Anda di halaman 1dari 21

BUDAYA LITERASI SISWA SD NEGERI 1 SANGKAWANA

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

OLEH:
ZUYYINA KHAERAWATI
NIM.E1E019345

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih atas segala
limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulisan proposal
penelitian dengan judul “Budaya Literasi Siswa SD Negeri 1 Sangkawana” dapat
diselesaikan.

Selama penulisan proposal penelitian ini, tentunya banyak pihak yang


telah memberikan bantuan dan dukungan, oleh karena itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Anindita Suliva Hangesti M.K., M.Pd., selaku dosen pengampu, yang
senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, saran, ilmu dan
pengarahan dalam menyelesaikan penulisan proposal penelitian.
2. Ibu Ida Ermiana, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Mataram yang telah memberikan pelayanan
yang baik selama menyelesaikan penulisan proposal penelitian.
3. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas keterlibatan
baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan
proposal penelitian.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah pada karya sederhana ini.
Penulis berharap semoga karya ini dapat memberi manfaat. Aamiin.

Mataram, 4 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
1.5 Lingkup Penelitian....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ............................................................................ 4

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 7
3.2 Subjek dan Waktu Penelitian ....................................................... 11
3.3 Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 11
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 13
3.5 Teknik Pengumpulan dan Sumber Data ....................................... 13
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Membaca merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Semua
proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Di Indonesia,
rendahnya literasi membaca menyebabkan Sumber Daya Manusia tidak
kompetitif sebagai akibat lemahnya kemampuan budaya membaca. Menurut
survei tentang literasi yang dilakukan Central Connecticut State University
pada tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, misalnya,
menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan, yaitu urutan
ke-60 dari 61 negara. (Kemdikbud, 2017)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) terus
menggenjot budaya membaca untuk masyarakat Indonesia khususnya bagi
peserta didik. Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah melalui
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti luhur kepada peserta didik
dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan
upaya menyeluruh yang melibatkan seluruh warga sekolah (guru, peserta
didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian ekosistem
pendidikan. Menurut Abidin (2017: 279) Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif dari berbagai elemen.
Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca
pada peserta didik.
Pemerintah mengupayakan untuk menanamkan budaya gemar
membaca untuk masyarakat, lebih-lebihnya generasi muda, melalui
pembuatan perpustakaan keliling atau taman bacaan. Di dalam kurikulum
2013 sudah ditetapkan sebelum memulai pembelajaran, siswa sekolah dasar
diwajibkan untuk membaca selama 15 menit diawal pertemuan guna untuk
menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini.
Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam pelaksanan suatu
program seperti yang telah dilakukan sebelumnya dalam mengembangkan

1
budaya membaca di sekolah. Budaya membaca di sekolah sangatlah
diperlukan, selain untuk meningkatkan mutu pembelajaran, juga dapat
mengembangkan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna, bermutu dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pihak sekolah perlu memfasilitasinya salah satunya dengan cara membuat
perpustakaan sekolah.
Di SD Negeri 1 Sangkawana sudah disediakan perpustakaan sekolah
yang lengkap dengan berbagai judul buku bacaan, namun keberadaannya
belum bisa dioptimalkan oleh siswa. Ada siswa yang lebih memilih bermain
bola, ada siswa yang masih kurang pandai membaca. Padahal dengan adanya
perpustakaan diharapkan dapat menumbuhkenalkan budaya membaca. Peran
dari pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru, sangat diperlukan sebagai
pembimbing siswa di perpustakaan untuk lebih mengetahui dan memahami
pentingnya membaca. Berdasarkan pernyataan diatas maka peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam mengenai “Budaya Literasi Siswa Kelas IV SD
Negeri 1 Sangkawana”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini:
1. Bagaimana kondisi penerapan budaya literasi siswa SD Negeri 1
Sangkawana?
2. Bagaimana upaya dari pihak sekolah untuk menumbuhkenalkan budaya
literasi siswa SD Negeri 1 Sangkawana?
3. Bagaimana peran budaya literasi di SD Negeri 1 Sangkawana?
4. Apa saja faktor-faktor penghambat sekolah dalam menanamkan budaya
literasi di SD Negeri 1 Sangkawana?
5. Bagaimana solusi dari hambatan dalam menanamkan budaya literasi di
SD Negeri 1 Sangkawana?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi penerapan budaya literasi siswa SD Negeri 1
Sangkawana

2
2. Mendiskripsikan upaya dari pihak sekolah untuk menumbuhkenalkan
budaya literasi siswa SD Negeri 1 Sangkawana.
3. Mendiskripsikan peran budaya literasi di SD Negeri 1 Sangkawana.
4. Mendiskripsikan faktor-faktor penghambat sekolah dalam menanamkan
budaya literasi di SD Negeri 1 Sangkawana.
5. Mendiskripsikan solusi dari hambatan dalam menanamkan budaya literasi
di SD Negeri 1 Sangkawana.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, bermanfaat untuk sarana menambah ilmu
pengetahuan bagi peneliti terkait pentingnya menanamkan budaya literasi
untuk meningkatkan minat baca siswa SD Negeri 1 Sangkawana.
Bagi Kepala sekolah dan Guru diharapkan dapat dijadikan rekomendasi
atau masukan dalam menumbuhkenalkan budaya membaca pada peserta
didik. Dapat dijadikan referensi untuk mengajarkan peserta didik agar
memiliki budaya membaca yang tinggi.
Bagi Mahasiswa diharapkan hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk
memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang memiliki minat membaca
yang tinggi. Hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai motivasi bagi
mahasiswa untuk menerapkan program minat baca di sekolah
Bagi Peneliti dapat diterapkan teori-teori yang telah diperoleh selama
perkuliahan serta dapat menambah pengalaman dan pengetahuan selama
penelitian.
1.5 Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini mencakup budaya literasi, kondisi penerapan
budaya literasi siswa SD Negeri 1 Sangkawana, upaya dari pihak sekolah
untuk menumbuhkenalkan budaya literasi, peran budaya literasi di SD Negeri
1 Sangkawana, faktor-faktor penghambat sekolah dalam menanamkan budaya
literasi, serta solusi dari hambatan dalam menanamkan budaya literasi di SD
Negeri 1 Sangkawana.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


a. Definisi budaya literasi
Menurut Dewi Utama ( 2016 : 02 ) Literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan mengakses, memahami, dan mengunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis atau berbicara. Sedangkan menurut A.Chaedar (2012
: 160 ) secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah
kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan dalam arti luas kita
mengenalnya dengan melek aksara atau huruf sehingga keberaksaraan
bukan lagi bermaknaan tunggal, melainkan menggandung beberapa arti.
Ada macam-macam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi
komputer, literasi virtual, literasi matematikan dan sebagainya.
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya
literasi disekolah dapat diartikan sebagai aktivitas literasi antara lain
dengan adanya berbagai aktifitas yang sudah diterapkan disekolah
diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat
meningkatkan empat aspek kemampuan berbahasa siswa (membaca,
menulis, menyimak, dan berbicara).
b. Literasi membaca
Membaca adalah salah satu dari keempat keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak, membaca,
berbicara, menulis. Menurut Hendry Guntur (2008 : 07) membaca
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca
untuk memperoleh pesan yang gak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Dengan membaca, dapat peroleh
informasi dari apa yang dibaca, bertambahnya ilmu pengetahuan, serta
meningkatkan keterampilan berbahasa yang lain.
Sedangkan menurut Mushthafa (2013: 136) tradisi membaca bukan
sekedar pintu masuk untuk memperlebat wawasan atau meningkatkan

