor sekolah
10. Ada penghargaan terhadap pencapaian
peserta didik dalam kegiatan berliterasi,

yang dilihat dari tagihan akademik
11 Ada poster-poster kampanye membaca
untuk memperluas pemahaman dan tekat

warga sekolah untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat
12. Ada unjuk karya, yaitu hasil dari
kemampuan peserta didik dalam

berliterasi yang akan ditampilkan dalam
perayaan hari-hari tertentu yang
bertemakan literasi.
13. Perpustakaan
beragam buku bacaan
sekolah menyediakan ✓
14. Tim literasi sekolah bertugas melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen

program literasi sekolah
15. Sekolah berjejaring dengan pihak
eksternal untuk pengembangan program

literasi sekolah dan pengembangan
profesional warga sekolah tentang literasi

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ketercapaian

indikator pada tahap ini belum terlaksa secara keseluruhan, namun

sebagian sudah dilaksanakan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. pelaksanaan gerakan literasi sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan

pada umumnya sudah sesuai dengan isi buku panduan gerakan literasi

sekolah untuk tingkat SMA.

b. Dari hasil perhitungan ketercapaiaan setiap tahapan gerakan literasi

sekolah berdasarkan buku panduan gerakan literasi sekolah adalah

91,89% sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan gerakan literasi

sekolah di SMA Swasta Parulian 1 Medan pada umumnya sudah sesai

dengan buku panduan gerakan literasi sekolah.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian di Sekolah Menengah Atas Parulian 1 Medan

mengenai pelaksanaan program gerakan literasi sekolah, maka peneliti

memberikan saran untuk memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan

kualitas program GLS, diantaranya:

a. Melaksanakan berbagai strategi untuk melatih siswa memahami teks dalam

semua mata pelajaran. Misalnya dengan menggunakan graphic organizer

b. Menerapkan penagihan lisan dan tulisan untuk setiap kegiatan yang

dilakukan siswa selama mengikuti gerakan literasi sekolah untuk digunakan

sebagai penilaian akademik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Siswa diharapkan dapat membuat jurnal tanggapan pribadi dari hasil

membaca, dan jurnal tersebut dinilai secara akademik serta dipajang di

mading sekolah ataupun kelas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

American library association (ALA). (1989). Presidential committee on


information literacy:finalreport http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/actl
/publications/whitep apers/ presidential.cfm. diakses pada tanggal 5 april
2018.

Arikunto, Suharsimi, dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. (2004). Evaluasi Program
Pendidikan; Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.

KBBI. (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Kbbi.web.id. diakses pada 08
Maret 2018. Medan.

KemEndikbud. ( 2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat


jendera l Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Desain Induk Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Kemendikbud. (2016). Survey Internasional PIRLS. Diakses dari:


http://litbag.kemendikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. pada
tanggal 6 maret 2018.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: :LKiS Yogyakarta, hal


99.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang


Penumbuhan Budi Pekerti.

Redaktur, Media. (2015). Literasi Indonesia Sangat Rendah. Diakses dari:


http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm39840
literasi-indonesia-sangat-rendah. Pada tanggal 12 maret 2018

Shalfiah, Ramandita. (2017). Peran pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga


(PKK) dalam mendukung program-program pemerintahan kota bontang.
Diakses dari http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal /index.php/um/
article/view/92/78. Pada tanggal 5 april 2018.

Sinulingga, Sukaria. (2011). Metode Penelitian. Medan : USU Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sugianto, Eko. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan
Tesis. Yogyakarta: Suaka Media, hal.8

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung :


Alfabeta

UNESCO. (2003). The Proque Declaration. “ towards am information literate


society”. Diakses dari: www.unesco.com. Pada tanggal 12 maret 2018.

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada, hal 70.

Webster, Merriam. 2004. Merriam Webster’s Online Dictionary; United States of


America. Merriam Webster Incorporated.

Wulandari, Ranti. (2017). Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah


Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional. Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1
Pedoman Wawancara, Observasi dan Dokumentasi

1. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah SMA Swasta Parulian 1 Medan

A. Identitas Diri

1. Kode : I1

Jabatan : Kepala Sekolah

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?


2. Program apa saja yang menunjang Gerakan Literasi Sekolah?
3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan atas program yang telah ditetapkan?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan sosialisasi?
5. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah?
6. Bagaimana pendanaan yang digunakan untuk melaksanakan program
gerakan literasi sekolah tersebut?
7. Bagaimana alokasi waktu dalam melaksanakan program gerakan literasi
sekolah tersebut?
8. Bagimana komitmen dari setiap agen yang mengambil bagian dalam
pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?
9. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat agen dalam
melaksanakan program?
10. Bagaimana struktur birokrasi dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah
tersebut?
11. Bagaimana tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah?

2. Pedoman wawancara Guru bahasa Indonesia/ Tim literasi

A. Identitas Diri
Kode : I2
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia dan Tim Literasi

B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?
2. Program apa saja yang menunjang Gerakan Literasi Sekolah?
3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan atas program yang telah ditetapkan?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan sosialisasi?
5. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Bagaimana pendanaan yang digunakan untuk melaksanakan program
gerakan literasi sekolah tersebut?
7. Bagaimana alokasi waktu dalam melaksanakan program gerakan literasi
sekolah tersebut?
8. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat jika berkaitan
dengan sumber daya ?
9. Bagimana komitmen dari setiap agen yang mengambil bagian dalam
pelaksanaan gerakan literasi sekolah tersebut?
10. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat agen dalam
melaksanakan program?
11. Bagaimana struktur birokrasi dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah
tersebut?
12. Bagaimana tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah?

3. Pedoman Wawancara Pustakawan SMA Swasta Parulian 1 Medan


A. Identitas Diri
Kode : I3
Jabatan : Pegawai Perpustakaan
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?
2. Program apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk menunjang Gerakan
Literasi Sekolah?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
perpustakaan?
4. Apa saja jenis koleksi perpustakaan?
5. Fasilitas yang terdapat di perpustakaan

4. Pedoman Wawancara Siswa

A. Identitas Diri
Kode : I4 s/d I9
Status : siswa/i

B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?
2. Program apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk menunjang Gerakan
Literasi Sekolah?
3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah dalam memperkenalkan
gerakan literasi sekolah?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai membaca 15 menit setiap hari sebelum
mata pelajaran dimulai?
5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam mengikuti
gerakan membaca 15 menit setiap hari sebelum dimulai pelajaran?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Bagaimana cara anda memilih bahan bacaan, memahami dan meresensi
bacaan tersebut?
7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan gerakan literasi sekolah?

5. Pedoman dokumentasi

a. Pedoman studi dokumen

1. Profil SMAS Parulian 1 Medan

2. Visi dan misi SMAS Parulian 1 Medan

3. Peraturan sekolah

4. Dokumen jumlah siswa

5. Hasil karya siswa

NO Dokumen Ada/tidak ada Keterangan


1. Profil SMAS Parulian 1
Medan

2. Visi dan misi SMAS


Parulian 1 Medan

3. Peraturan sekolah

4. Dokumen jumlah siswa

5. Hasil karya siswa

6. Pedoman observasi

Observasi situasi sosial dan intraksi sosial yang menggambarkan

pelaksanaan program gerakan literasi sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
Transkrip Wawancara

1. Kode informan : I1

Jabatan : Kepala Sekolah

Hasil wawancara :

1. Kapan diselenggarakannya GLS di SMA PARULIAN 1 MEDAN ?


Jawaban : diselenggarakan dari tanggal 27 oktober 2016,
2. Ide untuk melaksanakan gerakan literasi sekolah
Jawaban : untuk melaksanakan gerakan GLS ada kerjasama dengan
USAID PERIORITAS salah satu lembaga pendidikan ….. Amerika,
jadi mereka memfasilitasi kegiatan dan rencana-rencana tersebut yang
diketuai oleh pak Agus Marwan. Jadi idenya dari situ dan melihat
perkembangan situasi kami merespon lalu membuat tim dan membuat
program, setelah itu kami mendeklarasikan sekolah Parulian sebagai
sekolah literasi pada tanggal 27 oktober 2016. Yg hadir pada saat itu
adalah bapak konsulat Amerika, anggota MPR, MPR-
RI(menyumbangkan buku), perwakilan dari perpustakaan provinsi, dinas
pendidikan provinsi, dan pencinta-pencinta literasi.
3. Bagaimana pandangan bapak mengenai GLS sehingga ada keinginan untuk
menggalakkannya di SMA Parulian 1 Medan?
Jawaban: karena latar belakang penelitian UNESCO yang mengatakan
bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya 1 yang memiliki minat baca, jadi
bayangkanlah itu hanya 1 per mil rakkyat Indonesia yang memiliki minat
baca mau jadi seperti apa Indonesia ini? Jadi berdasarkan itulah
membuktikan tingkat pendidikan kita rendah karena minat membacanya
pun hanya 1/mil dan juga menjadi dasar kami menggalakkan GLS di
SMA Parulian 1 Medan,
4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di SMAS Parulian 1 Medan?
• Hambatan menggalakkan GLS
Jawaban: pada awalnya sulit, tidak gampang untuk melaksanakannya.
Oleh karena itu dilakukan tahap pembiasaan terlebih dahulu 15 menit
setiap pagi, lalu dikembangkan. Untuk penguatannya diadakan seminar,
lomba menciptakan karya berupa cerpen, puisi dan pantun.
Siswa yang kurang minat baca dan juga siswa yang datang
terlambat ke sekolah. Bagi siswa yang kurang dalam minat baca atau
tidak semangat jadi untuk menumbuhkan semangat itu kita mebuat iyel-
iyel atau semacam jargon dengan tujuan menyemangati siswa. Contoh
yel-yel tersebut adalah ‘semangat pagi, pagi! Pagi! Pagi!’ , ‘Parulian!
Sekolah berkarakter, seolah literasi!, ‘salam literasi! Ayo membaca!

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Yes!, yes! Yes!’. Dan untuk yang terlambat datang ke sekolah maka
kami sudah menghindari hukuman fisik, tetapi kami membuat hukuman
agar mereka membuat satu karya seperti pantun minimal 1, membaca
buku dan meresume buku tersebut, dan itu menjadi syarat mereka untuk
masuk ke kelas.
Fasilitas kurang , seperti buku. Pada awalnya dulu kami
menyediakan buku untuk siswa, dan melakukan tes kejujuran dalam
peminjaman buku dan ternyata tidak berhasil karena banyak buku yang
dibawa pulang dan tidak dikembalikan lagi sehingga persediaan buku
semakin berkurang. Oleh karena itu, diwajibkan siswa untuk
mendonasikan buku 1 persemester.
Untuk siswa yang minat bacanya kurang, maka sekolah
mengupayakan untuk mengarahkan mereka untuk membaca lebih sering.
Sekolah juga mengupayakan diadakannya literasi alkitab, tujuannya
untuk menumbuhkan karakter siswa. Pengembangannya dari literasi
alkitab tersebut adalah siswa disuruh untuk membuat satu renungan.
Siswa yang kurang minat membaca, di dalam kelas pada saat
membaca dapat mengganggu konsentrasi siswa karena ribut atau
bercakap-cakap pada saat teman-temannya membaca.

• Faktor pendukung
Jawaban :s emua mendukung,dan efeknya sekolah kita semakin dikenal
karena diberitakan melalui media. Yang luar biasa media tersebut adalah
media elektronik. Seperti Jakarta Pos, Televisi, karena itu sekolah kita
semakin dipertimbangkan dan banyaklah manfaatnya bagi anak-anak.
Gls di Parulian didukung jga oleh organisasi USAID S, yaitu pasda
(fasilitator daerah), paling tidak 2x setahun kita panggil mereka untuk
melakukan workshop atau pelatihan.

5. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk menunjang GLS?


Jawaban: Hal tersebut diaadakan melalui diadakannya terlebih dahulu
workshop yang dilakukan oleh orang-orang professional dan jurnalistik.
Seperti pak Amal dan pak Arifin dari analisa. Seminar cinta literasi yang
dipandu oleh orang professional seperti pak Togu Simorangkir yaitu
seorang pegiat literasi di danau toba yang menciptakan kapal buku.
Kepala perpustakaan dan arsip provinsi, profesor ahli bahasa, forum
masyarakat literasi sumatera utara, tokoh-tokoh pegiat literasi, media
DAI TV, membuat video dan menerbitkan buku. Contoh petualangan
imaji yang berisi cerpen dan merupakan karya nyata siswa yang diseleksi
dan di edit oleh pak agus marwan.
Kunjungan ke perpustakaan yang dilakukan secara bergilir dan
bergantian antar kelas, mengadakan pestival literasi, membuat mading

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan jemuran literasi untuk menampilkan hasil karya siswa yang
sebelumnya diseleksi terlebih dahulu.

6. Bagaimana tanggapan bapak mengenai GLS di SMA Parulian?


Jawaban: ya setidaknya mereka sudah membiasakan diri untuk
membaca, minat membaca, minat berekspresi, berinovasi dan berani
mengungkapkan pendapat sendiri sehingga ada inovasi belajar. Sangat
besar manfaatnya.
7. Sosialisasi apa saja yang dilakukan sekolah kepada siswa mengenai
gerakan literasi sekolah?
Jawaban : menggunakan media sosial seperti FB “sekolah parulian”. jadi
kegiatan-kegiatan yang kita lakukan kita bagikan langsung ke FB
sehingga orang-orang dapat melihatnya. Mengingat FB sudah dapat
digunakan oleh semua kalangan masyarakat. Sehingga orang tau bahwa
sekolah kita merupakan sekolah literasi. Pengarahan langsung dengan
mengundang orang tertentu seperti forum pertemuan dengan orangtua,
sehingga orangtua pun tahu dan mengambil alih, contohnya melalui
anak-anaknya mendonasikan buku dan hasil karya anak-anak akan di
bagikan juga kepada orangtua dengan kata lain sebagai timbal balik
kepada orangtua.

8. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan mengenai hasil karya siswa?


Jawaban:
• pada saat ini sudah ada 1000 lebih pantun karya anak-anak jadi kami
mau menjilid dalam bentuk buku
• sebelumnya sudah diterbitkan buku kumpulan cerpen siswa yang
diberi judul petualangaan imaji.
• Memilih karya siswa yang akan ditampilkan di jemuran literasi
• Memilih karya siswa yang akan ditampilkan di mading sekolah dan
di dalam aula.
9. Siapa saja yang mengambil bagian dalam pelaksanaan GLS?
Jawaban: untuk melaksanaknnya ada kita buat tim nya, yaitu tim literasi.
• Tim yayasan : ketua nya bapak Postar manalu
• Di SMA : Ibu Sartika Silalahi
• Osis : seksi literasi
Dan semuanya membuat program. Contoh kegiatan yaitu pada tanggal 14
februari kemarin diadakan valentine day, jadi dibuat acara berbalas
pantun. Dan semuanya bekerjasama
10. Apa saja yang menjadi tugas tim literasi?
Jawaban: kalo ada even selain rutin, ada even tertentu untuk
pengembangan literasi seperti perlombaan seperti pestival literasi 1 dan
2, seminar tentang literasi. Jika pelaksanaannnya semua parulian maka
yang bekerja adalah tim yayasan. Tim sma akan menginfokan kegiatan
apa saja yang akan dilakukan, mempersiapkan dan mengkoordinir karya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang akan diperlombakan dan yang membuat karya adalah siswa. Dan
tugas mereka sesuai dengan program yang mereka rencanakan.

11. Bagaimana pendanaan GLS ?


Jawaban : dalam melaksanakan kegiatan jika dibutuhkan biaya aakan
diambil dari dana bos, selain itu apabila dibutuhkan untuk ngeprint
sesuatuu digunakan fasilitas sekolah.
12. Bagaimana pengalokasian waktu pelaksanaan gerakan literasi sekolah ?
Jawaban: dilakukan 15 menit setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai,
dan kunjungan perpustakaan secara bergilir yang dilakukan setiap kelas
13. Prestasi siswa dalam gls?
Jawaban: seperti mengikuti pestival literasi, jamboree literasi di Binjai
yang diberangkatkan adalah siswa SMP dan berhasil memperoleh juara 1
lomba cipta cerpen, sedangkan kegiatan disana ada juga debat literasi,
dan baca puisi.
Dan sudah tercipta mars literasi yang dihasilkan dari hasil karya guru dan
anak-anak
14. Bagaimana pengadaan bahan bacaan untuk menunjang Gerakan Literasi
Sekolah ?
Jawaban: Sumber buku, dari setiap siswa mendonasikan 1 buku tiap
semester, alumni mendonasikan 1 buku, membeli buku murah, dan
donasi dari luar, seperti kemaren kami menerima 1000 buku dilengkapi
dengan fasilitas membaca seperti rak, bangku dan meja. Dan timbal
baliknya tidak ada hanya sekedar membantu.
15. Komitmen tim literasi
Jawaban. Belum semua 100%, tapi saya yakin sedikit-sedikit pasti ada
lengket di otak dan paling tidak mereka ada yang diperoleh. Dalam
pengerjaan kadang ada cara main paksa juga untuk melakukan.
16. Bagaimana pelaksanaan tahapan GLS di SMAS Parulian 1 Medan?
Jawaban:pembiasaan : dilakukan membaca 15 menit sebelum mulai
pelajaran
Pengembangan : anak-anak disuruh untuk meresume buku dan membuat
kaya sendiri.
Pembelajaran: anak-anak akan disuruh untuk menanggungjawapi hasil
karya yang mereka buat sendiri dengan cara mempresentasikannya di
depan kelas dengan menggunakan alat peraga yang mereka buat sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Kode informan : I2

