Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
berguna dalam mencapai kehidupan yang optimal di era modern. Dengan adanya
dilakukan oleh seseorang atau kelompok secara sadar dalam memperoleh suatu
tujuan yang akan dicapai untuk menciptakan perubahan menuju kearah yang lebih
baik. Peranan pendidikan sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan negara
diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu mengenai sistem pendidikan
tujuan pembelajaran yang maksimal yaitu salah satu faktor pendorong seperti adanya
sumber belajar yang menarik agar peserta didik mempunyai motivasi sehingga dapat
faktor yang berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan semangat belajar. Pada
mengajar, oleh sebab itu peserta didik mudah merasa mudah bosan dan pasif bahkan
tidak memperhatikan. Maka pendidik harus mempunyai inovasi dan kreatif dalam
dengan membuat media pembelajaran. Dalam kegiatan PKM peneliti selama satu
bulan di SMP swasta bhakti Paropo, kegiatan belajar mengajar mayoritas guru masih
3
menggunakan model ceramah dan tanya jawab. Selain itu, kegiatan observasi yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Medang Deras juga menunjukkan hasil yang sama. Dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran yang paling sering diterapkan oleh guru
ketika proses belajar mengajar berlangsung adalah model ceramah dan tanya jawab.
mudah untuk dipergunakan oleh siapa saja saat mengajar. Kelemahan model
konvensional adalah peserta didik merasa jenuh terhadap kegiatan belajar mengajar
sehingga menurunkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Selain itu,
tujuan dari pendidikan IPA belum tercapai secara maksimal. Dalam penelitian ini,
Divison) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.
Metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam matematika, sains,
ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek lainnya pada
tingkat sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Peserta didik akan dibagi
kelamin dan sukunya. Tugas para peserta didik bukanlah melakukan sesuatu tetapi
Penilaian dan evaluasi. Senada dengan apa yang dikatakan oleh (Tafonao, 2018)
bahwa media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar bagi guru untuk
perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu fungsi dari pembelajaran IPA
belajar fisika setiap siswa dapat berkembang dengan baik bergantung pada kegiatan-
ditemukan beberapa permasalahan seperti: peserta didik kurang aktif yang ditandai
dengan jarangnya peserta didik bertanya dalam pembelajaran dan ketuntasan dalam
pembelajaran belum semuanya tercapai karena hasil belajar siswa rendah di bawah
KKM 75 hanya 41,37% Peserta yang tuntas pada mata pelajaran fisika.
pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif
proses yang dimiliki dan melatih siswa melaksanakan praktikum sehingga siswa
membutuhkan peralatan laboratorium yang relatif lebih banyak (Nugroho & Edi,
2009)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan judul penelitian ini
B. Identifikasi Masalah
ketentuan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar peserta
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
terhadap peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Medang Deras pada sub pokok
Pesawat sederhana.
terhadap keterampilan belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1
E. Manfaat Penelitian
Penelitian in bermanfaat untuk:
1) Bagi Guru
fisika siswa.
2) Bagi Peneliti
3) Bagi Sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
dalam pendidikan. Tanpa adanya kerja sama, tidak akan ada individu,
aktif dan positif dalam kelompok ini membolehkan pertukaran ide dan
falsafah konstruktivisme.
menyatakan bahwa
dipersyaratkan”.
heterogen”.
adalah bahwa tujuan diperoleh ketika peserta didik bekerja sama untuk
mencapainya
1. Peserta didik terlalu tergantung kepada guru, tetapi peserta didik dapat
aktif.
3. Mendorong peserta didik untuk respek pada orang lain dan menyadari
sosial.
mengkomunikasi ide atau gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif,
mendorong siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik dan
tidak sesuai, dan adanya dominasi oleh seseorang sehingga anggota yang lain
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
kelompok kecil dengan anggota empat sampai enam orang yang memiliki
pelajaran dan peserta didik dalam kelompok memasikan bahwa semua anggota
Akhirnya semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan
pada saat itu mereka tidak boleh membantu satu sama yang lain. Nilai-nilai
seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi
peningkatan nilai mereka sebelumnya atau yang sering disebut skor kemajuan.
Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu Tipe Kooperatif yang menekannya
pada adanya aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling
57
yang membagi siswa dalam kelompok kecil 5-6 siswa dengan keberagaman
ras, suku, kemampuan siswa untuk saling kerjasama dan berinteraksi untuk
berikut:
materi prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan
ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus
Pada tahap ini, peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas
memahami materi yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan
diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes
pertemuan, agar peserta didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari
secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini
kelompok.
2) Pembagian kelompok
prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik sehingga tidak ada
siswa agar siswa dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses
mengerjakannya.
dan membantu jika diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri penting dari
STAD.
60
meningkat yaitu:
belajar sampai mereka yakin bahwa teman satu tim mereka akan
sangat penting bagi para siswa untuk memiliki lembar jawaban untuk
mereka belajar.
c) Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada
mereka harus bertanya kepada semua teman satu timnya terlebih dahulu
e) Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling
kelas, pujilah tim yang bekerja dengan baik, duduklah dengan setiap
ini
guru
1) Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok.
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan
tahapan berikut:
(Rusman, 2014)
sebagai berikut:
0≤ x ≤ 5 -
6≤ x ≤ 15 Good Team
(Rusman, 2014)
sesuai prestasinya.
kelebihan dan kelemahannya. Uraian secara rinci kelebihan model ini ialah:
3. Dalam model ini, peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab
yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini.
2010).
banyak materi dan bank soal agar STAD dapat berjalan dengan baik
(Rusman, 2014).
dua bentuk tanggung jawab belajar (belajar untuk dirinya sendiri dan
sesama siswa yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Selain
66
kemampuan khusus dari guru, guru dituntut sebagai fasilitator dan motivator
apabila guru tidak mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat dipastikan
STAD merupakan suatu metode generic tentang pengaturan kelas dan bukan
pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi
materi sehingga guru harus memiliki banyak materi dan bank soal agar STAD
A. Pengertian Belajar
behavior or performance)”.
tingkah laku sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
Demikian pula menurut (Khodijah, 2014) belajar adalah sebuah proses yang
c. Prinsip-Prinsip Belajar
orang lain
B. Materi Pembelajaran
Jadi, prinsip kerja dari pesawat sederhana ini adalah dengan cara mengubah
Sementara itu, cara kerja dari pesawat sederhana ini sebenarnya memanfaatkan
tiga titik utama. Tiga titik utama itu perlu kalian ketahui lebih dulu sebelum
membahas lebih lanjut mengenai pesawat sederhana. Tiga titik itu antara lain:
a) Titik tumpu
Titik tumpu adalah titik yang menjadi tumpuan beban dimana sifatnya adalah
tetap.
69
b) Titik Beban
Titik beban adalah bagian yang dijadikan untuk meletakkan beban yang akan
diangkat.
c) Titik kuasa
Titik kuasa adalah tempat yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa alias
Sebenarnya prinsip kerja dari pesawat sederhana juga terdapat dalam diri
Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat seseorang mengangkat barbel adalah
telapak tangan berperan sebagai titik beban, titik tumpu berada pada siku
tangan, sedangkan titik kuasa terdapat pada lengan bawah. Jadi, ketika tangan
menjadi mampu untuk mengangkat barbel karena adanya titik tumpu yang
Dari contoh itu tentunya sudah mulai ada sedikit gambaran kerja dari pesawat
sederhana.
Sejauh ini, terdapat empat jenis pesawat sederhana yang kerap ditemui
Jadi bentuk dari pengungkit berupa batang panjang yang disangga oleh titik
jungkit.
Pada pengungkit ini terdapat bagian lengan kuasa (Lk) dan lengan beban (Lb).