4
penguasaan materi keilmuan tertentu tradisi membaca juga menjadi
langkah awal untuk membangun tradisi keilmuan untuk mengembangkan
semangat dalam meneliti, menelaan, dan berfikir secara cermat
menghadapi suatu masalah. Pada prinsipnya membaca dapat
dikategorikan kedalam bebarapa jenis yaitu, membaca nyaring, membaca
dalam hati, membacaa telaah isi, membacaa telaah bahasa, membaca
survei, membaca skimming, membaca intesif.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
membaca kita dapat memperoleh informasi baik melalui buku non
pelajaran maupun buku pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam membaca dan dapat bertambahnya ilmu dengan
diterapkan budaya literasi disekolah sudah dapat meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan membaca siswa dengan
menyediakan buku bacaan siswa yang sesu ai dengan kelas rendah dan
kelas tinggi.
c. Literasi Di kelas SD
Menurut Najip Sulhan (2011: 70) Literasi membaca pada siswa
kelas 4 SD tidak bisa disamakan dengan siswa-siswi yang berada di kelas
tinggi. Di kelas 5 tidak semua jenis bacaan di terapkan karena mengingat
kondisi psikologi perkembangan bahasa siswa. Literasi membaca di kelas
4 umumnya hanya mencakup membaca nyaring dan membaca dalam
hati. Pada kegiatan membaca nyaring, ada sejumlah keterampilan yang
dituntut sesuai jenjang kelasnya, membaca dengan penuh perasaan dan
berekspresi.
Sedangkan menurut Anwar Efendi (2008: 342) dalam menerapkan
literasi guru harus memahami komunikasi dua arah, sebab dalam
membaca nyaring siswa harus menyuarakan tulisan yang dibacanya
dengan ucapan dan intonasi yang cepat agar pendengar dan pembaca
dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis selain itu,
tujuan yang ingin dicapai untuk menemukan fakta atau kebenaran yang
dilakukan oleh para tokoh, untuk mengetahui suatu masalah, untuk
mengetahui suatu cerita, untuk mengetahui bagaimana suatu penulisan

5
yang harus dibuat, untuk menambah pengalaman, keyakinan, sikap serta
untuk memperluas wawasan.
Dari berbagai pendapat diatas dapat di ketahui bahwa setiap
sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai karena setiap siswa
memiliki psikologi yang berbeda. Dalam diterapkan budaya literasi guru
sebaiknya menyesuaikan kemampuan membaca siswa dengan
memberikan buku bacaan yang sesuai dengan kemampuan dan
pemahaman yang dimiliki tergantung kelasnya, seperti memberikan buku
non pelajaran dan buku pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang
diterapkan dikelas. Karna setiap bacaan yang diterapkan di kelas rendah
dan kelas tinggi berbeda.

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif yang didasarkan pada dua alasan. Pertama,
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang budaya
literasi yang membutuhkan sejumlah data lapangan yang aktual. Kedua,
karena didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah
data dari subjek penelitiannya yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan penulis
yaitu dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Creswell (2010: 4), penelitian kualitatif yaitu:
“Metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang-oleh sejumlah individu atau sekelompok orang-dianggap berasal
dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan
upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari data
pertisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang
khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir
untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.
Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan
cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna
individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan”.
Sejalan dengan penjelasan tersebut, Sugiyono (2010:1) juga
menjelaskan bahwa:
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

7
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.
Mengenai pendefinisian penelitian kualitatif, Nasution (2003: 5)
mendefinisikan “pendekatan kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya".
Peneliti menganalisis katakata, melaporkan pandangan-pandangan yang
dikumpulkan dari para informan secara rinci dan melakukan penelitian
dalam situasi alamiah.
Menilik pendapat lain yang senada yaitu menurut Bogdan (1992)
“pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian bidang sosial, budaya
dan filsafat yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau
catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian”.
Sebagaimana Moleong (2006: 3) mengatakan “penelitian kualitatif
berarti prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”.
Penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi penelitian dengan
cara menyelidiki masalah sosial atau kemanusiaan.
Dari pendapat beberapa ahli diatas maka dapat kita pahami bahwa
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang proses penelitiannya
berjalan secara ilmiah, berpacu pada pengamatan kenyataan yang ada di
lapangan. Penelitian dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data-
data di lapangan kemudian dianalisis secara induktif yang dimana
pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang
telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan.
Pendekatan kualitatif menurut Sujana, N. (1991) dan Faisal, S.
(1982) “bersifat menggambarkan, memaparkan atau mendeskripsikan
suatu peristiwa, gejala atau keadaan tertentu”. Pemaparan atau deskripsi
tersebut sudah barang tentu merujuk pada data-data hasil penelitian yang
direlevansikan dengan kajiankajian teoritis untuk memperkuat dan
mempertajam deskripsi tersebut.

