Anda di halaman 1dari 6

A.

Latar Belakang
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.  Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar
terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannya baik
antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik.
Kegiatan ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan
kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan, sejalan dengan filosofi
Ki Hadjar Dewantara Pendidikan itu “menuntun”, layaknya seorang pengasuh yang
mengasuh, mengayomi, mengarahkan dan membimbing anak asuhnya sesuai dengan
kodratnya untuk meraih kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik itu harus menumbuhkan sikap merdeka
belajar dan senantiasa melakukan pembelajaran yang berpihak pada anak dan harus
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, karena pada dasarnya anak itu
senang bermain. Menurut pemikiran KHD, dimana pendidikan yaitu tuntutan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak sedangkan mendidik adalah menuntun atau mengarahkan
peserta didik agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan mencapai tujuannya menjadi
manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Peran guru yang diinginkan oleh beliau
adalah seorang guru menjadi teladan bagi anak didiknya lalu dapat mengarahkan dan
menuntun dengan benar tanpa adanya paksaan, dan dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen
nomor 14 tahun 2005 juga menjelaskan bahwa tugas seorang guru bukan hanya
mengajar dan mendidik peserta didiknya, akan tetapi juga harus membimbing dan
mengarahkan mereka kepada jalan yang benar, melatih kemampuan mereka agar
dapat mengembangkan potensinya, dan dapat menilai dan mengevaluasi hasil belajar
dan tingkah laku mereka selama di sekolah. Kenyataan di lapangan proses
pembelajaran yang diterapkan di sekolah sebagian besar masih berpusat pada guru
(teacher centered) dimana siswa hanya sebagai objek dalam KBM. Ceramah masih
menjadi metode favorit sebagian guru ketika tidak ada persiapan mengajar. Pemberian
materi masih satu arah sehingga posisi siswa hanya mendengarkan, mencatat
kemudian mengerjakan tugas yang diberikan tanpa ada interaksi yang berarti antara
kedua belah pihak. Sehingga siswa mempunyai sedikit peluang untuk bertanya dan
mengemukakan ide dan gagasan. Akibatnya pembelajaran cenderung membosankan
dan membuat siswa menjadi pasif. Keadaan siswa yang pasif tersebut bukan hanya
dalam satu pelajaran bahkan hampir semua mata pelajaran. Dilihat dari sisi pendidik
zaman sekarang, banyak pendidik yang kurang menyadari hakekat dan perannya
sebagai pendidik. Banyak dari mereka yang menganggap menjadi guru adalah
pekerjaan semata, hanya untuk mengajar dan menyampaikan pelajaran kepada peserta
didiknya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Padahal, peran pendidik sangat dibutuhkan
untuk menuntun dan mengamong siswa sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang
dimiliki Untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki siswa baik itu minat, bakat
dan potensi yang dimilikinya bisa dimulai dari lingkup paling kecil yaitu di ruang
pembelajaran/ruang kelas dimana guru dan siswa berinteraksi secara langsung.
Disinilah peran guru menciptakan suasana merdeka belajar yang nyaman,
menyenangkan dan membuat murid bahagia dan bersemangat untuk mengikuti
pembelajaran dari awal sampai akhir sehingga pada akhirnya akan bisa menciptakan
suasana belajar yang bermakna. Guru juga harus mampu menggali dan
mengembangkan potensi dan karakteristik masing-masing peserta didik untuk
mewujudkan murid yang selamat dan bahagia. Untuk itu usaha yang bisa kita lakukan
sebagai guru adalah mendesain sebuah pembelajaran yang lengkap mulai dari materi,
metode, teknik, pendekatan sampai dengan penilaian untuk mengukur capaian
kompetensi siswa. Kurikulum 2013, sudah mengharuskan guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan model pembelajaran penyingkapan
(inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pendekatan
pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) serta pelatihan berbasis product (production based training)
dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), tetapi kenyataan di
lapangan masih banyak guru yang belum maksimal menerapkan pendekatan tersebut
Bertolak dari masalah tersebut, siswa mengharapkan adanya perubahan dalam proses
belajar mengajar. Mereka membutuhkan pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna serta pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-
masing. Berdasar penjelasan di atas maka dalam proses belajar mengajar tidak lagi
berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat kepada murid (student
centered) dimana siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Guru harus mampu
mengupayakan agar murid terjaga semangat untuk selalu ingin belajar dan ini bukanlah
hal mudah. Keberhasilan murid dalam belajar ditentukan oleh kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang
menyenangkan yang akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi
secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran
bermakna ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep,
informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur
kognitif siswa. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta
belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami
secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera
daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. 