Lengan kuasa adalah daerah yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa,
Jadi pengungkit ini memanfaatkan panjang lengan dari suatu batang untuk
dapat memudahkan kerja. Semakin panjang lengan kuasa dan semakin pendek
F = w x Lb / Lk
Keterangan:
KM = w / F
71
Keterangan:
KM = Keuntungan mekanis
beban dan gaya kuasa atau lengan beban dan lengan kuasa.
Adapun pengungkit ini masih terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Pengungkit jenis 1
antara titik beban dan titik kuasa. Pengungkit jenis 1 ini adalah bentuk paling
b) Pengungkit jenis 2
antara titik kuasa dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis 2 adalah gerobak
c) Pengungkit jenis 3
Pengungkit jenis tiga adalah pengungkit yang posisi titik kuasa berada di antara
titik beban dan titik tumpu. Contohnya adalah alat pancing, stapler, pinset, dan
lain sebagainya.
2. Bidang Miring
Jenis pesawat sederhana selanjutnya adalah bidang miring. Bidang miring ini
pada dasarnya seperti perosotan anak-anak. Jadi, suatu bidang didesain dengan
Jadi pada prinsipnya semakin landai bidang miring, akan semakin kecil gaya
yang dibutuhkan. Sebaliknya, jika bidang miring semakin curam, maka gaya
Rumus yang digunakan untuk mencari gaya yang dibutuhkan pada bidang
miring adalah:
F x s = w x h
Keterangan:
F = gaya (N)
w = beban (N)
3. Katrol
Jenis yang ketiga adalah katrol. Katrol adalah pesawat sederhana yang
Jad prinsip kerja dari katrol adalah mengubah arah gaya sehingga beban dapat
terangkat. Sama seperti tuas, katrol juga memiliki tiga titik, yaitu titik kuasa,
a) Katrol tetap
Katrol tetap adalah jenis katrol yang paling dasar. Jadi katrol ini posisinya akan
tetap ketiak digunakan. Titik tumpu berada di antara titik beban dan titik
kuasa.
Contoh sederhana yang sering ditemui dari katrol tetap adalah alat timba di
sumur.
KM = w / f
Keterangan:
KM = Keuntungan mekanik
b) Katrol bebas
dapat berpindah tempat atau bergerak bebas saat digunakan. Pada katrol
jenis ini, gaya kuasa yang dikeluarkan untuk menarik bebannya bernilai
75
c) Katrol majemuk
Kalau katrol yang satu ini, merupakan gabungan dari katrol tetap dan katrol
bebas, Squad. Jadi model katrolnya ada dua jenis, katrol yang paling atas
adalah katrol tetap dan katrol di bawahnya adalah katrol bebas, keduanya
Keuntungan mekanis katrol majemuk sama dengan jumlah tali atau jumlah
C. Hipotesis Tindakan
STAD dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata
BAB III
METODE PENELITIAN
2010:114).
perlakuan.
BatuBara.
2. Waktu Penelitian
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
data.
3. Tahap penyusunan
Yaitu tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti
1. Populasi
2. Sampel
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel
1. Variabel Independen
didik.
2. Variabel Dependen
penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar IPA. Kedua variabel
E. Desain Penelitian
Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan desain Nonequivalent
Control Group Design. Menurut (Sugiyono, 2010: 73), ditampilkan dengan bagan
sebagai berikut:
EK O X O2
1 O4
O
3 3.1 Bagan Desain Penelitian
Gambar
Keterangan :
E : kelompok eksperimen
K : kelompok kontrol
X : perlakuan/treatment
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa kedua kelompok diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol juga
benar-benar seimbang. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang, yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
Division) dan O4 adalah nilai posttest kelompok kontrol yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4 maka model
bila rata-rata nilai O2 lebih besar dari rata-rata O4 dan perbedaannya signifikan.
5
1. Memilih sebuah subjek penelitian yaitu kelas VIII-2 dan kelas VIII-3
dan posttest.
4. Mengujicobakan instrumen pretest pada kelas uji coba yaitu kelas VIII-
5. Menganalisis data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan
reliabel.
7. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas VIII-2 dan VIII-3
signifikan.
pembelajaran tipe-STAD).
10. Menghitung perbedaan antara hasil prestest dan postest untuk masing-
Kelas VIII-3.
G. Instrumen Penelitian
a. Validitas
ukur”.
yang tidak valid akan diganti atau dibuang. Dari ke-25 soal
berikut :
(Arikunto,
218)
8
dengan :
x : skor item
y : skor total
n : banyaknya subjek
9
b. Reliabilitas Tes
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek atau sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) yang
sama akan menghasilkan data yang sama. Sugiyono (2019 : 218) menyatakan
bahwa “instrumen yang tidak teruji validitasnya bila digunakan untuk penelitian
kepada peserta didik untuk memastikan apakah soal tersebut sudah reliabel atau
tidak. Untuk menguji reliabilitas tes di hitung dengan menggunakan rumus KR-20
−n s 2−∑ ρq
r
( n−1 ) 2
( st )
dengan :
harga rtabel produk momen dengan taraf signifikasi α = 0,05 jika rhitung > rtabel maka
soal dikatakan reliabel. Pengkategorian harga ri dapat dilihat pada Tabel 3.2
Reliabilitas Kategori
0,81 – 1,00 Sangat tingg
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sugiyono (2019: 222)
10
a. Tingkat Kesukaran Soal
B
p=¿Js ¿
(Arikunto, 2016 : 223)
dengan :
P : indeks kesukaran
B : jumlah peserta didik yang
menjawab soal dengan benar
Js:jumlah seluruh peserta tes
11
Untuk mendapatkan hasil hasil uji uji tingkat kesukaran soal, peneliti
didik dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan berganda yang berjumlah 20
soal dengan 4 option. Jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan skor 0 (nol) jika
jawaban salah. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pretes dan postest.
Kisi-kisi soal penelitian pada materi Pesawat sederhana adalah seperti tertera pada
Tabel 3.4
dengan :
C1 : mengingat C3 : mengaplikasikan
C2 : memahami C4 : menganalisis
Jumlah total skor dari setiap peserta didik dikonversikan kedalam bentuk nilai dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
penilaian aktivitas belajar sesuai dengan indikator model dan media pembelajaran
penilaian yaitu : tidak aktif (1), sedang (2), aktif (3), sangat aktif (4). Penelitian ini
Selanjutnya jumlah total skor dari setiap peserta didik dikonversikan ke dalam
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛
Nilai =𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚× 100
14
Dalam tahap ini langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yaitu
bagian analisis data, karena analisis data yang benar dan tepat akan menghasilkan
kesimpulan yang benar. Adapun teknik hasil data yang di lakukan yaitu :
1. Uji Normalitas
dari populasi yang berdistribusi normal, artinya sebaran data mengikuti kurva
normal dengan jumlah data dibawah dan di atas mean mendekati atau memiliki
jumalah yang sama. Menurut (Sudjana,2016 : 466) uji normalitas populasi dengan
a. Pengamatan X1, X2, X3,...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,....,
dengan :
X = nilai rata-rata
s=simpangan baku
Z Zi
s(Z )
i
n
e. Mengambil harga Lhitung yang paling besar diantara harga mutlak (harga L0)
Ltabel yang diambil dari daftar lilliefors dengan α = 0,05. α = taraf nyata
signifikansi 5%. Jika L0 > Ltabel maka populasi tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak. Uji homogenitas varians
s 21
F=
s 22
dengan :
𝑠 2 = varians terbesar
1
𝑠 2 = varians terkecil
1
Dengan kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika F ≤ F 0,5 𝛼(𝑛1 −1 ,𝑛2 −1)
dengan F 0,05(n1 −1 ,n2 −1) diperoleh dari daftar distribusi F dengan dk pembilang =
Uji dua pihak (two tail) digunakan jika parameter populasi dalam hipotesis
dinyatakan sama dengan (=) atau tidak sama dengan () . Hipotesis yang diuji
berbentuk :
H 0 : µ1 = µ2
H a : µ1 ≠ µ2
dengan :
1 2
t (Sugiyono, 2019 : 216)
1 1
s
n1 n2
2 (n 1)s 2 (n 1)s 2
dengan :
t : distribusi student
2 2
Uji satu sisi (one tail) digunakan jika parameter populasi dalam hipotesis
dinyatakan lebih besar (>) atau lebih kecil (≤). Hipotesis yang diuji berbentuk:
HO : 1 2
Ha : 1 2
dengan :
dengan :
2 (n 1)s2 (n 1)s2
s 1 1 1 2
n1 n2 2
dengan :
t : distribusi student
Kriteria pengujian adalah ditolak HO jika t > t1− α dimana t1− α diperoleh dari
t ≥ 𝑡1−𝛼
variabel terhadap variabel lain. Model regresi linear variabel X atas variabel Y
Y = a + bX
Menurut Sugiyono (2019:318) untuk mencari nilai a dan b dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
19
dengan :
hasil belajar.
20
Daftar Pustaka
Fatimah, L., & Shofi, A. (2019). Aktivitas Siswa SMP dalam Proses Pembelajaran
Kooperatif pada Mata Pelajaran Matematika. Indonesian Journal of
Mathematics and Natural Science Education, 1(1), 19–26.
https://doi.org/10.35719/mass.v1i1.4
Istiningrum, I., & Sukanti, S. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas X Ak 2 Smk Ypkk 2 Sleman Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(2).
https://doi.org/10.21831/jpai.v10i2.913
Nugroho, U., & Edi, S. S. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Berorientasi Keterampilan Proses 1 2 2. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5,
5(2009), 108–112. http://journal.unnes.ac.id
Nurmelly, N. (2015). Pendekatan , Model Dan Strategi, , dalam Model Pembelajaran.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), 49–58.
Polii, D. J., & Polii, M. (2022). Manajemen Pendidikan Agama Kristen dalam
Ketahanan Keluarga. EDULEAD: Journal of Christian Education and
Leadership, 3(1), 117–132. https://doi.org/10.47530/edulead.v3i1.99
Rahayu, R., & Ismawati, R. (2022). Jurnal Pendidikan MIPA. Jurnal Pendidikan
MIPA, 12(September), 682–689.
Richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI
TUMBUHAN HIJAU DENGAN MENERAPKAN METODE PORTOFOLIO
TERHADAP SISWA KELAS V SEMESTER I SDN PURWOKERTO I
KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI TAHUN
PELAJARAN 2017/2018 SUNARSIH,. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 4(1), 2013–2015.
Sugianto, Armanto, D., & Harahap, M. B. (2014). Perbedaan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Komunikasi Matematis Siswa SMA.
Jurnal Didaktik Matematika, 1(1), 96–128.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi. Kumpulan Metode
Pembelajaran, 41–79. http://history22education.wordpress.com-
bloghistoryeducation
Tafonao, T. (2018). Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103.
https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113
Turnip, M. P., Barus, R. W., & Naibaho, T. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Bantuan Media Grafis terhadap Kemampuan
Penalaran Matematis Peserta Didik pada Materi Fungsi …. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6, 14929–14941.
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/4770%0Ahttps://
www.jptam.org/index.php/jptam/article/download/4770/4043
Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda: Jurnal
Publikasi Pendidikan Dasar, 4(1), 17–23.
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754
Yıldırım, S. (2018). PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA
AN-NIZHOM TELANAIPURAKOTA JAMBI. 21, 1–9.
Zulhartati, S. (2011). Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Mata Pelajaran
IPS. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.