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia dan Tim Literasi

Hasil wawancara :

1. hal-hal apa saja yang anda ketahui seputar gerakan literasi sekolah?
Jawaban: oke. Gerakan literasi sekolah ini kan, program pemerintah di
bidang pendidikan khususnya di Kurikulum 2013. Karena sekolah sekolah
yang sudah melaksanakan GLS adalah sekolah yang sudah menerapkan
kurikulum 2013, jadi kayak sekolah kami lah yang sudah memakai kurikulum
2013. GLS ini merupakan suatu kebiasaan bagaimana cara siswa atau seluruh
anggota seperti guru-guru dan kepala sekolah itu harus dibiasakan untuk
membaca. Kenapa?, karena tingkat minat baca siswa dan juga masyarakat
rendah . GLS ini di canangkan untuk memotivasi seluruh warga sekolah
supaya suka membaca, bukan berarti membaca buku pelajaran saja tapi dari
sumber lain pun boleh. GLS ini adalah gerakan yang positif.

2. Bagaimana latar belakang penerapan GLS di SMA Swasta Parulian 1 Medan?


Jawaban: Pertama kesadaran, kami menyadari membaca itu banyak
manfaatnya bukan hanya ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari guru-guru
saja. Anak-anak kami biasakan untuk membaca melatih mereka untuk
menggali informasi. Kemampuan mereka dilatih melalui kegiatan membaca
15 menit. GLS disini di awali dari kesdaran diri sendiri dan dimotivasi oleh
program pemerintah. Karena kami melihat program pemerintah tersebut
adalah hal yang positif. Dan kami berharap GLS ini dapatmembawa pengaruh
yang baik.

3. Apa manfaat GLS bagi siswa dan guru?


Jawaban: sekarang sudah banyak karya anak-anak terkhusus kemarin
kami sudah membuat perlombaan yang berhubungan dengan literasi seperti
perlombaan menulis cerpen, puisi dan pantun yang merupakan murni karya
sendiri tanpa plagiat. Jadi untuk memastikan karya siswa itu bukan plagiat
kami selalu memeriksa karya yang mereka kumpulkan. Guru-guru juga
membuat kegiatan meresume buku. Dari GLS kami juga membuat inovasi
pembelajaran bagaimana seorang guru dapat mengajar sesuai konsep literasi.
Mungkin belum semua siswa yang mampu namun sudah ada sebagian yang
dapat membuat karya dan karya terbagus diberi penghargaan. Dan pada saat
ini kami sudah launching buku karya siswa yang berjudul “Petualang Imaji”
yang berisi kumpulan cerpen.

4. Apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan GLS ?


Jawaban: Anak-anak karena sudah terbiasa bersahabat dengan teknologi,
kami mengusahakan aga mereka tidak terlalu fokus ke HP sehingga kami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengadakan banyak buku. Karena mereka belum terbiasa membaca buku
dalam proses membiasakan mereka membaca harus didampingi oleh guru
yang masuk yang pada akhirnya mereka akan terbiasa dan tidak perlu diawasi
lagi. Guru-guru yang mendampingi tidak ada pelatihan khusus dalam hal
berliterasi namun hanya diarahkan bagaimana cara berliterasi dan seperti apa
tahap-tahap berliterasi. Setiap guru, siswa dan semua warga sekolah wajib
berliterasi. Hambatan lainya itu adalah kepercayaan diri anak yang tidak
terlalu percaya diri untuk menampilkan karya yang dibuatnya dan ini
merupakan tantangan bagi kami tim literasi.

5. Bagaimana tahapan pelaksanaan GLS di sekolah ini?


Jawaban: yang pertama tahap pembiasaan, sebelumnya dilakukan
terlebih dahulu pengadaan buku, lalu membiasakan anak-anak untuk terbiasa
membaca dan kami membuat itu 15 menit rutin setiap sebelum pembelajaran
dimulai. Setelah terbiasa kami tuntut untuk membuat karya yang disebut
sebagai tahapan penerapan literasinya, bukan hanya itu saja tapi ada
dilakukan literasi alkitab setiap hari sabtu saat dilakukan ibadah sekolah.
Dalam tahap pengembangan, apa yang mereka baca dituangkan Dalam suatu
tulisan. Setelah itu tahap pembelajaran yang ujungnya nati bisa kita terapkan
seperti kami guru ada sumber yang kami baca dapat kami terapkan dalam
proses mengajar.

6. Apa saja yang menjadi faktor Pendukung pelaksanaan GLS?


Jawaban: faktor pendukung otomatis buku itu harus lengkap, karena
anak-anak selama habis membaca buku pasti mau membaca buku yang lain.
Oleh karena itu fasilitas buku yang menjadi faktor utama. Yang kedua
perpustakaan namun sejauh ini keadaan perpustakaan kami masih seperti
itulah sehingga diadakan juga gerobak-gerobak buku setiap lorong kelas

7. Bagaimana susunan Tim literasi di SMA Swasta Parulian 1 Medan ?


Jawaban: kami ada tim perunit di Parulian saya adalah tim dari SMA
dan dibawah saya ada juga tim yaitu OSIS dan kami bekerja sama. Dibawah
OSIS ada juga tim perkelas, yang berfungsi mengkoordinir kegiatan literasi
dikelas. Setiap siswa yang membuat karya maka tim literasi perkelas yang
bertugas untuk mengumpulkan hasil karya siswa dan coordinator kelas
menyerahkan kepada OSIS untuk diperiksa dan diseleksi. Hasil karya siswa
yang lolos seleksi akan ditempelkan di madding dan di jemuran literasi. Hasil
karya tersebut ditempelkan secara bergilir dengan waktu yang ditentukan
yang biasanya perbulan. Yang menyeleksi karya siswa adalah OSIS dan yang
membuat konsepnya juga OSIS. Komitmen tim literasi yang terlihat sudah
mencapai 75%-80% karena memang harus betul-betul giat dan bekerja sama
dengan baik.

8. Bagaimana cara pengadaan buku untuk menunjang GLS?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jawaban: buku-buku ada yang dari hasil donasi pihak-pihak tertentu dari
unit, kepala sekolah dan siswa, karena sudah disepakati mereka membawa
buku dari rumah masing-masing satu. Selain siswa guru juga diwajibkan
untuk membawa buku masing-masing 5 Karena buku tersebut dari kita untuk
kita juga.

9. Kegiatan literasi di SMA Swasta Parulian 1 Medan


Jawaban: yang pertama pendeklarasian yang menyatakan bahwa sekolah
parulian merupakan sekolah literasi, diadakannya kegiatan festival literasi,
perlombaan yang berkaitan dengan literasi dan selebihnya di lakukan dalam
pembelajaran sehari-hari. Kami juga menghadiri undangan kegiatan literasi
seperti kegiatan memecahkan rekor MURI yang dilakukan oleh perpustakaan
daerah, Mengikuti lomba pantun, mengikuti acara jambore anak di binjai dan
pendanaanya itu dari sekolah.

10. Upaya yang dilakukan sekolah dalam menunjang penerapan GLS


Jawaban: setiap pagi siswa dibariskan dan diberi arahan untuk berliterasi
15 menit sebelum belajar bagi siswa yang terlambat diberi hukuman
membaca buku dan menuliskan kembali isi buku dan membuat karya seperti
puisi dan pantun. Hasil karya siswa tersebut akan dikumpulkan kedalam satu
dokumen. Upaya lainnya diadakan kunjungan perpustakaan perkelas dalam
waktu yang ditentukan.

3. Kode Informan : I3

Jabatan : Pegawai Perpustakaan

Hasil wawancara :

1. Bagaimana tanggapan anda mengenai adanya Gerakan Literasi Sekolah?


Jawaban: sebelumnya saya bukan pustakawan, saya adalah guru bahasa
Indonesia dulunya namun ditempatkan di perpustakaan. Menurut saya
setelah ada literasi ini anak-anak kami sudah ad timbul minat membacanya
sedikit, yang dulunya nol sekarang sudah ada 30% gitu dan siswa kami juga
sudah ada hasilnya. Hasilnya itu sebuah buku, judulnya Imaji. Isi buku
tersebut ditulis oleh beberapa siswa. Hal yang mendasari gerakan literasi
sekolah di SMA pertama ya dari yayasan terlebih dahulu. Yayasan melihat
anak-anak sekarang sudah ketergantungan dengan HP dan memang sudah
diarahkan pemerintah untuk melaksanakan gerakan literasi setelah itu pihak
yayasan memikirkan cara pembinaan siswa. Menurut saya pribadi gerakan
literasi sekolah itu bagus, contohnya saya sendiri lah ya saya itu kurang suka
membaca dari sekolah, dari tingkat SD sampai tamat saya tidak suka
membaca. Gerakan ini memaksa kita untuk membaca dan saya rasa anak-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


anak pun seperti itu. Jadi menurut saya gerakan ini adalah memaksa tapi
menghasilkan hasil yang baik.
2. Program apa saja yang dilakukan perpustakaan untuk menunjang Gerakan
Literasi Sekolah?
Jawaban: setiap minggu anak-anak bergantian membaca ke
perpustakaan, namun buku tidak saya kasih pinjam karena hilang. Anak-
anak yang mengeluh sakit di sekolah atau ada halangan tidak dapat
mengikuti pelajaran maka anak tersebut disuruh membaca di perpustakaan,
dan anak-anak bisa membaca ke perpustakaan pada saat jam istirahat.
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
perpustakaan?
Jawaban: faktor penghambatnya itu tadi saya tidak kasih anak-anak
meminjam buku karena hilang. Ketika mereka menghilangkan buku mereka
akan ketakutan dan tidak datang lagi ke perpustakaan, jadi anak-anak kalo
mau membaca ya datang ke perpustakaan dan dibaca disini. Selain itu dalam
kunjungan perpustakaan, karena kurangnya fasilitas maka sebagian anak-
anak saya suruh duduk dibawah atau di lantai dengan cara duduk lesehan.
Kondisi ruangan perpustakaan ini luasnya kira-kira 6x6 m namun
ruangannya merangkap juga sebagai ruang koperasi dan layanan internet.
Faktor pendukung yaitu dalam pengadaan buku kami tidak membei buku
karena sudah di berikan oleh yayasan dan selain itu kami juga menerima
sumbangan dari pihak lain.
4. Koleksi perpustakaan terdiri atas?
Jawaban; koleksi perpustakaan disini ya seperti buku pelajaran, buku
sejarah, Koran, eksiklopedia, buku fiksi.
5. Fasilitas perpustakaan terdiri atas?
Jawaban: buku 500 judul, meja 3, komputer 4 unit, kursi 15, AC 1, TV 1,
Kipas angin 2, lampu 3

4. Kode informan : I4
Status : siswa X_IA 1
Hasil wawancara :
1. Hal yg diketahui tentang literasi sekolah
Jawaban: menurut saya gerakan literasi merupakan kegiatan membaca
yang dilakukan setiap harinya 15 menit sebelum proses belajar mengajar
dimulai, dan gerakn literasi sekolah berfungsi untuk menunjukkan minat
dan karakter kita. Dan dari gerakan literasi tersebut kita dapat menciptakan
misalnya pantun, cerpen, puisi, dan lain-lain. Berkarakter menurut saya
adalah orang yang teladan.

2. Tanggapan diadakanya gerakan literasi sekolah di SMA Swasta Parulian 1


Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jawaban: kalau saya sangat senang adanya gerakan literasi karna setelah
saya memasuki sekolah ini minat membaca saya menjadi besar, dan
pengaruhnya bagi saya saya menjadi lebih disiplin dan menambah wawasan
serta kepercayaan diri.

