Anda di halaman 1dari 13

PENANGANAN KENDALA PEMAHAMAN NUMERASI

1. Kompetensi pada Domain Bilangan artinya


Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika pada konten bilangan untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi pada Domain Bilangan?


 Kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan masalah
menggunakan konten bilangan.

Skor capaian Kompetensi pada Domain Bilangan Anda tahun ini 39,67, turun
2,07% dari tahun 2022 (skor 40,51).

2. Kompetensi pada Domain Aljabar artinya


Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi pada Domain Aljabar?


 Kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan masalah
menggunakan konten aljabar.

Skor capaian Kompetensi pada Domain Aljabar Anda tahun ini 45,67, naik
32,3% dari tahun 2022 (skor 34,52).

3. Kompetensi pada Domain Data dan Ketidakpastian artinya


Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika pada konten data dan ketidakpastian untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi pada Domain Data dan Ketidakpastian?
 Kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan masalah
menggunakan konten data dan ketidakpastian.
Skor capaian Kompetensi pada Domain Data dan Ketidakpastian Anda tahun
ini 47,67, naik 6,36% dari tahun 2022 (skor 44,82).

4. Kompetensi pada Domain Geometri artinya


Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika pada konten geometri untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi pada Domain Geometri?


 Kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan masalah
menggunakan konten geometri.

Skor capaian Kompetensi pada Domain Geometri Anda tahun ini 47,67, naik
27,02% dari tahun 2022 (skor 37,53).

5. Kompetensi Mengetahui (L1) artinya


Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami fakta, proses, konsep,
dan prosedur.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi Mengetahui (L1)?


 Kemampuan peserta didik memahami masalah menggunakan konsep
understanding.

Skor capaian Kompetensi Mengetahui (L1) Anda tahun ini 50,66, naik 12,13%
dari tahun 2022 (skor 45,18).

6. Kompetensi Menerapkan (L2) artinya


Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode
pada konten bilangan dengan konteks situasi nyata untuk menyelesaikan
masalah atau menjawab pertanyaan.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi Menerapkan (L2)?


 Kemampuan peserta didik menerapkan dan menyelesaikan masalah
menggunakan konsep application.

7. Kompetensi Menalar (L3) artinya


Kompetensi peserta didik pada kemampuan menganalisis data dan informasi,
membuat kesimpulan, dan memperluas pemahaman dalam situasi baru,
meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks yang lebih
kompleks.

Apa saja yang dinilai dari Kompetensi Menalar (L3)?


 Kemampuan peserta didik memahami dan menyelesaikan masalah
menggunakan konsep reasoning.
Meningkatkan Kemampuan Numerasi
Peserta Didik
Sebagai guru atau tenaga kependidikan menumbuhkembangkan keaktifan
peserta didik sehingga mereka dapat mengaplikasikan kemampuan numerasi
dengan baik adalah tanggung jawab yang besar. Kemampuan numerasi yang
dimaksud adalah konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung yang
digunakan untuk kecakapan hidup sehari-hari.

“Guru didorong dapat mendampingi peserta didik dalam mengakses,


menggunakan, menafsirkan, dan mengomunikasikan informasi dan ide
matematika untuk mengelola berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan kompetensi numerasinnya,” ujar Wahid Yunianto
selaku SEAMEO QITEP in Mathematics dalam webinar yang bertemakan
“Diseminasi Peraturan Dirjen GTK tentang Kerangka Kompetensi Literasi dan
Numerasi”, Selasa (8/3/2022).

Numerasi menurut Wahid Yunianto merupakan kemampuan berpikir untuk


menghasilkan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika yang dapat
menyelesaikan masalah sehari-hari dalam berbagai jenis konteks yang relevan
dan individu.

Terdapat tujuan kerangka kompetensi numerasi yaitu 1) melengkapi model


kompetensi guru dengan peta terperinci mengenai kompetensi literasi dan
kompetensi numerasi, 2) memberikan acuan bagi guru agar mampu
memetakan perjalanan pembelajaran (learning journey) diri terkait literasi dan
numerasi secara komprehensif dan terstruktur, dan 3) memberikan acuan bagi
lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam merancang dan
melaksanakan program pelatihan dan pelatihan guru terkait kompetensi
literasi dan kompetensi numerasi.

Tujuan kerangka kompetensi numerasi juga mencakup tiga aspek yaitu


pengetahuan profesional, praktik pembelajaran profesional, dan
pengembangan profesi. Dicky Susanto selaku dosen dari Calvin Institute of
Technology Head of Instructional Design menjelaskan bagaimana guru
membangun pengalaman numerasi secara informal di dalam pembelajaran di
sekolah.

“Tahap pertama, guru menyadari kesadaran tetapi belum ada tindakan. Kedua,
guru mendeskripsikan pengalaman aktivitas numerasi ke dalam sekolah oleh
peserta didik. Ketiga, guru lebih banyak mulai menggunakan pengalaman itu
dan diterapkan dalam pembelajaran. Keempat, guru semakin bisa menyatukan
pengalaman-pengalaman yang dibawa untuk membangun pembelajaran
numerasi di dalam kelas,” urainya.

Dicky menambahkan, kompetensi guru dibutuhkan untuk menyadari bahwa


numerasi bukan hanya sekadar konsep yang abstrak tetapi bagaimana
mengaplikasikannya dalam permasalahan sehari-hari. Numerasi itu sendiri
terdiri dari beberapa jenjang yaitu tahap berkembang, tahap layak, tahap
cakap, dan tahap mahir.

“Harapan saya, guru dapat menyatukan semua unsur-unsur baik dari


matematika dan berbagai macam konsep dan dari berbagai macam mata
pelajaran menjadi satu pembelajaran yang utuh,” kata Dicky.

Selanjutnya, Nurina Ayuningtyas selaku dosen STKIP Sidoarjo memberikan


pemaparan terkait praktik pembelajaran profesional yang terdiri atas
lingkungan pembelajaran, perencanaan, pembelajaran dan asesmen. Aspek
lingkungan pembelajaran mencakup lingkungan belajar yang dapat mendorong
peserta didik untuk terampil berpikir mandiri, mengambil risiko dan
penyelidikan kritis untuk membelajarkan numerasi.

Dalam aspek perencanaan, Nurina menjelaskan bahwa guru dapat menyusun


rencana pembelajaran matematika yang sistematis dan efektif dengan
mengaitkan topik-topik matematika dan mata pelajaran lainnya seperti IPA
dengan matematika tentang pengukuran tata surya maupun olahraga dengan
matematika tentang pengukuran jarak kecepatan waktu.

Dalam aspek pembelajaran, guru mengembangkan ide matematis dengan


mengaitkan berbagai representasi konsep matematis pada perangkat
pembelajaran untuk membelajarkan numerasi serta mendorong diskusi
dengan mengajukan pertanyaan yang membangun penalaran peserta didik dan
menghubungkan konten, konteks, proses, dan alat matematika.

Sementara dalam aspek asesmen, guru dapat membandingkan beberapa


strategi penyelesaian dan jawaban peserta didik yang berbeda dan menilai
yang paling efektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan numerasi.

Kalau mendengar kata-kata kemampuan numerasi, pasti hal pertama yang ada
di pikiran Bapak dan Ibu Guru adalah matematika, berhitung, atau angka.
Banyak orang mengatakan kemampuan numerasi dibutuhkan supaya nantinya
siswa tidak salah menghitung uang kembalian belanja, menemukan luas
lapangan upacara, atau mengukur tinggi badan. Padahal, kemampuan
numerasi tidak hanya mencakup hal-hal itu lho Bapak dan Ibu Guru.

Berhitung dalam numerasi lebih dari sekadar penguasaan matematika di


sekolah, tapi juga melibatkan kemampuan untuk menghubungkannya dengan
berbagai situasi di luar sekolah yang juga memerlukan pemecahan masalah,
pemikiran kritis, dan pemahaman dalam konteks non-matematis.

Tak sedikit juga yang mengatakan kalau siswa pintar matematika, pasti ia bisa
menguasai materi lainnya. Memangnya benar begitu? Seberapa besar sih
manfaat kemampuan numerasi ini untuk seseorang, terutama siswa?

