Anda di halaman 1dari 21

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI


POLA BILANGAN KELAS VIII B
SMP KARYA BHAKTI

(Proposal Penelitian Tindakan Kelas)

Disusun Oleh :
DENI FITRIANA, S.Pd
19121218010126

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN GELOMBANG II


PROGRAM SERTIFIKASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVESITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan
juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan mencipta teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan dan pemahaman
atas matematika yang kuat sejak dini. ( Depdiknas 2006)
Kurikulum 2013 memberikan perhatian khusus terhadap mata pelajaran matematika
di SMP sederajat. Permendikbud No. 24 Tahun 2016 telah merumuskan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan mencapai untuk tujuan pembelajaran
matematika. Tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan antara lain: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian
masalah, dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada; (3)
menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam
konteks matematika maupun di luar matematika; (4) mengkomunikasikan gagasan, penalaran
serta mampu menyusun bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah; (6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
matematika dan pembelajarannya; (7) melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang
menggunakan pengetahuan matematika; (8) menggunakan alat peraga sederhana maupun
hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematika (Permendikbud No. 59 Tahun
2014).
Berkaitan dengan hal diatas, berbagai riset telah membuktikan perlunya strategi
pembelajaran yang mampu menjadikan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan
membuat pembelajaran lebih menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk
belajar. “Menurut Oemar Hamalik strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode atau
prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan tertentu.
Pola Bilangan merupakan materi prasyarat yang sangat penting dalam peserta didik
mempelajari materi selanjutnya mengenai barisan dan deret. Pada materi pola bilangan
peserta didik harus mampu menggeneralisasikan persamaan suatu barisan bilangan dan
barisan konfigurasi objek dengan tepat. Namun, yang menjadi permasalahan selama ini
dalam proses pembelajaran peserta didik kurang mampu dalam membuat generalisasi sebuah
barisan bilangan maupun barisan konfigurasi objek dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu
persamaan sehingga hasil belajar yang peroleh masih banyak yang belum mencapai KKM
dikarenakan daya serap peserta didik kurang dan model pembelajaarn yang digunakan tidak
efektif dan efesien.
Dilihat dari hal tersebut hal yang paling mendasar yaitu peserta didik hanya terpaku
pada pemahaman mereka yang mereka anggap sulit karena tidak ada nya komunikasi dalam
proses pembelajaran. Sehingga diperlukan suatu proses pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara aktif untuk dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk
berkolaborasi dalam menemukan persamaan barisan dan konfigurasi objek suatu pola
bilangan dengan penemuan-penemuan dalam kelompok
Guru harus mampu menerapkan strategi pelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang dimilikinya. peserta didik akan lebih mampu mengingat
pembelajaran apabila mereka terlibat langsung dalam pembelajran itu. Setiap konsep akan
lebih mudah dipahami dan dingat apabila dengan strategi yang tepat, sehingga akan membuat
peserta didik lebih bersemangat dan tidak jenuh dalam belajar matematika. Salah satu
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang berorientasi padaa hal tersebut adalah
dengan menerapkan pembelajaran Discovery Learning. Discovery Learning adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung; sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri (Russefendi dalam Nurdiansyah,2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATERI POLA BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING KELAS VIII B SMP KARYA BHAKTI”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah peserta didik kelas VIII B SMP Karya Bhakti telah memahami cara
menetukan persamaan pola barisan bilangan konfigurasi objek?
2. Apakah dalam pembelajaran matematika tentang persamaan pola bilangan
konfigurasi objek telah mampu meraih hasil belajar yang maksimal ?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang peningkatan hasil belajar
peserta didik, pembelajaran matematika, pola bilangan, model pembelajaran
Discovery Learning.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan model
pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi pola bilangan kelas VIII B Tahun Ajaran 2018/2019?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan
menerapkan model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII B Tahun Ajaran 2018/2019