8
Peneliti berusaha untuk memecahkan dan menulusuri
permasalahan mengenai budaya literasi di Sekolah Dasar secara
mendalam. Peneliti dapat lebih leluasa memahami konteks budaya
literasi apabila menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Jenis penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi.
Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan
mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan
berdasarkan penelitian lapangan yang intensif. Tujuan penelitian
etnografi adalah untuk memberi suatu gambaran holistik subyek
penelitian dengan penekanan pada pemotretan pengalaman sehari-hari
individu dengan mengamati dan mewawancarai mereka dan orang lain
yang berhubungan (Ramdiani, 2014).
Secara harfiah etnografi berarti “menulis mengenai sekelompok
orang”. Menurut Creswell (2012: 473) “desain etnografi merupakan
prosedur penelitian kualitatif untuk menggambarkan dan menganalisis
berbagai kelompok budaya yang menafsirkan pola perilaku, keyakinan
dan bahasa yang berkembang dan digunakan oleh suatu kelompok
masyarakat dari waktu ke waktu”.
Dilihat dari asal katanya istilah etnografi berasal dari kata “ethno”
(bangsa) dan “graphy” (menguraikan), jadi etnografi bertujuan
menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek
budaya, baik yang bersifat material seperti artefak budaya (alat-alat,
pakaian, bangunan, dan sebagainya) dan yang bersifat abstrak, seperti
pengalaman, kepercayaan, norma dan sistem nilai kelompok yang diteliti.
Berangkat dari istilah dan penjelasan ini, maka dapat diartikan bahwa
etnografi merupakan suatu metode yang menjelaskan, menggambarkan,
mengidentifikasi berbagai karakteristik manusia (bangsa) dari hal yang
sifatnya umum sampai hal-hal yang sifatnya khusus (Ramdiani, 2014).
Menurut Ramdiani (2014) Penelitian etnografi termasuk bahasa,
ritual, struktur ekonomi dan politik, tahap kehidupan, interaksi dan gaya
komunikasi. Untuk memahami pola etnografis suatu kelompok,

9
etnografer biasanya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk
melakukan wawancara, mengamati, dan mengumpulkan dokumen
tentang kelompok tersebut untuk memahami budaya mereka termasuk
berbagai perilaku, keyakinan dan bahasa yang digunakan oleh kelompok
tersebut.
Menurut Creswell (2012: 473) “untuk dapat memahami pola
kebudayaan (culturstering) suatu kelompok, etnografer biasanya
menghabiskan waktu yang lama, baik untuk wawancara, observasi
maupun dalam mengumpulkan dokumendokumen pendukung
penelitian”. Di satu sisi, penelitian etnografi sebagai bagian dari
pendekatan kualitatif sulit untuk di dicapai, karena membutuhkan waktu
yang lama, akan tetapi disisi lain waktu yang lama tersebut justru dapat
lebih meyakinkan kita terhadap hasil penelitian sebelum menentukan
kesimpulan.
Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup
panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut
peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti
mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi
dalam kelompok, karena pada dasarnya etnografi merupakan kegiatan
peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama
melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi karena peneliti
melakukan penelitian budaya yaitu budaya literasi siswa SD Negeri 1
Sangkawana yang ada di Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok
Tengah yaitu mengenai minat siswa terhadap literasi, cara meningkatkan
budaya literasi, peran budaya literasi di sekolah, serta hambatan dan
solusi dalam meningkatkan budaya literasi di sekolah.

10
3.2 Subjek dan Waktu Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1
Sangkawana. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2021.
3.3 Tahap-tahap Penelitian
Penelitian akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan seperti yang
diharapkan jika penelitian itu dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah
yang telah direncanakan. Oleh karenanya, agar penelitian yang peneliti
laksanakan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal,
maka dalam melakukan penelitian ini disusun langkah-langkah penelitian
secara sistematis sebagai berikut:
1. Menetukan fokus penelitian
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti pertama kali adalah
menemukan dan memilih masalah yang ingin dikaji. Kemudian
menentukan judul dan memilih lokasi penelitian untuk mendapatkan
fokus penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan judul oleh
pembimbing, kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan untuk
mendapatkan gambaran awal dan mengetahui kondisi budaya literasi di
sekolah tersebut. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data budaya literasi
sehingga bisa menentukan fokus penelitian.
2. Merumuskan pertanyaan
Sebelum merumuskan pertanyaan, terlebih dahulu peneliti
menentukan dan menghubungi responden yang akan diwawancara,
pertanyaan yang akan diajukan berfokus pada lingkup penelitian
3. Mengumpulkan data
Dalam hal ini peneliti menggabungkan semua data yang diperlukan
terhadap berbagai jenis data dan bentuk di lapangan secara objektif dan
apa adanya sesuai hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data wawancara, data observasi
serta data dokumentasi mengenai kondisi penerapan budaya literasi,
faktor penghambat serta solusi implementasi budaya literasi siswa di SD
Negeri 1 Sangkawana.
4. Membuat catatan

11
Setelah dilakukannya proses pengumpulan data selanjutnya dari
data yang diperoleh peneliti mencatat hasil data tersebut agar mudah
dianalisis. Peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, serta
dokumentasi, dari ketiga teknik tersebut pada tahap ini peneliti membuat
catatan selengkap mungkin mengenai data yang diperoleh
5. Menganalisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 16).
a. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting dicari temanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
kembali apabila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalah penyajian
data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan adanya penyajian data tersebut maka
akan dapat dilihat pola hubungannya sehingga mudah dipahami.
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data secara deskriptif baik
dalam bentuk teks maupun gambar-gambar untuk melengkapi hasil
sajian data. Dengan demikian hasil sajian dapat mudah dipahami.
c. Verifikasi data
Setelah penyajian data, maka langkah terakhir adalah verifikasi
data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan
masalah pokok penelitian, selanjutnya data dianalisa dan diperiksa
keabsahannya

12
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terjun ke
lapangan untuk mencari informasi melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Peneliti yang mengumpulkan data dan menginterpretasikan data
dengan dibimbing oleh pedoman wawancara, pedoman observasi, format
pustaka dan format dokumen Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan antar orang per orang, artinya selama proses penelitian akan lebih
banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian
yaitu di SD Negeri 1 Sangkawana.
Sejalan dengan hal tersebut menurut pendapat Nasution (2003: 55-56)
tentang instrumen penelitian kualitatif yaitu bahwa “dalam penelitian
kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama”. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum
mempunyai bentuk yang pasti. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang tidak pasti dan tidak jelas itu
maka tidak ada pilihan lain selain peneliti itu sendiri yang dapat
menghadapinya. Selanjutnya menurut Creswell (2010: 264) bahwa “peneliti
terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para
partisipan”.

3.5 Teknik Pengumpulan dan Sumber Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data
dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut
pendapat Lincoln dan Denzin (2009: 495) bahwa “teknik pengumpulan
data pada penelitian kualitatif adalah teknik observasi partisipatif,
wawancara, dan dokumentasi. Ketiga teknik ini diharapkan bisa saling
melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.
a) Observasi Partisipatif
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Sejalan dengan hal tersebut Arikunto (2002: 234) menyatakan

13
bahwa “observasi adalah pengamatan secara langsung”.
Sedangkan menurut Hadi (Sugiyono, 2007: 145) menjelaskan
bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis”.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah
observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan
dan mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi
penelitian. Observasi partisipatif dalam penelitian ini dengan
terjun langsung ke lapangan dan mengamati perilaku individu
yang dilakukan untuk memperoleh informasi seutuh mungkin.
b) Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang dengan
maksud tertentu. Menurut Moleong (2002: 135) yaitu
“percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Wawancara yang
dilakukan oleh peneliti adalah wawancara yang bersifat santai dan
terbuka, tidak terstruktur tetapi tetap dengan pertanyaan yang
mengarah pada kedalaman informasi.
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan
keperluan peneliti yang berkaitan dengan hal yang sedang diteliti.
Oleh karena itu wawancara mengarah pada kedalaman informasi
guna menggali pandangan tentang subjek yang sedang diteliti
serinci mungkin.
c) Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002: 206) dokumentasi adalah
“metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, prasasti, agenda dan sebagainya”. Dokumen merupakan
salah satu metode pengumpulan data yang yang dilakukan dengan
menganalisis dokumen yang sudah terkumpul. Studi dokumentasi

14
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dalam bentuk
dokumen data tertulis yang disimpan oleh pihak sekolah.
Dokumen lainnya berbentuk gambar misalnya foto.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumper data dari partisipan dan informan
berupa kata-kata, tindakan, dan data tambahan seperti dokumentasi, foto
dan lain-lain. Arikunto (dalam Mardiyah, 2010) menjelaskan, bahwa
dalam penelitian kualitatif sumber data adalah partisipan dimana data
dapat diperoleh. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD
Negeri 1 Sangkawana.
Pemilihan informan dalam penelitian etnografi ini didasarkan pada
pandangan Spradley (2007: 65-77) yang mengemukakan bahwa ada lima
persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik, yakni; (1)
enkulturasi penuh; (2) keterlibatan langsung; (3) suasana budaya yang
tidak dikenal; (4) waktu yang cukup; dan (5) non analitis. Kelima
persyaratan ini dapat dikembangkan dalam rangka untuk mencari
informasi yang benar-benar objektif. Informan dalam penelitian adalah
kepala sekolah, guru-guru, dan staf perpustakaan.
3.6 Teknik Analisis Data
Ada empat bentuk analisis data penelitian kualitatif etnografi untuk
mencari tema-tema budaya, yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis
komponensial, dan analisis tema kultural. Penjelasannya sebagai berikut
(Sugiyono, 2014:348-362).
Pertama, analisis domain yaitu memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial yang diteliti. Melalui
pertanyaan umum dan pertanyaan rinci peneliti menemukan berbagai kategori
atau domain tertentu sebagai pijakan penelitan selanjutnya. Semakin banyak
domain yang dipilih semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Data diperoleh dari grand tour dan monitour question. Hasilnya berupa
gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah

15
diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam,
masih dipermukaan, namun sudah menemukan domain-domain atau kategori
dari situasi sosial yang diteliti.
Kedua, untuk mengetahui stuktur analisis taksonomi, yaitu menjabarkan
domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur
internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus. Analisis terhadap
keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan.
Dengan semikian domain yang telah ditetapkan menjadi cover term oleh
peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan mendalam melalui analisis
taksonomi ini. Hasil analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram
kotak (box diagram), diagram garis dan simpul (lines and node diagram) dan
outline.
Ketiga, analisis komponensial yaitu analisis yang mencari ciri spesifik
pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antara elemen.
Analisis dilakukan sebagai observasi dan wawancara terseleksi dengan
pertanyaan yang mengkontraskan (Contras question). Pada analisis
komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah
keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang
kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
terseleksi dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut,
sejumlah dimensi yang spesifik yang berbeda pada setiap elemen akan dapat
ditemukan.
Keempat, analisis tema kultural yaitu mencari hubungan di antara domain,
dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjtnya dinyatakan ke
dalam tema atau judul penelitian. Berdasarkan analisis budaya tersebut
selanjutnya dapat disusun judul penelitian baru, apabila dalam judul dalam
proposal berubah setelah peneliti memasuki lapangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

A Efendi, 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Bandung: Tiara
Wacana.
Abidin, Yunus, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah. 2016. Pembelajaran Literasi :
Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains,
Membaca, dan Menulis. Bumi Aksara. Jakarta
Alwasilah, A.Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat
Buku Utama
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bektaş, Mustafa. 2013. An Examination of the Elementary School Teachers’
Preferred Teaching Methods and Instructional Technologies in Terms of
Various Variables in Life Study Lesson. International Online Journal of
Educational Sciences.
Bogdan, Robert dan Steven Taylor. 1992. Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Denzin, Norman K & Yvonna S Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Faizah, Dewi Utama dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
James P. Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, .
Kemendikbud, 2016, Panduan Pemanfaatan dan Pengembangan Sudut Baca Kelas
dan Area Baca Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Diakses tanggal 6 Desember 2020 .
http://www.berkasedukasi .com/2017/05/panduan-sudut-baca-kelas-area-
baca.html
Kemendikbud, 2017. Panduan Gerakan Literasi Sekolah.

17
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Najib Sulhan. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya : PT
Temprina Media Grafika.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Permendikbud. 2015. Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta.
Ramdiani, Sri. (2014). Pelestarian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Upacara Adat
“Ngalaksa” Dalam Upaya Membangun Karakter Bangsa. Bandung:
Perpustakaan.upi.edu
Sudjana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,.
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

18

Anda mungkin juga menyukai