Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAID SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR IPA SEKOLAH DASAR.

PENELITIAN PROPOSAL

NAMA : SUSI ANITA

NIM : 204180022

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SULTHAN
THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi


yang ada di sekitar individu. Belajar dapat di pandang sebagai suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu
terjadi karena adanya interaksi antara seorang dengan lingkunganya. Salah satu
ciri bahwa seseorang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan tingkat pengetahuan,
keterampilan atau sikapnya. Belajar juga merupakan proses yang disengaja dan
bukan terjadi dengan sendirinya, untuk itu perlu adanya usaha dari peserta didik.

Jika melihat dari tujuan UU No 20 Tahun 2003 pendidikan di Indonesia


bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik adalah
mahkluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai
keberhasilan dalam pendidikan. Bantuan tersebut tidak hanya berasal dari guru.
Tetapi mungkin juga dengan teman sebaya. Selain sebagai mahkluk sosial peserta
didik juga berperan sebagai individu yang mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda. Ada peserta didik yang mudah dan ada peserta didik yang sulit untuk
memahami materi pelajaran.

Pada umumnya aktivitas belajar siswa dapat diasumsikan sebagai suatu


proses psikomotirik, yaitu suatu tindakan keterampilan yang akan berkembang
jika sering dilakukan dan akan berpengaruh pada kemampuan kognitif siswa
untuk aktif didalam berpikir. Hubungan ini dapat saling berkaitan dengan struktur
yang mapan dan dapat dieksperisikan dari berbagai pemikiran dengan segala
macam cara. Akativas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa dalam mencapai

1
tujuan belajar yang diharapkan (Hamalik, 2010). Aktivitas belajar siswa dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, aktivitas belajar siswa
merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang

2
sedang dipelajari sehingga pengetahuan siswa yang diberikan menjadi suatu
konstruksi pengetahuan yang akan mengarah pada proses belajar seperti bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, dan dapat menjawab pertanyaan dari
guru.
Guru dapat menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran untuk
dapat mengaktifkan proses pembelajaran siswa dan guru harus bisa menciptakan
situasi pembelajaran yang kondusif dan bermakna, yaitu pembelajaran yang
dirancang agar siswa senang dan tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran. Oleh sebab itu seorang guru diharapkan dapat menuntun peserta
didik agar dapat aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak
hanya terbiasa menerima pelajaran saja tetapi juga dapat mengembangkan ilmu
yang didapatnya selama mengikuti pelajaran di kelas. Dalam mengajar guru harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana bukan sembarangan
yang bisa merugikan anak didik.
Dalam Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional Pasal 39 ayat 2 pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada
proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berikir divergen (proses
berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian)
maupun proses berfikir konvergen (proses berfikir mencari jawaban tunggal yang
paling tepat) guru seharusnya berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang
menuntukan segalanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak
mendorong peserta didik untuk mengembangkan inisiatif, guru lebih terbuka
menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan
ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan
pemecahan masalah secara kreatif.
Pada saat ini banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar IPA. Hal ini berarti perlu adanya upaya-upaya dalam mengatasi kesulitan
belajar IPA tersebut. Upaya-upaya tersebut telah banyak dilakukan, seperti
memperhatikan penyebab kesulitan belajar tersebut, baik yang bersumber dari
dalam peserta didik sendiri, seperti kurangnya minat peserta didik pada
pembelajaran IPA. Keadaan ini menuntut guru untuk melakukan pembelajaran
dengan cara yang tepat dan efektif. Guru di tuntut tidak hanya menyampaikan
materi secara tuntas, tetapi juga di tuntut untuk dapat melakukan perubahan pada
diri peserta didik yang belajar. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar
yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk turut aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Proses belajar berlangsung dengan adanya interaksi timbal balik
antara guru dan peserta didik.
Dalam pelaksanaan Metode think pair share (TPS) dibutuhkan kemauan
dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas.
Sehingga dengan menggunakan metode ini guru bukannya bertambah pasif, tapi
harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara
matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan
siswa bersama kelompok
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk
mengaktualisasikan seluruh kemampuan potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya.
Tugas dan tanggung jawab guru bukan sekedar mendidik peserta didik agar
memiliki kepribadian yang baik tetapi juga harus mendidik dan membimbing
peserta didik dalam hal kreativitas belajar agar prestasi belajarnya dapat
meningkat. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru
tidak hanya berperan untuk memberika informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh
guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur, dan pendorong siswa agar dapat
belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan
proses belajar mengajar.
Sesuai dengan tahapan-tahapan dan karakterisktik dari metode think pair
share (TPS), maka metode pembelajaran ini dapat melatihkan beberapa karakter
untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Pada tahap think dan pair karakter jujur
dan tanggung jawab dapat dimunculkan melalui kejujuran siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan pada setiap tahapan dan tanggung jawab dalam
menyelesaikan semua soal yang diberikan. Pada tahap share karakter yang
muncul adalah tanggung jawab atas hasil diskusi yang dilakukan dengan teman
pasangannya. Sedangkan karakter disiplin bisa dilihat pada saat ketepatan waktu
dalam masuk kelas dan dalam tepat waktu dalam pengumpulan tugas. Oleh
karena itu, melalui metode think pair share (TPS) diharapkan akan dapat
menanamkan karakter-karakter yang baik dalam diri siswa masing-masing, serta
dapat menumbuhkan kesadaran pribadi siswa untuk semangat belajar sehingga
dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada proses pembelajaran di kelas, kemampuan peserta didik untuk
bertanya atau meminta bantuan dari guru masih kurang. Peserta didik malas untuk
bertanya bila diberi pertanyaan oleh guru, hanya sedikit yang menjawab. Dengan
kata lain, proses pembelajaran di dominasi oleh guru, peserta didik hanya
mengeluarkan pendapat apabila di minta, bahkan jarang ada pertanyaan dari
peserta didik. Hal ini menunjukan siswa kurang aktif berperan dalam proses
pembelajaran. Di lihat dari keadaan di atas maka metode yang di gunakan masih
kurang baik sehingga terlihat aktifitas guru lebih banyak dari pada aktivitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Jika penerapan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Tematik hanya
menganut metode pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang
berpusat pada guru dan selama itu pada kemampuan peserta didik untuk aktif
dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak
misalnya hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka
proses belajar akan terasa membosankan bagi peserta didik karena terasa
monoton. Sehingga perlu adanya strategi pengajaran yang dapat mengaktifkan
peserta didik supaya dalam proses belajar mengajar yang dapat mengaktifkan
peserta didik supaya dalam proses belajar mengajar peserta didik tidak pasif.
Pembelajaran konvensional mengganggap bahwa guru adalah satu-satunya
sumber berlangsung dianggap serba tahu, akibatnya peserta didik banyak yang
ngobrol sendiri dan keliatan dari mereka merasa bosan dengan metode yang
dilakuan oleh guru.
Tanpa motivasi belajar yang tinggi, proses pembelajaran dengan
menggunakan teknik Project Based Learning, Problem Based Learning, Dan
discovery Learning hanya akan berfungsi secara teori tidak sampai muncul dalam
ranah praktik. Padahal pendidikan kritis memandang pemisahan antara teori dan
praktik merupakan bagian dari aktivitas penindasan. Hal ini 4
ditambah dengan rendahnya kualitas guru dalam menerapkan proses
pembelajaran berbasis ilmiah. Untuk mengatasi hal tersebut guru dituntut
menggunakan metode yang dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dan
realistis.
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang merupakan model
pembelajaran yang memberi kesempatam kepada siswa untuk berpikir, belajar
sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Siswa termotivasi dalam
menyelesaikan tugas-tugas Karena belajar dengan cara berpasangan sehingga
dapar bekerjasama untuk menyelesaikan materi Tematik yang sulit dengan cara
ini siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode think pair share (TPS) memberikan waktu kepada para siswa
untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode think pair
share (TPS) memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
dengan orang lain. Untuk meningkatakan kerja sama akademik antara peserta
didik membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Keunggulan
lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Keberhasilan kelompok dalam ini merupakan hal yang utama. Dengan
demikian dalam kelompok belajar, siswa yang kemampuan akademiknya tinggi
ikut bertanggung jawab untuk membantu siswa yang kemampuan akademiknya
rendah. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama siswa dan
sekaligus para siswa bertanggung jawab terhadap aktifitas belajar kelompok agar
semua anggota kelompok bisa memahami materi pelajaran dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat kita
indetifikasikan masalahnya sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang kurang menarik (monoton).
2. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
3. Sering kali diberi kesempatan bertanya siswa haya diam.
4. Masih ada guru yang belum bisa menjadi Model atau aktor yang mampu
membuat peserta didik menjadi interaktif, inspiratif, menyenangkan.
Sehingga perlu Metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa, salah
satunya adalah metode think pair share (TPS).

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan mengingat luasnya
permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi hanya pada masalah rendahnya
hasil belajar di kelas VI SD N 134/VII Sarolangun.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti menyusun suatu
rumusan masalah penelitian, yaitu : “Apakah penerapan Metode Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik di Kelas VI SD N
134/VII Sarolangun”?

E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar dengan metode think pair share (TPS) pada mata pelajaran IPA di Kelas
VI SD N 134/VII Sarolangun.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Kata belajar merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan seharihari.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan
sekaligus mengembangkan dirinya. Semua orang yang hidup wajib belajar untuk
lebih mengetahui tentang sesuatu. Sunaryo dalam Komalasari (2010:2) menyatakan
belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan
suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Menurut Hamalik (2003:28) “belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkunganya”. Morgan
mengemukakan ”Learning is any relatively permanent change in behaviour that is a
result of past experience.” Dengan kata lain bahwa belajar adalah perubahan perilaku
yang permanen sebagai hasil dari pengalaman (Suprijono 2010:3). Slameto (2010: 2)
berpendapat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu 11 perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan
pengertian di atas dapat diketahui 3 unsur utama dalam belajar yang meliputi : 2)
Perubahan perilaku Tidak semua perubahan perilaku dapat disebut belajar. Perubahan
perilaku yang dapat disebut belajar yakni apabila perubahan perilaku yang terjadi
merupakan perubahan yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap. 3) Proses
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Seorang dikatakan belajar apabila ia telah mengerahkan
pikiran dan perasaannya. Aktivitas pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh
seseorang tidak dapat diamati oleh orang lain, melainkan hanya dapat dirasakan oleh
orang yang bersangkutan. 4) Pengalaman Pada hakikatnya belajar merupakan proses
mengalami. Seseorang yang sedang belajar, akan melakukan interaksi terhadap
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku tersebut terlihat dengan
bertambahnya kemampuan, misalnya dengan belajar siswa yang tidak tahu menjadi
tahu, yang tidak bisa 12 menjadi bisa dan memiliki sejumlah keterampilan yang
bermanfaat dalam kehidupannya. Selain itu, perubahan tingkah laku tersebut sebagai
hasil belajar yang terjadi secara sadar, bersifat berkelanjutan, relatif permanen, dan
mengarah pada tujuan serta bersifat progresif.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). Anni dkk (2006: 14),
mengemukakan bahwa “kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan
kondisi sosial, sedangkan, faktor eksternal meliputi variasi dan derajat kesulitan
materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya
masyarakat belajar”
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah. Adapun penjelasannya yaitu:
1. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang digunakan
dalam membelajarkan siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi antara
hasil belajar siswa dengan metode yang digunakan. Siswa dapat menguasai
bahan pelajaran jika dikemas dalam sajian yang menarik perhatian siswa
sehingga hasil belajar yang diraih pun akan optimal.
2. Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai seperangkat kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan tersebut berupa proses mempelajari, menerima,
menguasai dan menerapkan serta mengembangkan bahan pelajaran yang
diberikan guru. Oleh karena itu, peran kurikulum merupakan pondasi bagi
keberlangsungan proses belajar siswa, sehingga perlu disesuaikan dengan
kemampuan, bakat, minat dan perhatian siswa.
3. Relasi Guru dengan Siswa Hubungan guru dengan siswa mempengaruhi
proses belajar. Jika guru dan siswa terjalin hubungan yang harmonis dalam
pembelajaran maka akan tercipta suasana menyenangkan dalam kelas.
Suasana yang kondusif akan mendukung proses belajar siswa. Begitu pula
dengan keadaan psikis siswa, dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa
akan menjadi lebih perhatian dalam belajar.
4. Relasi Siswa dengan Siswa Hubungan sehat yang terjalin antarsiswa akan
berdampak positif terhadap belajar siswa. Hubungan yang baik tersebut
dimunculkan dengan adanya sikap saling manghargai dan persaingan
antarsiswa secara sehat. Suasana demikian akan menjadikan siswa nyaman
belajar di kelas.
5. Disiplin Sekolah Kedisiplinan berkaitan erat dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan belajar. Kedisiplinan meliputi disiplin pemimpin, guru dan staf
karyawan. Guru yang disiplin akan senantiasa memberi teladan bagi siswa
dalam menaati tata tertib, misalnya siswa yang tidak mengerjakan PR akan
mendapatkan hukuman dan sebagainya. Hal tersebut akan membangkitkan
semangat siswa untuk giat belajar.
6. Alat Pelajaran Alat pelajaran dapat berupa alat peraga, media dan sumber
belajar yang digunakan guru dan siswa dalam belajar. Alat pelajaran
mempengaruhi belajar siswa. Dengan adanya alat pelajaran akan
memudahkan siswa menerima, menguasai dan menerapkan bahan materi yang
diajarkan guru. Peran alat pelajaran dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.
Penggunaan alat pelajaran disesuaikan dengan gaya belajar siswa, yaitu
visual, audio, audiovisual maupun kinestetis. Peran guru dalam pelaksana
pembelajaran sebaiknya dapat mendayagunakan media pelajaran dengan
optimal. Dengan demikian, diharapkan akan memudahkan siswa belajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
7. Waktu Sekolah Waktu sekolah yang dimaksud yaitu waktu yang ditetapkan
oleh sekolah untuk mengatur jadwal siswa belajar di sekolah. Pengelolaan
waktu sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis siswa. (8)
Standar Pelajaran di atas Ukuran Standar pelajaran beracuan pada tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Sebaiknya guru tidak perlu terlalu
banyak menuntut agar siswa dapat menguasai seluruh bahan pelajaran. Hal
tersebut akan lebih baik, namun akan berdampak negatif pada kondisi fisik
dan psikis/kejiwaan siswa. Guru perlu menyesuaikan dan memahami
kebutuhan siswa yang berbeda-beda. Hal utama yang perlu diperhatikan yaitu
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
8. Keadaan Gedung Keadaan gedung berkaitan dengan lingkungan tempat di
mana siswa belajar. Jika keadaan guru tidak memadai sedangkan jumlah siswa
yang banyak dan variatif, maka akan menganggu konsentrasi siswa.
(10)Metode Belajar Metode belajar yaitu cara yang digunakan siswa dalam
belajar. Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Metode belajar yang
salah akan berdampak negatif pada hasil belajar. Siswa harus dapat mengatur
waktu dengan baik, misalnya perlu waktu untuk belajar, makan, beristirahat
dan bermain.
9. Tugas Rumah Tujuan diadakann tugas rumah yaitu untuk membiasakan siswa
mempelajari kembali materi yang telah dipelajari di sekolah. Namun, tugas
yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa akan menjadikan siswa terbebani
sehingga siswa tidak memiliki waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti
bermain dan sebagainya.
Masyarakat Masyarakat merupakan lingkungan kedua bagi anak. Peran
lingkungan yang baik akan senantiasa mendidik anak menjadi anak yang baik pula.
Keberadaan lingkungan mempengaruhi belajar siswa yang sebagai berikut:
a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat Kegiatan siswa di masyarakat perlu
ditanamkan sejak dini. Pengenalan kegiatan kemasyarakatan pada siswa perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
b) Mass Media Yang termasuk mass media yaitu media hiburan, misalnya
bioskop, TV, radio, majalah/koran/komik/surat kabar dan sebagainya. Mass
media berpengaruh terhadap belajar siswa. Sebaikya mass media yang kurang
cocok dengan siswa tidak diberikan pada siswa.
c) Teman Bergaul Pengaruh teman bergaul akan lebih cepat masuk dalam jiwa
seorang anak dibandingkan dengan pengaruh orang tua terhadap anak.
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat Bentuk kehidupan masyarakat berkaitan
dengan kebisaan yang tertanam dalam lingkungan tersebut. Kebiasaan hidup
yang baik turut mempengaruhi belajar anak (Slameto 2010: 54-72).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu hasil interaksi antara pembelajar dengan
faktorfaktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal.
Pengaruh yang ditimbulkan antar faktor saling berkaitan sehingga perlu
adanya perhatian terhadap keadaan siswa baik fisik, psikis dan lingkungan di
mana siswa tinggal. Keterkaitan antar faktor tersebut dapat memberikan
dampak positif dan negatif 21 pada siswa. Oleh karena itu, perlu upaya
kerjasama antara orang tua, sekolah dan masyarakat diperlukan agar siswa
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
C. Pengertian Metode Think Pair Share (Tps)
Metode think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi
peserta didik dalam belajar dikelas. Metode think pair share (TPS) ini di kembangkan
oleh Frang Lymsan dan Kolegany di universitas Maryland sesuai yang menyatakan
bahwa metode think pair share (TPS) merupakan cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas yang aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan dengan
asumsi bahwa resitasi atau diskusi. Metode think pair share (TPS) dapat membuat
pendidik mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam metode think pair share (TPS) dapat memberi peserta didik lebih
banyak waktu berpikir dalam memecahkan masalah, untuk merespon dan saling
membantu. Metode think pair share (TPS) kepada siswa untuk berpikir terlebih
dahulu sebelum didiskusikan dengan pasangannya dan dipersentasikan didepan kelas,
belajar sendiri dan bekerja sama dengan orang lain (Trianto Ibnu Badar, 2015,
hlm.129). Siswa termotivasi dalam menyelesaikantugas karena belajar dengan cara
berpasangan. siswa dapat menyatukan pendapat mereka sebelum dibagikan sehingga
dapat bekerjasama untuk menyelesaikan materi IPA yang sulit dengan cara ini siswa
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode think pair share (TPS) merupakan
suatu teknik sederhana. Metode think pair share (TPS) dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi serta seseorang siswa dapat
belajar dari siswa lainserta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum
disampaikan didepan kelas. Metode think pair share (TPS) juga memperbaiki rasa
percaya diri dan semua peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kelas. Metode think pair share (TPS) sebagai salah satu 13 metode pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu thinking, pairing, sharing. Guru tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (Teacher oriented), tetati justru siswa
dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student
oriented). (Jumanta Hamdayama, 2014, hlm. 201). Metode think pair share (TPS) ini
diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pembelajaran
untuk diikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasang-
pasangan.Memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.
Diharapkan dengan berdiskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang
telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.hasil diskusi
intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya akan dibicarakan dengan pasangan
seluruh kelas. Dalam hal ini diharapkan terjadi tannya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan yang dipelajarinya. (Agus Suprijono, 2016, hlm. 110 ).
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan metode think pair share (TPS) adalah
metode yang menitik tumpukan proses belajar mengajar bukan hanya kepada guru,
tetapi juga membuat peserta didik ikut andil dalam proses belajar mengajar, peserta
didik juga dapat menjadi patner belajar peserta didik lainya, dengan demikian metode
think pair share (TPS) mampu menumbuhkan minat belajar siswa dengan tujuan
membuat siswa berperan aktif didalam proses belajar mengajar.
D. Tahap-Tahap Metode Think Pair Share (TPS)
Metode think pair share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan seara
aksplisit yang dilakukan dengan cara bertukar pendapat antar peserta didik, dan saling
membantu satu sama lain. Metode think pair share (TPS) sebagai ganti dari tanya
jawab seluruh kelas.sebagai salah satu pembelajaran kooperatif, metode think pair
share (TPS) memiliki langkah-langkah tertentu. Setiap siswa memikirkan dan
mengerjakan tugas sendiri. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam
kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. Kedua pasangan kembali bertemu
dengan kelompok berempat.Siswa berkesempatan untuk membagi hasi kerjanya
kepada kelompok berempat. (Endang Mulyatiningsih, 2013, hlm. 248). Metode think
pair share (TPS) terdiri dari lima langkah, yaitu tahap pendahuluan, Think, pair, dan
Share, penghargaan. (Miftahul Huda, 2014, hlm, 202). a. Tahap Pendahuluan Awal
pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar
terlibat pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan permainan serta
menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. b. Tahap Think
(berfikir secara individual) Proses Metode think pair share (TPS) dimulai pada saat
guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsep dasar siswa. Pada tahap ini
siswa diberi tahap waktu (think time) oleh guru untk memikirkan jawabannya seara
individual terhadap pertannyaan yang diberikan. Dalam penentuannya guru harus
mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertannyaan yang
diberikan. 15 c. Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini
guru mengelompokan peserta didik secara berpasangan, guru menentukan siswa
bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksud agar
siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman
sebangkunya. Kemudian siswa lain mulai bekerja dengan pasangannya untuk
mendiskusikan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Setiap siswa
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan secara bersama. d.
Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap
ini siswa mempersentasikan jawaban secara koopratif kepada kelas sebagai
keseluruhan kelompok. Setiap kelompok memperoleh nilai dari hasil pemikiran
mereka. e. Tahap Penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara
individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap
think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share,
terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan dikelas. 7. Kelebihan Metode
Think Pair Share (TPS) Suatu pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan,
demikian dengan metode think pair share (TPS). Metode Think Pair Share (TPS)
mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut: a. Meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode think pair share (TPS) menuntut
siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan
yang diberikan oleh guru pada awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu
memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan
sebelanjutnya. 16 b. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada
setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap
pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak
mengerjakan tugas dan hai ini akan mempengaruhi hasil bejar mereka. c. Memotivasi
siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada
pembelajaran dengan konvensional. d. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran
dimulai, kecenderungansiswa merasa malas karena proses belajar dikelas hanya
mendengarkan apa yang sampaikan guru dan semua yang ditanyakan oleh guru.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajarkan, metode
think pair share (TPS) akan lebih menarik dan tidak menonton dibandingkan metode
konvensional. e. Penerimaan individu lebih besar. Dalam metode pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif dalam kelas hanya berpusat pada pada siswa tertentu
yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru. Dengan metode think pair share (TPS), hal ini dapat diminimalisir sebab semua
siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. f. Hasil belajar
lebih mendalam. Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang
diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran metode think pair share (TPS),
perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada
akhir pembelajaran, hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. g. Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 17 Sistem kerja sama yang diterapkan dalam
metode think pair share (TPS) menuntut siswa untuk dapat bekerjasama oleh tim,
sehingga siswa dituntut untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut
untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui seara
sportif jika pendapatnya tidak diterima. (Jumanta Hamdayama, 2014; hlm. 203). 8.
Kekurangan Metode Think Pair Share (TPS) Selain keunggulan tersebut metode
Think Pair Share (TPS) juga memiliki kekurangan-kekurangan, diantaranya sebagai
berikut: a. Suatu diskusi dapat di rencanakan sebelumnya mengenai bagaimana
hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotaangotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah
di pelajari sebelumya. c. Jalan diskusi dapat di kuasai (dominasi) oleh beberapa siswa
yang menonjol. d. Tidak semua topik dapat di jadikan pokok diskusi, tetapi hanya
hal-hal yang bersifat promblematis saja yang dapat di diskusikan. e. Diskusi yang
mendalam memerlukan waktu yang banyak. f. Apabila suasana diskusi hangat dan
siswa sudah berani mengemukakan buah pemikiran mereka, maka biasanya sulit
untuk membatasi pokok masalah. (Nanang Hanapiah dan Cucu Suhana, 2009; hlm.
128).

E. Macam-macam hasil belajar bagi siswa


1. Pengertian belajar
Belajar adalah sebagai suatu proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya tujuan kegiatan tersebut adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap.9 Jadi, belajar adalah suatu proses
untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, sehingga mampu mengubah tingkah
laku manusia dengan segala aspeknya dengan berbagai hasil latihan dan interaksi dengan
lingkungan. Dengan demikian dalam proses belajar diperlukan adanya interaksi antara
pembelajar dengan lingkungan. Dalam hal ini dikatakan bahwa proses belajar tidak dapat
dipisahkan dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang emiliki sifat ketergantungan
terhadap orang lain.
2. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik10. Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar.
Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah agar dapat
memperoleh hasil belajar yang dianggap baik yaitu yang telah memenuhi standar
hasil belajar yang telah ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan
menjadi hasil belajar yang baik. Menurut Rifa’i dan Anni (2009: 85) Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada
apa yang dipelajari oleh pembelajar. Berikutnya Suprijono (2010: 5) berpendapat
hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sementara Bloom dalam Suprijono (2010: 6)
mengemukakan hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Merujuk pengertian tersebut, Gagne (Suprijono 2010: 6), menganalisis
hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal (Verbal Information) yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual (Intelectual Skill) yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif.
3. Strategi kognitif (Cognitive Strategies) yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik (Motor Skill) yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urutan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani. 5) Sikap (Attitudes) adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Dari pendapat
ahli tentang pengertian serta ranah hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diperoleh oleh pebelajar setelah
mengalami proses belajar.
F. Pembelajaran IPA Pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode ceramah menjadikan siswa pasif, hanya
mendengarkan dan mencatat, dan sesekali saja menjawab pertanyaan jika ada
pertanyaan dari guru. Selama pembelajaran gurulah yang aktif, guru sebagai satu-
satunya sumber informasi. Jika ada demonstrasi dari guru, maka demonstrasi yang
dilakukan bertujuan untuk membuktikan konsep IPA yang telah disampaikan guru
sebelumnya. Terdapat beberapa metode belajar melalui penemuan, antara lain metode
pembelajaran memecahkan masalah. Metode ini merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam pembelajaran IPA. Kegiatan siswa selama pembelajaran
memecahkan masalah merupakan hal utama. Berbagai media digunakan dalam
pembelajaran, siswa aktif melakukan kegiatan untuk menjawab permasalahan atau
pertanyaan yang terlontar pada awal jam pelajaran. Guru hanya memberi konsultasi
dan membantu siswa jika ada kesulitan siswa dalam melaksanakan kegiatan.
Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini masa depan
kehidupan anak yang ditentukan orang tua. Oleh karenanya, sekolah mempersiapkan
mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan
agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. IPA adalah
pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara
yang satu dengan cara yang lain . IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis
dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Menurut Samatowa (2011: 104): Pembelajaran IPA yang baik harus
mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu
tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang
diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat
diperlukan untuk dipelajari.
G. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Menurut Trianto (2007: 61) think pair share atau berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Frang Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland sesuai yang dikutip Arends dalam Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa
think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam
think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu 46 berpikir, untuk
merespon dan saling membantu.
menurut Trianto (2007: 61) langkah-langkah think pair share sebagai berikut:
a) Langkah 1 : Berpikir (thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa
membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian
berpikir;

b) Langkah 2 : Berpasangan ( pairing ) Selanjutnya guru meminta siswa untuk


berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih
dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan;

c) Langkah 3 : Berbagi (Sharing ) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-


pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Agus Suprijono (2010: 91) menyatakan bahwa langkah- langkah think pair
share yakni :

a) thinking, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau


isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru memberikan
kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya;

b) pairing, pada tahap ini guru meminta siswa berpasang-pasangan. Beri


kesempatan kepada 47 pasangan-pasangan itu berdiskusi. Diharapkan diskusi
dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui
bertukar pikir dengan pasangannya;

c) sharing, dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong
pada pemerolehan pengetahuan secara terkait. Siswa mampu menemukan
sendiri pengetahuan yang dipelajari. Langkah–langkah think pair share telah
dikemukakan di atas.
Dari pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
dalam think pair share ada 3 tahapan yakni:

a) tahap berpikir (think), dalam tahap ini guru memberikan pertanyaan pada
siswa yang terkait dengan materi yang disampaikan. Siswa diberikan waktu
sebentar untuk berpikir atas jawaban tersebut.

b) tahap berpasangan (pair), dalam tahap ini guru meminta siswa untuk
berpasangan dengan temannya. Siswa diberikan kesempatan agar berdiskusi
dengan pasangannya. Dalam diskusi tersebut diharapkan siswa dapat bertukar
pikiran terhadap pertanyaan tersebut dan menyatukan jawaban dari mereka.

c) tahap berbagi (share), dalam tahap ini siswa dan pasangannya diberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dari hasil diskusi mereka didepan
kelas serta pasangannya yang lain diberi kesempatan untuk memberikan
pendapat terhadap pendapat yang dikemukakan oleh pasangan tersebut.
Model pembelajaran Cooperative Learning think pair share mempunyai
keunggulan yakni menurut Azlina (2010: 23) sebagai berikut: Think-Pair-Share is a
cooperative learning technique which is said as a multi-mode discussion cycle in
which students listen to a question or presentation, have time to think individually,
talk with each other in pairs, and finally share responses with the larger group 48 . It
is a learning technique that provides processing time and builds in wait-time which
enhances the depth and breadth of thinking . Using a Think-Pair-Share technique,
students think of rules that they share with partners and then with classmates in a
group . The general idea of the think-pair-share is having the students independently
think or solve a problem quietly, then pair up and share their thoughts or solution
with someone nearby. “think pair share memberikan kesempatan kerjasama dalam
belajar, teknik yang dikatakan sebagai jenis siklus multi diskusi yaitu siswa
mendengarkan pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi, di mana setiap siswa
punya waktu untuk berpikir secara individu, berbicara satu sama lain
berpasangan,dan akhirnya berbagi tanggapan dengan kelompok yang lebih besar.
Think pair share adalah tehnik pembelajaran yang menyediakan proses waktu untuk
meningkatkan kedalaman dan luasnya pemikiran kritis siswa terhadap pelajaran.
Mendorong siswa berpikir aturan yang mereka bagi dengan mitranya dan kemudian
dengan teman sekelas dalam kelompok. Think pair share mendorong siswa berpikir
mandiri atau memecahkan masalah dengan tenang, kemudian berpasangan dan
berbagi pemikiran mereka atau memberikan solusi dengan seseorang di dekatnya”.
G. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang memperkenalkan siswa
kepada alam sekitar. Siswa dapat menemui dan mengamati objek yang dipelajari pada
kehidupan sehari-hari. Seiring dengan banyaknya peristiwa yang terjadi di alam,
kompetensi siswa dalam pengetahuan tentang alam sekitar juga harus selalu
berkembang. Untuk mengembangkan kompetensi tersebut, maka pendidikan IPA
diberikan mulai dari pendidikan dasar.
Agar mendapatkan hasil pembelajaran IPA yang maksimal, guru harus
mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Namun
kenyataannya saat ini, pembelajaran IPA belum menggunakan model pembelajaran
yang inovatif dan menarik motivasi siswa dalam belajar. Guru seringkali
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi ajar. Siswa juga
cenderung pasif saat pembelajaran berlangsung. Siswa hanya duduk mendengarkan
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang ada
menjadi kaku dan tidak menarik sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi
rendah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya upaya peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA khususnya jenjang sekolah dasar.
Salah satu hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran IPA lebih menarik yaitu
dengan menggunakan model Cooperative Learning Think Pair Share. Dengan model
ini siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami 51 konsep-konsep baru
(student oriented) dan bukan sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher
oriented), dengan demikian melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa
secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara
berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, dengan interaksi
ini diharapkan agar siswa juga mampu menjalin hubungan yang baik dengan sesama
siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan meningkatlah aktivitas
dan hasil belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai