Oleh,
Roslina Tando, S.Pd Gr
NIP.197906162006052001
Guru Madya
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga
sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah
merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-
dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka
lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena
dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan
botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang
dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari
guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang
2
lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan
sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai
sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak
guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.
metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung
saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa
yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada
hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan
3
justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. Bukan hanya guru
dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok,
bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka
dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang
seimbang.
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima
unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
4
akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah
rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin
perbaikannya.
Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
C. Tujuan Penelitian
5
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap
D. Manfaat Penelitian
berguna sebagai:
4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk
saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
6
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
F. Batasan Masalah
meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa-siswa Kelas VIII tahun pelajaran
2021/2022.
pelajaran 2021/2022.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian
unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai
Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah
pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang
hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si
pebelajar.
prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian
hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi
lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil
8
belajar berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar
menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu,
kualitas yang lebih pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai
penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh
tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba
9
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,
a. Faktor Internal
melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain
menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini
10
- Untuk memperbaiki kegagalan
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi
cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat
pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe
Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk
terlalu dalam.
orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
11
anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan
anak.
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi
12
3) Faktor yang berasal dari masyarakat
mempengaruhi.
1) Minat
2) Kecerdasan
13
menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil
3) Bakat
dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat
belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan
4) Motivasi
1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan
luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
14
diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan
B. Pengajaran Kooperatif
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
15
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain.
Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang
yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah,
silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam
masyarakat nyata”.
16
pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2)
interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk
menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja
hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam
penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari
sesamanya.
c. Akuntabilitas individual
17
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
18
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda
dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6
belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2)
19
kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama, (kalau mungkin),
berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang sederhana hingga yang
kompleks.
20
tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh guru.
sebagai berikut.
teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak
21
homogen tersebut dan dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok-
agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah
belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar
baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka harus bekerja
22
Bahan ajar juga dapat disajikan dalam bentuk “Jigsaw Puzzle”
belajar.
yang lainnya lagi sebagai penulis, yang lainya lagi sebagai pemberi
semangat, dan ada pula yang menjadi pengawas terjalinya kerja sama.
23
6. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari
oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa.
tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat
24
b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan
adanya anggota yang tidak melakukan apa pun demi kelompok. Untuk
diberikan jika seluruh siswa di dalam kelas meraih standar mutu yang
25
baik, para anggotanya dapat diminta untuk membantu kelompok-
11. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama atau
jawaban.
26
c. Memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok
jawabannya.
menyelesaikan tugas.
12. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru
13. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada saat
27
untuk menjalin kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang
itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa dapat bekerja efektif.
15. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas
16. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai kualitas
mereka.
17. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu
siswa untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada
hari itu. Pembicaraan dengan para siswa dilakukan untuk mengetahui apa
yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan
C. Model Jigsaw
Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya
28
terdiri dari atau enam siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan
akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Pada
anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu
desebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para pakar siswa yang
untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”,
para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Dalam metode Jigsaw versi Slavin. Individu atau tim yang memperoleh skor
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)
penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan
seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
30
B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
C. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
31
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000:
3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
32
Putar
an 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Putar
an 3
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
33
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
D. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
34
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
4. Tes formatif
transportasi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal
tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan
berikut:
a. Validitas Tes
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
35
(Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
b. Reliabilitas
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
c. Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
36
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
d. Daya Pembeda
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
37
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes
formatif.
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
38
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
39
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
40
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
41
1. Validitas
perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
2. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 554. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 28)
dengan r (95%) = 0,374. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
- 10 soal sukar
42
4. Daya Pembeda
berkemampuan rendah.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
43
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 15 60 √
2 50 √ 16 70 √
3 80 √ 17 70 √
4 70 √ 18 80 √
5 60 √ 19 70 √
6 80 √ 20 50 √
7 50 √ 21 70 √
8 70 √ 22 70 √
9 80 √ 23 60 √
10 50 √ 24 80 √
11 60 √ 25 70 √
12 60 √ 26 60 √
13 80 √ 27 70 √
14 70 √ 28 80 √
Jumlah 920 7 7 Jumlah 960 10 4
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800
Jumlah Skor Tercapai 1880
Rata-Rata Skor Tercapai 67,14
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
44
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
belajar siswa adalah 67,14 dan ketuntasan belajar mencapai 60,71% atau
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
45
d. Refisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
46
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 80 √ 15 70 √
2 70 √ 16 60 √
3 90 √ 17 80 √
4 50 √ 18 70 √
5 70 √ 19 70 √
6 70 √ 20 70 √
7 70 √ 21 60 √
8 60 √ 22 90 √
9 70 √ 23 80 √
10 80 √ 24 60 √
11 80 √ 25 80 √
12 70 √ 26 60 √
13 70 √ 27 90 √
14 70 √ 28 70 √
Jumlah 1000 11 3 Jumlah 1010 10 4
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800
Jumlah Skor Tercapai 2010
Rata-Rata Skor Tercapai 71,79
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
47
Jumlah siswa yang belum tuntas :7
adalah 71,79 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 21 siswa
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
48
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut
kesimpulan/menemukan konsep.
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
49
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 15 80 √
2 80 √ 16 90 √
3 80 √ 17 80 √
4 70 √ 18 70 √
5 70 √ 19 80 √
6 90 √ 20 60 √
7 80 √ 21 80 √
8 60 √ 22 90 √
9 80 √ 23 80 √
10 90 √ 24 70 √
11 70 √ 25 80 √
12 80 √ 26 70 √
13 90 √ 27 70 √
14 70 √ 28 90 √
Jumlah 1070 12 2 Jumlah 1090 13 1
Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800
Jumlah Skor Tercapai 2160
50
Rata-Rata Skor Tercapai 77,14
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
sebesar 77,14 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab
kurang mampu.
c. Refleksi
51
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
d. Revisi Pelaksanaan
model jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
52
model jigsaw dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
C. Pembahasan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu
siswa, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
53
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (60,71%), siklus II
kembali materi pelajaran yang telah diterima, hal ini ditunjukan dengan
antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan
untuk belajar.
kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam
kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang
mampu.
55
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
56
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
57
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
58
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA
SISWA SEKOLah....
KARYA ILMIAH
OLEH
……………………………
NIP: ………………………..
…………………………………………..
59
TAHUN ………………
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian ini telah disetujui dan disyahkan untuk melengkapi perpustakaan
SMP/Madrasah Ibtidaiyah dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya Ilmiah untuk
Penetapan Angka Kredit Jabatas Guru pada Golongan IVa ke IVb.
……………………… ………………………………..
NIP: ………………….. NIP: ……………
Mengetahui Mengetahui
Pustakawan …………… Kepala Cab. Din. Pendidikan
Kecamatan ………….. Kecamatan …………
…………………….. ……………………
NIP:
Mengetahui Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan Ketua P G R I
Kota …… Kota ……
60
……………………… …………………………
Pembina Utama Muda NPA: ………………….
NIP: …………………
KATA PENGANTAR
karya ilmiah dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Dengan
Menerapkan Metode Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa SMP”, penulisan karya
ilmiah ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat
dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga
anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Yth.
2. Yth. …………………..
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
61
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
ROSLINA TANDO, S.Pd Gr
GURU BAHASA INGGRIS SMP NEGERI 2 BINTUNI
, Bambang, 2004. Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Dengan
Menerapkan Metode Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa SMP
62
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%),
siklus III (89,29).
Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif model Jigsaw
dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa VIII serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Bahasa
Inggris.
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
63
B. Pengajaran Kooperatif .......................................................
C. Metode Jigsaw ...................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
64
65