BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa lagi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah harus
bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.
bersumber pada teori atau lebih tepatnya asumsi tabula rasa John Locke yang
menyatakan bahwa pikiran anak seperti kertas kosong yang putih dan siap
menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak seperti
2
botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebikaksanaan
sang mahaguru.
Opini umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan juga sudah
merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-
dipandang oleh siswa sebagai yang paling tahu dan sumber informasi . Lebih
celakanya lagi siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan
karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengajar nilai-nilai tes dan ujian yang
tinggi.
interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan belajar mengajar juga
lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa
diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.
Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa
bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan banyak
ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. System pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa
atau cooperative learning. Dalam system ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
3
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan
fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu
metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-
efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang
guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.
yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri
yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam
usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk
selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang
4
tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa
metode koperatif . Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling
menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang
Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan
metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was
jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak
5
adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
Paling tidak metode ini telah membuka wawasan guru bahwa variasi yang
akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah
6
rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin
perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melihat pengaruh Penerapan Metode Cooperative Learning dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata pelajaran IPS Materi Dinamika
Pendiuduk Indonesia di Kelas VII-B SMP PELITA 1 Depok Tahun Pelajaran
2019/2020 .
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada uraian latar belakang di atas dapat dikaji ada beberapa
hasil belajar IPS siswa kelas VII-B SMP PELITA 1 Depok ,tahun pelajaran
2019/2020 ?
nilai rata-rata klasikal hasil belajar IPS siswa kelas VII-B tahun pelajaran
2019/2020
C. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VII-B SMP PELITA 1 Depok
D. Tujuan Penelitian
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII-B SMP PELITA 1 Depok Tahun
pelajaran 2019/2020 .
Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang model
2. Dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling
BAB II
KAJIAN TEORI
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran,
seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan
situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan
pembelajaran.
lebih lanjut.
kepribadian siswa.
10
5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
besar akan menerapkan suatu metode dalam mencapai tujuannya itu, seorang
pelatih tim Sepakbola akan menentukan metode yang dianggap tepat untuk
suatu metode agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985)
menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode adalah cara yang telah
teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method
artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Metode
tersebut.
akan dipakai dalam proses belajar mengajar, maka seorang pengajar perlu
1. Tujuan Pembelajaran
digunakan guru. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa
13
performancenya
14
situasi)
dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu metode pembelajaran harus dapat
aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau
aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran
kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk
kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat
pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di
siswa. Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada
15
Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan,
jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki
metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan
pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami
prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi,
studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak
secara terintegritas.
Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi
dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan
kepada siswa.
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya.
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal
lingkungan.
bukan suatu hasil atau tujuan. Purwanto (2011:38) belajar adalah proses
adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar
pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James
18
inginkan.
terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang membawa
upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa dalam belajar. Istilah
Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa ahli lain pendidikan dan psikologi
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suatu
efektif.
Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun
dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri
seseorang.
22
perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman, bukan karena
bawaan sejak lahir. Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang
sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
results of experience”, dan pendapat Mazur dan Rocklin (Slavin, 1997) bahwa
kemampuan bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.
perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan
bahwa :
berikut:
1. Mengaktifkan motivasi
mental
jawaban final
konstruksi pengetahuan.
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku
aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang
Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6
dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari
pemahaman, yakni:
dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
(skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson
atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing perangsang.
menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
yang berlaku.
yakni:
studi
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar
menampilkan prosedur.
bidang studi.
belajar.
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di
guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi
mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana,
1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam
dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa
berhasil.
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik
(psikomotorik).
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri
2. Selain itu dia juga berpendapat bahwa penekanan belajar sebagai proses
partisiasi aktif dari siswa. Guru sebagai fasilisator dan pembimbing yang akan
mengarahkan setiap peserta didik menuju pengetahuan yang benar dan tepat.
agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling
ketergantungan hadiah.
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka
akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan
teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah
3. Akuntabilitas individual
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu :
tujuan.
d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung
dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta
d. Saling mengingatkan
e. Saling percaya
pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu :
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan
kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa yang
penguasaan materi pelajaran tiap anggota sehingga tugas- tugas sering diborong oleh
kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang salah seorang anggota kelompok, sedangkan
hasil belajar para anggotanya sehingga dapat anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak
saling mengetahui siapa yang memerlukan saja’ diatas keberhasilan temannya yang
bantuan.
memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh
bergilir untuk memberikan pengalaman guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, Pemantauan melalui observasi dan intervensi
guru terus melakukan pemantauan melalui sering dilakukan oleh guru pada saat
kelompok.
Guru memperhatikan secara langsung proses Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok yang terjadi dalam kelompok –
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas Penekanan sering hanya pada penyelesaian
komitmen.
perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik.
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan
orientasi tugas
dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya
2. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang
saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu,
2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for
Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan
“Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat
terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik,
meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini,
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat.
Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut
Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian
lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada
44
yang mempunyai minat sama. Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan
yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan
demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan
menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh
kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian
dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi
seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan
landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin
mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut
yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu
b. Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter
sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem
pegunungan.
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah
aspek:
46
IPS (Ilmu Pengetauan Sosial) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
konsep pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik
menjadi warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajiban, yang juga
Oleh karena peserta didik yang dibina melalui IPS tidak hanya memiliki
pula memiliki kesabaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan
lingkungannya.
Sebagai bidang pengetahuan dan sejarah IPS yang memiliki delapan tujuan
sebagai berikut:
1. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang sosial science, mata
5. Menurut pedoman khusus Bidang Studi IPS, tujuan bidang studi tersebut,
6. Nilai-nilai dan sikap hidup yang dikandung oleh pancasila atau UUD 1945
kemanusiaan
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang
berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara
tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap
49
hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar
perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung jawab
yang tergambar dalam pikiran suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian.
Konsep IPS yaitu suatu kala atau ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu
yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang
tepat bergantung pada. Penguasaan sifat yang melekat tadi, dan pengertian
kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan geografi belaka, namun secara
1. Nilai Edukatif
2. Nilai Praktis
3. Nilai Teoretis
4. Nilai Filsafah
5. Nilai Ketuhanan
pertama kali pada tahun 1944 oleh Kurt Lewin. Tetapi orang meragukan
dari sisi lain dan mengatakan bahwa penelitian tindakan bukan dimaksudkan
PTK, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru
proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. McNiff (1999: 1)
kolaboratif juga dapat melakukan penelitian terhadap proses dan atau produk
justru dengan melakukan PTK guru akan dapat meningkatkan kualitas proses
secara kolaboratif dengan dosen perguruan tinggi khususnya LPTK tentu hal
sehari-hari. Oleh sebab itu guru tidak perlu risau dan takut terganggu dalam
dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena setelah meneliti
guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang
diterapkan dengan baik di kelas yang ia miliki. Jika sekiranya ada teori yang
tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi
teori yang ada untuk kepentingan proses dan atau produk pembelajaran yang
Dari sisi lain, dalam PTK, guru juga dapat melihat, merasakan, dan
memiliki efektivitas yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu guru dapat
pemberian pekerjaan rumah siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang
bersifat verbal terhadap kegiatan siswa di kelas tidak efektif, cara bertanya
guru kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berpikir,
54
Dari uraian di atas kita dapat mendefinisikan pengertian PTK secara lebih
Oleh karena itu, PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Sebagai contoh, jika guru menghadapi
penelitian tindakan kelas agar minat baca siswa dapat ditingkatkan. Dengan
penelitian tindakan kelas guru dapat mencoba berbagai tindakan yang berupa
siswanya. Sebaliknya. jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang
tinggi, akan tetapi tidak dapat memanfaatkan bahan bacaan secara tepat,
55
guru juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan memilih terapi yang
kurang fungsional.
1. Karakteristik PTK
praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Jadi PTK akan
Jika seorang guru merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di
kelas tidak bermasalah, PTK tidak diperlukan lagi bagi guru tersebut.
Persoalannya ialah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang
telah dilakukan bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini
seperti itu guru lain/dosen dan guru dapat duduk bersama, berdiskusi
56
terciptanya karya tulis bagi guru sambil mengajar di kelas sesuai dengan
dengan lebih baik dan efektif, baru penelitian itu termasuk dalam
satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan dan atau
58
pembelajaran.
karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-
penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dapat dicapai
sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta apa itu ? Tujuan
yang dapat dicapai ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan
selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Hal ini dapat
dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan itu. Borg (1986) juga
kelas. Hal itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa
a. Inovasi pembelajaran,
selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh
sebab itu jika guru melakukan penelitian tindakan kelas dari kelasnya
terlibat dalam proses inovasi pembelajaran. Dengan cara seperti itu inovasi
oleh guru dalam mengajar di kelas. Inovasi pembelajaran seperti ini dengan
tidak jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan
penelitian itu berangkat dari realitas kegiatan guru, dalam proses penelitian
Dari segi pengembangan kurikulum, dalam kaitan dengan peran guru sebagai
secara efektif oleh guru. Guru kelas juga harus bertanggung jawab terhadap
sangat bermanfaat jika digunakan sebagai salah satu sumber masukan. Hal
membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik,
Jika penelitian tindakan kelas dilihat dari aspek profesionalisme guru dalam
kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk
pendidikan bagi guru. Keterlibatan guru dalam penelitian tindakan kelas, oleh
Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendir secara kritis
sendiri, kemudian direfleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan
ialah selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses
yang bersangkutan mengajar? Faktor utama yang harus dimiliki guru ialah
63
dilakukan. Manakala guru selalu merasa puas dengan apa yang ia lakukan dalam
bahkan banyak hambatan diaIami dalam proses itu, sulit kiranya bagi guru untuk
dimulainya sebuah PTK. leh sebab itu agar guru dapat menerapkan penelitian
mengatakan secara jujur kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang
dimiliki dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain guru harus mampu
merefleksi, merenung, berpikir balik, terhadap apa saja yang telah dilakukan
mungkin ada. Dalam proses perenungan itu mungkin guru akan menemukan
tanpa disadari.
lihat dari pencapaian hasil belajar para siswa selalu mendapatkan nilai yang amat
persoalan ini guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas dengan mencoba
berbagai alternatif model pembelajaran agar siswa dapat belajar bilangan pecahan
64
dengan lebih mudah. Model pembelajaran yang perlu dicobakan dalam penelitian
tindakan kelas itu mungkin dapat menggunakan gambar (diagram) yang dibagi-
bagi menurut pecahan tertentu, atau mungkin dapat menggunakan alat peraga dari
benda lunak yang bentuknya teratur yang dapat dibagi-bagi sesuai dengan
kaedah dan prinsip bilangan pecahan yang akan diajarkan. Dengan melakukan
tindakan itu kemudian guru mengamati dan juga merefleksi kembali mengenai
guru dapat menemukan model dan atau metoda mengajar bilangan pecahan yang
Begitu juga jika guru menghadapi kesulitan untuk menanamkan sikap disiplin
pada anak didik, penelitian tindakan kelas dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
permasalahan ini. Dalam penelitian itu mungkin guru dapat mencoba dengan
berbagai tindakan seperti menciptakan sistem reward (hadiah) bagi siswa yang
dapat menegakkan disiplin; atau mungkin guru dapat mencoba tindakan berupa
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa – siswi kelas VII-B
Alat pengumpul data dari penelitian ini adalah lembar observasi pelaksanaan
KBM, diskusi, dan ulangan post siklus yang diadakan sebanyak 2 kali.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah butir-butir tes pilihan ganda
Analisis data yang digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang
dikumpulkan oleh peneliti yaitu bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif. Data
hasil belajar kondisi awal, dengan siklus 1, juga membandingkan dengan siklus 2
F. Hipotesis Tindakan
67
dengan metode Cooperative Learning, maka hasil belajar IPS pada siswa kelas
G. Langkah-Langkah Penelitian
tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar 1 berikut:
68
2. Action atau pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini guru menerapkan tindakan
yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya, yang tidak lain adalah
ditetapkan.
dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat
sesuai dengan rencana, atau untuk menemukan hal-hal yang masih perlu
teman sejawat, , kepala sekolah, atau pihak lain yang kompeten dalam
bidang itu. Jadi pada intinya, kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi
70
H. Indikator Keberhasilan
adalah :
jumlah siswa
BAB IV
konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi untuk membahas
71
Learning hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS relatif rendah, padahal
untuk mencapai ketuntasan siswa harus memperoleh nilai 76. Untuk lebih
24 Rio Darmawan 80 √
25 Salsa Billa 72 √
26 Sarah Febriyanti 82 √
27 Sartika Wandana 78 √
28 Tedi Rizky Cahyadi 80 √
29 Yulitha 74 √
30 Zahra Putri P 76 √
JUMLAH NILAI 2248 17 13
RATA-RATA 74,38 53,85% 46,15%
NILAI TERTINGGI 82
NILAI TRENDAH 66
Dari data diatas dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata secara
klasikal pada kondisi awal sebesar 74,38 . Dibandingkan dengan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran ini adalah 76, berarti angka ini
masih di bawah nilai KKM. Dari 30 siswa yang tuntas hanya 17 orang atau
53,85% , sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas ada 13 orang dari 39
Statistics
Hasil Belajar Kondisi Awal
N Valid 30
Missing 0
Mean 74,38
Median 75,00
Mode 80
Std. Deviation 5,014
Skewness -,326
Std. Error of ,378
73
Skewness
Minimum 64
Maximum 84
Sum 2901
B. Hasil Penelitian
guru mengadakan tes hasil belajar berupa 20 soal Pilihan ganda. Dan hasil
13 Muhamad Helan B L 75 √
14 Maulana Revan Sy L 78 √
15 Maulida Sapitri P 86 √
16 Moh. Reihan Putra Faden L 70 √
17 Muhamad Raihan L 86 √
18 Nayla Putri Anhar P 68 √
19 Priyta Nius Moor Saragih P 80 √
20 Puspita Devi A P 87 √
21 Putri Melinda P 78 √
22 Rachel Samora P 80 √
23 ReYhan Atarjati L 86 √
24 Rio Darmawan L 84 √
25 Salsa Billa P 70 √
26 Sarah Febriyanti P 82 √
27 Sartika Wandana P 74 √
28 Tedi Rizky Cahyadi L 82
29 Yulitha P 74 √
30 Zahra Putri P P 76 √
JUMLAH NILAI 2333 19 11
RATA-RATA 77,56 69,24% 30,76%
NILAI TERTINGGI 87
NILAI TRENDAH 68
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai rata-rata secara klasikal adalah
yaitu 76, namun jika kita mengamati prosentase ketuntasan klasikal msih
sebesar 85%, jika kita melihat dari jumlah kriteria ketuntasan siswa Dari 30
siswa terdapat 19 siswa atau sebanyak 69,24 % siswa telah tuntas, sedangkan
76
yang belum tuntas ada 11 orang siswa atau sebesar 30,76 %. Oleh karena
Statistics
Hasil Belajar Siklus 1
N Valid 40
Missing 0
Mean 76,75
Median 76,00
Mode 70a
Std. Deviation 5,261
Skewness ,229
Std. Error of ,343
Skewness
Minimum 68
Maximum 87
Sum 3684
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
77
siklus ke dua ini siswa terlihat lebih bersemangat dengan melihat alat peraga
yang lebih cerah berwarna warni. Setelah pembelajaran siklus ke dua ini
pilihan ganda . Dan hasil pembelajara siklus 2 dapat dilihat pada table 4.3
berikut ini.
27 Sartika Wandana P 84 √
28 Tedi Rizky Cahyadi L 82 √
29 Yulitha P 74 √
30 Zahra Putri P P 76 √
JUMLAH NILAI 2414 27 3
RATA-RATA 80,58 87,18% 12,82%
NILAI TERTINGGI 94
NILAI TRENDAH 72
Pada siklus ke dua nilai rata-rata secara klasikal adalah telah mencapai 80,58.
Nilai ini telah melampaui batas indikator yang telah ditetapkan sebelum
tuntas atau sebesar 87,18 %, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3
Statistics
Hasil Belajar Siklus 2
N Valid 48
Missing 0
Mean 79,90
Median 80,00
Mode 80
Std. Deviation 5,183
Skewness ,314
80
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada prasiklus dan hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2
dapat terlihat bahwa ada kenaikan nilai rata-rata seperti terlihat pada table 4.4
berikut
4 Nilai Tertinggi 84 87 94
5 Nilai terendah 64 68 72
Jika dibandingkan pada kondisi awal dengan kondisi akhir siklus 1 terjadi
peningkatan nilai rata-rata sebesar 3,18 point yaitu dari 74,38 pada kondisi awal
menjadi 77,26 pada akhir siklus 1 . Pada akhir siklus 2 terjadi peningkatan lagi
sebesar 3,32 point dari 77,26 padasiklus pertama menjadi 80,58 pada akhir
siklus 2, sehingga jika dihitung peningkatan dari kondisi awal ke akhir siklus 2
akhir siklus pertama. Pada siklus kedua prosentase ketuntasan meningkat lagi
sebesar 7,94 % menjadi 87,18 % . Berarti jika dihitung dari kondisi awal maka
metode Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat dismpulkan hal- hal
sebagai berikut :
belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII-B SMP PELITA 1
A. Saran
tujuan pembelajaran.
dan hasil belajar siswa pada setiap mata pelajaran, bukan hanya pada
DAFTAR PUSTAKA
IGK Wardani, Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasoetion. (2002). Penelitian Tindakan
Pengembang.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, (2009). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Indeks.
Alfabeta Bandung.
87
Universitas Terbuka.
Internet
http://didikz888.wordpress.com/tag/pengertian-kompetensi/
http://web.library.emory.edu/subjects/humanities/history/Nationalism/ September
http://web.sdikotablitar.sch.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=77:metode -pembelajaran-CL -untuk-
meningkatkan-hasil-belajar-IPS -&catid=1:latest-news&Itemid=50
Chris Hendry cs, 1993. Human Resource Management
Claryce Evans, 1993, Support tor Teachers Studying Their Own Work
John Losak & Cathy Morris, 1983, Integrating Research into Decision Making.
Providing Examples for an Informal Action Research Model
Richard Sagor, 1993. What Project LEARN Reveals aboaut Collaborative Action
Research