F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin didapatkan melalui penelitian ini ialah:
1. Bagi peserta didik, melalui penerapan model pembelajaran Discovery learning
dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
kelas VIII B SMP Karya Bhakti
2. Bagi guru, model pembelajaran Discovery learning diharapkan dapat menjadi salah
satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran
matematika kelas VIII B SMP Karya Bhakti
3. Bagi sekolah, model pembelajaran Discovery learning diharapkan dapat
dikembangkan menjadi salah satu model pembelajaran dalam pembelajaran
matematika kelas VIII B SMP Karya Bhakti
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
mengembangkan penerapan model pembelajaran Discovery learning dalam
pembelajaran matematika dalam ruang lingkup yang lebih luas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika
Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani
“mathein” atau “manthenein”, yang artinya “mempelajari”. Mungkin juga, kata tersebut
erat hubungannya dengan kata Sanskerta “medha” atau “widya” yang artinya
“kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi”.18 Kata “ilmu pasti” merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda “wiskunde”. Kemungkinan besar bahwa kata “wis” ini
ditafsirkan sebagai “pasti”, karena di dalam bahasa Belanda ada ungkapan “wis an
zeker”: “zeker” berarti “pasti”.19 Menurut Reseffendi, Matematika adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
terdefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil.20 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
ilmu yang membutuhkan pemikiran yang cukup dalam menyelesaikan masalah yang
terdapat di dalamnya. Dengan belajar matematika seseorang mengalami proses berpikir.
Dan berpikir itu berguna dalam menyusun hubungan.
hubungan antara bagian-bagian infrormasi yang telah direkam dalam pikirannya
sebagai pengertian-pengertian.21 Sementara itu R.Soejadi mengemukakan beberapa
pendapat mengenai definisi matematika yaitu:22 a. Matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan
tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan
tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-
aturan yang ketat. Kemudian Kline (1973) dalam bukunya menyatakan pula, bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.23 Matematika juga
dapat dikatakan sebagai bahasa karena di dalam matematika terdapat symbol-simbol dan
lambang-lambang, misalnya “ ” yang melambngkan kata “lebih dari atau samadengan”..
Sebagai bahasa matematika memiliki kelebihan, jika dibandingkan dengan bahasa-
bahasa lainnya, yaitu bahasa matematika memiliki makna yang “tunggal”, sehingga suatu
kalimat matematika tidak dapat ditafsirkan bermacam-macam. 24 Menurut Galileo
Galilei, seorang ahli matematika dan astronomi dari Italia, “Alam semesta itu bagaikan
sebuah buku raksasa yang hanya dapat dibaca kalau orang mengerti bahasanya dan akrab
dengan lambang dan huruf yang digunakan di dalamnya, dan bahasa tersebut tidak lain
adalah matematika”.

B. Belajar Matematika
Belajar adalah key term “kata kunci” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.26 Sebagai landasan
penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi.27 1. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of
Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-
keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
Gagne, dalam buku The Conditions of Learning menyatakan bahwa belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum
ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 3. Morgan, dalam
bukunya Introduction to Psychology mengemukakan bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman. 4. Witheringto, dalam buku Educational Psychology,
mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian,” Di dalam belajar, terdapat 3 masalah pokok, yaitu:28
a. Masalah mengeni faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar. b. Masalah
mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan. c.
Masalah mengenai hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, belajar merupakan kegiatan
seseorang yang mengakibatkan perubahan baik tingkah laku maupun pengetahuan yang
dimiliki seseorang.
Menurut Suprijono prinsip-prinsip belajar terdiri dari 3 hal. Pertama, prinsip belajar
adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:29 a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.
b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup. d. Positif atau berakumulasi. e. Aktif sebagai usaha
yang direncanakan dan dilakukan. f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh
Wittig, belajar sebagai “any relatively permanent change in a organism’s behavioural
repertoire that accurs as a result of experience”. g. Bertujuan dan terarah. h. Mencangkup
keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses, belajar terjadi
karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik

C. Pola Bilangan
Macam – macam pola bilngan meliputi beberapa jenis berikut ini :

1. Pola Bilangan Ganjil

Poal bilangan ganjil yaitu pola bilangan yang terbentuk dari bilangan – bilangan ganjil .
Sedangkan pengertian dari bilangan ganjil sendiri memiliki arti suatu bilangan asli yang
tidak habis dibagi dua ataupun kelipatannya .

• pola bilangan ganjil adalah : 1 , 3 , 5 , 7 , 9 , . . . .


• Gambar Pola bilangan ganjil :

2. Pola Bilangan Genap

pola bilangan genap yaitu pola bilangan yang terbentuk dari bilangan – bilangan
genap . Bilangan genap yaitu bilangan asli yaitu bilangan asli yang habis dibagi
dua atau kelipatannya .

• Pola bilangan genap adalah : 2 , 4 , 6 , 8 , . . .


• Gambar pola bilangan genap

3. Pola bilangan Persegi

Pola bilangan persegi , yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola
persegi .

• Pola bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25

• Gambar pola bilangan persegi

4. Pola Bilangan Persegi Panjang

Pola bilangan persegi panjang yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk
pola persegi panjang .

• Pola persegi panjang adalah 2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . .


• Gambar Pola Bilangan persegi panjang :
5. Pola Bilangan Segitiga

Pola bilangan segitiga yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah
pola bilangan segitiga .

• Pola bilangan segitiga adalah : 1 , 3 , 6 , 10 , 15 , . . .


• Gambar Pola bilangan segitiga :

D. Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Pengertian Discovery Learning
Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses
mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah,
2001:20).
Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara
dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”.
Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi
yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban,
2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru
membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk
berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4)
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan
yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru.
Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah
model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan”
prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. ciri utama belajar menemukan yaitu: (1)
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
2. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan


penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam
situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasi tambahan yang diberikan
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide
orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan,
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih
bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai
berikut:
• Menentukan tujuan pembelajaran
• Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
• Memilih materi pelajaran.
• Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh generalisasi)
• Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajari siswa
• Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
• Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c. Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

4. Penilaian hasil belajar


• Penilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning)
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian
hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa
maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
• Penilaian hasil belajar menurut para ahli
➢ Menurut Bloom (Supriono,2009:6-7)

Definisi hasil belajar mencakup kemampuan kognitf, afektif, dan psikomotorik.


Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual.

➢ Menurut Sudjana, (2004 : 22)

Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa


setelah menerima pengalaman belajarnya .

➢ Menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)

Definisi hasil belajar dalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi

belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.


E. Kerangka Berfikir

➢ Daya serap peserta didik dalam


pembelajaran masih kurang
MASALAH ➢ Hasil belajar matematika rendah
➢ Penggunaan metode kurang efektif dan
efesien

➢ Menggunakan buku-buku sumber


yang relevan
TINDAKAN ➢ Pembelajaran melalui penerapan
model pembelajaran Discovery
Learning

➢ Daya serap peserta didik dalam


HASIL pembelajaran matematika meningkat
mencapai 80 %

F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan beberapa teori pendukung dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran Discovery Learning
dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIIIB SMP Karya
Bhakti pada materi pola bilangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian Tindakan kelas yang dilaksanakan terhadap pembelajaran matematika bagi
peserta didik kelas VIII B SMP Karya Bhakti Tulang Bawang Barat Lampung ini
menggunakan konsep model kemmis dan Mctaggart dengan tahapan-tahapan yaitu (1)
Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Observasi, (4) Tahap Refleksi.
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas pada setiap siklus dapat dijabarkan
pada gambar sebagai berikut :

ORIENTASI LAPANGAN

SIKLUS 1 SIKLUS 2

PERENCANAAN PERENCANAAN

PELAKSANAAN PELAKSANAAN

OBSERVASI OBSERVASI

REFLEKSI
REFLEKSI

? PERUBAHAN

Gambar 1.
Siklus penelitian tindakan kelas ( Kemmis dan McTaggart dalam Hopkins 1993 : 48 )
B. Setting Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru kelas guna
memperbaiki kinerja guru dalam profesinya serta meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik di SMP Karya Bhakti Tulang Bawang Barat. Waktu
pelaksanaannya pada bulan Agustus s/d. Oktober 2019 atau pada semester ke-1
Tahun Pelajaran 2019/2020.
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Karya Bhakti Tulang
Bawang Barat Tahun Pelajaran 2019-2020 yang berjumlah 33 orang terdiri dari
14 peserta didik laki-laki dan 19 peserta didik perempuan.
2. Faktor-faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
Hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Matematika yaitu nilai akhir yang
diperoleh dari tes akhir.
C. Alat Pengumpul Data
Cara pengumpulan data penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan berbagai
alat, yaitu :
1. Lembar observasi, aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran
2. Lembar tes evaluasi soal-soal

D. Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh meliputi :
1. Tes, merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi
tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan
menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi
kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Contohnya antara lain ; tes kemampuan
intelektual, tes hasil belajar, tes minat, tes kepribadian, tes perkembangan
vokasional.
2. Non Tes, merupakan prosedur pengumpulan data untuk memahami pribadi peserta
didik pada umumnya yang bersifat kualitatif. Dalam hubungannya dengan
memahami kesulitan belajar peserta didik. Contohnya antara lain ; observasi,
wawancara, angket, sosiometri.
E. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul terlebih dahulu data dianalisa secara kualitatif dengan
menggunakan rumus :
𝑛
∑ 𝑥 100%
𝑗
∑ = Nilai Peserta Didik
𝑛 = Skor perolehan
𝑗 = Jumlah Peserta didik

Kemudian dalam mengambil kesimpulan menggunakan metode induktif. Metode


induktif adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa- persitiwa
konkrit, kemudian dari fakta-fakta / peristiwa yang khusus dan konkrit itu ditarik
kesimpulan yang memiliki sifat umum

F. Indikator Keberhasilan
Merupakan uraian tentang petunjuk-petunjuk yang diharapkan muncul sebagai wujud
keberhasilan dalam melakukan tindakan, antara lain adanya peningkatan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik serta prestasi belajar dengan hasil yang diperoleh mencapai
KKM yang ditentukan yakni 73. Dengan ketercapaian 80% siswa yang mencapai
KKM dari 31 siswa kelas VIII B. Hal ini ditunjukkan berdasarkan penilaian apabila
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I menjadi
pada siklus II maka tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Apabila belum mencapai
target keberhasilan yang telah ditentukan maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus
berikutnya.

G. Langkah-langkah Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan Tindakan
a. Menetapkan jumlah siklus dalam penelitian yaitu beberapa siklus
b. Menetapkan kelas yang dijadikan obyek penelitian, yaitu kelas VIII SMP Karya
Bhakti Tulang Bawang Barat
c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian
serta menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi :
- Merancang alat observasi peserta didik dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
- Rencana pembelajaran.
- Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
- Menggunakan model pembelajaran discovery learning

2. Pelaksanaan Tindakan
Adapun pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun dalam beberapa siklus
Siklus I Siklus pertama dilaksanakan sesuai rencana, dengan kompetensi dasar 3.1 .
Menentukan persamaan pola bilangan konfigurasi objek. Pada siklus ini dilakukan
dengan model pembelajaran discovery learning
Kegiatan yang dilakukan guru meliputi :
a. Kegiatan awal : Memberi tes awal, penyampaian tujuan pembelajaran, mengaitkan
pembelajaran dalam pengetahuan peserta didik.
b. Kegiatan Inti : Mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok dan
memberi LKPD kepada peserta didik serta membimbing untuk menyelesaikan
penemuan persamaan pola bilangan dalam LKPD dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning serta membimbing peserta didik dan membuat
kesimpulan akhir
c. Kegiatan Akhir : Membimbing peserta didik membuat rangkuman dari hasil
diskusi materi pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan peserta didik :
• Kegiatan Awal : Melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi.
• Kegiatan Inti : Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan mengerjakan
lembar kerja peserta didik
• Kegiatan Akhir : Membuat rangkuman materi yang telah didapat dari praktek dan
mengerjakan tes akhir.
3. Observasi
a. Observasi, mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar berdasarkan lembar
observasi.
b. Peneliti mengamati kemampuan peserta didik menyelesaikan soal.
4. Refleksi
Dari hasil observasi dan hasil pen-skoran peserta didik dilakukan refleksi dalam
menyusun rencana tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Siklus II
Siklus kedua merupakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus ini tetap
menggunakan model pembelajaran discovery learning. Kegiatan ini dilakukan
tidak jauh beda dari siklus I yaitu melakukan proses pembelajaran ses yang telah
ditentukan tentang belajar Matematika menggunakan model pembelajaran
discovery learning hanya saja teknik presentasi nya yang berbeda. Kegiatan yang
dilakukan meliputi :
a. Kegiatan Awal : Memberi tes awal, penyampaian tujuan pembelajaran Matematika,
mengaitkan pembelajaran dalam pengetahuan peserta didik
b. Kegiatan Inti : Mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok dan
memberi tugas kepada peserta didik dengan menggunakan LKPD kemudian
mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing serta melakukan tanya
jawab dengan peserta didik lainnya selanjutnya mengumpulkan hasil diskusi.
c. Kegiatan Akhir : Membimbing siswa membuat rangkuman dari hasil diskusi.
DAFTAR PUSTAKA

Takdir Illahi, Muhammad. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational
Skill. Jogjakarta: Diva Press.

Hanafiah, Nanang. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Aditama.7

Balim, A. G. 2009. “The Effect of Discovery Learning on Students Success an Inquiry


Skills”. Eurasian Journal of Educational Research/ Issue 35, 1- 21.

Hopkins, David. 2011. Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Murni, Etika Nomita. 2013. “Optimalisasi Strategi Pembelajaran Siklus Untuk Meningkatkan
Kemandirian Dan Prestasi Belajar Matematika”. Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Surakarta 15 Mei 2013. 82-88.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta

Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar


siswa kelas VI B mata pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas lingkaran di
SDN Tanggul wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, Vol. 3, No. 2 , Hal 165-174

Mawaddah, S. dan Maryanti, R. 2016. “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery
Learning)”. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 4 (1), pp: 76-85.
90

Dwi Aru, 2011. Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggrat. Diakses pada
tanggal 23 Juli 2019. Dari
https://www.academia.edu/29702749/PTK_penelitian_tindakan_kelas_model_kemmis_dan_
Mc_Taggrat.Html

Anda mungkin juga menyukai