B. Tujuan Aksi Nyata
Setelah menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna ini diharapkan :
(1) Siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga mereka nyaman berada di
kelas dan antusias dalam belajar. (2) Siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan
bernalar kritis, mereka mampu mengemukakan ide serta gagasan tanpa rasa takut
salah. (3) Siswa mampu mandiri, mereka mampu berdiri sendiri tidak tergantung
kepada orang lain, mereka percaya diri mengerjakan tugas sendiri tanpa mencontek
pekerjaan siswa lain.
C. Tolak Ukur
Ketika melihat fenomena yang terjadi pada siswa kelas VII yang masih bingung untuk
mengikuti pembelajaran, siswa-siswa belajar lebih memilih bangku belakang dari pada
di depan, saling tuduh jika ditanya, mengerjakan tugas dengan saling mencontek,
bahkan ada yang tidak mengerjakan tugas hal tersebut menunjukan bahwa mereka
belum merdeka dalam belajar. Maka dari itu sebagai tolak ukur keberhasilan kita dalam
melaksanakan proses pembelajaran sebagai berikut : (1) Siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan senang hati, antusias dan semangat. (2) Terciptanya
pembelajaran yang kreatif, partisipatif, dan rekreatif bagi siswa (3) Terciptanya
kolaborasi dengan orang tua siswa sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran
berlangsung dalam bentuk hasil diskusi kesiapan dan kebutuhan siswa, kendala yang
dihadapi dalam pendampingan di rumah, dan capaian belajar siswa; (4) Tumbuhnya
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran sesuai bakat, minat, dan potensinya. (5)
Siswa dapat mengerjakan tugas dengan mandiri. Tanpa tergantung kepada siswa lain.
(6) Siswa berani menyampaikan ide, pendapat dan pertanyaan dalam diskusi. (7) Siswa
mempunyai sikap mandiri, dan berpikir kritis.
D. Linimasa Kegiatan Aksi Nyata
1. Tahap Persiapan (Mei 2021)
Tahap Persiapan
Diseminasi dan Audiensi kepada Pihak Sekolah, Kepala Sekolah dan rekan guru,
Kolaborasi dengan urusan Kesiswaan dan guru BP/BK, Kolaborasi dengan orang tua
murid, Kolaborasi dengan murid untuk penyiapan alat dan bahan pembelajaran,
Merancang materi pembelajaran yang menarik dan interaktif
2. Tahap Pelaksanaan (Mei 2021)
Kegiatan Awal
Tes Non Kognitif Awal
Kegiatan Inti
Memberikan kesempatan kepada murid belajar mandiri (buku cetak atau internet)
Memberikan penguatan materi yang telah dipelajari secara mandiri
Memberikan pilihan metode pembagian kelompok
Membimbing murid dalam praktik positif
Membimbing murid dalam diskusi kelompok
Membimbing murid dalam penyiapan presentasi hasil diskusi sesuai kreativitas
kelompok
Membimbing perwakilan kelompok melakukan presentasi
Memberikan penguatan terhadap presentasi
Kegiatan Penutup
Mengajak murid melakukan penarikan kesimpulan
Mengajak murid melakukan refleksi
Memberikan pilihan penugasan mandiri
3. Tahap Evaluasi/Rencana tindak lanjut (Juni 2021)
Kolaborasi dengan orang tua terkait capaian belajar murid
Kolaborasi dengan murid dalam penyusunan rencana tindak lanjut proses pembelajaran
Kolaborasi dengan pihak sekolah terkait penyusunan laporan aksi nyata
E. Dukungan yang dibutuhkan
Guna menjamin keberhasilan pelaksanaan aksi nyata dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak.
Dukungan tersebut adalah dari Kepala Sekolah/Instansi, rekan kerja, wali kelas, siswa
dan orang tua :
Kepala Sekolah/Instansi Sekolah : pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran;  Rekan sejawat : masukan terkait rencana aksi nyata;
Urusan kesiswaan dan guru BP/BK : informasi orang tua murid dan penyiapan kelas
kunjungan kelompok belajar; Orang tua : kolaborasi sebelum, selama, dan setelah
proses pembelajaran terkait potensi, kemajuan belajar, dan capaian murid; Murid :
keterlibatan aktif sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran.
Dengan dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat menjalin hubungan sinergitas
dalam upaya “Melaksanakan Pembelajaran Yang Menyenangkan dan Bermakna
(Meaningfull Learning) untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa”
dengan menerapkan konsep merdeka belajar demi tercapainya kebebasan belajar,
serta mampu bereksplorasi, menunjukkan siswa yang berprofil Pancasila
F. Deskripsi Aksi Nyata
Tindakan aksi nyata dimulai dengan menulis rancangan dengan mengacu kepada
suasana merdeka belajar bagi murid yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
masa pandemi dan era teknologi. Setelah rancangan tindakan selesai yaitu ada tiga
tahap yang saya laksanakan untuk mencapai tujuan aksi nyata ini yaitu Tahap
Persiapan, Tahap pelaksanaan dan Tahap Evaluasi/Rencana Tindak Lanjut. Hal yang
pertama dilakukan penulis adalah penulis melakukan Diseminasi dan Audiensi kepada
Pihak Sekolah, Kepala Sekolah untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dengan rekan guru untuk memperoleh
masukan dan kritik tentang rencana aksi nyata, Kolaborasi dengan urusan Kesiswaan
dan guru BP/BK untuk mencari informasi orang tua murid dan penyiapan kelas
kunjungan kelompok belajar, Kolaborasi dengan orang tua murid mulai dari sebelum,
selama, dan setelah proses pembelajaran terkait potensi, kemajuan belajar, dan
capaian murid, Kolaborasi dengan murid untuk penyiapan alat dan bahan dalam proses
pembelajaran, Merancang materi pembelajaran yang menarik, interaktif dan Instrumen
pembelajaran, berkomunikasi dengan siswa untuk dijadikan kelas Model, yaitu kelas
percontohan bagi kelas-kelas yang lain. Cara menentukan kelas penggerak adalah
dengan melihat respon dan antusias yang paling banyak dari kelas tertentu ketika ada
penawaran untuk menjadi kelas percontohan/kelas model bagi kelas-kelas yang lain.
Komunikasi dengan murid di lakukan melalui WA group. Setelah ijin dari kepala sekolah
dan kelas model di peroleh maka penulis menyiapkan rancangan kegiatan untuk
diterapkan bersama dengan kelas Model. Pemberian materi pelajaran dilakukan secara
daring dan luring, dengan satu kali pertemuan secara luring dan dua kali pertemuan
secara daring. Penyampaian materi diberikan secara daring sementara penjelasan
tentang pemberian tugas dan penilaian dilaksanakan secara kombinasi daring atau
luring agar murid lebih paham tentang pemberian tugas dan jenis tugas yang akan
dipilih dan teknik penilaian yang akan dilaksanakan. Meskipun penulis menetapkan
kelas model sebagai contoh dan motivator bagi kelas-kelas yang lain tetapi pemberian
materi dilakukan secara merata kepada kelas-kelas lain dan murid-murid di luar kelas
model diberi kesempatan yang sama untuk memilih jenis tugas dan teknik penilaian,
baik itu di kerjakan secara individu ataupun kelompok. Penjelasan dan contoh-contoh
jenis tugas juga bisa diperoleh murid melalui sumber yang belajar yang lain, seperti dari
internet Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan tugas,
serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom ataupun
WAG. Proses mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dilakukan dengan
mengajak peserta didik belajar sambil bermain artinya pembelajaran tidak dipaksakan
untuk menyelesaikan materi hari itu, tetapi diberikan kebebasan dan rentang waktu
untuk menyelesaikan materi dan tugas yang diberikan karena masalah utama dalam
pembelajaran daring yang dilakukan adalah masalah jaringan internet dan paket data
yang dimiliki sebagian besar siswa kami, ini dilakukan supaya siswa tidak merasa
terbebani dengan materi dan tugas yang diberikan, Produk kreativitas yang
dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik
tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan
jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi
dengan orang tua dengan memberikan kuesioner tentang proses pembelajaran yang
dilakukan secara daring. Diskusi dilakukan melalui media WAG.
G. Hasil Aksi Nyata
1. Hasil
Secara umum, hasil yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran aksi nyata
adalah adanya perubahan dari segi motivasi belajar dan partisipasi dalam mengikuti
pembelajaran bermakna. Setelah sebelumnya saya memberikan waktu khusus kepada
murid untuk melaksanakan pembelajaran bermakna sesuai dengan kodrat anak serta
mengarah kepada konsep merdeka Belajar. Di awal kegiatan terdapat kesepakatan
bahwa murid diperbolehkan memilih kegiatan yang disepakati berdasarkan kegiatan
yang benar-benar diinginkan oleh murid. Kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan
baik
2. Pembelajaran Yang Didapat Dari Pelaksanaan Kegiatan
Kegagalan : Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu kendala dalam
pelaksanaannya karena Paket Internet yang terbatas, masalah koneksi yang tidak stabil
juga mempengaruhi kondisi kegiatan Aksi nyata ini sehingga beberapa murid tidak
dapat mengikutinya. Namun saya mengatasi masalah ini dengan mengirimkan video
pembelajaran atau materi pembelajaran melalui WAG agar dapat dilihat murid yang
tidak dapat mengikuti pembelajaran pada saat ada sinyal atau ada paket data
Keberhasilan : Kegiatan aksi nyata yang saya lakukan di satuan pendidikan memiliki
dampak positif bagi murid saya. Salah satunya adalah ada peningkatan motivasi Belajar
murid. Mereka berpendapat kegiatan ini mampu memotivasi mereka dalam mengikuti
pembelajaran karena konsep merdeka belajar yang membuat mereka lebih tertarik dan
tertantang dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.
H. Refleksi Tindakan Aksi Nyata
Berdasarkan hasil tindakan aksi nyata masih banyak yang perlu diperbaiki untuk
menuju kesempurnaan baik bagi guru terutama bagi murid untuk dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Hal-hal baik dan positif
yang sudah diterapkan dan dilaksanakan akan dipertahankan untuk ditingkatkan
menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Sementara kekurangan-kekurangan yang
terjadi baik pada saat perekrutan kelas model, proses pembelajaran, pemberian tugas
dan kekurangan murid dalam sarana prasarana pendukung dan kekurangan siswa
dalam menggunakan teknologi serta cakupan wilayah siswa yang kurang bagus
mendapatkan akses internet akan dicarikan solusinya sehingga guru dan murid akan
merasa nyaman dalam berkegiatan “Proses Belajar Mengajar”
Tidak dapat dipungkiri bahwa proses ini tidak mudah dan berjalan dengan baik karena
memperkenalkan hal yang baru kepada murid dengan sentuhan teknologi dalam proses
pembelajaran. Komunikasi tidak hanya terbatas pada saat pembelajaran secara daring
tetapi juga di luar pembelajaran melalui WAG, saat murid mengalami kendala baik
dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas yang saya ampu
maupun kendala-kendala lainnya.
Murid yang belum mampu atau mempunyai kendala dalam pembelajaran, baik dalam
memperoleh materi, menyelesaikan tugas melalui bentuk media yang
ditawarkan/secara daring bisa mengerjakan, memperoleh materi secara manual dengan
cara datang ke sekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat
I. Rencana Perbaikan Aksi Nyata Di Masa Mendatang
Berdasar refleksi yang dilakukan baik oleh guru dan murid, maka di masa yang akan
datang tentu saja akan dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran
sehingga bisa menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih
bermakna ini bisa diterapkan tidak hanya pada satu mata pelajaran tetapi ke beberapa
mata pelajaran yang lain yang memungkinkan. Kekurangan murid dalam berteknologi
sederhana juga dijadikan catatan agar kedepannya sekolah memberikan fasilitas bagi
murid untuk meningkatkan keterampilannya dalam teknologi informasi. Disamping itu
ada beberapa perbaikan yang masih harus saya lakukan demi peningkatan kualitas
pendidikan paling tidak di satuan pendidikan saya. Dengan mengupgrade diri untuk
dapat memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik di sekolah saya. Langkah
kedepannya yang saya lakukan adalah dengan mengajak rekan guru di satuan
pendidikan saya. Tujuannya adalah mengajak rekan guru untuk berkolaborasi
menanamkan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang memberikan pembelajaran yang
berpusat kepada murid.

Anda mungkin juga menyukai