3. Bagaimana upaya sekolah dalam hal menunjang gerakan literasi sekolah?


Jawaban: menurut saya di sekolah ini setiap siswa wajib memiliki satu
buku literasi. Dan disaat membaca ada juga guru yang mengawasi dan
menceritakan ulang apa yang dibacanya. Bagi siswa yang terlambat akan
dihukum yaitu dengan menyuruh mereka membaca buku dan menuliskan
kembali isi buku dan juga disuruh membuat pantun karya sendiri minimal 3.
Tujuannya yang pertama hasil karya siswa tersebut akan dikumpulkan dan
dibuat dalam satu dokumen. Dan tujuan untuk siswa yang dihukum untuk
menyadarkan mereka akan hal menghargai waktu dan lebih baik lagi
menggunakan waktunya.

4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam memperkenalkan GLS kepada


siswa di sekolah ini?
Jawaban: dari wejangan yang disampaikan guru, setiap baris setiap
paginya atau upacara

5. Apa yang menjadi faktor pendukung GLS?


Jawaban: setiap siswa wajib memiliki satu buku literasi. Selain itu
sekolah juga menyediakan buku literasi namun harus bergantian melakukan
kunjungan ke perpustakaan. Waktunya selama satu les dan itu dilakukan
sebulan sekali. Misalnya bulan ini yang mengunjungi perpustakaan adalah
kelas MIA 1, dan bulan depan MIA 2 begitu seterusnya.

6. Apa saja yang menjadi faktor penghambat GLS ?


Jawaban: hambatan yang saya alami adalah suasana rebut sehingga saya
tidak konsentrasi membaca buku.

7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan literasi sekolah?


Jawaban: tahapan pembiasaan yaitu membaca 15 menit, tahap
pengembangan dapat menciptakan karya sendiri seperti pantun puisi dan
cerpen dan meresume buku. Dalam tahap pembelajaran ketika disuruh
mengerjakan tugas kedepan sudah tidak grogi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Bagaimana cara anda memilih buku bacaan selama mengikuti kegiatan
GLS?
Jawaban: Saya memilih buku berdasrakan minat saya sendiri, biasanya
buku yang say abaca adalah buku yang berisi motivasi dan buku cerita

5. Kode informan : I5
Status : siswa X_IA2
Hasil wawancara :
1. Hal apa yang kamu diketahui tentang literasi sekolah?
Jawaban: Gerakan literasi sekolah merupakan kegiatan yang
menunjukan minat membaca dan hobby membaca, kegiatan tersebut
dilakukan 15 menit sebelum belajar dan buku yang dibaca adalah buku
diluar buku pelajaran. Dari gerakan literasi sekolah siswa terinspirasi
menciptakan karya sendiri. Menurut saya berkarakter sama seperti
kedisiplinan. Salah satu contohnya adalah seseorang yang berangkat
kesekolah tepat waktu dan mengikuti peraturan dia adalah siswa yang
berkarakter. Dan apabila dia datang kesekolah terlambat dia menunjukan
bahwa dia adalah siswa yang tidak berkarakter. Dan hal tersebut tidak hanya
merugikan diri sendiri melainkan juga membawa nama baik sekolah. Jadi
perbuatan seseorang itu akan mempengaruhi nama baik sekolah.

2. Bagaimana tanggapan kamu diadakanya gerakan literasi sekolah di SMA


Swasta Parulian 1 Medan?
Jawaban: pandangan saya terhadap gerakan literasi yang ada di Paruian 1
adalah, saya sangat senang dimana awalnya waktu SMP saja saya tidak
pernah membaca karna saya tidak suka membaca dan bahkan saya tidak bisa
membuat satu buah pantun pun. Tetapi sejak adanya gerakan literasi sekolah
di SMA Parulian 1 Medan saya terinspirasi dan semenjak saya suka
membaca dari situ saya terinspirasi bisa membuat karya sendiri contohnya
membuat pantun dan cerpen. Manfaat gerakan literasi sekolah bagi saya,
saya lebih berani maju kedepan dan berbicara didepan orang banyak.

3. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam hal menunjang gerakan literasi
sekolah di sekolah ini?
Jawaban: sekolah ini menekatkan seluruh siswa untuk berliterasi. Literasi
itukan membaca selama 15 menit dan membaca dalam hati kalau kita
membacanya terdengar sampai ke teman kita itu sudah mengganggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


konsentrasi dan kita akan dihukum. Yang kedua sekolah ini juga
menekankan setiap siswa memiliki buku literasi. Makanya kak sekolah ini
membuat gerobak baca dan ada juga perpustakaanya dan setiap siswa
diwajibkan untuk mengunjungi perpustakaan, bukan hanya perpustakaan
sekolah namun bisa juga perpustakaan daerah.

4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam memperkenalkan GLS?


Jawaban: pertama kali saya masuk sekolah ini saya tidak mengerti GLS
itu. Tapi kakak-kakak kelas mengunjungi adek-adek kelas yang baru dan
menjelaskan literasi itu apa, membaca 15 menit itu apa, dan juga mengajari
mengambil inspirasi dari buku yang dibaca.

5. Faktor pendukung GLS


Jawaban: setiap siswa wajib memiliki satu buku literasi. Selain itu
sekolah juga menyediakan buku literasi namun harus bergantian melakukan
kunjungan ke perpustakaan. Waktunya selama satu les dan itu dilakukan
sebulan sekali. Misalnya bulan ini yang mengunjungi perpustakaan adalah
kelas MIA 1, dan bulan depan MIA 2 begitu seterusnya.

6. Faktor penghambat GLS


Jawaban:kunjungan ke perpustakaanya harus mendaftar terlebih dahulu
menjadi anggota.

7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan literasi sekolah?


Jawaban: membaca 15 menit sebelum belajar , minimal buku yang
dibaca per minggu 4 buku dan dalam sebulan harus dapat menciptakan
beberapa pantun hasil karya sendiri. Dalam tahap pembelajaran gerakan
literasi sekolah dapat menjadikan siswa terutama saya semakin berani untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.

8. Bagaimana cara kamu memilih buku bacaan selama mengikuti kegiatan


GLS?
Jawaban: Kalau saya memilih buku bacaan yang menurut saya menarik
untuk dibaca, seperti novel dan saya juga membaca buku yang berkaitan
dengan pelajaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Kode informan : I6
Status : siswa X_IS
Hasil wawancaara :
1. Hal apa yang kamu diketahui tentang literasi sekolah?
Jawaban: Menunjukkan karakter siswa yang baik menumbuhkan rasa
ingin membaca dalam diri kita karena pada zaman sekarang banyak
orangyang tidak suka membaca buku padahal sebenarnya buku itu jendela
dunia. GLS di Parulian 1 digalakkan mulai tahun 2016. Hal lain yang
dilakukan dalam GLS adalah menciptakan karya sendiri seperti puisi, pantun
dengan bahasa yang sederhana tapi dengan konten literasi dan membuat
cerpen.
2. Bagaimana tanggapan kamu mengenai diadakanya gerakan literasi sekolah
di SMA Swasta Parulian 1 Medan?
Jawaban: Menjadikan kita pintar contohnya seperti aku yang suka
membaca buku tentang editing dari isi buku yang aku baca aku dapat
memahami bagaimana caranya mengedit video mengupload ke youtube yang
mungkin pada suatu saat aku dapat menjadi terkenal. Menumbuhkan rasa
kepercayaan diri karena kalau kita sudah membaca buku dan kita sudah tau
isinya maka kita akan percaya diri menyarankan buku tersebut kepada
kawan-kawan dan menceritakan isinya.
3. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam hal menunjang gerakan literasi
sekolah?
Jawaban: Upaya yang dilakukan guru menanggulangi kekurangan buku
maka siswa yang tidak memiliki buku literasi diarahkan untuk membaca
buku pelajaran. Pihak sekolah juga menyediakan buku-buku yang disimpan
dalam rak sepanjang koridor sekolah namun buku-buku tersebut dapat
digunakan dengan waku tertentu karena pihak sekolah takut buku-buku
tersebut hilang.
4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam memperkenalkan GLS?
Jawaban: Sebenernya melalui guru-guru dan kepala sekolah. Mereka
merangkul dan menasehati kami bahwa literasi itu bagus dan kita dapat
memperoleh banyak ilmu dari situ. Dalam beberapa bulan sekali kita diberi
kesempatan untuk mengunjungi perpustakaan abergilir perkelas. Selain itu
dimanfaatkan juga media sosial contohnya Facebook disitu diinfokan bahwa
literasi itu penting dan hasil karya siswa juga di post sehingga banyak orang
dapat melihatnya.
5. Faktor pendukung GLS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jawaban: Kunjungan ke perpustakaan yang dijadwalkan perkelas yang
dimulai dari kelas tertinggi misalnya dari kelas XII, XI baru X. kunjungan
perpustakaan tersebut dilakukan seminggu sekali.
6. Faktor penghambat GLS
Jawaban: Kalau misalnya dikelas-kelas hambatanya yang pertama
kurangnya buku sehingga tidak semua siswa memiliki buku, jadi siswa yang
tidak memiliki buku itu ribut dan bahkan sebagian mengganggu teman-
teman yang lain.
7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan literasi sekolah?

Jawaban: Selain membaca 15 menit ada kalanya seorang guru


mengambil waktu biasanya itu guru olahraga pada les pertama kami disuruh
kedepan kelas untuk menceritakan kembali apa isi buku yang kami baca
tanpa melihat buku lagi. Selain itu ada juga kegiatan meresume buku. Dalam
tahap pembiasaaan kami membaca 15 menit. Tahap pengembangan
membuat karya sendiri seperti cerpen atau pantun. Dan dalam tahap
pembelajaran mungkin akan di ajari oleh guru-guru untuk membuat cerita.
8. Bagaimana cara kamu memilih buku bacaan selama mengikuti kegiatan
GLS?
Jawaban: Kami memilih buku berdasarkan minat masing-masing dan
kalau saya pribadi melihat buku berdasarkan isi cerita dari synopsis buku
yang ada di halaman belakang dan juga judul buku yang sering saya baca
adalah komik. Dalam seminggu saya dapat membaca 7 komik. Karena
setelah saya membaca disekolah saya melanjutkan membaca di rumah.

` 7. Kode informan : I7
Status : siswa XI_IA 1
Hasil wawancara :
1. Hal apa saja yang kamu ketahui tentang literasi sekolah?
Jawaban: Gerakan literasi sekolah diantaranya membaca selama 15
menit, menciptakan puisi, pantun dan cerpen.
2. Bagaimana tanggapan kamu mengenai diadakanya gerakan literasi sekolah
di SMA Swasta Parulian 1 Medan?
Jawaban: Menjadikan kita lebih kreatif sehingga kita dapat membuat
kreasi sendiri seperti puisi, cerpen dan pantun. Di waktu luang kita dapat
memanfaatkan waktu untuk berliterasi seperti membaca dan membuat karya
sendiri. Gerakan literasi sekolah juga dapat dimanfaatkan bersama teman-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


teman untuk menciptakan sebuah karya. GLS juga dapat membantu kita
untuk lebih percaya diri mengungkapkan pendapat kepada orang lain.
3. Upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam hal menunjang gerakan
literasi sekolah?
Jawaban: Dalam gerakan literasi sekolah sering terjadai kekurangan buku
sehingga pihak sekolah mewajibkan setiap siswa memiliki buku yang
dibawa dari rumah
4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam memperkenalkan GLS?
Jawaban: Disampaikan melalui OSIS yang menyampaikan kepada siswa
5. Faktor pendukung GLS
Jawaban: Kunjungan ke perpustakaan yang dijadwalkan perkelas yang
dimulai dari kelas tertinggi misalnya dari kelas XII, XI baru X.
6. Faktor penghambat GLS
Jawaban: Sebagian siswa tidak memiliki buku sehingga menciptakan
kebisingan dan mengganggu konsentrasi siswa yang sedang membaca
namun ada pula siswa yang memiliki buku namun tidak mau membaca
malah bermain-main.
7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan literasi sekolah?
Jawaban: Dalam tahap pembiasaaan kami membaca 15 menit. Tahap
pengembangan membuat karya sendiri seperti cerpen atau pantun. Dan
dalam tahap pembelajaran kita dapat mengambil makna dari buku yang kita
baca. Dan kita semakin berani untuk tampil kedepan kelas untuk
menceritakan kembali buuku yang kita baca.
8. Bagaimana cara kamu memilih buku bacaan selama mengikuti kegiatan
GLS?
Jawaban: Kami memilih buku berdasarkan minat masing-masing dan
kalau saya pribadi melihat buku berdasarkan isi cerita dari synopsis buku
yang ada di halaman belakang dan juga judul buku yang sering saya baca
adalah komik dan novel.

8. Kode informan : I8
Status : siswa XI-IA 2
Hasil wawancara :
1. Hal apa yang kamu ketahui tentang literasi sekolah?
Jawaban: Gerakan literasi sekolah diantaranya membaca selama 15 menit,
menciptakan puisi, pantun dan cerpen. Menunjukkan karakter siswa yang
baik, terus mempunyai jati diri. Menumbuhkan rasa ingin membaca ada,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karena dalam diri kita lebih sering melihat sosmed daripada buku padahal
buku adalah jendela dunia.

2. Bagaimana tanggapan kamu mengenai diadakanya


gerakan literasi sekolah di SMA Swasta Parulian 1
Medan?
Jawaban: Menjadikan kita lebih kreatif sehingga kita dapat membuat
kreasi sendiri seperti puisi, cerpen dan pantun. Di waktu luang kita dapat
memanfaatkan waktu untuk berliterasi seperti membaca dan membuat karya
sendiri. Gerakan literasi sekolah juga dapat dimanfaatkan bersama teman-
teman untuk menciptakan sebuah karya

3. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam hal


menunjang gerakan literasi sekolah?
Jawaban: kurang buku untuk dibaca maka pihak sekolah menyarankan
siswa membawa buku masing-masing ke sekolah.

4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam


memperkenalkan GLS?
Jawaban: sebenarnya sih melalui guru-guru, terus kepala sekolah juga
merangkul dan memotivasi kami bahwa berliterasi itu bagus. lainSelain itu
dimanfaatkan juga sosial media untuk mempublikasikan karya-karya siswa
kepada orang
Dari guru, kepala sekolah dan disampaikan melalui OSIS
5. Faktor pendukung GLS
Jawaban: Kunjungan ke perpustakaan yang dijadwalkan perkelas yang
dimulai dari kelas tertinggi misalnya dari kelas XII, XI baru X.
6. Faktor penghambat GLS
Jawaban: Teman-teman yang tidak punya buku, mereka ribut jadi
mengganggu konsentrasi yang lain.
7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan
literasi sekolah?
Jawaban: Dalam tahap pembiasaaan kami membaca 15 menit. Tahap
pengembangan membuat karya sendiri seperti cerpen atau pantun. Dan
dalam tahap pembelajaran kita dapat mengambil makna dari buku yang kita
baca. Dan kita semakin berani untuk tampil kedepan kelas untuk
menceritakan kembali buuku yang kita baca.
8. Bagaimana cara kamu memilih buku bacaan selama
mengikuti kegiatan GLS ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jawaban: Kami memilih buku berdasarkan minat masing-masing dan
kalau saya pribadi melihat buku berdasarkan isi cerita dari synopsis buku
yang ada di halaman belakang dan juga judul buku yang sering saya baca
adalah komik dan novel.

9. Kode informan : I9
Status : siswa X-IS
Hasil wawancara :
1. Hal apa yang kamu ketahui tentang literasi sekolah?
Jawaban: Gerakan literasi sekolah diantaranya membaca selama 15 menit,
menciptakan puisi, pantun dan cerpen.
2. Bagaimana tanggapan kamu mengenai diadakanya gerakan literasi sekolah
di SMA Swasta Parulian 1 Medan?
Jawaban: kita dapat membuat kreasi sendiri seperti puisi, cerpen dan
pantun. Di waktu luang kita dapat memanfaatkan waktu untuk berliterasi
seperti membaca dan membuat karya sendiri. Gerakan literasi sekolah juga
dapat dimanfaatkan bersama teman-teman untuk menciptakan sebuah
karya.
3. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam hal menunjang gerakan literasi
sekolah?
Jawaban: kurang buku untuk dibaca maka pihak sekolah menyarankan
siswa membawa buku masing-masing ke sekolah.

4. Bagaimana sosialisasi pihak sekolah dalam memperkenalkan GLS?


Jawaban: Dari guru, kepala sekolah dan disampaikan melalui OSIS
5. Faktor pendukung GLS
Jawaban: Kunjungan ke perpustakaan yang dijadwalkan perkelas yang
dimulai dari kelas tertinggi misalnya dari kelas XII, XI baru X.
6. Faktor penghambat GLS
Jawaban: Teman-teman yang tidak punya buku, mereka ribut jadi
mengganggu konsentrasi yang lain.
7. Apa yang anda pahami mengenai tahapan gerakan literasi sekolah?
Jawaban: Dalam tahap pembiasaaan kami membaca 15 menit. Tahap
pengembangan membuat karya sendiri seperti cerpen atau pantun. Dan
dalam tahap pembelajaran kita dapat mengambil makna dari buku yang
kita baca.

8. Bagaimana cara kamu memilih buku bacaan selama mengikuti kegiatan


GLS ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jawaban: aku berdasarkan ceritanya, kalo aku suka membaca komik.
Satu minggu aku dapat membaca 7 buku, kalo nggak ada kegiatan
disekolah membacanya dilanjutkan karna kalo 15 menit tidak cukup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai