Pendidikan adalah upaya terus menerus dan tidak pernah berhenti yang harus
dilaksanakan, baik itu oleh seorang individu maupun institusi. Walaupun disadari
betul bahwa pendidikan ini merupakan proses yang panjang dengan modal dan
pengorbanan yang besar disertai outcome yang lama. Namun setiap individu maupun
institusi selalu menjadikan pendidikan ini sebagai suatu keharusan yang diterima oleh
semua pihak. Mengapa pendidikan dianggap sedemikian penting? Hal ini tidak lain
dalam belajarn dengan ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam meraih prestasi
setinggi-tingginya.
pelayanan terbaik bagi siswa serta mampu mengemas metode pembelajaran yang
ditentukan manakala pengajaran tersebut mampu mengubah perilaku dan pola pikir
pribadinya.
mengajar di kelas masih menggunakan metode ceramah saja (konvensional). Hal ini
monoton.
maka usaha yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil
model yang tepat agar siswa mampu memahami pesan yang terkandung dalam
aktivitas dan hasil belajar siswa yang akan dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dalam beberapa tahap pembelajaran (silabus). Tema dalam penelitian
tindakan ini adalah: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Belajar Siswa di SMA
Model Jigsaw pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
KAJIAN PUSTAKA
1. Belajar Aktif
Belajar aktif (active learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam proses pembelajaran, sehingga
membosankan bagi mereka dan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan. Karena belajar pada dasarnya adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan yang dihasilkan dari hasil belajar
praktik yang dilakukan oleh siswa dengan sengaja dan bukan didasari karena
kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan objek dari
kegiatan pengajaran. Karena itu inti dari proses pengajaran tiada lain adaah kegiatan
belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. (Djamarah dan Zain, 2002: 44).
interaksi antara guru dengan sebagaimana definisi Rusyan, et al. (1989: 4) yang
mengartikan belajar mengajar sebagai suatu interaksi antara peserta didik dengan
adalah pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata. (Tafsir, 1995:
4
pembelajaran terkandung arti yang lebih konstruktif, yaitu sebuah upaya untuk
membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar
dan tertarik untuk terus menerus belajar. (Naim dan Patoni, 2007: 65-66).
Berpijak pada masalah yang ada, teknologi telah menyentuh segala aspek
dalam proses belajar. Keaktifan disini, berarti keaktifan mental walaupun untuk
maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan lansung keaktifan fisik dan
tidak hanya fokus pada satu sumber informasi yaitu guru, yang hanya mengandalkan
satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan
komunikasi dengann guru membuat kondisi kelas yang tidak aktif berpulang pada
rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan
keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan
rekannya. Salah satu pembelajaran yang akan dijadikan sebagai alternatif untuk
model Jigsaw.
5
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yangn positif dan bertanggung jawab
atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. (Lie A., 1994: 35).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran
tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang
apa yang telah mereka pelajari sebelumya pada pertemuan tim ahli.
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka
menurut Ahmad Tafsir (1992: 20) adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidik yang
yang dibina oleh pendidikan dalam definisi ini adalah seluruh aspek
Akhlak menurut Hamzah Ya’kub (1996: 11) adalah budi pekerti perangai,
tingkah laku atau tabiat. Menurut Ishak Solih (1996: 6) akhlak adalah
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya timbul perbuatan-
Menurut Ibnu Maskawih (Mustofa, 1999: 12) akhlak adalah keadaan jiwa
8
mempertinggi akhlak yang baik, dalam hal ini perlu adanya bimbingan
yang disengaja dari orang dewasa kepada yang belum dewasa khususnya
B. Analisis Penyebab
dewasa ini adalah kecenderungan siswa hanya terbiasa menggunakan sebagian kecil
saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya. Begitu pula denga penggunaan metode
pembelajaran yang maraton atau tidak variatif, maka dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dan bekerja sama dalam
kelompok belajarnya. Siswa juga akan lebih aktif dalam belajar yang akhirnya proses
peneliti berasumsi bahwa metode kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas
9
belajar siswa SMA dalam materi pelajaran akhlak khususnya pada kompetensi dasar
C. Kerangka Berpikir
pembelajaran yang partisi pasif dan multi arah dan dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Pandangan yang mengatakan semua peserta didik dapat belajar aktif
dengan hasil yang baik juga akan mempunyai imbas pada metode pembelajaran yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah guru profesional
yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode yang tepat, yang mampu
tentang perilaku terpuji, karena materi akhlak di SMA merupakan bagian dari
pelajaran agama Islam yang harus di ampu dan dikuasai oleh siswa. Hal ini tentu
menghendaki adanya kemampuan yang sama di kalangan siswa atau dengan kata lain
semua siswa SMA hendaknya memiliki tujuan umum pembelajaran (basic skill) yang
kooperatif tipe Jigsaw optimalisasi keaktifan belajar siswa di SMA dapat tercapai.
10
D. Hipotesis Tindakan
yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiono, 2006: 96). Dengan
aktivitas dan belajar siswa SMA Negeri 1 Tabunganen pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam materi akhlak tentang akhlak
terpuji pada sesama manusia pada siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1
METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik Penelitian
kelas ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dan
penelitian motivasi siswa dan metode penelitian kualitatif digunakan untuk menjawab
B. Rencana Penelitian
yang terdiri dari 31 siswa terdiri dari 17 pria dan 14 wanita. Latar belakang
sosial ekonomi mereka sangat bervariasi tapi mayoritas orang tua siswa
pun sangat beragam. Karena berbagai latar belakang mereka yang beragam
Adapun variabel yang akan diselidiki dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
a. Variabel Input
1) Siswa
12
Siswa yang menjadi subjek dan objek penelitian ini adalah siswa kelas
memiliki latar belakang yang berbeda baik dari orang tua, ekonomi,
2) Bahan Pelajaran
manusia.
3) Sumber Belajar
perilaku terpuji adalah (1) LKS PAI kelas XI semester II, (2) buku
4) Prosedur Evaluasi
kelas ini adalah (1) Pretes, (2) Proses kegiatan belajar mengajar, (3)
Post Tes.
Mengajar
Pada variabel pelanggaran KBM pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
belajar mereka juga sangat individualis, dan kurang adanya daya saing
13
ini semua siswa yang akan dibawa untuk dapat melakukan proses
pembelajaran.
Mereka hanya pintar secara teoritis tapi miskin aplikasi. Maka peneliti
harapan itu nampaknya belum maksimal dimiliki oleh semua siswa, itu
C. Instrumen Penelitian
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan
tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas dan objektivitas. Validitas dalam instrumen
tes prestasi ini menggunkan validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi
instrumen yang digunakan telah dapat mengukur dan mewakili setiap indikator
konstruksi dimaksudkan apabila instrumen tes yang disusun telah dapat mengukur
kemudian dikonsultasikan dengan guru bidang studi PAI yang disertai kisi-kisi, daftar
pertanyaan serta kunci jawaban. Apabila telah disetujui oleh guru yang bersangkutan,
maka instrumen tes questioner Skala sikap. Hasil jawaban dari siswa tadi dijadikan
pelajaran PAI.
kooperatif Jigsaw yang berisi tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai
dengan tahapan-tahapannya.
2. Angket Siswa
ini menggunakan Skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban selalu, sering, jarang, tidak pernah. Untuk setiap
3. Observasi
kooperatif jigsaw dalam materi PAI. Observasi terhadap aktivitas siswa di saat
D. Analisis Data
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang
baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang
baik, validitas tinggi, dan realibilitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas
tes yang digunakan dalam penelitian ini, maka sebelum digunakan seyogyanya tes
tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda,
validitas.
Adapun analisis data pada penelitian ini adalah penghitungan angket siswa.
Pengolahan hasil angket atau tanggapan siswa. Setiap jawaban siswa terhadap
pernyataan, dikelompokkan atas sikap selalu, sering, jarang dan tidak pernah.
Keterangan:
N = Jumlah siswa
Keterangan
N = Jumlah siswa
sehingga keberadaannya telah lama dan mendapat perhatian dari penduduk yang
berminat menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah tersebut. Hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang tidak pernah kurang untuk menampung mereka dalam kelas yang
tersedia, bahkan terlihat dari jumlah yang ada setiap kelas kurang lebih 31 siswa
merupakan kelas besar. Jumah rombel (rombongan belajar) terdiri dari satu kelas
setiap tingkatan yang ada, yaitu dua belas kelas dengan kelas X ada lima kelas, kelas
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester II (genap) tahun
pelajaran 2017/2018, jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak 31 siswa yang
peneliti, yaitu penelitian bertahap dengan siklus sebagai akhir setiap tahapnya, baik
siklus pertama dan kedua. Siklus I dan II ini dimulai dari tanggal 29 Januari sampai
29 Maret 2018.
A. Hasil Penelitian
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala dilakukan dua siklus. Pada setiap
siklus data yang diambil adalah angket pada akhir siklus. Hasil observasi siswa dari
Tabel 1
Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran Akidah Akhlak
Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
Ketercapaian %
NO Indikator
Siklus I Siklus II
1. Giat membaca buku pelajaran yang berkaitan dengan Akidah Akhlak 15 20
2. Giat mengerjakan tugas-tugas pelajaran di internet atau perpustakaan 5 5
3. Tugas tersebut sering dipresentasikan/ didiskusikan 5 5
4. Dalam pembelajaran akidah akhlak selalu menggunakan media
0 5
pembelajaran (infokus)
5. Berusaha memahami materi dengan sungguh-sungguh 0 5
6. Merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran akidah akhlak 0 5
7. Dapat memahami langkah-langkah pembelajaran akidah akhlak
0 5
dengan metode kooperatif tipe Jigsaw
8. Metode kooperatif tipe Jigsaw dapat menggiatkan pembelajaran 5 10
9. Mudah memahami materi akhlak terpuji dengan metode kooperatif
5 10
tipe Jigsaw
10. Selalu mudah dalam menerima pelajaran dengan metode kooperatif
0 5
tipe Jigsaw
Jumlah 35 75
Rata-rata 3,5 7,5
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa yang menjawab sering pada
siklus pertama dengan rata-rata 3.5%, sedangkan pada siklus kedua mengalami
B. Pembahasan
Siklus pertama dapat dilakukan dalam dua kali pertemuan, yakni siswa dibagi
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan isian angket yang diisi
oleh setiap siswa terlihat peserta didik selalu termotivasi untuk mengikuti pelajaran
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa giat membaca buku pelajaran
yang berkaitan dengan akidah akhlak dilihat dari jawaban sering pada indikator
pertama. Rata-rata memperoleh skor pada siklus pertama 15% naik di siklus kedua
menjadi 20%. Pada indikator kedua bahwa siswa giat mengerjakan tugas-tugas
pelajaran di internet atau perpustakaan, memperoleh skor pada siklus ke satu 5%,
siklus kedua 5% dalam hal ini tidak mengalami kenaikan. Pada indikator ketiga
bahwa siswa sering diberi tugas untuk membahas/ mendiskusikan materi pelajaran
rata-rata pada siklus kesatu 0% dan kedua ada peningkatan menjadi 5%, indikator
memperoleh skor rata-rata pada siklus kesatu 0% dan 3% di siklus kedua pada
akhlak dengan metode kooperatif tipe Jigsaw. Siklus kesatu diperoleh skor 0% dan
siklus kedua 5%. Indikator kedelapan bahwa dengan metode inkuiri dapat
kedua 10%. Sedangkan pada indikator kesembilan siswa dengan mudah memahami
materi akhlak terpuji dengan metode kooperatif tipe Jigsaw memperole skor rata-rata
20
di siklus kesatu 5%, di siklus kedua 10%. Pada indikator kesepuluh bahwa siswa
Jigsaw, diperoleh rata-rata pada siklus kesatu 0%, siklus kedua 5%.
Pada tabel di atas, peningkatan dari siklus kesatu sampai kedua memperoleh
skor rata-rata 40%. Hal ini menjadi bukti tingkat keaktivan belajar siswa untuk
Model kooperatif tipe Jigsaw ini merupakan metode yang sangat sesuai untuk
diterapkan dalam pembelajaran akidah akhlak. Sebab jika dilihat dari persentase
ketercapaian pada setiap siklus mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Untuk itu
sesuai dengan kajian teoritik/pustaka pada bab dua (II) tentang aktivitas belajar dapat
diuji kebenarannya pada hipotesis yang telah ditentukan. Dengan metode kooperatif
Pendidikan Agama Islam dan budi Pekerti pada materi akhlak di kelas XI pada SMA
Negeri 1 Tabunganen.
pembelajaran akidah akhlak, sebab hal ini dapat dilihat dari prosentase kenaikan
masing-masing siklus. Kemudian, pola yang harus digunakan guru dalam melakukan
A. Simpulan
pertama sampai kedua diperoleh rata-rata kenaikan 40% sedangkan dari siklus
Pendidikan Agama Islam materi akhlak sangat efektif digunakan, sebab dapat
mengikuti pelajaran.
B. Saran
2. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada materi akhlak harus
sebab melihat dari prosentase metode ini sangat efektif untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa alam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
dalam pembelajaran, sebab hal ini akan dapat menunjang bagi keberhasilan
4. Semoga dengan karya penelitian kelas ini bermanfaat bagi peneliti, bagi
lembaga dimana peneliti melakukan penelitian serta bagi tugas mengajar, juga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk., 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Tafsir, 1992. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Elliot J. 2001. Action Research for Educational Change. Great Britain: Bidles Ltd.
Ghofar dan Jamil. 2003. Reformasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
Kemendikbud, 2016, Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, Jakarta.
Ruswandi, Uus., dkk., 2009. Teori Kepribadian dan Etika Guru. Bandung: Fakultas
Indonesia.