Anda di halaman 1dari 30

PINTAR MEMBACA DAN MENULIS

(MARI BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS BERSAMAKU)

Penyusun :
Kelompok 2
1. Aradatullah Dita Illahiyah 1963053001
2. Idha Tasya Bella Ananda 1913053012
3. Najoya Dolok Saribu 1953053012
4. Nurdini Estika Putri 1913053094
5. Shanty Agustriani 1913053097
6. Triana Angguncahyani 1913053009
7. Zakiyah Nazir Effendi 1953053024

Mata Kuliah : Pengembangan Suplemen Bahan Ajar SD


Kode Mata Kuliah : KPD 619318
SKS : 2 SKS
Semester :6
Dosen Pengampu : 1. Dra. Nelly Astuti, M.Pd
2. Ujang Efendi, M.Pd.I
3. Deviyanti Pangestu, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah laporan
ini dengan judul “Pintar Membaca dan Menulis (Mari Belajar Membaca dan
Menulis Bersamaku”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan
Suplemen Bahan Ajar SD.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Lampung, Maret 2022

Tim Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................3
1.3 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.4 Tujuan.................................................................................................3
1.5 Manfaat...............................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................5
2.1 Bahan Ajar..........................................................................................5
2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD...............................................8
2.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.........................11
2.4 Keterampilan Membaca......................................................................13
2.5 Keterampilan Menulis........................................................................15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................19
3.1 Faktor yang Menyebabkan Peserta Didik Kurang Berminat untuk
Belajar Membaca dan Menulis...........................................................19
3.2 Cara Mengatasi Permasalahan Minat Membaca dan Menulis pada
Peserta Didik.......................................................................................22
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Suplemen Bahan Ajar............................23
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN................................................................24
4.1 Simpulan.............................................................................................24
4.2 Saran...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................26
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia
(SISDIKNAS) nomor 23 Tahun 2003 Bab 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirina untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Menurut Ratna Ningsih dalam modul Bapusipda (2016:7)
mengartikan kegiatan membaca adalah memperoleh pengertian dari kata-
kata yang ditulis orang lain dan merupakan dasar dari Pendidikan awal.
Menurut Amir dalam Rukiati dan Yena (2013:69) mengungkapkan bahwa
membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki istana ilmu,
berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan ang menyajikan
sumber-sumber bahan yang tidak pernah kering bagi berbagai aktifitas
ekspresif dan produktif dalam kegiatan sehari-hari.
Menurut Suyanto (2007:26) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
dapat membantu dalam pembelajaran membaca yaitu :
1. Menggunakan gambar sebagai alat bantu
2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan
3. Menunjukan judul dan meminta siswa untuk menebaknya, dan
4. Kalimat bacaan tidak terlalu Panjang agar tidak membingungkan
siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dengan baik
dimulai dari pembinaan minat, kegemaran kebiasaan sehingga menjadi
suatu kebudayaan yang baik.
2

Akibat adanya wabah covid 19 yang mengakibatkan proses pembelajaran


sempat dilakukan secara daring mengakibatkan rendahnya keterampilan
membaca dan menulis peserta didik kelas 1 yang harus mendapatkan
perhatian dan penanganan dengan serius. Bahkan masih ada peserta didik
kelas 1 yang belum bisa membedakan huruf. Hal tersebut tentu saja akan
menghambat kegiatan membaca pada tahap selanjutnya dan aspek
berbahasa yang lain seperti kegiatan menulis.
Selain itu yang membuat rendahnya keterampilan peserta didik kelas 1
untuk membaca adalah berhubungan dengan media yang digunakan.
Kurang menariknya media buku yang digunakan oleh peserta didik juga
menjadi faktor ketertarikan peserta didik. Penggunaan gawai secara
berlebihan pada saat pembelajaran daring dan kurangnya pengawasan dan
perhatian dari orang tua juga menjadikan faktor rendahnya keterampilan
minat membaca pada peserta didik.

