Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran IPA di arahkan untuk meningkatkan metode pembelajaran,

menurut para ahli pembelajaran IPA,maka para ahli mengembangkan

modelpembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari

piaget.pandangan tersebut berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran anak

memperoleh banyak pengetahuannya sendiri dalam memperoleh banyak

pengetahuan diluar sekolah makalah metode penelitian kelas (Dahar dalam Nano

Sutarno,2007:8,11). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran

wajib yang dipelajari di SD/MI. IPA berkaitan dengan mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep atau prinsip – prinsip saja tetapi juga

pemanfaatan dalam kehidupan sehari – hari.

Peneliti sebagai guru kelas VI SDN Bulangan Haji 2 Kec.Pegantenan

Kab.Pamekasan,pada saat mengajar Tematik hususnya pembelajaran IPA dengan

materi perkembang biakan hewan,sedangkan tujuan yang ingin disampaikan

adalah Siswa dapat mengidentifikasi hewan berdasarkan cara

perkembangbiakannya secara generative dan vegetatf.. Materi pelajaran dan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mengacu pada Standar Kompetensi dan

kompetesi dasar diatas.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti sewaktu melaksanakan pembelajaran

IPA tentang perkembang biakan hewan terungkap hal-hal berikut: (1) proses

pembelajaran masih terkesan kurang menarik bagi siswa, hal ini dikarenakan cara
2

guru dalam menyampaikan materi masih cenderung bersifat informatif dan

pembelajaran masih berpusat pada guru. (2) Kurangnya media pembelajaran yang

tepat dan membuat siswa tertarik pada pembelajaran. (3) Kurangnya minat siswa

terhadap mata pelajaran IPA sangat berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar

siswa. (4) Guru tidak menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga

rendah tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Selain hal tersebut,diketahui pula bahwa dari 16 siswa, yang mendapat nilai

diatas KKM 68 hanya 3 siswa (18.75%), dan ada 13 siswa (81.25%) yang

mendapat nilai di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah

satu indikator bahwa pembelajaran IPA di SDN BULANGAN HAJI 2

Kec.Pegantenan Kab.Pamekasan belum maksimal. Hal perlu diperhatikan oleh

Peniliti agar selalu berusaha untuk menciptakan model pembelajaran yang

inovasi konstruktif,dan terkesan statis, dalam proses pembelajaran sebagai solusi

untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga hasil belajarnya

mengalami peningkatan.

Melihat kondisi demikian, perlu adanya pembelajaran alternatif yang

berorientasi pada bagaimana siswa belajar menemukan sendiri

informasi,menghubungkan topik yang sudah dipelajari dan yang akan dipelajari

dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi arah baik bersama

guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan bersahabat.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana yang disarankan para ahli

pendidikan adalah pembelajaran kooperatif tipe mencocokkan kartu berpasangan.

Menurut (Mastur faizi) melalui model cooperatif learning, guru

menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan


3

atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai

melalui: saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan

menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah. Dengan penggunaan model

kooperatif ini, dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial,

Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan, memungkinkan terbentuk

dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen, dan masih banyak lagi

keuntungan yang dapat diperoleh melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif tersebut.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas hasil belajar siswa adalah dengan

menggunakan Dengan pembelajaran Make a match siswa akan belajarlebih aktif

lagi dengan mencari pasangan gambar yang cocok, sehingga mereka terlibat

langsung dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran Make a match

adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk berpikir secara

mandiri, mencari pasangan yang sesuai, kemudian diskusi dengan pasangan

lainnya didalam menemukan konsep yang sama (Frank Lyman dalam Rusman

(2011)). Dengan demikian ,penelitian ini sangat penting dan mendesak untuk

segera dilakukan.
4

B. Rumusan Masalah

Berdsarkan uraian pada latar belakang di atas maka teridentifikasi masalah-

masalahsebagai berikut:

1. proses pembelajaran masih terkesan kurang menarik bagi siswa, hal ini

dikarenakan cara guru dalam menyampaikan materi masih cenderung bersifat

informatif dan pembelajaran masih berpusat pada guru.

2. Kurangnya media pembelajaran yang tepat dan membuat siswa tertarik pada

pembelajaran.

3. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat berpengaruh

terhadap rendahnya hasil belajar siswa

4. Guru yang tidak menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga rendah

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil rumusan masalah,peneliti membatasi masalah yang akan

segera dipecahkan yaitu Guru yang tidak menerapkan model pembelajaran yang

tepat sehingga rendah tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,

sehingga menyebabkan rendahnya hasil evaluasi akhir pada siswa. Dengan

demikian rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah penerapan

model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan siswa dalam menjelaskan

terhadap materi cara perkembangbiakan hewan pada kelas VI SDN Bulangan Haji

2 Kec.Pegantenan Kab.Pamekasan.
5

D. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap

materi cara perkembnagbiakan hewan pada siswa kelas VI SDN Bulangan Haji 2

Kec.Pegantenan Kab.Pamekasan, maka peneliti melaksanakan penerapan model

pembelajaran Make a Match. Maka langkah – langkah yang peneliti lakukan

adalah sebagai berikut : (1) Guru membuka salam dan doa bersama. (2) Guru

Melakukan apersepsi. (3) Guru menyampaikan tujuan Pembelajaran. (4) Guru

Menjelaskan Materi pelajaran tentang cara perkembangbiakan hewan. (5) Guru

menyiapkan media pembelajaran berupa kartu pasangan yang terdiri dari

pertanyaan serta jawaban. (6) siswa dibagi menjadi 2 kelompok (7) siswa

mendapatkan satu kartu pasangan. (8) siswa mulai mencari pasangan dari

kartuyang sudah dipegang.(9) mengerjakan tes evaluasi.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan masalah yang ditemukan oleh peneliti,maka pembelajaran

dengan model Make a match, siswa dapat menjelaskan materi perkembangbiakan

hewan pada siswa kelas VI SDN Bulangan Haji 2 Kec.Pegantenan

Kab.Pamekasan.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan siswa dalam

menjelaskan materi mengidentifikasi perkembangbiakan hewan melaui model

Penbelajaran Make a Match sehingga hasil tes evaluasi siswa meningkat pada

siswa kelas VI SDN Bulangan Haji 2 Kec.Pegantenan Kab.Pamekasan.


6

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini akan memberikan sumbnagan yang bersifat teoritis

pada Ilmu Pengetahuan khususnyadalam pembelajaran di SD. Disamping itu juga

akan memberikan manfaat bagi siswa,guru,kepala sekolah/pengawas/dinas

pendidikan,penelitian lanjutan,yaitu sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan perkembang

biakan hewan dalam pembelajaran Tematik khususnya mata pelajaran IPA.

2. Bagi Guru

Sebagai alternatif bagi rekan guru yang lain untuk menerapkan model

pembelajaran yang lebih inovasi dan kreatif.

3. Bagi sekolah

Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses

pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

4. Bagi peneliti

Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan inspirasi bagi para penelitilainyang ingin mendalami persoalan

pembelajaran menjelaskan perkembang biakan hewan.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman dan salah penafsiran

pada istilah-istilah yang dipahami pada permasalahan penelitian maka perlu ada

penjelasan terhadap istilah tersebut, yaitu penerapan model Make a Match dalam

materi perkembangbiakan hewan.


7

Menurut Trianto (2009) Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaan

dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki latar

belakang yang berbeda. Belajar dalam kelompok kecil mendorong terciptanya

kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan komunikasi, interaksi edukatif

dua arah dan banyak arah

Rahmat Widodo(2010) mendefinisikan Model pembelajaran tipe Make a

match artinya model pembelajaran mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat

sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang

sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Make a match akan riuh, tetapi sangat asik dan

menyenangkan.

Sedangkan menurut (Amri, Sofan & Khoiri) langkah-langkah model

pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan

beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi

review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

(2)Setiap siswa mendapat satu buah kartu. (3)Tiap siswa memikirkan

jawaban/soal dari kartu yang dipegang. (4) Setiap siswa mencari pasangan yang

mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). (5) Setiap siswa

yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. (6) Setelah

satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari

sebelumnya. (7) Demikian seterusnya. (8) Kesimpulan/penutup

Cara hewan berkembangbiak terbagi menjadi dua cara, yaitu secara

generatif (seksual) dan vegetatif (aseksual). 1) Perkembangbiakan Generatif

(seksual),Perkembangbiakan secara kawin pada hewan dibedakan menjadi tiga,


8

yaitu hewan yang berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Hewan yang berkembang biak

dengan melahirkan (vivipar),hewan yang berkembang biak dengan bertelur- melahirkan

(ovovivipar). 2) Perkembangbiakan vegetattif (aseksual) adapun ada tiga cara

perkembangbiakan vegetatif, yaitu tunas, fragmentasi, dan membelah diri.

Anda mungkin juga menyukai