Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Pendidikan merupakan pondasi utama suatu bangsa untuk maju sehingga kita perlu mempersiapkannya dengan baik. Pada saat ini, kita perlu melihat kembali praktik-praktik pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran di sekolah yaitu guru mengajar dan menyodorkan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Lebih parah lagi, siswa di tuntut untuk memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Paradigma lama beranggapan bahwa pembelajaran adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Banyak guru menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa Duduk, Diam, Catat, dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain (Lie, 2007:3). IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan,

ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangantantangannya. Untuk menilai keberhasilan pembelajaran diketahui dari nilai

di atas KKM. Kriterian ketuntasan minimal setiap sekolah berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa serta sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung. Di SD XXX KKM yang ditetapkan adalah 64. Jadi, siswa dinyatakan tuntas dalam mempelajari IPS jika sudah menguasai kompetensi 64. Namun, di SD XXX tingkat penguasaan materi IPS masih kurang yaitu 56% kurang menguasai materi tersebut. Hal ini, dapat dilihat dari rata-rata nilai yang masih di bawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan suasana pembelajaran dan metode yang disampaikan kurang menarik. Penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran dan metode yang menarik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS. Penulis akan menerapkan model Cooperative Learning teknik Jigsaw. Penulis mengambil judul Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Kelas V SD XXX Tahun Pelajaran terserah. Penulis mengharapkan dengan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS.

B.

Rumusan Masalah

Apakah dengan penerapan model Cooperative Lerning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu pengetahuan Sosial kelas V di SD XXX tahun pelajaran terserah? C. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw. Diharapkan dengan penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi pencapaian hasil belajar IPS yang optimal D. Definisi

Supaya tidak terdapat kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.

Model pembelajaran Cooperative Learning teknik jigsaw adalah

teknik yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Lie, 2007:69). b.Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai seseorang yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor setelah mengikuti pembelajaran.

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial IPS dengan penerapan model cooperative learning teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah. F. Hipotesis Tindakan Dengan menggunakan model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD XXX tahun pelajaran tahun terserah.
G.

Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga dalam

usaha meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model Cooperative Learning Teknik jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah.
b.

Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model Cooperative Learning Teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah. H. Batasan Masalah

Dalam penelitian penulis membatasi pada (1) penelitian hanya dikenakan pada siswa kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah, (2) Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran IPS tentang Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Prestasi Belajar

1. Belajar Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu/tiap orang yang menjadi tanggung jawabnya. Belajar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan pengalaman yang didapat dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6) bahwa belajar adalah suatu proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir.
2. Prestasi Belajar

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Winkel (1991:162) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Jadi Prestasi Belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan tertentu.

B.

Pengertian Cooperative Learning Lie (2007:28) mengatakan bahwa falsafah yang mendasari model

pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo hominis socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Model pembelajaran Cooperative Learning atau gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa bisa juga mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Suasana belajar Cooperative Learning dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan memisah-misahkan siswa ( Johnson & johnson, 1989 ) Roger dan David Johnson dalam Lie (2007:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, perlu diterapakan lima unsur pembelajaran Cooperative Learning (Lie, 2007:31). yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif Dalam pembelajaran Cooperative Learning pengajar perlu menciptakan suasana yang mendorong anak-anak merasa saling membutuhkan satu sama lain. Pengajar dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif yaitu dengan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberi sumbangan. Justru mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka. b. Tanggung Jawab Perorangan Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga

masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tuagas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan. Dalam teknik yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak jelas melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lain. c. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk saling bertatap muka, sehingga mereka dapat saling berdiskusi. Interaksi semacam ini memungkinkan anak-anak dapat saling menjadi sumber belajar. Anak anak sering merasa lebih mudah belajar dengan teman sesamanya daripada belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber belajar yang bervariasi, sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil belajar.

d.

Komunikasi Antaranggota Siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan

suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

10

mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka. Proses komunikasi antar kelompok merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional anak
e.

Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Pengelolaan kelas Cooperative Learning menggunakan pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok terdiri dari orang berkemampuan akademis tinggi, sedang, dan kurang. Kelompok heterogen sangat baik diterapkan dalam pembelajaran karena memberi kesempatan pada siswa untuk saling mengajar (peer teaching).

11

Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen, sehingga tujuan belajar Cooperative Learning tidak tercapai. Anggota setiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak. Ada tiga macam teknik pengacakan menurut Triantoro dalam MUTU (1998:33) yang dapat digunakan. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Sosiometri Melalui metode ini guru dapat menentukan anak dari yang tergolong paling disukai teman hingga paling tidak disukai oleh teman. Berdasarkan metode ini guru dapat menyusun kelompok belajar yang didalam tiap kelompok ada anak yang tergolong banyak teman, anak biasa dan anak yang tidak memiliki teman. 2. Berdasarkan Kesamaan Nomor Jika jumlah anak dalam kelas 20 dan ingin menciptakan 5 kelompok belajar yang masing-masing beranggotakan 4 anak misalnya, guru dapat menghiting anak dari 1 sampai 4. Anak-anak yang bernomor sama kemudian dikelompokan sehingga tercipta 5 kelompok yang diharapkan memiliki sifatsifat yang heterogen. 3. Menggunakan Teknik Acak Berstrata

12

Anak-anak dalam kelas terlebih dahulu dikelompokan secara homogen. Setelah itu, secara acak anak diambil dari kelompok yang homogen tersebut dan dimasukkan kedalam kelompok belajar Cooperative Learning. Melalui teknik ini diharapkan dapat tercipata kelompok yang anggotanya heterogen. Dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi tidak menggangu kelompok yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain (Lie, 2007:52).
C.

Model Cooperative Learning teknik Jigsaw Teknik Jigsaw merupakan salah satu teknik dalam Cooperative learning

yang bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Cooperative Learning Teknik Jigsaw juga menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan latar belakang ini agar bahan pelajaran lebih bermakna. Siswa

13

dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. D. Hakikat IPS

1. Pengertian IPS IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kekompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS adalah tentang hubungan antar manusia. IPS bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan juga tentang tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan (Dunfee and Sagl, 1966). Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangantantangannya. Selanjutnya siswa kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. IPS memusatkan perhatiannya pada hubungan antarmanusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita

14

akan berhadapan dengan kehidupan penuh tantangan. Dapat dikatakan bahwa IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial (Depdikbud, 1991:5). Jadi tujuan siswa mempelajari IPS adalah 1. dan Supaya para siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan

lingkungannya menjadi lebih bermakna 2. Supaya para siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap

berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. 3. Supaya para siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan

persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidupnya manusia harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin timbul dari sekelilingnya maupun dari akibat hidup bersama. IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya di lingkungannya sendiri, denga tetangganya, yang dekat sampai jauh. Jadi bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Suradisastra, 1991:6). 2. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu

15

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Debdikbud, dalam Trianto, 2007:129). Salah satu cara yang dilakukan dalam pembelajaran terpadu adalah memadukan Kompetensi Dasar. Pembelajaran terpadu memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga siswa dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajari. Model pembelajaran terpadu melatih siswa untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran terpadu disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pada pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema dapat diambil dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang. BAB III

16

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Model penelitian Kemmis dan Mc Taggart dalam ari Kunto (2002:83) yakni perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) Model penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Revisi perencanaan

Perencanaan
Ti n d a k a n

refleksi

R e fl e k si

Siklus I
Pengamatan

p e n g a m a t a n

Siklus II

p e r e n c a n a a n

tindakan

Gambar 1. Bagan langkah-langkah penelitian A. Setting 1. Subjek penelitian Siswa kelas V SD XXX 2. Objek penelitian
16

17

Kelas V SD XXX 3. Tempat penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD XXX, Tamantirto, Kasihan, Bantul. 4. Waktu Penelitian Kegiatan Mengumpulkan proposal Mengumpulkan data Menghitung data Melakukan tindakan Mengolah data B. Prosedur Penelitian 1. a. Persiapan Membuat instrument pembelajaran Jan V Feb V V V V Mar April Mei Juni

1) Menyusun RPP 2) Membuat LKS 3) Membuat lembar pengamatan b. 1) c. 2. a. Membuat instrument penilaian Membuat lembar pengamatan Menyiapkan media pembelajaran Rencana Tindakan Setiap siklus Siklus 1 1) Kegiatan awal

18

a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan dipelajari dengan Tanya perjuangan kemerdekaan.
b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative

jawab tentang menghargai dalam mempertahankan

para

tokoh

Learning teknik jigsaw c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti


a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu

kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri


Siswa dari 8 siswa 123 4 5 anggota kelompok mendapat nomor 1-8) (setiap6 78

Kel 1

Kel 2
Siswa 123 456 78

Kel 3
Siswa 123 456 78

678

b) Siswa mendapatkan materi dari guru tentang teks bacaan dan soal.
c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1

kelompok ahli (siswa dengan nomor yang sama bergabung membentuk kelompok ahli)

19

Kelompok ahli : Kel Ahli 1


Sisw a

Kel Ahli 2
Sisw a

Kel Ahli 3
Sisw a

Kel Ahli 4
Sisw a

111

222

333

444

Kel Ahli 5 Sisw


a 555

Kel Ahli 6 Sisw


a 666

Kel Ahli 7 Sisw


a 777

Kel Ahli 8 Sisw


a 888

Keterangan:

Kelompok ahli 1 : sekutu tiba di Indonesia Kelompok ahli 2 : insiden Bendera di Surabaya Kelompok ahli 3 : Pertempuran 5 hari di

Semarang

Kelompok ahli 4 : Palagan Ambarawa Kelompok ahli 5 : Pertempuran Medan Area Kelompok ahli 6 : Pertempuran Surabaya Kelompok ahli 7 : Bandung Lautan Api Kelompok ahli 8 : Puputan Margarana

d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing. e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal.

20

f) Dengan

diskusi

dalam

satu

kelompok

asal,

siswa

mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan. g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok. h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang benar. i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat menyelesaikan tepat waktu. 3) Penutup Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil belajar siklus I 4) Observasi Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar pengamatan. 5) Refleksi Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian khusus selama proses pembelajaran. b. Siklus II

21

1) Kegiatan awal
a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan

dipelajari dengan tanya perjuangan kemerdekaan. para tokoh

jawab tentang menghargai dalam mempertahankan

b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative

Learning teknik jigsaw c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti


a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu

kelas dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. (Setiap siswa mendapatkan no yaitu nomor 1, 2, 3, 4) Kel 1
Sisw a

Kel 2

Sisw a

Kel 3

Sisw a

Kel 4

Sisw a

Kel 5

Sisw a

123 4

123 4

123 4

123 4

123 4

b) Siswa mendapatkan materi bacaan dan soal.

dari guru tentang teks

c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1

kelompok ahli (Siswa yang mendapat nomor sama

22

berkumpul membentuk kelompok ahli dengan materi yang sama) Kelompok ahli: Kel Ahli 1 Ahli 4
Siswa 1111 1 Siswa 2222 2 Siswa 3333 3 Siswa 4444 4

Kel Ahli 2

Kel Ahli 3

Kel

Kelompok Ahli 1 : Ir. Soekarno Kelompok ahli 2 : Drs. Moh. Hatta


Kelompok ahli 3: S.S. Hamengku Buwono IX Kelompok ahli 4 : Jendral Sudirman

d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing. e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal. f) Dengan diskusi dalam satu kelompok asal, siswa mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan. g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok. h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang benar. i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat

menyelesaikan tepat waktu.

23

3) Penutup Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil belajar siklus II 4) Observasi Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar pengamatan. 5) Refleksi Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian khusus selama proses pembelajaran. C. Pengumpulan Data 1. Peubah

Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran 2.

Indikator Menyebutkan usaha mempertahankan kemerdekaan Menjelaskan kemerdekaan peristiwa-peristiwa dalam rangka mempertahankan

Menjelaskan aksi Agresi Militer Belanda I & 2

24

Menjelaskan jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Menyebutkan tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Data

3.

Skor hasil ulangan siklus 1 & 2 4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II 5. Soal ulangan D. Indikator Keberhasilan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) mata pelajaran IPS yang harus dikuasai siswa kelas IV SD XXX adalah 64. Indikator keberhasilan yang digunakan pada Siklus I penelitian tindakan kelas ini adalah 65% dan Instrumen

diharapkan pada siklus II akan naik menjadi 75 % dengan asumsi dari 19 siswa, 15 siswa mendapatkan nilai di atas 65. Sedangkan nilai ulangan siswa diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh dari hasil tes. Rumus penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:

25

Rumus : n(%) = didapat)

n x100% N

(n:skor perolehan, N:skor maksimal yang

Anda mungkin juga menyukai