Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung

dan tempat terjadinya interaksi antara guru dan murid untuk mencapai suatu

kompetensi. Melalui proses ini diharapkan siswa mampu memperoleh

pengalaman belajar sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih

lama. Upaya yang harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu Pendidikan

secara menyeluruh meliputi berbagai aspek, baik aspek pengetahuan,

keterampilan, sikap, kualitas guru, sarana dan prasarana pembelajaran serta

penerapan model, strategi, pendekatan maupun metode pembelajaran.

Pendidikan juga merupakan sarana yang efektif dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang ke tiga yakni

mencerdaskan kedidupan bangsa (Sutrisno, 2016:30). Salah satu hal yang

dapat diupayakan dalam meningkatkan mutu Pendidikan adalah proses belajar

mengajarnya.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Suardi (2018:11)

belajar merupakan perubahan dalam diri seseorang yang dapat dinyatakan

dengan adanya penguasaan pola sambutan yang baru, berupa pemahaman,

keterampilan, dan sikap sebagai hasil pengalaman yang dialami. Dengan

adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik dapat menarik perhatian

1
2

peserta didik dan menimbulkan minat belajar peserta didik yang lebih baik

sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada hari sabtu

tanggal 14 Januari 2023 diperoleh beberapa informasi bahwa saran dan

prasarana yang ada di sekolah tersebut cukup memadai seperti fasilitas kantor,

laptop/computer, proyektor ruang kepada sekolah dll, Namun untuk fasilitas

media pembelajaran kurang memadai. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan wali kelas IV Ibu Rita Marlini S.Pd dan Ibu Yelpi

Anggraini, S.Pd di hari yang sama terdapat informasi diperoleh beberapa

informasi bahwa siswa di kelas IV tersebut berjumlah 33 siswa yang terdiri

dari 2 kelas yaitu kalas A dan B, kelas A berjumlah 16 orang yang tediri dari 8

perempuan dan 8 laki-laki sedangkan, kelas B berjumlah 17 orang yang

berdiri dari 8 laki - laki dan 9 perempuan. Kurikulum yang digunakan di

sekolah tersebut menggunakan kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran

guru melaksanakan pembelajaran yang aktif melalui pemanfaatan penggunaan

beberapa model pembelajaran dan media pembelajaran yang tersedia

dilingkungan sekolah seperti buku paket, lks, dan media gambar. Dalam

proses pembelajaran terdapat masalah dalam sistem pengajaran yaitu

rendahnya keaktifan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran

sehingga masih ada siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan

yaitu 70 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Hal ini

dapat dilihat dari hasil nilai ulangan semester siswa kelas IV.B yang

menunjukan masih banyak siswa yang nilainya dibawah standar ketuntasan


3

minimal (KKM). Dari 17 siswa, hanya ada 2 siswa yang mencapai KKM

sedangkan 15 siswa yang belum mencapai KKM.

Menurut pendapat Soemantri (Ruminiati, 2007:25) Pendidikan

kewarganegaraan (PKN) adalah salah satu pelajaran sosial dalam membentuk

serta membina warga negara dengan baik. Melalui pembelajaran PKN yang

diajarkan, diharapkan peserta didik dapat menjadi warga negara Indonesia

yang demokratis dan bertanggung jawab. Pada pembelajaran PKN ini peneliti

akan membahas materi tema 9 subtema 2 Kayanya Negeriku.

Model kooperatif atau sering disebut dengan cooperative learning

merupakan salah satu rumpun model pembelajaran interaksi sosial. Penerapan

model pembelajaran ini identik dengan adanya suatu interaksi antar siswa

dalam mengomunikasikan suatu ide atau gagasan. Menurut Komalasari

(2010:67) mengatakan bahwa snowball throwing adalah model pembelajaran

yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan

keterampilan membuat - menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui

permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Media

pembelajaran juga digunakan dalam proses pembelajaran ini bertujuan untuk

menambah wawasan serta pengetahuan peserta didik, yaitu menggunakan

media flashcard.

Menurut Haryanti & Tejaningrum (2020:63) media flashcard adalah

kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda symbol yang

digunakan untuk membantu mengingatkan serta merangsang pikiran dan

minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Fathimah &


4

Nurmaningsih (2022:13) Flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar,

teks, yang mengarahkan siswa tentang sesuatu yang berhubungan dengan

gambar sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi yang akan

diberikan. Dengan adanya model pembelajaran Kooperatif Snowball

Throwing dan media Flashcard yang digunakan diharapkan agar siswa aktif

dalam belajar karena dalam proses pembelajarannya terdapat permainan dan

gambar-gambar yang mampu menghilangkan rasa bosan siswa terhadap

pembelajaran PKN. Solusi yang dapat diberikan peneliti untuk menuntaskan

hasil belajar PKN yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Snowball Throwing berbantuan Media Flashcard untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

Hal tersebut didukung oleh penelitian Suyanto (2018) dengan judul

penerapan model pembelajaran snowball throwing berbantuan media gambar

untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi pesawat sederhana pada

siswa kelas V SD 8 Gondosari pada kondisi awal pra siklus aktivitas siswa

menunjukan nilai yang belum tinggi yaitu rerata 32% masih dibawah yang

diharapkan yaitu 80%. Pada siklus 1 menunjukan aktivitas yang mengalami

kenaikan yaitu rerata 60% mengalami kenaikan sebesar 28% dari tahap

sebelumnya. Sedangkan pada siklus 2 menunjukan nilai yang tinggi yaitu nilai

rerata 87% atau naik sebesar 27% sudah diatas dari indikator keberhasilan

yaitu 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran snowball throwing berbantuan media gambar dapat


5

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil judul

tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing

Berbantuan Media Flashcard Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas IV SD

Negeri Remayu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengangkat

permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Apakah hasil belajar PKN siswa

kelas IV SD Negeri Remayu setelah diterapkan model pembelajaran Snowball

Throwing berbantuan Media Flashcard secara signifikan tuntas ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah hasil belajar PKN

siswa kelas IV SD Negeri Remayu setelah diterapkan model pembelajaran

Snowball Throwing berbantuan Media Flashcard secara signifikan tuntas.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoretis
6

Penelitian ini memberikan manfaat secara teoretis yaitu berguna

sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, serta bermanfaat

untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya

Penerapan model kooperatif Snowball Throwing berbantuan media

Flashcard pada pembelajaran PKN kelas IV Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu

meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran PKN khususnya

menggunakan model kooperatif Snowball Throwing.

b. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan guru dapat lebih berinovasi dan

berkreasi dalam menggunakan model pembelajaran dalam proses

pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik.

c. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran dan prestasi belajar siswa

dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Snowball

Throwing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar permasalahan dalam penelitian ini terarah serta dapat mencapai

sasaran yang diinginkan, maka penulis membatasi masalah yang di bahas

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa

kelas IV pada pembelajaran PKN tema 9 subtema 2 (Kayanya Negeriku).


7

2. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing

Berbantuan Media Flaschcard.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

Ngalimun (2014:27) mengemukakan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu perencanaan dan suatu pola yang digunakan untuk

pedoman pada saat mendesain pola - pola dalam mengajar secara tatap

muka pada saat didalam kelas dan digunakan untuk menentukan

materi/perangkat pembelajaran yang didalamnya termasuk buku-buku,

media (film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan

kurikulum (sebagai kursus belajar).

Fathurrohman (2015:30) mengemukakan bahwa model pembelajaran

adalah operasionalisme dari teori psikologi yang berfungsi sebagai

pedoman bagi perencanaan pembelajaran melalui strategi pembelajaran

yang dilakukan untuk mengembangkan semua aspek kecerdasan peserta

didik. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkusan atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi dan Teknik

pembelajaran (Helmawati, 2012:19).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang


8

digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

7
Model kooperatif atau sering disebut dengan cooperative learning

merupakan salah satu rumpun model pembelajaran interaksi sosial.

Penerapan model pembelajaran ini identik dengan adanya suatu interaksi

anatarsiswa dalam mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan. Menurut

Indriani dkk (2021:51-60) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

susunan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Menurut Isrok’atun (2006 :19) pada penerapan pembelajaran

kooperatif, dua atau lebih individu saling bergantungan satu sama lain

untuk mencapai satu penghargaan bersama. Ketergantungan antar siswa di

sini yakni adanya ketergantungan siswa pada saat menyelesaikan tugas

dalam sebuah kelompok. Tugas setiap siswa akan berpengaruh pada tugas

siswa lain dalam satu kelompok. Dengan demikian, tugas setiap siswa

harus bisa di pertangungjawabkan.

Isrok’atun (2006 :19) menyatakan bahwa ada lima elemen yang

menjadi karakteristik model pembelajaran kooperatif. Kelima elemen

tersebut yaitu :
9

1) Positif Interdepencence (Ketergantungan Positif), hal ini terjadi ketika

setiap orang dalam kelompok memiliki tugas dan peran masing –

masing di dalam kelompoknya. Keberhasilan kelompok ditentukan

oleh keberhasilan kinerja setiap anggota kelompok. Kegiatan ini

menunjukan adanya ketergantungan positif.

2) Face To Face Promotive Interaction (Interaksi Tatap Muka

Langsung), adanya interaksi tatap muka langsung bertatap muka

langsung selama pembelajaran. Siswa melakukan interaksi dan

komunikasi dengan siswa lain. Adanya interaksi tatap muka langsung

bertujuan untuk menanamkan sikap saling menghargai perbedaan, serta

memanfaatkan kelebihan dan kekurangan setiap siswa untuk

membantu dalam belajar.

3) Individual Accountability (Tanggung Jawab Perseorangan),

pembelajaran kooperatif memberikan dan menanamkan sikap tanggung

jawab pada diri setiap siswa. Kegiatan dilakukan dengan memberikan

setiap siswa tugas dan peran dalam kelompoknya. Setiap siswa

dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik demi keberhasilan

kelompok sesuai dengan tugasnya.

4) Interpersonal And Small-Group Skills, kegiatan belajar kooperatif

identik dengan kegiatan kerja sama dalam kelompok. Kegiatan ini

menuntut adanya komunikasi yang baik antarsiswa dalam kelompok

sehingga mampu menyampaikan ide atau pendapat yang dapat

dipahami oleh siswa lain.


10

5) Group Processing, penerapan dalam kegiatan belajar dilakukan secara

berkelompok, proses kegiatan kelompok diterapkan dalam

memecahkan suatu permasalahan. Siswa dapat berdiskusi serta

bertukar pikiran dan pendapat dalam menemukan solusi masalah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan salah satu rumpunan model

pembelajaran yang identik dengan interaksi antara sesama peserta didik

satu dengan yang lainya dan saling bergantungan serta berkerjasama.

3. Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing

a. Pengertian Snowball Throwing

Secara etimologi, snowball artinya bola salju sedangkan throwing

artinya melempar (Amin dkk, 2022:529). Jadi snowball throwing

diartikan dengan melempar bola salju. Dalam strategi pembelajaran

snowball throwing (bola salju) adalah kertas yang berisikan pertanyaan

yang dibuat oleh siswa kemudian dilemparkan kepada temannya

sendiri untuk dijawab.

Menurut Komalasari (2010:67) mengatakan bahwa snowball

throwing adalah model pembelajaran yang menggali potensi

kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat -

menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif

membentuk dan melempar bola salju. Sedangkan menurut Shoimin

(2014:174) mengemukakan bahwa snowball throwing merupakan

metode pembelajaran kooperatif dimana diskusi kelompok dan


11

interaksi antara siswa dari kelompok lain supaya saling berbagi

pengetahuan dan pengalaman dalam meyelesaikan permasalahan yang

timbul selama diskusi berlangsung secara lebih interaktif dan

menyenangkan.

Model pembelajaran ini merupakan salah satu modifikasi dari

Teknik bertanya yang melibatkan kemampuan siswa dalam

merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang

menarik yaitu saling melempar bola salju yang berisi pertanyaan.

Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri

jika mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan dari temannya

yang terdapat dalam bola kertas (bola salju).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran snowball throwing

adalah model pembelajaran yang menggunakan teknik bermain

melempar bola salju untuk melatih pengetahuan siswa dalam membuat

dan menjawab soal yang ada di dalam kertas tersebut.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Trianto (2009:56) model pembelajaran snowball throwing

memiliki beberapa karakteristik, yaitu ;

1) Peserta didik dalam kelompok kooperatif yang bertujuan untuk

menguasai materi.

2) Peserta didik diberikan beberapa pertanyaan untuk melatih

pemahaman peserta didik seputar materi.


12

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif

didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru

perlu menyadari bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan

adalah prestasi setiap individu peserta didik.

4) Peserta didik belajar bekerjasama, peserta didik juga harus belajar

bagaimana membangun rasa percaya diri.

Menurut Oktaviani (2016:18) model pembelajaran snowball

throwing memiliki beerapa karakteristik, antara lain sebagai berikut :

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai

materi akademis.

2) Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman

siswa seputar materi.

3) Penilaian diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan

kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu

menyadari bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah

prestasi setiap individu.

4) Siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana

membangun kepercayaan diri.

5) Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada

individu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik model pembelajaran snowball throwing adalah sebagai

berikut :
13

1) Peserta didik berada didalam sebuah kelompok untuk menguasai

materi yang akan diajarkan.

2) Peserta didik diberikan pertanyaan yang akan dijawab untuk

melatih pemahaman peserta didik

3) Peserta didik belajar bekerjasama, percaya diri dan kristis.

c. Langkah - Langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Fathurrohman (2015:61-62) adapun langkah-langkah

pembelajaran kooperatif Snowball Throwing adalah sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-

masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang

materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-

masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru

kepada semua teman sekelompoknya.

4) Masing–masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi

yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Siswa membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari

siswa satu kesiswa yang lain selama 15 menit.

6) setelah siswa mendapatkan satu bola, ia diberikan kesempatan

untuk untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

tersebut secara bergantian.


14

7) Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.

Menurut Shoimin (2014:175-176) mengemukakan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif Snowball Throwing sebagai berikut :

1) Menyajikan tujuan dan motivasi siswa.

2) Menyajikan informasi.

3) Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

5) Evaluasi.

6) Memberikan penilaian penghargaan.

Sedangkan menurut Ngalimun (2014:175) Langkah-langkah

pembelajaran kooperatif Snowball Throwing sebagai berikut :

1) Informasi materi secara umum.

2) Membentuk kelompok.

3) Pemanggilan ketua kelompok dan diberikan tugas membahas materi

tertentu dikelompok.

4) Bekerja kelompok.

5) Tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada

kelompok lain.

6) Kelompok lain menjawab secara bergantian.

7) Penyimpulan.

8) Refleksi dan evaluasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut :


15

1) Guru menyampaikan materi yang akan diajarkan secara umum.

2) Guru membentuk kelompok, setiap ketua kelompok maju kedepan

untuk memberikan penjelasan materi yang didapatkan kepada teman

kelompoknya.

3) Masing-masing kelompok menuliskan pertanyaan untuk diberikan

kepada kelompok lain.

4) Siswa membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilemparkan dari

siswa satu kesiswa lain selama 15 menit.

5) Siswa yang mendapatkan kertas tersebut harus menjawab

pertanyaan yang ada di dalam kertas tersebut.

6) Siswa menyimpulkan pembelajaran.

7) Guru melakukan refleksi dan evaluasi.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball

Throwing

Menurut Shoimin (2014:176) kelebihan model pembelajaran

snowball throwing, antara lain :

1) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa

seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa yang

lain.

2) Siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir karena diberi

kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.

3) Membuat siswa siap dengan segala kemungkinan karena siswa

tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.


16

4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

5) Pendidikan tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun

langsung dalam praktik.

6) Pembelajaran lebih efektif.

Kekurangan model kooperatif Snowball Throwing menurut

Shoimin, (2014: 176), yaitu :

1) Pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam

memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit.

2) Memerlukan waktu yang Panjang.

3) Murid yang nakal akan cendrung untuk membuat onar.

4) Kelas sering kali gaduh karena pada saat melempar bola.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Snowball

Throwing menurut Fathurrohman (2015:62) adalah sebagai berikut ;

Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai

berikut :

1) Melatih kesiapan siswa.

2) Saling memberikan pengetahuan

Kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing adalah

sebagai berikut :

1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar

siswa.

2) Tidak/kurang efektif.
17

Sedangkan menurut Budiyanto (2016:130) kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai

berikut ;

Kelebihan model pembelajran Snowball Throwing sebagai berikut :

1) Melatih kesiapan peserta didik.

2) Saling memberikan pengetahuan satu sama lain.

Kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing adalah

sebagai berikut :

1) Pengetahuan tidak luas atau kurang berkembag hanya berkutat

pada pengetahuan.

2) Membutuhkan waktu yang relatif agak lama.

Dapat disimpulkan bahwa solusi yang dapat dilakukan untuk

mengatasi kelemahan model pembelajaran snowball throwing yaitu

adalah :

1) Dalam menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing

guru berperan aktif dalam mengontrol / mengendalikan kelas

agar diskusi berjalan lancar.

2) Guru harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

4. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran

dan perasaan pembelajaran siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Satria & Egok dalam Arlianda


18

dkk, 2017:67). Sedangkan menurut pendapat Satrianawati (2018:5) media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai

pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).

Media pembelajaran merupakan bagian dari komponen pembelajaran

(urutan instruksional, metode, media dan waktu) yang digunakan secara

bersama-sama guna efektifitas pembelajaran (Elpira & Ghufron, 2015:97).

Media pembelajaran termasuk komponen yang penting dalam proses

pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi

yang sedang diajarkan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media

pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat yang mengantarkan pesan

antara pemberi pesan dan penerima pesan untuk memudahkan siswa dalam

memahami materi yang sedang diajarkan saat proses pembelajaran

berlangsung.

5. Media Flashcard

Menurut Fathimah & Nurmaningsih (2022:13) Flashcard adalah

kartu kecil yang berisi gambar, teks, yang mengarahkan siswa tentang

sesuatu yang berhubungan dengan gambar. Flashcard biasanya berukuran

8x 12cm akan tetapi dapat juga disesuaikan dengan besar kecilnya kelas

yang dihadapi. Tujuan media flashcard dirancang untuk bisa menjadikan

konsep-konsep yang abstrak menjadi konsep kongret, dapat dimengerti


19

dan menyenangkan, membantu ingatan anak terhadap pelajaran yang

diberikan.

Menurut Haryanti & Tejaningrum (2020:63) media flashcard adalah

kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda symbol yang

digunakan untuk membantu mengingatkan serta merangsang pikiran dan

minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Media flashcard merupakan

kartu-kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang

mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada suatu gambar (Fitriyani &

Nulanda dalam Susantini, 2021: 439-448).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

flashcard adalah media gambar/kartu berukuran 8x12cm yang memiliki

warna dan bentuk menarik sehingga mampu menarik perhatian siswa dan

menambah wawasan siswa dengan melihat gambar yang ada di kartu

tersebut.

6. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

Menurut Damri & Putra (2020:1) Pendidikan kewarganegaraan

adalah Pendidikan yang mengungatkan kita akan pentingnya nilai-nilai

hak dan kewajiban warga negara. Pada hakikatnya Pendidikan

kewarganegaraan bertujuan untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara Indonesia dan

sesame warga negara.

Pendidikan kewarganegaraan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


20

1) Materi berupa pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan

hubungan antara warga negara dengan negara dan materi Pendidikan

Pendahuluan Bela Negara (PPBN).

2) Bersifat interdisipliner dan

3) Bertujuan membentuk warga negara yang dapat diandalkan oleh

bangsa dan negara.

Menurut Cholisin (Winarno, 2019:04) menyatakan Pendidikan

kewarganegaraan sebagai Pendidikan politik yang fokus materinya

peranan kehidupan bernegara dalam rangka untuk membina warga negara

agar sesuai dengan ketentuan pancasila dan UUD 1945 agar menjadi

warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Sedangkan

menurut Lubis (2020:2-3) Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan

merupakan pembelajaran yang berisikan ajaran mengenai pengamalan

nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi warga

negara Indonesia taat akan aturan yang ditetapkan oleh agama maupun

UUD 1945.

Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan adalah

program Pendidikan yang membekali pengetahuan peserta didik untuk

menjadi warga negara yang cerdas, baik, bisa diandalkan dan dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian Yang Relevan


21

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2021) dengan judul Pengaruh

model pembelajaran snowball throwing dengan media kartu terhadap hasil

belajar siswa kelas 4 mata pelajaran IPA di MI Nurul Qomar Hasil

penelitian sebelum diterapkan model snowball trowing dengan media kartu

terhadap hasil belajar IPA di kelas IV, yang memperoleh nilai tertingi

hanya 1 orang (5,26%), kategori sedang 3 orang (156,2%) dan rendah

cukup banyak yakni 15 orang siswa. Sedangkan hasil penelitian setelah

diterapkan model snowball throwing dengan media kartu mendapatkan

hasil tinggi yakitu sekitar 13 siswa (68%) yang mendapat nilai sedang 3

orang (15%) dan nilai rendah 3 orang (15%). Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2018) dengan judul penerapan

model pembelajaran snowball throwing berbantuan media gambar untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi pesawat sederhana pada

siswa kelas V SD 8 Gondosari pada kondisi awal pra siklus aktivitas siswa

menunjukan nilai yang belum tinggi yaitu rerata 32% masih dibawah yang

diharapkan yaitu 80%. Pada siklus 1 menunjukan aktivitas yang mengalami

kenaikan yaitu rerata 60% mengalami kenaikan sebesar 28% dari tahap

sebelumnya. Sedangkan pada siklus 2 menunjukan nilai yang tinggi yaitu

nilai rerata 87% atau naik sebesar 27% sudah diatas dari indicator

keberhasilan yaitu 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran snowball throwing berbantuan media


22

gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hisbullah & Firman (2019) dengan judul

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan

hasil belajar ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar Pada siklus I bahwa

terdapat 3 siswa (18,75%) berada pada kategori sangat rendah. 3 siswa

(18,75%) berada pada kategori rendah, 2 siswa (14,58%) berada dalam

tingkat penguasaan sedang, 5 siswa (33,34%) berada pada kategori tinggi, 2

siswa (14,58%) yang berada pada tingkat penguasaan sangat tinggi.

Sedangkan, pada siklus II bahwa tidak ada siswa (0%) berada pada kategori

sangat rendah. 1 siswa (6,25%) berada pada kategori rendah, 1 siswa

(6,25%) berada dalam tingkat penguasaan sedang, 7 siswa (46,75%) berada

pada kategori tinggi, 6 siswa (40,75%) yang berada pada tingkat

penguasaan sangat tinggi.

Dari ketiga penelitian tersebut di atas, ada beberapa persamaan dengan

penelitian yang akan diteliti oleh penulis diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh ketiga peneliti di atas sama-sama menggunakan model pembelajaran

kooperatif Snowball Throwing. Sedangkan ketiga penelitian di atas

menunjukkan hasil yang baik bagi para guru untuk mencapai hasil

pembelajaran yang maksimal serta dapat meningkatkan aktivitas guru dan

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.

C. Kerangka Berfikir
23

Kerangka berfikir merupakan sebuah model atau gambar berupa konsep

yang menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dan variabel

lainnya. Kerangka berfikir dibuat dalam bentuk diagram atau skema, dengan

tujuan untuk mempermudah memahami beberapa variabel data yang akan di

pelajari pada tahap selanjutnya.

Sekaran (Priadana & Sunarsi, 2021:104) mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah

penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

pertautan antar variabel yang akan diteliti.

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut penulis menggunakan satu kelas

yang akan menjadi sampel yaitu kelas IV sebagai kelas eksprimen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing berbantuan

Media Flashcard. Dari penerapan model tersebut dapat diketahui hasil belajar

siswa, apakah signifikan atau tidak. Kemudian mencari solusi dalam

mengatasi permasalahan dengan menerapkan model pembelajaran Snowball

Throwing berbantuan Media Flashcard yang dapat menciptakan suasana

belajar yang aktif dan menyenangkan. Selanjutnya dilakukan analisis data

penelitian untuk mengetahui kondisi akhir siswa setelah diberi perlakuan

dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing berbantuan

Media Flashcard.

Kerangka teoritik dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1

sebagai berikut:
24

Bagan 2.1 Kangka Berfikir

1. Hasil belajar belum tuntas


2. Kurangnya fasilitas
Kondisi awal
sbelajar
3. Guru jarang menggunakan
model pembelajaran

Treatmen
Hasil Pretest
perlakuan pada kelas

Guru menerapkan model Rata-rata hasil


pembelajaran Snowball belajar PKN siswa
Throwing berbantuan Post-test kelas IV secara
Media Flashcard signifikan tuntas

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Hasil belajar PKN siswa kelas IV

SD Negeri Remayu setelah penerapan model pembelajaran kooperatif

Snowball Throwing berbantuan media Flashcard secara signifikan ”.


25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian eksprimen. Metode eksprimen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode semu yaitu sebuah eksperimen yang

dilakukan tanpa adanya kelas pembanding.


26

Menurut Arikunto (2010:124) desain penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tabel 3.1
Desain penelitian
Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperime
O1 X O2
n

Keterangan :

O1 : Pre-test
X : Pembelajaran dengan Kooperatif Snowball Throwing
berbantuan media Flashcard
O2 : Post-test

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV.B SD Negeri Remayu, yang

beralamatkan di Jl. Lamaju Besar, Dusun II Desa Remayu, Kec. Tuah

Negeri, Kab. Musirawas.

2. Waktu Penelitian
25
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester Genap Tahun

Ajaran 2022/2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
27

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hermawan,

2019 :61). Maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD

Negeri Remayu.

Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 IV.A 8 8 16

2 IV.B 8 9 17

Jumlah 16 17 33

(Sumber : wali kelas IV SD Negeri Remayu, Tahun ajaran 2022/2023)

2. Sampel Penelitian

Menurut Siyoto (2015:64) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan observasi di

SD Negeri Remayu pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Random sampling. Menurut Sugiyono (2017:82) Simple Random

Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Random sampling digunakan untuk mengurangi bias data. Sebab, pemilihan

sampel dalam random sampling dilakukan secara acak sehingga setiap

anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


28

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti

untuk mengungkapkan atau menjaring informasi kuantitatif dari responden

sesuai dengan ruang lingkup penelitian (Sujarweni, 2014:74). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah Teknik tes.

Arikunto (2010: 193) menjelaskan tes adalah sederetan pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan

siswa. Menurut Qodir (2017:60) Tes merupakan serangkaian soal yang harus

dijawab oleh siswa dan harus ditanggapi.

2. Jenis Instrument Penilaian

Jenis instrument penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data

penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa

pre-tes dan post test dimana soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda

sebanyak 20 soal untuk mengukur kemampuan awal siswa dan kemampuan

akhir siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing

berbantuan Media Flashcard.

3. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dapat dilihat dari tabel 3.3

Satuan Pendidikan : SD Negeri Remayu


Kelas / semester : IV / 2
Tema 9 : kayanya negeriku
Subtema 2 : Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia
Pembelajaran :2
Mata pelajaran : Pendidikan kewarganegaraan
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
29

Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen
Nomor Aspek Skor
Kompentensi Dasar Indikator Soal
Soal Soal Soal
Siswa dapat

menyebutkan hak dan 1 C1 1

kewajiban sebagai 2 C1 1

warga masyarakat

Siswa dapat

mengetahui contoh hak 3 C1 1

dan kewajiban sebagai 4 C1 1

3.2 Mengidentifikasi warga masyarakat

pelaksanaan kewajiban Siswa dapat


5 C2 1
dan hak sebagai warga memahami hak sebagai
6 C2 1
masyarakat dalam warga masyarakat

kehidupan sehari-hari Siswa dapat

memahami kewajiban
7 C2 1
sebagai warga
8 C2 1
masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari

Siswa dapat

memahami contoh hak 9 C2 1

dan kewajiban sebagai 10 C2 1

warga masyarakat

Siswa dapat 11 1
30

C3
menentukan haknya
12 C3 1
sebagai warga
13 C3 1
masyarakat

Siswa dapat
4.2 Menyajikan hasil
menentukan 14 C3 1
identifikasi pelaksanaan
kewajibannya sebagai 15 C3 1
kewajiban dan hak
warga masyarakat. 16 C3 1
sebagai warga

masyarakat dalam
Siswa dapat
kehidupan sehari-hari 17 C4 1
membedakan antara
18 C4 1
hak dan kewajiban
19 C4 1
sebagai warga
20 C4 1
masyarakat

Jumlah Keseluruhan 20

Keterangan :
C1 : Mengingat
C2 : Memahami
C3 : Menerapkan
C4 : Membedakan
4. Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran

a. Validitas

Menurut Arikunto (2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sedangkan

instrumen yang kurang valid mempunyai validitas yang rendah. Sebuah


31

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel

yang diteliti secara tepat. Uji validitas ini akan diujikan dikelas V.

Untuk mengetahui validitas butir soal dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang diperoleh, yaitu

dengan menggunakan Teknik korelasi point biseral Correlation (Arikunto,

2010:326).

y pbi =

M¿ p
SD ❑ q
¿

Keterangan :

y pbi : Koefisien korelasi biseral


Mp : Skor rata-rata dari subjek yang menjawab benar per-item
Mt : Skor rata-rata dari skor total
SD❑ : Standar deviasi skor total
p : Proposi siswa yang menjawab benar
q : Proposi siswa yang menjawab salah
Kriteria keputusan uji valditas dilakukan dengan cara

membandingkan y tabel atau y pbi .Interprestasi dalam perhitungan korelasi

point biserial adalah:

y tabel ¿ y pbi => Valid


y tabel ¿ y pbi => Invalid
Interprestasi lebih rinci mengenai nilai y pbitersebut menurut Jihad

dan Haris (2012:180) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4
Interpretasi Validitas
Interpretasi Validitas Kriteria

0,80  ypbi  1,00 Validitas sangat tinggi


32

0,60  ypbi  0,80 Validitas tinggi (baik)


0,40  ypbi  0,60 Validitas sedang (cukup)
0,20  ypbi  0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00  ypbi  0,20 Validitas sangat rendah
ypbi  0,00 Tidak valid

b. Reliabilitas

Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data

yang sama. Untuk mengitung reliabilitas tes digunakan rumus alpha,

sebagai berikut :

r
)( )
V t −∑ σ
2

11=¿ ( k−1
k
σ i2
¿

(Sujarweni, 2014 :85)

Keterangan :

r 11 = Reliabilitas instrument

∑ σ2 = jumlah varian butiran


2
σi = variasi total
k = banyak butir soal
Interprestasi nilai untuk r 11 menurut Guiford (Jihad & Haris, 2013 :

181) sebagai berikut :

Tabel 3.5
Kriteria Koefisien korelasi Reliabilitas Instrumen
Kriteria Reliabilitas

0,00 <r 11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 <r 11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 <r 11 ≤ 0,60 Reliabilitas cukup


33

0,60 <r 11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,80 <r 11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal ialah setiap butiran yang menyatakan seberapa

jauh kemampuan suatu butir soal untuk membedakan kemampuan siswa.

Analisis daya pembeda soal adalah pengkajian butir-butir soal bertujuan

untuk mengetahui kesanggupan siswa untuk membedakan siswa yang

tergolong mampu dan siswa yang tergolong belum mampu.

Menurut Jihad & Haris (2012:181) untuk menghitung daya pembeda

setiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut :

S A−S B
DP =
IA

Keterangan :

DP = daya pembeda

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang

diolah

Jihad & Haris (2012:181) interprestasi nilai DP dapat dilihat pada

tabel 3.6.

Tabel 3.6
Kriteria Interprestasi Daya Pembeda
34

Interprestasi DP Kriteria

0,70 atau lebih Sangat baik

0,40 – 0,69 Baik

0,20 – 0,39 Cukup

0,19 ke bawah Jelek

d. Tingkat Kesukaran

Menurut Astuti (2022:87) tingkat kesukaran merupakan keberadaan

suatu butir soal yang dikelompokkan sebagai butir soal yang susah, sedang

dan mudah untuk dikerjakan. Tingkat kesukaran (TK) pada masing-masing

butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :

S A−S B
TK =
n maks

(Jihad & Haris, 2012:182)

Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
n : jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
maks : skor maksimal soal yang bersangkutan

Sementara kriteria interprestasi tingkat kesukaran digunakan

pendapat Sudjana (Jihad & Haris, 2012:181).

Tabel 3.7
Kriteria interprestasi tingkat kesukaran
Rentan TK Kriteria TK
35

0,00 – 0,30 Soal Sukar


0,31-0,70 Soal Sedang
0,71 – 1,00 Soal Mudah

5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dapat mengolah data yang sudah dikumpulkan

dengan menggunakan analisis statistik sebagai berikut :

a. Menentukan Nilai Rata-Rata Dan Simpangan Baku

Menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan

akhir bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pada kelompok eksperimen

rata-rata data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dapat dihitung

dengan rumus :

∑ xi
x= (Sudaryono, 2016:49)
n

Keterangan :

x = nilai rata-rata hasil belajar


Xi = nilai x kel I sampai ke-n
n = banyak data

Simpangan buku (standar deviasi) adalah sgandar satuan skala untuk

kelompok data yang diolah (dianalisis). Rumus mencari simpangan baku

adalah :

s=
√ ∑ ( ¿ x −x)² ¿
n−1
(Sudaryono,2016:57)

Keterangan :
36

X = nilai rata-rata hasil belajar


Xi = nilai x kel I sampai ke-n
S = simpangan baku
n = banyak data

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data,

rumus yang digunakan adalah uji kecocokan χ2 (chi kuadrat) yaitu :

(f a−f b) ²
χ 2=Σ (Sudaryono, 2016:107)
fb

Keterangan :

χ2 = harga chi kuadrat yang di cari


fa = frekuensi yang diobservasi (pengamatan)
fb = frekuensi yang diharapkan

Kemudian χ2 hitung dibandingkan dengan χ2 tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = (n-1), dimana n adalah banyaknya kelas interval data

dengan taraf signifikan (tingkat kesalahan) 5% (a=0,05), kriteria pengujian

adalah jika χ2 hitung ˂ χ2 tabel dapat dinyatakan data berdistribusi normal dan

apabila χ2 hitung ≥ χ2 tabel dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi tidak

normal.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji-t satu pihak dikarenakan data

berdistribusi normal.
37

X−μ
t= s (Riduan, 2018:159 )
√n

Keterangan :

t❑ : t hitung
X : rata-rata populasi
μ : standar deviasi
n : jumlah banyaknya sampel

Membuktikan hipotesis di atas diperlukan hipotesis nol ( H o ) dan

dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif ( H a ) sebagai berikut :

H a : hasil belajar PKN siswa kelas IV SD Negeri Remayu setelah

diterapkan model pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing

berbantuan media Flashcard lebih dari atau sama dengan 70 ( μ ≥

70).

H o : hasil belajar PKN siswa kelas IV SD Negeri Remayu setelah

diterapkan model pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing

berbantuan media Flashcard kurang dari 70 ( μ<70).

Bila harga z hitung lebih besar dari z tabel maka H o ditolak ( z hitung > ztabel ) dan

H a diterima dengan taraf kesalahan α = 5% dk = n-1.

DAFTAR PUSTAKA
38

Amin. (2022). 164 Model Pembelajaran Kontemporer. Yogyakarta: Pusat


Penerbitan LPPM.
Arafat, L. (2020). Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
(PPKN) Di SD/MI. Jakarta: Kencana.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek . Jakarta :
Rineka Cipta.
Arlianda, D. N., Triyogo, A., & Egok, A. S. (2022). Pengembangan Media
Permainan Tradisional Congklak pada Pembelajaran Matematika. Jurnal
Basicedu Vol, 6(2).
Budiyanto. (2016). Sintaks 45 Metode Pembelajaran Dalam Student Centered
Learning (SCL). Malang: UMM Press.
Fathimah, D. (2022). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Kesehatan Reproduksi
Pada Anak Usia Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit NEM.
Fathurrohman. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif . Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Gufron, &. E. (2015). Penggunaan Media Power Point Terhadap Niat Dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV SD. Inovasi Teknologi Pendidikan. Vol 2(1),
Hlm 1-10.
Indriani, P., Frima, A., & Kusnanto, R. A. B. (2021). Pengembangan Media
Travel Game Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Pada Pembelajaran
Matematika Kelas Iv Sd Negeri 04 Lubuklinggau. LJESE: Linggau
Journal of elementary school education, 1(2), 51-60.
Isrok'atun, A. R. (2018). Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Pt
Bumi Aksara.
Iwan , H. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kualitatif Dan
Mixed Method). Kuningan : Hidayatula Quran Kuningan .
Jihad, &. H. (2012). Evaluasi Pembelajaran . Yogyakarta: Multipressindo.
Ngalimun. (2014). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja.
Satrianawati. (2018). Media Dan Sumber Belajar. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Anda mungkin juga menyukai