Berdasarkan paparan tersebut diperoleh makna bahwa dalam pembelajaran


membaca harus menggunakan media yang dapat membuat peserta didik
tertarik untuk belajar. Media membaca perlu disertai gambar atau ilustrasi
yang jelas supaya siswa mengetahui alur cerita yang dibaca.
Karena kemampuan membaca bisa ditingkatkan dengan cara menerapkan
media pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka kami kelompok 2 ingin
membuat suplemen bahan ajar berupa media buku dengan judul “Pintar
Membaca dan Menulis (Mari Belajar Membaca dan Menulis Bersamaku)”
yang tujuannya untuk meningkatkan membantu meningkatkan minat baca
dan menulis pada peserta didik khususnya kelas 1 SD, dengan
menampilkan isi buku yang menarik, penuh warna-warni, memiliki kata
yang dapat diulang-ulang, memiliki pola teks yang sederhana dan tentunya
dapat meningkatkan kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan yang
berhubungan dengan kemampuan kata-kata dan memahami kalimat-
kalimat kompleks.
3

B. Identifikasi Masalah
Adapun beberapa identifikasi masalah dalam pengembangan suplemen
bahan ajar ini adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya keterampilan membaca peserta didik kelas 1.
2. Kurang menariknya media buku yang digunakan peserta didik untuk
membaca.
3. Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua terhadap penggunaan
gawai oleh peserta didik.

C. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah dalam pengembangan suplemen bahan
ajar ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor yang menyebabkan peserta didik kurang berminat untuk
belajar membaca dan menulis ?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan minat membaca dan menulis
pada peserta didik ?
3. Apa kekurangan dan kelebihan buku suplemen yang dikembangkan ?

D. Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan suplemen bahan ajar ini


adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan peserta didik kurang berminat
untuk belajar membaca dan menulis.
2. Mengetahui cara mengatasi permasalahan minat membaca dan menulis
peserta didik
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan buku suplemen yang
dikembangkan.

E. Manfaat
4

Manfaat dari pengembangan suplemen bahan ajar ini adalah :


1. Secara teoritis, hasil pengembangan suplemen bahan ajar ini
diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan prinsip-prinsip
mengenai solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca dan menulis pada peserta didik.
2. Secara praktis, hasil pengembangan suplemen ini dapat dimanfaatkan
guru maupun sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
5

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Bahan Ajar


Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,
yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan
rinciannya (Ruhimat 2011:152)
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik
dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011:17). Adapun
menurut Lestari (2013:2) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran
yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Berdasarkan dua efinisi bahan ajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang disusun secara
sistematis sesuai dan mengacu kepada kurikulum yang berlaku dalam
rangka untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan.

b. Tujuan dan Fungsi Bahan Ajar


Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin
dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnya
terealisasikan melalui pembelajaran didalam kelas. Menurut Majid
(2005:15), bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun
tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2.) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
6

4.) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.


Adapun tujuan penyusunan bahan ajar menurut Depdiknas (2008: 9)
adalah sebagai berikut.
a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yangsesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar


menurut Dinas Pendidikan Nasional dalam Prastowo (2015: 24- 25) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi
peserta didik.
1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:
a. Menghemat waktu pendidik dalam mengajar.
b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator.
c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi efektif dan interaktif
d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.
e. Sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar bagi peserta pendidik, antara lain:
a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman
pesert adidik yang lain.
b) Peserta didik kapan belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.
c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masingmasing.
d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/ mahasiswa
yang mandiri.
7

f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua


aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasainya.

c. Jenis-jenis Bahan Ajar


Terdapat beberapa jenis bahan ajar, ada yang cetak maupun yang
noncetak. Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa buku,
handout, modul, dan lembar kerja siswa (jobsheet).
a. Buku adalah bahan tertulis berupa lembaran dan dijilid yang berisi ilmu
pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang terdapat pada
kurikulum yang berlaku untuk kemudian digunakan oleh siswa (Lestari,
2013:6).
b. Handout adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi, handout dibuat dengan tujuan
untuk memperlancar dan mempermudah siswa dalam mendapatkan
informasi atau materi pembelajaran sebagai sumber referensi siswa
(Lestari, 2013:5).
c. Modul adalah bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, modul berisi
tentang putunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi
pelajaran, informasi pendukung, petunjuk kerja, latiha soal, evaluasi,
dan feedback terhadap hasil evaluasi (Prastowo, 2011:204).
d. Job sheet adalah suatu bahan ajar berupa lembar-lembar kertas yang
berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu kepada
kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011:204).

d. Syarat Penyusunan Bahan Ajar


Penyusunan perangkat bahan ajar tidak terlepas dengan syarat dalam
menyusun bahan ajar itu sendiri. Hal ini sangat diperlukan dan penting
dalam mencapai hasil baik sebagai proses pembelajaran kepada peserta
didik. Merujuk dari UNESCO, kemendiknas (2008) merumuskan syarat
8

bahan ajar yang baik. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang
berkualitas diuraikan melalui kutipan berikut. Syarat-syarat bahan ajar atau
buku teks yang berkualitas adalah:
a. Bahan ajar memiliki peran penting untuk mewujudkan pendidikan yang
merata dan berkualitas tinggi.
b. Bahan ajar merupakan produk dari proses yang lebih besar dari
pengembangan kurikulum.
c. Isi bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi manusia,
mengintegrasikan proses pedagogis yang mengajarkan secara damai
terhadap penyelesaian konflik, kesetaraan gender, nondiskriminasi,
praktik-praktik dan sikap-sikap lain yang selaras dengan kebutuhan
untuk belajar hidup bersama.
d. Bahan ajar menfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-hasil
spesifik yang dapat diukur dengan memperhatikan berbagai perspektif,
gaya pembelajaran, dan modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan,
dan sikap).
e. Memperhitungkan level konseptual, lingkungan linguistik, latar
belakang dan kebutuhan pebelajar di dalam membentuk isi dan
mendesain model pembelajaran.
f. Bahan ajar menfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi
dan pengalaman secara merata dan setara oleh semua pebelajar yang
terlibat dalam proses pembelajaran, dan
g. Bahan ajar dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya tahan lama,
dan dapat dapat di akses oleh semua pebelajar.

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


a. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan,
pembelajaran yakni bagaimana membelajarkan peserta didik atau
bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan
9

terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang


teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Hal ini haruslah
disadari terutama bagi para guru bahasa pada khususnya dan bagi para
guru bidang studi pada umumnya.
Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-
benar bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa ialah agar para peserta
didik terampil berbahasa; yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk
berkomunikasi, dengan bahasa manusia dapat menyampaikan pesan,
pikiran, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Suwandi, 2004:1).
Oleh sebab itu, pengertian bahasa ditinjau dari dua segi, yakni segi teknis
dan segi praktis. Pengertian bahasa secara teknis adalah seperangkat ujaran
yang bermakna, yang dihasikan dari alat ucap manusia. Secara praktis,
bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa
sistem lambang bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari alat ucap
manusia. Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui bahwa
bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem (lambang)
bunyi dan aspek makna.
Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-
bunyi bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan itu sebenarnya bersistem
atau memiliki keteraturan. Dalam hal ini, istilah sistem bunyi hanya
terdapat di dalam bahasa lisan, sedangkan di dalam bahasa tulis bahasa
sistem bunyi itu digambarkan dengan lambang-lambang tertentu yang
disebut huruf. Dengan demikian, bahasa selain dapat disebut sistem bunyi,
juga disebut sistem lambang.

b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia


Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh
Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa
10

dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta
tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”.
Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian.
1. Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
2. Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia.
3. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa.
4. Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa


Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi
bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa
Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun
untuk menyerap ilmu yang dipelajari melalui bahasa tersebut. Selain itu
pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa
yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai
sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan
pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan
rasa persatuan nasional.

c. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


1. Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)
Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap
pembelajaran bahas secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa kita
mengajarkannya secara kontektual, logis, kronologis dan komunikatif
serta menggunakan seting yang riil dan bermakna. Pendekatan Whole
Language Approach terdapat hubungan yang interaktif antara yang
mendengarkan dan yang berbicara, antara yang membaca dan yang
menulis. Belajar bahasa harus terinteraksi ke dalam bahan terpisah dari
semua aspek kurikulum. Artinya, pembelajaran bahasa yang terpadu
11

dengan perkembangan motorik, sosial, emosional, dan kognitif juga


pengalaman anak, media dan lingkungan anak.

2. Pembelajaran Keterampilan Proses


Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan
sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep sreta menumbuhkembangkan sikap dan nilai. Langkah-langkah
kegiatan keterampilan proses diantaranya mengobservasi atau
mengamatai, termasuk di dalamnya: mengitung, mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau waktu, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan
variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data, menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan.

3. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM/Joyfull


Learning)
PAKEM adalah pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi
eksternal dan internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada
beban baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
menyenangkan guru harus mampu merancang pembelajaran dengan
baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan
strategi yang dapat melibatkan siswa secara langsung dan optimal.

2.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar bisa disebut
sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam
rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita.
12

Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu


perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan
aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka.
Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka
kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya
dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang
alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik
yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa menjadi
tidak tersentuh, seharusna hal tersebut merupakan karakteristik utama
perkembangan anak usia Sekolah Dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran
terpadu sebagai pendekatan baru dan dianggap penting dikembangkan di
sekolah dasar.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia di SD yaitu :
1. Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered).
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah
dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
13

5. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat


mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.

2.4 Keterampilan Membaca


a. Pengertian Membaca
Membaca adalah salah satu aktivitas belajar yang efektif untuk mendapatkan
ilmu dan pengetahuan. Menurut Nurhadi (2016:2) “Membaca adalah proses
pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk
memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh
penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.” Menurut
Ana Widyastuti (2017:2) “Membaca merupakan kegiatan yang melibatkan
unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan
membaca dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara
memegang atau membolak-balik buku bahasa merupakan alat komunikasi
utama anak mengungkapkan keinginan maupun kebutuhannya.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia
pendidikan, karena kegiatan membaca merupakan suatu proses transformasi
ilmu melalui cara melihat dan memahami isi yang tertulis didalam sebuah
buku pengetahuan maupun buku pelajaran (Nugraha et al., 2018). Sejalan
dengan pendapat milik Tarigan dalam Kuanaben mengatakan bahwa
membaca merupakan suatu keterampilan yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui bahasa tulis (Kuanaben, 2016).

b. Manfaat Membaca
Membaca juga memiliki manfaat yang banyak, menurut Rahim dalam
Novrizta keterampilan membaca selain bermanfaat untuk menambah
14

pengetahuan juga dapat memperbanyak perbendaharaan kata bagi si


pembaca, banyaknya kosa kata yang dikuasai akan mempengaruhi kelancaran
dalam menulis. Selain itu, membaca penting dilakukan untuk mengasah
kemampuan intelektual seseorang dengan mempelajari estetika suatu tulisan,
memelajari bagaimana agar tulisan itu dapat dipahami baik oleh penulis itu
sendiri maupun orang lain, dan belajar bagaimana mengembangkan ide
menjadi sesuatu yang bernilai lebih (Novrizta, 2019).
Proses dan kegiatan membaca harus memiliki makna dan tujuan sehingga
siswa akan memiliki motivasi untuk selalu melakukan kegiatan
membaca. Kebanyakan anak perlu mendapatkan dukungan untuk selalu
membaca.

c. Tujuan Membaca
Menurut Nurhadi dalam Dalman (2014:13) ada beragam tujuan membaca,
yaitu :
1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan.
2. Menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat.
3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu.
4. Mengenali makna kata-kata sulit.
5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.
6. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
7. Ingin memperoleh kenikmatan dari karya fiksi.
8. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan kerja.
9. Ingin mencari barang-barang atau produk yang cocok untuk dibeli.
10. Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang/penulis.
11. Ingin mendapatkan alat tertentu.
12. Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau
keterangan tentang definisi suatu istilah.
15

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Membaca


Menurut Samsu Somadayo (2011:19), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap kemampuan membaca yaitu :
(1) Tingkat intelejensia, (2) Kemampuan berbahasa, (3) Sikap dan minat,
(4) Keadaan bacaan, (5) Kebiasaaan membaca, (6) Pengetahuan tentang
cara membaca (7) Latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, (8) Emosi.

2.5 Kemampuan Menulis


Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Menurut Tarigan
dalam buku Ahmad Susanto, menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa
dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
a. Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan produktif dalam berbahasa. Suatu proses
psikolinguistik, bermula dengan formasi gagasan lewat aturan semantik,
lalu didata dengan aturan sintaksis, kemudian digelarkan dalam tatanan
sistem tulisan (Ahmad Susanto:247). Definisi lainnya tentang menulis
dikemukakan oleh Rusyana, yang berpendapat bahwa menulis merupakan
kemampuan menggunakan polapola bahasa dalam penyampaiannya secara
tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Menurut Saleh Abas
(2006:127), menulis adalah proses berfikir yang berkesinambungan, mulai
dari mencoba dan sampai dengan mengulas kembali. Menulis dapat
diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau
perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan (bahasa tulis).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melukiskan lambang grafis
yang dimengerti oleh penulis dan pembaca ke dalam bentuk tulisan, untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, kehendak agar dipahami oleh
pembaca.
16

b. Fungsi Menulis
Rusyana dalam Purwanto mengklasifikasikan fungsi menulis sesuai
kegunaannya, sebagai berikut:
1) Fungsi penataan yaitu fungsi penataan terhadap gagasan, pikiran,
pendapat, imajinasi, dan lainnya serta terhadap penggunaan bahasa,
sehingga menjadi tersusun.
2) Fungsi pengawetan yaitu untuk mengawetkan pengaturan sesuatu dalam
wujud dokumen tertulis.
3) Fungsi penciptaan yaitu mengarang berarti mewujudkan sesuatu yang
baru.
4) Fungsi penyampaian yaitu mengarang berfungsi dalam menyampaikan
gagasan, pikiran, imajinasi, dan lain-lain itu yang sudah diawetkan
menjadi suatu karangan. Dalam penyampaiannya tidak saja kepada
orang dekat, dapat juga kepada yang berjauhan.
5) Fungsi melukiskan yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan
sesuatu.
6) Fungsi memberi petunjuk berarti dalam karangan itu penulis memberi
petunjuk tentang cara atau aturan melaksanakan sesuatu.
7) Fungsi memerintahkan yaitu penulis memberikan perintah, permintaan,
anjuran, agar pembaca menjalankannya atau larangan agar pembaca
tidak melakukan yang dilarang penulis.
8) Fungsi mengingat yaitu penulis mencatat suatu peristiwa, keadaan,
keterangan, atau lainnya dengan maksud agar tidak ada yang terlupakan
dalam karangan.
9) Fungsi korespondensi yaitu fungsi surat dalam memberitahukan,
menanyakan, memerintahkan, atau meminta sesuatu kepada orang yang
dituju, mengharapkan orang yang dituju, mengharapkan orang itu
memenuhi apa yang dikemukakannya itu serta membalasnya dengan
tertulis pula.
17

c. Tujuan menulis
Yang dimaksud dengan tujuan penulis (the writer intention) adalah respon
atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari
pembaca. Berdasarkan batasan ini Ahmad Susanto (254) mengatakan
bahwa tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam, antara
lain:
1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, disebut
wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan
memberi informasi atau karangan penerangan kepada para pembaca.
2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca
akan kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif
(persuasive discourse)
3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana
kesastraan (literacy discourse).
4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau
berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Sebagai
gambaran, menulis puisi dapat termasuk menulis yang bertujuan untuk
pernyataan diri dengan pencapaian nilai-nilai artistik.

d. Teknik Menulis
Dorongan menulis sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara dan
mengomunikasikan pikiran ataupun pengalaman kepada orang lain. Ada
dua teknik menulis yang efektif dan sangat menyenangkan menurut
Moh.Sholeh Hamid (2011:162) yaitu:
1) Clustering (Pengelompokan)
Pengelompokan dilakukan dengan cara menulis pemikiran-pemikiran
yang saling berkaitan dan secepatnya menuangkan di atas kertas, tanpa
mempertimbangkan kebenaran atau nilainya. Suatu pengelompokan
yang terbentuk di atas kertas sama halnya dengan proses yang terjadi
dalam otak kita, walaupun dalam bentuk yang sangat disederhanakan.
18

Pengelompokan merupakan suatu struktur yang mengalir bebas dengan


melihat dan membuat kaitan antara gagasan, mengembangkan
gagasangagasan yang telah dikemukakan., kemudian menelusuri jalan
pikiran yang ditempuh otak agar mencapai suatu konsep. Otak bekerja
secara alamiah dengan pertimbangan, memvisualkan halhal khusus, dan
mengingatnya kembali dengan mudah, sehingga kemudian mengalami
desakan kuat untuk menulis.
2) Fast Writing (Menulis Cepat)
Terkadang, seseorang harus menulis sebelum menemukan apa yang
sebenarnya yang ingin ditulis. Ia harus melampaui otak kiri yang ingin
mengevaluasi segalanya sebelum tertuang di atas kertas dan
membiarkan otak kanan yang kreatif memegang kendali untuk
sementara waktu. Salah satu cara untuk menanggulangi hal ini adalah
dengan menulis cepat.
19

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor yang Menyebabkan Peserta Didik Kurang Berminat untuk


Belajar Membaca dan Menulis.

Membaca permulaan adalah tahapan awal proses belajar membaca


permulaan yang dikhususkan bagi siswa SD kelas rendah/Kelas I
(Masykuri, 2019). Tujuan dari membaca permulaan yaitu supaya siswa
lebih mengenal huruf-huruf abjad seperti huruf vokal dan huruf konsonan
serta dapat membaca kata dan kalimat yang terdiri dari rangkai huruf
dengan lancar dan tepat. Kesulitan membaca permulaan adalah kondisi di
mana siswa mengalami hambatan dalam membaca yang disebabkan dari
beberapa faktor sehingga siswa merasa sulit dan tidak bisa untuk menulis
mengeja dan lambat dalam membaca suku kata, serta mempunyai
kemampuan di bawah rata-rata. Hambatan membaca permulaan adalah
Suatu kondisi yang mempengaruhi siswa untuk tidak bisa memncapi hasil
yang diharapkan. Hambatan bisa terjadi karena adanya beberapa faktor
meliputi faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari
luar diri siswa) yaitu lingkungan.

Hasanudin (2016) menjelaskan bahwa mengajar membaca permulaan


memang membutuhkan kesabaran yang luar biasa, kesabaran itu
dibutuhkan karena objek yang diajar adalah masih anak-anak. Anak-anak
memang memiliki kecenderungan untuk bermain daripada belajar.
Widyaningrum dan Hasanudin (2019) menambahkan bahwa pihak guru
pun juga mempunyai andil besar untuk menumbuhkan minat baca anak
didiknya. Kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa meliputi sulit
untuk menghafal huruf-huruf abjad, sulit membedakan huruf-huruf abjad
yang bentuknya hampir sama, sulit membedakan antara huruf vokal dan
20

konsonan yang menyebabkan siswa tidak bisa membaca kata yang terdiri
dari beberapa huruf.

Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim 2011) faktor yang dapat
berpengaruh pada keterampilan membaca permulaan yaitu faktor
fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor psikologis.
Yang termasuk dalam faktor fisiologis yaitu kesehatan yang berhubungan
dengan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Gangguan
intelegensi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari
pemahaman esensial tentang situasi yang diberikan dan dapat merespon
secara tepat. Faktor lingkungan yaitu latar belakang dan pengalaman anak
serta faktor sosial ekonomi. Faktor psikologis meliputi minat, motivasi,
kematangan sosio dan emosi anak.

Pendapat dari Lamb dan Arnold didukung dengan hasil penelitian


(Pramesti, 2018) menyatakan bahwa faktor-faktor penghambat dalam
membaca permulaan di kelas I meliputi: 1) Faktor intelektual meliputi
tingkat kecerdasan anak, Faktor lingkungan yaitu keluarga, Motivasi,
Minat. Kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin
termasuk kedalam faktor fisiologis. Kelelahan juga menjadi kerugian bagi
anak dalam belajar terutama belajar membaca. Biasanya, kecerdasan anak
tidak sepenuhnya mempengaruhi apakah anak bisa membaca permulaan.
Kemampuan anak dalam membaca permulaan dapat dipengaruhi oleh
metode pengajaran, prosedur dan kemampuan guru. membaca permulaan.
Pendapat ini didukung hasil penelitian (Windrawati, 2020) yaitu Beberapa
anak memiliki daya ingat yang lemah sehingga sulit menerima atau
merespon apa yang diajarkan oleh guru. Faktor lingkungan meliputi latar
belakang dan pengalaman siswa serta sosial ekonomi keluarga siswa.
Kemudian dibagi menjadi 3 menurut faktor psikologis, yaitu: motivasi,
minat kematangan sosial, emosional dan adaptif. Diperkuat dengan hasil
penelitian (Windrawati, 2020) menjelaskan faktor psikologis yang tertera
di atas meliputi kurangnya bimbingan orang tua di rumah. Bantuan orang
21

tua dalam proses pembelajaran dan rendahnya tingkat pendidikan orang


tua menjadi penghambat dalam proses belajar anak. Orang tua kurang
memiliki motivasi untuk mendorong anaknya belajar atau terlibat dalam
kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan membaca, yang juga
mempengaruhi motivasi anak mereka untuk membaca permulaan.

Hal itu hampir sama dengan pendapat Slamet (2008) yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan belajar ada dua faktor yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal dapat berupa kemungkinan adanya disfungsi
neurologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan penyebab utama
problem anak. Faktor eksternal yang dimaksud adalah strategi belajar yang
salah, pengelolaan kegiatan belajar yang belum meningkatkan motivasi
belajar anak.

Pada hasil penelitian (Hasanah & Lena, 2021) sebagian besar dari orang
tua siswa mengatakan bahwa pandemi merupakan salah satu penyebab
mengapa anak mereka masih belum lancar dalam membaca. Hal ini
disebabkan oleh pembelajaran tatap muka yang sangat jarang bahkan
dihentikan selama beberapa bulan yang mengakibatkan siswa tidak
mengalami kemajuan dalam kemampuan belajarnya khususnya membaca.
Begitu pula jawaban dari guru kelas, di mana pengalihan sistem
pembelajaran dari luring ke sistem daring mengakibatkan kurang
efektifnya proses pembelajaran. Guru tidak dapat mengajari siswa secara
langsung dan hanya bisa mempercayakan keberlangsungan pembelajaran
kepada orang tua. Sayangnya, tidak semua orang tua memiliki kemampuan
dalam mengajari anaknya dengan baik. Akibatnya, ketika pembelajaran
tatap muka diberlakukan kembali, guru menemukan tidak adanya progress
signifikan dari kemampuan belajar siswa setelah sekian lama belajar di
rumah saja.
22

3.2 Cara Mengatasi Permasalahan Minat Membaca dan Menulis pada


Peserta Didik.

Rendahnya minat membaca karena pembelajaran membaca permulaan


hanya dengan menggunakan buku tematik yang disediakan oleh
pemerintah. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran
menjadi salah satu faktor utamanya. Menurut Cox (1996) guru harus
berkreasi dalam menggunakan media sebagai bahan pembelajaran,
khususnya dalam pembelajaran membaca (termasuk membaca permulaan)
dapat menggunakan sastra anak-anak atau tulisan anak-anak.Misalnya
dengan menggunakan cerita bergambar. Cerita bergambar merupakan
suatu seni yang disusun sedemikian rupa yang membentuk suatu
jalinan cerita dengan menggunakan gambar-gambar yang tidak bergerak
(Rita, 2014). Penggunaan gambar dalam cerita tersebut diharapkan mampu
menarik perhatian siswa untuk dapat membaca gambar yang
disampaikan sehingga dapat memahami kata atau kalimat yang ditulis
berdasarkan gambar. Pernyataan tersebut sependapat dengan Liando
(2008) menyatakan bahwa ketertarikan siswa dalam suatu cerita
bergambar dapat membuat siswa lebih bergairah, gembira,dan
bersemangatsehingga siswa mampu mengenali gambar serta kata dan
kalimat dalam cerita bergambar. Beberapa pendapat ahli tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan cerita bergambar dapat membantu siswa
dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih
bermakna.

Hasil penelitian (Pramesti, 2008) mengungkapkan bahwa alternatif solusi


untuk mengatasai kesulitan dalam membaca permulaan di sekolah dasar
yaitu:
1) Guru kelas lebih memprioritaskan anak-anak yang mengalami
hambatan atau kesulitan dalam membaca permulaan,
2) Guru kelas juga harus memberikan perhatian khusus kepada anak-anak
yang mengalami kesulitan,
23

3) Hubungan kerjasama yang baik antara guru kelas dan orang tua siswa,
4) Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya,
5) Minat siswa harus dikembangkan dan dilatih terus menerus.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Suplemen Yang Dikembangkan


Pada suplemen bahan ajar yang kami buat tentunya terdapat kelebihan dan
juga kekurangan, di antaranya

A. Kelebihan Buku Suplemen yang dikembangkan


1. Buku suplemen disusun dengan desain yang sangat menarik penuh
dengan warna dan gambar
2. Buku suplemen disusun dengan memperhatikan bahasa anak yang
memuat kata-kata dan kalimat yang menunjukkan pada hal-hal
yang disekitar anak (konkret).
3. Buku suplemen disusun memuat kegiatan belajar yang bersifat
kontekstual dengan menyajikan kegiatan membaca dan menulis
yang mengaitkan dengan hal-hal yang ada disekitar anak seperti
memperkenalkan diri mereka melalui menuliskan kartu nama pada
halaman awal buku suplemen yang telah kami susun

B. Kekurangan Buku Suplemen yang dikembangkan


1. Pertanyaan yang disajikan kurang banyak dan belum variatif

Pada buku suplemen kami merupakan modifikasi dari beberapa suplemen


yang ada, kemudian kami desain lebih menyesuaikan dengan kebutuhan
anak seperti dengan susunan level 1-4 yaitu mengenal abjad, menyusun
huruf, menyocokkan gambar dengan kata, dan yang terakhir latihan
menulis kita hingga menjadi sebuah kalimat
24

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Tujuan dari membaca permulaan yaitu supaya siswa lebih mengenal huruf-
huruf abjad seperti huruf vokal dan huruf konsonan serta dapat membaca
kata dan kalimat yang terdiri dari rangkai huruf dengan lancar dan tepat.

Kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa meliputi sulit untuk


menghafal huruf-huruf abjad, sulit membedakan huruf-huruf abjad yang
bentuknya hampir sama, sulit membedakan antara huruf vokal dan
konsonan yang menyebabkan siswa tidak bisa membaca kata yang terdiri
dari beberapa huruf..

Pendapat dari Lamb dan Arnold didukung dengan hasil penelitian


(Pramesti, 2018) menyatakan bahwa faktor-faktor penghambat dalam
membaca permulaan di kelas I meliputi: 1) Faktor intelektual meliputi
tingkat kecerdasan anak, Faktor lingkungan yaitu keluarga, Motivasi,
Minat.

Faktor eksternal yang dimaksud adalah strategi belajar yang salah,


pengelolaan kegiatan belajar yang belum meningkatkan motivasi belajar
anak.

Hasil penelitian (Pramesti, 2008) mengungkapkan bahwa alternatif solusi


untuk mengatasai kesulitan dalam membaca permulaan di sekolah dasar
yaitu: 1) Guru kelas lebih memprioritaskan anak-anak yang
mengalami hambatan atau kesulitan dalam membaca permulaan, 2)Guru
kelas juga harus memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang
mengalami kesulitan, 3)Hubungan kerjasama yang baik antara guru kelas
25

dan orang tua siswa, 4)Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya,
5)Minat siswa harus dikembangkan dan dilatih terus menerus.

Buku suplemen disusun dengan memperhatikan bahasa anak yang


memuat kata-kata dan kalimat yang menunjukkan pada hal-hal yang
disekitar anak (konkret). Pada buku suplemen kami merupakan modifikasi
dari beberapa suplemen yang ada, kemudian kami desain lebih
menyesuaikan dengan kebutuhan anak seperti dengan susunan level 1-4
yaitu mengenal abjad, menyusun huruf, menyocokkan gambar dengan
kata, dan yang terakhir latihan menulis kita hingga menjadi sebuah
kalimat.

4.2 Saran
Penulis sebagai penyusun makalah, menyadari bahwa makalah ini banyak
sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis
akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
26

DAFTAR PUSTAKA

Khair, Ummul. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA)


di SD dan MI. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 2. Nomor 1.

Oktaviani, Rafika Elsa. (2021). Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia Sd


/ Mi. Pentas : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Volume 7. No1.

Rinawati, Agustin., Lilik,B,M.,Fajar,S. (2016). Analisis Hubungan Keterampilan


Membaca Dengan Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Education
Journal : Journal Education Research and Development. Volume 4, Nomor
2. Hal (88-90)

Pramesti, Fitria. (2018). Analisis Faktor-Faktor Penghambat Membaca Permulaan


pada Siswa Kelas 1 SD. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Volume 2. Nomor 1.

Cerianing, Pratiwi Putri. (2020). Analisis Keterampilan Membaca Permulaan


Siswa Sekolah Dasar: Studi Kasus Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar. JPE
(Jurnal Pendidikan Edutama). Volume 7. Nomor 1.

L, Novita Dian Dwi. Dkk. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat


Belajar Membaca Permulaan pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu.
Volume 5 Nomor 4.

Bua, Mety T. Dkk. (2016). Analisis Minat Membaca Permulaan Dengan Cerita
Bergambar Di Kelas I Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan. Volume 1. Nomor 9.
27

Hasanah, A. Lena, Mai Sri. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Permulaan


dan Kesulitan yang Dihadapi Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan. Volume 3. Nomor 5.
Soleha, S. Dkk. (2017). Pengembangan Buku Suplemen Siswa Berbasis Multi
Representasi Pada Materi Hukum II Newton. Jurnal Pembelajaran Fisika.
Vol. 5. Nomor 4. Hal (38-39)nm

Anda mungkin juga menyukai