Nah, tulisan ini akan menjelaskan lebih jauh tentang apa itu kemampuan
numerasi dan bagaimana cara meningkatkan kemampuan tersebut bagi siswa.
Saat ini, kemampuan numerasi siswa juga diujikan dalam Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM). Jadi, penting banget untuk Bapak dan Ibu Guru mengenalnya
lebih dalam.

Apa yang Dimaksud dengan Kemampuan Numerasi?

Numerasi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang


dibutuhkan siswa untuk menggunakan matematika dalam berbagai situasi,
termasuk pengenalan dan pemahaman matematika di dunia, serta memiliki
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut
sesuai dengan tujuannya.

Ada pengertian lainnya nih Bapak dan Ibu Guru. Dalam Puspendik
Kemdikbud dituliskan bahwa numerasi adalah kemampuan berpikir
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan
untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Komponen AKM literasi dan numerasi. (Sumber: Lembar Tanya Jawab AKM
Puspendik Kemdikbud)
Dengan kata lain, kemampuan numerasi atau berhitung mengacu pada
kemampuan untuk menggunakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan
informasi matematika untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata.

Seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan berhitung agar dapat


memaksimalkan potensi yang ada dan memberikan kontribusi yang positif.
Contohnya di dunia kerja, keterampilan berhitung, khususnya menafsirkan
data sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang berdasar pada
pengukuran dan pemahaman data.

Kemampuan numerasi juga dibutuhkan siswa dalam kegiatan sehari-hari,


contohnya menghitung berapa menit bus sampai dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk tiba di suatu tempat, atau menentukan pilihan buku mana
yang kualitasnya baik namun harganya terjangkau. Dalam bermasyarakat,
kemampuan berhitung juga dibutuhkan untuk memahami data statistik dan
grafik dalam berita, serta memahami informasi tentang pengeluaran
pemerintah dan kebijakan-kebijakan terkait yang diambil.

Dari contoh-contoh yang telah disebutkan, ternyata terlihat bahwa


kemampuan berhitung bagi siswa tidak hanya dibutuhkan untuk menjawab
soal di kertas ujian, tetapi juga diperlukan untuk nantinya bisa beradaptasi di
tingkat kehidupan selanjutnya seperti dunia kerja atau dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sekarang, kita lanjut ke
pertanyaan selanjutnya
ya Bapak dan Ibu Guru.
Ada beberapa orang yang
mengatakan kalau siswa
mempunyai keterampilan
matematika yang baik,
maka ia akan mudah
mempelajari
pengetahuan lainnya.
Apakah benar seperti itu?

Hubungan Kemampuan Numerasi dan Matematika

Dilihat dari konsep dan implementasinya, numerasi dan matematika memiliki


hubungan yang erat dalam hal inti dan ide-ide yang mendasarinya. Mengapa?
Karena seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kemampuan
numerasi mengacu pada kebutuhan untuk menggunakan dan menerapkan
berbagai pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Meski begitu,
kemampuan berhitung tidak dapat dilihat sebagai sebuah hal yang sama
dengan tingkat pengetahuan matematika, tetapi mencakup keterampilan dan
pengetahuan yang lebih luas.

Numerasi tidak sama dengan matematika, dan bukan juga sebuah alternatifnya.
Kemampuan numerasi dibutuhkan untuk membangun jembatan antara
matematika dan dunia nyata.

Memiliki kemampuan berhitung yang baik artinya melibatkan lebih dari


sekadar penguasaan matematika dasar. Numerasi menghubungkan
matematika yang siswa pelajari di sekolah dengan situasi yang ada di luar
sekolah, di mana mereka membutuhkan keterampilan pemecahan masalah,
berpikir kritis, dan pemahaman konteks yang lebih dalam untuk
menyelesaikannya. Kemampuan numerasi memungkinkan siswa untuk
merespon situasi yang sudah atau belum pernah dihadapi menggunakan
matematika sebagai dasar dalam penentuan keputusan dan pemecahan
masalah.
Cara berpikir yang menerapkan kemampuan numerasi dalam dunia nyata
dengan melibatkan pengetahuan matematika. (Sumber: research.acer.edu.au)
Jadi, bukan hanya matematika yang membuat siswa lebih mudah memahami
pengetahuan lainnya, tapi juga dibutuhkan kemampuan numerasi agar siswa
bisa dengan mudah mengakses dan menerapkan ilmu pengetahuan yang lebih
luas dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca Juga: Jago Ngitung, Bukan Berarti Jago Matematika

Strategi Meningkatkan Kemampuan Numerasi Siswa

Kemampuan numerasi menjadi salah satu kompetensi dasar yang diujikan


dalam AKM. Sebagai bentuk penilaian proses dan hasil belajar, AKM bertujuan
untuk memberikan informasi terkait tingkat kompetensi siswa. Nantinya,
informasi tersebut digunakan sebagai acuan bagi Bapak dan Ibu Guru dalam
merancang pembelajaran ke depannya.

Lalu, bagaimana cara Bapak dan Ibu Guru membantu siswa meningkat
kemampuan numerasinya?

Sebenarnya, ada banyak cara untuk mendukung siswa lebih mudah memahami
informasi numerik. Cara-cara tersebut dapat membantu informasi numerik
lebih mudah dikomunikasikan, tidak membingungkan, dan lebih mudah
digunakan. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

Menggabungkan Kata dan Angka dalam Percakapan

Saat menyajikan informasi numerik seperti jumlah, rasio, atau persentase,


sebisa mungkin Bapak dan Ibu Guru menghindari penggunaan kata-kata
langka, rendah, atau umum. Karena, kata-kata tersebut memiliki arti yang
berbeda bagi setiap orang dan justru menimbulkan kebingungan.

Dibandingkan menjelaskan dengan kata-kata saja, Bapak dan Ibu Guru bisa
menggabungkannya dengan angka untuk memberikan pemahaman yang
lengkap. Artinya, dalam menjelaskan teks Bapak dan Ibu Guru menyertai
angka-angka, menafsirkan maknanya, dan memberikan informasi deskriptif
untuk menempatkan informasi numerik dalam konteks yang sesuai.
Deskripsikan kegiatan yang melibatkan informasi numerik untuk melatih
pemahaman siswa.
Dalam percakapan di kelas, Bapak dan Ibu Guru bisa menggunakan konsep
matematika untuk menggambarkan apa yang dilihat dan dilakukan bersama.
Saat membagikan buku, jelaskan apa yang sebenarnya sedang Bapak dan Ibu
Guru lakukan, contohnya “Ibu Guru akan membagikan 20 buku ke semua siswa
di kelas”, atau “Desi, tolong bagikan buku ini satu-satu ke teman kamu”.
Dengan percakapan seperti ini, siswa akan terbiasa untuk menggunakan dan
memahami informasi-informasi numerik dalam kehidupan sehari-harinya.
Secara perlahan, kemampuan numerasinya pun akan meningkat.

Menerapkan Konsep Matematika dalam Berbagai Kegiatan

Tidak hanya dalam percakapan, Bapak dan Ibu Guru juga bisa mengaplikasikan
informasi numerik ke dalam kegiatan yang dekat dengan keseharian siswa.
Jadikan berhitung sebagai bagian dari aktivitas harian mereka. Contohnya saat
siswa melewati pasar untuk sampai ke sekolah, minta mereka untuk
menghitung berapa banyak pedagang yang menjual buah-buahan, atau
menghitung berapa lama waktu yang siswa butuhkan untuk sampai ke sekolah
tepat waktu.

Bapak dan Ibu Guru juga bisa mengembangkan kemampuan numerasi siswa
dengan menggunakan pendekatan yang meliputi semua bidang matematika,
seperti cara berpikir, pemecahan masalah, dan pemahaman konsep.

 Dalam mengembangkan cara berpikir, siswa harus mengetahui


terlebih dahulu masalah apa yang disajikan.
 Untuk penyelesaiannya, siswa menggunakan informasi-informasi
yang mereka ketahui dari masalah yang ada.

 Setelah mengetahui pemecahan masalahnya, siswa menggunakan


cara tersebut untuk membangun pemahaman mereka tentang
konsep-konsep tertentu yang ada di kehidupan sehari-hari.

Sebentar, jadi bagaimana cara menerapkan tiga pendekatan di atas ke dalam


kegiatan siswa? Contoh kegiatannya bisa Bapak dan Ibu Guru simak di bawah
ini.

