Anda di halaman 1dari 58

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SMP

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE-STAD

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Oleh:

Nama : Ellen Schumi Ferrarista Panjaitan


NPM : 19100010
Program Studi : Pendidikan Fisika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2022/2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia yang

berguna dalam mencapai kehidupan yang optimal di era modern. Dengan adanya

pendidikan manusia dapat menguasai segala bidang ilmu pengetahuan serta

teknologi. Perkembangan teknologi di era modern seperti perkembangan sangat pesat

dalam semua bidang. Penguasaan teknologi juga digunakan sebagai sarana

pendidikan di Indonesia yaitu salah satunya dengan memanfaatkaan teknologi yang

dapat dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran. Pendidikan berperan penting

dalam kehidupan bermasyarakat. Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok secara sadar dalam memperoleh suatu

tujuan yang akan dicapai untuk menciptakan perubahan menuju kearah yang lebih

baik. Peranan pendidikan sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan negara

diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu mengenai sistem pendidikan

nasional menjelaskan mengenai tujuan dan fungsi pendidikan. Dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang maksimal yaitu salah satu faktor pendorong seperti adanya

sumber belajar yang menarik agar peserta didik mempunyai motivasi sehingga dapat

meningkatkan semangat dalam belajar. Menurut sardiman motivasi belajar menjadi

faktor yang berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan semangat belajar. Pada

proses pembelajaran sering pendidik menggunakan media yang konversional dalam

mengajar, oleh sebab itu peserta didik mudah merasa mudah bosan dan pasif bahkan

tidak memperhatikan. Maka pendidik harus mempunyai inovasi dan kreatif dalam

pengelolaan kelas salah satunya membuat suasana belajar menjadi menyenangkan

dengan membuat media pembelajaran. Dalam kegiatan PKM peneliti selama satu

bulan di SMP swasta bhakti Paropo, kegiatan belajar mengajar mayoritas guru masih
3

menggunakan model ceramah dan tanya jawab. Selain itu, kegiatan observasi yang

dilakukan di SMP Negeri 1 Medang Deras juga menunjukkan hasil yang sama. Dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran yang paling sering diterapkan oleh guru

ketika proses belajar mengajar berlangsung adalah model ceramah dan tanya jawab.

Model tersebut termasuk model pembelajaran konvensional yang sederhana dan

mudah untuk dipergunakan oleh siapa saja saat mengajar. Kelemahan model

konvensional adalah peserta didik merasa jenuh terhadap kegiatan belajar mengajar

sehingga menurunkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Selain itu,

tujuan dari pendidikan IPA belum tercapai secara maksimal. Dalam penelitian ini,

penerapan model pembelajaran yang baru diharapkan dapat mengatasi masalah

tersebut. Pembelajaran model kooperatif tipe-STAD (Students Teams Achievement

Divison) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.

Metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam matematika, sains,

ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya pada

tingkat sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Peserta didik akan dibagi

menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis

kelamin dan sukunya. Tugas para peserta didik bukanlah melakukan sesuatu tetapi

mempelajari sesuatu sebagai sebuah kelompok, dimana kerja kelompok dilakukan

sampai semua anggota kelompok menguasai materi yang sedang dipelajari.

Menurut (Tafonao, 2018), komponen-komponen pembelajaran tersebut harus

mampu berinteraksi dan membentuk sistem yang saling berhubungan, sehingga

mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Komponen-komponen

tersebut antara lain: a) tujuan pembelajaran, b) bahan pembelajaran, c) metode

pembelajaran, d) media pembelajaran, e) guru dan pendidik, f) peserta didik, g)

Penilaian dan evaluasi. Senada dengan apa yang dikatakan oleh (Tafonao, 2018)

bahwa media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar bagi guru untuk

menyampaikan materi pengajaran, meningkatkan kreatifitas siswa dan meningkatkan


4

perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu fungsi dari pembelajaran IPA

adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan

keterampilan proses (Richard oliver ( dalam Zeithml., 2021) .Dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif STAD, diharapkan peserta didik dapat

mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ia miliki. Keterampilan proses

belajar fisika setiap siswa dapat berkembang dengan baik bergantung pada kegiatan-

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik.

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara di SMPN 1 Medang Deras

ditemukan beberapa permasalahan seperti: peserta didik kurang aktif yang ditandai

dengan jarangnya peserta didik bertanya dalam pembelajaran dan ketuntasan dalam

pembelajaran belum semuanya tercapai karena hasil belajar siswa rendah di bawah

KKM 75 hanya 41,37% Peserta yang tuntas pada mata pelajaran fisika.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses pada materi

pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Kelebihan penerapan metode kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan

proses adalah siswa berusaha mencari pengetahuannya sendiri dengan keterampilan

proses yang dimiliki dan melatih siswa melaksanakan praktikum sehingga siswa

mampu bekerja dan berdiskusi kelompok serta belajar merumuskan pengetahuan

yang diperoleh sehingga pembelajaran terpusat pada siswa. Kekurangan STAD

berorientasi keterampilan proses dalam meningkatkan pemahaman adalah

membutuhkan peralatan laboratorium yang relatif lebih banyak (Nugroho & Edi,

2009)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian ini

sebagai berikut: Meningkatkan hasil belajar peserta didik SMP melalui

pembelajaran kooperatif tipe-stad


5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang memperhatikan guru pada pembelajaran.

2. Peserta didik kurang aktif selama pembelajaran.

3. Ketuntasan dalam pembelajaran belum seluruhnya tercapai sesuai dengan

ketentuan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar peserta

didik yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe-STAD?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif STAD

terhadap peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Medang Deras pada sub pokok

Pesawat sederhana.

2. Mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif STAD

terhadap keterampilan belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1

Medang Deras pada sub Pesawat Sederhana.


6

E. Manfaat Penelitian
Penelitian in bermanfaat untuk:

1) Bagi Guru

a. Memberikan wacana tentang pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif STAD terhadap penguasaan konsep siswa.

b. Memberikan wacana tentang pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif STAD dalam mengembangkan keterampilan proses belajar

fisika siswa.

c. Memberikan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran fisika

yang paling tepat untuk mengetahui penguasaan konsep siswa.

d. Memberikan motivasi untuk mengembangkan keterampilan dalam

memilih strategi mengajar dan model pembelajaran yang lebih bervariasi.

2) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan dapat

dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya.

3) Bagi Sekolah

Sekolah dapat memiliki alternatif model pembelajaran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.


51

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif tipe-STAD

Menurut (Yıldırım, 2018) menyatakan pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang mendasari falsafah gotong royong

dalam pendidikan. Tanpa adanya kerja sama, tidak akan ada individu,

keluarga, organisasi, atau sekolah.

Menurut (Turnip et al., 2022) juga mengungkapkan bahwa

pembelajaran kooperatif menggalakkan peserta didik berinteraksi secara

aktif dan positif dalam kelompok ini membolehkan pertukaran ide dan

pemeriksaan ide sendiri dalam suasana tidak terancam, sesuai dengan

falsafah konstruktivisme.

Menurut (Sanjaya, 2016), (Istiningrum & Sukanti, 2012)

menyatakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh


52

penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang

dipersyaratkan”.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Suprijono, 2010) “pembelajaran kooperatif

merupakan pengertian luas yang mencakup semua jenis

kegiatan kelompok, termasuk bentuk- bentuk yang dipimpin

atau diarahkan oleh guru”. Guru dalam situasi ini menciptakan

dan mengajukan pertanyaan, serta memberikan konten dan

pengetahuan yang diinginkan. . Sedangkan pembelajaran

kooperatif, sebagaimana didefinisikan oleh (Polii & Polii, 2022)

adalah “jenis pembelajaran dimana peserta didik belajar dan

berkolaborasi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

heterogen”.

Model pembelajaran Kooperatif adalah paradigma di mana tujuan dan

struktur penghargaan bersifat kooperatif. Ide dari struktur tujuan kooperatif

adalah bahwa tujuan diperoleh ketika peserta didik bekerja sama untuk

mencapainya

Berikut ini merupakan sintaks model pembelajaran kooperatif:

Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran kooperatif

Fase-fase Perilaku guru


53

Fase 1 : Menyampaikan Menyampaikan semua tujuan maupun


tujuan maupun kompetensi kompetensi yang ingin dicapai selama
dan motivasi siswa pembelajaran dan memotivasi siswa
belajar
Fase 2 : Menyajikan Menyajikan informasi kepada siswa
informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
Fase 3 : Mengorganisasikan Menjelaskan kepada siswa bagaimana
siswa ke dalam kelompok- cara membentuk kelompok belajar dan
kelompok belajar membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
Fase 4 : Membimbing Membimbing kelompok belajar pada saat
kelompok bekerja dan mereka mengerjakan tugas mereka
belajar
Fase 5 : Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau meminta
kelompok presentasikan hasil kerja
Fase 6 : Memberikan Menghargai baik upaya maupun hasil
penghargaan belajar individu dan kelompok
(Sugianto dkk., 2014)

Dalam setiap model pembelajaran tentu memiliki keunggulan dan kelemahan,

begitu pula dengan pembelajaran kooperatif. Berikut akan dijabarkan keungggulan

dan kelemahan belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

bertukar ide, berkomunikasi dan bertanggung jawab.

pembelajaran kooperatif (Nurmelly, 2015).


54

a. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

1. Peserta didik terlalu tergantung kepada guru, tetapi peserta didik dapat

menemukan informasi dari berbagai sumber termasuk teman.

2. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengkomunikasi ide atau gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi

aktif.

3. Mendorong peserta didik untuk respek pada orang lain dan menyadari

keterbatasannya serta dapat menerima segala perbedaan.

4. Membantu peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Mampu meningkatkan motivasi, prestasi akademik serta kemampuan

sosial.

6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi rill (Sanjaya, 2016).

b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

a) Persiapan yang dilakukan guru harus matang sehingga

memerlukan tenaga, pemikiran, dan waktu yang lebih banyak.

b) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai

agar proses pembelajaran berjalan lancar.

c) Terdapat kecenderungan permasalahan yang sedang dibahas ketika

berdiskusi menjadi meluas sehingga banyak yang tidak sesuai.


55

d) Terkadang adanya dominasi oleh seseorang sehingga anggota yang lain

menjadi lebih pasif (Fatimah & Shofi, 2019)

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan

Pembelajaran Kooperatif antara lain: siswa dapat menemukan informasi dari

berbagai sumber, siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengkomunikasi ide atau gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif,

mendorong siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya

serta dapat menerima segala perbedaan, membantu siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar, mampu meningkatkan motivasi, prestasi

akademik serta kemampuan sosial, dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik dan

dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar. Selain memiliki kelebihan Pembelajaran Kooperatif juga

memiliki kelemahan diantaranya: persiapan yang dilakukan guru harus matang

sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak, dibutuhkan dukungan

fasilitas yang cukup memadai agar proses pembelajaran berjalan lancar,

permasalahan yang sedang dibahas ketika berdiskusi menjadi meluas sehingga

tidak sesuai, dan adanya dominasi oleh seseorang sehingga anggota yang lain

menjadi lebih pasif.


56

c. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Menurut (Wulandari, 2022) mengatakan:

“STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.”

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah

satu Model Pembelajaran Kooperatif yang membagi siswa menjadi beberapa

kelompok kecil dengan anggota empat sampai enam orang yang memiliki

beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu

pelajaran dan peserta didik dalam kelompok memasikan bahwa semua anggota

kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut dengan saling diskusi.

Akhirnya semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan

pada saat itu mereka tidak boleh membantu satu sama yang lain. Nilai-nilai

kuis siswa diperbandingakan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang

diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada

seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi

peningkatan nilai mereka sebelumnya atau yang sering disebut skor kemajuan.

Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mendapatklan nilai kelompok yang

dapat mencapai kriteria tertentu mendapatkan sertifikat, atau hadiah-hadiah

lainnya (Fatimah & Shofi, 2019).

Menurut (Zulhartati, 2011) menyatakan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu Tipe Kooperatif yang menekannya

pada adanya aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling
57

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk

mencapai prestasi yang maksimal.

Dari beberapa pendapat di atas, maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Divisions adalah Model Pembelajaran Kooperatif

yang membagi siswa dalam kelompok kecil 5-6 siswa dengan keberagaman

ras, suku, kemampuan siswa untuk saling kerjasama dan berinteraksi untuk

memahami materi pelajaran kemudian mengerjakan kuis dan bersaing menjadi

tim terbaik. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapatkan

sertifikat atau hadiah-hadiah.

d. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe-STAD

Menurut (Isjoni, 2010), dalam mengemukakan bahwa secara garis besar

tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta

didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan

memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap

materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan

materi yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki.

Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal

ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus

dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.


58

2. Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini, peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang

akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas

dan saling membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat

memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai

hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan

motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap Tes Individual

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai

diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes

individual biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali

pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari

secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini

dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor

kelompok.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe-STAD menurut

(Rusman, 2014) dalam (Wulandari, 2022) yaitu:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.


59

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi beberapa kelompok, dimana setiap kelompaknya terdiri dari

4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam

prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik sehingga tidak ada

ketimpangan kemampuan antar kelompok.

3) Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta

pentinganya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi

siswa agar siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses

pembelajaran guru dibantu oleh media, dokumentasi, pertanyaan atau

masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga

tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh

siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakuakn serta cara-cara

mengerjakannya.

4) Kegiatan belajar dengan tim (kerja tim)

Siswa belajar dengan kelompok yang sudah dibentuk. Guru menyiapakan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masingmasing memberikan kontribusi. Selama tim

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan dorongan

dan membantu jika diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri penting dari

STAD.
60

Menurut (Slavin, 2013) menyebutkan pada saat kegiatan belajar dengan

tim perlu ditekankan beberapa hal aktivitas siswa di kelas dapat

meningkat yaitu:

a) Guru harus menekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai

belajar sampai mereka yakin bahwa teman satu tim mereka akan

mendapatkan nilai 100 untuk kuisnya.

b) Pastikan para siswa memahami bahwa lembar kegiatan adalah untuk

belajar bukan hanya sekedar diisi dan dipindah tangankan sehingga

sangat penting bagi para siswa untuk memiliki lembar jawaban untuk

mengetahui kemampuan mereka sendiri dan teman satu timnya sembari

mereka belajar.

c) Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada

hanya sekedar mencocokan lembar jawaban.

d) Ingatkan kepada para siswa bahwa apabila mereka punya pertanyaan,

mereka harus bertanya kepada semua teman satu timnya terlebih dahulu

sebelum bertanya kepada guru.

e) Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling

kelas, pujilah tim yang bekerja dengan baik, duduklah dengan setiap

tim untuk mendengar bagaimana para anggota tim bekerja.

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu pembelajaran

yang diharapkan akan dapat


61

Menumbuh kembangkan karakter rasa ingin tahu yaitu melalui

pembelajaran kooperatif tipe-STAD dengan langkah-langkah sebagai

berikut: Presentasi di kelas (klasikal) Guru memberikan penjelasan

mengenai materi yang akan digunakan dalam kegiatan STAD. Kegiatan

ini

merupakan pengajaran langsung ceramah atau klasikal yang diselingi

dengan diskusi pelajaran untuk memperdalam, membahas, dan

mempelajari materi secara kooperatif dengan indikator-indikator seperti

tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Indikator-indikator pembelajaran kooperatif tipe-STAD oleh

guru

Kode1. Kisi-kisi Indikator Rasa Ingin Tahu


Kode Indikator Kode Indikator
Berupaya menambah
Keaktifan dalam mengikuti pengetahuan tentang suatu hal
A F
pembelajaran yang dipelajari, dilihat, dan
didengar
Menyimak penjelasan guru terkait Mengamati setiap langkah
B G
materi yang akan disampaikan kegiatan pembelajaran
Antusias dalam Mencari informasi tentang
mengemukakan pendapat dari materi yang sedang dipelajari
C H
hal yang sedang dipelajari, dari sumber lain (mis. buku
dilihat, dan didengar cetak, mass media, internet, dll)
Berupaya mencari jawaban sesuai Melakukan eksperimen
D dengan permasalahan I sesuai dengan prosedur
pada LKPD
Bertanya terkait materi pelajaran Mampu menyimpulkan hasil
E J
atau objek pembelajaran diskusi
Sumber: (Rahayu & Ismawati, 2022)
62

1) Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang

dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-

masing kelompok.

2) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angka dengan rentang nilai 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas

keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-

tahapan berikut:

a. Menghitung skor individu

Tabel 2.1perhitungan skor perkembangan


Nilai tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin dibawah samapi 1 poin di bawah skor 10 poin
awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor 30 poin
awal)

(Rusman, 2014)

b. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlahkan


63

semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok

dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata

skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Skor Kelompok

Rata-rata skor Kualifikasi

0≤ x ≤ 5 -

6≤ x ≤ 15 Good Team

16≤ x ≤ 20 Great Team

21≤ x ≤ 30 Super Team

(Rusman, 2014)

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.

Setelah kelompok memperoleh masing-masing predikat, guru

memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok

sesuai prestasinya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tahap-tahap dalam pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: tahap

penyajian materi (penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi


64

dan materi pembelajaran oleh guru), tahap kerja kelompok (termasuk

pembagian kelompok), tahap tes individual, tahap perhitungan skor

perkembangan individu, dan tahap penghargaan kelompok.

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe-STAD

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki

kelebihan dan kelemahannya. Uraian secara rinci kelebihan model ini ialah:

1. Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi

yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok

adalah setara (Slavin, 2013).

2. Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010).

3. Dalam model ini, peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab

belajar. Belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesame anggota

kelompok untuk belajar (Rusman, 2014).

Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat

yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini.

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.

Kelemahannya antara lain:

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran

menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan


65

memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti

penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis.

2. Guru dituntut sebagai fasilitator dan motivator. Apabila guru tidak

mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat dipastikan bahwa guru

akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran STAD (Isjoni,

2010).

3. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan

bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru

menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan

kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi

untuk kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk

menambahkan atau mengganti materi sehingga guru harus memiliki

banyak materi dan bank soal agar STAD dapat berjalan dengan baik

(Rusman, 2014).

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan kelebihan model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD):

setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, menggalakkan interaksi secara aktif, positif

dan kerjasama anggota kelompok, terjadinya hubungan pertemanan lintas

rasial, melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial, terdapat

dua bentuk tanggung jawab belajar (belajar untuk dirinya sendiri dan

membantu sesama anggota kelompok untuk belajar), saling membelajarkan

sesama siswa yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Selain
66

berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.

Kelemahannya antara lain: pembelajaran menggunakan model ini

membutuhkan waktu yang relatif lama dan model ini memerlukan

kemampuan khusus dari guru, guru dituntut sebagai fasilitator dan motivator

apabila guru tidak mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat dipastikan

bahwa guru akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran STAD,

STAD merupakan suatu metode generic tentang pengaturan kelas dan bukan

metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan

pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi

kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi untuk kebanyakan guru

menggunakan materi mereka sendiri untuk menambahkan atau mengganti

materi sehingga guru harus memiliki banyak materi dan bank soal agar STAD

dapat berjalan dengan baik.

A. Pengertian Belajar

Skinner (Walgito, 2013) memberikan definisi belajar “Learning is a

process of progressive behavior adaptation”.

Sedangkan menurut (Walgito, 2013) “belajar merupakan perubahan

perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in

behavior or performance)”.

Menurut (Djamarah, 2011) merumuskan bahwa “belajar sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman”. Demikian pula menurut Djamarah, 2011) belajar adalah


67

“serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.

Demikian pula menurut (Khodijah, 2014) belajar adalah sebuah proses yang

memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi,

ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-proses mental internal

yang mengakibatkan perubahan perilaku dan sifatnya relative permanen.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar

adalah perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan,

ketrampilan dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut (Sanjaya, 2016) prinsip-prinsip belajar sebagai kegiatan

yang sistematis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai


berikut:

a) Belajar berlangsung seumur hidup

b) Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir

c) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks

d) Belajar dari mulai yang factual menuju konseptual

e) Belajar mulai dari yang konkrit menuju abstrak

f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan

g) Keberhasilan belajar dipengaruhi beberapa faktor

h) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna

i) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu


68

j) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru

k) Belajar yang berencana

l) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal

m) Kegiatan-kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari

orang lain

B. Materi Pembelajaran

a. Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah suatu peralatan yang didesain untuk membantu

meringankan pekerjaan manusia dengan susunannya yang sederhana. 

Jadi, prinsip kerja dari pesawat sederhana ini adalah dengan cara mengubah

arah atau besaran dari sebuah gaya. 

Sementara itu, cara kerja dari pesawat sederhana ini sebenarnya memanfaatkan

tiga titik utama. Tiga titik utama itu perlu kalian ketahui lebih dulu sebelum

membahas lebih lanjut mengenai pesawat sederhana. Tiga titik itu antara lain: 

a) Titik tumpu

Titik tumpu adalah titik yang menjadi tumpuan beban dimana sifatnya adalah

tetap. 
69

b) Titik Beban

Titik beban adalah bagian yang dijadikan untuk meletakkan beban yang akan

diangkat. 

c) Titik kuasa

Titik kuasa adalah tempat yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa alias

tempat untuk memberikan gaya dalam mengangkat beban. 

Sebenarnya prinsip kerja dari pesawat sederhana juga terdapat dalam diri

manusia, misalnya adalah ketika mengangkat barbel. 

Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat seseorang mengangkat barbel adalah

telapak tangan berperan sebagai titik beban, titik tumpu berada pada siku

tangan, sedangkan titik kuasa terdapat pada lengan bawah. Jadi, ketika tangan

menjadi mampu untuk mengangkat barbel karena adanya titik tumpu yang

memudahkan untuk mengangkat. 

Dari contoh itu tentunya sudah mulai ada sedikit gambaran kerja dari pesawat

sederhana. 

Jenis Pesawat Sederhana

Sejauh ini, terdapat empat jenis pesawat sederhana yang kerap ditemui

dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah: 


70

1. Pengungkit atau Tuas

Pengungkit adalah pesawat sederhana yang disebut paling tua dibandingkan

yang lainnya. Pada era nenek moyang, pengungkit digunakan untuk

memindahkan barang-barang berat. 

Jadi bentuk dari pengungkit berupa batang panjang yang disangga oleh titik

tumpu. Sederhananya bentuk pengungkit ini seperti mainan anak jungkat-

jungkit. 

Pada pengungkit ini terdapat bagian lengan kuasa (Lk) dan lengan beban (Lb).

Lengan kuasa adalah daerah yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa,

sedangkan lengan beban adalah wilayah lengan yang diberikan beban. 

Jadi pengungkit ini memanfaatkan panjang lengan dari suatu batang untuk

dapat memudahkan kerja. Semakin panjang lengan kuasa dan semakin pendek

lengan beban, maka akan semakin kecil gaya yang dibutuhkan. 

Untuk dapat menghitung besaran gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat

beban dengan pengungkit adalah: 

F = w x Lb / Lk

Keterangan: 

F = Gaya Kuasa (N)

w = berat beban (N)

Lk = Lengan kuasa (m)

Lb = Lengan beban (m)

Sedangkan rumus untuk menghitung keuntungan mekanisnya adalah: 

KM = w / F
71

Keterangan: 

KM = Keuntungan mekanis

Keuntungan mekanis pesawat sederhana adalah perbandingan antara gaya

beban dan gaya kuasa atau lengan beban dan lengan kuasa.

Adapun pengungkit ini masih terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu: 

a) Pengungkit jenis 1

Pengungkit jenis 1 adalah pengungkit yang posisi titik tumpunya berada di

antara titik beban dan titik kuasa. Pengungkit jenis 1 ini adalah bentuk paling

dasar dari pengungkit. Contoh pesawat sederhana pengungkit jenis 1 ini

adalah jungkat-jungkit, tang, palu, gunting, linggis, dan lain sebagainya. 

b) Pengungkit jenis 2

Pengungkit jenis 2 adalah pengungkit yang justru titik bebannya berada di

antara titik kuasa dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis 2 adalah gerobak

pasir, pembuka tutup botol, pemecah kemiri, dan lain sebagainya. 


72

c) Pengungkit jenis 3

Pengungkit jenis tiga adalah pengungkit yang posisi titik kuasa berada di antara

titik beban dan titik tumpu. Contohnya adalah alat pancing, stapler, pinset, dan

lain sebagainya. 

2. Bidang Miring

Jenis pesawat sederhana selanjutnya adalah bidang miring. Bidang miring ini

pada dasarnya seperti perosotan anak-anak. Jadi, suatu bidang didesain dengan

bentuk miring agar dapat mempermudah pemindahan barang yang berat. 

Jadi pada prinsipnya semakin landai bidang miring, akan semakin kecil gaya

yang dibutuhkan. Sebaliknya, jika bidang miring semakin curam, maka gaya

yang dibutuhkan akan semakin besar. 

Contoh benda-benda yang memanfaatkan bidang miring adalah tangga yang

dibuat berkelok, pisau, kapak, sekrup, dan lain sebagainya. 


73

Rumus yang digunakan untuk mencari gaya yang dibutuhkan pada bidang

miring adalah: 

F x s = w x h 

Keterangan:

F = gaya (N)

w = beban (N)

h = tinggi papan (m)

s = panjang papan (m)

3. Katrol

Jenis yang ketiga adalah katrol. Katrol adalah pesawat sederhana yang

memanfaatkan benda lingkaran seperti roda untuk mengangkat beban. 

Jad prinsip kerja dari katrol adalah mengubah arah gaya sehingga beban dapat

terangkat. Sama seperti tuas, katrol juga memiliki tiga titik, yaitu titik kuasa,

beban, dan tumpuan. 

Namun yang membedakan adalah lengan yang digunakan untuk membantu

pengangkatan beban berupa benda yang menyerupai tali. 

Terdapat tiga jenis katrol, yaitu: 


74

a) Katrol tetap

Katrol tetap adalah jenis katrol yang paling dasar. Jadi katrol ini posisinya akan

tetap ketiak digunakan. Titik tumpu berada di antara titik beban dan titik

kuasa. 

Contoh sederhana yang sering ditemui dari katrol tetap adalah alat timba di

sumur. 

Keuntungan mekanis pada katrol tetap dirumuskan dengan: 

KM = w / f

Keterangan: 

KM = Keuntungan mekanik

F = Gaya Kuasa (N)

w = berat beban (N)

b) Katrol bebas

Berlawanan dengan katrol tetap, kalau katrol bebas adalah katrol yang

porosnya tidak dipasang di suatu tempat yang tetap, sehingga katrol

dapat berpindah tempat atau bergerak bebas saat digunakan. Pada katrol

jenis ini, gaya kuasa yang dikeluarkan untuk menarik bebannya bernilai
75

setengah dari berat bebannya. Oleh karena itu, keuntungan mekanis katrol

bebas bernilai 2. Katrol bebas biasanya ditemukan pada alat-alat pengangkat

peti kemas di pelabuhan.

c) Katrol majemuk

Kalau katrol yang satu ini, merupakan gabungan dari katrol tetap dan katrol

bebas, Squad. Jadi model katrolnya ada dua jenis, katrol yang paling atas

adalah katrol tetap dan katrol di bawahnya adalah katrol bebas, keduanya

dihubungkan dengan tali seperti pada ilustrasi gambar di atas.

Keuntungan mekanis katrol majemuk sama dengan jumlah tali atau jumlah

katrol yang digunakan untuk mengangkat benda tersebut. Katrol majemuk

sering digunakan dalam bidang industri, yaitu membantu untuk

mengangkat alat-alat yang berat.


76

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan beberapa teori pendukung di atas maka hipotesis dalam

penelitian penerapan model pembelajaran cooperative Learning tipe-

STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran pesawat sederhana Kelas VIII SMP Negeri 1 Medang Deras


77

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen bertujuan

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau

memanipulasi semua variabel yang relevan (Sugiyono,

2010:114).

Penelitian ini dalam pengambilan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Dengan

membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dan kelas kontrol yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional yang masih sering digunakan oleh

guru dalam mengajar yaitu dengan cara ceramah. Kemudian

kedua kelas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan

evaluasi dan dibandingkan antara kelas eksperimen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe-STAD

(Student Teams Achievement Division) dan kelas kontrol yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional. Desain


78

eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:

1. Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat sebelum

treatment atau perlakuan diberikan.

2. Memberikan treatment atau perlakuan kepada kelas eksperimen yaitu

berupa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe-STAD (Student

Teams Achievement Division) dalam pembelajaran IPA kelas VIII

3. Memberikan posttest untuk mengukur variabel terikat setelah diberikan

perlakuan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Medang Deras kelas

VIII-2 dan SMP Negeri 1 Medang Deras kelas VIII-3 Kabupaten

BatuBara.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2023 sampai

dengan bulan Juni 2023 dan dilakukan secara bertahap.

Adapun tahapannya meliputi:

1. Tahap persiapan

Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan

instrument, permohonan izin serta survey di sekolah yang

direncanakan sebagai tempat penelitian.


79

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

sekolah yang meliputi uji coba instrumen dan pengambilan

data.

3. Tahap penyusunan
Yaitu tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti

penyusunan laporan serta persiapan ujian.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta

didik kelas VIII SMP Negeri 1 Medang Deras Tahun

pelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 3 kelas.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas

yang dipilih secara purposive sampling yaitu VIII-2

sebagai kelas eksperimen (kelas yang menerapkan

kooperatif tipe-STAD) dan kelas VIII-3 sebagai kelas

kontrol (yang menerapkan model pembelajaran

konvensional sebagai pembanding), yang masing-

masing terdiri dari 30 orang.


1

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada tiga

variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel

terikat. Variabel-variabel tersebut antara lain :

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel

independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe-STAD (Student Teams Achiement

Division) dan model pembelajaran konvensional.Penerapan model

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ini

diharapkan akan mempengaruhi motivasi dan hasil belajar peserta

didik.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Variabel dependen atau variabel terikat dalam

penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar IPA. Kedua variabel

terikat ini akan saling dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Melalui


2

penerapan model pembelajaran kooperatif ini dalam pembelajaran IPA,

diharapkan akan mempengaruhi motivasi belajar dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA. Untuk mengukur variabel motivasi belajar

digunakan instrumen angket. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar

digunakan instrumen tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk pilihan ganda.


3

E. Desain Penelitian
Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan desain Nonequivalent

Control Group Design. Menurut (Sugiyono, 2010: 73), ditampilkan dengan bagan

sebagai berikut:

EK O X O2
1 O4
O
3 3.1 Bagan Desain Penelitian
Gambar

Keterangan :
E : kelompok eksperimen

K : kelompok kontrol

O1 : nilai pretest kelompok eksperimen O3 : nilai pretest kelompok kontrol

X : perlakuan/treatment

O2 : nilai posttest kelompok eksperimen O4 : nilai posttest kelompok control.

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa kedua kelompok diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol juga

bertujuan untuk mengetahui kedudukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

benar-benar seimbang. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang, yaitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

maka kelompok eksperimen diberi perlakuan/treatment dalam kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe-STAD (Student Teams

Achievement Division) dan kelompok kontrol menggunakan metode konvensional dalam

kegiatan pembelajaran. O2 berarti nilai posttest kelompok eksperimen setelah diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dan O4 adalah nilai posttest kelompok kontrol yang diajar dengan model

pembelajaran konvensional. Nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4 maka model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement) mempunyai pengaruh

yang lebih baik terhadap kelompok eksperimen dibandingkan model pembelajaran


4

konvensional yang diberikan terhadap kelompok kontrol. Pengaruh treatment adalah

bila rata-rata nilai O2 lebih besar dari rata-rata O4 dan perbedaannya signifikan.
5

F. Tahap-Tahap Kegiatan Tindakan Eksperimen

1. Memilih sebuah subjek penelitian yaitu kelas VIII-2 dan kelas VIII-3

Kabupaten Batu Bara.

2. Menggolongkan subjek penelitian menjadi dua kelompok antara kelompok

eksperimen yaitu Kelas VIII-3 yang diberikan perlakuan/treatment

penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dan kelompok kontrol yaitu VIII-3 yang diberikan

pembelajaran seperti biasa yaitu dengan cara konvensional.

3. Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dalam instrument pretest

dan posttest.

4. Mengujicobakan instrumen pretest pada kelas uji coba yaitu kelas VIII-

2 dan VIII-3 SMPN 1 Medang Deras.

5. Menganalisis data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan

reliabel.

6. Memberikan pretest pada kelas VIII-2 dan VIII-3.

7. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas VIII-2 dan VIII-3

untuk mengetahui bahwa kedua Kelas tidak ada perbedaan yang

signifikan.

8. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) di kelas VIII-2, sedangkan di kelas VIII-3 dengan

menerapkan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan oleh guru


6

yaitu pembelajaran konvensional (tanpa menerapkan model

pembelajaran tipe-STAD).

9. Melaksanakan posttest pada Kelas VIII-2 dan VIII-3.

10. Menghitung perbedaan antara hasil prestest dan postest untuk masing-

masing kelompok eksperimen yaitu VIII-2 dan kelompok kontrol yaitu

Kelas VIII-3.

11. Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe-STAD (Student Teams Achievement

Division) berpengaruh besar pada kelompok eksperimen yaitu Kelas

VIII-2 Dalam menghitung dan menganalisis data dilakukan dengan

bantuan aplikasi Software Microsoft Excel..

G. Instrumen Penelitian

Agar memenuhi kriteria alat evaluasi yang baik, yakni

mampu mencerminkan kemampuan yang sebenarnya dari

tes yang dievaluasi, maka alat evaluasi tersebut harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Validitas

Validitas adalah sejauh mana suatu alat mampu

mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh

alat tersebut. (Arikunto,2016 : 79) “menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat


7

ukur”.

Dalam penelitian ini menggunakan validitas empiris

jenis validitas isi. Validitas isi adalah tindakan memvalidasi

instrumen evaluasi dengan mengukur tujuan khusus yang

sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh

karena itu, untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen

dilakukan dengan meminta pertimbangan para pakar yang

sudah ahli dibidangnya sebagai validator.

Untuk validitas isi dalam penelitian ini diajukan 25

butir soal, soal yang valid akan digunakan, sedangkan soal

yang tidak valid akan diganti atau dibuang. Dari ke-25 soal

tersebut dipilih 20 soal yang valid yang di gunakan untuk

pre-test dan post-test.

Untuk soal yang valid dari validator maka di ujicobakan

kembali ke peserta didik yang bukan populasi dari penelitian

yaitu peserta didik SMP Negeri 1 Medang Deras yang terdiri

dari 16 orang. Selanjutnya dianalisis butir soal

menggunakan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

rxy = nxy xy


nx2 (x)2 ny  (y)2

(Arikunto,
218)
8

dengan :

𝑟𝑥𝑦 : koefiisien korelasi

x : skor item

y : skor total

n : banyaknya subjek
9

b. Reliabilitas Tes

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek atau sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) yang

sama akan menghasilkan data yang sama. Sugiyono (2019 : 218) menyatakan

bahwa “instrumen yang tidak teruji validitasnya bila digunakan untuk penelitian

akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya”.

Setelah soal divalidasikan kepada validator peneliti melakukan ujicobak

kepada peserta didik untuk memastikan apakah soal tersebut sudah reliabel atau

tidak. Untuk menguji reliabilitas tes di hitung dengan menggunakan rumus KR-20

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2019 : 221) yaitu sebagai berikut:

−n s 2−∑ ρq
r
( n−1 ) 2
( st )

dengan :

n : jumlah item dalam instrumen

pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-𝑝𝑖)

st : standar deviasi dari tes (akar varian)


2

Untuk menafsirkan kereliabelan instrumen tersebut dikonsultasikan ke tabel

harga rtabel produk momen dengan taraf signifikasi α = 0,05 jika rhitung > rtabel maka

soal dikatakan reliabel. Pengkategorian harga ri dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kategori Koefisien Reliabilitas

Reliabilitas Kategori
0,81 – 1,00 Sangat tingg
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sugiyono (2019: 222)
10
a. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal ditunjukkan oleh bilangan yang disebut indeks

kesukaran yang dapat dihitung menggunakan rumus :

B
p=¿Js ¿
(Arikunto, 2016 : 223)

dengan :

P : indeks kesukaran
B : jumlah peserta didik yang
menjawab soal dengan benar
Js:jumlah seluruh peserta tes
11

Mengenai bagaimana cara memberikan interprestasi terhadap angka

tingkat kesukaran item dapat di lihat pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Penafsiran Tingkat Kesukaran Item


Tingkat Kesukaran Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sulit
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Cukup (Sedang)
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2016: 223)

Untuk mendapatkan hasil hasil uji uji tingkat kesukaran soal, peneliti

menggunakan bantuan Software Microsoft Excel.

b. Tes Hasil Belajar

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif peserta

didik dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan berganda yang berjumlah 20

soal dengan 4 option. Jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan skor 0 (nol) jika

jawaban salah. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pretes dan postest.

Kisi-kisi soal penelitian pada materi Pesawat sederhana adalah seperti tertera pada

Tabel 3.4

Tabel 3.4 kisi-kisi soal


Level Jumlah
Indikator C1 C2 C3 C4 soal
Pengertian pesawat sederhana
Penerapan pesawat
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
Pengaruh bidang miring
terhadap perubahan kehidupan
sekarang
Menyebutkan jenis-jenis pesawat
sederhana
Menghitung besar keuntungan
mekanik bidang miring
Jumlah soal
12

dengan :

C1 : mengingat C3 : mengaplikasikan

C2 : memahami C4 : menganalisis

Jumlah total skor dari setiap peserta didik dikonversikan kedalam bentuk nilai dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚× 100
13

c. Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik

Untuk mengetahui pengaruhi perlakuan dari penggunaan sebuah model atau

media pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik, maka diperlukan

penilaian aktivitas belajar sesuai dengan indikator model dan media pembelajaran

yang digunakan. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan

aktivitas peserta didik ketika proses pembelajaran dikelas eksperimen yang

menggunakan model kooperatif tipe stad.

Penelitian ini menggunakan lembar observasi model dan media

pembelajaran dengan indikator. stad Masing-masing indikator memiliki kriteria

penilaian yaitu : tidak aktif (1), sedang (2), aktif (3), sangat aktif (4). Penelitian ini

menggunakan lembar observasi dan media pembelajaran dengan indikator:

kebenaran jawaban, tertarik dan antusias. Masing-masing indikator kriteria

penilaian yaitu tertera pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Aktivitas Peserta Didik


Kriteria Penilaian Skor
Sangat aktif 80 – 100
Aktif 70 – 79
Sedang 60 – 69
Tidak Aktif 0 – 59
(Sugiyono, 2019: 238)

Selanjutnya jumlah total skor dari setiap peserta didik dikonversikan ke dalam

bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛
Nilai =𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚× 100
14

H. Teknik Analisis Data

Dalam tahap ini langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yaitu

bagian analisis data, karena analisis data yang benar dan tepat akan menghasilkan

kesimpulan yang benar. Adapun teknik hasil data yang di lakukan yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sampel adalah melaksanakan pengujian apakah sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal, artinya sebaran data mengikuti kurva

normal dengan jumlah data dibawah dan di atas mean mendekati atau memiliki

jumalah yang sama. Menurut (Sudjana,2016 : 466) uji normalitas populasi dengan

menggunakan uji lilliefors, langkah-langkah yang ditempuh adalah :

a. Pengamatan X1, X2, X3,...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,....,

Zn, dengan rumus :


Xi− X
Zi =
S¿
untuk i = 1,2,3,...,n (Sudjana, 2016 : 99) ¿

dengan :

X = nilai rata-rata

s=simpangan baku

b. Menghitung peluang F (Zi )  P(Z  Zi ) menggunakan harga mutlak.

c. Menghitung proporsi s (Zi) dengan

Z  Zi
s(Z ) 
i
n

d. Menghitung selisih F(Zi )  s(Zi kemudian menghitung harga mutlaknya.


15

e. Mengambil harga Lhitung yang paling besar diantara harga mutlak (harga L0)

Untuk menerima atau menolak hipotesis, lalu membandingkan harga

Ltabel yang diambil dari daftar lilliefors dengan α = 0,05. α = taraf nyata

signifikansi 5%. Jika L0 > Ltabel maka populasi tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Menurut (Sugiyono,2019 : 189) uji homogenitas bertujuan untuk menentukan

apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak. Uji homogenitas varians

populasi menggunakan uji-F dengan rumus yaitu:

s 21
F=
s 22

(Sudjana, 2016 : 250)

dengan :

𝑠 2 = varians terbesar
1

𝑠 2 = varians terkecil
1

Dengan kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika F ≤ F 0,5 𝛼(𝑛1 −1 ,𝑛2 −1)

dengan F 0,05(n1 −1 ,n2 −1) diperoleh dari daftar distribusi F dengan dk pembilang =

(n1 – 1) dan dk penyebut = (n2 – 1) pada taraf nyata α = 0,05.


16
c. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu :

i. Uji kesamaan rata-rata pretes (uji dua pihak)

Uji dua pihak (two tail) digunakan jika parameter populasi dalam hipotesis

dinyatakan sama dengan (=) atau tidak sama dengan () . Hipotesis yang diuji

berbentuk :

H 0 : µ1 = µ2

H a : µ1 ≠ µ2

dengan :

µ1 : skor rata-rata hasil belajar pretes kelas eksperimen

µ2 : skor rata-rata hasil belajar pretes kelas kontrol

Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji beda yaitu :

1  2
t (Sugiyono, 2019 : 216)
1  1
s
n1 n2

dimana S2 adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

2 (n 1)s 2  (n 1)s 2

S  1 1 2 2 (Sugiyono, 2019 : 216)


n1  n2  2

dengan :

t : distribusi student

x̅1 : nilai rata-rata kelas eksperimen

x̅ 2 : nilai rata-rata kelas kontrol

n1 : jumlah sampel kelas eksperimen

n2 : jumlah sampel kelas kontrol

𝑠1 : standar deviasi kelas eksperimen

𝑠2 : standar deviasi kelas kontrol


17
Maka kriteria pengujiannya adalah HO diterima jika -t(1− 1 α) < t < 𝑡(1− 1 𝛼),

2 2

dengan t(1− 1 α) didapat dari distribusi t dengan peluang ( 1 - 1𝑎 ) dan dk = (𝑛1 +


2 2

𝑛2 − 2) dan dalam hal lainnya, HO ditolak.

ii. Uji kesamaan rata-rata postes (Uji Satu Pihak)

Uji satu sisi (one tail) digunakan jika parameter populasi dalam hipotesis

dinyatakan lebih besar (>) atau lebih kecil (≤). Hipotesis yang diuji berbentuk:

HO : 1  2

Ha : 1  2

dengan :

µ1 : skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen

µ1 : skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol

Rumus uji t yang digunakan adalah

1  (Sugiyono, 2019 : 216)


t 
2
1  1
s
n1n2

dengan :

2 (n 1)s2  (n 1)s2
s  1 1 1 2

n1  n2  2

dengan :

t : distribusi student

x̅1 : nilai rata-rata kelas eksperimen

x̅ 2 : nilai rata-rata kelas kontrol

𝑛1 : jumlah sampel kelas eksperimen

𝑛1 : jumlah sampel kelas kontrol

𝑠1 : standar deviasi kelas eksperimen


18
𝑠2 : standar deviasi kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah ditolak HO jika t > t1− α dimana t1− α diperoleh dari

daftar distribusi t dengan peluang (1- α ) dan dk = (𝑛1 + 𝑛2 – 2 ). HO ditolak jika

t ≥ 𝑡1−𝛼

d. Uji Regresi Sederhana

Persamaan regresi digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh suatu

variabel terhadap variabel lain. Model regresi linear variabel X atas variabel Y

dapat dinyatakan dalam hubungan matematis sebagai berikut:

Y = a + bX

Menurut Sugiyono (2019:318) untuk mencari nilai a dan b dapat digunakan rumus

sebagai berikut:
19

( )( 2 )  (Y 2 )( Y )


a i i i i i
(Sugiyono, 2019 : 318
nY 2  (Y )2
i

niYi  (i )(Yi )


b nY 2  (Y )2
i

dengan :

X = nilai aktivitas belajar peserta didik terhadap

model yang digunakan Y = nilai postes sebagai

hasil belajar.
20
Daftar Pustaka
Fatimah, L., & Shofi, A. (2019). Aktivitas Siswa SMP dalam Proses Pembelajaran
Kooperatif pada Mata Pelajaran Matematika. Indonesian Journal of
Mathematics and Natural Science Education, 1(1), 19–26.
https://doi.org/10.35719/mass.v1i1.4
Istiningrum, I., & Sukanti, S. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas X Ak 2 Smk Ypkk 2 Sleman Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(2).
https://doi.org/10.21831/jpai.v10i2.913
Nugroho, U., & Edi, S. S. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Berorientasi Keterampilan Proses 1 2 2. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5,
5(2009), 108–112. http://journal.unnes.ac.id
Nurmelly, N. (2015). Pendekatan , Model Dan Strategi, , dalam Model Pembelajaran.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
Polii, D. J., & Polii, M. (2022). Manajemen Pendidikan Agama Kristen dalam
Ketahanan Keluarga. EDULEAD: Journal of Christian Education and
Leadership, 3(1), 117–132. https://doi.org/10.47530/edulead.v3i1.99
Rahayu, R., & Ismawati, R. (2022). Jurnal Pendidikan MIPA. Jurnal Pendidikan
MIPA, 12(September), 682–689.
Richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI
TUMBUHAN HIJAU DENGAN MENERAPKAN METODE PORTOFOLIO
TERHADAP SISWA KELAS V SEMESTER I SDN PURWOKERTO I
KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI TAHUN
PELAJARAN 2017/2018 SUNARSIH,. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 4(1), 2013–2015.
Sugianto, Armanto, D., & Harahap, M. B. (2014). Perbedaan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Komunikasi Matematis Siswa SMA.
Jurnal Didaktik Matematika, 1(1), 96–128.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi. Kumpulan Metode
Pembelajaran, 41–79. http://history22education.wordpress.com-
bloghistoryeducation
Tafonao, T. (2018). Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103.
https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113
Turnip, M. P., Barus, R. W., & Naibaho, T. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Bantuan Media Grafis terhadap Kemampuan
Penalaran Matematis Peserta Didik pada Materi Fungsi …. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6, 14929–14941.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/4770%0Ahttps://
www.jptam.org/index.php/jptam/article/download/4770/4043
Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda: Jurnal
Publikasi Pendidikan Dasar, 4(1), 17–23.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754
Yıldırım, S. (2018). PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA
AN-NIZHOM TELANAIPURAKOTA JAMBI. 21, 1–9.
Zulhartati, S. (2011). Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Mata Pelajaran
IPS. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai