Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA


DAN SASTRA SD (MEMBACA)

Disusun Oleh:
NAMA : SISKA
NMP : 5021058
Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Sd.
Dosen Pengampu : Inda Puspita Sari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023

i
KATA PENGANTAR
Marilah kita ucapkan rasa syukur kepada Allah yang maha kuasa, karena
atas berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Pendagogik yang dibimbing oleh Ibu Inda Puspita Sari ,M.pd
Dan makalah ini saya angkat dengan judul ‘’PENGEMBANGAN
PEMBELAJARAN BAHASA dan SASTRA SD”

Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah Puspita Sari M.pd yang telah
memberikan bimbingannya dalam membuat makalah ini.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat berbagai macam kesalahan


dalam penulisan, maka dari itu saya sangat memerlukan kritik dan saran dari
pembaca.

Lubuk Linggau, 05 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2

C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Sumber Materi................................................................................3
B. Pengertian 4 kebahasaan................................................................3
C. Model.............................................................................................4
D. Pendekatan Gendre........................................................................5

BAB III TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Gambaran Masalah........................................................................8
B. Teknik Pengumpulan Data.............................................................9
C. Model.............................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN

A. Siswa kurangnya minat membaca dongeng ................................11


B. Kurangnya pengulangan minat membaca dongeng.....................12
C. Gangguan perhatian dan kesehatan membaca siswa....................15

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................19
B. Saran.............................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterampilan Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita membuka pintu
gerbang menuju segala penjuru dunia. Dengan membaca pun, kita seolah menjelajah ke
berbagai tempat, menembus ruang dan waktu. Membaca merupakan bentuk penghargaan kita
terhadap masa lalu, memperkaya masa kini, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa
depan. Membaca juga bisa diibaratkan dengan menyimak tulisan dan merasuk ke hati jika ada
yang berkesan. Membaca juga diibaratkan dengan menangkap hasil pikiran orang lain, yang
nantinya bisa disampaikan kembali melalui keterampilan berbicara.

Membaca adalah sebuah keajaiban yang bisa dipelajari. Sungguh ajaib ketika kita bisa
menyerap pokok-pokok pikiran, bentangan informasi, inti sari dari ideide, ekspresi rasa dan
kreativitas, dan menjadikannya pemahaman-pemahaman dalam pikiran kita. Bayangkan
begitu mudahnya kita menyalin siraman data dan pengetahuan dengan membaca. Membaca
adalah kunci untuk memasuki keriuhan. informasi.

menganalisis teks, mengidentifikasi pesan utama, karakter, dan konflik. Ini adalah
keterampilan kritis yang berguna dalam pemahaman yang lebih dalam terhadap berbagai
aspek sastra.Indonesia memiliki tantangan literasi yang perlu diatasi Pengembangan
pembelajaran membaca di SD adalah upaya untuk meningkatkan tingkat literasi di seluruh
negeri.

Dengan latar belakang ini, pengembangan pembelajaran membaca di tingkat SD bukan hanya
tentang mengajarkan keterampilan membaca, tetapi juga tentang membuka pintu bagi
pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa dan sastra Indonesia, serta mempersiapkan
generasi muda untuk masa depan yang cerdas dan terdidik.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara kemampuan siswa dalam minat membaca dongeng?


2. Bagaimana kurangnya pengulangan saat siswa membaca dongeng?
3. Bagimana cara guru mengatasi siswa yang mengalami gangguan kesehatan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam minat membaca dongeng?


2. Untuk mengetahui kurangnya pengulangan saat siswa membaca dongeng minat?
3. Untuk mengetahui cara guru mengatasi siswa yang mengalami gangguan
kesehatan?

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian empat kebahasaan

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis(Tarigan, 1984:7)
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki lima makna dan maksud di
antaranya: melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya
dalam hati); Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui atau
meramalkan; memperhitungkan atau memahami. Selain itu, membaca juga merupakan proses
berpikir sehingga dapat memahami maksud dari tulisan yang dibaca. Berdasarkan hal itu,
membaca pada hakikatnya adalah suatu tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan,
tetapi juga melibatkan banyak hal, antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif.