Bapak dan Ibu Guru perlu menyajikan sebuah masalah matematika, misalnya
minta siswa untuk membagi permen secara merata ke teman-temannya. Dari
perintah itu, siswa akan berpikir tentang apa yang harus mereka ketahui, yaitu
berapa banyak teman dan permen yang ada, lalu bagaimana cara membagi
permen tersebut secara adil.

Kegiatan berbagi permen melatih keterampilan berhitung siswa dan


menemukan solusi masalah.
Setelah siswa menentukan cara yang terbaik, mereka dapat menjalankan
rencana mereka dan memecahkan masalahnya. Ketika permen berhasil
dibagikan secara merata ke setiap temannya, artinya siswa telah
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Setelah masalah terpecahkan,
siswa dapat merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan dan membangun
pemahaman mengenai cara berpikir matematis dan menerapkannya di
kegiatan selanjutnya.
Meningkatkan Kemampuan Numerasi Melalui Permainan

Permainan menjadi media belajar yang efektif untuk mengembangkan


berbagai kemampuan siswa, termasuk numerasi. Kemampuan numerasi
melibatkan cara berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah. Nah, salah satu
kegiatan yang bisa membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
adalah permainan dan teka-teki.

Cakupan permainan memang sangat luas dan beragam. Jenisnya bisa Bapak
dan Ibu Guru sesuaikan dengan gaya belajar siswa dan target keterampilan apa
yang ingin dicapai. Ada banyak teka-teki berbasis angka di majalah atau
internet yang bisa Bapak dan Ibu Guru pecahkan bersama siswa untuk
mendorong ketertarikan mereka terhadap angka. Tak hanya permainan
berbasis video, Bapak dan Ibu Guru juga bisa menggunakan papan permainan
menjadi sumber pembelajaran berhitung yang menyenangkan, seperti
permainan monopoli.

Ada juga permainan yang bisa dilakukan secara sederhana oleh Bapak dan Ibu
Guru, namun tetap memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan numerasi
siswa. Ajak siswa berkeliling sekolah untuk mengumpulkan dedaunan, ranting,
kerikil, dan benda-benda alam lainnya. Siswa Bapak dan Ibu Guru dapat
mengurutkannya ke dalam kelompok berdasarkan ukuran, warna, bentuk, atau
jenisnya. Selain mengenalkan konsep dasar matematika (lebih besar, lebih
kecil, atau sama dengan), kegiatan ini juga mendorong siswa untuk
memecahkan permasalahan yang ada terkait bagaimana cara mengurutkan
benda sesuai perintah yang Bapak dan Ibu Guru berikan.

Melatih Siswa dengan Soal-soal Numerasi

Supaya kemampuan numerasi siswa terus berkembang, tentunya Bapak dan


Ibu Guru bisa memberikan latihan soal-soal AKM dimana salah satunya
meliputi pertanyaan numerasi. Selain meningkatkan kemampuan yang
dibutuhkan dalam dunia nyata, berlatih soal juga membantu siswa untuk
memahami soal numerasi AKM dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Contoh soal numerasi AKM.
Dalam komponen konten numerasi AKM, kemampuan numerasi yang diujikan
berkaitan dengan bilangan, pengukuran dan geometri, data dan
ketidakpastian, serta aljabar. Untuk menjawab masalah atau soal-soal yang
ada, dibutuhkan cara berpikir yang meliputi pemahaman, penerapan, dan
penalaran Karena itu, penting untuk memperbanyak latihan soal numerasi agar
siswa bisa meningkatkan hasil dan juga kemampuannya.

Demikian penjelasan tentang kemampuan numerasi yang menjadi salah satu


komponen utama dalam AKM. Semoga cara-cara di atas dapat membantu
Bapak dan Ibu Guru dalam meningkatkan kemampuan numerasi siswa ya.
Kalau Bapak dan Ibu Guru punya cara lain untuk meningkatkan kemampuan
numerasi siswa, bisa juga dibagikan di kolom komentar!

Satu lagi nih, ada video menarik dari Zenius untuk Guru tentang kemampuan
numerasi dan contoh-contoh soalnya. Silakan tonton videonya di bawah ini
dan sampai bertemu di artikel-artikel lainnya!

Anda mungkin juga menyukai