Membaca menjadi sebuah kegiatan penalaran yang dikaitkan dengan sebuah tugas
bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Oleh karena itu. membaca disebut sebagai
kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif.Disebut reseptif karena dengan membaca,
seseorang akan memperoleh informasi, ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman
baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi
daya pikirnya,mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.?

Menurut Y. Budi Artati, membaca merupakan proses yang dilakukan. seseorang untuk
memperoleh sebuah pesan. Pesan tersebut dapat berupa media kata-kata. Proses tersebut
menuntut agar kata dapat diketahui maknanya. Jika hal ini tidak terpenuhi, pesan tidak dapat
dipahami. Oleh karena itu, proses membaca tidak dapat terlaksana. Jadi, kita harus dapat
memahami apa yang telah dibaca. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi (decoding). Sebuah aspek pembacaan sandi
adalah. menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup
pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna,Membaca merupakan suatu
kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang
terdapat dalam tulisan. Membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah
membentuk kata, kelompok kata,kalimat, paragraf dan wacana saja, tetapi membaca juga
merupakan kegiatan memahami dan menginterprestasikan lambang atau tanda tulisan yang
bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Membaca

3
bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat
diidentifikasikan seperti guru, siswa, kondisi lingkungan; materi pelajaran; teknik
mempelajari pelajaran. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi siswa dalam membaca
adalah penguasaan teknik-teknik membaca.

Menurut Henry Guntur Tarigan, membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis, Sependapat dengan Tarigan, Suwaryono juga
mengatakan bahwa membaca merupakan dua tingkat proses dari penerjemah dan
pemahaman. Pengarang menulis pesan berupa kode (tulisan) dan pembaca mengartikan kode
itu. Selanjutnya, membaca juga mencakup tiga komponen yaitu:

1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; pada komponen ini merupakan suatu
kemampuan atau keterampilan untuk mengenal bentukbentuk yang tersurat dalam suatu
bacaan.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal;
kemampuan dan keterampilan untuk menghubungkan bentuk, lambang, bahkan bunyi dengan
bahasa. Kegiatan membaca. berawal dari belajar mengenal suatu bahasa.

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning; kemampuan dan
keterampilan yang berkualitas yaitu meliputi intelektualitas dan kognitif."

B. Model Kooperatif

Menurut Andi Sulistio, S.S, M.Pd.I. Dr. Nik Haryanti, M.Pd.I Model Pembelajaran
kooperatif sebagai bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan melalui kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar.

Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran
harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model
pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan utama yang berbeda-beda.Model adalah pola
atau bentuk yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan. Miils berpendapat bahwa model
adalah representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Menurut Kemp dalam Rusman
model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien. Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.

4
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas (disebut Jigsaw I) kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman- temannya di Universitas John. Hopkins menjadi Jigsaw II. Pada Jigsaw I (orisinil)
siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasi sementara konsep-konsep
yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman satu timnya. Jigsaw orisinil
membutuhkan waktu yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan Jigsaw II. Sedangkan pada
Jigsaw II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia
belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli.Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang
anggota yang menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Teknik belajar mengajar berpikir berpasangan (berempat) dikembangkan oleh
Farnk Lyman (think pair share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Metode TPS
berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari

C.Pendekatan gendre

Menurut Badger & White (2000), da-lam pembelajaran menulis pada dasarnya harus
dipertimbangkan bahwa menulis meliputi pengetahuan tentang bahasa (seperti yang
ditekankan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan produk dan pendekatan genre),
penge- tahuan tentang konteks tempat tulisan itu digunakan khususnya tentang tujuan (seperti
dalam pendekatan. genre), dan keterampilan menggunakan bahasa,proses genre mencakup
penciptaan kondisi ketika siswa dibanta untuk mengidentifikasi tujuan menulis
mempertimbangkan ben -tuk, gaya, dan konteks suatu teks tulisan yang akan disusun. Teks
tulisan dengan genre. tertentu dipilih dan disajikan oleh guru yang kemudian akan
mendorong siswa untuk menganalisis genre tersebut. Aktivitas pembelajaran dengan
memperhatikan aspek kebahasaan, yakni pilihan kata dan ketepatan tata bahasa, mungkin
harus dilaksanakan. Selanjutnya, dengan bantuan kerangka tulisan yang berupa diagram atau
peta konsep, siswa dapat merencanakan dan menyusun gagasan sebelum menulisan draf
pertama dan merevisinya sesuai dengan tujuan dan pembaca nyata yang dikehendaki. Aspek
kolaboratif dalam proses menulis sangat dipentingkan sebagaimana halnya dalam pendekatan
proses yang berpusat pada siswa. Lee, Goh, Chan, & Yang (2007) me- nawarkan suatu model
pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan proses genre dengan delapan tahapan kegiatan
pembelajaran. Kedelapan tahapan itu adalah (1) mengenal teks, (2) memahami bahasa teks,
(3) berlatih menganalisis teks, (4) merefleksi, (5) mengembangkan ide atau bahan, (G)
menyusun kerangka tulisan, (7) menulisan draf, dan (8) mer -evisi. Pertama, siswa
diperkenalkan dengan genre tulisan yang akan disusun. Melalui pemodelan genre tulisan
yang disajikan, siswa dapat mempelajari struktur organisasi, karakteristik, dan konteks sosial
penggunaan genre tulisan tersebut. Kedua, siswa diperkenalkan dengan struktur kebahasaan
dan atau kaidah penulisan yang biasa digunakan dalam genre tulisan tertentu.

5
pendekatan berbasis tesk (genre-based approach). Pendekatan ini meliputi beberapa
tahapan,yaitu membangun pengetahuan, pemodelan, bekerja sama, dan bekerja mandiri.
Siklus pembelajaran ini tidak tertutup atau terkunci. Dengan demikian, pembelajaran dapat
dimulai dari mana saja, bahkan bisa dilewati jika diperlukan. Namun, siklus pembelajaran
tidak dapat diimplementasikan hanya dalam satu kali pertemuan.
Jumlah latihan yang diberikan bisa berbeda-beda dalam setiap tahapan untuk
memaksimalkan peran siswa di kelas. Setiap siklus pembelajaran dirincikan sebagai berikut:

1. Membangun Pengetahuan (Building Knowledge of the Field)


Tahapan ini bertujuan untuk membangun konteks atau pengetahuan siswa tentang
topik yang akan mereka komunikasikan. Kegiatan ini melibatkan kegiatan membaca
dan menyimak. Untuk memeriksa pemahaman siswa tentang bacaan dan simakan dari
topik yang mereka baca dan dengarkan, guru dapat meminta siswa untuk menulis atau
berbicara, atau melakukan keduanya. Guru juga mengajarkan aspek ekspresi,
kosakata, dan tata bahasa yang berkaitan dengan teks yang dipelajari siswa.
Selanjutnya, guru juga meminta siswa untuk menuliskan ungkapan dan kosakata yang
bisa mereka gunakan dalam berkomunikasi.
Pada tahap ini, peran guru sangat dominan agar nantinya siswa dapat bekerja
secara mandiri.

2. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah tahap ketika siswa diperkenalkan dengan jenis teks yang akan
mereka komunikasikan. Pada tahap ini, guru menjelaskan jenis teks, termasuk tujuan
dan konteks sosialnya. Guru juga menjelaskan struktur teks, fungsi, serta unsur
kebahasaan dari teks yang mereka pelajari.
Ketika menjelaskan tujuan sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks, guru
menyajikan teks secara keseluruhan dalam tiga kolom. Kolom pertama berisi struktur
teks, kolom kedua menyajikan teks lengkap, dan kolom terakhir menyediakan unsur
kebahasaan teks. Pada tahap ini, peran guru juga dominan karena siswa masih perlu
memahami konsep dari jenis yang sedang mereka pelajari.

3. Bekerja sama (Joint Construction)

6
Bekerja sama adalah tahap ketika siswa menerapkan pemahaman mereka
tentang jenis teks yang telah dipelajari dengan bekerja sama dengan siswa lain. Tahap
ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, siswa dan guru menulis bersama di mana
guru dapat bertindak sebagai juru tulis, sementara siswa berkontribusi pada penulisan
atau diskusi yang akan mereka lakukan. Kedua, siswa dapat dikelompokkan dan
diberikan tabel topik yang akan mereka bicarakan dan tuliskan. Tabel berisi kerangka
unsur teks dari topik yang dibahas.
Meskipun penting, tahap ini dapat dilewati jika perlu, terutama bila siswa telah
menunjukkan kinerja yang baik secara individu dalam menulis dan berbicara
mengenai topik yang mereka bahas. Pada tahap ini, kontrol dari guru harus dikurangi
dan peran siswa di kelas harus ditingkatkan saat mereka terlibat langsung dalam
kegiatan.

4. Bekerja mandiri (Independent Construction)


Bekerja mandiri adalah tahap ketika siswa bekerja secara individu dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dalam hal ini, siswa harus sudah dapat
memahami tujuan sosial dari jenis teks yang mereka pelajari, menulis, dan berbicara
di kelas dengan menggunakan struktur teks dan unsur kebahasaan yang sesuai dengan
jenis teks yang telah mereka pelajari.

7
BAB III
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A. Gambaran masalah
Membaca merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang berada pada tataran
ketiga, setelah menyimak dan berbicara. Membaca merupakan suatu tindakan yang tidak
sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal, antara lain: aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca bersifat reseptif karena dengan
membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-
pengalaman baru, serta memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.Keterampilan membaca
merupakan pondasi penting bagi semua mata pelajaran di sekolah. Ini adalah kunci untuk
memahami dan mengakses berbagai jenis informasi. Membaca adalah cara efektif untuk
mengembangkan kosakata, pemahaman tata bahasa, dan kemampuan berbicara dan menulis
dalam bahasa Indonesia.

Ini membantu siswa menguasai bahasa dengan lebih baik.Membaca memungkinkan


siswa untuk mengakses pengetahuan yang luas. Ini tidak hanya mencakup pelajaran di buku
teks, tetapi juga literatur, cerita rakyat, dan sumber-sumber lain yang memperkaya
pemahaman mereka tentang budaya dan sejarah Indonesia. Anak-anak dapat
mengeksplorasi cerita dan puisi yang menghidupkan sastra Indonesia.

Melalui membaca, siswa juga diajarkan untuk menganalisis teks, mengidentifikasi


pesan utama, karakter, dan konflik. Ini adalah keterampilan kritis yang berguna dalam
pemahaman yang lebih dalam terhadap berbagai aspek sastra. Indonesia memiliki tantangan
literasi yang perlu diatasi Pengembangan pembelajaran membaca di SD adalah upaya untuk
meningkatkan tingkat literasi di seluruh negeri.

Dengan latar belakang ini, pengembangan pembelajaran membaca di tingkat SD


bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan membaca, tetapi juga tentang membuka
pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang bahasa dan sastra Indonesia, serta
mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang cerdas dan terdidik

8
B. Teknik Pengumpulan data

Djaman Satori dan Aan Komariah (2011: 103) Pengertian teknik pengumpulan data
menurut Djaman dan Aan Komariah merupakan pengumpulan data penelitian ilmiah adalah
prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan.

Ridwan (2010:51) menyatakan pengertian dari teknik pengumpulan data sebagai teknik
atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Sugiyono (2014: 224) mengungkapkan teknik pengumpulan data merupakan langkah


yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak, catat,
dan pustaka. Teknik simak biasanya juga disebut sebagai teknik sadap merupakan
penyadapan sesuatu yang digunakan seseorang atau beberapa orang informan dalam upaya
mendapatkan data. Teknik ini dilakukan dengan membaca secara berulang-ulang agar
mendapatkan data yang akurat. Mahsun (2005: 92-93) menyatakan teknik catat merupakan
teknik lanjutan setelah peneliti menerapkan teknik simak. Teknik catat ini dilakukan dengan
mencatat bagian-bagian penting. Teknik ini menggunakan sumber-sumberdari buku dan
jurnal-jurnal.

C. Model Kooperatif

Model pembelajaran Kooperatif perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya,
model pembelajaran harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-
masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan utama yang berbeda-
beda.Model adalah pola atau bentuk yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan. Miils
berpendapat bahwa model adalah representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Menurut Kemp dalam Rusman model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas (disebut Jigsaw I) kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman- temannya di Universitas John. Hopkins menjadi Jigsaw II. Pada Jigsaw I (orisinil)
siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasi sementara konsep-konsep
yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman satu timnya. Jigsaw orisinil

9
membutuhkan waktu yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan Jigsaw II. Sedangkan pada
Jigsaw II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia
belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli.Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang
anggota yang menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Teknik belajar mengajar berpikir berpasangan (berempat) dikembangkan oleh
Farnk Lyman (think pair share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Metode TPS
berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban.

10
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kurangnya minat membaca dongeng

Minat baca anak Indonesia masih rendah karena pendekatan, akses, dan
kesempatan anak pada bahan bacaan masih minim dan tidak menarik. Salah satu
pendekatan terbaik untuk anak agar gemar membaca buku yaitu dengan cara
mendongeng. Dengan dongeng dapat menumbuhkan minat baca pada anak-anak.
Kebiasaan mendengarkan cerita lewat cara yang menyenangkan juga dapat
merangsang daya imajinasi dan kreativitas anak. Tetapi pada kenyataannya saat ini
dongeng sepertinya sudah jarang diperdengarkan.

Orang tua sibuk bekerja sehingga tak ada waktu untuk membacakan cerita
kepada anaknya sebelum tidur. Orang tua mempercayakan televisi dan smartphone
untuk menemani anak-anak sebagai pengantar tidur. Selain itu anak-anak merasa
lebih asyik main game di smartphone dibandingkan mendengar cerita dari ayah
bundanya yang tidak menarik baginya. Hal ini terjadi dimungkinkan karena orang tua
kurang menghayati cerita pada saat mendongeng kepada anaknya. Sehingga anak
tidak memiliki ketertarikan untuk mendengarkan dongeng.

Sebenarnya orang tua harus dapat menerapkan teknik mendongeng saat


membacakan buku-buku cerita. Dengan metode bertutur, anak akan menangkap isi
cerita dengan cara yang menyenangkan. Orang tua juga dapat menyelipkan nyanyian
dan permainan keteika bercerita dan harus mempunyai konsep baru tentang
mendongeng. Intinya orang tua menanamkan nilai-nilai positif seperti jujur,sopan atau
mencintai lingkungan melalui dongeng. Hal ini menjadi sebuah pembelajaran bahwa
dongeng sangat mempengaruhi pembentukan pola pikir anak.

Dampak langsung yang bisa dilihat ketika anak sering diceritakan dongeng adalah :

11
1. Anak mengenal kosa kata baru. Dalam setiap cerita memuat ribuan kata, disitulah
anak akan banyak mengenal kosa kata baru sehingga dia akan mudah bicara dan
kemampuan berbahasa serta komunikasi yang sangat baik.
2. Anak akan menjadi pendengar yang baik dan berani bertanya. Saat anak diceritakan
dongeng dia akan mendengarkan dengan baik. Dengan dongeng juga anak mendapat
stimulan untuk berpikir lebih luas, sehingga dia meresponnya dengan berani
mengajukan pertanyaan.
3. Anak memiliki imajinasi dan kreativitas tinggi. Dongeng orang tua akan
menciptakan dialog antara anak dan orang tua. Anak bertanya dan diberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Hal ini akan menjadikan anak
berimajinasi sesuai dengan angan-angannya.
4.Nilai moral dan karakter anak baik. Dongeng biasanya memuat perilaku tokoh yang
jahat dan baik. Namun selalu ada penjelasan bagaimana akibat perilaku baik dan jahat
tersebut. Selain itu terselip nilai-nilai kehidupan bagi seorang anak, disinilah akan
terbentuk moral dan akhlak serta karakter yang baik sesuai perkembangan anak.
5.Emosi anak dan ikatan emosional terhadap orang tua terjaga. Dongeng adalah salah
satu cara mendekatkan anak dengan orang tua. Kecerdasan emosional anak dapat
terbangun melalui dongeng yang diceritakan kepada anak. Saat mendongeng orang
tua pasti berada di dekat anak, sehingga ikatan emosionalnya terjaga dengan baik dan
kedekatan itu dapat terbangun.

B. Kurangnya pengulangan minat membaca dongeng


Ada beberapa hal yang kurangnya pengulangan membaca dongeng dan
rendahnya kemampuan membaca dan menulis bagi seorang siswa. Bentuk hambatan
ini sebagian ada yang disadari, namun sering kali tidak disadari oleh pemiliknya.
Berikut ini adalah hambatan-hambatan tersebut.
1. Sulit konsentrasi
Kesulitan konsentrasi dapat menyebabkan berbagai dampak, termasuk
penurunan produktivitas, kesulitan menyelesaikan tugas, dan potensi
penurunan kinerja mental secara keseluruhan. Selain itu, kondisi ini juga dapat
berdampak pada kesejahteraan emosional dan sosial seseorang. Jika Anda
mengalami kesulitan konsentrasi secara terus-menerus, penting untuk mencari
bantuan atau saran profesional untuk menangani masalah tersebut.

12
Kesulitan konsentrasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya kelelahan fisik dan mental, bosan, atau banyak hal lain yang sedang
dipikirkan. Konsentrasi juga dapat terganggu dengan adanya hal-hal yang
dapat mengalihkan perhatian, seperti suara musik yang keras, TV yang
menyala, orang yang lalu lalang, dan sebagainya.30Kesulitan konsentrasi
membuat pikiran melayang kemana dan huruf-huruf yang dibaca pun ikut
menguap terbang. Dalam membaca, konsentrasi sangat penting, karena
menentukan kemampuan menangkap dan memahami isi bacaan. Oleh karena
itu, ketika mulai membaca, pembaca perlu mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan sulit berkonsentrasi.
2. Rendahnya motivasi
penyebab motivasi belajar rendah di kalangan para siswa? Seperti yang
diketahui, motivasi belajar adalah suatu dorongan yang perlu dimiliki oleh
setiap siswa. Tanpa adanya motivasi, maka siswa akan kesulitan dalam
menjalankan kegiatan belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Pastinya, hal
ini akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan kognitif dan prestasi
siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa perlu diketahui akar penyebabnya
agar bisa ditemukan solusi yang tepat. Mengingat, setiap siswa memiliki
problem masing-masing yang tidak bisa disamaratakan penanggulangannya.
pembaca bisa memahami materi dengan mudah. Akan tetapi, motivasilah yang
membantu seorang pembaca untuk mempertahankan pemahaman tersebut
dalam jangka panjang, karena motivasi melibatkan emosi dan keinginan untuk
menikmati suatu bahan bacaan.
3. Khawatir tidak bisa memahami bahan bacaan
Rasa khawatir paling sering muncul ketika seseorang membaca buku
pelajaran, terutama pada saat menjelang ujian. Ada perasaan-perasaan, seperti
waktunya sangat terbatas, kurang memiliki pengetahuan, soal yang ditanyakan
mungkin akan sangat beragam dan pembaca harus menguasai satu buku
secara penuh untuk memahaminya, dan sebagainya. Semua kekhawatiran ini
akan mengganggu kecepatan membaca maupun pemahaman orang tersebut.
4. Kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca
Kebiasaan buruk dalam membaca jika dipelihara akan membuat
kecepatan membaca akan terganggu.

13
Berikut ini adalah beberapa kebiasaan buruk yang lazim dimiliki orang :

a. Vokalisasi
Hal ini dilakukan dengan cara melafalkan apa yang kita baca. Dengan
demikian, kecepatan membaca akan samadengan kecepatan berbicara.
b. Subvokalisasi
Ada orang membaca tanpa suara di bibir, tapi di hati. Dengan cara ini,
dampaknya kurang lebih sama dengan vokalisasi, yakni kecepatan membaca
sama dengan kecepatan berbicara.
c. Gerakan bibir
Ada juga orang yang membaca tanpa bersuara, tapi bibir seperti orang
berbicara dan melafalkan sesuatu. Kebiasaan ini berakibat sama dengan dua
kebiasaan buruk di atas.
d. Gerakan kepala
Banyak orang ketika membaca kepalanya ikut bergerak mengikuti kata
demi kata dalam bahan bacaan, sehingga kepala bergerak secara teratur dari
kiri ke kanan, lalu kembali lagi ke kiri, dan seterusnya. Kebiasaan ini akan
menghambat kecepatan baca karena pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh
dengan pergerakan mata.

e. Regresi (pengulangan ke belakang)


Pernahkah Anda membaca suatu kalimat atau paragraf kemudian tidak
yakin dengan isinya atau merasa kurang paham kemudian Anda balik lagi dan
mengulang kalimat atau paragraf tersebut. Bayangkan jika dalam satu halaman
saja Anda melakukannya 10-15 kali, berapa banyak waktu yang telah
terbuang.
perbaikan perpustakaan sekolah, guru, dosen maupun pustakawan sekolah
sebagai tenaga kependidikan, harus mengubah mekanisme proses
pembelajaran menuju membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat.
Setiap guru, dosen
dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya sebagai
motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku
penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya, dengan
memberi tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses

14
pembelajaran. Dengan sistem reading drill secara kontinyu maka membaca
akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.

C. Gangguan perhatian dan kesehatan membaca siswa

Gangguan belajar terjadi ketika seseorang mengalami gangguan


perkembangan dan tidak mampu memahami apa yang mereka lihat dan dengar .
Gangguan belajar dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Penyebab
internal ini adalah masalah sistem atau fungsi saraf dan juga kurangnya motivasi
untuk dirinya sendiri. Sedangkan penyebab eksternal dapat muncul berupa faktor
lingkungan yang tidak sesuai, seperti teman yang tidak mendukung, orang tua,
kerabat, guru, dan sistem pendukung lainnya. Karena adanya beberapa gangguan
belajar, anak mungkin mengalami penurunan prestasi dan tidak mampu mencapai
tujuan belajar.

Anak dengan kesulitan belajar, memiliki beberapa hambatan, di antaranya:

1. Keterampilan Dasar.
Anak dengan kesulitan belajar biasanya memiliki gangguan dalam proses
mem-pelajari nama warna atau huruf, tidak memiliki pemahaman yang kuat
hubungan antara huruf dengan suara, buruk pada tugas yang berhubungan
dengan bunyi, memiliki masalah dalam mengingat fakta dasar matematika.

2. Membaca.
Anak-anak ini memiliki kekurangan dalam jumlah perbendaharaan kata
dibandingkan anak seusianya, membaca dengan suara keras kurang lancar
atau terbata-bata, memiliki masalah yang berkelanjutan atau terus menerus
untuk mendeskripsikan sesuatu, tidak mengerti apa yang dibaca, pemahaman
membaca bermasalah karena masalah pemahaman uraian kata, sering
membalik-balikan kata, kemampuan membaca tidak sesuai dengan
kecerdasan yang tampak dan kosakata yang dimilikinya, sering mengganti
kata-kata yang mirip secara visual (misalnya ini untuk itu), lambat tingkat
membacanya dibandingkan anak lain seusianya, kata-kata yang terpecah
ketika membaca, menambahkan kata saat membaca, terus bergantung pada
jari menunjuk saat membaca (untuk siswa yang lebih tua), terus bergerak
bibirnya saat membaca (untuk siswa yang lebih tua).

15
3. Menulis.
Dalam hal menulis, anak-anak ini membuat pembalikan huruf dan diulang-
ulang (setelah 9 tahun), sering melakukan kesalahan dalam ejaan termasuk
penghilangan konsonan, kesalahan urutan suku kata (misalnya manbi untuk
mandi), menulis lambat atau dengan susah payah, membuat pembalikan
nomor.
4. Bahasa Lisan.
Anak-anak ini memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat, mengingat
urutan verbal (misalnya nomor telepon, arah, bulan tahun), memiliki kosakata
yang terbatas.

5. Perilku.

Anak-anak ini tidak suka membaca atau menghindarinya, memiliki masalah


perilaku waktu selama atau sebelum kegiatan membaca dengan membaca
signifikan, menolak untuk melakukan pekerjaan rumah yang membutuhkan
bacaan, tampaknya hanya melihat gambar-gambar di buku cerita dan
mengabaikan teks.

Anak berkesulitan belajar dilihat dari spesifikasinya juga dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kesulitan belajar praakademik dan akademik. Kesulitan belajar yang
tergolong praakademik meliputi:

a. Gangguan motorik dan persepsi, yang mencakup gangguan pada motorik


kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.

b. Gangguan persepsi meliputi persepsi penglihatan atau persepsi visual, persepsi


pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi heptik (raba dan gerak atau taktil
dan kinestik), dan inteligensi sistem persepsi. Jenis gangguan ini perlu
penanganan secara sistematis karena pengaruhnya terhadap per-kembangan
kognitif yang besar yang bermuara pada terhambatnya prestasi akademik yang
dicapai anak.

16
c. Dispraksia atau sering disebut dengan istilah clumsy merupakan keadaan
akibat adanya gangguan dalam inteligensi auditori-motor. Anak tidak mampu
melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar malaupun tidak ada
kelumpuhan anggota tubuh. Manifestasi dispraksia dapat berbentuk disfasia
verbal (bicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan pantomime).

Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu:

1) Dispraksia ideomotoris, yang ditandai oleh kurangnya kemampuan dalam


melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi,
atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang
luwes. Dispraksia ini merupakan kendala bagi perkembangan bicara.

2) Dispraksia ideosional, yang ditandai oleh adanya kemampuan anak melakukan


gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan,
terutama untuk kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya terletak
pada urutan gerakan, anak sering bingung mengalami suatu aktivitas, seperti
mengikuti irama musik.

3) Dispraksia konstruksionalyang ditandai oleh konsisi anak yang mengalami


kesulitan dalam gerakan-gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk,
seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi seperti ini akan
mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis.

4) Dispraksia oral, yang diidentikkan dengan kesulitan anak yang mengalami


gangguan per-kembangan bahasa yang disebabkan oleh adanya gangguan
dalam konsep gerakan motorik di dalam mulut. Anak tampak kurang mampu
menirukan gerakan seperti menjulurkan dan menggerakan lidah,
mengembungkan pipi.

Definisi Kesulitan Belajar Khusus:

1. Menurut Subini (2011), kesulitan belajar adalah kesukaran yang dialami


peserta didik dalam menerima dan menyerap pelajaran. Beragam bentuk
kesulitan belajar yaitu belajar dalam aktivitas mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, menalar dan menghitung.

17
2. Menurut Rohmah (2015), kesulitan belajar adalah peserta didik yang tidak
dapat belajar dengan wajar dan berbeda dengan teman-teman lainnya. Hal ini
disebabkan karena adanya ancaman, hambatan atau gangguan yang dialami
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Menurut Mahmud (1990), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dan suatu
proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan belajar ini bukan hanya masalah
instruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.
4. Menurut Tohirin (2008), kesulitan belajar adalah kondisi dimana siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya, baik dalam menerima maupun menyerap
pelajaran. Kesulitan belajar ditandai dengan menurunnya kinerja anak secara
akademik atau prestasi belajar siswa. Kesulitan ini juga dibuktikan dengan
menurunnya kelainan perilaku (Mishbehaviour).

18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa Membaca menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki lima makna dan maksud di antaranya: melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); Mengeja
atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui atau meramalkan;
memperhitungkan atau memahami.Kesulitan membaca pada siswa umumnya dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman fonem, masalah
penglihatan, atau kekurangan latihan membaca. Sementara itu, gangguan hiperaktif
pada siswa dapat memengaruhi konsentrasi mereka, menghambat kemampuan untuk
fokus pada aktivitas membaca.Selain itu, membaca juga merupakan proses berpikir
sehingga dapat memahami maksud dari tulisan yang dibaca.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya uraikan. saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya
kesempurnaan itu milik Allah dan kekurangan bagian dari kita. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermafaat dan menambah referensi pengetahuan
kita. Terimakasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/408751-model-pembelajaran-
kooperatif-cooperativ-609b9c2e.pdf
Dr.Elvi susanti, M.Pd. (2019), keterampila berbicara, jakarta.PT Grafindo persada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IGSJ/article/view/60223
Ria Kristia Fatmasari, M.Pd.&Husniyatul Fitriyah, M.Pd.(2018). keterampilan membaca.
Jakarta.

https://books.google.com/books/about/Kiat_Jitu_Anak_Gemar_Baca_Tulis.html?
hl=id&id=LDBIDwAAQBAJ#v=onepage&q=buku%20pendekatan%20genre
%20membaca&f=false.
https://books.google.com/books/about/Bahasa_dan_Sastra_Indonesia_SD_Berorient.html?
hl=id&id=BtKREAAAQBAJ#v=onepage&q=buku%20pedagogi%20genre&f=false
https://prosiding.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/Prosiding/article/viewFile/
1056/377#:~:text=Menurut%20Westwood%20(2004)%20faktor%20yang,harmonis
%20antara%20guru%20dan%20siswa%2C

20

Anda mungkin juga menyukai